Oleh:
HELDRIAN DWINANDA SUYUTHIE
NIM : 080036
Menyetujui
Pembimbing:
NIM : 080036
KONSULTAN
METODOLOGI PENELITIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Heldrian D. Suyuthie
dan kedua anakku Hadziq Elkhair Suyuthie dan Hagan Elfaeyza Suyuthie
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ii
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 2
1.3. HIPOTESIS PENELITIAN .................................................................... 2
1.4. TUJUAN PENELITIAN ......................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. DEFINISI ................................................................................................ 3
2.2. KLASIFIKASI ........................................................................................ 4
2.3. FAKTOR RISIKO .................................................................................. 4
2.4. ETIOLOGI .............................................................................................. 6
2.5. DIAGNOSIS ........................................................................................... 7
2.5.1. ANAMNESIS DAN GEJALA KLINIS .............................................. 7
2.5.2. PEMERIKSAAN FISIK ...................................................................... 8
2.5.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG ......................................................... 9
2.6. PENATALAKSANAAN ........................................................................ 14
2.7. PROGNOSIS .......................................................................................... 15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. DESAIN ................................................................................................... 16
3.2. TEMPAT DAN WAKTU ....................................................................... 16
3.3. CARA KERJA DAN ALUR PENELITIAN .......................................... 16
3.4. JUMLAH DAN BESAR SAMPEL ........................................................ 18
3.5. KRITERIA PENELITIAN ...................................................................... 18
3.5.1. Kriteria Inklusi .............................................................................. 19
3.5.2. Kriteria Eksklusi ........................................................................... 19
3.6. ANALISA DATA ................................................................................... 19
3.7. PERTIMBANGAN ETIK ....................................................................... 19
3.8. DEFENISI OPERASIONAL .................................................................. 19
Tabel 4.1 : Kelompok jenis operasi penyebab terjadinya ileus obstruksi karena
adhesi pasca operasi .......................................................................... 20
Tabel 4.2 : Distribusi kejadian ileus obstruksi karena adhesi berdasarkan kelompok
jenis kelamin .............................................................................. 21
Tabel 4.4 : Interval operasi hingga terjadinya ileus obstruksi akibat adhesi pasca
operasi ......................................................................................... 22
Tabel 4.5 : Lamanya waktu rawatan pada pasien dengan ileus obstruksi akibat
adhesi pasca operasi .................................................................... 22
Abstrak
Latar belakang Ileus obsruksi yang disebabkan adhesi pasca operasi memerlukan
penanganan yang tepat. Indikasi dan waktu yang dibutuhkan untuk tindakan non operatif
masih dalam perdebatan. Belum ada konsensus standar yang dicapai dalam menegakkan
diagnosis dan manajemen pasien dengan obstruksi usus halus karena adhesi pasca
operasi. Bologna Guideline 2013 adalah salah satu konsensus yang telah ada dan terkini
dalam penanganan dan diagnosis sumbatan usus halus akibat.
Metode Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi dan pengawasan terhadap
pasien yang telah didiagonsis dengan ileus obstruksi karena adhesi pasca operasi melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan dan pemeriksaan penunjang. Seluruh pasien dengan
ileus obstruksi parsial dan total akibat adhesi dilakukan observasi ketat selama 72 jam dan
bila dinilai terdapat kegagalan terapi non-operatif maka pasien segera dilakukan tindakan
operatif.
Hasil Tingkat keberhasilan non operatif Bologna Guideline secara keseluruhan sebesar
92,85%. Perempuan lebih banyak mengalami ileus obstruksi pasca operasi dengan
perbandingan 1,3:1. Operasi laparotomi merupakan operasi terbanyak yang menyebabkan
terjadinya sumbatan usus akibat adhesi pada 42,85% kasus. Kelompok usia 31 - 40 tahun
merupakan kelompok usia terbanyak terjadinya sumbatan usus halus akibat adhesi pasca
operasi sebesar 35,71%. Interval tindakan operasi hingga terjadinya sumbatan usus halus
akibat adhesi terbanyak pada kelompok 1-5 tahun sebesar 57,14%. Lamanya waktu
rawatan rata-rata non operatif untuk sumbatan usus halus akibat adhesi adalah 4,2 hari
dan rata-rata waktu rawatan untuk tindakan operatif adalah 12,4 hari.
Abstrak
Latar belakang Ileus obsruksi yang disebabkan adhesi pasca operasi memerlukan
penanganan yang tepat. Indikasi dan waktu yang dibutuhkan untuk tindakan non operatif
masih dalam perdebatan. Belum ada konsensus standar yang dicapai dalam menegakkan
diagnosis dan manajemen pasien dengan obstruksi usus halus karena adhesi pasca
operasi. Bologna Guideline 2013 adalah salah satu konsensus yang telah ada dan terkini
dalam penanganan dan diagnosis sumbatan usus halus akibat.
Metode Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi dan pengawasan terhadap
pasien yang telah didiagonsis dengan ileus obstruksi karena adhesi pasca operasi melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan dan pemeriksaan penunjang. Seluruh pasien dengan
ileus obstruksi parsial dan total akibat adhesi dilakukan observasi ketat selama 72 jam dan
bila dinilai terdapat kegagalan terapi non-operatif maka pasien segera dilakukan tindakan
operatif.
Hasil Tingkat keberhasilan non operatif Bologna Guideline secara keseluruhan sebesar
92,85%. Perempuan lebih banyak mengalami ileus obstruksi pasca operasi dengan
perbandingan 1,3:1. Operasi laparotomi merupakan operasi terbanyak yang menyebabkan
terjadinya sumbatan usus akibat adhesi pada 42,85% kasus. Kelompok usia 31 - 40 tahun
merupakan kelompok usia terbanyak terjadinya sumbatan usus halus akibat adhesi pasca
operasi sebesar 35,71%. Interval tindakan operasi hingga terjadinya sumbatan usus halus
akibat adhesi terbanyak pada kelompok 1-5 tahun sebesar 57,14%. Lamanya waktu
rawatan rata-rata non operatif untuk sumbatan usus halus akibat adhesi adalah 4,2 hari
dan rata-rata waktu rawatan untuk tindakan operatif adalah 12,4 hari.
penanganan dan manajemen yang tepat. Indikasi dan waktu yang dibutuhkan
berulang dapat memperburuk proses adhesi dan tingkat keparahan adhesi tersebut.
Pasien dengan sumbatan usus halus baik itu total ataupun parsial dapat
dilakukan tindakan non operatif. Tingkat keberhasilan terapi non operatif pada
kasus obstruksi usus halus parsial antara 65% hingga 90%. Sedangkan tingkat
keberhasilan untuk kasus obstruksi total usus halus sebesar 41% hingga 73%.
(Maung,2012; Chen,2005)
dan manajemen pasien dengan obstruksi usus halus karena adhesi pasca operasi.
Salah satu konsensus yang telah ada dan terkini dalam penanganan dan diagnosis
sumbatan usus halus akibat adhesi adalah konsensus Bologna 2013. Konsensus
pada tahun 2010 dan di revisi pada tahun 2013. (Di Saverio,2013)
non operatif pada kasus obstruksi usus halus akibat adhesi. Dalam konsensus
Bologna 2013 telah dibuat diagram dan alur penangan pasien dengan obstruksi
usus halus akibat adhesi pasca operasi dengan tujuan untuk meningkatkan
diperlukan tindakan operatif. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui sejauh
mana keberhasilan terapi non operatif pada pasien dengan abstruksi akibat adhesi
keberhasilan penangan non operatif pada pasien dengan obstruksi usus halus
akibat adhesi pasca operasi dengan menggunakan konsensus Bologna 2013 dan
obstruksi usus halus akibat ahesi pasca operasi dengan menggunakan konsensus
Bologna 2013.
pasien dengan sumbatan usus halus akibat adhesi pasca operasi di RSUP
4. Mengetahui lamanya rata-rata waktu rawatan terapi non operatif pada pasien
omentum, usus dan dinding perut. (Diaz, 2008) Perlengketan ini dapat berupa
jaringan ikat tipis seperti film, jaringan fibrosis yang tebal mengandung pembuluh
darah dan jaringan saraf, atau perlengketan langsung antara dua permukaan organ
sebagai bawaan atau didapat sebagai reaksi pasca inflamasi atau pasca operasi
Adhesi dapat terjadi dalam beberapa jam pasca operasi dan berperan
dalam menyebabkan obstruksi usus halus pada 60%-70% kasus obstruksi secara
Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak
terjadi. Ileus timbul saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah anal
karena berbagai sebab baik karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik (mechanical
klinis tersebut sangat bervariasi, tergantung pada level dan derajat obstruksi. Pada
pasien dengan sumbatan letak tinggi akan mempunyai gejala mual dan muntah
yang lebih dominan dibandingkan pada pasien yang memiliki sumbatan yang
lebih ke distal. Kadang pada pasien sumbatan usus halus tidak dijumpai adanya
Menurut klinisnya dini dan lanjut (>30 hari setelah pembedahan). Menurut
sebabnya ileus mekanikal dan ileus fungsional (paralitik) dan ileus karena
Ileus obstruksi parsial terjadi apabila lumen usus menyempit tapi masih
dapat sebagian isi usus masih dapat lewat ke arah distal. Ileus obstruksi total
terjadi akibat lumen usus tersumbat total sehingga tidak ada isi usus yang dapat
gangguan vaskular atau strangulasi dan bila ini terjadi maka membutuhkan
halus akibat adhesi adalah teknik operasi dan luasnya jaringan peritonium yang
retrospektif 446.331 kasus operasi abdomen didapatkan data kejadian adhesi 7,1%
tindakan operasi emergensi, luka tusuk, luka tembak, tindakan laparatomi dalam
lima tahun belakang, mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami
Hampir seluruhnya ileus obstruksi karena adhesi pasca operasi terjadi pada
usus halus dan jarang sekali terjadi pada usus besar. Diperkirakan setiap tahunnya
kasus rawat inap, 3% dari kasus emergensi, dan 4% dari seluruh kasus laparotomi
2013)
ileus obstruksi karena adhesi pascaoperasi terjadi paling sering (57%) dalam
waktu 1 tahun setelah tindakan operasi yang pertama, diikuti 21.25% terjadi
dalam waktu 1-5 tahun, 21.25% terjadi dalam waktu lebih dari 10 tahun dan
Penelitian ini juga menyebutkan 75% dari seluruh pasien yang mengalami
Trauma jaringan selama operasi, proses inflammasi, sisa darah, bakteri dan
yang kaya fibrin dan menyebabkan terbentuknya adhesi fibrinous. Akan tetapi
cepatnya pembentukan adhesi fibrinous dalam waktu beberapa jam setelah ini
fibroblast yang membentuk adhesi fibrous yang menetap. Adhesi fibrous dapat
yaitu:(Binda,2009)
ini sudah dibuktikan pada percobaan binatang tikus yang dua permukaan
sampai 80%.
2. Keadaan iskemia jaringan. Hal ini dapat terjadi karena proses patologis
antara pembentukan fibrin dan fibrinolisis. Dengan kadar PAA yang menurun
dengan migrasi dari fibroblast dalam waktu 3 hari pertama. Fibroblast akan
2.5 Diagnosis
Diagnosis dari ileus berdasarkan adanya tanda-tanda dan gejala klasik dari
ileus lalu dikonfirmasikan dengan pencitraan yaitu foto polos abdomen atau
dilakukan CT-Scan. Untuk lebih dapat melihat antara sumbatan total atau parsial
dapat dilihat dari pemeriksaan water soluble follow through. Etiologi dapat
(Salamah,2006; Choi,2001)
gambaran ileus oleh sebab lain yaitu nyeri perut, kembung tidak dapat buang air
besar (BAB), mual dan muntah. Biasanya nyeri perut dan kembung mendahului
mual dan muntah beberapa jam sebelumnya. (Kamel, 2010, Moran,2007) Namun
demikian pada pasien dengan sumbatan yang lebih proximal terkadang gejala
kembung tidak dijumpai, dan gejala mual muntah akan lebih dominan.
(Moran,2007)
Semakin proksimal obstruksinya maka gejala mual dan muntah lebih awal
dirasakan dan makin hebat. Untuk obstruksi usus halus, rasa nyeri dirasakan tidak
terlokalisir, intermittent dengan interval rasa nyeri antara 30 detik sampai 2 menit,
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dan harus meliputi tanda-tanda vital dan
diperhatikan.(Kamel,2010)
Pada inspeksi dapat terlihat kontur usus dan gerakan usus yang terlihat dari luar
(visible peristaltic). Pada auskultasi bising usus akan meningkat dan biasanya
akan terdengar suara tinggi (metallic sound) dan menyerupai suara tetes air yang
jatuh ke dalam penampungan yang besar. Pada palpasi dapat dijumpai tanda-tanda
Pemeriksaan colok dubur juga harus dilakukan untuk menilai total atau
tidaknya suatu obstruksi dengan menilai kollaps tidaknya ampulla rekti. Bila
pasien telah mengalami peritonitis maka akan ditemukan nyeri tekan pada
pemeriksaan ini.(Kamel,2010)
1. Labotarorium
Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis, disertai elektrolit darah, kadar ureum
dan kreatinin serta urinalisis harus dilakukan untuk menilai status hidrasi dan
menyingkirkan sepsis.
usus halus yang tidak mengalami komplikasi jumlah leukosit akan tetap normal
(>15.000) atau jumlah leukosit yang sangat sedikit (<4000) merupakan suatu
kondisi yang harus diwaspadai oleh klinisi akan adanya iskemik pada usus.
Jumlah leukosit yang sangat tinggi lebih dari 18.000 telah terbukti mempunyai
Namun hasil yang berbeda didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh
pemeriksaan darah yaitu laktat, leukosit, amylase, dan C-reaktif protein untuk
mendeteksi terjadinya strangulasi usus akibat sumbatan usus halus. Dari penelitian
(Tanaka,2011)
Foto toraks tegak dikombinasikan dengan foto abdomen tegak dan datar
dapat menjadi alat bantu diagnostik pasien yang dicurigai ileus obstruksi. Foto
toraks tegak dapat membantu untuk mendeteksi kondisi di luar abdomen yang
Semua pasien yang dicurigai ileus obstruksi harus diperiksa foto polos
abdomen. Pasien dengan foto polos yang tidak mendukung ileus obstruksi letak
dapat meberikan informasi tentang sumbatan usus halus parsial atau total. Bila
dijumpai adanya gambaran kontras pada saekum kurang dari 24 jam menunjukkan
sumbatan parsial dan bila tidak terdapat gambaran kontras setelah 24 jam
osmolaritas yang lebih tinggi dapat menarik cairan sehingga mengurangi edem
pada usus. Selain itu water soluble kontras juga dapat menurunkan waktu kontak
atau sebagai pelicin dalam pasase isi usus sehingga meningkatkan motalitas usus
dan mempermudah isi usus melewati celah yang sempit. (Choi, 2002; Salamah,
Pemeriksaan Fisik
Leukosit,Laktat,Elektrolit,BUN:Cr
Riwayat Operasi
Diagram 2.1. Diagnosis sumbatan akut usus halus berdasarkan Bologna Guideline 2013
halus, dan penatalaksanaanya tidak berbeda dengan ileus obstruksi usus yang lain.
Penatalaksanaan awal dari pasien dengan obstruksi usus halus harus ditujukan
pada resusitasi cairan yang agresif, dekompresi usus yang mengalami obstruksi
Saverio,2013; Maung,2012)
Langkah awal yang paling penting adalah resusitasi cairan yang agresif
karena pasien dengan obstruksi usus halus sering banyak kehilangan cairan dan
NaCl 0.9% atau Ringer Laktat dan keberhasilan resusitasi dapat dimonitor dengan
hemodinamik pasien stabil dan fungsi renal dapat kembali ke normal. (Di
Saverio,2013)
operasi. NGT juga mencegah distensi intestinal karena tertelannya udara dan
obstruksi usus halus baik total maupun parsial dengan klinis tanpa tanda-tanda
usus pada 40% hingga 50% kasus. Pencitraan akan lebih menentukan apakah
hingga 31%, namun manajemen non operatif masih berhasil pada 41% hingga
73% pasien. Sementara angka keberhasilan terapi non operatif secara keseluruhan
48 jam. Adanya tanda dan gejala seperti demam, takikardia, leukositosis, nyeri
dan demam memiliki angka prediktif 82% untuk ileus obstruksi strangulata
sementara bila terdapat 4 dari gejala diatas memiliki angka prediktif mendekati
100%. (Isaksson,2011)
atau tanda-tanda dari obstruksi “closed-loop” maka pasien harus segera diterapi
operatif. Bila pada CT-Scan terdapat bukti iskhemia, strangulata atau gangguan
vaskular maka pasien juga harus segera diterapi operatif. (Di Saverio,2013;
Isaksson, 2011)
Bila setelah 72 jam ternyata tidak ada perbaikan dengan terapi non-
Studi oleh Fevang dkk tahun 2002 menunjukkan bahwa angka mortalitas
pada kelompok ileus obstruksi total yang diterapi non-operatif hanya sebesar 6%.
Ileus obstruksi karena adhesi pasca operasi menyebabkan morbiditas yang cukup
pada 12 % pasien yang diberi terapi non-operatif dan 8-32% pada pasien setelah
setelah tindakan operasi dalam kasus sumbatan usus halus akibat adhesi akan
mempunyai risiko untuk terjadi sumbatan ulang sebesar 7%, dalam 10 tahun akan
mempunyai risiko 18% dan akan tetap meningkat hingga 29% pada 25 tahun
pasca operasi yang pertama. Tidak ada pasien yang mengalami kejadian obstruksi
3.1 Desain
terhadap pasien yang telah didiagonsis dengan ileus obstruksi karena adhesi pasca
Seluruh pasien dengan ileus obstruksi parsial dan total diterapi non-operatif
dengan pemasangan NGT, rehidrasi cairan dan koreksi elektrolit. Observasi ketat
dilakukan selama 72 jam dan bila ternyata dinilai terdapat kegagalan terapi non-
dan total karena adhesi pasca operasi yang dipakai adalah adanya tanda-tanda
Diagram 3.1: Penatalaksaan sumbatan akut usus halus akibat adhesi berdasarkan Bologna
Guideline 2013
Z21-/2 P (1-P)
n = --------------------
d2
diatas 16 tahun.
perawatan.
bersedia untuk menjadi subjek atau tidak tanpa sanksi apapun. Responden juga
mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan,
keluarga.
3. Obstruksi usus halus akibat adhesi pasca operasi adalah obstruksi usus
5. Visual analog scale (VAS) penilaian sekala nyeri oleh pasien berdasarkan
angka dari skala 0-10, dimana 0 tidak dijumpai nyeri dan 10 adalah nyeri
Dari hasil penelitian prospektik yang dilakukan dari bulan Desember 2013
hingga Februari 2014 didapatkan 14 kasus obstruksi usus halus akibat adhesi
perforasi sebanyak 1 kasus dan laparotomi pasca operasi ileum perforasi akibat
trauma tumpul abdomen sebanyak 1 kasus. Kasus sumbatan usus halus akibat
adhesi pasca operasi sectio sesaria sebanyak 3 kasus (21,42%). Jenis operasi
lainnya yang menyebabkan terjadinya ileus obstruksi karena adhesi pasca operasi
Tabel 4.1. Kelompok jenis operasi penyebab terjadinya ileus obstruksi karena
adhesi pasca operasi
Konservatif Operatif
Obstruksi Obstruksi Obstruksi Obstruksi
Jenis Operasi Parsial Total Parsial Total Jmlh
Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Total
Laparotomi 4 25% 1 6,25% - - 1 6,25% 6
Sectio Caesaria 3 18,75% - - - - 3
Appendektomy 3 18,75% - - - - - - 3
Tumor Adnexa 1 6,25% - - - - - - 1
Hernia 1 6,25% - - - - - - 1
Jumlah Total 12 85,72% 1 7,14% - - 1 7,14% 14
sumbatan usus halus akibat adhesi. Distribusi jenis kelamin terhadap kejadian
sumbatan usus halus akibat adhesi dapat dilihat pada tabel 4.2.
operasi paling banyak terjadi pada kelompok umur 41- 50 tahun sebanyak 5 kasus
(35,71%). Umur termuda yang mengalami obstruksi akibat adhesi adalah 16 tahun
dan yang tertua adalah 72 tahun. Distribusi kelompok umur dan jumlah kejadian
ileus obstruksi karena adhesi pasca operasi dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Kejadian ileus obstruksi karena adhesi berdasarkan kelompok umur
Konservatif Operatif
Umur Obstruksi Obstruksi Obstruksi Obstruksi Jmlh
(Tahun) Parsial Total Parsial Total
Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
16 – 20 1 7,14% - - - - - - 1
21 – 30 1 7,14% - - - - - - 1
31 – 40 4 28,57% - - - - 1 7,14% 5
41 – 50 2 14,28% 1 7,14% - - - - 3
51 – 60 2 14,28% - - - - - - 2
61 – 70 1 7,14% - - - - - - 1
71 – 80 1 7,14% - - - - - - 1
Jumlah 12 85,72% 1 7,14% - - 1 7,14% 14
karena adhesi terbanyak pada kelompok 1-5 tahun pasca operasi yaitu sebanyak 8
kasus (57,14%). Kejadian dengan interval terpendek yaitu 6 bulan dan yang
Tabel 4.4. Interval operasi hingga terjadinya ileus obstruksi akibat adhesi pasca
operasi
Konservatif Operatif
Interval Obstruksi Obstruksi Obstruksi Obstruksi Jmlh
Operasi Parsial Total Parsial Total
Total
(Tahun) Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
<1 4 28,57% - - - - 4
1–5 6 42,85% 1 7,14% - - 1 7,14% 8
>5 2 14,28% - - - - - - 2
Total 12 85,72% 1 7,14% - - 1 7,14% 14
adalah sebesar 4,2 hari, sedangkan pada pasien yang dilakukan tindakan operatif
membutuhkan waktu rawatan hingga 12,4 hari. Waktu rawatan non operatif yang
tersingkat adalah 2 hari dan yang terlama adalah 6 hari. Lamanya waktu rawatan
pada pasien dengan ileus obstruksi akibat adhesi dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Lamanya waktu rawatan pada pasien dengan ileus obstruksi akibat
adhesi pasca operasi
Konservatif Operatif
Waktu Obstruksi Obstruksi Obstruksi Obstruksi Jmlh
Rawatan Parsial Total Parsial Total
Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
< 3 hari 2 14,28% - - - - - - 2
3–5 8 57,14% - - - - - - 8
> 5 hari 2 14,28% 1 7,14% - - 1 7,14% 4
Jumlah 12 85,72% 1 7,14% - - 1 7,14% 14
diagnosis dan manajemen sumbatan usus halus akut akibat adhesi yang
dikeluarkan oleh World Society of Emergency Surgery (WSES) pada tahun 2010
dan direvisi pada tahun 2013. Konsensus ini bertujuan untuk mengembangkan
suatu algoritma terapi konservatif dalam penangan pasien dengan sumbatan usus
halus akut yang lebih aman, dan juga menentukan kapan indikasi untuk dilakukan
tindakan operatif.
Ada beberapa guideline yang ada dalam penangan sumbatan usus halus
akut akibat adhesi. Selain Bolgona guideline tahun 2013 juga ada guideline yang
dikeluarkan oleh Eastern Association for Surgery of Trauma (EAST) tahun 2012
sumbatan usus halus akut akibat adhesi. Perbedaan yang paling mendasar dari
kedua guideline ini adalah dalam hal penggunaan CT-Scan sebagai alat bantu
dalam menegakkan diagnosis sumbatan usus halus akut. Pada guideline yang
semua pasien dengan sumbatan usus halus akut, sedangkan penggunaan CT-Scan
hasil yang konklusif terhadap adanya sumbatan usus halus akut akibat adhesi
abdomen sangat selektif. Selain itu, Bologna guideline lebih aplikatif dan lebih
mudah untuk diterapkan karena pada guideline tersebut sangat jelas alur dan
sumbatan usus halus akibat adhesi pasca operasi. Tindakan non operatif dalam
100%, dimana tidak ada pasien dengan sumbatan usus halus parsial yang
dilakukan tindakan operatif. Pada kasus sumbatan usus halus total didapatkan 2
water soluble follow through tidak ada dijumpai adanya kontras di saekum setelah
24 jam foto kontrol. Satu orang dengan sumbatan usus halus total berhasil
dengan prosuksi NGT pada hari ke 3>500cc, VAS>4 dan disertai demam dan
takikardi.
didapatkan angka keberhasilan untuk tindakan non operatif pada kasus ileus
obstruksi akibat adhesi secara keseluruhan sebesar 65% hingga 90% terutama
ileus obstruksi total didapatkan tingkat keberhasilan antara 41% hingga 73%.
kontras larut air untuk diagnosis dan manajemen obstruksi usus halus akibat
adhesi didapatkan angka keberhasilan non operatif pada kasus obstruksi parsial
sebesar 81,7%, sedangkan pada kasus obstruksi total dimana tidak didapatkannya
kontras pada kolon tindakan non operatif hanya berhasil pada 30,8%
kasus.(Salamah,2006)
Penggunaan kontras larut air sebagai diagnostik dan terapeutik yang juga
keberhasilan tindakan non operatif pada pasien dengan ileus obstruktif karena
adhesi. Water soluble kontras dengan osmolaritas yang lebih tinggi dapat menarik
cairan sehingga mengurangi edem pada usus. Selain itu water soluble kontras juga
dapat menurunkan waktu kontak atau sebagai pelicin dalam pasase isi usus
sehingga meningkatkan motalitas usus dan mempermudah isi usus melewati celah
yang sempit. (Choi, 2002; Salamah, 2006; Srinivasa, 2009; Maung, 2012)
Pada penelitian ini yang digunakan adalah Iopamiro 370 yang mempunyai
dilarutkan dalam 100cc air kemasan dan dimasukkan via selang NGT. Untuk
gambaran kontras pada kolon. Namun untuk tujuan terapeutik masih perlu diteliti
lebih lanjut.
akibat tindakan ginekologi dan sectio caesaria pada penelitian ini menjadi
operasi pada perempuan. Namun demikian, tidak ada literatur yang mengatakan
faktor jenis kelamin sebagai faktor risiko untuk terjadi ileus obstruktif karena
pada laparotomi akibat appendik perforasi. Operasi sectio caesaria dan ginekologi
(Hayanga,2005)
sumbatan usus halus akibat adhesi lebih banyak terjadi pada pasca tindakan
halus kompleks atau yang disertai dengan strangulasi lebih banyak terjadi akibat
single adhesi bila dibandingkan pada adhesi yang multiple. Dimana pada adhesi
berulang lebih banyak terjadi pada kasus appendektomi bila dibandingkan akibat
ileus obstruksi yang lebih tinggi bila dibandingkan tindakan laparotomi akibat
Interval pasca operasi hingga terjadinya ileus obstruksi pada penelitian ini
mendapatkan bahwa interval kejadian ileus obstruksi pasca operasi lebih sering
adhesi pada 5 tahun setelah perawatan mereka yang pertama. Interval kejadian
ileus obstruksi berulang akan lebih singkat pada pasien yang dilakukan perawatan
Faktor umur merupakan faktor risiko untuk terjadi ileus obstruktif karena
adhesi. Umur kurang dari 60 tahun merupakan risiko untuk terjadinya ileus
obstruktif karena adhesi (Di Saverio, 2013). Kelompok umur yang paling banyak
terjadi ileus obstruksi karena adhesi pada penelitian ini adalah pada kelompok
karena adhesi pada penelitian ini adalah 4,2 hari. Waktu rawatan tersebut jauh
lebih singkat bila dibandingkan dengan waktu rata-rata rawatan pada pasien yang
dilakukan tindakan operatif yaitu hingga 12,4 hari. Penelitian yang dilakukan
dilakukan tindakan non operatif adalah 2 hari dan yang dilakukan tindakan
operatif selama 13 hari. Hal ini juga sesuai dengan beberapa literatur yang
menyatakan bahwa terapi non operatif untuk ileus obstruktif akibat adhesi lebih
Melakukan terapi non operatif pada sebagian besar kasus sumbatan usus
halus akibat adhesi masih cukup aman untuk dilakukan hingga 5 hari.
(Chen,1999) Bahkan pada penelitian yang dilakukan oleh Shih tahun 2003
5.1 Simpulan
35,71%.
adhesi pasca operasi terbanyak pada kelompok 1-5 tahun sebesar 57,14%
6. Lamanya waktu rawatan rata-rata non operatif untuk sumbatan usus halus
akibat adhesi adalah 4,2 hari dan rata-rata waktu rawatan untuk tindakan
5.2 Saran
tindakan operasi pada pasien dengan sumbatan usus halus akibat adhesi
pasca operasi.
Abbas SM, Bissett IP, Parry BR. Meta-analysis of oral water-soluble contrast agent
in the Management of adhesive small bowel obstruction. British Journal of
Surgery. 2007; 94: 404–411
Chen SC, Yen ZS, Lee CC, Liu YP. Non surgical management of partial
adhesive small-bowel obstruction with oral therapy: a randomized
clinical trial. Canadian Medical Association. Journal. 2005; 173(10): 1165
Chen SC, Chang KJ, Lee PH, Wang SM, Chen KM. Oral Urografin in Postoperative
Small Bowel Obstruction. World Journal of Surgery. 1999; 1051-4
Choi HK, Chu KW, Law WL. Therapeutic Value of Gastrografin in Adhesive
Small Bowel Obstruction After Unsuccessful Conservative Treatment A
Prospective Randomized Trial. Annals of surgery. 2002; 236(1): 1–6
Cheong YC, Laird SM, Shelton JB, Ledger WLI, Cooke ID. Peritoneal healing
and adhesion formation/reformation. Human Reproduction Update. 2001;
7(6):556-66
Dubuisson J, et all. Incidence of intraabdominal adhesions in a continuous series
of 1000 laparoscopic procedures. American Journal of Obstetrics &
Gynecology. 2010; 9: 13-7
Di Saverio et al. Bologna guidelines for diagnosis and management of
adhesive small bowel obstruction (ASBO): 2013 update of the evidence-based
guidelines from the world society of emergency surgery ASBO working group.
World Journal of Emergency Surgery. 2013
Wilson MS, Ellist H, Menziest D, Moran BJ, Parker MC, Thompson JN. A review
of the management of small bowel obstruction. Ann R Coll Surg Engl.1999; 81:
320-8
Susunan Peneliti
Peneliti
a. Nama lengkap : Dr. Heldrian Dwinanda Suyuthie
b. Fakultas : Kedokteran
c. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Pembimbing I
a. Nama lengkap : Prof.Dr.Bachtiar Surya, SpB-KBD
b. Fakultas : Kedokteran
c. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
d. Bidang Keahlian : Bedah Digestif
Pembimbing II
a. Nama lengkap : Dr.Budi Irwan, SpB-KBD
b. Fakultas : Kedokteran
c. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
d. Bidang Keahlian : Bedah Digestif