Anda di halaman 1dari 35

PENGEMBANGAN PARIWISATA DARI SISI

DEMAND

Oleh
NI LUH MADE PRADNYAWATHI
COKORDA GEDE ALIT SEMARAJAYA

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PERTAMANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................1


PENGEMBANGAN PARIWISATA DARI SISI DEMAND ..................................................2
Pendahuluan...........................................................................................................2
Permintaan Potensial (Potential Demand) .................................................................3
Permintaan Aktual (Actual Demand) .........................................................................
Motivasi Wisatawan .................................................................................................4
Faktor-Faktor Pendorong Wisatawan Untuk Berwisata ...............................................13
Karakteristik Demand Wisata ...................................................................................14
Jenis Wisatawan/Tourist Demand ...........................................................................15
Hubungan Antara Demand Dan Supply .....................................................................27
Analisis Kesesuaian Permintaan (Demand) Wisatawan Dan
Penawaran (Supply) Obyek Wisata ...........................................................................30
Pasar Industri Pariwisata Di Indonesia ......................................................................32
Bahan Bacaan .........................................................................................................34

1
PENGEMBANGAN PARIWISATA DARI SISI DEMAND

Pendahuluan

Berbicara tentang konteks pembahasan pengembangan kepariwisataan,


cenderung lebih sering dilakukan dari sisi penawaran ( supply), sementara aspek
permintaan (demand) jarang sekali disinggung. Padahal, sisi permintaan itu justru akan
sangat menentukan keberhasilan pengembangan suatu produk, baik produk barang
maupun produk jasa, termasuk pariwisata. Berkembangnya suatu tempat tujuan wisata
disamping adanya komponen sediaan tidak dapat dilepaskan pula adanya komponen
permintaan. Permintaan atau demand pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan jumlah wisatawan secara kuantitatif. Dalam kegiatan pariwisata
yang dimaksud dengan komponen permintaan (demand) adalah pengunjung. Menurut
International Union of Offical Traveler Organization (IUOTO,1967), pengunjung yaitu
setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat lain dan biasanya dengan
maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Menurut
Gunn (1988), dari sisi demand komponen pariwisata adalah masyarakat atau pasar
wisata yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan perjalanan wisata.
Permintaan wisata dapat digambarkan sebagai kelompok heterogen orang orang yang
sedang berusaha bepergian setelah terdorong oleh motivasi tertentu. Ada setumpuk
keinginan, kebutuhan, cita rasa, kesukaan yang sedang berbaur dalam diri seseorang.
Atau juga dikatakan sebagai motivasi dari wisatawan untuk melakukan perjalanan ke
suatu tempat tujuan (Wahab, 1996). Demand Wisata adalah suatu permintaan wisata
terhadap ruang, waktu dan harga tertentu. Suatu demand wisata akan berkaitan
dengan siapa yang meminta, apa dan berapa banyak yang diminta dan kapan waktu
permintaan tersebut (Avenzora,2008). Damanik dan Weber (2006) mengemukakan
bahwa unsur - unsur penting dalam demand adalah penduduk lokal dengan segala

2
kebudayaannya yang menjadi sumber daya manusia. Unsur lainnya yaitu aksesibilitas
yang mudah dan akomodasi.
Sebagaimana halnya dengan permintaan (demand) atas produk barang dan jasa
pada umumnya, permintaan atas produk pariwisata pun dipengaruhi berbagai faktor,
serta terbagi menjadi permintaan potensial (potential demand) dan permintaan aktual
(actual demand). Sementara itu permintaan pun besarannya tergantung pada beberapa
hal lainnya.

Permintaan Potensial (potential demand)

Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang secara potensial dianggap dan
mampu melakukan perjalanan wisata. Menurut Yoeti (2008), yang dimaksud dengan
potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan
wisata karena memiliki waktu luang dan tabungan yang relatif cukup. Sesungguhnya
permintaan potensial atas produk pariwisata dapat diperkirakan. Namun demikian,
untuk dapat memperkirakan besar kecilnya potensi pasar pariwisata, perlu diketahui
kondisi beberapa unsur di suatu negara atau wilayah pasar dimaksud, antara lain
seperti: (a) Jumlah penduduk keseluruhan (population size); (b) Persentase penduduk
yang berpenghasilan dan mampu bepergian ke luar negeri; (c) Tingkat pendapatan
(income per capita) rata-rata; (d) Tingkat kemampuan menabung (saving) rata-rata;
(e) Waktu luang (leisure time) yang mereka miliki; (f) Intensitas bepergian (travel
intensity) masyarakat pada umumnya, -terutama intensitas bepergian ke luar negeri
Untuk mengetahui berbagai unsur tersebut, sudah dapat dipastikan, memerlukan
bukan hanya sekedar pengamatan, melainkan penelitian secara intensif serta secara
berkala senantiasa dimutakhirkan (up-date) untuk mengetahui dan mengikuti
perkembangannya, terutama dalam hal terjadi gejolak pasar yang disebabkan berbagai
kondisi yang sedang terjadi agar pengembangan sisi supply dapat disesuaikan dimana
perlu. Hal ini dinilai sangat penting, mengingat penyesuaian produk pariwisata tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Satu dan lain hal, disebabkan oleh karakteristik
kekakuan (rigidity) yang melekat pada produk pariwisata, mengingat berbagai unsur
3
yang membentuknya berada pada berbagai pihak yang terkait dan berwenang dari
berbagai sektor (multiple sector). Monitoring pasar secara konsisten dan cermat
memberikan kemungkinan kepada kita untuk dapat mengambil langkah-langkah yang
bersifat antisipatif mengacu pada gejala awal kecenderungan pasar di masa datang.

Permintaan Aktual (actual demand)

Permintaan actual/sebenarnya adalah sejumlah orang yang sebenarnya


berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, artinya sejumlah wisatawan yang secara
nyata sedang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata. Sedangkan menurut Yoeti
(2008), yang dimaksud dengan actual demand adalah orang-orang yang sedang
melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu
Di samping berbagai kondisi tersebut di atas yang mempengaruhi permintaan
potensial, ada beberapa faktor lainnya yang sangat berpengaruh pada terwujudnya
permintaan aktual. Sehingga dengan demikian, Total Demand akan tergantung pada
besaran potential demand di mana aktual demand berada, serta tergantung juga pada
unsur-unsur yang mempengaruhi potential demand secara umum. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan aktual demand adalah wisatawan yang benar-benar sudah melakukan
perjalanan dan berkunjung ke suatu negara atau wilayah destinasi tertentu, seperti
yang kita lihat dalam laporan-laporan statistik pariwisata.Lazimnya, aktual demand
tersebut diuraikan dan dirinci dalam laporan statistik pariwisata berdasarkan informasi
sbb.: (a) Negara Asal. Dalam hal ini yang dimaksud adalah negara di mana wisatawan
itu bertempat tinggal; (b) Kebangsaan, yang menunjukkan kewarganegaraan
wisatawan tesebut. Hal ini perlu dibedakan, mengingat bahwa wisatawan
berkebangsaan negara tertentu bisa saja datang dari negara lain, di mana dia
bertempat tinggal, yang nota bene, kita nilai sebagai negara pasar potensial; (c) Rata-
rata masa tinggal. Kepentingan informasi ini bukan melulu untuk perhitungan
penerimaan pariwisata negara penerima, melainkan juga untuk memperkirakan berapa
banyak waktu yang mereka miliki untuk berlibur atau berkunjung; (d) Rata-rata
pengeluaran per orang, baik selama kunjungan ataupun pengeluaran per hari.
4
Informasi ini memberikan gambaran tentang tingkat penghasilan serta daya beli yang
mereka miliki, di samping sebagai salah satu unsur dalam perhitungan penerimaan
pariwisata suatu negara; (e) Profil lainnya yang juga penting bagi penentuan kebijakan
pengembangan produk wisata dan pemasarannya adalah: a. Jenis kelamin ( gender); b.
Bidang pekerjaan (occupancy); c. Kelompok Penghasilan (income-group); d. Kelompok
umur (age-group); e. Maksud kunjungan (motivation); f. Transportasi yang digunakan
(mode of transport); g. Pintu Masuk / Pelabuhan Pendaratan (port of entry).
Sub sistem demand (permintaan) berkaitan dengan budaya wisatawan sebagai
individu. Latar belakang pola perilaku wisatawan dipengaruhi oleh motivasi baik fisik,
sosial, budaya, spiritual, fantasi dan pelarian serta didukung oleh informasi,
pengalaman sebelumnya, dan kesukaan yang akan membentuk harapan dan image.
Motivasi, informasi, pengalaman sebelumnya, kesukaan, harapan dan image wisatawan
merupakan komponen dari subsistem permintaan sebagai bagian dari sistem
pariwisata.
Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk
yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan kebutuhannya
bagi wisatawan. Dalam ilmu ekonomi kebutuhan-kebutuhan yang dapat diperoleh
dengan mudah tidak merupakan barang-barang ekonomi karena dapat diperoleh secara
bebas seperti udara segar, pemandangan yang indah atau cuaca yang cerah. Hal itu
tidak berlaku dalam industri pariwisata, justru barang-barang yang termasuk free goods
ini dapat meningkatkan kepuasan bagi wisatawan.

Fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang berbeda dan
diperlukan oleh wisatawan pada waktu yang berbeda-beda pula. Permintaan dalam
industri pariwisata tidak hanya terbatas pada waktu yang diperlukan pada saat
perjalanan wisata diperlukan, akan tetapi jauh sebelum melakukan perjalanan,
permintaan itu sudah mengemuka seperti informasi tentang daerah tujuan wisata, hotel
tempat untuk menginap, transportasi yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan
dikunjungi dan berapa banyak uang yang harus dibawa.

5
Permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya membutuhkan A Single
Services tetapi juga membutuhkan kombinasi dan bermacam-macam pelayanan yang
ditawarkan dalam suatu paket wisata yang dalam ilmu ekonomi pariwisata sebagai
Assortment of Services. Karena itu permintaan dapat dibagi menjadi enam kelompok
yang saling melengkapi menurut G.A.Schmoll (Yoeti, 2008).

1. Travel preparation, sebelum membeli paket wisata akan terlebih dahulu


memerlukan information, advice, reservations, tickets and vouchers, money
exchanges, travel clothing and equipments.
2. Movement, dalam perjalanan wisatawan memerlukan transportation to and from
destination, sightseeing and tours, safaries, act at the tourist destination.
3. Accommodation and catering, setibanya pada suatu daerah tujuan wisata
wisatawan akan memerlukan hotel and motel rooms, camping sites and
restaurant, bar and cafe.
4. Activities at the destination, didaerah tujuan wisata wisatawan memerlukan
entertaiment, sports sightseeing, snooping, visit to museums.
5. Purchases and personal needs, sebagai kenang-kenang pada suatu daerah
tujuan wisata wisatawan akan membeli bermacam-macam oleh-oleh dalam
bentuk purchases of personal items, clothing, medical care, souvenirs dan lain-
lain.
6. Recording an preserving impressions, untuk keperluan dokumen perjalanan
wisatawan memerlukan purchases of film, camera, photos or studio shooting dan
lain-lain.

6
Menurut Yoeti (2008) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
permintaan pariwisata antara lain sebagai berikut:

1. General Demand Factors

Secara umum permintaan terhadap barang dan jasa industri pariwisata


tergantung pada hal-hal sebagai berikut:

a. Purchasing power
Kekuatan untuk membeli banyak ditentukan oleh disposible income yang erat
kaitannya dengan tingkat hidup (standard of living) dan intensitas perjalanan
(travel intensity) yang dilakukan. Semakin besar pendapatan yang bebas
digunakan akan semakin besar kemungkinan perjalanan yang diinginkan.

b. Demographic structure and trends


Besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk akan
mempengaruhi permintaan terhadap produk industri pariwisata. Negara yang
memiliki penduduk banyak tetapi pendapatan perkapitanya kecil akan memiliki
kesempatan kecil untuk melakukan perjalanan wisata.
Faktor lain adalah struktur usia penduduk. Penduduk yang masih muda
dengan pendapatan rata-rata relatif tinggi akan lebih besar pengaruhnya
dibanding denangan penduduk yang berusia pensiun.

c. Sosial and cultural factors


Industrialisasi tidak hanya menghasilkan struktur pendapatan masyarakat
relatif tinggi, juga meningkatkan pemerataan pendapatan dalam masyarakat
sehingga memungkinkan memiliki kesempatan melakukan perjalanan wisata
untuk menghilangkan kejenuhan bekerja, menghilangkan strees, sehingga
melakukan rekreasi sudah merupakan keharusan.

7
d. Travel motivations and attitudes
Motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sangat erat hubungan
dengan kondisi sosial dan budaya masyarakatnya. Masih eratnya hubungan
kekeluargaaan masyarakat dan sering melakukan saling berkunjung membuat
perjalanan akan sering dilakukan dan tentunya akan meningkatkan permintaan
untuk melakukan perjalanan wisata.

e. Opportunities to travel and tourism marketing intensity


Adanya insentif untuk melakukan perjalanan wisata akan meningkatkan
perjalanan wisata ke seluruh dunia seperti meeting, incentive, convention and
exhibition (MICE). Kesempatan untuk melakukan perjalanan wisata tidak hanya
karena biaya perjalanan ditanggung perusahaan, juga memberi kesempatan
kepada keluarga ikut melakukan perjalanan wisata, anak dan istri mendampingi
suami dalam berpartisipasi dalam suatu konferensi tertentu.

2. Factors Determining Specific Demand

Faktor-faktor yang akan mempengaruhi permintaan khusus terhadap daerah


tujuan wisata tertentu yang akan dikunjungi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:

a. Harga
Pada kebanyakan industri jasa harga biasanya menjadi masalah kedua
karena yang terpenting adalah kualitas yang harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan sesuai dengan waktu yang diinginkan. Dalam
kepariwisataan sudah biasa dilakukan price differentiation secara umum sebagai
suatu strategi dalarn pemasaran. Sebagai contoh misalnya sedikitnya dijumpai
15 tarif perjalanan round trip yang disusun oleh International Air Transportation
Association (IATA) berdasarkan musim, rata-rata lamanya tinggal, umur
penumpang, dan pelayanan ditempat tujuan.

8
b. Daya tarik wisata
Keputusan untuk melakukan perjalanan lebih banyak menyangkut
pernilihan daerah tujuan wisata. Pemilihan ini ditentukan oleh daya tarik yang
terdapat di daerah yang akan dikunjungi.

c. Kemudahan berkunjung
Aksesibilitas ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi banyak
mempengaruhi pilihan wisatawan, wisatawan menginginkan tersedianya macam-
macam transportasi yang dapat digunakan dengan harga yang bervariasi. Karena
biaya transportasi akan mempengaruhi biaya perjalanan secara keseluruhan.
Tersedianya prasarana yang memadai akan menjadi pilihan seperti bandara yang
nyaman dan bersih, jalan yang tidak berlubang-lubang menuju obyek wisata,
tersedianya tenaga listrik dan air bersih.

d. Informasi dan layanan sebelum kunjungan


Wisatawan biasanya memerlukan pre-travel service didaerah tujuan
wisata yang mereka kunjungi dan tersedia tourist information service yang dapat
menjelaskan tempat-tempat yang akan dikunjungi wisatawan, kendaraan yang
digunakan, waktu perjalanan dan keperluan yang dibutuhkan.

e. Citra
Wisatawan memiliki kesan dan impian tersendiri tentang daerah tujuan
wisata yang akan dikunjungi. Citra dari daerah tujuan wisata akan
mempengaruhi permintaan wisata daerah tersebut.

Aspek Permintaan Pariwisata Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005),


faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat
dijelaskan sebagai berikut:

9
1. Harga. Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan
imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga
permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya.
2. Pendapatan. Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk
memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan
bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata
jika dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya. Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau
berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan
permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah
keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola
pikir budaya wisatawan.
4. Sosial dan Politik. Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah
Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut
berseberangan dengan kenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak dan
pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas Keluarga. Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam
permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka
keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar,
hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6. Harga Barang Substitusi. Disamping kelima aspek di atas, harga barang
pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang
pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikancadangan dalam
berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu
dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-
syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan
mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
7. Harga Barang Komplementer. Merupakan sebuah barang yang saling membantu
atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling
10
melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata, barang komplementer
ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan object wisata lainnya.
Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting
yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal
wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial
masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time),
sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.
Sedangkan Gamal Suwanto (2004) berpendapat bahwa permintaan ( demand)
terhadap hasil atau produk pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor non-ekonomis. Terjadinya kekacauan, peperangan atau bencana alam akan
mengakibatkan permintaaan berkurang. Sebaliknya bilamana musim berlibur dengan
kondisi normal, permintaan akan meningkat, sehingga kadang terjadi kekurangan
dalam supply.
Middleton (2001) menyimpulkan delapan faktor penentu utama dalam
permintaan pariwisata yaitu: (1) faktor ekonomi dan perbandingan harga, (2)
demografi, termasuk pendidikan, (3) geografi, (4) sikap sosial budaya pariwisata, (5)
mobilitas, (6) peraturan pemerintah, (7) media komunikasi, (8) teknologi komunikasi
dan informasi.
Spillane (1987), setidaknya terdapat 3 faktor yang secara signifikan
mempengaruhi permintaan (demand) industri pariwisata, yaitu:

1. Faktor Sosio-Ekonomi dan Pariwisata

a. Undang-Undang Sosial
ILO mengatur pemberian jumlah hari libur setiap tahun. Dalam konvensi tahun
1970, ILO menetapkan libur menjadi 3 minggu. Negara maju memberikan hari
libur lebih banyak karena memberikan kesempatan pada karyawannya untuk
liburan.

11
b. Pendapatan yang Meningkat
Meningkatnya pendapatan masyarakat berarti meningkat pula masyarakat yang
akan melakukan perjalanan wisata. Masyarakat yang mepunyai pendapatan yang
meningkat akan menyisihkan sebagian uangnya untuk berwisata. Perpedaan
penghasilan juga akan mempengaruhi cara berwisata seseorang. Sebagai
contohnya, seseorang yang berpenghasilan lebih rendah akan melakukan
perjalanan wisata dengan carabackpacking.
c. Pendidikan dan perasaan ingin tahu
Sekolah, radio, dan TV mengembangkan hasrat ingin tahu terhadap negara dan
kebudayaan lain sehingga mendorong masyarakat untuk berwisata. Saat ini
banyak acara yang menayangkan acara tentang berwisata yang menunjukkan
informasi tentang keindahan alam, peninggalan sejarah, dan informasi menarik
lagi.
d. Urbanisasi dan kebutuhan untuk menghindari kebisingan kota
Kebisingan kota akan menyebabkan masyarakat mencari kegiatn
untuk refreshing dan mencari kesegaran jasmani.
e. Hasrat untuk meniru
Mendengarkan kesan-kesan liburan dari orang lain akan mengembangkan hasrat
untuk berwisata. Saat kita mendengar cerita dari tetangga, saudara, maupun
teman yang lain, maka kita juga akan mencoba melakukan hal yang sama.

2. Faktor Administrasi dan Pariwisata

Kemudahan untuk melakukan perjalanan lintas batas negara memacu


masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata. Untuk melakukan perjalanan ke negara
yang lain, kita dimudahkan dalam mendapatkan ijin tinggal. Kita bisa mempunyai visa,
ataupun Visa On Arrival, ataupun bebas masuk ke negara di satu kawasan yang sama,
contohnya dari Indonesia ke negara ASEAN.

12
3. Faktor-faktor teknis: kemajuan dunia angkutan

a. Angkutan Kereta Api


Kereta api di Indonesia semakin dimodernisasi dan disesuaikan dengan
wisatawan dengan jalan peningkatan fasilitas, penambahan kecepatan, dan lain-
lain
b. Angkutan Mobil dan Bus
Menggunakan mobil pribadi saat melakukan perjalan wisata akan lebih
memberikan kenyamanan. Untuk bus juga akan memberikan kenyamanan ketika
bus mempunyai trayek khusus dan tidak banyak berhenti di jalan.
c. Angkutan Sungai/Laut
Pemanfaatan sungai sebagai sarana wisata dilengkapi dengan kapal (boat) yang
sesuai dengan sungai tersebut. Saat ini juga makin berkembang wisata kapal
pesiar (cruise ship) yang mengarungi atlantik, dan eropa.
d. Angkutan Udara
Banyaknya kapal terbang dan semakin majunya teknologi akan mendorong
masyarkat melakukan perjalanan lebih jauh. Harga tiket saat ini juga semakin
murah.

Motivasi Wisatawan

Untuk melakukan perjalanan wisata dengan tujuan kesuatu daerah wisata,


seorang wisatawan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Kebutuhan akan alat angkutan, bis, kereta api
2. Kebutuhan akan penginapan, hotel
3. Kebutuhan akan makan dan minum, restoran, rumah makan
4. Kebutuhan akan hiburan dan kegiatan rekreasi
5. Kebutuhan akan pelayanan perjalanan seperti, pemandu wisata
6. Kebutuhan akan barang-barang khas buatan masyrakat setempat

13
7. Kebutuhan akan barang konsumsi keperluan pribadi melalui pusat perbelanjaan
Suwantoro (1997)

Faktor-Faktor Pendorong Wisatawan Untuk Berwisata

Faktor-faktor pendorong untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui oleh


siapapun yang berkecimpung dalam industri pariwisata (Pitana, 2005). Dengan adanya
faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum
jelas mana daerah yang akan dituju.
Berbagai faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut
Ryan, 1991 (dalam Pitana,2005), sebagai berikut:
1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau
kejenuhan daripekerjaan sehari-hari.
2. Relaxation. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan
motivasi untuk escape di atas.
3. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang
merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri
sejenak dari berbagai urusan yang serius.
4. Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya
dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan
bersama-sama (group tour)
5. Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang
menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk
meningkatkan status atau social standing.
6. Social interaction. Untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau
dengan masyarakatlokal yang dikunjungi.
7. Romance. Keinginan bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan
suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual.

14
8. Educational opportunity. Keinginan melihat suatu yang baru, memperlajari orang
lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan
pendorong dominan dalam pariwisata.
9. Self-fulfilment. Keinginan menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya
bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
10. Wish-fulfilment. Keinginan merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-
citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa
melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius,
sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri

Karakteristik Demand Wisata

Permintaan pariwisata ditandai dengan beberapa ciri khas;antara lain adalah


kekenyalan (elasticity) dan kepekaan (sensitivity). Elastisitas disini berarti seberapa jauh
tingkat kelenturan permintaan tersebut terhadap perubahan struktur harga /perubahan
berbagai macam kondisi ekonomi di pasar. Titik awal munculnya permintaan pariwisata
dengan keadaan ekonomi sedemikian rupa sehingga memungkinkan orang memiliki
kelebihan pendapatan dan lamanya hari-hari libur yang tetap dibayar. Karena
pengeluaran wisatawan merupakan penyisihan sebagian anggaran pribadi dan keluarga
yang bersaing dengan barang keperluan lain (mobil, televisi dan sebagainya), maka
dapat dipahami mengapa permintaan pariwisata dapat menunjukkan elastisitas
langsung dengan jumlah pendapatan di lain pihak.
Permintaan pariwisata juga sangat peka (sensitive) terhadap kondisi sosial,
politik dan perubahan mode perjalanan. Daerah tujuan wisata yang mengalami ketidak
tenangan (instability) kondisi politik atau keguncangan sosial tidak akan menarik
wisatawan meskipun harga fasilitas pariwisata yang ditawarkan sangat murah.
Di sisi yang lain, permintaan pariwisata sebagai mutual dari penawaran
menunjukkan fenomena yang seringkali berbeda dengan kondisi yang terjadi pada
pasar dalam pengertian umum tersebut. Banyak faktor yang turut mempengaruhi
wisatawan untuk mengadakan perjalanan wisata. Terlepas dari unsur-unsur pokok
15
gejala pariwisata yang menyangkut manusia, yang mempunyai waktu luang, kelebihan
pendapatan dan kemauan untuk melakukan perjalanan ternyata ada unsur-unsur lain
yang beberapa diantaranya bersifat rasional dan beberapa yang lain tidak masuk akal
(irasional). Dalam hal ini Gromy (2005) mencoba untuk menganalisis beberapa faktor
rasional sebagai suatu dorongan yang disadari bagi wisatawan untuk melakukan
perjalanan pariwisata tersebut antara lain: aset-aset wisata, pengorganisasian industri
pariwisata, fasilitas, sikap masyarakat tempat tujuan, kondisi demografi, situasi politik
dan keadaan geografis. Sedangkan faktor-faktor irasional terdiri atas lingkungan
perjalanan dan ikatan keluarga, tingkah laku, prestise, mode, perasaan keagamaan,
hubungan masyarakat dan promosi pariwisata. Dari hal ini dapat dilihat bahwa
permintaan pariwisata tidak menggambarkan sekelompok homogen orang-orang yang
sedang berusaha bepergian setelah terdorong oleh motivasi tertentu. Ada sekelompok
keinginan, kebutuhan, rasa kesukaan dan ketidak sukaan yang kadang berbaur dan
bertentangan dalam diri seseorang. Perbedaan struktur permintaan dalam pariwisata ini
tidak mengikuti pola sistematis yang didasarkan pada kebangsaan, kesukuan, tempat
tinggal, jabatan, susunan keluarga /tingkat sosial yang tidak bergantung kepada tingkat
umur atau jenis kelamin. Semua unsur yang beragam ini cenderung digunakan sebagai
batas /patokan agar tetap memberi arti segmentasi masyarakat yang merupakan
permintaan pasar potensial.
Sebuah Contoh, wisatawan yang berkunjung dan tinggal di objek dan daya tarik
wisata di suatu destinasi mereka akan memanjakan diri dengan memenuhi segala
keinginannya sesuai kemampuan mereka. Termasuk salah satunya adalah dengan
mencoba makanan/minuman lokal yang belum pernah mereka cicipi. Untuk pemenuhan
kebutuhan ini wisatawan biasanya langsung mencari restoran yang menjual makanan
tradisional. Kebutuhan semacam ini disebut dengan permintaan ( demand). Adanya
permintaan dari para wisatawan mancanegara itu secara otomatis akan adanya respon
dari para pelaku wisata di daerah tujuan untuk memenuhi segala kebutuhan
makanan/minuman yang diminta tersebut dan muncullah para penyedia
makanan/minuman tradisional (supplier).
16
Bali yang terkenal sebagai objek wisata, menyebabkan destinasi ini harus
bertindak sebagai penyedia fasilitas pariwisata yang dibutuhkan wisatawan
mancanegara yang berkunjung. Fasilitas tersebut termasuk restoran khas tradisional
yang mampu menarik minat wisatawan untuk mencoba menikmati kelezatan makanan
tradisional tersebut, tentu dengan pelayanan yang berstandar internasional, seperti
restoran-restoran yang berada di Kawasan Pariwisata Sanur. Penawaran dan
permintaan wisata oleh Wahab (2003) adalah :
1. Penawaran Pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh hotel kepada wisatawan
yang nyata maupun potensial. Penawaran pariwisata ditandai oleh tiga ciri khas utama
yaitu merupakan penawaran jasa-jasa yang ditawarkan bersikap kaku dalam arti sulit
mengubah sasaran penggunaandi luar pariwisata dan karena pariwisata belum
merupakan kebutuhan pokok manusia maka penawaran pariwisata harus bersaing ketat
dengan penawaran barang dan jasa lainnya.
2. Permintaan wisata ditandai dengan ciri-ciri khas tertentu, ada yang terpenting di
antaranya adalah sebagai berikut: (a) kekenyalan (elasticity), kekenyalan permintaan
wisata berarti seberapa jauh tingkat kelenturannya terhadap perubahan-perubahan
struktur harga atau perubahan-perubahan macam-macam ekonomi di pasar, (b)
kepekaan (sensitivity), permintaan wisata sangat peka terhadap keadaan sosial politik
dan terhadap perubahan mode perjalanan, (c) perluasan (expansion), meskipun terjadi
goncangan, namun permintaan terus meningkat, (d) musim (seasonality), ciri khas lain
dari permintaan wisata yang sangat mempengaruhi hari depan pariwisata yaitu musim
wisata atau padat dan senggangnya kunjungan wisatawan.
Menurut Wahab (1975) dan Yoeti (1996), beberapa karakteristik dari permintaan
pariwisata yaitu :
1. Elastisitas (elasticity)
Pada dasarnya, perjalanan wisata akan dilakukan jika kebutuhan rumah tangga
seseorang sudah terpenuhi sehingga pengeluaran yang dilakukan untuk perjalanan
wisata tersebut tidak akan mengganggu pengeluaran rumah tangga. Artinya

17
bahwapermintaan menunjukkan elastisitas langsung dengan besarnya pendapatan
(income) di satu pihak dan perjalanan di pihak lain.
2. Kepekaan (sensitivity)
Permintaan terhadap perjalanan wisata sangat peka atau sensitive terhadap
keadaan sosial, politik, dan keamanan negara/daerah yang akan dikunjungi. Hal ini
dilatar belakangi bahwa wisatawan merupakan orang-orang yang melakukan perjalanan
untuk mencari kesenangan.
3. Musim (seasonality)
Permintaan terhadap perjalanan wisata juga ditentukan oleh musim ramai (peak
season) dan musim sepi (off-season). Biasanya musim ramai terjadi pada hari-hari libur
seperti libur sekolah, Lebaran, Natal. Pada musim ramai permintaan terhadap
perjalanan wisata akan meningkat jika dibandingkan dengan hari biasa. Permintaan
juga dipengaruhi oleh keadaan iklim yang sedang terjadi di lokasi wisata. Banyak obyek
wisata yang bahkan mengandalkan daya tarik wisatanya berdasarkan keadaan iklim
wisata tersebut seperti suhu udara yang dingin, sinar matahari yang panas, dan lain-
lain.
4. Perluasan (expansion)
Permintaan terhadap perjalanan wisata cenderung mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun meskipun terjadi hambatan akibat ketidak seimbangan antara
penyediaan dan permintaan. Kecenderungan ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain : (a) Kemajuan teknologi transportasi khususnya teknologi penerbangan; (b)
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi; (c) Meningkatnya kegiatan ekonomi di
negara-negara asal wisatawan; (d) Bertambahnya waktu luang (leave time) atau
semakin singkatnya waktu kerja (working hours); (e) Meningkatnya kesadaran
masyarakat negara-negara industri terhadap lingkungan; (f) Semakin padatnya
penduduk kota-kota metropolitan; (g) Meningkatnya pemilikan kendaraan pribadi.
Berbeda dengan permintaan terhadap barang dan jasa pada umumnya,
permintaan industri pariwisata memiliki karakter sendiri, beberapa ciri atau karakter
permintaan pariwisata menurut Yoeti (2008):
18
1. Sangat dipengaruhi oleh musim; 2. Terpusat pada tempat-tempat tertentu; 3.
Tergantung pada besar kecilnya pendapatan; 4. Bersaing dengan permintaan akan
barang-barang mewah; 5. Tergantung tersedianya waktu senggang; 6. Tergantung
teknologi transportasi; 7. Size of family (jumlah orang dalam keluarga); 8. Aksesibilitas

Jenis Wisatawan/Tourist Demand

Ada 12 jenis wisatawan / tourism demand yaitu family, hedonistic, back packer,
visiting friends and relatives, excursionist, educational tourist, religious tourist, snow
bird, ethnic minority, disable tourist, social tourist dan short break market.

1. Family
Family tourist atau keluarga wisatawan dapat terbagi atas keluarga kecil yang
terdiri dari orang tua dan anak, maupun keluarga besar yang terdiri dari orang tua,
anak, paman, bibi, kakek, nenek, dan yang lainnya. Wisatawan ini umumnya melakukan
perjalanan pada waktu liburan sehingga mereka benar-benar ingin menikmati
liburannya itu di suatu tempat yang mereka inginkan.

Dampak Positif :

a. Memberikan keuntungan ekonomi secara langsung kepada hotel dan restaurant.


Wisatawan jenis ini umumnya memerlukan kamar yang besar dan makanan yang
lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dirasakan oleh pedagang-
pedagang di pasar karena permintaan terhadap barang/bahan makanan akan
bertambah.

b. Wisatawan jenis ini umumnya menggunakan travel agent untuk mengatur jadwal
perjalanannya. Hal ini akan meningkatkan keuntungan travel agent tersebut,
semakin banyak pula membutuhkan tenaga kerja sehingga secara tidak langsung
dapat mengurangi pengangguran.

c. Anak-anak biasanya menyukai tempat-tempat dan atraksi wisata, khususnya


yang berjenis man-made, seperti waterboom, taman bermain, dan sebagainya

19
sehingga tempat-tempat tersebut dapat berkembang dan memperoleh
keuntungan.

d. Memberikan keuntungan kepada perajin dan penjual souvernir atau oleh-oleh


karena wisatawan jenis ini biasanya akan membeli kenang-kenangan untuk
dirinya dan kerabatnya.

Dampak Negatif :
a. Anak-anak biasanya suka bermain-main hingga merusak fasilitas-fasilitas yang
ada, seperti di hotel, objek wisata, dan sebagainya.

b. Agak sulit untuk mengelola atau mengatur jadwal tourist family ini karena anak-
anaknya biasanya rewel dan dapat merusak atau membatalkan jadwal yang
telah direncanakan.

2. Hedonistic
Hedonistic adalah wisatawan yang menginginkan kebebasan, kebebasan yang
tidak bisa mereka dapatkan di Negara asalnya, misalnya drugs, sex, drunk, dan
sebagainya. Wisatawan jenis ini umumnya dari kalangan berusia muda dan menyukai
kehidupan malam.

Dampak Positif :

a. Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant.

b. Memberikan keuntungan kepada rental mobil atau motor karena wisatawan ini
tidak suka di atur dan ingin bebas pergi kemanapun ia inginkan.

c. Memberikan keuntungan kepada bar, night club, dan tempat-tempat night life
lainnya.

Dampak Negatif :

a. Dapat memberikan pengaruh buruk terhadap budaya lokal, khususnya remaja.


Karena remaja masih sangat labil dan mudah meniru prilaku-prilaku buruk yang

20
dibawa tourist hedonistic ini seperti budaya minum-minuman keras, pakaian
seksi, merokok, dugem, drugs, dan lain-lain.

b. Prostitusi semakin meningkat karena adanya permintaan dari tourist-tourist


hedonistic.

c. Muncul dan berkembangnya barang-barang illegal seperti obat-obatan terlarang.

d. Wisatawan ini seringkali merusak fasilitas-fasilitas umum dan menyebabkan


polusi terhadap lingkungan.

3. Back Packer
Back Packer adalah jenis wisatawan yang melakukan aktivitas pariwisata dengan
dana terbatas. Oleh karena itu, wisatawan ini biasanya menggunakan fasilitas-fasilitas
berstandar lokal. Ciri khas wisatawan ini adalah biasanya menggendong tas ransel di
punggungnya.

Dampak Positif :

a. Memberikan keuntungan kepada penginapan-penginapan dan makanan


berstandar lokal, seperti motel atau bungalow.

b. Wisatawan jenis ini peduli dan ramah lingkungan karena mereka lebih sering
melakukan perjalanan dengan berjalan kaki atau dengan sepeda gayung.

c. Wisatawan jenis ini mudah berinteraksi dengan masyarakat sekitar sehingga


dapat terjadi akulturasi budaya misalnya bahasa, cara mereka mengelola waktu,
dan sebagainya.

Dampak Negatif :

a. Tidak banyak memberikan devisa bagi Negara, karena wisatawan ini sangat
hemat dalam berbelanja dan hanya mengeluarkan uang untuk hal-hal yang
penting saja.

21
b. Wisatawan ini juga perlu diwaspadai karena bisa saja mereka melakukan
tindakan mencuri karena keadaan ekonomi mereka sangat pas-pasan.

4. Visiting Friends and Relatives


Visiting friends and relatives adalah jenis wisatawan yang mempunyai tujuan
tertentu, yaitu mengunjungi teman dan kerabatnya. Wisatawan jenis ini biasanya
dikelola oleh teman maupun kerabatnya sendiri, mulai dari tempat tinggal, makan,
hingga transportasi.

Dampak Positif :

a. Wisatawan jenis ini tetap menguntungkan objek wisata dan atraksi-atraksi wisata
karena mereka pasti akan diajak oleh kerabatnya untuk menikmati waktunya di
tempat tersebut.

b. Memberikan keuntungan kepada perajin dan penjual souvernir atau oleh-oleh


karena wisatawan jenis ini biasanya akan membeli kenang-kenangan untuk
keluarganya.

Dampak Negatif :

a. Tidak banyak memberikan devisa bagi Negara, karena segala sesuatunya


biasanya disediakan oleh teman atau kerabatnya tersebut seperti akomodasi,
makanan, transportasi, dan sebagainya.

5. Excursionist
Excursionist adalah wisatawan yang mengunjungi suatu tempat dalam waktu
yang kurang dari 24 jam. Yang termasuk wisatawan jenis ini misalnya penumpang
kapal pesiar yang singgah ke suatu daerah.

Dampak Positif :

a. Hanya menguntungkan pusat perbelanjaan dan restaurant, karena wisatawan


hanya mempunyai sedikit waktu untuk menikmati tempat tujuan atau
persinggahannya.

22
b. Menguntungkan perajin dan penjual souvernir atau oleh-oleh karena wisatawan
ini biasanya pasti menyempatkan diri untuk membeli souvernir khas daerah yang
dikunjungi/disinggahinya.

Dampak Negatif :

a. Tidak menguntungkan akomodasi, transportasi, dan tempat-tempat wisata


karena wisatawan ini tidak mempunyai banyak waktu untuk menikmati
kunjungannya karena mereka hanya sekedar berkunjung atau singgah di tempat
tersebut.

6. Educational Tourist
Educational tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan
pendidikan, misalnya untuk belajar maupun studi banding di suatu sekolah atau
universitas.

Dampak Positif :

a. Memberikan keuntungan ekonomi kepada fasilitas-fasilitas berstandar lokal,


seperti boarding house (kos-kosan) dan tempat makan lokal.

b. Dapat menyebabkan terjadinya pertukaran pikiran dan pertukaran kebudayaan


(akulturasi budaya) misalnya dalam bahasa, teknologi, pola pikir, dsb.

c. Dapat mengembangkan suatu sekolah atau universitas yang dipilih sehingga


dapat meningkatkan gengsi dan akreditas sekolah tersebut.

d. Sebagai sarana politik dalam membina hubungan yang baik antar Negara
penerima educational tourist dengan Negara pengirim Educational tourist.

Dampak Negatif :

a. Tidak begitu menguntungkan dalam bidang ekonomi karena wisatawan jenis ini
lebih memilih menggunakan fasilitas-fasilitas lokal ketimbang memilih fasilitas
mewah dan modern.

23
b. Wisatawan ini juga bisa saja memberikan pengaruh yang buruk terhadap
kebudayaan lokal, seperti mengajarkan temannya untuk minum-minuman keras,
free sex, merokok, dan sebagainya.

7. Religious Tourist
Religious Tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan suci ke tempat-
tempat yang berhubungan dengan agama, misalnya kegiatan naik haji, tirta yatra, dan
lain sebagainya.

Dampak Positif :

a. Menguntungkan akomodasi, restaurant, transportasi, travel agent (sesuai dengan


ekonomi mereka.)

b. Dapat membantu mengembangkan daerah-daerah yang mempunyai tempat


ibadah atau kawasan religious.

c. Dapat mengadakan pertukaran kebudayaan dan penyebarkan ajaran agama.

d. Wisatawan jenis ini juga pasti membeli oleh-oleh atau souvenir khas daerah
setempat, hal ini menguntungkan penjual atau perajin oleh-oleh atau souvenir.

Dampak Negatif :

a. Wisatawan jenis ini juga terkadang perlu diwaspadai karena mereka bisa saja
menyebarkan ajaran-ajaran atau aliran sesat kepada penduduk lokal.

8. Snowbird
Snowbird adalah jenis wisatawan dari Negara yang bermusim dingin yang
melakukan perjalanan ke daerah-daerah tropis.

Dampak Positif :

a. Menguntungkan ekonomi Negara yang beriklim tropis karena pasti akan banyak
wisatawan dari Negara yang sedang mengalami musim dingin berdatangan dan
menikmati liburannya

24
b. Memberikan keuntungan kepada hotel, travel agent, dan restaurant, perajin atau
penjual souvenir sebagai penyedia barang dan jasa, baik berupa akomodasi,
transportasi, maupun penyedia makanan dan minuman.

c. Memberikan keuntungan kepada tempat-tempat dan atraksi wisata terutama


yang berhubungan langsung dengan matahari, seperti pantai, waterboom, dan
sebagainya.

Dampak Negatif :

a. Daerah-daerah dingin biasanya lebih sepi dan kurang diuntungkan karena


wisatawan jenis ini umumnya menyukai matahari dan ingin menikmati panas
karena di negaranya sedang mengalami musim dingin.

9. Ethnic Minority
Dampak Positif :

a. Memberikan keuntungan kepada hotel, restaurant, dan travel agent.

b. Memberikan keuntungan pada museum-museum, dan tempat-tempat bersejarah


lainnya.

Dampak Negatif :

a. Tidak begitu menguntungkan dalam bidang ekonomi karena wisatawan jenis ini
lebih memilih menggunakan fasilitas-fasilitas lokal ketimbang memilih fasilitas
mewah dan modern.

10. Disable Tourist


Disable tourist adalah jenis wisatawan yang mempunyai kekurangan fisik atau
cacat.

Dampak Positif :

a. Memberikan keuntungan ekonomi secara langsung kepada hotel, restaurant dan


travel agent. Wisatawan jenis ini memerlukan pengelolaan yang baik dari travel

25
agent, dengan begitu walaupun ia mempunyai ketidakmampuan (cacat) namun
ia tetap dapat menikmati wisatanya di daerah yang dituju.

b. Memberikan keuntungan kepada tourist attraction terutama yang bersifat natural


karena wisatawan jenis ini lebih merasa nyaman berada di daerah yang memiliki
keindahan alam.

Dampak Negatif :

a. Pengelolaan wisatawan jenis ini lebih sulit dibandingkan dengan wisatawan


lainnya karena kita harus ekstra waspada dan membuat jadwal yang sesuai
dengan fisiknya.

11. Social Tourist


Social tourist adalah jenis wisatawan yang melakukan perjalanan bukan untuk
berlibur, melainkan mencari sponsor di suatu Negara.

Dampak Positif :

a. Memberikan keuntungan kepada hotel/motel sebagai tempat peristirahatan para


social tourist.

b. Dapat menciptakan hubungan yang baik antara Negara pengirim wisatawan dan
Negara penerima wisatawan sehingga dapat tercipta suasana tolong menolong
antar negara.

Dampak Negatif :

a. Wisatawan jenis ini tidak banyak memberikan devisa bagi Negara, karena
tujuannya bukan berlibur, melainkan melakukan aksi social atau mencari sponsor
di suatu Negara untuk tujuan tertentu.

12. Short Break Market


Short Break Market adalah jenis wisatawan yang mengunjungi suatu daerah
dalam kurun waktu satu sampai tiga hari. Biasanya wisatawan ini mengunjungi ke satu
Negara dengan banyak daerah wisata.
26
Dampak Positif :

a. Memberikan keuntungan kepada hotel/motel sebagai tempat peristirahatan para


short break market tourist, biasanya satu hingga tiga hari.

b. Memberikan keuntungan pada rental transportasi (mobil, motor) karena


wisatawan jenis ini biasanya tidak menggunakan travel agent dalam berwisata.
Beberapa wisatawan juga menggunakan angkutan umum sebagai sarana
transportasinya.

c. Wisatawan jenis ini biasanya berkunjung ke tempat-tempat atraksi wisata yang


sudah terkenal. Wisatawan ini juga senang berwisata kuliner di daerah yang
dikunjunginya dan membeli beberapa cendera mata khas sehingga hal ini sangat
menguntungkan dalam bidang ekonomi, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Dampak Negatif :

a. Wisatawan jenis ini tidak mempunyai waktu yang lama dalam berkunjung,
biasanya antara sehari hingga tiga hari saja. Oleh karena itu, kita harus mampu
mengelola wisatawan ini dengan baik dan mengusahakan agar ia merasa puas
dan menikmati kunjungannya sehingga ia akan kembali ke tempat itu
dikemudian hari.

Hubungan Antara Demand Dan Supply

Demand adalah seserang yang melakukan pariwisata ke suatu tempat


sedangkan supply adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh negara penerima wisatawan
(tourist receiving country). Pariwisata hanya dapat terbentuk jika kedua hal itu sudah
terpenuhi. Kedua hal tersebut sangat mempengaruhi satu dengan yang lainnya, jika di
suatu Negara tidak ada supply maka otomatis tidak akan ada demand yang berkunjung
ke Negara tersebut. Begitu pula jika di suatu Negara tidak ada demand, maka supply
yang dimilikinya tidak akan berkembang.

27
Ada lima jenis supply yaitu tourist attraction, accessibility, amenities, ancillaries,
dan community involvement. Adapun hubungan masing-masing supply dengan demand
dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Hubungan Demand dengan Tourist Attraction


Tourist attraction sangat mempengaruhi demand atau jumlah wisatawan yang
berkunjung ke suatu destinasi pariwisata. Semakin bagus tourist attraction-nya,
semakin banyak demand yang akan mengunjunginya sehingga tourist attraction itu
akan semakin berkembang. Tourist attraction ada yang bersifat natural dan ada pula
yang bersifat kultural. Hal ini sangat menarik perhatian wisatawan, semakin khas dan
menarik sebuah tourist attraction akan semakin banyak pula wisatawan yang ingin
melihat atau mengunjunginya. Seiring dengan permintaan demand, maka
berkembanglah man-made tourist attraction atau tourist attraction buatan manusia,
misalnya taman bermain, dan sebagainya. Dari penjelasan tersebut, maka dapat kita
simpulkan bahwa demand sangat mempengaruhi tourist attraction, begitu juga
sebaliknya.

2. Hubungan Demand dengan Accessibility


Accessibility merupakan suatu hal vital yang sangat mempengaruhi kunjungan
demand. Jika di suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas yang mencukupi, seperti
airport, pelabuhan dan jalan raya maka tidak akan ada demand yang mengunjungi
daerah tersebut. Demand pulalah yang mempengaruhi perkembangan accessibility di
suatu daerah. Jika suatu daerah memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan
aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi deman atau
wisatawan.

3. Hubungan Demand dengan Amenities


Amenities merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam pariwisata. Amenities
ini adalah fasilitas-fasilitas seperti hotel, transportasi, restaurant, spa, dan yang lainnya.
Jika di suatu daerah tidak terdapat amenities yang mencukupi, maka demand tidak
akan betah berkunjung di tempat tersebut. Amenities ini sangat dipengaruhi oleh
28
permintaan dan harapan konsumen, contohnya spa. Dewasa ini spa sudah menjadi
kebutuhan demand. Oleh karena itu, hampir semua hotel kini menyediakan fasilitas
spa. Fasilitas-fasilitas inilah yang menyebabkan demand merasa betah dan nyaman
berada di suatu destinasi pariwisata. Jika amenitiesnya tidak berkualitas dan
mencukupi, maka demand tidak akan tertarik untuk mengunjungi daerah tersebut.
Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada demand maka amenities pun tidak akan
berkembang karena tidak ada pemasukan atau keuntungan.

4. Hubungan Demand dengan Ancillaries


Ancillaries adalah hal-hal kecil atau pendukung, misalnya warung-warung kecil
dan tourist information centre. Adanya hal-hal pendukung ini disebabkan oleh demand
yang berkunjung ke suatu tempat karena hal-hal tersebut dibutuhkan oleh demand dan
dirasa dapat menghasilkan keuntungan. Contohnya, di suatu kawasan pariwisata
terdapat pedagang-pedagang asongan yang menjual makanan, minuman, maupun
souvenir. Hal itu merupakan inisiatif pedagang yang timbul karena adanya demand
yang ingin membeli barang dagangannya. Disisi lain, ancillaries ini juga dibutuhkan oleh
para wisatawan yang menginginkan kemudahan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa ancillaries ini timbul karena adanya permintaan dari demand.

5. Hubungan Demand dengan Community Involvement


Community involvement adalah keterlibatan atau dukungan masyarakat dalam
kegiatan pariwisata. Community involvement ini sangat mempengaruhi kunjungan
demand. Masyarakat harus dapat mendukung jalannya kegiatan pariwisata ini. Jika
masyarakat tidak mendukung atau melakukan tindakan-tindakan anarkis seperti
pencurian, perampokan, pengeboman, pembunuhan, maka demand tidak akan berani
mengunjungi daerah tersebut. Sebaliknya, jika masyarakat bersikap baik dan ramah
terhadap tamu, maka wisatawan akan betah tinggal di daerah tersebut

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa supply sangat berpengaruh


terhadap demand dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan
suatu daerah pariwisata, harus tersedia supply dan demand yang mencukupi. Dengan
29
adanya supply yang berkualitas dan menarik maka akan banyak wisatawan yang
tertarik mengunjungi daerah tersebut. Demand pulalah yang memberikan pemasukan
atau keuntungan agar supply dapat terus berkembang.

Analisis Kesesuaian Permintaan (Demand) Wisatawan dan Penawaran


(Supply) Obyek Wisata.
Analisis Kesesuaian Permintaan (demand) Wisatawan dan Penawaran (supply)
Obyek Wisata pengembangan atraksi wisata hakekatnya menekankan pada analisis
terhadap kondisi pemuasan (satisfying) antara kebutuhan/permintaan (demand)
dengan penyediaan/penawaran (supply) Perencanaan dan pengembangan kegiatan
wisata pada suatu wilayah memang perlu mengusahakan keterpaduan antar dua
komponen utama pengembangan yaitu sisi permintaan (demand side) dan sisi
penawaran (supply side). Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan yang
sangat mendasar, karena pada hakekatnya perencanaan dan pengembangan suatu
obyek dan daya tarik wisata tidak lain ditujukkan untuk menarik kunjungan wisatawan
ke suatu obyek. Sehingga pengembangan yang akan dilakukan harus memperhatikan
dan mendasarkan pada kajian terhadap kesesuaian antara karakteristik sisi penawaran
Obyek wisata dengan karakteristik sisi permintaan pengunjung. Kesesuaian antara
Permintaan (demand) dan Penawaran (supply) akan berdampak pada kepuasan
wisatawan yang pada akhirnya mampu menciptakan nilai jual dan meningkatkan daya
saing obyek wisata (Cravens, 1997). Oleh karena itu pendekatan pengembangan tidak
bisa hanya berangkat dari sisi produk atau sisi penawaran saja (product driven),
sehingga dengan pendekatan ini produk yang dikembalikan akan dapat diterima dan
diapresiasi oleh pasarwisatawan.
Suatu Daya Tarik Wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus
memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, menurut Maryani (1991)
syarat-syarat tersebut adalah :

30
1. What to see
Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda dengan
yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik
khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What
to see meliputi pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan atraksi wisata.
2. What to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus
disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama
ditempat itu.
3. What to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang
souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal.
4. What to arrived
Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunungi daya tarik
wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba ketempat
tujuan wisata tersebut.
5. What to stay
Bagaimana wisatawan akan tingggal untuk sementara selama berlibur.
Diperlukan penginapan-penginapan, baik hotel berbintang atau hotel non berbintang.
Selain itu pada umunya daya tarik wisata suatu objek wisata berdasarkan atas : (a)
Adanya sunber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih;
(b) Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya; (c) Adanya ciri
khusus atau spesifikasi yang bersifat langka; (d) Adanya sarana dan prasarana
penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir, (e) Punya daya tarik tinggi
karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai
luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

31
Pasar Industri Pariwisata Di Indonesia

Di dalam Spillane (1987), disebutkan bahwa pasar industri pariwisata di


Indonesia setidaknya bisa diidentifikasi dengan 3 faktor utama yaitu susunan pasar
menurut penghasilan konsumen, pemasaran, dan fasilitas angkutan, pelayanan, dan
pola perjananan.
1. Penghasilan konsumen
Spillane (1987) menyatakan bahwa wisatawan yang datang ke Indonesia bisa
dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) Wisatawan internasional pengeluaran tinggi; (b)
Wisatawan internasional pengeluaran rendah, (c) Wisatawan domestik
Menurutnya, wisatawan domestik dan kelas rendah menggunakan fasilitas-
fasilitas yang ditijukan untuk rakyat. Mereka bepergian memakai angkutan,
ppenginapan, dan makan di restoran-restoran yang lebih murah dibandingkan
imbangan mereka yang jauh lebih mewah sehingga keuntungan terhadap neraca
pembayaran dan akibat yang berganda sangat minimum.Namun kalau diukur pengaruh
perkapita turis domestic dan kelas rendah mungkin sekali mempunyai suatu akibat
ekonomis yang lebih kuat daripada kelas tinggi.Oleh karenanya, menurut dia pengaruh
ekonomi kelas rendah dan domestic mungkin sekali lebih luas dan dirasakan langsung.
2. Pemasaran
Menurut H.F Stanley, seorang PATA Konsultan dalam Spillane (1987) marketing
mix (paduan pemasaran), sebuah strategi operasi untuk mempertemukan penawaran
dan permintaan, memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a. Product mix
Konsumen atau pengunjung memerlukan jenis-jenis jasa objek wisata dan sarana
wisata tertentu seperti hotel, rumah makan, resort, sarana olahraga, sarana untuk
keperluan studi, atraksi budaya, kerajinan dan lain-lain.Hal terpenting dari
pengolahan produk ini adalah pemeliharaan lingkungan alam dan peninggalan
sejarah.

32
b. Distribution mix
Hal ini mencakup proses pengangkutan seorang wisatawan hingga sampi ke tempat
wisata.
c. Communication mix
Konsumen atau turis harus diberitahu, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar
mau mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Hal ini bias dilakukan dengan cara
sales promotion, image promotion, pendidikan, latihan, atau penyukuhan, dan
pemberian jasa penerangan pariwisata (buku-buku, dll).
d. Service mix
Hal ini merupakan kebijakan instansi-instansi pemerintah termasuk pejabat pabean,
pejabat imigrasi, pejabat kesehatan, polisi, dan sebagainya untuk menunjang usaha
menarik wisatawan.
3. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal penting untuk keberhasilan pengembangan pariwisata.
Fasilitas itu melingkupi:
a. Fasilitas angkutan
Meliputi angkutan udara, jalan raya, dan laut.
b. Akomodasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait akomodasi adalah: (a) Nama dan lokasi; (b)
Jenis dan kamar tiap bangunan (c) Fasilitas yang diberikan (misalnya restoran,
kolam renang); (d) Tarip kamar; (e) Jumlah tamu (occupancy rate) per bulan; (f)
Jumlah karyawan menurut jenis tingkat gaji dan pendidikan, (g) Masalah-masalah
yang ada di hotel, (h) Rencana untuk membangun/mengembangkan tempat
akomodasi yang baru; (i) Sumber-sumber informasi mengenai hal tersebut
c. Pelayanan sosial
Pelayanan social meliputi (a) Keamanan (polisi); (b) Pemadam kebakaran; (c)
Pelayanan kesehatan (rumah sakit dsb)

33
d. Pelayanan umum
Pelayanan umum yang dimaksud disini adalah persediaan, tenaga listrik,
pembuangan air, telepon, radio, telebisi, bahan bakar untuk memasak dll. Hal-hal
yang harus diperhatikan adalah: (a) Kapasitas dan kualitas system yang ada; (b)
Penilaian terhadap sumber-sumber air (untuk membagun system baru); (c) Sistem
pembangunan saluran air; (d) Tenaga listrik; (e) komunikasi

Bahan Bacaan

Arifta Budi, (2013). Analisis Permintaan Obyek Wisata Masjid Agung Semarang
(Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Skripsi
Gunn, C.A. (1994). Tourism Planning (3rd ed.) New York: Taylor and Francis
Hariyono (2012) Pariwisata dalam Wacana Otonomi Daerah, PB4P.
http://pesona4rejanglebong.blogspot.co.id/2012/03/pariwisata-dalam-wacana-
otonomi-daerah.html.
Oka. A. Yoeti. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata , cetakan kedua. PT.
Pradnya Paramita .
Pertiwi, PR (2011) Perencanaan Dan Pengembangan Kawasan Pariwisata
(Negeri Khayal)
http://www.academia.edu/7967768/Tourism_Planning_and_Development_PERE
NCANAAN_and_PENGEMBANGAN_KAWASAN_PARIWISATA_NEGERI_KHAYAL_
Rai Utama, IGB (2007). Penawaran dan Permintaan Agrowisata. Agrowisata sebagai
pariwisata alternative di Indonesia
https://tourismbali.wordpress.com/2013/03/10/penawaran-dan-permintaan-
agrowisata-2/
Ramadan, G (2012) Wisata dan Ekowisata. http://gibran-de-
leonardo.blogspot.co.id/2012/09/wisata-dan-ekowisata.html

34

Anda mungkin juga menyukai