Melitus
Ahmad Faiz Ardani/052013143099
Kelompok 2 PKP RS Rotasi 3
Periode 112
outline.
Definisi
01
Etiologi Patofisiologi
03
Klasifikasi
Studi Kasus
Diagnosis & Terapi
+Diabetic Foot Ulcer
02
Interpretasi
Data Lab dan
Data Klinis
DIABETES
Diabetes adalah sekelompok kelainan metabolic yang
dikarakterisasi oleh terjadinya hiperglikemi dan abnormalitas
pada metabolism karbohidrat, lemak, dan protein. Terjadi
akibat kerusakan pada sekresi insulin, sensitivitas insulin,
maupun keduanya.
Dipiro, 2020
DIABETES Patofisiologi
MELITUS
PATOFISIOLOGI DM TIPE 1
• DM tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel β-pankreas yang dimediasi system imun,
sehingga dapat menyebabkan defisiensi absolut insulin
• Proses autoimun dimediasi oleh makrofag dan limfosit T
Dipiro, 2020
DIABETES Patofisiologi
MELITUS
(PERKENI, 2019)
DIABETES MELITUS Klasifikasi
Kerusakan sel
Diabetes yang terjadi
autoimun, biasanya
saat masa kehamilan
menyebabkan defisiensi
insulin absolut
(Dipiro, 2009)
DIABETES Terapi
MELITUS Tujuan Terapi
Tujuan penatalaksanaan terapi secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup pasien
diabetes.
1. Jangka pendek : hilangkan keluhan DM, perbaiki kualitas hidup, dan kurangi
risiko komplikasi akut
2. Jangka panjang : cegah dan hambat progresivitas penyulit mikroangipati dan
makroangiopati
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM
(PERKENI,2019)
DIABETES Terapi
MELITUS Target Terapi
Dipiro, 2009
(ADA,2020)
DIABETES Terapi
MELITUS Manajemen Terapi
TERAPI FARMAKOLOGI
• Insulin
• OAD
DIABETES Terapi
MELITUS Terapi DM Tipe 1
INSULIN NON INSULIN
Injeksi harian berulang untuk insulin • Pramlintide didasarkan pada peptida sel-
basal dan prnadial atau injeksi insulin β alami amylin dan disetujui digunakan
subkutan secara kontinyu. pada orang dewasa dengan DM tipe 1.
• Insulin Basal : NPH, Determir, • Pramlintide bekerja sebagai komplemen
Glargine U-100 dan 300, Degludec insulin dengan meregulasi glukosa pada
U-100 atau 200 sirkulasi dengan mekanisme
• Insulin Prandial : Short-acting, memperlambat pengosongan lambung,
Rapid-acting untuk mengurangi menekan sekresi glucagon yang
resikAo hipoglikemi (Gluisine, berlebihan (Pullman et al., 2006).
Lispro, Aspart)
Selain pemberian insulin, px dianjurkan
mengatur asupan karbohidrat, glukosa
darah, dan aktivitasi fisik.
(ADA,2020)
DIABETES Terapi
MELITUS Terapi DM Tipe 2
1st line METFORMIN
• Ketika A1C ≥ 1,5% (12,5 • Memulai tx insulin • Jika insulin basal telah
mmol/mol) diatas target untuk pasien dengan dititrasi ke kadar glukosa
→ Dual Combination kadar glukosa darah darah puasa (atau jika
Therapy untuk mencapai ≥ 300mg/dL (16,7 dosisnya
target mmol/L) atau A1C > 0,05unit/kg/hari) dan
• Jika target A1C tidak 10% (86mmol/mol A1C tetap diatas target,
tercapai setelah ± 3 atau jika pasien pertimbangan untuk
bulan, metformin dapat memiliki gejala melanjutkan ke tx injeksi
dikombinasi dengan hiperglikemia (yaitu kombinasi.
salah satu dari tx lain poliuria atau
seperti sulfonylurea, polidipsia atau
thiazolidindione, DPP-4 katabolisme
Inhibitor, SGLT2 (penurunan BB).
inhibitor, GLP-1 RA,
atau insulin basal
DIABETES
MELITUS
Terapi
Terapi DM Tipe 2
(ADA,2020)
INSULIN
(ADA,2020)
OBAT ANTI DIABETES
(ADA,2020)
OBAT ANTI DIABETES
(ADA,2020)
DIABETIC FOOT ULCER
Ulkus kaki diabetik merupakan luka kronik pada daerah
pergelangan bawah kaki yang dapat meningkatkan
morbiditas, mortalitas, dan mengurangi kualitas hidup pasien
dan merupakan sebuah komplikasi diabetes yang sering
terjadi.
(PERKENI, 2019)
Bakteri Aerob Bakteri Anaerob
Staphylococcus aureus Peptostreptococcus sp.
Staphylococcus Anaerobic Streptococci
saprophyticus
Staphylococcus Bacteriodes fragilis
epididermis
Streptococcus pyogenes Clostridium sp. DIABETIC Bakteri
Streptococcus mutans FOOT Penyebab
Pseudomonas ULCER
aeruginosa
Bacillus subtilis
Proteus species
Escherichia coli
Klebsiella pneumoniae (Ogba et al., 2019)
(Ogba et al., 2019)
DIABETIC Patofisiologi
FOOT
ULCER
ULCER
STUDI KASUS
DATA PASIEN
NAMA PASIEN NY. SR
UMUR 39 TH
BB/TB -
GINJAL (+)
HEPAR (-)
SUBYEKTIF
KELUHAN UTAMA Badan terasa lemas, pusing, luka pada telapak kaki kanan
ALERGI -
KEPATUHAN (+)
MEROKOK/ALKOHOL -
OT/OTC -
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
12 Desember 2010 • Kondisi umum cukup tetapi pasien mengeluh pusing, nyeri luka kaki, pengeluaran urin 2000
cc/24 jam.
• Data klinis : TD 130/80 mmHg, suhu 380C, nadi 92x/menit.
• Data laboratorium : GDP 174, GD2JPP 245.
13 Desember 2010 • Pasien mengeluh demam dan nyeri luka kaki.
• Data klinis : TD 130/80 mmHg, suhu 380C, nadi 84x/menit.
14 Desember 2010 • Pasien mengeluh nyeri luka kaki, mual muntah, perut terasa penuh, dan badan lemas.
Pengeluaran urin 800 cc/24 jam.
• Data klinis : TD 110/70 mmHg, suhu 370C, nadi 90x/menit.
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi
15 Desember 2010 • Kondisi umum pasien lemah, mual, pusing, dan nyeri luka kaki. Pengeluaran urin 900 cc/24 jam.
• Data klinis : TD 110/70 mmHg, suhu 380C, nadi 100x/menit.
• Data laboratorium : WBC 29,1; RBC 2,32; HGB 6,5.
• Konsul dokter Bedah : dilakukan debridement
16 Desember 2010 • Pasien mengeluh mual, pusing, nyeri luka kaki dan badan lemas. Pengeluaran urin 1000 cc/24 jam.
• Pasien menjalani operasi debridement.
• Data klinis : TD 100/70 mmHg, suhu 360C, nadi 88x/menit.
17 Desember 2010 • Kondisi umum pasien cukup, sedangkan keluhannya pusing dan nyeri luka kaki post operasi.
• Data klinis : TD 130/90 mmHg, suhu 360C, nadi 80x/menit.
• Data laboratorium : WBC 21,7; RBC 3,95; HGB 11,3; GDP 135, GD2JPP 240.
• Dokter bedah menyarankan pasien dilakukan HBO
18 Desember 2010 • Kondisi umum pasien cukup dan masih merasakan nyeri pada luka kaki pasca operasi.
• Data klinis : TD 110/70 mmHg, suhu 360C, nadi 80x/menit.
• Pasien menjalani HBO ke II
DATA PENDUKUNG
Tanggal 16/12, diketahui hasil kultur pus pada luka kaki terdapat bakteri Staphylococcus simulans.
2 Hasil uji kepekaan antibiotic diperoleh antibiotik yang sensitive antara lain : Amoxicillin-Clavulanat,
Cefepim, Chloramphenicol, Ciprofloxacin, Erythromicyn, Gentamicin, Meropenem, Sulfametoxazol-
Trimetropim, Amikacin Sulfat, Levofloxacin, Fosfomycin, Sulbactam/Cefoperazon, Cefoxitine,
Linezolid. Antibiotik yang resisten yaitu Ampicillin, Aztreonam. Antibiotik yang intermediate ialah
Piperacilin/Tazobaktam
DATA PENDUKUNG
3 Tekanan darah pasien tanggal 12,13, dan 17 Desember menunjukkan pada tingkatan pre hipertensi yaitu 130/80.
Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko hipertensi karena pengaruh hemodinamik dan metabolik.
Hiperglikemia akan menghasilkan produk AGEs (advanced glycosilation end products) melalui glikosilasi
nonenzimatik protein intra dan ekstraselular yang merupakan hasil interaksi glukosa dan gugus amino. Produk
AGEs dapat menyebabkan kerusakan endotel sehingga berakibat hipertensi (Kasper, 2005). Penurunan jumlah
insulin akan memicu lipolisis sehingga kadar lipid dalam darah meningkat maka terjadi aterosklerosis serta
hipertensi. Hipertensi pada DM akan memperparah timbulnya resiko mikrovaskular dan makrovaskular maka untuk
menghindari hal ini, tekanan darah pasien harus dipertahankan di bawah 130/80 mmHg (Triplitt, 2005).
Sebelum MRS, pasien memiliki riwayat penyakit ginjal yang ada kaitannya dengan DM. DM menyebabkan efek dari
4 faktor yang dapat larut (faktor pertumbuhan, angiotensin, AGEs, endothelin), perubahan hemodinamik pada
mikrosirkulasi (hiperfusi glomerular, peningkatan tekanan kapiler glomerular) dan perubahan struktur pada
glomerulus (penebalan membran basal glomerular, peningkatan matriks ekstraselular, dan peningkatan volumen
mesangial, fibrosis) (Kasper, 2005).
OBJEKTIF (O)
DATA NILAI TANGGAL
KLINIK NORMAL 11/12 12/12 13/12 14/12 15/12 16/12 17/12 18/12
Tekanan 120/80
110/80 130/80 130/80 110/70 110/70 100/70 130/90 110/70
darah mmHg
80 – 100 x/
Nadi 88 92 84 90 100 88 80 80
menit
Suhu 37 ± 0,50C 36 38 38 37 38 36 36 36
Muntah Negatif - - - + - - - -
Mual Negatif - - + + + - - -
Kepala Negatif -
+ - - - + + +
pusing
Badan Negatif
+ + + + + + - -
lemas
Nyeri luka Negatif
- + + + + + + +
kaki
OBJEKTIF (O)
DATA TANGGAL
NILAI NORMAL
LABORATORIUM 11/12 15/12 16/12 17/12
Pemeriksaan serum
TANGGAL
DATA LABORATORIUM NILAI NORMAL
11/12 12/12 13/12 17/12
MCV 80,0-100,0 fl 86,5 87,5 86,9 88,1
MCH 27,0-32,0 pg 26,7 28,0 27,7 28,6
GLUCOBAY po 50 mg 3x1 x x x x x x
RL iv 20 tts/mnt x x x x x x x
CODEIN Po 20 mg 3x1 x x x x x
CEFTRIAXONE iv 1g 2x1 x x x x
TERAPI
TANGGAL
OBAT RUTE DOSIS FREKUENSI
11 12 13 14 15 16 17 18
ONDENSETRON iv 4 mg 3x1 x x x x
Plan (P)
• Monitoring jumlah cairan dan kadar elektrolit
TERAPI: Diabetes
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan
Plan (P)
• Monitoring kadar gula darah (GDA, DG2PP, GDP) dan HbA1C
• Memberikan actrapid pada px dengan dosis 0,7 – 2,5 IU/kg BB
• Edukasi pada px agar tidak melakukan diet terlalu ketat
TERAPI: Diabetic Foot Ulcer
• Pemberian ceftriaxone untuk terapi antibiotic empiris sudah tepat dengan dosis 2g/hari
melalui IV. Namun, direkomendasikan untuk terapi foot ulcer pemberian ceftriaxone
dikombinasi dengan metronidazole 500mg 3dd1 secara oral atau IV. Metronidazole
efektif pada bakteri gram negative anaerob, dimana pada foot ulcer terdapat banyak
bakteri anaerob sehingga diharapkan eradikasi bakteri lebih maksimal selama terapi
empiris.
• Penggantian ceftriaxone menjadi meropenem tepat karena sesuai dengan hasil kultur
yang sensitive. Selain itu, meropenem merupakan antiobiotik yang stabil terhadap
bakteri extended spectrum beta lactamase (ESBL) yang tahan terhadap penicillin dan
sepalosporin serta lebih sensitive terhadap beragam bakteri anaerob.
• Antibiotika profilak untuk bedah debridement disarankan menggunakan moxifloxacin
dan cepalosporin generasi 3 dan metronidazole. Seharusnya, pada saat menjalankan
operasi debridement digunakan antibiotika profilaksis yaitu ceftriaxone dan
metronidazole.
Plan (P)
• Memantau tanda-tanda SIRS: Suhu, Nadi, RR, dan sel darah putih
• Memantau kondisi infeksi pada kaki px
• Merekomendasikan untuk menambahkan metronidazole (saat pemberian ceftriaxone saja)
• Menginformasikan kepada perawat cara rekonstitusi obat dan waktu penyimpanan obat.
TERAPI: Pra-Operasi
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan
• Midazolam tepat diberikan karena tidak memberikan efek peningkatan gula darah.
Sedangkan beberapa obat untuk anestesi berpengaruh pada peningkatan gula darah
seperti propofol
Plan (P)
• Monitoring kesadaran pasien dengan skala GCS
TERAPI: Nyeri
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan
Antrain i.v Natrium Metamuzike 3dd1 ampul Px merasa nyeri karena ada luka
500mg/2mL pada kaki kanan. Metamizole
merupakan golongan antiinflamasi
non steroid dengan mekanisme
menghambat COX-3. Dosis dewasa
i.v 500mg tiap 8jam untuk nyeri dan
demam, 1000-2500mg dengan slow
infusion selama 15menit, maks.
5000mg/hari.
• Ketorolak digunakan untuk terapi jangka pendek ≤ 5 hari untuk nyeri akut cukup parah.
Pada pasien yang memiliki riawayat sakit ginjal, dosis perlu disesuaikan.
• Penggunaan codein untuk menghilangkan nyeri dengan dosis efektif yang terendah
dan untuk periode terpendek
• Antrain (Metamizole Na) diberikan dengan dosis rendah pada px gangguan ginjal.
Metamizole Na iv harus diberikan dengan sangat lambat (tidak lebih dari 1mL/menit)
agar dapat segera dihentikan ketika ada anafilaktik syok.
Plan (P)
• Penyesuaian dosis ketorolac
• Monitoring reaksi tidak diinginkan saat pemberian Metamizole Na iv (analfilaktik syok)
• Monitoring skala nyeri px
TERAPI: Anemia
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan
PRC (Packed Red Cell) Packed Red Cell 15/12: 3 kolf Pemberian PRC berfungsi untuk
16/12: 2 kolf mengatasi anemia pada px.
Plan (P)
• Monitoring data laboratorium (RBC, HgB, HCT, MCV, MCH, MCHC
• Monitoring kondisi umum pasien (lemas atau pusing)
• Merekomendasikan penggantian becombion menjadi zat besi
TERAPI: Premedikasi Transfusi Darah
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan
• Pada saat proses transfusi darah seringkali terjadi retensi air yang dapat memperburuk
fungsi paru, jantung, atau ginjal. Furosemid merupakan diuretic sehingga dapat
mengurangi air dalam tubuh dengan mengekskresikan air melalui urin
Plan (P)
Plan (P)
• Berdasarkan data klinik, suhu tubuh pasien mengalami peningkatan sehingga perlu
mendapatkan terapi antipiretik
Plan (P)
Fleet Enema Monobasic sodium 1dd1 botol Memiliki efek saline cathartic. Salin
phosphate dan dibasic cathartic adalah garam anorganik.
sodium pospate Ketika garam masuk ke dalam
lumen usus, , tekanan osmotic
meningkat, yang akan menarik air
ke arahnya dan menghasilkan lebih
banyak kotoran → meningkatkan
motilitas dan gerak peristaltic
Assessment (A)
Plan (P)
• Monitoring frekuensi dan konsistensi BAB px
REFERENSI
● ADA, 2020. Standards of Medical Care in Diabetes-2020 Abridged for
Primary Care Providers. Diabetes Care, Vol. 43, Suppl. 1
● Cohen, K., Shinkazh, N., Frank, J., Israel, I., & Fellner, C. (2015).
Pharmacological treatment of diabetic peripheral neuropathy. Pharmacy and
Therapeutics, 40(6), 372.
● DiPiro, J. T., et al., 2020. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach
11th Ed. New York: Mc-Graw Hill Education
● Lepantalo M, et al. Diabetic foot. European Journal of Vascular and
Endovascular Surgery. 2011;42(52):S60-S74
● Perkeni. 2019. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Dewasa
● Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2019. Pedoman dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2019. PB Perkeni : Jakarta