Anda di halaman 1dari 7

DIABETES MELITUS TIPE 2

No. : 445.1.4/ /
Dokumen 411.303.02/2022
No. Revisi : 01
PPK Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/3

PUSKESMAS dr. Joko Hartono


BAGOR NIP. 19700305 200701 1 002

1.Pengertian Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American


Diabetes Association (ADA) adalah kumulan gejala yang
ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin
(resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya.

2.Anamnesis Keluhan :
Pasien datang ke dokter dengan keluhan:
Keluhan klasik:
a.Polifagia
b.Poliuri
c.Polidipsi
d.Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
Keluhan tidak khas:
a.Lemah
b.Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
c.Gatal
d.Mata kabur
e.Disfungsi ereksi pada pria
f.Pruritus vulvae pada wanita
g.Luka yang sulit sembuh
Skrining/Deteksi Dini :
Dilakukan untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus tipe 2 dan
prediabetes pada kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan
gejala klasik DM yaitu :
a.Kelompok dengan berat badan lebih (indeks massa tubuh
(IMT) ≥ 23 kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor
risiko sebagai berikut:
1) First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam
keluarga).
2) Kelompok ras/etnis tertentu.
3) Obesitas sentral (Laki-laki > 90 cm dan perempuan > 80
cm)
4) Hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau sedang
mendapat terapi untuk hipertensi)
5) HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL
6) Riwayat penyakit kardio dan serebro-vaskular
7) Wanita dengan sindrom polikistik ovarium
8) Aktivitas fisik yang kurang
9) Kondisi klinis yang berkaitan dengan resistensi insulin,
misalnya obesitas berat, acanthosis nigricans
b.Deteksi dini diabetes dengan pemeriksaan gula darah pada
sasaran:
1) Usia 40 tahun ke atas
2) Usia 15 sampai 39 tahun dengan faktor risiko:

1 | PUSKESMAS BAGOR
a) First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM
dalam keluarga).
b) Obesitas dan/atau obesitas sentral
c) Penyandang hipertensi
c.Pasien prediabetes (HbA1c ≥ 5,7%, GDPT, TGT) harus
dilakukan pemeriksaan setiap tahun
d.Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BB > 4 kg
atau mempunyai riwayat diabetes melitus gestasional (DMG),
harus dilakukan pemeriksaan setiap 3 tahun selama hidupnya
e.Apabila hasil pemeriksaan normal, pemeriksaan harus diulang
sekurang-kurangnya setiap 1 tahun namun dapat dilakukan lebih
sering tergantung dari hasil pemeriksaan awal dan status risiko.

3.Pemeriksaan Fisik a.Pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, tekanan
darah
b.Pemeriksaan funduskopi
c.Evaluasi nadi dan denyut jantung baik secara palpasi maupun
dengan stetoskop
d. Pemeriksaan kaki secara komprehensif: evaluasi kelainan
vaskular, neuropati, dan adanya deformitas, pemeriksaan ankle-
brachial indeks (ABI) pada kedua tungkai untuk mengetahui
adanya komplikasi ulkus maupun peripheral arterial disease (PAD)
e. Pemeriksaan kulit (achantosis nigricans, bekas luka,
hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit kering, dan bekas
lokasi penyuntikan insulin.

4.Pemeriksaan a. Gula Darah Puasa


b. Gula Darah 2 jam Post Prandial
Penunjang
c. HbA1C
d. Urinalisis
e. Funduskopi
f. Pemeriksaan fungsi ginjal
g. EKG

5.Kriteria Diagnosis a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. (derajat


rekomendasi B) Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori
minimal 8 jam; atau
b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2 jam setelah tes
toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram. (derajat
rekomendasi B); atau
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan
keluhan klasik; atau
d. Pemeriksaan HbA1C ≥ 6,5% dengan menggunakan metode
Highperformance Liquid Chromatography (HPLC) yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP). (derajat rekomendasi B).

6.Diagnosis Kerja Diabetes Melitus Tipe 2


6.Kode ICD X T90 Diabetes non-insulin dependent
E11 Non-insulin-dependent diabetes mellitus
7.Diagnosis Banding
8.Tata Laksana Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya
hidup dan pemberian obat (algoritma pengelolaan DM tipe 2).
Modifikasi gaya hidup dengan memberikan konseling dan edukasi,

2 | PUSKESMAS BAGOR
perencanaan makan, latihan fisik, dan terapi farmakologis.
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri
dari obat oral dan bentuk suntikan. Pemilihan jenis Obat Anti
Diabetik (OAD) dan insulin bersifat individual tergantung kondisi
pasien dan sebaiknya mengkombinasi obat.
Cara Pemberian OAD, terdiri dari:
a. OAD dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara
bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat
diberikansampai dosis optimal.
b. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
c. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
d. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan
suapan pertama.
Terapi inisiasi insulin dapat diberikan pada pasien DM baru dengan
ciri gejala atau tanda dekompensasi metabolik atau pasien DM
lama dengan kombinasi OHO namun tidak
terkontrol.
OHO: obat hipoglikemik oral; GLP-1 RA (Glucagon Like Peptide-1
Receptor Agonist); GD: glukosa darah; GDP : glukosa darah
puasa; GD 1-2 PP: glukosa darah 1-2 jam post-prandial; OD : 1 kali
sehari; BD: 2 kali sehari; TID : 3 kali sehari
*Gejala dekompensasi metabolik seperti bukti katabolisme
(penurunan berat badan yang signifikan tanpa terprogram, ketosis,
hipertrigliserida) atau gejala hiperglikemia berat (poliuria atau
polipdipsia memberat).
**Intensifikasi sesuai dengan indikasi
φDE-ESKALASI dilakukan jika dekompensasi metabolik
atau glukotoksisitas telah teratasi
^Premixed dengan regimen kombinasi insulin 30/70 atau 25/75
#Intensifikasi regimen premixed BD menjadi TID, dengan syarat
fungsi ginjal baik
Terapi Inisiasi dan Intensifikasi Pengobatan Injeksi pada Pasien
DM Lama yang Tidak Terkontrol dengan Kombinasi OHO
Terapi inisiasi insulin pada pasien DM lama dengan terapi
kombinasi 2 atau 3 OHO dengan HbA1C ≥7,5%-<9%, dapat
dilakukan dengan beberapa regimen berikut :
a. Insulin basal dengan 10 unit/hari atau 0,2 unit per kgBB/hari

3 | PUSKESMAS BAGOR
(dapat disertai atau tidak dengan pemberian OHO).
b. Co-formulation (IDegAsp) atau Premixed (30/70 atau 25/75) 1
kali sehari dengan dosis 10 unit pada malam hari (dapat disertai
atau tidak dengan pemberian OHO).
c. Fixed ratio combination (kombinasi insulin basal dan GLP-1 RA)
seperti IdegLira atau IglarLixi dengan dosis 10 unit/hari,
dapat disertai atau tidak dengan pemberian OHO.
9. Edukasi Konseling dan edukasi meliputi pemahaman tentang:
a. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
b. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya
olahraga, menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
c. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2
minggu
Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
a. Karbohidrat 45 – 65 %
b. Protein 15 – 20 %
c. Lemak 20 – 25 %
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari.
Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh
(MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA
(Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah
kandungan serat + 25 g/hr, diutamakan serat larut.
Jumlah kalori basal per hari:
a.Laki-laki: 30 kal/kg BB idaman
b.Wanita: 25 kal/kg BB idaman Rumus Broca:*
Berat badan idaman = ( TB – 100 ) – 10 %
*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi.
BB kurang :< 90 % BB idaman
BB normal :90 – 110 % BB idaman
BB lebih :110 – 120 % BB idaman
Gemuk : >120 % BB idaman Penyesuaian (terhadap kalori
basal/hari):
a. Status gizi:
1) BB gemuk - 20 %
2) BB lebih - 10 %
3) BB kurang + 20 %
b. Umur > 40 tahun :- 5 %
c. Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): + (10 s/d 30 %)
d. Aktifitas:
1) Ringan + 10 %
2) Sedang + 20 %
3) Berat + 30 %
e. Hamil:
1) trimester I, II+ 300 kal
2) trimester III / laktasi+ 500 kal
Latihan Fisik
a.Latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran fisik. Intensitas latihan fisik pada pasien DM yang relatif
sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada pasien DM yang disertai
komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan
dengan masing-masing individu.
b. Program latihan fisik secara teratur dilakukan 3-5 hari

4 | PUSKESMAS BAGOR
seminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit per
minggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-
turut.
c.Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk
dalam latihan fisik. Latihan fisik selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
d.Latihan fisik yang dianjurkan berupa latihan fisik yang bersifat
aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung
maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara
mengurangi 220 dengan usia pasien.
e.Pada pasien DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis,
hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan
juga melakukan resistance training (latihan beban) 2-3
kali/perminggu sesuai dengan petunjuk dokter.

10.Prognosis Dubia
11. Indikator Kriteria Rujukan :
Untuk penanganan tindak lanjut sesuai kriteria rujukan berdasarkan
TACC (Time, Age, Complication, Comorbidity) pada kondisi berikut:
a. Time: DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk:
1) Dalam 3 bulan ditemukan GDP > 130 mg/dL, GDPP > 180
mg/dL atau HbA1C >7 %
2) Dalam terapi OAD tunggal dalam 3 bulan tidak tercapai target
3) Dalam terapi kombinasi OAD dalam 3 bulan tidak tercapai
target
b. Complication: DM tipe 2 dengan komplikasi, seperti : retinopati
diabetik dan nefropati diabetik.
c.Comorbidity: DM tipe 2 dengan dislipidemia, hipertensi, anemia,
DM tipe 2 dengan TB, DM tipe 2 dengan infeksi kaki diabetes
berat (ulkus, selulitis, abses) DM tipe 2 dengan krisis hipoglikemia
yang tidak teratasi dan tidak ada perbaikan setelah tatalaksana
medis dan krisis hiperglikemia, sindrom koroner akut), dan DM
Tipe 2 dengan kehamilan.
Rujukan juga dilakukan apabila tidak tersedia alat pemeriksaan
penunjang di FKTP seperti HbA1C, alat fotometer chemycal
analyzer, lipid, funduscopy, EKG dan sebagainya.
Tata laksana rujuk balik :
Pelayanan yang diberikan pada rujuk balik DM:
a. Pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative. Kegiatan promotif dan preventif melalui

5 | PUSKESMAS BAGOR
program prolanis
b. Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks
pelayanan holistik
c. Evaluasi keluhan dan gejala klinis secara berkala
d. Pantau Gula Darah Puasa/2 Jam PP setiap bulan dan
Pemeriksaan HbA1C setiap[ 6 bulan
e. Jika ada kecurigaan komplikasi periksa, fungsi ginja, lipid serum,
EKG dan funduskopi
f. Kebutuhan obat untuk 30 hari diambil di Apotek/Depo
Farmasi yang melayani Program Rujuk Balik
g. Tetapkan ada tidaknya komplikasi yang memerlukan
pengelolaan khusus
12. Kepustakaan KepMenkes No.HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang Panduan
Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama Halaman 211- 226.

6 | PUSKESMAS BAGOR
Nomor
Revisi Ke
Berlaku tanggal

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


DIABETES MELITUS TIPE 2

PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BAGOR
Jalan Raya Madiun Nomor 100 Bagor Kode Pos 64461
Telp/Fax (0358) 326581 Email :Puskesmas.bagor@gmail.com

7 | PUSKESMAS BAGOR

Anda mungkin juga menyukai