Anda di halaman 1dari 29

DIABETES

MELITUS
DAN HIPERTENSI
Cheche Okke Dewi Nurpatimah
112021221
 
DEFINISI DIABETES MELITUS

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan adanya


hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidakmampuan dari organ
pancreas untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas
insulin pada sel target tersebut.

Diabetes melitus dikategorikan menjadi empat tipe yaitu diabetes


melitus tipe-1, diabetes melitus tipe-2, diabetes melitus gestational
dan diabetes melitus tipe lain yang disebabkan oleh faktor-faktor lain.
EPIDEMIOLOGI

‣ Plevalensi global 2017 = 425 juta


‣ Federasi Diabetes Internasional (IDF), pada tahun
2015, sekitar 10% dari populasi Amerika menderita
diabetes.
‣ Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai
578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045.
‣ Riskesdas 2018 prevalensi DM tertinggi yakni DKI
Jakarta, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara, dan Jawa Timur = DKI Jakarta 2,6 %;
Yogayakarta 2,4%.
KLASIFIKASI DM
FAKTO RISIKO
Menurut American Diabetes Association (ADA)

Tidak dapat diubah : Dapat diubah :


 Riwayat keluarga dengan DM (first degree relative)  obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau
 Umur ≥ 45 tahun lingkar perut ≥80 cm (wanita) dan ≥90 cm
 Etnik (laki-laki)
 Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir  kurangnya aktivitas fisik
bayi > 4000 gram atau riwayat pernah menderita  Hipertensi
DM gestasional  Dislipidemi
 Riwayat lahir dengan berat badan rendah (< 2,5  Diet tidak sehat.
Kg).
FAKTO RISIKO LAINNYA

penderita polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom


metabolik memiliki riwatyat toleransi glukosa terganggu (TGT)
atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya,
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau
peripheral arterial diseases (PAD), konsumsi alkohol, faktor stres,
kebiasaan merokok, jenis kelamin, obesitas, faktor genetik,
konsumsi kopi dan kafein.
KRITERIA
DIAGNOSIS

*Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi terhadap
hasil pemeriksaan HbA1c. Pada kondisi tertentu seperti: anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2 - 3 bulan terakhir, kondisi-kondisi
yang memengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis maupun evaluasi
KADAR TES LABORATORIUM DARAH UNTUK DIAGNOSIS
DIABETES DAN PREDIABETES

  HbA1c (%) Glukosa darah Glukosa plasma 2 jam


puasa setelah TTGO (mg/dL)
(mg/dL)
Diabetes ≥6,5 ≥126 ≥200

Pre-Diabetes 5,7-6,4 100-125 140-199


Normal ˂5,7 70-99 70-139
CARA PELAKSAAN TTGO

• Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat

yang cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari -

hari

• Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,

minum air putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan

• Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa

• Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 g/kgBB (anak - anak),

dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit

• Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

2 jam setelah minum larutan glukosa selesai

• Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban

glukosa

• Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan


OBAT ANTIHIPERGLIKEMIA ORAL
TERAPI
INSULIN
Pemberian Insulin basal

Pemberian insulin basal merupakan salah satu strategi pengobatan untuk


memperbaiki kadar glukosa darah puasa atau sebelum makan.

Pemberian Insulin Basal, basal plus insulin

Dengan menggunakan 2 macam insulin dapat dilakukan berbagai metode untuk


mencapai kontrol glukosa darah.
CONTOH REGIMEN INSULIN
● Mulai dengan dosis 8–10 unit long acting insulin
● Teruskan pemakaian OAD (metformin)
● Lakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum makan pagi
● Lakukan titrasi dosis untuk mengendalikan kadar glukosa darah sebelum makan pagi Dalam menggunakan insulin,
dosis dinaikan secara bertahap. Apabila kadar glukosa darah belum terkontrol, titrasi dosis dapat dilakukan setiap
2- 3 hari.
CARA MENTITRASI INSULIN BASAL

● Naikan dosis 2 unit bila glukosa darah puasanya di atas 126 mg/dl
● Naikan dosis 4 unit bila glukosa darah puasanya di atas 144 mg/dl
* Titrasi dosis ini dapat dilakukan selama 2-3 bulan pertama sampai kadar
glukosa darah puasa mencapai kadar yang diinginkan
Non Farmakologi

EDUKASI

TERAPI
NUTRISI

AKTIVITAS
FISIK
ALOGARITMA PENGOBATAN DM TIPE 2

* Sasaran Kendali Glukosa Darah : HbA1C <7 %


Komplikasi Akut

Hipoglikemia

Hiperglikemia

240 75% • ketoasidosis


diabetik
• koma hiperosmoler
non ketotik (KHNK)
• kemolakto asidosis
Komplikasi Kronis
Trombosit otak
(pembekuan darah diabetik retinopati
pada sebagian otak)

penyakit jantung nefropati


koroner (PJK), gagal
jantung kongetif

stroke neuropati
HIPERTENSI
HIPERTE
DEFINISI NSI
• Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas
normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013)

WHO
HIPERTE
EPIDEMIOLOGI NSI
Data World Health
Organization (WHO) 2015 Data Riskesdas
- Prevalensihipertensi duni 2018
di mencapai sekitar 1,13 a
individu = 1 dari 3 orang di milia
dunia terdiagnosis hipertensi. r
- 60% pada populasi usia
lebih dari 60 tahun.

W H O an d Risk e s d a s
HIPERTE
E TNSI
IOLOGI

Hipertensi esensial atau primer Hipertensi sekunder


- 90% dari seluruh kasus - 10% dari seluruh kasus hipertensi
hipertensi - Penyebab bervariasi dan dapat dibagi dalam
- Multifaktorial 4 kategori:
- Faktor genetik Penyebab renal: Renal parenchymal disease
(CKD) dan reno-vascular disease
(stenosis dan dysplasia fibromuscular).
Penyebab endokrin: Hipertiroid, hipotiroid,
cushing syndrome/disease, primary
aldosteronism.
Penyebab vascular: Koarktasio aorta .
Penyebab lain: Obstructive sleep apnea,
drug- induced hypertension (NSAID,
acetaminophen,
dan aspirin), kehamilan, dan scleroderma.
International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines. Hypertension
HIPERTE
KLASIFIKASI NSI
Klasifikasi menurut europe society of cardiology (ESC) klasifikasi dari hipertensi
dibagi menjadi

European Society of Cardiology (ESC)


HIPERTE
KLASIFIKASI NSI
Menurut American College of Cardiology (ACC) dan American Heart
Association (AHA) tahun 2017, klasifikasi hipertensi yaitu:

Kategori TD sistolik TD diastolik


Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Elevated 120 – 129 mmHg < 80 mmHg
Hipertensi 130 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
stage 1 ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
Hipertensi
stage 2 >180 mmHg >120 mmHg
Hipertensi Krisis >180 mmHg + organ damage >120 mmHg + organ damage
Hipertensi urgency
Hipertensi
emergency

American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association (AHA)


HIPERTE
F A K T ONSI
R RESIKO

Tidak dapat dimodifikasi Dapat dimodifikasi


1. Genetik 1. Obesitas
2. Usia 2. Stress
3. Jenis Kelamin 3. Kurang olahraga atau aktifitas
fisik
4. Pola asupan garam
5. Kebiasaan merokok
6. Konsumsi kafein.

INAS
HIPERTE
MANIFESTASI K L I NNSI
IS

• Tidak memiliki keluhan atau asimptomatik


• Kebanyakan kasus hipertensi terdeteksi dari pengukuran
tekanan darah.
• Keluhan yang mungkin dapat muncul pada pasien
hipertensi disebabkan kerusakan organ target atau
penyebab hipertensi sekunder
• Nyeri kepala, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan
kabur, nyeri dada, mudah lelah, pegal pada ekstrimitas,
sesak nafas

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. 2021.Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021


TATALAKSANA
Alur panduan inisiasi terapi obat sesuai dengan klasifikasi
hipertensi

INAS
TATALAKSANA

INAS
TATALAKSANA

INAS
TATALAKSANA
Nama obat Efek samping Kontraindikasi

Batuk, 1. Kehamilan
ACE inhibitor hiperkalemia 2. Riwayat angioedema Sering berkemih,
3. Hiperkalemia (kalium >5,5 hiperglikemia,
meq/L) hiperlipidemia,
4. Stenosis arteri renalis Diuretik hiperurisemia, gout
bilateral disfungsi
seksual
Hiperkalemia
Angiotensin lebih jarang 1. Kehamilan
Receptor terjadi 2. Hiperkalemia (kalium >5,5 Sedasi, mulut
meq/L) Sentral alfa- kering, rebound
Blocker dibandingkan agonis -
ACEi 3. Stenosis arteri renalis hypertension,
bilateral disfungsi seksual

Calcium Channel Blocker


KI relative
Lemas, 1. Asma
Edema pedis, 1. Takiaritmia bronkospasme,
Dihidropiridin sakit kepala 2. Gagal jantung (HFrEF kelas III hiperglikemia, 2. Setiap blok sinoatrial atau
atau IV) Beta bloker disfungsi atrioventricular derajat tinggi
3. Terdapat edema tungkai berat seksual 3. Bradikardi (denyut jantung <60
kali per menit)

1. Setiap bloksinoatrial atau


atrioventricular derajat tinggi
Konstipasi Gangguan ventrikel kiri berat Edema pedis,
Non- hipotensi ortostatik,
Dihidropiridin (verapamil), sakit (fraksi ejeksi ventrikel kiri<40%) Alfa bloker -
kepala (diltiazem) 2. pusing
Bradikardia (denyut jantung <60
kali per menit) INAS
THANKS

Anda mungkin juga menyukai