Anda di halaman 1dari 59

Diabetes

Melitus
Ahmad Faiz Ardani/052013143099
Kelompok 2 PKP RS Rotasi 3
Periode 112
outline.
Definisi

01
Etiologi Patofisiologi

03
Klasifikasi
Studi Kasus
Diagnosis & Terapi
+Diabetic Foot Ulcer

02
Interpretasi
Data Lab dan
Data Klinis
DIABETES
Diabetes adalah sekelompok kelainan metabolic yang
dikarakterisasi oleh terjadinya hiperglikemi dan abnormalitas
pada metabolism karbohidrat, lemak, dan protein. Terjadi
akibat kerusakan pada sekresi insulin, sensitivitas insulin,
maupun keduanya.

(Pharmacotherapy Handbook 7th ed.)


DIABETES Etiologi
MELITUS
Etiologi Diabetes
1. Gangguan sekresi insulin,
glukagon, dan hormone lain
yang menyebabkan
abnormalitas metabolisme
karbohidrat
2. Resistensi insulin

Dipiro, 2020
DIABETES Patofisiologi
MELITUS
PATOFISIOLOGI DM TIPE 1

• DM tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel β-pankreas yang dimediasi system imun,
sehingga dapat menyebabkan defisiensi absolut insulin
• Proses autoimun dimediasi oleh makrofag dan limfosit T

Dipiro, 2020
DIABETES Patofisiologi
MELITUS

(PERKENI, 2019)
DIABETES MELITUS Klasifikasi

Diabetes Tipe 1 Diabetes Melitus Gestasional

Kerusakan sel
Diabetes yang terjadi
autoimun, biasanya
saat masa kehamilan
menyebabkan defisiensi
insulin absolut

Diabetes Tipe 2 Jenis Diabetes tertentu


karena Penyebab lain
Terjadi akibat resistensi
insulin dan kekuranga Sindrom monogenik,
sekresi insulin relatif penyakit pankreas
eksokrin, obat atau
bahan kimia.

(Dipiro, 2020; PERKENI, 2019)


DIABETES MELITUS Diagnosis

(Dipiro, 2009)
DIABETES Terapi
MELITUS Tujuan Terapi
Tujuan penatalaksanaan terapi secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup pasien
diabetes.

1. Jangka pendek : hilangkan keluhan DM, perbaiki kualitas hidup, dan kurangi
risiko komplikasi akut
2. Jangka panjang : cegah dan hambat progresivitas penyulit mikroangipati dan
makroangiopati
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM

(PERKENI,2019)
DIABETES Terapi
MELITUS Target Terapi

Dipiro, 2009

(ADA,2020)
DIABETES Terapi
MELITUS Manajemen Terapi

TERAPI NON FARMAKOLOGI

• Atur pola makan sehat (kalori dan karbohidrat


sedang dan rendah lemak jenuh <7% dari total
kalori, dengan semua viitamin dan mineral
• Penurunan atau pemeliharaan BB
• Aktivitas Fisik

TERAPI FARMAKOLOGI

• Insulin
• OAD
DIABETES Terapi
MELITUS Terapi DM Tipe 1
INSULIN NON INSULIN

Injeksi harian berulang untuk insulin • Pramlintide didasarkan pada peptida sel-
basal dan prnadial atau injeksi insulin β alami amylin dan disetujui digunakan
subkutan secara kontinyu. pada orang dewasa dengan DM tipe 1.
• Insulin Basal : NPH, Determir, • Pramlintide bekerja sebagai komplemen
Glargine U-100 dan 300, Degludec insulin dengan meregulasi glukosa pada
U-100 atau 200 sirkulasi dengan mekanisme
• Insulin Prandial : Short-acting, memperlambat pengosongan lambung,
Rapid-acting untuk mengurangi menekan sekresi glucagon yang
resikAo hipoglikemi (Gluisine, berlebihan (Pullman et al., 2006).
Lispro, Aspart)
Selain pemberian insulin, px dianjurkan
mengatur asupan karbohidrat, glukosa
darah, dan aktivitasi fisik.

(ADA,2020)
DIABETES Terapi
MELITUS Terapi DM Tipe 2
1st line METFORMIN

• Ketika A1C ≥ 1,5% (12,5 • Memulai tx insulin • Jika insulin basal telah
mmol/mol) diatas target untuk pasien dengan dititrasi ke kadar glukosa
→ Dual Combination kadar glukosa darah darah puasa (atau jika
Therapy untuk mencapai ≥ 300mg/dL (16,7 dosisnya
target mmol/L) atau A1C > 0,05unit/kg/hari) dan
• Jika target A1C tidak 10% (86mmol/mol A1C tetap diatas target,
tercapai setelah ± 3 atau jika pasien pertimbangan untuk
bulan, metformin dapat memiliki gejala melanjutkan ke tx injeksi
dikombinasi dengan hiperglikemia (yaitu kombinasi.
salah satu dari tx lain poliuria atau
seperti sulfonylurea, polidipsia atau
thiazolidindione, DPP-4 katabolisme
Inhibitor, SGLT2 (penurunan BB).
inhibitor, GLP-1 RA,
atau insulin basal
DIABETES
MELITUS

Terapi
Terapi DM Tipe 2

(ADA,2020)
INSULIN

(ADA,2020)
OBAT ANTI DIABETES

(ADA,2020)
OBAT ANTI DIABETES

(ADA,2020)
DIABETIC FOOT ULCER
Ulkus kaki diabetik merupakan luka kronik pada daerah
pergelangan bawah kaki yang dapat meningkatkan
morbiditas, mortalitas, dan mengurangi kualitas hidup pasien
dan merupakan sebuah komplikasi diabetes yang sering
terjadi.

(PERKENI, 2019)
Bakteri Aerob Bakteri Anaerob
Staphylococcus aureus Peptostreptococcus sp.
Staphylococcus Anaerobic Streptococci
saprophyticus
Staphylococcus Bacteriodes fragilis
epididermis
Streptococcus pyogenes Clostridium sp. DIABETIC Bakteri
Streptococcus mutans FOOT Penyebab
Pseudomonas ULCER
aeruginosa
Bacillus subtilis
Proteus species
Escherichia coli
Klebsiella pneumoniae (Ogba et al., 2019)
(Ogba et al., 2019)
DIABETIC Patofisiologi
FOOT
ULCER

(Lepantalo et al., 2011)


DIABETIC Klasifikasi
FOOT
ULCER
DIABETIC Terapi
FOOT Mild Moderate Severe

ULCER
STUDI KASUS
DATA PASIEN
NAMA PASIEN NY. SR

UMUR 39 TH

BB/TB -

GINJAL (+)

HEPAR (-)
SUBYEKTIF
KELUHAN UTAMA Badan terasa lemas, pusing, luka pada telapak kaki kanan

DIAGNOSIS Ulkus pedis (D), DM

RIWAYAT PENYAKIT Sakit ginjal, DM

RIWAYAT PENGOBATAN Amaryl, glucopage

ALERGI -

KEPATUHAN (+)

MEROKOK/ALKOHOL -

OT/OTC -
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi


11 Desember 2010 • Pasien dari UGD mengeluh badan terasa lemah, pusing, dan luka di telapak kaki kanan.
• Data klinis : GCS 456, TD : 110/80 mmHg, suhu 36,8 0C, nadi 110x/menit, RR 26x/menit.
• Data laboratorium : WBC 24; RBC 3,18; HGB 8,5; GDA 69.

12 Desember 2010 • Kondisi umum cukup tetapi pasien mengeluh pusing, nyeri luka kaki, pengeluaran urin 2000
cc/24 jam.
• Data klinis : TD 130/80 mmHg, suhu 380C, nadi 92x/menit.
• Data laboratorium : GDP 174, GD2JPP 245.
13 Desember 2010 • Pasien mengeluh demam dan nyeri luka kaki.
• Data klinis : TD 130/80 mmHg, suhu 380C, nadi 84x/menit.
14 Desember 2010 • Pasien mengeluh nyeri luka kaki, mual muntah, perut terasa penuh, dan badan lemas.
Pengeluaran urin 800 cc/24 jam.
• Data klinis : TD 110/70 mmHg, suhu 370C, nadi 90x/menit.
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi
15 Desember 2010 • Kondisi umum pasien lemah, mual, pusing, dan nyeri luka kaki. Pengeluaran urin 900 cc/24 jam.
• Data klinis : TD 110/70 mmHg, suhu 380C, nadi 100x/menit.
• Data laboratorium : WBC 29,1; RBC 2,32; HGB 6,5.
• Konsul dokter Bedah : dilakukan debridement

16 Desember 2010 • Pasien mengeluh mual, pusing, nyeri luka kaki dan badan lemas. Pengeluaran urin 1000 cc/24 jam.
• Pasien menjalani operasi debridement.
• Data klinis : TD 100/70 mmHg, suhu 360C, nadi 88x/menit.

17 Desember 2010 • Kondisi umum pasien cukup, sedangkan keluhannya pusing dan nyeri luka kaki post operasi.
• Data klinis : TD 130/90 mmHg, suhu 360C, nadi 80x/menit.
• Data laboratorium : WBC 21,7; RBC 3,95; HGB 11,3; GDP 135, GD2JPP 240.
• Dokter bedah menyarankan pasien dilakukan HBO

18 Desember 2010 • Kondisi umum pasien cukup dan masih merasakan nyeri pada luka kaki pasca operasi.
• Data klinis : TD 110/70 mmHg, suhu 360C, nadi 80x/menit.
• Pasien menjalani HBO ke II
DATA PENDUKUNG

1 Tanggal 16/12 pasien menjalani operasi debridement.

Tanggal 16/12, diketahui hasil kultur pus pada luka kaki terdapat bakteri Staphylococcus simulans.
2 Hasil uji kepekaan antibiotic diperoleh antibiotik yang sensitive antara lain : Amoxicillin-Clavulanat,
Cefepim, Chloramphenicol, Ciprofloxacin, Erythromicyn, Gentamicin, Meropenem, Sulfametoxazol-
Trimetropim, Amikacin Sulfat, Levofloxacin, Fosfomycin, Sulbactam/Cefoperazon, Cefoxitine,
Linezolid. Antibiotik yang resisten yaitu Ampicillin, Aztreonam. Antibiotik yang intermediate ialah
Piperacilin/Tazobaktam
DATA PENDUKUNG

3 Tekanan darah pasien tanggal 12,13, dan 17 Desember menunjukkan pada tingkatan pre hipertensi yaitu 130/80.
Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko hipertensi karena pengaruh hemodinamik dan metabolik.
Hiperglikemia akan menghasilkan produk AGEs (advanced glycosilation end products) melalui glikosilasi
nonenzimatik protein intra dan ekstraselular yang merupakan hasil interaksi glukosa dan gugus amino. Produk
AGEs dapat menyebabkan kerusakan endotel sehingga berakibat hipertensi (Kasper, 2005). Penurunan jumlah
insulin akan memicu lipolisis sehingga kadar lipid dalam darah meningkat maka terjadi aterosklerosis serta
hipertensi. Hipertensi pada DM akan memperparah timbulnya resiko mikrovaskular dan makrovaskular maka untuk
menghindari hal ini, tekanan darah pasien harus dipertahankan di bawah 130/80 mmHg (Triplitt, 2005).

Sebelum MRS, pasien memiliki riwayat penyakit ginjal yang ada kaitannya dengan DM. DM menyebabkan efek dari
4 faktor yang dapat larut (faktor pertumbuhan, angiotensin, AGEs, endothelin), perubahan hemodinamik pada
mikrosirkulasi (hiperfusi glomerular, peningkatan tekanan kapiler glomerular) dan perubahan struktur pada
glomerulus (penebalan membran basal glomerular, peningkatan matriks ekstraselular, dan peningkatan volumen
mesangial, fibrosis) (Kasper, 2005).
OBJEKTIF (O)
DATA NILAI TANGGAL
KLINIK NORMAL 11/12 12/12 13/12 14/12 15/12 16/12 17/12 18/12

Tekanan 120/80
110/80 130/80 130/80 110/70 110/70 100/70 130/90 110/70
darah mmHg
80 – 100 x/
Nadi 88 92 84 90 100 88 80 80
menit
Suhu 37 ± 0,50C 36 38 38 37 38 36 36 36

Muntah Negatif - - - + - - - -
Mual Negatif - - + + + - - -
Kepala Negatif -
+ - - - + + +
pusing
Badan Negatif
+ + + + + + - -
lemas
Nyeri luka Negatif
- + + + + + + +
kaki
OBJEKTIF (O)

DATA TANGGAL
NILAI NORMAL
LABORATORIUM 11/12 15/12 16/12 17/12

Pemeriksaan serum

WBC 4,0 – 11,0. 103/µL 24 29,1 26,9 21,7

RBC 3,8 – 5,30. 106/µL 3,18 2,32 3,28 3,95

HGB 12,0 – 18,0 g/dL 8,5 6,5 9,1 11,3

HCT 34,0 – 48,0 % 27,5 20,3 28,5 34,8


OBJEKTIF (O)

TANGGAL
DATA LABORATORIUM NILAI NORMAL
11/12 12/12 13/12 17/12
MCV 80,0-100,0 fl 86,5 87,5 86,9 88,1
MCH 27,0-32,0 pg 26,7 28,0 27,7 28,6

MCHC 32,0-36,0 g/dL 30,9 32,0 31,9 32,5

PLT 150-400. 103/µL 391 442 407 406

HBA1C <6,5% 7,8

GDA <110 mg/dL 69

GDP 70 – 105 mg/dL 174 135

GD2PP <120 mg/dL 245 240


TERAPI
TANGGAL
OBAT RUTE DOSIS FREKUENSI
11 12 13 14 15 16 17 18

LANTUS SOLOSTAR iv 10 iu 0-0-10 iu x x x x x x

GLUCOBAY po 50 mg 3x1 x x x x x x

RL iv 20 tts/mnt x x x x x x x

RINGER ASERING iv 2000 cc Per 24 jam x x

ANTRAIN Iv 500 mg 3x1 ampul x x x x x x

CODEIN Po 20 mg 3x1 x x x x x

KETOROLAK iv 30 mg 3x1 ampul x

CEFTRIAXONE iv 1g 2x1 x x x x
TERAPI
TANGGAL
OBAT RUTE DOSIS FREKUENSI
11 12 13 14 15 16 17 18

ONDENSETRON iv 4 mg 3x1 x x x x

PANTOPRAZOLE iv 40 mg 1x1 vial x

GASTRIDIN iv 50 mg 2x1 ampul x x x

PARASETAMOL Po 500 mg 1x1 x X

DULCOLAX Rektal 10 mg 1xII supp X

FLEET ENEMA Po 2,4 g 1x1 botol X

BECOMBION Po 2x1 ampul x x x x x x x x

LASIX iv 40 mg 1x1 ampul x


TERAPI: Rehidrasi Cairan
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan
Infus RL (Ringer Natrium laktat, kalium 20 tetes/menit Px mengeluh lemas.
Laktat) klorida, kalsium klorida RL digunakan sebagai
rehidrasi cairan pada
pasien,

Ringer Asering Na+, K+, Cl-, asetat 2000/24jam Px masih merasa


lemas setelah diberikan
RL, sehingga diberi
Ringer Asering yang
memiliki kecepatan
metabolisme lebih
cepat dibandingkan
laktat.
Assessment (A)
• Px mengalami DM dan ulkus pedis dextra, sehingga badan lemas karena kehilangan cairan tubuh
da terjadi gangguan elektrolit → RL sebagai rehidrasi cairan
• Hingga tanggal 16 kondisi pasien masih merasakan lemas sehingga diberikan ringer asering
dengan kecepatan metabolisme (250-400mEq/jam) yang lebih cepat dibandingkan ringer laktat
(100mEq/jam)

Plan (P)
• Monitoring jumlah cairan dan kadar elektrolit
TERAPI: Diabetes
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan

Lantus Solostar Insulin Glargine 0-0-10 IU Insulin glargine → long


100 IU/mL acting. Mekanisme:
menurunkan kadar GD dg
menstimulasi pengambilan
glukosa perifer dan
menghambat produksi
glukosa hati.
Dosis literatur: dimulai
dengan dosis 10IU sekali
sehari s.c dimalam hari
pada jam yang sama.
Glucobay Tablet Oral 3dd1 Obat oral antidiabetes
Acarbose 50mg dengan mekanisme
memperlambat absopsi
glukosa dalam GIT.
Dosis literatur: 25-100mg
sehari tiga kali saat suapan
pertama makan.
Assessment (A)
• Sebelum MRS, px rutin/patuh mengkonsumsi OAD yaitu Amaryl (Glimepirid) dan
Glucophage (Metformin HCl), Px diduga mengalami hipoglikemi setelah
mengkonsumsi obat tersebut.
• Keadaan infeksi pada px menyebabkan kenaikan glucagon, adrenalin, dan kortisol
sehingga memicu pengeluaran glukosa dari sel sehingga terjadi hiperglikemi.
Pemberian acarbose tidak dapat mengatasi keadaan tersebut sehingga diperlukan
insulin rapid acting (actrapid) maupun long acting (lantus solostar)
• Tx px dengan pemberian Lantus solostar dan glucobay (acarbose) kurang tepat
karena setelah pemberian obat tersebut GDP dan GD2PP px masih tinggi, sehingga
direkomendasikan untuk Glucobay digantikan dengan insulin rapid acting seperti
actrapid agar GD2PP dapat diturunkan segera.

Plan (P)
• Monitoring kadar gula darah (GDA, DG2PP, GDP) dan HbA1C
• Memberikan actrapid pada px dengan dosis 0,7 – 2,5 IU/kg BB
• Edukasi pada px agar tidak melakukan diet terlalu ketat
TERAPI: Diabetic Foot Ulcer

Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat


Sediaan

Ceftriaxone i.v Serbuk injeksi 1 gram 2dd1 gram Ceftriaxone → AB


spektrum luas, cocok untuk
profilaksis. Ceftriaxone AB
pilihan untuk infeksi
diabetic foot. Mekanisme:
mengambat sintesis
dinding sel bakteri.
Diberikan secara iv 2-4
menit dengan dosis 1-
2gram sehari dalam dosis
terbagi. Ceftriaxone
diberikan selama 3-5hr ad
hasil kultur keluar.
TERAPI: Diabetic Foot Ulcer

Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat


Sediaan

Meropenem Serbuk injeksi 1 gram 2dd1 gram Meropenem → AB


betalaktam spektrum luas
dengan mekanisme
mengahambat dinding sel
bakteri. Dipilih karena
sesuai hasil kultur
meropenem merupakan AB
yg sensitive pada px.
Dosis: secara i.v3-5menit
dengan dosis 1 gram.
Assessment (A)

• Pemberian ceftriaxone untuk terapi antibiotic empiris sudah tepat dengan dosis 2g/hari
melalui IV. Namun, direkomendasikan untuk terapi foot ulcer pemberian ceftriaxone
dikombinasi dengan metronidazole 500mg 3dd1 secara oral atau IV. Metronidazole
efektif pada bakteri gram negative anaerob, dimana pada foot ulcer terdapat banyak
bakteri anaerob sehingga diharapkan eradikasi bakteri lebih maksimal selama terapi
empiris.
• Penggantian ceftriaxone menjadi meropenem tepat karena sesuai dengan hasil kultur
yang sensitive. Selain itu, meropenem merupakan antiobiotik yang stabil terhadap
bakteri extended spectrum beta lactamase (ESBL) yang tahan terhadap penicillin dan
sepalosporin serta lebih sensitive terhadap beragam bakteri anaerob.
• Antibiotika profilak untuk bedah debridement disarankan menggunakan moxifloxacin
dan cepalosporin generasi 3 dan metronidazole. Seharusnya, pada saat menjalankan
operasi debridement digunakan antibiotika profilaksis yaitu ceftriaxone dan
metronidazole.
Plan (P)

• Memantau tanda-tanda SIRS: Suhu, Nadi, RR, dan sel darah putih
• Memantau kondisi infeksi pada kaki px
• Merekomendasikan untuk menambahkan metronidazole (saat pemberian ceftriaxone saja)
• Menginformasikan kepada perawat cara rekonstitusi obat dan waktu penyimpanan obat.
TERAPI: Pra-Operasi
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan

Midazolam i.v Midazolam 20 tetes/menit Px akan menjalani operasi


debridement. Midazolam
merupakan golongan
benzodiazepine yang
bekerja dengan cara
memperlambat kerja otak
dan sistem saraf. Tujuanya
adalah untuk induksi
anestesi. Dosis Untuk
induksi anestesi 150 – 250
mcg / kg dengan intravena
lambat dengan premedikasi
sebelumnya atau 300 – 350
mcg / kgBB bagi pasien
yang tidak mendapat
premedikasi.

0,5 mg / kgBB untuk


mengatasi ansietas
Assessment (A)

• Midazolam tepat diberikan karena tidak memberikan efek peningkatan gula darah.
Sedangkan beberapa obat untuk anestesi berpengaruh pada peningkatan gula darah
seperti propofol

Plan (P)
• Monitoring kesadaran pasien dengan skala GCS
TERAPI: Nyeri
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan

Antrain i.v Natrium Metamuzike 3dd1 ampul Px merasa nyeri karena ada luka
500mg/2mL pada kaki kanan. Metamizole
merupakan golongan antiinflamasi
non steroid dengan mekanisme
menghambat COX-3. Dosis dewasa
i.v 500mg tiap 8jam untuk nyeri dan
demam, 1000-2500mg dengan slow
infusion selama 15menit, maks.
5000mg/hari.

Codein Codein 20mg 3dd1 Codein merupakan golongan


analgesic opioid, untuk meredakan
nyeri karena luka pada kaki pasien.
Mekanisme codein adalah berikatan
dengan reseptor opioid di otak
sehingga meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Dosis untuk nyeri 15-
60mg tiap 4-6jam sekali maks. 360mg
sehari. Codein memiliki ESO
konstipasi.
TERAPI: Nyeri
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan

Ketorolak i.v Ketorolak 30mg/mL 3dd1 ampul Untuk meredakan nyeri


(analgesic)., dengan mekanisme
menghambat enzim COX sehingga
menghambat produksi
prostaglandin. Dosis i.v 30mg tiap
6jam, maks 120mg.
Assessment (A)

• Ketorolak digunakan untuk terapi jangka pendek ≤ 5 hari untuk nyeri akut cukup parah.
Pada pasien yang memiliki riawayat sakit ginjal, dosis perlu disesuaikan.
• Penggunaan codein untuk menghilangkan nyeri dengan dosis efektif yang terendah
dan untuk periode terpendek
• Antrain (Metamizole Na) diberikan dengan dosis rendah pada px gangguan ginjal.
Metamizole Na iv harus diberikan dengan sangat lambat (tidak lebih dari 1mL/menit)
agar dapat segera dihentikan ketika ada anafilaktik syok.

Plan (P)
• Penyesuaian dosis ketorolac
• Monitoring reaksi tidak diinginkan saat pemberian Metamizole Na iv (analfilaktik syok)
• Monitoring skala nyeri px
TERAPI: Anemia
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan

PRC (Packed Red Cell) Packed Red Cell 15/12: 3 kolf Pemberian PRC berfungsi untuk
16/12: 2 kolf mengatasi anemia pada px.

Becombion Tiap tablet mengandung 2dd1 Vitamin B kompleks berfungsi


Vitamin B1 15mg membantu tubuh untuk mengolah
Vitamin B2 15mg dan mendapatkan energi dari
Vitamin B3 50mg makanan yang dikonsumsi,
Vitamin B5 25mg memelihara kesehatan otot, mata
Vitamin B6 10mg dan saraf, serta untuk
Vitamin B12 10mcg membentuk sel darah merah.
D(+) biotin 0,15mg Sebaiknya diberikan bersama
makanan agar diserap dengan
baik.
Assessment (A)
• Data laboratorium seperti RBC, HgB, HCT px berada dibawah normal. Px didiagnosis
mengalami anemia. PRC merupakan sel darah merah yang berisi eritrosit, trombosit,
leukosit, dan sedikit plasma. Pemberian PRC berfungsi untuk membantu
meningkatkan sel darah merah px
• Kondisi anemia pada px adalah anemia mikrositik hipokromik sehingga penangannya
lebih tepat menggunakan zat besi daripada multivitamin.

Plan (P)
• Monitoring data laboratorium (RBC, HgB, HCT, MCV, MCH, MCHC
• Monitoring kondisi umum pasien (lemas atau pusing)
• Merekomendasikan penggantian becombion menjadi zat besi
TERAPI: Premedikasi Transfusi Darah
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan

Lasix Furosemid Injeksi 20mg/mL 1dd1 Furosemid merupakan golongan


(ampul) diuretik kuat, dengan onset kerja
cepat. Mekanisme kerja furosemide
dengan menghambat reabsorbsi
elektrolit pada lengkung henle yang
dapat menyebabkan ekskresi
elektrolit melalui urin meningkat.
Furosemid dipilih untuk mengatasi
edema karena memiliki efek diuresis
yang kuat sehingga diharapkan
dapat mencegah edema yang terjadi
karena transfuse darah . Dosis
menurut literatur adalah 1mg/kgBB
Assessment (A)

• Pada saat proses transfusi darah seringkali terjadi retensi air yang dapat memperburuk
fungsi paru, jantung, atau ginjal. Furosemid merupakan diuretic sehingga dapat
mengurangi air dalam tubuh dengan mengekskresikan air melalui urin

Plan (P)

• Monitoring tanda-tanda reaksi tranfusi akut seperti demam, takikardi, hipertensi/hipotensi,


urtikaria dan gangguan nafas dalam waktu 24jam pasca transfusi
• Monitoring kadar elektrolit (Na, K, Ca, Cl)
• Monitoring keluar masuknya cairan (masuk: jumlah cairan infus dan minuman, keluar:
volume urin)
TERAPI: Mual Muntah
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan
Ondansetron i.v Injeksi intravena 3dd1 Ondansetron merupakan
4mg/2mL antagonis reseptor serotonin 5-
HT3 digunakan untuk
mengatasi mual dan muntah
dengan mengeblok reseptor
serotonin. Serotonin
menginduksi pembentukan
setilkolin melalui reseptor 5-
HT3 yang menyebabkan
meningkatnya peristaltic dan
muncul rasa mual. Dosis
menurut literatur 4mg iv/im
segera sebelum anestesi atau
setelah prosedur.
TERAPI: Mual Muntah
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan
Pantoprazole i.v Injekasi intravena 1dd1 vial PPI dapat mengambat asam
40mg/vial lambung dengan menghambat
kerja enzim (K+H+ATPase)
yang memecah K+H+ATP
menghasilkan energi yang
digunakan untuk mengeluarkan
asam HCl dari kanalikuli sel
parietal ke dalam lumen
lambung. Dosis untuk
pengobatan GERD jangka
pendek 40mg IV infus selama
15 menit
TERAPI: Mual Muntah
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan
Gastridin i.v Ampul Ranitidin 2dd1 ampul Ranitidin merupakan antagonis
25mg/mL reseptor H2 yang bekerja
dengan memblok reseptor
histamin pada sel parietal
sehingga tidak dapat
dirangsang untuk
mengeluarkan asam lambung.
Dosis sesuai literatur 50mg tiap
6-8jam injeksi iv lambat
Assessment (A)
• Pasien berusia kurang dari 50tahun dan menderita DM dapat meningkatkan resiko
PONV. Gerakan tiba-tiba, perubahan posisi, pemulihan pasca operasi dapat
menimbulkan mual dan muntah pada px setelah mendapat anestesi. Pemberian
ondansetron sudah sesuai untuk PONV karena merupakan lini pertama yaitu
antagonis serotonin.
• Penggunaan ranitidin dan pantoprazole pada 3 hari pertama, ranitidine dihentikan dan
pantoprazole dilanjutkan.
• Pantoprazole dapat membantu mengontrol gula darah dengan cara menurunkan nilai
HbA1C dan meningkatkan sekresi insulin. Obat golongan PPI lain tidak memberikan
efek serupa.

Plan (P)

• Monitoring efektivitas terapi (masih mual dan muntah atau tidak)


• Monitoring DRP potensial efek samping ketiga obat
• Memberikan informasi pada perawat terkait rekonstitusi sediaan
TERAPI: Demam
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan

Paracetamol Tablet Paracetamol 500mg 1dd1 Berdasarkan data klinik, pasien


mengalami demam pada tanggal
12/12/2010, 13/12/2010, dan
15/12/2010 dimana suhu tubuh
pasien mengalami peningkatan
menjadi 380C → perlu diberikan
antipiretik untuk menurunkan
suhu tubuh pasien
Parasetamol memiliki efek
sebagai antipiretik dan analgesik
ringan
Assessment (A)

• Berdasarkan data klinik, suhu tubuh pasien mengalami peningkatan sehingga perlu
mendapatkan terapi antipiretik

Plan (P)

• Monitoring suhu tubuh pasien


TERAPI: Konstipasi
Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Dosis Tinjauan Obat
Sediaan

Dulcolax Tablet mengandung 1dd1 suppo Bisakodil merupakan obat


bisakodil 10mg pencahar yang bekerja secara
lokal di usus besar yaitu dengan
merangsang Gerakan peristaltic
usus secara langsung dan
meningkatkan sekresi cairan.

Fleet Enema Monobasic sodium 1dd1 botol Memiliki efek saline cathartic. Salin
phosphate dan dibasic cathartic adalah garam anorganik.
sodium pospate Ketika garam masuk ke dalam
lumen usus, , tekanan osmotic
meningkat, yang akan menarik air
ke arahnya dan menghasilkan lebih
banyak kotoran → meningkatkan
motilitas dan gerak peristaltic
Assessment (A)

• Pada tanggal 16 pasien menjalani operasi debridement. Pengosongan lambung dan


kolon sebelum operasi diperlukan untuk untuk menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindari terjadinya infeksi pasca pembedahan. Pasien
mengalami konstipasi dapat dikarenakan pasien harus berpuasa sebelum operasi,
pengaruh penggunaan bius, dan/atau terlalu lama berbaring sejak MRS → pemberian
laksatif untuk mengatasi konstipasi pada pasien

Plan (P)
• Monitoring frekuensi dan konsistensi BAB px
REFERENSI
● ADA, 2020. Standards of Medical Care in Diabetes-2020 Abridged for
Primary Care Providers. Diabetes Care, Vol. 43, Suppl. 1
● Cohen, K., Shinkazh, N., Frank, J., Israel, I., & Fellner, C. (2015).
Pharmacological treatment of diabetic peripheral neuropathy. Pharmacy and
Therapeutics, 40(6), 372.
● DiPiro, J. T., et al., 2020. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach
11th Ed. New York: Mc-Graw Hill Education
● Lepantalo M, et al. Diabetic foot. European Journal of Vascular and
Endovascular Surgery. 2011;42(52):S60-S74
● Perkeni. 2019. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Dewasa
● Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2019. Pedoman dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2019. PB Perkeni : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai