Anda di halaman 1dari 28

APENDISITIS

Disusun Oleh:
Juwita Kartika

Pembimbing:
dr. Harry Sugiarto, Sp.B, FINACS.FICS
ANATOMI
PERDARAHAN
PERSARAFAN

Untuk sekum dan apendiks vermiformis berasal dr pleksus mesentrica


superior (simp./parasimp.)
■ Parasimpatis : cabang nervus vagus (mengikuti a. mesentrika superior
dan a. apendikularis
■ Simpatis : nervus torakalis 10 (menyebabkan nyeri viseral bermula di
sekitar umbilikus)
DEFINISI

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks


vermiformis. Perkembangan proses inflamasi dapat
menyebabkan abses, ileus, peritonitis, atau kematian jika
tidak diobati. Apendisitis yang ‘komplikasi' merujuk pada
adanya gangren atau perforasi apendiks. Perforasi bebas ke
dalam rongga peritoneum dapat menyebabkan peritonitis
purulen.
EPIDEMIOLOGI
■ Kejadian apendisitis di indonesia menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI
pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang dengan persentase 3.36% dan meningkat pada
tahun 2010 menjadi 621.435 orang dengan persentase 3.53%.
■ Pada neonatus dan bayi, apendisitis jarang terjadi. Namun, pada anak di bawah 3 tahun,
tingkat perforasi adalah 80% hingga 100%.
■ Apendisitis paling sering terlihat pada dekade kedua kehidupan dan terjadi sedikit lebih
sering pada pria daripada pada wanita
■ Menurut Marudanayagam et al, yang melakukan penelitian retrospektif terhadap 2.660
apendiktomi selama periode enam tahun, tingkat perforasi menurun dari 23,4% pada pasien
usia 10 atau lebih muda menjadi 6,9% pada mereka yang berusia 20-an, kemudian naik terus
menjadi lebih dari 50% pada pasien 70 atau lebih.
ETIOLOGI

Etiologi apendisitis adalah obstruksi luminal oleh :

■ Fecalith (hasil dari bahan fecal dan garam anorganik), parasit (E. histolityca),
keganasan (karsinoma karsinoid dan caecal), benda asing, atau fibrosis.

■ Dalam beberapa kasus, hiperplasia limfoid, akibat dari infeksi (bakteri, virus,
jamur, parasit)
PATOFISIOLOGI
Ketika terjadi obstruksi apendix, tekanan
intraluminal dan tekanan vena meningkat

Menyebabkan stasis dan iskemia.


Apendiks menjadi penuh dengan sekresi

Pada tahap ini, kondisi ini dianggap Tetapi jika apendix yang meradang menjadi
apendisitis yang tidak komplikasi gangren atau perforasi, kondisi ini kemudian
disebut apendisitis perforasi

Apendisitis perforasi memungkinkan untuk invasi oleh


bakteri usus dari rongga perut, berpotensi menyebabkan
peritonitis, septikemia, abses, atau pembentukan fistula
KLASIFIKASI
1. Apendisitis Akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak pada
apendiks
nyeri tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney
2. Apendisitis Kronis
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya riwayat nyeri perut
kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik.
Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan
parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan adanya
sel inflamasi kronik.
Apendisitis kronik kadang-kadang dapat menjadi akut lagi dan disebut apendisitis kronik dengan
eksaserbasi akut
MANIFESTASI KLINIS
■ Biasanya dimulai dengan nyeri periumbilikalis dan difus yang pada akhirnya melokalisasi ke
kuadran kanan bawah.

■ Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan anoreksia


■ Jika sudah terjadi apendisitis perforasi: demam tinggi, nyeri tekan dan defans muscular di
seluruh perut, perut menjadi tegang dan kembung
DIAGNOSIS
■ Anamnesis
■ Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda vital , suhu: demam ringan 37,5 -38,5˚C (bila >> mgkn sudah perforasi)
 Nyeri tekan Mc.Burney

 Peningkatan rasa sakit dengan batuk (Dunphy’s sign)


 Nyeri lepas (Rebound pain)
 Rovsing’s sign (nyeri pada kuadran kanan bawah dengan palpasi kuadran kiri bawah).

 Defens muskuler (+) karena rangsangan m. Rektus abdominis. Defence muscular


adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietale serta teraba dinding abdomen keras.
■ Nyeri dengan ekstensi kaki kanan (psoas’s sign) menunjukkan fokus iritasi
di dekat otot psoas kanan atau apendiks yg menempel di otot psoas
mayor. Menunjukkan pada letak retrosekal retropreitoneal
■ Obturator’s sign (nyeri dengan fleksi dan endorotasi sendi panggul). peregangan
obturator internus melalui internal rotasi paha yang fleksi menunjukkan
peradangan dekat otot.
■ Pemeriksaan Penunjang
 Hematologi: Apendisitis sering menyebabkan leukositosis sedang (WBC,
10.000 hingga 20.000 / μL) dengan neutrofilia (shift to the left)
 Nilai protein C-reaktif (CRP) lebih besar dari 3,0 mg / dL, saat
dikombinasikan dengan leukositosis sedang, dapat meningkatkan
kemungkinan apendisitis. Selain itu, CRP yang meningkat mungkin sensitif
(83% hingga> 90%) untuk mendeteksi perforasi appendiks dan
pembentukan abses
 Apendikografi
Pemeriksaan radiografi untuk menegakkan diagnosis apendisitis. Pemeriksaan ini menggunakan BaSO4
(barium sulfat) yang diencerkan dengan air menjadi suspensi barium dan dimasukkan secara oral.
Selain secara oral, barium juga dapat dimasukkan melalui anus (barium enema)

Temuan appendikografi pada appendisitis:


- Non filling appendiks (Gambar kanan)
 USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dicurigai adanya abses, menyingkirkan diagnosis banding
seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya. Sensitivitas sekitar 90%. Hasil USG dapat
terlihat penebalan dinding dan terdapat pembesaran pada apendiks.
 CT Scan
■ Dipertimbangkan sebagai pemeriksaan diagnostik paling akurat untuk menyingkirkan
appendisitis. keakuratan diagnosis CT scan rata-rata antara 93% dan 98 % dengan
sensitifitas 90-98% dan spesifitas 83-98%
■ Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendisitis. Selain itu juga dapat menunjukkan
komplikasi dari appendisitis seperti bila terjadi abses

Gambaran CT scan tampak apendiks terinflamasi dengan apendikolith


DIAGNOSIS BANDING
Tatalaksana

■ Appendektomi
Tetap menjadi standar perawatan untuk apendisitis khususnya apendisitis akut, abses, perforasi.
Sementara presentasi klinis sering menentukan pendekatan bedah apa yang harus diambil,
hingga 76% appendektomi dilakukan menggunakan prosedur laparoskopi daripada operasi
terbuka. Jika sudah perforasi dilakukan laparatomi.
■ Antibiotik
- Pada apendisitis gangrenosa atau perforata
- Preoperative, antibiotik broad spectrum intravena diindikasikan untuk mengurangi kejadian
infeksi pasca pembedahan.
- Post operatif, antibiotic diteruskan selama 24 jam pada pasien tanpa komplikasi apendisitis
Komplikasi

■ Perforasi / Peritonitis
Jika tidak diobati, apendix yang meradang dapat menjadi gangren setelah 12-24 jam dan perforasi,
menyebabkan peritonitis kecuali ditutup oleh omentum. Seluruh perut menjadi kaku dan nyeri.

■ Massa periapendikular
Massa Apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi atau di bungkus
oleh omentum.
Prognosis

■ Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik.


Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih
dapat terjadi infeksi pada 30% kasus apendix perforasi atau apendix
gangrenosa.
■ Serangan berulang dapat terjadi bila appendiks tidak diangkat
DAFTAR PUSTAKA

■ Souza, N. D. and Nugent, K. 2014. Appendicitis. Search date May 2014 Digestive system
disorders’.
■ Snyder, J. A. et al. 2012. ‘Apendicitis Review’.
■ Gomes, C. A. et al. (2015) ‘Acute appendicitis : proposal of a new comprehensive
grading system based on clinical , imaging and laparoscopic findings’, World Journal of
Emergency Surgery. World Journal of Emergency Surgery, pp. 1–6. doi:
10.1186/s13017-015-0053-2.

Anda mungkin juga menyukai