Anda di halaman 1dari 31

RESPONSI

LEPTOSPIROSIS
Pembimbing
dr. Mulyadi, Sp.PD

Reynaldi Hardianto S.
0607012210004
PENDAHULUAN

Leptospirosis umumnya Sebagian besar Asia Beberapa wilayah di


terjadi di wilayah tropis dan Tenggara endemis Indonesia merupakan
subtropis dengan curah leptospirosis. Kejadian daerah endemis untuk
hujan tinggi. Insiden global leptospirosis dipengaruhi leptospirosis berkaitan
di perkirakan dari 0,1-1 per oleh faktor sosio-kultural, dengan keberadaan faktor
100.000 per tahun di daerah pekerjaan, perilaku dan risiko yaitu tingginya
beriklim sedang dan 10-100 faktor lingkungan. Risiko populasi tikus (rodent)
per 100.000 pertahun di tertular leptospirosis sebagai reservoar
daerah tropik lembab. semakin tinggi di wilayah leptospirosis, buruknya
Insiden penyakit ini dapat pedesaan dimana sanitasi lingkungan serta
mencapai lebih dari 100 per masyarakat sebagian semakin meluasnya
100.000 per tahun pada besar merupakan petani daerah banjir di Indonesia
keadaan wabah dan atau peternak
paparan tinggi
Leptospirosis ringan diperkirakan Manifestasi klinis leptospirosis mirip
mencapai 90% dari seluruh penyakit infeksi lain seperti
kasus leptospirosis di Demam dengue
masyarakat dengan gejala Malaria
demam, sakit kepala dan nyeri Penyakit demam akut (acute febrile
otot (mialgia). illness) lain
sehingga menyebabkan misdiagnosis

Gejala leptospirosis bervariasi, mulai


sindrom flu sampai penyakit Weil yang
sering menyebabkan kematian

Sisanya 10% merupakan leptospirosis Diagnosis dini dan pengobatan segera


berat yang disertai gejala dengan antibiotik sangat penting untuk
kegagalan ginjal, sakit kuning dan mencegah morbiditas dan mortalitas
pendarahan
RINCIAN KASUS
Identitas Pasien

Nomor RM : 731779
Nama : Paikem
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/Usia : 30-08-1959/ 63 tahun
Alamat : Margorukun 4/57
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam

Datang ke IGD tanggal 16 April 2023 pukul 19.00

Keluhan Utama : Demam + Muntah


Riwayat Penyakit Dahulu

ANAMNESIS Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-),


Penyakit jantung (-)
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam yang
Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-),
terus meningkat sejak 5 hari sebelum masuk rumah
Penyakit jantung (-)
sakit. Demam disertai rasa mual dan muntah >3x/ hari,
cair disertai sisa makanan, tanpa adanya darah. Saat
datang ke IGD pasien sudah berhenti muntah. BAB cair Riwayat Obat
juga dikeluhkan oleh pasien sejak 5 hari sebelum masuk -
rumah sakit dengan frekuensi 4-5x/ hari, berampas,
tanpa adanya lendir, darah ataupun nyeri perut. Pasien
Riwayat Psikososial
mulai tampak kuning 2 hari sebelum masuk rumah sakit
pada mata dan kulit. Pasien juga mengeluhkan nyeri
Merokok (-), minum alkohol (-),
otot pada kedua betis yang muncul mendadak sejak 5
pasien merupakan ibu rumah tangga
hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat trauma
dan memiliki riwayat terpapar banjir
disangkal, namun pasien tidak bisa berjalan karena
sebelum sakit. Sekitar rumah pasien
nyeri tersebut. BAK pasien berwarna kuning gelap
juga terdapat genangan air dan
seperti teh sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
banyak tikus.
Nafsu makan pasien juga berkurang sejak mulainya
muntah.
Kepala & Leher
a/i/c/d : -/+/-/-, Injeksi silier +/+
Pembesaran Tiroid (-), Peningkatan JVP (-) , Pembesaran KGB (-)

PEMERIKSAAN Thorax
Pulmo

FISIK
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-)
Palpasi : Simetris kanan kiri, Gerak nafas sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesikuler/vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
Tanda-tanda Vital Cor
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis tak teraba, thrills (-)
Perkusi : pelebaran batas jantung (-)
Auskultasi : S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-), S3 (-)
Keadaan umum : lemas
GCS : 456
Abdomen
Kesadaran. : Compos mentis
Inspeksi : Massa (-), caput medusa (-), vena kolateral (-)
Tekanan Darah : 102/55 mmHg
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Nadi : 114 x/menit
Palpasi : Hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
RR : 24 x/menit
Perkusi : Meteorismus (-), Asites (-), Undulasi (-)
SpO2 : 98 % FA
Suhu : 38 °C
Ekstremitas
Superios : Akral hangat, kering, merah, edema -/-, CRT <2”
Inferior : Akral hangat, kering, merah, edema -/-, CRT <2”
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Lab darah

· Leukosit H 15.75 10^3/uL


· Eosinofil L 0.0 %
· Neutrofil H 77.2 %
· Limfosit L 15.4 %
· Trombosit L 91 10^3/uL

· Natrium darah L 127 mmol/dL

· SGOT H 61 U/L
· BUN H 157 mg/dL
· Albumin L 2.5 g/dL
· Kreatinin darah H 12.9 mg/dL

· Bilirubin total H 33.82 mg/dL


· Bilirubin direk H 20.80 mg/dL
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Foto Thorax

Cor
·Besar dan bentuk normal

Pulmo
·Infiltrat (-)
·Sudut costo phrenicus dextra et sinistra tajam
·Diaphragma dextra et sinistra tak tampak kelainan
·Tulang dan soft tissue tak tampak kelainan

Kesimpulan
CXR AP tak tampak kelainan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG

Irama : Sinus takikardi


Frekuensi : 120x/ menit
Axis : Normoaksis
Temuan : T inversi V1 dan V2

Kesimpulan : Sinus takikardi, frekuensi


120x/ menit susp. iskemia anterior
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
USG dan Kultur Darah

USG Kultur Darah


Sample : Darah
Kesimpulan :
Preparat direct : Tidak ditemukan
Parenchymal Kidney Disease dengan bentukan kuman batang dan coccus baik
hidronephrosis ringan bilateral. Organ- Gram negatif maupun Gram positif
organ abdomen lainnya tak tampak
kelainan Hasil kultur : Tidak ada pertumbuhan
kuman
Temporary Problem List Permanent Problem List

·Demam 5 hari terus meningkat Leptospirosis


·Mual dan muntah >3x/ hari, cair disertai sisa makanan Febris, sklera ikterik, myalgia gastrocnemius, riwayat paparan
·BAB cair 5 hari, 4-5x/ hari, berampas banjir dan rawan tikus, injeksi silier, leukositosis, diare, muntah,
·Kuning 2 hari pada mata dan kulit. transaminitis, hiperbilirubinemia, trombositopenia
·Nyeri otot pada kedua betis 5 hari
·BAK pasien berwarna kuning gelap seperti teh sejak 5 hari Gastroenteritis akut
·Riwayat paparan banjir & tinggal di daerah kumuh bertikus Diare 5 hari, nausea, vomiting, nafsu makan menurun
·Nadi 114x/ menit
·RR 24x/ menit Dehidrasi
·Suhu 38 °C Muntah, diare, nafsu makan menurun, kencing seperti teh,
·Sklera ikterik +/+ takikardi, hiponatremi
·Injeksi silier +/+
·Leukositosis AKI dd ACKD
·Neutrofilia Mual, muntah, azotemia, USG parenchymal kidney disease
·Limfopenia dengan hidronephrosis ringan bilateral
·Trombositopenia
·Natrium 127 mmol/L Hiponatremia
·SGOT 61 U/L Muntah, diare, hiponatremi (127)
·BUN 157 mg/dL
·SK 12.9 mg/dL Hipoalbumin
·Albumin 2.5 g/dL Albumin (2.5)
·Bilirubin total 33.82 mg/dL
·Bilirubin direk 20.80 mg/dL
USG: parenchymal kidney disease dengan hidronephrosis ringan
bilateral
ASSESSMENT Diagnosis Utama

Leptospirosis

Diagnosis Sekunder

Gastroenteritis Akut, AKI dd ACKD

Diagnosis Komplikasi

Dehidrasi, Hiponatremia, Hipoalbumin

Diagnosis Banding

Hepatitis B, Cholecystitis
Diagnosa Terapi Monitoring
USG abdomen Tirah baring Monitoring klinis dan TTV
Dark field microscopy Pasang kateter Monitoring keluhan pasien
IgM Anti-leptospira Inf. Asering 500cc / 1 jam Monitoring intake dan output urin
Feses lengkap Lanjut Inf. Asering 14 tpm Darah lengkap serial
HbsAg Inf. Livamin 500cc/ 24 jam Kimia darah serial (Na, BUN, SK, LFT,
Anti-HCV Inj. Paracetamol 1 x 1 g IV FH)
Anti-HIV Inj. Ondansetron 3 x 4 g IV
FH Inj. Omeprazole 1 x 1 amp IV
Inj. Vitamin K 3 x 1 amp IV
Inj. Penisilin G 1.5 juta unit / 6 jam IV Edukasi
Kapsul garam 3 x 1 caps
Curcuma 2 x 1 tab Istiarahat yang cukup
UDCA 2 x 1 tab Menjaga personal hygeine
Attapulgite 3 x 2 tab Membasmi tikus
Nocid 3 x 1 tab Kontrol rutin
Hemodialisis Minum obat secara teratur

PLANNING
Subjective Objective Assessment Planning

Pusing, muntah dan KU cukup Leptospirosis + Post Inf. Amiparen


diare, nyeri betis GCS 456 GEA + AKI dd ACKD 400cc/ 24 jam
kanan/ kiri masih Kesadaran CM (SK 2.6) + Inj. Ondansetron 3
ada, lemas (+) TD : 101/ 64 mmHg Hiponatremi (127) + x 1 amp IV
N : 117 x/m Hipoalbumin (2.5) + Inj. Vit K 3 x 1 amp
RR : 20 x/m Anemia normokromik IV
T : 36.5 °C normositik (10.6) Inj. Omeprazole 1 x
SpO2 : 99 % 1 amp IV
Inj. Ciprofloxacin 2
x 200 mg IV
Inj. Cefepime 3 x 1
amp IV
Kapsul garam 3 x 1
caps
UDCA 2 x 1
Nocid 3 x 1
Curcuma 2 x1
Vip Alb 2 x 1

SOAP & KOREKSI


05/05/2023
Subjective Objective Assessment Planning

Pusing, nyeri betis KU cukup Leptospirosis + Post Inf. Amiparen


kanan/ kiri masih ada GCS 456 GEA + AKI dd ACKD 400cc/ 24 jam
Kesadaran CM (SK 2.6) + Inj. Ondansetron 3
TD : 96/ 60 mmHg Hiponatremi (127) + x 1 amp IV
N : 80 x/m Hipoalbumin (2.5) + Inj. Vit K 3 x 1 amp
RR : 20 x/m Anemia normokromik IV
T : 36.4 °C normositik (10.6) Inj. Omeprazole 1 x
SpO2 : 99 % 1 amp IV
Inj. Ciprofloxacin 2
x 200 mg IV
Inj. Cefepime 3 x 1
amp IV
Kapsul garam 3 x 1
caps
UDCA 2 x 1
Nocid 3 x 1
Curcuma 2 x1
Vip Alb 2 x 1

SOAP & KOREKSI


06/05/2023
Subjective Objective Assessment Planning

Pasien masih KU cukup Leptospirosis + Post Inf. Amiparen


mengeluh pusing GCS 456 GEA + AKI dd ACKD 400cc/ 24 jam
Kesadaran CM (SK 2.6) + Inj. Ondansetron 3
TD : 95/ 63 mmHg Hiponatremi (127) + x 1 amp IV
N : 103 x/m Hipoalbumin (2.5) + Inj. Vit K 3 x 1 amp
RR : 20 x/m Anemia normokromik IV
T : 36.2 °C normositik (10.6) Inj. Omeprazole 1 x
SpO2 : 99 % 1 amp IV
Inj. Ciprofloxacin 2
x 200 mg IV
Inj. Cefepime 3 x 1
amp IV
Kapsul garam 3 x 1
caps
UDCA 2 x 1
Nocid 3 x 1
Curcuma 2 x1
Vip Alb 2 x 1

SOAP & KOREKSI


07/05/2023
Subjective Objective Assessment Planning

Pusing berkurang KU cukup Leptospirosis + Post Kapsul garam 3 x 1


GCS 456 GEA + AKI dd ACKD caps
Kesadaran CM (SK 2.6) + UDCA 2 x 1
TD : 105/65 mmHg Hiponatremi (127) + Nocid 3 x 1
N : 79 x/m Hipoalbumin (2.5) + Curcuma 2 x1
RR : 20 x/m Anemia normokromik Vip Alb 2 x 1
T : 36.2 °C normositik (9.9) KRS
SpO2 : 99 %

SOAP & KOREKSI


08/05/2023
Secara sederhana, genus leptospira terdiri atas dua
spesies: L. interrogans yang patogen dan L. biflexa yang
non patogen/ saprofit

DEFINISI &
ETIOLOGI

Leptospirosis merupakan infeksi zoonosis umum di


dunia yang disebabkan oleh Leptospira sp. bakteri
Gram-negatif golongan Spirochaeta
Leptospira adalah bakteri helik yang fleksibel dan
bergerak aktif. Ujung leptospira berbentuk lengkung atau
seperti mata pancing.

Leptospira memiliki panjang 5-15 um, dengan spiral yang


sangat halus, lebarnya 0.1 – 0.2 um

Leptospira merupakan bakteri aerob yang membutuhkan


rantai panjang fatty acid sebagai sumber energi dan
karbon
Hewan-hewan yang menjadi sumber penularan leptospirosis
adalah rodent (tikus, tupai), babi, sapi, kambing, domba, kuda,

RESERVOIR & anjing, kucing, serangga, burung dan insektivora (landak,


kelelawar).

PENULARAN Manusia dapat terinfeksi leptospirosis karena kontak langsung


atau tidak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi
leptospira.

Penularan langsung :
Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung
leptospira masuk kedalam tubuh
Dari hewan ke manusia akibat pekerjaan, bagi orang yang
merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan atau
seorang yang tertular hewan peliharaan
Dari manusia ke manusia meskipun jarang dapat terjadi
melalui hubungan seksual pada masa konvalesen atau dari
ibu penderita leptospirosis ke janin melalui sawar plasenta
dan air susu ibu.

Penularan tidak langsung:


Melalui genangan air, sungai, danau, selokan air, dan lumpur
yang tercemar urin hewan.
FAKTOR RISIKO

Kelompok Kelompok Aktivitas Kelompok


Pekerjaan Lingkungan

Petani dan peternak Berenang di sungai Anjing peliharaan


Tukang potong hewan Bersampan Ternak
Penangkap hewan Berkemah Genangan air hujan
Dokter hewan Berburu Lingkungan tikus
Penebang kayu Kegiatan di hutan Banjir
Pekerja selokan
Pekerja perkebunana
PATOGENESIS

Leptospira masuk ke melalui kulit atau mukosa, ke aliran darah dan berkembang. Umumnya respon selular maupun humoral
menekan infeksi dan terbentuk antibodi spesifik. Beberapa organisme ini bertahan pada ginjal dimana sebagian
mikroorganisme akan mencapai convoluted tubules, dan dilepaskan melalui urin.

Leptospira dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8 hari hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Setelah
fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Leptospiruria
berlangsung 1-4 minggu. Masa inkubasi leptospirosis antara 2-30 hari dengan rata-rata 7-10 hari.
Hati menunjukkan nekrosis

PATOFISIOLOGI sentilobuler fokal dengan


infiltrasi sel limfosit lokal dan
proliferasi sel Kupfer dengan
Pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang kolestasis.
bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada
beberapa organ. Lesi yang muncul terjadi karena kerusakan
Kelainan miokardium dapat
pada lapisan endotel kapiler. Pada kasus yang berat, terjadi
fokal atau difus berupa edema
kerusakan kapiler dengan perdarahan yang luas dan disfungsi
interstisial dengan infiltrasi sel
hepatoselular dengan retensi bilier.
mononuklear dan plasma.
Nekrosis berhubungan dengan
infiltrasi neutrofil

Terjadi perubahan nekrotis lokal,


vakuolisasi dan kehilangan
striata. Nyeri otot disebabkan
langsung karena invasi
leptospira

Leptospira dapat masuk ruang


anterior dari mata selama fase
leptospiremia dan bertahan
beberapa bulan. Hal ini akan
menyebabkan uveitis
PATOFISIOLOGI
Leptospira mudah masuk ke dalam
cairan serebrospinal dan dikaitkan
dengan meningitis. Meningitis terjadi
sewaktu terbentuknya respon
antibodi. Diduga bahwa terjadinya
meningitis diperantarai oleh
mekanisme imunologis

Terjadi perubahan pada pembuluh Weil Disease merupakan leptospirosis


darah akibat terjadinya vaskulitis berat yang ditandai dengan ikterus,
yang akan menimbulkan biasanya disertai perdarahan, anemia,
perdarahan. Sering ditemukan azotemia, gangguan kesadaran dan
perdarahan/ peteki pada mukosa, demam tipe kontinua. Weil Disease terjadi
permukaan serosa dan alat-alat pada 1-6% kasus dengan leptospirosis
viscera dan perdarahan bawah kulit
PATOFISIOLOGI
Interstitial nefritis dengan infiltrasi sel
mononuklear merupakan bentuk lesi pada
leptospirosis yang dapat terjadi tanpa
gangguan fungsi ginjal. Ada peranan
nefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia ginjal,
hemolisis dan invasi langsung mikroorganisme
dalam timbulnya kerusakan ginjal.

Faktor utama penyebab cedera ginjal akut


pada leptospirosis adalah nefrotoksisitas
langsung dari leptospira dan respons imun
yang diinduksi toksin. Adanya leptospira di
jaringan ginjal akan memicu proses nefritis
interstisial dan nekrosis tubular akut.
Rabdomiolisis yang sering terjadi pada
leptospirosis juga dapat menyebabkan cedera
ginjal melalui vasokonstriksi ginjal, obstruksi
tubulus, dan toksisitas langsung mioglobin
MANIFESTASI KLINIS

LEPTOSPIROSIS LEPTOSPIROSIS
RINGAN BERAT

Sebagian besar tidak bergejala. Leptospirosis ringan Perubahan status mental mungkin mencerminkan
biasanya mirip flu, dengan demam, menggigil, mual, meningitis leptospiral. Bisa disertai pankreatitis,
muntah, sakit perut, konjungtiva suffusion, dan nyeri kolesistitis, rhabdomyolysis dan keterlibatan jantung
otot sangat intens terutama di betis, punggung, dan sebagai perubahan ST dan T yang tidak spesifik. Pasien
perut. Sakit kepala hebat di daerah frontal atau bisa meninggal karena syok septik dengan kegagalan
retroorbital dan terkadang disertai fotofobia. multiorgan dan/atau perdarahan hebat
DIAGNOSIS
Pemeriksaan lab dapat menemukan leukositosis, neutrofilia,
trombositopenia, bilirubin meningkat (predominasi direk),
transaminase jarang melebihi 3x batas atas. Pemanjangan
prothrombin time mudah dikoreksi dengan vitamin K.

Pada gangguan fungsi ginjal ureum dan kreatinin akan meningkat,


disertai hematuria, piuria, proteinuria, dan berat jenis urin tinggi.

Leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan serebrospinal pada


hari 7-10, dan dari urin selama minggu 2-3. Kultur dan isolasi adalah
baku emas, tetapi membutuhkan media khusus dengan waktu lama,
dan mikroskop lapangan gelap.

Respons antibodi IgM yang kuat, muncul sekitar hari 5-7. Pada uji
aglutinasi mikroskopik, peningkatan titer 4x dari serum akut ke
konvalesens merupakan konfirmasi diagnosis
DIAGNOSIS
Kriteria Faine (2012)

Berdasarkan kriteria Faine yang dimodifikasi,


diagnosa presumtif leptospirosis dapat ditegakkan
jika

Skor bagian A atau bagian A + bagian B = 26


atau lebih
Skor bagian A + bagian B + bagian C = 25 atau
lebih
Skor antara 20 dan 25 menunjukkan
kemungkinan diagnosis leptospirosis tetapi
belum terkonfirmasi
TATALAKSANA
Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai dilakukan sejak kasus
suspek ditegakkan secara klinis.

Terapi untuk kasus Leptospirosis ringan:


Pilihan: Doksisiklin 2 x 100mg selama 7 (tujuh) hari kecuali pada
anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi Doksisiklin.
Alternatif (bila tidak dapat diberikan doksisiklin):
Amoksisilin 3 x 500mg/hari pada orang dewasa
Amoksisilin 10-20mg/kgBB per 8 jam pada anak selama 7
(tujuh) hari
Bila alergi Amoksisilin dapat diberikan Makrolid

Terapi kasus Leptospirosis berat:


Ceftriaxon 1-2 gram iv selama 7 (tujuh) hari
Penisilin Prokain 1,5 juta unit im per 6 jam selama 7 (tujuh) hari
Ampisilin 4 x 1 gram iv per hari selama 7 (tujuh) hari
Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi seperti gagal
ginjal, perdarahan organ (paru-paru, saluran cerna, saluran
kandung empedu, serebral), syok dan gangguan neurologi.
PROGNOSIS
Jika tidak ikterus, penyakit jarang fatal.

Pada kasus dengan ikterus, angka kematian 5% pada umur di


bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40%

Individu yang mungkin terpapar Leptospira melalui


pekerjaannya atau keterlibatannya dalam kegiatan rekreasi air
tawar harus diberi tahu tentang risikonya.

Langkah-langkah untuk mengendalikan leptospirosis termasuk


menghindari paparan urin dan jaringan dari hewan yang
terinfeksi melalui kacamata yang tepat, alas kaki, dan alat
pelindung lainnya.

Vaksin untuk pertanian dan hewan pendamping umumnya


tersedia, dan penggunaannya harus didorong. Vaksin hewan
yang digunakan di area tertentu harus mengandung serovar
diketahui ada di daerah tersebut
PENCEGAHAN
Pasien wanita P berusia 24 tahun datang ke IGD dengan demam,
mual dan muntah >3x/ hari, BAB cair 4-5x/ hari, nyeri otot pada kedua
betis, BAK yang berwarna kuning gelap seperti teh dan nafsu makan
yang menurun sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mulai
tampak kuning 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

KESIMPULAN Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang yang telah dilakukan di IGD pasien merujuk pada
diagnosis leptospirosis dengan gastroenteritis akut, AKI dd ACKD
disertai komplikasi dehidrasi, hiponatremia dan hipoalbumin.

Penatalaksanaan awal yang dilakukan pada pasien adalah rawat


inap dan stabilisasi ABC serta tanda vital, dilanjutkan dengan
pemberian cairan infus Asering 1000 cc/ 24 jam, paracetamol,
ondansetron, omeprazole, vitamin K, cefoperazone sulbactam, kapsul
garam, curcuma, UDCA, attapulgite dan nocid. Keadaan pasien
dipantau dengan tanda-tanda vital, intake dan outpun urin, darah
lengkap serial dan kimia darah serial.

Setelah pengaplikasian tatalaksana dan keadaan pasien membaik,


pasien dapat dipulangkan dari rawat inap dengan diberikan edukasi
terkait istirahat yang cukup, menjaga kebersihan dan membasmi
tikus, kontrol kesehatan rutin dan minum obat secara teratur.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai