Anda di halaman 1dari 27

B17M2

PSIKOSIS
Learning Objective
Mahasiswa Mampu Menjelaskan
1. Psikosis secara umum (Definisi, Jenis, Penyebab)
2. Definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana,
komplikasi, prognosis skizofrenia
01 Keadaan
Psikosis
Psikotik
Gangguan yang dicirikan dengan hilangnya
reality testing dari penyandangnya yaitu fikiran
yang terputus dengan dunia nyata. Penderita tidak
bisa membedakan mana yang nyata dan mana
yang tidak nyata.
Ciri utama gangguan psikosis yaitu delusi dan
Menninger telah menyebutkan lima sindrom klasik yang menyertai sebagian besar
pola psikotik, yaitu:
• Perasaan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam.
• Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan
dan motorik yang berlebihan.
• Regresi ke autism manerisme pembicaraan dan perilaku, isi pikiran yang berwaham,
acuh-tak-acuh terhadap harapan sosial.
• Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan membela diri atau rasa
kebesaran.
• Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.
Faktor-faktor yang Berpengaruh
1. Faktor Biologi
• Kerentanan genetik
• faktor kimia tubuh yang berperan
• faktor biokimia pada manusia memunculkan
hipotesa bahwa kelebihan atau terlalu sensitifnya
reseptor dopamin adalah faktor yang lebih
meyakinkan sebagai faktor-faktor dalam
skizoprenia dibanding faktor kadar dopamin yang
tinggi.
2. Faktor Psikososial Stres dan Gangguan Kognitif
02 Skizofrenia
definisi

• skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau
pecah (Split), dan “Frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang
yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan
jiwa atau keretakan kepribadian
Etiologi
• Model Diatesis-Stress
seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatessis) yang jika
dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan biologikal (seperti infeksi) atau
psikologis (misal kematian orang terdekat) yang menimbulkan stress,
memungkinkan perkembangan skizofrenia.
• Neurobiologi
Penelitian menunjukkan pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan bagian
otak tertentu. Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam
membuat seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal,
cerebellum dan ganglia basalis.
• Hipotesis Dopamin
skizofrenia terjadi akibat peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik.
Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan
dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau
03 Patofisiologi
Skizofrenia
- Hipotesis dopamin

Gejala-gejala skizofrenia yang terlihat itu merupakan akibat dari adanya


peningkatan aktifitas dopamin di sistem limbik (positive symptom), serta
penurunan aktifitas dopamin di lobus frontal (negative symptom). Hal ini
mungkin akibat jumlah reseptor yang abnormal, sensitivitas reseptor yang
abnormal, dan abnormalitas dopamin yang dikeluarkan.
Pemakaian amfetamin dan kokain dapat menyebabkan peningkatan dopamin
sehingga dapat timbul psikogenik efek.
- Hipotesis norepinephrine

Peningkatan norepinephrine dapat meningkatkan sensitisasi pada input


sensorik.
- Hipotesis GABA

Penurunan dari GABA dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas


dopamin.
 Teori infeksi

Bukti infeksi virus dapat menyebabkan perubahan neuropatologis, yaitu


gliosis, gliol scarring, antiviral antibodies diserum dan CSF.
 Kelainan anatomi

Penelitian neuroimaging menunjukkan perbedaan otak normal dan


skizofrenia. Contohnya, pada skizofrenia terdapat pembesaran ventrikel
(ventrikulomegali bilateral), penurunan volume otak di area temporal
04 Manifestasi Klinis
Skizofrenia
Gejala-gejala Positif

Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi
jelas yang dapat diamati oleh orang lain. Contoh-contohnya seperti berikut
 Delusi
 Halusinasi
 Distorsi atau eksagerasi dalam bahasa dan komunikasi
 Kemampuan berbiacara tidak terorganisir
 Perilaku tidak terorganisir
 Perilaku katatonik
 Agitasi
Gejala-gejala Negatif
 Blunted affect
 Penarikan emosional
 Hubungan yang buruk
 Kepasifan
 Penarikan sosial yang apatis
 Kesulitan dalam berpikir abstrak
 Kurangnya spontanitas
 Berpikir stereotip
 Alogia: Pembatasan kelancaran, produktivitas pemikiran ucapan
05 Diagnosis Skizofrenia
Anamnesi
s
• Riwayat medis dan psikiatrik dalam
keluarga
• Kehamilan dan masa kanak-kanak
• Apakah pasien merupakan anak yang
tidak diharapkan atau pasien sering
menjadi korban bullying teman-
temannya
• Keadaan emosional anak cenderung
lebih suka bermain sendiri dan
Pemeriksaan
Fisik
• Biasanya tidak memberikan kontribusi
yang bermakna. Hanya untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit
lain.
• Pemeriksaan yang sering dilakukan :
pemeriksaan neurologis sebagai
patokan sebelum memulai pengobatan
antipsikotik
Pemeriksaan
Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium :
pemeriksaan darah lengkap,
elektrolit (termasuk kalsium),
fungsi ginjal, fungsi hati, fungsi
tiroid, kadar vitamin B12, tes HIV,
dan urinalisis.
• Pemeriksaan radiologis : rontgen
toraks
Kriteria Diagnosis
Diagnosis schizophrenia ditegakkan bila tidak terdapat gangguan organik yang mendasari,
salah satu kriteria A-C terpenuhi, serta kriteria pengecualian tidak terpenuhi.
Kriteria Simtomatik (Kriteria A)
Minimal 2 kriteria A durasi minimal 1 bulan atau untuk waktu yang lebih sedikit jika
pengobatan berhasil. Kriteria tersebut : delusi/waham, halusinasi, ucapan tidak terorganisir,
perilaku katatonik dan gejala negatif.
Kriteria Fungsi (Kriteria B)
kemunduran signifikan salah satu atau lebih area fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal atau bisa tidaknya individu dalam merawat dirinya sendiri.
Kriteria Durasi (Kriteria C)
Kriteria C membutuhkan total durasi 6 bulan berturut-turut. Dalam periode 6 bulan ini harus
ada setidaknya 1 bulan gejala fase aktif (gejala psikotik yang nyata). Gejala lainnya yang
dapat ditemukan adalah gejala psikotik, gejala prodromal sebelum psikosis nyata, atau
gejala residu setelah resolusi gejala psikotik. Gejala residual : kepercayaan aneh, pemikiran
magis, ide referensi, pengalaman persepsi aneh, ucapan tidak jelas atau perilaku aneh.
06 Tatalaksana
Skizofrenia
Fase akut
• Tujuan : mencegah ODS melukai dirinya atau orang lain, mengendalikan
perilaku merusak, mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait
lainnya
• Langkah pertama : berbicara kepada ODS dan memberinya ketenangan.
• Langkah selanjutnya : keputusan untuk memulai pemberian obat oral.
Pengikatan atau penempatan ODS di ruang isolasi mungkin diperlukan dan
hanya dilakukan bila ODS berbahaya terhadap dirinya dan orang lain serta bila
usaha restriksi lainnya tidak berhasil.
Obat APG-I
Injeksi APG-I sering digunakan untuk mengatasi agitasi akut pada skizofrenia.
efek samping : distonia akut
 Obat APG-II
Fase stabil
Tujuan : mempertahankan remisi gejala, meminimalisasi risiko atau konsekuensi
kekakambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan (recovery).
 Penggunaan Antipsikotika Pada Fase Stabil
 Terapi elektrokonvulsif (TEK) (Electroconvulsive Therapy / ECT)
ECT merupakan terapi efektif untuk eksaserbasi skizofrenia, khususnya
katatonia, gejala-gejala afektif menonjol. Digunakan untuk ODS yang tidak a
keadaan berespon terhadap antipsikotika. Penggunaannya sering dikombinasi
dengan antipsikotika.
 Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (rTMS)
rTMS merupakan teknik baru yaitu neurostimulasi otak yang bisa memperbaiki
gejala skizofrenia. Teknik ini bersifat non-invasive yang mempengaruhi
transmisi transsinaptik, modulasi tidak langsung dari aktivitas neuronal,
khususnya di regio korteks otak sebagaimana sirkuit neuronal yang relevan.
INTERVENSI PSIKOSOSIAL
Intervensi psikososial berbasis bukti yang dianggap
efektif untuk skizofrenia :
1. Psikoedukasi
2. Intervensi keluarga
3. Terapi kognitif perilaku (CBT)
4. Pelatihan Keterampilan Sosial
5. Terapi vokasional
6. Remediasi kognitif
7. Dukungan kelompok sebaya
REFERENSI
 Elvira, Sylvia D & Hadisukanto, Gitayanti 2013. Buku Ajar Psikiatri.
Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FK UI
 Kaplan, H.I. & Sadock, B.J. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.
Alih bahasa Profitasari dan Tiara Mahatmi Nisa. Jakarta: EGC.
 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa.Jakarta :
Departemen Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai