Oleh Kelompok 4:
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk bermula di tahun 1978 ketika pendiri perusahaan,
Paulus Tumewu, membuka toko pakaian dengan nama ‘Ramayana’ di Jln. Sabang, Jakarta,
dengan target pasar menengah kebawah. Toko tersebut maju pesat, sehingga di tahun-tahun
berikutnya Mr. Tumewu membuka beberapa toko cabang, hingga pada tahun 1989, Grup
Ramayana sudah memiliki 13 toko yang tidak lagi hanya menjual pakaian, tapi juga sepatu,
tas, mainan, dan kebutuhan rumah tangga. Tahun 1994, Ramayana mulai menerapkan konsep
one stop shopping, alias tidak lagi sekedar membuka toko tapi sudah membuat department
store termasuk supermarket, dan pada tahun inilah PT Ramayana Lestari Sentosa resmi berdiri.
Perusahaan kemudian listing di BEI pada tahun 1996, yang kemudian disusul dengan
pembukaan dept. store pertamanya di luar Jawa, tepatnya di Bali.
Hingga hari ini, atau genap 40 tahun sejak toko Ramayana pertama resmi dibuka, RALS
sudah memiliki setidaknya 119 gerai Ramayana, Robinson, dan Cahaya, yang tersebar di
seluruh Indonesia, termasuk 4 gerai ‘Ramayana Prime’ yang baru dibangun tahun 2017 – 2018
lalu. Perusahaan fokus di bidangnya yakni gerai dept. store dengan target pasar menengah
kebawah, dimana kita tahu bahwa segmen pasar inilah yang paling anti krisis atau resesi,
Utangnya kecil bisa dibilang tidak punya utang kecuali utang usaha. Kemungkinan karena
RALS ini juga memiliki power of brand yang cukup kuat, maka valuasinya selama ini relatif
premium dengan PBV 2.5 – 3 kali, yang meskipun itu mungkin sepadan dengan kualitas
fundamentalnya yang memang bagus, tapi sekarang ini di BEI ada banyak saham lain yang
valuasinya jauh lebih murah. Sejak tahun 2016 RALS mulai merombak desain, tata letak, dan
display untuk setiap gerainya, agar lebih ‘kekinian’ dan lebih diterima konsumen millenial.
Manajemen RALS bahkan berani berekspansi dengan membuka ‘Ramayana Prime’, yang
merupakan lifestyle mall dengan target pasar menengah keatas, dimana perusahaan
mentargetkan akan memiliki setidaknya 19 gerai Ramayana Prime pada akhir tahun 2020 (saat
ini perusahaan baru punya 5 gerai). RALS mulai menyewakan toko di lokasi dept. store-nya
untuk berbagai tenant (Breadtalk, J.Co, Cinema XXI, dst) untuk tujuan meramaikan dept store
itu sendiri.
1.2 POTENSI DALAM MEMILIH TARGET
Perkembangan teknologi telah membawa pola belanja masyarakat secara perlahan beralih
dari pergi ke toko fisik menjadi hanya melalui internet. Tren ini mendorong sejumlah
perusahaan ritel ramai-ramai mengubah peta strategi agar mampu bertahan di tengah gempuran
mal online. Namun, berbeda dengan emiten ritel lainnya, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk
(RALS) justru memilih tidak total menjadi pemain dalam bisnis e-commerce. Mengapa?
Direktur Financing Accounting Ramayana Lestari Sentosa, Suryanto menyadari pertumbuhan
bisnis mal online akhir-akhir ini memang memberi tekanan terhadap bisnis ritel konvensional.
Kendati demikian ia yakin Ramayana masih memiliki potensi yang baik dalam bisnis jual beli
pakaian. Pasalnya, ia mengungkapkan segmen pasar yang digarap perseroan merupakan
kalangan menengah ke bawah. Konsumen Menengah Ke Bawah, mempermasalahkan harga,
tidak begitu mempermasalahkan kualitas. Atau pendek kata “Yang Penting Murah”. Biasanya
barang yang dibeli adalah barang kualitas bawah atau menengah kebawah, yang penting
terjangkau membelinya.
Dalam strategi revenue stream ( mencari untung ), biasanya konsumen menengah ke atas
kita bisa mengambil untung dari margin harga yang memang kita patok. Sedangkan untuk
konsumen menengah ke bawah, kita mendapatkan untung dari perkalian produk yang dibeli.
Karena murah biasanya pembeli lebih banyak. Golongan ini, tak terlalu akrab dengan dunia
digital. Ia justru menganggap santai kehadiran mal online yang selama ini dianggap sebagai
pesaing bisnis perusahaan yang telah ada sejak tahun 1978 ini. Agar tidak tertinggal terlalu
jauh, perusahaan hanya menggandeng marketplace Tokopedia, Shopee, dan Lazada untuk
berjualan di dunia maya. Sehingga ia merasa kehadiran mal online bukanlah ancaman besar
bagi Ramayana di industri ritel fesyen. Karena bagaimanapun juga konsumen beli baju, mereka
ingin datang melihat dan mencoba sendiri bajunya seperti apa. Sejak 2016, ia melihat pola
belanja konsumen Ramayana banyak berubah. Oleh sebab itu, menurutnya untuk menaikan
kinerja penjualan tidak bisa dilakukan hanya dengan membuka outlet baru, melainkan dengan
transformasi toko meliputi renovasi toko, pembaruan layout toko hingga menata manajemen
toko. Terbukti, transformasi tersebut berkontribusi sebesar 20 persen terhadap kenaikan
penjualan Ramayana. Kedua, perusahaan menggunakan strategi promosi yang sangat gencar,
yaitu dengan cara bekerja sama dengan artis yang cukup terkenal di Tanah Air sebagai brand
ambassador.
1.3 STRATEGI YANG DILAKUKAN RAMAYANA DALAM MEMPERTAHANKAN
PASARNYA
Strategi Ramayana Department Store dalam mempertahankan pasar dan menghadapi era
Digital yaitu sebagai berikut:
1. Mengikuti Perkembangan Preferensi Konsumen
Harus bisa mengikuti trend di setiap musim dan kebiasaan belanja konsumen serta perlu
juga menambahkan sentuhan yang berbeda pada produk sesuai dengan trend saat
itu. Sejalan dengan itu, Perusahaan telah mengambil langkah maju untuk memperkuat
posisinya sebagai salah satu department store terbesar di Indonesia. Perusahaan tidak
hanya menawarkan produk-produk fashion untuk segmen kelas menengah ke bawah (C ke
D), tetapi Perusahaan juga telah bertransformasi dan membangun versi Ramayana
baru yang merujuk ke segmen kelas yang lebih tinggi (C ke B). Ini telah dibuktikan dengan
pembukaan Ramayana Prime, sebuah tempat berbelanja yang lengkap dan menawarkan
produk-produk fashion bermerek. Serta layanan gaya hidup untuk memikat
generasi milenial. Dunia digital membuat setiap orang memiliki banyak input dan wawasan
akan segala hal. Itulah yang membuat preferensi konsumen menjadi semakin dinamis.
Penting bagi pelaku toko retail untuk juga mengikuti preferensi konsumen agar bisa
menawarkan trend yang tengah digandrungi. Hal ini bukan berarti harus menggonta-ganti
produk tentunya, melainkan hanya perlu berinovasi dan memberi sentuhan sesuai trend
pasar.
2. Mempertahankan Loyalitas Pelanggan
Pengalaman pelanggan yang baik merupakan faktor utama dalam menciptakan loyalitas
pelanggan terhadap brand. Salah satu kesalahan umum yang dilakukan oleh retailer adalah
membiarkan pelanggan lamanya pergi dan berpikir bahwa mereka bisa mudah
menggantinya dengan pelanggan-pelanggan baru. Promosi dan penawaran khusus masih
menjadi metode andalan pebisnis retail untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang
baik. Akan tetapi, kunci utamanya sebenarnya ada pada personalisasi. Untuk membuat
pelanggan loyal, maka perlu mendekati mereka secara personal, misalnya dengan
mengirimkan email yang telah disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan mereka.
3. Meningkatkan Kinerja Staf
Retail merupakan salah satu industri dengan tingkat pergantian karyawan yang paling
tinggi. Inilah mengapa meningkatkan kinerja staf adalah salah satu tantangan terberat
dalam industri retail. Oleh karena itu, penting untuk peretail membuat desain sistem
manajemen sumber daya manusia salah satunya adalah untuk meningkatkan kinerja
karyawan serta agar pengelolaan sumber daya manusia lebih terstruktur dan komprehensif.
Sistem tersebut diciptakan untuk memaksimalkan setiap individu secara efektif, sehingga
tujuan bersama dapat tercapai.
4. Berpacu dengan Era Digital
Perilaku konsumen berubah dengan sangat cepat. Kini dengan semakin meningkatnya
pertumbuhan eCommerce, konsumen lebih punya banyak pilihan sebelum membuat
keputusan pembelian. Meskipun kehadiran eCommerce memiliki efek pada perubahan
perilaku konsumen, tetapi penelitian membuktikan bahwa konsumen tetap suka melakukan
pembelian untuk sebagian besar produk di toko fisik. Mereka biasanya menggunakan
internet untuk mencari informasi seputar produk dan membandingkan harganya, tetapi
pada akhirnya akan tetap membelinya secara offline. Seharusnya, fenomena
pertumbuhan eCommerce tidak dianggap sebagai ancaman bagi pebisnis retail, melainkan
sebagai peluang. Peritel bisa menggabungkan bisnis Anda secara online dan offline. Salah
satu langkah yang diambil Ramayana department store adalah melalui kolaborasi
dengan platform online populer yaitu dengan Tokopedia, Lazada dan Shopee, Youtube,dll.
5. Fokus Pada Kualitas, Layanan, dan Keunikan
Langkah terakhir yang paling penting adalah tetap mempertahankan kualitas dan keunikan.
Meskipun produk retail yang dijual sama dengan kompetitor, tapi kualitas tentu tak bisa
bohong. Jika sudah dipercaya dengan kualitas berstandar X, maka pertahankan standar itu,
bahkan ditingkatkan. Selain itu jangan sepelekan pula pelayanan pelanggan seperti after
sale service atau layanan pasca jual. Contohnya adalah seperti customer service, call center,
dan garansi.
3.1 Kesimpulan
PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA, Tbk merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak dalam bidang bisnis rantai toko swalayan yang ada di Indonesia. Perusahaan
fokus di bidangnya yakni gerai dept. store dengan target pasar menengah kebawah. Tetapi,
RALS juga mulai berani berekspansi dengan membuka ‘Ramayana Prime’, yang
merupakan lifestyle mall dengan target pasar menengah keatas, dimana saat ini perusahaan
baru mempunyai 5 gerai. Ramayana masih memiliki potensi yang baik dalam bisnis jual
beli pakaian sehingga mereka masih berfokus dan optimis terhadap penjulan offline karena
bagaimanapun juga konsumen membeli baju, mereka ingin datang melihat dan mencoba
sendiri baju yang mereka sukai.
Kemudian strategi Ramayana Department Store dalam mempertahankan pasar
yaitu dengan mengikuti perkembangan preferensi konsumen, mempertahankan loyalitas
pelanggan, meningkatkan kinerja staf, berpacu dengan dunia digital, fokus pada kualitas,
layanan, dan keunikan. PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS) mulai mengubah strategi
bisnisnya untuk tetap bertahan di tengah pandemi corona. Salah satu upaya yang
ditempuh Ramayana adalah dengan penjualan produknya secara online. Adapun media
penjualan secara online yang akan dilakukan diantaranya melalui berbagai macam
platform digital mulai dari websitenya, sosial media seperti WhatsApp hingga partner e-
commerce seperti Tokopedia, Shopee dan Lazada.