1. Usulan penelitian saya adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akdemik (sarjana, magister, dan/atau doktor) baik di
Universitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain.
2. Usulan penelitian adalah murni gagasan, rumusan, dan pasien yang saya
atasi sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan oleh Pembimbing.
3. Dalam usulan penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan naskah
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai
dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung, Mei 2022
Yang Membuat Pernyataan
DAFTAR ISI.........................................................................................................i
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iv
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................7
1.4.1 Manfaat Akademik.......................................................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis............................................................................................................8
BAB II................................................................................................................9
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS...............................9
2.1 Anatomi, Histologi dan Fisiologi Apendiks...........................................................9
2.1.1 Anatomi Apendiks............................................................................................................9
2.1.2 Histologi Apendiks..........................................................................................................10
2.1.3 Fisiologi Apendiks...........................................................................................................11
2.2 Neutrofil.......................................................................................................12
2.2.1 Definisi Neutrofil.......................................................................................................12
2.2.2 Fungsi Neutrofil..............................................................................................................13
2.3 Limfosit..............................................................................................................14
2.3.1 Definisi Limfosit..............................................................................................................14
2.3.2 Fungsi Limfosit............................................................................................................15
................................................................................................................................47
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Apendisitis merupakan salah satu penyebab nyeri perut bawah yang paling
akut adalah suatu peradangan akut apendiks vermiformis atau yang biasa dikenal
di masyarakat dengan peradangan usus buntu dan merupakan salah satu masalah
yaitu rata-rata sebanyak 321 juta kasus tiap tahun. Sebanyak 10 juta penduduk
per tahunnya, dimana angka ini merupakan angka tertinggi apendisitis di antara
negara di ASEAN (Association of South East Asia Nation).3 Dari hasil Survey
dengan kontaminasi luas. Etiologi utama penyakit ini merupakan suatu obstruksi
1
pertumbuhan bakteri berlebih, yang kemudian menyebabkan nekrosis dan
perforasi.5
dari seluruh kasus apendisitis akut dengan frekuensi yang lebih tinggi terjadi pada
kelompok usia yang lebih muda (40- 57%) dan pada pasien yang lebih tua dari 50
laju mortalitas mencapai 5%. Risiko mortalitas pada apendisitis akut tipe non
gangren berkisar kurang dari 0,1% namun risiko meningkat menjadi 0,6% pada
meningkatkan akurasi diagnosis hingga 90%, namun karena biayanya yang mahal
dan tidak semua unit pelayanan kesehatan memilikinya, pemeriksaan ini jarang
2
informasi yang akurat serta tidak dapat membedakan apendisitis komplikata dan
pada tatalaksana yang tidak optimal dan dapat menimbulkan komplikasi berupa
perforasi. Pada orang berusia lanjut gejalanya seringkali samar dan ada perubahan
itu, insiden tinggi pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang masih tipis.2,8
terdapat banyak kemungkinan terjadi kesalahan diagnostik masih 20- 30%. Untuk
yang rendah untuk kompatibilitas dan tidak dapat digunakan untuk menentukan
apendisitis dengan atau tanpa komplikasi. Tes lain yang terbukti memiliki
apendisitis. Nilai leukosit terutama neutrofil dan limfosit adalah petanda yang
3
sensitif pada proses inflamasi. Pemeriksaan ini sangat mudah, cepat, dan murah
untuk rumah sakit di daerah. Hasil rasio neutrofil/limfosit yang tinggi akan
neutrofil limfosit (RNL) adalah prediktor yang paling berharga dari appendisitis
yang mengalami gangren pada pasien yang menjalani operasi untuk apendisitis
keadaan yang menunjukan adanya inflamasi berat yang dapat menunjukan tingkat
peningkatan NLR pada kasus apendisitis akut, dan NLR yang lebih tinggi pada
Saat ini yang sering ditemukan adalah peningkatan NLR pada pasien
indikator dari adanya respon inflamasi sistematis yang secara luas digunakan
sebagai penentu prognosis dari pasien dengan pneumonia oleh karena virus. Oleh
karena itu penting untuk membedakan apakah peningkatan NLR terjadi karena
akut, dimana nilai NLR ditemukan lebih tinggi pada pasien apendisitis akut
4
Selain tindakan operatif pada tatalaksana apendisitis, berkembang juga
dimana pasien dirawat secara konservatif dengan antibiotik. Akan tetapi, perlu
berhasil, maka pasien dapat terhindar dari stres mental dan fisik akibat trauma
operasi, sedangkan apabila gagal, maka akan meningkatkan angka morbiditas dan
nilai leukosit lebih tinggi dibandingkan appendisitis simpel dengan nilai hubungan
perforasi pada apendisitis akut yang dapat digunakan di RSUP Hasan Sadikin
Bandung. Peneliti akan melihat korelasi antara pasien apendisitis akut yang
murah, objektif dan dapat dilakukan dengan cepat serta tersedia di semua rumah
sakit. Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi prediktor perforasi pada kasus
5
apendisitis akut, sehingga dapat memberikan penanganan yang lebih tepat dan
cepat pada kasus apendisitis akut terutama di RSUP Hasan Sadikin Bandung.
pemeriksaan yang mudah, murah, objektif dan dapat dilakukan dengan cepat serta
tersedia di semua rumah sakit. Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi
penanganan yang lebih tepat dan cepat pada kasus apendisitis akut.
Apakah terdapat korelasi antara rasio neutrofil terhadap apendisitis akut dan
6
Menambah pengetahuan tentang rasio neutrofil terhadap apendisitis akut
7
BAB II
coli dan sekitar 2 cm lebih rendah dari persimpangan ileocecal. Panjang lampiran
sangat bervariasi tetapi biasanya antara 5-10 cm. sebuah penelitian dari 1932
dengan 4680 spesimen menunjukkan panjang rata-rata apendiks 8.2 cm. dengan
diameternya sekitar 6-7 mm. Apendiks tumbuh dari lahir sampai usia tiga tahun,
dan 2/3 bagian medial suatu garis yang menghubungkan Spina Iliaka
penting pada pembedahan dimana biasa terdapat nyeri tekan maksimal pada
konsisten dengan alur pada Taenia coli libera. Posisi Appendiks vermiformis
bawah Ileocecal. Sementara, letak ujung appendiks pada setiap orang dapat
8
Apendiks disuplai dengan darah dari arteri appendicular yang berjalan di
juga menempel pada sekum. Arteri apendikular paling sering berasal dari arteri
ileocolic, yang merupakan cabang dari arteri mesenterika superior. Limfatik yang
terdiri dari empat lapisan yakni mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan
lapisan serosa. Histologi yang khas pada fitur adalah banyaknya jaringan ikat
limfoid di mukosa dan submukosa dengan kelenjar getah bening yang menonjol.
Lapisan otot polos yang tebal berada diantara submukosa dan serosa,
sebelah luar. Pada lapisan ini sering terlihat degenerasi granular sitoplasmik
dua lapisan otot ini terdapat pleksus myenterik atau pleksus Auerbach, yang
terdapat pada lapisan ini.14 Lapisan terluar dari apendiks adalah lapisan serosa.
9
Diantara lapisan serosa dan muskularis eksterna terdapat regio subserosal, yang
terdiri dari jaringan penyambung longgar, pembuluh darah, limfe, dan saraf.
Fungsi pasti dari apendiks telah menjadi topik yang diperdebatkan. Selama
bertahun-tahun, apendiks secara keliru diyakini sebagai organ tanpa fungsi yang
apendiks mengandung limfoid yang melimpah dan dekat dengan pintu masuk usus
besar, dengan demikian terpapar pada sejumlah besar antigen dan dapat
10
berpendapat bahwa apendiks sebagai wadah penyimpanan untuk bakteri kolon
yang baik.15,16
2.2 Neutrofil
monosit, eosinofil dan sedikit lebih besar dari basofil, nucleus stains deeply tidak
beraturan dan bentuknya sering mirip seperti huruf E, Z, dan S. Tipe kromatinnya
besar yaitu 1.011 sel per harinya. Nilai normal neutrofil adalah 2.500-8.000 per
makrofag dalam waktu satu hari. Neutrofil merupakan sel efektor yang penting
11
Neutrofil termasuk sel yang paling cepat menuju daerah inflamasi dan
dan memicu imunitas humoral. Neutrofil dapat dipicu oleh faktor inflamasi yang
inflamasi. Sebagian besar leukosit adalah neutrofil. Pada kerusakan jaringan yang
Tiga fungsi utama neutrofil: fagositosis, degranulasi, dan pelepasan bahan nuklear
sampai saat ini sebagai satu-satunya tujuan dari neutrofil. Namun, penelitian saat
ini telah mengungkapkan bahwa neutrofil memiliki respons fungsional yang jauh
berbagai sinyal dan merespon dengan memproduksi sitokin dan faktor inflamasi
lain yang mempengaruhi dan mengatur inflamasi dan sistem kekebalan tubuh.24
Saat ini diketahui bahwa neutrofil adalah sel kompleks transkripsi aktif yang
12
menghasilkan sitokin.25 memodulasi aktivitas sel tetangga dan berkontribusi pada
2.3 Limfosit
bulat dan terkadang oval, tipe kromatin bisa homogen dan padat, limfosit kecil
sedangkan limfosit yang lebih besar berdiameter 12-15 µm, dengan inti
pewarnaan yang kurang rapat dan sitoplasma yang lebih banyak sering ditemukan,
terutama di dalam darah anak-anak, dan mungkin sulit dibedakan dari monosit.17
13
Limfosit merupakan sel imun adaptive, sel ini sangat berperan penting
berasal dari diferensiasi Lymphoid Progenitor Cells (LPC) yang berasal dari
hematopoietic stem cells bagian dari adult stem cells, yaitu sel yang mampu
persen dari jumlah total leukosit manusia adalah limfosit dan bertanggung jawab
atas pengendalian sistem kekebalan adaptif.30 Ada dua jenis limfosit, limfosit B
darah dan bertanggung jawab atas imunitas humoral, atau dimediasi oleh antibodi.
Antibodi mengikat benda asing tertentu, seperti bakteri (yang memicu produksi
korban, suatu proses yang dikenal sebagai imunitas seluler. Sel target sel T
meliputi sel tubuh yang dimasuki virus dan sel kanker.31 Adanya reseptor sel T
pada permukaan sel dapat digunakan untuk membedakan sel T dari sel B dan
tubuh.31 Dalam tubuh ada sekitar 1012 trilyun limfosit yang disirkulasikan terus
menerus dalam darah dan limfe,dapat bermigasi ke rongga jaringan dan organ
14
merupakan sel yang berperan utama dalam sistem imun spesifik,sel T pada
imunitas selular dan sel B pada imunitas humoral. Pada imun itas humoral sel T
CD4+ berinteraksi dengan sel B dan merangsang proliferasi dan diferensiasi sel
menginfeksi sel.Kedua sistem imun non spesifik atau spesifik bekerja sangat erat
untuk menilai status inflamasi dari seseorang34 RNL dapat dihitung dengan
rumus35
yang meningkat dan dapat dikaitkan dengan prognosis yang buruk36 Peningkatan
15
penyakit. Peningkatan usia dan rasio neutrofil-limfosit dapat dianggap sebagai
penelitian yang dilakukan oleh Forget et al mengenai berapa nilai normal dari
orang dewasa normal dan populasi orang sehat antara 0,78 - 3,53.35
apendisitis akut.38
mendiagnosis apendisitis akut non komplikata apabila nilai NLR > 3,0.
Disebutkan juga pada penelitian lain bahwa NLR sebesar 4,7 merupakan cut-off
akut dengan perforasi dan/atau gangren dengan sensitivitas 78% dan spesifisitas
67%. dalam penelitian tersebut disebutkan dan nilai NLR >8,8 menunjukkan
komplikata yang mengalami gangrenosa dan perforasi nilai NLR nya meningkat
16
Hal ini menunjukan bahwa NLR dapat digunakan untuk memprediksi
diagnosa dan derajat keparahan apendisitis, dimana nilai NLR dapat digunakan
2.5.1 Definisi
8,6% pada pria dan 6,7% pada wanita, dengan insiden tertinggi terjadi pada
2.5.2 Etiologi
akibat dari hiperplasia limfoid pada populasi anak. Pada orang dewasa, mungkin
karena fekalit, fibrosis, benda asing (makanan, parasit, kalkuli), atau neoplasia.
Escherichia coli dan Bacteroides fragilis adalah bakteri aerob dan anaerob yang
17
2.5.3 Insidensi dan Epidemiologi Apendisitis
Apendisitis adalah salah satu dari keadaan darurat bedah yang paing
umum dan salah satu penyebab paling umum dari nyeri perut. Data World Health
7,62% dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 8,22% dari populasi penduduk
dunia. Apendisitis juga termasuk penyakit yang memiliki jumlah penderita yang
terus meningkat di Indonesia. Sesuai dengan data yang dirilis oleh Kementrian
sebanyak 582.991 orang dan meningkat pada tahun 2013 sebesar 593.877.43
abdomen.4
Apendisitis lebih sering terjadi pada pria, meskipun wanita dua kali lebih
dewasa muda 3:2 untuk laki-laki dibandingkan perempuan. Pada orang dewasa,
kejadian apendisitis kira-kira 1,4 kali lebih besar pada pria daripada wanita.45
a. Anamnesis
dengan gejala nyeri yang berpindah, yang merupakan tanda klasik dari apendisitis.
18
Peradangan regional juga dapat muncul dengan ileus, diare, obstruksi usus halus,
dan hematuria.42
Pemeriksaan Fisik
fokal dengan defans, nyeri tekan di Titik McBurney, yang ditemukan sepertiga
jarak antara spina iliaka anterior superior dan umbilikus. Tanda Rovsing, nyeri
pada kuadran kanan bawah setelah pelepasan tekanan lembut pada kuadran kiri
bawah. Tanda Dunphy, nyeri saat batuk (apendiks retrocecal). Tanda obturator,
nyeri dengan rotasi internal pinggul (apendiks panggul). Tanda iliopsoas, nyeri
dengan fleksi pinggul (apendiks retrocecal). Selain itu, nyeri dengan pemeriksaan
dubur atau serviks juga menunjukkan pelvic appendicitis. Bisa disertai nyeri
seluruh perut apabila sudah terjadi peritonitis karena kebocoran apendiks dan
b. Pemeriksaan Laboratorium
dengan leukositosis yang lebih tinggi terkait dengan apendisitis gangren dan
perforasi (∼17.000 sel/mm3). Tes kehamilan juga penting pada wanita usia subur.
pielonefritis.42
c. Pencitraan
Studi pencitraan paling tepat untuk pasien yang diagnosis apendisitisnya tidak
jelas atau yang berisiko tinggi terhadap intervensi operatif dan anestesi umum,
19
seperti pasien hamil atau pasien dengan beberapa penyakit penyerta. Modalitas
akut termasuk:
divertikulitis cecal
divertikulitis Meckel
ileitis akut
penyakit Crohn
Kehamilan ektopik
gastroenteritis akut
Pemeriksaan serviks pada wanita (nyeri nyeri hebat dengan gerakan pada
ada demam atau leukositosis, nyeri pertengahan siklus menstruasi) dan kehamilan
ektopik.42
20
2.5.6 Patofosiologi
sekresi normal pada mukosa apendiks sehingga terjadi distensi pada apendiks.
Distensi pada apendiks menstimulasi ujung saraf dari daraf aferen yang akan
menyebabkan nyeri samar dan difus pada abdomen bagian tengah dan epigastrium.
mual dan reflex muntah dan meningkatnya nyeri visceral. Meningkatnya tekanan
intraluminal membuat tekanan pada vena melampaui batas, kapiler dan venula
invasi bakteri.
kebagian serosa dari apendiks dan bagian parietal dari peritoneum, ini
menyebabkan adanya migrasi nyeri ke kuadran kanan bawah. Keadaan ini disebut
juga apendisitis supuratifakut. Bila kemudian arteri terganggu, akan terjadi infark
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24 – 36 jam. Bila
dinding apendiks tersebut ruptur, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua
proses berjalan lambat, upaya pertahanan tubuh dalam membatasi radang adalah
dengen omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks dan
21
menutupnya sehingga timbul suatu massa periapendikular, didalamnya dapat
terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Keadaan
ini disebut apendisitis infiltrate. Jika abses tidak terbentuk, masa periapendikular
akan mengurai diri secara lambat. Apendiks yang meradang tidak akan sembuh
bawah kanan abdomen dan bisa seketika mengalami radang akut berulang yang
2.5.7 Penatalaksanaan
memerlukan operasi usus buntu dalam waktu 1 tahun. Operasi darurat sering
dilakukan pada pasien dengan radang usus buntu. Saat ini, menunda operasi
kurang dari 12 jam dapat diterima pada pasien dengan durasi gejala yang singkat
inap yang lebih pendek, kembali bekerja lebih cepat, dan tingkat infeksi luka
22
Menurut klasifikasi Cloud apendisitis akut dibagi menjadi Apendisitis
perforasi. Perforasi dan gangren serta apendisitis dengan pembentukan abses atau
perforasi biasanya muncul setelah 24 jam onset, meskipun 20% pasien datang
dalam 24 jam. Pasien mengalami nyeri akut dan dehidrasi dan memerlukan
bawah, meskipun abses retroperitoneum termasuk abses psoas, abses hati, fistula,
dan pylephlebitis (radang vena portal) juga dapat terjadi jika tidak diobati.
tetapi hal ini biasanya berhubungan dengan komplikasi yang lebih tinggi,
termasuk abses dan fistula enterokutan karena adhesi dan inflamasi yang padat.
Intravena. Intervensi operatif dilakukan pada pasien yang gagal dalam manajemen
Apendisitis akut merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling
terbanyak.
23
Insidensi kejadian apendisitis akut cukup tinggi terutama pada dekade dua
yang dapat membantu penegakkan diagnosis seperti USG dan CT Scan namun
angka kesalahan diagnosis kasus apendisitis masih cukup tinggi. Untuk itu perlu
ditemukan suatu jenis pemeriksaan yang lebih baik yang dapat membantu
rasio neutrophil limfosit, selain itu di studi lain juga dikatakan bahwa rasio
multi-organ, dan dicurigai adanya iskemik pada usus yang dilakukan oleh Van der
Voort, dkk. menunjukan adanya kenaikan nilai rasio neutrophil limfosit pada
Karcioglu, pada studinya mengatakan bahwa nilai asam laktat akan meningkat
ketika terjadi proliferasi dari bakteri dan adanya jejas iskemik pada banyak
apendisitis akut.30
24
Skema Kerangka Pemikiran 1
Obstruksi appendiks
Overgrowth bakteri
Perfusi menurun Aliran balik vena/limfatik
menurun
Limfosit dan neutrophil meningkat
Gangrene appendiks
Perforasi appendiks
25
Abses
Peritonitis Lokal
Peritonitis difus
Premis 1
Premis 2
Premis 3
Premis 4
limfosit 21-24
Premis 5
26
2.4 Hipotesis
27
BAB III
METODE PENELITIAN
yang di rawat di RSUP Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2021 sampai
3.2.1 Populasi
Akut yang datang ke Instalasi Gawat darurat Bedah RSHS Bandung, yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Data diambil sebagai data
primer.
28
2. Pasien memiliki penyakit kelainan darah yang mempengaruhi nilai
leukosit.
6. Pasien imunocomprommised
dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko dan dampak atau efeknya
diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur
29
Dilihat dari hubungan antar variabelnya, penelitian ini merupakan
penelitian kausal atau sebab akibat, yaitu penelitian yang diadakan untuk
Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien diagnosis apendisitis akut.
Besar sampel dihitung sesuai dengan rancangan penelitian yaitu potong lintang,
maka besar sampel dihitung dengan rumus sampel tunggal untuk uji korelasi.
Untuk menentukan besar sampel tunggal minimal pada uji hipotesis dengan
Keterangan:
n = besar sampel
30
Dengan demikian, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian
inklusi, eksklusi dan drop out. Pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang
Variabel pada penelitian ini adalah rasio neutrophil limfosit, usia, jenis
31
Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
operasional
32
Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
operasional
limfosit tampak
bulat penuh dan
seringnya
menunjukkan
cekungan
disalah satu sisi.
33
Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
operasional
mesoapendiks, Supuratif
kongesti
pembuluh darah
dan terdapat
eksudat
fibrinopurulen
34
Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
operasional
Neutrofil Limfosit).
akut
Biodata pasien
limfosit pasien.
35
3.5. Tempat dan Waktu Penelitian
2021. Pasien dipilih berdasarkan kriteria inkulsi dan eksklusi. Pencatatan tersebut
terdiri dari usia, jenis kelamin, diagnosis, hitung jenis leukosit, dan hasil temuan
intraoperatif.
apendisitis akut yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian setelah
saat pertama kali pasien datang dan belum mendapatkan tindakan dan pengobatan
apapun.
36
- Spuit diberi label dan sediaan segera dibawa ke laboratorium
pemeriksaan.
Setelah itu dilakukan resusitasi cairan untuk persiapan perioperatif. Setelah itu
Dari data pasien dilihat temuan intra – operasinya, lalu pasien dibagi menjadi 2
selain itu juga akan dilakukan analisis secara deskriptif. Setelah itu pada data
penelitian akan dilakukan analisis data untuk menilai hubungan korelasi antara
varibel terikat dengan varibel bebas dengan perhitungan korelasi Pearson, dimana
pada penelitian ini akan melihat korelasi dari nilai NLR dengan derajat
nilai koefisien rho (r) yang dapat menggambarkan kekuatan korelasi antara
37
Data yang sudah terkumpul diolah secara komputerisasi untuk mengubah
dari:
2) Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
3) Data entry yaitu memasukkan data, yakni hasil pemeriksaan dan pengukuran
komputer.
4) Cleaning, yaitu apabila semua data dari responden telah selesai dimasukkan,
dilakukan koreksi.
selanjutnya secara lebih mendalam. Selain itu, analisis secara deskriptif ini juga
variabel yang akan disajikan secara deskriptif dapat diuraikan menjadi analisis
deskriptif dan uji hipotesis. Data yang berskala numerik seperti umur pasien
untuk data karakteristik sampel berupa data kategorik seperti jenis kelamin pasien
38
maka diberikan koding dan dipresentasikan sebagai distribusi frekuensi dan
persentase.
dependen kategorik yang utamanya berbentuk dua outcome. Besarnya risiko pada
(CI). Nilai p dianggap bermakna apabila p < 0,05. Nilai OR dianggap sebagai
Uji T independen apabila data berdistribusi normal dan uji mann whitney apabila
data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas data menggunakan uji 1 sampel
Kolmogorov smirnov.
variabel yang mempunyai nilai P value < 0,25. Analisis multivariable yang
model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap terbaik untuk
39
Selanjutnya kan dilakukan penentuan cut off point dari nilai rasio neutrophil
limfosit dan nilai tersebut akan diuji sensistifitas dan spesifisitasnya dengan
dan eksklusi
40
3.6.2.2. Tahap Pelaksanaan
dibawah ini :
Ekslusi Inklusi
Temuan intraoperasi
Pengolahan data
41
3.6.2.3. Tahap Akhir Penelitian
selanjutnya secara lebih mendalam. Selain itu, analisis secara deskriptif ini juga
masing variabel yang akan disajikan secara deskriptif dapat diuraikan menjadi
analisis deskriptif dan uji hipotesis. Data yang berskala numerik seperti umur
Kemudian untuk data karakteristik sampel berupa data kategorik seperti jenis
42
hubungan satu atau beberapa variabel independen dengan sebuah variabel
interval (CI). Nilai p dianggap bermakna apabila p < 0,05. Nilai OR dianggap
menggunakan Uji T independen apabila data berdistribusi normal dan uji mann
43
(3). Penelitian dilaksanakan secara jujur, profesional, berperikemanusiaan dan
berhati-hati
(4). Subjek berhak untuk mengundurkan diri kapan saja tanpa harus memberikan
alasan apapun.
penelitian.
Subjek penelitian memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka
lakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol
kapan dan bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.
pemeriksaan dan hasil operasi. Semua bentuk data hanya digunakan untuk
subjek penelitian tidak perlu khawatir data yang bersifat rahasia dan pribadi
44
diketahui orang lain.
3.8.4. Justice
Informed Consent.
45
Kadar
Leukosit
Tabel 3.5 Perbandingan kadar limfosit Pada Appendisitis Akut
47
DAFTAR PUSTAKA
2. Liang, M. K., Andersson, R. E., Jaffe, B. M., & Berger, D. H. (2015). The
3. Indri, U. V., Karim, D., & Elita, V. (2014). Hubungan Antara Nyeri,
Departemen Kesehatan.
5. Howell, Erin C., Dubina, Emily D., Lee, Steven L. 2018. Perforation Risk
135- 142.
7. Kahramanca, Ş., Özgehan, G., Şeker, D., Gökce, E. İ., Şeker, G., Tunç, G.,
48
8. Riwanto, I., Hamami, A. H., & Pieter, J. (2010). Usus Halus, Apendiks,
10. Christian DP, Suwedagatha IG, Wiargitha IK. Validitas Rasio Neutrofil
Nas. 2017;Jilid 1.
11. Yang HR, Wang YC, Chung PK, Chen WK, Jeng LB, Chen RJ. Role of
15. Cristian DP., Suwedagatha I., Golden, N. (2017). Validitas Rasio Neutrofil
49
16. Ahmad K, Ideris N, Syed Abd Aziz S. A Cross-Sectional Study of
Husada 2020;12:1088-1093.
50
22. Kelly M, Khan A, Riaz M, Bolger J, Bennani F, Khan W et al. The Utility
Medicine, pp.18-35.
http://dx.doi.org/10.1155/2014/871048. 2019.05.03.
28. Fikri, E. 2019. The Using of Vascular Endothelial Growth Factor and
51
Animals Oryctologus Cuniculus. Doctoral Dissertation, , pp. 1-39.
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wpcontent/uploads/2016/10/Appendisit
is -akut.pdf
from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493193/.
33. Pagana, K.D., Pagana, T. J., & Pagana, T. N. 2019. Mosby’s Diagnostic
and Laboratory Test Reference 14th Edition. Elsevier. United State. 974.
34. Rosales, Carlos. 2018. Neutrofil: A Cell with Many Roles in Inflamation
36. Qin, C., Zhou, L., Hu, Z., Zhang, S., Yang, S., Tao, Y., … & Tian, D. S.
52
Wuhan, China. Clinical Infectious Diseases. doi: https://doi.org
/10.1093/cid/ciaa248.
Lingkungan/10.20473/jkl.v12i2.2020.97-106 , 1-10.
38. Naussed, W. M., & Borregaard, Niels. 2014. Neutrophils at Work. Nature
Neutrophils within The Immune System. Blood. Volume 124 No. 5. 710-
719.
41. Chen, F., Wu, Wenhui., Millman, Ariel., Craft, Joshua F., Chen, Eunice.,
Patel, Nirav., Boucher, Jean L., Jr. Joseph F. U., Kim, C. C., & Gause, W.
42. Netea, M. G., Joosten, L. A. B., Latz, E., Mills, K. H. G., Natoli, G.,
53
43. Levani, Y. (2018). Perkembangan Sel Limfosit B dan Penandanya untuk
44. Larosa DF, Orange JS. Lymphocyte. J allergy clin immunol 2018; 21:
364-70.
45. Suciyani, S., Naim, N., & Armah, Z.(2017). Analisis Kuantitas dan Hitung
48. Yu, S., Arima, H., Bertmar, C. Clarke, S., Herkes, G., and Krause, M.
49. Forget et al. 2017. What is the normal value of the neutrophil to
016-2335-5.
doi: https://doi.org/10.1002/jmv.25819.
54
51. Qin, C., Zhou, L., Hu, Z., Zhang, S., Yang, S., Tao, Y., … & Tian, D. S.
/10.1093/cid/ciaa248.
İstanbul-Turkey : 2016.
58. Baird, D. L. H., Simillis, C., Kontovounisios, C., Rasheed, S. and Tekkis,
55
59. Craig, S. 2018, Appendicitis, [Online], accessed 5 Mei 2020, Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/773895-overview.
56