Anda di halaman 1dari 91

Penanganan Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Di RS. Permata Bunda Purwodadi

RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman


Jl. Hayam Wuruk 24 079/MED/2014 1 1/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Penyakit ginjal kronik adalah kelainan struktur atau fungsi


ginjal selama 3 bulan dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus berdasarkan adanya kelainan patologik atau petanda
kerusakan ginjal (seperti kelainan pada komposisi darah atau
urin, atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan). Manifestasi
paling sering dari kerrusakan ginjal adalah albuminuria. Disebut
gagal ginjal kronik jika terdapat penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) sampai kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2
dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Tingkatan LFG (ml/menit/1,73m2)
Stadium 1 90 dan albuminuria persisten
Stadium 2 60-89 dan albuminuria persisten
Stadium 3 30-59
Stadium 4 15-29
Stadium 5 < 15
Tujuan Mengatasi kegawatan yang terjadi akibat gagal ginjal kronik dan
mencegah kerusakan ginjal yang lebih lanjut.
Kebijakan Penanganan penyakit ginjal kronik disesuaikan dengan derajat
kerusakan ginjal.
Prosedur 1. Melakukan penilaian fisik dan laboratorium (BUN, kreatinin,
elektrolit dan urin rutin)
2. Melakukan pemeriksaan USG ginjal dan BNO. Menentukan
diagnosis dan stadium GGK

1
Penanganan Penyakit Gagal Ginjal Kronik
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman


Jl. Hayam Wuruk 24 079/MED/2014
Purwodadi
1 2/2
Telp. (0292) 422838
Prosedur 3. Terapi
A. Terapi penyebab reversibel dari disfungsi renal
B. Prevensi atau memperlambat progresi penyakit ginjal
C. Pengobatan komplikasi disfungsi ginjal
D. Identifikasi dan persiapan cukup dari pasien yang akan
menjalani terapi pengganti
Stadium Aksi
Stadium 1 Diagnosis dan Pengobatan
Terapi penyakit penyerta
Penghambatan progresifitas
Penurunan resiko penyakit kardio vaskular
Stadium 2 Perkiraan progresifitas
Stadium 3 Evaluasi dan pengobatan komplikasi
Stadium 4 Persiapan terapi pengganti ginjal
Stadium 5 Terapi pengganti ginjal

Unit Terkait Dokter spesialis dalam, dokter spesialis radiologi

2
PENANGANAN HIPERTENSI
EMERGENSI : HIPERTENSI MALIGNA DAN
HIPERTENSI ENSEFALOPATI
Di RS. Permata Bunda
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 080/MED/2014 2 1/2
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Hipertensi Emergensi merupakan suatu keadaan akut,


mengancam jiwa dan biasanya berhubungan dengan adanya
kenaikan tekanan darah.
Ada dua gejala klinis mayor yang diinduksi oleeh hipertensi
berat :
1. Hipertensi Maligna yang ditandai hipertensi dengan
perdarahan retina, eksudat atau edema papil.
2. Hipertensi Ensefalopati menunjuk kepada adanya tanda
edema serebral yang disebabkan oleh hiperfusi dari
tekanan darah yang berat dan timbulnya mendadak.
Tujuan Mengatasi kegawatan yang disebabkan oleeh Hipertensi
Emergensi dan mencegah terjadinya komplikasi.
Kebijakan Penanganan hipertensi emergensi dengan menurunkan tekanan
darah secara bertahap dengan target yang harus dicapai dalam
kurun waku 6 jam.
Prosedur 1. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan tensimeter air
raksa sesuai standar.
2. Konsulkan kebagian Mata untuk menentukan apakah ada
tanda-tanda perrdarahan retina, eksudat atau edema papil.
3. Konsulkan kebagian Saraf apakah ada tanda-tanda edema
serebral.
4. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis.
5. Terapi yang paling sering digunakan untuk Hipertensi
Emergensi: Nitroprusside, nicardipine, labetakol, fenoldopam

3
PENANGANAN HIPERTENSI
EMERGENSI : HIPERTENSI MALIGNA DAN
HIPERTENSI ENSEFALOPATI
Di RS. Permata Bunda
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 080/MED/2014 2 2/2
Telp. (0292) 422838

Prosedur 6. Goal of therapy :


Menurunkan tekanan diastolik menjadi sekitar 100
sampai 105 mmHg harus tercapai dalam waktu 2 sampai
6 jam, dengan maksimal penurunan tekanan darah awal
tidak lebih dari 25%.
Jika tekanan darah sudah terkontrol, obat anti hipertensi
diganti per oral, dengan target tekanan diastolik turun
secara bertahap menjadi 85 sampai 90 mmHg lebih dari 2
sampai 3 bulan.
Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam, spesialis Mata dan Spesialis Saraf.

4
PENANGANAN INFEKSI SALURAN KEMIH
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS. PERMATABUNDA 081/MED/2014
Jl. Hayam Wuruk 24 3 1/1
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat dari invasi mikroba /
patogen pada jaringan sekitar orificium urethra sampai korteks
ginjal atau adanya bakteri dalam urin (bakteriuria) yang
dihubungkan adanya reaksi inflamasi dari tubuh. Bakteriuria
dikatakan bermakna bila didapatkan > 100.000 cfu per ml urin.
Tujuan Mengatasi kegawatan yang disebabkan infeksi saluran kemih
dari berbagai sebab dan mencegah terjadinya kembali infeksi
saluran kemih.
Kebijakan Terapi antibiotika secara empiris dikerjakan sebelum ada kultur
dan tes resistensi.
Prosedur 1. Melakukan pemeriksaan urinalisis untuk memeriksa urin
tanpa sentrifuse maupun sedimen urin.
2. Melakukan pemeriksaan bakteriologis dengan mikroskopis
pada urin segar dengan atau tanpa pewarnaan, biakan bakteri
untuk memastikan diagnosis infeksi saluran kemih,
biokimiawi dan radiologis.
3. Diagnosis berdasarkan klinis dan laboratories.
4. Terapi antibiotika empiris untuk infeksi saluran kemih dan
penyesuaian sesuai hasil kultur sensifitas urin.
Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam, laboratorium, Insalasi Rawat Jalan.

PENANGANAN GAGAL GINJAL AKUT


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

5
No. Dokumen No. Revisi Halaman
082/MED/2010 4 1/2

RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Gagal Ginjal Akut adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi
mendadak pada ginjal yang sebelumnya normal.
Tujuan Mengatasi kegawatan yang terjadi akibat gagal ginjal akut dan
mencegah kerusakan ginjal yang lebih lanjut.
Kebijakan 1. Diagnosis penyebab gagal ginjal akut harus segera diketahui
agar supaya penanganan gagal ginjal akut dapat tertangani
secara optimal.
2. Melakukan penilaian penyebab gagal ginjal akut : prerenal
(gagal jantung kongestif, penurunan cairan tubuh yang masif
atau karena sepsis), renal (nekrosis tubular akut) atau post
renal (sumbatan saluran kemih).
3. Melakukan pemeriksaan BUN, kreatinin, elektrolit dan urin
rutin.
4. Melakukan pemeriksaan USG ginjal dan foto polos abdomen
jika ada indikasi sumbatan saluran kemih.
5. Pada Nekrosis tubuler akut, terapi dengan obat oral yang
memberikan hasil memuaskan, belum ada penelitian.
Prosedur 1. Memberikan cairan yang memadai pada kasus yang
disebabkan oleh hipovolemik.
2. Mengobati penyakit penyebab.
3. Menghilangkan sumbatan untuk gagal ginjal oleh karena
sumbatan saluran kemih.
4. Hemodialisis hanya diindikasikan untuk gagal ginjal akut, bila
ada kelebihan cairan yang refrakter, hiperkalemia, tanda-tanda
uremia, neuropati dan gangguan status mental.

6
PENANGANAN GAGAL GINJAL AKUT
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS. PERMATABUNDA 082/MED/2014
Jl. Hayam Wuruk 24 4 2/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah, Laboratorium dan


Spesialis Radiologi, Rawat Inap.

7
BATU SALURAN KEMIH
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman


Jl. Hayam Wuruk 24 083/MED/2014 5 1/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian 1. Batu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan sebagai


batu ginjal dan batu kandung kemih.
2. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan
bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau di kandung
kemih.
3. 80% pasien batu saluran kemih merupakan batu kalsium
oksalat, atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Jenis yang
lain termasuk asam urat, struvite, dan batu sistin. Pasien yang
sama mungkin memiliki lebih dari 1 jenis batu.
Tujuan Mengatasi kegawatan yang terkait dengan batu saluran kemih
sehingga mempercepat pemulihan fungsi ginjal, dan
menghindari komplikasi.
Kebijakan 1. Hilangkan gejala kolik renal bila ada.
2. Diagnosis ditegakkan dengan riwayat penyakit batu dan
keluarga yang menderita penyakit batu, nyeri kolik yang
khas sesuai lokasi batu, hematuria, dan pemeriksaan
penunjang darah seperti darah lengkap, BUN, kreatinin,
asam urat, urinalisa termasuk analisa batu, dan pemeriksaan
radiologis seperti USG, BNO dan IVP. Terapi tidak hanya
berupa pengambilan batu tetapi juga pencegahan
terbentuknya kembali batu saluran kemih.
Prosedur 1. Kolik renal akut diobati konservatif dengan analgetik dan
hidrasi sampai batu keluar.

8
BATU SALURAN KEMIH
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 083/MED/2014
Purwodadi
5 2/2
Telp. (0292) 422838

Prosedur 2. Mengontrol nyeri dengan NSAID atau narkotik, Pasien dapat


rawat jalan jika dapat minum obat dan cairan. Perawatan di
rumah sakit diperlukan jika pasien tidak tahan obat oral atau
nyeri yang sangat berat.
3. Pengambilan batu :
Bila batu < 6 mm dilakukan pembedahan.
Pencegahan
Batu kalsium :
Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu
seperti sitrat dengan minum jeruk nipis atau lemon yang
mengandung kalium sitrat 20 mEq.
Menurunkan konsentrasi reaktan kalsium dan oksalat
Pengaturan diet : meningkatkan masukan cairan, hindari
minuman gas/ soft drink lebih dari 1 liter/minggu, kurangi
masukan protein ( 1 g/kg BB/hari). Pembatasan kalsium
tidak dianjurkan oleh karena rendah kalsium menyebabkan
penurunan pengikatan oksalat dan pemacuan pengambilan
kalsium dari tulang ke ginjal.
Hiperkalsiuria idiopatik : batasi masukan garam dan beri
tiazid seperti HCT.
Hiperurikosuria : beri allopurinol 100 300 mg/hari
Hipositrauria : berikan kalium sitrat misal minum jeruk nipis.
Unit terkait Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah, Instalasi Rawat
Jalan, rawat inap, laboratorium.

9
PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS
TIDAK TERGANTUNG INSULIN (DM Tipe 2)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RS. PERMATABUNDA 084/MED/2014 6 1/4
Jl. Hayam Wuruk 24
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Suatu tata cara pengelolaan pasien dengan Diabetes Mellitus tipe
2 di Rumah Sakit Permata Bunda.
Tujuan 1. Bagi Rumah Sakit : Agar prosedur penatalaksanaan pasien
dengan Diabetes Mellitus tipe 2 dapat berjalan baik dan
teratur sesuai tatacara yang telah digariskan.
2. Bagi pasien :
a. Mengupayakan dan mencapai kehidupan normal, bebas
gejala.
b. Mencapai kontrol Diabetes yang optimal, tanpa
hipoglikemia yang berarti.
c. Menyediakan penyuluhan pasien dan perawatan mandiri.
d. Mencegah komplikasi diabetes, akut maupun kronik.
Kebijakan Proses pengelolaan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 harus efektif
dan cepat.
Prosedur 1. Perencanaan makan sesuai keperluan, tinggi kandungan
karbohidrat, tinggi serat, rendah lemak, terbagi rata sehari.
2. Anjurkan agar pasien mencapai berat badan ideal.
3. Olahraga teratur 3-6 kali per minggu, prinsip lebih baik
bergerak daripada diam, jalan kaki daripada naik becak, naik
tangga daripada naik lift.

10
PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS
TIDAK TERGANTUNG INSULIN (DM Tipe 2)

RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman


Jl. Hayam Wuruk 24 084/MED/2014 6 2/4
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur 4. Terapi non farmakologik harus diberikan kepada semua


pasien diabetes paling sedikit 1 bulan, kecuali pada pasien
dengan penurunan berat badan yang nyata atau terdapat
komplikasi serius atau dengan gejala yang mengganggu.
Terapi farmakologis :
1. Biguanida
a. Dosis harian 1-2 gram dalam dosis terbagi
b. Kontraindikasi : pada penyakit hati gangguan ginjal,
gagal jantung, dan kehamilan.
c. Tidak menimbulkan hipoglikemia, mungkin
menyebabkan asidosis laktat.
d. Efek samping flatulensi, anoreksia, diare
2. Sulfoniiurea
a. Glibenklamid 1,25-15 mg/hari;
b. Gliklazid 40-320 mg/hari;
c. Glokuidon 80-150 mg/hari;
d. Glipizid 1,5-20 mg/hari p.o
Kontraindikasi : sedang menyusui, porfiria, kehamilan, hati-
hati pada manula dan pasien dengan penyakit hati dan
gangguan ginjal hanya digunakan bersama dengan
pengaturan mkan (diet)
Efek samping : terbanyak hipoglikemia; ikterus; rash; nyeri
kepala
3. Insulin
Insulin tersedia bentuk aksi pendek (jernih: Actropid,
Humulin S, insulin reguler); aksi sedang (keruh: Insulatard,
Humulin I, Insulin NPH); dan panjang (basis Zn/keruh:
Monotard HM, Humulin N, Ultratard); dan dalam bentuk
campuran (keruh; Mixtard 30/70, Humulin M3)

11
PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS
TIDAK TERGANTUNG INSULIN (DM Tipe 2)

RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman


Jl. Hayam Wuruk 24 084/MED/2014
Purwodadi
6 3/4
Telp. (0292) 422838

a. Pasien simtomatik berat, atau tidak terkontrol dengan diet


(aturan makan) dan obat hipoglikemik oral dosis maksimal.
b. Insulin diberikan sekali atau dua kali suntik; insulin aksi
panjang mungkin diperlukan untuk mengatasi hiperglikemia
basal. Sekali suntik mungkin cocok untuk pasien lansia, atau
pasien yang tidak bisa menyuntik sendiri; dua kali suntikan
ideal untuk semua pasien, terutama bagi pasien yang
menggunakan insulin campuran.
c. Tempat suntikan pada dinding perut, paha dan lengan atas
(SK); infus (IV) jika dalam keadaan koma, diabetes tidak
stabil (Brittle), atau sedang dalam pembedahan.
d. Waktu suntik 15-30 menit sebelum makan
e. Mungkin memerlukan ekstra kalori / makan atau dosis
insulin dikurangi jika melakukan olah raga
f. Komplikasi yang paling sering dijumpai adalah
hipoglikemia, alergi
Atasi komplikasi atau kelainan lain yang dijumpai, seperti
neuropati, nefropati, infeksi, dislipidemia, hipertensi, dan
lain sebagainya.
Edukasi/Penyuluhan :
Diberikan kepada semua pasien Diabetes, keluarganya, dan
masyarakat umum, diberikan tentang : Apa diabetes itu?; Apa
saja komplikasi Diabetes?; Pencegahan diabetes; Perencanaan
Makan; olah raga; Gejala dan tanda klinis hipoglikemia; Cara
menangani jika timbul kelainan atau penyakit akut. Diberikan
pada saat pasien mau pulang/keluar dari rumah sakit, pada waktu
kontrol/kunjungan dokter praktik.

12
PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS
TIDAK TERGANTUNG INSULIN (DM Tipe 2)

RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman


Jl. Hayam Wuruk 24 084/MED/2014 6 4/4
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Pasien dianjurkan untuk melakukan sendiri pemeriksaan KGD


(kadar glukosa darah) sendiri di rumah (mandiri) dan belajar
cara menyesuaikan dosis insulin yang diperlukan.
Unit Terkait IGD, Poliklinik, rawat inap, Laboratorium.

13
Penatalaksanaan Keadaan Hiperglikemik
Hiperosmolar
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 085/MED/2014 7 1/3
Telp. (0292) 422838

Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Suatu tata cara pengelolaan pasien dengan keadaan


hiperglikemik hyperosmolar di Rumah Sakit Permata Bunda.
Tujuan 1. Bagi Rumah sakit : Agar prosedur penatalaksanaan pasien
dengan keadaan hiperglikemik hyperosmolar dapat berjalan
baik dan teratur sesuai tatacara yang telah digariskan.
2. Bagi Pasien :
a. Menegakkan diagnosis keadaan hiperglikemik
hiperosmolar.
b. Mengobati keadaan hiperglikemik hyperosmolar
c. Memperbaiki status metabolisme dan kondisi pasien
Kebijakan Prosedur pengelolaan pasien keadaan hiperglikemik
hiperosmolar harus efektif dan cepat.
Prosedur 1. Kirimkan segera ke UGD / bangsal / ICU untuk dirawat
intensif.
2. Terapi harus dimulai dengan segera jika diagnosis telah pasti.
3. Ambil darah untuk pemeriksaan cito parameter diatas.
4. Pasang infus lebih baik dengan kateter vena sentral untuk
memudahkan pemberian cairan dan terapi lainnya.
5. Gunakan lembar tindakan khusus = semua tindakan, hasil
tes, tanda vital dan perkembangan pasien dicatat oleh
perawat secara kronologis dalam tindakan khusus.

14
Penatalaksanaan Keadaan Hiperglikemik
Hiperosmolar
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 085/MED/2014 7 2/3
Telp. (0292) 422838

Prosedur 6. Gunakan kateter dauer jika diperlukan.


7. Pasang Nasogastric tube (NGT) jika pasien koma dan
kembung.
8. Periksa pasien lebih lanjut untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit pencetus jika terapi telah dilakukan dengan
baik.
9. Tindakan terapi.
a. Terapi cairan (rekomendasi terapi klas A)
Dehidrasi dengan pemberian cairan isotonis NACI 0,9%
1 liter (15-20 ml/kg BB/jam) dalam 1 jam, estimasi status
hidrasi penderita :
Osmolaritas efektif > 320
Na+ serum terkoreksi > 140 dengan rumus = Na plasma
terkoreksi = Na plasma terukur + GD/42
GD = GD terukur GD normal dalam mg/dL
GD dibagi 2,3 jika menggunakan m.mol/L defisit
cairan = TBW-Abnormal
Normal Nax TBW
= (0,6 BB)
Observed Na
i. Bila terdapat syok hipovolemik = NaCI 0,9% 1
liter/jam; tetap syok (+) plasma ekspander :
HAES/Dextral-L
ii. Bila syok kardiogenik perawatan dilakukan di ICCU.
iii. Tekanan darah normal / hipotensi ringan :
Na+ serum tinggi / normal : NaCl 0,45% 500 ml/jam
(4 jam) dilanjutkan 200 ml/jam. (4-14 ml/Kg/H)
Na+ serum rendah : NaCl 0,9% (4-14 ml/Kg/H)
Dokter harus menilai keadaan klinis / status hidrasi untuk
menentukan jumlah dan kecepatan tetesan cairan.

15
Penatalaksanaan Keadaan Hiperglikemik
Hiperosmolar
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 085/MED/2014 7 3/3
Telp. (0292) 422838

b. Insulin reguler
Setelah jam kedua masuk cairan
Bila hipoglikemia ditunda sampai kadar K>3,3 Dosis
awal : 0,15 m/kg, bolus dilanjutkan 0,1 M/Kg/jam/drip
bila dalam 1 jam, kadar GD tidak terjadi penurunan 50
mg/dL, cek status hidrasi dan dosis insulin dinaikkan 2x.
Setelah kadar glukosa mencapai 300 mg/dL, turunkan
dosis insulin 0,05 0,1 M/Kg/jam + D5% dalam 0,454%
Saline, total cairan 150-250 ml/jam. Kondisi
dipertahankan hingga kadar GD 250-300 y/dL,
osmolaritas 315 mOsm/Kg dan kesadaran pasien baik.
c. Kalium
Diberikan bila kadar serum < 5,0 mEg/L, insulin ditunda
bila kadar < 3,3 dan diberikan 40 mEq K+/jam sampai
K+ > 3,3, jika kadar 3,3 > K+ < 5 berikan K+ 20-30 mEq,
cek kadar K+/2 jam.
d. Pemberian Antibiotik
Berikan Antibiotika jika ada kecurigaan infeksi sebagai
pencetus :
Penicillin G : 1 MU/ 6 jam, IM (tidak boleh jika
hipotensi/alergi)
Ampicillin : 2 gram / 6 jam, IV + Gentamycine 1-2
mg/KgBB/dosis terbagi
Sefalosforin + Amiroglikasid
Sefalosporin 2-6 gr/hari.
Unit Terkait IGD, Poliklinik, ICU, Laboratorium

16
Panatalaksanaan Pasien Koma Ketoasidosis
Diabetik
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 086/MED/2014 0 1/4
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Suatu tata cara pengelolaan pasien Koma Ketoasidosis Diabetik


di Rumah Sakit Permata Bunda.
Tujuan Bagi Rumah Sakit : Agar prosedur pengelolaan pasien Koma
Ketoasidosis Diabetik berjalan baik dan teratur sesuai dengan
tata cara yang telah digariskan.
Bagi pasien :
Menegakkan diagnosis koma ketoasidosis diabetik
Mengobati koma ketoasidosis diabetik
Memperbaiki status metabolisme dan kondisi pasien
Kebijakan Prosedur pengelolaan pasien Koma Ketoasidosis diabetik harus
efektif dan cepat.
Prosedur 1. Kirimkan segera ke UGD untuk rawat intensif
2. Terapi harus dimulai dengan segera jika diagnosis telah pasti.
3. Ambil darah untuk pemeriksaan cito parameter yang diatas.
4. Pasang infus lini, lebih baik juga digunakan dengan kateter
vena (jika tersedia) untuk mengukur tekanan vena sentral
untuk memudahkan pemberian cairan dan terapi lainnya.
5. Gunakan lembar tindakan Khusus Semua tindakan, hasil test
urine dan laboratorium lainnya, masukkan cairan, curah
urine, dan tanda-tanda vital dan perkembangan pasien harus
dicatat oleh perawat secara kronologis dalam lembar
tindakan khusus tersebut.
Hindari kateterisasi jika tidak sangat diperlukan. Jika
diperlukan gunakan satu kateter saja. Jika terpaksa
digunakan kateter dauer, maka berikan antibiotik urinari.

17
Panatalaksanaan Pasien Koma Ketoasidosis
Diabetik
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 086/MED/2014 0 2/4
Telp. (0292) 422838

Prosedur 6. Pasang NGT (nasogastrik tube), jika pasien koma dan


kembung.
7. Periksa pasien lebih lanjut untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit pencetus jika terapi ketoasidosis diabetik
telah dilakukan dengan baik.
8. Hitung Osmolalitas Serum dan Anion Gap dengan rumus
OSM [2 x Na (mEq/I)] + [KGD (mg/dl)/18 [BUN
(mg/dl)/2,8]
Anion Gap = [(Na+K) + (Cl+HCO3) 17] mEq/l
9. Tindakan terapi
Atasi dehidrasi dengan pemberian cairan NaCl 0,9% atau
0,45% jika osmolalitas serum tinggi
1-2 jam pertama sebanyak 1000 ml
1 jam berikutnya sebanyak 500 ml
Dokter jaga harus menilai keadaan klinis pasien untuk
menentukan jumlah dan kecepatan tetesan cairan yang
diperlukan pasien.
Atasi asidosis metabolik dengan gangguan keseimbangan
elektrolit yang ditemukan.
Jika pH darah < 7,00, hipotensi, atau keadaan pasien sakit
berat, berikan bikarbonat : satu ampul meylon (50 mEq/l)
masukkan ke dalam 100 ml NaCl 0,45% IV sampai pH darah
mencapai 7,00. Selanjutnya 1 ampul Meylon 1000 ml NaCl
0,45% diberikan perlahan-lahan sampai pH mencapai 7,2
atau lebih. Kemudian kecepatan tetesan diturunkan.
Pantau pernafasan Kussmaul: menghilang jika asidosis
teratasi.

18
Panatalaksanaan Pasien Koma Ketoasidosis
Diabetik
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 086/MED/2014 0 3/4
Telp. (0292) 422838

Prosedur Perhatikan kemungkinan terjadinya edema otak (kesadaran


membaik, kemudian mundur lagi)
Berikan insulin reguler atau Actrapid atau Humulin netral
(insulin jernih).
Dosis awal 20 Unit atau 0,3 U/kg BB. IV atau IM (tidak
boleh jika pasien hipotensi).
Berikan [50 U + NaCl 0,9%] dengan tetesan 12 14 tetes per
menit.
Pantau KGD setiap jam : jika KGD mencapai 250 mg/dl stop
infus insulin (umumnya pasien mulai sadar) pantau pH atau
kadar bikarbonat serum, dan kadar K + setiap 2 jam.
Laporkan hasil dan perkembangan penyakit pasien kepada
dokter jaga.
Berikan antibiotik jika ada kecurigaan terhadap infeksi sebagai
pencetus terjadinya koma ketoasidosis diabetik.
Penisilin G. Dosis : 1 juta unit/6 jam IM tidak boleh jika pasien
hipotensi.
Atau
Ampisilin dosis 1000 mg/6 jam IV
Plus
Garami sin. Dosis : 1 2 mg/kg Bb. Dosis terbagi IV
Follow-up
Umumnya KGD mencapai 200-300 mg/dl dalam 6-8 jam terapi
dan pasien akan keluar dari status asidosis dalam 12 jam terapi.
Jika pasien telah tidak mual, berikan makanan cair berangsur ke
padat.
Berikan insulin untuk beberapa hari pasca terapi asidosis. Pada
umumnya dosis yang diperlukan sekitar 20-30 unit/hari insulin
lente atau NPH.

19
Panatalaksanaan Pasien Koma Ketoasidosis
Diabetik
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 086/MED/2014 0 4/4
Telp. (0292) 422838

Prosedur Mungkin diperlukan tambahan insulin reguler (Actrapid atau


Humulin B) untuk beberapa hari pertama, sebelum makan
dengan dosis tergantung pada hasil KGD.
Penyuluhan pasien sebelum keluar (pulang) dari ruang rawat
tentang pencegahan ketoasidosis.
Unit Terkait ICU, Poliklinik, rawat inap, Laboratorium

Penatalaksanaan Kasus Tiroid


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

20
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 087/MED/2014
Purwodadi 0 1/2
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Suatu tata cara pengelolaan pasien dengan krisis tiroid di Rumah
Sakit Permata Bunda.
Tujuan 1. Bagi Rumah Sakit : Agar prosedur penanganan pasien
dengan krisis tiroid berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tata cara yang telah digariskan.
2. Bagi Pasien :
a. Menegakkan diagnosis krisis tiroid
b. Menghilangkan gejala klinis
c. Memperbaiki kadar hormon tiroid menjadi normal
kembali
Kebijakan Prosedur pengelolaan pasien dengan krisis tiroid harus efektif
dan cepat.
Prosedur Sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium, tetapi sudah
dapat dimulai.
Terapi ditujukan untuk menghambat sintesis dan sekresi hormon
tiroid; mengatasi efek metabolik hormon tiroid yang telah
beredar dalam sirkulasi; mencari dan mengobati faktorr
pencetus, seperti infeksi atau lainnya; dan memberikan terapi
suportif umum yang diperlukan.
Terapi Krisis Tiroid
1. Obat Anti Tiroid
a. Propiltiourasil (PTU), 4 6 dd 200 mg per-oral, atau
b. Metimazol (Neomercazol), 4 6 dd 20 mg per-oral

Penatalaksanaan Kasus Tiroid


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

21
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 087/MED/2014
Purwodadi 0 2/2
Telp. (0292) 422838
2. Kontrol sekresi hormon tiroid
a. Solusio Lugol, 30 tetes/hari
b. Natrium Yodida, 1 g/ 8 jam intravena secara perlahan.
3. Mengatasi efek metabolik hormon tiroid
a. Propanolol (Beta blocker), 4 6 dd 1 2 mg intravena
atau 3 6 dd 20 mg per-oral
b. Reserpin, 4 6 dd 1,0 2,5 mg intramuskuler
c. Sulfas guanetidina, 50 150 mg/hari per-oral
4. Terapi bantuan umum
a. Cairan dekstrosa, elektrolit, dan vitamin
b. Kompres dingin, kipas angin, atau matras dingin
c. Hidrokortison, 200-300 mg/hari intravena
d. Digitalisasi, sedativa, antibiotika sesuai dengan keperluan
Terapi Infus pada Krisis Tiroid
1. Laevulose 10% (20%) 1500 ml/hari
2. Triofusin E, atau PE 900 1000 ml/hari
3. Dekstrosa 5% atau Ringer dekstrosa
4. Maltosa (Martos 10%)
5. Aminofusin TPN, Aminovel 600 500 ml/hari
6. Plasma ekspander, Dextran L
Jika dengan terapi konservatif di atas 12 24 jam kemudian
belum ada perbaikan dapat dilakukan dialisis peritoneal, dengan
cara ini diharapkan tiroksina dapat dikurangi lewat cairan
dialisat sampai 60 80% dari kadar semula.
Unit Terkait ICU, Poliklinik, rawat inap, Laboratorium

Panatalaksanaan Diabetes Dengan Kehamilan


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

22
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 088/MED/2014
Purwodadi 0 1/2
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Suatu tata cara pengelolaan pasien Diabetes dengan kehamilan


di Rumah Sakit Permata Bunda.
Tujuan 1. Bagi rumah sakit : Agar prosedur pengelolaan paasien
Diabetes dengan kehamilan berjalan baik sesuai dengan
tatacara yang telah ditetapkan.
2. Bagi pasien :
a. Mencapai daan meempertahankan KGD sebelum makan
65-90 mg/dL (3,5 5 mmol/L), pasca-makan < 160
mg/dL (9 mmol), dan HbAlC dalam batas normal.
b. Mengupayakan agar fettus dapat mencapai usia matur,
dilahirkan pada usia kehamilan > 38 minggu pervaginam,
dan tanpa komplikasi neonatal.
Kebijakan Pengelolaan pasien Diabetes dengan kehamilan harus efektif dan
cepat.
Prosedur 1. Wanita hamil yang sudah diketahui menderita DMG
(Diabetes Mellitus Gestasi) harus dikonsultasikan kembali
kepada ahli gizi, bagi yang baru diketahui menderita DMG
harus dikirim ke ahli gizi.
2. Pasien DMG harus mendapat energi karbohidrat paling
sedikit 50% dan mengandung cukup kalsium dan vitamin.
3. diperlukan tambahan zat besi dan asam folat.
4. Pengaturan makan dan pengelolaan pasien harus mencapai
berat badan normal (bertambah maksimal 12 kg selama
hamil), cukup gizi, pasien dengan berat badan berlebih
(obese) jumlah kalori dibatasi antara 1500-1800 kalori / hari.

Panatalaksanaan Diabetes Dengan Kehamilan


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

23
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 088/MED/2014
Purwodadi 0 2/2
Telp. (0292) 422838
Prosedur Selama kehamilan
1. Obat antidiabetik oral (OAD) harus diganti dengan insulin
aksi pendek, 2-4 kali suntik sehari, bahkan mungkin
diperlukan lebih dari 4 kali sehari. Campuran insulin aksi
pendek dan aksi sedang (intermediate) dapat digunakan, atau
insulin aksi sedang pada malam hari (sebelum tidur) sedang
aksi pendek pada pagi hari.
2. Campuran insulin aksi sedang dan aksi pendek (seperti
Mixtard, Insulin 30/70) dapat diberikan dua kali sehari,
mungkin dengan tambahan insulin aksi pendek pada pra
makan siang.
3. Selama kehamilan kebutuhan insulin meningkat, mungkin
diperlukan sampai > 100 Unit/hari. Kebutuhan insulin
menurun pada trimester tiga, dan sangat menurun atau
bahkan tidak diperlukan pada saat persalinan.
Selama Persalinan
1. Diperlukan insulin 1-4 unit/jam
2. Pantau KGD setiap jam
3. Jika terjadi partus lama atau resiko tinggi, berikan larutan
dekstrose 10% 100 mL/jam, iv.
4. Insulin dapat diberikan melalui syringe driver (50 Unit
insulin) dalam 50 mL NaCl 0,9%)
5. Beta agonis yang sering diberikan pada persalinan prematur
mempunyai efek meningkatkan resistensi insulin.
6. Anestesi umum (GA) dan bedah sesar meningkatkan
kebutuhan insulin.
7. Pasca persalinan kebutuhan insulin turun mendadak
8. Pasien DMG umumnya tidak memerlukan insulin lebih
lanjut.
Unit Terkait ICU, Poliklinik, rawat inap, Laboratorium

Panatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tergantung Insulin (Dm Tipe 1)

24
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 089/MED/2014
Purwodadi 0 1/2
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Suatu tata cara pengelolaan pasien dengan Diabetes Mellitus


tergantung Insulin (Tipe 1) di Rumah Sakit Permata Bunda.
Tujuan Prosedur pengelolaan pasien DM tipe 1 sesuai tata cara yang
telah digariskan.
Kebijakan a. Mengembalikan ke keadaan semula, status metabolik
normal.
b. Mencapai kontrol glikemik yang optimal, tanpa hipoglikemia
c. Menyediakan edukasi dan perawatan mandiri
d. Mencegah komplikasi
Prosedur 1. Pengaturan makanan dan pola hidup sehat
2. Aktivitas harian normal, kecuali kalau ada keterbatasan
tertentu karena penyakit yang dideritanya.
3. Tambahan insulin eksogen; sebaiknya gunakan Insulin
Human
a. Insulin Aksi Pendek : Actrapid, Humalin R, Insulin
Reguler
b. Insulin Aksi Sedang : Insulatard, Humulin N, Insulin
NPH
c. Insulin Aksi Panjang : Monotard, Humulin Zn, PZI
d. Insulin Campuran : Maxtard 30/70, Humulin M3

Panatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tergantung Insulin (Dm Tipe 1)

25
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 089/MED/2014
Purwodadi 0 2/2
Telp. (0292) 422838
Prosedur Cara Pemberian
Sekali suntik : untuk orang tua, yang tidak sanggup menyuntik
sendiri.
Dua kali suntik : untuk hampir semua pasien lainnya
Suntikan tambahan menjelang tidur : pagi insulin campuran aksi
pendek sebelum makan malam-aksi sedang sebelum tidur malam
Basal-bolus : insulin aksi panjang pada malam hari-bolus aksi
pendek sebelum makan.
Segi Praktis
Subkutan (SK) : dinding perut, paha, pinggul dan lengan
Waktu suntik : 15 30 menit sebelum makan.
Latihan jasmani : memerlukan ekstra kalori sebelum latihan
Infus insulin : kecepatannya bervariasi, untuk mereka yang
koma atau brittle
Komplikasi tersering adalah hipoglikemia
Unit Terkait IGD, Poliklinik, rawat inap, Laboratorium

Penatalaksanaan (Koma, Syok) Hipoglikemia


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

26
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 090/MED/2014
Purwodadi 0 1/1
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Suatu tata cara penanganan pasien yaang dirawat dengan koma/
syok hipoglikemia di Rumah Sakit Permata Bunda.
Tujuan 1. Bagi Rumah Sakit : Agar penanganan pasien koma/syok
hipoglikemia dilakukan dengan cepat dan tepat.
2. Bagi pasien : Agar pasien terlepas dari serangan akut dan
mencegah timbulnya serangan ulang.
Kebijakan Prosedur pelayanan pasien koma / syok hipoglikemia harus cepat
dan tepat.
Prosedur 1. Hipoglikemia reaktif : pasien harus makan dengan porsi kecil,
karbohidrat kompleks, hindari gula murni.
2. Pada pasien DM yang diobati, pengaturan makan dan makanan
selingan (snack) yang baik dan teratur.
3. Jika masih sadar : karbohidrat yang mudah dicerna, air teh-
gula atau kopi-gula, kemudian makanan kecil.
4. Kesadaran terganggu : sirup gula.
5. Koma : Dekstrose 50% - 50 ml atau glukosa 20% - 100 ml IV.
6. Glukagon 1 mg IM (kalau tersedia di pasaran) diikuti dengan
karbohidrat kompleks setelah sadar, mungkin tidak efektif
pada malnutrisi dan intoksikasi alkohol.
7. Jika hipoglikemia karena sulfonilurea, atau insulin dosis tinggi,
atau kausanya tidak diketahui, sebaiknyaa pasien dikirim ke
rumah sakit, untuk observasi dan infus Dekstrose.
Cara terapi lain : pembedahan untuk insulinoma, tumor penghasil
insulin like growth factor dan nesidioblastosis.
Unit terkait IGD, Poliklinik, rawat inap, Laboratorium

Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

27
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 091/MED/2014
Purwodadi
0 1/2
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Perdarahan saluran cerna di atas ligementum Treitz yang terjadi


kurang dari 48 jam. Biasanya ditandai dengan muntah darah dan
atau buang air besar cair, kehitaman, dan lengket.
Tujuan 1. Menentukan diagnosis penyebab perdarahan saluran cerna
bagian atas.
2. Menghentikan perdarahan secepat mungkin
Kebijakan Diagnosis dan tata laksana perdarahan saluran cerna bagian atas
dikerjakan oleh dokter spesialis. Apabila diperlukan endoskopi
dikerjakan oleh dokter spesialis.
Prosedur 1. Lakukan Anamnesis : muntah darah berwarna kemerahan
atau merah kehitaman, coffee ground, dan atau buang air
besar seperti ter, cair, dan lengket.
2. Lacak adanya keluhan penyakit penyebab perdarahan saluran
cerna bagian atas; varises esofagus akibat sirosis hati atau
non sirosis, gastritis erosif, sobekan Mallory-Weiss,
keganasan lambung, ulkus peptikum, stress-ulcer.
3. Lakukan pemeriksaan seperti Esofago-gastroduodenoskopi,
rontgenologi, dan OMD
4. Berikan Terapi
Diet lambung I
Pemasangan sonde nasogastrik untuk evaluasi perdarahan
dan evakuasi darah dari lambung.

Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

28
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 091/MED/2014
Purwodadi
0 2/2
Telp. (0292) 422838

Prosedur Stabilisasi hemodinamik; infus kristaloid, transfusi


whole blood, packed red cells, atau thrombocyte
concentrate.
Obat-obat : antisekretori asam lambung, vasopresor
terutama ditujukan untuk pembuluh darah splanknik.
5. Skleroterapi endoskopi dikerjakan terutama untuk varises
esofagus, biasanya perlu tindakan serial.
Unit Terkait Instalasi rawat darurat, bangsla rawat inap, inatalasi radiologi,
ruang endoskopi.

Dispepsia
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

29
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 092/MED/2014
Purwodadi
0 1/2
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Sekumpulan gejala dapat berupa nyeri, kembung atau rasa


terbakar di dada dengan interpertasi gejala dari pasien sendiri.
Dipengaruhi faktor sosial, linguistik dan kultural.
Tujuan 1. Memutuskan bahwa gejala berasal dari saluran cerna atas
atau dari organ lain.
2. Menentukan penyebab dispepsia
3. Meminimalkan gejala dispepsia (Skala dominan)
4. Memberikan pengobatan simptomatis dan etiologi
5. Meminimalkan efek samping pengobatan.
Kebijakan Diagnosis dan tatalaksana kelainan fungsional saluran cerna
dikerjakan oleh dokter spesialis atau residen, baik rawat inap
maupun rawat jalan.
Prosedur 1. Lakukan anamnesis : (nyeri atau tidak nyaman daerah
epigastrik, mual, kembung, riwayat penggunaan OAINS atau
jamu, riwayat pengobatan)
2. Lakukan pemeriksaan fisik (nyeri epigastrik, secara umum
keadaan fisik dalam batas normal)
3. Lakukan pemeriksaan penunjang (OMD, gastroskopi)
4. Lakukan pemeriksaan biopsi mukosa lambung dan /
duodenum untuk diperiksa PA dan H.Pylori

Dispepsia
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

30
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 092/MED/2014
Purwodadi
0 2/2
Telp. (0292) 422838

Prosedur 5. Penatalaksanaan / terapi :


Modifikasi gaya hidup
Medikamentosa : Antasida, Antagonis reseptor H2
Manajemen gejala refluks, gastropati OAINS
Eradikasi H. Pylori dengan strategi Test and treat :
PPI type; PPI + Klaritromisin + Amoksilin / Metronidazol 2x
sehari selama 1 minggu
PPI-BMT Quadriple : PPI + Bismuth + metronidazole dan
tetrasiklin
Psikoterapi
Unit Terkait IGD, Poliklinik, rawat inap, instalasi Radiologi, laboratorium

Iritable Bowel Syndrome


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

31
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 093/MED/2014
Purwodadi
0
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Motilitas usus yang abnormal/meninggi menyebabkan nyeri dan


diare. Peningkatan absorbsi air menyebabkan konstipasi serta
peninggian sekresi menyebabkan peningkatan jumlah mukus.
Tujuan 1. Membuat diagnosis kelainan fungsional saluran cerna
2. Penatalaksanaan penderita secara komprehensif
Kebijakan Membuat diagnosis dan tatalaksana kelainan fungsional oleh
dokter spesialis atau residen secara tepat dan cepat baik pada
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Prosedur 1. Lakukan anamnesis : diare atau konstipasi, perut tak nyaman,
dispepsia dengan pengeluaran lendir banyak, adanya darah
pada BAB, keadaan umum selalu baik, keluhan berlangsung
lama
Menurut Kriteria Rome II : IBS merupakan ketidak
nyamanan / nyeri abdomen yang memiliki 2 dari 3 gambaran
ini :
1) Nyeri hilang dengan BAB
2) Onset berhubungan dengan penambahan frekuensi BAB
3) Onset berhubungan dengan penambahan konsistensi
BAB.
2. Lakukan pemeriksaan fisik : (secara umum dalam batas
normal) dan lakukan pemeriksaan kolon in loop atau
kolonoskopi (secara umum dalam batas normal)

Iritable Bowel Syndrome


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

32
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 093/MED/2014
Purwodadi
0 2/2
Telp. (0292) 422838

Prosedur 3. Berikan terapi :


Diet tinggi serat
Diare dikontrol dengan loperamid
Kasus refraktter dapat membaik dengan anti depresan
trisiklik
Konstipasi pada wanita dengan Tegaserol
Unit Terkait IGD, Poliklinik, instalasi radiologi, rawat inap

Sirosis Hepatis
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

33
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 094/MED/2014
Purwodadi
0 1/2
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Penyakit hati menahun ditandai dengan proses peradangan,


nekrosis sel hati, dan merupakan usaha regenerasi dan
penambahan jaringan ikat difus dengan terbentuknya nodul yang
mengganggu susunan lebulus hepar.
Tujuan 1. Diagnostik dini
2. Penatalaksanaan
Kebijakan Pemeriksaan HbsAg karier, Anti HCV positif, pemeriksaan ALT
dan AST per 6 bulan an USG abdomen.
Prosedur 1. Anamnesis :
Lemah, cepat lelah, anoreksia, mual, kembung diare, kdang
kala obstipasi BAK kecoklatan, perdarahan saluran cerna
bagian atas (hematemesis) dan melena, gangguan kesadaran.
2. Pemeriksaan :
BB menurun, atropi m.temporalis, ikterik, anemia, spider
naevi, Palmar eritema, ginekomasti, alopesia, hepatomegali
pada awalnya, splenomegali, ascites.
3. Laboratorium :
Darah rutin, cholesterol, Bilirubin total, protein total,
albumin, globulin, elektroforesa protein, ALP, GOT, GPT,
HbSAg, HAV, AFP
4. Penunjang
USG

Sirosis Hepatis
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

34
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 094/MED/2014
Purwodadi
0 2/2
Telp. (0292) 422838

Prosedur Istirahat cukup


Diet tinggi protein bila timbul tanda ensefalopati protein
dikurangi.
Ascitas ditanggulangi, pembatasan pemberian cairan NACL.
Bila SBP pungsi Leukosit > 1000 mm3 diberikan
Cefotaksim atau kombinasi Ampisilin dan aminoglikosida.
Bila terjadi perdarahan saal cerna atas dilakukan Lavage
lamb tiap 4 jam dan puasa. Laktulosa Neomisin dan
diberikan terapi dengan somatostatin atau octreotide.
Dilanjutkan dengan skleroterapi varicesesofagus ligasi.
Unit Terkait Rawat inap, rawat jalan

Hepatitis Kronik (HVB & HVC)


Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24
Purwodadi 095/MED/2014 0 1/1
Telp. (0292) 422838

35
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Hepatitis kronik merupakan peradangan hati yang berlanjut lebih


dari 6 bulan sejak mulai timbul keluhan
Penyebab : - HVB
- HV non A non B (HVC)
Tujuan 1. Membuat dagnosis sedini mungkin
2. Penatalaksanaan secara komprehensif (preventif, kuratif dan
rehabilitatif)
Kebijakan 1. Screening risiko terjadinya hepatitis kronis pada penderita :
Carrier HbsAg, Anti HCV positif baik rawat inap maupun
rawat jalan.
2. Terapi penderita hepatitis kronis baik rawat inap maupun
rawat jalan.
Prosedur 1. Lakukan anamnesis adanya resa lemah, rasa tidak nyaman
perut kuadran atas kanan, anoreksia, penurunan berat badan,
intoleransi lemak, riwayat alkohol.
2. Lakukan pemeriksaan fisik : (tidak ikterik, ikterik bila
stadium lanjut, hepatomegali, splenomegali)
3. Lakukan pemeriksaan Laboratorium (SGPT meningkat 1,5
x nilai batas normal, HbsAg serta Anti HCV
4. Lakukan pemeriksaan USG hepar : gambaran hepatitis virus
5. Berikan terapi sesuai dengan jenis hepatitis virus
a. Hepatitis B Kronik : Interferon atau lamivudin atau
adefovir dipifoxil.
b. Hepatitis C kronik : Interferon + ribavirin
Unit terkait Rawat inap dan rawat jalan

Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

36
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 096/MED/2014 0 1/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Atritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit inflamasi sistemik


kronik, terutama mengenai sendi diartrodial.
Tujuan Menghambat progresivitas penyakit dan mengatasi peradangan.
Kebijakan 1. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid dilakukan bila diagnosis
sudah ditegakkan berdasarkan Kriteria ACR, 1987 :
a. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam
b. Artritis pada sekurangnya 3 sendi
c. Artritis pada sendi pergelangan tangan, MCP & PIP
d. Artritis yang simetris
e. Nodul reumatoid
f. Faktor reumatoid serum positif
g. Gambaran radiologik yang spesifik
Minimal 4 dari 7 kriteria tersebut di atas. Kriteria 1 4
haarus diderita minimal selama 6 minggu.
2. Tindakan bedah dilakukan bila sudah terjadi deformitas
Prosedur 1. Penatalaksanaan
a. Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
b. Obat anti inflamasi non steroid

Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

37
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 095/MED/2014 0 2/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur c. Obat remitif (DMARD), misalnya klorokuin dosis 1x250


mg/hari, metrotreksat 7,5 20 mg sekali seminggu,
salazopirin dosis 3 4 x 500 mg/hari, garam emas per
oral dosis 3 9 mg/hari, atau injeksi subkutan dengan
dosis awal 10 mg, dilanjutkan seminggu kemudian
dengan dosis 25 mg/minggu, dan dinaikkan menjadi 50
mg/minggu selama 20 minggu, selanjutnya diturunkan
setiap 4 minggu sampai dosis kumulatif mencapai 2000
mg.
d. Glukokortikoid, dosis seminimal dan sesingkat mungkin,
untuk mengatasi keadaan akut atau kekambuhan. Dapat
diberikan Prednison 20 mg / hari dengan dosis terbagi
dan segera di tapering off.
e. Bila terdapat peradangan yang terbatas hanya pada 1 2
sendi, dapat diberikan injeksi steroid inttraartikular
seperti triamcinolon acetonide 10 mg atau
metilprednisolon 20 40 mg.
f. Fisioterapi, terapi akupasi. Bila perlu diberikan ortosis.
g. Penyuluhan
Unti Terkait Spesialis Penyakit Dalam, Bagian Rehabilitasi Medis.

Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

38
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 096/MED/2014 0 1/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun


yang mengenai multiorgan, berjalan kronik, progresif dan
kadang fatal.
Tujuan Mengatasi LES flare, mencegah komplikasi akibat penyakit.
Kebijakan Penatalaksanaan LES diberikan bila diagnosis sudah memenuhi
kriteria ACR (1982) :
1. Ruam malar
2. Ruam diskoid
3. Fotosensitifitas
4. Ulserasi di mulut atau nasofaring
5. Artritis
6. Serositis, yaitu pleuritis atau perikarditis
7. Kelainan ginjal, yaitu proteinuria persisten > 0,5 gr/hari, atau
ada silinder sel.
8. Kelainan neurologik, yaitu kejang-kejang atau psikosis.
9. Kelainan hematologik, yaitu anemia hemolitik, atau
lekopenia atau limfopenia atau trombositopenia.
10. Kelainan imunologik, yaitu sel LE positif atau anti DNA
positif, atau anti Sm positif atau tes serologik unttuk sifilis
yang positif palsu.
11. Antibodi antinuklear (Antinuclear antibody, ANA) positif.
Diagnosis ditegakkan bila didapatkan 4 dari 11 kriteria diatas.

Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

39
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 096/MED/2014 0 2/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur Penatalaksanaan :
a. Pada manifestasi non-organ vital (kulit, sendi, fatigue) dapat
diberikan klorokuin 4 mg/kgBB/hari. Untuk artritis dapat
ditambahkan obat anti inflamasi non-steroid dan metotreksat
dosis rendah (7,5 mg/minggu). Bila efeknya tidak adekuat,
berikan prednison dosis rendah (15 mg/hari).
b. Bila mengenai organ vital, berikan prednison 1 1,5
mg/kgBB/hari selama 6 minggu, kemudian dilakukan
tapering off.
c. Bila terdapat peradangan yang terbatas hanya pada 1-2 sendi,
dapat diberikan injeksi steroid intraartikular.
d. Pada kasus berat atau mengancam nyawa dapat juga
diberikan pulse metilprednisolon 1 gram/hari IV selama 3
hari berturut-turut, dilanjutkan dengan prednison 40-60
mg/hari peroral.
e. Bila pada pemberian glukokortikoid selama 4 minggu tidak
diperoleh hasil yang memuaskan, maka harus dimulai
penambahan imunosupresif lain, misalnya siklofosfamid
500-1000 mg/m2 sekali sebulan selama 6 bulan, kemudian
tiap 3 bulan sampai 2 tahun.
f. Imunosupresan lain yang dapat diberikan adalan azatioprin,
siklosporin-A.
g. Proteksi terhadap sinar matahari, sinar ultraviolet, kadang-
kadang juga sinar fluoresein. Bila perlu, gunakan sunscreen
atau sunblock.
h. Penyuluhan.
Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Saraf, Psikiatri

Penatalaksanaan Osteoartritis
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

40
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 097/MED/2014 0 1/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang


mengenai rawan sendi. Penyakit ini ditandai oleh kehilangan
rawan sendi progresif dan terbentuknya tulang baru pada
trabekula subkhondral dan tepi tulang (osteofit).
Tujuan Mencegah dan menghambat progresivitas, kecacatan serta
gangguan mobilitas.
Kebijakan Penatalaksanaan osteoartsitis diberikan bila sudah memenuhi
kriteria diagnosis sebagai berikut :
Osteoartritis sendi lutut :
a. Nyeri lutut, dan
b. Salah satu dari 3 kriteria berikut :
i. Usia > 50 tahun
ii. Kaku sendi < 30 menit
iii. Krepitus + osteofit
Osteoartritis sendi tangan :
a. Nyeri tangan atau kaku, dan
b. Tiga dari 4 kriteria berikut :
i. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi
tangan tertentu (DIP II dan III ki & ka, PIP II & III ki &
ka, CMC I ki & ka)
ii. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP.
iii. Pembengkakan pada < 3 sendi MCP
iv. Deformitas pada minimal 1 dari 10 sendi tangan tertentu
v. Minimal 1 dari 10 sendi tangan tertentu.

Penatalaksanaan Osteoartritis
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

41
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 097/MED/2014 0 2/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Kebijakan Penatalaksanaan :
a. Obat anti infamasi non steroid, seperti Na-diklofenak 50 mg
b.i.d, piroksikam 20 mg o.d, meloksikam 7.5 mg o.d.
b. Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
c. Fisioterapi, terapi akupasi. Bila perlu diberikan ortosis
d. Penyuluhan
Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam, Rehabilitasi medis.

Penatalaksanaan Artritis Pirai


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

42
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 097/MED/2014 0 1/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Artritis pirai merupakan penyakit yang disebabkan oleh deposisi


monosodium urat (MSU) yang terjadi akibat supersaturasi cairan
ekstraselular dan mengakibatkan satu atau lebih dari manifestasi
klinik berikut ini : artritis akut, tofus, batu (urat) traktus urinarius
dan nefropatigout.
Tujuan Mengatasi fase artritis pirai akut dan mencegah kekambuhan.
Kebijakan Penatalaksanaan artritis pirai dilakukan bila sudah memenuhi
kriteria diagnosis ACR (1977) :
a. Didapatkan kristal monosodium didalam cairan sendi, atau
b. Didapatkan kristal monosodium urat didalam tofus, atau
c. Didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut :
i. Inflamasi maksimal pada hari pertama,
ii. Serangan artritis akut lebih dari 1 kali,
iii. Artritis monoartikular,
iv. Sendi yang terkena berwarna kemerahan
v. Pembengkakan dan sakit pada sendi MTP I,
vi. Serangan pada sendi MTP unilateral,
vii. Serangan pada sendi tarsal unilateral,
viii. Tofus,
ix. Hiperurisemiaa
x. Pembengkakan sendi asimetris pada gambaran
radiologik,
xi. Kista subkortikal tanpa erosi pada gambaran radiologik,
xii. Kultur bakteri cairan sendi negative

Penatalaksanaan Artritis Pirai


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

43
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 097/MED/2014 0 2/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur Penatalaksanaan
a. Pengobatan fase akut
i. Kolkisin. Dosis 0.5 mg diberikan tiap jam sampai terjadi
perbaikan inflamasi atau terdapat tanda-tanda toksik atau
dosis telah mencapai 8 mg/ 24 jam.
ii. Obat anti inflamasi non-steroid
iii. Glukokortikoid dosis rendah bila ada kontra indikasi
pemberian kolkisin dan obat anti inflamasi non-steroid.
b. Pengobatan hiperurisemia
i. Diet rendah purin
ii. Obat penghambat xantin oksidase (untuk tipe produksi
berlebih). Misalnya allopurinol
iii. Obat urikosurik (untuk tipe sekresi rendah)
iv. Obat anti hiperurisemik tidak boleh diberikan pada
stadium akut.
Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam, Instalasi gizi

Demam
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

44
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 098/MED/2014 0 1/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Adalah suatu keadaan dimana didapatkan kenaikan suhu tubuh


lebih dari 37,2C diukur secara oral/aksilar.
Tujuan 1. Menurunkan demam
2. Melacak penyebab demam
3. Penatalaksanaan sesuai dengan penyebab demam.
4. Mencegah agar demam tidak berkepanjangan dan menjadi
sepsis
Kebijakan Pasien dengan suhu > 38,5C dan atau pasien merasa tak
nyaman dapat diberi obat simptomatik.
Jika suhu > 41C harus diturunkan segera.
Melacak penyebab demam, sesuai SPM masing-masing
penyakit.
Bila penyebabnya dicurigai jamur/bakteri, harus dilakukan
kultur dan sensitivitas.
Memberikan antibiotik empirik sesuai fokus infeksinya, dan
segera disesuaikan dengan hasil kultur dan sensitivitas.
Proosedur Terapi Kausatif
Jika ditemukan kausa spesifik, atasi dengan obat terpilihnya.
Simptomatik :
Bila pasien dirawat, ruangan ventilasi cukup sejuk

Demam
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

45
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 098/MED/2014 0 2/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Proosedur Kalau perlu buka baju pasien, kemudian basahi tubuh pasien
dengan air (suhu kamar, bukan air es/dingin) dan biarkan
menguap dengan sendirinya, atau mandi dengan air suhu
37C untuk beberapa menit.
Obat antipiretik :
1. Parasetamol (PO), dosis 1,5 3 g/hari dalam dosis terbagi,
atau
2. Asetil Salisilat (PO), dosis 1,5 3 g/hari dalam dosis terbagi
bila perlu.
Unit Terkait 1. Poliklinik Dalam
2. Poliklinik SMF terkait
3. Instalasi : rawat inap, Radiologi, ICU

Demam Belum Terdiagnosis


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

46
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 099/MED/2014 0 1/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Adalah suatu keadaan dimana seorang penderita mengalami


demam terus-menerus selama 3 minggu dengan suhu diatas
38,3C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah
dilakukan penelitian secara intensif dan telah menggunakan
sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
Tujuan 1. Mencari penyebab demam
2. Menghilangkan penderitaan penderita
Kebijakan Terapi simtomatik dapat diberikan
Penegakan diagnosis dilakukan secara cepat dan efisien.
Prosedur Penatalaksanaan :
1. Persiapan penderita
Penderita rawat inap untuk observasi dari terapi
Pemeriksaan laboratorium (seroimunologi &
mikrobiologi)
Biopsi, Laparotomi
USG, CT Scan
2. Persiapan alat
Tabung steril untuk biakan mikrobilogi
Jarum biopsi, desinfektan
Fasilitas rawat inap steril
Antipiretika
Alat kompres dingin, alkohol 70%, handuk kecil

Demam Belum Terdiagnosis


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

47
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 099/MED/2014 0 2/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur 3. Persiapan perawat


Pemantauan intensif perkembangan suhu dan status
hemodinamika
Pemberian kompres dingin
4. Terapi simtomatis : antipiretika (parasetamol) kompres
dingin, infus
Unit Terkait 1. Poliklinik Penyakit Dalam
2. Instalasi : Radiologi, laboratorium

DEMAM TIFOID
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

48
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 100/MED/2014 0 1/3
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2014 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Demam Tifoid adalah penyakit sistematik yang ditandai oleh


demam akut akibat infeksi mikroba gram-negatif Salmonellla
sp. (lebih dari 500 spesies). Salmonella yang banyak dikenal di
Klinik adala Salmonella typhi, S.paratyphi A, B, dan C.
Tujuan 1. Mengatasi gejala
2. Membasmi infeksi salmonella
3. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul
4. Mencegah relaps
Kebijakan 1. Memberikan antibiotika yang sesuai
2. Mengatasi komplikasi
3. Memberikan terapi suportif dan simtomatik
4. Indikasi Rawat Inap : Penderita demam Tifoid sebaiknya
dirawat inap di rumah sakit.
Prosedur 1. Rawat Umum
a. Tirah baring selama demam masih ada
b. Diit TKTP, boleh makanan padat, namun rendah serat
c. Demam sebaiknya cukup dengan kompres dingin saja
d. Jika pasien tampak toksik, diberi hidrokotison dosis 100
mg IV/8 jam
e. Dilakukan upaya mencegah dekubitus
f. Tulis defekasi penderita dalam curve list tiap hari

DEMAM TIFOID
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

49
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 100/MED/2014 0 2/3
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur a. Lapor bila 3 hari penderita tidak buang air besar


b. Perhatikan keluhan penderita tentang perut kembung,
berak darah
Obat pilihan :
a. Kloramfenikol 50-100 mg/KgBB selama 2 mgg. Kontrol
jumlah lekosit setiap 5-7 hari
b. Amoksisilin 2 dd 2000 mg atau Ampisilin 4 x sehari 1 2
gram (14 hari)
c. Kontrimoksasol 2x2 tab (10-14 hari)
d. Fluoroquinolone generasi III 300 mg-1 gr/hari (5-7 hr) :
Ciprofloxacin 2x500 mg, Pefloxacin 1x400 mg, Ofloxacin
1x400 mg
e. Ceftriakson 20 mg/KgBB/hari (3-7 hari)
f. Pada sepsis / DIC dapat ditambahkan deksametason 3
mg/KgBB loading
g. Dose dalam 30 menit diikuti 1 mg/KgBB per 6 jam selama
24-48 jam
h. Perforasi usus mungkin perlu pembedahan.
i. Hindari pemberian salisilat, laksansia dan lavement
(mencegah kemungkinan perdarahan/perforasi)
Karier (Carrier) diatasi dengan ciprrofloxacin, cotrimoksasol,
ampisilin dan kolesistektomi. Catat semua tindakan dalam
lembar observasi.

DEMAM TIFOID
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 100/MED/2014
Purwodadi
0 3/3
Telp. (0292) 422838

50
Prosedur Follow up :
a. Observasi harian : hasi terapi (suhu, perubahan fisik, keluhan
baru, dsb)
b. Evaluasi kemungkinan penyebab lain dari demam.
c. Evaluasi kemungkinan komplikasi, misal : nyeri perut, nadi
cepat, tekanan darah turun, dll
d. Bila suhu turun << 5 hari terapi teruskan
e. Bila > 5 hari suhu belum turun, tapi cenderung turun terapi
teruskan
f. 2 3 hari suhu meningkat ganti obat intravena
g. 2 3 hari tetap suhu tinggi pertimbangkan pemberian
steroid
h. Suhu yang tidak segera turun / naik lagi, mungkin :
Infeksi campuran
Resistensi obat
Infeksi nosokomial : UTI, phlebitis, aspirasi
i. Tidak patuh tirah baring
Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam
Spesialis Bedah
Laboratorium

Demam Berdarah Dengue


Tanpa Perdarahan Masif dan Tanpa Syok
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 101/MED/2014
Purwodadi
0 1/3
Telp. (0292) 422838

51
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Demam Berdarah Dengue yang tanpa disertai komplikasi syok


maupun perdarahan.
Tujuan 1. Melakukan rehidrasi
2. Mencegah terjadinya sindroma syok dengue
Kebijakan 1. Memberikan rehidrasi yang adekuat
2. Melakukan pemantauan klinis derajat penyakit
Prosedur 1. Timbang berat badan
2. Ukur suhu, nadi, tensi dan Rumpel Leede
3. Tulis di kurve list penderita
4. Awasi dan segera lapor bila penderita mengalami perdarahan
spontan.
5. Siapkan penderita untuk pemeriksaan darah : Hb, Ht, AT
sesuai keperluan.
6. Siapkan infus dan berikan sesuai keperluan
7. Ambil darah untuk pemeriksaan serologi
Penatalaksanaan :
Cairan yang diberikan : RL (cairan lain yang boleh
diberikan : ringer asetat, D5% dalam NaCl 0,45%, D5%
dalam normal salin atau NaCl 0,9%) :
3000 cc/24 jam pada pasien dengan BB 50-70 kg
2000 cc/24 jam pada pasien dengan BB < 50 kg
4000 cc/24 jam pada pasien dengan BB > 70 kg
Diperhitungkan kembali pada : kehamilan, pasien dengan
kelainan jantung / ginjal dan usia lanjut.

Demam Berdarah Dengue


Tanpa Perdarahan Masif dan Tanpa Syok
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 101/MED/2010 0 2/3
Telp. (0292) 422838

52
Prosedur Jika didapat tanda-tanda penyembuhan dan pasien dapat
minum sekitar 2 liter selama 24 jam dengan tidak didapatkan
tanda-tanda hemokonsentrasi dan AT > 50 ribu/mm3 maka
infus dapat dikurangi.
Pemeriksaan tanda vital dilakukan setiap 6 jam dan apabila
didapatkan perburukan atau tanda-tanda syok, maka
pemeriksaan diperketat.
Tanda-tanda syok harus sedini mungkin dikenali : tampak
gelisah, penurunan kesadaran,, akral dingin, pucat, urine
menurun < 0,5 ml/KgBB/jam, tekanan darah menurun, TD
sistolik < 100 mmHg, tekanan nadi < 20 mmHg, nadi cepat
dan kecil.
Apabila didapatkan tanda-tanda tersebut harus segera
diberikan penanganan syok.
Transfusi trombosit hanya diberikan pada DBD dengan
perdarahan masif (4-5 ml/KgBB/jam) dengan AT < 100
ribu/mm3 dengan atau tanpa DIC.
Catatan :
1. Infus RL digrojok sampai ada kecenderungan penurunan
Hmt/Hb
2. Infus RL dihentikan dalam waktu 1 x 24 jam setelah keadaan
klinis penderita membaik, tidak timbul perdarahan spontan,
dan terdapat kecenderungan peningkatan trombosit pada
pemeriksaan 2 kali berturut-turut.
3. Dextran bila diberikan maksimal 1 lt/hari
4. Infus plasma segar atau darah segar diberikan sesuai indikasi.

Demam Berdarah Dengue


Tanpa Perdarahan Masif dan Tanpa Syok
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 101/MED/2010 0 3/3
Telp. (0292) 422838

53
Prosedur 5. Penderita dengan asidosis (PH 7.00 atau bikarbonat <
12meq/I dapat diberi 44-132 meq/I bikarbonat (30-80 tetes
permenit dalam 500 cc Dextrose 5%).
6. Tranfusi FWB diberikan bila perdarahan profus atau Hb<10
gr%
7. Antibiotika hanya diberikan bila ada tanda-tanda infeksi
bakterial atau atas dasar indikasi.
8. DBD derajat I tanpa keluhan : observasi dan minum banyak
Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam, laboratorium, rawat jalan, rawat inap.

Demam Berdarah Dengue


Dengan Syok Tanpa Perdarahan
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 102/MED/2010
Purwodadi
0 1/3
Telp. (0292) 422838

54
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Demam Berdarah Dengue dengan syok dan tanpa perdarahan


akibat permeabilitas pembuluh darah perifer yang meningkat,
sehingga plasma / cairan elektrolit mengisi jaringan longgar.
Tujuan 1. Menyediakan bantuan bagi kelangsungan hidup pasien
2. Mengobati komplikasi yang sering muncul pada pasien
dengaan DBD/DSS tanpa perdarahan
Kebijakan 1. Memberikan terapi simtomatik dan cairan yang adekuat
2. Mencegah komplikasi
Prosedur Prosedur awal :
Menimbang berat badan
Mengukur suhu, nadi, tensi dan Rumpel Leede
Menulis di kurve list penderita
Mengatasi dan segera lapor bila penderita mengalami
perdarahan spontan
Mempersiapkan pemeriksaan darah : Hb, Hmt, AT sesuai
keperluan.
Mempersiapkan infus dan berikan sesuai keperluan
Mengambil darah untuk pemeriksaan serologi
Penggantian darah yang hilang cairan yang digunakan untuk
penggantian cepat sebagai berikut :
Garam fisiologis
Ringer laktat atau ringer asetat

Demam Berdarah Dengue


Dengan Syok Tanpa Perdarahan
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 102/MED/2010
Purwodadi
0 2/3
Telp. (0292) 422838

55
Prosedur Campuran glukosa 5% dalam garam fisiologis perbandingan
1:2 / 1:1
Plasma, pengganti plasma (mis. Dextran 40) atau 5%
albumin (50 g/L)
Pemasangan alat tekanan vena sentral (TVS) mungkin perlu
pada DSS.
Pemberian cairan pengganti dihentikan bila hematokrit
mendekati 40% atau tetesan pemeliharaan.
Larutan glukosa 5% dalam garam fisiologis atau RL
diberikan cepat (kurang 20 menit) IV bolus 10-20 ml tiap
KgBB. Bila perlu bolus cairan 20-30 ml/KgBB
Memberikan oksigen dan cek Hmt bila tetap syok
Bila tekanan darah menurun, nadi cepat, diuresis menurun,
kadar albumin menurun, foto toraks menunjukkan edema
paru, diperlukan cairan koloid (plasma expander, FPP atau
albumin dan furosemide daalam RL).
Bila perlu vasopressor (Dopamin/Dobutamine/Epinephrin)
Kadar elektrolit dan analisa gas darah (AGD) pada kasus
yang berat sangat diperlukan kemungkinan natrium defisit
atau adanya asidosis metabolik.
Penggaantian volume cairan dan pemberian natrium
bikarbonat menghasilkan perbaikan kondisi.

Demam Berdarah Dengue


Dengan Syok Tanpa Perdarahan
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 102/MED/2010
Purwodadi
0 3/3
Telp. (0292) 422838

56
Prosedur Kriteria memulangkan pasien :
Tidak ada demam lagi sedikitnya 24 jam tanpa menggunakan
antipiretika.
Kembalinya nafsu makan
Kemajuan klinis terlihat nyata
Produksi urine normal
Hamtokrit stabil normal
Terbebasnya dari syok sedikitnya 2 hari
Tidak ada gangguan pernafasan akibat edema paru, efusi
pleura/ascites
Jumlah trombosit > 50.000/ml
Unit Terkait Instalasi : laboratorium, PMI, Farmasi

Demam Berdarah Dengue


Dengan Syok dan Perdarahan
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 103/MED/2010
Purwodadi
0 1/2
Telp. (0292) 422838

57
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Demam Berdarah Dengue yang menimbulkan komplikasi syok


dan perdarahan.
Diagnosis :
a. Sifat sakit mendadak
b. Gejala utama berupa demam 2-7 hari
c. Sakit kepala, mual, muntah disertai darah kehitaman
d. Syok
e. IgM anti Dengue (+), IgG anti Dengue (-) infeksi primer
f. IgM anti Dengue (+), IgG anti Dengue (+) infeksi sekunder
g. Trombosit kurang dari 100.000 / ml
h. Ht turun di bawah normal termasuk Hb
i. Kontrol Hb, AL, AT, dan Hmt tiap 3-4 jam
j. Elektrolit serum dan analisis gas darah
k. PPT, APTT, dan waktu trombin
l. Fungsi hepar, SGOT, SGPT, serum protein
Tujuan 1. Memberi bantuan yang baik / penting bagi kelangsungan
hidup pasien
2. Mengobati komplikasi yang sering muncul pada pasien
dengan DBD/DSS perdarahan
Kebijakan Melakukan penatalaksanaan yang efektif dan segera.
Prosedur Terapi :
Penggantian darah yang hilang karena hematemesis, melena
dengan darah segar atau waktu yang cepat diperlukan dengan
FWB.

Demam Berdarah Dengue


Dengan Syok dan Perdarahan
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 103/MED/2010
Purwodadi
0 2/2
Telp. (0292) 422838

58
Prosedur 1. Usaha penghentian darah dengan transamine, ranitidin, atau

2. vitamin K
3. Pasang NGT spoeling air es tiap 6 jam, segera masukkan
antasida cair dalam membantu menghentikan perdarahan
lambung.
4. Makan minum stop, kebutuhan kalori diganti dengan diet
parenteral.
5. Monitor keadaan klinis.
6. Monitor laboratorium.
7. Bila terdapat leukopeni berat perlu pemberian antibiotika.
8. Bila perdarahan lambung terhenti dan keadaan klinis
membaik dapat dimulai diet lambung I dilanjutkan diet
lambung II, dan seterusnya.
9. Hemostasis perlu diulang setiap 24 jam.
10. Bila perdarahan terus berlanjut, siapkan pasien untuk dirujuk
ke RS yang lebih lengkap
Unit Terkait Instalasi : Laboratorium, PMI, Farmasi.

Diare Akut
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 104/MED/2010
Purwodadi
0 1/3
Telp. (0292) 422838

59
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Suatu keadaan dimana defekasi (BAB) dengan tinja


berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dengan
kandungan air tinja lebih dari normal (> 200 g atau 200
ml/24 jam) yang berlangsung 15 hr.
BAB encer lebih dari 3 kali sehari. BAB dapat disertai lendir
/ darah.
Spektrum klinis diare akut karena infeksi meliputi penyakit
yang self limiting hingga yang memerlukan terapi live saving
Tujuan 1. Mengatasi gejala terutama dehidrasi
2. Mengatasi infeksi
3. Mencegah komplikasi
Kebijakan 1. Memberikan rehidrasi yang adekuat
2. Memberikan antimikroba yang sesuai
3. Memberikan terapi suportif untuk mencegah komplikasi
Prosedur 1. Masuk rumah sakit bila :
Dehidrasi berat
Muntah berak profus
Syok
Komplikasi lain

Diare Akut
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24
Purwodadi 104/MED/2010 0 2/3
Telp. (0292) 422838

60
2. Rehidrasi :
Prosedur
Oral
Intra vena/infus

Cairan pilihan : ringer laktat

Jumlah tergantung :
Derajat dehidrasi
Berat jenis plasma
Kecepatan : rehidrasi initial selesai 2 jam
Lanjutkan pemberian infus dengan cairan
maintenance
3. Ukuran suhu, tensi, nadi
4. Terapi kausal
Antibiotik/antiparasit : tergantung penyebab
Lactobaccilus : menekan bakteri tumbuh lampau atau
infeksi
Kortikosteroid : untuk allergi makanan atau inflamatorik
5. Terapi lain tergantung :
Komplikasi
Penyakit lain yang menyertai
Simtomatik
6. Ukur balance cairan tubuh pada jam 6 12 18 24 dan
catat di lembar observasi
7. Lakukan EKG pada penderita yang umurnya di atas 50 tahun
8. Infus dilepas, bila penderita sudah dapat kencing dan tidak
BAB lagi
9. Tulis semua tindakan dalam lembar observasi

Diare Akut
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

61
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 104/MED/2010
Purwodadi 0 3/3
Telp. (0292) 422838
Prosedur Pilihan pemberian terapi spesifik diare akut bisa mencakup
Rotavirus/Norwalk/HIV : simtomatik
Salmonella spp : Ampicillin, Cotrimoksazol, Quinolone
Shigella spp : Ampicillin, Cotrimoksazol, Quinolone
Vibrio kholera : Tetrasiklin
E. Coli patogen : Simtomatik/antimikroba
C. Difficile : Metronidazole, Vancomycin 1-2 mgg
E. Hystolitica : Metronidazole, Tinidazol, Omidazol
G. Lamblia : Derivat nitroimidazole
C albicans : Nistatin, probiotik
S stercoralis : Tiobendazole
T trichuria : Mebendazole
Unit Terkait Instalasi : laboraorium, Farmasi

62
LEPTOSPIROSIS
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 105/MED/2010
Purwodadi
0 1/2
Telp. (0292) 422838

Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan


oleh mikroorganisma leptospira tanpa memandang bentuk
spesifik serotipenya
Tujuan 1. Menyediakan bantuan bagi kelangsungan hidup pasien
2. Mengobati komplikasi yang sering muncul pada pasien
leptospirosis
Kebijakan 1. Memberikan antibiotika yang sesuai
2. Mencegah dan mengendalikan komplikasi
Prosedur 1. Tirah baring
2. Makanan / cairan disesuaikan dengan komplikasi organ.
3. Antibiotika : Penisilin, Streptomisin, Tetrasiklin,
Kloramfenikol, Eritromisin, Siprofloksasin. Pilihan pertama
antibiotika adalah Penisilin-G 1,5 juta IU/6 jam (5-7 hr)
4. Terapi antimikrobial efektif hr 1-3 namun kurang manfaat
pada fase imun dan tidak efektif jika disertai ikterus, gagal
ginjal maupun meningitis
5. Terapi Suportif
6. Diberikan sesuai dengan keparahan dan komplikasi yang ada
7. Pada gangguan fungsi hati diberikan perawatan hepatitis

63
LEPTOSPIROSIS
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 105/MED/2010
Purwodadi
0 2/2
Telp. (0292) 422838

Prosedur 8. Pada gangguan fungsi ginjal :


a. Protein diet sesuai kreatinin
b. Keseimbangan cairan/elektrolit/asam basa
c. Azotemia/uremia berat dilakukan dialysis
Unit Terkait Instalasi rawat inap

Spesialis Penyakit Dalam


Laboratorium
ICU

64
Penanganan Malaria Berat
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

65
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 106/MED/2010 0 1/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Malaria berat adalah Infeksi P. falciparum stadium aseksual


dengan komplikasi satu atau lebih (koma, anemia berat, gagal
ginjal akut, ARDS, syok, perdarahan, kejang berulang, asidemia)
Tujuan Mengatasi kegawatan yang terkait dengan keadaan malaria berat
untuk mengurangi kematian.
Kebijakan Penatalaksanaan malaria berat berupa tindakan suportif, spesifik
dan pengobatan terhadap komplikasi.
Prosedur Pemberian obat anti malaria pada kasus malaria berat
1. Kina (Kina HCl/Kinin Antipirin)
2. Cara pemberian dan dosis : Dosis loading dengan 20 mg/kg
BB Kina HCl dalam 100-200 cc D5%NaCl 0,9% selama 4
jam, dan segera dilanjutkan dengan 10 mg/kgBB dalam
D5%/NaCl 0,9% diberikan tiap 8 jam.
3. Apabila penderita sudah sadar, kina diberikan per oral
dengan dosis 3x400-600 mg selama 7 hari dihitung dari
pemberian hari pertaama parenteral (10 mg/kg Bb/8 jam)
4. Dosis loading tidak dianjurkan untuk penderita yang telah
mendapatkan kina atau neflokuin 24 jam sebelumnya.
5. Bila setelah pemberian 48 jam belum terdapat tanda
perbaikan atau pada penderita dengan gangguan fungsi hepar
/ ginjal dosis dapat diturunkan setengahnya.

Penanganan Malaria Berat


Di RS. Permata Bunda Purwodadi

66
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 106/MED/2010 0 2/2
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur 6. Klorokuin
7. Dosis loading : Klorokuin 10 mg basa/kg BB dilarutkan 500
cc cairan isotonis dan diberikan dalam 8 jam, dilanjutkan
dengan dosis 5 mg basa/kg BB per infus selama 8 jam
diulangi 3 kali (dosis total 25 mg/kg BB selama 32 jam) Bila
cara i.v. per infus tidak memungkinkan, diberikan secara
intra muskuler atau subkutan dengan cara :
8. 3,5 mg/kg BB klorokuin basa tiap 6 jam interval atau 2,5 i/kg
BB klorokuim basa tiap 4 jam interval.
9. Bila penderita sudah dapat minum oral segera pengobatan
parenteral dihentikan, umumnya setelah 2 kali pemberian
parenteral.
10. Injeksi kombinasi Sulfadoksin-Pirimetamin (Fansidar)
11. Ampul 2 ml berisi 200 mg S-D + 10 mg Pirimetamin
12. Ampul 2,5 ml berisi 500 mg S-D + 25 mg Pirimetamin
13. Fansidar tidak memiliki efek antipiretik sehingga harus
disertai parasetamol.
14. Pemberian anti konvulsan pengobatan tambahan pada
malaria serebral berguna untuk menghindari aspirasi.
Diazepam i.v. 10 mg
Paraldehid 0,1 mg/kg BB
Kormetiazol 0,8% larutan infus sampai kejang hilang
Fenitoin 5 mg/kg BB i.v. diberikan selama 20 menit
Fenobarbital 3,5 mg/kg bb (umur di atas 6 tahun)
Unit terkait Spesialis Penyakit Dalam, laboratorium, rawat inap, ICU,
Spesialis Saraf

Koma
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

67
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 107/MED/2010 0 1/8
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Suatu tata cara penanganan Koma yaitu suatu manifestasi


penurunan kesadaran yang berat daari seorang penderita, tidak
daapat dibangunkan walaupun dilakukan dengan rangsangan
nyeri yang kuat.
Tujuan 1. Bagi Rumah Sakit : Agar prosedur pelayanan pasien
khususnya dalam penegakan diagnosis & terapi bagi pasien
yang mengalami Koma berjalan dengan baik, teratur sesuai
dengan tata cara yang telah digariskan.

2. Bagi pasien : Agar pasien / keluarga mendapat pelayanan


yang baik, konsisten, cepat dan terarah sesuai dengan kondisi
pasien dan fasilitas yang ada.
Kebijakan Proses pelayanan pasien Koma harus efektif dan cepat, sesuai
target di PPMP (Program Peningkatan Mutu Pelayanan)
Prosedur 1. Dokter menetapkan
INDIKASI
Kesadaran menurun
KONTRA INDIKASI
Tidak ada
2. Perawat mempersiapkan
ALAT a. Tensimeter b. Statetoskop
c. Refleks hammer d. Lampu senter

Koma
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

68
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 107/MED/2010 0 2/8
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur 3. Dokter melakukan ANAMNESIS


a. Penyakit yang diderita sebelum koma (DM, Hipertensi,
penyakit ginjal, penyakit hepar, epilepsy, penyakit darah,
adiksi obat, tumor otak).
b. Keluhan sebelum penderita koma, seperti nyeri kepala,
pusing, muntah, kejang, penglihatan ganda, kelumpuhan
separoh badan.
c. Obat-obat yang diminum penderita sebelum koma
(penenang, obat tidur, obat diabetes, injeksi insulin).
d. Apakah ada sisa-sisa di dekat penderita, bekas obat pada
bibir atau pada pakaian.
e. Apakah koma terjadi secara mendadak, atau penderita
secara perlahan bertambah ngantuk, adakah gejala ikutan
(kejang).
f. Apakah dijumpai surat perpisahan.
g. Apakah penderita inkontinensia alvi atau uri.
4. Dokter melakukan PEMERIKSAAN UMUM
a. Frekuensi, isi dan ritme nadi
b. Pengukuran tensi lengan kanan dan kiri
c. Pengukuran suhu badan
d. Bau pernafasan (aseton, amonia, alkohol, atau hepar)
e. Warna permukaan kulit (ikterus, sianosis, bekas injeksi)
f. Luka-luka karena trauma
g. Selaput mulut dan bibir (terdapat darah/bekas racun)
h. Turgor kulit (dehidrasi)
i. Kepala, adakah otorea, rinorea, hematom, fraktur

Koma
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

69
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 107/MED/2010 0 3/8
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur j. Leher, fraktur vert serv, jk tak ada periksa kaku kuduk
k. Toraks, periksa paru-paru, jantung
l. Abdomen, periksa hepar (koma hepatik), ginjal (koma
uremik), kandung, seni (retensio urin).
5. Dokter melakukan PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
Pemeriksaan kesadaran dengan Skala koma Glasgow
Pemeriksaan Aktifitas Penderita Angka
Membuka Mata Membuka mata spontan 4
Membuka mata atas perintah 3
Membuka mata dengan 2
dirangsang
Tidak dapat membuka mata 1
Bicara orientasi baik 5
Kalimat dan kata baik isi 4
inadekuat
Kata baik, kalimat tidak baik 3
Keluar kata yang tak dapat 2
dimengerti
Tidak keluar suara 1
Gerakan Motorik Mengikuti perintah 6
Dapat menunjuk lokasi 5
Penarikan (gerakan aduksi) 4
Fleksi 3
Respon ekstensor 2
Tidak ada gerakan 1

Koma
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 107/MED/2010
Purwodadi
0 4/8
Telp. (0292) 422838

70
Prosedur 6. Dokter melakukan pemeriksaan untuk menetapkan letak
proses
a. Observasi umum
b. Fungsi nukleus batang otak masih baik tandanya : ada
gerakan menelan, membasahi bibir, menguap.
c. Kejat mioklonik, multifokal dan berulang kali (tanda
gangguan metabolisme sel hemisfer otak).
d. Posisi dekortikasi, letak kedua, lengan dan ttungkal
dalam keadaan fleksi (gangguan di hemisferiurn).
e. Posisi deserebrasi, letak kedua, lengan dan tungkai dalam
keadaan ekstensi (gangguan di batang otak).
f. Observasi pola, pernafasan
Cheyne-Stokes (apneu, diikuti pernafasan dangkal,
kemudian berangsur-angsur bertambah besar
amplitudonya hingga maksimum, setelah itu bertahap
mengecil hingga apneu, siklus baru lagi), lesi di
hemisfer/batang otak bagian atas.
Hiperventilasi neurogen sentral (pernafasan cepat dan
dalam), lesi di tegmenturn (batas mesensefalon dan
pons).
Pernafasan apneistik (inspirasi dalam, diikuti
penghentian ekspirasi yang lama) lesi di pons.
Pernafasan ataksik (pernafasan cepat, dangkal tak
teratur), lesi di formasio retikularis bagian
dorsomedial med oblongata.

Koma
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 107/MED/2010
Purwodadi
0 5/8
Telp. (0292) 422838

71
Prosedur 7. Dokter melakukan pengamatan pupil dan gerakan bola mata
a. Besar, isokori atau anisokor, refleks cahaya dan
konsensual
b. Gerakan bola mata
Deviasi konjugat (ggn gerak mata pada garis horizontal)
Lesi area 8 lobus frontalis (kedua bola mata lihat ke
lokasi lesi)
Lesi di talamus (kedua bola mata melihat ke hidung)
Lesi di pons (kedua bola mata berada di tengah-tengah,
dengan perasat dolls eye, yaitu kepala digerakkan ke
samping, tidak terlihat gerakan bola mata ke arah
samping berlawanan.
Lesi di serebelum (sulit melihat ke samping / ke arah lesi)
Refleks sefalik
Refleks pupil (refleks cahaya & konsensual) lesi di
mesensefalon
Perasat dolleye
Refl okulo-auditorik (telinga dirangsang suara keras,
mata nutup
Refleks okulo-vestibular (lesi di pons, bila dari lubang
telinga dirangsang, dg memasukkan air hangat (44
derajat), tak terlihat gerak bola mata ke telinga yang
dirangsang)
Refleks kornea (merangsang kornea dengan kapas halus,
menyebabkan penutupan kelopak mata).
Refleks (merangsang kornea dengan kapas halus,
menyebabkan penutupan kelopak mata)
Refleks muntah (lesi di med oblangata, akan hilangkan
reflek ini)

Koma
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 107/MED/2010
Purwodadi
0 6/8
Telp. (0292) 422838

72
Prosedur 8. Dokter memeriksa reaksi terhadap rangsa nyeri
Rangsang nyeri pada arkus orbita, stemum, jaringan di
bawah kuku, reaksi yang terlihat :
Gerakan abduksi (seakan-akan penderita menghalau
rangsangan, fungsi hemisfer baik)
Gerakan fleksi lengan & tungkai (ggn hemisfer)
Bila dirangsang, kedua lengan dan kedua tungkai
mengambil posisi ekstensi (ggn batang otak)
9. Dokter melakukan pemeriksaan fungsi traktus piramidalis
untuk :
i. Mengetahui adanya kelumpuhan :
Merangsang dengan rangsang nyeri (adakah gerakan
ekstremitas, sisi yang tak bergerak menandakan
kelumpuhan, berarti lesi sentral).
Menempatkan ekstremitas pada posisi sulit, bandingkan
mana yang lebih mudah terjatuh (tak dapat pertahankan
posisi), menandakan kelumpuhan.
Menjatuhkan lengan atau tungkai bandingkan kanan &
kiri, yang lebih dulu jatuh menandakan kelumpuhan
ii. Reftes tendinei
Pada fase akut gangguan traktus piramidalis, sisi
kontralateral, lesi terdapat penurunan refleks.
iii. Reflkes patologik
Pada sisi kontralateral reflkes patologik positif.
iv. Tonus Sisi Kontralateral lesi akan dijumpai penurunan
tonus.

Koma
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 107/MED/2010
Purwodadi
0 7/8
Telp. (0292) 422838

73
Prosedur 10. Dokter memberikan pengantar untuk
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah (fs ginjal, fungsi hepar, elektrolit, faal hemostatis,
gula)
Bila tidak ada kontraindikasi dapat diperiksa cairan
serebrospinal (dengan indikasi tertentu)
11. Dokter memberikan pengantar untuk
PEMERIKSAAN DENGAN ALAT
Oftalmoskop
EEG
Ct-Scan
12. Dokter melakukan tata laksana Koma secara umum yaitu
Pernafasan, usahakan bebas obstruksi, berilah oksigen
Tekanan darah, pertahankan pada kondisi optimal
Otak, waspadai timbulnya udem serebri, turunkan segera
TIK
Hentikan segera setiap kejang
Obati setiap infeksi yang ada
Perhatikan kandung kemih, fungsi ginjal, dan miksi
Perhatikan kebutuhan nutrisi, dan defekasi
Awasi dan pertahankan suhu tubuh
Pertimbangkan antidotum spesifik dan Kontrol setiap
agitasi

Koma
Di RS. Permata Bunda Purwodadi

74
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 107/MED/2010 0 8/8
Purwodadi
Telp. (0292) 422838

Prosedur 13. Dokter melakukan tatalaksana Koma secara khusus yaitu


tatalaksana berdasarkan etiologi koma menggunakan
akronim SEMENITE Sirkulasi, Ensefalitis, Metabolik,
Elektrolit, Neoplasma, Intoksikasi, Trauma Kepala, Epilepsi
Terkait ICU, Poliklinik, Bangsal Perawatan

SEPSIS
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 108/MED/2010
Purwodadi
0
Telp. (0292) 422838

75
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Sepsis didefinisikan sebagai respon inflamasi sistemik tubuh


terhadap infeksi atau invasi mikroba.
Sepsis merupakan suatu sindroma radang sistemik yang
ditandai dengan gejala-gejala : demam atau hipotermi,
menggigil, takipnea, takikardia, hipertensi, nadi cepat dan
lemah serta gangguan mental yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme (virus, richetsia, jamur, protozoa, bakteri)
Kriteria berbagai tahapan dalam sindroma sepsis :
Infeksi : Respon inflamatorik atas adanya invasi mikroorganisme
ke dalam jaringan pejamu yang dalam keadaan normal steril.
Bakteremia : Didapatkannya bakteri hidup dalam darah
Sindroma Respon Inflamasi Sistemik (SIRS) : Respon Inflamasi
Sistemik yang ditandai minimal 2 (dua) dari kondisi-kondisi di
bawah ini :
1. Suhu badan > 38C atau < 36C
2. Frekuensi nadi > 100 x / menit
3. pernafasan > 20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
4. Jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3, < 4.000 sel/mm3, atau
> 10% bentuk imatur (bands form)
Sepsis : Respon inflamasi sistemik yang disebabkan oleh infeksi
Sepsis Berat : Sepsis yang disertai disfungsi multiorgan,
hipoperfusi atau hipotensi.

SEPSIS
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 108/MED/2010
Purwodadi
0 2/2
Telp. (0292) 422838

76
Pengertian Syok Septik : sepsis dengan hipotensi walaupun telah dilakukan
resusitasi dengan cairan yang adekuat.
Sindroma Gagal Multiorgan (MODS) : Gangguan fungsi
beberapa organ yang menunjukkan kegagalan hemostasis
Tujuan Agar dicapai perawatan intensif dengan pemakaian antibiotika
yang sesuai dan pengobatan suportif, sehingga angka kematian
dapat diturunkan.
Kebijakan 1. Pengenalan dini kasus sepsis
2. Memberantas mikroorganisme penyebab
3. Menunjang sistem hemodinamik dan respiratorik
4. Menghilangkan sumber infeksi
Prosedur 1. Terapi antimikroba :
Empirik
Segera
Dosis rekomendasi maksimal
2. Jalur intravena
3. Pencarian dan manajemen spesifik terhadap sumber infeksi :
Drainase
Penggantian kateter
4. Terapi suportif : hemodinamika, respirasi dan kelainan
metabolik
5. Terapi suportif umum
6. Nutrisi
7. Pencegahan : perlukaan kulit, trombosis vena dalam, infeksi
nosokomial, stress ulcer
Terapi sepsis mutakhir / eksperimental (daalam penelitian)
Unit Terkait ICU, laboratorium

SYOK SEPTIK
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 109/MED/2010
Purwodadi
0
Telp. (0292) 422838

77
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian 1. Syok septik adalah sindroma klinis yang ditandai oleh


insufisiensi sirkulasi dan hipoperfusi jaringan yang
menyertai bakteriemia, yang mungkin berkaitan dengan
defek pertukaran oksigen.
2. Syok septik biasanya disebabkan akibat pelepasan toksin dari
bakteri gram negatif (endotoksin), yang umumnya
disebabkan bakteri Escherichta coh, Klebsiella-Enterobacter,
Neisseria meningitides, Pseudomonas, Serratia, Proteus,
Spesies Bacterioedes; dapat pula berkaitan dengan bakteri
gram positif seperti stafilokok, pneumokok dan streptokok.
Tujuan Agar dicapai perawatan intensif dengan pemakaian antibiotika
yang sesuai dan pengobatan suportif, sehingga angka kematian
dapat diturunkan.
Kebijakan Pemantauan ketat
Prosedur 1. Lakukan pemeriksaan analisis gas darah.
2. Bantuan pernafasan bila pO2 < 70 mmHg

SYOK SEPTIK
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 109/MED/2010
Purwodadi
0 2/2
Telp. (0292) 422838

78
Prosedur 3. Perbaikan volume dengan darah (bila anemia), plasma, atau
koloid; cairan Dextrose/saline lebih baik dari laktat; HCO 3,
untuk menaikkan pH menjadi 7,27,3; mungkin memerlukan
tambahan cairan sampai 8-12 liter dalam beberapa jam;
pemberian cairann harus tetap cepat walau ada oliguria.
4. Antibiotika : memerlukan kultur darah dan dari tempat yang
diduga sebagai sumber infeksi. Bila kausa telah diketahui
berikan kombinasi gentamisin (atau tobramisin) dan
sefalosporin atau penisilin semisintetik.
5. Tindakan bedah : fokus infeksi (abses, infrak atau nekrosis
usus, radang kandung empedu, infeksi uterus, pielonefrosis)
harus dibuang atau dilakukan drainase.
6. Obat vasoaktif : Dopamin dimulai dengan dosis 2-5
g/kg/menit, dapat dinaikkan sampai curah urine atau tekanan
darah membaik (sekitar 20 g/kg/menit, terutama stimulan
alpha-adrenergik dan dapat dijumpai vasokonstriksi ginjal
dan sirkulasi splanknikus); isoproterenol mempunyai efek
vasodilatasi dan inotropik positif terhadap jantung pada
pemberian 2-8 g/menit.
7. Diuretika : Apabila penggantian volume telah tercapai,
upayakan mempertahankan curah urine > 30-40 ml/jam.
8. Glukokortikoida : manfaatnya pada syok septik masih
kontroversial, mungkin bermanfaat bila diberikan awal; metil
prednisolon (30 mg/kg) atau deksametason (3 mg/kg), dapat
diulang tiap 4 jam.
Unit Terkait Laboratorium , ICU

TETANUS
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 110/MED/2010
Purwodadi
0
Telp. (0292) 422838

79
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.

Pengertian Tetanus adalah kelainan neurologik yang ditandai oleh


peningkatan tonus dan spasme otot yang disebabkan oleh
neurotoxin tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani.
Menegakkan diagnosis dan derajat tetanus :
Gejala dan tanda klinis :
a. Masa inkubasi 5 hari 15 minggu, rerata 8 12 hari
b. Gejala awal nyeri daerah inokulasi, diikuti kekakuan otot
sekitarnya.
c. Trismus, disfagi, nyeri/kaku kuduk, bahu dan otot belakang
badan.
d. Kekakuan perut dan otot extremitas proksimal
e. Rhisus Sardonicus dan Epistotonus
f. Kemungkinan apneu atau laringospasme
g. Dapat terjadi demam, keadaan kejiwaan tak tergaanggu
h. Tingkat kesakitan ringan (rigiditas otot dan sedikit/tanpa
spasme), sedang (trismus, disfagi, rigiditas dan spasme),
berat (serangan hebat berulang dan sering).
i. Komplikasi : pneumonia, obstruksi nafas, robekan otot,
tromboflebitis vena profunda, emboli paru, ulkus dekubitus,
rhabdomyolisis, retensi urin dan konstipasi.
j. Disfungsi otonom ditandai hipertensi labil atau menetap,
takikardi, aritmia, hiperpireksia, keringat berlebihan,
vasokontriksi perifer, peningkatan katekolamin plasma dan
perifer.
k. Hipotensi dan bradikardi

TETANUS
Di RS. Permata Bunda Purwodadi
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 110/MED/2010
Purwodadi
0 2/2
Telp. (0292) 422838

80
Tujuan Mencegah komplikasi akibat spasme dan kejang (fraktur
vertebrac), obstruksi nafas, robekan otot, dll.
Prosedur 1. Persiapan :
a. Menyediakan infus set, abbocath, suction, NGT, kateter
urin, cairan infus D 5%, RL dan nutrisi.
b. Menyediakan obat : ATS, Human tetanus imunoglobulin,
Penicilin, Clindamisin, eritromisin, metronidasol,
diazepam, midasolam, barbiturat, klorpromasin, agen
pelemas otot/vekuronium, agen penghambat alfa/beta :
clonidin, morfin
2. Terapi
a. Luka dieksplorasi hati-hati, dibersihkan dan debridement
menyeluruh serta diambil sample biakan luka.
b. Pemberian Human TIG 3000 6000 (5000 IU) im, dalam
dosis terbagi atau ATS 100.000 unit sebagian IM
sebagian IV (minimal 10.000 unit).
c. Pemberian Penicilin 10-20 juta unit perhari selama 10
hari
d. Bila alergi penisilin bisa diganti : Clindamisin,
eritromisin, metronidasol.
e. Pengendalian spasme otot dengan diazepam /
midasolam / barbiturat / klorpromasin, atau jika tidak
respon terapi daapat digunakan agen vekuronium kalau
perlu intubasi atau trakeostomi dan pemasangan
ventilator
f. Bila ada disfungsi otonomik dapat diberikan agen
alfa/beta bloker, Clonidin dan morfin sulfat
Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam, ICU, Spesialis THT, Saraf

CARDIAC ARREST

81
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 111/MED/2010 0 1/4
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.
PENGERTIAN Henti jantung adalah keadaan klinis berhentinya sirkulasi secara
mendadak karena berhentinya kerja pompa jantung pada seseorang.
Keadaan ini terutama disebabkan fibrilasi ventrikel (VF) atau
tachycardia ventrikel serius dan sebagian kecil disebabkan asistole
ventrikel dan disosiasi elektromekanik.

TUJUAN - Memberikan pertolongan untuk menyelamatkan jiwa (life


saving) pada penderita henti jantung secara cepat, tepat dan
sistematis.
- Membantu memberikan sirkulasi dan ventilasi untuk
mempertahankan fungsi otak, dan mengusahakan kembalinya
sirkulasi spontan

PROSEDUR 1. Pasien dibawa ke Ruang Resusitasi, baringkan pada brankar


yang beralas keras.
2. Memeriksa Respons Penderita
Dengan cara memanggil dan menepuk-nepuk penderita.
Bila penderita tidak memberi respons segera panggil
bantuan.
3. Memeriksa pernafasan
Bila penderita tidak bernafas : Segera periksa jalan nafas
Bersihkan jalan nafas
Lakukan Head tilt - chin
lift maneuver
Beri bantuan pernafasan
dengan Ambu Bag + O2
10 l/menit.

CARDIAC ARREST

82
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 111/MED/2010 0 2/4
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
4. Periksa nadi penderita (pada A.Carotis).
Bila tidak ada nadi Segera lakukan chest compression.
Persiapkan defibrillator dan pasang
monitor ECG (lihat protap
Pemasangan Defibrillator).
5. Periksa ritme pada monitor
Bila VT atau VF segera lakukan shock asychronized, 3 kali
berturut-turut dengan kekuatan 200 J, 300 J dan 360 J.
6. Pasang IV line (larutan NS) dan intubasi segera.
7. Beri Epinephrine 1 mg IV push (dorong dengan bolus cairan 20
30 ml), diulang setiap 3 5 menit.
8. 30 60 detik sesudah pemberian adrenalin, ulangi shock 3 kali
berturut-turut dengan kekuatan 360 J.
9. Ulangi langkah 7 8 sebanyak 3 set.
10. Berikan Cordarone (Amiodarone 150 mg/3 ml) ,5 mg /kg BB
IV ,Lidocaine (60 mg/3 ml) ,1 1,5 mg/kg BB IV ,Meylon (Na
bicarbonate 1meq/ml) ,1meq/kg BB IV
11. 30 60 detik kemudian, ulangi shock dengan kekuatan 360 J.
12. Periksa ritme pada monitor setiap sesudah melakukan shock.
Irama VF/VT menetap Teruskan langkah-langkah di atas.
Irama sinus Hentikan shock
Asystole Teruskan dengan prosedur Asystole.
13. Irama sinus
Hentikan shock
Periksa airway dan posisi endotracheal tube.
Perbaiki posisi tube.
Bila ada sumbatan, bersihkan jalan nafas
Periksa ventilasi + pasang Pulse oxymetry.
Pernafasan spontan dan adekuat (SaO2 > 95%) Beri
O2 6 l/menit.
Pernafasan spontan tetapi tidak adekuat (SaO2 < 95%)
Berikan bantuan ventilasi dengan Ambu bag.
Periksa tekanan darah dan nadi.
Hipotensi
Berikan bolus cairan 250 500 ml (kecuali pasien
overhidrasi)

CARDIAC ARREST

83
RS. PERMATABUNDA No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Hayam Wuruk 24 111/MED/2010 0 3/4
Purwodadi
Telp. (0292) 422838
Bila hipotensi tidak terkoreksi, berikan Dobutamin drip 2,5
10 g/kg BB, ditingkatkan setiap 15 menit sampai
tekanan systolik > 100 mmHg dan tanda-tanda syok tidak
ada.
Bradicardia
Periksa ulang ABC (perbaiki ventilasi dan oksigenisasi)
Bila tidak ada perbaikan, beri Atropin 0,5 mg 1 mg IV,
diulang setiap 5 menit sampai respons yang diinginkan
tercapai (nadi 60 per menit).
Untuk mencegah recurrent VF/VT, berikan Cordarone drip
10 mg/kg BB/24 jam.
Lakukan pemeriksaan ECG 12 lead
Darah : enzyme jantung , elektrolit dan lain-lain yang
dianggap perlu.
Tindakan lain Pasang Urinary catheter, Nasogastric tube
Kirim pasien ke ICCU dan segera konsultasikan dengan
cardiologist on call.

14. Pasien Asystole


Teruskan CPR
Konfirmasi asystole pada lead lain.
Apabila true asystole :
Lakukan intubasi endotracheal dan akses intravena (bila
sebelumnya tidak dilakukan).
Lanjutkan pemberian Epinephrine 1 mg IV setiap 3 5
menit.
Berikan atropin 1 mg IV, setiap 3 5 menit (total 2- 3 kali
pemberian)
15. Penghentian usaha resusitasi
Pasien tetap asystole setelah ia mendapatkan intubasi, CPR
yang memadai, akses intravena dan obat-obat sesuai
prosedur yang ditetapkan.

84
CARDIAC ARREST
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 111/MED/2010 0 4/4
Telp. (0292) 422838

VF/PulselessVT Algorithm

DEFIBRILATE
up to 3 times
200 300 360
J

Rhythm after 3
Hypother

PEA ASYSTO
Persistent or Spontaneous

Recurrent
Assess Vital
VF/VT
signs
Support airway
Continue
Support
CPR
Intubate breathing

Epinephrine 1
mg
Administer medication of
probable benefit
Defibrilate 360 J Cordarone 150 mg IV push
after 30 60 Lidocaine 1 1,5 mg / kg
sec Mg SO4 1 2 g in Torsades de
Pointes, hypomagnesemia.
Na Bicarbonate 1 mg / kg

PETUGAS - Dokter jaga UGD


- Perawat jaga UGD
UNIT TERKAIT - ICU

85
ANGINA PEKTORIS
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 112/MED/2010 0 1/1
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.
PENGERTIAN Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang berupa serangan
nyeri dada yang khas (lihat IMA), timbul terutama pada saat
melakukan aktifitas, dengan gambaran EKG berupa depresi segmen
ST.
StabilNyeri kurang dari < 15 menit
Nyeri timbul pada saat melakukan aktifitas
Tidak stabil Nyeri 15 30 menit
Nyeri timbul pada waktu istirahat

TUJUAN Memberi pertolongan segera dan mencegah komplikasi infark


miokardium.
PROSEDUR 1. Baringkan pasien, sarankan agar tenang dan tidak banyak
bergerak.
2. Berikan Oksigen 4 liter/menit dengan nasal canula/face mask.
3. Buat EKG 12 lead
4. Berikan Cedocard 5 mg sublingual, ulangi tiap 10 menit sampai
nyeri dada hilang.
5. Bila nyeri tidak hilang setelah 30 menit, ambil sampel darah dan
pasang IV line.
Periksa enzyme jantung (CPK, CKMB, SGOT dan SGPT).
Pertimbangkan kemungkinan IMA (lihat protap IMA) !
6. Bila pasien sangat gelisah dan cemas pertimbangkan pemberian
Diazepam 510mg IV.
7. EKG ulang 2 jam setelah EKG pertama.
8. Disposisi Rawat Inap
Angina pektoris tidak stabil
Nyeri tidak hilang setelah
pemberian Cedocard.Gambaran
EKG menetap.
ICCU IMA
Pulang Nyeri hilang
Gambaran EKG kembali ke normal
UNIT TERKAIT Laboratorium Klinik

86
INFARK MIOKARD AKUT
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 113/MED/2010 0 1/4
Telp. (0292) 422838
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
01 Maret 2010 Dr. H. Utomo DS, Sp.OG.
PENGERTIAN Infark Miokardium Akut adalah nekrosis miokardium akibat aliran
darah coroner tidak mencukupi disebabkan sumbatan pada satu atau
lebih arteri coroner karena pecahnya atherosclerotic plaque dan
spasme.

TUJUAN Memberi pertolongan sistematis, cepat dan tepat pada pasien infark
miokard akut yang datang ke UGD R.S. St. Elisabeth.

PROSEDUR Anamnesa sifat nyeri dada :


Nyeri substernal (kadang-kadang difuse) yang umumnya
digambarkan seperti disayat, ditindih benda berat, sesak,
sering disertai penjalaran ke satu (lebih sering ke kiri) atau ke
dua bahu, lengan, atau ke leher, rahang bawah, atau punggung.
Kadang-kadang nyeri terasa sebagai nyeri di epigastrium
sehingga disalah-artikan sebagai gangguan lambung.

TINDAKAN :
1. Baringkan penderita.
2. Beri oksigen 6 liter/menit melalui canula atau facemask.
3. Sarankan agar pasien tenang, tindak banyak bergerak dan tidak
mengedan.

87
INFARK MIOKARD AKUT
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 113/MED/2010 0 2/4
Telp. (0292) 422838
4. Rekam ECG 12 lead.
5. Pasang IV line dan ambil sampel darah untuk pemeriksaan
enzyme jantung (CPK, CKMB, SGOT dan SGPT).

Kriteria Diagnosis Diagnosa Infark Myocard Acut ditegakkan


apabila ditemukan 2 dari 3 tanda berikut :
Nyeri dada yang khas.
ST elevation > 1 mm pada lebih dari 2 precordial lead (V lead)
atau limb lead (frontal lead) yang berurutan.
Peningkatan enzyme jantung.

Infark Myocard Akut :


1. Periksa tanda-tanda vital : Denyut nadi
Tekanan darah
Pernafasan
2. Pasang ECG monitor.
3. Anamnesa singkat-Kapan mulai timbul nyeri, berapa lama,
pengobatan sebelumnya.
4. Berikan Isosorbid dinitrat (Cedocard) 10 mg sublingual,
apabila tekanan darah 90 mmHg. Aspirin 250 mg oral.
5. Berikan Morphine 1 mg IV, boleh diulang setiap 10 menit
bila nyeri tidak reda.
Kontra indikasi Hipotensi (TD sistolik 90 mmHg)
Hati-hati Penurunan tekanan darah
Depresi pernafasan
Nause dan vomitus

88
INFARK MIOKARD AKUT
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 113/MED/2010 0 3/4
Telp. (0292) 422838
Bradycardia
Apabila terjadi hipotensi, pasien segera dibaringkan posisi
Trendelenburg.
Nause dan vomitus dapat di atasi dengan pemberian Primperan
1 amp im.
6. Persiapan terapi thrombolitik :
Kontra indikasi absolut :
Ada perdarah interna aktif
Tersangka aortic dissection
Traumatik CPR
Hipertensi (systolic/diastolik 180/110 mmHg)
Mengalami CVD dalam 6 bulan terakhir.
Hamil.
Kontra indikasi relatif :
Mengalami trauma atau bedah besar dalam 2 bulan
terakhir.
Ulcus pepticum aktif.
Riwayat CVD, tumor, cedera atau bedah otak
Gangguan hemostasis
Disfungsi Hepar dan gagal ginjal.
Telah mendapat streptokinasi atau anistreplase dalam 12
bulan terakhir
CPR yang lama
Kanker atau penyakit lain dengan kelainan thorak,
abdomen atau intrakranial
Terapi thrombolitik diberikan setelah konsultasi
dengan dokter ahli jantung yang merawat.
7. Bradicardia Bila nadi < 60 / menit disertai gejala
hipotensi atau ventricular ectopy.
Berikan Atropin 0,5 1 mg IV.

8. Sinus tachycardia Denyut nadi > 100 / menit.


Disebabkan oleh : Respons phsiologis terhadap stress.

89
INFARK MIOKARD AKUT
RS. PERMATABUNDA
Jl. Hayam Wuruk 24 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Purwodadi 113/MED/2010 0 4/4
Telp. (0292) 422838
Hiperdinamic state pada orang muda (biasanya disertai
peningkatan tekanan darah).
Gagal jantung atau hipovolemia.
Tindakan sesuai dengan penyebabnya.

9. PVC Tidak memerlukan terapi spesifik.


Tidak dianjurkan pemberian lidocaine profilaksis
VT/VF.
Terapi IMA yang tepat dengan oksigenisasi, nitroglyserin,
morphine dan terapi thrombolitik.
Warning Arrhythmias PVC 6 x / menit
couplet
closely couplet (QR/QT < 0,85)
R-on-T phenomenon
Multiformis
Tindakan Segera hubungi dokter ahli jantung !
10. Disposisi Semua pasien dirawat di ICCU.

UNIT TERKAIT - Laboratorium


- ICCU

90
91

Anda mungkin juga menyukai