“MANAJEMEN PERSEDIAAN”
Studi Kasus PT Aerowisata Catering Service, Jakarta
Tahun 2020
Disusun oleh :
Aprilia Dewi Almaulum / 2010411090
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manajemen Persediaan” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah „Manajemen Keuangan Lanjutan‟.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Ibu Dr. Ni Nyoman Putu Martini, MM.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN……………………………………………………………….………22
B. SARAN……………………………………………………………………….………23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manajemen persediaan merupakan salah satu bagian dari perusahaan. Bagian tersebut
berfungsi untuk menjaga dan mengatur persediaan yang dimiliki perusahaan. Beberapa
aktivitas yang dilakukan dalam manajemen persediaan adalah mulai dari cara memperoleh
persediaan, menyimpan, hingga persediaan tersebut dimanfaatkan.
Persediaan di sini memuat arti beragam. Bisa berupa bahan baku, bahan pembantu,
barang dalam proses, barang jadi, bahkan suku cadang. Mengatur jumlah persediaan tidak
semudah yang diperkirakan. Jika persediaan terlalu banyak, maka akan makin tinggi biaya
untuk penyimpanan. Sebaliknya jika kurang malah bisa menghambat proses produksi.
Inventory management yang tepat bukanlah hal yang mudah. Apabila jumlah
persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana yang dikeluarkan terlalu besar,
meningkatnya biaya penyimpanan (seperti biaya pegawai, Biaya operasional pabrik, biaya
gedung, dll) dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun bila persediaan terlalu
sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan ( stock out ) karena seringkali
barang persediaan tidak dapat didatangkan secara mendadak yang menyatakan terhentinya
proses produksi, tertundanya keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Maskapai penerbangan pertama kali dibentuk setelah Perang Dunia I 1914-1918 oleh
kumpulan veteran pilot militer di Amerika dan Eropa. Tujuan utama adalah untuk
menghantar surat-surat dan dokumen-dokumen antar daerah dan negara. Kemudian
berkembang menjadi alat tranportasi untuk penumpang dan dokumen kargo. Pada
awalnya tidak ada tempat khusus untuk penumpang sehingga di dalam pesawat
penumpang harus bersedia untuk bercampur dengan kargo. Setiap penerbangan
penumpang harus berbagi makanan dengan pilot, makannya hanya berupa roti lapis
dan setermos kopi Parrot,1996 Dengan disertai perkembangan teknologi industri
aviasi, pesawat moderen saat ini dilengkapi dengan fasilitas tempat duduk dan toilet
untuk penumpang. Pesawat terbang menjadi alat transpotasi yang umum dipakai oleh
penumpang. Penumpang menjadi prioritas utama karena kondisi ini menjanjikan
keuntungan bagi perusahaan penerbangan. Untuk lebih menarik konsumen, perusahaan
penerbangan melengkapi pelayanan jasa transportasi salah satunya dengan menu
makanan yang menarik menyerupai restoran-restotan terkenal. Dining in the air
Restoran di Udara menjadi tren buat kalangan ekonomi kelas atas. Jasa katering untuk
maskapai penerbangan kemudian dibentuk di akhir tahun 1930-an hampir secara
serentak di Amerika dan Eropa, perusahaan- perusahaan inimuncul karena pihak
maskapai penerbangan menilai bahwa penyediaan makanan ini akan lebih efisien dan
relatif lebih murah apabila dihibahkan ke pihak lain di luar maskapai penerbangan.
Perkembangan industri ini agak terhambat dikarenakan Perang Dunia II 1939-1945,
namun temuan- temuan baru di bidang teknologi penerbangan berkembang pesat yang
pada akhirnya menyokong industri layanan jasa penerbangan pasca perang, yang
menuntut permintaan yang lebih tinggi lahi terhadap penyediaan jasa katering. Haynes,
1992.
Manajemen persediaan adalah sebuah bagian dari perusahaan yang memiliki tugas
untuk mengatur persediaan barang serta biaya terkait yang dimiliki oleh perusahaan.
5
Sederhananya, perusahaan akan dapat mengontrol bahan baku serta produksi pada
level yang sesuai agar tidak menimbulkan kelebihan atau kekurangan stok yang
berakibat pada kerugian.
Persediaan merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat berhubungan dengan
penjualan maupun tingkat produksi. Sehingga, jika ada masalah menyangkut mengenai
persediaan akan langsung berpengaruh terhadap kerugian bisnis.
Manajemen persediaan sangat penting bagi perusahaan. Hal ini karena fungsi dari
aktivitas tersebut cukup beragam. Berikut apa saja fungsi dari manajemen persediaan.
1. Mengantisipasi Kekurangan Persediaan
Hal ini harus diperhatikan terutama bagi perusahaan yang berfokus dalam
memproduksi barang. Meskipun pada umumnya supply bahan memang sudah pasti
datang sesuai jadwal, langkah antisipasi tetap penting untuk dilakukan. Untuk
berjaga-jaga jika seumpama persediaan datang terlambat dan akan berpotensi
mengganggu proses produksi.
2. Mengantisipasi Pesanan Persediaan Ternyata Tidak Sesuai Dengan Kebutuhan
Kondisi seperti pesanan yang tidak sesuai mungkin jarang terjadi. Namun bukan
tidak mungkin bisa terjadi. Perusahaan selalu harus memastikan pesanan
persediaan yang diterima apakah sudah sesuai yang dibutuhkan untuk proses
produksi.
3. Berjaga-jaga Jika Persediaan Yang Dibutuhkan Ternyata Tidak Ada Di Pasaran
6
D. Jenis-jenis Manajemen Persediaan
Sebuah kegiatan manajemen persediaan harus menerapkan standar khusus berupa KPI
(Keep Performance Indicator) agar Anda mengetahui apa saja kegiatan serta jenis-jenis
dalam manajemen persediaan tersebut yang tidak semudah dibayangkan, simak
penjelasan mengenai jenisnya berikut ini:
1. Barang Mentah ( Bahan Baku )
Jenis manajemen yang pertama ini adalah berupa bahan bakku atau dapat disebuut
dengan barang mentah. Bahan mentah ini adalah sebagai bahan dasar dan bahan
yang wajib dipakai karena jika tidak ada bahan baku maka bahan jadi tersebut tidak
ada aka nada. Dalam manajemen persediaan ini juga harus memastikan adanya stok
bahan baku.
2. Barang setengah jadi (barang dalam proses)
Barang setengah jadi adalah jenis kedua yang dibutuhkan dalam manajemen
persediaan. Terkait dengan proses produksi, barang setengah jadi selalu akan
didistribusikan ke pabrik lain untuk dilanjutkan menjadi barang jadi. Pengelolaan
persediaanlah yang digunakan untuk menentukan sejumlah banyaknya barang yang
diperlukan untuk didistribusi agar bisa mencukupi permintaan pasar dan menurut
jadwal produksi.
3. Barang Jadi
Barang jadi termasuk barang dalam proses yang telah selesai di tahap akhir dan
siap untuk dijual, dan barang jadi ini harus dikontrol dalam sebuah manajemen
resiko karena bisa dipengaruhi oleh penjualan yang mana semakin banyak
penjualan, semakin sedikit barang jadi yang disimpan.
4. Barang Supply
Barang jenis tersebut ditentukan oleh sebuah proses produksi bukan karena
adanya permintaan pasar atau istilahnya dependent demand inventory.
2. Barang Jadi
7
Barang ini dapat ditentukan oleh permintaan pasar atau Bahasa istilahnya
independent demand inventory. Sedangkan dalam ilmu manajemen persediaan
tidak hanya untuk mengontrol beberapa persediaan saja melainkan barang cacat
atau tidak sesuai SOP, suku cadang dan memo persediaan.
Pada metode ini yang harus Anda lakukan adalah memesan barang persediaan
dengan jangka waktu (interval) yang sama.
Pertama yang harus Anda lakukan adalah membuat jadwal pemesanan barang.
Pemesanan barang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
Sehingga biaya yang akan dikeluarkan dapat diperkirakan sebelumnya.
3. Metode Material Requirement Planning (MRP)
Metode MRP atau metode perencanaan kebutuhan material yaitu perencanaan dan
pengendalian persediaan untuk menjamin material atau bahan baku selalu tersedia
untuk memenuhi kebutuhan.
Metode MRP bertujuan untuk menjaga persediaan dalam jumlah yang sedikit.
Karena jumlah persediaan sedikit maka biaya persediaan juga menjadi kecil.
8
Metode ini merupakan metode di mana perusahaan tidak menyetok atau tidak
memiliki persediaan. Just in time berasumsi jika perusahaan tidak memiliki
persediaan, maka perusahaan tidak memiliki biaya/ beban atas persediaan.
Perusahaan mendatangkan bahan baku hanya pada saat dibutuhkan saja. Caranya
adalah dengan bekerja sama dengan supplier/ pemasok bahan baku
5. Metode Analisis ABC
9
BAB III
PEMBAHASAN
1. Sejarah Perusahaan
Bidang usaha yang dilakukan oleh inflight catering adalah melayani jasa boga dan
kebutuhan Inflight Service material untuk baik penerbangan domestik maupun
internasional, jenis jasa yang ditawarkan adalah:
Makanan : hot meal, cold meal, buah-buahan, sayuran segar, snack dan lain-
lain.
Minuman : jus buah-buahan, minuman ringan, minuman mengandung alkohol,
es batu dan penyediaan air minum alami.
Inflight Service material: barang-barang keperluan toilet, majalah .
Galley service: pengangkutan makanan ke dalam pesawat dan penyimpanan
makanan di dalam pesawat serta sebaliknya.
Bar exchange: melakukan pergantian dan penambahan kebutuhan minuman
beralkohol pada penerbangan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan
perusahaan penerbangan.
Laundry jasa binatu: menyediakan jasa pencucian seperti selimut, alas nampan,
handuk kecil, taplak meja dan napkin serbet
10
Cabin setting: mempersiapkan seluruh kebutuhan kabin pesawat seperti, alat
pendengar, dokumen penerbangan, majalah, bunga hiasan dalam pesawat.
Aircraft cleaning: meliputi kegiatan penggantian alas sandaran kepala, sarung
bantal, pembuangan sampah, pembersihan toilet dan galley.
On ground service: meliputi penyediaan makanan di ruang tunggu penumpang
kelas eksekutif.
Kegiatan di luar Inflight catering seperti: penyediaan jasa boga untuk gedung-
gedung pertemuan rapat dan hotel.
Begitu luasnya cakupan jasa layanan yang ditawarkan maka ACS membentuk strategic
business unit SBU :
1. Inflight Catering Service : unit usaha ini lebih memprioritaskan kepada layanan
jasa boga bagi perusahaan penerbangan.
Unit ini beroperasi hampir di seluruh bandar udara besar Indonesia. Layanan
yang ditawarkan meliputi penerbangan domestiok, internasional, penerbangan
khusus seperti penerbangan carter, VVIP dan haji.
2. Industrial catering : unit usaha ini bergerak di bidang layanan jasa boga dan
jasa terkait lainnya diluar pelayanan maskapai penerbangan.
Layanan yang ditawarkan ditujukan bagi perusahaan-perusahaan besar dengan
banyak sumber daya manusia misalnya lokasi-lokasi pemondokan karyawan
pengeboran minyak dan gas bumi, pengelolaan kantin karyawan pabrik, kantin
sekolah atau universitas, juga layanan kebutuhan jasa boga untuk rumah sakit,
baik menu normal untuk karyawan maupun makanan dengan diet khusus untuk
pasien. Unit usaha ini juga menawarkan jasa binatu dan jasa pengelolaan dan
perawatan wisma house keeping dan maintance.
3. Inflight logistic: Unit usaha ini memberikan layanan pengelolaan logistik untuk
pelayanan dalam penerbangan.
Layanan ini meliputi jasa konsultasi perencanaan dan pengelolaan barang
penerbangan airlines equipment handle serta cabin services, pengadaan barang
untuk penerbangan seperti barang sekali pakai baik dry goods, minuman
beverages, peralatan pecah belah, dan bahan bacaan; jasa penyimpanan barang
penerbangan bonded strores , dan jasa pengiriman barang penerbangan Saat ini
ACS memiliki beberapa cabang yang dimiliki sepenuhnya oleh Garuda
Indonesia di: Denpasar Bali, Medan Sumatera Utara, Balikpapan Kalimantan
Tengah, Surabaya Jawa Timur.
Sedangkan cabang di Batam merupakan kerjasama ACS dengan PT Nurthi
Falta Sakti perusahaan katering ini bernama PT Aeronurthi Catering Service, di
Makasar merupakan kerjasama dengan PT Mandai Prima bernama PT
11
Aeroprima. PT ACS memiliki visi untuk menjadi market leader di bidang
industri jasa boga untuk perusahaan penerbangan di Indonesia dan menjadi
salah satu usaha jasa boga terbaik di Asia Tenggara. Aerowisata Catering
Service is the market leader in inflight catering industry in Indonesia and
among the best in South East Asia Region . Usaha PT ACS yang bersetifikat
Halal ini untuk mengembangkan dan memajukan perusahaan dibuktikan
dengan diraihnya ISO 9002 pada tahun 1997 yang diperbaharui pada tahun
2000. Pada tahun 2000 juga PT ACS mendapatkan sertifikat HACCP. PT
Aerowisata Catering Service Jakarta berlokasi diperbatasan antara Jakarta
Utara dengan Kabupaten Tanggerang , tepatnya di area bisnis Bandar Udara
Internasional Soekarno Hatta, Jakarta.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan transportasi udara setiap
tahun menyebabkan peningkatan akan kebutuhan penyedia jasa Katering. PT
Aerowisata Catering Service merupakan perusahaan yang berhasil dalam penyediaan
jasa ini dan merupakan perusahaan jasa katering terbesar di Indonesia. Untuk menjadi
yang terbaik di bidangnya perusahaan harus menjadi pilihan konsumen dalam
pembelian produk. Pembelian berulang terjadi apabila konsumen merasa puas dengan
layanan yang diberikan oleh perusahaan. Unsur-unsur yang harus diperhatikan oleh
perusahaan untuk menjamin kepuasan konsumen adalah mutu dan ketersediaan produk
setiap kali konsumen mengadakan pembelian.
Selanjutnya, dari hasil analisa penerapan manajemen persediaan pada perusahaan akan
dirumuskan karakteristik umum perusahaan sesuai dengan Aspek-aspek yang dibahas
dalam teori-teori manajemen persediaan yang ada. Teori-teori manajemen persediaan
yang digunakan adalah ;
12
3. Studi kasus
Karena menu berubah-ubah, maka bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi
pun berubah-ubah secara berkala. Penyediaan bahan baku memegang peranan penting
dalam proses produksi. Kekurangan bahan baku menghambat jalannya proses produksi
dan mengakibatkan permintaan konsumen tidak terpenuhi. Bahan baku makanan
merupakan produk yang bersifat tidak tahan lama (perishable) akibatnya perusahaan
harus memiliki sistem penyimpanan dan pengolahan yang baik. Selain itu perusahaan
juga harus bisa menawarkan harga yang sesuai dengan anggaran konsumen untuk tetap
berada dalam pasar.
13
4. Pengambilan keputusan
1. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan
Calon suplier atau pemasok akan diseleksi terlebih dahulu sebelum terpilih
menjadi pemasok. PT ACS menetapkan beberapa persyaratan (terutama yang
menyangkut kualitas) untuk pemilihan suplier, pihak kitchen Administration
bersama dengan pihak purchasing memutuskan suplier mana yang kan dipilih.
Sebelumnya diadakan negosiasi harga antara purchasing dengan para suplier.
Selama tidak ada perubahan harga yang ditawarkan oleh suplier, atau
perubahan harga pasar maka pembelian kepada suplier tersebut akan
14
berlangsung terus. Apabila ada perubahan harga, maka akan dilakukan
negosiasi kembali oleh pihak purchasing.
Sampel yang diperiksa, dipilih dan diambil secara acak. Pengecekan dilakukan
berdasarkan PO yang telah dibuat bagian purchasing. Bahan baku yang tidak
sesuai dengan standar akan langsung dikembalikan ke pihak pemasok. Apabila
sudah memenuhi ketentuan yang berlaku, maka gudang akan mengeluarkan
Surat Terima Barang (STB). Pihak kitchen administratior nantinya juga akan
ikut mengecek barang setelah barang sampai di gudang. Apabila saat dicek di
gudang kuantitas barang tidak sesuai dengan yang dipesan, maka pihak Kitchen
administration harus mengawasi dari dekat agar barang yang kurang akhirnya
15
diterima, untuk itu pihak kitchen administration harus bekerja sama dengan
pihak purchasing.
Dalam keadaan terdesak, dimana barang yang dikirim tidak dapat diterima
karena kualitas barang atau karena kuantitas kurang, maka pihak kitchen
Administration dan bagian produksi harus memutuskan solusinya dengan
mencari alternatif barang. Bagian produksi mengeluarkan Bon Permintaan
Barang ke gudang beberapa kali dalam satu hari, untuk mendapatkan bahan
baku sesuai dengan kebutuhan produksi hari itu. Setelah gudang mengeluarkan
surat penyerahan maka bahan akan dikirimkan ke bagian produksi. Pengawasan
jumlah Kuantitas bahan baku dilakukan setiap minggu, kecuali untuk bahan
baku segar, pengawasannya dilakukan setiap hari.
Sedangkan bahan baku beku adalah daging, ikan dan seafood. Hampir
semua emasok bahan baku adalah pemasok lokal, kecuali untuk bahan-
bahan menu tertentu yang harus diimpor untuk memenuhi permintaan
menu oleh pihak maskapai penerbangan.
Pengawasan mutu bahan baku, baik kualitas dan kuantitas dimulai sejak
bahan tiba dibagian penerimaan sebelum masuk ke gudang. Sebelum
bagian gudang memberikan tanda terima kepada pemasok, bagian
Quality Control (QC) akan memeriksa terlebih dahulu kualitas dan
kuantitas bahan. Bila sudah sesuai dengan standar perusahaan, atau
tidak penyimpangannya masih dalan kondisi yang dapat ditolerir,
bagian gudang akan mengeluarkan surat terima barang.
16
pada pemasok. Bagian penerimaan merupakan critical control point PT
ACS, untuk pemeriksaan temperatur bahan baku, bagian penerimaan
menggunakan gun point yang langsung dapat menunjukkan temperatur
bahan saat diarahkan ke bahan.
17
e. Menjadikan pola permintaan produk sebagai dasar penentuan
pengadaan bahan baku
(2) Kuantitas kebutuhan bahan baku PT ACS relatif besar, sehingga untuk
mengantisipasi kehabisan bahan baku relatif sulit, dan
Metode penyelesaian
MRP dan MRP II
18
PT Aerowisata Catering Service menyusun rencana pengadaan bahan bakunya
(permintaan terikat) dengan sistem penjadwalan mundur yang dimulai dengan
merencanakan produksi produk jadi. Perencanaan ini disusun secara manual dibantu
oleh komputer. Dalam perencanaan persediaan, PT Aerowisata Catering Service
menggunakan pola yang terintegrasi antara departemen produksi, keuangan dan
pengadaan bahan baku dalam perencanaannya. Kitchen Planning menjadi pusat
informasi dan bagian yang mengkoordinir keterkaitan antar departemen tersebut.
Proses perencanaan ini sudah sesuai dengan konsep MRP.
Penetapan kuantitas dan frekuensi persediaan di PT ACS, mengikuti pola Order point
system dan order cycle system sekaligus secara bersamaan. PT ACS
mengkombinasikan antara kedua sistem ini, sehingga pengadaan bahan baku dilakukan
dengan kuantitas dan frekuensi yang sama. Biaya persediaan variabel yang terdapat
pada PT ACS hanya biaya bunga saja. Biaya ini termasuk biaya penyimpanan, yang
akan meningkat sesuai dengan peningkatan kuantitas persediaan yang disimpan. PT
ACS memiliki sendiri gudang-gudangnya sehingga tidak ada biaya sewa. Sebagian
besar persediaan yang dibeli dan disimpan oleh PT ACS adalah komoditi pertanian
yang dapat menimbulkan penurunan kualitas atau kerusakan akibat disimpan terlalu
lama, tetapi hal ini telah dipertimbangkan oleh perusahaan.
Just-in-time (JIT)
Dalam proses produksi, PT ACS telah menerapkan konsep Just-in-time yang
memungkinkan adanya efisiensi produksi dan produkstivitas yang tinggi. Hal ini
terbukti dengan tidak adanya persediaan bahan setengah jadi (work in Process) yang
menunggu proses berikutnya. Sedangkan untuk pengadaan bahan baku, PT ACS
mengusahakan agar pengadaan bahan baku segar seperti sayur-sayuran dan buah-
19
buahan menerapkan konsep JIT, namun hal ini sangat dipengaruhi kondisi pemasok
bahan baku pertanian.pengaplikasian sistem JIT belum optimal. Berikut ini adalah
hasil simulasi Just-in-time di PT Aerowisata catering Service.
Asumsi :
- Bahan baku yang dimasukan, ke dalam mesin sebesar 200 kg dan produk jadi
yang dihasilkan akan keluar juga 200 kg.
- Mesin beroperasi selama 24 jam
- Line yang dianalisis hanya 1
Set up time :
a. Pembongkaran daging ayam beku dari truk memakan waktu 1 jam atau 60
menit.
b. Pemeriksaaan kualitas daging ayam beku dengan sistem sampel oleh pihak
Quality control selama 30 menit.
d. Pemuatan produk jadi dari ruang setting meal ke truk pengangkut memakan
waktu 30 menit.
Operation time:
b. Daging ayam yang sudah lunak ini di campur bersama dengan bumbu-bumbu
lain dan proses pemasakan dilakukan 13 jam sebelum ETD.
ABC Analysis
20
ini disebabkan karena jenis-jenis persediaan atau komponen-komponen tersebut saling
berkaitan dan berintegrasi sebagai penyusun suatu produk jadi. ABC analysis lebih
cocok diterapkan untuk manajemen persediaan suatu Perusahaan dagang, atau retailer,
dimana jenis-jenis persediaannya tidak saling berkaitan. Atau perusahaan yang selain
menjual produk jadi juga menyediakan suku cadang atau perlengkapan aksesoris,
seperti perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri otomotif atau
komputer. ABC analysis kurang tepat diterapkan pada PT ACS karena perlakuan
pengadaan dan pengendalian persediaan yang berbeda lebih disebabkan karena sifat
bahan-bahan yang berlainan. Sifat-sifat ini misalnya umur bahan, kebutuhan akan
bahan, perputarannya dan sebagainya.
21
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses pembelanjaan bahan baku yang dilakukan perusahaan disesuaikan dengan peramalan
penggunaan bahan baku, yang didasarkan pada perjanjian kontrak penggunaan menu antara
perusahaan dengan maskapai penerbangan. Proses pembelanjaan yang dilakukan perusahaan
meliputi kegiatan pemilihan mutu bahan baku, pemilihan pemasok bahan baku, penetapan
kuantitas dan jadwal kedatangan bahan baku. Proses pembelanjaan bahan baku melibatkan
pihak bagian produksi, bagian perencanaan (kitchen planning/administrator), pihak Purchasing
dan gudang.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang makanan, PT ACS lebih mengutamakan mutu
produk yang dihasilkan, ketimbang rasa. Pengawasan mutu dilakukan sejak awal perencanaan
pembelanjaan dimana dalam perencanaan pihak Kitchen planning sudah menentukan jenis,
rasa, bentuk dan warna bahan baku yang akan dibeli. Pengawasan mutu juga dilakukan pada
saat bahan baku diterima, disimpan di dalam gudang, sebelum dimasak samapi bahan baku
menjadi produk makanan. Setelah menganalisis manajemen persediaan PT Aerowisata
Catering Service, maka karakteristik umum perusahaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perusahaan berskala internasional
2. Merupakan anak perusahaan
22
3. Pembuatan keputusan-keputusan melibatkan banyak pihak
4. Toleransi terhadap kesalahan dalam pembuatan perencanaan sangat kecil
5. Memiliki struktur organisasi yang sangat kompleks
6. Pengawasan manajemen terdiri dari beberapa tingkatan
7. Manajemen tidak ditangani oleh pemilik
8. Menghasilkan produk jadi yang bervariasi dengan bahan baku yang juga bervariasi
9. Mutu merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Manajemen yang diterapkan oleh PT ACS memiliki keunggulan dan kelemahan. Model
manajemen persediaan ini dapat diterapkan di perusahaan-Perusahaan yang memiliki
karakteristik-karakteristik umum yang serupa. Namun keefektifan dan hasil optimal yang
dicapai dalam manajemen persediaan tetap bergantung kepada adaptasi yang dilakukan
perusahaan terhadap model manajemen persediaan. Begitu pula dengan teori-teori manajemen
persediaan, tidak semua teori dapat diaplikasikan pada suatu perusahaan. Kemungkinan
penerapan teori, selain tergantung dari kondisi dan masalah yang dihadapi perusahaan juga
tergantung dari asumsi-asumsi yang mengikat teori dan tergantung pula pada karakteristik
yang dimiliki perusahaan, baik karakteristik manjemennya maupun karakteristik produk dan
bahannya.
SARAN
Saran bagi PT Aerowisata Catering Service, yang pertama terus menerus mengadakan
perbandingan dengan perusahaan inflight catering manca negara lain dalam efisiensi
manajemen persediaan. Dengan menganalisa kembali manajemen persediaan dalam jangka
waktu tertentu, maka inovasi-inovasi baru yang lebih efektif dapat membantu PT ACS dalam
perkembangannya di masa mendatang.
Kedua, efisiensi prosedur pembuatan purchase request (PR) dengan
mengurangi/memperpendek rantai pihak-pihak yang menyetujui pembuatan PR. Pihak Cost
Controller dan Store Manager perlu mendapat informasi mengenai bahan baku yang dipesan
dan yang akan diterima namun tidak perlu terlibat dalam penyetujuan pembuatan PR (PR
approval). Pada akhir bulan pihak Cost Controller akan mengadakan pengecekkan mengenai
biaya-biaya, dari informasi yang sudah ada akan dibandingkan dengan kondisi yang
sebenarnya. Demikian juga pihak Store Manager hanya akan membutuhkan informasi
mengenai jumlah bahan baku yang dipesan untuk dibandingkan dengan jumlah bahan baku
yang sebenarnya diterima di gudang.
23
Ketiga, pihak Purchasing seharusnya memiliki tanggung jawab untuk menindaklanjuti
pemesanan bahan baku yang tidak sesuai dengan jumlah yang dipesan (sesuai dengan PR dan
PO), sehingga pihak kitchen planning lebih berkonsentrasi kepada perencanaan pembelian dan
memenuhi feed back dari bagian produksi. Pihak purchasing seharusnya bertindak lebih aktif
dalam menindaklanjuti perbedaan jumlah pesanan dan jumlah bahan baku yang sebenarnya
diterima.
Kelima, untuk kelebihan bahan baku (bahan baku yang sudah ada di gudang tetapi tidak dapat
dipergunakan karena perubahan menu) sebaiknya dikelola oleh SBU Industrial Catering
dengan pembukuan yang jelas. Apabila dikelola oleh SBU lain dan dikelola sebagai bahan
baku untuk produksi Industrial Catering, selain menghasilkan pemasukan juga mengurangi
kepadatan kapasitas gudang inflight catering PT ACS.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-manajemen-persediaan/
https://www.jurnal.id/id/blog/manajemen-persediaan/
https://surabaya.proxsisgroup.com/apa-itu-manajemen-persediaan-inventory-management/
https://www.google.com/amp/s/www.linovhr.com/manajemen-persediaan/amp/
https://www.harmony.co.id/blog/apa-itu-manajemen-persediaan-simak-penjelasan-
lengkapnya#:~:text=Harding%20(2001%3A77)%2C,berkelanjutan%20pada%20biaya%20yan
g%20minimum.%E2%80%9D
https://text-id.123dok.com/document/wq2er1r2q-sejarah-maskapai-penerbangan-dan-jasa-
katering-gambaran-umum-inflight-caterer-jasa-katering-maskapai-penerbangan.html
https://text-id.123dok.com/document/nq73j9vry-sejarah-umum-gambaran-umum-
perusahaan.html
http://www.aerowisata.com
http://www.ekflightcatering.com
25