PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia sejak lahir dan merupakan investasi
Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab I Pasal 1,
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu
kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari pengertian ini
dapat dikatakan bahwa keadaan sehat menjadi salah satu modal setiap individu
1
manusia disusunlah suatu strategi yang dirumuskan dalam Sustainable
Goals atau MDGs yang tidak berlaku lagi terhitung mulai akhir 2015. SDGs
pembangunan masyarakat. 2
Upaya kesehatan yang semula lebih terfokus pada kuratif dan rehabilitatif
2
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan
sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.3
Puskesmas merupakan dasar pelayanan primer dan ujung tombak dari
kesehatan tingkat pertama. Oleh karena itu dibutuhkan suatu manajemen yang
baik dan paripurna sehingga tercipta puskesmas dengan kerja yang optimal.3
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan,
berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi
kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan
untuk menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif dan efisien, yang mengacu
Minimal (SPM) adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur
Pelayanan Minimal).5
3
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM
Bidang Kesehatan yang memuat 12 jenis pelayanan dasar yang harus dilakukan
Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat; 11) Pelayanan Kesehatan Orang
dengan Tuberkulosis (TB); dan 12) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko
Terinfeksi HIV.5
I. 2. Perumusan Masalah
a. Dalam Sistem Kesehatan Nasional, upaya peningkatan kesehatan merupakan
Oleh karena itu laporan ini akan membahas, bagaimana hasil kegiatan
I. 3. Tujuan Kegiatan
4
Laporan mengenai Evaluasi Manajemen Program Puskesmas Borobudur
Kabupaten Magelang Periode Januari-Juni 2018 ini memiliki tujuan umum dan
tujuan khusus.
I. 3. 1. Tujuan Umum
Mengetahui, mendeskripsikan, menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan
I. 3. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kegiatan manajemen program yang ada di Puskesmas
SPM.
d. Mengidentifikasi masalah manajemen program yang terjadi di Puskesmas
Juni 2018.
h. Mencari alternatif pemecahan masalah dari prioritas penyebab masalah
Januari-Juni 2018.
5
i. Mampu menyusun rencana penerapan pemecahan masalah pelayanan
I. 4. Manfaat Kegiatan
I. 4. 1. Bagi Puskesmas
(SPM).
Minimal (SPM).
I. 4. 2. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan kepuasan pelayanan pasien di Puskesmas Borobudur.
b. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Borobudur.
I. 4. 3. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai syarat ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Pencegahan.
b. Mengetahui sistem manajemen Puskesmas secara keseluruhan.
c. Mengetahui upaya-upaya wajib maupun tambahan yang ada di Puskesmas.
d. Melatih kemanapun analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
I. 5. Metodologi Kegiatan
6
Laporan didapatkan dari data primer dan data sekunder yang didapatkan
selama Periode Januari-Juni 2018. Data yang telah didapat dari koordinator
program kemudian diolah dengan menghitung hasil kegiatan dan skor pencapaian,
sehingga akan didapatkan nilai pencapaian pada akhirnya. Jika didapatkan hasil
pencapaian kegiatan yang kurang dari 100% target, maka hal ini merupakan
sistem dengan melihat input (man, money, methods, material, machine), proses
dalam sebuah Gann chart. Gann Chart nantinya akan menyajikan rencana
7
pelaksanaan POA dalam bentuk chart yang menampung kegiatan dan jadwal
kerja. Semua kegiatan yang telah dilakukan akan dipantau dan dievaluasi.
BAB II
II.1.1.Keadaan Geografi
8
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur
Magelang.
Borobudur.6
9
10) Wanurejo 20) Kebonsari
Luas wilayah Kecamatan Borobudur kurang lebih 55,18 km². Luas wilayah
Grafik 2.1 Luas Wilayah menurut Desa di Kecamatan Borobudur Tahun 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Tahun 2016
Luas wilayah kerja Kecamatan Borobudur yang paling luas yaitu Desa
Ngadiharjo sebesar 5,90 km², sedangkan yang paling kecil yaitu Desa Tanjungsari
10
A. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Borobudur Tahun 2016 sebesar
58.140 jiwa. Jumlah penduduk menurut desa disajikan pada grafik 2.2
Grafik 2.2 Jumlah Penduduk menurut Desa di Kecamatan Borobudur Tahun 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Tahun 2016
11
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Tahun 2016
mempunyai kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 2128 jiwa per Km²,
Laki-laki Perempuan
12
Berdasarkan proporsi penduduk menurut jenis kelamin di
13
Grafik 2.4 Piramida Penduduk Kecamatan Borobudur pada Tahun 2016
Sumber Data: Badan Pusat Statistik Kecamatan Borobudur
II.2.3. Motto
INovatif
TERtib
Nyaman
Aman INTERNASIONAL
Siap melayani
Obyektif
ProfesioNAL
14
15
II.2.4 Struktur Organisasi
KEPALA PUSKESMAS
Dr. Yuniar, MPH
KA SUB BAG TU
KUSNADI S.Sos, MM
PENANGGUNG JAWAB UKM ESENSIAL PENANGGUNG JAWAB UKM PENANGGUNG JAWAB UKP KEFARMASIAN,
ESTI MURDIWATI, Amd. Keb PENGEMBANGAN LABORATORIUM
ESTI MURDIWATI, Amd. Keb Drg. SITI SUNDARI
YAN PROMKES: ESTININGSIH, Amd. Keb
YAN KESLING: JOKO SUSIANTONO, ST YAN KES LANSIA: ENDANG PUJIANI, Amd. Keb YAN BP UMUM: Dr. SISWANTO
YAN KIA: ESTI MURDIWATI, Amd. Keb UKS: SOLIMAH, Amd. Kep YAN BP GIGI: Drg. SITI SUNDARI
YAN KB: ENDANG PUJIANTI, Amd. Keb YAN KIA: ESTI MURDIWATI, Amd. Keb
YAN GIZI: BUDI IRIYANTO, SKM YAN KB: ENDANG PUJIANTI, Amd. Keb
YAN P2P: WIWIK WIDIYATI, Skep YAN UGD: WISNU RAHARJA, Amd. Kep
YAN IMUNISASI: MUJIATI YAN KESLING: JOKO SUSIANTONO, ST
YAN PERSALINAN: ARI SULISTIYANI, Amd. Keb
YAN KEFARMASIAN: SUSI ERMAWATI
YAN LABORATORIUM: ELVI YOSHI, AM.AK
YAN IMUNISASI: MUJIATI
YAN MTBS: ENDANG PUJIANI, Amd. Keb
16
II.3. Sumber Daya Puskesmas Borobudur
II.3.1. Tenaga Kesehatan
Jenis SDM PNS PTT/ Jumlah Standar
PERMENKES
No. 75 Th.
HONOR Keterangan 2015
Kepala Puskesmas 1 - 1 1
Kepala TU 1 - 1 1
Dokter Umum 2 - 2 1 Tubel PPSDM 2
Dokter Gigi 1 - 1 1
Bidan Puskemas 2 - 2 2
Bidan PONED 8 - 8 7
Bidan Desa 17 3 20 7
Perawat 13 1 14 K2 8
Perawat gigi 2 - 2 1
Rekam medis 1 - 1 1
Ahli teknologi 1 1 2 1
laboratorium medik
Tenaga gizi 1 - 1 2
Promkes - 1 1 1
Administrasi - 1 1 K2 2
Tenaga kefarmasian 1 1 2 Analis 1
Tenaga Kesling 1 - 1 1
Cleaning Service - 3 3 1
Dapur - 3 3 1
Jumlah 52 10 65
a. Dokter/Kepala Puskesmas
Tugas pokok: Mengusahakan agar fungsi Puskesmas terselenggara
dengan baik.
Fungsi:
1) Sebagai manager:
Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.
17
Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara
masyarakat.
b. Dokter Umum
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah
(Puskesling).
3) Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita dan
masyarakat.
4) Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan
peran masyarakat.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
c. Dokter Gigi
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
18
5) Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam
d. Perawat Gigi
Tugas pokok: Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas.
Fungsi:
e. Tata Usaha
Tugas pokok:
Fungsi:
f. Petugas Puskesmas
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
gedung.
2) Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Puskesmas.
3) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4) Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
19
5) Melakukan pendataan sasaran secara periodik.
g. Petugas Pengobatan
Tugas pokok:
Pembantu (Pustu).
h. Petugas P2M
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan
P2P.
8) Memberikan penyuluhan kesehatan.
9) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
i. Petugas KIA
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja
20
3) Memberikan penyuluhan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.
4) Melakukan pembinaan dukun bayi.
5) Melakukan pembinaan kepada bidan desa.
6) Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang
j. Petugas Gizi
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi
gizi.
3) Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan
gizi.
4) Memberikan penyuluhan gizi dan pelatihan kader gizi.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
6) Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.
7) Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.
8) Melakukan pembinaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
9) Melakukan rujukan kasus gizi.
k. Petugas Sanitarian
Tugas pokok: Merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua unsur
kesehatan masyarakat.
Fungsi:
pekarangan.
2) Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata
21
3) Pengawasan kebersihan, perusahaan dan tempat – tempat umum.
4) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
5) Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral.
6) Ikut serta dalam Puskesmas Keliling (Puskesling) dan kegiatan
l. Pelayanan Imunisasi
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah
kerja Puskesmas.
Fungsi:
darurat di Puskesmas.
Fungsi:
pelayanan.
2) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3) Melakukan rujukan kasus gawat darurat bila tidak mampu ke
prosedur.
n. Petugas Apotek
22
Tugas pokok: Menerima resep, memeriksa, meracik dan membungkus
apotek.
4) Membantu distribusi obat ke Puskesmas Keliling (Puskesling),
o. Petugas Laboratorium
Tugas pokok: Melakukan pelayanan pemeriksaan laboratorium.
Fungsi:
laboratorium.
5) Memberikan penyuluhan kesehatan.
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
p. Petugas Pendaftaran
Tugas pokok: Melakukan proses pelayanan di loket pendaftaran pada
pelayanan kesehatan.
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
23
q. Petugas Gudang Obat
Tugas pokok: Mengelola obat-obat yang ada di Puskesmas.
Fungsi:
Puskesmas.
2) Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas.
3) Mengatur penyimpanan obat.
4) Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.
5) Menyediakan obat untuk Puskesmas Keliling (Puskesling), Puskesmas
gudang obat.
131
Posyandu
24
II.5.Data Pemberdayaan Masyarakat
25
Tabel 2.6 Jumlah Kematian Ibu Hamil di Puskesmas Borobudur Periode
Januari-Juni 2018
Jumlah Ibu Hamil Jumlah Kematian Ibu Hamil
953 -
Borobudur dengan tiga penyakit terbanyak yaitu adalah ISPA, diikuti Gastritis dan
Myalgia..
mayoritas penduduk sehat utama (Grafik 2.5). PHBS harus dilaksanakan karena
salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan menurut H.L Blum adalah
faktor perilaku.
26
Grafik 2.5 Strata PHBS di Puskesmas Borobudur Periode
Januari-Maret 2018
II.8.2. Keadaan Lingkungan
Menurut H.L Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
Tabel 2.8 Jumlah Sarana dan Jumlah Pemakai Air Bersih di Puskesmas
Borobudur Tahun 2018
Sarana Pelayanan Air Cakupan
∑ Sarana ∑ Pemakai
Bersih (%)
Sumur gali 5472 31652 55
Perlindungan mata air 36 5028 9.2
Non PDAM 1903 544 1
PDAM 731 1034 2
Sumur pompa tangan 67 979 2
Lain – lain 2 - -
Total 8211 39237 69
27
Cakupan
Sarana Jamban ∑ Sarana ∑ Pemakai
(%)
Jamban Keluarga 8002 84 100
BAB III
28
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
Tidak Menular)
- Pelayanan Gizi
a. Rawat jalan
b. Rawat inap
c. PONED / Persalinan
d. UGD
29
Pelayanan KIA buka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan
hari Sabtu.
a. KIA
ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
b. KB
i. Tujuan umum
30
Yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
penjarangan kelahiran.
Tabel 3.1 Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Borobudur
Januari-Juni 2018
Sasar Sasaran Cakupan
No Indikator Target an bln Pencapaian
Kegiatan Persen (%)
1 th berjalan
1 Cakupan Kunjungan
100% 517 108,5% 108,5%
bumil K1 953 477
2 Cakupan Kunjungan
95% 953 477 446 93,6% 98,53%
bumil K4
3 Setiap ibu hamil
mendapatkan
pelayanan kesehatan 100% 953 477 446 93,6% 93.6%
sesuai standar
(KEMENKES 2016)
4 Deteksi kasus risiko
100% 191 95 118 123,82% 123.82%
tinggi ibu hamil
5 Cakupan pertolongan
persalinan oleh 100% 904 452 486 107.52% 107.52%
tenaga kesehatan
6 Setiap ibu bersalin
mendapatkan
pelayanan kesehatan 100% 904 452 486 107.52% 107.52%
sesuai standar
(KEMENKES 2016)
7 Cakupan kunjungan
neonatus (Kn 1) (6 100% 861 431 481 111.73% 111.73%
jam s/d 48 jam)
31
8 Cakupan kunjungan
neonatus (Kn 2) (hari 95% 861 431 483 112.20% 118.10%
ke 3 s/d hari ke 7)
9 Cakupan kunjungan
Neonatus (Kn 3) (8 95% 861 431 473 109,87% 115,65%
hari s/d 28 hari)
10 Setiap bayi baru lahir
mendapatkan
pelayanan kesehatan 100% 916 458 461 107, 06% 107,06%
sesuai standar
(KEMENKES 2016)
11 Cakupan kunjungan bayi 92% 861 431 461 107,08% 107,08%
12 BBLR yang ditangani 100% 29 29 29 100,00% 100,00%
13 Neonatal resti yang
100% 72 72 72 100.00% 100.00%
ada/ ditemukan
14 Jumlah dukun bayi
100% 28 28 28 100% 100%
yang terlatih
15 Frekuensi pembinaan
100% 10 5 6 120,00% 120,00%
dukun
16 Setiap balita
mendapatkan
100% 3477 1739 615 35,38% 35,38%
pelayanan kesehatan
sesuai standar
17 Setiap anak pada usia
pendidikan dasar
mendapatkan 100% 409 205 437 213,69% 213,69%
skrinning kesehatan
sesuai standar
18 Cakupan pelayanan
kesehatan remaja
45% 437 437 437 100% 222,22%
penjaringan kelas 1
SLTP, SLTA sederajat
19 Jumlah seluruh 1031
80% 5159 8021 77,75% 97,18%
peserta aktif KB 7
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2018
Tujuan dari program ini adalah menurunkan angka penyakit gizi kurang
32
terutama pada anak balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi
anemia gizi.
Indikator :
b. Pelayanan gizi
Indikator:
pertahun
5. Cakupan pemberian makanan asi pada bayi BGM( Bawah Garis Merah) dari
keluarga miskin
33
pertumbuhan balita
- Balita yang datang dan 3785 3776 99,77% 117,37%
85%
ditimbang (D/S)
- Balita yang naik berat 3776 3350 88,71% 104,37%
badannya (N/D) 85%
Cakupan bayi (6-11 bln)
yang diberi kapsul vit A 100% 473 473 100% 100%
dosis tinggi1 kali per tahun
Cakupan anakbalita ( 12 -
59 bln) yang diberi kapsul 95% 3434 3434 100% 105,26%
vit A 2 kali per tahun
Cakupan ibu hamil yang
95% 953 481 100,94% 106,26%
diberi 90 tablet Fe
Balita BGM <1,5% 3776 12 0,30% 500%
Balita gizi kurang <15,1
3776 484 12,82% 118,71%
%
Balita gizi buruk mendapat
100% 8 8 100% 100%
perawatan
Desa dengan cakupan
keluarga bergaram yodium 90% - - - -
baik
Cakupan ibu nifas mendapat
90% 964 477 98.96% 109.96%
kapsul vit A
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2018
puskesmas setiap hari Selasa sampai dengan hari Sabtu, dikelola oleh 1
34
yang terdapat di masyarakat yang dapat memberikan pengaruh buruk
terhadap kesehatan.
Jenis kegiatan:
Indikatornya:
Indikatornya:
35
TP2M yg memenuhi
4 72% 22 22 16 72,73% 102,43%
syarat sanitasi*
Proporsi penduduk
5 85% 58140 84 84 100,00% 117,65%
akses jamban
6 Rumah Sehat 70% 14839 92 92 100% 142,86%
Penduduk yang
7 memanfaatkan 75% 8002 84 84 100% 133,33%
jamban
Rumah yang
8 65% 7584 84 84 100% 153,85%
memiliki SPAL
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2018
Menular (P2PM)
Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh dokter, perawat, bidan,
Tujuan dari program P2P ini adalah menurunkan angka kesakitan dan
a. P2 Malaria
Juni 2018:
b. P2 TB Paru
36
Indikatornya :
c. ISPA
d. P2 Diare
Indikatornya :
e. P2 Kusta
f. Imunisasi
i. BCG (95%)
v. Polio 4 (95%)
37
ix. Hepatitis B 2 (90%)
x. Hepatitis B 3 (90%)
g. P2 DBD
Indikatornya :
Penemuan kasus
5
TB BTA (+) (Case
Detection Rate) 70% 63 32 3 9,52% 13,6%
Angka Konversi
6
(Convertion Rate) 70% 7 4 4 100% 25%
7 Angka Kesembuhan
(Cure Rate) 80% 6 6 6 100% 125%
Cakupan balita
dengan pneumoni
8 yg ditemukan/
ditangani (sesuai
standar) 70% 334 167 0 100% 125%
9 Balita dg diare yg 22% 172 86 42 48,81% 187,74%
ditangani sesuai
standar
38
Angka kematian
10 <1% Tidak ada kasus
diare
11 BCG* 95% 861 431 495 114,36% 121,03%
12 DPT 1* 95% 861 431 459 106,62% 112,23%
13 DPT 3* 95% 861 431 460 106,85% 112,48%
14 Polio 1* 95% 861 431 494 114,755% 120,79%
15 Polio 4* 95% 861 431 456 10,92% 111,50%
16 Campak 95% 861 431 521 121,02% 127,39%
Hepatitis B1
17
(0-7 Hr)* 90% 861 431 449 104,30% 115,89%
18 Hepatitis B1 total* 90% 861 431 462 107,32% 119,24%
19 Hepatitis B2* 90% 861 431 464 107,78% 119,76%
20 Hepatitis B3* 90% 861 431 460 106,85% 118,72%
Penderita DBD yg
21 ditangani *sesuai
standar 100% 2 2 2 100,00% 100,00%
22
Incidence rate 0,02% 58140 58140 2 0,003% 0,172%
Setiap penderita
hipertensi
mendapatkan
23
pelayanan
kesehatan sesuai
standar 100% 574 287 205 71,42% 71,42%
Setiap penderita
DM mendapatkan
24 pelayanan
kesehatan sesuai
standar 100% 1221 610 81 13,27% 13,27%
Setiap orang
dengan gangguan
jiwa berhak
25 mendapatkan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar 100% 206 206 100% 100%
Sumber : Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2018
39
III.2.5 Promosi Kesehatan
Jumlah seluruhnya ada 134 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5 program
sehat.
Indikator kinerja pada program ini adalah penyuluhan kelompok dan umum
12x/tahun (80%).
40
Setiap warga negara
indonesia usia 15 s.d
59 tahun mendapatkan 18079
skrinning kesehatan 100% 36157 1034 5,72% 5,72%
sesuai standar dalam
kurun waktu satu
tahun
Setiap orang
berisiko terinfeksi
HIV (ibu hamil,
pasien TB, pasien
IMS,
waria/transgender,
pengguna napza,
dan warga binaan
lembaga
pemasyarakatan)
mendapatkan
pemeriksaan HIV 4 73.66
sesuai standar 100% 953 77 351 % 73.66%
1 Rumah tangga sehat 75% 17588 17588 16058 91,30% 121,73%
Bayi yang mendapat ASI
2 50% 497 249 270 54,33% 108,65%
Eksklusif
4 Posyandu purnama 40% 134 67 33 24,63% 61,57%
5 Posyandu mandiri 30% 134 67 44 32,84% 109,45%
Jumlah kunjungan
6 80% 1608 804 804 100.00% 125.00%
posyandu seluruhnya
7 Jumlah kader terlatih 100% 670 670 590 88,6% 88,6%
8 Jumlah kader aktif 80% 592 592 506 85,47% 106,84%
Penyuluhan P3 NAPZA di
10 65% 12 6 3 50.00% 76,92%
sekolah
Penyuluhan HIV/AIDS di
11 65% 12 6 3 50.00% 76,92%
sekolah
Penyuluhan NAPZA dan
12 60% 96 48 38 79,17% 131,94%
HIV/AIDS oleh petugas
13 Kasus infeksi menular 100% 635 635 635 100% 100%
41
seksual yang di obati
14 Cakupan desa siaga aktif 100% 20 20 20 100% 100%
Sumber: Puskesmas Borobudur Januari – Juni2018
Menurut hasil Susenas tahun 2000, jumlah lansia 14,4 juta jiwa atau 7,18%
dari total jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia sudah
mencapai 19 juta jiwa atau sekitar 8,5% jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan
diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa. Pertambahan jumlah
42
keluarga maupun masyarakat meliputi aspek fisik, biologis, mental maupun sosial
ekonomi. Peningkatan umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh multifaktor yang
dalam hal ini kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya.
43
BAB IV
ANALISIS MASALAH
ketidakpuasan.
b. Dapat diukur
c. Dapat diatasi
1. Identifikasi
Urutan dalam siklus pemecahan Masalah
masalah antara lain :
2. Penentuan Prioritas
8. Monitoring & Evaluasi Masalah
5. Menentukan alternatif
pemecahan masalah
Gambar 4.1 Siklus Pemecahan Masalah
a. Identifikasi/Inventarisasi Masalah
45
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
dipecahkan.
46
Proses
P2
P1
P3
MASALAH
Material
Methode
Man
Money
Machine Lingkungan
Input
PROSES OUTPUT
INPUT
Fungsi Cakupan
Man Manajemen Kegiatan OUTCOME
Money (P1,P2,P3) dan Mutu
Method dan
Manajemen
Mutu
IMPACT
LINGKUNGAN
Fisik Kependudukan Sosial
Budaya Sosial Ekonomi
Kebijakan
Gambar 4.3 Kerangka Pikir Pendekatan Sistem
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak
sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah
47
dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah
No Masalah Pencapaian
48
13. Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah 76.92%
( A+ B ) C
xD
3
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentasi
49
Tabel 4.2 Besar Masalah Puskesmas Borobudur Periode Januari-Juni
2018
No Masalah Besar
Masalah
Langkah 2:
k = 1 + 3.3 Log n
50
Keterangan :
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
= 1 + 3.3 log 15
= 1 + 3.86 = 4.86 = 5
Langkah 3:
= (100-1.47)/5 = 19.70
Langkah 4:
Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas.
Langkah 5:
51
Besar masalah diklasifikasikan ke dalam skala-skala yang telah kita tentukan
masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-5. Nilainya ditentukan juga
1) Sangat mendesak =5
2) Mendesak =4
3) Cukup mendesak =3
4) Kurang mendesak =2
5) Tidak mendesak =1
52
b. Kegawatan dinilai sebagai berikut:
1) Sangat gawat =5
2) Gawat =4
3) Cukup gawat =3
4) Kurang gawat =2
5) Tidak gawat =1
2) Mudah menyebar/meluas =4
3) Cukup menyebar/meluas =3
4) Sulit menyebar/meluas =2
5) Tidak menyebar/meluas =1
53
Indonesia usia 15-59 tahun
mendapat skrining kesehatan
sesuai standar
9. Setiap orang berisiko 3.6 4.1 3.2 10.9
terinfeksi HIV mendapatkan
pemeriksaan HIV sesuai
standar
10. Posyandu purnama (indikator 3.3 3.4 3.0 9.7
2008)
11. Jumlah kader terlatih 3.7 3.5 2.7 9.9
posyandu
12. Penyuluhan P3 NAPZA di 2.8 3.8 3,6 10.2
sekolah
13. Penyuluhan HIV/AIDS di 3.0 3.6 3,6 10.2
sekolah
14. Setiap penderita hipertensi 4.0 4.3 3.0 11.3
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar.
15. Setiap penderita DM 4.0 4.0 3.0 11.0
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar.
1-5 yaitu:
1) Sulit ditanggulangi =1
4) Mudah ditanggulangi =4
No Masalah Kemudahan
Penanggulangan
54
1. Cakupan kunjungan bumil K4 4.5
2. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar 3.5
3. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat oleh 4.5
tenkes atau terlatih/guru UKS/ dokter kecil
4. Jumlah seluruh peserta aktif KB 3.8
5. Cakupan pelayanan pra usila dan Usila 3.0
6. Cakupan suspek TB paru 3.6
7. Penemuan kasus TB BTA positif (Detection Case Rate) 4.0
8. Setiap warga negara Indonesia usia 15-59 tahun mendapat 2.5
skrining kesehatan sesuai standar
9. Setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan 3.4
pemeriksaan HIV sesuai standar
10. Posyandu purnama (indikator 2008) 3.6
11. Jumlah kader terlatih posyandu 4.0
12. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah 5.0
13. Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah 5.0
14. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan 3.4
sesuai standar.
15. Setiap penderita DM mendapatkan pelayanan kesehatan 3.4
sesuai standar.
5) Sangat mudah ditanggulangi =5
55
4. Kriteria D (PEARL Factor), terdiri dari beberapa faktor yang saling
tersebut adalah:
dunia/program daerah)
dilaksanakan)
Bobot nilai bila dijawab ”ya” bernilai 1 dan bila dijawab ”tidak” bernilai 0.
Hasil maksimal dari perhitungan rumus Hanlon tersebut adalah 100, semakin
tinggi nilai angka perhitungan maka masalah tersebut akan diprioritaskan untuk
ditanggulangi.
56
kesehatan sesuai standar
9. Setiap orang berisiko terinfeksi HIV 1 1 1 1 1 1
mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai
standar
10. Posyandu purnama (indikator 2008) 1 1 1 1 1 1
11. Jumlah kader terlatih posyandu 1 1 1 1 1 1
12. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah 1 1 1 1 1 1
13. Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah 1 1 1 1 1 1
14. Setiap penderita hipertensi 1 1 1 1 1 1
mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar.
15. Setiap penderita DM mendapatkan 1 1 1 1 1 1
pelayanan kesehatan sesuai standar.
didapatkan hasil satu dari setiap masalah. Karena dilihat dari sumber daya
seperti tenaga, alat, biaya, obat, fasilitas serta teknologi yang mendukung
masalah yang ada dari setiap masalah yang muncul, kelima faktor tersebut
dimasukkan dalam formula nilai prioritas dasar (NPD) serta nilai prioritas
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C x D
57
2. Setiap balita mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar 4 3.3 3.5 1 25.55 25.55 VII
3. Cakupan pemeriksaan
kesehatan siswa SD &
setingkat oleh tenkes atau 5 2.1 4.5 1 31.95 31.95 III
terlatih/guru UKS/ dokter
kecil
4. Jumlah seluruh peserta
aktif KB 1 3.0 3.8 1 15.20 15.20 XV
5. Cakupan pelayanan pra
usila dan Usila 3 4.0 3.0 1 21.00 21.00 XI
6. Cakupan suspek TB paru 4 4.5 4.0 1 34.00 34.00 I
7. Penemuan kasus TB BTA
positif (Detection Case 5 4.0 3.6 1 32.40 32.40 II
Rate)
8. Setiap warga negara
Indonesia usia 15-59
22.00 22.00 IX
tahun mendapat skrining 5 3.8 2.5 1
kesehatan sesuai standar
9. Setiap orang berisiko
terinfeksi HIV
20.74 20.74 XII
mendapatkan pemeriksaan 2 4.1 3.4 1
HIV sesuai standar
10. Posyandu purnama 2 3.4 3.6 1 19.44 19.44 XIII
(indikator 2008)
11. Jumlah kader terlatih
18.00 18.00 XIV
posyandu 1 3.5 4.0 1
12. Penyuluhan P3 NAPZA di
29.00 29.00 V
sekolah 2 3.8 5.0 1
13. Penyuluhan HIV/AIDS di
VI
sekolah 2 3.6 5.0 1 28.00 28.00
14. Setiap penderita hipertensi
mendapatkan pelayanan
21.42 21.42 X
kesehatan sesuai standar. 2 4.3 3.4 1
15. Setiap penderita DM
mendapatkan pelayanan 5 4.0 3.4 1 30.60 30.60 IV
kesehatan sesuai standar.
58
Tabel 4.9 Urutan Prioritas Masalah SPM Puskesmas Borobudur
No Masalah
1. Cakupan suspek TB paru
2. Penemuan kasus TB BTA positif (Detection Case Rate)
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh
3.
tenkes/terlatih/guru UKS/dokter kecil
4. Setiap penderita DM mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
5. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah
6. Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah
7. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
8. Cakupan kunjungan bumil K4
Setiap warga negara Indonesia usia 15-59 tahun mendapat skrining kesehatan
9.
sesuai standar
10. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
11. Cakupan pelayanan pra usila dan Usila
Setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai
12.
standar
13. Posyandu purnama (indikator 2008)
14. Jumlah kader terlatih posyandu
15. Jumlah seluruh peserta aktif KB
BAB V
59
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
cakupan suspek TB paru. Dalam bahasan ini masalah yang diambil yaitu
60
Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan dalam menyusun
yaitu sebesar 70%. Atas dasar data tersebut, maka kami memutuskan
TB, dengan gejala utama batuk berdahak 2 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti demam gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan dengan BTA +.
Rumus:
61
Target Sasaran
Hasil Sasaran Hasi %
P2 TB dinkes Sasaran bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Pe
Kegiatan 1 tahun l Cakupan
2016 berjalan
10,7/10
00x jml
Cakupan pddk
jml
suspek TB (58.146)
70% suspek 623 312 19 6 7 7 6 3 48 15,41%
paru Kecama
TB paru
tan
Borobu
dur
target yang ditetapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai. Salah satu metode
diagram fish bone memakai data yang telah diolah dalam lima bulan terakhir yaitu
62
Tabel 5.2 Analisis Penyebab Masalah Cakupan Suspek TB Paru Ditinjau
dari Faktor Input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
63
pengambilan sputum
dengan pemberian pot
untuk diperiksa
laboratorium puskesmas
Program TOSS TB
MATERIAL - Laboratorium sebagai Sulitnya mendapat kualitas dahak
(Perlengkapan) sarana untuk yang baik
pemeriksaan dahak
pasien TB
- Ruang khusus
membuang dahak
- Tersedianya ruang aula di
puskesmas untuk
pelatihan kader
64
Tabel 5.3 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Suspek TB
Paru Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
P1 - Terdapat target penjaringan jumlah - Tidak ada masalah
pasien suspek TB di puskesmas
- Pemeriksaan secara holistik suspek
TB di puskesmas selama jam kerja
65
P3 Laporan mengenai jumlah pasien - Kurangnya pencatatan mengenai
suspek TB di puskesmas yang pasien suspek TB paru yang ke
didapatkan dari rekam medik di pelayanan kesehatan swasta
Poli Umum dan laboratorium (bidan, dokter praktek swasta,
Adanya laporan bulanan dan BKPM) serta Balkesmas
tahunan P2M TB.
Laporan program P2M TB paru
dilaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten tiap 3 bulan sekali,
disertai dengan data pencapaian
program.
Evaluasi program 3 bulan – 1 tahun
sekali
66
Kurang optimalnya pemberdayaan kader
INPUT
kesehatan desa dalam menemukan penderita MONEY Tidak terdapat dana khusus kader
suspek TB
722
Kurangnya pengetahuan bidan desa mengenai
MAN
skrining TB Sulitnya mendapat kualitas dahak yang baik
MATERIAL
Kurangnya koordinasi antar tenaga kesehatan
puskesmas dengan pelayanan kesehatan swasta
(bidan, dokter praktek swasta, BKPM) dalam
pencatatan pasien suspek TB
METHOD Kurangnya media informasi seperti poster atau
Kader kurang memahami materi TB sehingga MACHINE
kesulitan untuk menjaring penderita supek TB leaflet mengenai TB di tempat umum Cakupan Suspek TB
paru yang terpenuhi
hanya mencapai
15,41% dengan target
LINGKUNGAN 70%
Tidak ada masalah
pasien dengan suspek TB paru, maka dari kemungkinan penyebab masalah diatas maka
penderita suspek TB
kesehatan swasta (bidan, dokter praktek swasta, BKPM) dalam pencatatan pasien
suspek TB
umum
68
69
V.5. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya, yaitu
dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah. Berikut ini adalah alternatif pemecahan
70
puskesmas tentang perilaku yang harus dilakukan
guna mengatasi penyakit TB
11 Kurangnya penyuluhan tentang TB Penyuluhan kepada kader mengenai
kepada warga penyakit TB disertai dengan pembekalan
mengenai syarat pengambilan sputum
yang baik dan benar.
12 Kurangnya peran bidan desa dalam Optimalisasi kinerja bidan desa dalam
skrining TB skrining TB dengan pelatihan
13 Kurangnya koordinasi antar Meningkatkan koordinasi antar kordinator
kordinator program dalam program
penanganan TB
14 Kurangnya pencatatan mengenai Kerja sama lintas sektoral antar
pasien suspek TB yang berobat puskesmas rumah sakit, tenaga kesehatan
diluar puskesmas Borobudur. swasta, dan balai pengobatan lainnya
dalam pencatatan pasien suspek TB di
luar puskesmas Borobudur
sebagai berikut:
Borobudur
71
PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF
baik penyuluhan
7. Kurangnya media informasi seperti poster 5. Penyuluhan tentang penyakit TB paru
Gambar kepada pasien suspek TB beserta
atau leaflet mengenai TB di tempat
umum keluarga tentang perilaku yang harus
5.2
8. Kurangnya pengetahuan pasien, keluarga dilakukan guna mengatasi penyakit TB
pasien dan masyarakat terkait TB Diagram 6. Optimalisasi kinerja bidan desa dalam
9. Pasien tidak mau memberikan sampel skrining TB dengan pelatihan
Alternatif
sputum untuk diperiksa lab 7. Meningkatkan koordinasi antar
10. Kurangnya kesadaran pasien suspek TB Pemecahan kordinator program
untuk memeriksakan dirinya ke 8. Kerja sama lintas sektoral antar
puskesmas
Masalah puskesmas rumah sakit, tenaga
11. Kurangnya penyuluhan tentang TB kesehatan swasta, dan balai pengobatan
V.7.
kepada warga lainnya dalam pencatatan pasien suspek
12. Kurangnya peran bidan desa dalam Penentuan
TB di luar puskesmas Borobudur
skrining TB
13. Kurangnya koordinasi antar kordinator Pemecahan Masalah Dengan Kriteria
program dalam penanganan TB Matriks Menggunakan Rumus
14. Kurangnya pencatatan mengenai pasien
suspek TB yang berobat diluar MxIxV/C
puskesmas Borobudur.
Setelah menemukan alternatif
72
Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut :
1. Efektivitas program
Bila makin magnitude maka nilai nya makin besar, mendekati 5. Begitu juga
2. Efisiensi pogram
Kriteria cost (c) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya
mendekati 1.
Penyelesaian Nilai
Hasil akhir Urutan
Masalah Kriteria
(M x I x V) /
M I V C
C
73
1. Pemberian reward kepada kader yang
aktif 3 3 3 4 6,75 IV
penyebab masalah rendahnya cakupan suspek Tb paru wilayah kerja Puskesmas Borobudur,
74
2. Pelatihan kader dan pertemuan per 6 bulan selain untuk mengevaluasi kinerja petugas
Borobudur
8. Pembuatan media promosi untuk penyuluhan
yang kemudian disusun sebagai rencana pelaksanaan kegiataan (plan of action), yaitu
75
V.8. PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Tabel 5.6 Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria
keberhasilan
1 Penyuluhan Meningkatkan Masyarakat rumah warga Koordinator Per 3 bulan BOK Ceramah, Proses :
memeriksakan diri
Tabel 5.6 Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur
85
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria keberhasilan
2 Refreshing Meningkatkan Koordinato Aula Dokter Umum 2x/tahun BOK Diskusi Proses :
TB masyarakat yang di
curigai TB paru
Tabel 5.6 Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria keberhasilan
3 Rapat koordinasi - Mengoptimalkan Pasien Puskes Dokter 6 bulan BOK Pertemuan Proses :
Koordinasi
86
antara Kepala pemberdayaan suspek mas Perawat sekali antar tenaga Meningkatkan
Puskesmas, bidan desa dalam TB Koordinato kesehatan dan kemampuan bidan desa
Dokter umum di menemukan pasien r program kader melalui dalam menemukan pasien
koordinasi antar
tenaga kesehatan
- Pembuatan program
87
promkes TB
88
Tabel 5.6 Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria keberhasilan
4 Rapat lintas Meningkatkan Tenaga Aula Kepala 1x setahun BOK Rapat mengenai Proses :
harus laporan
Tabel 5.7 Gantt Chart , Plan of Action Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur
85
Tahun 2018 2019
86
BAB VI
VI.1. Kesimpulan
wilayah Borobudur pada umumnya berjalan dengan baik. Dalam melaksanakan tugas
sebagai penyelenggaraan UKM dan UKP tingkat pertama di wilayah kecamatan Borobudur.
pelayanan KIA dan KB, P2PM, pelayanan gizi), upaya kesehatan pengembangan (upaya
kesehatan sekolah, upaya kesehatan usia lanjut) dan upaya kesehatan perseorangan (rawat
Kabupaten/Kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga
secara minimal. Puskesmas Borobudur telah melakukan 12 jenis pelayanan dasar yang
dilakukan Borobudur sesuai peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang
yaitu: 1) Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar pelayanan antenatal; 2) Pelayanan
kesehatan ibu bersalin; 3) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir; 4) Pelayanan Kesehatan
Balita; 5) Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar; 6) Pelayanan kesehatan pada usia
85
Orang dengan Gangguan Jiwa Berat; 11) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis
(TB); dan 12) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV.
Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan keadaan yang
penelitian dan analisa dari data manajemen puskesmas Borobudur, dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan SPM (Standar Pelayanan Minimal) yaitu: cakupan kunjungan bumil K4,
pelayanan standar balita, cakupan pemeriksaan siswa SD dan setingkat , peserta aktif TB,
cakupan pelayanan prausila dan usila, cakupan suspek TB paru, kasus TB BTA positif, WNI
15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar, setiap orang beresiko HIV ,
mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar, posyandu purnama, jumlah kader terlatih
kuantitatif didapatkan prioritas pertama yaitu rendahnya cakupan suspek TB paru dengan
Kemudian dilakukan analisa penyebab masalah dan setelah dikonfirmasi pada pihak
koordinator program, dokter dan perawat didapatkan beberapa penyebab masalah yaitu:
penderita suspek TB, kurangnya pengetahuan serta peran bidan desa mengenai skrining TB,
kurangnya koordinasi antar tenaga kesehatan dalam pencatatan dan pelaporan warga suspek
TB, kurangnya penyuluhan dan media informasi seperti poster atau leaflet mengenai TB di
tempat umum, kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait TB, tidak adanya
program promkes khusus TB, kurangnya koordinasi antar kordinator program dalam
penanganan TB, tidak terdapat pencatatan dan pelaporan mengenai pasien suspek TB yang
86
serta penetapan pemecahan masalah terpilih dengan menggunakan kriteria matriks
didapatkan prioritas pertama yaitu penyuluhan tentang penyakit TB paru kepada pasien
VI.2. Saran
Dalam rangka meningkatkan fungsi puskesmas sebagai ujung tombak untuk mencapai
kesehatan wisata, dan balai pengobatan lainnya dalam pencatatan dan pelaporan
2. Kepada seluruh tenaga kerja Puskesmas Borobudur untuk meningkatkan kerja sama
dalam lintas program dan lintas sektoral dalam pencatatan dan pelaporan cakupan
warga suspek TB
87
3. Membuat dan mengajukan anggaran dana untuk program yang direncanakan sehingga
4. Pembuatan program yang terstruktur dalam periode 1 tahun. Hal tersebut bermanfaat
88
DAFTAR PUSTAKA
89
85
85
86