DASAR PENILAIAN
Penilaian menurut Nilai Realisasi Bersih
Realisasi bersih ada jumlah yang akan diperoleh dari persediaan pada masa yang akan
dating dengan tujuan untuk mengaplikasikan aturan LCM. Prncatatan persediaan menurut
nilai realisasi bersih (harga jual dikurang estimasi biaya penyelesaian dan penjualan).
Aturan pengakuan normal diperbolehkan jika:
1. Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuantitas
2. Tidak ada biaya penjualan yang signifikan
Perusahaan manufaktur menggunakan biaya terstandarisasi yang menetapkan terlebih
dahulu biaya per unit bahan, biaya tenaga kerja , dan biaya overhead manufaktur serta
menilai persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi pada biaya standarnya.
Tujuan pelaporan keuangan, penetapan harga dan persediaan menurut biaya standar
dibolehkan jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap biaya akrual dan biaya
standar. Biaya standar dibolehkan jika sesuai pada interval yang layak untuk mencerminkan
kondisi terbaru.
Penilaian dengan Menggunakan Nilai Penjualan Relatif
Harga lump sum disebut basket purchase. Metode nilai penjualan relative digunakan
dalam industry minyak untuk menilai (pada biaya) banyak produk dan produk sampingan
yang diperoleh dari satu barel minyak mentah.
Komitmen Pembelian – Satu Masalah Khusus
Dalam banyak lini bisnis, kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan
tergantung pada tersediannya persediaan barang dagang yang mencukupi untuk memenuhi
semua permintaan pelanggan.
Umumnya, hak atas barang dagang atau bahan baku yang terkait dengan komitmen
pembelian ini belum berpindah ke pembeli. Sebenarnya barang itu belum di tangan atau
dalam kasus produk, masih dalam berupa barang dalam proses.
Untuk kontrak pembelian resmi, yang tidak dapat dibatalkan, tidak ada aktiva atau
kewajiban yang di akui pada saat kontrak di tandatangani, karena kontrak tersebut bersifat
“executor”, kedua belah pihak belum memenuhi kewajiban kontraktualnya. Akan tetapi, jika
material, maka rincian kontrak semacam itu harus diungkapkan dalam neraca pembeli dengan
catatan.
Jika harga kontrak melebihi harga pasar dan kerugian diperkirakan akan muncul pada
saat pembelian dilaksanakan, maka kerugian ini harus diakui dalam periode terjadinya
penurunan harga pasar.
Harga jual lebih besar dari biaya, dan jumlah laba kotor sama untuk keduanya, maka laba
kotor atas harga jual akan selalu lebih rendah daripada persentase terkait yang didasarkan atas
biaya. Harus diperhatikan bahwa penjualan tidak boleh dikalikan dengan persentase markup
yang didasarkan atas biaya: sementara persentase laba kotor harus dikonversikan menjadi
persentase yang didasarkan atas harga jual.
Evaluasi atas Metode Laba Kotor
Salah satu kelemahan utamanya adalah bahwa metode ini meghasilkan suatu estimasi.
Akibatnya, perhitungan fisik persediaan harus dilakukan sekali setahun untuk memeriksa
jumlah persediaan yang sebenarnya ada di tangan. Kedua, metode laba kotor menggunakan
persentase masa lalu dalam menentukan markup. Walaupun masa lalu seringkali dapat
memberikan jawaban atas msalah masa depan. Namun, persentase masa kini pasti lebih
akurat. Disini harus diperhatikan bahwa setiap kali fluktuasi yang signifikan terjadi,
persentase ini harus disesuaikan. Ketiga, aplikasi persentase laba kotor kelompok harus
dilakukan secara hati-hati. Sering kali, sebuah toko atau departemen menangani barang
dagang yang memiliki persentase laba kotor yang beragam. Dalam situasi ini, metode laba
kotor mungkin harus diaplikasikan menurut subbagian, lini barang dagang, atau dasar serupa
yang mengklasifikasikan barang dagang menurut persentase laba kotornya masing-masing.
Metode laba kotor biasanya tidak boleh dipakai bagi tujuan pelaporan keuangan karena hanya
menyediakan suatu estimasi.