Anda di halaman 1dari 12

Bagaimanakah Internal control over financial reporting pada perusahaan saudara

atau pada perusahaan lain yang saudara ketahui apakah menggunakan kosep atau

disain ICoFR dan bagaimana dengan Entity level control (ELC) dan Transactional

Level Control (TLC), apakah di terapkan ?, Jelakankan !

Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan (Internal Control over Financial

ReportingICOFR) merupakan suatu proses yang dirancang dan dilaksanakan oleh

manajemen perusahaan dalam rangka mencapai keandalan laporan keuangan, efisiensi,

dan efektivitas operasi, serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku untuk

memberikan keyakinan yang memadai. Pelaksanaan ICOFR ini diatur di dalam

SOX Section 404 yang berjudul Management Assessment of Internal

Control. Section ini mengatur bahwasannya manajemen dari perusahaan yang terdaftar

di pasar modal Amerika Serikat (NYSE) wajib melakukan pelaporan atas efektivitas

ICOFR serta wajib menyertakan atestasi auditor pula atas efektivitas ICOFR-nya.

ICOFR bertujuan untuk memastikan pencatatan yang terperinci, akurat, dan wajar

atas transaksi dan pengelolaan transaksi perusahaan. Tujuan ini selanjutnya akan

memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi telah dicatat dengan benar dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum serta keyakinan yang memadai akan upaya

pencegahan atau identifikasi perolehan, penggunaan, atau pengelolaan aset perusahaan

tanpa otorisasi yang berdampak material atas pelaporan keuangan.


Di Indonesia, hal lain yang menyebabkan mengapa perlu ICoFR adalah sebagai

berikut:

1. Peraturan BPK RI no 1 tahun 2007, PSP 03 telah mengatur standar pelaporan

pemeriksaan keuangan, yang berkaitan pelaporan terhadap pengendalian internal,

sehinga efektivitas atas internal control pelaporan keuangan menjadi suatu keharusan

bagi perusahaan

2. Untuk dapat mencegah kemungkinan adanya fraud

3. Adanya konvergensi IFRS, menyebabkan perlunya pengembangan internal control ini,

karena kebijakan akuntansi dan control, pengungkapan prosedur menjadi dasar

pembuatan rancangan risiko dan kontrol yang menyeluruh yang menggambarkan

bagaimana setiap hambatan dimitigasi, diotorisasi, dicatat, diproses, dan dilaporkan

dalam laporan keuangan.

Sudah terdapat beberapa perusahaan yang melaksanakan ICOFR di Indonesia, yaitu

PT Telkom yang telah terdaftar di NYSE. Sebagai perusahaan yang tercatat di NYSE, PT

Telkom mematuhi ketentuan SOA (Sarbanes Oxley Act) Bab 302 dan Bab 404 mengenai

pengendalian internal atas pelaporan keuangan atau Internal Control Over Financial

Reporting(ICOFR) dan pengendalian dan prosedur pengungkapan.


UU Sarbanes Oxley Section 302 (Disclosures Controls and Procedures)

Bostelman (2005:1214) dan TELKOM presentation to HCGA (2007:5)

menyatakan bahwa Sarbanes Oxley Act Section 302 berisi kewajiban:

a. Sertifikasi terhadap laporan keuangan triwulanan oleh CEO dan CFO.

b. CEO dan CFO melakukan sertifikasi kelengkapan dan keakuratan laporan yang

diserahkan kepada US SEC.

c. CEO dan CFO melakukan sertifikasi terhadap efektivitas internal control.

Menurut Bostelman (2005:14), Disclosure Controls and Procedures is defined

under SEC rules as controls and other procedures of public company that are designed to

ensure that both non-financial and financial information required to be disclosed by the

company in its periodic reports is recorded, processed, summarized, and reported in a

timely fashion.

Berdasarkan definisi dari SEC, cakupan disclosure controls and procedurestidak

terbatas pada pengendalian internal atas pelaporan keuangan, tetapi juga pengendalian

untuk memberikan keyakinan atas kepatuhan (compliance) terhadap persyaratan SEC.

Definisi dengan maksud yang sama juga dinyatakan oleh PT Telkom secara terperinci.
Menurut definisi yang dinyatakan oleh PT Telkom pada Keputusan Direksi No:

KD76/PW000/PRO-IIC/2006 tanggal 22 Desember 2006, Disclosure Controls

and Procedures (pengendalian dan prosedur pengungkapan) adalah pengendalian dan

prosedur yang dirancang dan dijalankan untuk memberikan keyakinan yang memadai

bahwa semua informasi keuangan dan non-keuangan yang wajib diungkapkan dalam

laporan perusahaan yang disampaikan atau diserahkan ke Otoritas Pasar

Modal (stock exchange) telah dikumpulkan, diperiksa, dicatat, diproses, diikhtisarkan dan

disampaikan secara tepat waktu, akurat dan dapat diandalkan sesuai dengan tenggang

waktu yang telah ditetapkan di dalam peraturan Otoritas Pasar Modal.

UU Sarbanes Oxley Section 404 (Internal Control Attest)

Bostelman (2005:1516) dan TELKOM presentation to HCGA (2007:5)

menyatakan bahwa Sarbanes Oxley Act Section 404 berisi:

a. Tanggung jawab manajemen terhadap internal controls over financial

reporting (ICOFR).

b. Atestasi manajemen terhadap efektifitas internal control over financial

reporting (ICOFR) berdasarkan pengujian yang dilakukan.

c. Auditor harus melakukan atestasi dan melaporkan evaluasi atas laporan manajemen.
Menurut Bostelman (2005:31), Internal control over financial reporting is a

process designed to provide reasonable assurance regarding the reliability of financial

reporting and the preparation of financial statements for external purposes in

accordance with generally accepted accounting principles.

Bostelman (2005:15) menyatakan bahwa proses pengendalian internal atas

pelaporan keuangan (internal controls over financial reporting) harus mencakup tiga

elemen, yaitu:

a. Pemeliharaan dokumentasi yang akurat, wajar, dan dalam rincian yang memadai yang

mencerminkan transaksi dan disposisi asset.

b. Keyakinan yang memadai atas pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip akuntansi

secara umum.

c. Keyakinan yang memadai terhadap tindakan prevention atau detectionpada hak

akuisisi, penggunaan, atau disposisi asset perusahaan.

TELKOM presentation to HCGA (2007:16) menyebutkan bahwa internal

control perusahaan dilaksanakan pada beberapa level kontrol, yaitu:


a) Entity level control

Soft control, pengendalian yang dilakukan oleh top manajemen, seperti: komitmen

dari pimpinan puncak, etika bisnis, dan corporate governance.

b) Transactional level control

Hard control/physical control, pengendalian di dalam proses dan sistem untuk

mengawali, mencatat, melaksanakan, dan melaporkan transaksi yang telah dilakukan.

Dengan kata lain, pengendalian internal level transaksional melibatkan serangkaian

aktivitas yang secara umum bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh akun

signifikan beserta risiko dan pengendalian terkait telah diidentifikasi, dilaksanakan,

dan diuji secara memadai sehingga efektivitasnya dapat terukur.

c) IT General control

Pengendalian atas aplikasi dan sistem pemeliharaan software dan keamanan akses

dalam program aplikasi dan data perusahaan, yang disesuaikan dengan peran dan

tanggung jawab karyawan.


Apa yang saudara ketahui tentang 3 point di bawah ini dan kaitannya dengan

Internal control over financial reporting: implementasi dan desain ICoFR :

1. COSO Integrated Framework.

2. Entity level control (ELC) and transactional level control (TLC).

3. Siklus dalam desain dan implementasi ICoFR

3 point di bawah ini dan kaitannya dengan Internal control over financial reporting:

implementasi dan desain ICoFR:

1.COSO Integrated Framework

Sistem pengendalian intern yang dianut pemerintah Indonesia salah satunya

diadopsi dari COSO (Commitee of Sponsoring Organization of Treadway Commision)

yaitu komisi yang bergerak di bidang manajemen organisasi. Tujuan dari Sistem

Pengendalian Intern secara umum akan membantu suatu organisasi mencapai tujuan

operasional yaitu efektifitas dan efisiensi kegiatan, keterandalan laporan keuangan, dan

kepatuhan pada peraturan yang berlaku. Sistem Pengendaian Intern perlu diketahui oleh

seluruh komponen organisasi karena sistem ini merupakan sistem yang terintegrasi dan

merupakan tanggung jawab bersama untuk mewujudkan tujuan organisasi.


Kerangka Pengendalian Internal-Terpadu COSO 2013 diterbitkan pada tahun 1992

oleh COSO. Kemudian pada tanggal 14 Mei 2013, COSO merilis versi terbaru dari

Kerangka Pengendalian Internal-Terpadu. Kerangka baru COSO adalah hasil dari proyek

multitahunan yang signifikan, termasuk dua putaran paparan publik untuk meninjau,

menyegarkan, dan memodernisasi kerangka asli dengan memastikannya tetap relevan.

Para regulator dan stakeholder mempunyai ekspektasi tinggi mengenai pengawasan

tata kelola, manajemen risiko, dan pendeteksian serta pencegahan penyelewengan

(fraud). Sementara kemajuan telah dibuat dalam menghubungkan manajemen risiko dan

praktik pengendalian internal dalam mengejar tujuan strategis organisasi. Banyak

perubahan sejak tahun 1992, peningkatan risiko bisnis secara signifikan, sehingga

kebutuhan akan kompetensi dan akuntabilitas jauh lebih besar dari sebelumnya.

Perbedaan dari kerangka tahun 1992 :

Kerangka asli termasuk diskusi panjang konsep pengendalian internal, yang

sekarang pengetahuan institusional.

Meskipun konsep prinsip-prinsip pengendalian internal telah tertanam dalam

kerangka asli, prinsip tersebut belum terinci.


Praktisi telah menggunakan kerangka pengendalian internal atas pelaporan

keuangan eksternal, namun kerangka ini meliputi tiga kategori utama, yaitu : tujuan

termasuk operasi, pelaporan secara keseluruhan, dan tujuan kepatuhan.

Dengan demikian, prinsip-prinsip yang mendasari perampingan kerangka asli yaitu:

1. meningkatkan fokus pada operasi,

2. pelaporan keuangan noneksternal, dan

3. tujuan kepatuhan.

Menurut COSO, Pengendalian internal adalah suatu proses yang dilakukan oleh

dewan entitas direksi, manajemen, dan personil lainnya; dirancang untuk memberikan

keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan yang berkaitan dengan operasi, pelaporan,

dan kepatuhan.

Kerangka pengendalian internal tahun 2013 masih menggunakan tiga kategori

tujuan tersebut, dan terdiri dari lima komponen terpadu : lingkungan pengendalian,

penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.

Kerangka tersebut terus beradaptasi, dan memungkinkan kita untuk mempertimbangkan

pengendalian internal dari entitas, divisi, unit operasi, dan/atau tingkat fungsional,

misalnya pusat layanan bersama.


2. Entity level control (ELC) and transactional level control (TLC).

Ruang lingkup pengendalian terbagi dalam dua level, yaitu entity

level control(pengendalian tingkat entitas) dan activity/transactional level control

(pengendalian tingkataktivitas/transaksi). Perbandingan antara kedua level tersebut ialah

sebagai berikut :

1. Entity level control (ELC)

Kegiatan pengendalian ini umumnya beroperasi pada tingkat perusahaan

ataumanajemen puncak pengambil keputusan strategis. Level ini memiliki

jangkauan ataukewenangan pengendalian yang lebih tinggi dari activity level, dan

bisa mempengaruhikegiatan pada activity level, misalnya kebijakan perusahaan.

Proses identifikasi yang relevan entitas-tingkat kontrol dapat dimulai

denganpemantauan, dan informasi dan komunikasi).diskusi antara auditor dan karyawan

yangsesuai untuk atas pelaporan keuangan (yaitu, lingkungan pengendalian, penilaian

risiko,aktivitas pengendalian,pemantauan, dan informasi dan komunikasi).

Sementara mengevaluasi entitas tingkat kontrol, auditor mungkin

mengidentifikasi kontrol yangmampu mencegah atau mendeteksi salah saji dalam

laporan keuangan. Itu periode-endproses pelaporan keuangan dan pemantauan

manajemen terhadap hasil operasi merupakansumber potensial dari kontro l tersebut.


Contoh dalam DJP:

Kegiatan pengendalian atas pelaksanaan salah satu program DJP, yaitu Knowing

YourTax Payer dimana ini merupakan kebijakan DJP dalam mengintensifkan

penerimaanpajak, sehingga munculnya satu fungsi baru yaitu account repre sentative.

Pengaruh Entity-Level Controls pada Pengujian Kontrol Lain

Evaluasi auditor entitas tingkat kontrol dapat menghasilkan peningkatan atau

mengurangipengujian bahwa auditor jika tidak mungkin dilakukan pada lain kontrol.

Sebagai contoh,jika auditor telah merancang pendekatan audit dengan harapan tertentu

entitas tingkatkontrol (misalnya, kontrol dalam lingkungan pengendalian) akan

efektif dan merekakontrol tidak efektif, auditor dapat mengevaluasi kembali

merencanakan pendekatan audit dan memutuskan untuk memperluas prosedur audit nya.

Di sisi lain, evaluasi auditor dari beberapa entitas tingkat kontrol dapat

menghasilkan pengurangan nya atau pengujian nya kontrol lain, seperti kontrol lebih

sesuai pernyataan yang relevan. Tingkat dimana auditor mungkin dapat

mengurangi pengujian kontrol atas pernyataan yang relevan dalam kasus

tersebut tergantung pada presisi dari entitas-tingkat kontrol.

2. Activity/Transactional Level Control (TLC)

Kegiatan pengendalian pada level ini lebih berhubungan dengan pelaksanaan

prosesbisnis atau transaksi dari bagian dalam suatu organisasi. Level ini memiliki

kewenanganyang lebih rendah dari entity level control, dan dapat dipengaruhi kebijakan

dalam entity level control.


Contoh dalam DJP:

Pemantauan atas kinerja account representative dalam mengintensifkan

penerimaan perpajakan.

https://medium.com/@khristdamay/implementasi-dan-desain- icofr-1-509943e5ef39

http://yohanapremavari.blogspot.co.id/2017/06/internal-control-over-financial.html

Anda mungkin juga menyukai