Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TEMPAT KERJA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan hak asasi manusia untuk
meningkatkan dan melangsungkan kehidupannya. PHBS ini juga sesuai dengan
konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia 1948 bahwa hak semua orang tanpa
membedakan suku, ras, politik, agama, negara, budaya dan tingkat sosial untuk
mendapatkan derajat kesehatannya. Oleh sebab itu pemerintah membuat suatu kegiatan
yang dapat mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih berperilaku sehat secara
mandiri, adil, mutu dan merata yang di beri nama PHBS atau perilaku hidup bersih dan
sehat. PHBS ini berisi beberapa indikator untuk seluruh kawasan Indonesia tanpa
membedakan indikator per wilayahnya. Dengan demikian seluruh indikator PHBS dapat
dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan.
Masalah kesehatan masyarakat, terutama di Negara – Negara berkembang seperti
Indonesia, didasarkan kepada dua aspek utama. Yang pertama ialah aspek fisik seperti
misalnya tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua
adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan adalah
Respon bersifat aktif maupun pasif seseorang terhadap stimulus yaitu sakit-penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan, lingkungan dan informasi. Adapaun Beberapa
bagian yang termasuk dalam perilaku kesehatan seperti perilaku kesehatan yang terkait
dengan sakit, perilaku terkait dengan sistem pelayanan kesehatan, perilaku terhadap
makanan dan juga perilaku kesehatan yang terkait dengan Lingkungan (environment
behaviour) yakni perilaku menggunakan air bersih, perilaku menggunakan jamban
perilaku mewujudkan rumah sehat serta perilaku buang sampah dan pengelolaan limbah.
Perilaku tersebut diatas merupakan bagian dari perilaku hidupa bersih dan sehat yang
biasa dikenal dengan PHBS.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan
karyawan agar mengetahui, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta ikut berperan
aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan
untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan
produktif. Manfaat dari penerapan PHBS; yaitu: setiap pekerja meningkat
kesehatannyadan tidak mudah sakit, produktivitas pekerja akan meningkat yang
berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga. Selain itu,
pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan
untuk biaya pengobatan akibat sakit. Sedangkan manfaat bagi perusahaan antara lain:
dengan meningkatnya produktivitas kerja yang berdampak positif terhadap pencapaian
target dan tujuan, menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan, serta
meningkatnya citra tempat kerja yang positif.
Salah satu indikator PHBS pada tatanan tempat kerja yaitu mencuci tangan dengan air
yang mengalir dan menggunakan sabun yang lebih dikenal dengan Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS). Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan suatu kebiasaan
membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi untuk membunuh kuman penyebab
penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan peralatan
seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang bersih. Cuci tangan pakai sabun
mampu untuk mengurangiangka diare sebanyak 45%, tetapi pemakaian sabun untuk cuci
tangan hanya mencapai sekitar 3% dari seluruh masyarakat yang menggunakan sabun
untuk cuci tangan (Anggraeni, 2016).
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka
diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996
oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat Promosi
Kesehatan. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
program PHBS, mulai dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota sampai dengan Puskesmas, memproduksi dan menyebarkan buku
Panduan Manajemen Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat Provinsi, Kabupaten, dan
Puskesmas; memproduksi dan menyebarkan buku Pedoman Pembinaan Program PHBS
di tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana kesehatan, serta membuat
buku saku PHBS untuk petugas puskesmas.

B. Tujuan
1. Memahami konsep perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
2. Mengidentifikasi masalah PHBS di tempat kerja
3. Mengidentifikasi penyebab masalah PHBS di tempat kerja
4. Menentukan cara mengatasi masalah PHBS di tempat kerja
BABA II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum PHBS


a. Pengertian
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tempat kerja merupakan upaya
memberdayakan karyawan agar mengetahui, mau dan mampu mempraktikkan PHBS
serta ikut berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di
tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan
pekerja agar tetap sehat dan produktif.
b. Tujuan PHBS di Tempat Kerja antara lain :

 Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.


 Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
 Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
 Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
 Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.
 Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masayarakat.
c. Manfaat PHBS di Tempat Kerja
Manfaat dari penerapan PHBS; yaitu : setiap pekerja meningkat kesehatannya dan
tidak mudah sakit, produktivitas pekerja akan meningkat yang berdampak pada
peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga. Selain itu, pengeluaran biaya
rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya
pengobatan akibat sakit. Sedangkan manfat bagi perusahaan antara lain : dengan
meningkatnya produktivitas kerja yang berdampak positif terhadap pencapaian target
dan tujuan, menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan, serta meningkatnya
citra tempat kerja yang positif.

Ada 3 sasaran yang harus dirubah perilakunya dalam penerapan PHBS ditempat kerja
yaitu:
a. Sasaran primer Adalah sasaran utama dalam lingkungan tempat kerja yang akan
dirubah  perilakunya yaitu seluruh aspek yang ada dalam suatu perusahaan
(karyawan dan pemilik perusahaan) yang bermasalah.  
b. Sasaran sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu yang
bermasalah dalam lingkungan tempat kerja yaitu pemilik perusahaan, mitra kerja
c. Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu
dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS dalam lingkungan perusahaan, yaitu kepala desa,
lurah, camat, kepala Puskesmas, tokoh masyarakat
d. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja yaitu:
1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok
3. Olah raga yang teratur/aktivitas fisik
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang
air besar
5. Menggunakan jamban sehat saat buang air kecil dan besar
6. Membuang sampah di tempat sampah
7. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
8. Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat
9. Bebas NAPZA (Narkotika, Obat-obatan, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya)
10. Tidak meludah sembarang tempat
e. Menurut flyer dari Kementerian Kesehatah
Beberapa perilaku (PHBS) yang harus dipraktekkan di tempat kerja; adalah :
1. Kurangi menggunakan plastik /styrofoam
2. Manfaatkan kertas bekas
3. Matikan komputer dan peralatan listrik jika sudah tidak digunakan
4. Letakan sampah pada tempatnya : pisahkan antara sampah basah, kering dan
berbahaya
5. Minimalkan penggunaan kendaraan pribadi ke kantor atau maksimalkan
penumpang dalam satu mobil
6. Tidak Merokok
7. Beraktifitas fisik sekurangnya 30 menit setiap hari
8. Cuci tangan menggunakan sabun sesering mungkin
9. Konsumsi makanan bergizi seimbang, makan buah dan sayur 3-5 porsi sehari

B. Masalah PHBS Di Tempat Kerja


Menurut World Health Organization(WHO), setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang
di negara negara berkembang meninggal dunia akibat berbagai macam jenis penyakit
yang disebabkan oleh air minum yang aman,sanitasi dan hygiene yang buruk. Indonesia
menjadi peringkat ke-3 dengan pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang
aman, sistem pembuangan sampah yang memadai dapat menekan angka kematian akibat
diare sampai 65% serta penyakit penyakit lainnya sebnyak 26% (Setyorini, 2015).
Persentasi populasi usia produktif ( 15-55 tahun) 89.7% diantaranya merupakan
pekerja aktif atau pada saat ini memiliki pekerjaan tertentu. Diantara orang yang bekerja,
44 % bekerja disektor pertanian, 19,9% bekerja disektor perdagangan. 12,3 % bekerja
disektor industri, 5,8 % bekerja disektor transportasi dan sisanya bekerja disektor
lainnya, sedangkan sektor yang memiliki proporsi paling sedikit tenaga kerja adalah
sektor listrik, air dan gas (0,2%) diikuti oleh sektor pertambangan (0,9%). Banyaknya
industri kecil dan jenis usaha sektor informal serta jumlah tenaga kerja yang terserap,
memerlukan perhatian serta penanganan kesehatan dan keselamatan kerja yang baik
sehingga terhindar dari gangguan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap produktifitas kerja. PHBS di tempat kerja adalah
Upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja
Sehat.
Salah satu kasus yang terjadi di lokasi kerja Pabrik Tahu di Kota Pangkep ditemukan
bahwa hampir semua pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri serta jika sebelum
memulai pekerjaan mereka terlebih dahulu tidak mencuci tangan dengan sabun mereka
langsung memulai pekerjaannya tanpa harus mencuci tangan, begitupun juga jika
istirahat tiba. Terbukti salah satu elapak tangan pekerja melepuh akibat bersentuhan
langsung dengan panasnya air kukusan serta karena keseringan terendam air. Alat
pelindung diri yang mereka gunakan hanya sepatu boots, itupun karena katanya merasa
becek di bagian kaki makanya mereka hanya menggunakan sepatu boots, untuk alat
pelindung diri seperti masker, sarung tangan dan lain lain mereka tidak gunakan karena
merasa panas, gerah dan lain sebagainya.
Kasus lain terjadi di Perusahaan Lotus Indah extile Surabaya, didapatkan hasil
bahwa 45% buruh yang dengan sengaja tidak memakai alat pelindung kerja pada saat
melaksanakan pekerjaannya, selain itu juga terdapat 5% buruh yang merokok di area
terlarang di lingkungan pabrik. Selain itu, kasus penyakit menular para karyawan PT.
Coca Cola Amaltil Indonesia pada tahun 2015 kasus terbanyak pada penyakit gangguan
pernafasan dan penyakit gangguan saluran pencernaan yaitu sebanyak 976 kasus dan 317
kasus. Hingga bulan Agustus 2016 angka penyakit gangguan pernafasan dan penyakit
gangguan saluran pencernaan masih menjadi kasus terbanyak yaitu sebesar 270 kasus
dan 73 kasus. Kejadian kasus banyak terjadi pada pekerja bagian produksi. Tercatat dari
total 49 kasus penyakit gangguan pencernaan dan pernafasan pada bulan Agustus 2016,
24 kasus diantaranya terjadi pada pekerja bagian produksi.

C. Penyebab Masalah PHBS di Tempat Kerja


Salah satu penyebab masalah PHBS ditempat kerja adalah kurangnya pengetahuan
pekerja dalam menerapkan PHBS yang benar di tempat kerja. Dimana yakni pekerja
tidak mengetahui pengertian APD, manfaat menggunakan, syarat dari APD dan apa saja
alat pelindung diri yang baik. Hal ini disebabkan kurangnya sumber informasi.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting. Dimana apabila pengetahuan baik,
maka perilaku APD mengikuti (Notoatmodjo, 2013).
Menurut departemen kesehatan tahun 2015, Perilaku hidup bersih dan sehat di
tempat kerja, menumbuhkan lingkungan kerja yang sehat dan nyaman, menurunkan
angka absensi sakit, meningkatkan produktivitas kerja merupakan tujuan dari promosi
K3. Dengan adanya potensi bahaya yang besar maka perlu adanya penerapan program
K3 di puskesmas sebagai langkah untuk mengupayakan terjaminnya keselamatan kerja
tenaga kesehatan (Prasetyo, 2016). Sedangkan menurut permenkes No 75 tahun 2014
bab X pasal 16 tentang SDM, dengan demikian ketersediaan tenaga kesehatan
masyarakat menjadi penyeimbang dalam pelayanan kesehatan masyarakat disebabkan
karena peran promotif dan preventif yang merupakan salah satu keahlian tenaga
kesehatan di bidang promosi kesehatan dan di bidang epidemiologi kesehatan dimana
kegiatan riil ini untuk mencegah terjadinya berbagai masalah kesehatan, khususnya yang
diakibatkan oleh lingkungan yang kurang sehat (penyakit berbasis lingkungan).
Penyebab masalah PHBS terhadap para pekerja di dapati adalah mereka belum
secara baik mengetahui apa itu PHBS, mereka hanya mengetahui PHBS secara umum
saja, tetapi tidak dengan PHBS di tempat kerja yang tertera dengan 12 indikator menurut
PERMENKES RI No 52 Tahun 2018, pihak puskesmas juga belum pernah melakukan
pelatihan/ penyuluhan/ sosialisasi di Puskesmas terkait PHBS di tempat kerja.
Berdasarkan observasi lapangan penelitian ditemukan fakta bahwa pekerja memiliki
pengetahuan kurang baik terhadap PHBS, mereka hanya mengetahui PHBS tersebut
secara umum saja dikarenakan tidak adanya pelatihan, penyuluhan, atau sosialisasi untuk
meningkatkan pengetahuan sesama tenaga kesehatan yang ada di tempat kerja.
D. Cara Mengatasi Masalah PHBS di Tempat Kerja
Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ditempat kerja merupakan program
yang dilakukan oleh Puskesmas dengan sasaran Perkantoran yang berada diwilayah kerja
Puskesmas tersebut. Pemerintah turut berperan penting dalam peningkatan derajat
kesehatan terdapat beberapa upaya yang dilakukan demi derajat kesehatan yang lebih
baik, upaya tersebut perlindungan terhadap pekerja. Puskesmas merupakan suatu hal
yang sangat penting untuk diterapkan. Bentuk perlindungan tersebut berupa program
kesehatan kerja yang bertujuan untuk melindungi pekerja informal dari kecelakaan akibat
kerja serta penyakit akibat kerja. Kesehatan kerja adalah praktek serta spesialisasi dalam
ilmu kesehatan atau kedokteran dengan tujuannya yaitu agar pekerja memiliki derajat
kesehatan yang tinggi baik fisik, mental, maupun sosial melalui usaha preventif dan
kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja maupun terhadap penyakit penyakit umum (Mongilala,
2018).
Menurut Centers for Disease Control (2002), mencuci tangan adalah ukuran paling
sederhana, efektif untuk mencegah penyebaran bakteri, patogen, dan virus. Cuci tangan
pakai sabun sangat dekat dengan keseharian kita dan juga merupakan cara yang paling
mudah dilakukan dibandingkan 4 pilar lainnya dalam STBM (Depkes RI, 2008). Cuci
tangan pakai sabun sebagai upaya preventif dalam melindungi diri dari berbagai penyakit
menular. Cuci tangan menggunakan sabun dapat kita lakukan pada waktu-waktu berikut:
sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan, setelah BAK dan BAB,
setelah membuang ingus, setelah membuang dan atau menangani sampah, kemudian
setelah bermain/memberi makan/memegang hewan, serta setelah batuk atau bersin pada
tangan kita (Desiyanto dan Djannah, 2012).
Upaya promosi kesehatan yang dilaksanakan di tempat kerja, selain bisa mengatasi,
memelihara, meningkatkan serta melindungi kesehatannya sendiri. Penerapan promosi
kesehatan di tempat kerja dapat meningkatkan produktivitas kerja dan menciptakan
lingkungan kerja yang sehat. Secara garis besar, promosi kesehatan di tempat kerja
adalah harus bisa memberikan perlindungan individu, baik didalam ataupun diluar
lingkungan tempat kerja untuk menciptakan proses kesehatan yang berkelanjutan. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja, salah satunya adalah mampu menerapkan perilaku
PHBS di tempat kerja. Dinas Kesehatan dan Puskesmas harus mampu mengelola potensi
masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah kerjanya serta melakukan analisa situasi
sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan program strategi promosi kesehatan untuk
PHBS.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dalam setiap penyampaian, sosialisasi,
penyebarluasan informasi harus disertai dengan bahaya atau risiko negatif yang
ditimbulkan jika tidak dilakukan. Pekerja harus diberikan contoh bahaya yang nyata atau
dekat dengan mereka dan yang mungkin dapat terjadi di sekitar kehidupan mereka
sehingga memberikan dorongan sikap atau dapat menggugah perasaan pekerja. Strategi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan di tempat kerja adalah: a) Lebih
mengkomunikasikan dengan para karyawan tentang perhatian dan tujuan yang terkait
dengan kesehatan; b) Mengimplementasikan program promosi kesehatan untuk membuat
pemahaman ditempat kerja; c) Membuat komitmen tetap untuk memelihara kesehatan
dan kesejahteraan karyawan; d) Memulai kegiatan program kesehatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ditempat kerja merupakan salah satu
program yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan sasaaran Perkantoran
yang berada diwilayah kerja Puskesmas tersebut.
 Upaya promosi kesehatan yang dilaksanakan di tempat kerja, selain bisa mengatasi,
memelihara, meningkatkan serta melindungi kesehatannya sendiri.
 Kesehatan kerja adalah praktek serta spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau
kedokteran dengan tujuannya yaitu agar pekerja memiliki derajat kesehatan yang
tinggi baik fisik, mental, maupun sosial melalui usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja maupun terhadap penyakit penyakit umum.
B. Saran
 Dinas Kesehatan dan Puskesmas sebaiknya meningkatkan kualitas kerja sama lintas
sektor, antar unit organisasi pemerintahan dan organisasi masyarakat.
 Diharapkan pekerja mempunyai pemahaman yang mendalam, motivasi yang kuat, dan
kreativitas yang tinggi untuk mempraktekkan program PHBS di tempat kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Gerakan Pemberdayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Fannya, P., & Indawati, L. (2020). Analisis Pemecahan Masalah Rendahnya Cakupan
PHBS di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh. Indonesian of
Health Information Management Journal (INOHIM), 8(1), 21-28.

Febriyeni, H., Sando, W., Asril, A., & Muhamadiah, M. (2022). Implementasi Perilaku
Petugas Kesehatan Dalam Penerapan PHBS di Tempat Kerja Sebagai Upaya
Promosi K3 Di Puskesmas Kota BARU Tahun 2021: Implementation of
Behavior of Health Officers In The Implementation Of PHBS In The
Workplace As a Promotion Effort Of Occupational Health And Safety In Kota
BARU Public Health’s Centre In 2021. Media Kesmas (Public Health Media),
2(1), 394-411.

Halajur, U. (2019). Promosi Kesehatan di tempat kerja. Wineka Media.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011


Tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).

Pramesti, d. M. (2014). Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Lama Kerja Terhadap Mutu
Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Buruh Berbeda Jenis
Kelamin di Perusahaan Lotus Indah Textile Surabaya (Doctoral dissertation,
University of Muhammadiyah Malang).

Yusriani, Y., Asrina, A., Syahrul, N., & Arief, M. Y. (2022). Penggunaan Alat Pelindung
Diri (Apd) Dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pada Tatanan Tempat Kerja
Di Industri Pabrik Tahu Di Kota Pangkep. J-ABDI: Jurnal Pengabdian
kepada Masyarakat, 2(3), 4381-4390.

Anda mungkin juga menyukai