Apendiksitis
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira- kira 10
cm(4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan
Sudarth, 2002 : 1097).
Apendiksitis adalah inflamasi apendiks, suatu bagian seperti kantung
yang non-fungsional terletak dibagian interior sekum ( Ester Monica , 2002 :
63).
Apendisitis merupakan penyakit bedah sebagai akibat kebudayaan,
terutama yang menyangkut kebiasaan makan. Apendisitis terletak pada cecum
di ujung tenia (pita otot). Panjang pendeknya usus buntu itu berpengaruh
terhadap terjadinya peradangan. Ujung usus buntu dapat terletak pada semua
arah caecum misalnya dapat sampai ke panggul, ke sakrum atau melilit ke
usus halus. Letak yang paling banyak ditemui adalah retrocaecal (di belakang
cecum). Apendisitis lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (
Oswari E, 2005 : 212).
Dari pendapat para ahli diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa apendiksitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks/ usus
buntu.
B. ETIOLOGI
1. Obstruksi lumen oleh feses
D. PATOFISIOLOGI
Apendiks terinflamasi dan mengalami dema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dan feses), tumor, atau benda
asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri
abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam,
terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang
terinflamasi berisi pus. ( Brunner dan Sudarth, 2002 : 1097).
Bila
apendiks
tersumbat,
tekanan
intraluminal
meningkat,
lumen
oleh
benda
yang
asing
akan
mengakibatkan
mutasi
serta
multiplikan
pada
dinding
appendiks
sehingga
E. PATHWAYS
Diet kurang serat, Batu, Tumor, Cacing atau parasit, Infeksi usus, Benda
asing, Obstruksi lumen oleh feses, Fekalit dalam lumen appendik, Virus atau
bakteri
Sumbatan
fekalit
hypertermi
hipertermi
abses, yaitu terbentuknya rongga yang berisi nanah. (Bruner & Suddarth, 2002 :
1099).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium. Hitung darah lengkap dilakukan dan akan
menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih. Jumlah lekosit mungkin
lebih besar dari 10.000/mm3.
2. Pemeriksaan ultrasound dapat menunjukan densitas kuadran bawah
atau kadar aliran udara terlokalisasi. (Bruner & Suddarth, 2002 : 1099)
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan apendisitis tergantung dari nyeri apendisitisnya akut atau
kronis. Penatalaksanaan bedah ada dua cara yaitu non bedah (non surgical) dan
pembedahan (surgical).
1. Non bedah (non surgical)
Penatalaksanaan ini dapat berupa :
a. Batasi diet dengan makan sedikit dan sering (4-6 kali perhari).
b. Minum cairan adekuat pada saat makan untuk membantu proses
pasase makanan.
c. Makan perlahan dan mengunyah sempurna untuk menambah saliva
pada makanan.
d. Hindari makan bersuhu ekstrim, pedas, berlemak, alkohol, kopi,
tembakan,
salisilat,
dan
fenibutazon
yang
dapat
memperberat esofagistis.
2. Pembedahan
Yaitu dengan apendiktomi. Operasi apendisitis dapat dipersiapkan halhal sebagai berikut: Insisi tranversal 5 cm atau oblik dibuat di atas titik
maksimal nyeri tekan atau massa yang dipalpasi pada fosa iliaka kanan. Otot
dipisahkan ke lateral rektus abdominalis. Mesenterium apendikular dan dasar
apendiks diikat dan apendiks diangkat. Tonjolan ditanamkan ke dinding
sekum dengan menggunakan jahitan purse string untuk meminimalkan
kebocoran intra abdomen dan sepsis. (Syamsuhidayat, 2004)
Penatalaksanaan pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis
telah
ditegakan,
pembedahan
Antibiotik
dilakukan.
dan
Analgetik
cairan
dapat
intravena
diberikan
diberikan
setelah
sampai
diagnosa
ditegakkan.
Apendektomy (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomy dapat
dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah
atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
(Bruner & Suddarth, 2002 : 1099).
I. PENGKAJIAN
Menurut Doenges, (2000 : 509) dasar data pengkajian pasien Appendisitis
adalah:
1. Aktivitas/ istirahat
Tanda : malaise
2. Sirkulasi
Tanda : takikardia
3. Eliminasi
Gejala : konstipasi pada awitan awal, diare.
Tanda
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney (setengah jarak
antara umbilikus dan tulang ileum kanan). Meningkat karena berjalan,
bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba- tiba diduga
perforasi atau infark pada apendiks). Keluhan berbagai rasa nyeri/
gejala tak jelas (sehubungan denagn lokasi apendiks, contoh retrosekal
atau sebelah ureter).
Tanda : perilaku berhati- hati, berbaring ke samping atau telentan
dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada
sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
6. Keamanan
Tanda : demam ( biasanya rendah).
7. Pernapasan
Tanda : takipnea, pernapasan dangkal.
8. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen
contoh pielitis akut, batu uretra, salphingitis akut.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa pre operasi menurut Doenges, (2000). Carpenito, (2006) :
1. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
input dan output yang tidak seimbang.
2. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan obstruksi apendiks.
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan proses pembedahan/
apendiktomy.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan pre operasi menurut Doenges, (2000) dan Carpenito , (2006)
yaitu :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
Intervensi:
1) Awasi TD dan nadi.
Rasional: tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler.
2) Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit, dan pengisian
kapiler.
Rasional: indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi
seluler.
3) Awasi masukan dan haluaran, catat warna urine/ konsentrasi,
berat jenis.
Rasional: penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan
berat jenis diduga dehidrasi/ kebutuhan peningkatan cairan.
4) Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus
pada perlindungan bibir.
Rasional: dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan
pecah- pecah.
5) Kolaborasi pemberian cairan IV dan elektrolit.
Rasional: peritoneum bereaksi terhadap iritasi/ infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan
volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi
dan dapat terjadi keseimbangan elektrolit.
Intervensi:
1) Monitor suhu tubuh.
Rasional: mengetahui perkembangan suhu tubuh.
2) Berikan kompres.
Rasional: perpindahan panas secara konduksi.
3) Anjurkan klien memakai pakaian yang tipis dan menyerap
keringat.
Rasional: pakaian tipis memungkinkan pengurangan panas
secara evaporasi.
4) Kolaborasi pemberian antipieretik.
Rasional:
antipieretik
bermanfaat
untuk
menstabilkan
termoregulasi.
Intrevensi:
perlu
bantuan
dalam
perencanaan
diit
yang
Intervensi:
1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( . Selidiki dan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
Rasional:
Berguna
dalam
pengawasan
keefektifan
obat,
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
Intervensi:
1) Jelaskan tentang proses penatalaksanaan penyakit pasien.
Rasional
menambah
pengetahuan
klien
mengenai
penatalaksanaannya
2) Berikan informasi tentang efek dari pembedahan
tentang masalahnya
Rasional : untuk menentukan tindakan lebih lanjut
4) Berikan informasi lebih lanjut pada klien dan keluarga
Intervensi:
1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( . Selidiki dan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
Rasional:
Berguna
dalam
pengawasan
keefektifan
obat,
Intervensi:
1) Kaji ulang tingkat aktifitas klien.
rasional : gangguan fungsi motorik bermacam macam, pada
lokasi trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi.
2) Ajarkan tirah baring pada klien( latihan ROM).
Rasional : meningkatkan aliran darah kesemua daerah.
3) Libatkan keluarga dalam ADL klien.
Rasional
meningkatkan
kekuatan
otot
dan
sirkulasi,
Intrevensi:
1) Kaji kebiasaan diit dan masukan makanan.
Rasional: mengidentifikasi kekurangan nutrisi.
2) Berikan makanan yang disukai pasien dengan porsi kecil tapi
sering.
Rasional: porsi lebih kecil dapat meningkatkan asupan.
3) Catat berat badan dan bandingkan dengan saat berikutnya.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan masukan
diit/ penentuan kebutuhan nutrisi.
4) Awasi pemeriksaan laboratorium yaitu Hb/ Ht dan elektrolit.
Rasional: indikator kebutuhan cairan/ nutrisi dan keefektifan
terapi dan terjadinya komplikasi.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit klien.
Rasional:
perlu
bantuan
dalam
perencanaan
diit
yang
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
Intervensi:
1) Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
Rasional: dugaan adanya inveksi/ terjadinya sepsis, abses,
peritonotis.
2) Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/ drein
( bila dimasukan ), adanya eritema.
Rasional: memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi, dan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2, Alih
Bahasa dr. H. Y. Kureasa, Editor Monica Ester, SKp. Jakarta : EGC.
Ester,
Monica.
2002.
Keperawatan
Medikal
Bedah
Pendekatan
Sistem
Beranda
ferry setyawan
Ikuti