Anda di halaman 1dari 6

PERSEDIAAN: MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN

PERSEDIAAN: MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN


Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar
Persediaan dapat dicatat pada biaya awalnya. Tetapi bila nilai persediaan menurun
dari biaya awalnya dengan suatu alasan, maka persediaan harus diturunkan nilainya untuk
mencerminkan kerugian. Persdiaan yang mengalami penurunan nilai akan dinilai
berdasarkan nilai terendah antara biaya dan harga pasar, bukan berdasarkan biaya awal.
Biaya atau harga pokok adalah biaya perolehan persediaan yang dihitung dengan
salah satu metode berdasarkan biaya historis. Seperti, nilai identifikasi khusus, biaya rata-
rata, FIFO, atau LIFO. Pasar dalam lingkup nilai terendah antara biaya dan harga pasar
adalah biaya yang mengganti barang pembelian atau reproduksi.
Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar (Batas Atas dan Batas Bawah)
Dua pembatasan penilaian tambahan akan digunakan untuk menilai persediaan akhir-
nilai realisasi bersih dan nilai realisasi bersih akan dikurangi margin laba normal. Nilai
realisasi bersih didefinisikan sebagai estimasi harga jual dalam keadaan bisnis normal
dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan penjualan yang dapat diprediksi secara
layak. Jumlah tersebut dikurangi dengan margin laba normal untuk mendapatkan nilai
realisasi bersih. Biaya pengganti tidak kurang dari batas bawah (nilai realisasi bersih
dikurangi margin laba normal) dan tidak lebih dari batas (nilai realisasi bersih).
Bagaimana Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Bekerja
Jumlah yang dibandingkan dengan biaya, yang sering disebut nilai-pasar-yang
ditetapkan, selalu merupakan nilai tengah dari tiga jumlah: biaya pengganti, nilai realisasi
bersih, dan nilai realisasi bersih dikurangi margin laba normal. Nilai pasar yang ditetapkan
kemudian dibandingkan dengan biaya untuk menetukan yang terendah antara biaya dan harga
pasar.
Metode Prngaplikasian LCM
Kenaikan harga pasar cenderung mengoffset penurunan harga pasar barang lain, jika
pendekatan kategori atau total persediaan yang utama digunakan dalam pengaplikasian aturan
LCM. Praktek yang paling umum adalah menilai persediaan atas dasar barang per barang.
Karena suatu hal, aturan perpajakan mewajibkan dasar perbarang digunakan kecuali kalau
tidak praktis. Selain itu, pendekatan per barang digunakan penilaian yang paling konservatif
bagi tujuan penyajian neraca. Persediaan sering dinilai atas total persediaan jika hanya ada
satu produk akhir (yang terbuat dari bahan baku yang berbeda). Jika perusahaan membuat
beberapa produk akhir, maka pendekatan kategori bisa dipakai. Metode yang dipilh harus
merupakan metode yang paling jelas mencerminkan laba. Apapun metode yang dipilih,
metode tersebut harus diaplikasikan secara konsisten dari satu period eke periode lain.
Pencatatan Harga Pasar dan Bukan Biaya
Untuk mencatat persediaan pada harga pasar digunakan dua metode: metode langsung
dan metode tidak langsung. Metode langsung biaya diganti dengan harga pasar ketika menilai
persediaan, metode tidak langsung tidak mengubah angka biaya, tapi membentuk kontrak
aktiva yang terpisah dan akun kerugian untuk mencatat penghapusan.
Evaluasi atas Aturan LCM
Aturan LCM memiliki beberapa defisiensi atau kelemahan konseptual :
1. Penurunan nilai aktiva dan pencatatan sebagai beban diakui pada periode ketika kerugian
utilitas ini terjadi, bukan pada periode penjualan. Pada sisi lain, kenaikan nilai aktiva hanya
diakui pada saat penjualan terjadi. Perlakuan ini tidak konsisten dan dapat menyebabkan data
laba terdistorsi.
2. Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan perusahaan mungkin
dinilai menurut biaya dalam satu tahun dan pada harga pasar dalam tahun berikutnya.
3. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konservatif, tetapi dampaknya terhadap
laporan laba rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservatif. Laba bersih tahun
berjalan ketika kerugian diakui jelas lebih rendah, laba bersih untuk periode berikutnya
mungkin lebih tinggi dari normal jika penurunan yang diterapkan atas harga jual tidak
material.
4. Aplikasi aturan LCM menggunakan “laba normal” dalam menentukan nilai persediaan.
Karena laba normal merupakan angka estimasi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu
(dan mungkin tidak berlaku lagi dimasa depan), maka laba normal bersifat tidak objektif dan
memberikan peluang untuk memanipulasi laba.

DASAR PENILAIAN
Penilaian menurut Nilai Realisasi Bersih
Realisasi bersih ada jumlah yang akan diperoleh dari persediaan pada masa yang akan
dating dengan tujuan untuk mengaplikasikan aturan LCM. Prncatatan persediaan menurut
nilai realisasi bersih (harga jual dikurang estimasi biaya penyelesaian dan penjualan).
Aturan pengakuan normal diperbolehkan jika:
1. Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuantitas
2. Tidak ada biaya penjualan yang signifikan
Perusahaan manufaktur menggunakan biaya terstandarisasi yang menetapkan terlebih
dahulu biaya per unit bahan, biaya tenaga kerja , dan biaya overhead manufaktur serta
menilai persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi pada biaya standarnya.
Tujuan pelaporan keuangan, penetapan harga dan persediaan menurut biaya standar
dibolehkan jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap biaya akrual dan biaya
standar. Biaya standar dibolehkan jika sesuai pada interval yang layak untuk mencerminkan
kondisi terbaru.
Penilaian dengan Menggunakan Nilai Penjualan Relatif
Harga lump sum disebut basket purchase. Metode nilai penjualan relative digunakan
dalam industry minyak untuk menilai (pada biaya) banyak produk dan produk sampingan
yang diperoleh dari satu barel minyak mentah.
Komitmen Pembelian – Satu Masalah Khusus
Dalam banyak lini bisnis, kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan
tergantung pada tersediannya persediaan barang dagang yang mencukupi untuk memenuhi
semua permintaan pelanggan.
Umumnya, hak atas barang dagang atau bahan baku yang terkait dengan komitmen
pembelian ini belum berpindah ke pembeli. Sebenarnya barang itu belum di tangan atau
dalam kasus produk, masih dalam berupa barang dalam proses.
Untuk kontrak pembelian resmi, yang tidak dapat dibatalkan, tidak ada aktiva atau
kewajiban yang di akui pada saat kontrak di tandatangani, karena kontrak tersebut bersifat
“executor”, kedua belah pihak belum memenuhi kewajiban kontraktualnya. Akan tetapi, jika
material, maka rincian kontrak semacam itu harus diungkapkan dalam neraca pembeli dengan
catatan.
Jika harga kontrak melebihi harga pasar dan kerugian diperkirakan akan muncul pada
saat pembelian dilaksanakan, maka kerugian ini harus diakui dalam periode terjadinya
penurunan harga pasar.

METODE LABA KOTOR UNTUK MENGESTIMASI PERSEDIAAN


Metode laba kotor didasarkan pada tiga asumsi:
1. Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan
2. Barang yang belum terjual harus berada di tangan
3. Jika penjualan, dikurangi biaya, dikurangkan dari jumlah persediaan awal ditambah
pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir.
Perhitungan Persentase Laba Kotor
Persentase Laba Kotor disediakan sebagai persentase harga jual. Laba kotor atas harga
jual merupakan metode yang umum untuk menghitung laba karena beberapa alasan:
1. Sebagian besar barang dinyatakan atas eceran, bukan biaya
2. Laba yang dihitung atas harga jual lebih rendah daripada laba yang didasarkan atas biaya,
dan persentase yang lebih rendah ini disukai pelanggan
3. Laba kotor yang didasarkan atas harga jual tidak pernah melebihi 100%

Harga jual lebih besar dari biaya, dan jumlah laba kotor sama untuk keduanya, maka laba
kotor atas harga jual akan selalu lebih rendah daripada persentase terkait yang didasarkan atas
biaya. Harus diperhatikan bahwa penjualan tidak boleh dikalikan dengan persentase markup
yang didasarkan atas biaya: sementara persentase laba kotor harus dikonversikan menjadi
persentase yang didasarkan atas harga jual.
Evaluasi atas Metode Laba Kotor
Salah satu kelemahan utamanya adalah bahwa metode ini meghasilkan suatu estimasi.
Akibatnya, perhitungan fisik persediaan harus dilakukan sekali setahun untuk memeriksa
jumlah persediaan yang sebenarnya ada di tangan. Kedua, metode laba kotor menggunakan
persentase masa lalu dalam menentukan markup. Walaupun masa lalu seringkali dapat
memberikan jawaban atas msalah masa depan. Namun, persentase masa kini pasti lebih
akurat. Disini harus diperhatikan bahwa setiap kali fluktuasi yang signifikan terjadi,
persentase ini harus disesuaikan. Ketiga, aplikasi persentase laba kotor kelompok harus
dilakukan secara hati-hati. Sering kali, sebuah toko atau departemen menangani barang
dagang yang memiliki persentase laba kotor yang beragam. Dalam situasi ini, metode laba
kotor mungkin harus diaplikasikan menurut subbagian, lini barang dagang, atau dasar serupa
yang mengklasifikasikan barang dagang menurut persentase laba kotornya masing-masing.
Metode laba kotor biasanya tidak boleh dipakai bagi tujuan pelaporan keuangan karena hanya
menyediakan suatu estimasi.

METODE PERSEDIAAN ECERAN


Akuntansi dalam persediaan untuk bisnis eceran memberikan sejumlah tantangan
retailer yang memiliki jenis persediaan tertentu bisa menggunakan metode identifikasi khusus
untuk menilai persediaan, lain halnya dengan retailer yang bervolume tinggi yang memiliki
banyak persediaan maka akan sulit menentukan. Alternative yang bisa dilakukan adalah
menyusun persediaan menurut harga eceran. Dalam perusahaan terdapat pola yangd apat
diamati dalam biaya dan harga. Karena itu, harga eceran dapat dikonversikan menjadi biaya
dengan suatu rumus yang dinamakan metode persediaan eceran. Metode ini mensyaratkan
bahwa pencatatan dilakukan atas:
1. Total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli
2. Total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual
3. Penjualan periode berjalan
Ada beberapa versi metode persediaan eceran : metode konvesional (nilai terendah antara
biaya rata-rata dan harga pasar), metode biaya, metode eceran LIFO, dan metode eceran
LIFO nilai dolar. Metode eceran tersebut didukung oleh IRS, berbagai asosiasi perusahaan
eceran dan profesi akuntani , serta dengan metode ini saldo persediaan dapat diestimasi tanpa
perhitungan fisik. Metode ini juga berfungsi sebagi perangkat pengendalian.
Metode Persediaan Eceran dengan Markup dan Markdown- Metode Konvensional
Mark Up berarti tambahan atas harga eceran awal, Mark Down berarti penurunan
tingkat harag eceran awal. Perusahaan menggunakan konsep ini untuk melakukan penilaian
yang layak pada akhir periode akuntansi.
Format dasar dari metode persediaan eceran memakai persediaan LCM. Karena
adanya dampak perataan, maka penilaian LCM yang tidak diperoleh, tetapi perkiraan yang
memadai dapat diperoleh. Sebaiknya penambahan mark up bersih dan pengurangan mark
down bersih menghasikan perkiraan biaya. Pos-pos khusus yang berhubungan dengan
metode eceran adalah: biaya pengangkutan, return pembelian, diskon pembelian dan
pengurangan harga, diskon penjualan dan pengurangan harga, transfer masuk , kekurangan
normal , kekurangan abnormal , dan diskon untuk karyawan.
Evaluasi atas Metode Persediaan Eceran
Metode persediaan eceran untuk menghitung persediaan telah digunakan secara luas.
Karena alasan berikut :
1. Agar laba bersih dapat dihitung tanpa harus melakukan perhitungan fisik persediaan
2. Sebagai ukuran pengendalian dalam menentukan kekurangan persediaan
3. Dalam pengaturan kuantitas barang dagang di tangan
4. Untuk informasi asuransi
Salah satu karakteristik dari metode persediaan eceran adalah bahwa metode itu memiliki
pengaruh rata-rata terhadap berbagai tingkat laba kotor. Jika diaplikasikan terhadap
perusahaan secara keseluruhan, dimana tingkat laba kotor bervariasi diantara departemen,
maka tidak ada penyisihan yang dibuat untuk menutupi distorsi hasil akibat perbedaan eceran
dalam kondisi semacam itu dengan menghitung persediaan secara terpisah menurut
departemen atau menurut kelompok barang dagang yang memiliki laba kotor yang sama.
Selain itu, reliabilitas metode ini mengasumsikan bahwa distribusi barang dalam persediaan
serupa dengan bauran dalam total barang yang tersedia untuk dijual.

PENYAJIAN DAN ANALISIS


Penyajian Persediaan
Standar akuntansi mewajibkan laporan keuangan mengungkapkan komposisi dari
persediaan , pengaturan pembiayaan persediaan , dan metode kalkulasi biaya persediaan yang
digunakan. Standar akuntansi ini juga mewajibkan metode kalkulasi biaya diaplikasikan
secara konsisten dari satu period eke periode berikutnya.
Perusahaan manufaktur harus melaporkan komposisi perediaan baik dalam neraca
ataupun dalam skedul terpisah dari catatan ini, pengakuan pembiayaan yang penting atau
yang tidak biasa yang berhubunngan dengan persediaan mungkin memerlukan persediaan
sebagai kolateral. Persediaan dianaikan sebagai kolateral pinjaman harus disajikan dalam
kelompok aktiva lancer bukan sebagai pengoffset kewajiban. Dasar penilaian persediaan
metode yang dipakai dalam perhitungan biaya juga harus dilaporkan.
Analisis Persediaan
Jumlah persediaan yang dicatat perusahaan dapat memiliki konsekuensi ekonomi
yang signifikan. Akbitanya, persediaan harus dikelola, naming pengelolaan persediaan
membutuhkan perhatian yang terus menerus. Rasio yang umum digunakan dalam
mengelolaan dan evaluasi tingkat persediaan adalah rasio perputaran persediaan dan akurat
yang berhubungan, jumlah hari rata-rata untuk menjual persediaan.
Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali, secara rata-rata persediaan terjual
selama satu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas persediaan. Salah sau
varian dari rasio perputaran persediaan adalah jumlah hari rata-rata untuk menjual persediaan,
yang merupakan jumlah hari rata-rata penjualan persediaan yang ada di tangan.
Tingkat persediaan umumnya berbeda-beda dalam setiap industry. Akan tetapi
perusahaan yang mampu mempertahankan tingkat persediaan yang rendah, dan memiliki
rasio perputaran persediaan yang lebih tinggi dari pada pesaingnya, serta mampu memenuhi
kebutuhan pelanggan, adalah contoh perusahaan yang paling sukses.

Anda mungkin juga menyukai