Diagnosis
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan Fisik
C. Pemeriksaan Penunjang
1. CBC
1) WBC > 10.500 sel/ul
2) Neutrophilia
2. C-Reaktif protein
1) CRP > 1 mg/dl
2) CRP yang sangat tinggi mengindikasikan adanya gangren,
terlebih apabila terdapat leukositosis dan neutrophilia
3. Tes fungsi liver dan pancreas
4. Urinalisis : untuk membedakan apendisitis dengan gangguan pada
traktus urinaria
5. Unrinary beta-HCG: membedakan apendisitis dengan kehamilan
ektopik pada wanita
6. Urinary 5-hydrixyindoleacetic: pada apendisitis acut terjadi
peningkatan HIAA yang signifikan dan akan menurun bila terjadi
nercrosis pada appendiks.
7. CT-Scan
8. Ultrasonografi : normalnya tidak akan tampak appendix saat USG,
namun apabila terjadi appendisitis , maka akan tampak gambaran
tubular dengan diamter 7-9 mm
9. Pemeriksaan radiology lainnya : radiograps ginjal-ureter-kandung
kemih, barium enema study, CT-Scan, MRI
Selain itu temuan lain Pada pemeriksaan fisik, ialah dapat ditemukan
adanya pembengkakan dinding abdomen, distensi abdomen, nyeri pada penekanan
titik McBurney’s. Selain pemeriksaan abdomen, dapat pula dilakukan
pemeriksaan rectal toucher untuk menemukan apakah ada nyeri pada jam 9-12
yang dapat menandakan adanya abses intra abdominal atau appendisitis letak
pelvis. Selanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
dan radiologi.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperoleh jumlah leukosit diatas
10.000/mm3 (ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan appendisitis akut).
Jumlah leukosit pada penderita appendisitis berkisar antara 12.000-18.000/mm 3.
Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the left) dengan jumlah normal
leukosit menunjang diagnosis klinis appendisitis. Jumlah leukosit yang normal
jarang ditemukan pada pasien dengan appendisitis1. Pemeriksaan urinalisis
membantu untuk membedakan appendisitis dengan pyelonephritis atau batu
ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat terjadi jika
inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.
Pada pemeriksaan radiologi, dapat dilakukan dengan ultrasonografi
maupun CT-scan. Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan
untuk menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala appendisitis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan
spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis
appendisitis akut adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau
lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix.
Sedangkan, CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis appendisitis akut jika diagnosisnya tidak jelas. Sensitifitas dan
spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-pasien yang obesitas, presentasi klinis
tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai
pilihan test diagnostik. Diagnosis appendisitis dengan CT-scan ditegakkan jika
appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada diameternya. Dinding pada appendix
yang terinfeksi akan mengecil sehingga memberi gambaran “halo”.
Semua penderita dengan suspek appendisitis akut dapat dilakukan
penilaian dengan skoring, baik dengan Alvarado Score maupun Appendicitis
Inflammatory Response Score.
referensi
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.