Anda di halaman 1dari 15

DIABETES MELLITUS

PANDUAN PRAKTIK KLINIK


No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 2
PPK/ /VII/2022

Tanggal terbit: Ditetapkan di Kudus


Kepala Rumkitban
Juli 2022

DENKESYAH 04.04.03 drg. Edlyn Nathania


RUMKITBAN 04.08.04 Lettu Ckm (K)
Nrp.11170033411286
KARTIKA HUSADA KUDUS
PENGERTIAN Kumpulan gejala yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin
(resistensi insulin) dan sekresi insulin atau
kedua-duanya
ANAMNESIS Gejala khas: Polifagia, Poliuri, Polidipsi,
Penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya
Gejala yang tidak khas: Lemah, Kesemutan
(rasa baal di ujung-ujung ekstremitas), Gatal,
Mata kabur, Disfungsi ereksi pada pria,
Pruritus vulvae pada wanita, dan Luka yang
sulit sembuh
PEMERIKSAAN FISIK GCS
Penilaian berat badan
Mata : Penurunan visus, lensa mata buram
Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan
mikrofilamen
KRITERIA DIAGNOSIS Terdapat gejala (poliuria, polidipsia, polifagi) +
glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1
mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir
DIAGNOSIS KERJA Diabetes mellitus
DIAGNOSIS BANDING Gangguan Toleransi Glukosa
Gangguan Gula Darah Puasa
PEMERIKSAAN Gula Darah Puasa
PENUNJANG Gula Darah 2 jam Post Prandial
Urinalisis
TATALAKSANA Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan
dengan modifikasi gaya hidup dan
pengobatan. Pemilihan jenis Obat
Hipoglikemik oral (OHO) dan insulin bersifat
individual tergantung kondisi pasien dan
sebaiknya mengkombinasi obat dengan cara
kerja yang berbeda.
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
 OHO dimulai dengan dosis kecil dan
ditingkatkan secara bertahapsesuai respons
kadar glukosa darah, dapat diberikansampai
dosis optimal.
 Sulfonilurea : 15–30 menit sebelum makan.
 Metformin : sebelum/pada saat/sesudah
makan
 Penghambat glukosidase (Acarbose):
bersama makan suapan pertama
KOMPETENSI Dokter Spesialis Dalam
KOMPLIKASI Akut : Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar
non ketotik, Hipoglikemia
Kronik : Makroangiopati, Pembuluh darah
jantung, Pembuluh darah perifer, Pembuluh
darah otak
Mikroangiopati : Pembuluh darah kapiler
retina, pembuluh darah kapiler renal,
Neuropati
Gabungan : Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki
diabetik, disfungsi ereksi
EDUKASI Edukasi meliputi pemahaman tentang:
 Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh
tetapi dapat dikontrol
 Gaya hidup sehat harus diterapkan pada
penderita misalnya olahraga, menghindari
rokok, dan menjaga pola makan.
 Pemberian obat jangka panjang dengan
kontrol teratur setiap 2 minggu
PROGNOSIS Prognosis umumnya adalah dubia. Karena
penyakit ini adalah penyakit kronis, quo ad
vitam umumnya adalah dubia ad bonam,
namun quo ad fungsionam dan
sanationamnya adalah dubia ad malam
KEPUSTAKAAN Kementerian Kesehatan Indonesia. Panduan
praktik klinis bagi Dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Indonesia; 2022
TYPHOID
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 3
PPK/ /VII/2022

Tanggal terbit: Ditetapkan di Kudus


Kepala Rumkitban
Juli 2022

DENKESYAH 04.04.03 drg. Edlyn Nathania


RUMKITBAN 04.08.04 Lettu Ckm (K)
Nrp.11170033411286
KARTIKA HUSADA KUDUS
PENGERTIAN Penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella thyphi. Bakteri ini biasanya
ditemukan di air atau makanan yang
terkontaminasi
ANAMNESIS Demam naik turun terutama sore dan malam
hari dengan pola intermiten dan kenaikan
suhu step-ladder.
Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering
dirasakan di area frontal.
Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan
pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia.
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum
Kesadaran
Suhu > 37,5°C
Nadi: penurunan frekuensi nadi sebanyak 8
denyut per menit setiap kenaikan suhu 1°C
KRITERIA DIAGNOSIS Terdapat gejala demam naik turun terutama
sore dan malam hari, suhu lebih dari > 37,5°C,
sakit kepala, lemah dan lelah, gangguan
saluran cerna dan nyeri perut
DIAGNOSIS KERJA Demam typhoid
DIAGNOSIS BANDING Demam berdarah dengue, Malaria,
Leptospirosis, infeksi saluran kemih
PEMERIKSAAN Darah perifer lengkap
PENUNJANG Serologi: IgM antigen O9 Salmonella thypi
Enzyme Immunoassay test
Tes Widal
Kultur Salmonella typhi (gold standard)
Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi
klinis, misalnya: SGOT/SGPT, kadar lipase
dan amilase
TATALAKSANA Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
 Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan
mobilisasi
 Menjaga kecukupan asupan cairan, yang
dapat diberikan secara oral maupun
parenteral.
 Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak,
cukup kalori dan protein, rendah serat.
 Konsumsi obat-obatan secara rutin dan
tuntas
 Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu, kesadaran), kemudian
dicatat dengan baik di rekam medik pasien
Terapi simptomatik untuk menurunkan demam
(antipiretik) dan mengurangi keluhan
gastrointestinal.
Terapi definitif dengan pemberian antibiotic
Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid
adalah Kloramfenikol, Ampisilin atau
Amoksisilin (aman untuk penderita yang
sedang hamil), atau Trimetroprim-
sulfametoxazole (Kotrimoksazol).
Bila pemberian salah satu antibiotik lini
pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti
dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini
kedua yaitu Ceftriaxon, Cefixime, Kuinolon
(tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun
karena dinilai mengganggu pertumbuhan
tulang)
KOMPETENSI Dokter Spesialis Dalam
KOMPLIKASI Tifoid toksik (Typhoid ensefalopati)
Syok septik
Perdarahan dan perforasi intestinal
(peritonitis)
Hepatitis tifosa
Pankreatitis tifosa
Pneumonia
EDUKASI  Pengobatan dan perawatan serta aspek lain
dari demam tifoid yang harus diketahui
pasien dan keluarganya.
 Diet, jumlah cairan yang dibutuhkan,
pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat
sebaiknya diperhatikan atau dilihat
langsung oleh dokter, dan keluarga pasien
telah memahami serta mampu
melaksanakan.
 Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu
kepada pasien dan keluarga supaya bisa
segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk
perawatan.
PROGNOSIS Prognosis adalah bonam, namun
adsanationam dubia ad bonam, karena
penyakit dapat terjadi berulang
KEPUSTAKAAN Kementerian Kesehatan Indonesia. Panduan
praktik klinis bagi Dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Indonesia; 2022
DENHGUE HEMORRHAGIC FEVER
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 3
PPK/ /VII/2022

Tanggal terbit: Ditetapkan di Kudus


Kepala Rumkitban
Juli 2022

DENKESYAH 04.04.03 drg. Edlyn Nathania


RUMKITBAN 04.08.04 Lettu Ckm (K)
Nrp.11170033411286
KARTIKA HUSADA KUDUS
Penyakit demam berdarah adalah penyakit
akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang
dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti dan
Pengertian Aedes Albopictus betina yang
umumnya menyerang pada musim kemarau
PENGERTIAN dan musim hujan. Virus tersebut
menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan
darah sehingga mengakibatkan pendarahan.
Anamnesa Demam 2-7 hari, mendadak, tinggi
terus menerus
-Derajat I
Demam disertai dengan gejala
konstitusional non-spesifik, satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah tes tourniket
positif dan/atau mudah memar.
-Derajat II
Perdarahan spontan selain manifestasi
pasien pada derajat I, biasanya pada bentuk
perdarahan kulit atau perdarahan lain. 10
ANAMNESIS -Derajat III
Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan
nadi cepat dan lemah serta penyempitan
tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya
kulit dingin dan lembab serta gelisah.
-Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau
nadi tidak terdeteksi.
-Demam atau riwayat demam akut antara 2-7
hari, biasanya bifasik.
-Terdapat minimal satu dari manifestasi
perdarahan berikut :
1) Uji bendung/uji tourniket positif. Dikatakan
positif apabila terdapat petekie >20 per 1 inch2
(6.25 cm2 ).
2) Petekie, ekimosis atau purpura.
3) Perdarahan mukosa (tersering epistaksis
atau perdarahan gusi) atau perdarahan dari
tempat lain.
MANIFESTASI KLINIS 4) Hematemesis atau melena.
-Trombositopenia (jumlah trombosit 20%
dibandingkan standar sesuai dengan umur dan
jenis kelamin.
-Penurunan hematokrit >20% setelah
mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan
nilai hematokrit sebelumnya.
-Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura,
asites atau hipoproteinemia
Komposisi kimia virus dengue terdiri dari
protein dan asam nukleat. Protein virus
berfungsi untuk mempermudah perpindahan
asam nukleat virus dari sel host satu ke sel
host yang lain. Virus dengue terdiri dari satu
jenis asam nukleat yaitu RNA yang berfungsi
memberikan sandi informasi genetik untuk
replikasi virus. Virus dengue masuk ke dalam
tubuh manusia melalui perantara gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Begitu memasuki
tubuh, virus dengue ikut dalam sirkulasi
sistemik dan berusaha menemukan sel target
yaitu makrofag yang merupakan sel target
utama infeksi virus dengue.
KRITERIA DIAGNOSIS Sebelum mencapai makrofag, virus
dengue akan dihadang oleh respons imun
melalui mekanisme pertahanan nonspesifik
dan spesifik. Pada sistem imun nonspesifik
akan melibatkan pertahanan humoral dan 12
seluler. Imunitas spesifik melalui respon
limfosit timbul lebih lambat. Pada pertahanan
humoral, berbagai komponen seperti
komplemen, interferon-! dan interferon-" dan
kolektin ikut berperan dalam mekanisme
pertahanan.
Komplemen teraktivasi langsung pada
infeksi virus dengue melalui jalur alternatif
dalam imunitas nonspesifik atau tidak
langsung oleh antobodi melalui jalur klasik
dalam imunitas spesifik. Komplemen berperan
sebagai opsonin yang mengakibatkan
fagositosis, destruksi dan lisis virus dengue.
Peningkatan aktivasi fagosit akan
meningkatkan kemampuan fagositosis dan
eliminasi virus dengue oleh makrofag yang
juga memicu produksi berbagai sitokin
proinflamatori termasuk interleukin1 (IL-1),
interleukin-6 (IL-6) dan TNF-!. Interleukin-1 (IL-
1) dan interleukin-6 (IL6) akan memicu
produksi prostaglandin yang mempengaruhi
pusat termoregulasi di hipotalamus,
mengakibatkan disregulasi di pusat
termoregulasi yang memicu munculnya
keluhan demam atau hipertermia.
EDUKASI Tentang Penyakitnya,Gizi, Imunisasi, Kontrol.
a. Ad Vitam : dubia ad bonam.
b. Ad Sanationam : dubia ad bonam.
PROGNOSIS
c. Ad Fungsionam : dubia ad bonam.
PENELAAHAN KRITIS LOS : 10 hari
a. Renjatan.
b. Perforasi dengan perdarahan usus.
INDIKATOR MEDIS c. Miokarditis, Penekanan sumsum tulang
karena khloramfenikol.
-Bila intake operoral kurang : infus RL
TERAPI maintenance/ sesuai
kebutuhan
-Kalau perlu anti piretik
KEPUSTAKAAN Pedoman Pelayanan Medis. IDAI 2020,
KEMENKES 2021
ASMA BRONKIAL
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 3
PPK/ /VII/2022

Tanggal terbit: Ditetapkan di Kudus


Kepala Rumkitban
Juli 2022

DENKESYAH 04.04.03 drg. Edlyn Nathania


RUMKITBAN 04.08.04 Lettu Ckm (K)
Nrp.11170033411286
KARTIKA HUSADA KUDUS
PENGERTIAN Asma adalah penyakit heterogen, selalu
dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis di
saluran napas
ANAMNESIS  Terdapat lebih dari satu gejala (mengi,
sesak, dada terasa berat) khususnya pada
dewasa muda
 Gejala sering memburuk di malam hari atau
pagi dan dini hari
 Gejala bervariasi waktu dan intensitasnya
 Gejala dipicu oleh infeksi virus, latihan,
pajanan allergen, perubahan cuaca, tertawa
atau iritan seperti asap kendaraan, rokok
atau bau yang sangat tajam
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum
Kesadaran
mengi ekspirasi saat pemeriksaan auskultasi,
tetapi ini bisa saja hanya terdengar saat
ekspirasi paksa. Mengi dapat juga tidak
terdengar selama ekserbasi asma yang berat
karena penurunan aliran napas yang dikenal
dengan “silent chest”.
KRITERIA DIAGNOSIS Terdapat gejala mengi sesak, dada terasa
berat, gejala sering memburuk pada malam
hari dan pagi dini hari
kenaikan ≥15% rasio APE sebelum dan
sesudah pemberian inhalasi salbutamol
DIAGNOSIS KERJA Asma Bronkial
DIAGNOSIS BANDING Disfungsi pita suara, Hiperventilasi,
Bronkiektasis, Kistik fibrosis, Gagal jantung,
Defisiensi benda asing
PEMERIKSAAN Arus Puncak Ekspirasi (APE) menggunakan
PENUNJANG Peak Flowmeter
Pemeriksaan darah (eosinofil dalam darah)
KLASIFIKASI  Intermiten: gejala<1x/minggu, tanpa gejala
diluar serangan-serangan singkat
 Ringan: gejala>1x/minggu, serangan dapat
mengganggu aktivitas dan tidur
 Sedang: gejala setiap hari, mengganggu
aktivitas dan tidur, membutuhkan
bronkodilator setiap hari
 Berat: gejala terus-menerus, sering kambuh,
aktivitas terbatas
TATALAKSANA Pasien disarankan untuk mengidentifikasi
serta mengendalikan faktor pencetusnya.
Perlu dilakukan perencanaan dan pemberian
pengobatan jangka panjang serta menetapkan
pengobatan pada serangan akut
 Intermiten : Tidak perlu
 Ringan : glukokortikosteroid inhalasi (200-
400µg BB/hari atau ekuivalennya)
 Sedang : kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid (400-800µg) BB/hari atau
ekuivalennya)dan agonis beta-2 kerja lama
 Berat : kombinasi inhalasi
glukokortokosteroid (>800µg BB atau
ekuivalennya)dan agonis beta-2 kerja lama.
Ditambah ≥1 : teofilin lepas lambat,
leukotriene modifiers, glukokortikosteroid oral
KOMPETENSI Dokter Spesialis Paru
KOMPLIKASI Pneumotoraks, Pneumomediastinum, Gagal
napas, Asma resisten terhadap steroid
EDUKASI Memberikan informasi kepada individu dan
keluarga mengenai seluk beluk penyakit, sifat
penyakit, perubahan penyakit (apakah
membaik atau memburuk), jenis dan
mekanisme kerja obat-obatan dan mengetahui
kapan harus meminta pertolongan dokter.
Kontrol secara teratur antara lain untuk
menilai dan monitor berat asma secara
berkala (asthma control test/ ACT)
Pola hidup sehat.
Menjelaskan pentingnya melakukan
pencegahan dengan: Menghindari setiap
pencetus, Menggunakan bronkodilator/ steroid
inhalasi sebelum melakukan exercise untuk
mencegah exercise induced asthma
PROGNOSIS  Ad sanasionam : bonam
 Ad fungsionam : bonam
 Ad vitam : bonam
KEPUSTAKAAN Kementerian Kesehatan Indonesia. Panduan
praktik klinis bagi Dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Indonesia; 2022
TB PARU TANPA KOMPLIKASI
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 2
PPK/ /VII/2022

Tanggal terbit: Ditetapkan di Kudus


Kepala Rumkitban
Juli 2022

DENKESYAH 04.04.03 drg. Edlyn Nathania


RUMKITBAN 04.08.04 Lettu Ckm (K)
Nrp.11170033411286
KARTIKA HUSADA KUDUS
PENGERTIAN Penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex
ANAMNESIS 1. Gejala respiratorik:
- Batuk berdahak ≥ 2 minggu.
- Batuk disertai dahak, dapat
bercampur darah atau batuk darah.
- Sesak napas
- Nyeri dada atau pleuritic chest pain
2. Gejala sistemik:
- Demam
Gejala sistemik lain adalah malaise,
berkeringat malam, nafsu makan menurun,
berat badan menurun.
PEMERIKSAAN FISIK 1. Demam (pada umumnya subfebris,
walaupun bisa juga tinggi sekali)
2. Respirasi meningkat, berat badan
menurun (BMI pada umumnya <18,5).
3. Pada auskultasi terdengar suara
napas bronkhial/amforik/ronkhi
basah/suara napas melemah di apex
paru, tergantung luas, jenis lesi dan
kondisi pasien.
4. Pada pleuritis TB, tergantung
banyaknya cairan di rongga pleura.
Pada perkusi redup atau pekak,
auskultasi suara nafas melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang
ada cairan
Pada limfadenitis TB, terlihat kelenjar
getah bening, tersering di daerah leher,
kadang di ketiak.
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Semua pasien dengan batuk produktif
yang yang berlangsung selama ≥ 2
minggu yang tidak jelas penyebabnya,
harus dievaluasi untuk TB.
2. Semua pasien (dewasa, dewasa
muda, dan anak yang mampu
mengeluarkan dahak) yang diduga
menderita TB, harus diperiksa
mikroskopis spesimen sputum/ dahak
3 kali salah satu diantaranya adalah
spesimen pagi.
3. Semua pasien dengan gambaran foto
toraks tersangka TB, harus diperiksa
mikrobiologi dahak.
Diagnosis dapat ditegakkan walaupun
apus dahak negatif berdasarkan kriteria
berikut:· Minimal 3 kali hasil pemeriksaan
dahak negatif (termasuk pemeriksaan
sputum pagi hari), sementara gambaran
foto toraks sesuai TB.
DIAGNOSIS KERJA TB paru
DIAGNOSIS BANDING 1. Pneumonia
2. Bronkiektasis
3. Jamur paru
Tumor paru
PEMERIKSAAN Laboratorium klinik:
PENUNJANG Darah rutin, differential counting, LED,
SGOT, SGPT, Ureum, Creatinin, GDS,
rapid test HIV

Pemeriksaan Bakteriologik:
Kuman TB (Bakteri Tahan Asam/ BTA) dari
specimen sputum/ dahak sewaktu-pagi-
sewaktu (pada awal sebelum terapi,
setelah fase awal, akhir pengobatan).

Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA.
Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,
top-lordotik.
TATALAKSANA 1. Obat Anti TB (OAT) lini pertama sesuai
ISTC
1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri
dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri
dari: Isoniazid dan Rifampisin
 Diit TKTP (jika tidak ada kontraindikasi)
KOMPETENSI Dokter Spesialis Paru
KOMPLIKASI Komplikasi Penyakit Tuberculosis paru
bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis,
efusi pleura, empiema, laringitis,
Tuberculosis usus. Komplikasi yang
sering terjadi pada penderita Tuberculosis
Paru stadium lanjut:
1) Hemoptisis berat (perdarahan dari
saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok
hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi
bronkial.
3) Bronkiectasis dan fribosis pada
Paru.
4) Pneumotorak spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan Paru.
5) Penyebaran infeksi ke organ lain
seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
6) Insufisiensi Kardio Pulmoner
EDUKASI  Penjelasan tentang penyakit
 Cara batuk yang benar
 Cara minum obat yang benar
 Prognosis penyakit
 Komplikasi penyakit
 Memakai masker
 Ventilasi di rumah
 Tindakan yang akan dilakukan
PROGNOSIS Ad Vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
KEPUSTAKAAN 1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan
penatalaksaan di Indonesia
2. Tuberculosis Coalition for Technical
Assistance. International Standards for
Tuberculosis Care (ISTC). 2ndEd.
Tuberculosis Coalition for Technical
Assistance. The Hague. 2009.

Anda mungkin juga menyukai