Anda di halaman 1dari 5

PATOGENESIS APENDISITIS

Patologi apendisitis berawal dari mukosa dan kemudian melibatkan


seluruh lapisan dinding aapendiks dalam waktu 24-48 Jam pertama. Upaya
pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan menutup apendiks
dengan omentum, usus halu, adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler
yang dikenal dengan inflitrat apendiks. Di dalamnya terjadi nekrosis jaringan
berupa abses yang mengalami perforasi. Jika tidak ada abses, maka apendisits
sembuh dan massa periapendikuler akan mengurai sendiri secara lambat.
Sedangkan apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tapi
membentuk jaringan parut yang melengket dengan jaringan sekitar. Perlengketan
ini dapat menimbulkan keluhan berulang.
Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala appendisitis antara lain sebagai berikut :


1. Nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di sekitar
umbilikus atau epigastrium bawah. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Adanya nyeri tekan,
nyeri lepas, dan defans muskuler.
2. Mual dan muntah
3. Nafsu makan menurun
4. Terdapat nyeri rangsangan peritonium tidak langsung :
 Rovsing Sign: nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
 Blumberg Sign: nyeri kanan bawah bila tekanan kiri dilepaskan 
 Dunphy Sign: nyeri saat batuk
 Psoas Sign: nyeri perut kuadran kanan bawah saat ekstensi
panggul kanan
 Obturator Sign: nyeri perut kanan bawah saat rotasi internal
panggul kanan

Diagnosis

A. Anamnesis

Gejala klinis dari apendiscitis tidak konsisten. Biasanya didapatkan gejala


anoreksia dan nyeri periumbilical yang diikuti mual, nyeri abdomen quandran
kanan bawah, dan muntah terjadi hanya dalam 50% kasus. Adapun gejalanya:
1. Abdominal pain : keluhan paling sering
2. Mual : 61-92% pasien
1. Anoreksia : 74-78% pasien
2. Vomiting : selalu segera setelah timbulnya rasa nyeri
3. Diare atau konstipasi: 18% pasien
Adapun karakteristik dari nyeri abdominal yang dimaksud adalah:
1. Nyeri bermula di periumbilical atau epigastric, kemudian bermigrasi ke
RLQ
2. Pasien biasanya berbaring, memflesikan panggul, dan menarik kakinya,
untuk menurunkan geraka dan menghindari bertambahparahnya nyeri
3. Durasi dari gejala kurang dari 48jam pada 80% pasien, namun dapat
lebih lama pada orang yang lebih tua dan pasien yang mengalami
perforasi

B. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi, Tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering ditemukan


pada penderita denga komplikasi perforasi. Penonjolan pada perut kuadran
kanan bawah dapat terlihat bila terdapat masa ataupun abses
periapendikular
2. Palpasi, didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa
dosertai nyeri lepas. Defans muskular menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakn kunci
diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri perut
kanan bawah yang disebut tanda Rovsing. Pada apendisitis retrosekal atau
retroileal, diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
3. Auskultasi, Bising usus menurun hingga menghilang

C. Pemeriksaan Penunjang

1. CBC
1) WBC > 10.500 sel/ul
2) Neutrophilia
2. C-Reaktif protein
1) CRP > 1 mg/dl
2) CRP yang sangat tinggi mengindikasikan adanya gangren,
terlebih apabila terdapat leukositosis dan neutrophilia
3. Tes fungsi liver dan pancreas
4. Urinalisis : untuk membedakan apendisitis dengan gangguan pada
traktus urinaria
5. Unrinary beta-HCG: membedakan apendisitis dengan kehamilan
ektopik pada wanita
6. Urinary 5-hydrixyindoleacetic: pada apendisitis acut terjadi
peningkatan HIAA yang signifikan dan akan menurun bila terjadi
nercrosis pada appendiks.
7. CT-Scan
8. Ultrasonografi : normalnya tidak akan tampak appendix saat USG,
namun apabila terjadi appendisitis , maka akan tampak gambaran
tubular dengan diamter 7-9 mm
9. Pemeriksaan radiology lainnya : radiograps ginjal-ureter-kandung
kemih, barium enema study, CT-Scan, MRI

Selain itu temuan lain Pada pemeriksaan fisik, ialah dapat ditemukan
adanya pembengkakan dinding abdomen, distensi abdomen, nyeri pada penekanan
titik McBurney’s. Selain pemeriksaan abdomen, dapat pula dilakukan
pemeriksaan rectal toucher untuk menemukan apakah ada nyeri pada jam 9-12
yang dapat menandakan adanya abses intra abdominal atau appendisitis letak
pelvis. Selanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
dan radiologi. 
Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperoleh jumlah leukosit diatas
10.000/mm3 (ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan appendisitis akut).
Jumlah leukosit pada penderita appendisitis berkisar antara 12.000-18.000/mm 3.
Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the left) dengan jumlah normal
leukosit menunjang diagnosis klinis appendisitis. Jumlah leukosit yang normal
jarang ditemukan pada pasien dengan appendisitis1. Pemeriksaan urinalisis
membantu untuk membedakan appendisitis dengan pyelonephritis atau batu
ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat terjadi jika
inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.
Pada pemeriksaan radiologi, dapat dilakukan dengan ultrasonografi
maupun CT-scan. Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan
untuk menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala appendisitis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan
spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis
appendisitis akut adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau
lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix.
Sedangkan, CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis appendisitis akut jika diagnosisnya tidak jelas. Sensitifitas dan
spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-pasien yang obesitas, presentasi klinis
tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai
pilihan test diagnostik. Diagnosis appendisitis dengan CT-scan ditegakkan jika
appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada diameternya. Dinding pada appendix
yang terinfeksi akan mengecil sehingga memberi gambaran “halo”.
Semua penderita dengan suspek appendisitis akut dapat dilakukan
penilaian dengan skoring, baik dengan Alvarado Score maupun Appendicitis
Inflammatory Response Score.

referensi

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Appendicitis Treatment & Management: Approach Considerations, Emergency


Department Care, Nonsurgical Treatment. (2020). Retrieved 4 October 2020,
from https://emedicine.medscape.com/article/773895-treatment

Anda mungkin juga menyukai