OLEH KELOMPOK 7 :
2020
POKOK BAHASAN VII
Daerah Tujuan Wisata
1. KARAKTERISTIK DAERAH TUJUAN WISATA
Tujuan wisata merupakan suatu keseluruhan atraksi, yaitu semua yang menjadi daya tarik
wisatawan datang ke daerah tujuan wisata. Atraksi disini meliputi atraksi alam, atraksi budaya,
atraksi sosial, dan atraksi buatan. Menurut Warpani (2007). Daerah Tujuan Wisata yang ideal
harus memiliki daya tarik wisata yang menarik, mempunyai ketersediaan infrastruktur yang
memadai, dan menawarkan pengalaman yang berkesan sehingga merangsang wisatawan untuk
melakukan kunjungan ulang.
Karakteristik objek wisata adalah karaktersitik spesifik dari segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU no 9 tahun 1990).
Daerah tujuan wisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang merupakan satu paket
yang satu sama lain tidak terpisah. Mereka berpendapat ada tiga unsur yang membentuk, yaitu:
1) Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang unik pada daerah-daerah tertentu
yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
2) Fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan pada tempat tujuan wisata mencakup
sarana pokok, sarana pelengkap, dan sarana penunjang kepariwisataan.
3) Aksesibilitas adalah keterjangkauan yang menghubungkan negara asal wisatawan (tourist
generating countries) dengan daerah tujuan wisata (tourist destination area) serta
keterjangkauan di tempat tujuan ke objek-objek pariwisata (local transportation).
Produk dari usaha pariwisata adalah segala barang dan layanan jasa yang dibutuhkan oleh
wisatawan sejak berangkat meninggalkan tempat kediamannnya, sampai ia kembali ke tempat
tinggalnya. Sebagian besar produk usaha pariwisata adalah jasa atau layanan, sehingga memiliki
karakteristik yang berbeda dengan produk yang dihasilkan oleh industri yang menghasilkan
barang. Secara garis besar karakteristik produk usaha pariwisata adalah:
1) Produk wisata dalam arti luas yang bersifat intangible.
2) Tidak dapat dipindahkan, oleh karena itu penjualannya tidak mungkin produk itu sendiri
dibawa dan ditunjukkan kepada konsumen, sebalinya pengunjung harus datang langsung
ke tempat dimana produk wisata dihasilkan. Dalam industri barang biasa, hasil atau
produknya dapat dipindahkan kemana barang itu dibutuhkan atau diinginkan konsumen.
3) Proses produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu peranan
perantara tidak diperlukan. Satu-satunya perantara yang merupakan saluran
(channel) dalam penjualan jasa industri pariwisata
4) Tidak dapat disimpan atau ditimbun untuk diakumulasikan seperti pada usaha yang
menghasilkan barang dimana penimbunan merupakan kebiasaan untuk meningkatkan
permintaan.
5) Hasil atau produk industri pariwisata bersifat sangat subjektif, tidak mempunyai standar
baku yang objektif seperti halnya dengan industri barang lainnya yang mempunyai
ukuran panjang, lebar, tinggi dan ukuran lainnya. Dalam industri pariwisata hanya
menggunakan patokan bagus, jelek atau puas tidaknya wisatawan yang diberikan
pelayanan.
6) Permintaan terhadap produk sangat tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
non ekonomis. Terjadinya kekacauan, peperangan, bencana alam akan menyebabkan
permintaan terhadap produk menhgalami penurunan yang signifikan. Akan tetapi, bila
masa liburan dengan musim yang normal dan penuh dengan daya tarik maka akan
meningkatkan permintaan.
7) Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang akan dibeli. Calon
wisatawan hanya dapat melihat dari internet, brosur, majalah, slide, TV atau film yang
dibuat khusus untuk itu.
8) Kualitas produk sangat bergantung pada tenaga manusia yang tidak dapat digantikan
dengan mesin.
Dalam menunjang daerah tujuan wisata agar dapat dikunjungi oleh wisatawan dengan nyaman
dan aman, sebaiknya infrastruktur pariwisata juga harus diperhatikan. Berikut merupakan
infrastruktur pariwisata ideal yang dapat menunjang wisatawan ingin berkunjung ke suatu daerah
wisata.
1) Fasilitas penginapan
2) Fasilitas amenitas
3) Tempat makan
4) Tempat parker
5) Kantor pusat informasi dan pelayanan, pos keamanan
6) Pusat oleh oleh
7) Penyediaan air bersih
8) Jaringan listrik
9) Tempat sampah
10) Kondisi jalan
11) Rambu petunjuk jalan dan arah
12) Moda transportasi
Dalam melakukan aktivitas wisatanya, terdapat 4 tujuan yang hendak dicapai/didapatkan oleh
wisatawan
1) Something to see, adalah di daerah tujuan wisata terdapat daya tarik khusus disamping
atraksi wisata yang menjadi interestnya.
2) Something to do, adalah bahwa selain banyak yang dapat disaksikan, harus terdapat
fasilitas rekreasi yang membuat wisatawan betah tinggal di objek itu.
3) Something to buy, adalah bahwa di tempat wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja
souvenir atau hasil kerajinan untuk oleh-oleh.
4) Something to know, adalah bahwa objek wisata selain memberikan ketiga hal diatas, juga
dapat memberi nilai edukasi bagi wisatawan.
Sumber:
dimodifikasi dari Gunn (2002)
Gambar 1. Sistem kepariwisataan Gunn (1972)-dimensi ekonomi
Berbeda dengan Gunn, Leiper (1981 dalam Getz 1986) mengidentifikasi lima komponen
dalam sistem kepariwisataan, yaitu wisatawan, daerah tempat tinggal wisatawan, jalur transit,
destinasi pariwisata, dan industri pariwisata. Leiper juga mengemukakan bahwa pariwisata
terjadi jika satu saja dari komponen-komponen tersebut ada dalam suatu proses yang saling
terkait (Leiper dalam Pratiwi 2010). Sistem kepariwisataan Leiper dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Sumber: Leiper dalam Pratiwi 2010
Gambar 2. Sistem kepariwisataan Leiper (1981)-dimensi spasial
Model Mill & Morrison menjelaskan bahwa pemasaran menjual destinasi kepada
pasar/wisatawan, sementara travel mengantarkan pasar ke destinasi pariwisata. Seluruh
komponen tersebut harus dipahami, direncanakan, dan dikelola dengan baik sehingga dapat
membangun sistem kepariwisataan yang positif dan memberikan manfaat yang optimal bagi
destinasi dan masyarakatnya.
Model sistem kepariwisataan lain yang terkait dengan proses perencanaan/pengelolaan
dikembangkan juga oleh Cornelissen pada tahun 2005 yang merupakan pengembangan dari
pemikiran Britton (1991) tentang sistem produk pariwisata. Cornelissen menamakan modelnya
sebagai The Global Tourism System (Cornelissen 2005).
Cornelissen mengemukakan bahwa pariwisata global memerlukan pasar yang
berbeda/spesifik didasarkan pada pertukaran antara produsen dan konsumen pariwisata. Pada sisi
permintaan (demand), hal tersebut terdiri dari kelompok-kelompok sosial dengan karakteristik
sosial ekonomi dan sosial budaya, minat, kebutuhan, dan keinginan tertentu. Pada sisi sediaan
(supply) terdiri dari produsen-produsen yang berinteraksi, inovasi, dan bersaing. Keterkaitan
antara produsen dimonitor dan diatur oleh lembaga-lembaga yang mengatur perkembangan/
berjalannya pariwisata (Cornelissen 2005).
Model di atas menjelaskan bahwa sistem kepariwisataan terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu permintaan, sediaan, dan perantara. Komponen permintaan dan sediaan sudah
dijelaskan dengan rinci sebelumnya. Komponen perantara terdiri dari elemen-elemen yang
menghubungkan antara permintaan dengan sediaan, yang mengantarkan pasar pariwisata untuk
memenuhi keinginan/preferensi dan kebutuhannya terhadap sediaan pariwisata di destinasi
pariwisata yang ditujunya. Seperti juga yang dijelaskan oleh Gunn (2002), kinerja sistem
kepariwisataan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, antara lain kebijakan pemerintah,
kondisi keuangan/ekonomi, kondisi alam dan budaya, masyarakat, kewirausahaan, dan
kompetisi.
1) Attraction (daya tarik); daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik
wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat
dan budayanya.
2) Accesable (transportasi); accesable dimaksudkan agar wisatawan domestik dan
mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata
3) Amenities (fasilitas); amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata
agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW.
4) Ancillary (kelembagaan); adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering
mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan
keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi.
Selanjutnya Smith (1988) dalam Pitana (2005) mengklasifikasikan berbagai barang dan jasa
yang harus disediakan oleh daerah tujuan wisata menjadi enam kelompok besar, yaitu:
1) Transportation,
2) Travel services,
3) Accommodation,
4) Food services,
5) Activities and attractions (recreation culture/entertainment)
6) Retail goods.
5. MOTIVASI BERWISATA
Menurut (Sharpley, 1994 dan Wahab, 1975; Pitana, 2005) bahwa: Motivasi merupakan
hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi
merupakan “Trigger” dari proses perjalanan wisata, walau motivasi ini seringkali tidak disadari
secara penuh oleh wisatawan itu sendiri.
Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-
motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:
1) Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis,
anata lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga, bersantai dan sebagainya.
2) Cultural motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian
daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya.
3) Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti
mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang
dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang
membosankan dan seterusnya.
4) Fantasy motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas
dari rutinitas keseharian yang menjenuhkan dan dapat memberikan kepuasan psikologis
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Yani.2015. Sistem Kepariwisataan : Berbagai Sudut Pandang. Diakses 20 Maret 2018
dari http://tentangpariwisata.blogspot.co.id/2015/05/sistem-kepariwisataan-berbagai-
sudut.html.
Bahar, Herman.2004.Kepariwisataan :Sebuah Tinjauan Dimensi Keilmuan. Diakses 20 Maret
2018 dari http://turisindon.tripod.com/prod03.htm.
Nurhidayati, Sri Endah.2011.Sistem Pariwisata. Diakses 20 Maret 2018 dari http://pariwisata-
endah.blogspot.co.id/2011/10/sistem-pariwisata.html.
https://caretourism.wordpress.com/2014/09/26/implikasi-penetapan-sasaran-20-juta-wisman-
2019/#more-865 | Rabu, 21 Maret 2018
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/article/viewFile/5709/5569| Rabu, 21 Maret 2018
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_PARIWISATA/Aspek_Permintaan_
%26_Penawaran_Par.pdf | Rabu, 21 Maret 2018
http://tugaspariwisata.blogspot.co.id/2010/06/permintaan-dan-penawaran-pariwisata.html | Rabu,
21 Maret 2018
http://www.wisindo.com/id/content/destinasi-pariwisata | Rabu, 21 Maret 2018
https://id.scribd.com/document/380790929/Bispar-Kelompok-VI