Anda di halaman 1dari 33

Laboratorium / SMF Kedokteran Radiologi REFERAT

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Rheumatoid Arthritis (RA)

Oleh
Wanda Riskyna Harmawan
NIM. 1810015004

Dosen Pembimbing
dr. Yudanti Riastiti, M.Kes, Sp. Rad.

Laboratorium / SMF Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oktober 2022
ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Wanda Riskyna Harmawan

NIM : 1810015004

Judul Referat : Rheumatoid Arthritis

Dengan ini menyatakan bahwa judul tersebut diatas sama dengan judul

referat teman sejawat (KOAS) dari angkatan 2019 dan memiliki

pembahasan yang berbeda. Pemilihan judul tersebut telah mendapatkan

persetujuan oleh dr. Yudanti Riastiti, M.Kes, Sp. Rad. selaku dosen

pembimbing klinik.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Atas perhatiannya saya ucapkan


terimakasih.

Samarinda, 26 Oktober 2022


Penulis

Wanda Riskyna Harmawan

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan tema
“Rheumatoid Arthritis” dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium
Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yudanti Riastiti,
M.Kes, Sp. Rad. selaku dosen pembimbing klinik yang telah memberikan banyak
bimbingan, perbaikan dan saran penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penulis menyadari masih terdapat banyak ketidaksempurnaan dalam
referat ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan
referat ini. Akhir kata penulis berharap semoga referat ini menjadi ilmu
bermanfaat bagi para pembaca.

Samarinda, 14 Oktober 2022


Penulis,

Wanda Riskyna Harmawan

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
SURAT REKOMENDASI..................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1
1.2 TUJUAN..........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
2.1 Anatomi Sendi.................................................................................................3
2.2 Definisi Rheumatoid Arthritis.........................................................................4
2.3 Faktor Risiko Rheumatoid Arthritis................................................................4
2.4 Epidemiologi Rheumatoid Arthritis................................................................5
2.5 Patofisiologi Rheumatoid Arthritis..................................................................6
2.6 Manifestasi Klinis Rheumatoid Arthritis.........................................................9
2.7 Diagnosis Rheumatoid Arthritis......................................................................10
2.8 Diagnosis Banding Rheumatoid Arthritis.......................................................19
2.9 Tatalaksana rheumatoid arthritis.....................................................................19
2.10 Komplikasi dan Prognosis Rheumatoid Arthritis..........................................22
BAB 3 ...................................................................................................................23
KESIMPULAN.....................................................................................................23

v
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................24

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Anatomi Sendi....................................................................................3
Gambar 2.2 : Empat Jenis Sendi Synovial.................................................................4
Gambar 2.3 Perkembangan Rheumatoid Arthritis...............................................6
Gambar 2.4 Proses Imunitas dalam Sendi Rheumatoid Arthritis........................7
Gambar 2.5 Pembengkakan pada RA....................................................................9
Gambar 2.6 Temuan Radiografi RA Awal............................................................13
Gambar 2.7 Temuan Radiografi RA Klasik..........................................................14
Gambar 2.8 Temuan Radiografi RA Lanjut..........................................................14
Gambar 2.9 Deviasi Ulnar.....................................................................................15
Gambar 2.10 Gambaran USG pada Tangan..............................................................17
Gambar 2.11 Gambaran erosi pada USG Rheumatoid Arthritis....................................15
Gambar 2.12 peningkatan aliran pada RA...........................................................16
Gambar 2.13 Erosi pada Koronal T1-weighted ....................................................17
Gambar 2.14 Ankylosis pada koronal T2-weighted................................................17
Gambar 2.15 Ankylosis pada koronal T1-weighted................................................17
Gambar 2.16 Sinovitis pada koronal T2-weighted..................................................18

vi
vii
BAB.1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi persisten dari membaran
synovial yang menyebabkan kerusakan progresif dari tulang dan kartilago
persendian (Panagopoulos & Lambrou, 2018). Prevalensi dan insiden penyakit ini
bervariasi antara populasi satu dengan lainnya. Wanita memiliki risiko 2-3 kali
lebih tinggi terkena AR dibanding laki-laki. (Xia et al., 2020). Insidensi AR
tertinggi terjadi di Eropa Utara dan Amerika Utara dibandingkan Eropa Selatan.
Insidensi di Eropa Utara yaitu 29 kasus/100.000, 38/100.000 di Amerika Utara
dan 16.5/100.000 di Eropa Selatan (Chauhan et al., 2022). Jumlah penderita AR di
Indonesia belum diketahui dengan pasti, namun saat ini diperkiraan tidak kurang
dari 1,3 juta orang menderita AR diIndonesia dengan perhitungan berdasarkan
angka prevalensi AR di dunia antara 0,5-1%, dari jumlah penduduk Indonesia 268
juta jiwa pada tahun 2020 (Hidayat et al., 2021)
Data di Indonesia dari The Indonesia RA National Registry (data tahun
2019-2020 dari 16 senter seluruh Indonesia), menunjukkan angka remisi sebesar
24,5%. Angka remisi AR yang rendah di Indonesia diakibatkan oleh banyak
faktor seperti keterlambatan diagnosis AR, keterlambatan rujukan dari pusat
pelayanan primer ke dokter spesialis, sehingga terjadi keterlambatan terapi
DMARD. Serta keterbatasan akses terhadap DMARD terutama DMARD biologik
(bDMARD) (Hidayat et al., 2021)
Rheumatoid Arthritis juga dikaitkan dengan komorbiditas penyakit
kardiovaskular, sindrom metabolik, osteoporosis, infeksi, interstisial lung disease,
infeksi, depresi, dan disfungsi kognitif sehingga sangat perlu bagi penderita RA
untuk didiagnosis secara tepat dan cepat (Hidayat et al., 2021). Pemeriksaan
radiologi sangat membantu diagnosis RA, pemeriksaan terdiri dari foto polos ,
USG, dan MRI. Foto polos dapat mendeteksi bentuk erosi sendi dankehilangan
tulang rawan, USG melihat synovitis dan tanda peradangan, MRI mendeteksi
edema sumsum tulang , hipertrofi synovial dan pembentukan pannus (Hidayat et
al., 2021)

1
Dengan pertimbangan itu saya ingin menulis referat ini dengan tujuan
menambah wawasan secara umum mengenai rheumatoid arthritis dan dapat
mengidentifikasi gambaran radiologis RA serta diagnosis banding nya agar
mampu mengidentifikasi RA dengan tepat dan cepat

.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan secara umum mengenai Rheumatoid Arthritis. Adapun tujuan
khususnya adalah untuk mengetahui dan melihat gambaran radiologi pada
Rheumatoid Arthritis dengan diagnosis banding lainnya secara radiologi.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sendi

Gambar 2.1: Anatomi Sendi (Sejati, 2019)


Membran sinovial yang melapisi sendi mengeluarkan cairan sinovial untuk pelumasan
dan menyediakan nutrisi untuk struktur sendi. Sendi sinovial dikelilingi oleh
kapsul sendi (artikular). Sambungan ini diklasifikasikan ke dalam empat
kategori berdasarkan jenis gerakan yaitu sendi antara tulang yang hanya memungkinkan
jenis Gerakan meluncur satu sama lain dikenal sebagai sendi nonaksial, seperti yang
ditemukan di pergelangan tangan dan kaki. Sambungan uniaksial, seperti sambungan
siku, memungkinkan pergerakan hanya dalam satu bidang sekitar satu sumbu. Sendi
biaksial, seperti pergelangan tangan, memungkinkan gerakan dalam dua bidang, sekitar
dua sumbu. Sendi triaksial memungkinkan gerakan dalam tiga bidang, sekitar tiga sumbu,
diilustrasikan oleh gerakan sendi bahu dan sendi pinggul (Dr. Eddy Purnomo, 2019)

3
\
Gambar 2.2 : Empat Jenis Sendi Synovial (Dr. Eddy Purnomo, 2019)

2.2 Definisi Rheumatoid Arthritis


Rheumatoid Athritis (RA) adalah penyakit inflamasi autoimun yang
utamanya ditandai dengan peradangan tendon (tenosinovitis) yang mengakibatkan
kerusakan tulang rawan dan erosi tulang. (Tanaka, 2020)

2.3 Faktor Risiko Rheumatoid Arthritis


Etiologi atau penyebab RA tidak diketahui. Banyak kasus yang diyakini hasil
dari interaksi antara faktor genetik dan paparan lingkungan.

1. Indeks massa tubuh berlebihan adalah faktor resiko untuk rheumatoid athritis
(RA). Kenaikan berat badan memberikan tekanan yang abnormal pada sendi,
meningkatkan prevalensi nyeri sendi terutama pada sendi yang menahan berat
badan (LEMONE, 2016)

2. Usia adalah salah satu faktor resiko untuk rheumatoid athritis (RA). Setiap
persendian tulang memiliki cairan sinovial yang befungsi sebagai pelumas
sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang berusia
lanjut cairan sinovial akan mengental, sehingga tubuh menjadi sakit saat
digerakkan akan meningkatkan resiko dari rheumatoid athritis.

4
3. Jenis kelamin merupaka faktor resiko untuk rheumatoid athritis (RA). Insiden
RA biasanya tiga kali lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Baik pada
wanita dan pria tertinggi terjadi di antara pada usia enam puluhan. Menstruasi
adalah salah satu penyebab penigkatan resiko rheumatoid athritis pada wanita.
Setidaknya dua studi telah mengamati bahwa wanita dengan menstruasi yang
tidak teratur atau riwayat menstruasi dipotong (misalnya, menopause dini)
memiliki peningkatan risiko RA.

4. Gaya hidup juga menjadi salah satu faktor risiko dari RA. Merokok , aktivitas
fisik yang menimbulkan cidera otot maupun sendi (Thoriq Maulana et al., 2015)

2.4 Epidemiologi Rheumatoid Arthritis


Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara populasi satu dengan
lainnya. Wanita memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi terkena AR dibanding laki-
laki. (Xia et al., 2020). Insidensi AR tertinggi terjadi di Eropa Utara dan Amerika
Utara dibandingkan Eropa Selatan. Insidensi di Eropa Utara yaitu 29
kasus/100.000, 38/100.000 di Amerika Utara dan 16.5/100.000 di Eropa Selatan
(Chauhan et al., 2022). Jumlah penderita AR di Indonesia belum diketahui dengan
pasti, namun saat ini diperkiraan tidak kurang dari 1,3 juta orang menderita AR di
Indonesia dengan perhitungan berdasarkan angka prevalensi AR di dunia antara
0,5-1%, dari jumlah penduduk Indonesia 268 juta jiwa pada tahun 2020. (Hidayat
et al., 2021)

5
2.5 Patofisiologi Rheumatoid Arthritis

Gambar 2.3 Perkembangan Rheumatoid Arthritis. (McInnes & Schett, 2011)

6
Gambar 2.4 Proses Imunitas dalam Sendi Rheumatoid Arthritis
.(McInnes & Schett, 2011)

Interaksi lingkungan-gen yang dijelaskan dalam gambar menunjukkan


hilangnya toleransi terhadap protein diri yang mengandung residu citrulline,
residu ini dihasilkan oleh proses citulinasi yang mengubah antigen/ protein diri
sehingga menjadi tidak dikenali , protein diri yang diubah adalah tipe I kolagen
dan vimentin, asam amino arginin pada protein ini akan diubah menjadi citrulin
sehingga antigen tersebut dibawa oleh APC ke Lymph nodes lalu mengaktivasi
CD4 T-Helper cell yang berfungsi menstimulasi sel B untuk berproliferasi dan
menjadi plasma cell yang menghasilkan anticitruline dan sampai lah ke sendi.
Respon anticitrulline ini dapat dideteksi di kompartemen sel T. Sel T
mengeluarkan sitokin seperti interleukin-17 dan interleukin 1 yang menarik lebih
banyak makrofag ke sendi, Makrofag menghasilkan TNF-Alfa, Interferon-Gama,

7
dan IL-6 yang bersama dengan T cell merangsang proliferasi sel sinovial
membentuk Pannus. Sel sinovial
yang teraktivasi menghasilkan proteases yang menghancurkan protein pada
kartilago persendian, selain itu ligan “RANKL” pada sel T berikatan dengan
RANK sebuah protein pada permukaan osteoklas sehingga mereka
menghancurkan tulang. (McInnes & Schett, 2011). Terbentuknya pannus akibat
terjadi pertumbuhan yang
irregular pada jaringan synovial yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian
menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang. Respon imun melibatkan peran
sitokin, interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. (Thoriq Maulana et al.,
2015). Panagopoulos & Lambrou (2018) menyatakan bahwa hal hal yang
berperan penting pada kejadian RA antara lain :
Osteoklas adalah sel yang bertanggung jawab untuk erosi tulang di RA
Erosi tulang pada RA adalah biasanya terletak di antarmuka antara pannus
dan tulang di tepi sendi dan tulang subkondral. Osteoklas adalah sel yang
bertanggung jawab untuk perkembangan erosi tulang. sel-sel ini membentuk
lubang resorpsi yang pada akhirnya menyebabkan erosi tulang. perkembangan
erosi tulang pada RA terjadi gangguan diferensiasi dan fungsi osteoblas. Inhibisi
diferensiasi dan fungsi osteoblas pada RA menyebabkan gangguan pembentukan
tulang dan keterbatasan kapasitas erosi tulang untuk diperbaiki. pembentukan
tulang berkurang pada permukaan tulang yang berdekatan dengan sinovial yang
meradang membran di lokasi erosi tulang dibandingkan dengan permukaan tulang
distal sinovium yang meradang.
Sitokin menghambat diferensiasi dan fungsi osteoblas dalam RA
TNF, faktor kunci dalam patogenesis RA, adalah inhibitor poten
diferensiasi osteoblas. TNF mempromosikan degradasi faktor transkripsi Runx2,
yang memainkan peran sentral dalam Diferensiasi osteoblas. Diferensiasi
osteoblas. Selanjutnya, TNF menginduksi apoptosis osteoblast

8
2.6 Manifestasi Klinis Rheumatoid Arthritis
Masyeni (2020) menyatakan keluhan dapat berupa keluhan umum, keluhan pada
sendi dan diluar sendi yang dijelaskan berikut ini:
Kelainan pada sendi
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan
menurun, peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan
berat badan. Terutama mengenai sendi kecil dan simetris seperti sendi
pergelangan tangan, lutut dan kaki. Sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi
siku, bahu, leher. Keluhan sering berupa kaku sendi di pagi hari disertai
pembengkakan dan nyeri sendi

Gambar 2.5 : Pembengkakan pada RA (Williams, 2021)

Kelainan diluar sendi


a. Kulit : Nodul subkutan
b. Jantung : Kelainan jantung yang simptomatis jarang didapatkan namun
40% pada autopsy RA didapatkan kelainan perikard

9
c. Paru : Kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan kelainan
pleura (efusi pleura, nodul subpleural)
d. Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vasculitis yang sering
terjadi berupa keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan
gejala foot or wrist drop.
e. Mata : terjadi sindrom Sjogren (keratokonjungtivis sika) berupa
kekeringan mata skleritis atau eriskleritis dan skleromalase perforans
f. Kelenjar limfe : sindrom felty adalah RA dengan splenomegaly,
limfadenopati, anemia, trombositopenia.

2.7 Diagnosis Rheumatoid Arthritis


2.7.1 Anamnesis
inflamasi pada rheumatoid arthritis timbul perlahan dalam
periode minggu hingga bulan dengan tampilan awal klasik berupa
kekakuan, nyeri, serta bengkak pada sendi. Keadaan ini dapat
hilang timbul dan disebut dengan rheumatisme palindromic.
Penanda klinis rheumatoid arthritis adalah poliartritis simetris yang
melibatkan sendi metacarpophalangeal (MCP), proksimal
interphalangeal tangan (PIP), interphalangeal distal (DIP),
pergelangan tangan, dan metatarsophalangeal (MTP) kaki. Pada
awal penyakit, rheumatoid arthritis hanya melibatkan satu atau
beberapa sendi yang semakin lama semakin meningkat. Pada
mayoritas pasien, keluhan diawali dari sendi tangan dan
pergelangan tangan.(Taylor, 2020)

2.7.2 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan yang ditemukan khas pada rheumatoid arthritis adalah
pembengkakan sendi yang simetris dengan konsistensi kenyal dan spongy.
keterlibatan sendi umumnya pada tangan dan kaki, dalam distribusi yang relatif
simetris. Sendi kecil lebih sering terkena dibanding sendi besar. Sendi kaku,
bengkak, dan nyeri pada pergerakan pasif. Pada fase lanjut, dapat ditemukan
deformitas berupa:

10
 Tenosinovitis dan sinovitis persisten yang menimbulkan pembentukan
kista sinovial serta menggeser atau menyebabkan ruptur tendon. Ruptur
tendon ekstensor pada dorsum manus merupakan masalah yang sering
ditemukan.
 Deviasi ulnaris pada sendi MCP, hiperekstensi atau hiperfleksi sendi MCP
dan PIP, kontraktur fleksi siku, dan subluksasi tulang karpal dan ibu jari
(cocked-up)
 Deformitas swan-neck, yaitu hiperekstensi PIP dengan fleksi DIP

 Boutonniere yaitu fleksi PIP dengan ekstensi DIP)


 Ankilosis sendi (Taylor, 2020)

pemeriksaan Ekstra-artikular menurut Figus et al.,(2021) :

a. Nodul Rheumatoid:

Nodul rheumatoid ,merupakan nodul subkutan yang seringkali timbul pada


permukaan bertekanan tinggi, seperti prosesus olekranon dan proksimal ulna.
Nodul ini tidak begitu nyeri dengan konsistensi bervariasi dari lunak
dan mobile hingga menjadi massa yang keras dan melekat dengan periosteum..

b. Keratokonjungtivitis Sicca:

Gejala yang ditimbulkan berupa adanya sensasi benda asing dengan. Diagnosis
ditegakkan melalui uji Schirmer yang positif dan adanya penurunan waktu
pecahnya air mata (tear break-up time).

c. Gangguan Paru:

Pada sistem pulmonal, dapat ditemukan nodul rheumatoid, efusi pleura, penyakit
paru interstitial, penyakit saluran napas kecil, dan vaskulitis pulmonal.

d. Gangguan Kardiovaskular:

Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah penyebab kematian paling umum pada


pasien dengan rheumatoid arthritis. Studi telah melaporkan bahwa pasien dengan

11
rheumatoid arthritis memiliki risiko 2 kali lebih tinggi mengalami infark miokard
dan hingga 50% peningkatan risiko kematian kardiovaskular dibandingkan
dengan populasi umum.

e. Gangguan Ginjal:

Nefropati dapat timbul sebagai akibat dari obat, amiloidosis renal sekunder, dan
beberapa glomerulonephritis dengan insiden tersering proliferatif mesangial.

2.7.3 Klasifikasi Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis ditegakkan jika skor total individu dari 4 kriteria ≥ 6 poin.
Penetapan klasifikasi rheumatoid arthritis mengacu pada kriteria
diagnosis American College of Rheumatology/European League Against
Rheumatism (ACR/EULAR)

1 Distribusi Sendi (0-5 poin)


1 sendi besar 0 poin
2-10 sendi besar (bahu,siku, pinggul, lutut, pergelangan kaki 1 poin
1-3 sendi-sendi kecil 2 poin
4-10 sendi kecil 3 poin
>10 sendi (setidaknya satu sendi kecil) 5 poin
2 Uji Serologis (Rheumatoid factor / anti-citrullinated peptide)
RF dan ACPA negatif 0 poin
RF positif rendah atau ACPA positif rendah 2 poin
RF positif tinggi atau ACPA positif tinggi 3 poin
3 Laju endap darah (LED) dan C-reactive protein (CRP)
CRP normal dan LED normal 0 poin
CRP tidak normal dan LED tidak normal 1 poin
4 Durasi Gejala
Kurang dari 6 minggu 0 poin
6 minggu atau lebih 1 poin

12
Tabel 2.1 kriteria diagnosis Reumatoid artritis oleh American College of
Rheumatology/European League Against Rheumatism (Chauhan et al., 2022)

2.7.4 Pemeriksaan Penunjang Rheumatoid Arthritis


Pemeriksaan Penunjang yang bisa dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan Laboratorium
Temuan yang mungkin ada pada pemeriksaan laboratorium
darah adalah peningkatan LED dan CRP karena adanya inflamasi.
Selain itu, sekitar 75-85% pasien rheumatoid arthritis menunjukkan
hasil positif pada pemeriksaan serologi RF, ACPA, atau keduanya.
ACPA ditemukan pada sekitar 50% pasien dengan artritis dini, yang
kemudian didiagnosis dengan rheumatoid arthritis. Jika RF dan
ACPA keduanya positif, sensitivitas dan spesifisitas diagnosis
meningkat secara substansial. (Chauhan et al., 2022)

b. Pemeriksaan Radiologis Rheumatoid Arthritis


Pada rontgen, dapat ditemukan osteopenia atau erosi periartikular. Pada kasus
tertentu, perlu dilakukan rontgen toraks untuk menyingkirkan keterlibatan paru.
USG dan MRI memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi sinovitis, penebalan
sinovial, inflamasi pada tendon, erosi, serta tanda inflamasi yang mungkin tidak
terdeteksi dengan rontgen (Lin et al., 2020)

Foto Polos
Temuan Radiografi Awal
Perubahan radiografi awal RA. Radiografi posteroanterior tangan menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi PIP (panah) pertama dan MCP (oval).

13
Gambar 2.6 Temuan radiografi RA awal (Radiology Key, 2019)
Temuan Radiografi stage intermedate
pembengkakan jaringan lunak, dan erosi “Bare area”pada sendi MCP, yang paling
signifikan pada sisi ulnaris dari sendi MCP ketiga dalam contoh ini (panah) . Ada
penyempitan ruang tulang rawan scapholunate-capitate .

Gambar 2.7 Temuan Radiografi RA Klasik (Radiology Key, 2019)

Temuan Radiografi Stage Lanjut


Peradangan sinovial yang berlanjut ditambah dengan
biomekanik abnormal akhirnya menghasilkan perubahan signifikan
pada sendi. Fusi fibroosseous sendi (ankylosis) adalah komplikasi
akhir yang mungkin terjadi setelah kehilangan tulang rawan
lengkap. (Radiology Key, 2019). Seiring perkembangan penyakit,
sendi menjadi tidak stabil dan subluks (dislokasi sebagian). 'Deviasi
ulnaris' adalah ciri khas rheumatoid arthritis di tangan; ini adalah
fenomena subluksasi falang proksimal pada sendi
metakarpofalangeal dengan deviasi jari ke arah sisi ulnaris.

14
Gambar 2.8 Temuan Radiografi RA Lnjut (Radiologi & Learning, 2015)

Gambar 2.9 Deviasi Ulnar (Radiology masterclass, 2020)

USG
Erosi tulang dapat terlihat sebagai irregularitas pada korteks hiperekhoik.
Komplikasi dari arthritis reumatoid, seperti tenosinovitis dan ruptur tendon, juga
dapat divisualisasikan dengan menggunakan ultrasonografi. Hal ini sangat
berguna pada sendi MCP dan IP. Tulang karpal dan sendi karpometakarpal tidak
tervisualisasi dengan baik karena konfigurasinya yang tidak rata dan lokasinya
yang dalam.

Gambar 2.10 Gambaran USG pada Tangan (Kgoebane et al., 2020)

15
Gambar 2.11 Gambaran erosi pada USG Rheumatoid Arthritis (Kgoebane et al.,
2020)

Pada Gambar 2.10 memperlihatkan Gambar USG transversal pada tingkat


metakarpal kedua menunjukkan tenosinovitis pada tendon tangan. Gambar 2.11
memperlihatkan Ultrasonografi longitudinal pada tingkat metakarpofalangeal
kedua sendi menunjukkan hipertrofi sinovial dengan erosi awal.

Gambar 2.12 peningkatan aliran darah pada RA (Radiology masterclass, 2020)

MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menyediakan gambaran yang baik
dengan penggambaran yang jelas dari perubahan jaringan lunak, kerusakan
kartilago, dan erosi tulang-tulang yang dihubungkan dengan artritis rheumatoid.
Dengan adanya laporan mengenai sensitivitas MRI dalam mendeteksi erosi dan
sinovitis, serta spesifitas yang nyata untuk perubahan edema tulang, hal itu
menandakan bahwa MRI merupakan penolong untuk mendiagnosis awal penyakit
artritis reumatoid.

Pada sendi metakarpofalangs 2-4, memperlihatkan erosi radial yang luas


pada kaput metakarpal 2 dan 3. (Hutagalung et al., 2014) MRI dapat menilai

16
semua struktur dipengaruhi oleh RA. Ini termasuk jaringan lunak, tulang rawan
dan tulang. Metode pencitraan ini sangat sensitif dan dapat mendeteksi erosi awal
hingga tiga tahun sebelum dapat terlihat dengan radiografi konvensional. T1-
weighted (T1W) digunakan untuk mendeteksi normalitas anatomi tangan yang
dicitrakan atau penampakan erosi . T2-weighted (T2W) adalah modalitas ideal
untuk mendeteksi cairan bebas dan daerah peradangan. (Kgoebane et al., 2020)

Gambar 2.13 Erosi pada Koronal T1-weighted (Hutagalung et al., 2014)

17
Gambar 2.14 Ankylosis pada koronal T2-weighted (Taouli et al., 2004)

Gambar 2.15 Ankylosis pada koronal T1-weighted (Taouli et al., 2004)

18
Gambar 2.16 Sinovitis pada koronal T2-weighted

2.8 Diagnosis Banding Rheumatoid Arthritis


Kriteria Rheumatoid Osteoarthritis Arthritis Arthritis
Arthritis psoriasis Gout
Ganbara - Osteopenia -Sklerosis -Proliferasi -Thopus
n khas -Pembengkakan subkondral tulang -Efusi sendi
jaringan lunak - Osteofit -Erosi margin -Erosi tulang
- Bare area - Erosi tulang (Pencil in
-Dislokasi sendi - Penyempitan cup
(Boutonniere ruang sendi deformity)
deformity) -Sausage
Digit
Foto x
ray (
K
l
u (Aletaha &
c Smolen, 2018) (Radiologi & (Radiologi &
kman et al., Learning, Learning,
2021) 2015) 2015)

2.9 Tatalaksana Rheumatoid Arthritis


Tujuan utama penatalaksanaan rheumatoid arthritis (RA) adalah untuk
mencapai remisi penuh atau secara signifikan menurunkan progresivitas penyakit

19
dalam rentang waktu sekitar 6 bulan. Penatalaksanaan juga bertujuan untuk
mengurangi nyeri, mencegah kerusakan sendi, kecacatan dan manifestasi sistemik
RA, serta meningkatkan kualitas hidup. Pasien dapat diberikan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, dan disease-modifying anti-rheumatic drugs
(DMARDs). (Al-Rubaye et al., 2017)

Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs)


Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs) merupakan agen yang
menghambat umpan balik positif sinyal inflamasi pada keadaan rheumatoid
arthritis. DMARDs dapat dibagi menjadi sintetik (konvensional dan target) dan
biologis (Fraenkel et al., 2021)

Agen Sintetik Konvensional

a. Methotrexate (MTX)
merupakan terapi lini pertama pada rheumatoid arthritis. Methotrexate
diberikan 7,5 mg hingga 10 mg per minggu.
b. Hydroxychloroquine
dosis inisial 400 mg per hari dibagi menjadi 1-2 dosis. Dosis rumatan 200-400
mg per hari sesuai respon terhadap pengobatan
c. Sulfasalazine
merupakan terapi lini kedua dari rheumatoid arthritis. Dosis awal biasanya
500 mg diberikan 2 kali per hari selama 1 minggu pertama, dilanjutkan sesuai
respon pengobatan dapat dinaikan 500 mg sampai maksimal 3 gram per hari
3-4 dosis, diberikan setidaknya 2 minggu (Taylor, 2020)

Agen Biologis

Agen biologis merupakan golongan obat yang menghambat reaksi inflamasi pada
beberapa tahapan imunologi seperti antagonis faktor nekrosis tumor (TNFAs) dan
inhibitor sitokin.

20
Agen biologis golongan tumor necrosis factor alpha (TNFα) blockers contohnya:

 Adalimumab: dosis 40 mg sebagai dosis tunggal setiap 2 minggu


 Etanercept: dosis 25 mg 2 kali per minggu dengan jarak antar dosis 3-4
hari; atau 50 mg 1 kali per minggu. Pengobatan dihentikan apabila tidak
ada respon terapi dalam 6 bulan

Monoclonal antibodies against B cells contohnya:

 Rituximab: Rituximab digunakan sebagai terapi kombinasi dengan


methotrexate. Dosis 1000 mg setiap 6 bulan melalui infus intravena
 Tocilizumab: 162 mg per minggu
 Sarilumab: 150-200 mg setiap 2 minggu (Fraenkel et al., 2021)

Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)

OAINS diberikan sebagai terapi simptomatik untuk mengurangi rasa nyeri, namun
tidak berpengaruh terhadap progresivitas penyakit

 Paracetamol 500 mg digunakan bila perlu


 Celecoxib 100–200 mg digunakan bila perlu
 Ibuprofen 400–800 mg, maksimal 3,2 gram per hari, digunakan bila perlu
(Lin et al., 2020)

Kortikosteroid

Kortikosteroid seperti prednisolone merupakan obat antiinflamasi potensi kuat


yang dapat digunakan sebagai terapi adjuvan pada rheumatoid arthritis. Prednison
oral dapat diberikan dalam dosis 5-10 mg/hari. Alternatif lain adalah
triamcinolone intraartikular 10-40 mg tergantung ukuran sendi yang akan
diinjeksi, dapat diberikan namun tidak lebih dari 4 kali per tahun.

Fisioterapi

21
Tujuan dari fisioterapi adalah mengurangi nyeri dan kekakuan, mencegah
deformitas, memaksimalkan fungsi, serta meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan tonus otot. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa aktivitas aktif
seperti latihan sendi, maupun secara pasif melalui termoterapi, elektroterapi, serta
terapi ultrasonografi. (Lin et al., 2020)

Konseling Faktor Gaya Hidup

Pasien dengan rheumatoid arthritis sebaiknya menjalani program berhenti


merokok. Pasien yang obesitas perlu mengikuti program penurunan berat badan
yang dapat mencegah progresivitas penyakit lebih lanjut (Al-Rubaye et al., 2017)

2.10 Komplikasi dan Prognosis Rheumatoid Arthritis


Komplikasi dari Rheumatoid Artritis adalah dapat terjadi deformitas sendi,
osteoporosis, pleuritis, bronkiolitis, arteri coroner, sindrom Sjogren, depresi,
limfoma. heumatoid arthritis tidak memiliki terapi definitif dan merupakan
penyakit yang bersifat progresif. Pasien bisa mengalami eksaserbasi berulang kali.
Selain itu, tanpa pengobatan pasien cenderung lebih berisiko mengalami
kecacatan dan kematian. Pengobatan dini (dalam waktu enam bulan setelah
timbulnya gejala) telah dilaporkan berkaitan dengan kapasitas fungsional lebih
baik dan penurunan aktivitas penyakit.

22
BAB 3
KESIMPULAN
Rheumatoid Athritis (RA) adalah penyakit inflamasi autoimun yang
utamanya ditandai dengan peradangan tendon (tenosinovitis) yang mengakibatkan
kerusakan tulang rawan dan erosi tulang . Rheumatoid Athritis (RA) umumnya
terjadi pada PIP, MCP,MTP, pergelangan tangan, kaki,sikut,lutut. Sedangkan
kelainan sistemik, pada Rheumatoid Athritis sering terjadi keratokonjungtivitis
sicca, gangguan jantung dan gangguan paru. Wanita memiliki risiko 2-3 kali lebih
tinggi terkena AR dibanding laki-laki.. Pasien biasanya datang dengan keluhan
nyeri sendi disertai kekakuan. Hasil pencitraan rontgen akan memberikan
gambaran swan neck. Tata laksana Rheumatoid Athritis diberikan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, dan disease-modifying anti-
rheumatic drugs (DMARDs).

23
DAFTAR PUSTAKA

Al-Rubaye, A. F., Kadhim, M. J., & Hameed, I. H. (2017). Rheumatoid Arthritis:


History, Stages, Epidemiology, Pathogenesis, Diagnosis and Treatment.
International Journal of Toxicological and Pharmacological Research,
9(02), 145–155. https://doi.org/10.25258/ijtpr.v9i02.9052
Aletaha, D., & Smolen, J. S. (2018). Diagnosis and Management of Rheumatoid
Arthritis: A Review. JAMA - Journal of the American Medical Association,
320(13), 1360–1372. https://doi.org/10.1001/jama.2018.13103
Chauhan, K., Jandu, J. S., Goyal, A., & Al-dhahir, M. A. (2022). Rheumatoid
Arthritis. 1–18.
Dr. Eddy Purnomo, M. K. (2019). Anatomi Fungsional. 164.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131872516/penelitian/c2-FUNGSIONAL
ANATOMI soft cpy.pdf
Figus, F. A., Piga, M., Azzolin, I., McConnell, R., & Iagnocco, A. (2021).
Rheumatoid arthritis: Extra-articular manifestations and comorbidities.
Autoimmunity Reviews, 20(4), 1–8.
https://doi.org/10.1016/j.autrev.2021.102776
Fraenkel, L., Bathon, J. M., England, B. R., St.Clair, E. W., Arayssi, T.,
Carandang, K., Deane, K. D., Genovese, M., Huston, K. K., Kerr, G.,
Kremer, J., Nakamura, M. C., Russell, L. A., Singh, J. A., Smith, B. J.,
Sparks, J. A., Venkatachalam, S., Weinblatt, M. E., Al-Gibbawi, M., … Akl,

24
E. A. (2021). 2021 American College of Rheumatology Guideline for the
Treatment of Rheumatoid Arthritis. Arthritis Care and Research, 73(7), 924–
939. https://doi.org/10.1002/acr.24596
Hidayat, R., Suryana, B. P. P., Wijaya, L. K., Ariane, A., Hellmi, R. Y., Adnan,
E., & Sumariyono. (2021). Diagnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatoid
(Rheumatoid Arthritis Diagnosis and Management). In Perhimpunan
Reumatologi Indonesia.
https://reumatologi.or.id/wp-content/uploads/2021/04/Rekomendasi-RA-
Diagnosis-dan-Pengelolaan-Artritis-Reumatoid.pdf
Hutagalung, A., Hutagalung, A., Sembiring, L. C., Nasution, I. K., & Erickson, D.
(2014). GAMBARAN RADIOLOGIS RHEUMATOID ARTHRITIS.
https://docshare.tips/gambaran-radiologis-rheumatoid-
arthritis_58c2a8f3b6d87f75b58b57fd.html#
Kgoebane, K., Ally, M. M. T. M., Duim-Beytell, M. C., & Suleman, F. E. (2020).
The role of imaging in rheumatoid arthritis. South African Journal of
Radiology, 22(1), 1–6. https://doi.org/10.4102/SAJR.V22I1.1316
Kluckman, M. L., Bernard, S., & Bui-Mansfield, L. T. (2021). A Systematic
Approach to Radiographic Evaluation of Arthritis of the Hand and Wrist.
Contemporary Diagnostic Radiology, 44(11), 1–7.
https://doi.org/10.1097/01.cdr.0000751604.31664.ba
LEMONE, P. (2016). Buku Ajar Keperawatan Bedah Vol.3. EGC
Lin, Y. J., Anzaghe, M., & Schülke, S. (2020). Update on the Pathomechanism,
Diagnosis, and Treatment Options for Rheumatoid Arthritis. Cells, 9(4), 1–
60. https://doi.org/10.3390/cells9040880
Masyeni, K. A. M. (2020). RHEUMATOID ARTHRITIS [UNIVERSITAS
UDAYANA].
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7ecfc9533b3d0c63e5
2385ece00081a8.pdf
McInnes, I. B., & Schett, G. (2011). Mechanism of Disease The Pathogenesis of
Rheumatoid Arthritis. New England Journal of Medicine, 365(23), 2205–
2219.
Panagopoulos, P. K., & Lambrou, G. I. (2018). Bone erosions in rheumatoid

25
arthritis: Recent developments in pathogenesis and therapeutic implications.
Journal of Musculoskeletal Neuronal Interactions, 18(3), 304–319.
Radiologi, & Learning. (2015). Learning Radiologi.com.
http://learningradiology.com/index.htm
Radiology Key. (2019). Radiology Key. https://radiologykey.com/imaging-of-
rheumatoid-arthritis/
Radiology masterclass. (2020). Radiologymasterclass.
https://www.radiologymasterclass.co.uk/tutorials/musculoskeletal/imaging-
joints-bones/rheumatoid-arthritis-xray
Sejati, S. (2019). Inovasi Penggunaan Senam Rematik Untuk Menurunkan Nyeri
Sendi Rheumatoid Arthritis Pada Lansia. Jurnal Kesehatan, 17(1), 74–84.
Tanaka, Y. (2020). Rheumatoid arthritis.
Taouli, B., Zaim, S., Peterfy, C. G., Lynch, J. A., Stork, A., Guermazi, A., Fan,
B., Fye, K. H., & Genant, H. K. (2004). Rheumatoid Arthritis of the Hand
and Wrist: Comparison of Three Imaging Techniques. American Journal of
Roentgenology, 182(4), 937–943. https://doi.org/10.2214/ajr.182.4.1820937
Taylor, P. C. (2020). Update on the diagnosis and management of early
rheumatoid arthritis. Clinical Medicine, Journal of the Royal College of
Physicians of London, 20(6), 561–564.
https://doi.org/10.7861/clinmed.2020-0727
Thoriq Maulana, M., Hilmi Habibullah, M., Sunandar, Sholihah, N., Ainul Rifqi
L. P., M., & Fahrudin, F. (2015). Faktor-Faktor Risiko Arthritis Reumatoid
pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Simongan,
Semarang Barat. In Laporan Akhir (Vol. 1, Issue 201310200311137).
Williams, S. (2021). Swelling in Rheumatoid Arthritis.
https://www.healthline.com/rheumatoid-arthritis
Xia, Y., Wu, Q., Wang, H., Zhang, S., Jiang, Y., Gong, T., Xu, X., Chang, Q.,
Niu, K., & Zhao, Y. (2020). Global, regional and national burden of gout,
1990-2017: A systematic analysis of the Global Burden of Disease Study.
Rheumatology (United Kingdom), 59(7), 1529–1538.
https://doi.org/10.1093/rheumatology/kez476

26

Anda mungkin juga menyukai