Anda di halaman 1dari 6

2.

3 Konsep Pariwisata Cerdas

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks yang mempunyai karakteristik
multi-dimensional atau berdimensi banyak. Berdasarkan karakter yang multidimensional ini,
maka pengelolaan pariwisata membutuhkan Kerjasama, koordinasi dan sinergi berbagai pihak
terkait. Karakteristik multidimensional secara detail adalah sebagai berikut:
1. Multi-aspek. Pariwisata mencakup aspek fisik, social, ekonomi, budaya, politik, dan
hamkam.
2. Multi-sektoral. Pariwisata berkaitan erat dengan sektor-sektor lainnya, seperti pertanian,
perikanan, manufaktur, transportasi, berbagai pelayanan dan fasilitas umum, dan
infrastruktur lainnya.
3. Multi-produk. Produk yang ditawarkan pariwisata itu bermacam-macam sesuai dengan
demand wisatawan, di antaranya ialah wisata alam, wisata argo, wisata lingkungan,
wisata budaya, wisata bahari, wisata air, wisata ziarah, konvensi, dan sebagainya.
4. Multi-level. Pariwisata juga melibatkan banyak tingkatan, mulai dari tingkat komunikasi
lokal, provinsi, regional, nasional, sampai tingkat global.
5. Multi-region. Pariwisata tidak mengenal batas wilayah administrative, objek atau daya
tari wisata bisa saja mencakup lebih dari satu wilayah atau akses atau pintu masuk suatu
destinasi wisata bisa saja dari wilayah administrasi lain sehingga Sebagian PAD tidak
masuk ke kas daerah dimana objek dan daya tarik wisata tersebut berada.
Model sistem kepariwisataan yang mengaitkannya dengan konteks proses perencanaan atau
pengelolaan pariwisata dikemukakan antara lain oleh Mill & Marrison (1985), yang kemudian
dikembangkan pada tahun 1992, serta Cornellisen (2005). Mill & Marrison mengungkapkan
empat komponen pembentuk system kepariwisataan, yaitu market (pasar), marketing
(pemasaran), destination (destinasi/daerah tujuan wisata), dan travel (perjalanan).
1. Market (pasar): mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi pasar dengan penekanan
pada perilaku pasar, factor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perjalanan
wisata, dan proses pengambilan keputusan berwisata.
2. Marketing (pemasaran): memfokuskan pada strategi bagaimana pengelola pariwisata
merencanakan, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada
wisatawan.
3. Destination (destinasi/daerah tujuan wisata): mencakup proses dan prosedur yang
dilakukan oleh destinasi pariwisata dalam pembangunan dan mempertahankan
keberlanjutan kepariwisataan.
4. Travel (perjalanan): fokus pada pergerakan wisatawan, moda transportasi dan segmen
pasar.
Dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata perlu diperhatikan komponen-komponen
pariwisata apa saja yang akan di analisis. Menurut Inskeep (1991: 38-39) komponen pariwisata
adalah sebagai berikut:
1. Objek dan daya tarik wisata atau atraksi wisata yaitu semua sumber daya alam dan
budaya yang memiliki keistimewaan-keistimewaan serta aktivitas-aktivitas yang menarik
wisatawan untuk berkunjung.
2. Akomodasi adalah hotel dan jenis akomodasi lainnya tempat wisatawan menginap selama
melakukan perjalanannya, beserta pelayanan-pelayanan yang diberikan.
3. Fasilitas dan pelayanan pariwisata lainnya adalah produk wisata yang diperlukan dalam
pengembangan pariwisata di antaranya ialah biro dan agen perjalanan, retoran dan jenis
tempat makan lainnya, took barang kerajinan, souvenir, bank, tempat penukaran uang,
fasilitas dan pelayanan keuangan lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi,
seperti pemangkas rambut dan salon kecantikan, fasilitas pelayanan medis, fasilitas
pelayanan polisi dan pemadam kebakaran, dan fasilitas kepabeaan dan imigrasi.
4. Transportasi wisatawaan. Transportasi ke negara yang bersangkutan, transportasi antar
provinsi dan antar kota, transportasi ke dan dari daerah tujuan wisata. Mencakup semua
jenis transportasi, yaitu transportasi darat, laut, dan udara.
5. Sarana pendukung atau infrastruktur lainnya. Di samping transportasi, infrastruktur
lainnya yang diperlukan antara lain air, listrik, telepon, drainage, dan sebagainya.
6. Kelembagaan atau unsur-unsur institusional. Unsur-unsur institutional yang diperlukan
dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata mencakup perencanaan sumber daya
manusia beserta program-program pelatihan dan pendidikannya, strategi pemasaran dan
program promosi, struktur organisasi kepariwisataan baik pemerintah maupun swasta,
peraturan perundang-undangan kepariwisataan, kebijakan-kebijakan investasi, program-
program pengawasan mengenai dampak ekonomi, sosio-budaya, dan lingkungan.
Buhalis (2000), menyebutkan bahwa sebagian besar detinasi wisata terdiri dari beberapa
komponen inti yang dapat diceritakan sebagai Kerangka 6A yaitu, Attractions (daya tarik alami,
daya tarik buatan, tujuan dibangun, warisan, dibuat dengan tujuan khusus), Accessibility (seperti
seluruh sistem transportasi yang terdiri dari trayek, terminal dan kendaraan), Amenities (seperti
fasilitas akomodasi dan catering, ritel, layanan wisata lainnya), Ancillary Services (layanan yang
digunakan oleh wisatawan seperti bank, telekomunikasi, pos, agen koran, rumah sakit, dll),
Activities (semua aktivitas yang tersedia di destinasi dan apa yang akan dilakukan konsumen
selama kunjungan mereka) dan Available Packages (paket yang sudah diatur sebelumnya oleh
perantara).
Kemudian, kerangka 6A oleh Bahalis (2000) diadopsi oleh Tran dkk, (2017) menjadi konsep
Smart Tourism Destination (STD) yang dibagi ke dalam 6 aspek yaitu Smart Attractions, Smart
Accessibillity, Smart Amenities, Smart Ancillary Services, Smart Activities, Smart Available
Packages.
1. Smart Attractions
Konsep “atrasksi wisata” bersifat kompleks, karena dapat mencakup berbagai jenis produk
dan layanan. Menurut (T.R Stevens, 1991), atraksi adalah tempat menarik (buatan manusia
atau alami) yang terbuka untuk umum, hiburan, minat, atau pendidikan.
2. Smart Accessibility
Aksesibilitas merupakan elemen dasar dari kegiatan pariwisata, dengan demikian STD harus
memastikan aksesibilitas maksimal bagi pengunjung mereka, baik dalam kedatangan dan
pergerakan di dalam kawasan dan dalam penggunaan produk dan layanan mereka.
Aksesibilitas ada dalam dua kelas utama: fisik dan digital.
3. Smart Amenities
Fasilitas dapat didefinisikan sebagai kualitas lokal yang tidak dipasarkan yang
menjadikannya tempat yang menarik untuk tinggal dan bekerja (Power, 1988:142) kategori
fasilitas umumnya dipertimbangkan: yang alami dan yang dibangun. Contoh fasilitas adalah
satwa liat dan flora, tempat rekreasi, lanskap budidaya, situs sejarah, tradisi sosial dan
budaya, dll (Green, 2001). Dengan demikian, fasilitas mencakup banyak aspek yang
memiliki dampak langsung dan konklusif terhadap pariwisata. Bentuk-bentuk fasilitas alam
dan lainnya dapat dianggap sebagai motivator untuk migrasi regional, struktur permintaan
pariwisata, dan dasar untuk atribut kualitas hidup regional (Power 1988). Dalam ranah
industry pariwisata, selain fasilitas alam, jaringan hotel dan restoran memainkan peran kunci
dalam kualitas pariwisata lokal; dengan demikian, mereka dapat dianggap sebagai fasilitas
penting dalam pengembangan suatu destinasi.
4. Smart Ancillary
Layanan tambahan dalam Smart Tourism Destination juga harus menghadirkan property
cerdas, seperti Bank, Postal Service, Medical Service, Local Communities, Citizen
Journalism, E-Culture, Feedback, dan Ancillary Management.
5. Smart Acitivities
Kecerdasan juga harus dimasukkan ke dalam semua aktivitas yang tersedia di tempat tujuan.
6. Smart Available Packages
Paket adalah kombinasi yang telah diatur sebelumnya tidak kurang dari dua layanan wisata
Ketika dijual atau ditawarkan untuk dijual dengan harga inklusif dan Ketika layanan tersebut
mencakup periode lebih dari dua puluh empat jam atau termasuk akomodasi semalam (The
European Council, 1990).

2.3.1 Smart Tourism (Pariwisata Cerdas)


Inovasi kota cerdas terhadap konsep kepariwisataan yang dilakukan dengan pendekatan
penggunaan aplikasi spesifik dan focus kepada industry kepariwisataan serta memiliki kaitan
dengan destinasi adalah salah satu bentuk dari smart tourism. Smart tourism juga dapat diartikan
sebuah langkah cerdas dalam mengintegrasikan destinasi-destinasi wisata yang ada pada suatu
wilayah untuk diakomodir dalam format digital sehingga memberikan kemudahan bagi siapa saja
yang akan mengakses dan membutuhkan informasi terkait dengan tujuan wisata dan dapat pula
digunakan digunakan sebagai dasar untuk pengembangan objek-objek yang telah teridentifikasi.
Terdapat karakter penting yang menjadi pondasi utama dalam penerapan smart tourism sebagai
bentuk kota cerdas, konektivitas dan kecerdasan dalam pemanfaatan teknologi adalah beberapa
hal penting yang harus ada dalam konsep tersebut (Xiang et al., 2021).
Dalam klasifikasi terkait literatur smart tourism ditemukan ketetarikan dan pendalaman dari
hasil yang dirangkum melalui literature review yaitu sistem, tujuan, dan metode yang digunakan
berasal dari penerapan sistem dilapangan seperti kesadaran konteks, rekomendasi sistem, media
social, IoT, pengalaman pengguna, waktu sebenarnya, pemodelan pengguna, kombinasi
informasi dunia nyata dan maya, kumpulan data dinamis kontribusi teoritis, warisan budaya dan
perlindungan privasi (Kontogianni & Alepi, 2022).
Gabungan lapisan dari berbagai aspek yang didefinisikan seperti destinasi cerdas serta
ekosistem bisnis wisata menjadi komponen yang didukung oleh keterlibatan dan ketersediaan
data. Dalam menyuguhkan iklim wisata cerdas, konsep tersebut tidak hanya mengandalkan
pemanfaatan teknologi informasi untuk mendapatkan keuntungan dan kemudahan layanan tetapi
juga menjadi pendekatan guna menambah pengalaman destinasi wisata (Gretzel et al., 2015).
Smart tourism secara bertahap juga telah mengubah perilaku manusia pada pola pencarian
dan menggali informasi terkait dengan kepariwisataan. Aktivitas dalam proses pengumpulan data
dan informasi yang dibutuhkan menjadi lebih fleksibel melalui pemanfaatan TIK. Selanjutnya
masyarakat juga dapat melakukan penelitian alamiah melalui data-data yang tersedia dari
berbagai sumber untuk dijadikan referensi dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
terkait kepariwisataan pada suatu wilayah.
Wisatawan mendapatkan kemudahan dan manfaat dari penggunaan layanan teknologi yang
merekam aktivitas kepariwisataan dari wisatawan sebelumnya (Li et al., 2017). Smart tourism
menggunakan strategi riset dengan mempelajari hubungan antara pemerintah, akademis dan
aplikasi cerdas dimana pemanfaatan teknologi cerdas berfungsi untuk mencapai layanan inovasi,
komunikasi efektif dan menambah misi perjalanan (Hunter, 2021).
Melalui penjelasan diatas terlihat bahwa hubungan antara ketersediaan jaringan infrastruktur
baik fisik dan nofisik yang mendukung pelaksanaan konsep wisata cerdas memanfaatkan namun
juga memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan khusunya dalam lingkup
kepariwisataan melalui ide, kontribusi dan kreativitas warga dalam memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi.
Dalam pengimplementasiannya Smart Tourism, terdapat tiga komponen dan layer utama,
yaitu:

Smart Experience Data

Smart Business Ecosystem 1. Collection


2. Exchange
Smart Destination 3. Processing

Gambar 2. Component and Layer Smart Tourism

Sumber: Zheng Xiang & Daniel R.F, 2017

Dari ketiga komponen tersebut, pertama adalah Smart Experience yang memberikan
pengalaman lebih bagi pengunjungnya, misalnya update informasi terbaru dan sebagainya.
Kedua adalah Smart Business Ecosystem yang tentu saja industri pariwisata tidak lepas dari
urusan bisnis, sehingga pelaksanaannya harus ramah investor. Ketiga adalah Smart Destination
yang selain meningkatkan pengalaman pengguna, destinasi wisata pun harus mampu
menawarkan nilai lebih yang membedakannya dengan tempat yang lain. Ketiga elemen di atas
sama-sama menghasilkan dan menggunakan data yang berpola: pengumpulan, pertukaran, dan
pemrosesan. Peran TIK serta aplikasi yang bisa diakses secara luas juga memungkinkan industri
pariwisata untuk menjadi semakin pintar. Artinya, pihak-pihak terkait harus ikut meningkatkan
performa serta tingkat persaingan satu destinasi wisata dengan destinasi wisata yang lain.
Terdapat perputaran informasi yang begitu deras di sisi bisnisnya. Hal itu akan berdampak pada
strategi marketing, manajemen usaha, maupun standar pelayanan terhadap wisatawan.

2.4 Teknologi Digital dan Pariwisata

Infrastruktur ICT (Information, Communication, and Technology) sebagai satu diantara


faktor penting peningkatan daya saing pariwisata. Dengan teknologi yang diterapkan disemua
organisasi dan institusi, sebuah destinasi dapat bersinergi (terintegrasi) dengan mengandalkan
teknologi dan komponen sosial untuk melengkapi pengalaman wisatawan dalam berwisata.

Smart Tourism sebagai suatu platform pariwisata yang mengedepankan penerapan


Information and Communication Technologies (ICT) secara terintegrasi. Dalam
pengaplikasiannya plarform ini mengintegrasikan teknologi informasi dalam mengoptimalkan
pemberian informasi dan pelayanan yang efisien untuk wisatawan. Smart Tourism memuat
beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Membuat data base terkait sumber daya pariwisata, didukung dengan perkembangan
Internet of Things dan Cloud Computing yang berfokus pada peningkatan wisata melalui
identifikasi dan pemantauan yang ada.
2. Memajukan daerah destinasi wisata dengan inovasi industri pariwisata untuk promosi
pariwisata, peningkatan pelayanan wisata dan manajemen pariwisata.
3. Memperluas skala industri pariwisata dengan platform informasi real time,
mengintegrasikan penyedia jasa pariwisata dan peran masyarakat local.

Menurut Prahasta (2007), Web GIS sebagai suatu proses distribusi , publikasi, integrasi,
komunikasi dan penyediaan informasi dalam bentuk teks, peta digital serta menjalankan fungsi-
fungsi analisis dan quary yang terkait dengan aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) atau
pemetaan digital dengan menggunakan jaringan internet. Secara umum, web dibagi menjadi 2
(dua) jenis yaitu web statis dan web dinamis. Web statis adalah web yang isinya tidak berubah-
ubah dengan teknologi jenis clientside scripting seperti HTM, Cascading Style Sheet (CSS) serta
perubahan isi/data pada halaman web statis hanya dapat dilakukan dengan cara mengubah
langsung isinya pada file mentah web.
Sementara itu web dinamis adalah jenis web yang isinya dapat berubah-ubah setiap saat.
Pengguna dapat mengubah data secara online di internet melalui halaman control
panel/administrasi yang biasanya telah disediakan administrator dengan ketentuan bahwa
pengguna tersebut memiliki hak akses yang sesuai (Arief, 2011). Dalam web GIS yang
terbangun ini merupakan web GIS yang sifatnya statis, dengan kemampuan yang disesuaikan
sebagai informasi wisata. Namun, dengan adanya tambahan fasilitas saran pengunjung, tidak
menutup kemungkinan akan diperbaharui sesuai perkembangan wisatanya.
Industri perjalanan dan pariwisata telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir dan
kerjasama teknologi antara pariwisata dengan teknologi informasi (TI) juga telah matang. Dalam
layanan pariwisata cerdas, TI seperti Internet of things (IoT) identifikasi frekuensi radio (RFID),
jaringan sensor nirkabel (WSN), dan komunikasi jarak dekat (NFC) telah digunakan untuk
menyediakan perjalanan yang akurat bagi wisatawan (Gubbi, et al., 2013). Pengunjung
menikmati seni dan budaya lokal, perayaan dan aktivitas, serta alam dan ekosistem. Pariwisata
berbasis alam adalah sektor industri pariwisata yang berkembang pesat. Tujuan utama
pengunjung adalah untuk merasakan lingkungan alam dan merasakan fenomena alam seperti
topografi, hidrologfafi, dan lanskap hutan (Mantyma et al., 2018). Wisatawan semakin banyak
yang melarikan diri dari kota dan bepergian ke pedesaan untuk berjalan dan bersantai baik secara
fisik maupun psikologis.
IoT memiliki berbagai aplikasi dan dapat mencapai manfaat dari respon langsung, integrasi
informasi, dan layanan proaktif. memperkenalkan IoT ke tujuan perjalanan dapat memungkinkan
pertumbuhan tempat wisata yang berkelanjutan di masa depan; Selain itu, mengintegritaskan
interaksi pengunjung dan fasilitas lingkungan dapat meningkatkan kualitas pengalaman
perjalanan di destinasi wisata. Data (misalnya, lokasi, detak jantung, tekanan darah, kualitas
tidur, frekuensi penggunaan, dan survey pengguna) pengunjung dan fasilitas yang dikumpulkan
oleh node sink melalui system IoT dikirim ke pusat cloud system untuk analisis operasional guna
menyediakan berbagai smart layanan dan aplikasi, dan diterapkan segera untuk menyediakan
layanan diverifikasi tepat waktu (misalnya, pencarian dan penyelamatan tepat waktu, pengingat
peringatan, pengingat menetap, penjelasan lingkungan interaktif, permainan rekreasi interaktif,
interaksi manusia-komputer dengan fasilitas, check-in media sosial, dan augmented-reality
gambar/video) untuk meningkatkan keputusan pengunjung dan keinginan mereka untuk
berkunjung Kembali (Gretzel et al., 2015).

Daftar Pustaka

Buhalis, D. (2000). Marketing the competitive destination of the future. Tourism Management,
21(1), 97-116.

Cornelissen, S. (2005). The Global Tourism System. In Journal of Chemical Information and
Modelling (Vol. 53, Issue 9). Routledge Taylor & Francis Group.

Inskeep, E. (1991). Tourism planning: An integrated and sustainable development approach.


New York: Van Nostrand Reinhold.

Mill Robert Christie and Marrison. 1985. The Tourism System. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Xiang, Zheng. Fesenmaier, Daniel R. (2021). Smart Tourism Design: Launching the annals of
tourism research curated collection on designing tourism place. Annals of Tourism
Research, 86, 103154.

Xiang, Zheng. Fesenmaier, Daniel R.. 2017. Analytics in Smart Tourism Design Concepts and
Methods. Springer International Publishing Switzerland.

Pariwisata merupakan perjalanan wisata yang dilakukan secara berkali-kali atau


berkeliling-keliling, baik secara terencana maupun tidak terencana yang dapat menghasilkan
pengalaman bagi pelaku wisata. Kegiatan wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan baik
individu maupun grup dari tempat tinggal menuju suatu tempat tertentu untuk mendapatkan
pengalaman diluar aktivitas kesehariannya (seperti: bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga,
dll) dalam waktu yang sementara.

Anda mungkin juga menyukai