Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Permintaan dalam
Pariwisata tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kata
sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat selesai
dengan baik. Dan oleh karena itu, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran maupun kritik yang membangun guna penyempurnaan makalah
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Permintaan dalam Pariwisata

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang
sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat ini
pertumbuhannya masih sangat lambat. Sektor pariwisata di Indonesia masih bisa untuk
dikembangkan dengan lebih maksimal lagi. Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan
dengan baik akan mampu menarik wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk
datang dan membelanjakan uangnya dalam kegiatan berwisatanya. Dari transaksi itulah
masyarakat daerah wisata akan terangkat taraf hidupnya serta negara akan mendapat devisa
dari wisatawan asing yang menukar mata uang negaranya dengan rupiah.
Pariwisata Indonesia apabila mampu dikemas dan dikelola dengan baik akan menjadi
aset Negara Indonesia. Keberagaman objek wisata dari wisata alam, budaya dan kesenian
serta objek wisata buatan dapat dijadikan salah satu penopang perekonomian negara dan juga
dapat banyak menyerap tenaga kerja sehingga sumber daya manusia dan sumber daya alam
dapat dimanfaatkan secara optimal. Hingga saat ini pariwisata di Indonesia belum berjalan
optimal, padahal aspek ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat
terutama pendapatan asli daerah. Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam
mempergunakan kekayaannya sebagai objek untuk mendatangkan devisa melalui pariwisata
alam.
Pariwisata dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka
pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambahan terhadap
barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk yang nyata (real goods) ataupun yang berupa
jasa jasa (service) yang dihasilkan melalui proses produksi.

Permintaan dalam Pariwisata

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang menjadi sifat-sifat permintaan pariwisata?
2. Bagaimana perilaku konsumen dalam pariwisata?
3. Tipe-tipe variabel apakah yang dapat mempengaruhi permintaan pariwisata?
4. Apa yang menjadi batasan-batasan dalam pariwisata?
5. Apa faktor-faktor yang mendorong wisatawan untuk berwisata?

1.3 Tujuan Dan Manfaat


1. Untuk mengetahui sifat-sifat yang berpengaruh terhadap permintaan pariwisata
2. Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam pariwisata
3. Untuk mengetahui tipe-tipe variabel yang mempengaruhi pariwisata
4. Untuk mengetahui batasan batasan yang ada dalam pariwisata
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong wisatawan untuk berwisata

Permintaan dalam Pariwisata

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat-Sifat Permintaan Pariwisata
Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pariwisata mempunyai peranan
penting dalam Pembangunan suatu bangsa, khususnya perekonomian
negara karena kegiatan pariwisata merupakan salah satu sumber
pendapatan yang cukup pontensial. Menurut buku tourism industry 2000,
Pariwisata dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi,
maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan
nilai tambahan terhadap barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk
yang nyata (real goods) ataupun yang berupa jasa jasa (service) yang
dihasilkan melalui proses produksi. Yang dimaksud dengan product
dalam ilmu ekonomi, adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses
produksi. Dalam pengertian ini, ditekankan bahwa tujuan akhir dari suatu
proses produksi tidak lain adalah suatu barang (product) yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan guna untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Aspek Permintaan Pariwisata Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto,
2005), faktorfaktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata
dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Harga

Permintaan dalam Pariwisata

Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan
imas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga
permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya.

2. Pendapatan
Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih
daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan
bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan
Wisata jika dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya
Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda
dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan
permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah
keingintahuan

dan

penggalian

pengetahuan

sebagai

khasanah

kekayaan pola pikir budaya wisatawan.


4. Sosial dan Politik
Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan
Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut
berseberangan dengan kenyataan, maka sospol akan sangat terasa
dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas Keluarga
Permintaan dalam Pariwisata

Banyak

atau

sedikitnya

keluarga

juga

berperan

serta

dalam

permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang


banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga
tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan
wisata itu sendiri.
6. Harga Barang Substitusi
Disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga
termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti
dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam
berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia,
akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan
dalam memenuhi syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara
tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah
terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
7. Harga Barang Komplementer
Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata
lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi,
dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini
sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisata
lainnya.

Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor


penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen
Permintaan dalam Pariwisata

daerah asal wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size),


kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu senggang
yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran
pariwisata yangada.
Dari kedua pendapat di atas, aspek permintaan pariwisata dapat
diprediksi dari jumlah
penduduk dari suatu negara asal wisatawan, pendapatan perkapitanya,
lamanya waktu senggang yang dimiliki yang berhubungan dengan musim
di suatu negara, kemajuan teknologi informasi dan transportasi, sistem
pemasaran yang berkembang, keamanan dunia, sosial dan politik serta
aspek lain yang berhubungan dengan fisik dan non fisik wisatawan.
Sedangkan

Gamal

Suwanto

(2004:48)

berpendapat

bahwa

permintaan (demand) terhadap hasil atau produk pariwisata tidak tetap


dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomis. Terjadinya
kekacauan,

peperangan

atau

bencana

alam

akan

mengakibatkan

permintaaan berkurang. Sebaliknya bilamana musim berlibur dengan


kondisi normal, permintaan akan meningkat, sehingga kadang terjadi
kekurangan dalam supply.

2.2 Perilaku Konsumen Dalam Pariwisata


Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang
berhubungan denganpencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Permintaan dalam Pariwisata

Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk


membuat

keputusan

pembelian.

Konsumen

adalah

seseorang

yang

menggunakan barang atau jasa. Konsumen diasumsikan memiliki informasi


atau

pengetahuan

yang

sempurna

berkaitan

dengan

keputusan

konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi,


teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu
memprediksi julah penerimaan untuk suatu periode konsumsi. Berikut ini
adalah wujud dari konsumen.
1. Personal Consumer
Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk
penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer
Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang
harus dicermati oleh seorang pengusaha, antar lain :
Pertama,

faktor

lingkungan

yang

melingkupi

konsumen,

baik

lingkungan keluarga, pendidikan dan lingkungan sosial. Lingkungan adalah


salah satu elemen yang mempunyai pengaruh besar bagi perilaku
konsumen. Hal ini karena terkait dengan kebiasaan bangsa Indonesia yang
Permintaan dalam Pariwisata

dalam kehidupannya seringkali mengikuti tren kelompok. Ketika ramai tren


pakaian yang ketat, maka semua orang akan berubah yang sama dengan
mayoritas.
Kedua, perlunya pengusaha memperhatikan sumberdaya konsumen,
seperti waktu luang yang dimiliki, perhatian terhadap produk yang beredar
serta kekuatan daya beli masyarakat sasaran pasar. Faktor yang juga patut
dijadikan pertimbangan adalah sikap dan gaya hidup dari konsumen yang
ingin dituju pengusaha dalam memproduksi barang dan jasa.
Ketiga, situasi psychologis yang melingkupi saat peluncuran produk
dan jasa kepada costumer. Disinilah pentingnya pengusaha untuk mampu
mengelola informasi yang komprehensif tentang perilaku konsumen beserta
perubahan yang terjadi. Ini penting, jika costumer karena kondisi
psychologisnya,

seringkali

berubah

sikap

dan

perilakunya

dalam

mengkonsumsi suatu produk dan jasa yang ditawarkan.


Keempat, faktor lainnya yang juga harus mendapat perhatian
pengusaha

adalah

pandangan

agama

atas

produkdan

jasa

yang

diluncurkan. Di Indonesia yang terkenal agamis, penting memperhatikan


ini, karena kalau dalam pandangan agama terdapat kandungan yang
dilarang dalam produk sudah pasti akan terjadi penolakan besar-besaran di
masyarakat.
Permintaan dalam Pariwisata

Gaya hidup adalah gambaran hidup seseorang yang tercermin pada


ekspresi di setiap

aktivitas, hasrat serta keingingan, dan pendapat-

pendapat yang tercetus daripadanya. Gaya hidup atau lifestyle juga


berdampak pada setiap aspek kehidupan manusia, nilai nilai hubungan
sosial, kondisi ekonomi, bahkan juga berdampak pada faktor-faktor
lingkungan.
Pada konteks pariwisata, gaya hidup juga berhubungan dengan
aktivitas, hobi, pendapat, yang memainkan peranan penting pada perilaku
konsumen. Perilaku konsumen pariwisata dapat dikelompokkan menjadi
beberapa tipologi sebagai dasar dari aspek sosilogi pengambilan keputusan
oleh

pelaku

pariwisata

untuk

memilah

konsumennya

agar

dapat

memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen.


Informasi tentang kebutuhan riil wisatawan sangat berhubungan
dengan perilaku konsumen, dan merupakan informasi penting bagi
pengelola pariwisata dalam melakukan pengembangan pariwisata agar
sesuai dengan segmentasi wisatawan. Perilaku konsumen melekat pada
tipologi konsumen pariwisata, dan juga adalah gambaran dari gaya hidup
wisatawan yang berdampak pada aktivitas wisatawan pada daerah tujuan
wisata yang dikunjunginya.

Permintaan dalam Pariwisata

10

Kecenderungan saat ini, manusia ingin hidup lebih mudah, tidak


mau berpikir keras, dan ingin serba cepat. Kecenderungan tersebut
didukung

oleh

cepatnya

perkembangan

industri

pendukung,

dan

perkembangan teknologi sehingga teknologi dianggap sangat berperan


mendorong manusia modern berpikir serba cepat atau instan. Sebagai
akibatnya, indikator kecepatan dan kualitas menjadi sangat penting dalam
kaitannya dengan gaya hidup atau lifestyle (Kotler, 2000).
Kotler, 2000, juga berpendapat bahwa: gaya hidup adalah gambaran
hidup seseorang yang terbawa pada ekspresi pada setiap aktivitas, hasrat
serta keingingan, dan pendapat-pendapat yang tercetus daripadanya. Gaya
hidup tercermin dalam berbagai perilaku, sebagai misalnya: gaya hidup
dianggap berhubungan dengan aktualisasi diri, Inging mencari kepuasan
diri, ingin mendapatkan pengalaman hidup yang berbeda, ingin dipercaya,
bahkan gaya hidup diwujudkan dalam bentuk ingin tampil beda. Kesemua
hal tersebut juga akan menentukan perilaku pemilihan dan pembelian
sebuah produk, pemilihan merek, bahkan menentuan tempat mendapatkan
sebuah produk juga dianggap berhubungan dengan gaya hidup.
Sementara Crompton, 2004 memiliki pandangan yang sama tentang
gaya hidup atau lifestyle, yang dianggap bahwa pada setiap aspek

Permintaan dalam Pariwisata

11

kehidupan manusia, gaya hidup berdampak

pada nilai nilai hubungan

social, kondisi ekonomi, bahkan juga berdampak pada faktor-faktor


lingkungan.

Gaya

hidup

juga

berhubungan

dengan

aktivitas,

hobi,

pendapat, dan juga gaya hidup memainkan peranan penting pada perilaku
konsumen.

2.3 Tipe-Tipe Variabel Yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata


1. Aspek Penawaran Pariwisata
A. Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A)
yang harus
diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut
adalah sebagai
berikut :
a. Attraction (daya tarik)
Daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik
wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam
maupun masyarakat dan budayanya.
b. Accesable (transportasi)
Accesable
dimaksudkan
agar
wisatawan

domestik

dan

mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke


tempat wisata.
Permintaan dalam Pariwisata

12

c. Amenities (fasilitas)
Amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan
wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama
di DTW.
d. Ancillary (kelembagaan)
Adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering
mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut
wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism)
B.

dan terlindungi.
Menurut Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan
berbagai barang dan jasa yang harus disediakan oleh daerah tujuan
wisata menjadi enam kelompok besar, yaitu:

Permintaan dalam Pariwisata

13

a. Transportation

Permintaan dalam Pariwisata

b. Travel services

14

c. Accommodation

d. Food service

e. Activities and attractions

f. Retail goods.

(recreation culture/entertainment)

Inti dari kedua pernyataan di atas adalah aspek penawaran harus dapat
menjelaskan :
a.
b.
c.
d.
e.

Apa yang akan ditawarkan.


Apa saja atraksi yang ditawarkan.
Apa saja jenis transportasi yang dapat digunakan.
Fasilitas apa saja yang tersedia di daerah tujuan wisata.
Siapa saja yang bisa dihubungi sebagai perantara pembelian
paket wisata yang akan dibeli.

2. Aspek Permintaan Pariwisata


Permintaan dalam Pariwisata

15

A. Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005), faktor-faktor utama


dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Harga
Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan
memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan
bepergian,

sehingga

permintaan

wisatapun

akan

berkurang

begitu pula sebaliknya.


b. Pendapatan
Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk
memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan
semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah
usaha pada Daerah Tujuan Wisata jika dianggap menguntungkan.
c. Sosial Budaya
Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau
berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka,
peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan
membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan
sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya wisatawan.
d. Sospol (Sosial Politik)
Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah
Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila
Permintaan dalam Pariwisata

16

hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sospol akan


sangat

terasa

dampak

dan

pengaruhnya

dalam

terjadinya

permintaan.
e. Intensitas Keluarga
Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam
permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang
banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga
tersebut

akan

semakin

besar,

hal

ini

dapat

dilihat

dari

kepentingan wisata itu sendiri.


f.

Harga barang substitusi


Disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga
termasuk

dalam

aspek

permintaan,

dimana

barang-barang

pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata


yang dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagai
tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali
tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syaratsyarat daerah tujuan wisata sehingga secara tidak langsung
wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti
Malaysia dan Singapura.
g. Harga barang komplementer
Harga barang komplementer merupakan sebuah barang yang
saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer
adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan
Permintaan dalam Pariwisata

17

dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata


yang saling melengkapi dengan objek wisata lainnya.

B. Menurut Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor


penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen
daerah asal wisatawan antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.

Jumlah penduduk (population size)


Kemampuan finansial masyarakat (financial means)
Waktu senggang yang dimiliki (leisure time)
Sistem transportasi
Sistem pemasaran pariwisata yang ada

Dari kedua pendapat di atas, aspek permintaan pariwisata dapat


diprediksi dari :
a. Jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan.
b. Pendapatan perkapita dari suatu negara asal wisata.
c. Lamanya waktu senggang yang dimiliki.
Berhubungan dengan musim di suatu negara.
a.
b.
c.
d.

Kemajuan teknologi informasi dan transportasi.


Sistem pemasaran yang berkembang.
Keamanan dunia
Sosial dan politik serta aspek lain.
Berhubungan dengan aspek fisik dan non fisik wisatawan.

2.4 Batasan-Batasan Dalam Pariwisata


Kata "Pariwisata" sesungguhnya baru populer di Indonesia setelah
diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourisme ke II di Tretes, Jawa Timur
pada tanggal 12 - 14 Juni 1458. PARI berarti banyak, berkali-kali,berputarPermintaan dalam Pariwisata

18

putar, lengkap. WISATA berarti perjalanan, bepergian. PARIWISATA bisa


diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputarputar dari suatu tempat ketempat lain yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan kata "tour", sedang untuk pengertian jamak "kepariwisataan" dapat
digunakan kata "tourisme" atau "tourism", lebih lanjut batasan pariwisata
menurut

ketetapan

MPRS

No

I-II

tahun

1960,

sebagai

berikut

Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara


memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan
jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk
melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara-negara lain
(pariwisata luar negeri). Sedangkan, mengenai batasan pariwisata hampir
tidak pernah disinggung. Untuk perbandingan lebih lanjut, batasan
pariwisata diberikan oleh pendapat beberapa ahli, diantaranya :
Hermann V. Schuralard (1910), yang dimaksud kepariwisataan disini
adalah

sejumlah

kegiatan,

terutama

yang

ada

kaitannya

dengan

perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya,


adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk kota,
daerah atau Negara.
E.

Guyer

Freuler,

merumuskan

pengertian

pariwisata

dengan

memberi batasan sebagai berikut : "Pariwisata dalam pengertian modern

Permintaan dalam Pariwisata

19

adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas


kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan
menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya
disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan,
industri,

perdagangan

serta

penyempurnaan

dari

pada

alat-alat

pengangkutan".
Prof. K. Kraft (1942) mengemukakan batasan yang lebih bersifat
teknis

sebagai

berikut

Keseluruhan

dari

pada

gejala-gejala

yang

ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta


penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal
menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat
sementara itu.
Dari beberapa batasan yang disebutkan diatas, tampak pada prinsipnya
kepariwisataan mencakup semua macam perjalanan, asal saja perjalanan
tersebut berhubungan dengan rekreasi dan pertamasyaan. Ada beberapa
faktor yang penting dalam pemberian batasan suatu definisi pariwisata,
yaitu:
1.
2.

Perjalanan dilakukan sementara waktu


Perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya

Permintaan dalam Pariwisata

20

3.

Perjalanan itu walaupun apa bentuknya, harus dikaitkan dengan

pertamasyaan atau rekreasi


4.
Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah
ditempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen
ditempat tersebut.

2.5 Faktor-faktor Pendorong Wisatawan Untuk Berwisata


Faktor-faktor pendorong untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui oleh
siapapun yang berkecimpung dalam industri pariwisata (Pitana, 2005). Dengan adanya faktor
pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas mana
daerah yang akan dituju. Berbagai faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata
menurut Ryan, 1991 (dalam Pitana, 2005), sebagai berikut:
1. Escape.
Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan
dari pekerjaan sehari-hari.
2. Relaxation.
Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape
di atas.
3. Play.
Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan
kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari
berbagai urusan yang serius.
4. Strengthening family bond.

Permintaan dalam Pariwisata

21

Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks (visiting, friends


and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan bersama-sama (group tour).

5. Prestige.
Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas
dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau
social standing.
6. Social interaction.
Untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat
lokal yang dikunjungi.
7.

Romance.
Keinginan bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis atau
untuk memenuhi kebutuhan seksual.

8.

Educational opportunity.
Keinginan melihat suatu yang baru, memperlajari orang lain dan/atau daerah lain atau
mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam
pariwisata.

9. Self-fulfilment.
Keinginan menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada
saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
10. Wish-fulfilment.
Keinginan

merealisasikan

mimpi-mimpi,

yang

lama

dicita-citakan,

sampai

mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan perjalanan. Hal

Permintaan dalam Pariwisata

22

ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian dari keinginan
atau dorongan yang kuat dari dalam diri.

IMPLEMENTASI
Besarnya Permintaan Potensial Pariwisata tergantung pada berbagai unsur, antara lain:

Jumlah penduduk (population size) suatu negara atau wilayah pasar;

Kemampuan rata-rata ekonomi (economic mean), berupa pendapatan rata-rata


penduduknya (income per capita);

Faktor waktu, utamanya waktu luang (leisure time) yang mereka miliki;

Intensitas bepergian (travel intensity) masyarakat negara yang bersangkutan;

Berikut ini informasi potensi permintaan pariwisata yang berhasil dikumpulkan menunjukkan
bahwa pasar pariwisata Eropa masih menunjukkan potensi yang sangat besar.

Permintaan dalam Pariwisata

23

Tabel-I : Potensi Permintaan Pariwisata Eropa

Keterangan:
Permintaan dalam Pariwisata

24

*Country : neraga
*Number of Population (thousand) : penduduk (ribuan)
*GDP per Capita : pendapatan per kapita
*Number of Trips : jumlah perjalanan
*Number of Trips / 1000 Residents age 15 and older : jumlah perjalanan/1000 Orang usia 15
dan lebih tua
-

Overall : keseluruhan
Short Domestic Trips (1-3 nights) : perjalanan singkat domestik (1-3 malam)
Long Domestic Trips (4+ nights) : perjalanan panjang domestik (4+ malam)
Short Outbond Trips (1-3 nights) : perjalanan pendek keluar (1-3 malam)
Long Outbond Trips (4+ nights) : perjalanan panjang keluar (4+ malam)

Seperti yang tertera dalam Tabel-I menunjukkan bahwa:


1. Jerman merupakan Negara berpenduduk terbesar di Eropa berjumlah 82,1 juta dengan
tingkat pendapatan per kapita (GDP/capita) sebesar US$ 40.631 per tahun, dan tiap
1000 penduduk (usia 15 tahun ke atas) melakukan 712 perjalanan ke luar negeri (yang
lamanya 4 hari atau lebih) dalam setahun (2010);
2. Dari informasi lainnya diketahui bahwa penduduk Jerman yang melakukan liburan
panjang (4 hari dan lebih) ke luar negeri hanya 26,4% dari total 221.407 perjalanan
yang dilakukan penduduk, 6,1% lainnya melakukan liburan pendek (1-3 hari), sisanya
sejumlah 67,6% melakukan perjalanan liburannya di dalam negeri;
3. Sementara Luxembourg dengan jumlah penduduk terkecil, sekitar 500 ribu,
berpendapatan US$ 108.832 setahun. tiap 1000 penduduknya melakukan 1530
perjalanan ke luar negeri (sedikitnya 4 hari). Itu artinya tiap penduduk usia 15 tahun
ke atas melakukan sedikitnya 1,5 perjalanan ke luar negeri atau lebih dari satu kali
dalam setahun;
Permintaan dalam Pariwisata

25

4. Berbeda dengan penduduk Jerman, penduduk Luxembourg melakukan perjalanan


dalam negeri, baik pendek maupun perjalanan panjang masing-masing tidak lebih dari
1.0%. Sedangkan perjalanan ke luar negeri dalam liburan pendek meliputi 38.0% dan
liburan panjang 61.7%;
Perihal rincian negara-negara lainnya dapat dicermati dari Tabel-I di atas. Namun demikian,
masih perlu dikaji lebih lanjut perihal berapa persen dari liburan panjang yang mereka
lakukan tersebut bersifat jarak jauh (long haul), mengingat data tersebut di atas merupakan
gambaran umum yang meliputi baik jarak pendek (short haul), jarak menengah (medium
haul) maupun jarak jauh (long haul).
Tabel-I , yang menampilkan pasar Eropa, merupakan contoh salah satu alat dalam
mempelajari dan menganalisa potensi pasar (market potential) atau permintaan potensial
(potential demand) bagi produk pariwisata. Untuk melengkapi informasi potensi permintaan
pariwisata perlu dilakukan survey / observasi melalui berbagai sumber, baik secara sekunder
maupun primer, baik offline maupun online. Melalui jaringan internet, dewasa ini dapat kita
peroleh berbagai data sesuai kebutuhan kita. Namun demikian untuk melengkapi Tabel-I,
belum berhasil diperoleh data tentang waktu luang (leisure time) yang mereka miliki, yang
berupa informasi mengenai hak cuti dari penduduk negara-negara pasar pariwisata.
Data lainnya yang diperoleh, dihimpun dalam satu e-book terlampir, memberikan informasi
kepada kita tentang perjalanan ke luar (outbound) dari berbagai negara, yang sengaja dipilih
atas dasar penilaian sebagai pasar potensial bagi pariwisata Indonesia.

Permintaan dalam Pariwisata

26

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kegiatan pengembangan kepariwisataan sangatlah penting di era
ini, dikarenakan kepariwisataan ini mampu memberikan kontribusi yang
maksimal bagi daerah pariwisata tersebut pada khususnya dan Negara
pada umumnya. Oleh karena itu sangat pentinglah didalam penawaran
pariwisata harus memperhatikan variabel-variabel yang mempengaruhi
permintaan pariwisata, dan faktor-faktor yang mendorong wisatawan
untukberwisata, serta menggunakan dan menjalankan aspek aspek
penawaran maupun permintaan pariwisata seperti adanya daya tarik dari
daerah pariwisata tersebut yang unik, tersedianya transportasi serta
Permintaan dalam Pariwisata

27

infrastruktur sarana dan prasarana yang memadai serta adanya satu


kelembagaan yang mewadahi daerah daerah pariwisata tersebut
sehingga

pada

nantinya

mampu

menarik

para

wisatawan

untuk

berkunjung dan kerasan berada didaerah pariwisata tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Sudibya, Adnyana, 2013. Bahan Ajar Bisnis Pariwisata. Denpasar. FEB


Unud.

http://www.informasiku.com/2011/04/aspek-penawaran-danpermintan-dalam.html

Permintaan dalam Pariwisata

28

Anda mungkin juga menyukai