Anda di halaman 1dari 21

Absorption Costing

dan Variable Costing


Kelompok 1
Anggota Kelompok

Miftahul Khaerat Wilbert Siahaan Nurwahidah


A021201124 A021201022 A021201067

Made Ananda Indy Rahmawaty Wahyu Dzull Ikram


Ratnata Iskandar A021201058
A021201088 A021201028
PENGERTIAN
Dua pendekatan umum digunakan dalam perusahaan manufaktur untuk
menentukan harga produk untuk kegunaan menilai persediaan dan
harga pokok penjualan. Yaitu :

Absorption Costing
dan
Variable Costing
Perbedaan Konsep Variable Costing
Dengan Full Costing 
Absorption costing, memperlakukan semua biaya produk yang terdiri dari bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik (tetap dan variabel) sebagai harga pokok
produk (product cost)
tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau tetap.
Sedangkan metode variable costing, hanya biaya produk yang berubah-ubah sesuai dengan
output saja yang diper-lakukan sebagai harga pokok produk (variable cost) atau biaya
produksi yang langsung berkaitan dengan output yang dihasilkan.
Pembahasan tentang perbedaan metode variable costing
dengan metode full costing dapat ditinjau dari segi:
1. Penentuan harga pokok produk 
2. Penentuan harga pokok persediaan
Metode Perhitungan Laba-Rugi
Perbedaan konseptual antara penghitungan rugi-laba yang dibuat berdasarkan prosedur penetapan biaya langsung dan
biaya penuh adalah sebagai berikut:
• Pendapatan kotor marjinal dan laba kotor. Pada penetapan biaya langsung, angka pendapatan marjinal kotor
menunjukkan selisih antara penjualan dan biaya produksi yang variabel.
• Marjin kontribusi. Marjin kontribusi (contribution margin) yang dikenal juga dengan sebutan pendapatan marjinal,
merupakan kelebihan jumlah penjualan terhadap seluruh biaya variabel (yaitu: biaya produksi, penjualan dan
administrasi).
• Biaya persediaan. Pada metode biaya langsung, overhead tetap tidak dimasukkan dalam nilai persediaan (inventory).
• Laba bersih Operasional. Perbedaan laba bersih operasi pada kedua metode disebabkan oleh jumlah biaya tetap yang
dibebankan kepada nilai persediaan.

Metode perhitungan laba rugi ada dua yaitu: a) Metode Biaya Penuh dan b) Metode Biaya Langsung
Penyajian Laporan Laba-Rugi
Perbedaan di dalam penyajian laporan laba-rugi antara metode full costing dengan variable costing dapat
ditinjau dari segi:

Penggolongan biaya dalam laporan laba-rugi


Pada metode full costing, biaya digolongkan menjadi dua, yaitu:
- Biaya Produksi
- Biaya Non produksi

Pada metode variable costing, biaya digolongkan menjadi:


- Biaya Variabel (variable cost)
- Biaya Tetap (fixed cost)
Stuktur Penyajian Laporan Laba
Rugi Metode Full Costing
Stuktur Penyajian Laporan Laba
Rugi Metode Variable Costing
Absorption Costing Income Statement dan Variable Costing
Contribution Format Income
Perbedaan Absorption Costing dan Variable Costing :
1. Absorption Costing
• Digunakan untuk kepentingan eksternal,
• Memperhitungkan semua biaya produksi sebagai harga pokok produk, tanpa memperhatikan apakah biaya tsb.
• Bersifat tetap atau variable
• Harga Pokok Produk terdiri atas: Biaya Bahan
• Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan BOP (tetap dan variabel)
2. Variable Costing
• Lazim digunakan untuk kepentingan Internal
• Hanya Biaya Produksi yang bersifat Variabel yang diperhitungkan sebagai Harga Pokok Produk
• BOP Tetap diperlakukan sbg. Biaya Periodik
• Harga Pokok Produk terdiri atas: Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan BOP Variabel
● Absorption Costing Income Statements
● Absorption Costing Income Statements
● Variable Costing Income Statement
● Variable Costing Income Statement
Rekonsiliasi Laba Operasi Variable Costing dan Absorption Costing

Laba operasi berdasarkan metode absorption costing maupun variable costing dapat mencantumkan angka
yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena dengan absorption costing, sebagian biaya tetap overhead
pabrik dikapitalisasi di persediaan dan tidak dibebankan ke Income Statement.

Secara umum, ketika unit yang diproduksi melebihi unit yang dijual yang menyebabkan persediaan
meningkiat, maka laba neto operasi dengan absorption costing akan lebih tinggi daripada dengan variable
costing. Hal ini terjadi karena sebagai biaya overhead pabrik tetap ditangguhkan di dalam persediaan. Ketika unit
penjualan melebih unit produksi yang menyebabkan persediaan menurun, maka laba neto operasi berdasarkan
metode absorption costing akan lebih kecil dibandingkan dengan variable costing. Hal ini terjadi karena sebagian
biaya overhead tetap yang terjadi di periode sebelumnya dilepas dari persediaan di metode absorption costing.
Berikut alasan untuk perbedaan laba operasi antara absorption costing dengan variable costing :

Laba neto operasi berdasarkan kedua metode tersebut dapat direkonsiliasi dengan menentukan jumlah biaya
overhead tetap yang ditangguhkan (deferred) atau dilepas (released) dari persediaan selama periode.
Rekonsiliasinya dilaporkan sebagai berikut:

Perubahan dalam persediaan mempengaruhi laba operasi dengan metode absorption cost, sedangkan dengan
metode variable costing tidak berpengaruh. Ketika unit yang diproduksi adalah sama sehingga tidak ada
penambahan / pengurangan persediaan, maka laba operasi nya adalah sama karena biaya overhead tetap
dibebankan dengan jumlah yang sama untuk kedua metode. Perusahaan yang menggunakan Lean Production,
akan memproduksi jumlah unit yang sama dengan jumlah unit yang dijual.
Pemilihan Metode Biaya

Efek bagi Analisis


manajer 01 02 CVP

Pelaporan eksternal
Pengambilan
keputusan 03 04 dan pajak
penghasilan
Contoh analisis CVP
Dalam menghitung tingkat penjualan agar menghasilkan profit $105.000, maka dapat dihitung angka penjualan sebagai berikut:

Sales $100.000
Contribution Margin (b) $65.000
Contribution Margin Ratio (b : a) 65%
Total fixed expense $90.000
Target penjualan untuk mencapai target profit =
Target penjualan untuk mencapai target profit = = $300.000

Berdasarkan data perhitungan di atas, analisis CPV berdasarkan variable costing Income Statement bulan Januari memprediksikan
laba operasi neto $105.000 pada tingkat penjualan $300.000. Sedangkan berdasarkan absorption costing tidak sebesar $105.000
walaupun penjualannya sebesar $300.000. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan metode absorption costing, laba operasi neto
terpengaruh oleh perubahan persediaan sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
Kelebihan Variable Costing dan Absorption Costing
Variable Costing
● Data yang dibutuhkan untuk analisis CPV dapat diambil langsung dari laporan keuangan format kontribusi.
● Dengan variable costing, jumlah profit dalam periode tidak dipengaruhi oleh perubahan persediaan
● Manajer sering mengasumsikan bahwa biaya produksi per unit adalah biaya variabel itu sendiri.
● Hasil dari biaya tetap pada profit dapat ditekan melalui metode variable costing dan pendekatan kontribusi.
● Data variable costing memudahkan untuk mengestimasi profit dari suatu produk, pelanggan, dan segmen bisnis
lainnya.
● Variable costing mengikat dengan metode cost control seperti standar cost dan anggaran fleksibel.
● Laba operasi neto dari variable costing lebih mendekati arus bersih neto dibandingkan laba operasi neto dari
absorption costing.
Kelebihan Variable Costing dan Absorption Costing
Absorption Costing
● Absorption costing lebih atraktif bagi beberapa akuntan dan manajer karena
mereka percaya lebih baik menandingkan biaya dengan pendapatan.

● Absorption costing lebih umum diterima untuk mempersiapkan laporan keuangan


eksternal dan pengembalian pajak penghasilan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai