Oleh Kelompok 4:
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan paper “Kompensasi” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Paper ini merupakan paper Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia yang secara khusus
pembahasan dalam paper ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan dapat
dimengerti dan dipahami oleh para pembacanya.
Paper ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya
Manusia sekaligus menjadi bahan diskusi kelompok dan memperdalam manteri. Dengan
dibimbing oleh dosen Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu Drs. Komang Ardana, MM. Kami
telah berusaha untuk menyusun paper ini sebaik mungkin, namun kami menyadari bahwa
penulisan paper ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan yang kami punya sebagai
mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan penerbitan paper ini di masa mendatang.
Harapan kami, semoga paper yang sederhana ini dapat memberi pengetahuan serta ilmu sebagai
pembelajaran bagi para pembacanya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PENMBAHASAN
2
Retur penjualan (sales return) mewakili nilai barang-barang yang dikembalikan
konsumen karena barang-barangnya rusak, tidak sesuai, dan sebagainya. Penjualan
bersih merupakan ukuran pengelolaan yang penting dalam bisnis ritel karena penjualan
bersih menunjukkan tingkat kegiatan dari barang dagangan.
❖ Margin laba kotor
Margin laba kotor (gross profit margin) adalah ukuran penting dalam binis ritel. Berikut
adalah cara menghitungnya:
Margin laba kotor = Penjualan bersih – Harga pokok penjualan
Margin laba kotor juga diperoleh dari persentase penjualan bersih sehingga ritel dapat
membandingkan (1) pengelolaan dari berbagai tipe barang (antar kelompok barang
dagangan) dan (2) pengelolaan barang dari satu riel dibandingkan dengan pengelolaan
ritel-ritel lain.
❖ Beban
Beban (expenses) adalah biaya yang terjadi dalam aktivitas normal yang dilakukan
dalam bisnis untuk mendapatkan penghasilan. Beberapa beban dapat dikategorikan
sebagai berikut:
Beban penjualan = Gaji staf penjualan + Komisi + Manfaat
Beban umum = Sewa + Utilitas + Beban lain-lain
Beban administrasi = Gajo semua karyawan selain tenaga penjualan + Beban
operasi kantor + Administrasi beban pembelian lain
Sedangkan beban operasi (operating expenses) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam menjalankan bisnis untuk memperoleh pendapatan. Satu kategori biaya
pengeluaran adalah biaya biaya pengoperasian. Kedua adalah biaya modal, yaitu biaya
untuk segala inventaris sampai pembelian lokasi toko baru.
❖ Keuntungan Bersih
Keuntungan bersih (net profit) adalah ukuran pengelolaan perusahaan keseluruhab.
Keuntungan bersih dapat diperoleh sebelum atau sesudah pajak.
Keuntungan bersih = Margin kotor – Beban
➢ Alur Perputaran
Informasi yang dapat digunakan untuk menganalisis alur perputaran (turnover path)
perusahaan adalah pos-pos yang berasal dari neraca saldo, seperti asset, kewajiban, dan
sebagainya.
Aset atau aktiva (asset) adalah sumber-sumber ekonomi (seperti inventaris atau
perlengkapanperlengkapan toko) yang dimiliki atau dikontrol oleh perusahaan sebagai
3
hasil transaksi atau peristiwa, sedangkan kewajiban (liabilities) adalah segala
kewajiban perusahaan untuk membayar tunai atau sumber-sumber ekonomi lain
sebagai hasil dari keuntungan-keuntungan masa lalu, sekarang, atau keuntungan masa
depan.
❖ Aktiva Lancar
Aktiva Lancar (current assets) adalah asset-aset yang bias diubah menjadi uang dalam
waktu satu tahun.
Piutang usaha + Persediaan barang dagangan + Aktiva lancar lain + Kas = Aktiva
Lancar
❖ Piutang Usaha
Piutang usaha (account receivable) ini penting bagi beberapa ritel. Contoh, investasi
Wal-Mart pada uang yang diterima jauh lebih kecil dari pada Tiffany karena
kecenderungan yang tinggi dari konsumen Wal-Mart untuk membayar tunai atau
menggunakan kartu kredit pihak ketiga, seperti Visa atau MasterCard.
❖ Persediaan Barang Dagangan
Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) adalah sumber hidup ritel.
Sebagai contoh, persediaan mencakup kira-kira 27,10 % dari total asset Wal-Mart dan
37,53% dari total asset Tiffany. Meskipun demikian, terdapat pengecualian yaitu pada
ritel-ritel layanan seperti hotel, salon kecantikan, dan lain-lain yang biasanya tidak
memiliki atau hanya memiliki sedikit persediaan barang.
❖ Kas dan Aktiva Lancar Lainnya
Kas terdiri atas uang tunai, simapanan dan rekening di bank, surat-surat berharga yang
dapat diperjualbelikan, dan piutang usaha, sedangkan aktiva lancar lainnya meliputi
berbagai pengeluaran maupun ongkos kirim yang belum dibayarkan oleh pelanggan.
❖ Aktiva Tetap
Asset-saset tetap (fixed assets) adalah asset yang membutuhkan waktu lebih dari satu
tahun untuk mengubahnya menjadi tunai. Dalam bisnis ritel, aktiva tetap biasanya
terdiri atas bangunan, perabotan, dan peralatan.
Aktiva tetap = biaya perolean aktiva – depresiasi
4
❖ Perputaran Aktiva
Perputaran aktiva (asset turnover) adalah ukuran pengelolaan keseluruhan dari bagian
asset pada neraca saldo. Perputaran aktiva ini dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
membandingkan seberapa efektif para manajer menggunakan asset-asetnya.
Setiap ritel menginginkan kesuksesan dalam hal keuangan. Salah satu tujuan keuangan
yang penting adalah untuk mencapai imbal hasil atas asset (return on asset – ROA) yang
tinggi. Contohnya, sebuah perusahaan ritel global menginvestasikan Rp. 174 miliar dalam
membangun tokonya dan membeli barang-barang dagangan yang disiapkan untuk dijual.
5
Di akhir tahun, perusahaan ritel tersebut meraup keuntungan sebesar Rp. 33 miliar, yang
berarti menyumbangkan hasil sebesar 19 % dibandingkan dengan investasinya (Rp. 33
miliar : Rp. 174 miliar). Rumus perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
ROA dapat dibagi menjadi dua, yaitu alur laba (profit path) yang diukur oleh margin laba
bersih dan alur perputaran laba yang dikukur oleh perputaran asset.
Margin laba bersih (net profit margin) adalah seberapa besar keuntungan (setelah pajak)
yang didapat perusahaan dibagi penjualan bersihnya. Sedangkan perputaran aset (asset
turnover) dapat juga digunakan untuk mengukur produktivitas aset yang diinvestasikan
dalam perusahaan, biasanya dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aset.
Sedangkan return on asset dapat diperoleh dari rumusan di bawah ini:
Salah satu cara untuk menjelaskan keberhasilan keuangan dalam lingkup bisnis ritel
adalah dengan memberi para pemilik modal perusahaan hasil atau pengembalian yang baik
atas investasi mereka. Meskipun ritel mengejar tujuan keuangan yang sama, ritel dapat
menggunakan strategi yang berbeda dalam mencapai keuntungan tersebut.
Penjualan Bersih
Margin Kotor
Harga Pokok
Penjualan Laba Bersih
sebelum pajak
Laba bersih
Beban Operasi setelah pajak Margin Laba
Pajak Bersih
Beban Total
Penjualan Bersih
Beban Bunga
R
O
Piutan Usaha
A
Aktiva Lancar
Total
Persediaan
Barang dagangan Aktiva Total
Perputaran Aktiva
Kas
Penjualan Bersih
Aktiva Teta;p
Aktiva Lancar lain
6
Pola Keuntungan Strategis Pola keuntungan strategis sangat berguna bagi ritel karena pola
ini menggabungkan dua bagian pengambilan keputusan – manajemen pembatasan dan
manajemen asset sehingga para manajer dapat meninjau hubungan antar manajemen
tersebut. Pola keuntungan strategis juga dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak
keuangan dari strategi baru sebelum strategi-strategi tersebut dilaksanakan.
Terdapat beberapa indicator yang dapat diguankan dalam mengukur kinerja keuangan
dalam binis ritel antara lain:
1. Margin kotor
• Persentase margin kotor
• Analisi per kategori
• Markdown/ kerusakan
• Persediaan barang
• Margin kotor per meter persegi (m 2 )
2. Biaya Opersional toko sebagai persentase penjualan
• Gaji: produktivitas per karyawan
• Biaya sewa
• Depresiasi
• Listrik
• Total Biaya operasi toko
3. Margin kontribusi
• Selisih antara margin kotor dengan biaya operasional toko
• Perbandingan antar toko dan rata-rata perusahaan.
7
3. Langkah-langkah pengelolaan
• Audit penjualan
• Grafik penjualan
• Produk paret
• Kinerja kasir
• Update harga
• Penerimaan barang
• Penyimpanan barang
• Barang hilang
• Barang rusak
8
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Perencanaan Keuangan adalah proses dari Menganalisis perusahaan dan pilihan
investasi yang terbuka bagi perusahaan, Memproyeksikan arus masa yang akan datang
akibat keputusan ini, guna menghidari hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara
keputusan saat ini dan masa yang akan datang, Menentukan alternatif mana yang akan
dipilih, Mengukur hasil selanjutnya terhadap tujuan tujuan keuangan. Setiap ritel
menginginkan kesuksesan dalam hal keuangan.
Salah satu tujuan keuangan yang penting adalah untuk mencapai imbal hasil atas asset
(return on asset – ROA) yang tinggi. ROA dapat dibagi menjadi dua, yaitu alur laba (profit
path) yang diukur oleh margin laba bersih dan alur perputaran laba yang dikukur oleh
perputaran asset. Terdapat beberapa indicator yang dapat diguankan dalam mengukur
kinerja keuangan dalam binis ritel antara lain margin kotor, Biaya Opersional toko sebagai
persentase penjualan, dan margin kontribusi. Aspek Keuangan sebagai Alat Kontrol dalam
Menetapkan penetapan tujuan pengelolaan keuangan termasuk (1) hasil pengelolaan, (2)
kerangka waktu di mana tujuan harus dicapai, dan (3) sumber daya yang diperlukan untuk
mencapainya tujuan.
3.2 Saran
Setelah pembaca dapat memahami pentingnya aspek keuangan pada bisnis ritel, maka
disarankan agar pembaca dapat memetik pembelajaran dari materi diatas dan alangkah
baiknya jika pembaca dapat menerapkan apa yang telah di dipaparkan diatas kedalam dunia
bisnis yang akan atau sudah dijalankan oleh pembaca materi ini, dan pembaca juga
disarankan agar dapat berbagi ilmu yang telah didapat dari materi ini kepada orang sekitar
agar dapat memberikan manfaat kepada orang banyak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Whidya Utami, Christina (2006). Manajemen Ritel : Strategi dan Implementasi Ritel Modern.
Selemba Empat, Jakarta.
10