Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN DM TIPE 1

445/ /SOP/PKM-
No.Dokumen
TBR/IV/2023
SOP No. Revisi 00
Tanggal
05 Januari 2023
Terbit
Halaman 1/3
UPT PUSKESMAS Lince Sri Purwani,SKM,.M.Si
TAMBANG RAMBANG NIP 197705152009032001
1. Pengertian Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi
insulin atau kedua-duanya
DM Tipe 1 adalah
DM pada usia muda, < 40 tahun
Insulin dependent akibat destruksi sel : Immune-mediated Idiopatik
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam penerapan langkah-langkah dalam
melakukan Penatalaksanaan DM Tipe 1
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor 445/ /PKM-TBR/2023 tentang Penetapan
Program PTM
4. Referensi 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas;
5. Alat dan bahan 1. ATK
2. Tensi Darah
3. Alat Tes Gula Darah
4. Kapas Alkohol
5. Langkah-langkah 1. Petugas pelayanan memanggil pasien sesuai nomo rurut
2. Petugas pelayanan melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan
nama, tanggal lahir, alamat(minimal nama dan tanggal lahir) dan
mencocokkan dengan rekam medis
3. Petugas pelayanan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan
4. Petugas pelayanan melakukan pemeriksaan tekanan darah
5. Petugas pelayanan mengukur suhu tubuh pasien
6. Petugas pelayanan mengukur nadi pasien
7. Dokter menanyakan keluhan utama pasien meliputi:
Keluhan
 Polifagia
 Poliuri
 Polidipsi
 Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
Keluhan tidak khas DM :
 Lemah
 Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
 Gatal
 Mata kabur
 Disfungsi ereksi pada pria
 Pruritus vulvae pada wanita
 Luka yang sulit sembuh
8. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada
pasien secara menyeluruh
Pemeriksaan Fisik Patognomonis :
 Penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya
 Faktor Predisposisi
- Usia > 45 tahun
- Diet tinggi kalori dan lemak
- Aktifitas fisik yang kurang
- Hipertensi ( TD ≥ 140/90 mmHg )
- Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa
darah puasa terganggu (GDPT)
- Penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis,
hipertiroidisme
- Dislipidemia
Pemeriksaan Penunjang
 Gula Darah Puasa
 Gula Darah 2 jam Post Prandial
 HbA1C
9. Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Klinis
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
 Gejala klasik DM(poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir. ATAU
 Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl.
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya
8 jam ATAU
 Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa
terganggu (TTGO) > 200 mg/dL (11.1 mmol/L) TTGO dilakukan
dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus
75 gram yang dilarutkan dalam air. ATAU d. HbA1C Penentuan
diagnosis DM berdasarkan HbA1C ≥ 6.5 % belum dapat
digunakan secara nasional di Indonesia, mengingat
standarisasi pemeriksaan yang masih belumbaik.Apabila hasil
pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT
tergantung dari hasil yang diperoleh
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
 GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosaplasma
puasa didapatkan antara 100–125 mg/dl (5.6–6.9 mmol/l)
 TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa
plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75
gram (7.8 -11.1 mmol/L)
 HbA1C 5.7 -6.4%* Penentuan diagnosis DM berdasarkan
HbA1C ≥ 6.5 % belum dapat digunakan secara nasional di
Indonesia, mengingat standarisasi pemeriksaan yang masih
belum baik.
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada DM di Indonesia:
 Diare
 Infeksi/ ulkus kaki
 Gastroparesis
 Hiperlipidemia
 Hipertensi
 Hipoglikemia
 Impotensi
 Penyakit jantung iskemik
 Neuropati/ gagal ginjal
 Retinopati
 HIV
Bila didapatkan GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ≥ 126 mg/dl yang
sesuai dengan batas diagnosis untuk diabetes, maka perlu dilakukan
pemeriksaanpada waktu lain untuk konfirmasi. Pasien hamil dengan
TGT dan GDPT dikelola sebagai DMG
10. Dokter memberikan penatalaksanaan pada pasien
Penatalaksanaan
 Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya
hidup dan pengobatan(algoritma pengelolaan DM tipe 2
11. Dokter memberikan konseling dan edukasi kepada pasien
Edukasi dan manajemen nutrisi
1. Berat badan: diukur setiap kali kunjungan
2. Penilaian rutin: kandungan, kuantitas, dan pengaturan waktu
asupan makanan. Disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Target : penurunan berat badan menuju berat badan ideal dan kontrol
gula darah tercapai.
12. Dokter menulis hasil pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan pada
rekam medis pasien(ENA)
13. Petugas pelayanan menulis hasil pemeriksaan pada buku register

6. Bagan alir

Panggil Pasien Tulis di buku register

Lakukan Identifikasi Tulis hasil


pasien pemeriksaan di RM

Ukur Berikan konseling


TB dan BB dan edukasi

Ukur Tensi Darah Lakukan


Pasien Penatalaksanaan

Tegakkan
Ukur Suhu tubuh
Diagnosis
pasien

Ukur Tanyakan Pemeriksaan Fisik


Nadi pasien Keluhan pasien dan penunjang

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan

8. Unit Terkait Ruang pelayanan Umum, Lansia


9. Dokumen terkait Buku Register
Rekam Medik

10. Rekaman historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai