Anda di halaman 1dari 25

KOMPENSASI FINANSIAL II

Ratih Rahmahwati, ST, MT.


ERGONOMI DAN KESELAMATAN INDUSTRI
Program Studi Teknik Industri
Universitas Tanjungpura
OUTLINE

Pengukuran Output Kerja


Problem Dalam
Kompensasi Finansial
Perencanaan Kapasitas
Pengukuran Output Kerja
Dalam menghitung bonus / insentif, efisiensi (X ) harus
dihitung dan ditetapkan dulu. Cara yang paling sederhana
untuk menghitung efisiensi adalah dengan mengukur output
kerja.

Efisiensi =

Jika pekerjaan tidak langsung dikaitkan dengan output yang


dihasilkan, efisiensi juga dapat dicari dengan

Efisiensi =
Pengukuran Output Kerja
Selanjutnya total penerimaan upah pekerja (Yw) dikaitkan
dengan efisiensi (X) sesuai tipe atau metode incentive plan yang
digunakan. Sedangkan dalam perhitungan bonus digunakan
perhitungan :
Bonus =

Kemudian bonus dinyatakan dalam bentuk nilai uang (Rp)


Bonus =

=
Contoh soal
Dalam suatu kegiatan kerja tertentu diketahui data sebagai
berikut :
• Rate of Pay = Rp. 4000,-/ jam
• Jam Kerja yang dilaksanakan = 40 jam
• Standard time per piece = 6 menit
• Jumlah produk yang dihasilkan pada akhir kerja = 520
unit
• Intensive Plan metode The Halsey dan Bedaux Plan ,
bonus dimulai pada S = 0,75 dan faktor partisipasi p = 0,6

Hitung bonus total penerimaan dari operator tersebut


berdasarkan data diatas.
Jawab
 Standard output = = 400 unit / jam

 Efisiensi (X) = = 520/ 400 =1,3

Berdasarkan Incentive Plan Metode The Halsey & Bedaux Plan


, maka :
Yw = 1 + p (X/S -1)
1 + 0,6 (1,3/ 0,75 -1) = 1,44
Bonus = 0,44 x Rp. 4000,- x 40
= Rp 70.400,-
 Total Penerimaan operator = Rp 70.400,- + (40 x Rp 4000,-)
= Rp. 230.400,-
Problem Yang Dijumpai Dalam
Incentive Plan Berdasarkan Output
1. Waktu Siklus Yang Tidak Sepenuhnya Dikendalikan Oleh
Manusia Tetapi Sebagian Dikendalikan oleh Mesin (Machine
Controlled)

 Terdapat kondisi dimana operator atau pekerja tidaklah


memiliki kesempatan memperoleh bonus yang sama dengan
operator yang melaksanakan suatu pekerjaan manual.
 Terjadi pada operator yang mengoperasikan mesin yang
bersifat semi otomatis.
 Penilaian mengenai performansi dari sistem kerja manusia
mesin haruslah dievaluasi berdasarkan perfomansi masing-
masing sub sistem
Problem Yang Dijumpai Dalam
Incentive Plan Berdasarkan Output
Data dari suatu operasi permesinan dengan menggunakan
milling machine diperoleh sebagai berikut :
• Loading 0,48
• Siklus permesinan (otomatis) 1,00
• Unloading 0,75 +
• Total 2,23 menit/unit
• Allowance 50 menit/shift
• Standard output (480-50)/2,23 = 193 unit output
• Standard Time 480/193 = 2,49 menit/unit
Problem Yang Dijumpai Dalam
Incentive Plan Berdasarkan Output
Dengan menggunakan metode piece work plan, bonus diberikan
jika performansi diatas 100%
Operator Performance (%) 90 100 110 120 130 140
Manual Time (menit) 1,37 1,23 1,12 1,025 0,945 0,875
Machine Time (menit) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Total Time (menit) 2,37 2,23 2,12 2,205 2,945 2,875
Daily Output (430/actual 181 193 203 212 221 229
time unit)
Bonus (%) 0 0 10 20 30 40
Prosentase bonus dapat dihitung dengan cara lain seperti halnya
dengan menggunakan tingkat efisiensi (X) yang dikaitkan dengan
kecepatan kerja operator. Contoh misalkan operator performance
ditetapkan 120 %, maka X =1,2
Problem Yang Dijumpai Dalam
Incentive Plan Berdasarkan Output
2. Kualitas Produk
 Kualitas output kerja cenderung akan
menurun terutama sekali disaat kebijakan
pemberian insentif dilaksanakan.
 Operator seakan-akan dikejar untuk
menghasilkan output sebanyak-banyaknya.
 Hal ini akan menyebabkan penurunan
kualitas produk.
 Bilamana variasi kualitas tidak bisa
dihindari, maka dipilih kualitas yang baik
dari rata-rata yang ada.
Problem Yang Dijumpai Dalam
Incentive Plan Berdasarkan Output
3. Proses Belajar (Learning Process)
 Semua operator tanpa kecuali seharusnya mampu
berpatisipasi dalam incentive plan. Termasuk pula operator-
operator baru yang belum berpengalaman.
 Maka perlu dibuat suatu kebijakan insentif kepada operator
baru agar bisa mencapai bonus yang diharapkan.
 Kebijakan dapat dilakukan dengan pemberian bonus khusus
yang tetap selama proses belajar atau bisa juga dengan cara
menambah / memperbesar waktu standard dengan memberikan
allowance selama proses belajar.
Problem Yang Dijumpai Dalam
Incentive Plan Berdasarkan Output
3. Proses Belajar (Learning Process)
 Selanjutnya agar bisa diperoleh pengukuran yang objektif dari
learning allowance maka perlu dilakukan eksperimen yang
menghasilkan sebuah kurva belajar (learning curve) untuk
operasi-operasi tertentu.
Problem Yang Dijumpai Dalam
Incentive Plan Berdasarkan Output

Learning Curve
Problem Yang Dijumpai Dalam
Incentive Plan Berdasarkan Output
3. Proses Belajar (Learning Process)
Dari eksperimen yang dilkakukan telah berhasil dirumuskan
bahwa model matematis dari kurva belajar dapat dimodelkan
dalam bentuk persamaan

Tq = waktu siklus setelah sejumlah q siklus kerja dilakukan.


T1 dan n merupakan bilangan konstan yang ditetapkan secara
empiris. Persamaan tersebut diatas menunjukkan bahwa harga
T1 bisa pula diasumsikan sebagai waktu siklus percobaan yang
pertama kali dilakukan dan disini dicari dalam bentuk konstan
tertentu yang nilainya terbesar pada harga q yang rendah.
Penentuan Kapasitas
Menghitung Jumlah Mesin dan
Operator yang Dibutuhkan
Penentuan Kapasitas
 Pengaturan sistem produksi yang baik adalah dengan
menentukan jumlah mesin atau peralatan produksi yang
dibutuhkan secara tepat.
 Untuk keperluan penentuan jumlah mesin atau tenaga kerja
yang dibutuhkan maka informasi yang perlu diketahui adalah
1). Volume produksi yang dicapai
2). Estimasi scrap (produk yang cacat)
3). Waktu kerja standard untuk proses operasi yang berlangsung.

T P
N=
60 D.E
Penentuan Kapasitas
NOTASI SATUAN NILAI

P : Laju Produksi (unit/jam) 3000


T : Waktu produksi untuk satu (menit) 2.50
unit produk 16
D : Waktu kerja per hari (jam) 80 %
E : Efisiensi peralatan produksi (persentase) 10
N : Jumlah mesin ( unit )
Penentuan Kapasitas
Produksi yang dihasilkan tidak semuanya baik, ada yang cacat
sebanyak Pd

Dimana :
P = Jumlah produk yang dikehendaki (demand rate)
Pg = Jumlah produk yang berkualitas baik (good parts)
Pd = Jumlah produk yang rusak (defective parts)
Penentuan Kapasitas
Jumlah produk yang rusak ini dapat pula dinyatakan dalam
bentuk prosentase (p) dari jumlah produksi yang berkualitas
baik, sehingga rumus yang didapatkan disesuaikan menjadi

Pg
P=
1  Pd
Penentuan Kapasitas
MULTI PRODUCTION STAGE/MULTIPLE STAGE

Ada beberapa Work Station yang harus dilalui


produk, masing-masing work station memiliki
efisiensi fasilitas/mesin dan peluang memunculkan
produk cacat yang berbeda-beda. Semuanya harus
dipertimbangkan dalam perencanaan jumlah fasilitas.

i = 1 ,2 ,3 …n
Ti Pi
N=
60 D.E i
Penentuan Kapasitas
Rangkaian Proses Produksi
Penentuan Kapasitas
Efisiensi tiap work station
H DT  ST
E= = 1.00 
D D
E = Efisiensi work station
H = Waktu operasi (produktif) per periode (jam)
D = Waktu kerja satu periode
DT = Down Time (Total Lamanya mesin rusak, termasuk repair
time)
ST = Waktu Set – up (jam)
Penentuan Kapasitas
Efisiensi tiap work station
Pada dasarnya efisiensi dari masing-masing tahapan
proses ini akan bergantung pada faktor-faktor :
 Macam /tipe mesin atau peralatan produksi yang
dipakai
 Bagaimana caranya mesin atau peralatan produksi
tersebut akan dioperasikan (kecepatan potong,
dalamnya pemotongan dan lain-lain)
 Kebijakan yang diambil dalam aktivitas perawatan
Contoh
Waktu standar untuk suatu kegiatan kerja ditetapkan sebesar 2
menit dan waktu standar tersebut diharapkan dipenuhi oleh
rata-rata operator yang berpengalaman minimal telah pernah
melaksanakan pekerjaan tersebut berulang-ulang sebanyak
10.000 kali siklus operasi. Suatu kurva belajar 90% diperoleh
dan diaplikasikan untuk operasi kerja tersebut. Berapakah
standard time rata-rata per siklus operasi untuk 1000 kali
operasi dilakukan ?

Anda mungkin juga menyukai