Anda di halaman 1dari 4

PELANGGARAN KODE ETIK AUDITOR INTERNAL PADA PT.

DUTASARI CITRA
LARAS (DCL)

PENDAHULUAN
1. Profil Perusahaan
PT. DCL didirikan pada tanggal 24 April 1992. Mereka melakukan berbagai
kegiatan seperti kontraktor, pemborong, perencana, perdagangan umum, dan lain-lain.
Perusahaan ini menjadi bagian dari proyek Hambalang sebagai subkontraktor.
Sebagian besar saham dimiliki oleh Machfud Suroso dan Munadi Herlambang.
Athiyyah Laila, istri dari Anas Urbaningrum, dulunya menjadi komisaris perusahaan
hingga tahun 2008.
Machfud juga menjabat direktur utama di perusahaan itu. Sementara Athiyyah
menjadi komisaris. Akta PT. DCL kembali diubah pada 10 Maret 2008. Saham
Machfud tetap 2.200. Saham Roni dan Athiyyah turun menjadi 1.100. PT MSONS
menjadi pemegang saham baru dengan mengantongi 1.100 saham.

2. Kronologis Kasus Rekayasa Laporan Keuangan PT. DCL Tahun 2012


Dalam kasus rekayasa laporan keuangan PT. DCL, Direktur Utama PT. DCL,
Machfud Suroso, dituduh melakukan manipulasi terhadap audit laporan keuangan
perusahaan yang dipimpinnya. Dalam tindakan tersebut, proses audit yang dilakukan
oleh auditor Irfan Nur Andri sengaja dimanipulasi untuk menciptakan kerugian sebesar
Rp40 Milyar. Tujuan dari manipulasi ini adalah untuk menghindari pembayaran pajak.
Padahal, hasil audit sebenarnya menunjukkan bahwa PT. DCL mencatatkan
keuntungan sebesar Rp28 Milyar. Auditor mengetahui dengan jelas aliran dana masuk
dan keluar dari PT. DCL, termasuk penggunaan dana untuk proyek-proyek mekanikal
elektronik, seperti pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga
Nasional. Selain itu, terdapat informasi mengenai kerugian besar sebesar Rp40 Milyar
dari proyek mekanikal elektronik yang terjadi pada tahap pembangunan lanjutan Pusat
Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional di Bogor. Auditor menjelaskan
keterlibatannya dalam mengaudit rekening PT. DCL dimulai dari permintaan staf
operasional perusahaan tersebut.
PT. DCL dilaporkan membeli sejumlah bahan material ke PT Anugerah Indocoal
Pratama, tetapi sebenarnya hal itu merupakan pembelian fiktif. Akibat adanya
pembelian fiktif dan perekayasaan laporan keuangan yang dibuat oleh direktur utama
PT. DCL, negara menderita kerugian sebesar Rp 465 Milyar. Ketika proses audit
dimulai, auditor menemukan adanya kejanggalan yang mencurigakan. Salah satunya
adalah ketiadaan data pendukung untuk transaksi keuangan perusahaan. Namun,
setelah diselidiki oleh KPK, terungkap bahwa sebenarnya ada pemasukan dana ke
perusahaan sebesar Rp 28 Milyar. Data itu berbeda dengan hasil penghitungan
menggunakan data transaksi PT. DCL. Hasil audit keuangan PT. DCL, menyimpulkan
adanya temuan dana masuk perusahaan yang kurang dari angka yang semestinya.
Tim audit internal mengatakan bahwa total dana yang masuk ke PT. DCL
semestinya Rp 162 Milyar. Namun dalam pemeriksaan dokumen transaksi keuangan
PT. DCL, dia menemukan bahwa dana yang masuk hanya Rp 122 Milyar. Pada
mulanya Irfan hanya memeriksa pendapatan dan biaya-biaya proyek, Irfan mengatakan
bahwa dari hasil audit ditemukan adanya kekurangan sebesar Rp 40 Milyar, sehingga
Irfan menyimpulkan bahwa hal tersebut merupakan kerugian yang dialami oleh PT.
DCL, namun ketika Irfan dicecar pertanyaan tentang dana Rp 40 Milyar tersebut, ia
mengakui tidak tahu dan hanya mengatakan, bahwa bukti-bukti kwitansi yang diaudit
seluruhnya berasal dari PT. DCL.

ANALISIS PELANGGARAN KODE ETIK AUDITOR INTERNAL


 Integritas
Seorang auditor internal harus bekerja dengan tingkat profesionalisme yang
tinggi, menjunjung tinggi kejujuran, bertanggung jawab, dan berterus terang tanpa
mengorbankan kepentingan publik.
Pelanggaran yang dilakukan oleh auditor: Audit internal dan pimpinan
dituduh telah melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan, yang akhirnya
merugikan penerimaan negara dari pajak yang seharusnya disetor. Selain itu, audit
internal kurang bertanggung jawab karena gagal menelusuri kesalahan dalam
pencatatan dan memperbaikinya. Hal ini menyebabkan laporan keuangan yang
disampaikan tidak mencerminkan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Hal
ini merupakan pelanggaran yang sangat serius terhadap kode etik auditor internal.
 Objektivitas
Auditor internal harus bertindak dengan objektif, independen, dan bebas dari
benturan kepentingan dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Ini berarti
mereka harus mengevaluasi informasi dengan tidak memihak kepada pihak manapun,
serta tidak terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal yang dapat memengaruhi penilaian
mereka.
Pelanggaran yang dilakukan oleh auditor: Audit internal diduga tidak
bertindak secara objektif karena mereka telah melakukan manipulasi terhadap laporan
keuangan yang menguntungkan perusahaan dan merugikan penerimaan negara dari
pajak yang seharusnya disetor. Hal ini merupakan pelanggaran serius terhadap kode
etik auditor internal.
 Kerahasiaan
Auditor internal memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan informasi yang
mereka peroleh dari kepemilikan informasi yang diterima, dan mereka tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut tanpa wewenang yang tepat, kecuali ada kewajiban
hukum atau profesional yang mengharuskan untuk melakukannya.
Pelanggaran yang dilakukan oleh auditor: Auditor internal dan pimpinan
perusahaan diduga menggunakan informasi yang mereka miliki untuk keuntungan
pribadi. Mereka sengaja memanipulasi laporan keuangan, yang pada gilirannya
menimbulkan kerugian bagi negara ketika perusahaan menyetor pajak lebih sedikit
dari yang seharusnya.
 Kompentensi atau Kehati-hatian
Audit internal harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-
hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang
diperlukan.
Pelanggaran yang dilakukan oleh auditor: Dalam kasus ini, karena kegagalan
dalam melaksanakan kehati-hatian profesional, auditor internal tidak dapat mendeteksi
atau mencegah kesalahan dalam pencatatan yang akhirnya merugikan negara. Hal ini
menunjukkan kurangnya pengawasan yang memadai atau kurangnya perhatian
terhadap detail yang penting dalam proses audit.

PENGENDALIAN INTERNAL AUDIT


Dalam kasus pelanggaran ini, terdapat indikasi adanya kelemahan dalam sistem
pengendalian internal PT. DCL. Dalam kasus ini, Pimpinan Direktur Umum, dan Audit
internal ikut terlibat. Hal ini mengakibatkan kegagalan sistem pengendalian internal yang
seharusnya menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian yang efektif di perusahaan.
Beberapa kelemahan yang terlihat antara lain:
a. Lingkungan pengendalian yang lemah membuat perusahaan kurang memperhatikan
proses seleksi auditor internal yang tepat. Hal ini dapat menyebabkan pengangkatan
auditor yang tidak kompeten atau memiliki konflik kepentingan.
b. Kualitas Informasi yang disampaikan dan komunikasi internal di dalam perusahaan
tidak cukup efektif. Ini mengarah pada kurangnya pemahaman tentang tata kelola dan
standar etika yang harus diikuti oleh semua pihak terkait, termasuk manajemen dan
auditor.
c. Tidak adanya fungsi pemantauan atau pengawasan yang efektif dalam proses audit dan
pencatatan transaksi keuangan. Ini berarti tidak ada mekanisme yang memadai untuk
mengawasi atau mengevaluasi kinerja auditor internal dan eksternal serta memastikan
kepatuhan terhadap aturan dan prosedur yang berlaku.
d. Manajemen risiko yang buruk dapat menyebabkan perusahaan tidak mampu
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko dengan baik. Dalam konteks ini,
risiko terkait dengan integritas dan akurasi laporan keuangan tidak dikelola dengan
tepat, yang dapat memperburuk keadaan dan meningkatkan potensi pelanggaran.

KESIMPULAN
Dari kasus pelanggaran audit internal pada PT. DCL, dapat disimpulkan bahwa
pelanggaran tersebut terjadi karena adanya rekayasa laporan keuangan yang disengaja oleh
Direktur Umum, Audit Internal, dan pihak terlibat lainnya. Dalam konteks ini, seorang
auditor internal memiliki tanggung jawab profesional untuk menjalankan semua kegiatan
dengan integritas dan kehati-hatian yang tinggi.
Audit internal tidak bertanggung jawab dan gagal melaksanakan kehati-hatian
profesionalnya karena tidak melakukan penelusuran yang memadai terhadap bukti-bukti
audit yang ada. Hal ini menyebabkan mereka tidak mengetahui adanya rekayasa dalam
pencatatan laporan keuangan. Mereka hanya mengandalkan bukti-bukti yang diberikan oleh
perusahaan dan tidak menggali informasi tentang faktur pembelian yang fiktif.
Dalam kasus ini, tindakan rekayasa laporan keuangan merupakan bentuk penipuan
yang berpotensi merugikan negara dan para pemangku kepentingan lainnya. Oleh karena itu,
penting bagi auditor internal untuk menjalankan tanggung jawab profesional mereka dengan
sungguh-sungguh dan tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau korporat yang tidak
etis.

SARAN
Pada kasus ini, Auditor Internal seharusnya bertindak dengan profesionalisme dan
jujur sesuai dengan prinsip-prinsip kode etik profesi. Seorang auditor internal memiliki
tanggung jawab profesional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya, termasuk dalam
melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Selain itu, sebagai seorang auditor
internal yang profesional, mereka harus menunjukkan objektivitas dalam semua tindakan
yang dilakukan.
Objektivitas mengharuskan seorang auditor internal untuk bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan
atau pengaruh pihak lain. Dengan demikian, mereka dapat memberikan penilaian yang
independen dan akurat terhadap keadaan keuangan perusahaan.
Pengendalian internal di perusahaan ini perlu dijalankan dengan baik untuk
meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan ekonomisitas dalam mencegah dan memperbaiki
penipuan terkait laporan keuangan. Dengan menjalankan pengendalian internal yang kuat,
perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya pelanggaran.

Anda mungkin juga menyukai