Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

TOT PROGRAM D4 PERAWAT


DIABETES DAN PELATIHAN
KAKI DIABETES

HARI / TANGGAL : KAMIS s/d SABTU / 7 - 9 AGUSTUS 2014


TEMPAT : DIV. ENDOKRIN METABOLIK DAN DIABETES, SMF
ILMU PENYAKIT DALAM - RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
Jl. J.A. SUPRAPTO 2 MALANG JAWA TIMUR

PENYELENGGARA : PERSADIA ( Persatuan Diabetes Indonesia )

PESERTA 7 ORANG :
1. SULISTIYANI
2. DIAN INDAH LESTARI
3. FENNY PUSPITA DEWI
4. YOZI KRISNAWATI
5. NUR SOFIATUL AIDAH
6. LENI WIDHIASIH
7. NING MALIWATI
DIABETIK FOOT
a. Pemeriksaan Awal Diabetik Foot
. 15% orang dengan Diabetes Melitus berkembang memiliki luka CGZT
. 15% luka berkembang menjadi Osteomilitis
. 15% luka akhirnya di amputasi
Amputasi bukanlah akhir dari cerita!!
b. Faktor Resiko diabetic Foot
- Neuropathy
- PAD (Peripheral Arterial Disease)
- Deformitas Kaki
- Trauma
c. Faktor Resiko Luka di Kaki
- Riwayat amputasi
- Adanya bekas luka
- Neuropati perifer
- Deformitas
- Peripheral Vaskular Disease
- Diabetic Nephropathy
- Kontrol gula darah buruk
- Merokok
- Penglihatan kabur
d. Komponen Pemeriksaan di Kaki
- Anamnesa
- Pemeriksaan umum meliputi pengkajian kulit dan muskuloskeletal
- Pengkajian Neurologi menggunakan:
1. 10 G Monofilamen
2. 128 –Hz Tuning Forks
3. Reflek Ankle
4. Pinprick Sensation
5. Vibration Perception Threshold Testing
- Pengkajian Vaskular
A. ANAMNESA
 Riwayat Masa Lalu
Adanya luka, riw amputasi, riw merokok, bekas luka dan riw pembedahan
1
 Gejala Neuropati
Rasa terbakar, mati rasa
 Gejala Vascular
 Komplikasi Lain Diabetes
Ginjal (hemodialisa, transplan), retina (penglihatan Kabur)
B. PEMERIKSAAN UMUM
 Pasien harus melepaskan sepatu dan kaos kaki
 Bentuk dan bahan sepatu juga harus dilihat
 Pengkajian Dermatologi
Status kulit, warna, kering, kulit pecah- pecah, adanya luka, kalus
 Pengkajian Muskuloskeletal
Adanya deformitas jari kaki, atropi otot
C. PENGKAJIAN NEUROLOGI
 Menggunakan 10 G Monofilamen yaitu senar ukuran 10 G dilakukan di 10 titik
 Sebelum pemeriksaan di tes di tempat lain sehingga pasien dapat merasakan
 Saat Pemeriksaan pasien harus tutup mata
 Pemeriksaan diulang 3x untuk memastikan
 Alat harus diistirahatkan setelah digunakan untuk 10 pasien selama 24 jam
D. PENGKAJIAN VASKULAR
 Meraba nadi pada dorsalis pedis dan tibialis posterior
 Menghitung ABI ( Ankle Brachial Index )
Persiapan alat = dopler, jelly, tensimeter
Cara Mengukur:
- Meraba nadi ankle
- Memasang manset 10 cm diatas ankle
- Pakai dopler untuk mendengarkan suara nadi setelah ketemu pilih suara yang
paling besar
- Kemudiaan tensi sampai suara nadi hilang
- Setelah itu ukur sistolnya
- Di ulang 3x di brakial dengan sisi yang sama
SISTOLE ANKLE
Cara Menghitung :
SISTOLE BRAKIAL
Jika Nilai < 0.9 menunjukkan adanya gangguan vaskular

2
 0,70 - 0,90 Mild PAD
 0,40 - 0,69 Moderate PAD
 < 0,40 Severe PAD
E. Klasifikasi Resiko Berdasarkan Pengkajian Komprehensif Kaki

Kategori DEFINISI Rekomendasi Treatment Saran yang


Resiko harus diikuti

LOPS neg,
Tiap tahun,
0 PAD neg, Edukasi pasien menggunakan alas dokter umum/
Deformitas kaki yang tepat
dokter spesialis
neg

LOPS ± Menganjurkan ke petugas yang Setiap 3-6 bulan


1 Deformitas berkompeten membuat alas kaki dokter umum/
doter spesialis

Menganjurkan ke petugas yang Setiap 2-3 bulan


2 PAD ± LOPS berkompeten membuat alas kaki, doter spesialis
Konsutasi vaskular

Riwayat Menganjurkan ke petugas yang


punya luka kompetenmembuat alas kaki, Setiap 1-2bulan
3 dan konsutasi vaskular untuk dokter spesialis
amputasi mengkombinasi pencegahan PAD

LOPS = Loss Of Protective Sensation

MANAJEMEN DIABETES
A. Kriteria Diagnosis Heperglikemi
Gangguan Glukosa Puasa
Normal Diabetes
Gangguan Glukosa Setelah Makan

Gangguan toleransi GDP,


GDP < 100mg/dl GDP 100 s/d 126 mg/dl,
GD2JPP < 140 mg/dl
GDP ≥ 126 mg/dl,
GD2JPP ≥ 200mg/dl.
GDA ≥ 200mg/dl
Gangguan toleransi setelah makan,
GD2JPP < 140
GDP < 100 mg/dl,
mg/dl
GD2JPP > 140 s/d 200 mg/dl

Untuk Diagnosis :
- Pemeriksaan GDP setelah puasa > 8 jam

3
- Pemeriksaan GD2JPP setelah makan dilakukan dengan pembebanan 75 gram glukosa
oral
B. Terapi Komprehensif Diabetes Melitus

Manajemen DM - Dewasa

Terapi kelainan yang Komplikasi DM :


Kontrol Gula Darah : berkaitan : Retinopathy
Diet Dislipidemi Penyakit jantung
Latihan Hipertensi Nepropathy
Obat Obesitas Neuropathy
CHD Komplikasi DM

C. Target Terapi DM Dewasa


 Kontrol Gula Darah:
A1C < 6,5%
GDP 90 – 100 mg/dl
GD2JPP < 140 mg/dl
 Tekanan Darah < 130/80 mmHg
 Lemak:
LDL/ kolesterol <100 MG/dl
Trigliserid <150 mg/dl
HDL >40 mg/dl
D. Berat Badan
 Diupayakan mencapai BB ideal
 Kelebihan BB / Obesitas (diturunkan 5% dalam 1 bula )
 Kekurangan BB (dinaikkan)
 Mengatur Diet
 Latihan Jasmani
BBI > 27kg/m2 = Obesitas
- Resiko DM, HT, Penyakit jantung koroner, Penyakit PD
4
Berat badan Ideal bisa dicapai :
- Diit
- Mengubah gaya hidup
- Olahraga
- Obat / Operasi
Perhitungan BBI
BBI = 90% x (TB dalam cm – 100)x 1 kg
BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg
Diklasifikasikan BBA / BBI x 100%
BB Normal = BBI +10% (BBA = >90-110%)
BB Kurus = < BBI – 10% (BBA <90% )
BB Gemuk = >BBI + 10% (BBA > 110% )
Berdasarkan IMT
IMT = BB(K/B) / TB (m2)
Klasifikasi = BB Kurang < 18,5
BB Normal 18,5 – 22,9
BB Lebih ≥ 23
Dengan Resiko 23 – 24,9
Obes 1 25 – 29,9
E. Pengaturan Makan / Diit
1. Jumlah Kalori
- Dihitung berdasarkan BB ideal
- 30 – 35 kal/kg BB
- Dikurangi bila kelebihan BB/ Obese (BMI >23 )
- Ditambah bila BB < (BMI < 18)
2. Komposisi
Karbohidrat, protein, Lipid
3. Jadwal Pemeriksaan
3x makan, 3x snack
Diet Untuk Pasien DM dengan Kehamilan:
1. Kenali kebiasaan makan sebelumnya
2. Berikan kalori yang mencukupi untuk mencapai peningkatan BB yang optimal
3. Makanan disajikan dalam 3x makan dan 3x snack

5
4. Gunakan makanan pengganti untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat, protein,
lemak
5. Berikan makanan tinggi kandungan serat dan karbohidrat komplek
6. Identifikasi indeks glikemi masing – masing jenis makanan
7. Perencanaan makanan masing – masing pasien
F. Latihan Jasmani
 Teratur Dan terjadwal
 Aktifitas sedang (mampu meningkatkan kecepatan nadi)
 Latihan aerobik (mempertahankan BB)
 Latihan anaerobik (memperbaiki sensitifitas insulin)
 Durasi 30 – 45 menit / hari
 4-5 hari/minggu
 150 menit / minggu
G. Obat – obatan
 Obat menurunkan glukosa oral
 Insulin (Human Insulin, Analog Insulin)
 Jenis lain
KLASIFIKASI DM DIBAGI MENJADI :
1. DM TYPE I
 Terjadi saat di kandungan Sampai dengan usia <20 tahun
 Terjadi karena pada pankreas tidak terdapat B cell yang menghasilkan insulin
 Pasien harus menggunakan insulin
2. DM TYPE II
 Di dalam pankreas ada B cell tapi ada jaringan protein sehingga produksi insulin
tidak cukup
 Pasien memerlukan obat – obat untuk meningkatkan insulin
3. DM GESTASIONAL
 Hormon kontra insulin meningkat ( gula darah meningkat saat hamil)
 Pengobatan selama kehamilan sebaiknya insulin
4. DM TIPE LAIN
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
Fungsi : untuk menegakkan diagnosis, menentukan, memonitor hasil terapi tanpa
menimbulkan keadaan hipoglikemi
6
1. Menegakkan Diagnosis
Dengan pembebanan 75 gram glukosa oral
Cara :
- Puasa > 8 jam (periksa GDP)
- Minum glukosa 75 gram dalam 250cc air
- Periksa gula darah 1 jam dan 2 jam setelah bebas 75 gram glukosa
- Normal puasa <95 mg/dl, 1 jam <180 mg/dl, 2 jam <140 mg/dl
2. Menentukan, Memonitor hasi terapi pemeriksaan GDP dan
GD2JPP dapat dilakukan 7 – 8x/hari dan untuk memastikan dapat diulang 3x/
seminggu
Cara :
- GDP makan pagi
- GD2JPP makan pagi
- GDP makan siang
- GD2JPP makan siang
- GDP makan malam
- GD2JPP makan malam
- GD sebelum tidur
- GD bangun tidur (03.00)
Cara mengetahui tercapainya target pengobatan :
 Pemeriksaan kadar glukosa darah
 Pemeriksaan A1C (HB yang dipengaruhi gula darah )
 Pemeriksaan Fruktosamin
 Pemeriksaan glukosa dalam air kemih ( urin ) melalui tes reduksi
Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah dapat dilakukan dengan:
 Menggunakan carik Glukotest
 Pemeriksaan secara ensimatis di laboratorium
 Menggunakan alat glukometer yang akan memberikan hasil yang segera
Pemantauan glukosa darah secara mandiri:
 Merupakan pemeriksaan glukosa darah oleh penderita sendiri dengan
menggunakan glukometer
 Dilakukan secara teratur
 Dapat dilakukan sampai beberapa kali dalam sehari

7
 Ditujukan untuk memantau hasil pengobatan sebagai dasar perubahan jenis
maupun dosis obat serta untuk menghindarkan terjadinya hipoglikemi
 Setiap kali melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah hasil harus dicatat di
buku harian
Swamonitor Gula Darah:
 Memiliki peranan penting sebagai salah satu pilar dalam manajemen diabetes
 Faktor lain yang perlu dimonitor Tekanan Darah, Kolesterol, BB, A1C
 Harus dilakukan secara kontinyu
 Berikan target monitoring
 Kerjasama de ngan pasien dan keluarga
Manfaat Swamonitor Glukosa Darah:
 Mengetahui profil glukosa darah harian terkait program pengobatan
 Panduan dokter dalam mengambil keputusan medis
 Sarana edukasi pasien
 Menunjang perubahan lifestyle yang aman
 Menekan laju komplikasi dan kematian

FAKTOR RESIKO TIMBULNYA DM PADA DEWASA


 Usia ≥ 45 tahun
 Orangtua dengan DM
 Kurangnya aktifitas
 Terdeteksinya adanya IFG / IGT
 Riwayat DM kehamilan / bayi > 4 kg
 Hipertensi ≥140/ 90
 Kadar HDL ≤ 35 mg/dl / kadar TG ≥ 250
 Riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah
 Kelompok etnis dengan angka prevalensi populasi DM yang tinggi

MONITORING GULA DARAH


A. Diabetes merupakan penyakit global pandemic yang serius dan mengancam di
kesehatan dunia, merupakan penyakit kronis yang membutuhkan biaya banyak dan
biasanya diikuti dengan banyak komplikasi

8
B. Nilai Glikemik Pada Orang Dewasa
IDF AACE ADA
HbA1C < 6,5 ≤ 6,5 <7,0
GDP < 6,0 / <110 <6,0 / <110 3,9 - 7,2/ 7,0 - 130

IDF= InternationalDiabetes Federation


AACE= American Association Of Clinical Endocrinologi
C. Pemeriksaan Untuk Mengontrol Glikemik
- A1C
HBA1C < 7.5 – 8.0
Rata – rata glukosa = 28.7 x HBA1C – 46.7
Pengukuran A1C dilakukan 2x setahun jika nilai glikemik stabil dan dilakukan tiap
3 bulan jika nilai glikemik tidak terkontrol sehingga terapi bisa diubah
Hba1C GD
6 126
7 154
8 183
9 212
10 240
11 269

 Monitoring glukosa darah secara mandiri oleh pasien (SMBG):


1. Dapat mengidentifikasi episode hipoglikemi
2. SMBG efektif jika pasien:
- Tahu cara menggunakan glukometer
- Mengeri kapan harus mengukur dan arti dari hasil
- Waktu SMBG sangat penting
3. Glukosameter harus
- Mudah digunakan
- Akurasi
- Punya ukuran sample darah
- Punya ukuran hasil
- Merupakan tes alternatif
- murah

9
KOMPLIKASI KRONIS DARI DM TYPE 2
Komplikasi
Diabetes

Acut Kronis

Hipoglikemi
Ketoacidosis Mikroangioati Macroangiopati
HONK

Retinopati CAD
Nepropati PVD
Neuropati Stroke

Perawatan Diabetes
 Evaluasi medis yang komplit dapat menunjukkan:
- Klasifikasi diabetes
- Mendeteksi dan mencegah komplikasi diabetes
- Tinjauan terapi sebelumnya
- Membantu untuk membuat perencanaan
 Menunjukkan hasil laboratorium mempermudah untuk mengevaluasi kondisi medis
pasien
Komponen Dari Evaluasi Komprehensif DM
A. Riwayat Medis
 Umur dan karakteristik dari DM
 Kebiasaan makan, kebiasaan aktifitas fisik, status nutrisi,BB, pertumbuhan dan
perkembangan saat anak- anak dan remaja
 Riwayat edukasi diabetes
 Tinjauan terapi sebelumnya dan respon dari terapi
 Terapi diabetes, pola makan, contoh aktifitas fisik
 Monitoring hasil gula darah, pasien harus menulis
 Frekuensi DKA, penyebab
 Episode hipoglikemi, frekunsi penyebab hipoglikemi
 Riwayat dari diabetes dan komplikasi:
- Microvaskular : retinopathy, nephropathy, neuropathy
- Makrovaskular : CHD, cerebrovaskular disease, PAD
B. Pengkajian Fisik
10
 Tinggi , BB , BMI
 Tekanan darah
 Pengkajian Fundoscopic
 Palpasi tiroid
 Pengkajian kulit
 Pengkajian komprehensifkaki
 Inspeksi
 Meraba nadi dorsalis pedis dan tibialis posterior
 Reflek achiles
 Menggunakan monofilamen
C. Evaluasi Laboratorium
 A1C
 Lipid profil
 Fungsi liver
 RFT
 TSH
 Urine albumin
D. Penyakit Jantung Dapat dicegah dengan
 Pemeriksaan awal dan diagnosa
 Pemeriksaan TD harus rutin dilakukan setiap kunjungan
 Orang dengan DM dan HT nilai sistole harus < 140 mmHg dan diastole <80
mmHg
 Gaya hidup harus dirubah
 Terapi farmakologi untuk pasien DM dan HT
 Pemeriksaan Lipid Profil
KOMPLIKASI AKUT DARI DM
Komplikasi Akut
 Hiperglikemi
a. Diabetic Ketoasidosis (DKA)
b. Hiperosmolar Hyperglikemic State (HHS)
 Hipoglikemi
1. Diabetic Ketoasidosis adanya ketonaemia (ketosis), hiperglikemi dan acidaema

11
2. DKA dapat terjadi pada DM Type 1 dan DM Type 2
HIPERGLIKEMI
A. Faktor Pencetus
 Infeksi (20% - 40%) pada sistem perkemihan dan paru
 CVA
 Infark Miocardial
 Pancreatitis
 Discontinu dari inadekuat terapi insulin
 Obat
B. Diagnosis
1. Riwayat dan Pengkajian Fisik
 Riwayat poliuri, polidipsi, Penurunan BB, dehidrasi, status mental berubah,
lemah
 Tanda – tanda fisik yang ditemukan
Kulit kering, pernafasan kusmaul (DKA), takikardi, hipotensi, GCS berubah
 Mual, muntah, nyeri perut lebih sering terjadi pada DKA > 50%
2. Laboratorium
 Glukosa plasma, serum dan keton urine, SE, osmolaritas, BGA
 Ureum/ creatinin
 Urine
 Darah Lengkap
 ECG
 Kultur urine dan darah
 X-ray
3. Perbedaan kriteria DKA dan HHS

12
DKA
HHS
Ringan Sedang Berat
Glukosa Plasma >250 >250 >250 >600
pH Serum 7,25-7,30 7-7,24 <7 .7,30
Serum Bicarbonat 15-18 Oct-15 <10 >18
Keton Urin (+) (+) (+) Small
Serum Urin (+) (+) (+) Small
Seum Osmolalitas Variable Variable Variable >320
Anion GAP >10 >12 >12 Variable
GCS Alert Alert/drowsy Stupor/coma Stupor/coma
Anion Gap (Na+)- (Cl+ HCO3).(meq/l),
Osmolality (2Na+ +glulosa + urea).
C. Terapi
 Cairan NS
 Insulin (drip/IM)
 Kalium+
 Bicarbonat (PH<7)
D. Monitor
 Glukosa darah kapiler tiap jam
 Serum elektrolit dan bicarbonat tiap 2 jam
 Produksi urine
 Tekanan darah
 GCS
HIPOGLIKEMI
1. Hipoglikemi adalah episode yang tidak normal yang ditandai turunnya glukosa
darah secara drastis
2. Faktor Pencetus / penyebab hipoglikeni
 Dosis melampui batas
 Meningkatnya jumlah insulin
 Meningkatnya sensitivitas insulin
 Inadekuat intake carbohidrat
 Faktor lain
3. Tanda dan gejala dari hipoglikemi dibedakan menjadi dua:
a. Autonomic
- Rasa cemas
13
- Mengantuk
- Rasa lapar
- Gemetar
- Keringat dingin
b. Neuroglicopenik
- Penglihatan kabur
- Bingung
- Sulit konsentrasi
- Sulit bicara
- Sulit koordinasi
TEAM CARE
 Team care adalah model klinik yang siap untuk memimpin secara medis maupun
kebiasaan
 Team care bisa ditemukan di RS, pelayanan kesehatan primer
Cara untuk mendirikan sebuah team
 Tiga komponen utama yang diperlikan sebagai team :
- Nilai
- Metedologi
- Sumber dana
 Fase dalam perkembangan sebuah team
- Forming
- Storming
- Norming
- Performing
 Kolaborasi dokter, perawat, ahli gizi, farmasi, edukator
 Pengetahuan, skill dan kemampuan yang dibutuhkan untuk teamwork yaang
efektif
- Kemampuan dalam memimpin dan merencanakan
- Kolaborasi untuk memecahkan masalah
- Komunikasi
- Resolusi konflik
Tanggung Jawab Dari Sebuah Tim :
1. Motivasi anggota tim

14
2. Mencari jalan keluar masalah
3. Membantu anggota untuk mengetahui suatu masalah
4. Mendiskusikan dan menyetujui aktifitasdalam rapat dengan tim
5. Memberikan bimbingan kepada yang membutuhkan
6. Menentukan tugas kepada anggota
7. Memastikan kapan team melakukan pertemuan
8. Memonitor perkembangan kerja team work
Kegagalan Dalam Team Care
1. Komunikasi yang kurang direncanakan perbedaan status
2. Perbedaan latar belakang pendidikan

Perkara Yang Termasuk dalam Diskusi


- Masalah pasien
- Pemimpin dalam team
- Contoh, tanggung jawab dan kekuasaan dari sebagian petugas kesehatan
- Sistem delegasi

LATIHAN JASMANI PASIEN DIABETES MELITUS


Latihan jasmani merupakan bagian integral perencanaan terapi pasien diabetes
Manfaat latihan secara umum :
1. Menurunkan BB
2. Meningkatkan kelenturan & kekuatan
3. Menurunkan stress
4. Meningkatkan kebugaran
Perubahan metabolisme karbohidrat saat latihan jasmani :
 Otot menggunakan glukosa yang disimpan sebagai sumber energi
 Otot mengisi kekurangan dengan mengambil glukosa dari darah
Perubahan metabolisme lemak saat latihan jasmani :
 Asam lemak & trigliserida digunakan sebagai bahan bakar
 Kolesterol baik (HDL) meningkat,LDL menurun
Adapun prinsip aktifitas fisik ingat FITT
1. Frekwensi :
- Adalah berapa kali seminggu olahraga dilakukan agar member efek latihan

15
- 5-7 kali / minggu
- Tergantung dari intensitas dan durasi
2. Intensitas :
- Artinya berat beban latihan yang diberikan agar memberikan efek/ manfaat
tanpa membahayakan
- 60-80 % HR maks
3. Time :
- Menggambarkan lama sesi olahraga
- 30 – 60 menit / sesi / hari
4. Tipe :
- Merupakan pengelompokan aktifitas dari kegiatan berenergi saat rendah hingga
olahraga yang berenergi sangat tinggi
JENIS OLAHRAGA
1. Aerobik
Aktifitas yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang
dilakukan dalam jangka waktu yang lama sehingga menghasilkan perbaikan dan
manfaat bagi tubuh. Contoh : berenang,bersepeda,lari
2. Anaerobik
Aktifitas yang tergantung pada energy yang telah tersedia dan tidak tergantung
oksigen. Contoh : lari cepat, angkat beban
Bagaimana untuk memulai aktifitas :
- Pilih aktifitas yang aman
- Tentukan lama akifitas dalam seminggu
- Pakai sepatu yang aman
- Jangan sendiri
Pedoman umum sebelum latihan :
- Cek gula darah sebelum latihan / aktifitas
- Bila < 100 mg/dl, maka snak 15 gr KH, evaluasi 15-30 menit
- Bila tetap < 100 mg/dl, jangan mulai aktivitas
- Bila > 250 mg/dl,test keton urin
- Jangan mulai aktivitas apabila keton urin belum negative
- Kaji kondisi dan factor resiko
Hal yang diperhatikan setiap aktifitas
1. Pemanasan

16
Pentingnya pemanasan :
1. Merangsang tubuh secara perlahan
2. Secara bertahap meningkatkan aliran darah ke otot dan jatung
3. Membuat tubuh lebih mudah untuk bergerak lebih cepat
4. Mencegah timbulnya cidera
2. Latihan inti
- Aktivitas aerobic kontinyu antara 20-60 menit
- Target nadi 60-80% nadi maximal tercapai
- Untuk membakar lemak,dilakukan minimal 30 menit
3. Pendinginan
Manfaatnya :
1. Memungkinkan tubuh kembali ke kondisi istirahat secara bertahap
2. Pengurangan aliran darah dapat diantisipasi oleh otot yang tadinya bergerak
3. Mencegah penurunan tekanan darah yang mendadak
Resiko olahraga pada pasien DM
1. Hipoglikemi
2. Hiperglikemi
3. Gangguan kaki
4. Cedera musculoskeletal
5. Serangan jantung dan pembuluh darah
Hipoglikemi akibat olahraga
1. Hipoglikemi merupakan resiko utama pada penderita DM yang aktif
2. Pasien DM tipe 1 memiliki resiko lebih besar daripada DM tipe 2
3. Sering terjadi ketika pemberian insulin pada lengan atau kaki
Pecegahan hipoglikemi
1. Monitor kadar glukosa darah
2. Hindari pemberian insulin pada bagian tubuh yang aktif
3. Kurangi dosis insulin dan atau tingkatkan intake makanan pada waktu olahraga
4. Hindari olaharaga pada saat insulin pada puncaknya
5. Cepat tanggap terhadap gejala yang muncul
Pencegahan Hiperglikemi
1. Hindari olahraga berat
2. Jangan mulai olah raga saat glukosa melebihi 250 mg/dl
Pencegahan gangguan kaki

17
1. Gunakan sepatu yang sesuai
2. Bila beli sepatu baru,beli pada sore hari
3. Gunakan sepatu baru dengan periode singkat, cek adanya kemerahan/ iritasi
4. Kaki diusahakan agar selalu bersih dan kering
Pencegahan serangan jantung
1. Pemeriksaan EKG rutin
2. Perlu dilakukan uji beban jantung sebelum program olahraga
3. Pemeriksaan laboratorium rutin
Olahraga terbaik pada DM Gestasional
1. Berenang
2. Jalan kaki
3. Sepeda stasioner
Strategi aman selama aktifitas pada DM gestasional
1. Minum sebelum, selama dan sesudah aktivitas
2. Hindari aktivitas > 15 menit
3. Jaga denyut jantung < 140
4. Lakukan pemanasan sebelum aktivitas dan pendinginan setelah latihan inti
5. Hentikan aktivitas ketika kelelahan dan sesak nafas
6. Konsultasi dokter jika terjadi kontraksi uterus
Bagaimana apabila tekanan darahnya naik:
1. Tekanan darah sistolik tidak boleh melebihi 160 mmHg
2. Tekanan darah diastolic tidak boleh melebihi 100 mmHg
3. Olahraga kompetitif tidak diperbolehkan
4. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan
Perhatian pada usia lanjut
1. Pemanasan harus paling lama ( 10-15 menit) dengan gerakan lebih santai
2. Latihan inti bias dilakukan 30-60 menit,bila 30 menit bias dibagi menjadi 2 sesi
(2x15 menit ) diselingi jeda 1-3 menit
3. Pendinginan 10-15 menit
4. Latihan yang sederhana jalan kaki 3 km/jam

PEMILIHAN BALUTAN LUKA


BALUTAN LUKA

18
Fungsi utama balutan luka adalah memberikan lingkungan yang optimal untuk proses
penyembuhan.
Pemilihan balutan luka tergantung pada :
1. Penyebab luka
2. Ada tidaknya infeksi
3. Jenis dan ukuran luka
4. Tahap penyembuhan luka
5. Biaya
6. Penerimaan pasien
KARAKTERISTIK BALUTAN LUKA YANG IDEAL
a. Memberikan proteksi mekanik dan melawan bacterial/ infeksi
b. Mempertahankan kelembaban luka dan balutan luka itu sendiri
c. Memungkinkan pertukaran gas dan penyerapan cairan
d. Tidak melekat ( lengket ) pada luka
e. Aman dalam penggunaanya/ tidak toksik,tidak menimbulkan alergi
f. Diterima baik oleh pasien
g. Menyerap eksudat
h. Menghilangkan atau menyerap bau
i. Steril
j. Mudah digunakan
k. Tidak sering membutuhkan penggantian balutan luka
l. Tersedia dalam beragam bentuk dan ukuran
m. Biaya efektif
KLASIFIKASI BALUTAN LUKA
 BALUTAN PRIMER
Balutan langsung diletakkan di atas permukaan luka. Balutan primer
memberikan proteksi,support,dan penyerapan, mencegah infeksi dan luka
mongering
 BALUTAN SEKUNDER
Balutan sekunder memberikan dukungan tambahan terhadap
luka,penyerapan,proteksi,kompresi dan oklusi.
Sebelum mengaplikasikan balutan luka, perawat harus menanyakan :
1. Apa/ bagaimana kerja dari balutan ini?
2. Kapan balutan ini sebaiknya digunakan?

19
3. Apa keterbatasan/kontraindikasi dari baluta ini?
4. Apakah saya tau cara mengaplikasikan dan melepaskanya dengan tepat?
5. Apakah saya mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup tentang balutan
ini?
JENIS-JENIS BALUTAN LUKA
CONVENTIONAL ( GAUZES )
a. Balutan yang terbuat dari bahan katun yang dapat memudahkan pertumbuhan
jaringan baru
b. Dapat digunakan pada luka kering,nekrotik dan infeksius dan mengisi rongga
( sinus ) luka.
c. Memfasilitasi kelembaban luka bila kassa dipertahankan tetap lembab,bila kassa
mongering kassa tidak lentur lagi dan memungkinkan untuk debriding luka.
d. Kerugian,kassa yang kering menyebabkan sel-sel yang bermanfaat untuk
penyembuhan luka ikut terangkat saat kassa dilepas. Kassa yang basah dapat
menyebabkan kulit sekitar luka mengalami maserasi.
e. Keuntungan primer, tersedia luas dan biaya murah
HIDROGEL
a. Tidak melekat,tidak berbentuk air ataupun gliserin
b. Terutama mengandung air sehingga tidak menyerap eksudat dan karenanya tidak
direkomendasikan untuk luka yang banyak eksudatnya.
c. Indikasi,luka dengan eksudat minimal,kedalaman sedang dalam, luka bakar, dan
jaringan yang rusak karena radiasi.
d. Hydrogel,karena kemampuannya memberikan kelembaban, dapat membantu
mengurangi nyeri, hipertermi pada luka, dan inflamasi luka
e. Hidrogel melunakkan dan melepaskan jaringan nekrotik, juga mengisi “ wound
dead space “ jika digunakan tersendiri, tidak bermanfaat untuk mengangkat bakteri
HYDROCOLLOID
a. Merupakan balutan foam poliuretan yang mengandung partikel koloid hidrofilik
yang tidak permeable terhadap bakteri.
b. Partikel hidrokoloid berubah menjadi gel saat kontak dengan eksudat sehingga
lingkungan luka tetap lembab,dan balutan tidak menjadi kering sehingga
mendukung pembentukan jaringan granulasi.
c. Digunakan untuk luka dengan kedalaman superficial sampai dengan kedalaman
sedang dengan eksudat ringan sampai moderat

20
d. Kerugian,terbut dari bahan yang tidak tembus pandang sehingga sulit mengevaluasi
kondisi luka tanpa membuka balutan luka. Eksudat yang terkumpul menjadi bau.
e. Kontraindikasi, tidak untuk luka yang dalam dan terinfeksi. Tidak untuk luka yang
kulit dan sekitarnya rapuh
ABSORBENT DRESSING
o Optimal dalam menyerap dan mengikat eksudat ke dalam inti ( core ) dressing
o Tipis dan lentur
o Dressing tetap lembab
o Low adherent
o Daya serap maksimal
o Meminimalkan resiko maserasi
o Indikasi : dressing yang digunakan pada perawatan luka primer dan sekunder untuk
level eksudat banyak yang berlebih
ALGINATES
o Memfasilitasi penyembuhan luka dengan mempertahankan kelembababan
lingkungan luka karena mengandung ion calcium yang bersifat mempertahankan
haemostatic lingkungan luka dengan melepas ion calcium tersebut saat terkena
eksudat.
o Indikasi: luka dengan kedalaman sedang –dalam, luka yang bersinus dengan
eksudat sedang – banyak, luka yang mudah berdarah.
o Mengurangi risiko maserasi sehubungan dengan daya serap yang tinggi, saat
kontak dengan luka,serat alginate membentuk gel lembut yang menyerap eksudat
s/d 20x berat awalnya.
o Merupakan balutan primer dan dapat dibiarkan pada luka s/d 7 hari
o Kerugian, memungkinkan dehidrasi dasar luka, bau dari gel, dan membutuhkan
balutan sekunder.
TRANSPARENT FILM
o Memiliki membrane semi permeable poliuretan atau co-polimer dengan lapisan
bahan perekat yang menyerap sehingga memungkinkan visualisasi luka.
o Balutan tahan air,memungkinkan pertukaran oksigen & penguapan air melalui
pembatas membrane, dan karenanya tidak bersifat menyerap. Tidak dapat ditembus
oleh bakteri dan kontaminan lain.
o Indikasi, luka bakar kedalaman superficial dan luka ketebalan sedang.

21
o Mempertahankan kelembaban sambil memfasilitasi autolysis dan tidak
memerlukan balutan sekunder.
o Kontraindikasi: luka infeksius dengan eksudat moderat sampai banyak atau luka
dengan kulit tepi luka yang rapuh, luka pada bagian tubuh yang banyak friksi.
o Kerugian: karena daya rekat yang kuat beresiko mengangkat jaringan granulasi
ataupun epitel saat penglepasan balutan.
FOAMS
o Balutan semi permeable poliuretan atau terlapis bahan gel-film dengan sifat
hidrofilik atau hidrofobik.
o Bersifat lentur ( sehingga mencegah injuri pada kulit tepi luka ) dan memfasilitasi
kelembaban dan insulasi termal
o Indikasi : lika kedalaman sedang s/d dalam dengan eksudat minimal- banyak.
o Beberapa balutan foam membutuhkan balutan sekunder dan perekat, dan beberapa
lagi telah tersedia dengan lapisan tahan air dan perekat.
o Kontraindikasi : luka tanpa eksudat atau luka kering/ eschar.
ANTIMICROBIAL DRESSINGS
o Balutan luka dengan banyak variasi yang efektif untuk mengikat dan mengangkat
bakteri dan mikroorganisme lain dari luka yang :
 Tidak bersih
 Terkontaminasi
 Terinfeksi
TULLE
Tujuan :
1. Mempertahankan kelembaban luka
2. Memperluas epitelisasi
3. Digunakan pada luka pada tahap penyembuhan epitelisasi

MANAJEMEN LUKA DIABETIK


Tujuan :
 Mencegah amputasi ekstremitas
 Mempertahankan kualitas hidup
 Tujuan teraupetik meliputi :
- Mengurangi/ membebaskan luka dari tekanan

22
- Manajemen infeksi
- Manajemen ischemia
- Manajemen ko-morbiditas
- Kontrol metabolic
PENDEKATAN HOLISTIK DALAM PERAWATAN LUKA DIABETES
Orang dengan luka diabetes :
 Usia
 Riwayat DM : control metabolic,komplikasi
 Status gizi dan pola makan
 Aktivitas dan olahraga
 Riwayat luka : infeksi ?
 Pengetahuan dan pemahaman tentang diabetes dan luka diabetes
 Pemantauan GD dan luka
PENGKAJIAN PASIEN
 Riwayat kesehatan ( termasuk riwayat kaki spesifik : general, aktifitas sehari-hari,
paparan bahan kimia, pembentukan kalus, deformitas, pembedahan kaki yang lalu,
gejala neuropathy, gejala iskemik )
 Riwayat social
 Kondisi fisik umum : kulit, mobilitas, fungsi pernafasan dan kardiovaskuler,
neurological
 Obesitas ( > 20% BB ideal )
 Usia
 Kadar GD
 Hipertensi ( > 140/90 mm Hg )
 Kadar kolesterol & trigliserida tinggi ( > 150 mg/dl )
 Status nutrisi
 Tingkat pemahaman
 Pengobatan yang sedang dijalani
PENGKAJIAN LUKA
 Lokasi luka
 Penyebab luka, penyakit yang mungkin berkaitan, status nutrisi
 Bentuk : luka superficial,sinus,berongga
 Etiologi : venous/arterial leg ulcer, luka karena tekanan,luka sayat,diabetic foot
ulcer, luka bakar

23
 Jenis jaringan : granulasi, epitel, sloughy, nekrotik,infeksius
 Ukuran : panjang, lebar, dalam, area
 Eksudat : sedikit, medium, banyak
 Kondisi kulit sekitar luka
 Pengkajian nyeri : tipe, durasi,frekwensi,lokasi
WOUND HEALING
1. Fase Hemostatis
- Pembekuan perdarahan :
a. Platelets
b. Vasokontriksi pembuluh darah
c. Pembentukan fibrin
d. Sekresi Cytokines
- Terjadi beberapa menit setelah luka terjadi
2. Fase Inflamasi
 Hari ke 1-4
 Ditandai dengan : erytema, bengkak dan hangat ( sering disertai nyeri )
 Vasodilatasi
 Penglepasan pertahanan I : Polymorpho nuclear neutrophils ( PMNs )
 Penglepasan pertahanan II : Macrophages
 HAri ke-4 inflamasi menurun
3. Fase Proliferatif
 Hari ke 4 s/d 21
 Angiogenesis atau neovascularization
 Pembentukan jaringan fibroplasias dan granulasi
 Epitelisasi
 Kontraksi
4. Fase Maturasi dan Remodeling
 Hari ke 21 s/d 2 tahun
 Pembentukan fibrosit
 Proses remodeling membutuhkan waktu s/d 2 tahun setelah terjadinya luka

PROSEDUR PERAWATAN LUKA


PRINSIP ASEPTIK & ANTI SEPTIK
ASEPTIK
24
- ASEPTIK yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan
pasien sebaik mungkin bebas dari mikro-organisme rumah sakit
- Dilakukan untuk mencegah kontaminasi luka & bagian lain yang rentan dari
organisme yang dapat menyebabkan infeksi
ANTISEPTIK
- Larutan anti mikroba yang diaplikasikan pada jaringan hidup atau kulit untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi, sepsis, atau pembusukan.
- Lakukan tindakan antiseptic pada daerah sekitar luka sebelum memulai
perawatan luka
MACAM-MACAM ANTISEPTIK
1. Alkohol 70%
2. Chlorhexidine gluconate 4%
3. Hydrogen Peroxide
4. Povidone- Iodine
PERSIAPAN DASAR LUKA
Tujuan :
Mengoptimalkan dasar luka dengan cara:
a. Mengurangi edema dan eksudat
b. Mengurangi beban bacterial
c. Memperbaiki factor-faktor yang berkontribusi terhadap terhambatnya
penyembuhan luka
TEKNIK PERSIAPAN DASAR LUKA
 Tissue managemen
 Inflammation and infection control
 Moisture balance
 Ephithelial ( edge ) advancemen
PERSIAPAN DASAR LUKA PADA ULKUS DIABETIK
Sebelum menerapkan prinsip TIME, 3 elemen dasar harus dilakukan :
1. Kontrol tekanan : off-loading & re-distribusi BB dan/ penipisan kalus
2. Memperbaiki atau mempertahankan aliran darah
3. Kontrol metabolic
PENCUCIAN LUKA
Larutan untuk membersihkan luka :
1. NaCl 0,9% : cairan isotonus

25
2. Air steril : cairan hipotonus
3. Povidone iodine : luka terkontaminasi
4. Chlorhexidine 4% : luka infeksius
MANAJEMEN JARINGAN
1. Penampilan fisik luka : jaringan granulasi, slough,eksudat,epitel atau nekrotik
2. Jaringan slough,eksudat dan nekrotik harus disingkirkan untuk meningkatkan
penyembuhan luka dengan melakukan debrideman.
METODE DEBRIDEMAN
SURGICAL/SHARP DEBRIDEMAN
Berfungsi :
1. Mengangkat jaringan nekrotik dan kalus
2. Mengurangi tekanan
3. Memungkinkan inspeksi lukakeseluruhan luka
4. Memfasilitasi drainase eksudat
5. Menstimulasi proses penyembuhan
INFLAMATION & INFECTION CONTROL
Inflamasi merupakan respon tubuh yang normal terhadap injur dan memacu serial respon
yang kompleks untuk memperbaiki atau melindungi terhadap kerusakan lebih lanjut.
Infeksi merupakan kejadian kolonisasi bacterial pada luka yang dapat menghambat proses
penyembuhan luka.
INDIKATOR INFEKSI PADA ULKUS KAKI DIABETIK
 Dasar ulkus abu-abu-kekuningan
 Jaringan sekitar luka biru keabuan
 Palpasi kulit sekitar luka : lunak atau krepitus
 Eksudat purulen
 Slough ( + )
 Sinus ( + ) dibawah sub kutan atau dibalaik tulang
 Pembentukan abses
 Odor
 Luka memburuk
 Penyembuhan luka lama/ terhenti pada proses inflamasi
MANAJEMEN MOISTURE ( KELEMBABAN )
- Luka yang kering dan dehidrasi menyebabkan rasa nyeri atau gatal

26
- Adanya kulit yang kering/ nekrotik berkontribusi dalam proses penyembuhan
luka dan hasil kosmetik yang buruk karena sel-sel epitel tidak dapat bermigrasi
melewati jaringan yang dehidrasi
- Luka basah : eksudat>>> a. Balutan yang menyerap eksudat, tidak lengket
b. Balutan yang mempertahankan kelembaban normal
- Luka kering/nekrotik : eksudat <<<
a. Bersihkan luka dengan cairan isotonus, buat sayatan pada luka
b. Balutan yang meningkatkan kelembaban luka
c. Pertahankan kulit sekitar luka tetap utuh
EPITHELIAL ( EDGE ) ADVANCEMENT
Tujuan : menyingkirkan factor-faktor fisik yang berpotensi menghambat pertumbuhan sel-
sel epitel menutup dasar luka.

Caranya :
1. Debridement/nekrotomi ujung-ujung ulkus yang nekrotik,tipiskan/ buang kalus,
atau sel-sel debris yang tampak dengan mata telanjang
2. Keringkan eksudat dan slough yang terakumulasi
SUMBER NYERI PADA PASIEN DENGAN LUKA :
1. Balutan tradisional
2. Pencucian luka
3. Antiseptik
4. Infeksi
5. Debridemen luka
6. Kerusakan jaringan oleh eksudat luka kronik/cairan tubuh
7. Aspek psikologikal
8. Neurophaty pain : terutama disebabkan oleh lesi atau disfungsi saraf pusat
STRATEGI MENGURANGI NYERI
 Irigasi secara perlahan dengan menggunakan NaCl 0,9% hangat
 Lindungi kulit sekitar luka dari maserasi
 Minimalkan reaksi alergi ( khususnya pada pasien dengan ulkus kaki ) melalui
pemilihan balutan luka yang tidak mengandung pengawet atau antiseptic
 Pilih balutan yang tidak melekat pada luka atau balutan yang tidak menyebabkan
trauma pada saat balutan diangka

27
 Analgesik sebaiknya diberikan sebelum prosedur perawatan luka untuk
menghambat impuls-impuls nyeri.misal : paracetamol.

28

Anda mungkin juga menyukai