Anda di halaman 1dari 10

BISNIS PARIWISATA

“Permintaan Pariwisata”

OLEH KELOMPOK 7 :

1. I Gusti Ayu Agung Ida Ratna Kartika Dewi ( 1702622010305/8 )


2. Made Barry Prasta Wijaya (1702622010309/12)
3. Ni Kadek Milayanti (1702622010311/14)
4. NI Luh Manik Hamu Sulasih (1702622010316/21)
5. Putu Hendra Raditya Priliantama (1702622010336/39)
6. Siti Sofiatus Soleha (1702622010341/44)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2020
POKOK BAHASAN III
Permintaan Pariwisata

1. Sifat permintaan pariwisata


Pariwisata merupakan suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, dikatakan
demikian karena pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai
tambah terhadap barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk yang nyata (real
goods) ataupun yang berupa jasa–jasa (service) yang dihasilkan melalui proses
produksi. Yang dimaksud dengan “product” dalam ilmu ekonomi adalah sesuatu yang
dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pengertian ini, ditekankan bahwa tujuan
akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah suatu barang (product) yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia.
Aspek Permintaan Pariwisata Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005),
faktor-faktor utamadan faktor lain yang memengaruhi permintaan pariwisata dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Harga Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan
imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga
permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya.
2) Pendapatan Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk
memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan
bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata
jika dianggap menguntungkan.
3) Sosial Budaya Adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda
dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan
permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah
keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola
pikir budaya wisatawan.
4) Sosial dan Politik Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah
tujuan wisata dalamsituasi aman dan tenteram,tetapi apabila hal tersebut
berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan sangat terasa
dampak dan pengaruhnya terhadap permintaan.
5) Intensitas Keluarga Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta
dalam permintaan wisata halini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang
banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satukeluarga tersebut akan
semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6) Harga Barang Substitusi Disamping kelima aspek di atas, harga barang
pengganti, juga termasuk dalam aspek permintaan. Barang-barang pengganti
misalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata
seperti, Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain
hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat
daerah tujuanwisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan
mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
7) Harga Barang Komplementer Merupakan sebuah barang yang saling
membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang
saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer
ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisatalainnya.
Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang
menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal
wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan
finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure
time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.
Gamal Suwanto (2004:48) berpendapat bahwa permintaan (demand)
terhadap hasil atau produk pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor non - ekonomis. Terjadinya kekacauan, peperangan atau bencana
alam akan mengakibatkan permintaaan berkurang. Sebaliknya bilamana
musim berlibur dengan kondisi normal, 49 permintaan akan meningkat,
sehingga kadang terjadi kekurangan dalam supply.
2. Perilaku Konsumen dalam Pariwisata

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan


dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk
dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan
hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Konsumen
adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Konsumen diasumsikan
memiliki formasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan
konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang
digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi julah penerimaan
untuk suatu periode konsumsi. Berikut ini adalah wujud dari konsumen:
1) Personal Consumer Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa
untuk penggunaannya sendiri.
2) Organizational Consumer Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perilaku konsumen yang harus
dicermati olehseorang pengusaha, antar lain:
1) Faktor lingkungan yang melingkupi konsumen, baik lingkungan keluarga,
pendidikan dan lingkungan sosial. Lingkungan adalah salah satu elemen yang
mempunyai pengaruh besar bagi perilaku konsumen.Hal ini karena terkait
dengan kebiasaan bangsa Indonesia yang dalam kehidupannya seringkali
mengikuti tren kelompok. Ketika ramai tren pakaian yang ketat, maka semua
orang akan berubah yang sama dengan mayoritas.
2) Perlunya pengusaha memperhatikan sumberdaya konsumen, seperti waktu
luang yang dimiliki,perhatian terhadap produk yang beredar serta kekuatan
daya beli masyarakat sasaran pasar. Faktor yang juga patut dijadikan
pertimbangan adalah sikap dan gaya hidup dari konsumen yang ingin
ditujupengusaha dalam memproduksi barang dan jasa.
3) Situasi psychologis yang melingkupi saat peluncuran produk dan jasa kepada
costumer. Disinilah pentingnya pengusaha untuk mampu mengelola informasi
yang komprehensif tentang perilaku konsumen beserta perubahan yang
terjadi. Ini penting, jika costumer karena kondisi psychologisnya,
seringkaliberubah sikap dan perilakunya dalam mengkonsumsi suatu produk
dan jasa yang ditawarkan.
4) Faktor lain yang juga harus mendapat perhatian pengusaha adalah pandangan
agama atasprodukdan jasa yang diluncurkan. Di Indonesia yang terkenal
agamis, penting memperhatikan ini,karena kalau dalam pandangan agama
terdapat kandungan yang dilarang dalam produk sudah pasti akanterjadi
penolakan besar-besaran di masyarakat.
Gaya hidup adalah gambaran hidup seseorang yang tercermin pada
ekspresi di setiap aktivitas, hasratserta keingingan, dan pendapat-pendapat yang
tercetus daripadanya. Gaya hidup atau lifestyle juga berdampak pada setiap aspek
kehidupan manusia, nilai-nilai hubungan sosial, kondisi ekonomi, bahkan juga
berdampak pada faktor-faktor lingkungan.
Pada konteks pariwisata, gaya hidup juga berhubungan dengan aktivitas,
hobi, pendapat, yangmemainkan peranan penting pada perilaku konsumen.
Perilaku konsumen pariwisata dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipologi
sebagai dasar dari aspek sosilogi pengambilan keputusan oleh pelaku
pariwisatauntuk memilah konsumennya agar dapat memberikan pelayanan yang
sesuai dengan harapan konsumen. Informasi tentang kebutuhan riil wisatawan
sangat berhubungan dengan perilaku konsumen, danmerupakan informasi penting
bagi pengelola pariwisata dalam melakukan pengembangan pariwisata agar sesuai
dengan segmentasi wisatawan. Perilaku konsumen melekat pada tipologi
konsumenpariwisata, dan juga adalah gambaran dari gaya hidup wisatawan yang
berdampak pada aktivitas wisatawan pada daerah tujuan wisata yang
dikunjunginya.
3. Tipe Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Permintaan

1) Aspek Penawaran
Pariwisata Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A)
yang harus diperhatikandalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Attraction (daya tarik). Daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW)
untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa
alam maupun masyarakat danbudayanya
b) Accesable (transportasi). Accesable dimaksudkan agar wisatawan
domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan
ke tempat wisata.
c) Amenities (fasilitas). Amenities memang menjadi salah satu syarat daerah
tujuan wisata agarwisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di
DTW.
d) Ancillary(kelembagaan). Adanya lembaga pariwisata wisatawan akan
semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut
wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan
terlindungi.Menurut Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan
berbagai barang dan jasa yang harusdisediakan oleh daerah tujuan wisata
menjadi enam kelompok besar, yaitu:
 Transportation
 Travel services
 Accommodation
 Food service
 Activities and attractions (recreation culture/ entertainment)
 Retail goods.
Inti dari kedua pernyataan di atas adalah aspek penawaran harus dapat
menjelaskan:
 Apa yang akan ditawarkan.
 Apa saja atraksi yang ditawarkan.
 Apa saja jenis transportasi yang dapat digunakan.
 Fasilitas apa saja yang tersedia di daerah tujuan wisata.
 Siapa saja yang bisa dihubungi sebagai perantara pembelian paket
wisata yang akan dibeli.
2) Aspek Permintaan
Pariwisata Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005), faktor-faktor utama
dan faktor lain yang memengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Harga Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan
memberikan imbas atau timbalbalik pada wisatawan yang akan bepergian,
sehingga permintaan wisatapun akan berkurangbegitu pula sebaliknya.
b) Pendapatan Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk
memilih daerahtujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi
dan bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada daerah tujuan
wisata jika dianggap menguntungkan.
c) Sosial Budaya Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau
berbeda dari apayang ada di negara calon wisata berasal maka,
peningkatan permintaan terhadap wisata akantinggi hal ini akan membuat
sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai
khasanahkekayaan pola pikir budaya wisatawan.
d) Sospol (Sosial Politik) Dampak sosial politik belum terlihat apabila
keadaan Daerah TujuanWisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi
apabila hal tersebut berseberangan dengankenyataan, maka sospol akan
sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinyapermintaan.
e) Intensitas Keluarga Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta
dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang
banyak maka keinginan untuk berlibur darisalah satu keluarga tersebut
akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata
itusendiri.
f) Harga barang substitusi Disamping kelima aspek di atas, harga barang
pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barangbarang
pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang
dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagaitujuan wisata
utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan
kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga
secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah
terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
g) Harga barang komplementer Harga barang komplementer merupakan
sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang
komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila
dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek
wisata yang saling melengkapi dengan objek wisata lainnya.
Melihat bahwa faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata
berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain (Jackson, 1989
dalam Pitana, 2005):
 Jumlah penduduk (population size)
 Kemampuan finansial masyarakat (financial means)
 Waktu senggang yang dimiliki (leisure time)
 Sistem transportasi

 Sistem pemasaran pariwisata yang ada


Dari kedua pendapat di atas, aspek permintaan pariwisata dapat
diprediksi dari:
 Jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan.
 Pendapatan perkapita dari suatu negara asal wisata.
 Lamanya waktu senggang yang dimiliki.Berhubungan dengan musim
di suatu negara.
 Kemajuan teknologi informasi dan transportasi.
 Sistem pemasaran yang berkembang.
 Keamanan dunia.
 Sosial dan politik serta aspek lain.Berhubungan dengan aspek fisik dan
non fisik wisatawan

4) Batasan-Batasan dalam Permintaan Pariwisata


Hermann V. Schuralard (1910), yang dimaksud kepariwisataan disini
adalah sejumlah kegiatan,terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian
yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan
bergeraknya orang-orang asing keluar masuk kota, daerah atau negara.
E. Guyer Freuler, merumuskan pengertian pariwisata dengan memberi
batasan sebagai berikut: "Pariwisata dalam pengertian modern merupakan
fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan 59 atas kebutuhan akan kesehatan
dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap
keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan
berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan
perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan".
Prof. K. Kraft (1942) mengemukakan batasan yang lebih bersifat teknis
sebagai berikut: keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan
dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara,
asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperolehpenghasilan
dari aktifitas yang bersifat sementara itu.
Dari beberapa batasan yang disebutkan diatas, tampak pada prinsipnya
kepariwisataan mencakup semua macam perjalanan, asal saja perjalanan tersebut
berhubungan dengan rekreasi danpertamasyaan. Ada beberapa faktor penting
dalam pemberian batasan suatu definisi pariwisata,yaitu:
 Perjalanan dilakukan sementara waktu
 Perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya
 Perjalanan itu walaupun apa bentuknya, harus dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi
 Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah ditempat
yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen ditempat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Sapta, Setia I Ketut., dan, Ladra, Nengah. 2018. Bisnis Pariwisata. Badung : CV. Noah Aletheia.

Anda mungkin juga menyukai