DEMAND
Oleh
NI LUH MADE PRADNYAWATHI
COKORDA GEDE ALIT SEMARAJAYA
1
PENGEMBANGAN PARIWISATA DARI SISI DEMAND
Pendahuluan
2
kebudayaannya yang menjadi sumber daya manusia. Unsur lainnya yaitu aksesibilitas
yang mudah dan akomodasi.
Sebagaimana halnya dengan permintaan (demand) atas produk barang dan jasa
pada umumnya, permintaan atas produk pariwisata pun dipengaruhi berbagai faktor,
serta terbagi menjadi permintaan potensial (potential demand) dan permintaan aktual
(actual demand). Sementara itu permintaan pun besarannya tergantung pada beberapa
hal lainnya.
Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang secara potensial dianggap dan
mampu melakukan perjalanan wisata. Menurut Yoeti (2008), yang dimaksud dengan
potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan
wisata karena memiliki waktu luang dan tabungan yang relatif cukup. Sesungguhnya
permintaan potensial atas produk pariwisata dapat diperkirakan. Namun demikian,
untuk dapat memperkirakan besar kecilnya potensi pasar pariwisata, perlu diketahui
kondisi beberapa unsur di suatu negara atau wilayah pasar dimaksud, antara lain
seperti: (a) Jumlah penduduk keseluruhan (population size); (b) Persentase penduduk
yang berpenghasilan dan mampu bepergian ke luar negeri; (c) Tingkat pendapatan
(income per capita) rata-rata; (d) Tingkat kemampuan menabung (saving) rata-rata;
(e) Waktu luang (leisure time) yang mereka miliki; (f) Intensitas bepergian (travel
intensity) masyarakat pada umumnya, -terutama intensitas bepergian ke luar negeri
Untuk mengetahui berbagai unsur tersebut, sudah dapat dipastikan, memerlukan
bukan hanya sekedar pengamatan, melainkan penelitian secara intensif serta secara
berkala senantiasa dimutakhirkan (up-date) untuk mengetahui dan mengikuti
perkembangannya, terutama dalam hal terjadi gejolak pasar yang disebabkan berbagai
kondisi yang sedang terjadi agar pengembangan sisi supply dapat disesuaikan dimana
perlu. Hal ini dinilai sangat penting, mengingat penyesuaian produk pariwisata tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Satu dan lain hal, disebabkan oleh karakteristik
kekakuan (rigidity) yang melekat pada produk pariwisata, mengingat berbagai unsur
3
yang membentuknya berada pada berbagai pihak yang terkait dan berwenang dari
berbagai sektor (multiple sector). Monitoring pasar secara konsisten dan cermat
memberikan kemungkinan kepada kita untuk dapat mengambil langkah-langkah yang
bersifat antisipatif mengacu pada gejala awal kecenderungan pasar di masa datang.
Fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang berbeda dan
diperlukan oleh wisatawan pada waktu yang berbeda-beda pula. Permintaan dalam
industri pariwisata tidak hanya terbatas pada waktu yang diperlukan pada saat
perjalanan wisata diperlukan, akan tetapi jauh sebelum melakukan perjalanan,
permintaan itu sudah mengemuka seperti informasi tentang daerah tujuan wisata, hotel
tempat untuk menginap, transportasi yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan
dikunjungi dan berapa banyak uang yang harus dibawa.
5
Permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya membutuhkan A Single
Services tetapi juga membutuhkan kombinasi dan bermacam-macam pelayanan yang
ditawarkan dalam suatu paket wisata yang dalam ilmu ekonomi pariwisata sebagai
Assortment of Services. Karena itu permintaan dapat dibagi menjadi enam kelompok
yang saling melengkapi menurut G.A.Schmoll (Yoeti, 2008).
6
Menurut Yoeti (2008) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
permintaan pariwisata antara lain sebagai berikut:
a. Purchasing power
Kekuatan untuk membeli banyak ditentukan oleh disposible income yang erat
kaitannya dengan tingkat hidup (standard of living) dan intensitas perjalanan
(travel intensity) yang dilakukan. Semakin besar pendapatan yang bebas
digunakan akan semakin besar kemungkinan perjalanan yang diinginkan.
7
d. Travel motivations and attitudes
Motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sangat erat hubungan
dengan kondisi sosial dan budaya masyarakatnya. Masih eratnya hubungan
kekeluargaaan masyarakat dan sering melakukan saling berkunjung membuat
perjalanan akan sering dilakukan dan tentunya akan meningkatkan permintaan
untuk melakukan perjalanan wisata.
a. Harga
Pada kebanyakan industri jasa harga biasanya menjadi masalah kedua
karena yang terpenting adalah kualitas yang harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan sesuai dengan waktu yang diinginkan. Dalam
kepariwisataan sudah biasa dilakukan price differentiation secara umum sebagai
suatu strategi dalarn pemasaran. Sebagai contoh misalnya sedikitnya dijumpai
15 tarif perjalanan round trip yang disusun oleh International Air Transportation
Association (IATA) berdasarkan musim, rata-rata lamanya tinggal, umur
penumpang, dan pelayanan ditempat tujuan.
8
b. Daya tarik wisata
Keputusan untuk melakukan perjalanan lebih banyak menyangkut
pernilihan daerah tujuan wisata. Pemilihan ini ditentukan oleh daya tarik yang
terdapat di daerah yang akan dikunjungi.
c. Kemudahan berkunjung
Aksesibilitas ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi banyak
mempengaruhi pilihan wisatawan, wisatawan menginginkan tersedianya macam-
macam transportasi yang dapat digunakan dengan harga yang bervariasi. Karena
biaya transportasi akan mempengaruhi biaya perjalanan secara keseluruhan.
Tersedianya prasarana yang memadai akan menjadi pilihan seperti bandara yang
nyaman dan bersih, jalan yang tidak berlubang-lubang menuju obyek wisata,
tersedianya tenaga listrik dan air bersih.
e. Citra
Wisatawan memiliki kesan dan impian tersendiri tentang daerah tujuan
wisata yang akan dikunjungi. Citra dari daerah tujuan wisata akan
mempengaruhi permintaan wisata daerah tersebut.
9
1. Harga. Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan
imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga
permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya.
2. Pendapatan. Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk
memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan
bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata
jika dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya. Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau
berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan
permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah
keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola
pikir budaya wisatawan.
4. Sosial dan Politik. Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah
Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut
berseberangan dengan kenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak dan
pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas Keluarga. Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam
permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka
keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar,
hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6. Harga Barang Substitusi. Disamping kelima aspek di atas, harga barang
pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang
pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikancadangan dalam
berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu
dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-
syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan
mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
7. Harga Barang Komplementer. Merupakan sebuah barang yang saling membantu
atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling
10
melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata, barang komplementer
ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan object wisata lainnya.
Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting
yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal
wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial
masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time),
sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.
Sedangkan Gamal Suwanto (2004) berpendapat bahwa permintaan ( demand)
terhadap hasil atau produk pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor non-ekonomis. Terjadinya kekacauan, peperangan atau bencana alam akan
mengakibatkan permintaaan berkurang. Sebaliknya bilamana musim berlibur dengan
kondisi normal, permintaan akan meningkat, sehingga kadang terjadi kekurangan
dalam supply.
Middleton (2001) menyimpulkan delapan faktor penentu utama dalam
permintaan pariwisata yaitu: (1) faktor ekonomi dan perbandingan harga, (2)
demografi, termasuk pendidikan, (3) geografi, (4) sikap sosial budaya pariwisata, (5)
mobilitas, (6) peraturan pemerintah, (7) media komunikasi, (8) teknologi komunikasi
dan informasi.
Spillane (1987), setidaknya terdapat 3 faktor yang secara signifikan
mempengaruhi permintaan (demand) industri pariwisata, yaitu:
a. Undang-Undang Sosial
ILO mengatur pemberian jumlah hari libur setiap tahun. Dalam konvensi tahun
1970, ILO menetapkan libur menjadi 3 minggu. Negara maju memberikan hari
libur lebih banyak karena memberikan kesempatan pada karyawannya untuk
liburan.
11
b. Pendapatan yang Meningkat
Meningkatnya pendapatan masyarakat berarti meningkat pula masyarakat yang
akan melakukan perjalanan wisata. Masyarakat yang mepunyai pendapatan yang
meningkat akan menyisihkan sebagian uangnya untuk berwisata. Perpedaan
penghasilan juga akan mempengaruhi cara berwisata seseorang. Sebagai
contohnya, seseorang yang berpenghasilan lebih rendah akan melakukan
perjalanan wisata dengan carabackpacking.
c. Pendidikan dan perasaan ingin tahu
Sekolah, radio, dan TV mengembangkan hasrat ingin tahu terhadap negara dan
kebudayaan lain sehingga mendorong masyarakat untuk berwisata. Saat ini
banyak acara yang menayangkan acara tentang berwisata yang menunjukkan
informasi tentang keindahan alam, peninggalan sejarah, dan informasi menarik
lagi.
d. Urbanisasi dan kebutuhan untuk menghindari kebisingan kota
Kebisingan kota akan menyebabkan masyarakat mencari kegiatn
untuk refreshing dan mencari kesegaran jasmani.
e. Hasrat untuk meniru
Mendengarkan kesan-kesan liburan dari orang lain akan mengembangkan hasrat
untuk berwisata. Saat kita mendengar cerita dari tetangga, saudara, maupun
teman yang lain, maka kita juga akan mencoba melakukan hal yang sama.
12
3. Faktor-faktor teknis: kemajuan dunia angkutan
Motivasi Wisatawan
13
7. Kebutuhan akan barang konsumsi keperluan pribadi melalui pusat perbelanjaan
Suwantoro (1997)
14
8. Educational opportunity. Keinginan melihat suatu yang baru, memperlajari orang
lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan
pendorong dominan dalam pariwisata.
9. Self-fulfilment. Keinginan menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya
bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
10. Wish-fulfilment. Keinginan merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-
citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa
melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius,
sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri
17
bahwapermintaan menunjukkan elastisitas langsung dengan besarnya pendapatan
(income) di satu pihak dan perjalanan di pihak lain.
2. Kepekaan (sensitivity)
Permintaan terhadap perjalanan wisata sangat peka atau sensitive terhadap
keadaan sosial, politik, dan keamanan negara/daerah yang akan dikunjungi. Hal ini
dilatar belakangi bahwa wisatawan merupakan orang-orang yang melakukan perjalanan
untuk mencari kesenangan.
3. Musim (seasonality)
Permintaan terhadap perjalanan wisata juga ditentukan oleh musim ramai (peak
season) dan musim sepi (off-season). Biasanya musim ramai terjadi pada hari-hari libur
seperti libur sekolah, Lebaran, Natal. Pada musim ramai permintaan terhadap
perjalanan wisata akan meningkat jika dibandingkan dengan hari biasa. Permintaan
juga dipengaruhi oleh keadaan iklim yang sedang terjadi di lokasi wisata. Banyak obyek
wisata yang bahkan mengandalkan daya tarik wisatanya berdasarkan keadaan iklim
wisata tersebut seperti suhu udara yang dingin, sinar matahari yang panas, dan lain-
lain.
4. Perluasan (expansion)
Permintaan terhadap perjalanan wisata cenderung mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun meskipun terjadi hambatan akibat ketidak seimbangan antara
penyediaan dan permintaan. Kecenderungan ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain : (a) Kemajuan teknologi transportasi khususnya teknologi penerbangan; (b)
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi; (c) Meningkatnya kegiatan ekonomi di
negara-negara asal wisatawan; (d) Bertambahnya waktu luang (leave time) atau
semakin singkatnya waktu kerja (working hours); (e) Meningkatnya kesadaran
masyarakat negara-negara industri terhadap lingkungan; (f) Semakin padatnya
penduduk kota-kota metropolitan; (g) Meningkatnya pemilikan kendaraan pribadi.
Berbeda dengan permintaan terhadap barang dan jasa pada umumnya,
permintaan industri pariwisata memiliki karakter sendiri, beberapa ciri atau karakter
permintaan pariwisata menurut Yoeti (2008):
18
1. Sangat dipengaruhi oleh musim; 2. Terpusat pada tempat-tempat tertentu; 3.
Tergantung pada besar kecilnya pendapatan; 4. Bersaing dengan permintaan akan
barang-barang mewah; 5. Tergantung tersedianya waktu senggang; 6. Tergantung
teknologi transportasi; 7. Size of family (jumlah orang dalam keluarga); 8. Aksesibilitas
Ada 12 jenis wisatawan / tourism demand yaitu family, hedonistic, back packer,
visiting friends and relatives, excursionist, educational tourist, religious tourist, snow
bird, ethnic minority, disable tourist, social tourist dan short break market.
1. Family
Family tourist atau keluarga wisatawan dapat terbagi atas keluarga kecil yang
terdiri dari orang tua dan anak, maupun keluarga besar yang terdiri dari orang tua,
anak, paman, bibi, kakek, nenek, dan yang lainnya. Wisatawan ini umumnya melakukan
perjalanan pada waktu liburan sehingga mereka benar-benar ingin menikmati
liburannya itu di suatu tempat yang mereka inginkan.
Dampak Positif :
b. Wisatawan jenis ini umumnya menggunakan travel agent untuk mengatur jadwal
perjalanannya. Hal ini akan meningkatkan keuntungan travel agent tersebut,
semakin banyak pula membutuhkan tenaga kerja sehingga secara tidak langsung
dapat mengurangi pengangguran.
19
sehingga tempat-tempat tersebut dapat berkembang dan memperoleh
keuntungan.
Dampak Negatif :
a. Anak-anak biasanya suka bermain-main hingga merusak fasilitas-fasilitas yang
ada, seperti di hotel, objek wisata, dan sebagainya.
b. Agak sulit untuk mengelola atau mengatur jadwal tourist family ini karena anak-
anaknya biasanya rewel dan dapat merusak atau membatalkan jadwal yang
telah direncanakan.
2. Hedonistic
Hedonistic adalah wisatawan yang menginginkan kebebasan, kebebasan yang
tidak bisa mereka dapatkan di Negara asalnya, misalnya drugs, sex, drunk, dan
sebagainya. Wisatawan jenis ini umumnya dari kalangan berusia muda dan menyukai
kehidupan malam.
Dampak Positif :
b. Memberikan keuntungan kepada rental mobil atau motor karena wisatawan ini
tidak suka di atur dan ingin bebas pergi kemanapun ia inginkan.
c. Memberikan keuntungan kepada bar, night club, dan tempat-tempat night life
lainnya.
Dampak Negatif :
20
dibawa tourist hedonistic ini seperti budaya minum-minuman keras, pakaian
seksi, merokok, dugem, drugs, dan lain-lain.
3. Back Packer
Back Packer adalah jenis wisatawan yang melakukan aktivitas pariwisata dengan
dana terbatas. Oleh karena itu, wisatawan ini biasanya menggunakan fasilitas-fasilitas
berstandar lokal. Ciri khas wisatawan ini adalah biasanya menggendong tas ransel di
punggungnya.
Dampak Positif :
b. Wisatawan jenis ini peduli dan ramah lingkungan karena mereka lebih sering
melakukan perjalanan dengan berjalan kaki atau dengan sepeda gayung.
Dampak Negatif :
a. Tidak banyak memberikan devisa bagi Negara, karena wisatawan ini sangat
hemat dalam berbelanja dan hanya mengeluarkan uang untuk hal-hal yang
penting saja.
21
b. Wisatawan ini juga perlu diwaspadai karena bisa saja mereka melakukan
tindakan mencuri karena keadaan ekonomi mereka sangat pas-pasan.
Dampak Positif :
a. Wisatawan jenis ini tetap menguntungkan objek wisata dan atraksi-atraksi wisata
karena mereka pasti akan diajak oleh kerabatnya untuk menikmati waktunya di
tempat tersebut.
Dampak Negatif :
5. Excursionist
Excursionist adalah wisatawan yang mengunjungi suatu tempat dalam waktu
yang kurang dari 24 jam. Yang termasuk wisatawan jenis ini misalnya penumpang
kapal pesiar yang singgah ke suatu daerah.
Dampak Positif :
22
b. Menguntungkan perajin dan penjual souvernir atau oleh-oleh karena wisatawan
ini biasanya pasti menyempatkan diri untuk membeli souvernir khas daerah yang
dikunjungi/disinggahinya.
Dampak Negatif :
6. Educational Tourist
Educational tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan
pendidikan, misalnya untuk belajar maupun studi banding di suatu sekolah atau
universitas.
Dampak Positif :
d. Sebagai sarana politik dalam membina hubungan yang baik antar Negara
penerima educational tourist dengan Negara pengirim Educational tourist.
Dampak Negatif :
a. Tidak begitu menguntungkan dalam bidang ekonomi karena wisatawan jenis ini
lebih memilih menggunakan fasilitas-fasilitas lokal ketimbang memilih fasilitas
mewah dan modern.
23
b. Wisatawan ini juga bisa saja memberikan pengaruh yang buruk terhadap
kebudayaan lokal, seperti mengajarkan temannya untuk minum-minuman keras,
free sex, merokok, dan sebagainya.
7. Religious Tourist
Religious Tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan suci ke tempat-
tempat yang berhubungan dengan agama, misalnya kegiatan naik haji, tirta yatra, dan
lain sebagainya.
Dampak Positif :
d. Wisatawan jenis ini juga pasti membeli oleh-oleh atau souvenir khas daerah
setempat, hal ini menguntungkan penjual atau perajin oleh-oleh atau souvenir.
Dampak Negatif :
a. Wisatawan jenis ini juga terkadang perlu diwaspadai karena mereka bisa saja
menyebarkan ajaran-ajaran atau aliran sesat kepada penduduk lokal.
8. Snowbird
Snowbird adalah jenis wisatawan dari Negara yang bermusim dingin yang
melakukan perjalanan ke daerah-daerah tropis.
Dampak Positif :
a. Menguntungkan ekonomi Negara yang beriklim tropis karena pasti akan banyak
wisatawan dari Negara yang sedang mengalami musim dingin berdatangan dan
menikmati liburannya
24
b. Memberikan keuntungan kepada hotel, travel agent, dan restaurant, perajin atau
penjual souvenir sebagai penyedia barang dan jasa, baik berupa akomodasi,
transportasi, maupun penyedia makanan dan minuman.
Dampak Negatif :
9. Ethnic Minority
Dampak Positif :
Dampak Negatif :
a. Tidak begitu menguntungkan dalam bidang ekonomi karena wisatawan jenis ini
lebih memilih menggunakan fasilitas-fasilitas lokal ketimbang memilih fasilitas
mewah dan modern.
Dampak Positif :
25
agent, dengan begitu walaupun ia mempunyai ketidakmampuan (cacat) namun
ia tetap dapat menikmati wisatanya di daerah yang dituju.
Dampak Negatif :
Dampak Positif :
b. Dapat menciptakan hubungan yang baik antara Negara pengirim wisatawan dan
Negara penerima wisatawan sehingga dapat tercipta suasana tolong menolong
antar negara.
Dampak Negatif :
a. Wisatawan jenis ini tidak banyak memberikan devisa bagi Negara, karena
tujuannya bukan berlibur, melainkan melakukan aksi social atau mencari sponsor
di suatu Negara untuk tujuan tertentu.
Dampak Negatif :
a. Wisatawan jenis ini tidak mempunyai waktu yang lama dalam berkunjung,
biasanya antara sehari hingga tiga hari saja. Oleh karena itu, kita harus mampu
mengelola wisatawan ini dengan baik dan mengusahakan agar ia merasa puas
dan menikmati kunjungannya sehingga ia akan kembali ke tempat itu
dikemudian hari.
27
Ada lima jenis supply yaitu tourist attraction, accessibility, amenities, ancillaries,
dan community involvement. Adapun hubungan masing-masing supply dengan demand
dapat dijelaskan sebagai berikut.
30
1. What to see
Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda dengan
yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik
khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What
to see meliputi pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan atraksi wisata.
2. What to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus
disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama
ditempat itu.
3. What to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang
souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal.
4. What to arrived
Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunungi daya tarik
wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba ketempat
tujuan wisata tersebut.
5. What to stay
Bagaimana wisatawan akan tingggal untuk sementara selama berlibur.
Diperlukan penginapan-penginapan, baik hotel berbintang atau hotel non berbintang.
Selain itu pada umunya daya tarik wisata suatu objek wisata berdasarkan atas : (a)
Adanya sunber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih;
(b) Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya; (c) Adanya ciri
khusus atau spesifikasi yang bersifat langka; (d) Adanya sarana dan prasarana
penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir, (e) Punya daya tarik tinggi
karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai
luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
31
Pasar Industri Pariwisata Di Indonesia
32
b. Distribution mix
Hal ini mencakup proses pengangkutan seorang wisatawan hingga sampi ke tempat
wisata.
c. Communication mix
Konsumen atau turis harus diberitahu, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar
mau mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Hal ini bias dilakukan dengan cara
sales promotion, image promotion, pendidikan, latihan, atau penyukuhan, dan
pemberian jasa penerangan pariwisata (buku-buku, dll).
d. Service mix
Hal ini merupakan kebijakan instansi-instansi pemerintah termasuk pejabat pabean,
pejabat imigrasi, pejabat kesehatan, polisi, dan sebagainya untuk menunjang usaha
menarik wisatawan.
3. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal penting untuk keberhasilan pengembangan pariwisata.
Fasilitas itu melingkupi:
a. Fasilitas angkutan
Meliputi angkutan udara, jalan raya, dan laut.
b. Akomodasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait akomodasi adalah: (a) Nama dan lokasi; (b)
Jenis dan kamar tiap bangunan (c) Fasilitas yang diberikan (misalnya restoran,
kolam renang); (d) Tarip kamar; (e) Jumlah tamu (occupancy rate) per bulan; (f)
Jumlah karyawan menurut jenis tingkat gaji dan pendidikan, (g) Masalah-masalah
yang ada di hotel, (h) Rencana untuk membangun/mengembangkan tempat
akomodasi yang baru; (i) Sumber-sumber informasi mengenai hal tersebut
c. Pelayanan sosial
Pelayanan social meliputi (a) Keamanan (polisi); (b) Pemadam kebakaran; (c)
Pelayanan kesehatan (rumah sakit dsb)
33
d. Pelayanan umum
Pelayanan umum yang dimaksud disini adalah persediaan, tenaga listrik,
pembuangan air, telepon, radio, telebisi, bahan bakar untuk memasak dll. Hal-hal
yang harus diperhatikan adalah: (a) Kapasitas dan kualitas system yang ada; (b)
Penilaian terhadap sumber-sumber air (untuk membagun system baru); (c) Sistem
pembangunan saluran air; (d) Tenaga listrik; (e) komunikasi
Bahan Bacaan
Arifta Budi, (2013). Analisis Permintaan Obyek Wisata Masjid Agung Semarang
(Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Skripsi
Gunn, C.A. (1994). Tourism Planning (3rd ed.) New York: Taylor and Francis
Hariyono (2012) Pariwisata dalam Wacana Otonomi Daerah, PB4P.
http://pesona4rejanglebong.blogspot.co.id/2012/03/pariwisata-dalam-wacana-
otonomi-daerah.html.
Oka. A. Yoeti. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata , cetakan kedua. PT.
Pradnya Paramita .
Pertiwi, PR (2011) Perencanaan Dan Pengembangan Kawasan Pariwisata
(Negeri Khayal)
http://www.academia.edu/7967768/Tourism_Planning_and_Development_PERE
NCANAAN_and_PENGEMBANGAN_KAWASAN_PARIWISATA_NEGERI_KHAYAL_
Rai Utama, IGB (2007). Penawaran dan Permintaan Agrowisata. Agrowisata sebagai
pariwisata alternative di Indonesia
https://tourismbali.wordpress.com/2013/03/10/penawaran-dan-permintaan-
agrowisata-2/
Ramadan, G (2012) Wisata dan Ekowisata. http://gibran-de-
leonardo.blogspot.co.id/2012/09/wisata-dan-ekowisata.html
34