Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Penyusunan Anggaran Persediaan

Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

Nama : Ayu Marsela

Nim : C0C020007

Mata Kuliah : Peganggaran Perusahaan

Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Prodi D-III Akuntansi

Universitas Jambi
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi Rabbil’alamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan
semesta alam yang telah melimpahkan karuniaNya kepada kita semua, sehingga dengan berkat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Shalawat serta
salam tak lupa pula kami kirimkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menujun zaman yang terang benderang yang dihiasi
oleh imam, islam dan ihsan. Dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada bapak Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. yang telah memberi kami tugas untuk membuat
makalah ini. Dan kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan kita semua. Makalah ini berisikan
tentang Penyusunan Anggaran Persediaan. Kami menyadari sepenuhnya banyak kekurangan
dan keterbatasan, meskipun telah di sertai dengan usaha yang maksimal sesuai dengan
kemampuan yang telah kami miliki. Oleh karna itu, segala saran dan kritik yang membangun
sangat di harapkan untuk perbaikan makalah yang akan datang. Dengan ini kami berharap
semoga makalah ini semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbil’alamin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuam 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Penganggaran Perusahan 3

2.2 Kegunaan Penganggaran Perusahaan 3

2.3 Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Persediaan 3

2.4 Metode Penilaian Persediaan 6

2.5 Biaya – biaya Persediaan 7

2.6 Kuantitas Pemesanan Yang Optimal 10

BAB III PENUTUP 14

3.1 Simpulan 14

3.2 Saran 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena


persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar.
Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya
penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “opportunity cost” yang lebih besar.
Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat
mengakibatkan biaya – biaya terjadinya kekurangan bahan.

Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam


antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk phisikal pada berbagai
tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi (
Handoko, 1997: hal 333)

Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh
dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di
satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat
persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya
habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan
tingkat pelayanan konsumen.

Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan dan pengendalian


persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan membeli
atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini ditetapkan, langkah berikutnya adalah
meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan
untuk melayani permintaan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini seperti berikut:

1. Apa pengertian penganggaran persediaan?

2. Apa saja kegunaan penganggaran persediaan?

3. Apa saja data dan informasi untuk menyusun anggaran persediaan?

4. Apa saja metode penilaian persediaan?

5. Apa saja yang menjadi biaya-biaya persediaan?

6. Bagaiman kuantitas pemesanan yang optimal?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk membahas pokok – pokok penting seperti :

1. Mengetahui pengertian penganggaran persediaan

2. Mengetahui apa saja kegunaan penganggaran persediaan

3. Mengetahui data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran persediaan

4. Mengetahui metode penilaian perusahaan

5. Mengetahui biaya-biaya persediaan

6. Mengetahui kuantitas pemesanan yang optimal


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penganggaran Perusahan

Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,
untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari peralatan atau mesin.

Persediaan sebagai salah satu asset penting dalam perusahaan karena biasanya
mempunyai nilai yang cukup besar serta mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya
operasi. Perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan penting untuk
mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan, agar proses produksi dapat berjalan
dengan optimal. Salah satu caranya dengan membuat sebuah anggaran persedian.

Anggaran persediaan atau inventoty budget ialah budget atau anggaran yang merencanakan
secara sistematis dan lebih terperinci tentang jumlah persediaan barang dari waktu ke waktu
(bulan ke bulan) selama periode tertentu yang akan datang. Pada umumnya barang-barang
tersebut meliputi barang-barang hasil produksi (output), bahan-bahan mentah dan bahan-bahan
pembantu untuk keperluan produksi. Jadi persediaan membentuk hubungan antara produksi dan
penjualan produk. Pada perusahaan manufaktur persediaan yang ada terdiri dari 3 jenis, yakni
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

2.2 Kegunaan Penganggaran Persediaan

Secara umum, semua penganggaran termasuk penganggaran persediaan, mempunyai tiga


kegunaan pokok, yaitu :

· Sebagai pedoman kerja

· Sebagai alat manajemen untuk menciptakan koordinasi kerja

· Sebagai alat manajemen untuk melakukan evaluasi dan pengawasan kerja.

Sedangkan secara khusus, penganggaran persediaan berguna sebagai dasar untuk menyusun
anggaran unit yang akan diproduksikan (persediaan barang jadi), dan anggaran pembelian bahan
mentah (persediaan bahan mentah), serta menetapkan persediaan agar tidak terlalu kecil dan
terlalu besar.

Selain itu dengan adanya persediaan juga mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri pada
perusahaan.Keuntungan meningkatkan persediaan perusahaan dapat mempengaruhi ekonomi
produksi, mempengaruhi pembelian dan dapat memenuhi pesanan dengan lebih cepat.Sedangkan
kerugian adanya persediaan adalah adanya biaya penyimpanan, biaya pemindahan, dan
pengembalian modal yang tertanam dalam bentuk persediaan.

2.3 Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Persediaan

Agar sesuatu anggaran dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-taksiran yang termuat di
dalamnya harus cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Untuk bisa
melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan data, informasi dan pengalaman, yang
merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran.

Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran persediaan barang jadi
adalah :

1. Persediaan barang jadi dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan, seperti misalnya:

a. Fluktuasi penjualan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang
tertuang dalam Anggaran penjualan.

Untuk menghadapi jumlah penjualan yang akan meningkat, diperlukan persediaan barang
jadi dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk menghadapi jumlah penjualan yang akan
menurun, hanya diperlukan persediaan barang jadi dalam jumlah sedikit.

b. Fasilitas penyimpanan yang tersedia.

Bilamana fasilitas penyimpanan yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak pula. Sebaliknya,
bilamana fasilitas yang tersedia terbatas, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam
jumlah sedikit.

c. Modal kerja yang tersedia.


Bilamana modal kerja yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan penetapan
persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana modal kerja yang
tersedia terbatas, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.

d. Biaya simpan barang jadi (carrying cost)

Yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan barang
jadi, seperti misalnya sewa gudang, biaya perawatan barang yang disimpan, biaya modal
yang tertanam dalam barang yang disimpan, dan sebagainya. Bilamana biaya simpan
murah, mak akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan barang jadi dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana biaya simpan mahal, maka persediaan barang jadi
ditetapkan dalam jumlah sedikit.

e. Risiko simpan barang jadi.

Yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan harus ditanggung oleh perusahaan karena
menyimpan barang jadi, seperti misalnya rusak, kualitas turun, volumenya susut, barang
menjadi ketinggalan zaman (out of date), dan sebagainya. Bilamana resiko simpan
rendah, maka akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan baran jadi dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana resiko simpan tinggi, maka persediaan barang jadi
ditetapkan dalam jumlah sedikit.

f. Tingkat perputaran barang jadi (Inventory turn over) di waktu-waktu yang lalu.

Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan barang jadi rendah,
maka akan mendorong penetapan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak.
Sebaliknya, bilamana tingkat perputaran barang jadi tinggi, maka akan mendorong
penetapan persediaan barang jadi dalam jumlah sedikit.

g. Lamanya waktu yang diperlukan untuk memproses bahan mentah hingga menjadi
barang jadi.

Bilamana untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang jadi membutuhkan
waktu lama, maka ditetapkan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang jadi hanya
membutuhkan waktu singkat, maka ditetapkan persediaan barang jadi dalam jumlah
sedikit.

2. Persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan, seperti misalnya :

a. Fluktuasi produksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang
tertuang dalam anggaran unit yang akan diproduksikan.

Untuk menghadapi jumlah produksi yang akan meningkat, diperlukan persediaan bahan
mentah dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk menghadapi jumlah produksi yang akan
menurun, hanya diperlukan pesediaan bahan mentah dalam jumlah sedikit.

b. Fasilitas penyimpanan yang tersedia.

Bilamana fasilitas penyimpanan tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan


penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak pula. Sebaliknya,
bilamana fasilitas yang tersedia terbatas, maka persediaan bahan mentah ditetapkan
dalam jumlah sedikit.

c. Modal kerja yang tersedia.

Bilamana modal kerja yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan penetapan
persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana modal kerja yang
tersedia terbatas, maka persediaan bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.

d. Biaya simpan bahan mentah (carrying cost)

Yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan bahan
mentah, seperti misalnya sewa gudang, biaya perawatan, barang yang disimpan, dan
sebagainya. Bilamana biaya penyimpanan murah, maka akan memungkinkan penetapan
kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana biaya
simpan mahal, maka persediaan bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.

e. Risiko simpan baham mentah.

Yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan harus ditanggung oleh perusahaan karena
menyimpan bahan mentah, seperti misalnya rusak, kualitas turun, volumenya susut,
barang menjadi ketinggalan zaman (out of date), dan sebagainya. Bilamana resiko simpan
rendah, maka akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana resiko simpan tinggi, maka persediaan bahan
mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.

f. Tingkat perputaran bahan mentah (Inventory turn over) di waktu-waktu yang lalu.

Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan bahan mentah rendah,
maka akan mendorong penetapan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak.
Sebaliknya, bilamana tingkat perputaran bahan mentah tinggi, maka akan mendorong
penetapan persediaan bahan mentah dalam jumlah sedikit.

h. Lamanya tenggang waktu antara bahan mentah dipesan (dibeli), dengan bahan
mentah tersebut benar-benar telah dikirim dan tiba digudang perusahaan (lead time).

Bilamana tenggang waktunya lama, maka ditetapkan persediaan bahan mentah dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana tenggang waktunya singkat, maka ditetapkan
persediaan bahan mentah dalam jumlah sedikit.

2.4 Metode Penilaian Persediaan

Penilaian persediaan bertujuan untuk mengetahui nilai persediaan yang dipakai/dijual


atau persediaan yang tersisa dalam suatu periode.

Terdapat tiga metode yang digunakan dalam penilaian persediaan, yaitu :

1. Metode First In First Out (FIFO)

Pada metode FIFO barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan
(diproses) lebih awal pula. Ini berarti bahwa bahan mentah yang sedang diproses dalam proses
produksi dinilai berdasarkan harga beli bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih awal.
Akibatnya sisa persediaan bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih akhir.

Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barang jadi adalah apabila terjadi
perubahan tarif (standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diproses dinilai
berdasarkan tarif (standar) biaya produksi lama.
2. Metode Last In First Out (LIFO)

Pada metode LIFO barang yang masuk (dibeli) lebih akhir dianggap dikeluarkan
(diproses) lebih awal. Ini berarti bahwa bahan mentah yang sedang diproses dalam proses
produksi dinilai berdasarkan harga beli bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih akhir.
Akibatnya sisa persediaan akhir bahan mentah akan dinilai dengan harga beli bahan mentah dari
pembelian yang dilakukan lebih awal.

Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barang jadi adalah apabila terjadi
peubahan tarif (standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diproses dinilai
berdasarkan tarif (standar) biaya produksi yang baru.

3. Metode Moving Average

Pada metode ini, barang yang dikeluarkan (diproses) dinilai berdasarkan rata-rata harga
beli yang pernah dibeli. Ini berarti bahwa bahan mentah yang sedang diproses dalam proses
produksi dinilai berdasarkan rata-rata harga beli bahan mentah dari pembelian-pembelian yang
telah dilakukan. Akibatnya sisa persediaan akhir bahan mentah juga akan dinilai dengan rata-rata
harga beli bahan mentah tersebut.

Penerapan metode ini pada penilaiaan barang jadi, apabila terjadi perubahan tarif
(standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diprose dinilai berdasarkan tarif
(standar) biaya produksi yang lama dengan tarif (standar) biaya produksi yang baru tersebut.

2.5 Biaya – biaya Persediaan

Persediaan pada dasarnya akan menimbulkan biaya-biaya.Biaya-biaya yang


ditimbulkannya tersebut dapat berupa biaya tetap dan biaya variable. Menurut Bambang Rianto
(1995) “menyatakan bahwa untuk tujuan perencanaan besarnya persediaan kita hanya
memperhatikan yang variabelnya saja dari biaya-biaya persediaan tersebut yang secara langsung
akan terpengaruh oleh rencana tersebut”.

Biaya Variabel dari persediaan tersebut dapat digolongkan kedalam :

1. Biaya penyimpanan persediaan atau Carrying Cost


Carrying cost adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan. Penentuan
besarnya carrying cost didasarkan pada “Average Inventory ” (persediaan rata-rata), dan biaya
ini dinyatakan dalam persentase dari nilai dalam rupiah dari average inventory. Biaya-biaya yang
termasuk kedalam carrying cost adalah :

a. Biaya penggunaan/sewa ruangan gudang

b. Biaya pemeliharaan material dan allowances untuk kemungkinan rusak

c. Biaya untuk menghitung atau menimbang barang yang dibeli

d. Biaya asuransi

e. Biaya modal

f. Biaya absolescence

g. Pajak dari persediaan yang ada dalam gudang

Total biaya penyimpanan :

- TCC = C. P. A

Persediaan rata-rata

- A =Q/2

=(S/N)/2

Keterangan :

Q = kuantitas pesanan

S = Penjualan tahunan

N = Frekuensi pemesanan

C = Biaya penyimpanan
P = Harga beli per unit

2. Biaya Pemesanan atau Ordering Cost

Ordering cost adalah biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan, yang
terdiri dari :

a. Biaya selama proses pesanan

- Persiapan-persiapan yang diperlukan untuk pemesanan

- Penentuan besarnya kuantitas yang akan dipesan

b. Biaya pengiriman pesanan

c. Biaya penerimaan barang yang dipesan

- Pembongkaran dan pemasukan ke gudang

- Pemeriksaan material yang diterima

- Mempersiapkan laporan penerimaan

- Mencatat kedalam “Material Record Card”

d. Biaya-biaya processing pembayaran

- Auditing dan perbandingan antara laporan penerimaan dengan pesanan yang asli

- Persiapan pembuatan cheque untuk pembayaran

- Pengiriman cheque dan kemudian

auditnya Total biaya pemesanan

- TOC = F. ( S / Q )

Keterangan :

Q = kuantitas pesanan
S = Penjualan tahunan

F = Biaya tetap

Total Biaya Persediaan

• TIC = TCC + TOC

atau

• TIC = C. P. ( Q / 2 ) + F. ( S / Q)

3. Biaya Kehabisan Bahan atau Stockout Costs

Biaya Kehabisan Bahan, timbul pada saat perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan karena
persediaan yang tidak cukup. Biaya kehabisan bahan ini meliputi biaya pesan secara cepat atau
khusus dan biaya produksi karena adanya operasi ekstra.

2.6 Kuantitas Pemesanan Yang Optimal

Bahan mentah merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Oleh karena itu,
penyediaan bahan mentah yang tepat, baik dalam arti jumlah maupun waktu, akan sangat
mendukung kelancaran proses produksi. Persediaan bahan yang minim memungkinkan
terjadinya kekurangan bahan. Kekurangan bahan mentah yang tersedia (stock-out) dapat
berakibat terhentinya proses produksi karena kehabisan bahan untuk diproses. Namun, dilihat
dari sisi positif, jumlah persediaan bahan yang rendah dapat menghemat biaya-biaya yang timbul
sehubungan dengan adanya persediaan dan dapat mengurangi risiko kerusakan bahan akibat
terlalu lama disimpan. Di sisi lain, persediaan bahan mentah yang terlalu besar jumlahnya (over-
stock) memang dapat menjamin kelancaran proses produksi karena bahan senantiasa tersedia
dalam jumlah yang cukup, namun bila dilihat dari segi finansial, persediaan bahan yang terlalu
besar akan meningkatkan biaya persediaan dan risiko kerusakan.

Persoalan dalam pengaturan persediaan bahan mentah adalah bagaimana berusaha


menyediakan bahan mentah yang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses produksi
dapat berjalan lancar dengan biaya persediaan yang minimal. Tujuan pengawasan persediaan
bahan mentah adalah untuk menjawab persoalan tersebut baik dalam artian jumlah, kualitas
maupun waktu.

Dalam penentuan persediaan yang optimal dapat digunakan model kuantitas pemesanan
yang ekonomis. EOQ (Economic Order Quantity) adalah Kuantitas persediaan yang optimal atau
yang menyebabkan biaya persediaan mencapai titik terendah

Model EOQ adalah Suatu rumusan untuk menentukan kuantitas pesanan yang akan
meminimumkan biaya persediaan. Dua dasar keputusan dalam model EOQ :

- Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut perlu dibeli
kembali – Replenishment cycle

- Kapan perlu dilakukan pembelian kembali – reorder

point Model EOQ

EOQ =

Keterangan :

P = Harga beli per

unit S = Penjualan

tahunan F = Biaya

tetap

C = Biaya penyimpanan

Asumsi Model EOQ

• Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dahulu secara pasti untuk
penggunaan selama satu tahun atau satu periode

• Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu

• Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau diatas safety stock

• Harga konstan selama periode tersebut


a. Pemesanan Ulang atau Reorder Point

Titik dimana pemesanan harus dilakukan lagi untuk mengisi persediaan

Titik pemesan ulang = (Waktu tunggu x tingkat penggunaan) + Safety

Stock

b. Persediaan Pengaman – Safety Stocks

Persediaan tambahan yang dimiliki untuk berjaga-jaga terhadap perubahan tingkat


penjualan atau kelambatan produksi – pengiriman.

Persediaan awal = EOQ + Safety stock

Persediaan rata – rata = ( EOQ / 2 ) + safety stock

Contoh Kasus

• Perusahaan A penjualan 2,6 juta kg terigu, biaya pemesanan Rp 5.000, biaya


penyimpanan 2 % dari harga beli dan harga beli Rp 5 /kg.

• Persediaan pengaman 50.000 kg dan waktu pengiriman 2 minggu dan setiap


pemesanan terigu harus dengan kelipatan 2.000 kg

• EOQ =

= Ö( 2 x 5.000 x 2.600.000) / (0.02 x 5 )

= 509.902 Kg

= 510.000 Kg

Reorder Point

Safety Stock 50.000

Lead time (2/50) x 2.600.000 = 104.000

Reorder point 154.000


Biaya Penyimpanan

• TCC = C. P. A atau TCC = C.P. (Q/2)

• TCC = (0,02) x ( Rp 5) x (510.000 / 2)

= 0,1 x 255.000

= Rp 25.500

Biaya Pemesanan

TOC = F. ( S / Q

= Rp 5000 x ( 2.600.000 / 510.000 )

= Rp 5000 x (5,098)

= Rp 25.490,20

Biaya Safety Stock

= C. P . (safety stock)

= (0,02) x ( Rp 5 ) x ( 50.000 )

= 0,1 x ( 50.000 )

= Rp 5.000

Total Biaya Persediaan – TIC

= Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan + Biaya safety stock

= Rp 25.500 + Rp 25.490,20 + Rp 5.000

= Rp 55.990, 20

• Jika perusahaan A membeli terigu sebanyak 650.000 Kg maka biaya pengiriman

ditangung oleh perusahaan pengolahan gandum sebesar Rp 3.500.


• Apakah penawaran ini menguntungkan atau tidak ?

Biaya Persediaan – TIC

Biaya pemesanan = Rp 5.000 - Rp 3.500 = Rp 1.500

TCC = (0,02) x (Rp 5) x (650.000 / 2 )

= 0,1 x 325.000

= Rp 32.500

TOC = Rp 1.500 x ( 2.600.000 / 560.000)

= Rp 1.500 x 4,64

= Rp 6.960

TIC = Rp 32.500 + Rp 6.960 + Rp 5.000

= Rp 44.460

• Jika pesanan sejumlah

– 510.000 Kg Biaya persediaan Rp 55.990,20

– 650.000 Kg Biaya persediaan Rp 45.147

• Penawaran dari perusahaan pengolahan gandum perlu dipertimbangkan

• Pemesanan dalam satu tahun = 2.600.000 / 650.000 = 4 kali atau 13 minggu


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pengertian penganggaran perusahaan (Budgeting) adalah anggaran yang merencanakan


secara sistematis dan lebih terperinci tentang jumlah persediaan barang dari waktu ke waktu
(bulan ke bulan) selama periode tertentu yang akan datang.

Dalam menyusun anggaran perlu diperhatikan biaya-biaya yang akan ditimbulkan dari
adanya pengadaan atau pembelian persediaan. Selain itu kuantitas pemesanan yang optimal juga
harus diperhatikan agar persediaan yang dibeli dapat mengoptimalkan proses produksi, dan
jumlah stock persediaan tidak terlalu banyak sehingga efisien dalam biaya penyimpanan.

Manfaat anggaran perusahaan antara lain adalah adanya perencanaan terpadu, sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan, sebagai alat pengkoordinasian kerja, sebagai alat
pengawasan kerja sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan.

Pengganggaran sangat penting perannya dalam sebuah perusahaan/ manajemen dan sebagai
alat untuk mencapai tujuan perusahaan.

3.2 Kritik dan Saran

Kritik dan Saran Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri. Akhirnya penulis hanya
bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah
ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca.
DAFTAR RUJUKAN

https://umifs.blogspot.com/2018/01/penganggaran-persediaan.html

https://www.scribd.com/document/446201303/makalah-anggaran-persediaan

Anda mungkin juga menyukai