Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN DM TIPE 1

No. Dokumen : 445/ /PKM-MK/2023


SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 03 Januari 2023
Halaman : 1/2
PUSKESMAS ERFIDA NAFRATILOVA,S.ST
MUARA KUANG NIP. 198907142014032001
1. Pengertian Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-
duanya
DM Tipe 1 adalah
DM pada usia muda, < 40 tahun
Insulin dependent akibat destruksi sel : Immune-mediated Idiopatik
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam penerapan langkah-langkah dalam melakukan
Penatalaksanaan DM Tipe 1
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor 445/85/PKM-PYR/2022 tentang Penetapan Program
PTM
4. Referensi 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Puskesmas;
5. Alat dan 1. ATK
bahan 2. Tensi Darah
3. Alat Tes Gula Darah
4. Kapas Alkohol
5. Langkah- 1. Petugas pelayanan memanggil pasien sesuai nomo rurut
langkah 2. Petugas pelayanan melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan nama,
tanggal lahir, alamat(minimal nama dan tanggal lahir) dan mencocokkan
dengan rekam medis
3. Petugas pelayanan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan
4. Petugas pelayanan melakukan pemeriksaan tekanan darah
5. Petugas pelayanan mengukur suhu tubuh pasien
6. Petugas pelayanan mengukur nadi pasien
7. Dokter menanyakan keluhan utama pasien meliputi:
Keluhan
 Polifagia
 Poliuri
 Polidipsi
 Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
Keluhan tidak khas DM :
 Lemah
 Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
 Gatal
 Mata kabur
 Disfungsi ereksi pada pria
 Pruritus vulvae pada wanita
 Luka yang sulit sembuh
8. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien
secara menyeluruh
Pemeriksaan Fisik Patognomonis :
 Penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya
 Faktor Predisposisi
- Usia > 45 tahun
- Diet tinggi kalori dan lemak
- Aktifitas fisik yang kurang
- Hipertensi ( TD ≥ 140/90 mmHg )
- Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah
puasa terganggu (GDPT)
- Penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis, hipertiroidisme
- Dislipidemia
Pemeriksaan Penunjang
 Gula Darah Puasa
 Gula Darah 2 jam Post Prandial
 HbA1C
9. Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
Diagnosis Klinis
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
 Gejala klasik DM(poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma sewaktu
≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir. ATAU
 Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl.
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
ATAU
 Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu
(TTGO) > 200 mg/dL (11.1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan
standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram
yang dilarutkan dalam air. ATAU d. HbA1C Penentuan diagnosis DM
berdasarkan HbA1C ≥ 6.5 % belum dapat digunakan secara
nasional di Indonesia, mengingat standarisasi pemeriksaan yang
masih belumbaik.Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria
normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT
atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
 GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosaplasma puasa
didapatkan antara 100–125 mg/dl (5.6–6.9 mmol/l)
 TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa
plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75
gram (7.8 -11.1 mmol/L)
 HbA1C 5.7 -6.4%* Penentuan diagnosis DM berdasarkan HbA1C ≥
6.5 % belum dapat digunakan secara nasional di Indonesia,
mengingat standarisasi pemeriksaan yang masih belum baik.
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada DM di Indonesia:
 Diare
 Infeksi/ ulkus kaki
 Gastroparesis
 Hiperlipidemia
 Hipertensi
 Hipoglikemia
 Impotensi
 Penyakit jantung iskemik
 Neuropati/ gagal ginjal
 Retinopati
 HIV
Bila didapatkan GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ≥ 126 mg/dl yang sesuai
dengan batas diagnosis untuk diabetes, maka perlu dilakukan
pemeriksaanpada waktu lain untuk konfirmasi. Pasien hamil dengan TGT
dan GDPT dikelola sebagai DMG
10. Dokter memberikan penatalaksanaan pada pasien
Penatalaksanaan
 Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup
dan pengobatan(algoritma pengelolaan DM tipe 2
11. Dokter memberikan konseling dan edukasi kepada pasien
Edukasi dan manajemen nutrisi
1. Berat badan: diukur setiap kali kunjungan
2. Penilaian rutin: kandungan, kuantitas, dan pengaturan waktu asupan
makanan. Disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Target : penurunan berat badan menuju berat badan ideal dan kontrol gula
darah tercapai.
12. Dokter menulis hasil pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan pada
rekam medis pasien(ENA)
13. Petugas pelayanan menulis hasil pemeriksaan pada buku register

6. Bagan alir
Panggil Pasien Tulis di buku register

Lakukan Identifikasi Tulis hasil


pasien pemeriksaan di RM

Ukur Berikan konseling


TB dan BB dan edukasi

Lakukan
Ukur Tensi Darah
Penatalaksanaan
Pasien

Tegakkan
Ukur Suhu tubuh
Diagnosis
pasien

Ukur Tanyakan Keluhan Pemeriksaan Fisik


Nadi pasien pasien dan penunjang

7. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Ruang pelayanan Umum, Lansia
9. Dokumen Buku Register
terkait Rekam Medik
10. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
historis diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai