MODAL INTELEKTUAL
DAN KEUNTUNGAN INVESTASI PENDIDIKAN
12.1. PENDAHULUAN
Peristiwa politik dan ekonomi kekinian, terutama sejak tahun 1980-an, telah
mengubah fenomena dunia menjadi sebuah pasar ziobal Kondisi sama juga
tampak pada dunia pasar di yang negara-negara terbelakang dan sedang
berkembang sekalipun. Pasar-pasar batu atau kustomer kustomer baru
mendongkrak kreasi kebutuhan untuk lahim produk-produk baru Semua ini
menjadi peluang bagi manusia kreatif dan inovatif untuk memperoleh
keuntungan balik bagi keberlangsungan pembangunan
Jepang merupakan salah satu contoh negara yang secara demonstratif terus
mengembangkan program penelitian dan pengembangan dengan
mengalokasikan dana 2,9% dari GNP, antara lain digunakan sebagai jalan
untuk mengembangkan ta pasar Negara ini dapat menjadi pada lingkungan
yang membudayakan mutu terpadu. Perusahaan-perusahaan multinasional pun
melakukan program penelitian dan penembangan untuk mendapatkan
keuntungan secara kompetitif.
Fragmentasi secara politik ini telah terjadi di bekas negara Yugoslavia, bekas
wilayah Uni Soviet, beberapa negara Afrika, Pakistan, Belgia, Spanyol, dan lain-
lain, bahkan di Indonesia. terfragmentasi secara politik setidaknya disebabkan
oleh empat hal, yaitu perbedaan bahasa, pengalaman sejarah, etnisitas, dan
agama. kawasan terfragmentasi secara politik, terutama di situs-situs konflik,
tragedi kemanusiaan amat mengerikan dan proses pemanusiaan mengalami
kemandegan, di samping kenelangsaan secara ekonomi.
140
memadai untuk memenangi sebuah persaingan, saat ini terasa tidak lagi
memadai
Ranah berpikir kita harus didorong kuat untuk membangun tatanan keunggulan
kompetitif, meskipun keunggulan komparatif tidak selalu berarti harus
ditinggalkan.Salah satu keunggulan kompetitif adalah modal kualitas manusia
yang secara kontinu mampu merekayasa diri menjadi manusia ekonomi dan
sosial agar tetap berada pada posisi yang bersesuaian dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan dinamika sosial dan kemanusiaan pada umumnya.
Tatanan ekonomi baru pada era global yang disebut sebagai ekonomi pasar
terbuka.Beberapa pergeseran paradigm dimaksud disajikan berikut ini.
Pertama, hubungan masyarakat institusi persekolahan bergeser dari pola
adversarial, ketika antarpihak cenderung berjalan sendiri sendiri dan terkotak-
kotak kepola kooperatif yang mensyaratkan kerjasama dengan format win-win
relationship. Pada format hubungan kooperatif, tiap-tiap unsur masyarakat
institusi persekolahan dituntut memiliki kemampuan akomodatif, modifikatif,
elaborative, dan absorbtif terhadap keragaman minat, potensi, dan aspirasinya
dalam kerangka merespons tuntutan pasar global.
141
subsidi pemerintah dalam aneka bentuk, termasuk bantuan sponsor dalam
kerangka kerja sama antarlembaga.
Table 12.1
Transformasi Pembelajaran Era Kompetisi Ekonomi
Lama Baru
Berpusat pada dosen Berpusat pada mahasiswa
Dosen sebagai sumber dan penjual Dosen sebagai fasilitator
pengetahuan
Mahasiswa pasif Mahasiswa aktif
Kerja individual Kerja tim atau kolaborasi
Homogenitas materi bahan ajar Dipersifikasi materi bahan ajar
Materi yang statis Materi yang dinamis
Bahan ajar dipelajari diruang Bahan ajar dipelajari dalam konteks
abstrak
Pemerolehan ketrampilan dasar Pemerolehan dan kompetensi
pemecahan masalah
Pengembangan sikap berbasis Pengembangan sikap berbasis belajar
bahan ajar sepanjang hayat atau leterampilan
143
12.4. MODALINTELEKTUAL DAN KOMODITASI AKADEMIK
Otomasi merupakan distribusi bahan ajar melalui media online secara digital.
Istilah online bermakna bahwa material bahan ajar dapat diakses melalui
komputer yang menggunakan jaringan atau instrumen telekomunikasi. Skema
proses pembelajaran semacam ini melahirkan manimalisasi interaksi dosen
dengan mahasiswa seiring dengan dijustifikasi sebagai bagian yang tidak te
based knowledne) baru berbasis pengetahuan (the new community based
knowledge) dan Otomasi diasumsikan akan dapat memperbaiki kinerja
pembelajaran pemekaran akses secara lebih luas
Meskipun begitu , praktik otimatis sering kali memaksa lahirnya praktik otomasi
sekali dalam sikap kecenderungan-kecenderungan komersial trends tinggi.
Pada mental kelangan pengajar dan manajemen perguruan tataran kehidupan
masyarakat dan peserta didik, secara kua memberikan tekanan ekonomi dan
pembiayaan pendidikan d Gerakan ini akan melahirkan kutub antagonis antara
mahasiswa Juga dosen pada satu sisi dan manajemen perguruan tinggi pada
sisi lain. kutub antagonis administrasi universitas dan perusahaan dengan
produk(edycational products) akan dijual. Fenomena ini bukanlah sebuah
kecenderungan progresif menuju era baru secara keseluruhan, melainkan
sebuah kecenderungan regresif menuju era agak kolot, yaitu universitas
memasuki era produksi massa, menu sajian terstandardisasi, dan minat-minat
yang bersifat komersial secara sungguhan
144
Education Network Kebijakan yang sama juga dilakukan oleh York University.
Meskipun demikian, kebijakan ini tidaklah menyenangkan seluruh mahasiswa
Anggapan awal bahwa dengan kebijakan UcLA dan York University para
mahasiswa akan menyenangi cyber ternyata sebaliknya. Ada indikasi kuat
bahwa mahasiswa tidak secara eksak memiliki antusiasme tenta prospek masa
depan akademik berbasis teknologi tinggi. Lalu lahirlah protes dari Federasi
Mahasiswa York University(York Federation of Students), dan mereka secara
tahunan mendistribusikan buku-buku teks sebagai satu bentuk peringatan
tentang bahaya pendidikan online.
Kerja sama antara universitas dan mitra kerja perusahaan swasta untuk
menjelmakan sebuah obsesi lahirnya era baru perguruan tingg bukanlah hal
sulit. Namun demikian, hal ini dapat menghilangkan kesejatian proses
pendidikan, berupa interaksi antara mahasiswa dan dosen di ruang kelas
karena mahasiswa tidak cukup hanya berinteraksi dengan papan tulis atau
monitor komput
Mahasiswa tidak cukup hanya mengakses Web site, melainkan harus mampu
melakukan proses interaktif dengan dosennya. Lalu, lahirlah prakarsa
membangun Virtua College atau Virtual University, yaitu interaktif dengan
dosennya melalui mahasiswa dapat melakukan interaktif sehingga lahirlah
fenomena telelecture layar komputer atau televis ikut terdongkrak teleconfrence,
teleworking, dan sebagainya. Fenomena ini i sejalan dengan makin kuatnya
gerakan revolusi di bidang industri. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari
laju perkembangan abad industri dan informasi, termasuk kecenderungan
kehidupan abad ke 21.
146
Tabel 12.2
Anggaran penelitian dan pengembangan
Departemen energy ($ million) Amerika Serikat
147
akibat perkembangan pada fase ini adalah akademik di universitas, berupa
alokasi penjualan atas sumber-sumbe universitas untuk menyelenggarakan
fungsi penelitian dan melakukan ekspansi atas fungsi fungsi pendidikannya
Era global meaniscayakan kehadiran SDM yang bermutu jauh lebih baik
ketimbang periode sebelumnya. Masyarakat masa depan akan terlibat dalam
sebuah atau banyak faset kompetisi secara ketat. Sebuah kompetisi antardua
kelompok akan berakhir sama-sama menang jika satu sama lain berkekuatan
sama. Ketika kelompok kaya berkompetisi dengan kelompok miskin, pasti ada
kelompok yang kalah.
Siapa pihak-pihak yang kalah itu? "Pihak-pihak yang kalah pada era milenium
ini adalah penduduk miskin", demikian pendapat Jacques Attali dalam bukunya
Millenium: Winners and Losers in the Coming World Order, tahun 1991. Di
planet bumi ini, penduduk miskin dengan aneka bentuk ”kemiskinannya”
mencapai miliaran jumlahnya. Menurut Attali (1991), di kisaran tahun ini, sekitar
empat miliaran manusia di luar kawasan Pasifik dan Eropa hidup dan berjalan
terhuyung – huyung tidak bertenaga memasuki masyarakat demokrasi pasar
atau yang amat populer disebut sebagai masyarakat pasar bebas. Dengan
keterhyungan itu, mereka amat rentan berperilaku di luar kerangka kehidupan
normal selaku pemegang mandat Ilahiat dan kultural secara ekonomi, sosial-
kultural, politik, dan kemanusiaan. Perut lapar berpotensi besar melahirkan
148
kebiasaan meminta-minta, dan tenaga yang loyo menyebab kan tidak dapat
berproduksi baik.
Era pasar bebas sangat mungkin dapat menjadi lahan empuk bagi masyarakat
bangsa yang siap berminta dan berkompetensi pada aneka pelataran
kehidupan dan penghidupan.Akan tetapi, tidak untuk sebaliknya. Mengapa
demikian ? Pasar beas nyaris tidak memberi sumbangsih apapun bagi
pembangunan infrastruktur pendidikan dan kesehatan secara mendasar, dan
tidak pula berdampak pada peningkatan produksi bahan-bahan mentah yang
menguntungkan. Bahkan, menurut Jacques Attali, demokrasi pasar tidak
mampu menutup jurang yang lebar antara kawasan-kawasan maju dengan
wilayah kumuh dan lumpuh.Penduduk miskin yang dimaksudkan oleh Jacques
Attali dalam bukunya yang diberi pengantar oleh futurolog Alvin Toffler itu
adalah mereka yang menjalani kehidupan dibawah kebutuhan hidup
minimal.Mereka inilah kelompok masyarakat yang dilihat dari perspektif
kemiskinan harus dientaskan secara ekonomi.
Kemiskinan ekonomi hanya satu capter saja dari problema yang kita hadapi.
Dengan membedakan antara dimesi material dan dimensi batin, manusia dapat
dikelompokkan menjadi lima kategori. Pertama, manusia yang kaya materi, kaya
batin atau nurani.Kedua, manusia yang kaya materi, miskin batin atau
nurani.Ketiga, manusia yang miskin materi, kaya batin atau nurani.Keempat,
manusia moderat secara materi dan abatin atau nurani.Kelima, manusia yang
miskin materi, miskin pula batin dan nuraninya.
Pada multitataran perilaku social dan kemanusiaan, sebagai bangsa kita benar-
benar miskain secara nirmateri (nonmaterial), ditandai oleh perilaku
mengabnormalkan normalitas atau sebaliknya menormalkan abnormalitas.
Beberapa diantaranya,
1. Pertama, telah muncul standar ganda (double standart) pada pelbagai
lapisan masyarakat. Misalnya, kita lihat dalam diskursus tindakan
pemberantasan korupsi, disiplin kerja, peran-peran bernuansa agamais,
seruan berprilaku secara moral, kebersamaan, kesetaraan jender,
penegakan hokum, pembaruan, perilaku berbungkus semangat kerakyatan,
dan sebagainya. Pesan-pesan semacam itu pada banyak kasus lebih
menjelma sebagai utopia ketimbang realitas.
“Pasar bebas itu nyaris tidak member sumbangsih apa pun bagi
pembangunan infrastruktur pendidikan dan kesehatan secara mendasar.
Pasar bebas juga tidak berdampak pada peningkatan produksi bahan-
bahan mentah yang menguntungkan.Demokrasi pasar tidak mampu
menutup jurang yang lebar anatara kawasan-kawasan maju dan wilayah-
wilayah kumuh dan lumpuh.”
149
Korupsi yang terus merajalela, disiplin kerja yang melorot, penegakan
hokum yang tumpul dan tidak konsisten, distorsi perilaku pda kalangan
orang yang mengaku sebagai agamawan, pelanggaran moral di mana-
mana, sikap egoistic mementingkan kekeuasaan dan kelompoksendiri,
kekerasan terhadap perempuan, tindakan mempertahankan tradisi atau
status quo, politisi local yang sesuka-hati mengalokasikan pendapat asli
daerah, dan sebagainya, cenderung makin subur di sekitar kita.
2. Kedua, padan tataran pendidikan dan pembelajaran terjadi penjungkirbalikan
norma edukasi dan akademik, ditandai pemalsuan nilai oleh siswa dan
mahasiswa, kebiasaan anak didik dan mahasiswa untuk sekadar
mendapatkan ijazah, dosen yang membuat skripsi untuk mahasiswanya
dengan bonus khusus, dosen yang tidak pernah mneulis karya publikasi,
guru dan dosen yang tidak mau dikritik secara akademik oleh siswa atau
atau mahasiswanya, pemalsuan bukti fisik kenaikan pangkat, dosen yang
lebih ingin bercokol secara terus-menerus di kursi birokrasi kampus
ketimbang mengejar prestasi sebagai ilmuwan, nyontek pada saat ujian,
tradisi belajar yang lemah, dan masyarakat belajar yang belum lagi
terbentuk.
3. Ketiga, penjungkirbalikan atas makna nilai-nilai sejati hak-hak asasi
manusia, seakan-akan identik dengan hak pribadi secara tidak peduli
dengan hak-hak orang lain.
4. Keempat, ketertiban umum yang makin tidak terbentuk, baik di pasar-pasar,
jalan-jalan raya, objek-objek rekreasi, tempat-tempat fasilitas umum, dan
sebagainya.
5. Kelima, ketidakpedulian elit kekuasaan dan elit politik atas kepentingan
rakyat, ditandai tampilan mereka sebagai pangreh, bukan pamong praja.
6. Keenam, etos kerja pamong praja yang masih relative rendah. Bersamaan
dengan itu, banyak dianatara mereka yang menuntut hak-hak istimewa
seakan-akan telah mengabdi secara total untuk pekerjaan utama dan
masyarakat.
7. Ketujuh, perampokan, pengompasan, pencurian merajalela yang
menyebabkan suasana hidup menjadi benar-benar tidak nyaman.
8. Kedelapan banyak media massa yang mengemas pesan-pesan secara
sesuka tahu waktu, pribadi orang lain, dan sebagainya, di balik isu
kebebasan p Inilah sebagian sosok wajah suram dari sosok kemisninan
nirmateri masyarakat kita, yang menuntut kita untuk, dalam waktu yang
cukup lama, berkontemplasi dalam kerangka menemukan kesejatian (good
spot), kembali ke fitrah, dan membangun kecerdasan emosional dan
spiritual secara signifikan. Dalam banyak kasus perilaku kehidupan dan
penghidupan kemiskinan nirmateri tidak lebih baik dibandingkan dengan
kemiskinan secara material
151
Meskipun tujuannya dirumuskan seperti itu, pendidikan umum memiliki titik
tekan tujuan yang berbeda dengan pendidikan kejuruan Pendidikan dasar
memiliki titik tekan tujuan yang berbeda dengan pendidikan menengah.
Pendidikan menengah memiliki titik tekan tujuan yang berbeda dengan
pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi yang mengasuh program profesional
berbeda dengan program akademik, dan seterusnya.
Ambisi ekonomi yang muncul dari dalam diri lulusan merupakan fenomena
universal. Kemampuan, keterampilan, sikap, nilai,emosi,dan spirit yang di
peroleh anak didik selama menempuh pendidikan adalah sasaran antara.
Tujuan yang lebih sejati adalah berupaya agar dengan semua perolehan itu,
152
mereka dapat hidup layak.Disini pulalah, kesejatian marjin keuntungan yang
diperoleh subjek dari pendidkan yang ditekuninya.
Untuk mengetahui marjin keuntungan itu, perlu dilakukan pengukuran mengenai
hubungan antara pendidikan dan pendapatan pekerja(relationship between
education and earning for employes), termasuk mengukur pendapatan
manakala yang bersangkuan melakukan swausaha. Pengukuran keuntungan
internal pendidikan dilakukan dengan enggunakan formula mincer seperti
berikut.
Rumus :
n c−1
RUMUS
In Y Gi = α + β 1 S + β 2 e + β 3 e + β . X i +δ i
i i
2
1
Keterangan
s = lama pendidikan dalam satuan tahun,
∂ = potential number of years off experience [usia –(jumlah tahun bersekolah +
6)],
YG = pendapatan kotor dan
X = factor lain seperti status marital dan jumlah anak. Angka +6 dengan asumsi
bahwa seorang anak bersekolah pada jenjang SD pada usia 7 tahun.
153
Data pada tabel 12.4 menyajikan koefisien pendidikan dan pengalaman pada
persamaan pada persamaan upah spesifik menurut jender berdasarkan nilai
logaritma pendapatan sebagai pekerjaan secara swusaha untuk beberapa
negara. Koefisien persamaan pendapatan pekerja (coefficients of the
employment earnings equations) adalah semua format yang diharapkan dengan
koefisien positif menurut tahun menjalani pendidikan dan pengalaman, dan
koefisien negatif berdasarkan koefisien pengalaman yang diakarkuadratkan
seperti telah disebutkan di atas, data pada Tabel 5.4 memuat koefisien
persamaan pendapatan karyawan pada beberapa negara terpilih menurut
pendidikan, pengalaman, dan pengalaman lain.
Tabel 12.4.
Koefisien Pendidikan Dan Pengalaman Menurut Jender Pada Beberapa Negara
Jerman Irlandia Italia Britania Raya
Variabel L P L P L P L P
Pendidikan 78 71 81 99 9 92 10 13
Pengalama
94 0.088 63 65 66 475 54 45
n
Pengalama
-17 -0.0016 -1 -14 -1 -49 -1 -1
n
Lain
154
di negara maju, yang kaum muda, kelompok sosial, dan kelompok tertentu
mengalami pengangguran. Naiknya angka pengangguran tidak dapat dipersepsi
sebagai kesalahan pendidikan secara total dalam menyiapkan lulusan yang
bermutu, melainkan juga disebabkan oleh resesi ekonomi, kelangkaan sumber
daya alam, faktor-faktor struktural.
Tabel 12.5.
Model evaluasi sistimatik
ROI = P/I
Keterangan :
P = profit atau keuntungan
I = Investmen atau modal yang ditaman
155
Formula matematikal di atas dapat juga dipakai dalam kerangka menilai
keuntungan investasi pada pengembangan SDM atau PSDM Rol on human
resourses development.
Gambar 12.1 memuat Model Phillips untuk menilai ROI dalam kerangka
PSDM.Model ini dan langkah- langkah di atas telah dipilih oleh Masyarakat
Amerika untuk Pendidikan dan Pelatihan (American Society of Training and
Development, ASTD.Mereka telah mengedit dua volume hasil studi kasus
tentang ROl dalam pelbagai bentuk pelatihan.Jack Phillips sendiri merupakan
pionir dari usaha-usaha untuk mengembangkan, menyistematisasikan, dan
meningkat.kan metode metode praktikal yang dapat digunakan dalam pelatihan-
pelatihan bagi tenaga profesional dan manajer dalam banyak bidang Langkah-
langkah untuk menilai ROI yang dikemukakannya merupakan pendekatan
sistematik dalam evaluasi pelatihan (systemic approach to training evaluation).
Pendekatan ini dipandang layak untuk diterapkan pada pelbagai jenis
kepelatihan.
156
RANGKUMAN
Hubungan antara pendidikan dan akses untuk memasuki lapangan kerja dapat
dijelaskan secara ilmiah meskipun tidak selalu dapat meng- gambarkan
kepastian (Hinchliffe, 1978).Satu penjelasan biasanya hanya mewakili satu
asumsi.Dengan kata penjelasan atau prediksi mengenai kaitan antara
pendidikan dan lapangan kerja, khususnya dilihat dari pendekatan kuantitatif
sangat mungkin hanya berlaku atas dasar asumsi tertentu.Titik tekannya adalah
pada ciri-ciri khusus pekerjaan yang dapat atau tidak dapat dimasuki oleh
lulusan lembaga persekolahan.Fakta menunjukkan, baik dari negara-negara
maju maupun negara-negara terbelakang, hubungan antara latar belakang
pendidikan, status pekerjaan, dan pendapatan dibahas secara cukup intensif
meskipun tidak otomatis membuat persoalan menjadi jelas.
157
Bagaimana lulusan sekolah memasuki lapangan kerja? Pertanyaan ini
merupakan satu topik ekonomi pendidikan yang berkaitan dengan teori-teori
tentang bursa tenaga kerja dan peranan yang dimainkan oleh publik di dalam
dan di antaranya. Umumnya, publik tidak hanya berbicara mengenai
pengemasan isi dan proses pendidikan atau pengadaan bursa tenaga kerja
secara saling menafikan satu sama lain, melainkan interaksi antara kapasitas
lulusan sekolah memasuki lapangan kerja dan ketersediaan lapangan kerja itu
sendiri.
Diskusi mengenai topik ini kerap kali melahirkan banyak kontroversi antara
permintaan pada satu sisi dan penawaran pada sisi lain, serta dinamika yang
berkembang pada masa depan pada sudut pandang yang m lagi. Termasuk
dalam kerangka ini, para ekonom pendidikan yang banyak mendiskusikan
penyediaan tenaga terpelajar dan usaha-usaha yang telah ditempuh untuk
menjelaskan dan memprakirakan penyediaan ursa tenaga keria, termasuk cara
mengelola lulusan institusi pendidikan menganggur.
158