Anda di halaman 1dari 52

Laporan Kasus

Pembimbing:
Dr. Katarina Damayanti,Sp.P

Disusun Oleh:
Cheche Okke Dewi Nurpatimah – 112021221
Harry Sondrio Wibowo - 112021277
Militania Eudora Mappadang – 112021306
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 30 JANUARI - 08 APRIL 2023
IDENTITAS
PASIEN

Nama : T n . J P Jenis Kelamin : laki-laki

Tempat/tanggal lahir : 23-10- 1986 Umur : 37 tahun

Status Perkawinan : Menikah Suku Bangsa : jawa

Pekerjaan : Karyawan Swasta Agama : Khatolik

Alamat : Jl. Kenanga 4, kecamatan Pendidikan : S1


banjar baru
ANAMNESIS
Diambil dari Autoanamnesis di Ruang Garuda, 20 maret
2023 Pukul 13.00 WIB

Keluhan Utama
Sesak sejak 7 hari SMRS.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
o Pasien datang dengan keluhan sesak lebih dari 7 hari SMRS. Sesak dirasakan terus-menerus tidak
dipengaruhi oleh waktu. Keluhan sesak dirasakan saat aktifitas ataupun istirahat. Sesak dirasakan
membaik apabila pasien dalam posisi duduk. Pasien mengatakan keluhan sesak terasa seperti diikat
pada area dada dan napas terasa memberat. Selain itu, pasien mengatakan adanya nyeri pada area
dada kanan namun keluhan nyeri tidak menjalar. Keluhan juga disertai dengan adanya batuk pilek.
Batuk diraskan berdahak dan berwarna kuning yang dirasakan sejak ±7 hari bersamaan dengan
timbulnya keluhan sesak. Pasien mengaku dahak sulit dikeluarkan. Selanjutnya, 3 hari SMRS pasien
mengeluh adanya demam. Demam dirasakan terus menerus dan membaik apabila mengkonsumsi
obat penurun panas. Keluhan sakit kepala (+), cepat lelah akibat sesak (+), nyeri menelan (-), mual
muntah (-), nafsu makan baik. Pasien mengaku keluhan serupa sudah pernah dialami sebelumnya.
o Riwayat konsumsi rokok sehari 2-3 bungkus
o Riwayat alergi cuaca, alergi makanan minuman tidak ada. Alergi obat: Bricasma
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
(+) Asma Bronkiale (-) Malaria (-) Penyakit Ginjal
Kronik Rutin minum obat:
(-) Cacar Air (-) Disentri (-) Burut (Hernia) ● HT Amlodipine 5
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Rematik
mg
(-) Batuk Rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
● Asma  Sempat rutin
(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
menggunakan
(-) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor ventolyn. Namun,
(-) Khorea (+) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh berhenti sejak ±1
(-) Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (-) Pendarahan Otak tahun yang lalu
(+) Pneumonia 2014 (-) Ulkus Duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
(-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu lain-lain : (+)
Gangguan irama
(-) Penyakit Gagal
jantung ± 10 tahun yll
Jantung
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - - -
Asma Ya - Kakek
Tuberkulosis - - -
Artritis - -  
Rematisme - -  
Hipertensi - -  
Jantung - -  
Jantung - -  
Ginjal - -  
Lambung - -  
ANAMNESIS SISTEM
ANAMNESIS SISTEM
ANAMNESIS SISTEM
PEMERIKSAAN JASMANI
● Jumat, 17 Maret 2023, Jam 14.30 WIB (IGD) ● Senin, 20 Maret 2023, Jam 14.25 WIB
● Keadaan umum: Tampak sakit sedang ● Keadaan umum: Tampak sakit sedang
● Kesadaran: Compos Mentis ● Kesadaran: Compos Mentis
● Tinggi Badan: 173 cm ● Tinggi Badan: 173 cm
● Berat Badan: 67 kg ● Berat Badan: 67 kg
● Tekanan Darah: 148/96 mmHg ● Tekanan Darah: 133/77 mmHg
● Nadi: 121x/menit ● Nadi: 80x/menit
● Suhu: 37,60C ● Suhu: 36,80C
● SpO2: 95% ● SpO2: 97%
● Pernafasaan: 24x/menit ● Pernafasaan: 24x/menit
● Keadaan gizi: Normal ● Keadaan gizi: Normal
● Sianosis: Tidak ada ● Sianosis: Tidak ada
● Edema umum: Tidak ada ● Edema umum: Tidak ada
● Cara berjalan: Normal ● Cara berjalan: Normal
● Mobilitas ( aktif / pasif ): Aktif ● Mobilitas ( aktif / pasif ): Aktif
● Umur menurut taksiran pemeriksa: ● Umur menurut taksiran pemeriksa:
Sesuai dengan umur Sesuai dengan umur
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Jumat, 17 Maret 2023

o Darah Rutin
 Hemoglobin 15.2 g/dL (13.0-17.5)
 Hematokrit 44% (35-47)
 Leukosit 9900 /uL (4.000-10.000)
 Trombosit 221.000 /uL (150.000-400.000)

o Elektrokardiografi
o Sinus takikardi

o SARS-CoV-2 Antigen: Negatif


PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Rontgen Thorax
o Cor: CTR<50%
o Aorta dan mediastinum baik
o Paru: tidak tampak infiltrate
o Hilus baik
o Sinus costofrenicus, diafragma baik
o Kesan: cor dan pulmo baik
RESUME
o Berdasarkan Anamnesis: Sesak terus menerus lebih dari 7 hari SMRS (tidak dipengaruhi oleh waktu).
Keluhan dirasakan saat aktifitas ataupun istirahat. Sesak membaik apabila pasien dalam posisi
duduk. Sesak terasa seperti diikat pada area dada. Nyeri pada area dada kanan (+) namun tidak
menjalar. Batuk pilek sejak ±7 hari bersamaan dengan timbulnya keluhan sesak. Batuk berdahak dan
berwarna kuning, dahak sulit dikeluarkan. Demam terus menerus dan membaik apabila
mengkonsumsi obat penurun panas. Pasien mengaku keluhan serupa sudah pernah dialami
sebelumnya. Riwayat konsumsi rokok sehari 2-3 bungkus. Alergi obat bricasma. Pasien mengaku
memiliki riwayat asma sejak kecil dan memilihberhenti minum obat ±1 tahun. Serangan asma terakhir
±1 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi dan gangguan irama jantung (+).
o Berdasarkan PF di IGD, tekanan darah 148/96 mmHg, nadi 121x/menit, frek napas 24x/menit, suhu
37,60C, SpO2:95%. Pada pemeriksaan thorax ditemukan pada auskultasi adanya wheezing pada
kedua lapang paru saat ekspirasi. PF lainnya dalam batas normal.
o Bersasarkan PP: EKG tampak takikardi, rontgen thorax dbn.
DAFTAR MASALAH

1. Sesak napas
2. Nyeri dada kanan
3. Batuk berdahak , pilek
4. Demam
5. Sakit kepala
DIAGNOSIS
Diagnosa Kerja : Asma Eksaserbasi Akut Ringan-Sedang
● Dasar diagnosis:
Terdapat sesak napas yang dirasakan sejak >7 hari. Sesak dirasakan terus-menerus dan
terasa seperti diikat pada area dada. Sesak membaik saat pasien dalam posisi duduk.
Pasien masih dapat berbicara dengan kalimat, tidak ada agitasi. Predisposisi sesak berupa
kelelahan. Keluhan lainnya adanya batuk berdahak berwarna kuning yang sulit dikeluarkan.
PF: terdapat peningkatan frekuensi nadi 121x/menit, peningkatan frekuensi napas
24x/menit (room air), SpO2: 95%. Pada pemeriksaan auskultasi thorax ditemukan adanya
wheezing pada kedua lapang paru saat ekspirasi.
DIAGNOSIS
Diagnosa Banding:
1. PPOK
2. Pneumonia
3. ISPA
4. Congestive Heart Failure
PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN
o Spirometri
o Analisa Gas Darah
o Peak flow-metry

RENCANA PENGOBATAN
Non-Medikamentosa Medikamentosa
o Tirah baring o Inhalasi combivent 3 x 2,5 mg/24 jam
o Posisi semi-fowler o Metylprednisolon inj 3 x 40 mg
o Observasi keadaan umum, o Fluimucil tab 3 x 200 mg
tanda-tanda vital
o O2 1-2 L/menit (jika SpO2 < 94%)
PROGNOSIS
 Ad Vitam : ad bonam
 Ad Fungsional : ad bonam
 Ad Sanationam : ad bonam
ASMA
Tinjauan Pustaka
DEFINISI ASMA

● Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan
napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas,
dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik
tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan
seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Epidemiology

● Epidemiologi asma di dunia berkisar 4,3%, sedangkan di dunia sebesar 4,5%


● Global:
Prevalensi paling tinggi dijumpai di negara Australia (21,5%), Swedia (20,2%), Inggris (18,2%),
Belanda (15,3%), dan Brazil (13%).
● Indonesia
Prevalensi asthma di Indonesia menurut estimasi publikasi Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 adalah sebesar 4,5%. Prevalensi asthma paling tinggi
dijumpai di provinsi Sulawesi Tengah (7,8%), Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI
Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%). Prevalensi asthma sedikit
lebih tinggi pada perempuan (4,6%) dibandingkan dengan laki-laki (4,4%).
FAKTOR RISIKO – FAKTOR PENJAMU

 Atopi
 Hipereaktivitas bronkus
 Inflamasi jalan napas
 Jenis kelamin
 Ras/etnik
 Obesitas
FAKTOR RISIKO – FAKTOR LINGKUNGAN

 Alergen di dalam ruangan ( Tungau Debu Rumah, Bulu Binatang)

 Alergen di luar ruangan (Tepung sari bunga, Jamur)

 Asap rokok (Perokok aktif/pasif)

 Polusi udara

 Infeksi parasit
PATOFISIOLOGI

● Asma merupakan gangguang kronik saluran napas yang menimbulkan obstruksi


berkaitan dengan hipereaktivitas bronkus. Inflamasi saluran napas merupakan pusat dari
patofisiologi yang berakibat disfungsi saluran napas melalui mekanisme penglepasan
mediator – mediator inflamasi dan remodelling dinding saluran napas.
● Peradangan kronik saluran napas tidak hanya melibatkan sel-sel inflamasi dengan
mediator – mediator inflamasinya, tetapi juga melibatkan jaringan dan sel tubuh seperti
otot polos bronkus(airway smooth muscle/ASM), dan sel epitel saluran napas.
Etiologi

● Alergen lingkungan • Polutan lingkungan, rokok


● Infeksi respirasi viral
● GERD • Iritan (obat nyamuk,
● Sinusitis kronik pengharum ruangan)
● Aspirin/hipersensitivitas OAINS
● Obesitas • Faktor emosi
• Faktor perinatal (prematur,
merokok saat hamil)
Etiology
PATOFISIOLOGI

Akibat interaksi dari kompleks ini, terjadi


beberapa perubahan pada saluran napas
yang menyebabkan obstruksi, diantaranya :
● Bronkokontriksi, yakni kontraksi otot
polos bronkus. Kondisi ini merupakan
dasar reversibilitas pada asma.
● Edema dinding saluran napas
● Hipersekresi mukus
● Penebalan dinding jalan napas, akibat
terjadinya airway remodelling yang
terdiri atas deposisi kolagen di bawah
membran basal, fibrosis subepitel,
dan peningkatan massa otot polos.
Oleh karena adanya proses ini, asma
tidak sepenuh reversibel.
Tipe-tipe Asma

● Asma alergik • Asma dewasa


● Asma musiman
● Asma karena pekerjaan • Asma Anak
● Asma non alergik
● Asma karena olahraga
● Asma berat
GEJALA

 Lebih dari 1 gejala (Mengi, sesak, batuk dan dada terasa berat)
 Gejala umumnya lebih berat pada malam atau awal pagi hari
 Gejala bervariasi menurut waktu dan intensitas
 Gejala dicetuskan oleh infeksi virus(flu), aktivitas fisik, pajanan alergen, perubahan
cuaca, serta iritan seperti asap rokok atau bau yang menyengat
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Spirometri, pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti vital
paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar
dan obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80%
nilai prediksi.
Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma :
-  Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai
prediksi.
-  Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 > 15% secara spontan, atau Setelah inhalasi bronkodilator
(uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah
pemberian kortikosteroid (inhalasi/ oral) 2 minggu. Reversibiliti ini dapat membantu diagnosis
asma.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Arus puncak ekspirasi (APE), nilai APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan
spirometri atau pemeriksaan yang lebih sederhana yaitu dengan alat peak
expiratory flow meter (PEF meter).
Manfaat APE dalam diagnosis asma :
- Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE > 15% setelah inhalasi bronkodilator (uji
bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi kortikosteroid
(inhalasi/ oral , 2 minggu)
- Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian
selama 1-2 minggu.
- Variasi diurnal dihitung dengan cara [(APE tertinggi – APE terendah)/rata-rata dari
APE tertinggi dan terendah] x 100.
 APE tertinggi adalah yang diukur di malam hari
 APE terendah adalah yang diukur di pagi hari
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Foto Toraks, untuk melihat apakah ada kelainan seperti keadaan hiperinflasi
paru
Penunjang lain :
- Uji provokasi bronkus (metakolin/histamin)
- Uji kulit (Skin Prick Test)
- FeNo (Fraksional Ekshalasi Nitric Oxide)
Farmakologis

● Reliver • Controller
Short Acting Beta Agonis
Kortikosteroid Long Acting Beta Agonist
Methylxanthine
Antikolinergik Steroid inhalasi
Leukotriene Receptor Agonist
Teofilin lepas lambat
SABA

Pemberian SABA peroral: efek


bronkodilatasi dicapai setelah 30 menit.
Efek puncak dalam 2-4 jam dan lama
kerja hingga 5 jam.

Pemberian SABA secara inhalasi:


awitan kerja cepat (<1 menit). Efek
puncak dalam 10 menit dan lama kerja
hingga 4-6 jam.
LABA

Preparat inhalasi yang


digunakan adalah salmeterol
dan formoterol.

Kombinasi steroid inhalasi


dengan LABA memberikan
dosis steroid inhalasi menjadi
dua kali lipat.
Kortikosteroid Sistemik

Diberikan apabila terapi inisial SABA


gagal mencapai perbaikan klinis atau
serangan asma tetap terjadi
walaupun sudah menggunakan
kortikosteroid inhalasi, atau serangan
asma ringan dengan riwayat
serangan asma berat.
Methylxanthine

● Dosis inisial: jika belum mendapatkan aminofilin 6-8 mg/kgBB, dilarutkan dalam 20 ml
dextrosa 5% garam fisiologis, diberikan dalam 20-30 menit. Jika sudah mendapatkan
aminofilin sebelumnya (<4jam) berikan setengah dosis.
● Dosis rumatan : 0,5-1mg/kgBB/jam. Kadar aminofilin dalam darah dipertahakan 10-20
ug/ml. Dosis maksimal 16-20mg/KgBB/hari(apabila tidak dapat mengukur konsentrasi
plasma
Antikolinergik
● Ipratropium bromida -> nebulisasi 0,1ml/kgBB setiap 4 jam.
● Awitan kerja 15 menit, efek puncak dalam 1-3 jam, dan lama kerja hingga 3-4 jam
Steroid

Glukokortikosteroid inhalasi
merupakan obat pengontrol
yang paling efektif dan
direkomendasikan untuk
penderita asma semua umur.
LTRA

● Leukotrin memberikan manfaat klinis Montelukast


yang baik pada berbagai tingkat Dosis per oral 1 kali sehari.
keparahan asma dengan menekan
produksi cystenil leukotrine.
(respiro anak) Dosis pada anak
usia 2-5 tahun adalah 4 mg
qhs. (gina)

Zafirlukast
Digunakan untuk anak usia > 7
tahun dengan dosis 10 mg 2
kali sehari
Teofilin Lepas Lambat

● Teofilin efektif sebagai monoterapi atau diberikan bersama kortikosteroid yang bertujuan
untuk mengontrol asma dan mengurangi dosis pemeliharaan glukokortikosteroid.
● Efikasi teofilin lebih rendah daripada glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah.
TERIMAKASI
H

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons


by Flaticon, infographics & images by Freepik and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai