Menurut PSA no. 16 auditor pendahulu adalah auditor yang telah melaporkan laporan keuangan
auditan terkini atau telah mengadakan perikatan untuk melaksanakan namun belum
menyelesaikan audit laporan keuangan kemudian dan telah mengundurkan diri, bertahan untuk
menunggu penunjukan kembali, atau telah diberitahu bahwa jasanya telah, atau mungkin akan,
dihentikan. Auditor pengganti adalah auditor yang sedang mempertimbangkan untuk menerima
perikatan untuk mengaudit laporan keuangan, namun belum melakukan komunikasi dengan
auditor pendahulu. Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal
kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang menurut keyakinan auditor
pengganti akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan. Hal-hal
yang dimintakan keterangan harus mencakup:
Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap
informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data
keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data
nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model
yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data. Asumsi dasar penerapan
prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap
ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat
menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi
yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji (SA 329).
Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya.
b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung
dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh
auditor. Auditor mengembangkan harapan tersebut dengan mengidentifikasi dan menggunakan
hubungan yang masuk akal, yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman
auditor mengenai klien dan industrinya. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang
digunakan dalam mengembangkan harapan:
a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan memperhatikan
perubahan yang diketahui.
b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi dari data
interim atau tahunan.
c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.
d. Informasi industri bidang usaha Mien, misalnya informasi laba bruto.
e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.
SA Seksi 110 (PSA No. 01) Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen, menyatakan
bahwa "Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,
baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan."
Faktor-faktor risiko kecurangan tidak dapat dengan mudah disusun peringkatnya menurut
pentingnya atau digabungkan menjadi model prediksi yang efektif. Signifikan atau tidaknya
faktor risiko adalah sangat bervariasi. Beberapa faktor tersebut akan ada di entitas yang di
dalamnya kondisi khusus tidak menunjukkan adanya risiko salah saji material. Oleh karena itu,
auditor harus menggunakan pertimbangan profesional pada waktu mempertimbangkan faktor
risiko secara individual atau secara gabungan dan apakah terdapat pengendalian khusus untuk
mengurangi risiko. Sebagai contoh, suatu entitas mungkin tidak melakukan penyaringan
karyawan baru yang memiliki akses ke aktiva yang dicurigai rentan terhadap pencurian. Faktor
ini, secara tunggal, mungkin tidak berdampak signifikan terhadap penaksiran risiko salah saji
material sebagai akibat dari kecurangan. Namun, jika faktor tersebut digabung dengan kurangnya
pengawasan oleh manajemen dan kurangnya pengamanan fisik terhadap aktiva yang mudah
dijual di pasar seperti sediaan dan aktiva tetap, gabungan dampak faktor-faktor yang berkaitan
tersebut dapat menjadi signifikan dalam penaksiran risiko.
SA Seksi 319 (PSA No. 69) Pertimbangan Pengendalian Intern dalam Audit atas Laporan
Keuangan mensyaratkan agar dalam merencanakan audit, auditor memperoleh pemahaman
memadai tentang pengendalian intern entitas atas pelaporan keuangan. Juga disebutkan bahwa
pengetahuan tersebut harus digunakan untuk mengidentifikasi tipe salah saji potensial,
mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material, dan
mendesain pengujian substantif. Pemahaman tersebut seringkali akan berdampak terhadap
pertimbangan auditor tentang signifikan atau tidaknya faktor risiko kecurangan. Di samping itu,
pada waktu mempertimbangkan signifikan atau tidaknya faktor risiko kecurangan, auditor dapat
menentukan apakah terdapat pengendalian khusus yang mengurangi risiko tersebut atau apakah
kelemahan pengendalian tertentu dapat meningkatkan risiko tersebut.
4. Kebutuhan akan Supervisi
Kecurangan sering kali terjadi menyangkut hal berikut ini: (a) suatu tekanan atau suatu dorongan
untuk melakukan kecurangan, (b) suatu peluang yang dirasakan ada untuk melaksanakan
kecurangan. Meskipun tekanan dan peluang khusus untuk terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dapat berbeda dari kecurangan melalui perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva,
dua kondisi tersebut biasanya terjadi di kedua tipe kecurangan tersebut. Sebagai contoh,
kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat dilakukan karena manajemen berada di bawah
tekanan untuk mencapai target laba yang tidak realistik. Perlakuan tidak semestinya terhadap
aktiva dapat dilakukan karena individu yang terlibat hidup di luar batas kemampuannya. Peluang
dirasakan ada jika seorang individu yakin bahwa ia dapat menghindari pengendalian intern (SA
316)
Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda
tangan. Sebagai contoh, manajemen yang melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan
dapat mencoba menyembunyikan salah saji dengan menciptakan faktur fiktif, karyawan atau
manajemen yang memperlakukan kas secara tidak semestinya dapat mencoba menyembunyikan
tindakan pencurian mereka dengan memalsu tanda tangan atau menciptakan pengesahan
elektronik yang tidak sah di atas dokumen otorisasi pengeluaran kas. Audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia jarang berkaitan dengan
keaslian dokumentasi, atau auditor tidak terlatih sebagai atau diharapkan sebagai seorang yang
ahli dalam menguji keaslian seperti itu.
Kecurangan juga disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen, karyawan atau pihak
ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa pengendalian aktivitas telah
dilaksanakan secara efektif dapat disajikan kepada auditor. Contoh lain, auditor dapat menerima
konfirmasi palsu dari pihak ketiga yang melakukan kolusi dengan manajemen. Kolusi dapat
menyebabkan auditor percaya bahwa suatu bukti dapat meyakinkan, meskipun kenyataannya
palsu.
Karena kemungkingan terjadinya kecurangan sangat tinggi, perusahaan menerapkan pengawasan
yang lebih ketat lagi. Semakin tinggi tingkat kecurangan yang terjadi dalam perusahaan,
kebutuhan akan supervisi juga akan semakin tinggi.
Atestasi Kepatuhan
Proses Bisnis, Pertimbangan Lainnya serta Laporan atas Pemrosesan Transaksi oleh Organisasi Jasa
Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan, Manajemen Laba, Konsekuensi Ekonomis Laporan
Keuangan