Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

Apendisitis
Akut
Pembimbing:
Dr. Dhanu Wido Dharmawan, Sp.B

Penyusun:
Idfia Nur Syafara Putri
NIM 20210420081
01

PENDAHULUAN
Pendahuluan

Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang dikenal
masyarakat awam sesungguhnya kurang tepat karena usus buntu yang
sebenarnya adalah sekum.
Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah
kesehatan.
Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya
02
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya


kira-kira 10 cm (kisaran 3 - 15 cm) dan berpangkal di sekum.
Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.
Sedangkan pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya, dan menyempit pada ujungnya.
Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu
memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung
pada panjang mesoapendiks. Apendiks terletak retroperitoneal yaitu
dibelakang sekum, dibelakang kolon asendens, atau di tepi lateral
kolon asendens.
Anatomi

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang


mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri apendikularis, sedangkan
persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh sebab itu, nyeri
viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus.
Pembuluh darah apendiks berasal dari arteri apendikularis yang
merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat , misalnya karena
trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren.
Definisi

Apendisitis akut merupakan suatu


peradangan akut pada apendiks
vermiformis serta termasuk kasus
abdomen yang sering dijumpai.
Etiologi

Apendisitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri (E. coli atau


Bacteroides). Obstruksi lumen apendiks merupakan faktor pencetus karena
adanya hipertrofi/hiperplasia jaringan limfoid, fekalit, tumor apendiks, atau
cacing Askaris. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis
yaitu erosi mukosa apendiks akibat parasit E. histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukan kontribusi kebiasaan makan
makanan rendah serta konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal sehingga mengakibatkan
obstruksi fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman
flora kolon.
Etiologi
Epidemiologi
Indonesia Pola makan diet rendah serat
(2009) 596.132 –> 3,36%
(2010) 621.435 –> 3,53%

Negara maju > negara Risiko perkembangan apendisitis bisa seumur hidup
berkembang sehingga memerlukan tindakan pembedahan

Laki-laki > Wanita


● Tingkat perforasi bervariasi dari 16%-40%, pada usia lebih muda
7-10% dari seluruh kejadian (40%-57%) dan pada pasien lebih dari 50 tahun (55-70%)
emergensi akut abdomen
● Resiko kematian apendisitis akut non gangren kurang dari 0,1%,
Anak-anak << dewasa tetapi risiko meningkat menjadi 0,6% pada apendisitis gangren.
Klasifikasi

Apendisitis Akut
a. Apendisitis Akut Sederhana (Catarrhal)
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan submucosa disebabkan obstruksi. Pada appendisitis
catarrhal terjadi leukositosis dan apendiks terlihat normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat.

b. Apendisitis Akut Purulen (Supurative)


Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi
serosa sehingga serosa menjadi keruh karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan
mesoappendiks terjadi edema, heperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen.

c. Apendisitis Akut Gangrenosa


Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infark
dan gangren. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada
appendisitis akut gangrenosa terdapat mikro perforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen.
Klasifikasi

Apendisitis Infiltrat
Apendisitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh
omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa
flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.

Apendisitis Perforasi
Pecahnya apendiks menyebabkan massa lokal yang terbentuk berisi pus, biasanya di
fossailiaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, sucaecal, dan pelvis.

Apendisitis Abses
Apendisitis perforasi akibat pecahnya gangren yang menyebabkan pus masuk kedalam rongga
abdomen sehingga terjadi peritonitis. Pada dinding apendiks tampak daerah perforasi
dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
Klasifikasi
Apendisitis Kronis
Merupakan lanjutan appendisitis akut supuratif sebagai proses radang yang persisten akibat
infeksi mikroorganisme dengan virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen.
Diagnosis appendisitis kronis→riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari
dua minggu.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
● Gejala awal : nyeri viseral di daerah epigastrium/sekitar
umbilikus diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah,
umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari.

● Beberapa jam nyeri pindah ke kanan bawah (yang


menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk) dan
menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik
Mc. Burney : nyeri tekan, nyeri lepas, defans muskuler.

● Biasanya ditemukan demam ringan dan leukosit


meningkat.

● Bila rupture apendiks, nyeri sering hilang untuk


sementara.
Pemeriksaan Fisik

Palpasi
Nyeri tekan dan nyeri lepas pada daerah Mc Burney

1: Mc Burney ⅓ lateral antar SIAS-umbilikus)


2: Umbilikus
3: SIAS
Tes Provokasi
OBTURATOR SIGN ROVSING SIGN
● Paha pasien difleksikan. Palpasi kuadran kiri bawah
● Menggerakkan tungkai bawah kelateral, perut meningkatkan nyeri yang
● Ada tahanan pada sisi samping dari lutut, dirasakan di kuadran kanan
menghasilkan rotasi femur kedalam
bawah
Tes Provokasi
REBOUND/BLUMBERG’S SIGN PSOAS SIGN
● Pemeriksa menekan di LLQ kemudian ● Pasien berbaring pada sisi kiri.
melepaskannya. pemeriksa memegang lutut pasien dan
● Positif bila pada saat dilepaskan, pasien menstabilkan panggulnya.
merasakan nyeri di RLQ. ● Tungkai kanan pasien digerakkan dalam
arah anteroposterior
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
● Leukositosis > 10.000 sel/mm3
● Shift to the left,
● C-reactive protein >1,5 mg/l
● Leukositosis >20.000/µl → perforasi apendiks.
Sensitivitas dan spesifisitas :
● C-reactive protein 57% hingga 87%
● Leukositosis 62% hingga 75%

Pencitraan
● Awal → USG Abdomen (diameter >6 mm, apendicolith, cairan/massa)
● Foto BNO
○ Appendicolith pada RLQ
○ Ileus yang berlokasi di right iliac fossa
○ Udara bebas (tidak selalu ada)
○ Peningkatan densitas pada RLQ
● CT Scan
○ Diameter apendiks > 6 mm
○ Penebalan dinding apendiks > 2mm
○ Penebalan lemak di sekitar apendiks dan dinding apendiks
Diagnosis

● Nyeri pada perut kanan bawah yang ● Inspeksi


mula-mula muncul pada daerah periumbilikal Berjalan sambil bungkuk dan
kemudian menjalar. memegang perut.
● Anoreksia, nausea, vomiting yang timbul Tampak kesakitan.
beberapa jam setelah rasa nyeri ● Palpasi
● Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri Nyeri terbatas pada regio iliaka kanan
● Demam tidak terlalu tinggi atau tinggI -> terjadi ● Auskultasi
bila sudah ada komplikasi BU normal

+TES PROVOKASI

PEMERIKSAAN PENUNJANG : LAB -> USG -> CT SCAN


SISTEM SKORING
SISTEM SKORING

ALVARADO SCORE

0-4: KEMUNGKINAN APPENDISITIS KECIL

5-6: DIAGNOSIS APPENDISITIS PERLU LAKUKAN PEM.


PENUNJANG(OBSERVASI DI RUMAH SAKIT)

7-8: KEMUNGKINAN BESAR APPENDISITIS (APPENDEKTOMI)

9-10: HAMPIR PASTI MENDERITA APPENDISITIS (APPENDEKTOMI)


SISTEM SKORING
Diagnosis Banding
● Gastroenteritis
● Demam dengue
● Limfadenitis mesenterika
● Kelainan ovulasi
● Infeksi panggul (Salpingitis, PID)
● Kehamilan ektopik terganggu (KET)
● Ruptur kista ovarium
● Endometriosis
● Urolitiasis
Tatalaksana

OPERATIF NON OPERATIF


(Open Appendektomi atau Laparoscopic (Antibiotik)
apendektomi)

● Tindakan yang tepat pada apendisitis akut adalah -> apendektomi


● Memberikan analgetic bisa mengaburkan keadaan apendisitis akut
● Pemberian Antibiotik jika diagnosa sudah jelas
Tatalaksana = OPERATIF

INDIKASI
● Appendisitis akut
● Appendisitis kronis

KOMPLIKASI
● Infeksi pada luka
● Abses
● Perlengketan usus
● Cedera organ
Tatalaksana = OPERATIF

PRA BEDAH PASKA BEDAH


● cairan infus ● nonperforasi : rawat 24-48 jam
● antibiotik profilaksis 30 mnt sebelum ● perforasi : antibotik dilanjutkan hingga
operasi atau satu kali pasca bedah gejala klinis dan hasil pemeriksaan lab
(cephalosporin gen 2) menunjukan tidak ada infeksi sistemik
● cairan infus
Tatalaksana = OPERATIF

Open Appendektomy Laparoscopy Appendektomy


● Membuat irisan pada bagian kanan ● Laparoskopi
bawah perut sepanjang 2-4 inci ● Terapeutik
● Appendiks diangkat melalui irisan ini ● Diagnostik: untuk membedakan
kemudian irisan ditutup kembali penyakit ginekologi atau
appendisitis
Operatif
Tatalaksana Non-Operatif

INDIKASI METODE

Menolak operasi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai