Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh
Wanda Riskyna Harmawan
NIM. 1810015004
Dosen Pembimbing
dr. Yudanti Riastiti, M.Kes, Sp. Rad.
NIM : 1810015004
Dengan ini menyatakan bahwa judul tersebut diatas sama dengan judul
persetujuan oleh dr. Yudanti Riastiti, M.Kes, Sp. Rad. selaku dosen
pembimbing klinik.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan tema
“Rheumatoid Arthritis” dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium
Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yudanti Riastiti,
M.Kes, Sp. Rad. selaku dosen pembimbing klinik yang telah memberikan banyak
bimbingan, perbaikan dan saran penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penulis menyadari masih terdapat banyak ketidaksempurnaan dalam
referat ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan
referat ini. Akhir kata penulis berharap semoga referat ini menjadi ilmu
bermanfaat bagi para pembaca.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
SURAT REKOMENDASI..................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1
1.2 TUJUAN..........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
2.1 Anatomi Sendi.................................................................................................3
2.2 Definisi Rheumatoid Arthritis.........................................................................4
2.3 Faktor Risiko Rheumatoid Arthritis................................................................4
2.4 Epidemiologi Rheumatoid Arthritis................................................................5
2.5 Patofisiologi Rheumatoid Arthritis..................................................................6
2.6 Manifestasi Klinis Rheumatoid Arthritis.........................................................9
2.7 Diagnosis Rheumatoid Arthritis......................................................................10
2.8 Diagnosis Banding Rheumatoid Arthritis.......................................................19
2.9 Tatalaksana rheumatoid arthritis.....................................................................19
2.10 Komplikasi dan Prognosis Rheumatoid Arthritis..........................................22
BAB 3 ...................................................................................................................23
KESIMPULAN.....................................................................................................23
v
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Anatomi Sendi....................................................................................3
Gambar 2.2 : Empat Jenis Sendi Synovial.................................................................4
Gambar 2.3 Perkembangan Rheumatoid Arthritis...............................................6
Gambar 2.4 Proses Imunitas dalam Sendi Rheumatoid Arthritis........................7
Gambar 2.5 Pembengkakan pada RA....................................................................9
Gambar 2.6 Temuan Radiografi RA Awal............................................................13
Gambar 2.7 Temuan Radiografi RA Klasik..........................................................14
Gambar 2.8 Temuan Radiografi RA Lanjut..........................................................14
Gambar 2.9 Deviasi Ulnar.....................................................................................15
Gambar 2.10 Gambaran USG pada Tangan..............................................................17
Gambar 2.11 Gambaran erosi pada USG Rheumatoid Arthritis....................................15
Gambar 2.12 peningkatan aliran pada RA...........................................................16
Gambar 2.13 Erosi pada Koronal T1-weighted ....................................................17
Gambar 2.14 Ankylosis pada koronal T2-weighted................................................17
Gambar 2.15 Ankylosis pada koronal T1-weighted................................................17
Gambar 2.16 Sinovitis pada koronal T2-weighted..................................................18
vi
vii
BAB.1
PENDAHULUAN
1
Dengan pertimbangan itu saya ingin menulis referat ini dengan tujuan
menambah wawasan secara umum mengenai rheumatoid arthritis dan dapat
mengidentifikasi gambaran radiologis RA serta diagnosis banding nya agar
mampu mengidentifikasi RA dengan tepat dan cepat
.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan secara umum mengenai Rheumatoid Arthritis. Adapun tujuan
khususnya adalah untuk mengetahui dan melihat gambaran radiologi pada
Rheumatoid Arthritis dengan diagnosis banding lainnya secara radiologi.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
\
Gambar 2.2 : Empat Jenis Sendi Synovial (Dr. Eddy Purnomo, 2019)
1. Indeks massa tubuh berlebihan adalah faktor resiko untuk rheumatoid athritis
(RA). Kenaikan berat badan memberikan tekanan yang abnormal pada sendi,
meningkatkan prevalensi nyeri sendi terutama pada sendi yang menahan berat
badan (LEMONE, 2016)
2. Usia adalah salah satu faktor resiko untuk rheumatoid athritis (RA). Setiap
persendian tulang memiliki cairan sinovial yang befungsi sebagai pelumas
sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang berusia
lanjut cairan sinovial akan mengental, sehingga tubuh menjadi sakit saat
digerakkan akan meningkatkan resiko dari rheumatoid athritis.
4
3. Jenis kelamin merupaka faktor resiko untuk rheumatoid athritis (RA). Insiden
RA biasanya tiga kali lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Baik pada
wanita dan pria tertinggi terjadi di antara pada usia enam puluhan. Menstruasi
adalah salah satu penyebab penigkatan resiko rheumatoid athritis pada wanita.
Setidaknya dua studi telah mengamati bahwa wanita dengan menstruasi yang
tidak teratur atau riwayat menstruasi dipotong (misalnya, menopause dini)
memiliki peningkatan risiko RA.
4. Gaya hidup juga menjadi salah satu faktor risiko dari RA. Merokok , aktivitas
fisik yang menimbulkan cidera otot maupun sendi (Thoriq Maulana et al., 2015)
5
2.5 Patofisiologi Rheumatoid Arthritis
6
Gambar 2.4 Proses Imunitas dalam Sendi Rheumatoid Arthritis
.(McInnes & Schett, 2011)
7
dan IL-6 yang bersama dengan T cell merangsang proliferasi sel sinovial
membentuk Pannus. Sel sinovial
yang teraktivasi menghasilkan proteases yang menghancurkan protein pada
kartilago persendian, selain itu ligan “RANKL” pada sel T berikatan dengan
RANK sebuah protein pada permukaan osteoklas sehingga mereka
menghancurkan tulang. (McInnes & Schett, 2011). Terbentuknya pannus akibat
terjadi pertumbuhan yang
irregular pada jaringan synovial yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian
menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang. Respon imun melibatkan peran
sitokin, interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. (Thoriq Maulana et al.,
2015). Panagopoulos & Lambrou (2018) menyatakan bahwa hal hal yang
berperan penting pada kejadian RA antara lain :
Osteoklas adalah sel yang bertanggung jawab untuk erosi tulang di RA
Erosi tulang pada RA adalah biasanya terletak di antarmuka antara pannus
dan tulang di tepi sendi dan tulang subkondral. Osteoklas adalah sel yang
bertanggung jawab untuk perkembangan erosi tulang. sel-sel ini membentuk
lubang resorpsi yang pada akhirnya menyebabkan erosi tulang. perkembangan
erosi tulang pada RA terjadi gangguan diferensiasi dan fungsi osteoblas. Inhibisi
diferensiasi dan fungsi osteoblas pada RA menyebabkan gangguan pembentukan
tulang dan keterbatasan kapasitas erosi tulang untuk diperbaiki. pembentukan
tulang berkurang pada permukaan tulang yang berdekatan dengan sinovial yang
meradang membran di lokasi erosi tulang dibandingkan dengan permukaan tulang
distal sinovium yang meradang.
Sitokin menghambat diferensiasi dan fungsi osteoblas dalam RA
TNF, faktor kunci dalam patogenesis RA, adalah inhibitor poten
diferensiasi osteoblas. TNF mempromosikan degradasi faktor transkripsi Runx2,
yang memainkan peran sentral dalam Diferensiasi osteoblas. Diferensiasi
osteoblas. Selanjutnya, TNF menginduksi apoptosis osteoblast
8
2.6 Manifestasi Klinis Rheumatoid Arthritis
Masyeni (2020) menyatakan keluhan dapat berupa keluhan umum, keluhan pada
sendi dan diluar sendi yang dijelaskan berikut ini:
Kelainan pada sendi
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan
menurun, peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan
berat badan. Terutama mengenai sendi kecil dan simetris seperti sendi
pergelangan tangan, lutut dan kaki. Sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi
siku, bahu, leher. Keluhan sering berupa kaku sendi di pagi hari disertai
pembengkakan dan nyeri sendi
9
c. Paru : Kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan kelainan
pleura (efusi pleura, nodul subpleural)
d. Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vasculitis yang sering
terjadi berupa keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan
gejala foot or wrist drop.
e. Mata : terjadi sindrom Sjogren (keratokonjungtivis sika) berupa
kekeringan mata skleritis atau eriskleritis dan skleromalase perforans
f. Kelenjar limfe : sindrom felty adalah RA dengan splenomegaly,
limfadenopati, anemia, trombositopenia.
10
Tenosinovitis dan sinovitis persisten yang menimbulkan pembentukan
kista sinovial serta menggeser atau menyebabkan ruptur tendon. Ruptur
tendon ekstensor pada dorsum manus merupakan masalah yang sering
ditemukan.
Deviasi ulnaris pada sendi MCP, hiperekstensi atau hiperfleksi sendi MCP
dan PIP, kontraktur fleksi siku, dan subluksasi tulang karpal dan ibu jari
(cocked-up)
Deformitas swan-neck, yaitu hiperekstensi PIP dengan fleksi DIP
a. Nodul Rheumatoid:
b. Keratokonjungtivitis Sicca:
Gejala yang ditimbulkan berupa adanya sensasi benda asing dengan. Diagnosis
ditegakkan melalui uji Schirmer yang positif dan adanya penurunan waktu
pecahnya air mata (tear break-up time).
c. Gangguan Paru:
Pada sistem pulmonal, dapat ditemukan nodul rheumatoid, efusi pleura, penyakit
paru interstitial, penyakit saluran napas kecil, dan vaskulitis pulmonal.
d. Gangguan Kardiovaskular:
11
rheumatoid arthritis memiliki risiko 2 kali lebih tinggi mengalami infark miokard
dan hingga 50% peningkatan risiko kematian kardiovaskular dibandingkan
dengan populasi umum.
e. Gangguan Ginjal:
Nefropati dapat timbul sebagai akibat dari obat, amiloidosis renal sekunder, dan
beberapa glomerulonephritis dengan insiden tersering proliferatif mesangial.
Rheumatoid arthritis ditegakkan jika skor total individu dari 4 kriteria ≥ 6 poin.
Penetapan klasifikasi rheumatoid arthritis mengacu pada kriteria
diagnosis American College of Rheumatology/European League Against
Rheumatism (ACR/EULAR)
12
Tabel 2.1 kriteria diagnosis Reumatoid artritis oleh American College of
Rheumatology/European League Against Rheumatism (Chauhan et al., 2022)
Foto Polos
Temuan Radiografi Awal
Perubahan radiografi awal RA. Radiografi posteroanterior tangan menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi PIP (panah) pertama dan MCP (oval).
13
Gambar 2.6 Temuan radiografi RA awal (Radiology Key, 2019)
Temuan Radiografi stage intermedate
pembengkakan jaringan lunak, dan erosi “Bare area”pada sendi MCP, yang paling
signifikan pada sisi ulnaris dari sendi MCP ketiga dalam contoh ini (panah) . Ada
penyempitan ruang tulang rawan scapholunate-capitate .
14
Gambar 2.8 Temuan Radiografi RA Lnjut (Radiologi & Learning, 2015)
USG
Erosi tulang dapat terlihat sebagai irregularitas pada korteks hiperekhoik.
Komplikasi dari arthritis reumatoid, seperti tenosinovitis dan ruptur tendon, juga
dapat divisualisasikan dengan menggunakan ultrasonografi. Hal ini sangat
berguna pada sendi MCP dan IP. Tulang karpal dan sendi karpometakarpal tidak
tervisualisasi dengan baik karena konfigurasinya yang tidak rata dan lokasinya
yang dalam.
15
Gambar 2.11 Gambaran erosi pada USG Rheumatoid Arthritis (Kgoebane et al.,
2020)
MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menyediakan gambaran yang baik
dengan penggambaran yang jelas dari perubahan jaringan lunak, kerusakan
kartilago, dan erosi tulang-tulang yang dihubungkan dengan artritis rheumatoid.
Dengan adanya laporan mengenai sensitivitas MRI dalam mendeteksi erosi dan
sinovitis, serta spesifitas yang nyata untuk perubahan edema tulang, hal itu
menandakan bahwa MRI merupakan penolong untuk mendiagnosis awal penyakit
artritis reumatoid.
16
semua struktur dipengaruhi oleh RA. Ini termasuk jaringan lunak, tulang rawan
dan tulang. Metode pencitraan ini sangat sensitif dan dapat mendeteksi erosi awal
hingga tiga tahun sebelum dapat terlihat dengan radiografi konvensional. T1-
weighted (T1W) digunakan untuk mendeteksi normalitas anatomi tangan yang
dicitrakan atau penampakan erosi . T2-weighted (T2W) adalah modalitas ideal
untuk mendeteksi cairan bebas dan daerah peradangan. (Kgoebane et al., 2020)
17
Gambar 2.14 Ankylosis pada koronal T2-weighted (Taouli et al., 2004)
18
Gambar 2.16 Sinovitis pada koronal T2-weighted
19
dalam rentang waktu sekitar 6 bulan. Penatalaksanaan juga bertujuan untuk
mengurangi nyeri, mencegah kerusakan sendi, kecacatan dan manifestasi sistemik
RA, serta meningkatkan kualitas hidup. Pasien dapat diberikan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, dan disease-modifying anti-rheumatic drugs
(DMARDs). (Al-Rubaye et al., 2017)
a. Methotrexate (MTX)
merupakan terapi lini pertama pada rheumatoid arthritis. Methotrexate
diberikan 7,5 mg hingga 10 mg per minggu.
b. Hydroxychloroquine
dosis inisial 400 mg per hari dibagi menjadi 1-2 dosis. Dosis rumatan 200-400
mg per hari sesuai respon terhadap pengobatan
c. Sulfasalazine
merupakan terapi lini kedua dari rheumatoid arthritis. Dosis awal biasanya
500 mg diberikan 2 kali per hari selama 1 minggu pertama, dilanjutkan sesuai
respon pengobatan dapat dinaikan 500 mg sampai maksimal 3 gram per hari
3-4 dosis, diberikan setidaknya 2 minggu (Taylor, 2020)
Agen Biologis
Agen biologis merupakan golongan obat yang menghambat reaksi inflamasi pada
beberapa tahapan imunologi seperti antagonis faktor nekrosis tumor (TNFAs) dan
inhibitor sitokin.
20
Agen biologis golongan tumor necrosis factor alpha (TNFα) blockers contohnya:
OAINS diberikan sebagai terapi simptomatik untuk mengurangi rasa nyeri, namun
tidak berpengaruh terhadap progresivitas penyakit
Kortikosteroid
Fisioterapi
21
Tujuan dari fisioterapi adalah mengurangi nyeri dan kekakuan, mencegah
deformitas, memaksimalkan fungsi, serta meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan tonus otot. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa aktivitas aktif
seperti latihan sendi, maupun secara pasif melalui termoterapi, elektroterapi, serta
terapi ultrasonografi. (Lin et al., 2020)
22
BAB 3
KESIMPULAN
Rheumatoid Athritis (RA) adalah penyakit inflamasi autoimun yang
utamanya ditandai dengan peradangan tendon (tenosinovitis) yang mengakibatkan
kerusakan tulang rawan dan erosi tulang . Rheumatoid Athritis (RA) umumnya
terjadi pada PIP, MCP,MTP, pergelangan tangan, kaki,sikut,lutut. Sedangkan
kelainan sistemik, pada Rheumatoid Athritis sering terjadi keratokonjungtivitis
sicca, gangguan jantung dan gangguan paru. Wanita memiliki risiko 2-3 kali lebih
tinggi terkena AR dibanding laki-laki.. Pasien biasanya datang dengan keluhan
nyeri sendi disertai kekakuan. Hasil pencitraan rontgen akan memberikan
gambaran swan neck. Tata laksana Rheumatoid Athritis diberikan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, dan disease-modifying anti-
rheumatic drugs (DMARDs).
23
DAFTAR PUSTAKA
24
E. A. (2021). 2021 American College of Rheumatology Guideline for the
Treatment of Rheumatoid Arthritis. Arthritis Care and Research, 73(7), 924–
939. https://doi.org/10.1002/acr.24596
Hidayat, R., Suryana, B. P. P., Wijaya, L. K., Ariane, A., Hellmi, R. Y., Adnan,
E., & Sumariyono. (2021). Diagnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatoid
(Rheumatoid Arthritis Diagnosis and Management). In Perhimpunan
Reumatologi Indonesia.
https://reumatologi.or.id/wp-content/uploads/2021/04/Rekomendasi-RA-
Diagnosis-dan-Pengelolaan-Artritis-Reumatoid.pdf
Hutagalung, A., Hutagalung, A., Sembiring, L. C., Nasution, I. K., & Erickson, D.
(2014). GAMBARAN RADIOLOGIS RHEUMATOID ARTHRITIS.
https://docshare.tips/gambaran-radiologis-rheumatoid-
arthritis_58c2a8f3b6d87f75b58b57fd.html#
Kgoebane, K., Ally, M. M. T. M., Duim-Beytell, M. C., & Suleman, F. E. (2020).
The role of imaging in rheumatoid arthritis. South African Journal of
Radiology, 22(1), 1–6. https://doi.org/10.4102/SAJR.V22I1.1316
Kluckman, M. L., Bernard, S., & Bui-Mansfield, L. T. (2021). A Systematic
Approach to Radiographic Evaluation of Arthritis of the Hand and Wrist.
Contemporary Diagnostic Radiology, 44(11), 1–7.
https://doi.org/10.1097/01.cdr.0000751604.31664.ba
LEMONE, P. (2016). Buku Ajar Keperawatan Bedah Vol.3. EGC
Lin, Y. J., Anzaghe, M., & Schülke, S. (2020). Update on the Pathomechanism,
Diagnosis, and Treatment Options for Rheumatoid Arthritis. Cells, 9(4), 1–
60. https://doi.org/10.3390/cells9040880
Masyeni, K. A. M. (2020). RHEUMATOID ARTHRITIS [UNIVERSITAS
UDAYANA].
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7ecfc9533b3d0c63e5
2385ece00081a8.pdf
McInnes, I. B., & Schett, G. (2011). Mechanism of Disease The Pathogenesis of
Rheumatoid Arthritis. New England Journal of Medicine, 365(23), 2205–
2219.
Panagopoulos, P. K., & Lambrou, G. I. (2018). Bone erosions in rheumatoid
25
arthritis: Recent developments in pathogenesis and therapeutic implications.
Journal of Musculoskeletal Neuronal Interactions, 18(3), 304–319.
Radiologi, & Learning. (2015). Learning Radiologi.com.
http://learningradiology.com/index.htm
Radiology Key. (2019). Radiology Key. https://radiologykey.com/imaging-of-
rheumatoid-arthritis/
Radiology masterclass. (2020). Radiologymasterclass.
https://www.radiologymasterclass.co.uk/tutorials/musculoskeletal/imaging-
joints-bones/rheumatoid-arthritis-xray
Sejati, S. (2019). Inovasi Penggunaan Senam Rematik Untuk Menurunkan Nyeri
Sendi Rheumatoid Arthritis Pada Lansia. Jurnal Kesehatan, 17(1), 74–84.
Tanaka, Y. (2020). Rheumatoid arthritis.
Taouli, B., Zaim, S., Peterfy, C. G., Lynch, J. A., Stork, A., Guermazi, A., Fan,
B., Fye, K. H., & Genant, H. K. (2004). Rheumatoid Arthritis of the Hand
and Wrist: Comparison of Three Imaging Techniques. American Journal of
Roentgenology, 182(4), 937–943. https://doi.org/10.2214/ajr.182.4.1820937
Taylor, P. C. (2020). Update on the diagnosis and management of early
rheumatoid arthritis. Clinical Medicine, Journal of the Royal College of
Physicians of London, 20(6), 561–564.
https://doi.org/10.7861/clinmed.2020-0727
Thoriq Maulana, M., Hilmi Habibullah, M., Sunandar, Sholihah, N., Ainul Rifqi
L. P., M., & Fahrudin, F. (2015). Faktor-Faktor Risiko Arthritis Reumatoid
pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Simongan,
Semarang Barat. In Laporan Akhir (Vol. 1, Issue 201310200311137).
Williams, S. (2021). Swelling in Rheumatoid Arthritis.
https://www.healthline.com/rheumatoid-arthritis
Xia, Y., Wu, Q., Wang, H., Zhang, S., Jiang, Y., Gong, T., Xu, X., Chang, Q.,
Niu, K., & Zhao, Y. (2020). Global, regional and national burden of gout,
1990-2017: A systematic analysis of the Global Burden of Disease Study.
Rheumatology (United Kingdom), 59(7), 1529–1538.
https://doi.org/10.1093/rheumatology/kez476
26