Anda di halaman 1dari 5

 

Apendisitis akut adalah peradangan akut pada apendiks vermiformis karena adanya
obstruksi lumen apendiks. Inflamasi apendiks merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
signifikan dengan kejadian seumur hidup sebesar 8,6% pada pria dan 6,7% pada wanita, dengan
insiden tertinggi terjadi pada dekade kedua dan ketiga kehidupan. 
(Dixon F, Singh A. Acute appendicitis. Surg United Kingdom. 2020.)
 
Etiologi
Etiologi apendisitis dikarenakan obstruksi luminal yang terjadi sebagai akibat dari
hiperplasia limfoid pada populasi anak. Pada orang dewasa, mungkin karena fekalit, fibrosis,
benda asing (makanan, parasit, kalkuli), atau neoplasia. Obstruksi umumnya menyebabkan
peningkatan tekanan intraluminal dan nyeri viseral yang menjalar ke daerah periumbilikal.
Diduga bahwa hal ini menyebabkan gangguan drainase vena, iskemia mukosa yang
menyebabkan translokasi bakteri, dan selanjutnya gangren dan infeksi intraperitoneal.
Escherichia coli dan Bacteroides fragilis adalah bakteri aerob dan anaerob yang paling umum
didapatkan pada apendisitis perforasi.
Fadi S. Dahdaleh, H. David, and T. Kiran (2019). Schwartz's Principles of Surgery (11th
ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

 Insidensi

Diagnosis Klinis
Anamnesis
Peradangan pada peritoneum viseral biasanya berkembang ke peritoneum parietal,
dengan gejala nyeri yang berpindah, yang merupakan tanda klasik dari apendisitis. Peradangan
sering dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah, dan demam. Peradangan regional juga dapat
muncul dengan ileus, diare, obstruksi usus halus, dan hematuria. 
 
Pemeriksaan Fisik
Pasien umumnya mengalami demam ringan dan menunjukkan nyeri tekan fokal dengan
defans, nyeri tekan di Titik McBurney, yang ditemukan sepertiga jarak antara spina iliaka
anterior superior dan umbilikus. Tanda Rovsing, nyeri pada kuadran kanan bawah setelah
pelepasan tekanan lembut pada kuadran kiri bawah. Tanda Dunphy, nyeri saat batuk (apendiks
retrocecal). Tanda obturator, nyeri dengan rotasi internal pinggul (apendiks panggul). Tanda
iliopsoas, nyeri dengan fleksi pinggul (apendiks retrocecal). Selain itu, nyeri dengan
pemeriksaan dubur atau serviks juga menunjukkan pelvic appendicitis.
Bisa disertai nyeri seluruh perut apabila sudah terjadi peritonitis karena kebocoran apendiks dan
meluasnya pernanahan dalam rongga abdomen.
 
Pemeriksaan Laboratorium
Pasien dengan apendisitis biasanya memiliki leukositosis 10.000 sel/mm3, dengan
leukositosis yang lebih tinggi terkait dengan apendisitis gangren dan perforasi (∼17.000
sel/mm3). Tes kehamilan juga penting pada wanita usia subur. Terakhir, urinalisis dapat berguna
untuk menyingkirkan nefrolitiasis atau pielonefritis.
 
Pencitraan
Pencitraan sering digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis apendisitis. Studi
pencitraan paling tepat untuk pasien yang diagnosis apendisitisnya tidak jelas atau yang berisiko
tinggi terhadap intervensi operatif dan anestesi umum, seperti pasien hamil atau pasien dengan
beberapa penyakit penyerta. Modalitas pencitraan yang umum digunakan termasuk computerized
tomography (CT), ultrasound (US), dan magnetic resonance imaging (MRI).
Fadi S. Dahdaleh, H. David, and T. Kiran (2019). Schwartz's Principles of Surgery (11th
ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Alvarado Score
Skor Alvarado merupakan salah satu sistim skoring yang dapat digunakan untuk
membantu diagnosa apendisitis akut. Sistim tersebut pertama kali dikemukakan oleh Alfredo
Alvarado. Skor tersebut dapat digunakan untuk menentukan perencanaan selanjutnya pada nyeri
perut bawah akut yang dicurigai sebagai apendisitis. 
Penelitian yang dilakukan oleh Khan dan Rehman pada tahun 2003  membagi sampel
pasien menjadi tiga grupberdasarkan skor Alvarado; dimana pasien dengan skor 7-10
dipersiapkan untuk dilakukan apendektomi cito, skor 5-6 dilakukan observasi dan diberikan
antibiotik. Skor 1-4 diberikan pengobatan konservatif. Hasil yang didapatkan, pasien
menunjukan hasil prediksi positif terhadap apendisitis akut berdasarkan skor Alvarado.
(A.Ramadhanti. Uji Sensitivitas dan Spesifisitas Skor Alvaradi terhadao Kejadian
Apendisitis Akut di RSUD Tanggerang Selatan) Tahun 2015-2016). Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Negeri. Jakarta : 2018)
Alvarado A: A practical score for the early diagnosis of acute appendicitis. Ann Emerg
Med. 1986, 15: 557-564. 10.1016/S0196-0644(86)80993-3.

Diagnosis Banding
Penyebab nyeri perut akut yang sering disalahartikan dengan apendisitis akut termasuk : 
 adenitis mesenterika akut
 divertikulitis cecal
 divertikulitis Meckel
 ileitis akut
 penyakit Crohn
 penyakit radang panggul akut
 Kehamilan ektopik
 torsi kista ovarium atau folikel graaf
 gastroenteritis akut
 
Pemeriksaan serviks pada wanita (nyeri nyeri hebat dengan gerakan pada penyakit radang
panggul) sangat penting sebelum merencanakan intervensi apa pun. Riwayat menstruasi yang
terperinci dapat membedakan mittelschmerz (tidak ada demam atau leukositosis, nyeri
pertengahan siklus menstruasi) dan kehamilan ektopik.
Fadi S. Dahdaleh, H. David, and T. Kiran (2019). Schwartz's Principles of Surgery (11th
ed.). New York, NY: McGraw-Hill.
 
Patofosiologi
Obstruksi pada lumen proksimal apendiks, paling sering diakibatkan oleh fecalith,
menyebabkan tertutupnya kedua ujung segmen usus dan meningkatkan sekresi normal pada
mukosa apendiks sehingga terjadi distensi pada apendiks. Distensi pada apendiks menstimulasi
ujung saraf dari daraf aferen yang akan menyebabkan nyeri samar dan difus pada abdomen
bagian tengah dan epigastrium. Distensi apendiks terus meningkat karena sekresi mukosa
apendiks dan meningkatnya multiplikasi bakteri pada apendiks, ini menyebabkan adanya rasa
mual dan reflex muntah dan meningkatnya nyeri visceral.
Meningkatnya tekanan intraluminal membuat tekanan pada vena melampaui batas, kapiler
dan venula tersumbat sedangkan aliran arteri tetap berjalan, menyebabkan pembengkakan dan
tersumbatnya pembuluh darah,juga adanya gangguan drainase pada limfe dan invasi bakteri. 
Proses inflamasi dan tekanan intraluminal terus meningkat sampai kebagian serosa dari
apendiks dan bagian parietal dari peritoneum, ini menyebabkan adanya migrasi nyeri ke kuadran
kanan bawah. Keadaan ini disebut juga apendisitis supuratifakut. Bila kemudian arteri terganggu,
akan terjadi infark apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24 – 36 jam. Bila dinding apendiks
tersebut ruptur, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses berjalan lambat, upaya pertahanan tubuh dalam membatasi radang
adalah dengen omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks dan
menutupnya sehingga timbul suatu massa periapendikular, didalamnya dapat terjadi nekrosis
jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Keadaan ini disebut apendisitis infiltrate.
Jika abses tidak terbentuk, masa periapendikular akan mengurai diri secara lambat.
Apendiks yang meradang tidak akan sembuh sempurna, melainkan membentuk jaringan
parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitar. Perlengketan menimbulkan
keluhan berulang dikuadran bawah kanan abdomen dan bisa seketika mengalami radang akut
berulang yang disebut eksaserbasi akut.
(A.Ramadhanti. Uji Sensitivitas dan Spesifisitas Skor Alvaradi terhadao Kejadian
Apendisitis Akut di RSUD Tanggerang Selatan)
 
 
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan apendisitis tanpa komplikasi adalah dilakukan
apendektomi, baik open appendectomy maupun laparoskopi. Studi kohort telah meneliti peran
manajemen nonoperatif pasien dewasa dengan apendisitis, ditemukan bahwa 26,5 % pasien
dengan terapi nonoperatif memerlukan operasi usus buntu dalam waktu 1 tahun. Operasi darurat
sering dilakukan pada pasien dengan radang usus buntu. Saat ini, menunda operasi kurang dari
12 jam dapat diterima pada pasien dengan durasi gejala yang singkat (kurang dari 48 jam) dan
pada apendisitis non-perforasi nongangren. Penelitian meta-analisis menunjukkan apendiktomi
laparoskopi menghasilkan lama rawat inap yang lebih pendek, kembali bekerja lebih cepat, dan
tingkat infeksi luka superfisial yang lebih rendah, terutama pada pasien obesitas. 
 Fadi S. Dahdaleh, H. David, and T. Kiran (2019). Schwartz's Principles of Surgery (11th
ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Komplikasi Apendisitis
Perforasi dan gangren serta apendisitis dengan pembentukan abses atau phlegmon
dianggap sebagai kondisi yang rumit. Pasien dengan apendisitis perforasi biasanya muncul
setelah 24 jam onset, meskipun 20% pasien datang dalam 24 jam. Pasien mengalami nyeri akut
dan dehidrasi dan memerlukan resusitasi. Biasanya, abses yang mengalami perforasi berdinding
di kuadran kanan bawah, meskipun abses retroperitoneum termasuk abses psoas, abses hati,
fistula, dan pylephlebitis (radang vena portal) juga dapat terjadi jika tidak diobati.
Apendisitis perforasi dapat ditangani baik secara operatif maupun nonoperatif. Pembedahan
segera diperlukan pada pasien yang tampak septik, tetapi hal ini biasanya berhubungan dengan
komplikasi yang lebih tinggi, termasuk abses dan fistula enterokutan karena adhesi dan inflamasi
yang padat.
Penatalaksanaan apendisitis dengan komplikasi jangka panjang sering dilakukan secara
bertahap. Pasien diresusitasi dan diobati dengan antibiotik Intravena. Intervensi operatif
dilakukan pada pasien yang gagal dalam manajemen konservatif dan pada pasien dengan
perforasi intraperitoneal bebas.
Fadi S. Dahdaleh, H. David, and T. Kiran (2019). Schwartz's Principles of Surgery (11th
ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai