Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia sejak lahir dan merupakan investasi

bagi kelangsungan hidup baik sosial maupun ekonomi. Berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab I Pasal 1,

kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu

keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu

kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari pengertian ini

dapat dikatakan bahwa keadaan sehat menjadi salah satu modal setiap individu

untuk dapat mencapai hidup sejahtera sehingga diperlukan upaya untuk

meningkatkan derajat kesehatan.1,2


Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk

pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh yang

berkesinambungan adil dan merata serta aman berkualitas dan terjangkau.


Untuk meningkatkan derajat kesehatan maka dilakukan pembangunan

kesehatan dengan konsep pembangunan kesehatan yang dikenal dengan

Paradigma Sehat, yaitu cara pandang dan/atau suatu konsep dalam

menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya

sepenuhnya menerapkan pengertian dan/atau prinsip-prinsip pokok kesehatan.


Salah satu upaya dalam peningkatan kesehatan dan kesejahteraan umat

1
manusia disusunlah suatu strategi yang dirumuskan dalam Sustainable

Development Goals atau SDGs yang menggantikan Millenium Development

Goals atau MDGs yang tidak berlaku lagi terhitung mulai akhir 2015. SDGs

terdiri dari 17 tujuan utama untuk tercapainya kesejahteraan rakyat dan

pembangunan masyarakat. 2

Gambar 1.1 Diagram SDGs

Upaya kesehatan yang semula lebih terfokus pada kuratif dan rehabilitatif

secara berangsur berkembang ke arah promotif dan preventif tanpa

mengesampingkan kuratif dan rehabilitatif sehingga puskesmas menjadi ujung

tombak untuk mencapai Indonesia Sehat.2


Dalam Sistem Kesehatan Nasional yang berperan penting dalam pelayanan

kesehatan strata pertama di masyarakat adalah Puskesmas (Pusat Kesehatan

Masyarakat). Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

2
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan

upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.3
Puskesmas merupakan dasar pelayanan primer dan ujung tombak dari

kesehatan tingkat pertama. Oleh karena itu dibutuhkan suatu manajemen yang

baik dan paripurna sehingga tercipta puskesmas dengan kerja yang optimal.3
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning, Organizing, Actuating,

Controling) untuk mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efesien. Efektif

berarti bahwa tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui proses

penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu,

berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi

yang akurat (evidence based). Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas

memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat melaksanaan upaya

kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan

target kinerja yang telah ditetapkan.4


Puskesmas melakukan penyusunan serangkaian kegiatan secara sistematis

untuk menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif dan efisien, yang mengacu

pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan

Minimal (SPM) adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur

kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah Kabupaten/Kota yang

berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis

pelayanan, indikator, dan nilai. Bentuk kegiatan evaluasi manajemen

pelayanan/program meliputi input (man, money, method, material, machine),

proses, output, outcome, dimana program/kegiatan mengacu pada SPM (Standar

Pelayanan Minimal).5

3
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM

Bidang Kesehatan yang memuat 12 jenis pelayanan dasar yang harus dilakukan

Pemerintah Kabupaten/Kota, yaitu: 1) Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai

standar pelayanan antenatal; 2) Pelayanan kesehatan ibu bersalin; 3) Pelayanan

kesehatan bayi baru lahir; 4) Pelayanan Kesehatan Balita; 5) Pelayanan kesehatan

pada usia pendidikan dasar; 6) Pelayanan kesehatan pada usia produktif; 7)

Pelayanan kesehatan pada usia lanjut; 8) Pelayanan kesehatan penderita

hipertensi; 9) Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus; 10) Pelayanan

Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat; 11) Pelayanan Kesehatan Orang

dengan Tuberkulosis (TB); dan 12) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko

Terinfeksi HIV.5

I. 2. Perumusan Masalah
a. Dalam Sistem Kesehatan Nasional, upaya peningkatan kesehatan merupakan

salah satu tujuan yang dikembangkan terutama oleh Puskesmas. Puskesmas

merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di lingkungan

wilayah kerjanya. Puskesmas dalam menjalankan perannya harus sesuai

dengan Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota yang telah ditentukan.

Oleh karena itu laporan ini akan membahas, bagaimana hasil kegiatan

Puskesmas Borobudur pada periode Januari – Juni 2018 dibandingkan dengan

Standar Pelayanan Minimal dari dinas kesehatan kabupaten Magelang, apakah

telah sesuai atau masih ada indikator yang belum terpenuhi?

I. 3. Tujuan Kegiatan

4
Laporan mengenai Evaluasi Manajemen Program Puskesmas Borobudur

Kabupaten Magelang Periode Januari-Juni 2018 ini memiliki tujuan umum dan

tujuan khusus.

I. 3. 1. Tujuan Umum
Mengetahui, mendeskripsikan, menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan

manajemen program Puskesmas Borobudur Periode Januari-Juni 2018 dengan

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas.

I. 3. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kegiatan manajemen program yang ada di Puskesmas

Borobudur Kabupaten Magelang Periode Januari-Juni 2018.


b. Mengetahui proses manajemen program yang dilaksanakan di Puskesmas

Borobudur Kabupaten Magelang Periode Januari-Juni 2018.


c. Mengetahui hasil pencapaian upaya manajemen program di Puskesmas

Borobudur Kabupaten Magelang Periode Januari-Juni 2018 berdasarkan

SPM.
d. Mengidentifikasi masalah manajemen program yang terjadi di Puskesmas

Borobudur Kabupaten Magelang Periode Januari-Juni 2018.


e. Menentukan prioritas masalah serta pencapaian upaya kegiatan di

Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang Periode Januari-Juni 2018.


f. Menentukan penyebab masalah manajemen program yang terjadi di

Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang Periode Januari-Juni 2018.


g. Mencari penyebab yang paling mungkin dari masalah program yang

terjadi di Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang Periode Januari-

Juni 2018.
h. Mencari alternatif pemecahan masalah dari prioritas penyebab masalah

yang terpilih di Puskemas Borobudur Kabupaten Magelang Periode

Januari-Juni 2018.

5
i. Mampu menyusun rencana penerapan pemecahan masalah pelayanan

kesehatan terpilih yang terjadi di Puskemas Borobudur Kabupaten

Magelang Periode Januari-Juni 2018.


j. Mampu membuat suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran dari

hasil analisa yang telah didapat.

I. 4. Manfaat Kegiatan
I. 4. 1. Bagi Puskesmas

a. Mengetahui permasalahan atau upaya Puskesmas yang belum memenuhi

target Standar Pelayanan Minimal (SPM).

b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya

Puskesmas yang belum memenuhi target Standar Pelayanan Minimal

(SPM).

c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap

upaya Puskesmas yang belum memenuhi target Standar Pelayanan

Minimal (SPM).

I. 4. 2. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan kepuasan pelayanan pasien di Puskesmas Borobudur.
b. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Borobudur.

I. 4. 3. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai syarat ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu kesehatan Masyarakat dan

Kedokteran Pencegahan.
b. Mengetahui sistem manajemen Puskesmas secara keseluruhan.
c. Mengetahui upaya-upaya wajib maupun tambahan yang ada di Puskesmas.
d. Melatih kemanapun analisis dan pemecahan terhadap masalah yang

ditemukan didalam program Puskesmas.

I. 5. Metodologi Kegiatan

6
Laporan didapatkan dari data primer dan data sekunder yang didapatkan

dari Puskesmas Borobudur hasil rekapitulasi setiap program wajib puskesmas

selama Periode Januari-Juni 2018. Data yang telah didapat dari koordinator

program kemudian diolah dengan menghitung hasil kegiatan dan skor pencapaian,

dianalisa secara deskriptif kemudian dilakukan identifikasi masalah berdasarkan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang berlaku di Puskesmas Borobudur

sehingga akan didapatkan nilai pencapaian pada akhirnya. Jika didapatkan hasil

pencapaian kegiatan yang kurang dari 100% target, maka hal ini merupakan

sebuah permasalahan yang ada pada saat itu.


Setelah ditemukan sejumlah masalah, masalah-masalah tersebut nantinya

akan dipilih berdasarkan tingkatan prioritas masalah dengan menggunakan

metode Hanlon Kuantitatif. Kemudian dilakukan analisa penyebab masalah

menggunakan metode diagram fishbone dengan berdasarkan metode pendekatan

sistem dengan melihat input (man, money, methods, material, machine), proses

fungsi manajemen yaitu P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakkan dan Pelayanan), P3

(Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian). Setelah diketahui penyebab-penyebab

masalah tersebut, maka dilakukan penentuan penyebab masalah yang paling

mungkin dengan konfirmasi ke koordinator program yang terkait. Selanjutnya,

menentukan alternatif pemecahan masalah dengan diagram pemecahan masalah.

Setelah itu, dilakukan penetapan pemecahan masalah terpilih menggunakan

kriteria Matriks dengan rumus m x i x v / C, yang selanjutnya dibuat penyusunan

rencana penyelesaian rencana kegiatan Plan of Action (POA) dari rencana

kegiatan berdasarkan pemecahan masalah yang terpilih kemudian dijadwalkan

dalam sebuah Gann chart. Gann Chart nantinya akan menyajikan rencana

7
pelaksanaan POA dalam bentuk chart yang menampung kegiatan dan jadwal

kerja. Semua kegiatan yang telah dilakukan akan dipantau dan dievaluasi.

BAB II

DATA UMUM PUSKESMAS BOROBUDUR

II.1. Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Borobudur

II.1.1.Keadaan Geografi

Kecamatan Borobudur merupakan salah satu kecamatan yang ada di

wilayah Kabupaten Magelang. Secara geografis Kecamatan Borobudur terletak

diantara 110°01’51” Bujur Timur, 110°12’48” Bujur Timur, 7°19’13” Lintang

Selatan, 7°35’99” Lintang Selatan.6

8
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur

Kecamatan Borobudur berbatasan dengan beberapa kecamatan di

Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Derah Istimewa

Yogyakarta. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten

Magelang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kalibawang Propinsi

DIY, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang,

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Salaman dan Tempuran, Kabupaten

Magelang.

II.1.2. Wilayah Administrasi Pemerintahan

Kecamatan Borobudur secara administratif dibagi menjadi 20 desa yang

terdiri dari 92 dusun. Di wilayah Kecamatan Borobudur hanya ada satu

Puskesmas sehingga wilayah kerja Puskesmas sama dengan wilayah Kecamatan

Borobudur.6

Desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Borobudur antara lain :

1) Giripurno 11) Tanjungsari

2) Giritengah 12) Karanganyar

3) Tuksongo 13) Tegalarum

4) Majaksingi 14) Kembanglimus

5) Kenalan 15) Wringinputih

6) Bigaran 16) Bumiharjo

7) Sambeng 17) Borobudur

8) Candirejo 18) Karangrejo

9) Ngargogondo 19) Ngadiharjo

9
10) Wanurejo 20) Kebonsari

Luas wilayah Kecamatan Borobudur kurang lebih 55,18 km². Luas wilayah

menurut desa di Kecamatan Borobudur disajikan pada grafik 2.1

Grafik 2.1 Luas Wilayah menurut Desa di Kecamatan Borobudur Tahun 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Tahun 2016

Luas wilayah kerja Kecamatan Borobudur yang paling luas yaitu Desa

Ngadiharjo sebesar 5,90 km², sedangkan yang paling kecil yaitu Desa Tanjungsari

sebesar 0,65 km².

II.1.3. Kondisi Demografi

10
A. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Borobudur Tahun 2016 sebesar

58.140 jiwa. Jumlah penduduk menurut desa disajikan pada grafik 2.2

Grafik 2.2 Jumlah Penduduk menurut Desa di Kecamatan Borobudur Tahun 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Tahun 2016

Jumlah penduduk Kecamatan Borobudur Tahun 2016 paling banyak

di Desa Borobudur sejumlah 8.958 jiwa, sedangkan yang paling sedikit di

Desa Kenalan sejumlah 1.176 jiwa.

Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, maka kepadatan

penduduk per kilometer persegi menurut desa di Kecamatan Borobudur

Tahun 2017 disajikan dalam grafik 2.3.

Grafik 2.3 Kepadatan Penduduk menurut Desa di Kecamatan


BorobudurTahun 2016

11
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Tahun 2016

Kepadatan penduduk di Kecamatan Borobudur Tahun 2016 adalah

sebesar 1157 per km². Desa Borobudur merupakan wilayah yang

mempunyai kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 2128 jiwa per Km²,

sedangkan desa dengan kepadatan penduduk paling rendah yaitu Desa

Kenalan yaitu 486 per km².

II.1.3 Proporsi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Proporsi penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Borobudur Tahun

2016 disajikan pada gambar 2.2.

Laki-laki Perempuan

Perempuan; Laki-laki; 50.04;


49.96; 49.96% 50.04%

Gambar 2.2 Diagram Proporsi Penduduk menurut Jenis Kelamin di


KecamatanBorobudur Tahun 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Tahun 2016

12
Berdasarkan proporsi penduduk menurut jenis kelamin di

Kecamatan Borobudur jumlah penduduk laki-laki lebih banyak yaitu

sejumlah 29.093 jiwa (50,04%) dibandingkan jumlah penduduk

perempuan yaitu sejumlah 29.047 (49,96%).

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin per desa di wilayah

Puskesmas Borobudur Tahun 2016 seperti tabel 2.1

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Desa


di Wilayah Puskesmas Borobudur Tahun 2016
Jumlah
No. Desa Laki-laki Perempuan
Penduduk
1 Giripurno 1183 1130 2313
2 Giritengah 1513 1505 3018
3 Tuksongo 1738 1766 3504
4 Majaksingi 1324 1335 2659
5 Kenalan 590 586 1176
6 Bigaran 580 614 1194
7 Sambeng 652 674 1326
8 Candirejo 2044 2071 4115
9 Ngargogondo 854 845 1699
10 Wanurejo 2091 2086 4177
11 Borobudur 4481 4477 8958
12 Tanjungsari 630 612 1242
13 Karanganyar 860 793 1653
14 Karangrejo 1299 1306 2605
15 Ngadiharjo 2304 2293 4597
16 Kebonsari 978 934 1912
17 Tegalarum 1206 1292 2498
18 Kembanglimus 942 916 1858
19 Wringinputih 2788 2765 5553
20 Bumiharjo 1036 1047 2083
Total 29093 29047 58140

Sumber Data: Badan Pusat Statistik Kecamatan Borobudur Tahun 2016

Grafik 2.4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Borobudur

paling banyak pada golongan umur 0-4 tahun.

13
Grafik 2.4 Piramida Penduduk Kecamatan Borobudur pada Tahun 2016
Sumber Data: Badan Pusat Statistik Kecamatan Borobudur

II.2. Visi Misi Filosofi/Motto Puskesmas Borobudur

II.2.1.Visi Puskesmas Borobudur

Menjadi pusat pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan dipercaya

sehingga terwujud masyarakat Borobudur yang sehat.

II.2.2. Misi Puskesmas Borobudur

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

b. Menjalin kemitraan dengan pelanggan.

c. Meningkatkan mutu SDM.

d. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

II.2.3. Motto

Menjadi Puskesmas INTERNASIONAL

INovatif

TERtib

Nyaman

Aman INTERNASIONAL

Siap melayani

Obyektif

ProfesioNAL

14
15
II.2.4 Struktur Organisasi

KEPALA PUSKESMAS
Dr. Yuniar, MPH

KA SUB BAG TU
KUSNADI S.Sos, MM

Simpus: SHINTA DEVIANTI, Amd


Kepegawaian: KUSNADI S.Sos, MM
Keuangan: WALYANA, Amd.Kg
Keuangan: INDRIA ROSITAWATI, SKM

PENANGGUNG JAWAB UKM ESENSIAL PENANGGUNG JAWAB UKM PENANGGUNG JAWAB UKP KEFARMASIAN,
ESTI MURDIWATI, Amd. Keb PENGEMBANGAN LABORATORIUM
ESTI MURDIWATI, Amd. Keb Drg. SITI SUNDARI
YAN PROMKES: ESTININGSIH, Amd. Keb
YAN KESLING: JOKO SUSIANTONO, ST YAN KES LANSIA: ENDANG PUJIANI, Amd. Keb YAN BP UMUM: Dr. SISWANTO
YAN KIA: ESTI MURDIWATI, Amd. Keb UKS: SOLIMAH, Amd. Kep YAN BP GIGI: Drg. SITI SUNDARI
YAN KB: ENDANG PUJIANTI, Amd. Keb YAN KIA: ESTI MURDIWATI, Amd. Keb
YAN GIZI: BUDI IRIYANTO, SKM YAN KB: ENDANG PUJIANTI, Amd. Keb
YAN P2P: WIWIK WIDIYATI, Skep YAN UGD: WISNU RAHARJA, Amd. Kep
YAN IMUNISASI: MUJIATI YAN KESLING: JOKO SUSIANTONO, ST
YAN PERSALINAN: ARI SULISTIYANI, Amd. Keb
YAN KEFARMASIAN: SUSI ERMAWATI
YAN LABORATORIUM: ELVI YOSHI, AM.AK
YAN IMUNISASI: MUJIATI
YAN MTBS: ENDANG PUJIANI, Amd. Keb

16
II.3. Sumber Daya Puskesmas Borobudur
II.3.1. Tenaga Kesehatan
Jenis SDM PNS PTT/ Jumlah Standar
PERMENKES
No. 75 Th.
HONOR Keterangan 2015
Kepala Puskesmas 1 - 1 1
Kepala TU 1 - 1 1
Dokter Umum 2 - 2 1 Tubel PPSDM 2
Dokter Gigi 1 - 1 1
Bidan Puskemas 2 - 2 2
Bidan PONED 8 - 8 7
Bidan Desa 17 3 20 7
Perawat 13 1 14 K2 8
Perawat gigi 2 - 2 1
Rekam medis 1 - 1 1
Ahli teknologi 1 1 2 1
laboratorium medik
Tenaga gizi 1 - 1 2
Promkes - 1 1 1
Administrasi - 1 1 K2 2
Tenaga kefarmasian 1 1 2 Analis 1

Tenaga Kesling 1 - 1 1
Cleaning Service - 3 3 1
Dapur - 3 3 1
Jumlah 52 10 65

Tabel 2.2 SDM Berdasarkan Status Kepegawaian Tahun 2018

II.3.2. Deskripsi Kerja

Deskripsi Kerja Ketenagakerjaan

a. Dokter/Kepala Puskesmas
Tugas pokok: Mengusahakan agar fungsi Puskesmas terselenggara

dengan baik.
Fungsi:
1) Sebagai manager:
 Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.

17
 Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara

vertikal dan horizontal.


 Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.
2) Sebagai seorang dokter:
 Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita.
 Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi.
 Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan

masyarakat.

b. Dokter Umum
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah

kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik.


Fungsi:

1) Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.


2) Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerjaPuskesmas baik

di Puskesmas, Puskesmas pembantu (Pustu) atau Puskesmas Keliling

(Puskesling).
3) Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita dan

masyarakat.
4) Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan

peran masyarakat.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan.

c. Dokter Gigi
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di

wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.


Fungsi:

1) Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.


2) Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah

kerja Puskesmas secara teratur.


3) Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.
4) Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

18
5) Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam

pengembangan peran serta masyarakat.


6) Memberikan penyuluhan kesehatan.
7) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

d. Perawat Gigi
Tugas pokok: Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas.
Fungsi:

1) Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas.


2) Memeriksa, menambal dan membersihkan karang gigi dan mengobati

gigi yang sakit.


3) Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi.
4) Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS (Usaha

Kesehatan Gigi Sekolah).


5) Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi.

e. Tata Usaha
Tugas pokok:

1) Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas.


2) Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.

Fungsi:

1) Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.


2) Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.
3) Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.
4) Melakukan laporan berkala ketatausahaan.

f. Petugas Puskesmas
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan

Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.


Fungsi:
1) Melaksanakan kegiatan Puskesmas baik di dalam maupun luar

gedung.
2) Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Puskesmas.
3) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4) Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas.

19
5) Melakukan pendataan sasaran secara periodik.

g. Petugas Pengobatan
Tugas pokok:

1) Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.


2) Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas

delegasi dari dokter.


3) Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
4) Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
6) Melakukan kegiatan Puskesmas.
7) Ikut dalam kegiatan Puskesmas Keliling (Puskesling) dan Puskesmas

Pembantu (Pustu).

h. Petugas P2M
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan

dan pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.


Fungsi :

1) Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.


2) Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.
3) Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.
4) Melakukanpenyuluhan, pencatatan dan pelaporan.
5) Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas

delegasi dari dokter.


6) Melakukan kunjungan rumah.
7) Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait

P2P.
8) Memberikan penyuluhan kesehatan.
9) Melakukan pencatatan dan pelaporan.

i. Petugas KIA
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja

Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.


Fungsi:

1) Melaksanakan pemeriksaan secara berkala pada ibu hamil, ibu

menyusui, bayi dan anak.


2) Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.

20
3) Memberikan penyuluhan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.
4) Melakukan pembinaan dukun bayi.
5) Melakukan pembinaan kepada bidan desa.
6) Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang

terkait dengan KIA.


7) Melakukan penyuluhan kesehatan.
8) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
9) Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

j. Petugas Gizi
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi

di wilayah kerja Puskesmas.


Fungsi:

1) Melaksanakan pemberian makanan tambahan.


2) Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang

gizi.
3) Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan

gizi.
4) Memberikan penyuluhan gizi dan pelatihan kader gizi.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
6) Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.
7) Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.
8) Melakukan pembinaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
9) Melakukan rujukan kasus gizi.

k. Petugas Sanitarian
Tugas pokok: Merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua unsur

fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap

kesehatan masyarakat.
Fungsi:

1) Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih,

jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan lingkungan dan

pekarangan.
2) Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata

air, penampungan air hujan dan sarana air bersih lainnya.

21
3) Pengawasan kebersihan, perusahaan dan tempat – tempat umum.
4) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
5) Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral.
6) Ikut serta dalam Puskesmas Keliling (Puskesling) dan kegiatan

terpadu yang terkait dengan hidup sehat


7) Memberikan penyuluhan kesehatan.
8) Pengawasan, penyehatan perumahan.
9) Pengawasan pembuangan sampah.
10) Pengawasan makanan dan minuman.
11) Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah).

l. Pelayanan Imunisasi
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah

kerja Puskesmas.
Fungsi:

1) Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas.


2) Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.
3) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
4) Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi.
5) Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.
6) Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang.
7) Memberikan penyuluhan kesehatan.

m. Petugas Unit Gawat Darurat


Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan untuk pelayanan kasus gawat

darurat di Puskesmas.
Fungsi:

1) Menyiapkan ruang gawat darurat dalam keadaan siap untuk

pelayanan.
2) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3) Melakukan rujukan kasus gawat darurat bila tidak mampu ke

Puskesmas yang lebih mampu atau ke Rumah Sakit.


4) Melakukan penanganan kasus gawat darurat sesuai standar dan

prosedur.

n. Petugas Apotek

22
Tugas pokok: Menerima resep, memeriksa, meracik dan membungkus

dan memberikan obat.


Fungsi:

1) Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang meliputi

peresepan, pembungkusan dan pemberian obat pada pasien.


2) Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.
3) Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di

apotek.
4) Membantu distribusi obat ke Puskesmas Keliling (Puskesling),

Puskemas Pembantu (Pustu) dan Pos Kesehatan Desa (PKD).


5) Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.
6) Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.

o. Petugas Laboratorium
Tugas pokok: Melakukan pelayanan pemeriksaan laboratorium.
Fungsi:

1) Membantu menegakkan diagnosa penyakit.


2) Melaksanakan pemeriksaan spesimen.
3) Membantu rujukan spesimen.
4) Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan

laboratorium.
5) Memberikan penyuluhan kesehatan.
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan.

p. Petugas Pendaftaran
Tugas pokok: Melakukan proses pelayanan di loket pendaftaran pada

semua pengunjung Puskesmas.


Fungsi:

1) Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.


2) Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.
3) Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien.
4) Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.
5) Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari

pelayanan kesehatan.
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan.

23
q. Petugas Gudang Obat
Tugas pokok: Mengelola obat-obat yang ada di Puskesmas.
Fungsi:

1) Membantu dokter atau kepala Puskesmas dalam pengelolaan obat di

Puskesmas.
2) Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas.
3) Mengatur penyimpanan obat.
4) Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.
5) Menyediakan obat untuk Puskesmas Keliling (Puskesling), Puskesmas

Pembantu (Pustu), dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD).


6) Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam

gudang obat.

II.4. Sarana Pelayanan di Puskesmas Borobudur

Tabel 2.3 Fasilitas Kesehatan Puskesmas Borobudur


Fasilitas Kesehatan Jumlah
Puskesmas induk
1 (di Desa Wringinputih)
Puskesmas Pembantu
Ada 3 Pustu :
1.Pustu Karanganyar
2.Pustu Tegalarum
3.Pustu Kenalan

Pos Kesehatan Desa (PKD)


14 PKD
1. Bumiharjo
2. Wanurejo
3. Candirejo
4. Sambeng
5. Bigaran
6. Tuksongo
7. Ngargogondo
8. Majaksingi
9.Giritengah
10. Giripurno
11. Ngadiharjo
12. Karangrejo
13. Kebonsari
14. Tanjungsari

131
Posyandu

24
II.5.Data Pemberdayaan Masyarakat

Tabel 2.4 Lingkup Unit Pemberdayaan Masyarakat dibawah Puskesmas


Borobudur
UNIT KERJA JUMLAH
SD 31
MI 15
JUMLAH SEKOLAH SMP 6
MTS 2
SMA 2
SMK 3
TOTAL 59
POSKESDES/PKD 14
KELOMPOK LANSIA 43
POSBINDU 2
POS UKK 1

II.6.Kematian ibu dan bayi


II.6.1. Jumlah Kematian
Jumlah kematian bayi,jumlah kematian balita dan jumlah kematian ibu
maternal merupakan indikator derajat kesehatan masyarakat.

Jumlah Kematian Bayi dan Balita


Tabel 2.5 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi, Anak Balita, dan Balita di
Puskesmas Borobudur Periode Januari-Juni 2018
Jumlah Jumlah
Bayi Jumlah Jumlah Kematian Balita
Jumlah
Lahir Kematian Kematian (Bayi dan Anak
Balita
Hidup Bayi Anak Balita Balita)
482 1 - - 1

II.7. Jumlah Ibu Maternal

25
Tabel 2.6 Jumlah Kematian Ibu Hamil di Puskesmas Borobudur Periode
Januari-Juni 2018
Jumlah Ibu Hamil Jumlah Kematian Ibu Hamil
953 -

II.8. Data 10 Penyakit Terbesar

Pada Tabel 2.7 disajikan data 10 besar penyakit pasien Puskesmas

Borobudur dengan tiga penyakit terbanyak yaitu adalah ISPA, diikuti Gastritis dan

Myalgia..

Tabel 2.7 Data 10 Besar Penyakit Pasien Puskesmas Borobudur periode


Januari- Juni 2018
No Diagnosis Jumlah
1 Acute Upper Respiratory Infection, Unspecified 786
2 Gastritis, Unspecified 552
3 Myalgia
495
4 Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus Without
Complications 495
5 Essential (Primary) Hypertension 494
6 Sequelae Of Injuries, Not Specified By Body Region 476
7 Influenza With Other Manifestations, Virus Not Identified 379
8 Acute Nasopharyngitis [Common Cold]
297
9 Diarrhoea And Gastroenteritis Of Presumed Infectious Origin 249
10 Fever, Unspecified 247

II.9. Perilaku Hidup Masyarakat

II.9.1 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

Hasil survey PHBS di Puskesmas Borobudur Periode Januari-Juni 2018

mayoritas penduduk sehat utama (Grafik 2.5). PHBS harus dilaksanakan karena

salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan menurut H.L Blum adalah

faktor perilaku.

26
Grafik 2.5 Strata PHBS di Puskesmas Borobudur Periode
Januari-Maret 2018
II.8.2. Keadaan Lingkungan

Menurut H.L Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat.

A. Sarana Sanitasi Dasar


Sarana sanitasi dasar meliputi air bersih, jamban dan sarana

pembuangan air limbah.

Tabel 2.8 Jumlah Sarana dan Jumlah Pemakai Air Bersih di Puskesmas
Borobudur Tahun 2018
Sarana Pelayanan Air Cakupan
∑ Sarana ∑ Pemakai
Bersih (%)
Sumur gali 5472 31652 55
Perlindungan mata air 36 5028 9.2
Non PDAM 1903 544 1
PDAM 731 1034 2
Sumur pompa tangan 67 979 2
Lain – lain 2 - -
Total 8211 39237 69

Sarana dan pemakai air bersih terbanyak dari sumur gali


selanjutnya dari perlindungan mata air.
Tabel 2.9 Sarana Jamban dan Pemakai Jamban di Puskesmas
Borobudur Periode Januari–Juni 2018

27
Cakupan
Sarana Jamban ∑ Sarana ∑ Pemakai
(%)
Jamban Keluarga 8002 84 100

BAB III

DATA KHUSUS PUSKESMAS BOROBUDUR

III.I. Program-Program Pokok Puskesmas

28
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat.


Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,

Puskesmas menyelenggarakan fungsi: penyelenggaraan Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya dan penyelenggaraan

UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

1. Upaya Kesehatan Masyarakat

a. Upaya kesehatan masyarakat esensial adalah:

- Pelayanan Promosi Kesehatan

- Pelayanan Kesehatan Lingkungan

- Pelayanan KIA dan KB

- P2PM (Pencegahan dan Pemngendalian Penyakit Menular dan

Tidak Menular)

- Pelayanan Gizi

b. Upaya kesehatan pengembangan:

- Upaya kesehatan sekolah


- Upaya kesehatan usia lanjut
2. Upaya kesehatan perseorangan

a. Rawat jalan

b. Rawat inap

c. PONED / Persalinan

d. UGD

III.2. Upaya Kesehatan Masyarakat

III.2.1 Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

29
 Pelayanan KIA buka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan

Puskesmas, Pelayanan KIA dilakukan setiap hari Senin sampai dengan

hari Sabtu.

 Pelayanan KB buka setiap hari, khusus pelayanan KB IUD setiap hari

Sabtu, KB Implan hari senin sampai kamis , KB suntik senin sampai

kamis, KB pil Jumat, dan Konseling KB Sabtu.

a. KIA

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,

ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari

program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan

keluarganya menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin

proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi

peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

b. KB

Upaya Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan,

jarak antara kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat

dicegah apabila jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki. Tujuan

KB dapat dibagi 2, yaitu:

i. Tujuan umum

30
Yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKBS).

ii. Tujuan khusus

Yaitu meningkatnya kesadaran keluarga/masyarakat untuk

menggunakan alat kontrasepsi, menurunnya jumlah angka kelahiran

bayi, meningkatnya kesehatan keluarga masyarakat dengan cara

penjarangan kelahiran.

Tabel 3.1 Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Borobudur
Januari-Juni 2018
Sasar Sasaran Cakupan
No Indikator Target an bln Pencapaian
Kegiatan Persen (%)
1 th berjalan
1 Cakupan Kunjungan
100% 517 108,5% 108,5%
bumil K1 953 477
2 Cakupan Kunjungan
95% 953 477 446 93,6% 98,53%
bumil K4
3 Setiap ibu hamil
mendapatkan
pelayanan kesehatan 100% 953 477 446 93,6% 93.6%
sesuai standar
(KEMENKES 2016)
4 Deteksi kasus risiko
100% 191 95 118 123,82% 123.82%
tinggi ibu hamil
5 Cakupan pertolongan
persalinan oleh 100% 904 452 486 107.52% 107.52%
tenaga kesehatan
6 Setiap ibu bersalin
mendapatkan
pelayanan kesehatan 100% 904 452 486 107.52% 107.52%
sesuai standar
(KEMENKES 2016)
7 Cakupan kunjungan
neonatus (Kn 1) (6 100% 861 431 481 111.73% 111.73%
jam s/d 48 jam)

31
8 Cakupan kunjungan
neonatus (Kn 2) (hari 95% 861 431 483 112.20% 118.10%
ke 3 s/d hari ke 7)
9 Cakupan kunjungan
Neonatus (Kn 3) (8 95% 861 431 473 109,87% 115,65%
hari s/d 28 hari)
10 Setiap bayi baru lahir
mendapatkan
pelayanan kesehatan 100% 916 458 461 107, 06% 107,06%
sesuai standar
(KEMENKES 2016)
11 Cakupan kunjungan bayi 92% 861 431 461 107,08% 107,08%
12 BBLR yang ditangani 100% 29 29 29 100,00% 100,00%
13 Neonatal resti yang
100% 72 72 72 100.00% 100.00%
ada/ ditemukan
14 Jumlah dukun bayi
100% 28 28 28 100% 100%
yang terlatih
15 Frekuensi pembinaan
100% 10 5 6 120,00% 120,00%
dukun
16 Setiap balita
mendapatkan
100% 3477 1739 615 35,38% 35,38%
pelayanan kesehatan
sesuai standar
17 Setiap anak pada usia
pendidikan dasar
mendapatkan 100% 409 205 437 213,69% 213,69%
skrinning kesehatan
sesuai standar
18 Cakupan pelayanan
kesehatan remaja
45% 437 437 437 100% 222,22%
penjaringan kelas 1
SLTP, SLTA sederajat
19 Jumlah seluruh 1031
80% 5159 8021 77,75% 97,18%
peserta aktif KB 7
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2018

III.2.2 Pelayanan Gizi

Tujuan dari program ini adalah menurunkan angka penyakit gizi kurang

yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah,

32
terutama pada anak balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi

terutama diarahkan untuk menanggulangi 4 masalah gizi utama yaitu kurang

kalori protein, kurang vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium, dan

anemia gizi.

Jenis kegiatan dari program gizi antara lain:

a. Pemantauan dan pertumbuhan balita

Indikator :

1. Balita yang datang dan ditimbang (D/S)

2. Balita yang naik berat badannya (N/D)

3. Balita yang naik berat badannya (N/D)

b. Pelayanan gizi

Indikator:

1. Cakupan bayi (6-11bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x

pertahun

2. Cakupan anak balita (12-59bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2 x pertahun

3. Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe

4. Balita gizi buruk yang mendapat perawatan

5. Cakupan pemberian makanan asi pada bayi BGM( Bawah Garis Merah) dari

keluarga miskin

6. Cakupan WUS yang mendapat yodium

Tabel 3.2 Hasil kegiatan Pelayanan Gizi Puskesmas Borobudur


Periode Januari – Juni 2018
Hasil
Indikator Target Sasaran Cakupan Pencapaian
Kegiatan
Pemantauan dan

33
pertumbuhan balita
- Balita yang datang dan 3785 3776 99,77% 117,37%
85%
ditimbang (D/S)
- Balita yang naik berat 3776 3350 88,71% 104,37%
badannya (N/D) 85%
Cakupan bayi (6-11 bln)
yang diberi kapsul vit A 100% 473 473 100% 100%
dosis tinggi1 kali per tahun
Cakupan anakbalita ( 12 -
59 bln) yang diberi kapsul 95% 3434 3434 100% 105,26%
vit A 2 kali per tahun
Cakupan ibu hamil yang
95% 953 481 100,94% 106,26%
diberi 90 tablet Fe
Balita BGM <1,5% 3776 12 0,30% 500%
Balita gizi kurang <15,1
3776 484 12,82% 118,71%
%
Balita gizi buruk mendapat
100% 8 8 100% 100%
perawatan
Desa dengan cakupan
keluarga bergaram yodium 90% - - - -
baik
Cakupan ibu nifas mendapat
90% 964 477 98.96% 109.96%
kapsul vit A
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2018

III.2.3 Upaya Kesehatan Lingkungan

a. Klinik hygine dan sanitasi :

Pelayanan di Puskesmas buka setiap hari Senin, dan pelayanan di luar

puskesmas setiap hari Selasa sampai dengan hari Sabtu, dikelola oleh 1

orang tenaga sanitarian yang juga bertugas dalam program lapangan.

b. Upaya kesehatan lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan untuk mengubah,

mengendalikan, atau menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan

34
yang terdapat di masyarakat yang dapat memberikan pengaruh buruk

terhadap kesehatan.

Jenis kegiatan:

1. Pelayanan kesehatan lingkungan

Indikatornya:

a. Institusi yang dibina

b. Rumah sehat (70%)

c. Penduduk yang memanfaatkan jamban (75%)

d. Rumah yang mempunyai SPAL (65%)

2. Pelayanan pengendalian vektor

Indikatornya: Rumah atau bangunan bebas jentik Aedes (100%)

3. Pelayanan higienis dan sanitasi di tempat umum

Indikatornya:

a. TTU yang memenuhi syarat sanitasi (76%)

b. T2PM yang memenuhi syarat sanitasi (72%)

Tabel 3.3. Hasil Kegiatan Status Kesehatan Lingkungan Puskesmas


Borobudur Januari – Juni 2018
Cakupan
Sasaran Sasaran
No Indikator Target Persen Pencapaian
1 tahun 6bulan Kegiatan
(%)
Jumlah desa
1 44% 20 10 6 60% 103,36%
melaksanakan STBM
Tempat-tempat
umum (TTU) yg
2 73% 149 75 - - -
memenuhi syarat
sanitasi
Tempat pengolahan
makanan dan
3 353 177 22 12,64% 17,56%
penjualan yang di
periksa

35
TP2M yg memenuhi
4 72% 22 22 16 72,73% 102,43%
syarat sanitasi*
Proporsi penduduk
5 85% 58140 84 84 100,00% 117,65%
akses jamban
6 Rumah Sehat 70% 14839 92 92 100% 142,86%
Penduduk yang
7 memanfaatkan 75% 8002 84 84 100% 133,33%
jamban
Rumah yang
8 65% 7584 84 84 100% 153,85%
memiliki SPAL
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2018

III.2.4 Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak

Menular (P2PM)

 Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh dokter, perawat, bidan,

dan koordinator progam.


 Program pencegahan dan pemberantasan penyakit.

Tujuan dari program P2P ini adalah menurunkan angka kesakitan dan

kematian, mencegah akibat buruk lebih lanjut penyakit, serta menkonsolir

penyakit yang telah dapat dikendalikan.

Kegiatan dari P2P adalah :

a. P2 Malaria

Hasil kegiatan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Januari-

Juni 2018:

i. Slide ACD (4%)

ii. Slide PCD (2%)

iii. Jumlah slide malaria postif (0,06/mm)

iv. Jumlah penderita malaria diobati (100%)

b. P2 TB Paru

36
Indikatornya :

i. Cakupan suspek TB paru (70%)

ii. Penderita BTA + (case detection rate) (70%)

iii. Angka konversi (convertion rate) (70%)

iv. Angka kesembuhan (cure rate) (80%)

c. ISPA

Indikatornya : Cakupan pneumonia balita yang ditangani (70%)

d. P2 Diare

Indikatornya :

i. Balita dengan diare yang ditangani (22%)

ii. Jumlah kematian karena diare (<1%)

e. P2 Kusta

Penderita kusta yang selesai berobat (90%)

f. Imunisasi

Jumlah bayi yang mendapat imunisasi :

i. BCG (95%)

ii. DPT 1 (95%)

iii. DPT 3 (95%)

iv. Polio 1 (95%)

v. Polio 4 (95%)

vi. Campak (95%)

vii. Hepatitis B 1 (0-7 hari) (90%)

viii. Hepatitis 1 total (90%)

37
ix. Hepatitis B 2 (90%)

x. Hepatitis B 3 (90%)

g. P2 DBD

Indikatornya :

i. Penderita DBD yang ditangani sesuai standar (100%)

ii. Tingkat insidens (<20/100.000 penduduk)

iii. Kematian karena DBD (<1%)

Tabel 3.4 Hasil Kegiatan Penanggulangan Penyakit Puskesmas Borobudur


Januari – Juni 2018
Sasaran Cakupan
Sasaran Pencapaia
No. Indikator Target bulan
1 tahun n
berjalan Kegiatan Persen(%)
Setiap orang
dengan TB
1 mendapatkan 100% 7 7 7 100% 100%
pelayanan sesuai
standar
Cakupan suspek TB
4
paru* 70% 623 312 48 15,41% 22,01%

Penemuan kasus
5
TB BTA (+) (Case
Detection Rate) 70% 63 32 3 9,52% 13,6%
Angka Konversi
6
(Convertion Rate) 70% 7 4 4 100% 25%

7 Angka Kesembuhan
(Cure Rate) 80% 6 6 6 100% 125%
Cakupan balita
dengan pneumoni
8 yg ditemukan/
ditangani (sesuai
standar) 70% 334 167 0 100% 125%
9 Balita dg diare yg 22% 172 86 42 48,81% 187,74%
ditangani sesuai
standar

38
Angka kematian
10 <1% Tidak ada kasus
diare
11 BCG* 95% 861 431 495 114,36% 121,03%
12 DPT 1* 95% 861 431 459 106,62% 112,23%
13 DPT 3* 95% 861 431 460 106,85% 112,48%
14 Polio 1* 95% 861 431 494 114,755% 120,79%
15 Polio 4* 95% 861 431 456 10,92% 111,50%
16 Campak 95% 861 431 521 121,02% 127,39%
Hepatitis B1
17
(0-7 Hr)* 90% 861 431 449 104,30% 115,89%
18 Hepatitis B1 total* 90% 861 431 462 107,32% 119,24%
19 Hepatitis B2* 90% 861 431 464 107,78% 119,76%
20 Hepatitis B3* 90% 861 431 460 106,85% 118,72%
Penderita DBD yg
21 ditangani *sesuai
standar 100% 2 2 2 100,00% 100,00%

22
Incidence rate 0,02% 58140 58140 2 0,003% 0,172%
Setiap penderita
hipertensi
mendapatkan
23
pelayanan
kesehatan sesuai
standar 100% 574 287 205 71,42% 71,42%
Setiap penderita
DM mendapatkan
24 pelayanan
kesehatan sesuai
standar 100% 1221 610 81 13,27% 13,27%
Setiap orang
dengan gangguan
jiwa berhak
25 mendapatkan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar 100% 206 206 100% 100%
Sumber : Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2018

39
III.2.5 Promosi Kesehatan

Pelayanan dikelola oleh 1 orang tenaga kesehatan, pembinaan dan

pengembangan peran serta aktif masyarakat. Dalam pembinaan dan

pengembangan peran serta aktif masyarakat, yang dinilai adalah:

a. Jumlah posyandu yang dinilai seluruhnya

Jumlah seluruhnya ada 134 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5 program

yaitu KIA/KB, gizi, imunisasi, penyuluhan dan penanggulangan rumah tangga

sehat.

b. Jumlah PKD (Poliklinik Kesehatan Desa)

Jumlah seluruhnya 14 PKD (Giripurno, Tuksongo, Majaksingi, Bigaran,

Sambeng, Candirejo, Ngargogondo, Wanurejo, Karangrejo, Bumiharjo,

Kebonsari, Giritengah, Ngadiharjo)

c. Pembinaan dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan Berdasarkan target

Dinkes Kabupaten Magelang tahun 2018.

Indikator kinerja pada program ini adalah penyuluhan kelompok dan umum

yang dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu:

a. Upaya penyuluhan, pencegahan, penanggulangan penyalahgunaan narkoba,

psikotropika dan zat adiktif (P3NAPZA) berbasis masyarakat sebesar 65%

b. Posyandu purnama seluruhnya sebanyak 40%. Frekuensi pembinaan sebesar

12x/tahun (80%).

Tabel 3.5. Hasil Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan Puskesmas Borobudur


Januari – Juni 2018
Pencapaia
Sasaran 1 Sasaran Cakupan
No Indikator Target n
tahun 6 bulan
Kegiatan Persen (%)

40
Setiap warga negara
indonesia usia 15 s.d
59 tahun mendapatkan 18079
skrinning kesehatan 100% 36157 1034 5,72% 5,72%
sesuai standar dalam
kurun waktu satu
tahun
Setiap orang
berisiko terinfeksi
HIV (ibu hamil,
pasien TB, pasien
IMS,
waria/transgender,
pengguna napza,
dan warga binaan
lembaga
pemasyarakatan)
mendapatkan
pemeriksaan HIV 4 73.66
sesuai standar 100% 953 77 351 % 73.66%
1 Rumah tangga sehat 75% 17588 17588 16058 91,30% 121,73%
Bayi yang mendapat ASI
2 50% 497 249 270 54,33% 108,65%
Eksklusif
4 Posyandu purnama 40% 134 67 33 24,63% 61,57%
5 Posyandu mandiri 30% 134 67 44 32,84% 109,45%
Jumlah kunjungan
6 80% 1608 804 804 100.00% 125.00%
posyandu seluruhnya
7 Jumlah kader terlatih 100% 670 670 590 88,6% 88,6%
8 Jumlah kader aktif 80% 592 592 506 85,47% 106,84%
Penyuluhan P3 NAPZA di
10 65% 12 6 3 50.00% 76,92%
sekolah
Penyuluhan HIV/AIDS di
11 65% 12 6 3 50.00% 76,92%
sekolah
Penyuluhan NAPZA dan
12 60% 96 48 38 79,17% 131,94%
HIV/AIDS oleh petugas
13 Kasus infeksi menular 100% 635 635 635 100% 100%

41
seksual yang di obati
14 Cakupan desa siaga aktif 100% 20 20 20 100% 100%
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari – Juni2018

III.3. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

III.3.1 Upaya Kesehatan Sekolah

Tabel 3.6. Hasil Kegiatan Unit Kesehatan Sekolah Puskesmas Borobudur


Januari – Juni 2018
Sasaran Cakupan
Sasaran
No Indikator Target bln Pencapaian
1 th Kegiatan Persen (%)
berjalan
17 Setiap anak pada usia
pendidikan dasar
mendapatkan skrining 100% 409 205 437 213,69% 213,69%
kesehatan sesuai standar
(KEMENKES 2016)

III.3.2 Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Menurut hasil Susenas tahun 2000, jumlah lansia 14,4 juta jiwa atau 7,18%

dari total jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia sudah

mencapai 19 juta jiwa atau sekitar 8,5% jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan

peningkatan jumlah lansia dan diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga

diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa. Pertambahan jumlah

lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia,

42
keluarga maupun masyarakat meliputi aspek fisik, biologis, mental maupun sosial

ekonomi. Peningkatan umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh multifaktor yang

dalam hal ini kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya.

Peran pengaruh kesehatan ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian,

perbaikan sistem pelayanan kesehatan.

Tabel 3.7. Hasil Kegiatan Kesehatan Lansia Puskesmas Borobudur


Januari – Juni 2018
Sasaran Cakupan
Sasaran
No Indikator Target bln Kegiata Pencapaian
1 th Persen (%)
berjalan n
19 Setiap warga negara
Indonesia usia 60
tahun keatas
100% 10673 5337 2393 44,84% 44,84%
mendapatkan skrining
kesehatan sesuai
standar

43
BAB IV

ANALISIS MASALAH

IV.1 Pemecahan Masalah

IV.1.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan

dengan keadaan yang dihasilkan atau didapatkan yang menimbulkan rasa

ketidakpuasan.

Ciri-ciri masalah adalah :

a. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel

b. Dapat diukur

c. Dapat diatasi

1. Identifikasi
Urutan dalam siklus pemecahan Masalah
masalah antara lain :

2. Penentuan Prioritas
8. Monitoring & Evaluasi Masalah

7. Penyusunan rencana 3. Penentuan Kemungkinan


penerapan Penyebab Masalah

6. Penetapan pemecahan 4. Memilih Penyebab yang


masalah terpilih paling mungkin 44

5. Menentukan alternatif
pemecahan masalah
Gambar 4.1 Siklus Pemecahan Masalah

a. Identifikasi/Inventarisasi Masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,

menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja,

misalnya SPM. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan

menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Kemudian membandingkan

antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang

diinginkan atatu indikator tertentu yang sudah ditetapkan.

b. Penentuan Prioritas Masalah

Metode yang digunakan adalah Hanlon Kuantitatif.

c. Penentuan Penyebab Masalah

Penentuan penyebab masalah dilihat berdasarkan data atau kepustakaaan

dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan

menyimpang dari masalah tersebut.

d. Memilih Penyebab yang Paling Mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih berdasarkan sebab-

sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi.

e. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

45
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari

penyebab yang sudah diidentifikasi.Jika penyebab sudah jelas maka

dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah.

f. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan

pemilihan pemecahan masalah terpilih.Apabila ditemukan beberapa

alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau

memilih pemecahan terbaik.

g. Penyusunan Rencana Penerapan

Setelah pemecahan masalah terpilih ditentukan, langkah selanjutnya

adalah menentukan kegiatan-kegiatan dalam rangka pemecahan

masalah.Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk

POA (Plan of Action atau Rencana Kegiatan).

h. Monitoring dan Evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan

masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan

menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat

dipecahkan.

IV.1.2 Analisis Penyebab Masalah

Analisis penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan

kerangka pendekatan sistem, seperti gambar di bawah ini :

46
Proses

P2
P1
P3
MASALAH
Material
Methode
Man
Money
Machine Lingkungan
Input

Gambar 4.2 Diagram Fish Bone

Hasil cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM) program Puskesmas

pada bulan Januari-Juni 2018, yang masih menjadi masalah perlu

diupayakan pemecahannya dengan menggunakan kerangka pikir pendekatan

sistem, sebagai berikut :

PROSES OUTPUT
INPUT
Fungsi Cakupan
Man Manajemen Kegiatan OUTCOME
Money (P1,P2,P3) dan Mutu
Method dan
Manajemen
Mutu

IMPACT
LINGKUNGAN
Fisik Kependudukan Sosial
Budaya Sosial Ekonomi
Kebijakan
Gambar 4.3 Kerangka Pikir Pendekatan Sistem

Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak

sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah

adalah upaya kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai

47
dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah

dapat terjadi pada input maupun proses.

IV.2 Cakupan Program yang Masih Bermasalah

Berdasarkan data pencapaian kegiatan program Puskesmas Borobudur

mulai bulan Januari-Juni 2018 didapatkan beberapa program yang masih

bermasalah karena skor pencapaiannya kurang dari target:

TabeL 4.1 Daftar Masalah dan Pncapaian Manajemen Program Puskesmas


Borobudur Periode Januari-Juni 2018

No Masalah Pencapaian

1. Cakupan kunjungan bumil K4 98.53%

2. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai 35.38%


standar
3. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat 0.00%
oleh tenkes atau terlatih/guru UKS/ dokter kecil
4. Jumlah seluruh peserta aktif KB 97.18%

5. Cakupan pelayanan pra usila dan Usila 44.84%

6. Cakupan suspek TB paru 22.01%

7. Penemuan kasus TB BTA positif (Detection Case Rate) 13.61%

8. Setiap warga negara Indonesia usia 15-59 tahun mendapat 5.72%


skrining kesehatan sesuai standar
9. Setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan 73.66%
pemeriksaan HIV sesuai standar
10. Posyandu purnama (indikator 2008) 61.57%

11. Jumlah kader terlatih posyandu 88.06%

12. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah 76.92%

48
13. Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah 76.92%

14. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan 71.42%


kesehatan sesuai standar.
15. Setiap penderita DM mendapatkan pelayanan kesehatan 13.27%
sesuai standar.

IV.3 Teknik Prioritas Masalah

Berdasarkan tabel di atas terdapat beberapa masalah pada manajemen

program Puskesmas Borobudur mulai bulan Januari-Juni 2018. Setelah

ditemukannya masalah dengan hasil pencapaian kurang dari 100%, maka

langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah berdasarkan

metode Hanlon Kuantitatif.

Kriteria penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode

Hanlon Kuantitatif sebagai berikut:

1. Kriteria A : Besarnya masalah (nilai 1-5)

2. Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1-5)

3. Kriteria C : Kemudahan dalam penanggulangan (nilai 1-5)

4. Kriteria D : Faktor PEARL (nilai 0 atau1)

Rumus Metode Hanlon Kuantitatif:

( A+ B ) C
xD
3

1. Kriteria A (Besarnya Masalah), yaitu besarnya masalah dapat ditentukan

melalui langkah-langkah berikut:

Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentasi

pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.

49
Tabel 4.2 Besar Masalah Puskesmas Borobudur Periode Januari-Juni
2018
No Masalah Besar
Masalah

1. Cakupan kunjungan bumil K4 1.47%

2. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai 64.62%


standar
3. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat oleh 100%
tenkes atau terlatih/guru UKS/ dokter kecil
4. Jumlah seluruh peserta aktif KB 2.82%

5. Cakupan pelayanan pra usila dan Usila 55.16%

6. Cakupan suspek TB paru 77.99%

7. Penemuan kasus TB BTA positif (Detection Case Rate) 86.39%

8. Setiap warga negara Indonesia usia 15-59 tahun mendapat 94.28%


skrining kesehatan sesuai standar
9. Setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan 26.34%
pemeriksaan HIV sesuai standar
10. Posyandu purnama (indikator 2008) 38.43%

11. Jumlah kader terlatih posyandu 11.94%

12. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah 23.08%

13. Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah 23.08%

14. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan 28.58%


kesehatan sesuai standar.
15. Setiap penderita DM mendapatkan pelayanan kesehatan 86.73%
sesuai standar.
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari-Juni 201

Langkah 2:

Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :

k = 1 + 3.3 Log n

50
Keterangan :

k = jumlah kolom/kelas

n = jumlah masalah

Masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3.3 log 15

= 1 + 3.86 = 4.86 = 5

Langkah 3:

Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar

dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom

Nilai besarmasalah: Interval = nilai terbesar – nilai terkecil

= (100-1.47)/5 = 19.70

Langkah 4:

Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas.

Tabel 4.3 Skala Interval


Kolom/Kelas Skala Interval Nilai
Skala 1 1.47 – 21.17 1
Skala 2 21.18-40.88 2
Skala 3 40.89-60.59 3
Skala 4 60.60-80.30 4
Skala 5 80.31-100 5

Langkah 5:

51
Besar masalah diklasifikasikan ke dalam skala-skala yang telah kita tentukan

sebelumnya sehingga kita mendapat nilai untuk tiap-tiap masalah.

Tabel 4.4. Besarnya Masalah Terhadap Persentase Pencapaian


Masalah Besarnya masalah terhadap presentase pencapaian Nilai
1.47 – 21.18 – 40.89 60.60 80.31 –
21.17 40.88 -60.59 -80.30 100
(1) (2) (3) (4) (5)
1. X 1
2. X 4
3. X 5
4. X 1
5. X 3
6. X 4
7. X 5
8. X 5
9. X 2
10. X 2
11. X 1
12. X 2
13. X 2
14. X 2
15. X 5

2. Kriteria B (Kegawatan Masalah), yaitu dilakukan dengan cara menentukan

kegawatan, tingkat urgensi, dan tingkat penyebaran atau meluasnya tiap

masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-5. Nilainya ditentukan juga

dengan mempertimbangkan kriteria SDG’s.

a. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut:

1) Sangat mendesak =5

2) Mendesak =4

3) Cukup mendesak =3

4) Kurang mendesak =2

5) Tidak mendesak =1

52
b. Kegawatan dinilai sebagai berikut:

1) Sangat gawat =5

2) Gawat =4

3) Cukup gawat =3

4) Kurang gawat =2

5) Tidak gawat =1

c. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah dinilai sebagai berikut:

1) Sangat mudah menyebar/meluas =5

2) Mudah menyebar/meluas =4

3) Cukup menyebar/meluas =3

4) Sulit menyebar/meluas =2

5) Tidak menyebar/meluas =1

Tabel 4.5 Kegawatan Masalah


No Masalah Urgensi Tingkat Penyebaran Nilai
Kegawatan
1. Cakupan kunjungan bumil K4 4.5 4.5 4.0 13
2. Setiap balita mendapatkan 3.5 3.3 3.0 9.8
pelayanan kesehatan sesuai
standar
3. Cakupan pemeriksaan 1.5 2.1 2.5 6.1
kesehatan siswa SD &
setingkat oleh tenkes atau
terlatih/guru UKS/ dokter
kecil
4. Jumlah seluruh peserta aktif 3.0 3.0 3.0 9.0
KB
5. Cakupan pelayanan pra usila 3.5 4.0 2.5 10.0
dan Usila
6. Cakupan suspek TB paru 4.3 4.5 4.5 13.3
7. Penemuan kasus TB BTA 4.1 4.0 4.5 12.6
positif (Detection Case Rate)
8. Setiap warga negara 3.6 3.8 3.0 10.4

53
Indonesia usia 15-59 tahun
mendapat skrining kesehatan
sesuai standar
9. Setiap orang berisiko 3.6 4.1 3.2 10.9
terinfeksi HIV mendapatkan
pemeriksaan HIV sesuai
standar
10. Posyandu purnama (indikator 3.3 3.4 3.0 9.7
2008)
11. Jumlah kader terlatih 3.7 3.5 2.7 9.9
posyandu
12. Penyuluhan P3 NAPZA di 2.8 3.8 3,6 10.2
sekolah
13. Penyuluhan HIV/AIDS di 3.0 3.6 3,6 10.2
sekolah
14. Setiap penderita hipertensi 4.0 4.3 3.0 11.3
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar.
15. Setiap penderita DM 4.0 4.0 3.0 11.0
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar.

3. Kriteria C (Kemudahan Penanggulangan), yaitu menilai masalah tersebut

dalam penanggulangan tentang keberadaan sumber daya (tenaga, alat, obat,

biaya, fasilitas kesehatan,dll), teknologi yang digunakan tersedia, dan

kemampuan serta kemudahan menyelesaikan masalah. Bobot penilaian antara

1-5 yaitu:

1) Sulit ditanggulangi =1

2) Cukup sulit ditanggulangi =2

3) Tidak mudah ditanggulangi =3

4) Mudah ditanggulangi =4

No Masalah Kemudahan
Penanggulangan

54
1. Cakupan kunjungan bumil K4 4.5
2. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar 3.5
3. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat oleh 4.5
tenkes atau terlatih/guru UKS/ dokter kecil
4. Jumlah seluruh peserta aktif KB 3.8
5. Cakupan pelayanan pra usila dan Usila 3.0
6. Cakupan suspek TB paru 3.6
7. Penemuan kasus TB BTA positif (Detection Case Rate) 4.0
8. Setiap warga negara Indonesia usia 15-59 tahun mendapat 2.5
skrining kesehatan sesuai standar
9. Setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan 3.4
pemeriksaan HIV sesuai standar
10. Posyandu purnama (indikator 2008) 3.6
11. Jumlah kader terlatih posyandu 4.0
12. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah 5.0
13. Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah 5.0
14. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan 3.4
sesuai standar.
15. Setiap penderita DM mendapatkan pelayanan kesehatan 3.4
sesuai standar.
5) Sangat mudah ditanggulangi =5

6) Tabel 4.6 Kemudahan dalam Penanggulangannya

55
4. Kriteria D (PEARL Factor), terdiri dari beberapa faktor yang saling

menentukan dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor

tersebut adalah:

a. P = Propriate (Kesesuaian dengan program nasional/kesepakatan

dunia/program daerah)

b. E = Economic (Secara ekonomi murah, kegiatan tersebut untuk

dilaksanakan)

c. A = Acceptable(Dapat diterima oleh masyarakat, Pemda, dan lain-lain)

d. R = Resource (Tersedianya sumber daya yang mendukung kegiatan)

e. L = Legality (Ada landasan hukum/etika kedokteran, dan lain-lain)

Bobot nilai bila dijawab ”ya” bernilai 1 dan bila dijawab ”tidak” bernilai 0.

Hasil maksimal dari perhitungan rumus Hanlon tersebut adalah 100, semakin

tinggi nilai angka perhitungan maka masalah tersebut akan diprioritaskan untuk

ditanggulangi.

Tabel 4.7 PEARL Factor


No Masalah P E A R L Hasil Kali
1. Cakupan kunjungan bumil K4 1 1 1 1 1 1
2. Setiap balita mendapatkan pelayanan 1 1 1 1 1 1
kesehatan sesuai standar
3. Cakupan pemeriksaan kesehatan 1 1 1 1 1 1
siswa SD & setingkat oleh tenkes atau
terlatih/guru UKS/ dokter kecil
4. Jumlah seluruh peserta aktif KB 1 1 1 1 1 1
5. Cakupan pelayanan pra usila dan 1 1 1 1 1 1
Usila
6. Cakupan suspek TB paru 1 1 1 1 1 1
7. Penemuan kasus TB BTA positif 1 1 1 1 1 1
(Detection Case Rate)
8. Setiap warga negara Indonesia usia 1 1 1 1 1 1
15-59 tahun mendapat skrining

56
kesehatan sesuai standar
9. Setiap orang berisiko terinfeksi HIV 1 1 1 1 1 1
mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai
standar
10. Posyandu purnama (indikator 2008) 1 1 1 1 1 1
11. Jumlah kader terlatih posyandu 1 1 1 1 1 1
12. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah 1 1 1 1 1 1
13. Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah 1 1 1 1 1 1
14. Setiap penderita hipertensi 1 1 1 1 1 1
mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar.
15. Setiap penderita DM mendapatkan 1 1 1 1 1 1
pelayanan kesehatan sesuai standar.

Semua masalah diatas dengan menggunakan kriteria D (PEARL factor)

didapatkan hasil satu dari setiap masalah. Karena dilihat dari sumber daya

seperti tenaga, alat, biaya, obat, fasilitas serta teknologi yang mendukung

masalah yang ada dari setiap masalah yang muncul, kelima faktor tersebut

mendukung sehingga program pemecahan masalah dapat dilaksanakan.

IV.4 Penentuan Prioritas Masalah Kegiatan Pelayanan Kesehatan

Setelah nilai dari kriteria A,B,C, dan D didapat, hasil tersebut

dimasukkan dalam formula nilai prioritas dasar (NPD) serta nilai prioritas

total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A+B) x C

NPT = (A+B) x C x D

Tabel 4.8 Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif


No Masalah Urutan
A B C D NPD NPT
Prioritas
1. Cakupan kunjungan bumil
K4 1 4.5 4.5 1 24.75 24.75 VIII

57
2. Setiap balita mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar 4 3.3 3.5 1 25.55 25.55 VII
3. Cakupan pemeriksaan
kesehatan siswa SD &
setingkat oleh tenkes atau 5 2.1 4.5 1 31.95 31.95 III
terlatih/guru UKS/ dokter
kecil
4. Jumlah seluruh peserta
aktif KB 1 3.0 3.8 1 15.20 15.20 XV
5. Cakupan pelayanan pra
usila dan Usila 3 4.0 3.0 1 21.00 21.00 XI
6. Cakupan suspek TB paru 4 4.5 4.0 1 34.00 34.00 I
7. Penemuan kasus TB BTA
positif (Detection Case 5 4.0 3.6 1 32.40 32.40 II
Rate)
8. Setiap warga negara
Indonesia usia 15-59
22.00 22.00 IX
tahun mendapat skrining 5 3.8 2.5 1
kesehatan sesuai standar
9. Setiap orang berisiko
terinfeksi HIV
20.74 20.74 XII
mendapatkan pemeriksaan 2 4.1 3.4 1
HIV sesuai standar
10. Posyandu purnama 2 3.4 3.6 1 19.44 19.44 XIII
(indikator 2008)
11. Jumlah kader terlatih
18.00 18.00 XIV
posyandu 1 3.5 4.0 1
12. Penyuluhan P3 NAPZA di
29.00 29.00 V
sekolah 2 3.8 5.0 1
13. Penyuluhan HIV/AIDS di
VI
sekolah 2 3.6 5.0 1 28.00 28.00
14. Setiap penderita hipertensi
mendapatkan pelayanan
21.42 21.42 X
kesehatan sesuai standar. 2 4.3 3.4 1
15. Setiap penderita DM
mendapatkan pelayanan 5 4.0 3.4 1 30.60 30.60 IV
kesehatan sesuai standar.

58
Tabel 4.9 Urutan Prioritas Masalah SPM Puskesmas Borobudur
No Masalah
1. Cakupan suspek TB paru
2. Penemuan kasus TB BTA positif (Detection Case Rate)
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh
3.
tenkes/terlatih/guru UKS/dokter kecil
4. Setiap penderita DM mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
5. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah
6. Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah
7. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
8. Cakupan kunjungan bumil K4
Setiap warga negara Indonesia usia 15-59 tahun mendapat skrining kesehatan
9.
sesuai standar
10. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
11. Cakupan pelayanan pra usila dan Usila
Setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai
12.
standar
13. Posyandu purnama (indikator 2008)
14. Jumlah kader terlatih posyandu
15. Jumlah seluruh peserta aktif KB

BAB V

59
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

V.1. Kegiatan/ Indikator Kegiatan yang Bermasalah

Berdasarkan penentuan prioritas masalah menggunakan metode

Hanlon kuantitatif, didapatkan masalah prioritas pertama yaitu rendahnya

cakupan suspek TB paru. Dalam bahasan ini masalah yang diambil yaitu

kurangnya cakupan suspek TB paru di Puskesmas Borobudur memiliki

pencapaian 15,41% dibawah target yang ditetapkan Dinas Kesehatan

Kabupaten Magelang yaitu sebesar 70% seperti pada Tabel Kurangnya

pencapaian tersebut merupakan suatu masalah yang harus dicari

penyebabnya dan upaya penyelesaiannya.

Tabel 5.1 Hasil kegiatan P2M TB Paru di Puskesmas Borobudur Periode


Januari- Juni 2018
Hasi
Sasaran
Sasaran l Cakupa Pencapai
Indikator Target Bulan
1 tahun Kegi n an
Berjalan
atan
Cakupan suspek TB paru 70% 623 312 48 15,41% 22,01%
Penemuan kasus TB
BTA (+) (Case 70% 63 32 3 9,52% 13,6%
Detection Rate)
Angka konversi
70% 7 4 4 100,00% 142,8%
(Conversion rate)
Angka kesembuhan
80% 6 6 6 100,00% 125,00%
(Cure rate)

60
Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan dalam menyusun

SPM Puskesmas Borobudur pada bulan Januari – Juni adalah 15,41%

dibawah target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang

yaitu sebesar 70%. Atas dasar data tersebut, maka kami memutuskan

membahas permasalahan mengenai cakupan suspek TB paru Selanjutnya

akan di analisis untuk menentukan kemungkinan penyebab masalah

dengan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan dan output).

V.2. Definisi operasional

Suspek TB paru adalah seseorang dengan gejala atau tanda-tanda

TB, dengan gejala utama batuk berdahak 2 minggu atau lebih. Batuk dapat

diikuti demam gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah

(haemoptysis), sesak napas, nyeri dada, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam tanpa

kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan dengan BTA +.

Cakupan suspek TB paru merupakan perbandingan antara jumlah

suspek TB paru dengan 10,7/1000 x jumlah penduduk kecamatan

Borobudur dikalikan 100%

Rumus:

Cakupan suspek TB paru = jumlah suspek TB paru X 100 %

yang berada di Borobudur 10,7/1000 x jumlah penduduk kecamatan Borobudur

61
Target Sasaran
Hasil Sasaran Hasi %
P2 TB dinkes Sasaran bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Pe
Kegiatan 1 tahun l Cakupan
2016 berjalan
10,7/10
00x jml
Cakupan pddk
jml
suspek TB (58.146)
70% suspek 623 312 19 6 7 7 6 3 48 15,41%
paru Kecama
TB paru
tan
Borobu
dur

V.3. Analisis penyebab masalah

Terdapat beberapa faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara

target yang ditetapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai. Salah satu metode

yang digunakan untuk menentukan penyebab masalah adalah mengunakan

diagram fish bone memakai data yang telah diolah dalam lima bulan terakhir yaitu

Januari – Juni 2018. Cara menganalisis penyebab masalah adalah dengan

menggunakan pendekatan sistem yang meliputi: input, proses, output, outcome,

serta faktor lingkungan, sehingga dapat disimpulkan hal-hal yang menyebabkan

timbulnya permasalahan tersebut. Beberapa kemungkinan penyebab masalah yang

ada, antara lain:

62
Tabel 5.2 Analisis Penyebab Masalah Cakupan Suspek TB Paru Ditinjau
dari Faktor Input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN  Tenaga kesehatan yaitu  Kurang optimalnya pemberdayaan kader


(Tenaga Kerja) dokter dan perawat yang kesehatan desa dalam menemukan
berjumlah cukup serta penderita suspek TB
berkompeten di  Kurangnya pengetahuan bidan desa
puskesmas yang dapat mengenai skrining TB
menjaring penderita
suspek TB
 Koordinator program TB,
yang melaksanakan
program terkait TB
 Ahli teknologi
laboratorium medik yang
terlatih untuk melakukan
pemeriksaan sputum
 Bidan desa dan kader
yang berjumlah cukup
sehingga dapat menjaring
penderita suspek TB

MONEY  Tersedianya dana  Tidak terdapat dana khusus kader


(Pembiayaan) operasional dari Bantuan
Operasional Kesehatan
(BOK) dan Bantuan
Layanan Umum Daerah
(BLUD) sebesar 35%
serta Dana Hibah dari
Global Fund 61%

METHOD (Metode)  Pencatatan di buku  Kurangnya koordinasi antar tenaga


register kesehatan puskesmas dengan pelayanan
 Pemeriksaan Pasien di kesehatan swasta (bidan, dokter praktek
Poli Umum swasta, BKPM) dalam pencatatan
 Pelatihan Kader pasien suspek TB
 SOP Pemeriksaan TB  Kader kurang memahami materi TB
termasuk sputum BTA sehingga kesulitan untuk menjaring
 Program ketuk pintu yaitu penderita supek TB
kunjungan ke rumah
penderita suspek TB serta

63
pengambilan sputum
dengan pemberian pot
untuk diperiksa
laboratorium puskesmas
 Program TOSS TB
MATERIAL - Laboratorium sebagai  Sulitnya mendapat kualitas dahak
(Perlengkapan) sarana untuk yang baik
pemeriksaan dahak
pasien TB
- Ruang khusus
membuang dahak
- Tersedianya ruang aula di
puskesmas untuk
pelatihan kader

MACHINE  Tersedianya alat untuk


(Peralatan) melakukan pemeriksaan  Kurangnya media informasi seperti poster
fisik atau leaflet mengenai TB di tempat umum
 Tersedianya alat – alat
laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan
sampel sputum
 Tersedianya blanko
pengisian pelaporan TB
sesuai program
penanggulangan TB
nasional.
 Tersedianya buku register
pemeriksaan BTA.
 Tersedianya formulir
pencatatan TB dengan BTA
(+) ; (TB04, TB05, TB06)

LINGKUNGAN  Terjangkaunya sarana  Kurangnya pengetahuan pasien,


pelayanan kesehatan dari keluarga pasien dan masyarakat
wilayah tempat tinggal terkait TB
masyarakat.  Pasien tidak mau memberikan
sampel sputum untuk diperiksa lab
 Kurangnya kesadaran pasien suspek
TB untuk memeriksakan dirinya ke
puskesmas

64
Tabel 5.3 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Suspek TB
Paru Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
P1 - Terdapat target penjaringan jumlah - Tidak ada masalah
pasien suspek TB di puskesmas
- Pemeriksaan secara holistik suspek
TB di puskesmas selama jam kerja

P2 - Petugas kesehatan (bidan, dokter - Kurangnya penyuluhan tentang


dan perawat) di Poli Umum TB kepada warga
melakukan pemeriksaan - Kurangnya peran bidan desa
menyeluruh kepada pasien suspek dalam skrining tb
TB dan melakukan rujukan ke - Kurangnya koordinasi antar
laboratorium untuk melakukan kordinator program dalam
pemeriksaan sputum. penanganan TB
- Petugas kesehatan di pustu
maupun PKD merujuk ke
puskesmas untuk diperiksa sputum
apabila pasien mengalami gejala
TB.
- Adanya kunjungan ke rumah bagi
pasien suspek TB serta konseling.
- Petugas laboratorium sudah
menjalankan SOP pemeriksaan
sputum pada suspek TB paru dan
tiap pasien mendapatkan pot
sputum dan pengarahan cara
mengeluarkan sputum.
- Melakukan koordinasi dengan unit
pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta dalam
pendataan pasien suspek TB paru
yang memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan swasta
(bidan, dokter praktek swasta,
BKPM)

65
P3  Laporan mengenai jumlah pasien - Kurangnya pencatatan mengenai
suspek TB di puskesmas yang pasien suspek TB paru yang ke
didapatkan dari rekam medik di pelayanan kesehatan swasta
Poli Umum dan laboratorium (bidan, dokter praktek swasta,
 Adanya laporan bulanan dan BKPM) serta Balkesmas
tahunan P2M TB.
 Laporan program P2M TB paru
dilaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten tiap 3 bulan sekali,
disertai dengan data pencapaian
program.
 Evaluasi program 3 bulan – 1 tahun
sekali

66
 Kurang optimalnya pemberdayaan kader
INPUT
kesehatan desa dalam menemukan penderita MONEY Tidak terdapat dana khusus kader
suspek TB
722
 Kurangnya pengetahuan bidan desa mengenai
MAN
skrining TB Sulitnya mendapat kualitas dahak yang baik
MATERIAL
 Kurangnya koordinasi antar tenaga kesehatan
puskesmas dengan pelayanan kesehatan swasta
(bidan, dokter praktek swasta, BKPM) dalam
pencatatan pasien suspek TB
METHOD Kurangnya media informasi seperti poster atau
 Kader kurang memahami materi TB sehingga MACHINE
kesulitan untuk menjaring penderita supek TB leaflet mengenai TB di tempat umum Cakupan Suspek TB
paru yang terpenuhi
hanya mencapai
15,41% dengan target
LINGKUNGAN 70%
 Tidak ada masalah

 Kurangnya pengetahuan pasien, keluarga pasien dan


P1 masyarakat terkait TB
 Pasien tidak mau memberikan sampel sputum untuk diperiksa
lab
 Kurangnya kesadaran pasien suspek TB untuk memeriksakan
 Kurangnya pencatatan mengenai dirinya ke puskesmas
pasien suspek TB paru yang ke
pelayanan kesehatan swasta P3
(bidan, dokter praktek swasta,
BKPM) serta Balkesmas P2
 Kurangnya penyuluhan tentang TB kepada warga Gambar 5.1 Diagram Fish Bone
 Kurangnya peran bidan desa dalam skrining tb
Berdasarkan Pendekatan Sistem
PROSES  Kurangnya koordinasi antar kordinator program dalam 67
penanganan TB
V.4. Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah dilakukan konfirmasi kepada pihak puskesmas yang terdiri dari

koordinator program, dokter, perawat, petugas laboratorium, bidan desa mengenai

pasien dengan suspek TB paru, maka dari kemungkinan penyebab masalah diatas maka

didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin, yaitu sebagai berikut:

1. Kurang optimalnya pemberdayaan kader kesehatan desa dalam menemukan

penderita suspek TB

2. Kurangnya pengetahuan bidan desa mengenai skrining TB

3. Tidak terdapat dana khusus kader

4. Kurangnya koordinasi antar tenaga kesehatan puskesmas dengan pelayanan

kesehatan swasta (bidan, dokter praktek swasta, BKPM) dalam pencatatan pasien

suspek TB

5. Kader kurang memahami materi TB sehingga kesulitan untuk menjaring penderita


supek TB

6. Sulitnya mendapat kualitas dahak yang baik

7. Kurangnya media informasi seperti poster atau leaflet mengenai TB di tempat

umum

8. Kurangnya pengetahuan pasien, keluarga pasien dan masyarakat terkait TB

9. Pasien tidak mau memberikan sampel sputum untuk diperiksa lab

10. Kurangnya kesadaran pasien suspek TB untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas

11. Kurangnya penyuluhan tentang TB kepada warga

12. Kurangnya peran bidan desa dalam skrining TB

13. Kurangnya koordinasi antar kordinator program dalam penanganan TB

14. Kurangnya pencatatan mengenai pasien suspek TB paru yang ke pelayanan

kesehatan swasta (bidan, dokter praktek swasta, BKPM) serta Balkesmas

68
69
V.5. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya, yaitu

dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah. Berikut ini adalah alternatif pemecahan

penyebab masalah yang ada, yaitu:

Tabel 5.4 Alternatif Pemecahan Masalah


No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1 Kurang optimalnya pemberdayaan Pelatihan kader dan pertemuan per 6
kader kesehatan desa dalam bulan untuk mengevalusi kinerja petugas
menemukan penderita suspek TB kesehatan
2 Kurangnya pengetahuan bidan desa Edukasi bidan desa tentang skriningTB
mengenai skrining TB
3 Tidak terdapat dana khusus kader Pemberian reward kepada kader yang
aktif
4 Kurangnya koordinasi antar tenaga Meningkatkan komunikasi antar tenaga
kesehatan puskesmas dengan kesehatan dalam pencatatan pasien
pelayanan kesehatan swasta (bidan, suspek TB
dokter praktek swasta, BKPM) dalam
pencatatan pasien suspek TB
5 Kader kurang memahami materi TB Pelatihan kader dan pertemuan per 6
sehingga kesulitan untuk menjaring bulan selain untuk mengevaluasi kinerja
penderita supek TB petugas kesehatan juga menambah
pengetahuan kader tentang TB termasuk
mengajarkan cara penyuluhan kepada
warga
6 Sulitnya mendapat kualitas dahak Pelatihan kader dan tenaga kesehatan
yang baik
7 Kurangnya media informasi seperti Pembuatan media promosi untuk
poster atau leaflet mengenai TB di penyuluhan
tempat umum
8 Kurangnya pengetahuan pasien, Edukasi tentang penyakit TB paru kepada
keluarga pasien dan masyarakat pasien suspek TB beserta keluarga
terkait TB
9 Pasien tidak mau memberikan Edukasi pasien tentang pennyakit TB
sampel sputum untuk diperiksa lab
10 Kurangnya kesadaran pasien suspek Penyuluhan tentang penyakit TB paru
TB untuk memeriksakan dirinya ke kepada pasien suspek TB beserta keluarga

70
puskesmas tentang perilaku yang harus dilakukan
guna mengatasi penyakit TB
11 Kurangnya penyuluhan tentang TB Penyuluhan kepada kader mengenai
kepada warga penyakit TB disertai dengan pembekalan
mengenai syarat pengambilan sputum
yang baik dan benar.
12 Kurangnya peran bidan desa dalam Optimalisasi kinerja bidan desa dalam
skrining TB skrining TB dengan pelatihan
13 Kurangnya koordinasi antar Meningkatkan koordinasi antar kordinator
kordinator program dalam program
penanganan TB
14 Kurangnya pencatatan mengenai Kerja sama lintas sektoral antar
pasien suspek TB yang berobat puskesmas rumah sakit, tenaga kesehatan
diluar puskesmas Borobudur. swasta, dan balai pengobatan lainnya
dalam pencatatan pasien suspek TB di
luar puskesmas Borobudur

V.6. Penentuan Pemecahan Masalah

Dari hasil analisis pemecahan masalah, didapatkan alternatif pemecahan masalah

sebagai berikut:

1. Pemberian reward kepada kader yang aktif


2. Meningkatkan komunikasi antar tenaga kesehatan dalam pencatatan pasien suspek TB
3. Pelatihan kader dan pertemuan per 6 bulan selain untuk mengevaluasi kinerja petugas

kesehatan juga menambah pengetahuan kader tentang TB termasuk mengajarkan cara

penyuluhan kepada warga


4. Pembuatan media promosi untuk penyuluhan
5. Penyuluhan tentang penyakit TB paru kepada pasien suspek TB beserta keluarga

tentang perilaku yang harus dilakukan guna mengatasi penyakit TB


6. Optimalisasi kinerja bidan desa dalam skrining TB dengan pelatihan
7. Meningkatkan koordinasi antar kordinator program
8. Kerja sama lintas sektoral antar puskesmas rumah sakit, tenaga kesehatan swasta, dan

balai pengobatan lainnya dalam pencatatan pasien suspek TB di luar puskesmas

Borobudur

71
PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF

1. Kurang optimalnya pemberdayaan kader 1. Pemberian reward kepada kader yang


kesehatan desa dalam menemukan aktif
penderita suspek TB 2. Meningkatkan komunikasi antar tenaga
2. Kurangnya pengetahuan bidan desa kesehatan dalam pencatatan pasien
mengenai skrining TB suspek TB
3. Tidak terdapat dana khusus kader 3. Pelatihan kader dan pertemuan per 6
4. Kurangnya koordinasi antar tenaga
bulan selain untuk mengevaluasi kinerja
kesehatan dalam pencatatan pasien
petugas kesehatan juga menambah
suspek TB
5. Kader kurang memahami materi TB pengetahuan kader tentang TB termasuk

sehingga kesulitan untuk menjaring mengajarkan cara penyuluhan kepada

penderita supek TB warga


6. Sulitnya mendapat kualitas dahak yang 4. Pembuatan media promosi untuk

baik penyuluhan
7. Kurangnya media informasi seperti poster 5. Penyuluhan tentang penyakit TB paru
Gambar kepada pasien suspek TB beserta
atau leaflet mengenai TB di tempat
umum keluarga tentang perilaku yang harus
5.2
8. Kurangnya pengetahuan pasien, keluarga dilakukan guna mengatasi penyakit TB
pasien dan masyarakat terkait TB Diagram 6. Optimalisasi kinerja bidan desa dalam
9. Pasien tidak mau memberikan sampel skrining TB dengan pelatihan
Alternatif
sputum untuk diperiksa lab 7. Meningkatkan koordinasi antar
10. Kurangnya kesadaran pasien suspek TB Pemecahan kordinator program
untuk memeriksakan dirinya ke 8. Kerja sama lintas sektoral antar
puskesmas
Masalah puskesmas rumah sakit, tenaga
11. Kurangnya penyuluhan tentang TB kesehatan swasta, dan balai pengobatan
V.7.
kepada warga lainnya dalam pencatatan pasien suspek
12. Kurangnya peran bidan desa dalam Penentuan
TB di luar puskesmas Borobudur
skrining TB
13. Kurangnya koordinasi antar kordinator Pemecahan Masalah Dengan Kriteria
program dalam penanganan TB Matriks Menggunakan Rumus
14. Kurangnya pencatatan mengenai pasien
suspek TB yang berobat diluar MxIxV/C
puskesmas Borobudur.
Setelah menemukan alternatif

pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif

pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan

dengan menggunakan kriteria matriks menggunakan rumus M x I x V / C.

72
Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut :

1. Efektivitas program

Pedoman untuk mengukur efektivitas program:

 Magnitude ( m )  Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.

 Importancy ( I )  Pentingnya cara penyelesaian masalah

 Vulnerability ( v )  Sensitivitas cara penyelesaian masalah

Kriteria m, I, dan v kita beri nilai 1-5

Bila makin magnitude maka nilai nya makin besar, mendekati 5. Begitu juga

dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan v.

2. Efisiensi pogram

Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost)

Kriteria cost (c) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya

mendekati 1.

Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan

menggunakan kriteria matriks.

Tabel 5.5 Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Penyelesaian Nilai
Hasil akhir Urutan
Masalah Kriteria

(M x I x V) /
M I V C
C

73
1. Pemberian reward kepada kader yang
aktif 3 3 3 4 6,75 IV

2. Meningkatkan komunikasi antar


tenaga kesehatan dalam pencatatan 1 4 3 2 6 V
pasien suspek TB
3. Pelatihan kader dan pertemuan per 6
bulan selain untuk mengevaluasi
kinerja petugas kesehatan juga
5 4 3 4 15 II
menambah pengetahuan kader tentang
TB termasuk mengajarkan cara
penyuluhan kepada warga
4. Pembuatan media promosi untuk
penyuluhan 1 4 2 3 2,67 VIII

5. Penyuluhan tentang penyakit TB paru


kepada pasien suspek TB beserta
5 5 4 3 33,33 I
keluarga tentang perilaku yang harus
dilakukan guna mengatasi penyakit TB
6. Optimalisasi kinerja bidan desa dalam
skrining TB dengan pelatihan 3 4 3 3 12 III

7. Meningkatkan koordinasi antar


kordinator program 1 4 3 2 6 VI

8. Kerja sama lintas sektoral antar


puskesmas rumah sakit, tenaga
kesehatan swasta, dan balai
1 4 4 4 4 VII
pengobatan lainnya dalam pencatatan
pasien suspek TB di luar puskesmas
Borobudur

Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan

menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan

penyebab masalah rendahnya cakupan suspek Tb paru wilayah kerja Puskesmas Borobudur,

adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan tentang penyakit TB paru kepada pasien suspek TB beserta keluarga

tentang perilaku yang harus dilakukan guna mengatasi penyakit TB

74
2. Pelatihan kader dan pertemuan per 6 bulan selain untuk mengevaluasi kinerja petugas

kesehatan juga menambah pengetahuan kader tentang TB termasuk mengajarkan cara

penyuluhan kepada warga


3. Optimalisasi kinerja bidan desa dalam skrining TB dengan pelatihan
4. Pemberian reward kepada kader yang aktif
5. Meningkatkan komunikasi antar tenaga kesehatan dalam pencatatan pasien suspek TB
6. Meningkatkan koordinasi antar kordinator program
7. Kerja sama lintas sektoral antar puskesmas rumah sakit, tenaga kesehatan swasta, dan

balai pengobatan lainnya dalam pencatatan pasien suspek TB di luar puskesmas

Borobudur
8. Pembuatan media promosi untuk penyuluhan

yang kemudian disusun sebagai rencana pelaksanaan kegiataan (plan of action), yaitu

75
V.8. PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

Tabel 5.6 Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria

keberhasilan
1 Penyuluhan Meningkatkan Masyarakat rumah warga Koordinator Per 3 bulan BOK Ceramah, Proses :

tentang TB pengetahuan dan atau program TB Diskusi  Terlaksananya

paru kesadaran Balkondes kelompok, penyuluhan secara

masyarakat Tanya jawab rutin

tentang bahaya Hasil :

TB paru sehingga  Meningkatnya

masyarakat yang pengetahuan dan

di curigai TB mau kesadaran

memeriksakan diri masyarakat untuk

memeriksakan diri

Tabel 5.6 Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur

85
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria keberhasilan
2 Refreshing Meningkatkan Koordinato Aula Dokter Umum 2x/tahun BOK  Diskusi Proses :

Kader kemampuan r program puskesmas dan Koordinator penyegaran  Terlaksananya seminar

koordinator dan kader Borobudur TB materi dan mengenai TB paru dan

program TB dan pelatihan komunikasi efektif

kader dalam komunikasi Hasil :

kegiatan efektif  Meningkatnya


 Pretest dan
penyuluhan atau kemampuan kader
posttest
edukasi kepada dalam kegiatan
Pemberian reward
masyarakat penyuluhan atau

tentang bahaya edukasi kepada

TB masyarakat yang di

curigai TB paru

Tabel 5.6 Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur

No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria keberhasilan
3 Rapat koordinasi - Mengoptimalkan Pasien Puskes Dokter 6 bulan BOK  Pertemuan Proses :
 Koordinasi

86
antara Kepala pemberdayaan suspek mas Perawat sekali antar tenaga  Meningkatkan

Puskesmas, bidan desa dalam TB Koordinato kesehatan dan kemampuan bidan desa

Dokter umum di menemukan pasien r program kader melalui dalam menemukan pasien

BP, Koordinator suspek TB TB media suspek TB

program TB , Bidan elektronik  Terbentuknya pendataan


- Membuat rancangan
perawat serta Kader (smartphone) pasien yang sinergis
media promosi atau  Optimalisasi
bidan desa
penyuluhan yang program
Hasil :
ada (leafleat, poster, TOSS TB/
 Meningkatnya
brosur) Ketok Pintu
pemberdayaan
- Rekapitulasi
petugas kesehatan
pencatatan data
yang optimal dan
pasien suspek TB
efisien
- Meningkatkan

koordinasi antar

tenaga kesehatan

- Pembuatan program

87
promkes TB

88
Tabel 5.6 Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur

No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria keberhasilan
4 Rapat lintas Meningkatkan  Tenaga Aula Kepala 1x setahun BOK  Rapat mengenai Proses :

sektor pencatatan kesehatan puskesmas Puskesmas pentingnya  Terlaksananya rapat


 Tokoh
pemeriksaan Borobudur Borobudur pencatatan dan lintas sektor
masyarakat
. suspek TB di luar  Aparatur pelaporan jumlah Hasil :

Puskesmas negara suspek TB paru  Meningkatkan pencatatan

Borobudur yang dan pelaporan

(Pelayanan memeriksakan pemeriksaan suspek TB

kesehatan diri di luar Puskesmas


 Setiap tanggal 5
swasta) Borobudur (Pelayanan
atau 10 tiap
kesehatan swasta)
bulan sudah

harus laporan

Tabel 5.7 Gantt Chart , Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur

85
Tahun 2018 2019

86
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian manajemen di puskesmas Borobudur dalam

melaksanakan kebijakan kesehatan untuk tercapainya tujuan pembangunan kesehatan di

wilayah Borobudur pada umumnya berjalan dengan baik. Dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Puskesmas Borobudur menyelenggarakan fungsi

sebagai penyelenggaraan UKM dan UKP tingkat pertama di wilayah kecamatan Borobudur.

Upaya kesehatan di puskesmas Borobudur yang berjalan diantaranya: upaya kesehatan

masyarakat esensial (pelayanan promosi kesehatan , pelayanan kesehatan lingkungan,

pelayanan KIA dan KB, P2PM, pelayanan gizi), upaya kesehatan pengembangan (upaya

kesehatan sekolah, upaya kesehatan usia lanjut) dan upaya kesehatan perseorangan (rawat

jalan, rawat inap,PONED, UGD).


Standar Pelayanan Minimal Bidang merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga

secara minimal. Puskesmas Borobudur telah melakukan 12 jenis pelayanan dasar yang

dilakukan Borobudur sesuai peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang

yaitu: 1) Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar pelayanan antenatal; 2) Pelayanan

kesehatan ibu bersalin; 3) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir; 4) Pelayanan Kesehatan

Balita; 5) Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar; 6) Pelayanan kesehatan pada usia

produktif; 7) Pelayanan kesehatan pada usia lanjut; 8) Pelayanan kesehatan penderita

hipertensi; 9) Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus; 10) Pelayanan Kesehatan

85
Orang dengan Gangguan Jiwa Berat; 11) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis

(TB); dan 12) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV.

Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan keadaan yang

dihasilkan atau didapatkan yang menimbulkan rasa ketidakpuasan. Setelah dilakukan

penelitian dan analisa dari data manajemen puskesmas Borobudur, dapat disimpulkan bahwa

di puskesmas Borobudur periode Januari-Juni 2018 didapatkan 15 prioritas masalah

berdasarkan SPM (Standar Pelayanan Minimal) yaitu: cakupan kunjungan bumil K4,

pelayanan standar balita, cakupan pemeriksaan siswa SD dan setingkat , peserta aktif TB,

cakupan pelayanan prausila dan usila, cakupan suspek TB paru, kasus TB BTA positif, WNI

15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar, setiap orang beresiko HIV ,

mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar, posyandu purnama, jumlah kader terlatih

posyandu, HIV/AIDS disekolah, penderita hipertensi dan DM mendapatkan pelayanan

kesehatan sesuai standar. Berdasarkan penentuan prioritas masalah menggunakan Hanlon

kuantitatif didapatkan prioritas pertama yaitu rendahnya cakupan suspek TB paru dengan

pencapaian 15,41% dibawah target Dinkes kabupaten magelang (70%).

Kemudian dilakukan analisa penyebab masalah dan setelah dikonfirmasi pada pihak

koordinator program, dokter dan perawat didapatkan beberapa penyebab masalah yaitu:

kurang optimalnya pemberdayaan serta pelatihan kader kesehatan dalam menemukan

penderita suspek TB, kurangnya pengetahuan serta peran bidan desa mengenai skrining TB,

kurangnya koordinasi antar tenaga kesehatan dalam pencatatan dan pelaporan warga suspek

TB, kurangnya penyuluhan dan media informasi seperti poster atau leaflet mengenai TB di

tempat umum, kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait TB, tidak adanya

program promkes khusus TB, kurangnya koordinasi antar kordinator program dalam

penanganan TB, tidak terdapat pencatatan dan pelaporan mengenai pasien suspek TB yang

berobat diluar puskesmas Borobudur. Selanjutnya menentukan alternatif pemecahan masalah

86
serta penetapan pemecahan masalah terpilih dengan menggunakan kriteria matriks

didapatkan prioritas pertama yaitu penyuluhan tentang penyakit TB paru kepada pasien

suspek TB beserta keluarga.

VI.2. Saran

Dalam rangka meningkatkan fungsi puskesmas sebagai ujung tombak untuk mencapai

visi ”Sustainable Development Goals” diperlukan manajemen yang baik. Berdasarkan

permasalahan manajemen Puskesmas Borobudur yang telah didapatkan, kami menyarankan

hal-hal sebagai berikut:

1. Kepada Kepala Puskesmas Borobudur kami menyarankan beberapa hal dalam

menangani masalah kurangnya cakupan suspek TB paru di kecamatan Borobudur:

a. Mengadakan progam kesehatan rutin baik berupa penyuluhan tentang penyakit

TB disertai pembuatan media promosi kesehatan dapat berupa leaflet, poster

tentang penyakit TB yang disebarluaskan di masyarakat.

b. Merencanakan program pelatihan kader selain untuk mengevaluasi kinerja,

menambah juga pengetahuan kader tentang TB

c. Mengadakan program penjaringan penderita suspek TB paru pada setiap desa

dengan kerjasama lintas sektoral antara puskesmas , rumah sakit, tenaga

kesehatan wisata, dan balai pengobatan lainnya dalam pencatatan dan pelaporan

warga suspek TB paru

d. Mengadakan program edukasi bagi bidan-bidan desa dalam skrining TB

2. Kepada seluruh tenaga kerja Puskesmas Borobudur untuk meningkatkan kerja sama

dalam lintas program dan lintas sektoral dalam pencatatan dan pelaporan cakupan

warga suspek TB

87
3. Membuat dan mengajukan anggaran dana untuk program yang direncanakan sehingga

mempermudah lapam pelaksanaannya

4. Pembuatan program yang terstruktur dalam periode 1 tahun. Hal tersebut bermanfaat

meningkatkan perencanaan pemecahan masalah

88
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan. Jakarta ; Departemen Kesehatan RI.
2. WHO. Sustainable Development Goals. 2015 www.who.int/topics/sustainable-
development-goals/en/
3. PERMENKES NOMOR 75 Tahun 2014. Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
http://www.depkes.go.id
4. PERMENKES NOMOR 44 Tahun 2016. Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
http://www.depkes.go.id
5. PERMENKES NOMOR 43 Tahun 2016. Tentang SPM.

89
85
85
86

Anda mungkin juga menyukai