Anda di halaman 1dari 465

i

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL TAHUN 2014

“PEMBANGUNAN INKLUSIF DI
SEKTOR PERTANIAN”

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian


Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
PEMBANGUNAN INKLUSIF DI SEKTOR PERTANIAN

Penyunting:
Sara Ratna Qanti
Agriani Hermita Sadeli
Rani Andriani Budi Kusumo
Tetep Ginanjar
Fernianda Rahayu Hermiatin

Desain Cover dan Lay Out:


Tetep Ginanjar

ISBN:
978-602-70388-1-3

Izin diberikan untuk bebas menyalin dan mendistribusikan sebagian atau seluruh dari isi
buku ini selama pemberitahuan tertulis diberikan kepada penerbit. Buku atau produk
turunan atau salinan dari buku ini tidak untuk diperjualbelikan atau digunakan untuk
keperluan mencari keuntungan.

Publikasi ini dapat diunduh secara gratis di:


sosek.agribusiness-unpad.org

Penerbit:
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Gedung SosekLantai 2 FakultasPertanian


Universitas Padjadjaran Kampus Jatinangor
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor
Telepon/Faksimili : 022-7796318
Website: sosek.agribusiness-unpad.org
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KATA PENGANTAR
Pembangunan pertanian memiliki posisi yang strategis dalam pembangunan perekonomian
nasional. Peran strategis tersebut berupa kontribusi nyata melalui pembentukan kapital,
penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio-energi, penyerap tenaga kerja,
sumber devisa negara, dan sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui praktek
usahatani yang ramah lingkungan. Sektor pertanian menjadi tumpuan utama bagi masyarakat
Indonesia dalam memenuhi pangannya (food security) serta menjadi tumpuan utama bagi
penghidupan sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal di perdesaan. Dengan peran
tersebut, pembangunan pertanian yang optimal akan mampu mewujudkan kemandirian dan daya
saing bangsa Indonesia dalam era globalisasi.
Namun demikian, fakta yang ada saat ini menunjukkan pembangunan pertanian Indonesia
masih menunjukkan kinerja yang belum optimal. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmerataan
dan ketidakadilan yang dirasakan terutama oleh petani kecil. Oleh karena itu, pembangunan
secara inklusif pada sektor pertanian diharapkan mampu menjembatani kesenjangan ini.
Pembangunan pertanian yang melibatkan petani kecil (Pembangunan inklusif) yang
berkelanjutan juga merupakan salah satu prinsip dasar dalam strategi induk pembangunan
pertanian 2013-2045. Pembangunan inklusif diharapkan membawa dampak positif terhadap
peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan bagi semua pihak, termasuk petani kecil.
Dalam rangka mendukung pembangunan pertanian inklusif Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian melaksanakan Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian pada 24
November 2014 di Kampus Unpad Jatinangor, yang merupakan bagian kegiatan Dies Natalis
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran ke-55. Seminar Nasional ini membuahkan prosiding
yang memuat makalah–makalah dalam berbagai bidang yaitu manajemen agribisnis, infrastruktur
pertanian, kelembagaan, pembiayaan, teknologi dan inovasi, kebijakan, penyuluhan dan
komunikasi, pemberdayaan masyarakat, pemasaran produk pertanian, logistik dan manajemen
rantai pasok. Prosiding ini merupakan perwujudan dari upaya bersama untuk memahami dan
memberikan masukan yang dapat membantu para pengambil kebijakan, pelaku usaha, maupun
akademisi dalam meningkatkan kinerja pembangunan pertanian.
Terima kasih yang sebesar–besarnya kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
berpartisipasi pada kegiatan Seminar Nasional ini. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat sebagai
media pembelajaran dan patok duga (benchmarking) bagi para pelaku agribisnis, akademisi,
pemerintah dan masyarakat

Jatinangor, November 2014

Panitia Seminar Nasional

i
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tim Reviewer Makalah

SEMINAR NASIONAL
PEMBANGUNAN INKLUSIF DI SEKTOR PERTANIAN
24 NOVEMBER 2014

Dr. Tomy Perdana, SP, MM


Dr. H. Ronnie Natawidjaja, Ir, MSc
Dr. Hj. Yosini Deliana, Ir, MS
Dr. Lies Sulistyowati, Ir, MS
Dr, Hj. Tuti Karyani, Ir, MSP
Dr. Trisna Insan Noor, Ir, DEA
Dr. E Kusnadi Wikarta, Ir, MS
Dr. Hj. Dini Rochdiani, Ir, MS
Dr. Hj. Hepi Hapsari, Ir, MS
Dr. Lucyana Trimo, Ir, MS
Dr. Hj.Elly Rasmikayati, Ir, MSc
Iwan Setiawan, SP, MSi

Penerbit
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran

ii
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PEMBICARA
SEMINAR NASIONAL
PEMBANGUNAN INKLUSIF DI SEKTOR PERTANIAN
24 NOVEMBER 2014

Keynote Speech :
Ferry Jie
Deputy Program Director – Master of Supply Chain and Logistics Management
at RMIT University

Pembicara :

Dr. Ir. Momon Rusmono, MS


Sekretaris Badan PPSDM Pertanian, Kementerian Pertanian

Ibu Ika Tedjaningrum


Kepala Divisi Pengembangan dan Pengaturan UMKM Bank Indonesia

Bapak Suryo
Fresh Product Director Giant Hypermarket

Iwan Setiawan, SP., MSi


Akademisi Departemen Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD

iii
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
TIM REVIEWER MAKALAH ii
PEMBICARA SEMINAR NASIONAL ii
DAFTAR ISI iv

MAKALAH PEMBICARA SEMINAR NASIONAL 1

Pemberdayaan Masyarakat Petani sebagai Wujud Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian 2


Iwan Setiawan

MAKALAH PRESENTASI ORAL 16


INFRASTRUKTUR

1 Partisipasi Petani Mangga Marginal dalam Saluran Pemasaran Modern: Pendekatan 17


Analisis Regresi Probit
Sara Ratna Qanti

2 Menuju Ekonomi Hijau (Green Economy) : Mengendalikan Tekanan Penduduk Atas 23


Waduk Cirata Melalui Optimalisasi Pengembangan Agriekobisnis
E. Kusnadi Wikarta dan Deddy Ma‘mun

KEBIJAKAN

3 Transformasi Tenaga Kerja Pertanian Sawah Tadah Hujan Akibat Perubahan Iklim 28
dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Nagari
Singkawang, Kabupaten Tanah Datar)
Yusmarni dan Rudi Febriamansyah

4 Kajian Model Program Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di 37


Wilayah Pesisir Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat
Endah Djuwendah, Hepi Hapsari, dan Sri Fatimah

5 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Manggis Indonesia 45


Muhammad Arief Budiman dan Andera Verena

6 Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit : Kebijakan, Implementasi, dan Kesejahteraan 51


Petani
Ernawati HD., Rosyani, Emy Kernalis, Zakky Fathoni

7 Potensi dan Kendala Pengembangan Sedap Malam sebagai Tanaman Hias Unggulan 57
di Kabupaten Sukabumi
Reny Sukmawani, Maman Haeruman K., Lies Sulistyowati, dan Tomy Perdana

iv
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KELEMBAGAAN

8 Kemitraan Usaha Dalam Peningkatan Daya Saing Dan Dampak Kebijakan Mangga 65
Di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
Nur Syamsiah, Lies Sulistyowati

9 Kajian Pola Kemitraan Agribisnis Manggga GedongGincu (Studi Kasus di Wilayah III 73
Cirebon : Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu)
Dinar

10 Transisi Sistem Produksi Petani Mangga Hubungannya Dengan Cara Penjualan 78


Lies Sulistyowati

LOGISTIK DAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

11 Optimasi Trade-Off Pasokan Komoditas Beras dan Gula Menuju Swasembada 87


Pangan Berkelanjutan
Akhmad Mahbubi

12 Kolaborasi Multi Pemangku Kepentingan dalam Klaster Agribisnis Sayuran di 95


Pangalengan, Jawa Barat
Arvitta Oktapiana dan Tomy Perdana

13 Pemahaman Sistem Rantai Rantau Pasok Klaster Agribisnis dalam Upaya 104
Mengembangkan Usaha Ternak Sapi Bali
Maria Krova, Maman H. Karmana, Dadi Suryadi, dan Rochadi Tawaf

14 Memahami Manajemen Rantai Pasok pada Eksportir Sayuran Menggunakan 112


Pendekatan System Dynamics
Tomy Perdana

15 Perancangan Model Sistem Penelusuran Pada Rantai Pasok Komoditas Sayuran 120
Untuk Pasar Terstruktur (Studi Kasus Pada Sub Terminal Agribisnis Mekar Mulya,
Desa Marga Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat)
Ninda Saraswati dan Tomy Perdana

16 Upaya Meningkatkan Ketersediaan Pasokan Tomat Melalui Penerapan Teknologi 127


Modern di Kelompok Tani Katata, Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan
Fadilla Fitriana dan Tomy Perdana

17 Mutual Insurance untuk Mengelola Risiko Pada Rantai Pasok Tomat di Desa 135
Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Satrya Ridzki Perdana dan Tomy Perdana

MANAJEMEN AGRIBISNIS

18 Pengalaman Penelitian Manajemen Agribisnis-Agroindustri di Fakultas Teknologi 141


Pertanian Universitas Andalas
Santosa

v
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

19 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam Mengambil 150


Keputusan Berusahatani Asparagus
Villiani D Hilman dan Kuswarini Kusno

20 Tingkat Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit Pola Plasma di Desa Sari Galuh, 156
Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau
Shorea Khaswarina, Evy Maharani, Roza Yulida, Juni Army

21 Kajian Potensi Agroindustri Berbasis Komoditas Perkebunan Teh Rakyat (Studi Kasus 163
di Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung)
Sulistyodewi NW dan Lucyana Trimo

22 Analisis Tingkat Produksi, Konsumsi Beras Kaitannya dengan Program Ketahanan 170
Pangan di Provinsi Jawa Barat
Dini Rochdiani, Deddy Ma‘Mun, M.Gunardi Judawinata

23 Strategi Manajemen Resiko pada Rantai Pasok Klaster Agribisnis Cabai Merah di 175
Kabupaten Garut, Jawa Barat
Sri Ayu Andayani , Tuhpawana, Lies Sulistyowati, Tomy Perdana

24 Prospek Agribisnis Ganyong Sebagai Bahan Pangan Alternatif 182


Doni Sutrisno dan Endah Djuwendah

25 Analisis Risiko Usahatani Bayam (Amaranthussp.) dengan Sistem Hidroponik (Studi 190
Kasus di PT Kebun Sayur Segar - Parung Farm, Kampung Jati, Kecamatan Parung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Widya Noormalahayati dan Endah Djuwendah

26 Penerapan Model Material Requirement Planning pada Industri Pengolahan Minyak 197
Akar Wangi (Studi Kasuspada PT. Pulus Wangi Nusantara, Garut)
Abdul Halim Basith, Pandi Pardian, Trisna Insan Noor

27 Potensi Pengembangan Agroindustri Java Preanger Cofee (Studi Kasus di Kelompok 206
Tani Margamulya, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung,
Provinsi Jawa Barat)
Gea Xena Levina dan Lucyana Trimo

28 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Waktu Panen Jagung 214
(Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten)
Dian Anggraeni, Tuhpawana, Tomy Perdana, Anne Nuraini

PEMASARAN PRODUK PERTANIAN

29 Daya Saing Pemasaran Komoditas Buncis Ekspor Melalui Kinerja Distribusi 220
Hesty N Utami dan Agriani Hermita Sadeli

30 Kajian Risiko Produksi dan Pemasaran Pada Petani Mangga 228


Elly Rasmikayati dan Lies Sulistyowati

vi
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

31 Komparasi Pola Pemasaran Beras Pada Berbagai Wilayah Produsen Berdasarkan 233
Tipologi Lahan di Sumatera Selatan
Riswani, Andy Mulyana , Yunita

32 Peran Pedagang Pengepul pada Usahatani Mangga Gedong Gincu (Mangifera 239
indica.L)
Suhaeni, Susandra Yunida Prihanti

33 Karakteristik Petani Kaitannya Dengan Cara Penjualan Mangga di Kabupaten Cirebon 247
Yosini Deliana, Sri Fatimah, Anne Charina

34 Analisis Integrasi Pasar Pada Sistem Pemasaran Komoditas Pangan Strategis Di 254
Kabupaten Bener Meriah
Lukman Hakim

35 Preferensi Konsumen Terhadap Produk Olahan Tepung Manggis 265


Amalia Nur Milla dan Neneng Kartika Rini

36 Analisis Pemasaran Zat Pewarna Alami Indigofera untuk Batik di Jawa 272
Masyhuri, Sugiyarto dan Hani Perwitasari

37 Tinjauan Marjin Pemasaran Cabe Merah Keriting (Capsicum annum L.) di Sentra 279
Produksi dan Pasar Induk
Dety Sukmawati

38 Relationship Marketing dan Loyalitas Pelanggan Paprika (Capsicum annum var. 285
Grossum) Berorientasi Ekspor
Midun Lintang Sihombing, Agriani Hermita Sadeli

39 Pengaruh Preferensi Konsumen dan Konsistensi Standarisasi Anggrek Nasional 292


Terhadap Keunggulan Daya Saing Anggrek Lokal dan Impor (Suatu Kasus Pada
Perdagangan Anggrek di Jawa Barat)
Neneng Kartika Rini

40 Simulasi Liberalisasi Perdagangan Berdasarkan Skenario Ambisius, Kompromistik 300


dan Skenario G-20 pada Komoditas Jagung Indonesia
Eddy Renaldi

41 Analisis Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Jeruk 308
Lokal dan Jeruk Impor (Studi Kasus di Supermarket Total Buah Segar, Bandung)
Pravitha Putri Fitriani dan Agriani Hermita Sadeli

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

42 Kaji Tindak Peningkatan Produktivitas dan Kesejahteraan Petani Teh Rakyat Melalui 317
Pendekatan Terintegrasi di Kabupaten Purwakarta
Rani Andriani Budi Kusumo, Anne Charina, Lucyana Trimo, Gema Wibawa Mukti

43 Pemberdayaan Petani Teh Rakyat Melalui Perubahan Paradigma Kelompok Tani 324
Lucyana Trimo
vii
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

44 Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberdayaan Petani Mangga 331


Gedong Gincu (Suatu Kasus di Desa Pasirmuncang dan Desa Cijurey, Kecamatan
Panyingkiran, Kabupaten Majalengka)
Dina Dwirayani, Hepi Hapsari, Tuhpawana P.Sendjaja

45 Analisis Tingkat Keberhasilan Program CSR (Kasus Budidaya Padi Organik Metode 337
SRI PT Medco E & P Indonesia - Rimau Asset)
M. Yamin

46 Peran Wanita Dalam Agroindustri Ledre Pisang Raja di Desa Purwosari, Kecamatan 344
Purwosari, Kabupaten Bojonegoro
Dina Novia Priminingtyas, Elva Hidayatul Haq

47 Kajian Pemberdayaan Wanita Melalui Inovasi Pengembangan Usaha Kecil Ranginang 351
Mini di Kelompok Binaan CSR PT. Telekomunikasi IndonesiaTbk, di Desa Cikoneng,
Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung
Nurul Wulan Sholihah, Rani Andriani Budi Kusumo

48 Memastikan Keterlibatan Petani Dalam Pengembangan Agribisnis (Studi Kasus 359


Petani Padi Organik Di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat)
Yayat Sukayat, Dika Supyandi, Dhany Esperanza

PEMBIAYAAN

49 Transformasi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Menjadi Bank Pertanian Sebagai 367
Suatu Pembangunan Inklusif Pembiayaan Berkelanjutan
Cindy Paloma dan Ami Sukma Utami

50 Pemberdayaan Pengrajin Kue Olahan dari Sagu Melalui Pembiayaan Dengan Prinsip 373
Bagi Hasil dalam Upaya Mendukung Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian
Henny Indrawati dan Caska

51 Analisis Usahatani Petani Kedelai Panen Muda Ketika Panen Muda dengan Ketika 379
Panen Tua (Studi Kasus di Desa Ciranjang, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat)
Kiki Rizcky Amalia dan Pandi Pardian

52 Pembiayaan Rantai Nilai Agribisnis Melon Emas ( Cucumis Melo L. Inodorus) 384
Berorientasi Ritel Moderen
Pandu Pringgodanu dan Tuti Karyani

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI

53 Persepsi Petani Karet Pola Swadaya Terhadap Pentingnya Peran Penyuluhan di 393
Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau
Roza Yulida, Kausar, Rosnita, Shorea Khaswarina, Sariyem, dan Destika
54 Persepsi Petani Swadaya Terhadap Peran Penyuluhan di Provinsi Riau 403
Rosnita, Roza Yulida, Arifudin, dan Suardi Tarumun

viii
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

55 Local Indigenous di Wilayah Pasang Surut (Studi Kasus di Kabupaten Banyuasin, 409
Sumatera Selatan)
Nurilla Elysa Putri

56 Partisipasi Perempuan dalam Program Lumbung Pangan Desa (Studi Kasus Di Desa 416
Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang)
Yayuk Yuliati dan Dina Novia Priminingtyas

57 Pasar Tradisional dalam Perspektif Pemangku Kepentingan (Kasus Pasar Kompleks 422
Margahayu)
Sri Fatimah, Yosini Deliana, dan Pandi Pardian

TEKNOLOGI DAN INOVASI

58 Tingkat Adopsi Teknologi Budidaya Mangga (Kasus pada Kelompok Tani ADS dan 430
Sari Buah, Kabupaten Majalengka)
Hepi Hapsari dan Aldy M. Faiz Raksayudha

59 Pengaruh Bahan Perekat Terhadap Kualitas Briket Limbah Biji Jarak Pagar (Jatropha 436
Curcas Linn)
Nurhaidar Rahman dan Sriharti

60 Analisis Risiko Lingkungan dari Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Mikroalga 445
Nurhaidar Rahman, Nurhamidar dan Sriharti

ix
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

MAKALAH PEMBICARA SEMINAR


NASIONAL

1
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI


SEBAGAI WUJUD PEMBANGUNAN INKLUSIF
DI SEKTOR PERTANIAN
Iwan Setiawan

Staf Pengajar Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad dan Anggota Komisi Penyuluhan Pertanian
Provinsi Jawa Barat

Email : iones73@yahoo.com

ABSTRAK. Tujuan tulisan ini adalah mendefinisikan kembali (redefinision) operasionalisasi konsep
pembangunan pertanian inklusif; mendeskripsikan kembali pemberdayaan masyarakat petani; dan
menganalisis operasionalisasi pemberdayaan masyarakat petani sebagai wujud pembangunan
pertanian inklusif. Desk study dan case study digunakan sebagai metode penulisan. Data-data
kuantitatif dan kualitatif yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis mengungkap
bahwa: (1) pembangunan pertanian inklusif berpotensi diimplementasikan di Indonesia dengan
beberapa koreksi pada aspek modal kesehatan-ekologis (keadilan ekologis), modal manajemen
(pengelolaan pelaku usaha), modal manusia (terutama regenerasi pelaku) dan modal institusi
(regenerasi pengelola organisasi); (2) pemberdayaan masyarakat petani mengalami banyak
penyimpangan dari hakekat dan prinsip-prinsipnya, baik karena klaim-klaim keberdayaan
pemberdaya, distorsi dan disorientasi program, maupun terbiaskan oleh kreasi sosialisme dan
kapitalisme; (3) implementasi pemberdayaan belum ditempatkan sebagai sebuah proses yang
bertahap dan berkelanjutan, akibatnya menjadi instan dan parsial. Pemberdayaan bias pihak luar,
sehingga reduktif terhadap modal potensial dan potensi lokal. Pada perkembangannya, terbangun
banyak model alternatif pemberdayaan, tetapi tidak ada yang paling baik. Pilihan model harus
memperhatikan karakteristik usaha, komoditas, agroeosistem, musim, iklim dan kebutuhan pelaku
kecil. Secara praktis, agribisnis ekologis ditawarkan sebagai model penguatan bagi perwujudan
pembangunan pertanian inklusif yang berkelanjutan.

ABSTRACT. The purpose of this paper is to redefine operationalization concept of inclusive


agricultural development; to describe the farming community empowerment; and analyze the
operation of the farming community empowerment as a form of agricultural development inclusive.
Desk study and a case study was used as a method of writing. Quantitative and qualitative data were
analyzed descriptively. The results of the analysis reveal that: (1) agricultural development inclusive
potentially implemented in Indonesia with some corrections on aspects of health-ecological capital
(ecological justice), capital management (management businesses), human capital (mainly
regeneration actors) and institutional capital (regeneration manager organization); (2) empowerment
of farmers through many deviations from the essence and principles, either because the claims of
agent, distortion and disorientation programs, as well as biased by the creation of socialism and
capitalism; (3) the implementation of empowerment has not been placed as a gradual and continuous
process, consequently becomes an instant and partial. Empowerment external bias, so that the
reductive potential to capital and local potential. In its development, awakened many alternative
models of empowerment, but none of the most good. Choice model should consider the
characteristics of business, commodity, agroeosistem, season, climate and the needs of small actors.
Practically, agri-ecological offered as a model for the realization of strengthening inclusive sustainable
agricultural development.

2
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
2013 hanya sebesar 18,6 triliun (1,12% dari
PENDAHULUAN total 1.657 triliun) dan tahun 2014 hanya
sebesar 15,5 triliun (0,84% dari total 1.843
Bagi pertanian Indonesia, konektivitas triliun). Ironi, padahal tuntutan dan tantangan
ASEAN, ASIA dan ASIA Pasifik bagai pisau sektor pertanian semakin meningkat, baik
bermata dua, satu sisi menawarkan peluang, dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan
sisi lainnya menebar ancaman. Sebagai pangan, pengembangan energi alternatif,
sebuah kesepakatan ―untuk tidak menyebut persiapan memasuki pasar terbuka, adaptasi
keniscayaan‖, konektivitas hanyalah ruang dan menghadapi dampat perubahan iklim, adaptasi
skema baru yang kaku dengan tuntutan baku. memasuki gerak ekonomi hijau dan ekonomi
Karenanya, penguatan sisi internal negara biru, pengelolaan ilmu pengetahuan masa
harus lebih diutamakan untuk mendapatkan depan (frontier technology), aplikasi teknologi
nilai positif dari skema baru. Meminjam konvergensi dan standarisasi-standarisasi,
konsep daya saing berkelanjutan dari Berns et inovasi hemat (frugal innovation) dan inovasi
al (2009), Ning He (2012) dan Srivastava hybrida (agrobiosains, agrocyber,
(2013), keunikan dan kebutuhan pasar harus agronanotechnology). Pertanyaan selanjutnya,
dipacu scara sejajar. Dalam konteks ini, dengan kondisi seperti itu, siapkah sektor
kearifan dan kemodernan sama-sama pertanian dan pelaku utama pertanian
ditempatkan secara berderajat, tidak saling memasuki pasar terbuka?
mereduksi, melemahkan dan menihilkan. Secara eksplisit, pemerintah telah
Pelaku besar, menengah dan kecil harus berupaya untuk memberdayakan pelaku-
sama-sama dikuatkan, sehingga ketiganya pelaku kecil menengah, termasuk di sektor
bersanding dan berkolaborasi dalam pertanian. Program penyuluhan, kemitraan,
menghadapi keterbukaan. Sebagai entitas bantuan modal (kredit usahatani, benih/bibit),
sosial ekonomi politik, eksistensi komunitas pendampingan, pembangunan infrastruktur
harus ditempatkan sama penting dan (jalan usahatani, irigasi, pasar), teknologi
strategisnya dengan korporasi, pemerintah pengolahan dan bantuan pemasaran, pada
dan institusi pendidikan tinggi. Oleh Ezkowitz dasarnya ditujukan untuk memberdayakan
et al (2008), skema tersebut dilabel ―the pelaku usaha kecil menengah, termasuk
tripple helix model‖. Sebagai perbandingan, petani. Bahkan, dalam salah satu substansi
berbeda dengan gerak raksasa capital dunia strategi induk pembangunan pertanian 2013-
(Amerika dan Eropa) yang investasinya bias 2045, pemerintah menegaskan pentingnya
korporasi, China dan India justru pembangunan inklusif, yakni pembangunan
menghadapinya dengan kekuatan kolektif pertanian yang melibatkan para petani kecil.
korporasi, pemerintahan dengan komunitas- Persoalannya, realisasi pendekatan-
komunitas. Hasilnya, riset Friedman (2009) pendekatan tersebut seringkali terbiaskan oleh
dan Mahbubani (2011) mengungkap bahwa ―mode konvensional‖ yang berorientasi proyek
strategi China tersebut terbukti sulit dan pelaku besar. Pelibatan petani kecil
diruntuhkan oleh kekuatan korporasi. seringkali bersifat pasif dan hanya dalam satu
Pertanyaannya, bagaimana inisiasi dan bagian kegiatan, bukan pada keseluruhan.
perkembangan penerapan model tersebut Pelibatan petani kecil seringkali ―hanya
dalam iklim pembangunan pertanian dimiliki‖ oleh satu institusi, bukan integrasi
Indonesia? seluruh institusi terkait. Pelibatan petani kecil
Perspektif analisis kritis memandang seringkali dikendalikan oleh anggaran dan
bahwa pembangunan di Indonesia masih bias target program, sehingga tidak tuntas dan
perkotaan, bias sektor PIP (perdagangan, tidak berkelanjutan. Pelibatan petani kecil
industri dan pelayanan) dan bias pelaku besar lebih sering dijadikan obyek orang luar, bukan
(elitis). Tanpa bermaksud menjustifikasinya, sebagai subyek. Sehingga ukuran
dari sisi anggaran saja terlihat bahwa sektor keberhasilannya lebih ditentukan standar
pertanian tersubordinasi oleh sektor-sektor orang luar, bukan perkembangan nyata yang
lain. Sebagai catatan, anggaran (APBN) sektor terjadi pada petani kecil. Pelibatan petani kecil
pertanian tahun 2010 hanya sebesar 9 triliun seringkali bias produksi dan modal tertentu
(0,8% dari total 1.126 triliun), tahun 2011 (terutama economic and technological capital)
hanya sebesar 16,8 triliun (1,37% dari total tidak menyangkut kesisteman pertanian atau
1.229 triliun), tahun 2012 hanya sebesar 17,8 agribisnis. Jika demikian, maka pertanyaannya
triliun (1,26 dari total 1.418 triliun), tahun adalah pembangunan pertanian inklusif yang
3
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
bagaimana yang adaptif diwujudkan di pada nelayan, pelaku UMKM dan penyuluh
Indonesia? pertanian. Usia yang tua identik dengan
Pembangunan pertanian inklusif penting pendidikan dan kualitas (karsa, kinerja,
untuk direalisasikan, karena ―petarung‖ sejati produktivitas) yang rendah (Rakhmat, 1999;
dalam pasar terbuka (ASEAN Community, Asia Soewardi, 2004 dan BPS, 2013). Secara
Community, Asia Fasifik Community dan World struktural, grafik petani penggarap juga terus
Community) adalah pelaku usaha kecil, meningkat dari tahun ke tahun, terutama di
termasuk petani-nelayan (peasant) dan Pulau Jawa dan pinggiran kota-kota besar.
pengrajin berbasis agro. Faktanya, beragam Pertanyaan selanjutnya, dengan kondisi usia
komoditas pertanian impor yang masuk ke yang tua dan berpendidikan rendah,
pasar domestik sebagian besar merupakan bagaimana ―pemungkinannya‖ agar petani
pesaing komoditas petani, bukan korporasi. Indonesia dapat menghasilkan produk yang
Meskipun ―gong‖ kesepakatannya baru akan siap bersaing di pasar terbuka?
ditabuh 2015, namun aroma ―perang‖ Diperlukan kecermatan dalam
persaingannya sudah terasa dari sekarang, memahami dan mendefinisikan pasar terbuka,
baik di pasar atas (supermarket), pasar induk sehingga tidak bias pada pasar regional atau
maupun pasar bawah. Sayuran, buah-buahan pasar internasional. Hal ini perlu ditegaskan
dan tanaman pangan sebagian besar mengingat dalam pasar terbuka, pasar
dihasilkan oleh petani kecil. Sedangkan teh, domestik suatu negara termasuk pada
sawit, karet, kakao dan lainnya yang relatif bagiannya. Karenanya, pasar domestik yang
mapan sebagian besar dihasilkan oleh sangat potensial dan tersebar di seluruh pulau
perusahaan, baik swasta maupun negara. Indonesia harus dijadikan sebagai garapan
Secara riil, dalam pasar terbuka, petani akan awal, sehingga tidak gampang digarap negara
menghadapi lima tekanan, yakni tekanan orang. Jika kondisi internal sudah dikuatkan,
berbagai kebijakan ekonomi-politik, produk baru memperhitungkan dan menggarap pasar
impor yang berharga murah, perilaku eksternal, baik pasar regional maupun
menyimpang importir nakal dan pelaku pasar internasional. Secara keseluruhan terdapat
gelap, struktur yang belum siap dan perilaku tiga peluang yang dapat dioptimalkan dalam
konsumen domestik yang kurang memihak. pasar terbuka, yakni pasar domestik
Pertanyaannya kemudian, bagaimana (termasuk pasar di pulau-pulau dan di pulau
menguatkan dan melindungi para petani agar terdepan), pasar regional dan pasar
antisipatif terhadap jebakan eksploitasi dan internasional. Secara praktis, bagi suatu
kompetitif dalam pasar terbuka? entitas, komoditas yang dipasarkan dalam
Secara ekonomi-politik, sebagai pelaku pasar terbuka akan berupa paket (produk,
primer, petani-nelayan kecil (peasant) yang investasi, tenaga kerja terampil, pelayanan
proporsinya masih lebih dari 50 persen, akan dan modal), bukan bagian per bagian.
menjadi kelompok pelaku ekonomi yang paling Pertanyaan besar yang ingin dijawab dalam
besar menanggung beban pasar. Peran tulisan ini adalah bagaimana pembangunan
gandanya sebagai produsen primer dan inklusif diwujudkan di sektor pertanian agar
konsumen berbagai kebutuhan (pertanian dan mampu menguatkan pelaku-pelaku kecil
nonpertanian), akan mengakibatkan beban menengah yang ―berserak‖ untuk bersanding
mereka meningkat dua kali lipat. Padahal, dengan pelaku besar dan bersaing dalam
secara sosial-kelembagaan, pelaku usaha kecil skema pasar terbuka? Secara khusus, tulisan
(petani, nelayan, pengrajin dan pengolah) ini bertujuan untuk: (1) mendefinisikan
juga sedang dihadapkan pada kondisi pasar kembali (redefinision) operasionalisasi konsep
komoditas yang labil (fluktutaif) dan pembangunan pertanian inklusif; (2)
kenyataan demografis yang berupa semakin mendeskripsikan kembali pemberdayaan
tuanya umur petani (aging-agriculture), masyarakat petani; dan (3) menganalisis
rendahnya penilaian kaum muda (under value) operasionalisasi pemberdayaan masyarakat
dan menggejalanya kelangkaan buruh tani. petani.
Tuanya umur petani berkaitan dengan
stagnannya regenerasi petani dan langkanya PEMBANGUNAN INKLUSIF
buruh tani terjadi karena sebagian besar
generasi petani dan buruh tani bermigrasi ke Pembangunan inklusif (inclusive
perkotaan dan ke sektor non pertanian development) merupakan kritik, padanan dan
(Setiawan, 2014). Hal yang sama juga terjadi alternatif dari pembangunan ekslusif (exlusive
4
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
development) yang bias pada pelaku atau kecil dan mengabaikan pelaku kelas
kelompok tertentu, seperti bias pada kelompok menengah dan besar, juga akan dimaknai
petani lapisan atas (golongan elitis) atau bias tidak memihak, karena eksklusif pada pelaku
pada pelaku komoditas tertentu. Secara kecil. Padahal, dalam dimensi pembangunan,
praktis, pembangunan inklusif diidentikan ketiga pelaku memiliki peran yang sama. Oleh
dengan pembangunan yang pro pertumbuhan karena itu, pemihakan harus sejajar. Bahkan,
(pro-growth), pro masyarakat kecil (pro-poors) dalam praktiknya, pemihakan juga harus
dan pro kemerataan (pro-job). Pada terjadi dan harus menjadi konsensus dari kelas
kenyataanya, pembangunan inklusif dimaknai yang lebih berdaya terhadap kelas yang lemah
secara sempit sebagai pembangunan yang atau kurang berdaya (pelaku kecil). Lebih dari
―melibatkan masyarakat kecil‖ dari mulai itu, pemihakan yang dimaksud tidak hanya
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan merujuk pada pelaku antar kelas, tetapi juga
evaluasi, sampai pada pemanfaatan hasilnya. antar wilayah (perkotaan, pinggiran dan
Tentu tidak salah, tetapi definisi seperti ini pedesaan), antar pulau (pulau dominan, pulau
rentan membias pada praktik-praktik yang tertinggal dan pulau terluar [beranda]) dan
pasif. Meminjam istilah Friedman (1999), antar pelaku pembangunan (pemerintah,
definisi pembangunan inklusif tersebut rentan swasta, koperasi, komunitas, peneliti,
komuflase dan kreasi kapitalisme (creative akademisi dan konsumen). Secara politik,
capitalism). Oleh karena itu, sebelum pembangunan inklusif harus juga memihak
diimplementasikan, sebaiknya kita melakukan pada pertanian, karena sektor ini
pendefinisian kembali (redefinision) konsep terdiskriminasi sektor lain.
pembangunan pertanian inklusif. Ketiga, pembangunan inklusif juga
Istilah inklusif sejatinya telah lama bermakna berkeadilan, yang berarti adil bagi
dilekatkan dengan partisipasi (Narayan, 1999; seluruh pelaku, baik secara sosial, ekonomi,
World Bank, 2001). Definisinya merujuk pada politik, teknologi dan ekologis. Konsep ini
pelibatan aktif, pemihakan dan keadilan. menegaskan bahwa pembangunan inklusif
Makna ketiganya bersiafat generik, tidak bukan hanya melibatkan dan memihak pelaku
hanya dalam satu bagian per bagian (parsial), kecil, tetapi harus juga memperhatikan
tetapi menyeluruh. Pertama, pelibatan aktif lingkungan (ekologis), kearifan lokal, nilai-nilai
masyarakat kecil tidak dimaknai sebagai lokal, keunikan lokal dan metode alternatif.
pengakuan diikutsertakan sebagai pelengkap Berkeadilan juga mencakup kepedulian
(objek-pasif), tetapi meliputi juga pemberian seluruh pelaku (skala besar, menengah dan
kewenangan dan pengakuan atas pelaku kecil kecil) terhadap keberlanjutan sosial, yakni
untuk berperan serta secara aktif dalam keterlibatan dan pemihakan semua pihak
pemberdayaan (subjek-partisipatif). Kekeliruan dalam regenerasi usaha dan suksesi organisasi
pemaknaan ―pelibatan petani kecil‖ secara petani. Kata inklusif senantiasa bersanding
pasif terlihat jelas dalam implementasi dengan partisipasi, yang merujuk pada
program pemberdayaan petani atau pembangunan yang partisipatif atau
tanggungjawab sosial perusahaan (CSR). melibatkan secara aktif semua pihak,
Meskipun menggunakan istilah pemberdayaan termasuk konsumen. Sebagian kalangan ada
atau pengembangan masyarakat, tetapi segala juga yang merapatkan kata inklusif dengan
sesuatunya serba ditentukan oleh orang luar ―kelompok yang berkebutuhan khusus‖, yakni
(baca: pemberdaya). Seoalah-olah, mereka yang terkategori kekurangan dan
keberdayaan hanya milik pelaku kelas ketidakberdayaan (powerless). Pada praktik
menengah-atas dan orang luar. Padahal petani pertanian, konsep berkebutuhan khusus dapat
kecil sendiri atau komunitasnya memiliki aspek diterapkan pada para pelaku kecil yang
keberdayaan yang berpotensi menguatkan mengusahakan komoditas spesifik atau unik
pelaku kecil lainnya. yang pengusahaannya membutuhkan
Kedua, pembangunan inklusif perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan
merupakan istilah yang merujuk pada dan permintaan pelanggan. Pembangunan
pembangunan yang memihak pada semua inklusif model ini sudah lama diterapkan oleh
pelaku, baik pelaku skala besar, menegah petani, terutama pada produk atau komoditas
maupun kecil. Penekanannya pada pelaku yang dipesan secara khusus oleh pasar,
kecil, karena selama ini pembangunan lebih institusi dan negara tertentu. Perlakuan
memihak pada kelas atas (ekslusif). Jika khusus juga berlaku pada pembangunan
pembangunan lebih memihak pada pelaku
5
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
masyarakat adat dan masyarakat pulau-pulau (2012) mengarah pada penguatan kapasitas,
terdepan (perbatasan). daya saing dan keberlanjutan pasokan.
Altenberg (2007) dan Haggblade et al.,
AGRIBISNIS EKOLOGIS : ALTERNATIF (2012) menyatakan bahwa fokus agribisnis
PEMBANGUNAN PERTANIAN INKLUSIF inklusif adalah pemerataan, peluang dan
penguatan daya saing petani melalui
Baik sebagai konsep maupun penguatan akses terhadap sumber produktif
pendekatan pembangunan pertanian, (seperti ragam pasar, permintaan [jenis,
agribisnis adalah keniscayaan yang perlu waktu, mutu, volume], standar kualitas,
kecermatan dan penyesuaian dalam teknologi spesifik, modal, ICT, inovasi hemat)
praktiknya di Indonesia. Perspektif deep dan penguatan kapasitas (seperti rantai pasok,
ecology dari Arne Naess (Capra, 2002) rantai nilai, mitigasi risiko, keterampilan
memandang konsep agribisnis yang mengelola [risiko, keuangan] dan pengolahan
berkembang selama ini baru sebatas holistik hasil). Pendekatan ini muncul sesaat setelah
(sistemik dan terintegrasi ke dalam), belum menjamurnya restoran, hotel, eksportir besar,
ekologis. Hal itu terlihat dari tidak perusahaan agribisnis dan pasar modern
disertakannya subsistem lingkungan fisik (supermarket, hypermarket) di negara maju
(infrastruktur), lingkungan ekologis dan negara sedang berkembang. Namun
(kondusifitas sosial, politik, iklim, alam dan demikian, karena konsep agribisnis inklusif
pemihakan konsumen), keragaman inter abai terhadap lingkungan, maka banyak pihak
pelaku dan eksistensi generasi dalam analisis
sistem agribisnis. Faktanya, agribisnis di Jika pembangunan pertanian dan atau
Indonesia masih jauh dari perilaku ramah agribisnis inklusif dimaknai sebagai
lingkungan (green), masih identik dengan
mental revolusi hijau yang eksploitatif, masih pembangunan pertanian yang
abai terhadap modal sosial dan modal memihak pada petani kecil, maka
ekologis, bias ekonomi neoklasik bertahap tiga pemaknaannya sangat bias manusia
(sumberdaya, investasi, inovasi), bias
korporasi dan bias pelaku usaha skala besar (anthroposentris). Pemaknaan
(belum memperhatikan hak kaum lemah) dan tersebut dapat dikatakan masih abai
belum memperhatikan generasi (Sitorus, terhadap lingkungan (ecosystem).
et.al., 2001; Sarwono, 2005; Susanto, 2005).
Pada perkembangannya, kritik terhadap Meminjam istilah Fritjop Capra, Pauli
agribisnis neoklasik telah melahirkan varian dan Marten, pembangunan pertanian
pendekatan agribisnis yang lebih adaptif dan agribisnis inklusif belum
dengan kondisi sosial ekonomi pelaku
pertanian skala kecil, seperti agribisnis ekologis. Termaktub dalam makna
berbasis komunitas (community based ekologis adalah keberlanjutan, yang
agribusiness), agribisnis inklusif (inclusive merujuk pada ramah lingkungan,
agribusiness) dan agribisnis ekologis (eco-
agribusiness). Jika agribisnis komunitas regenerasi pelaku pertanian, serta
merujuk pada relasi subyek-subyek pengusaha keunikan dan inovasi lokal.
(perusahaan agribisnis) dan kaum tani
(komunitas) yang mengintegrasikan modal kawatir bahwa pendekatan tersebut tidak steril
ekonomi, modal sosial dan modal alami dari modus eksploitasi. Melekatnya konsep
(Sitorus et al., 2001), maka agribisnis inklusif rantai nilai dan rantai pasok disinyalir bias
merujuk pada semua usaha petani yang pelaku usaha besar dan konsumen. Bahkan,
terintegrasi dengan berbagai subsistem keduanya tidak terlepas dari kreasi kapitalisme
jejaring bisnis dari produsen, perusahaan (Friedman, 2006; Friedman, 2011), sehingga
sampai pasar (konsumen). Bank Dunia (2009) orientasinya lebih pada pemindahan risiko dari
menamai inclusive agribusiness sebagai model korporasi kepada petani mitra, apalagi dengan
bisnis yang berbasis inovasi, nilai (kreasi, semakin nyatanya dampak perubahan iklim
kemitraan dan jejaring) dan pasar terstruktur terhadap risiko produksi usahatani.
(low income markets), yang melibatkan pelaku Vorley et al (2008) menegaskan bahwa
kecil (komunitas) dalam rantai nilai dan rantai dengan agribisnis inklusif, para pelaku usaha
supply, yang menurut Haggblade et al., kecil menjadi tertautkan dengan berbagai
6
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
pelaku, jejaring dan pasar, sehingga kita untuk memenuhi kebutuhan terpenting
mengungkit kualitas usaha, kapasitas dari zaman, maka belum sejalan dengan
kelembagaan, serta pengakuan dari pelaku di sistem kerja sosial dan lingkungan (socio-
hulu dan hilir. Kelemahan para pelaku usaha ecosystem).
kecil dapat diselesaikan secara bersama dalam Oleh karena itu, mengadaptasi konsep
jejaring mitra, baik investasi, pengetahuan, eco-creative (Howkins, 2001; Florida, 2002),
standar, permodalan, pengemasan, kesehatan, maka model agribisnis yang sejalan dengan
distribusi dan perluasan pasar. Bahkan, sistem kerja ekosistem (holistik dan ekologis)
agribisnis inklusif telah sampai pada adalah agribisnis ekologis (eco-agribusiness).
pengintegrasian strategi bisnis (proses disain Agribisnis ekologis memiliki karakteristik yang
model bisnis), operasi model bisnis dan sejalan dengan sistem sosial (socio-eco
kreasinya (Osterwalder, 2006), termasuk agribusiness) dan model bisnis berbasis
pengembangan kapasitas pelaku, aktifitas ekologis (blue economy), seperti zero waste,
usaha, teknologi spesifik, kelembagaan, social inclusiveness, innovation and
pengelolaan, peningkatan nilai tambah, akses adaptation, nature‘s efficiency dan multiple
sumberdaya dan peluang (jejaring) bisnis, economic effects. Melalui agribisnis ekologis,
fasilitasi kemitraan, perluasan rantai (nilai, peluang penciptaan lapangan kerja dan usaha
pasokan dan belajar). Menurut Vorley et al., baru tidak akan dibangun melalui pendekatan
agribisnis inklusif telah berdampak terhadap ―manu‖ faktur, tetapi akan muncul dari ―eco‖
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan faktur yang berjalan seperti pencapaian
petani, peternak, pembudidaya ikan, nelayan, sebuah ekosistem. Eco-faktur akan berjalan
penyedia input produksi dan agroindustri, menggantikan proses-proses linear dan
pengrajin, pengolah, distributor, pemasar, komuflase hijau. Limbah akan menjadi
penyuluh dan pengelola informasi. sumberdaya kembali, material yang tersedia
Persoalannya, karena manajemen rantai secara lokal akan terintegrasi ke dalam alur
pasok mengikutsertakan kekeliruan dari material lainnya, standar pasar akan berubah
material, transaksi keuangan dan pencapaian dan ide-ide kreatif akan menjadi pemula
pasar karena produk-produk bergerak dari norma bisnis yang stagnan dimana dominasi
panen atau pengumpulan, menjadi selama ini berubah pada aliran pemasukan.
manufaktur dan konsumsi, meski pemimpin Budaya melindungi dan mematuhi akan
pasar berbujuk teknologi baru sebagai peluang berkembang dan mendorong regenerasi
untuk mengikutsertakan kemampuan mengoreksi kesalahan masa lalu dan
kompetitif dan ceruk pasar, namun tidak ada penciptaan peraturan baru (Pauli, 2010).
garansi bagi inovasi yang dikembangkan. Pelaku kecil dilibatkan secara aktif, tetapi
Dikatakan demikian karena inovasi senantiasa tanpa dieksploitasi dan dibebani dengan
harus sesuai dengan sistem manufaktur dan berbagai risiko. Kearifan dan keunikan
distribusi rantai pasok yang mendahulukan sumberdaya lokal akan disandingkan dengan
ide-ide riset rasional untuk pemasaran dan inovasi ilmu pengetahuan sebagai ―amunisi
manufaktur. Minimnya komitmen bersama utama‖ untuk mengkreasi pasar baru dan daya
dapat memicu konflik terbuka dan saing yang berkelanjutan.
tersembunyi, mulai dari kepentingan pribadi Selanjutnya, pendekatan agribisnis
hingga kebijakan korporat (kontrak dan ekologis ditetapkan sebagai salah satu
beban-beban biaya kepada petani mitra), yang konstruksi the state of the art analisis sistem
sama-sama dapat mengacaukan segala agribisnis inklusif. Menurut Ackoff (1993);
strategi. Sejatinya, korporat hanya menjadi Maani et al (2000) ―system is a collection of
pasar alternatif (diversifikasi) bagi para petani parts that interact with one another to
mitra (baca: bandar). Artinya, tidak semua function as a whole‖. Sebagai sebuah sistem,
hasil usaha petani mitra diserap oleh agribisnis bukan hanya terbangun dari
perusahaan, hanya dua sampai lima persen beberapa subsistem, tetapi juga bersifat multi
kualitas super. Selain itu, karena manajemen dan trans disiplin (hybrid), lintas sektoral dan
rantai pasokan padat dengan inovasi yang membentang dari pedesaan sampai
tidak ramah lingkungan, dipandang tidak perkotaan. Bahkan, dengan teknologi
mendorong pemikiran ―di luar kotak (out of komunikasi dan informasi, institusi ekonomi
the box)‖ dan dapat menjadi hambatan pada dan jejaring bisnis, pelaku agribisnis
perkembangan dan bahkan antitesis dengan tertautkan dengan lingkungan yang lebih luas.
model yang mampu memenuhi permintaan Sintesa Sumardjo (1999) dan Etzkowitz et al
7
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
(2000) menegaskan bahwa agribisnis reliance), masyarakat petani sendiri memiliki
merupakan integrasi dari banyak lembaga kearifan dalam melakukan pendekatan
pengembangan (Gambar 1 dan Gambar 2). pemberdayaan yang dikreasi sendiri dalam
Namun demikian, secara mandiri (self- proses adaptasi.

Gambar 1. Gambar 2.

Keterkaitan Antar Lembaga Pengembangan The Tetra Helix Model Pengembangan Agribisnis
Sistem Agribisnis (Sumardjo, 1999) (Etzkowitz et al, 2000)

Ackoff (1993), Eriyatno (1996), (Gambar 3); dan Kedua, pendekatan statis
Anderson et al (1997), Maani et al (2000), (tertutup dan sederhana) yang cenderung
Tasrif (2001), Marteen (2007) dan Purnomo tidak adaptif terhadap waktu, sehingga
(2012) mensintesa dua pendekatan untuk memandang output sebagai respon dari input
menganalisis sistem. Pertama, pendekatan yang mempengaruhi kembali input sehingga
dinamis (terbuka dan kompleks) yang bersifat tingkah laku suatu sistem pada suatu saat
adaptif terhadap ruang dan waktu, sehingga akan mempengaruhi tingkah laku sistem pada
memandang output sebagai respon dari input waktu-waktu berikutnya. Analisis kotak gelap
yang tidak mempengaruhi kembali terhadap (black-box) merupakan salah satu pendekatan
input. Pada sistem yang dinamis, lingkaran untuk mengidentifikasi sistem agribisnis yang
umpan balik merupakan hubungan sebab bersifat statis (Gambar 4).
akibat dari variabel-variabel yang diamati

8
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Gambar 3. Sistem Agribisnis Ekologis: Model Bisnis Ekonomi Biru (Setiawan, 2014)

Gambar 4 Analisis Kotak Gelap (Blac-Box) Sistem Agribisnis Ekologis (Setiawan, 2014)
9
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PEMBERDAYAAN PETANI : WUJUD hatian dalam mengadopsi konsep


PEMBANGUNAN INKLUSIF DI SEKTOR pemberdayaan, karena faktanya ada yang
PERTANIAN bersifat radikalis (menihilkan sistem), sosialis
(kemerataan sama), kritis (kemandirian,
Pemberdayaan dapat dikatakan sebagai keadilan), psikologis (pendelegasian
kosakata yang paling populer (hyper- keputusan dan tanggungjawab) dan kapitalis
semiotika) dalam dua puluh tahun terakhir. (ekonomikos). Konlusinya, pemberdayaan
Hampir semua institusi mengadopsinya, merupakan proses bertahap dan partisipatif
termasuk kelompok-kelompok masyarakat dalam menciptakan iklim yang memungkinkan
yang ―tidak memahami sama sekali‖ apa itu potensi masyarakat (modal sosial, modal
pemberdayaan. Ironi, kata yang semula ekonomi, modal teknologi, modal alami, modal
didesain untuk manusia, oleh sebagian orang ekologis, modal informasi, modal manusia,
digunakan secara ―serampangan‖ pada modal institusi dan modal pengelolaan)
tanaman, ternak, lahan dan benda lainnya. berkembang secara berkelanjutan.
―Bagai meludah ke langit‖ pemberdayaan yang Penting untuk dipahami bahwa
semula ditawarkan sebagai pendekatan pemberdayaan merupakan proses perbaikan
alternatif yang humanis atas pendekatan- berkelanjutan yang akhir pencapaiannya akan
pendekatan linear (top-down, social- berujung pada kemandirian. Mewujudkan
enginerring), justru kini terperosok dalam kemandirian merupakan proses bertahap,
perangkap semu kreasi kapitalisme, sehingga tidak dapat dicapai dalam waktu singkat atau
menjauh dari prinsipnya dan terjebak dalam sekali kegiatan. Ada empat fase yang harus
ruang-ruang institusi yang dikritisinya. Hampir ditempuh partisipan pemberdayaan untuk
semua program dan proyek, baik yang mencapai kemandirian. Pertama, fase
digulirkan pemerintah, swasta dan lembaga ketergantungan (apatis) masyarakat pada
swadaya dilabel pemberdayaan. Meskipun pemberdaya; Kedua, fase transisi, masyarakat
dalam proses pembangunan ―didesain‖ secara sudah memiliki keberdayaan tetapi masih
partisipatif, namun instan, target-target, lemah; Ketiga, fase keberdayaan (masyarakat
determinasi orang luar, keproyekan dan sudah berdaya secara personal); dan
parsial menjadi warna dominan yang Keempat, fase kemandirian (masyarakat
mereduksi hakekat pemberdayaan. Klaim- berdaya secara personal dan interelasional).
klaim keberdayaan pemberdaya yang banyak Tahapan-tahapan dan fase-fase seperti itu
dikhawatirkan perintis pemberdayaan muncul jelas tidak memadai untuk dicapai dengan
dalam wujud yang beraneka ragam. Proses pendekatan pemberdayaan yang diterapkan
dinamis, adapatif dan partisipatif yang menjadi selama ini. Tujuan pemberdayaan hanya
penciri utama pemberdayaan meredup oleh mungkin terwujud apabila ada peta jalan (road
kerangka statika dan klaim keberdayaan. Oleh map) yang jelas, yang sinergi dengan riset-
karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk risetnya, yang berkesinambungan dan
meluruskan pola pikir dan praktik dilaksanakan dengan konsisten, baik tempat,
pemberdayaan agar kembali kepada lintasan subyek maupun waktu pelaksanaannya.
hakekat pemberdayaan. Secara praktis, pemberdayaan
Sebagai sebuah pendekatan, masyarakat petani dapat mengacu kepada
pemberdayaan petani sepakat untuk disebut beberapa referensi. Pertama, dapat mengacu
sebagai wujud pembangunan inklusif di sektor pada perkembangan kemandirian pelaku
pertanian. Proposisinya, merujuk pada tiga (subyek) pemberdayaan (Gambar 5). Kedua,
pilarnya, pemberdayaan merupakan proses mengacu kepada model perkembangan
pemungkinan (enabling), penguatan penguatan modal potensial subyek
(strengthening) dan perlindungan (advocating) pemberdayaan (Gambar 6). Ketiga, mengacu
yang ditujukan kepada kaum lemah tidak kepada perkembangan penguatan sistem
berdaya (powerless), termasuk petani kecil. agribisnis (Gambar 7). Keempat, mengacu
Mengutip pendapat Barker (1995), konsep kepada model interface atau the tetra helix
pemberdayaan dalam wacana pembangunan model yang bersifat terbuka, bukan hanya
masyarakat selalu dihubungkan dengan lingkup pertanian (Gambar 8). Kelima,
konsep pandiri, partisipasi, mengacu kepada model pemberdayaan
networking/relational dan keadilan. Dalam berbasis teknologi konvergensi (Gambar 9).
praktiknya, diperlukan kecermatan dan kehati- Keenam, mengacu kepada model kemandirian
10
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
lokal (self-reliance) yang berbasis komunitas permasalahan dan kebutuhannya (real and felt
(Gambar 10); dan Kesebelas, model needs). Benar bahwa semua pelaku pertanian
pemberdayaan reforma agraria (Gambar 11). memiliki sisi-sisi ketidakberdayaan, tetapi arah
Semua model itu ditujukan kepada pelaku nyata pemberdayaan tetap kepada petani
usaha (petani) kecil, serta didasarkan pada kecil.

Aspek Level Keberdayaan Individu dan Masyarakat


No
Keberdayaan Fatalis Berdaya Mandiri
1 Hubungan Sosial Dependent Independent Interdependent
2 Proses Sosial Konflik/Kompromis Kompetisi Kemitraan
3 Prakarsa Follower Self-helf/ confident Leader
4 Kondisi Subordinatif Kompromis Setara/ adil
5 Kompetensi Apatis Terampil Ahli
6 Suasana Batin Submisif Controled Wisdom
7 Konvergensi Kerjasama Kolaboratif Kemitraan
8 Status Hubungan Pertemanan Kolegial Mitra sinergis
9 Dampat Intervensi Penaklukan Pemberdayaan Penyuluhan
10 Kapasitas Imitator Readiness Berdaulat
11 Perkembangan Tertinggal Swakarya Swakarsa
12 Sifat Adopsi Late adopter Pelopor Inovator
13 Sikap Menonjol Prasangka Waspada Trust
Gambar 5.
Sumber: Sumardjo et al (2014)
Perkembangan Kemandirian

Catatan Gambar 6. Pemberdayaan adalah proses


dinamis yang bertahap (Gambar 5) dan dalam
setiap tahapannya terdapat kebutuhan modal yang
berbeda. Semuda modal diperlukan oleh pelaku
agribisnis skala kecil, tetapi berbeda dalam setiap
tahapan. Bagi pelaku produksi modal ekonomi,
alami dan teknologi lebih diperlukan pada tahap
ketergantungan, tetapi pelaku pasar lebih
membutuhkan modal informasi dan modal sosial
(networking, relational, collaborative). Bagi pelaku
penanganan pascapanen dan pengolahan, modal
artistik, modal informasi dan modal manajemen
lebih diperlukan. Modal yang perlu dikuatkan
adalah manusia (regenerasi) dan lingkungan
Gambar 6. (ekologis).

Penguatan Modal Potensial

11
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
Catatan Gambar 7. Pelaku kecil ada dalam setiap
subsistem agribisnis. Pada penyediaan input ada
penangkar benih, produsen pupuk organik dan
lainnya. Pada penanganan pascapanen ada pelaku
UMKM yang membutuhkan modal Iptek, modal
sosial dan modal artistik. Pada pelayanan ada
lembaga keuangan mikro dan penyuluh swadaya
yang membutuhkan modal informasi dan modal
sosial. Pada usahatani butuh modal ekologis dan
inovasi, modal manusia (regenerasi) dan sosial.
Gambar 7.

Penguatan Sistem Agribisnis

Catatan Gambar 8. Memberdayakan pelaku kecil


membutuhkan keterlibatan berbagai pihak sesuai
kapasitas keberdayaannya. Pemerintah, pelaku
bisnis (pasar, supplier), koperasi, perguruan
tinggi, peneliti dan komunitas. Tentu tidak hanya
pihak-pihak yang berlabel pertanian, tetapi
bersifat multipihak, multidisiplin dan bahkan
transdisiplin (hybrid). Jika selama ini petani hanya
menjadi plasma, maka formasinya harus dibalik,
petani harus menjadi inti, termasuk dalam
pendidikan, pelatihan dan penelitian. Ke depan,
komunitas akan menjadi inti, baik terkait keunikan
Gambar 8. maupun riset partisipatif.

The Tetra Helix Model

Catatan Gambar 9. Penggunaan teknologi


konvergensi dalam pemberdayaan pelaku usaha
kecil telah banyak diterapkan. Praktiknya sangat
memungkinkan mengingat radio, televisi dan
telecenter komunitas sudah diintegrasikan dengan
internet dan media sosial, sehingga proses
komunikasi yang semula bersifat linear menjadi
sangat interaktif. Penguasaan telepon genggam
pada masyarakat pedesaan, termasuk petani telah
mendorong berkembangnya program-program
dan acara-acara yang lebih nyata dan interaktif.
Selain itu, pengelola media dapat dengan mudah
mendapat informasi, karena terhubung dengan
berbagai sumber informasi.
Gambar 9.

Techno-empowerment

12
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Catatan Gambar 10. Bandar seringkali dipandang


negatif oleh orang luar, padahal bagi petani
adalah ―dewa‖. Tanpa bandar, volume produksi
petani kecil yang sedikit tidak akan sampai ke
pasar. Di Jawa Barat, terutama di dataran tinggi
dan lahan kering berbasis palawija, bandar adalah
mitra petani kecil yang menyediakan benih,
pupuk, pestisida dan kebutuhan produksi lainnya,
sekaligus menampung hasilnya. Pinjaman tersebut
tidak gratis (rata-rata berbunga 3%), meski tidak
dipatok di muka, tetapi di bayar pada saat panen
(dipotong langsung dari harga penjualan). Bandar
maupun petani hubungannya patron-client. Trust
dan komitment dibangun melalui asuransi
kesehatan, pembelian saat harga jatuh dan
penangguhan tanpa bunga saat gagal panen.

Gambar 10.

Pemberdayaan Lokal

Catatan Gambar 11. Hasil penelitian di Jawa Barat


atas redistribusi lahan negara yang sukses
diinisiasi lembaga swadaya mengungkap bahwa
sesaat setelah dikuasai petani, lahan dijual kepada
sesama petani, penduduk sekitar dan orang kota.
Pada kasus di Garut, Sukabumi dan Cianjur
Selatan, lahan dijual karena usahatani tidak
menguntungkan dan butuh biaya untuk menjadi
TKI. Penyebab utama usahatani tidak
menguntungkan, karena mereka yang hampir lima
turunan menjadi buruh sadap atau pemetik teh,
tidak memiliki keterampilan bertani.
Gambar 11.

Model Pemberdayaan Reforma Agraria

13
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Pada kenyataannya, tidak ada satu model (bridging) dan menjalin hubungan (linking)
yang paling baik. Oleh karena itu, diperlukan dengan berbagai pihak; (4) modal manusia
integrasi atau pilihan model sesuai dengan kondisi (human capital), terutama menyangkut aspek
keberdayaan pelakunya. Kewajiban para regenerasi pelaku usaha, baik regenerasi petani,
pemberdaya adalah menilai perkembangan pelaku usaha kecil maupun buruh tani; (5) modal
keberdayaan pemberdaya untuk mengukur inovasi (innovation capital), terutama terkait
tingkat kebutuhannya. Bagi yang masih lemah dengan upaya peningkatan nilai tambah, efisiensi
diperlukan penguatan dan bagi yang sudah kehilangan hasil, perluasan distribusi dan
berdaya diperlukan pengembangan dan mekanisasi spesifik lokal untuk mengantisipasi
perlindungan. Beberapa aspek pemberdayaan implikasi kelangkaan buruh tani; dan (6) modal
yang perlu diperhatikan pemberdaya. Pertama, institusi, terutama terkait dengan komunitas dan
bagi pemberdayaan pelaku usaha kecil diperlukan suksesi pengelola kelompok tani. Agribisnis
adanya manajer kawasan, bukan asosiasi atau ekologis ditawarkan sebagai model penguatan
gabungan kelompok yang menuai kecemburuan. bagi perwujudan pembangunan pertanian inklusif
Manajer kawasan adalah orang luar yang yang berkelanjutan.
profesional yang diperlukan untuk menjembatani,
mengikat dan menghubungkan antara satu pelaku DAFTAR PUSTAKA
usaha dengan pelaku usaha lainnya untuk tidak
saling menjatuhkan, tetapi saling menguatkan,  Ackoff, Rusel. 1993. National Development
terutama pada saat fluktuasi harga sangat Planning: The Desain of Social Research.
ekstrim. Kedua, pemberdayaan harus Prenhalindo, Jakarta
memperhatikan karakteristik lokasi (pantai,  Altenberg, T. 2007. Donor Approaches to
sawah, ladang, dataran tinggi dan hutan), karena Supporting Pro-poor Value Chain. Donor
karakteristik, usaha dan komoditas yang Commitee for Enterprise Development.
diusahakan, permasalahan dan kebutuhan  Anderson, Virginia dan Johnson, Lauren.
pelakunya berbeda. Karenanya butuh model 1997. System Thingking Basics: From
pemberdayaan yang juga berbeda. Ketiga, Concepts to Causal Loops. Pegasus
pemberdayaan petani harus memperhatikan Communications, Inc. Waltham,
musim dan perubahan iklim, karena berdampak Massachusetts.
signifikan terhadap keberdayaan pelakunya.  Baker, A., M.D Duffy and A Lamberti. 2000.
Farm Succession in Iowa. Iowa State
PENUTUP University, Ames, Iowa, USA.
 Bank Dunia. 2009. Inclusive Agribusiness:
Pemberdayaan masyarakat petani dan Fighting Poverty, Hunger and Malnutrition.
pembangunan pertanian inklusif perlu dikoreksi World Bank Institute.
agar perwujudannya lebih berkelanjutan.  Baradwaj, S.G., P.R Paradarajan and J Fahy.
Beberapa aspek yang selama ini terabaikan dari 1993. Sustainable Competitive Advantage in
pemberdayaan masyarakat petani dan terabaikan Services Industries: A Conceptual Model and
dari pembangunan pertanian inklusif, yang perlu Research Propositions. Journal of Marketing
dikuatkan adalah: (1) kepedulian, pemihakan dan (Oktober): 83-99.
keadilan atas kesehatan dan lingkungan  Barney, Jay B. 1991. Firm Resources and
(ecological capital); hal ini menjadi sangat penting Sustained Competitive Advantage. Journal of
mengingat aktifitas pertanian semakin padat input Management, 17 (1): 99-120.
kimia, termasuk dalam proses pengolahan  BPS. 2013. Statistik Pemuda Indonesia: Hasil
hasilnya; dibutuhkan pendekatan yang lebih Sensus Penduduk Tahun 2010. BPS, Jakarta
ramah terhadap lingkungan; (2) aspek  Capra, Fritjof. 2002. Jaring-Jaring Kehidupan:
pengelolaan usaha (manajement capital), Visi Baru Epistemologi dan Kehidupan. Alih
terutama pada pelaku usaha (bandar, supplier, Bahasa oleh Saut Pasaribu. Fajar Pustaka,
penangkar dan penyedia input), agar komunikasi, Yogyakarta
koordinasi dan kerjasama menjadi kuat, terutama  Eriyatno. 1996. Ilmu Sistem: Meningkatkan
dalam menghadapi AEC; (3) modal sosial (social Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB Press,
capital), baik menyangkut jejaring (networking), Bogor
saling percaya (trust), kerjasama (collaborative);  Ezkowitz, H and Leydersdorff L. 2008. The
modal sosial penting bagi semua pelaku, terutama Dynamics of Innovation: From National
untuk mengikat (bounding), menjembatani System and Mode 2 to a Tripple Helix of
14
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

University-Industry-Government Relations.  Pauli, Gunter. 2010. The Blue Economy: 10


Research Policy, 29 (2): 109-123 Tahun, 100 Inovasi, 100 Juta Pekerjaan.
 Florida, Richard. 2002. The Rise of the Akast Publsihing, Jakarta.
Creative Class: and How it‘s Transforming  Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi
Work. Leisure, Community and Everyday Life. Komunikasi. Edisi Revisi. PT. Remaja
New York: Basic Books Rosdakarya. Bandung.
 Friedman, T.L. 2009. The World is Flat:  Srivastava, M, A Franklin and L. Martinette.
Sejarah Ringkas Abad Ke-21. Dian Rakyat, 2013. Building a Sustainable Competitive
Jakarta. Advantage. Journal of Technology
 Friedman, T.L. 2011. Hot, Flat and Crowded: Management and Innovation. Volume 8, Issue
Mengapa Dunia Memerlukan Revolusi Hijau 2
dan Bagaimana Kita Memperbaiki Masa Depan  Sarwono, S.W. 2005. Manusia Indonesia:
Global Kita. Alih Bahasa oleh Alex Tri Mentalitas Prapertanian di Era Informasi
Kantjono. PT. Gramedia Pustaka Utama, ―Cyber‖ dalam Bunga Rampai ―Revitalisasi
Jakarta. Pertanian dan Dialog Peradaban‖. Kompas,
 Haggblade, S dan V Theriault, J Staatz, N Jakarta
Dembele and B Diallo. 2012. A Conceptual  Sitorus, F., Soetarto, E., Lubis, J.P., Agusta,
Framwork Promoting Inclusive Agriculture I., dan R. Pambudy. 2001. Agribisnis Berbasis
Value Chains. International Fund for Komunitas: Sinergi Modal Ekonomi dan Modal
Agricultural Development (IFAD). Sosial. Pustaka Wirausaha Muda, Bogor.
 Howkins, John. 2001. The Creative Economy:  Soewardi, H. 2004. Logika, Indra dan Karsa:
How People Make Money from Ideas. London. Dasar-dasar untuk Kemajuan Bangsa. Bhakti
Penguin Books. Mandiri, Bandung.
 Maani, Kambiz E. dan Cavana, Robert Y.  Sumardjo. 1999. Transformasi Model
2000. Sysem Thingking Modelling: Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan
Understanding Change and Complexity. Kemandirian Petani: Kasus di Provinsi Jawa
Pearson Education, New Zealand. Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB,
 Mahbubani, K. 2011. Asia Hemisfer Baru Bogor.
Dunia: Pergeseran Kekuatan Global ke Timur  Sumardjo, A. Firmansyah, L. Dharmawan dan
yang Tak Terelakan. Penerbit Kompas, Y.P Wulandari. 2014. Implementasi CSR
Jakarta. Melalui Program Pengembangan Masyarakat:
 Marimin. 2000. Teori dan Aplikasi Sistem Inovasi Pemberdayaan Masyarakat PT.
Pakar dalam Teknologi Manajerial. IPB Press, Pertamina EP. Asset 3 Subang field. CARE
Bogor. IPB, Bogor.
 Marten, G.G. 2001. Human Ecology: Basic  Vellema, S. 2010. Value Chains for Pro-Poor
Concepts for Sustainable Development. Development. DGIS-WUR Partnership
Earthscan Publications Ltd. London, Sterling, Globalization and Sustainable Development.
VA Wageningen University and Research Center.
 Meyer L.H., and C.S. Sternberger. 2005. Self-  Vorley, B. 2001. The Chains of Agriculture:
efficacy, Self-reliance, and Motivation in an Sustainability and the Restructuring of Agri-
Asynchronous Learning Environment. World food Markets. London, IIED, WSSD Briefing
Academy of Science, Engineering and Paper.
Technology 8 2005  Vorley, B., M Lundy and J MacGregor. 2008.
 Naess, Arne. 1993. Ecology, Community and Business Models that are Inclusive of Small
Lifestyle. Cambridge University Press, Farmers. Paper prepared for FAO and UNIDO
Cambridge. as background to the Global Agro-Industries
 Ning He. 2012. How to Maintain Sustainable Forum, New Delhi, 8 - 11 April 2008
Competitive Advantages: Case Study on the  Tasrif, Muhammad.2006. Analisis Kebijakan
Evolution of Organizational Strategic Menggunakan Model System Dynamics.
Management. International Journal of Program Magisters Studi Pembangunan ITB,
Business Administration Vol. 3, No. 5; 2012 Bandung.

15
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

MAKALAH PRESENTASI ORAL

16
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PARTISIPASI PETANI MANGGA MARGINAL DALAM SALURAN


PEMASARAN MODERN: PENDEKATAN ANALISIS REGRESI PROBIT

Sara Ratna Qanti1

Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl.Raya Jatinangor Km.21 Sumedang-Indonesia

(E-mail: sararatnaqanti@unpad.ac.id)

ABSTRAK. Peningkatan laju konsumsi mangga yang cepat dianggap menjadi penyebab utama pendorong
perubahan struktural sistem pasar, teknologi budidaya, dan bahkan munculnya jasa pertanian di sektor
mangga. Bagaimana aset dan akses yang dimiliki oleh petani mangga, khususnya infrastruktur berpengaruh
terhadap partisipasi mereka dalam saluran pemasaran modern adalah hal yang akan dibahas dalam tulisan
ini. Regresi probit digunakan sebagai alat analisis utama. Data primer diperoleh pada tahun 2011 dengan
cara melakukan wawancara langsung terhadap 404 petani mangga yang tersebar di 36 desa di Pulau Jawa
(Jawa Barat dan Jawa Timur), menggunakan metode multistage stratified random sample untuk pemilihan
sampelnya. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh temuan penting, yaitu: (1) partisipasi dalam saluran pasar
modern tidak dipengaruhi oleh skala petani, hal ini menunjukkan adanya inklusi petani kecil dalam saluran
pemasaran modern; (2) aset non-lahan (pendapatan di luar usaha tani, keberadaan relasi yang bergerak di
saluran pemasaran modern, kepemilikan alat transportasi, dan tingkat pendidikan) memegang peranan yang
sangat penting untuk menentukan partisipasi petani dalam saluran pemasaran modern; (3) akses terhadap
input, irigasi, dan lembaga keuangan juga mempengaruhi secara positif terhadap partisipasi petani dalam
saluran pemasaran modern.

Kata-kata kunci: partisipasi, petani marginal, mangga, pasar, modern

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP di tahun 2007, 0.63 kg/kapita/tahun di tahun


2011). Peningkatan konsumsi ini lebih tinggi dari
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana rata-rata peningkatan konsumsi untuk buah
aset dan akses/infrasrtuktur yang dimiliki oleh lainnya yang hanya 15% per tahun, bahkan jauh
petani mangga berpengaruh terhadap partisipasi lebih tinggi dari rata-rata peningkatan konsumsi
mereka dalam saluran pemasaran modern. Ruang beras yang hanya 1% per tahun.
lingkup tulisan ini adalah korelasi infrastruktur Peningkatan laju konsumsi mangga yang
dengan adopsi saluran pemasaran. cepat sepertinya menjadi penyebab utama
pendorong perubahan struktural sistem pasar
PENDAHULUAN untuk mangga, teknologi budidaya mangga (yang
berubah dari tradisional dan rendah penggunaan
Secara nasional, mangga merupakan input menjadi intensif dalam penggunaan tenaga
komoditas penting di Indonesia. Lebih dari 99% kerja dan bahan-bahan input kimia), dan bahkan
dari produksi mangga beredar di pasar domestik; munculnya jasa pertanian dalam pembudidayaan
kurang dari 1% yang diekspor. Meskipun pasar mangga (yang dalam artikel in disebut sebagai
domestik masuk dalam pembahasan, akan tetapi Sprayer Trader). Rantai nilai mangga yang
sering kali para pemegang kebijakan lebih banyak konvensional (―banyak tangan‖, skala kecil,
menitikberatkan pada pasar ekspor. Pandangan varietas diversifikasi yang terbatas, lingkup pasar
konvensional berasumsi bahwa rantai nilai pasar lokal, dan penjualan hanya pada musimnya),
domestik untuk mangga adalah stagnan, statis, sepertinya (berdasarkan temuan dalam studi ini)
dan tradisional. telah perlahan mengalami perubahan menjadi
Sementara itu, data Susenas menunjukkan ―lebih pendek‖, skala pelaku dan skala transaksi
bahwa konsumsi domestik mangga meningkat yang lebih besar, diversifikasi varietas menuju
sebesar 18% per tahunnya (0.37 kg/kapita/tahun niche, dan lingkup pemasaran yang lebih luas

17
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

(antar pulau dan antar kota), dan jenis pasar yang kuesioner yang terstruktur. Survey dilaksanakan
lebih beragam (pengolahan, hotel dan restoran, pada Juli-Agustus 2011.
eksportir, dan ritel modern). Cara pengambilan sample yang digunakan
Kebutuhan untuk merespon peningkatan adalah multistage stratified random sample.
permintaan dari perkotaan sepertinya juga menjadi Penelitian difokuskan di Pulau Jawa, pulau
salah satu pendorong terjadinya perubahan dalam penghasil mangga utama di Indonesia. Terdapat
pembudidayaan mangga, komersialisasi, dan beberapa tahapan dalam pengambilan sampel.
difersifikasi varietas mangga. Cara pembudidayaan Pertama, pemilihan Provinsi Jawa Barat dan Jawa
tradisional tanpa atau sedikit menggunakan input Timur sebagai lokasi penelitian dan menentukan
secara perlahan telah berubah menjadi lebih 404 responden dari kedua provinsi tersebut (202
benyak menggunakan input (seperti pupuk dan responden di Jabar dan 202 di Jatim). Jabar dan
pestisida) untuk meningkatkan produktifitas. Jatim dipilih karena pada tahun 2008, produksi
Petani juga mengadopsi teknologi off season mangga dari kedua provinsi ini mencapai 62% dari
supaya mangga bisa berbuah sepanjang tahun dan total produksi nasional. Kedua, dari setiap provinsi,
mendapatkan harga jual yang tinggi. dipilih dua kabupaten dengan hasil produksi
Peningkatan permintaan mangga juga tertinggi dan kedua (Jabar: Cirebon dan
diduga sebagai salah satu penyebab munculnya Majalengka. Jatim: Probolinggo dan Pasuruan).
penyedia jasa pertanian Sprayer Trader (ST), Ketiga, dari setiap kabupaten, dipilih tiga
seperti halnya yang terjadi di Philipina. ST adalah kecamatan berdasarkan jumlah pohon dan jarak
seseorang yang menjalankan usaha dengan cara dari jalan provinsi. Keempat, dari setiap
memberikan jasa pemeliharaan terhadap pohon kecamatan, empat desa dipilih secara acak. Lima,
mangga yang dimiliki orang lain, dan kadang juga dengan menggunakan data jumlah petani mangga
sekaligus menjualkan hasil panennya. ST biasanya per desa yang diperoleh dari BPS, petani mangga
memiliki sejenis kontrak persetujuan dengan responden dipilih secara acak berdasarkan kategori
pemilik pohon untuk melakukan persiapan lahan, skala petani (berdasarkan jumlah pohon yang
pemeliharaan (menyemprot, memupuk, dll), dan dimiliki). Dengan demikian, dari 404 jumlah
juga memanen dan memasarkannya. Kurangnya sampel, sampel yang dipilih adalah 40% petani
kecakapan teknis, keterbatasan peralatan, waktu, marginal (mempunyai 4-10 pohon) yang mewakili
dan atau modal untuk melakukan pemeliharaan 40% total jumlah pohon dan 80% dari jumlah
sendiri, diduga menjadi alasan para petani untuk petani di area yang disurvey. 40% petani kecil
bekerjasama (atau outsoursing) dengan ST. (mempunyai 11-100 pohon) yang mewakili 40%
Meskipun adanya peningkatan arti penting total jumlah pohon dan 20% dari jumlah petani);
transformasi pasar domestik (khususnya untuk dan 20% petani sedang (memiliki leboh dari 100
mangga), namum studi empiris mengenai hal ini pohon) yang mewakili 20% total jumlah pohon
masih sangat terbatas. Dengan demikian, tulisan meskipun hanya mewakili 1% dari jumlah petani.
ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan
dalam literatur tersebut. Model dan Estimasi
Fokus utama dari tulisan ini adalah
perbandingan dari karakteristik petani mangga Bagian ini akan membahas model umum,
yang terlibat dalam rantai nilai modern maupun model empiris dan cara estimasi yang digunakan
tradisional, khususnya di Pulau Jawa. Identifikasi untuk menganalisis data.
masalahnya mengkhususkan kepada apa dan
bagaimana aset, akses, dan karakteristik petani Model umum
mempengaruhi partisipasi petani dalam pemilihan Tulisan ini menggunakan pendekatan
saluran pemasaran modern. ―adopsi‖ saluran pemasaran yang diturunkan dari
behavioral function yang digunakan pada model
METODE adopsi teknologi; hal ini sesuai untuk pemilihan
saluran pemasaran karena pemilihan pasar pada
Metode yang dibahas mencakup cara intinya adalah pengambilan keputusan ―teknologi
pemilihan sample dan cara analisis data. pasca panen‖, seperti yang dikemukakan oleh
Goetz (1992) dan Holloway et.al (2005). Menurut
Data Feder et al. (1985), model pengambilan keputusan
sebagai suatu fungsi dari set insentif dan kapasitas
Data yang dipergunakan dalam tulisan ini petani, menyerupai fungsi permintaan input yang
diperoleh dari hasil survey, menggunakan diturunkan dari fungsi profit (tanpa memerlukan
18
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

asumsi maksimalisasi profit [Sadoulet dan de P adalah probabilitas partisipasi petanii dalam
Janvry, 1995]), dimana adopsi merupakan suatu saluran modern;
fungsi dari harga-harga input dan output relatif, X adalah karakteristik petani, yang
resiko, vektor modal quasi, dan juga berbagai meliputi: (1) jumlah orang dewasa (>16 tahun)
context-specific shifters. yang tersedia dalam rumah tangga (RT); (2)
depency ratio; (3) lama tahun pendidikan dari
Model empiris kepala RT; (4) jumlah pohon mangga yang dimiliki
Model probit digunakan dalam regresi di tahun 2008 ; (5) terdapat irigasi di lahan
untuk menganalisis determinan adopsi saluran mangga yang mimiliki di tahun 2005; (6)
pemasaran antara pasar tradisional dan pasar persentasi varietas niche yang dimiliki; (7) besar
modern. pendapatan dari luar pertanian di tahun 2005
Dalam tulisan ini, petani pasar tradisional (dalam $); (8) memiliki lebih dari 100 pohon
didefinisikan sebagai petani yang menjual mangga dan memiliki pendapatan dari luar
mangganya secara lokal (di area produksi) ke pertanian di tahun 2005; (9) memiliki lahan sawah
konsumen akhir di daerah produksi, calo yang di tahun 2005; (10) memiliki truk atau kendaraan
berada di desa, pengumpul yang berada di desa, lain di tahun 2005; (11) lama tempuh dari lahan ke
bandar skala kecil berlokasi di daerah produksi, jalan provinsi (menit); (12) berlokasi di Jabar; (13)
calo skala besar dari bandar yang berlokasi di berlokasi di sentra produksi mangga; (14) jumlah
daerah produksi, bandar skala besar di daerah suplier input di desa; (15) terdapat lembaga
produksi, dan ke pengecer tradisional. Petani pasar pembiayaan mikro di tingkat desa; (16) memiliki
modern adalah petani yang menjual mangganya teman atau keluarga yang terlibat di saluran
ke pasar modern (dan mungkin juga ke pasar pemasaran modern di tahun 2005; (17)
tradisional) sebagai pembeli pertama (pembeli menggunakan jasa ST.
dimana petani langsung menjual kepadanya)
ataupun pembeli keduanya (pembeli yang membeli Langkah selanjutnya adalah pengujian
mangga dari petani pertama, sehingga model atas multikolinearitas, heteroskedastisitas,
mengindikasikan tipe dari saluran pemasarannya). dan spesifikasi model. Standar eror yang robus
Petani saluran pemasaran modern adalah petani digunakan untuk memperbaiki masalah
yang menjual ke bandar skala besar di pasar induk heteroskedastisitas. Penghitungan VIF untuk
yang ada di area produksi, bandar skala besar di setiap variable bebas dilakukan untuk menghindari
pasar induk di provinsi, bandar skala besar di masalah multikolinearitas, dan weighting
Jakarta dan Surabaya, supplier supermarket, procedure (WESML), yang diperkenalkan oleh
pengolah, hotel dan restoran, eksportir, dan ritel Wooldridge (2002), digunakan untuk mengkoreksi
modern (supermarket, hypermarket, dll). kebiasan pada sampel yang disebabkan karena
penggunaan jumlah sampel yang tidak
Model Probit yang digunakan adalah proporsional terhadap jumlah petani mangga.

G(z) = ɸ (z) = ∫ (1) Perhitungan efek marginal dilakukan untuk


menguji besarnya efek suatu variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel terikat. Untuk menghitung
dimana ϕ (v) adalah probabilitas dari distribusi
ini, digunakan post estimation analysis terhadap
standar normal (2π)-1/2 exp ( /2). Model ini
model probit yang telah diregresi.
mengukur probabilitas partisipasi petani dalam
saluran pemasaran modern dengan
mempertimbangkan karakteristik petani sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut:
Tabel 1 menunjukkan beberapa temuan
Pi (C = 1|X) = Pi (C|x1, x2, ..., xk) (2)
penting, diantaranya sebagai berikut.
dimana: Pertama, hasil yang menarik adalah
i menotasikan petani (i=1, …., 404); ketidaksignifikanan jumlah pohon yang dimiliki
C adalah partisipasi dalam pasar modern, dimana petani di tahun lalu terhadap partisipasi dalam
C= 1 untuk petani yang berpartisipasi dalam pasar pasar modern. Dalam beberapa literatur, misalnya
modern dan C = 0 untuk petani yang berpartisipasi Reardon et al (2009), menunjukkan bahwa
hanya di pasar tradisional; terdapat perdebatan apakah petani marginal
tersisihkan dari saluran modern; beberapa

19
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

penelitian menunjukkan inklusi dan eksklusi petani Berlokasi di Jabar di tahun .180 .066
marginal dari saluran modern tergantung dari 2009 ***
situasi dan kondisi. Hasil yang ditunjukkan dari
penelitian ini mendukung inklusi karena jumlah Berlokasi di sentra produksi .129 .080 *
pohon yang dimiliki tidak signifikan dan berarti mangga di tahun 2009
bahwa baik petani marginal maupun kecil atau
sedang, bisa berpartisipasi dalam saluran modern. Jumlah suplier input di desa -.012 .026
di tahun 2009
Tabel 1. Estimasi Efek Marginal Probabilitas
Partisipasi Petani dalam Saluran Pemasaran Terdapat lembaga .129 .073 *
Modern pembiayaan mikro di tingkat
Variabel Koefisien Standar desa di tahun 2009
Error
Memiliki teman atau keluarga .354 .127
Jumlah orang dewasa (>16 -.008 .025 yang terlibat di saluran ***
tahun) yang tersedia dalam pemasaran modern di tahun
rumah tangga (RT) di tahun 2005
2009
Menggunakan jasa ST di .489 .135
Depency ratio di tahun 2009 .001 .001 tahun 2009 ***

Lama tahun pendidikan .022 .008 ***, **, * : signifikan pada =1%, 5%, dan 10%.
kepala RT sampai dengan ***
2009 Kedua, petani yang memiliki tingkat
pendidikan lebih tinggi cenderung berpartisipasi
Jumlah pohon mangga yang .001 .001 dalam saluran pemasaran modern. Setiap
dimiliki di tahun 2008 penambahan satu tahun pendidikan yang diperoleh
petani, probabilitas untuk berpartisipasi di saluran
Terdapat irigasi di lahan .292 .072 modern meningkat sebesar 0.022. Hal ini konsisten
mangga yang dimiliki di *** dengan temuan Florez (2004) yang menyatakan
tahun 2005 bahwa walaupun saluran pemasaran non-
tradisional tampak lebih beresiko, tapi
Persentasi varietas niche -.001 .001 menghasilkan pemasukan yang lebih besar;
yang dimiliki di tahun 2009 pendidikan dapat membantu petani dalam
menganalisis resiko dan keuntungan. Literasi dan
Besar pendapatan dari luar -.001 .001 pendidikan dapat membantu petani untuk lebih
pertanian di tahun 2005 *** memahami proses produksi dan informasi pasar
(dalam $) serta menyesuaikan kegiatan mereka sesuai
dengan permintaan pasar, dari segi waktu,
Memiliki lebih dari 100 pohon -.215 .129 * kualitas, serta kuantitas (Chicazunga et al, 2008).
mangga dan memiliki Ketiga, petani yang memiliki relatif (teman
pendapatan dari luar atau keluarga) yang bekerja di saluran pemasaran
pertanian di tahun 2005 modern, memiliki probabilitas untuk berpartisipasi
dalam saluran modern 0.354 lebih tinggi
Memiliki lahan sawah di .113 .067 * dibandingkan petani yang tidak memiliki relatif
tahun 2005 yang bekerja di saluran pemasaran modern. Hal ini
menunjukkan bahwa aset sosial dan networking
Memiliki truk atau kendaraan .161 .066 ** memegang peranan penting dan bisa mengurangi
lain di tahun 2005 biaya transaksi dan resiko.
Keempat, petani yang memiliki
Lama tempuh dari lahan ke .006 .002 pendapatan di luar pertanian cenderung memiliki
Jalan provinsi (menit) di *** probabilitas yang lebih kecil untuk berpartisipasi di
tahun 2009 saluran pemasaran modern. Setiap peningkatan $1
pendapatan dari luar pertanian, mengurangi
probabilitas petani tersebut untuk berpartisipasi

20
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dalam saluran modern sebesar 0.001. Hal ini tingkat desa memiliki probabilitas untuk
sepertinya berkaitan dengan biaya oportunitas dari berpartisipasi dalam saluran pemasaran modern
waktu yang dimiliki oleh petani. Saluran 0.129 lebih besar dibandingkan dengan petani
pemasaran modern cenderung memerlukan waktu yang berada di desa yang tidak terdapat lembaga
yang lebih banyak dalam hal produksi, tahapan pembiayaan mikro. Hal ini menunjukkan bahwa
pemasaran, maupun dalam hal pengawasan ketersediaan bantuan modal dapat membantu
(dalam kaitannya untuk menciptakan produk yang petani untuk bertahan dalam saluran pemasaran
lebih berkualitas dibandingkan dengan saluran modern. Salah satu contoh nyata berhubungan
pemasaran tradisional). Sebagai contoh, untuk dengan cara pembayaran dari saluran pemasaran
saluran tradisional, biasanya pembelian buah di modern, misalnya supermarket, dimana
pohon dan pemanenan dilakukan oleh pembeli pembayaran terhadap petani bisa lebih dari satu
sedangkan untuk saluran modern biasanya bulan dari saat transaksi. Selama waktu tunggu ini,
pembelian dilakukan setelah pemanenan (untuk petani bisa memenuhi kebutuhan biayanya dengan
memperoleh kualitas barang yang baik) dan meminjam dana talangan dari lembaga
pemanenan dilakukan oleh petani. Selain itu juga, pembiayaan mikro yang berada di desanya.
petani harus menjaga pohon mangganya pada Kedelapan, waktu tempuh dari lokasi
saat musim panen karena pada beberapa kasus, kebun ke jalan provinsi memiliki hubungan yang
pencurian buah seringkali terjadi. positif. Penambahan satu menit waktu tempuh
Kelima, petani yang memiliki truk atau meningkatkan probabilitas untuk berpartisipasi
kendaraan lainnya, memiliki probabilitas untuk dalam saluran pemasaran modern sebesar 0.006.
berpartisipasi dalam saluran pemasaran modern 0. Hal ini merupakan temuan yang menarik dan
161 lebih besar dari pada petani yang tidak berkontribusi terhadap literatur karena biasanya
memiliki truk atau kendaraan lain. Berdasarkan dengan semakin tinggi biaya transaksi, semakin
pengamatan di lapangan, banyak kebun mangga rendah probabilitas untuk berpartisipasi dalam
yang berada jauh dari jalan utama dan biasanya saluran modern. Akan tetapi, hal ini
hanya berupa jalanan tanah (yang sangat becek mengesampingkan probabilitas bahwa petani
kalau di musim hujan) sehingga kepemilikan memiliki lahan/kebun yang lebih luas dengan cara
kendaraan sendiri memberikan keuntungan yang mengkonversi lahan sawah ataupun hutan.
besar (jika dibandingkan dengan menyewa truk Kesembilan, petani yang berlokasi di Jawa
karena dengan kondisi jalan yang tidak baik, biaya Barat memiliki probabilitas untuk berpartisipasi
sewa pun semakin tinggi). dalam saluran pemasaran modern 0.180 lebih
Keenam, petani yang memiliki irigasi di besar dibandingkan petani yang berada di Jawa
lahannya memiliki probabilitas untuk berpartisipasi Timur. Hal serupa terjadi pada petani yang
dalam saluran modern sebesar 0.292 lebih tinggi berlokasi di daerah sentra yang memiliki
dari petani yang tidak memiliki irigasi. Hal ini probabilitas untuk berpartisipasi dalam saluran
konsisten dengan temuan-temuan lain, salah modern 0.129 lebih besar dibandingkan petani
satunya pada penelitian Hernandez et al (2007) yang tidak berlokasi di daerah sentra produksi.
mengenai petani tomat di Guatemala yang menjual Kedua hal ini mendukung hipotesis adanya korelasi
ke pasar modern. Di Jawa, walaupun mangga bisa negatif antara biaya transaksi dan partisipasi
ditanam pada lahan tadah hujan, pada waktu- dalam saluran modern. Hal ini juga mendukung
waktu tertentu tetap memerlukan air yang cukup temuan Barrett (2007) bahwa keputusan
banyak (misalnya pada saat buah mulai muncul procurement oleh pelaku pemasaran modern (dan
dan setelah panen). Jika hujan tidak datang di juga petani) adalah fungsi dari biaya transaksi, dan
waktu yang tepat, kualitas dan kuantitas mangga mereka juga cenderung membeli dari daerah yang
dapat mengalami penurunan sehingga irigasi kepadatan jumlah suppliernya tinggi dan
berperan sangat penting. Pohon mangga infrastruktur (jalur transportasi) yang baik.
membutuhkan 70-100 liter/pohon/minggu pada Dilihat dari lokasi, Jawa Barat berada di
saat buah sebesar bola pingpong, akan tetapi tidak dekat daerah konsumsi dan kota-kota besar
memerlukan banyak air pada saat akan panen. (Jakarta, Bandung) dimana jenis pasar modernnya
Dengan adanya irigasi, kualitas dan kuantitas buah sangat beragam (supermarket, hotel, restoran,
akan lebih baik dan dapat memperbesar gerai-gerai/toko buah modern) dan juga terdapat
kemungkinan bagi petani untuk bisa menjual hasil pasar-pasar induk besar seperti Kramat Jati di
panennya ke saluran modern. Jakarta dan Caringin di Bandung. Lain halnya
Ketujuh, petani yang berlokasi di daerah dengan di Jawa Barat, di Jawa Timur tidak
yang terdapat lembaga pembiayaan mikro di terdapat pasar induk permanen, hanya ada pasar
21
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

induk musiman (seperti Gedong Doro di


Surabaya). Perlu dicatat bahwa dalam tulisan ini,  Barrett, C.B. 2007. Smallholder market
penjualan antar pulau dikategorikan sebagai participation: Concepts and evidence from
saluran pemasaran modern. Berdasarkan temuan Eastern and Southern Africa. Paper presented
di lapangan, Pulau Sumatera adalah tujuan utama at FAO workshop on Staple Food Trade and
dari bandar antar pulau. Seorang bandar antar Market Policy Options for Promoting
pulau yang berlokasi di Jakarta menyampaikan Development in Eastern and Southern Africa,
bahwa sumber utama pemasok adalah dari Jawa Rome, March 1-2, 2007.
Barat (60%), Jawa Tengah (20%), dan Jawa  Chikazunga, D., Deall, S., Louw, A. & van
Timur (20%). Selain itu, perusahaan pengolah Deventer, J. 2008. The role of fresh produce
mangga besar (tiga perusahaan besar) berlokasi di markets in South Africa. Regoverning Markets,
sekitar Jakarta (Jakarta, Bogor, Tanggerang). Policy Brief 4 (September).
Pengolah ini membeli bahan setengah jadi (pure  Cruz, A. D., Hernandez, R., Digar, L., Reardon,
mangga) terutama dari daerah Cirebon. Sementara T., Qanti, S., Minte, B. 2010. Mango farmers,
itu, untuk olahan manga dari Jawa Timur sebagian sprayer traders, and modern market channel
besar hanya diminta oleh pengolah kecil dan participation in Pangasinan Province,
industri rumah tangga. Phillippines: Survey based evidence and
Kesepuluh, petani yang menggunakan ST implication. Project report Asian Development
memiliki probabilitas berpartisipasi dalam saluran Bank under project Strengthening Institutions
pemasaran modern 0.489 lebih besar dari petani for Investment Climate and Competitiveness,
yang tidak menggunakan ST. Hal ini adalah Michigan State University, April.
temuan pertama di Indonesia dan sesuai dengan  Feder, G., Just, R., Zilberman, D., 1985.
temuan Cruz et al (2010) mengenai ST di Philipina. Adoption of agricultural innovations in
KESIMPULAN/REKOMENDASI developing countries: a survey. Econ. Dev.
Cultural Change. 33(2), 255–298
Tulisan ini memberikan kontribusi bukti
 Goetz, S. J., 1992. A selectivity model of
empiris dalam perdebatan pembangunan pertanian
dimana terdapat pelibatan (inklusi) petani marginal household food marketing behavior in sub-
dalam transformasi struktur pasar dan Saharan Africa. Am. J. Agric. Econ. 74, 444–
moderinisasi di Indonesia. Selain itu, tulisan ini 452.
juga menunjukkan bahwa karakter petani (tingkat  Hernandez, Ricardo. 2009. Supermarkets,
pendidikan), aset sosial ekonomi (networking, wholesalers and tomato growers in Guatemala.
pendapatan di luar pertanian, kepemilikan lahan Master Thesis, Michigan State University.
sawah, kepemilikan truk/kendaraan), infrastruktur  Holloway, G., Barrett, C. B., Ehui, S., 2005.
(irigasi, jalan raya, lembaga keuangan mikro), The double-hurdle model in the presence of
serta kemunculan penyedia jasa pertanian (ST) fixed costs. J. Int. Agri. Trade Dev. 1, 17–28.
memberikan efek positif terhadap tingkat  Reardon, T., Barrett, C.B., Berdegué, J.A., &
partisipasi petani dalam saluran pemasaran Swinnen, J.F.M. ‗Agrifood industry
modern. transformation and farmers in developing
countries‘. World Development 37, no. 11
UCAPAN TERIMAKASIH (2009): 1717-1727.
 Sadoulet, E., de Janvry, A., 1995. Quantitative
Ucapan terimakasih ditujukan kepada Development Policy Analysis. Johns Hopkins
Assets and Market Access Collaborative Research University Press, Baltimore
Support Program (AMA CRSP) USAID, sebagai  Wooldridge, J. Econometric Analysis of Cross
donor dari pelaksanaan penelitian.
Section and Panel Data. Second ed.
DAFTAR PUSTAKA Cambridge, MA: MIT Press, 2002.

22
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

MENUJU GREEN ECONOMY :


MENGENDALIKAN TEKANAN PENDUDUK ATAS WADUK CIRATA
MELALUI OPTIMASI PENGEMBANGAN AGRIEKOBISNIS
Engkus Kusnadi Wikarta, Deddy Ma‘mun

Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

wikarta@yahoo.co.id

ABSTRAK. Mengendalikan tekanan penduduk atas Waduk Cirata di DAS Citarum melalui optimasi
pengembangan agriekobisnis, urgensinya adalah pelestarian kualitas lingkungan hidup untuk mendukung
pembangunan pertanian dan perdesaan sekaligus pembangunan PLTA Cirata yang berkelanjutan
berdasarkan empat pilar etika, ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Pengembangan agriekobisnis di Waduk
Cirata adalah pengembangan agribisnis yang berwawasan lingkungan dan dikelola oleh masyarakat lokal
sekitar Waduk Cirata utamanya mereka yang terkena dampak pembangunan PLTA Cirata. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya optimasi pengembangan agriekobisnis di Waduk Cirata agar
supaya tekanan penduduk atas waduk dapat dikendalikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya-
upaya optimasi pengembangan agriekobisnis di Waduk Cirata meliputi pemanfaatan lahan surutan
(drawdawn area), lahan penyangga (greenbelt area), perairan (reservoir), dan pariwisata. Upaya-upaya
optimasi pengembangan agriekobisnis di Waduk Cirata belum efektif mencapai sasaran ekonomi hijau
(green economy), oleh karena itu direkomendasikan untuk mengembangkan agriekobisnis yang berbasis
masyarakat lokal (local community based agriecobussiness).

Kata Kunci : Population Pressure, Agribisnis, green economy, Cirata, Citarum.

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP satu dampak lingkungan yang penting mengenai
aspek sosial ekonomi pembangunan PLTA
Tujuan penelitian adalah untuk tersebut adalah meningkatnya tekanan penduduk
mendapatkan langkah-langkah pengendalian atas waduk tersebut. Menurut Soemarwoto
tekanan penduduk atas Waduk Cirata melalui (1984) tekanan penduduk atas lahan sebagai
upaya integrasi kegiatan agriekobisnis dan upaya- mirror kualitas lingkungan, artinya makin tinggi
upaya integrasi antara kegiatan on-farm dan off- tekanan penduduk atas lahan kualitas lingkungan
farm dengan basis ekonomi pengelolaan lahan makin rendah, sehingga diperlukan pengendalian
surutan, greenbelt, perikanan tangkap, dan KJA untuk menurunkannya. Upaya untuk menurunkan
agar tekanan penduduk atas Waduk Cirata tekanan penduduk atas Waduk Saguling dan
terkendali. Ruang lingkup penelitian meliputi Cirata sudah dilaksanakan sejak studi kelayakan
pengembangan agriekobisnis lahan surutan, pembangunan PLTA Saguling dan Cirata pada
pengelolaan lahan greenbelt, pengembangan tahun 1978/79. Penduduk yang pindah di desa
agriekobisnis perikanan tangkap, dan tepian waduk cukup besar, sehingga
pengembangan agriekobisnis karamba jaring menyebabkan tekanan penduduknya yang tinggi
apung (KJA). sehingga diperlukan adanya upaya-upaya untuk
mengendalikannya agar tidak meningkat bahkan
Pendahuluan diharapkan berkurang.
Pada studi lingkungan di Indonesia akhir
PLTA Saguling dan Cirata di DAS Citarum tahun 1970-an sampai dengan pertengahan tahun
yang selesai dibangun pada tahun 1987 telah 1980-an ketika sedang gencar-gencarnya akan
menyebabkan alih fungsi lahan pertanian dilaksanakan pembangunan bendungan baik
tanaman pangan utamanya menjadi waduk untuk tujuan serbaguna (multi-purpose, misalnya
(reservoir), dan banyak penduduk yang Jatigede) maupun untuk pembangkit listrik
melakukan relokasi ke desa tepian waduk. Salah (misalnya PLTA Saguling, PLTA Cirata, PLTA Mrica

23
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dan PLTA Kedung Ombo) isu utamanya adalah Namun demikian setelah beberapa tahun
terendamnya lahan pertanian yang subur dan kemudian dengan adanya pencemaran sumber
beralihfungsinya lahan pertanian di sekitar daya air telah mengakibatkan terjadinya
genangan disebabkan digunakan untuk kegiatan penurunan kualitas sumberdaya air waduk, yang
sarana dan infrastruktur pendukung dan konsekuensinya menurunkan produktivitas KJA
pindahnya sebagian besar penduduk yang (Dhahiyat dan Wikarta, 2008; Sendjaja, P.
terendam ke lokasi sekitar genangan. Isu utama Tuhpawana dan Wikarta, 2009), sehingga
lainnya adalah hilangnya mata pencaharian pendapatan petani menjadi berkurang bahkan
penduduk yang terdiri dari buruh tani, buruh seringkali menimbulkan kerugian yang tidak
serabutan, pedagang hasil bumi, dan lainnya. sedikit akibat adanya kematian ikan. Pencemaran
Disamping itu juga hasil ganti rugi lahan sumberdaya air tersebut disebabkan oleh faktor
utamanya bagii petani yang berlahan sempit eksternal sebagai akibat adanya aktivitas
digunakan untuk tujuan konsumtif. Permasalahan penduduk di daerah tangkapan waduk yang tidak
sosial ekonomi ini sejak awal sebelum waduk memperhatikan konservasi sumberdaya tanah,
direndam diprakirakan akan terjadi setelah waduk hutan dan air. Selain faktor eksternal juga
direndam apabila dampak negatif penting disebabkan oleh faktor internal yang utamanya
tersebut tidak dikelola dengan baik. akibat kegiatan KJA yang melebihi batas ambang
Berdasarkan hal tersebut, Word Bank daya dukung lingkungan waduk (Wikarta, 2011).
sebagai donor menerapkan prinsip kehati-hatian Jumlah KJA di Waduk Cirata mencapai 56 ribu
dengan mensyaratkan pentingnya pemerintah petak yang pengusahanya hanyalah kurang lebih
Republik Indonesia menyusun rencana 12 ribu petak dan hanya diperuntukkan bagi OTD.
pemukiman kembali penduduk (Resettlement Sesuai dengan Hukum Margalef (1968)
Plan) bagi orang-orang yang terkena dampak adanya dualisme ekonomi telah menyebabkan
(OTD) atau Appected Person (APs). Dalam sistem ekonomi yang lemah yang pada umumnya
Program resettlement pembangunan PLTA penduduk yang berdomisili di desa tepian waduk
Saguling dan PLTA Cirata disebutkan adanya dieksploitasi oleh sistem ekonomi yang kuat yang
beberapa alternatif yang salah satunya adalah pada umumnya berasal dari luar daerah. Dengan
melalui program transmigrasi. Namun demikian, adanya dualisme ekonomi ini nampak telah terjadi
program tersebut kurang direspon oleh OTD, dan kesenjangan antara kelompok masyarakat
hanya sedikit diantara mereka yang bersedia ekonomi lemah dan kelompok ekonomi kuat.
melaksanakannya. Alternatif lainnya adalah Tekanan penduduk atas lahan ternyata tidak
melalui pengembangan agriakuakultur (Wikarta terkendali dan bukan hanya disebabkan oleh
dan Sudiarto, 1983), translok, dan pilihan sendiri kelompok ekonomi lapisan bawah akan tetapi
(Own Choice). juga disebabkan oleh kelompok ekonomi lapisan
Pada kenyataannya setelah bendungan atas. Hal ini berarti dengan sistem pengelolaan
Saguling dan Cirata direndam, OTD pada sumberdaya Waduk Cirata seperti yang terjadi
umumnya pindah ke desa-desa tepian waduk dan saat ini tidak akan mampu mengendalikan
banyak di antara mereka yang memilih alternatif tekanan penduduk atas waduk itu sendiri,
agriakuakultur. Program pengelolaan sehingga dikhawatirkan bahwa pembangunan
agriakuakultur di waduk meliputi pengelolaan pertanian dan perdesaan tidak bisa berkelanjutan
lahan surutan (farm management of drow-down dan dapat mengancam keberlanjutan
area) yang kemiringannya kurang dari 8 persen pembangunan PLTA Cirata itu sendiri. Oleh
(<8%), pengelolaan lahan penyangga (farm karena itu perlu adanya upaya-upaya menuju
management of greenbelt management), green economy, yang menurut UNEP, yaitu sistem
pengelolaan perikanan tangkap (farm ekonomi yang mendorong adanya growth
management of fisheries capture), dan economy with social equity sekaligus
pengelolaan kolam jaring apung (KJA) atau farm mengupayakan pelestarian fungsi lingkungan
management of floating net cage aquaculture hidup. Untuk mengendalikan tekanan penduduk
(FNCA). Pada pasca penggenangan, program atas Waduk Cirata dapat dilakukan dengan
pengembangan agriakuakultur ini sampai optimasi pengembangan agriekobisnis.
beberapa tahun berhasil dan mampu memberikan Rumusan masalah penelitian adalah
manfaat yang besar bagi penduduk yang terkena bagaimmanakah mengendalikan tekanan
dampak pembangunan bendungan sehingga penduduk atas Waduk Cirata melaluii upaya
tekanan penduduk atas lahan dapat dikendalikan. integrasi kegiatan agriekobisnis dan
bagaimanakah mengintegrasikan kegiatan on-
24
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

farm dan off-farm dengan basis ekonomi dapat mengurangi pupuk dari luar. Kotoran
pengelolaan lahan surutan, greenbelt, perikanan ternak sapi dapat diproses juga menjadi biogas
tangkap, dan KJA agar tekanan penduduk atas untuk memasak dan penerangan petromaks.
Waduk Cirata terkendali. Bioslurry nya dapat digunakan untuk bahan
pupuk kompos atau pupuk cair. Model
Metode Penelitian agrosilvopastural di lokasi Spillway Outlet ini
dapat menjadi prototipe ekonomi hijau yang
Penelitian ini menggunakan metode dapat dikembangkan di lokasi greenbelt dan di
kualitatif dengan melakukan observasi dan daerah tangkapan Waduk Cirata dan Saguling.
menginterview informan kunci (key informan) dan Dengan pengembangan model agriekobisnis
telaah terhadap dokumen hasil penelitian, serta agrosilvopastural berbasis masyarakat
penelitian aksi (action research) khusus terhadap setempat (local communities based
prototipe ekonomi hijau (green economy agrosilvopastural agroecobussiness) ini mampu
prototype) pengembangan agrosilvopastural di mengurangi penggunaan input eksternal,
lokasi Spillway Outlet PLTA Cirata. menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan petani, meningkatkan ketahanan
Hasil dan Pembahasan pangan dan bioenergi, dan dapat menjadi
pengaman objek vital nasional PLTA Cirata. Hal
1) Pemanfaatan lahan surutan (draw-down area) ini disebabkan pengembangan model ini dapat
dengan sistem terasering pada kemiringan menurunkan tekanan penduduk atas lahan.
lahan kurang dari 8 persen dengan jenis 3) Menjadikan perikanan tangkap (fisheries
tanaman yang berumur pendek seperti padi capture) sebagai kegiatan agriekobisnis
sawah, jagung, mentimun, kacang panjang, budidaya perairan Waduk Cirata yang berbasis
ketela pohon (daun singkong), kangkung masyarakat lokal (local communities based
darat, sosin, rumput makanan ternak. Tidak Agriecobisness of Cirata Reservoir
disarankan menanam jenis tanaman penghasil Aquaculture). Dengan pengelolaan
umbi seperti kacang tanah sebab dapat agriekobisnis perikanan tangkap, maka setiap
menimbulkan erosi tanah. Pada lahan dengan orang tidak lagi menganggap bahwa Waduk
kemiringan lebih dari 8 persen (>8 %) pada Cirata sebagai sumberdaya milik umum
ketinggian tempat 219 m dpl dapat juga (common proverty), dan mereka tidak lagi
ditanami waluh siam dan tanaman sejenis bebas membuang limbah. Menurut Wikarta, et
yang merambat. Pemanfaatan lahan surutan al (2010) siapa mencemari harus membiayai
ini mempunyai peran penting utamanya bagi aktivitas pengendalian pencemaran.
petani yang berpendapatan rendah sebagai ―Prinsipnya pencemar harus membayar
pemasok bahan makanan pokok, penyedia (Pollutes Pays Principles)‖ dan pihak yang
karbohidrat, protein nabati, dan vitamin. menimbulkan eksternalitas negatif harus
2) Pemanfaatan lahan penyangga (greenbelt) mengganti kerugian kepada pihak yang
pada ketinggian 220 m dpl dan pada lokasi terkena. Setiap orang atau lembaga apapun
spillway outlet dengan pengembangan tidak bebas melakukan penangkapan ikan di
berbagai tipe agroforestri berdasarkan Waduk Cirata, kecuali apabila bersedia
kesesuaian lahannya. Pada lokasi spillway membayar pajak (beneficial tax). Menurut
outlet Waduk Cirata dikembangkan model Wikarta, et al (2010) siapa yang memperoleh
Agrosilvopastural yang dikelola oleh kelompok manfaat (people beneficiaries) dari
tani paguyuban jaya sejahtera sebagai pemanfaatan sumberdaya air tersebut harus
prototipe ekonomi hijau skala kecil dengan membayar, dengan perkataan lain ―User‖
memadukan pertanian tanaman semusim yang harus membiayai aktivitas pengendalian
terdiri dari mentimun, kacang panjang, terung, pencemaran. Setiap perusahaan atau lembaga
kangkung darat, dan cabe keriting dan apapun yang menggunakan air sebagai input
tanaman tahunan seperti karet, bambu, dikenai beban pajak oleh negara; dan
albasia, sawo, sukun, dan rumput dengan sebagian pajak itu merupakan pajak
peternakan (ternak besar dan ternak kecil lingkungan (pigouvian tax) yang khusus
serta unggas). Ternak kerbau dapat digunakan ditujukan untuk memperbaiki kualitas
untuk membajak tanah dan kotorannya sumberdaya alam dan lingkungan. Apabila
mempunyai peran penting sebagai pupuk pengelolaan perikanan tangkap di Waduk
organik untuk tanaman palawija, sehingga Cirata ini dilakukan dengan baik melalui
25
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

penebaran benih ikan secara rutin yang melalui optimasi pengembangan agriekobisnis,
mempunyai jasa ekosistem (ecosystem urgensinya adalah pelestarian kualitas
services) yang tinggi dan melakukan lingkungan hidup untuk mendukung
pengaturan serta pengawasan dengan efektif, pembangunan pertanian dan perdesaan
maka pengelolaan perikanan tangkap ini akan sekaligus pembangunan PLTA Cirata yang
berperan penting sebagai jasa penyediaan berkelanjutan berdasarkan empat pilar etika,
(provicioning services), jasa pengaturan ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.
(regulating services), jasa pelestarian budaya 2) Optimasi pengembangan agriekobisnis di
dan estetika (culture and aesthetics services), Waduk Cirata adalah pengembangan agribisnis
dan jasa pendukung pelestarian fungsi yang berwawasan lingkungan dan dikelola oleh
lingkungan hidup (supporting services). masyarakat lokal sekitar Waduk Cirata
4) Mengembangkan agriekobisnis budidaya utamanya mereka yang terkena dampak
karamba jaring apung (KJA) yang berbasis pembangunan PLTA Cirata.
masyarakat lokal (local communities based 3) Upaya-upaya optimasi pengembangan
floating net cage aquaculture agriekobisnis di Waduk Cirata meliputi
agriecobussiness). Dalam kegiatan pemanfaatan lahan surutan (drawdawn area),
agriekobisnis KJA di Waduk Cirata diterapkan lahan penyangga (greenbelt area), perairan
prinsip insentif dan disinsentif (insentive and (reservoir), dan pariwisata. Upaya-upaya
dissincentive principles). Penerapan prinsip ini optimasi pengembangan agriekobisnis di
ditujukan untuk membatasi jumlah KJA yang Waduk Cirata belum efektif mencapai sasaran
beroperasi di Waduk Cirata, sehingga tidak ekonomi hijau (green economy), oleh karena
melebihi daya dukung lingkungan sampai itu direkomendasikan untuk mengembangkan
dengan jumlah yang direkomendasikan oleh agriekobisnis yang berbasis masyarakat lokal
Gubernur Jawa Barat. Prinsip ini meliputi (1) (local community based agriecobussiness).
Pengembangan pasar yang berpihak kepada
kepentingan pengusaha lokal, (2) Penguatan UCAPAN TERIMA KASIH
peran kelompok tani agroforestri termasuk
agrosilvopastural di tepian Waduk Cirata, (3) Penulis ingin mengucapkan terima kasih
Penguasaan aset-aset penting oleh masyarakat kepada Kepala dan Staf Pusat Penelitian
dan pemerintah setempat bersama Badan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PPSDAL)
Pengelola Waduk Cirata (BPWC) di masing- LPPM Unpad Prof. Dr. Eri Noviar Megantara yang
masing pusat pelayanan yang terdiri dari 10 telah mengikutsertakan penulis dalam
pusat pelayanan, yang meliputi pabrik es, penyusunan Master Plan Pengelolaan Waduk
pakan ikan, tempat pendaratan ikan (TPI), Cirata 2012/2013 dan pada tahun berikutnya
pengadaan benih, pengadaan jaring, dan menugaskan penulis dalam Evaluasi Pilot
transportasi, (4) Penerapan pajak lingkungan Agrosilvopastural dan Aplikasi Pengembangannya
(Pigouvian Tax), (5) Mengembangkan di Spillway Outlet Waduk Cirata 2013/2014.
Agriekobisnis budidaya KJA model LEISA (Low Penelitian ini penulis laksanakan bersamaan.
External Input Sustainable Agriculture). Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu
5) Menggalakkan pariwisata yang meliputi Nur Sjamsiah, Sp. MS yang telah membantu
ekowisata, agrowisata, wisata kuliner, wisata penulis dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.
budaya, dan wisata pendidikan yang
terintegrasi baik pada lingkup skala lokal dan DAFTAR PUSTAKA
regional serta skala nasional dan internasional
maupun terintegrasi dengan kegiatan  Dhahiyat, Yayat dan E. Kusnadi Wikarta.
pendukung pariwisata itu sendiri yang meliputi 2008. Budidaya Ikan di Waduk : Manfaat dan
penataan infrastruktur, penataan ruang, Risiko. Yayat Dhahiyat (Ed). 2014. Perairan,
pengelolaan pembangunan wilayah, dan Lingkungan Hidup dan Budidaya.
pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya  Margalef, F. 1968. Perspectives in Ecological
manusia, dan lingkungan hidup. Theory University of Chicago Press.Chicago.
 Sendjaja, P. Tuhpawana dan E. Kusnadi
Simpulan/Rekomendasi Wikarta. 2009. Aspek Ekonomi, Sosial dan
Budaya Masyarakat Pengguna Waduk Cirata.
1) Upaya-upaya mengendalikan tekanan Seminar Nasional Dies Natalis Fakultas
penduduk atas Waduk Cirata di DAS Citarum
26
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Perikanan dan Kelautan Universitas  .................................


2011. Dampak
Padjadjaran. Pencemaran Sumber Daya Air terhadap
 Wikarta, E. Kusnadi dan Bambang Sudisrto, Aktivitas Ekonomi Akuakultur di Waduk
1983. Agriakuakultur sebagai Salah Satu Saguling DAS Citarum Provinsi Jawa Barat
Aspek dalam Mengatasi Dampak Indonesia.
Pembangunan Bendungan. Makalah Seminar  Soemarwoto, O. 1984. Tekanan terhadap
Ekologi Bendungan. Diselenggarakan dalam Lingkungan, Khususnya Lahan, dan Tanggung
rangka Kerjasama Kantor Menteri Negara Jawab Dunia Usaha dan Industri. Manajemen
PPLH dengan Lembaga Ekologi Unpad 21 (IV)..
Bandung.  ........................... 1985. A Quantitative Model
 ................................,Tuhpawana P. of Population Pressure and Its Potential Use in
Sendjaja, Yayat Dhahiyat, dan Abdul Rodjak. Development Planning. Demography J UI.
2010. Eksternalitas Pencemaran Sumber Daya
Air Teori dan Aplikasi. Buku. UNPAD PRESS.

27
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TRANSFORMASI TENAGA KERJA PERTANIAN SAWAH TADAH HUJAN


AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PENDAPATAN RUMAH TANGGA
(STUDI KASUS DI NAGARI SIMAWANG, KABUPATEN TANAH DATAR)
Yusmarni1, dan Rudi Febriamansyah2

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang

(email: yusmarni.ym@gmail.com / yus_mrn@yahoo.com)

Abstrak. Paper ini membahas tentang dampak perubahan iklim terhadap keberlanjutan pertanian sawah
tadah hujan dengan melihat transformasi tenaga kerja dan penghidupan masyarakat tani di Nagari
Simawang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang
didukung oleh Program PEER-USAID Universitas Andalas yang mendalami tentang dinamika perubahan iklim
dan manajemen sumber daya alam di wilayah selingkar Danau Singkarak Sumatera Barat dari tahun 2012
sampai 2015. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa Nagari Simawang merupakan salah satu wilayah
yang mengalami dampak perubahan iklim yang ditandai dengan ketidakteraturan pola hujan semenjak 10
tahun terakhir. Dari penelitain awal juga diketahui bahwa seluruh sawah di Nagari Simawang merupakan
sawah tadah hujan, sehingga perubahan iklim akan sangat berdampak terhadap keberlanjutan pertanian
dan penghidupan masyarakat tani di daerah ini. Dan sebagai dampaknya sebagian besar petani sawah tadah
hujan di wilayah ini meninggalkan lahan pertanian mereka dan berpindah ke usaha lain. Selain itu dengan
adanya dampak negatif perubahan iklim, telah mengakibatkan berkurangnya output pertanian dan
pendapatan petani sehingga petani mulai meninggalkan lahan sawah tadah hujan mereka dan beralih ke
usaha lain. Dengan melihat perubahan pola pekerjaan dan curahan tenaga kerja petani, pemerintah dapat
mencarikan solusi bagi masyarakat tani yang mengalami dampak buruk perubahan alam dalam menciptakan
lapangan pekerjaan yang tepat bagi petani. Disamping itu, perubahan pendapatan akibat transformasi
tenaga kerja petani sawah tadah hujan memberikan gambaran riil tentang perubahan kondisi ekonomi
masyarakat tani yang mengalami dampak langsung perubahan iklim. Hal ini sebagai masukan bagi semua
pihak terutama pembuat kebijakan untuk memberikan jalan keluar bagi perbaikan perekonomian petani.

Kata kunci: Transformasi tenaga kerja, perubahan iklim, petani

PENDAHULUAN berakibat buruk terhadap keseimbangan energi di


atmosfir dan siklus hidrologi di permukaan.
Kondisi meningkatnya suhu bumi dari Sejumlah penelitian pada tingkat lokal
tahun ketahun dan terjadinya perubahan iklim ataupun regional juga telah banyak dilakukan
sudah bukan merupakan opini lagi. Banyak untuk membangun kesadaran akan kenyataan
penelitian ilmiah dan pengamatan data-data terjadinya perubahan iklim yang sangat nyata
global tentang perubahan iklim yang telah tersebut. Salih (2009) telah mempublikasikan
dipublikasikan di berbagai jurnal, baik nasional kompilasi hasil penelitian dan pemikiran sejumlah
maupun internasional. Laporan IPCC ahli dari berbagai bidang ilmu tentang masalah
(Intergovernmental Panel on Climate Change) perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan
tahun 2007, menyatakan bahwa setidaknya 1,7 di berbagai belahan dunia. Secara umum Salih
milyar ton karbon dilepaskan ke atmosfer akibat melihat dampak perubahan iklim telah merambat
adanyai perubahan tutupan lahan yang berasal pada berbagai persoalan, mulai dari ketersediaan
dari deforestasi di kawasan hujan tropis. pangan sampai kemungkinan terjadinya konflik
Akibatnya apabila tidak terjadi banyak perubahan sosial, politik, budaya, pasar dan lingkungan.
pada aspek eksploitasi sumberdaya alam di muka Sektor pertanian, merupakan salah satu
bumi, maka kenaikan suhu permukaan bumi sektor yang mengalami dampak langsung
dapat mencapai 6.40C di tahun 2010, yang akan perubahan iklim. Brown and Funk (2008) juga
28
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
menyatakan bahwa sektor pertanian dan sistem Danau Singkarak. Tim peneliti dari Universitas
pangan merupakan sektor yang paling nyata Andalas yang mendapatkan dana penelitian dari
merasakan dampak langsung perubahan iklim PEER USAID 2012-2015 melakukan penelitian
selama dekade terakhir ini. Sebelumnya tentang perubahan iklim dan manajemen sumber
Rosenzweig dan Tubiello (2007) juga telah daya alam di sekitar Danah Singkarak. Salah satu
menyatakan bahwa perubahan iklim akan yang di teliti dalam penelitian ini adalah tentang
berpengaruh terhadap penurunan jumlah panen, perubahan pertanian dan penghidupan di
terutama di daerah yang berada di bagian bawah selingkar danau Singkarak, karena daerah di
garis lintang yang umumnya merupakan negara- selingkar Danau Singkarak terletak di daerah
negara berkembang. Perubahan iklim akan bayangan hujan yang biasanya kering dan hujan
berdampak pada kenaikan suhu dan perubahan yang tidak pasti. Sebagai mana diketahui, Pulau
pola curah hujan yang sangat berdampak pada Sumatra dibagi oleh perbukitan memanjang yang
kelangsungan kegiatan pertanian. Kondisi ini akan dikenal dengan nama Bukit Barisan. Daerah di
mengakibatkan penurunan jumlah produksi bagian timur Bukit Barisan cendrung untuk
pertanian, akibat terjadinya gagal panen yang mendapatkan hujan yang lebih sedikit
disebabkan oleh perubahan pola curah hujan dibandingkan daerah bagian barat, dan Danau
yang tidak menentu, siklus El Nino yang makin Singkarak sendiri berada di sisi timur bukit barisan
sering, terjadinya pergeseran masa musim hujan sehingga cendrung mendapatkan lebih sedikit
dan kemarau yang tidak menentu atau munculnya hujan. Dengan adanya perubahan variabilitas
hama dan penyakit yang disebabkan oleh iklim akan memicu terjadinya kekeringan
perubahan siklus cuaca. Rosenzweig dan Tubiello dibeberapa wilayah di sekitar Danau Singkarak.
(2007) menambahkan kondisi ini akan berdampak Salah satu daerah di selingkar Danau
pada ketersedian bahan makanan, sementara Singkarak yang mengalami dampak perubahan
jumlah populasi dunia terus meningkat, sehingga iklim yang cukup berat adalah Nagari Simawang
hal ini akan berdampak pada berkurangnya di Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar.
ketersediaan bahan makanan. Febriamansyah dkk (2012) mengidentifikasi
Selain itu salah satu permasalahan dalam memang telah terjadi perubahan iklim di
keberlanjutan pertanian adalah adanya Kenagarian Simawang yang ditunjukkan oleh
transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke terjadinya pergeseran pola curah hujan bulanan
sektor non pertanian. Dengan adanya perubahan dan tidak menentunya bulan basah di daerah
iklim, sektor pertanian merupakan sektor yang tersebut pada 10 tahun terakhir. Dari hasil analisa
paling terpukul. Penurunan output pertanian data curah hujan dari stasiun Rambatan diketahui
akibat perubahan iklim, secara langsung akan bahwa pola curah hujan di daerah tersebut pada
berdampak pada pendapatan petani. Akibatnya 10 tahun terakhir menjadi sangat tidak menentu.
beberapa petani tidak mampu bertahan karena Kondisi ini cukup berbeda bila dibandingkan
berkuranya pendapatan mereka dan memilih dengan periode sebelum tahun 1990-an, dimana
untuk berpindah ke usaha non-pertanian. Selain bulan kering selalu dimulai pada bulan Juni dan
itu, karena seringnya terjadi gagal panen akan berlangsung selama 3 sampai 4 bulan. Sedangkan
menyebabkan petani tidak bersemangat lagi bulan basah dimana tingkat curah hujan biasanya
untuk mengusahakan lahan pertanian mereka. di atas 100 mm berlangsung pada bulan
Pendapatan yang rendah dari sektor pertanian November sampai Mei (lampiran 1).
dan adanya ketidakpastian dalam keberhasilan Akibat perubahan pola pergeseran bulan
usaha akibat perubahan iklim menyebabkan basah yang tidak lagi menentu, mengakibatkan
beberapa petani beralih ke usaha lain yang lebih ketersediaan air untuk pengairan lahan pertanian
pasti. Dengan adanya peluang kerja di luar usaha sawah di Nagari Simawang juga menjadi tidak
tani, mendorong petani membuat keputusan teratur. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan,
untuk mengaloksikan lebih efisien tenaga kerja karena dari total 238 ha sawah yang ada di Nagari
yang tersedia. Sehingga dapat diasumsikan Simawang, semuanya merupakan sawah tadah
bahwa dengan tingkat pendapatan usaha tani hujan yang pengairannya sangat bergantung pada
yang rendah, rumah tangga akan memaksimalkan hujan. Terjadinya pergeseran pola bulan basah ini
pendapatannya dengan jalan mengkombinasikan mengakibatkan terganggunya pola pertanian
kegiatan-kegiatan mereka (Shand, 1986). sawah tadah hujan yang selama ini dijalani oleh
Studi ini sendiri dilaksanakana di wilayah masyarakat Simawang. Disamping itu Mata air
yang selama lebih dari dua dekade terakhir yang diharapkan dapat menopang pertanian saat
menjadi wilayah penelitian yang intensif dari hujan tidak turun, juga tidak mampu lagi
berbagai latar belakang ilmu, yaitu wilayah sekitar memenuhi kebutuhaan air untuk pengairan.
29
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
Akibatnya sekitar 50 ha lahan sawah tadah hujan data dan informasi dikumpulkan melalui survey
yang berada di Kenagarian Simawang tidak rumah tangga. Terdapat 75 rumah tangga yang
memperoleh air yang cukup untuk dapat memiliki lahan sawah dihamparan sawah tadah
ditanami, sehingga sebagian besar dibiarkan tak hujan yang disebut hamparan sawah ketaping
diolah dan hanya digunakan sebagai padang yang saat ini mengalami kekeringan, dan dari 75
pengembalaan ternak. Padahal menurut rumah tangga tersebut dilih 30 persen sebagai
masyarakat setempat, lebih dari 15 tahun yang responden penelitian. 30 persen responden yang
lalu sebagian besar lahan tersebut dapat ditanami dipilih adalah mereka yang sudah tidak melakukan
2 kali musim tanam per tahun dan merupakan usaha tani sawah tadah hujan lagi di hamparan
salah satu daerah penghasil beras. Refdinal dkk sawah ketaping dan tidak merantau.
(2012) mengidentifikasi saat ini hanya sebagian Kedua, Untuk menganalisa curahan
kecil (lebih kurang 15%) petakan sawah yang waktu kerja petani, dihitung berdasarkan jumlah
masih diusahakan oleh beberapa petani pada jam kerja yang dicurahkan dalam setiap tahapan
musim hujan, padahal sebelumnya sawah pekerjaan yang dilakukan oleh petani responden
merupakan sumber penghidupan utama dalam usaha pertanian dan kegiatan ekonomi
masyarakat di Kenagarian Simawang. lainnya yang mereka usahakan. Curahan tenaga
Akibatnya Sebagian besar petani yang kerja ini diperhitungkan dalam satuan yang sama
memiliki lahan di hamparan tersebut memilih dan dikonversikan kedalam satuan Hari Kerja Pria
untuk meninggalkan usaha tani padi sawah tadah (HKP).
hujan mereka dan beralih bekerja ke pekerjaan Ketiga, untuk menganalisa perubahan
lain seperti peternakan, usaha tani lahan kering pendapatan petani sawah tadah hujan akan
dan usaha non-pertanian. Beralihnya petani ke dilakukan analisa kuantitatif dengan
pekerjaan lain, dalam jangka panjang akan mengumpulkan semua data primer yang dibutuh
berakibat pada turunnya produksi pertanian yang kan dari petani responden untuk kemudian
akhirnya akan berakibat pada ketersediaan dianalisa secara kuntitatif. Selain dari petani
pangan. Mengingat daerah tersebut dulunya responden, data juga didapatkan dari petani yang
merupakan salah satu daerah lumbung pangan, masih mengusahakan sawah tadah hujan di
perpindahan petani ke sektor lain akan membuat hamparan sawah ketaping sebagai kontrol untuk
pertanian wilayah tersebut akan semakin mengetahui perubahan pendapatan dan curahan
memburuk. Dengan melihat transformasi petani jam kerja petani.
ke sektor lain, bisa menjadi masukan bagi
pemerintah dalam membuat kebijakan terkait HASIL DAN PEMBAHASAN
adaptasi dan mitigasi terhadap kondisi perubahan Gambaran daerah Penelitian
alam yang terjadi didaerah penelitian akibat
perubahan iklim. Nagari Simawang secara administratif
Berdasarkan latar belakang dan termasuk kedalam Kecamatan Rambatan,
permasalahan di atas terdapat tiga tujuan utama Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.
dari penelitian ini: Kenagarian dengan luas wilayah 5.400 ha ini
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik terletak di sisi barat Danau singkarak yang berada
petani yang berpindah dari petani sawah dibagian belakang Bukit Barisan sehingga menjadi
tadah hujan ke pekerjaan lain . daerah bayangan hujan. Sesuai dengan karakter
b. Untuk menganalisa curahan waktu kerja daerah bayangan hujan, kondisi wilayah ini relatif
petani lebih kering jika dibandingkan daerah bukan
c. Untuk menganalisa dampak perubahan bayangan hujan. Berdasarkan profil nagari
transformasi tenaga kerja terhadap Simawang tahun 2012, diketahui bahwa nagari ini
pendapatan petani berpenduduk 9000 jiwa dengan 1.952 KK. Mayo-
ritas penduduknya bekerja sebagai petani. Ber-
METODE dasarkan data penerima Raskin, dapat disimpul-
kan bahwa seperempat dari total KK di Nagari
Penelitian ini di desain sebagai sebuah Simawang merupakan rumah tangga miskin yang
studi kasus. Secara umum, metoda penelitian terdaftar sebagai penerima Raskin.
yang digunakan adalah kombinasi antara metoda Nagari ini terdiri dari delapan jorong
penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. yaitu: Koto Gadang, Darek, Baduih, Padang Data,
Secara metodologis, pertama, untuk mengiden- Ombilin, Batulimbak, Pincuran Tujuah dan Piliang
tifikasi karakteristik petani yang berpindah dari Bendang. Hamparan Sawah Ketaping yang
petani sawah tadah hujan ke pekerjaan lain, maka mengalami kekeringan ini berada di dua jorong
30
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
yaitu Jorong Darek dan Jorong Koto Gadang. terlalu basah, sementara umur 50 dan 55 tahun
Selain dari air hujan, sumber air untuk pengairan merupakan usia dengan kemampuan fisik yang
sawah juga berasal dari 3 buah embung. Akan tidak lagi kuat. Karena perubahan pola bulan
tetapi 10 tahun terakhir ini dua embung yang basah dan kering yang tidak lagi menentu,
berada di Jorong Darek tidak selalu berair karena akibatnya keberhasilan panen kadang juga tidak
hujan yang sangat sedikit. Akan tetapi satu bisa dipastikan sehingga mereka memilih untuk
embung yang berada di Jorong Koto Gadang berpindah ke usaha yang lebih pasti.
masih memiliki air, akibatnya hamparan yang Kalau dilihat dari pendidikan, mayoritas responden
berada di jorong darek lebih kering dibandingkan adalah mereka dengan pendidikan SD (78
hamparan yang berada di Jorong Koto Gadang. persen). Pada dasarnya tingkat pendidikan akan
Dari pengamatan lapangan diketahui bahwa 15 mempengaruhi petani dalam pengelolaan usaha
persen Hamparan Sawah Ketaping yang masih taninya mulai dari perencanaan sampai pada
diusahakan sampai sekarang oleh petani pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi
semuanya berada di Jorong Koto Gadang. keberhasilan usaha tani mereka (Hernanto, 1987).
Selain itu tingkat pendidikan juga akan
Karakteristik petani yang berpindah dari mempengaruhi pola pikir dan tingkat penerimaan
petani sawah tadah hujan ke pekerjaan lain mereka terhadap inovasi. Jika dilihat hubungan
antara umur dan tingkat pendidikan responden,
Untuk melihat petani yang memutuskan untuk 81 persen kelompok umur 46–55 tahun adalah
meninggalkan lahan sawah tadah hujan dan mereka denga pendidikan SD. Dengan tingkat
memilih bekerja di usaha lain akibat pendidikan yang rendah dan kemampuan fisik
ketidakpastian keberhasilan usaha tani sawah yang tidak lagi terlalu kuat, kemampuan
tadah hujan mereka akibat adanya perubahan berinovasi dan menerima inovasi mereka tidaklah
variabilitas iklim, maka penelitian ini mencoba terlalu tinggi serta mereka juga tidak akan terlalu
untuk mengidentifikasit karakteristik mereka. kuat untuk bekerjadi di lahan yang tidak terlalu
Karakteristik petani yang berpindah dari sawah sehat, sehingga kecendrungan mereka untuk
tadah hujan ke bentuk pekerjaan lain di Nagari bertransformasi ke usaha lain sangat lah besar.
Simawang, dilihat berdasarkan usia, Jumlah Banyaknya jumlah anggota keluarga/ tanggungan
anggota keluarga, pendidikan terakhir dan luas akan mempengaruhi rasa tanggung jawab
lahan yang dimiliki di Hamparan sawah Ketaping. terhadap kelangsungan hidup anggota keluarga
Dari total 75 KK yang memiliki lahan di Hamparan mereka, sehingga mereka akan akan berusaha
sawah Ketaping, hanya diambil 30 persen sebagai keras untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
responden yang terdiri dari KK yang mereka. Distribusi jumlah tanggungan keluarga
meninggalkan sawah tadah hujan mereka dan terbanyak adalah pada kelompok tanggungan
bekerja diusaha lain. Berdasarkan usia, responden kecil dari 3 orang (43 persen), sementara jumlah
diklasifikasikan kedalam 4 kelompok; < 35 tahun, kelompok tanggungan lebih dari lima sebesar 39
35–45 tahun, 46–55 tahun dan > 56 tahun. Pada persen. Meskipun sebagian responden memiliki
umumnya petani yang memutuskan meninggalkan jumlah tanggungan kecil, akan tetapi 80 persen
usaha tani sawah tadah hujan adalah mereka dari mereka berpendidikan rendah (SD) dan 70
yang berada pada kelompok umur 46 – 55 tahun persen dari kelompok ini berada dalam umur
(67 persen). Dari rentang umur tersebut dengan kondisi fisik yang sudah tidak lagi terlalu
persentase terbesar adalah umur 50 dan 55 tahun kuat. Jadi walaupun tanggungan mereka kecil,
(masing-masing 22 persen). Berdasarkan Undang- akan tetapi karena faktor pendidikan yang rendah
Undang Tenaga Kerja tahun 1969, usia produktif dan usia dengan kemampuan fisik yang tidak lagi
penduduk adalah antara 15 sampai 54 tahun, jadi terlalu kuat membuat mereka lebih memilih untuk
mayoritas petani yang meninggalkan lahan sawah berpindah ke usaha lain yang lebih sanggup dan
tadah hujan di daerah penelitian ini adalah lebih menjanjikan bagi mereka mereka.
mereka yang sudah diujung umur produktif dan Sedangkan untuk luas lahan, 70 persen dari
sudah tidak diumur produkstif lagi dengan responden memiliki lahan sawah yang relatif kecil
kemampuan fisik yang menurun. Betapapun di Hamparan Sawah Ketaping yaitu kurang dari
primitifnya pola pertanian yang diusahakan, setiap 0.5 ha, 26 persen memiliki lahan antara 0,5 – 1
petani selalu memper-hitungkan pengorbanan ha dan hanya 4 persen yang memiliki lahan lebih
yang dikeluarkan dan hasil yang dapat diraih dari dari 1 ha. Semakin kecil lahan yang dimiliki
kegiatan pertanian mereka. Lahan di hamparan ini semakin kecil juga motivasi mereka untuk
sendiri membutuhkan usaha lebih untuk berusaha lebih keras dalam mengelola lahan
mengelolanya mengingat kondisi lahan yang tidak mereka. Dengan adanya ketidak pastian dalam
31
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
keberhasilan usaha tani akibat perubahan iklim, curahan jam kerja yang dihabiskan oleh
maka mereka cendrung untuk beralih ke usaha responden untuk pekerjaan utama mereka saat ini
lain yang lebih pasti. Jika dilihat hubungan antara adalah 189 HKP/tahun (Lampiran 2).
umur dan luas lahan ini, kelompok umur Dengan terjadinya perubahan iklim,
terbanyak yang bertransformasi ke usaha lain (46 masyarakat nagari simawang beradaptasi dengan
– 55 tahun), lebih dari separuh (56 persen) beralih ke bentuk usaha pertanian lain dengan
memiliki luas lahan yang kurang dari 0,5 ha. tingkat efisiensi dan kepastian yang lebih besar.
Dengan memperhitungkan efisiensi kerja dan Selain itu mereka melakukan pekerjaan
adanya ketidak pastian keberhasilan usaha tani sampingan untuk menambah pendapatan seperti
sawah menyebabkan mereka memilih untuk beternak, buruh tani, nelayan, berdagang dll.
berpindah ke usaha yang lebih pasti dan efisien. Rata-rata jam kerja yang dihabiskan responden
untuk pekerjaan sampingan mereka adalah 91
Analisa Curahan Jam Kerja HKP/tahun. Jadi total curahan jam kerja yang
dihabiskan oleh responden utuk pekerjaan utama
Akibat dari perubahan variabilitas Iklim, dan sampingan adalah 279 HKP/tahun (Lampiran
telah menyebabkan terjadinya perubahan pola 2).
bulan basah dan kering yang tidak menentu. Jika dibandingkan dengan petani yang
Akibatnya kebanyakan petani yang memiliki lahan masih mengolah lahan sawah tadah hujan di
sawah di Hamparan Sawah Ketaping tidak cukup Hamparan Sawah Ketaping terdapat perbedaan
berani untuk mengolah lahan mereka karena jumlah curahan jam kerja yang cukup besar. Dari
tingkat keberhasilannya yang tidak pasti. Refdinal temuan Refdinal dkk (2012), hanya tersisisa 3-4
dkk (2012) mengidentifikasi saat ini hanya sekitar orang petani saja yang masih bertahan berusaha
15 persen petakan sawah yang masih diusahakan tani di lahan sawah Hamparan Sawah Ketaping.
oleh beberapa petani pada musim hujan, padahal Disamping mengusahakan lahan sawah mereka
sebelumnya berusaha tani sawah merupakan juga melakukan pekerjaan sampingan seperti
pekerjaan utama di Kenagarian Simawang. beternak dan kegiatan non pertanian. Total jam
Beberapa pekerjaan yang dijalani oleh petani kerja yang dihabiskan untuk pekerjaan utama dan
setelah meninggalkan lahan sawah mereka sampingan adalah 150.5 HKP/tahun. Artinya
diataranya adalah beternak, menjadi buruh tani, setelah berpindah dari lahan sawah, mereka
mengintensifkan pekarangan dan lahan kering menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan
lainnya (bukan di Hamparan Sawah Ketaping), pada saat masih bekerja di lahan sawah. Hal ini
usaha non pertanian dan merantau. didorong oleh penghasilan dari pekerjaan utama
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa saat ini yang mungkin lebih kecil, sehingga
pekerjaan utama yang dijalani oleh responden mereka merasa harus bekerja lebih keras untuk
saat ini adalah sebagai buruh tani, berusahatani di memperoleh pendapatan yang lebih besar untuk
lahan kering (pekarangan dan ladang) dan usaha memenuhi kebutuhan keluarga.
non pertanian (sopir, ojek, berdagang makanan,
warung dan usaha bengkel). Dimana pekerjaan Dampak perubahan transformasi tenaga
yang paling banyak dilakukan oleh responden kerja terhadap pendapatan petani
setelah mereka tidak lagi mengusahakan sawah
tadah hujan mereka adalah dengan berpindah Peralihan pekerjaan secara langsung akan
kerja ke usaha non-pertanian (39 persen). berdampak pada tingkat pendapatan, pendapatan
Sementara itu 35 persen responden beralih ke bisa lebih tinggi atau malah sebaliknya menjadi
usaha tani lahan kering dan sisanya bekerja lebih kecil. Kondisi yang terjadi di Nagari
sebagai buruh tani (26 persen) dengan bekerja Simawang adalah terjadi penurun pendapatan
dilahan orang lain. Meskipun 39 persen responden setelah petani beralih ke pekerjaan lain. Rata-rata
beralih ke usaha non pertanian, akan tetapi pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan utama
secara total sebagian besar responden masih dan sampingan mereka adalah
bekerja di sektor pertanian yaitu sebagai buruh Rp.14.895.261/tahun atau Rp.1.241.272/bulan.
tani dan berusaha tani di lahan kering (61 Sementara petani yang masih bertahan dengan
persen). Karena latar belakang wilayah dan lahan sawahnya, pendapatan mereka lebih besar
masyarakat nagari ini adalah pertanian sehingga yaitu Rp 22.095.000 /tahun atau Rp 1.841.250
tidak mudah bagi mereka untuk meninggalkan /bulan. Jika dibandingkan dengan tingkat upah
sektor pertanian dan beralih ke usaha non minimal provinsi (UMP) Sumatera Barat tahun
pertanian, meskipun kondisi alamnya mengalami 2014, pendapatan petani yang beralih dari
perubahan akibat perubahan iklim. Rata-rata pekerjaan usaha tani sawah lebih rendah dari
32
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
UMP yang mencapai Rp.1.490.00/bulan, masyarakat Nagari Simawang sektor pertanian
sementara pendapatan petani yang masih masih merupakan bidang usaha yang lebih pasti
mengusahakan lahan sawahnya lebih tinggi dan menjanjikan bagi mereka. Hal ini mungkin
Rp.351.250 dari UMP 2014. Dengan asumsi juga karena latar belakang pendidikan mereka
petani memiliki lahan setidaknya 0.5 ha dan juga yang sebagian besar hanya berpendidikan SD,
memiliki ternak sapi setidaknya 3 ekor, jika sehingga mempengaruhi pola fikir dan tingkat
mereka meninggalkan usaha tani sawah dan inovasi mereka. Hal ini membuat mereka tidak
bertransformsi ke pekerjaan lain pendapatan bisa/mau bekerja di usaha lain selain pertanian
mereka akan berkurang sekitar 48 persen. karena hanya usaha pertanian yang bisa mereka
Dari hasil temuan diatas dapat dilihat lakukan. Jadi dengan melihat karakteristik petani
bahwa dengan meninggalkan lahan sawah dan yang berpendidikan rendah dan berada dalam
bertransformsi ke usaha lain, petani mencurahkan rentang umur yang tidak lagi produktif, instansi
lebih banyak waktu dalam pekerjaannya akan terkait perlu memperkenalkan komoditas yang
tetapi pendapatan yang diperoleh lebih kecil. tahan terhadap kondisi kering, tidak
Sehingga perlu dilakukan upaya untuk membutuhkan banyak air dan tidak membutuhkan
mengoptimalkan kembali pemanfaatan lahan di pengelolaan/perawatan yang rumit untuk dapat
Hamparan Sawah Ketaping agar petani dapat diusahakan di hamparan tersebut. Dengan
kembali mengusahakan lahan mereka. Karena produktifnya kembali lahan yang selama ini
mengingat kondisi sebagian besar lahan yang dibiarkan terbengkalai, akan sangat membantu
menjadi kering dan susah untuk betul-betul meningkatkan pendapatan petani. Akan tetapi
kembali dimanfaatkan sebagai lahan sawah, maka sejauh ini belum ada upaya untuk
perlu dilakukan kajian-kajian tertentu untuk mengaplikasikan hal tersebut di Hamparan sawah
mengoptimalkannya kembali agar petani dapat ketaping. Karena tidak ada inisiatif dari
kembali mengusahakan. masyarakat maupun pemerintahan nagari
Kegiatan mitigasi yang telah dilakukan simawang sendiri, maka pemerintah dan instansi
untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk terkait perlu membantu petani untuk memperbaiki
adalah kegiatan penghijauan. Polres Tanah Datar kondisi pertanian mereka agar kembali produktif.
bersama dengan instansi terkait dan masyarakat
pada tahun 2012, telah melakukan penanaman SIMPULAN
5.000 pohon berbagai jenis di Nagari Simawang.
Kegiatan ini merupakan bagaian dari program Berdasarkan uraian di atas dapat
nasional penanaman 1 milyar pohon. Penanaman disimpulkan:
pohon ini bertujuan untuk mengantisipasi 1. Karakteristik petani yang meninggalkan lahan
perobahan iklim global, deforestrasi hutan dan sawah dan bertransformasi ke usaha lan
kerusakan lingkungan yang berdampak pada adalah mereka yang berada pada kelompok
penurunan produktivitas pertanian. umur 46-55 tahun, berpendidikan SD, jumlah
Selain itu dalam upaya adaptasi, Dinas tanggungan keluarga kurang dari 3 dan
Pertanian juga telah melakukan Sekolah Lapangan memiliki luas lahan yang kecil (kurang dari 0.5
Iklim untuk mencari varietas tanaman yang ha)
adaptif terhadap kondisi kering. Program ini 2. Curahan jam kerja petani yang
dilaksanakan tahun 2013. Ini membuktikan bahwa bertransformasi adalah 279 HKP/tahun.
memang telah terjadi perubahan iklim dan Curahan jam kerja ini jauh lebih tinggi dari
pemerintah menyadari bahwa kondisi ini telah petani yang tetap bertahan mengolah lahan
membuat kondisi pertanian di Nagari Simawang sawah mereka yang hanya 150.5 HKP/tahun.
menjadi tidak produktif. Akan tetapi sejauh inii Sebagian besar petani masih bekerja di sektor
program-program tersebut belum memberikan pertanian setelah mereka meninggalkan
hasil yang positif dalam perbaikan kondisi sawah tadah hujan mereka. Hal ini karena
pertanian di Nagari Simawang karena setelah hanya kegiatan pertanian yang paling bisa
program tersebut selesai tidak ada tindak lanjut mereka lakukan karena mengingat tingkat
yang dilakukan. Sehingga sampai saat ini petanii pendidikan mereka yang rendah.
masih membiarkan lahan mereka terbengkalai 3. Meskipun curahan jam kerja petani yang
dan hanya menjadi padang pengembalaan saja. beralih ke usaha lain lebih besar, akan tetapi
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa pendapatan mereka lebih rendah 48 persen
sebagian besar responden bertransformasi ke dari petani yang tetap bertahan mengolah
usaha lain yang masih berada di bidang lahan sawah mereka.
pertanian, hal ini menunjukkan bahwa bagi
33
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
4. Oleh karena itu pemerintah/ instansi terkait  IPCC, 2007. Summary for policy makers.
perlu memperkenalkan komoditas yang tahan Climate Change 2007: Synthesis Report.
terhadap kondisi kering, tidak membutuhkan Fourth Assessment Report of the
banyak air dan tidak membutuhkan Intergovernmental Panel for Climate Change.
pengelolaan/perawatan yang rumit untuk [Available online at
dapat diusahakan di hamparan tersebut. http://www.ipcc.ch/pdf/assessment-
Dengan produktifnya kembali lahan yang report/ar4/syr/ar4_syr_spm.pdf ]
selama ini dibiarkan terbengkalai, akan sangat  Refdinal, yusmarni, Latufa Hanum dan Rudi
membantu meningkatkan pendapatan petani. Febriamansyah. 2012. Mitigasi dan Adaptasi
Petani Terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus
DAFTAR PUSTAKA di Nagari S imawang, Kabupaten Tanah
Datar, Sumatera Barat
 Brown, Molly E. and Christopher C. Funk.  Salih, Mohammad (editor). 2009. Climate
2008. Food Security under Climate Change. In Change and Sustainable Development: New
Science 1 February 2008, Vol. 319 no. 5863 Challenge for Poverty Reduction. Edward
pp. 580-581 Edgar Publishing: Chentelham, UK.
 Febriamansyah, Refdinal, Yusmarni dan  Schmidhuber, Josef and Francesco N.
Hanum, L (2012). Perubahan Iklim dan Tubiello. 2007. Global Food Security under
Kehilangan Sumber Ekonomi Utama Petani Climate change. in PNAS (Proceeding of
Tadah Hujan : Studi Kasus di Nagari National Academy of Sciences), December 11,
Simawang, Sumatera Barat , Indonesia. 2007 vol. 104 no. 50 19703-19708
 Hernanto, Fadholi. 1979. Ilmi usaha tani. Ipb.
bogor

34
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Lampiran 1. Perubahan pola musim hujan bulanan tahun 1982-2011


BULAN
Tahun
JAN FEB MAR APR MEI JUN JULI AGUST SEPT OKT NOV DES
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
dry month: <
humid
60 mmmmmonth : 60 -
wet month: >
100 mm
Sumber:
100mm Febriamansyah dkk (2012)

35
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Lampiran 2. Curahan jam kerja dan pendapatan petani

36
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KAJIAN MODEL PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN


RUMAHTANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN
CIREBON, PROVINSI JAWA BARAT
THE STUDY OF FOOD SECURITY INCREASING PROGRAM MODEL OF
POOR HOUSEHOLD IN COASTAL AREA, CIREBON DISTRICT,
WEST JAVA

Endah Djuwendah1, Hepi Hapsari2, dan Sri Fatimah3

Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, UNPAD

(e-mail : endah_djuwendahi@yahoo.com)

ABSTRAK. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi program ketahanan pangan dan pengentasan
kemiskinan, faktor yang mendukung keberhasilan program ketahanan pangan, dan merumuskan
rekomendasi model peningkatan ketahanan pangan yang terintegrasi dengan pengentasan kemiskinan.
Tempat penelitian di Kabupaten Cirebon, sebagai wilayah pesisir yang relatif rawan pangan.Sasaran
penelitian adalah rumah tangga miskin, pejabat dan tokoh masyarakat di tingkat desa, kecamatan dan
kabupaten. Metode penelitian adalah survei deskriptif dengan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara yuridis formal, tidak ada program ketahanan pangan yang terintegrasi
dengan kemiskinan. Beberapa program ketahanan pangan mempunyai sasaran sama dengan program
pengentasan kemiskinan yakni rumah tangga miskin, misalnya Raskin dan Bantuan LangsungTunai. Faktor-
faktor utama yang menyebabkan berhasil atau gagal suatu program adalah kemauan politis pemda
setempat, dukungan pemerintah propinsi dan pusat, sosialisasi dan edukasi sasaran program. Secara
umum masyarakat menghendaki program ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan dipertahankan
dengan sasaran yang tepat, sosialisasi dan edukasi yang jelas, serta implementasi yang sesuai dengan
rencana. Model program ketahanan pangan yang terintegrasi dengan pengentasan kemiskinan adalah
mengoptimalkan program yang sudah ada dengan sasaran tunggal rumahtangga miskin, disertai koordinasi
yang jelas antar dinas di bawah pengawasan langsung Bupati sebagai Ketua Dewan Katahanan Pangan
Daerah.

Kata kunci : ketahanan pangan, rumahtangga miskin, wilayah pesisir

ABSTRACT. The purpose of this research was to identify food security programs and pull out poverty, the
factors that resulting success or failures against the program, and summarizing the recommendation of food
security increasing model which is integrated with poverty pulling out. Research site taken place at Cirebon
Regency, as a coast area which is dry and relatively having less tenacity against food security compared to
the other areas in West Java. The research target against micro limitation is the poor household which is the
participant of every food security program or poverty pulling out. At the mezo limitation are the functionaries
and public figure at village, regency and sub-district stages. Implemented research method was a descriptive
survey with data analysis quantitatively and qualitatively. The result of this research shows that in a formal
jurisdiction way, there is no food security program integrated with poverty. Even in reality there is a program
that possesses double goals which are poverty pull out and food security such as Raskin and BLT. The
factors that cause success or failure of a program are the politic willingness of local government and the
support from province and central government. Publicly the society is able to receive local government policy
if there is an obvious communication, information and education with an implementation that work as
planned. Food security upgrade model program which integrated with poverty is to optimize existed program
targeting poor household, with a clear coordination between agencies under direct surveillance of Sub-
district head as the Chairman of Local Food Security Board.

Keywords: Food Security, Poor Household, Coastal Area.


37
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENDAHULUAN semakin tinggi ketahanan pangannya (Rachman


dan Suhartini, 1996). Rusastra dkk(2005)
Kelompok sosial ekonomi rendah (miskin) menyebutkan bahwa ketahanan pangan
seperti petani dan nelayan dengan segala ditentukan secara bersama antara ketersediaan
keterbatasannya merupakan kelompok yang pangan dan akses individu atau rumah tangga
rawan terhadap kekurangan pangan. Suatu untuk mendapatkan pangan yang dibutuhkan.
fenomena ironi sepanjang sejarah Indonesia, Ketersediaan pangan sangat berkaitan
petani dan nelayan yang menghasilkan pangan dengan produksi, pengadaan atau distribusi
namun mereka pula yang sering menderita pangan sehingga bahan pangan dapat tersedia
kekurangan pangan. Menurut Hidayat Syarief dengan cukup dan berkesinambungan dari waktu
(1992), upaya-upaya keluarga dalam mengatasi ke waktu, kuantitas maupun kualitasnya di tingkat
keadaan kerawanan (ketidaktahanan pangan) rumahtangga dan dapat terdistribusi secara
dapat dikatakan sebagai upaya coping mechanism proporsional antara anggota keluarga (Soetatwo
(CM). Dampak dari menurunnya ketahanan Hadiwigeno, 1996). Kemampuan produksi
pangan keluarga adalah munculnya masalah dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas
kurang gizi yang dikhawatirkan dapat sumberdaya serta aksesibilitas terhadap
mengakibatkan terjadinya generasi yang hilang sumberdaya tersebut, serta dipengaruhi oleh
(lost generation). Keadaan ini disebabkan oleh sarana dan prasarana penunjangnya. Sedangkan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di distribusi dipengaruhi oleh tersedianya pasar,
Indonesia karena krisis ekonomi yang prasarana pemasaran dan kelembagaan yang
berkepanjangan. menjamin ketersediaan pangan di pasar.
Upaya pemerintah dalam mengatasi Meskipun pasokan pangan melimpah,
masalah kekurangan pangan dan gizi melalui banyak orang kekurangan pangan sebagai akibat
program pengentasan kemiskinan seperti Raskin keterbatasan sumberdaya untuk memproduksi
dan BLT, secara empiris terbukti kurang efektif atau membeli pangan yang dibutuhkan. Dalam
dan banyak kasus menemui kegagalan. Kondisi ini hal ini, apabila ketahanan pangan dipenuhi
terjadi terutama disebabkan oleh implementasi melalui eksploitasi sumberdaya yang tidak dapat
program yang tidak mempertimbangkan diperbaharui (non renewable resources) atau
pendekatan keberlanjutan (Sustainable merusak lingkungan (depletion) maka ia tidak
Livelihoods Approach) (Farrington et al. 1999). akan menjamin ketahanan pangan dalam jangka
Permasalahan yang dihadapi pada pelaksanaan panjang (Soekirman, 1996).
program penanggulangan kerawanan pangan dan Menurut Soehardjo (1996) kondisi
kelaparan adalah: 1) seringkali mengabaikan ketahanan pangan rumahtangga dapat
kemandirian dan peningkatan kapasitas diri dari dicerminkan oleh beberapa indikator, antara lain :
penerima bantuan, 2) tidak disesuaikan dengan 1. Tingkat kerusakan tanaman, ternak dan
aspirasi dan kondisi masyarakat, dan 3) tidak perikanan.
diintegrasikan dengan modal sosial atau energi 2. Penurunan produksi pangan.
sosial lokal (sumberdaya manusia, kelembagaan 3. Tingkat ketersediaan pangan di
dan jaringan sosial). rumahtangga.
Konsep ketahanan pangan yang 4. Proporsi pengeluaran pangan terhadap
disepakati secara internasional dalam World pengeluaran total.
Conference on Human Right tahun 1993 dan 5. Fluktuasi harga-harga pangan utama yang
World Food Summit tahun1996, adalah kondisi umum dikonsumsi rumahtangga.
terpenuhinya kebutuhan gizi setiap individu baik 6. perubahan kehidupan sosial (misalnya
dalam jumlah maupun mutu agar dapat hidup urbanisasi, migrasi, menjual atau
aktif dan sehat secara berkesinambungan sesuai menggadaikan harta miliknya)
dengan budaya setempat ( Imron Rosady dan 7. Keadaan konsumsi pangan (kebiasaan
Didit Purnomo, 2012). Konsep ketahanan pangan makan, kuantitas dan kualitas) digambarkan
umumnya didasarkan pada dua pendekatan. oleh perubahan-perubahan konsumsi pangan
Pertama, pendekatan berdasarkan ketersediaan yang mengarah pada penurunan kuantitas
pangan dalam jumlah yang memadai bagi semua dan kualitas makanan secara keseluruhan,
penduduk untuk hidup secara aktif dan sehat. termasuk perubahan frekuensi konsumsi
Pendekatan kedua, didasarkan atas akses individu makanan pokok.
atau rumahtangga terhadap pangan. Semakin 8. Status gizi keluarga terutama balita.
tinggi akses rumahtangga terhadap pangan,
38
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Penelitian ini bertujuan untuk (1) melakukan mikro kecil atau cluster 2(―kail‖) dan bantuan
review kebijakan dan implementasi program produktif kecil menengah atau cluster 3
ketahanan pangan yang sudah maupun sedang (―perahu‖). Sumber dana dari APBN (80 %),
berjalan di Kabupaten Cirebon dengan kateristik APBD I Propinsi dan APBD Kabupaten (20 %),
dataran rendah pesisir yang kering, (2) baik dekonsentrasi maupun cosharing.
mengetahui indikator keberhasilan kebijakan Sebanyak 33 (82,50 %) kecamatan di
ketahanan pangan daerah, serta (3) merumuskan Kabupaten Cirebon termasuk daerah rawan
model progam peningkatan ketahanan pangan pangan karena memiliki keluarga miskin lebih dari
yang terintegrasi dengan pengentasan 50 %.Lebih dari 60 % wilayah Kabupaten Cirebon
kemiskinan. adalah dataran rendah pesisir yang kering,
dengan PDRB Rp.7.143.363 per kapita dan
METODE PENELITIAN pengangguran terbuka sebesar 9,22 %. APBD
Kabupaten Cirebon tahun 2009 sebesar 1,1 trilyun
Desain penelitian yang digunakan adalah yang terserap untuk pendidikan sekitar 700 milyar
survei deskriptif dengan unit analisisnya 51 orang dan kesehatan 250 milyar. Selebihnya dibagi ke
tokoh masyarakat dan 200 rumah tangga yang beberapa sektor termasuk pangan dan
berada di Kecamatan Jamblang, Gunung Jati dan kemiskinan.
Kapetakan Kabupaten Cirebon. Data yang Berdasarkan identifikasi program ketahanan
dipergunakan pada tataran meso meliputi pangan dengan menggunakan pendekatan
pelaksanaan program ketahanan pangan yang banyaknya kegiatan untuk masing-masing sub-
sudah dan sedang berjalan mengenai cakupan sistem ketahanan pangan yaitu produksi,
progam, pendanaan, persepsi serta faktor yang distribusi, konsumsi dan ketersediaan
mempengaruhi keberhasilan program, sedangkan teridentifikasi ada 7 program terkait peningkatan
pada tataran mikro dilakukan wawancara produksi, 7 program terkasit aspek konsumsi, 2
terstruktur terhadap rumahtangga responden program terkait aspek distribusi dan 4 program
meliputi karakteristik sosial ekonomi, pesepsi terkait aspek ketersediaan. Diantara berbagai
terhadap keberhasilan program serta faktor yang program teridentifikasi sekurangnya 9 program
mempengaruhi keberhasilan program. Data pengentasan kemiskinan yang juga diarahkan
dianalisis secara deskriptif menggunakan tabulasi untuk memberikan dampak terhadap ketahanan
silang. pangan rumah tangga diantaranya : bantuan
tunai langsung (BLT), beras untuk rumah tangga
HASIL DAN PEMBAHASAN miskin (Raskin), asuransi kesehatan untuk
Review Kebijakan dan Program Ketahanan rumah tangga miskin (Askeskin), Dana
Pangan Daerah penguatan modal usaha Ekonomi Perdesaan
(DPM-LUEP), lumbung pangan desa, bantuan
Terdapat 12 isu strategis dan prioritas operasional sekolah (Boss), pemberian makanan
pembangunan Kabupaten Cirebon 2009-2014 tambahan (PMT), subsisidi pupuk dan benih
diantaranya adalah pengentasan kemiskinan dan pertanian, pengembangan pertanian organik, dan
ketahanan pangan. Pangan sebagai kebutuhan diversifikasi tanaman sawah (ABT).
dasar hidup manusia sehingga setiap orang Berdasarkan analisis persepsi
berhak mendapatkan pangan yang terjangkau rumahtangga terhadap program ketahanan
dan berkualitas. Pada hakekatnya program pangan menyatakan bahwa program ketahanan
ketahan pangan bertujuan untuk dapat memenuhi pangan yang berhasil adalah pembagian raskin
kebutuhan pangan individu yang meliputi aspek dan program BLT. Sekitar 94 % rumahtangga di
ketersediaan pangan, kesinambungan kecamatan tahan pangan dan 74 % rumahtangga
ketersediaan pangan, mudah terjangkau dan di kecamatan rawan pangan menyatakan Raskin
berkualitas. cukup berhasil. Sekitar 85 % rumah tangga di
Kebijakan program ketahanan pangan kecamatan tahan pangan dan 74 % rumahtangga
Kab.Cirebon mencakup aspek produksi, distribusi, di kecamatan rawan pangan menyatakan prohram
ketersediaan, dan konsumsi. Kebijakan BLT berjalan baik. Pemberian raskin dan BLT
pengentasan kemiskinan mencakup kesehatan, dapat membantu rumahtangga dalam pemenuhan
pendidikan, daya beli, usaha mikro kecil (UMK) kebutuhan akan pangan. Melalui bantuan raskin
dan kesejahteraan sosial.Program diklasifikasikan maka rumahtangga di kecamatan rawan pangan
dalam bantuan konsumsi langsung atau cluster 1 dan kecamatan tahan pangan dapat membeli
(diibaratkan memberi ―ikan‖), bantuan produktif makanan pokok yaitu beras dengan harga yang
39
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

murah dan dengan adanya BLT dapat membantu sembako murah, BOS dan program lainnya.
dalam membeli lauk pauk sebagai makanan Secara keseluruhan 92% rumahtangga di
pendamping makanan pokok (beras). Kecamatan Rawan Pangan menilai bahwa
program bantuan pemerintah sukses.
Tabel 1. Program Ketahahan Pangan di Secara umum, 88,5% rumahtangga di
Kabupaten Cirebon kecamatan tahan pangan dan rawan pangan
Aspek Aspek Aspek Aspek menyatakan telah mendapat program raskin, BLT
Produksi Konsumsi Distribu Ketersedia (70,5%), askeskin (45,5%) dan BOS (44,5%).
si an
Subsidi Pemberian Penguata Fasilitasi Semua program yang digalakkan pemerintah
pupuk & Makanan n Lumbung 55,5% rumahtangga di kedua kecamatan tersebut
benih Tambahan Lembaga pangan menyatakan telah dapat membantu memenuhi
(PMT) Balita Distribusi Perdesaan kebituhan hidup sehari-hari. Hal ini menunjukkan
Pangan dan
Masyarak Masyarakat program-program utama pemerintah berupa BLT,
at raskin, askeskin dan BOS telah dapat dirasakan
(LDPM) oleh masyarakat khususnya masyarakat di daerah
Bantuan Beras untuk Lumbung rawan pangan.
teknologi Rumahtangga Masyarakat
produksi padi Miskin (Raskin)
Bantuan atau perhatian dari pemerintah
(Terpalisasi, daerah berupa pemberian beras untuk rakyat
traktorisasi, miskin dan bantuan langsung tunai sangat banyak
pompanisasi) dirasakan oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari
Peningkatan Bantuan Pangan
Usaha untuk
hasil penelitian yang menunjukkan 57,5%
Ekonomi rumahtangga yang menyatakan jenis perhatian
Produktif pemerintah adalah berupa raskin, 27%
(PUEP) rumahtangga menyatakan pemberian BLT,
Alat Sembako murah
bahkan 51% rumahtangga di kecamatan rawan
Pengolah
Pupuk pangan menyatakan BLT merupakan jenis
Organik perhatian yang diterima dari pemerintah daerah.
(APPO) Hal ini menunjukkan perhatian pemerintah daerah
Desa Mandiri Desa Mandiri Desa Desa Mandiri secara garis besar telah menyentuh masyarakat
Pangan Pangan Mandiri Pangan
Pangan kurang mampu di daerah rawan pangan.
Dana Percepatan Cadangan Dalam hal keberadaan perhatian dari
Penguatan Penganekaragam Pangan pemerintah pusat, 64% rumahtangga di
Modal Usaha an Konsumsi Daerah kecamatan tahan pangan dan 100% rumahtangga
Ekonomi Pangan dan Gizi
Pedesaan (P2KPG) di kecamatan rawan pangan menjawab ada. Jenis
(DPM-LUEP) perhatian dari pemerintah pusat yang paling
Pengembang Diversifikasi banyak dirasakan oleh rumah tangga baik di
an Pangan Olahan kecamatan tahan pangan (45%) maupun rawan
diversifikasi non beras
tanaman
pangan (70%) adalah BLT. Untuk rumahtangga di
sawah(ABT) kecamatan rawan pangan 67% rumahtangga
jenis perhatian yang juga banyak dirasakan
Program Bantuan Pemerintah adalah raskin dan pemberian gas (57%). Hal ini
menunjukkan perhatian dari pemerintah pusat
Program bantuan pemerintah yang pun secara garis besar telah banyak menyentuh
dijalankan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat khususnya di daerah rawan pangan.
pangan antara lain BLT, raskin, askeskin,
semabko murah, BOS, program keluarga harapan Persepsi Pejabat dan Tokoh Masyarakat
(PKH), PMT, bantuan modal, bantuan teknologi, terhadap Keberhasilan Program Ketahanan
kredit dan program lainnya. Dari semua program Pangan Daerah
tersebut, program bantuan yang berhasil
dilakukan pemerintah dan dirasakan oleh 1. Indikator Kebijakan Ketahanan Pangan
rumahtangga di Kecamatan Tahan Pangan adalah Daerah
raskin, askeskin, bantuan modal dan bantuan Kebijakan merupakan salah satu indikator
teknologi. Sementara, program bantuan dari keberhasilan program ketahanan pangan
pemerintah yang berhasil dijalankan di Kecamatan daerah. Secara keseluruhan, persepsi pejabat
Rawan Pangan adalah BLT, raskin, askeskin, dan tokoh masyarakat mengenai kebijakan
40
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ketahanan pangan di wilayah Kabupaten Indikator Sumber Daya Manusia Ketahanan


Cirebon dinilai cukup baik. Lebih dari 40% Pangan Daerah
pejabat menyatakan bahwa kemauan politis,
kebijakan ketahanan dan alokasi anggaran

Persentase
berjalan lancar. Tetapi 30% dari pejabat
menyatakan bahwa koordinasi lintas sektor Jumlah tenaga Kompetensi
Kompetensi kompetensi
manajemen&a advokasi&sosi
Kompetensi

dan kebijakan khusus dinilai biasa saja


perencana perencana surveilans
nalisis alisasi

bahkan kurang terkoordinasi dengan baik.


Biasa saja 38.37 36.97 38.70 38.70 38.70
Baik 22.70 24.13 22.37 22.37 22.37
Kebijakan ketahanan pangan ini tidak Tidak Tahu 38.93 38.90 38.93 38.93 38.93
seluruhnya diketahui oleh pejabat. Hal ini
dinilai oleh 45% pejabat yang menyatakan Gambar 2. Indikator Sumber Daya Manusia
bahwa mereka tidak mengetahui kebijakan Ketahanan Pangan Daerah
intensif dan kebijakan khusus yang diterapkan
pemerintah dalam program ketahanan 3. Indikator Kelembagaan Ketahanan Pangan
pangan daerah. Daerah
Kelembagaan merupakan media atau
Indikator Kebijakan Ketahanan Pangan Daerah
forum bagi rumahtangga maupun pejabat dan
tokoh masyarakat dalam memperoleh
informasi dan keterangan mengenai
Persentase

ketahanan pangan daerah. Menurut pejabat


dan tokoh masyarakat Kabupaten Cirebon,
Kemauan
Kebijakan
Alokasi
Koordinasi
Ketersediaa Kebijakan indikator kelembagaan ketahanan pangan
Ketahanan Lintas
Politis
Pangan
Anggaran
Sektor
n Insentif Khusus
dinilai masih kurang terutama pada
Biasa saja 33.47 28.93 36.30 38.40 20.87 36.30 perumusan kebijakan, fungsi koordinasi,
lumbung desa, LSM, dan penyampaian
Baik 41.57 46.07 48.37 28.30 33.60 13.27
Tidak Tahu 25.00 25.00 33.33 33.33 45.60 50.43
keluhan masyarakat. Indikator yang dianggap
baik adalah fungsi Badan Ketahanan Pangan
Gambar 1. Indikator Kebijakan Ketahanan Pangan
dan Kelompok Usaha Tani. Fungsi lumbung
Daerah
desa dinilai biasa saja bahkan cenderung
kurang.
2. Indikator Sumber Daya Manusia Ketahanan
Pangan Daerah Indikator Kelembagaan Ketahanan Pangan Daerah
Sumber Daya Manusia merupakan tenaga
penggerak dalam mekansanakan program
Persentase

ketahanan pangan daerah. SDM berkualitas


sangat diperlukan agar program tersebut Fungsi Fungsi
Fungsi Fungsi
Penyampa
ian
mencapai sasaran dan tujuannya. Tetapi, Fungsi perumusa Badan
koordinasi n masalah Ketahanan
Lumbung
Fungsi
LSM
Kelompok Keluhan
Desa Usaha TaniMasyaraka
persepsi pejabat mengenai sumber daya ini kebijakan Pangan
t
kurang memberikan informasi bagi indikator Biasa saja 32.77 39.70 33.10 71.50 55.50 31.37 37.62

keberhasilan ketahanan pangan. Mereka Baik 30.40 23.47 30.03 0.00 11.83 41.90 20.65

serempak menilai bahwa indikator sumber Tidak Tahu 36.83 36.83 36.87 28.50 32.67 26.73 35.07

daya manusia dianggap biasa saja dan


bahkan mereka tidak tahu. Seperti jumlah Gambar 3. Indikator Kelembagaan Ketahanan
tenaga perencana, kompetensi perencana, Pangan Daerah
kompetensi manajemen dan analisis,
kompetensi advokasi dan sosialisasi serta 4. Coping Strategi (produksi, distribusi,
kompetensi surveilans. Hanya sekitar 20% ketersediaan dan konsumsi)
pejabat yang menilai semua indikator sumber Coping strategi mengenai produksi
daya manusia ketahanan pangan daerah itu pangan dinilai kurang oleh lebih dari 50%
baik. pejabat baik di Kecamatan Tahan Pangan
maupun di Kecamatan Rawan Pangan. Untuk
produksi pangan, ada beberapa masalah yang
timbul yaitu kekurangan air dan kurangnya
modal usaha. Tantangan produksi pangan
dinilai perlu diperhatikan seperti peningkatan
41
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

produksi pangan hewan, dan buah serta tentang coping strategy untuk konsumsi dan
tantangan kebutuhan masyarakat yang status gizi. Umumnya mereka kurang atau
semakin besar. Dari beberapa masalah dan tidak mengetahui data atau laporan konsumsi
tantanga tersebut, ada beberapa peluang dan status gizi terbaru. Umumnya mereka
yang dinilai lebih dari 50% pejabat perlu tidak dapat mengidentifikasi masalah,
dilakukan yaitu pemberian dukungan tantangan, peluang maupun kekuatan
teknologi, subsidi pupuk dan benih serta masalah konsumsi dan status gizi.
pemenuhan kebutuhan daerah baik di Strategi adaptasi yang diterapkan oleh
Kecamatan Tahan Pangan maupun sayuran di rumahtangga di Kabupaten Cirebon adalah
Kecamatan Rawan Pangan. Kedua kecamatan meminta bantuan pada saudara atau
tersebut mempunyai beberapa kekuatan atau tetangga, meminjam pangan atau uang pada
keunggulan yang bisa dimanfaatkan seperti, saudara/ kerabat dekat. Selain itu beberapa
lahan yang luas, ketersediaan jumlah petani responden menyatakan memanfaatkan
yang banyak dan kelembagaan petani yang potensi pekarangan sebagai penghasil pangan
perlu dikembangkan. untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup
Masalah ketersediaan dinilai oleh 30% manusia. Dari hasil penelitian diperoleh
pejabat di Kecamatan Tahan Pangan dan di informasi bahwa 93% rumahtangga di
Kecamatan Rawan Pangan adalah masalah kecamatan tahan pangan dan 99%
kurangnya ketersediaan pangan hewan, rumahtangga di kecamatan rawan pangan
sayuran dan buah sehingga perlu adanya memiliki luas pekarangan lebih kecil dari 100
manajemen persediaan yang baik agar dapat m2 dengan rata-rata luas pekarangan 65,8 m2
memenuhi kebutuhan rumahtangga di di kecamatan tahan pangan dan 11,43 m2 di
Kabupaten Cirebon. Dengan masalah yang kecamatan rawan pangan. Hal ini
ada, tantangan ketersediaan pangan juga menunjukkan sebagian besar rumah tangga
perlu dihadapi seperti meningkatnya di kedua kecamatan tersebut hanya
kebutuhan masyarakat yang memaksa mempunyai pekarangan yang kecil/sempit.
wilayahnya untuk meningkatkan produksi
pangan hewan, sayuran dan buah. Lebih dari Faktor Pendukung ketahanan pangan
50% pejabat baik di Kecamatan Tahan rumah tangga
Pangan maupun Kecamatan Rawan Pangan
menyatakan bahwa peluang ketersediaan itu 1. Teknologi pertanian merupakan alat untuk
berasal dari peningkatan produksi padi meningkatkan ketahanan pangan
sehingga pada akhirnya tercapai surplus padi rumahtangga di wilayah pesisir Kabupaten
di wilayah tersebut dan suplai dari luar daerah Cirebon. Pengembangan teknologi budidaya
lancar. pertanian serta penyediaan benih dan pupuk
Distribusi merupakan penyaluran bahan dinilai oleh lebih dari 50% pejabat diperlukan
pangan sehingga dapat dimanfaatkan oleh untuk pemenuhan ketahanan pangan di
semua rumahtangga dan pemerataan wilayah pesisir Kabupaten Cirebon. Hal ini
kecukupan pangan. Aspek distribusi dinilai disebabkan kecukupan pangan di pesisir
oleh responden pejabat dan tokoh kabjpaten cirebon relatif belum terpenuhi.
masyarakat, tidak ada masalah dan justru 2. Sarana dan prasarana pertanian merupakan
banyak peluang serta kekuatannya. Hampir alat untuk mencapai ketahanan pangan
semua responden menilai baik soal distribusi rumahtangga. Kondis infrastrtuktur jalan dan
dengan alasan posisi geografis kabupaten sarana ransportasi, kondisi air dan irigasi,akses
Cirebon strategis di wilayah jalur pantura. alat pasca panen pertanian serta keberadaan
Hanya ada sedikit kekhawatiran tentang pangan lokal dan UMKM dinilai masih kurang
pemerataan sampai ke desa-desa, persamaan keberadaannyaoleh lebih dari 50% pejabat
dan stabilitas harga di semua pasar daerah. Hal ini perlu ditingkatkan karena
tradisional. Peluang distribusi di Kabupaten ketiga indikator tersebut sangat penting dalam
Cirebon sendiri adalah pasokan pangan yang menunjang pemenuhan kebutuhan
lancar karena jalan yang cukup bagus dan rumahtangga di Kabupaten Cirebon.
angkutan yang cukup untuk mendistribusikan 3. Transportasi yang mudah dan terjangkau akan
pasokan pangan tersebut. mempermudah akses desa ke kota sehingga
Kurang dari 50% pejabat dan tokoh pangan akan lebih mudah diperoleh dengan
masyarakat yang mampu menjelaskan harga yang lebih terjangkau. Hasil penelitian
42
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

menunjukkan 80% rumah tangga di dan menjalin silaturahmi antar masyarakat.


kecamatan tahan pangan menyatakan bahwa Modal sosial yang terkait dengan ketahanan
akses dan transportasi menuju desa sudah pangan adalah gotong–royong dan tolong
baik. Di keca-matan rawan pangan hanya 34% menolong yang didasari ole rasa saling
rumah tangga yang menyatakan akses dan percaya pada sesama, kelompok keagamaan,
transportasi menuju desa sudah baik dan 56% budidaya, dan musyawarah. Hasil penelitian
rumah tangga menyatakan infrastruktur yang menunjukkan 35% rumahtangga di kecamatan
belum ada adalah telepon, jembatan beton, tahan pangan dan 64% rumahtangga di
listrik dan saluran irigasi. Dalam hal fungsi kecamatan rawan pangan menyatakan pernah
infrastruktur, 100% rumah tangga di memberikan sumbangan dalam bentuk uang
kecamatan tahan pangan menyatakan bahwa atau barang. Hal ini menunjukkan bahwa jiwa
infrastruktur di desa berfungsi baik, sedangkan sosial rumah tangga masyarakat telah
hanya 28% rumah tangga di kecamatan rawan berkembang secara baik.
pangan yang menyatakan fungsi infrastruktur
desa berjalan baik. Hal ini menunjukkan Model Program Ketahanan Pangan RT
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Miskin di Wilayah Pesisir Kab. Cirebon
belum merata hingga ke seluruh daerah
sehingga di kecamatan rawan pangan masih
Koordinasi Bupati sebagai Ketua Dewan Ketahanan Pangan
membutuhkan infrastruktur dan akses
transportasi yang mudah dan lancar yang
terpelihara dengan baik . Program ketahanan Program
pangan: pengentasan
4. Kegiatan penyuluhan kesehatan atau Dana: kemiskinan:
pertanian, 51% rumah tangga di kecamatan - Raskin (setde ekbang)
tahan pangan menyatakan ada, namun hanya - Lumbung desa (BPMD) APBN > 80% - BLT (setda
24% rumah tangga yang mengikuti kegiatan - Lumbung masyarakat
APBD I
ekbang)
(BKP) - BOS (Dinas
tersebut. Sedangkan di kecamatan rawan - Desa mapan (BKP) Diknas)
pangan, 12% rumah tangga menyatakan ada - LDPM (BKP) - Askeskin (Dinkes)
kegiatan penyuluhan kesehatan atau - Sembako murah - Jamkesmas
pertanian, namun rumahtangga yang (Deperindag)
Sosialisasi
- Jamkesda

mengikuti kegiatan tersebut hanya 2%. Hal ini PNPM

menunjukkan masih minimnya program - Masal

pemerintah dalam meningkatkan kesadaran Melibatkan aparat Komunikasi,


Rumahtangga
dan motivasi rumahtangga di kedua desa&kecamatan, tokoh
miskin
Informasi dan
kecamatan tersebut dalam rangka desa, BPD berdasarkan data
Edukasi (KIE) calon
penerima program
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di BPS & BKKBN
bidang kesehatan ataupun pertanian.
5. Kelembagaan daerah dan modal sosial Modal
sosial adalah sebagai setiap hubungan yang Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3

terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan Bantuan “Ikan” Bantuan “Kail” Bantuan “Perahu”
(trust), saling pengertian (mutual
understanding), dan nilai-nilai bersama -BLT - Lumbung desa - LDPM
(shared value) yang mengikat anggota -
-
Lumbung masyarakat
PUEP
kelompok untuk membuat kemungkinan aksi - APPO
bersama dapat dilakukan secara efisien dan Gambar 4. Model Program Ketahanan Pangan
efektif (Cohen dan Prusak L. 2001). Sinergi dengan Pengentasan Kemiskinan
Keberadaan kelembagaan daerah dan modal
sosial yang ada dan penting keberadaannya di Model program yang direkomendasikan untuk
kecamatan tahan pangan maupun di peningkatan ketahanan pangan yang terintegrasi
kecamatan rawan pangan yaitu, karang dengan kemiskinan di wilayah pesisir Kabupaten
taruna, kelompok taruna tani, kelompok tani, Cirebon adalah optimalisasi program yang sudah
kelompok wanita tani dan kelompok rohani. ada dengan tujuan untuk penguatan ketahanan
Manfaat organisasi yang dirasakan oleh pangan dan perbaikan gizi rumahtangga miskin di
sebagian besar rumah tangga di kecamatan bawah Pengawasan langsung oleh Bupati sebagai
tahan pangan dan rawan pangan adalah Ketua Dewan Ketahanan Pangan Daerah.
menambah kesehatan anak, menambah ilmu, Fasilitasi program dilakukan dengan cara
43
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

koordinasi dan kerjasama antar dinas yang c. Kelembagaan ketahanan pangan daerah
terkait Program serta komunikasi, informasi dan seperti Badan ketahanan pandan daerah,
edukasi (KIE) kepada masyarakat penerima lumbung desa, kelompok tani, dll
program dan aparat Desa/Kecamatan. d. Upaya mengatasi kerawanan pangan
Orientasi berbagai program diperluas lagi (coping mechanism) baik yang dilakukan
melalui peningkatan keterampilan rumahtangga pemda dalam skala daerah maupun oleh
dalam peningkatan konsumsi pangan dan gizi, keluarga dalam skala rumahtangga.
pelatihan usaha dan pengelolaan keuangan 3. Model program yang direkomendasikan untuk
rumahtangga serta fasilitasi kelembagan sosial peningkatan ketahanan pangan yang
dan modal sosial yang ada agar dapt bersinergi terintegrasi dengan kemiskinan adalah
dan berperan sebagai pintu masuk dalam mengoptimalkan program yang sudah ada
perencanaan, implementasi dan evaluasi program sesuai dengan tujuan, sasaran tunggal
ketahanan pangan yang terintegrasi dengan rumahtangga miskin berdasarkan basis data
program pengentasan kemiskinan agar program yang akurat, KIE kepada masyarakat
ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan penerima program dan aparat
berdampak pada penguatan ketahanan pangan Desa/Kecamatan. Koordinasi antar dinas dan
individu dan rumahtangga. Pengawasan langsung dilakukan oleh Bupati
sebagai Ketua Dewan Ketahanan Pangan
SIMPULAN Daerah.

1. Program ketahanan pangan daerah yang DAFTAR PUSTAKA


dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Cirebon
adalah Raskin, Aksi Desa Mandiri Pangan  Cohen, D. & Prusak, L. (2001), In Good
(Desa Mapan), Penguatan Lembaga Distribusi Company,Boston, Harvard Business School
Pangan Masyarakat (LDPM), Percepatan Press
Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi  Farrington, J. et. al. 1999. Sustainable
(P2KPG), Pemberian Makanan Tambahan Livelihoods inPractice : Early Applications of
(PMT) Balita, Bantuan Teknologi Produksi Padi Concepts in Rural Areas‘ODI Natural
(Pompanisasi, Traktorisasi, Terpalisasi), Resources Perspec-tives.Number 42. June
Subsidi Benih dan Pupuk dan Bantuan Kredit 1999. Overseas Development Institute.
Usaha Rakyat (KUR) dalam skala terbatas. London
Program Pengentasan Kemiskinan yang  Hidayat Syarief. 1992. Survei Keragaman
dilaksanakan Pemda Kabupaten Cirebon, Pangan dan Gizi Masyarakat. Metoda
semuanya berasal dari Pemerintah Pusat Statistika untuk Pangan dan Gizi Masyarakat .
antara lain Bantuan Opresional Sekolah (BOS), IPB. Bogor.
Askeskin, PNPM Mandiri (bantuan modal), BLT,  Imron Rosyadi dan Didit Purnomo2012.
Jamkesmas (APBN) dan Jamkesda (APBD Tingkat ketahanan pangan rumah tangga di
Kab). desa tertinggal, Jurnal Ekonomi Pembangu-
2. Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan nan, FE Univ, Muhamadiyah Surkarta ,
program ketahanan pangan dan Pengentasan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012,
Kemiskinan, adalah : hlm.303-315
a. Kebijakan ketahanan pangan daerah  Soehardjo. 1996. Pengertian dan Kerangka
meliputi kemauan politis Pemda dukungan Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga. Loka-
Pemerintah Pusat dan Propinsi, alokasi karya Ketahanan Pangan Rumahtangga,
anggaran, koordinasi lintas sektor, Deptan-UNICEF. Yogyakarta.
ketersediaan insentif dan kebijakan  Soekirman. 1996. Ketahanan Pangan :
khusus Bupati sebagai Ketua Dewan Konsep, Kebijakan dan Pelaksanaannya.
Ketahanan Pangan Daerah. Lokakarya Ketahanan Pangan Rumahtangga,
b. Sumberdaya manusia ketahanan pangan Deptan-UNICEF. Yogyakarta.
daerah melipiti jumlah tenaga perencana,  Soetatwo Hadiwigeno. 1996. Program dan
kompetensi perencana, manajemen dan Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional.
analisis, kompetensi advokasi dan Lokakarya Ketahanan Pangan
sosialisasi serta kompetensi surveilans. Rumahtangga,Deptan-UNICEF. Yogyakarta

44
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MANGGIS


INDONESIA

Muhammad Arief Budiman, SE., ME1 dan Andera Verena, SP.2

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Prodi Agribisnis,


Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Sumedang-Bandung KM.21

arief_sosek@yahoo.com

ABSTRAK. Komoditas manggis merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yang dapat
berkontribusi dalam perkembangan perdagangan Indonesia. Namun dalam perkembangannya perdagangan
Indonesia banyak mengalami hambatan akibat nilai tukar rupiah yang cenderung terus melemah terhadap
dolar Amerika Serikat. Hal tersebut tentu akan mengubah kemampuan perdagangan Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh jumlah produksi manggis dan nilai tukar rupiah terhadap
volume ekspor manggis, (2) Faktor yang paling berperan dalam perkembangan ekspor manggis di antara
variabel jumlah produksi manggis dan nilai tukar rupiah. Penelitian dilakukan menggunakan desain
kuantitatif dengan teknik suatu kasus. Data yang diperlukan adalah data sekunder berupa deret waktu yang
meliputi data volume ekspor manggis, jumlah produksi manggis dan nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat. Analisis data menggunakan persamaan regresi berganda dengan melakukan beberapa uji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi manggis dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat mempengaruhi volume ekspor manggis. Variabel jumlah produksi adalah faktor yang paling berperan
dalam perkembangan ekspor manggis

Kata kunci : manggis, jumlah produksi, nilai tukar, volume ekspor

ABSTRACT. Mangosteen is one of excellent export commodity of Indonesia that can contribute in
Indonesian trade development. However in its development, Indonesian trade get many obstacles because
of exchange rate. The exchange rate of rupiah is tending decline to US dollar. It will change the ability of
Indonesian trade. The aim of this research is to determine : (1) The influence of mangosteen production
quantity and exchange rate to mangosteen export volume, (2) The most influence factor in mangosteen
export development between mangosteen production quantity and exchange rate of rupiah to US dollar.
The research uses quantitative design with a case technic. The data required are secondary data with time
series data which include the data of mangosteen export volume, between mangosteen production quantity
and exchange rate of rupiah to US dollar. The result shows that mangosteen production quantity and
exchange rate of rupiah to US dollar influence mangosteen export volume. Mangosteen production quantity
is the most influence factor in mangosteen export development.

Keyword : mangosteen, production quantity, exchange rate, export volume

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP PENDAHULUAN


Latar Belakang
Untuk mengetahui nilai pengaruh jumlah
produksi manggis dan nilai tukar rupiah dan akan Konsep perdagangan internasional secara
diketahui variabel mana yang paling berperan umum dibangun berdasarkan pemikiran
terhadap volume ekspor Indonesia. Ruang lingkup keunggulan komparatif dan daya saing yang
penelitian wilayah Indonesia dalam Nilai berbeda antar negara. Jika negara-negara
pendapatan Nasional. berproduksi dan berdagang dengan mengacu
pada keunggulan komparatif dan persaingan,

45
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

maka diyakini akan meningkatkan efisiensi ekonomis tinggi (Kurniati, 1997). Beberapa jenis
penggunaan sumber daya yang langka sehingga buah tropis unggulan Indonesia yang diantaranya
dapat meningkatkan devisa negara dan pisang, mangga, manggis, jeruk, jambu biji,
mensejahterakan warga negara tersebut. Konsep salak, pepaya, nanas, rambutan, durian,
perdagangan internasional ini yang kemudian semangka, nangka dan duku.
menyebabkan proses ekspor dan impor antar Manggis (Garcinia mangostana L.)
negara (Setyo 2009). merupakan salah satu komoditas buah tropis
Indonesia merupakan negara agraris yang primadona ekspor Indonesia. Produksi manggis di
sebagian besar penduduknya bertani. Hal Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun,
demikian yang menyebabkan Indonesia yang namun kecenderungannya terus meningkat. Hal
secara geografis merupakan negara tropis ini dapat dilihat pada perkembangan produksi dari
memiliki kekayaan sumber daya alam yang tahun 2006 sampai tahun 2011. Rata-rata
melimpah,terutama pada sektor pertanian. perkembangan produksi manggis pada tahun
Perhatian pemerintah pada sektor pertanian baik 2006-2011 sebesar 15,67%. Rata-rata
sub sektor hortikultura, pangan dan perkebunan perkembangan ini adalah yang terbesar diantara
diarahkan pada peningkatan produktivitas dan buah-buahan tropis Indonesia lainnya.
ekspor yang menjadi salah satu penyumbang
devisa terbesar pada negara (Setyo 2009). Tabel 1. Perkembangan Ekspor Beberapa Buah
Perkembangan ekspor manggis mengalami Tropis Indonesia Tahun 2009-2010
peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini dapat No Komodi 2009 2010
dilihat dari ekspor buah-buahan Indonesia yang tas
didominasi oleh komoditas buah manggis. Pada Volume Nilai Volume Nilai
tahun 2009 volume ekspor manggis mencapai (Kg) (US $) (Kg) (US $)
angka 11.318.628 kg dengan nilai 7.198.184 US
$. Kemudian pada tahun 2010 mengalami 1 Mangga 1.615.7 1.334.6 998.54 1.065.2
peningkatan ekspor yaitu sebesar 11.387.696 kg 88 94 5 59
dengan nilai 8.754.427 US $. Kontribusi ekspor
buah manggis Indonesia tinggi dikarenakan 2 Manggi 11.318. 7.198.1 11.387. 8.754.4
manggis merupakan komoditas yang unik dan s 628 84 696 27
spesifik di daerah tropis, sehingga pesaingnya di
pasar internasional tidak banyak. Manggis sering 3 Rambut 666.37 398.45 553.06 339.07
disebut sebagai ―Queen of Fruits‖ karena an 6 5 1 0
bentuknya yang eksotik yang menjadikan suatu
4 Seman 482.86 281.12 41.726 25.783
daya tarik tersendiri. Data perkembangan ekspor
beberapa buah tropis Indonesia tahun 2009 dan gka 1 2
2010 dapat dilihat pada Tabel 1.
5 Jambu 176.14 297.26 69.552 136.45
Buah-buahan merupakan komoditas
5 7 0
pertanian yang mempunyai potensi cerah sebagai
salah satu penghasil devisa dari sektor pertanian.
Sumber : PPHP Kementerian Pertanian (2014)
Peningkatan ekspor komoditas buah-buahan
merupakan salah satu alternatif dalam
Tanaman manggis tersebar hampir di
memperoleh devisa negara dari ekspor non
seluruh kepulauan di Indonesia. Buah manggis
migas. Ekspor buah-buahan semakin berkembang
yang diekspor sebagian besar berasal dari kebun
setiap tahunnya dan terus mengalami
rakyat, lahan pekarangan, maupun tanaman
peningkatan baik dalam volume maupun jenis
campuran. Buah manggis yang diekspor
buah (tabel 2). Peningkatan ini ditandai dengan
umumnya berasal dari Kabupaten Tapanuli
selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,
Selatan, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman,
buah-buahan Indonesia juga sudah menjadi
Bogor, Tasikmalaya, Sukabumi dan Purwakarta.
komoditas perdagangan internasional. Hal ini
Produksi manggis dari tahun ke tahun cenderung
sejalan dengan semakin berkembangnya
meningkat dengan perkembangan rata-rata
perdagangan buah tropis di pasar internasional
sebesar 21,77%. Hal tersebut juga diiringi dengan
dan dengan upaya pemerintah dalam
peningkatan luas panen dan produktivitas.
mengembangkan dan meningkatkan penanaman
Perkembangan produksi, luas panen, dan
buah-buahan secara nasional, terutama jenis
produktivitas manggis dapat dilihat pada Tabel 2.
yang memiliki potensi ekspor dan bernilai
46
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 2. Perkembangan Produksi, Luas Panen dan barang di Indonesia dan tentu akan mengubah
Produktivitas Manggis kemampuan perdagangan Indonesia.
Luas
Produksi Produktivitas
Tahun Panen Identifkasi Masalah
(Ton) (Ton/Ha)
(Ha)
1. Berapa besar jumlah produksi manggis dan
2005 64.711 9.119 7,1 nilai tukar rupiah mempengaruhi volume
ekspor manggis?
2006 72.634 8.275 8,78 2. Variabel mana yang paling berperan dalam
perkembangan ekspor manggis di antara
2007 112.722 11.964 9,42
jumlah produksi manggis dan nilai tukar
rupiah?
2008 78.674 9.352 8,41

2009 105.558 11.990 8,87


METODE PENELITIAN
2010 84.538 10.231 8,26 Objek dan Tempat Penelitian

2011 117.595 16.180 7,28 Penelitian dilaksanakan di Indonesia dengan


ruang lingkup penelitian adalah ―Analisis Faktor
2012 190.287 17.850 10,66 yang Mempengaruhi Ekspor Manggis‖. Objek dari
penelitian ini adalah faktor-faktor yang
Perkem mempengaruhi volume ekspor yaitu jumlah
bangan produksi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar
21,77% 13,64% 8,59
Rata- Amerika Serikat. Kegiatan penelitian yang
rata dilakukan meliputi perumusan masalah,
perancangan penelitian, pengumpulan data dari
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2014) berbagai instansi terkait, pemrosesan data,
analisis data, interpretasi data dan penarikan
Jumlah produksi manggis dan volume kesimpulan, serta kegiatan penulisan hasil akhir.
ekspor manggis cenderung meningkat dari tahun
ke tahun. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa neraca Desain dan Teknik Penelitian
perdagangan manggis menunjukkan volume
ekspor yang sangat tinggi dibandingkan volume Desain penelitian yang digunakan adalah
impor. Peningkatan volume ekspor ini desain kuantitatif dengan teknik suatu kasus yang
menunjukkan bahwa manggis adalah salah satu menggunakan sample data yang bersifat kurun
komoditas unggulan ekspor Indonesia yang tentu waktu (time series). Data deret waktu ( time
dapat berkontribusi dalam perkembangan series) yang diperlukan yaitu data jumlah
perdagangan Indonesia non migas dengan produksi manggis, volume ekspor manggis dan
menambah sumber devisa negara. Namun, dalam nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
perkembangannya perdagangan Indonesia yang merupakan data tahunan selama lima belas
banyak mengalami hambatan akibat nilai tukar tahun (1998-2012). Data-data yang diperoleh
rupiah yang cenderung terus melemah terhadap tersebut akan diregres menggunakan beberapa
dolar Amerika Serikat dari tahun ke tahun. Pada model untuk mengetahui faktor mana yang
tahun 1970-an nilai tukar rupiah dipatok pada berpengaruh terhadap ekspor manggis Indonesia.
kurs dollar Rp 377/US$ dan telah beberapa kali Model rumusan variabel penelitian yang akan
mengalami devaluasi, yaitu tahun 1971 sebesar digunakan diformulasikan dalam persamaan
10% menjadi Rp 414/US$. Tahun 1978 sebesar sebagai berikut:
45% atau menjadi Rp 625/US$ hingga pada akhir
tahun 1984 rupiah sudah mencapai Rp
1.100/US$. Pada krisis moneter tahun 1998 nilai Ŷ = β0 + β1 X1 + β2 X2
tukar rupiah sempat melonjak hingga mencapai Keterangan:
lebih dari Rp 15.000/US$. Saat ini nilai tukar Ŷ : Volume Ekspor Manggis (VEX)
rupiah mengambang pada kisaran Rp X1 : Jumlah Produksi Manggis (JPM)
11.000/US$. Melonjaknya nilai rupiah yang relatif X2 : Nilai Tukar Rupiah (NTR)
besar telah mendorong terjadinya kenaikan harga β : Konstanta
47
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Data/Informasi Variabel Teknik analisis yang digunakan untuk penelitian


ini adalah analisis regresi berganda dan metode
Operasionalisasi variabel dalam penelitian yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil
diperlukan untuk mengetahui batasan-batasan atau method of Ordinary Least Square (OLS).
pengertian mengenai maksud variabel-variabel Operasional pengolahan data dilakukan dengan
yang diteliti dengan tujuan agar penelitian dapat software Microsoft Excel 2007 dan SPSS (Statistik
memberikan hasil yang baik dan akurat. Variabel Package for Social Science for Window 19.0).
tidak bebas (dependent variable) dalam penelitian Metode OLS mempunyai beberapa keunggulan
ini adalah Jumlah Ekspor Manggis yang yaitu secara teknis sangat mudah dalam
mencerminkan perkembangan ekspor manggis. penarikan interpretasi dan perhitungan serta
Sedangkan variabel Jumlah Produksi Manggis dan penaksiran BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).
Nilai Tukar Rupiah adalah variabel bebas Dalam proses menganalisis data digunakan uji
(independent variable). Data atau informasi yang statistik dan uji asumsi klasik sebagai alat bantu
diperlukan pada penelitian ini adalah data untuk mengestimasi jumlah ekspor manggis
sekunder berupa deret waktu (time series) yang (dependent variabel) dan faktor-faktor yang
meliputi data volume ekspor manggis, jumlah diperkirakan mempengaruhinya (independent
produksi manggis dan nilai tukar rupiah terhadap variabel). Uji statistik meliputi uji koefisien
dolar Amerika Serikat. Data yang diperlukan determinasi, uji F dan uji T, sementara uji asumsi
dengan tahun dasar 1998 selama kurun waktu klasik meliputi uji multikolinieritas dan uji
lima belas tahun sampai dengan tahun 2012. autokorelasi.

Sumber Data/Informasi dan Cara Simpulan Hasil Pembahasan dan


Menentukannya Rekomendasi

Sumber data diperoleh dari badan resmi 1. Variabel jumlah produksi manggis dan nilai
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bank tukar rupiah cukup besar pengaruhnya
Indonesia, Direktorat Jenderal Hortikultura, terhadap perkembangan ekspor manggis
Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan, Indonesia. Kedua variabel tersebut secara
dan sumber-sumber lain yang dipublikasikan. simultan mempengaruhi pekembangan ekspor
Selain itu, data juga berasal dari studi Indonesia. Persentase pengaruhnya kedua
kepustakaan berupa jurnal, artikel, skrispsi, tesis variabel tehadap perkembangan ekspor
dll. Serta hasil pencarian melalui media internet Indonesia juga cukup besar yaitu 79,7%.
meliputi situs-situs resmi lembaga terkait. Perkembangan ekspor manggis dalam
penelitian ini menggunakan variabel volume
Teknik Pengumpulan Data ekspor sebagai indikatornya.
2. Berdasarkan hasil uji statistik dapat
Metode yang digunakan dalam penelitian ini disimpulkan bahwa variabel yang paling
adalah studi kepustakaan, dengan analisis data berperan dalam perkembangan ekspor
sekunder dari publikasi resmi institusi yang manggis di Indonesia adalah variabel jumlah
berhubungan dengan penelitian ini. Data yang produksi manggis. Variabel jumlah produksi
digunakan dalan penelitian ini dalam bentuk deret manggis berpengaruh secara signifikan
waktu (time series) selama kurun waktu lima terhadap perkembangan ekspor manggis
belas tahun (1998-2012) yang menggunakan data Indonesia, sedangkan variabel nilai tukar
historis tahun-tahun sebelumnya. Adapun data rupiah berpengaruh tidak secara signifikan
yang digunakan dalam penelitian adalah: terhadap perkembangan ekspor manggis.
1. Volume ekspor manggis
2. Jumlah produksi manggis Rekomendasi
3. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat 1. Dengan mengetahui variabel apa yang
berpengaruh terhadap perkembangan ekspor
Rancangan Analisis Data manggis Indonesia diharapkan pemerintah dan
instansi terkait mampu menjaga dan
Penelitian ini menggunakan model mempertahankan pasar yang telah ada dengan
ekonometrika untuk mencerminkan hasil dari cara selalu menjaga hubungan perdangan
pembahasan yang dinyatakan dengan angka.
48
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

yang baik dengan negara-negara pengimpor  Hady, H. 2001. Ekonomi Internasional: Teori
manggis Indonesia. dan Kebijakan Perdagangan Internasiona,
2. Untuk pelaku bisnis manggis, petani manggis, Buku Kesatu. Ghalia Indonesia, Jakarta.
eksportir manggis atau instansi terkait untuk  Janie, Dyah Nirmala Arum. 2012. Statistik
menjaga stabilitas kualitas dan kuantitas Deskriptif dan Regresi Linear Berganda
produksi manggis Indonesia agar produksi dengan SPSS. Semarang : Semarang
yang dihasilkan berkualitas ekspor sehingga University Press.
ekspor manggis Indonesia dapat berjalan  Kastaman, Roni. 2007. Analisis Sistem dan
secara berkelanjutan. Strategi Pengembangan Futuristik Pasar
Komoditas Manggis Indonesia. Laporan
DAFTAR PUSTAKA Penelitian. Jatinangor : Laboratorium Sistem
dan Manajemen Keteknikan Pertanian,
 Aninditya, R dan M. R. Reed. 2008. Bisnis dan Universitas Padjadjaran.
Perdagangan Internasional. Yogyakarta :  Mankiw, N. Gregory. 1996. ―Teori
Penerbit CV Andi Offset. Makroekonomi‖, Edisi Keempat.
 Arifin, B.H. 2014. Terbebas Residu, Manggis (diterjemahkan oleh Imam Nurmawan).
Kembali Bisa Masuk China (online). Jakarta : Erlangga.
(http://www.enciety.co/terbebas-residu-  Osman and Milan. 2006. Mangosteen –
manggis-kembali-bisa-masuk-china/). Diakses Garcinia Mangostana. Southampton Centre for
tanggal 1 April 2014. Underutilised Crops, University of
 Budiman, M. A. 2007. Analisis Aliran Pengaruh Southampton, Southampton, UK.
Ekspor dan Impor Terhadap Pertumbuhan  Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Ekonomi Indonesia Periode Tahun 1970-2005. [PPHP]. 2014. Ekspor Impor Manggis
Tesis. Bandung : Fakultas Ekonomi Program Indonesia Per Negara Tujuan Periode Tahun
Pasca Sarjana, Universitas Padjadjaran. 1998-2012. Jakarta : Pengolahan dan
 Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Produksi Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian
Buah buahan Indonesia Menurut Provinsi Pertanian Republik Indonesia.
Tahun 2009-2011 (online). (bps.go.id).  Pusat Data dan Informasi [PUSDATIN]. 2014 .
diakses tanggal 15 April 2014. Ekspor Impor Manggis Indonesia Per Negara
 Bank Indonesia, 2014. Kurs Transaksi Bank Tujuan Periode Tahun 1998-2012. Jakarta :
Indonesia Periode Tahun 2000-2012 (online). Pusat Data dan Informasi Kementerian
(http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi- Pertanian Republik Indonesia.
kurs/transaksi-bi/Default.aspx). Diakses  Rukmana R. 2003. Bibit Manggis. Yogyakarta:
tanggal 28 Februari 2014. Penerbit Kanisisus.
 Committee on Commodity Problem. 2011.  Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional,
Market Potential For Mangosteen and Salacca. Edisi Kelima. Haris Munandar [penerjemah].
Cameroon : Food and Agriiculture Erlangga, Jakarta.
Organization of the United Nation (FAO).  Samanhudi, Thorny. 2009. Analisis Faktor-
 Curry, Jeffrey E. 2001. Memahami Ekonomi Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Produk
Internasional. Jakarta : Penerbit PPM. Pertanian Indonesia ke Amerika Serikat.
 Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Jumlah Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Produksi dan Produktivitas Tanaman Manggis  Setyo, A. F. 2009. Analisis Aliran Perdagangan
di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Manggis Indonesia. Skripsi. Bogor : Fakultas
Hortikultura Republik Indonesia. Ekonomi dan Manajemen, Institus Pertanian
 Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Bogor.
Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Manggis  Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi
Tahun 2010 dan 2011. Jakarta : Direktorat Modern. Jakarta : Raja Grafinda Persada.
Jenderal Hortikultura Republik Indonesia.  Suwita, S. B. 2010. Kajian Kepustakaan Nilai
 Divisi Statistik Bank Indonesia. 2014. Kurs Tukar. Depok : Fakultas Ekonomi, Universitas
Transaksi Bank Indonesia Periode Tahun Indonesia.
1998-2012. Bank Indonesia, Bandung, Jawa  Syafruddin. 2009. Dua Puluh Lima Daerah
Barat. Sentra Manggis. Balai Pengkajian Teknologi
 Deliarnov. 2010. Perkembangan Pemikiran Pertanian Sulawesi Tengah.
Ekonomi (Edisi Ketiga). Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
49
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Tambunan, Tulus. 2000. Perdagangan


Internasional dan Neraca Pembayaran.
Jakarta : Pustaka LP3ES.

50
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KEMITRAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT : KEBIJAKAN,


IMPLEMENTASI, DAN KESEJAHTERAAN PETANI

OIL PALM PARTNERSHIP: POLICY, IMPLEMENTATION, AND


WELFARE OF FARMERS

Ernawati HD., Rosyani, Emy Kernalis, Zakky Fathoni

Fakultas Pertanian Universitas Jambi


Jl. Raya Jambi – Muara Bulian Km. 15 Mendalo Darat Jambi 36361

ern_sep@yahoo.com

ABSTRAK. Keberhasilan pembangunan dan implementasi kemitraan perkebunan kelapa sawit sangat
bergantung pada kualitas peran serta pelaku mitra, baik perusahaan, petani, dan pemerintah. Peraturan
perundang-undangan yang berlaku menjamin kesamaan peran antara perusahaan perkebunan kelapa sawit
dan petani, namun pada kenyataannya petani masih tertinggal dibandingkan perusahaan dalam berbagai
aspek, termasuk aspek proses manajemen kemitraan dan manfaatnya. Petani belum mendapatkan
kesempatan yang optimal dalam pelaksanaan peran, akses, kontrol serta manfaat pembangunan
perkebunan kelapa sawit. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi kesenjangan hubungan kemitraan
pembangunan perkebunan kelapa sawit, dilihat dari proses manajemen dan manfaat kemitraan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan sistem bagi
lahan dan bagi hasil, menyebabkan perbedaan antara pendapatan yang diterima oleh petani dari KUD
dengan pendapatan yang diperhitungkan di tingkat petani. Penerapan kemitraan usaha perkebunan kelapa
sawit seharusnya dilaksanakan secara bersama dengan memperhatikan etika perjanjian kerjasama yang
telah disepakati.

Kata kunci : Kemitraan, kebijakan, implementasi, kesejahteraan petani

ABSTRACT. The success of the development and implementation of partnership oil palm plantations
depends heavily on the quality of participation of actors partners, both companies, farmers, and
government. Laws and regulations applicable guarantee similarity between the role of oil palm plantation
companies and farmers, but in reality farmers are still lagging behind compared to companies in various
aspects, including aspects of partnership management process and its benefits. Farmers do not get a chance
optimal role in the implementation, access, control, and benefits of oil palm plantation development. The
study was conducted by identifying gaps partnership development of oil palm plantations, views of the
management process and the benefits of partnership. The results showed that the implementation of the
development of oil palm plantations for land systems and for the results, causing the difference between the
income received by farmers from cooperatives with revenues calculated at the farm level. Application of oil
palm plantation business partnerships should be implemented along with attention to ethics agreement that
has been agreed upon.

Keywords : Partnerships, policy, implementation, farmer welfare

51
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP memperluas kesempatan kerja, dan 6)
meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh Kemitraan perusahaan perkebunan dan
gambaran tentang implementasi kemitraan pengolahan kelapa sawit di Provinsi Jambi telah
perkebunan kelapa sawit dan menganalisis tingkat dimulai dengan pola, seperti PIR (1986), KKPA
pendapatan petani peserta kemitraan Program (1993), dan sekarang terkenal dengan kemitraan
Revitalisasi Perkebunan di Provinsi Jambi. mandiri (kemitraan generasi II/PRP pada tahun
2006), yaitu bentuk kemitraan yang terbangun
PENDAHULUAN antara perusahaan (inti) dengan petani via
koperasi (plasma). Bila koperasi kuat atau petani
Kelapa sawit merupakan jenis tanaman kuat maka biasanya eksploitasi perusahaan
multiguna karena dapat memberikan aneka hasil terhadap petani tidak terlalu banyak dan
atau manfaat yang cukup besar. Selain sebaliknya bila koperasi atau petani lemah, akan
menghasilkan minyak sawit dan minyak inti sawit, menjadikan kemitraan lebih banyak diuntungkan
dari tanaman kelapa sawit juga dapat diperoleh perusahaan yang akan tercermin dari surat
bahan biodiesel, bungkil sawit dan lumpur perjanjian kerjasama yang disepakati kedua belah
sawitnya dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pihak.
pakan ternak, sabutnya untuk bahan penyekat dan Praktek asimetris dan eksploitatif dalam
campuran pakan ternak, tandan kosongnya untuk hubungan pola kemitraan usaha perkebunan,
bahan baku pupuk, kayu pohonnya untuk dinding seperti pengambilan kepu-tusan dalam kegiatan
rumah, serta pulp kayunya digunakan untuk bahan usaha lebih banyak ditentukan oleh pihak
baku kertas. perusahaan inti atau pihak lain (seperti
Perkebunan kelapa sawit sekarang telah pemerintah) yang mempunyai kekuatan lebih
diperluas secara besar-besaran oleh perkebunan besar, juga tidak optimalnya distribusi manfaat
negara, perkebunan besar swasta, maupun oleh nilai tambah yang seharusnya dinikmati oleh para
masyarakat, baik secara mandiri maupun bermitra petani kecil menyebabkan adanya ketimpangan
dengan perusahaan perkebunan. Program dari sistem kemitraan. Petani hanya berperan
Revitalisasi Perkebunan merupakan upaya sebagai pelengkap dalam struktur kemitraan.
percepatan pengembangan perkebunan rakyat Partisipasi petani baik secara individu
melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi maupun kolektif masih sangat jarang (terutama
tanaman perkebunan yang didukung kredit dalam kegiatan pasca panen) akibat keterbatasan
investasi perbankan dan subsidi bunga oleh kemampuan petani dalam mengikuti proses yang
pemerintah dengan melibatkan perusahaan berteknologi tinggi. Sementara, pengembangan
dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pola kemitraan usaha perkebunan diperlukan,
pengembangan dalam pembangunan kebun, karena : 1) tuntutan masyarakat (lokal), di
pengolahan dan pemasaran hasil. antaranya meredistribusikan peluang usaha, aset
Kemitraan agribisnis adalah bentuk produksi, manfaat usaha kepada para petani, 2)
kerjasama antara usaha kecil dan menengah atau tantangan global dalam melakukan usaha
usaha besar disertai dengan pembinaan dan perkebunan, yaitu merebut industri hilir yang
pengembangan oleh usaha menengah/usaha besar menguasai margin terbesar dan merebut industri
dengan prinsip saling memerlukan, saling input produksi yang membebani biaya produksi
memperkuat dan saling menguntungkan. para petani dan pengusaha perkebunan.
Kemitraan agribisnis bertujuan untuk 1)
meningkatkan pendapatan usaha kecil dan METODE
masyarakat, 2) meningkatkan perolehan nilai
tambah bagi pelaku kemitraan, 3) meningkatkan Penelitian ini merupakan bagian dari
pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) yang
usaha kecil, 4) meningkatkan pertumbuhan berjudul ―Studi Kebijakan Kemitraan Perkebunan
ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, 5) Kelapa Sawit yang Berorientasi Kesejahteraan
Petani Di Provinsi Jambi‖. Dari keseluruhan
52
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
tahapan penelitian, diperoleh gambaran (profil) dalam tahap pelunasan kredit. Persentase
kemitraan perkebunan kelapa sawit pada pola pemotongan bagi hasil nilai penjualan TBS masing-
kemitraan Program Revitalisasi Perkebunan (PRP) masing kelompok tani berbeda, baik besaran dan
yang diimplementasikan oleh perusahaan jenis biaya-biayanya. Perbedaan besaran
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi. persentase pemotongan pada masing-masing
kelompok tani dipengaruhi oleh jumlah produksi
HASIL DAN PEMBAHASAN TBS dari lahan masing-masing kelompok tani dan
Implementasi Kemitraan Perkebunan Kelapa kondisi lahan petani. Adapun struktur pemotongan
Sawit dari nilai penjualan TBS yang dilakukan oleh KUD
untuk masing-masing kelompok tani dapat dilihat
Perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta pada Tabel 1.
di Provinsi Jambi menerapkan kemitraan PRP
dengan skim 70 : 30 yang ditetapkan oleh Tabel 1. Biaya Pemotongan Nilai Penjualan TBS
perusahaan. Dalam pelaksanaannya, skim 70 : 30 yang Diterapkan pada Kelompok tani Peserta
tersebut terbagi dalam dua kesepakatan, yaitu: (1) Kemitraan Per Periode Panen di Daerah Penelitian
70% : 30% untuk pola pembangunan kebun atau Tahun 2014
bagi lahan dan (2) 70% : 30% untuk pola bagi
No. Potongan Keterangan
hasil.
Luas lahan yang diserahkan petani 2.661,90
1 Kredit Bunga 30 % (dari nilai penjualan)
Ha kepada pihak perusahaan dalam pengelolaan-
nya mengacu pada Perda Kabupaten Batanghari 2 Biaya Berimbang 10 % (dari nilai penjualan)
No. 21 tahun 1999. Lahan bersih yang diterima (simpanan pupuk)
petani peserta proyek adalah 70% (1.863,33 Ha)
dengan ketentuan masing-masing petani berhak 3 Angsuran Sertifikasi -
atas 2 Ha atau 4 Ha. Sementara, 30% (798,57 Ha)
4 Pinjaman Kelompok -
diserahkan kepada perusahaan mitra untuk
±30%
keperluan sarana, prasarana, fasilitas umum, 5 Biaya ADM & SPW -
pengganti kebun yang tidak layak diserahkan dan
untuk kebun inti. 6 Lain-lain (Biaya -
Petani yang bermitra menyerahkan lahannya perawatan jalan)
kepada pihak perusahaan. Pihak perusahaan
melakukan survei/pemetaan dan pengkavlingan Jumlah 70%
lahan yang dimitrakan, melakukan pembukaan
lahan (land cearing), penanaman dan
pemeliharaan selama periode waktu maksimal 48 Besaran persentase pemotongan dari hasil
bulan. Kemudian lahan diserahkan ke penjualan TBS kelompok tani diasumsikan rata-
petani/kelompok tani. rata 70% setiap bulannya dalam satu tahun
Hasil penjualan TBS, pihak perusahaan terakhir. Hal ini dikarenakan keterbatasan data
menetapkan pola bagi hasil 70 : 30, artinya bahwa yang tersedia di tingkat KUD dan pengurus
dari lahan petani seluas 1.863,33 Ha (70%) kelompok tani, sehingga dalam menghitung
dimana sebesar 70% dari nilai penjualan TBS penerimaan petani di tingkat KUD adalah total nilai
setiap panennya adalah untuk perusahaan yang penjualan TBS dikali dengan 30% atau total nilai
dipotong melalui KUD dan 30% untuk kelompok penjualan TBS setelah dikurangi biaya KUD
tani yang dibagikan ke petani peserta kemitraan. sebesar 70%.
Kebijakan pembagian hasil ini mengacu pada
Perda Kabupaten Batanghari No. 21 tahun 1999. Tingkat Pendapatan Petani Peserta
Hal ini dilakukan sampai biaya pembangunan Kemitraan
kebun atau disebut kredit/bunga lunas.
Sampai saat ini semua kelompok tani Hasil produksi TBS yang diperoleh dari KUD
peserta kemitraan di daerah penelitian masih maupun yang langsung diperoleh dari petani
53
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
peserta kemitraan masing-masing bervariasi. Rata- Biaya (Rp/Ha/Tahun)
rata produksi TBS petani di daerah penelitian No. Uraian
Diperhitungkan Dibayarkan
adalah 13,124 Kg/Ha/Tahun. Berdasarkan data
harga yang diperoleh saat penelitian, harga yang
3. Tenaga kerja luar - -
dipakai adalah harga yang sudah ditetapkan oleh keluarga
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. Harga pada
tingkat KUD dan tingkat petani berlaku sama. 4. Pupuk - -
Rata-rata harga yang ditetapkan adalah Rp
1,735.15/Kg. Penerimaan usahatani kelapa sawit 5. Obat-obatan - 201.426,00
dalam penelitian ini diperoleh dari hasil produksi
Total 338.810,62 201.426,00
TBS yang dihasilkan oleh petani dikalikan dengan
harga TBS yang berlaku pada saat penelitian
dalam satuan Rp/Kg.
Biaya usahatani kelapa sawit diartikan Biaya yang dikeluarkan oleh kelompok tani
sebagai besarnya biaya yang dikeluarkan oleh dihitung dan dilaporkan ke KUD. Biaya-biaya
petani dalam mengelola tanaman kelapa sawit tersebut oleh pengurus KUD dimasukkan ke dalam
miliknya, meliputi: biaya tenaga kerja, biaya potongan nilai bagi hasil penjualan TBS yang
pupuk, biaya obat-obatan dan biaya koperasi. sebesar 70% (Tabel 3).
Dalam penelitian ini biaya usahatani kelapa sawit
merupakan biaya yang tidak dibayar tunai oleh Tabel 3. Pendapatan Petani Kelapa Sawit Peserta
petani, sifatnya hanya diperhitungkan karena Kemitraan di daerah Penelitian Tahun 2014
semua biaya tersebut dimasukkan dalam biaya
Pendapatan Usahatani
koperasi.
Total biaya yang diperhitungkan/ Uraian Petani Uraian KUD
dikeluarkan petani peserta kemitraan dalam
rangka mengelola usahatani kelapa sawit selama 1 Jumlah Produksi 13.124,00 Jumlah Produksi 13.124,00
tahun atau total biaya adalah penjumlahan biaya
tetap dan biaya variabel (Tabel 2). Harga 1.735,15 Harga 1.735,15
Petani peserta kemitraan yang tergabung
Penerimaan 22.772.108,60 Penerimaan 22.772.108,60
dalam kelompok tani, mengelola kebunnya
diserahkan ke pengurus kelompok tani. Pengurus Biaya Produksi Biaya KUD (70%)
kelompok tani secara aktif mempunyai
tanggungjawab dalam kegiatan teknis di lapangan  Penyusutan alat 31.927,27  Kredit bunga 6.831.633,00
mulai dari pemupukan, penyemprotan, penyiangan
(piringan), pruning dan panen serta manajemen  Pupuk -  Simpanan Pupuk 2.277.211,00
tenaga kerja (karyawan).
 TKDK 306.883.35  Tenaga kerja, SPW & 6.831.633,00
ADM, Biaya lain-lain
Tabel 2. Komponen Biaya Usahatani Kelapa Sawit  TKLK -
pada Tingkat Petani Peserta Kemitraan di Daerah
Penelitian Tahun 2014  Obat-obatan 201.426,00
Total Biaya KUD
Biaya (Rp/Ha/Tahun) Total Biaya Produksi 540.236,62 15.940.475.94
No. Uraian Pendapatan UT KS
Diperhitungkan Dibayarkan Pendapatan UT KS 6.291.397,04 6.831.633,66

1. Penyusutan alat 31.927,27 -


Selisih rata-rata pendapatan usahatani di
2. Tenaga kerja 306.883,35 - tingkat petani dan KUD disebabkan oleh biaya-
dalam keluarga
biaya lain yang dikeluarkan oleh petani seperti
penyusutan alat produksi pertanian, biaya obat-

54
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
obatan, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga UCAPAN TERIMA KASIH
tidak dimasukkan dalam tanggungan/potongan
KUD. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Biaya pupuk dan tenaga kerja luar keluarga Lembaga Penelitian Universitas Jambi yang telah
tidak dibayarkan secara tunai oleh petani. Biaya memberikan tugas sebagai penanggung jawab
pupuk dan tenaga kerja luar keluarga sudah Pelaksana Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
termasuk ke dalam biaya potongan KUD. Tahun Anggaran 2014 dan kepada Rektor
Pemupukan di tingkat petani 2-3 kali/tahun. Biaya Universitas Jambi yang telah memberikan biaya
total pupuk dalam setiap kali periode panen (per pelaksanaan penelitian melalui DIVA Universitas
bulan) hanya sebesar 10% dipotong dari nilai Jambi Tahun 2014 Nomor: 023.04.2.415103/2014
penjualan TBS yang dimasukkan ke dalam biaya tanggal 5 Desember 2013.
―simpanan pupuk‖. Untuk biaya tenaga kerja luar
keluarga dihitung oleh pengurus kelompok tani
dan dilaporkan ke KUD. Manajemen biaya untuk DAFTAR PUSTAKA
tenaga kerja luar keluarga ini sama halnya dengan
manajemen biaya pupuk yakni dipotong sebesar
 Badan Penelitian dan Pengembangan
30% dari nilai total penjualan TBS pada setiap
periode panen. Pertanian, 2007. Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit. Edisi
SIMPULAN/REKOMENDASI Kedua. Departemen Pertanian.
 Badrun, M., 2010. Lintasan 30 Tahun
Pengembangan Kelapa Sawit. Direktorat
1) Implementasi kemitraan perkebunan kelapa Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian
sawit Program Revitalisasi Perkebunan (PRP) di Republik Indonesia bekerja sama dengan
Provinsi Jambi menerapkan pola bagi lahan 70 : Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.
30 (30% perusahaan dan 70% petani) dan pola  Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007.
bagi hasil 70 : 30 (70% dari nilai total Pedoman Umum Program Revitalisasi
penjualan TBS dipotong oleh KUD dan 30%
Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet dan Kakao).
sisanya diserahkan ke kelompok tani/petani Departemen Pertanian.
peserta).  Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian
2) Pendapatan usahatani kelapa sawit petani Pertanian, 2012. Pedoman Teknis Revitalisasi
peserta kemitraan yang diperhitungkan di Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet)
tingkat petani Rp 6.291.397,04/Ha/Tahun, Tahun 2013.
sementara yang diperoleh dari penerimaan  Ernawati HD., 1994. Peranan PIR Khusus II
bersih dari KUD Rp 6.831.633,66/Ha/Tahun. Perkebunan Kelapa Sawit Sungai Bahar dalam
Perbedaan pendapatan ditimbulkan adanya Pengembangan Wilayah Kabupaten Daerah
biaya-biaya yang tidak ditanggung KUD (biaya Tingkat II Batanghari. Tesis Pada Program
obat-obatan, penyusutan alat-alat pertanian Pascasarjana Universitas Padjadjaran
dan biaya tenaga kerja dalam keluarga). Bandung.
Pendapatan petani diperkirakan meningkat  Ernawati HD., 2011. Implementasi kemitraan
menjadi Rp 13.123.030/Ha/Tahun (besaran Agribisnis Kelapa Sawit Di Provinsi Jambi.
potongan kredit/bunga 30% akan menjadi  Ernawati HD., 2012. Implementasi Kemitraan
bagian petani) jika masa pelunasan kredit telah Agribisnis Kelapa Sawit dan Analisis
selesai. Namun dengan sudah lunasnya Pendapatan Petani Peserta Di Provinsi Jambi.
kredit/bunga ini tidak mutlak meningkatkan  Ernawati HD., 2012. Kinerja Kemitraan
pendapatan petani karena biaya-biaya produksi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dalam
seperti pupuk dan tenaga kerja akan menjadi Meningkatkan Pendapatan Petani Di Provinsi
tanggungan petani dimana biaya-biaya tersebut Jambi.
tentunya juga akan meningkat.

55
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
 Mohammad Jafar Hafsah. 2000. Kemitraan Revitalisasi Perkebunan. Ditetapkan di Jakarta
Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar pada tanggal 26 Juli 2006.
Harapan, Jakarta.  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2004 tentang Perkebunan. Ditetapkan
Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan. di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2004
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17  Undang Fadjar. 2006. Kemitraan Usaha
November 1997. Perkebunan: Perubahan Struktur yang Belum
 Peraturan Menteri Pertanian Nomor : Lengkap. Forum Penelitian Agro Ekonomi.
33/Permen-tan/OT.140/7/2006 tentang Volume 24 No. 1, Juli 2006: 46 - 60.
Pengembangan Perkebunan Melalui Program

56
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

POTENSI & KENDALA PENGEMBANGAN SEDAP MALAM


SEBAGAI TANAMAN HIAS UNGGULAN
DI KABUPATEN SUKABUMI

POTENCY AND HINDERANCE OF DEVELOPING TUBEROSE


AS SUPERIOR DECORATION PLANTED
IN SUKABUMI REGENCY

Reny Sukmawani1, Maman Haeruman K2, Lies Sulistyowati3,


Tomy Perdana4
1
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Jl. R. Syamsudin SH, No. 50 Sukabumi, telp (0266)218345/218342
2
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung
Jl. R. Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor, telp (022) 7796316
3
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung
4
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung
1.
E-mail : renyswani@gmail.com
2.
E-mail : maman_haeruman@yahoo.com
3.
E-mail : liesindra@yahoo.com
4.
E-mail : tomyp1973@yahoo.com

ABSTRAK. Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah terluas di Jawa dan Bali memiliki potensi pertanian
yang cukup baik, salah satunya untuk pengembangan tanaman hias. Hasil kajian dengan menggunakan
analisis LQ (basis), analisis kriteria unggul dan analisis daya saing menunjukkan bahwa sedap malam
memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga sedap malam ini layak dijadikan sebagai komoditas
unggulan. Agar sedap malam dapat berkembang dengan baik dan dapat dimaksimalkan perannya sebagai
sumber penghasilan dan pendapatan utama petani maka dalam pengembangannya harus memperhatikan
kendala yang dihadapi seperti dalam hal teknologi, lahan, kualitas SDM, kelembagaan, dan pemasaran.

Kata Kunci: Potensi, Kendala, Sedap malam

ABSTRACT. Sukabumi regency with the largest area in Java and Bali has quite good agriculture potency.
One of it is to develop decoration planted. The result study by using LQ analysis (basis), creation superior
analysis, and competitive analysis show that tuberose has competitive and comparative superior. Therefore,
tuberose deserves to become as superior commodity. To develop tuberose grows well, and to maximize its
role as an income source and the main farmer income, so that in developing must pay attention to
hindarance that is dealt with such as in technology, land, human resources quality, institution, and
marketing.

Key words: potency, hinderance, tuberose

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP unggulan yang memiliki daya saing. Adapun
ruang lingkup dari artikel ini meliputi potensi dan
Tujuan yang ingin dicapai melalui kajian ini kendala pengembangan sedap malam yang
adalah agar setiap daerah dapat memaksimalkan dilengkapi dengan rekomendasi kebijakan
potensi daerahnya sesuai dengan keunggulan pengembangan sedap malam sebagai tanaman
lokalnya dan mampu mengembangkan komoditas hias unggulan.

57
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

luar negeri saat ini adalah negara-negara Timur


PENDAHULUAN Tengah, Jepang dan beberapa negara di Eropa.
Banyaknya target sasaran pasar bunga
Sedap malam adalah satu jenis tanaman sedap malam ini menunjukkan potensi pasar yang
hias penghasil bunga potong yang banyak di sukai cukup baik bagi pengembangan sedap malam di
sehingga potensial untuk. Aroma wanginya yang Kabupaten Sukabumi. Bunga sedap malam
semerbak pada malam hari adalah salah satu memiliki peranan penting dalam kerangka
alasannya sehingga banyak yang menyukainya. peningkatan pembangunan pertanian di
Disamping itu tanaman ini juga dapat beradaptasi Kabupaten Sukabumi, karena banyaknya petani
dengan baik di daerah tropis dan dapat tumbuh yang menggantungkan kehidupannya pada
dengan baik pada daerah dataran menengah usahatani sedap malam. Oleh karena itu peran
sampai tinggi (pegunungan). pemerintah dalam pengembangannya menjadi
Di Kabupaten Sukabumi sedap malam sangat penting. Pemerintah dalam hal ini dapat
pengembangannya belum optimal sehingga menetapkan kebijakan yang tepat dalam
perkembangannya pun belum sepesat komoditi kerangka pengembangan sedap malam sebagai
tanaman lainnya. Namun bila dibandingkan salah satu komoditan tanaman hias unggulan
dengan tanaman hias lainnya, sedap malam di Kabupaten Sukabumi. Agar kebijakan pemerintah
Kabupaten Sukabumi banyak ditanam para petani sesuai dan tepat sasaran maka perlu dikaji secara
di berbagai wilayah sentra produksi tanaman hias mendalam potensi dan kendala dari
seperti di Kecamatan Sukaraja, Kecamatan pengembangan sedap malam di Kabupaten
Sukabumi dan Kecamatan Cidahu. Hasil studi Sukabumi.
literatur menunjukkan bahwa penelitian tentang
sedap malam telah banyak dilakukan.Sedangkan METODE PENELITIAN
penelitian tentang pengembangan sedap malam
berdasarkan potensi dan kendalanya belum ada Penelitian dilakukan dengan menggunakan
yang melakukan. Namun demikian beberapa metode survei, yaitu penelitian yang dilakukan
penelitian menunjukkan bahwa sedap malam untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala
memang memiliki potensi unggulan untuk yang ada dan mencari keterangan-keterangan
dikembangkan seperti hasil penelitian S Anwar secara faktual, baik tentang sosial dan ekonomi
(2007) tentang kajian potensi dan prospek aneka dari suatu kelompok maupun daerah (Nazir,
bunga potong yang menyebutkan bahwa sedap 2005). Pengambilan sampel dilakukan dua
malam termasuk salah satu bunga potong yang tahap, yakni pertama menentukan lokasi
mengalami penaikan harga rataan. Disamping itu kecamatan dan desa. Kemudian pada tahap
kajian N Baladina, dkk (2013) di Malang kedua, menentukan sampel petani secara acak di
menyatakan bahwa dalam rangka penerapan masing-masing desa terpilih. Potensi sedap
konsep agropolitan, tanaman hias dapat menjadi malam dilihat dari faktor keunggulannya yang
salah satu komoditas alternatif yang dapat diukur dengan menggunakan metode LQ, analisis
dikembangkan karena memiliki potensi unggulan. kriteria unggul dan analisis daya saing.
Selain hasil kajian, feomena yang ada di Sedangkan kendalanya dikaji melalui hasil temuan
lapangan juga menunjukkan bahwa seiring lapangan yang diuraikan secara deskriptif.
dengan banyaknya penyuka tanaman hias, Penelitian dilakukan pada tahun 2014 bertempat
peluang pasar bunga sedap malam menunjukkan di Kabupaten Sukabumi.
tren yang baik, terutama pada hari-hari raya, 1. Analisis Lokasi /Location Quotient (LQ),
seperti menjelang Idul Fitri, Tahun Baru, Natal, menurut Budhiharsono, S (2001):
Imlek dan lain-lain. Pada hari-hari biasa bunga ⁄
sedap malam sering dimanfaatkan untuk ⁄
melengkapi interior perkantoran, penghias dan
pelengkap upacara pernikahan, upacara Keterangan:
penyambutan, upacara hari kemerdekaan atau pi= Jumlah produksi/luas lahan komoditas i
hari-hari besar lainnya. Sementara sasaran pasar di daerah yang diteliti
bunga sedap malam yang dihasilkan petani bukan pt= Jumlah produksi/luas lahan seluruh
hanya untuk Kabupaten Sukabumisaja melainkan komoditas di daerah yang diteliti
juga untuk kota Sukabumi, Jakarta, Bandung, Pi= Jumlah produksi/luas lahan komoditas i
Bogor dan sebagainya. Sedangkan peluang pasar di daerah lebih atasnya

58
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Pt = Jumlah produksi/luas lahan seluruh DFCHS= Jumlah biaya faktor domestik


komoditas di daerah lebih atasnya Hasil dengan harga sosial
perhitungan LQ kemudian diinterpretasi RHS= Jumlah penerimaan kotor dengan
dalam tiga kriteria, yaitu: harga sosial
- LQ > 1, komoditas menjadi basis atau TICHS= Jumlah biaya input tradable dengan
sumber pertumbuhan. harga sosial
- LQ = 1, komoditas tergolong non basis Xd= Jumlah penggunaan faktor domestik
- LQ < 1, komoditas tidak termasuk non PdHS= Harga sosial faktor domestik
basis dan tidak dapat memenuhi kebutuhan Qy= Jumlah output tradable
sendiri sehingga perlu pasokan dari luar. PyHS= Harga sosial output tradable
2. Analisis kriteria unggul, melalui penilaian Xt= Jumlah penggunaan input tradable
terhadap indikator unggul untuk sedap PtHS= Harga sosial input tradable
malam. - DRCR < 1,
3. Analisis daya saing, melalui pendekatan komoditasmemilikikeunggulankompara
PCR/Private Cost Ratio dan DRCR/Domestic tif,
Resource Cost Ratio (Monke&Pearson, mampuhiduptanpabantuan/intervensip
1989). emerintahsertamempunyaipeluangeksp
DFCHP or.
PCR = - DRCR > 1,
(RHP – TICHP) komoditastidakmemilikikeunggulankom
Dimana: paratif,
DFCHP = Σ (XdPdHP); RHS = Σ (Qy PyHP) ; tidakmampuhiduptanpabantuanpemeri
TICHP = Σ (XtPtHP) ntah.

PCR = Private Cost Ratio


DFCHP= Jumlah biaya faktor domestik dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
harga private Potensi Pengembangan Sedap Malam
RHP = Jumlah penerimaan kotor dengan harga
private Berdasarkan letak geografis, Kabupaten
TICHP= Jumlah biaya input tradable dengan Sukabumi terletak antara 6o57‘ – 7o25‘ Lintang
harga private Selatan dan 106o41‘ – 107o00‘ Bujur Timur
Xd = Jumlah penggunaan faktor domestik dengan luas wilayah 4.161,05 km2 atau 11,21%
PdHP = Harga private faktor domestik dari total luas Jawa Barat dan 3,01% dari luas
Qy = Jumlah output tradable Pulau Jawa. Berdasarkan hal itu Kabupaten
PyHP = Harga private output tradable Sukabumi dikenal sebagai kabupaten terluas se-
Xt = Jumlah penggunaan input tradable Jawa dan Bali. Wilayah yang luas ini merupakan
PtHP = Harga private input tradable potensi yang baik dalam pengembangan
- PCR < 1, komoditas pertanian, termasuk di dalamnya
komoditastersebutmampumembiayai input tanaman sedap malam.
faktor Bentuk topografi wilayah Kabupaten
domestiknyapadahargaprivatdanmemilikikeu Sukabumi pada umumnya bervariasi dari datar,
nggulankompetitif. bergelombang, berbukit, sampai bergunung.
- PCR > 1, Permukaan yang bergelombang di daerah selatan
komoditastersebuttidakmampumembiayai dan bergunung di daerah utara serta tengah.
input faktor Ketinggian tempat antara 0 – 2.960 m dpl
domestiknyapadahargaprivatdantidakmemilik dengan kemiringan berkisar antara 2o –
o
ikeunggulankompetitif. 35 .Berdasarkan tekstur tanahnya, mayoritas
DFCHS tanah di Kabupaten Sukabumi bertekstur lempung
DRCR = dengan kedalaman tanah sangat dalam (>90 cm)
(RHS – TICHS) dan kurang dalam (<90 cm). Kedalaman tanah
Dimana : ini sangat berpengaruh terhadap tingkat
DFCHS = Σ (XdPdHS); RHS = Σ (Qy PyHS) ; kesuburan tanah, dimana tanah sangat dalam
TICHS = Σ (XtPtHS) lebih subur dibandingkan tanah kurang dalam.
Menurut Sutejo. M.M (2002), tanah yang subur
DRCR= Domestic Resource Cost Ratio mempunyai profil yang dalam (>150 cm), dengan

59
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

struktur gembur, pH antara 6 – 6,5 serta


mempunyai jasad renik yang tinggi. Berdasarkan tabel di atas secara
Tanah merupakan faktor terpenting bagi keseluruhan sedap malam memiliki potensi
tumbuhnya tanaman. Jenis tanah di bagian utara unggulan. Dengan demikian maka sedap malam
wilayah Sukabumi pada umumnya terdiri dari dapat dikatakan sebagai tanaman yang menjadi
tanah latosol, andosol dan regosol(Sukabumi basis, memiliki keunggulan komparatif dan
dalam Angka, 2013). Berdasarkan sebaran luasan kompetitif, sehingga hasilnya tidak saja dapat
jenis tanah, tanah podsolik mendominasi dengan memenuhi kebutuhan di Kabupaten Sukabumi,
luasan mencapai 45,5 % dan tanah grumosol akan tetapi juga dapat dikirim ke luar wilayah
sebesar 17,2%. Menurut Pusat Penelitian Tanah Kabupaten Sukabumi.
dan Agroklimat (PUSLITANAK), jenis tanah Nilai LQ sedap malam adalah 1,63,artinya
podsolik merupakan tanah dengan horizon produksi tanaman sedap malam di Kabupaten
penimbunan liat, dan kejenuhan basa kurang dari Sukabumi tingkat konsentrasi lahannya 1,63 kali
50% serta tidak mempunyai horizon albik, lebih tinggi dibandingkan di tingkat propinsi
sedangkan grumusol adalah tanah dengan kadar (Jawa Barat). Namun demikian menurut
liat lebih dari 30% bersifat mengembang dan pendapat Hendayana (2003) dan diperkuat oleh
mengkerut. Tanah dengan jenis tersebut cocok Widiatnaka dkk (2013), menyatakan bahwa nilai
untuk pengembangan pertanian perkebunan. LQ yang tinggi tidak mencerminkan areal lahan
Kondisi geografis ini merupakan yang luas. Hal ini terbukti pada penelitian ini di
keuntungan bagi Kabupaten Sukabumi yang harus mana luas lahan dan luas panen bunga sedap
dimanfaatkan dengan baik. Keadaan tanah yang malam di Kabupaten Sukabumi sesungguhnya
bervariasi juga merupakan potensi bagi bukan yang paling luas bila dibandingkan
Kabupaten Sukabumi dalam mengembangkan beberapa tanaman lainnya yang ada di Kabupaten
produksi pertanian. Dengan keadaan tanah yang Sukabumi.
demikian, di Kabupaten Sukabumi dapat Metode LQ dengan segala
dikembangkan berbagai jenis tanaman. keterbatasannya dapat dijadikan landasan dalam
Dari 47 Kecamatan yang ada di Kabupaten menentukan langkah-langkah yang harus dipilih
Sukabumi, Sedap malam tumbuh dengan baik di dalam rangka pertumbuhan ekonomi suatu
Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Sukabumi dan wilayah. Menurut Amalia (2014), Pengembangan
Kecamatan Cidahu. Hasil analisis LQ metode ini penting untuk menganalisis
menunjukkan bahwa bunga potong sedap malam perekonomian suatu daerah. Akan tetapi
termasuk tanaman hias yang dianggap basis. menganalisis perekonomian suatu daerah dibatasi
Berdasarkan kriteria unggul, sedap malam oleh faktor-faktor penghambat seperti faktor data
memiliki skor 61,00 sedangkan berdasarkan yang sangat terbatas di daerah. Walau demikian,
analisis daya saing, sedap malam termasuk ke menurut Sirojuzilam (2008) dalam perencanaan
dalam kategori memiliki keunggulan komparatif pembangunan suatu daerah tetap perlu
dan kompetitif (Tabel 1). diupayakan alternatif pilihan pendekatan atau
metode yang digunakan, sehingga potensi
Tabel 1. AnalisisPotensi Unggulan Sedap Malam sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara
Jenis optimal. Dengan demikian untuk mengatasi
No Nilai Keterangan terbatasnya data atau hambatan lainnya dapat
Analisis
dilakukan dengan menambahkan atau
1 LQ 1,63 Komoditas menjadi
menggabungkan dengan metode lainnya.
basis
Metode lainnya yang digunakan dalam
2 Kriteria 61 Cukup baik dengan
kajian ini untuk mendukung data potensi
Unggul nilai kriteria maksimal
unggulan sedap malam di Kabupaten Sukabumi
= 90
adalah dengan menggunakan analisis kriteria
3 PCR 0,16 Komoditas mampu
unggul dan analisis daya saing melalui
membiayai input
pendekatan PCR dan DRCR. Hasil analisis kriteria
faktor domestiknya
unggul menunjukkan bahwa perkembangan sedap
pada harga privat
malam di Kabupaten Sukabumi cukup baik
4 DRCR 0,29 Komoditas mampu
berdasarkan delapan kriteria unggul yaitu: (1)
hidup tanpa bantuan
Penggerak utama perkembangan ekonomi/layak
pemerintah,memiliki
secara ekonomi, (2) Mampu bersaing dengan
peluang ekspor.
produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional
Sumber: Data Primer dan Sekunder, 2014 (diolah)

60
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dan internasional, (3) Keterkaitan dengan wilayah selisih antara penerimaan kotor dan biaya input
lain, (4) Sumberdaya Manusia / tenaga kerja, (5) tradabel yang semuanya didasarkan pada harga-
Dapat bertahan dalam jangka panjang, (6) Tidak harga finansial yang berlaku.
rentan terhadap gejolak internal / eksternal, (7) Sedangkan DRCR <artinya adalahbahwa
Adanya dukungan pemerintah Adanya dukungan usahatani sedap malam memiliki kemampuan
pemerintahdan (8) Berorientasi pada kelestarian untuk membiayai biaya input faktor domestiknya
lingkungan. Namun demikian sedap malam belum pada harga sosial, artinya semakin efisien dan
benar-benar dapat menjadi penggerak utama mampu bertahan hidup tanpa bantuan atau
perkembangan ekonomi walaupun layak secara intervensi pemerintah serta mempunyai peluang
ekonomi. Di sisi lain, sedap malam juga dianggap untuk ekspor. Karena DRC ini mengukur berapa
sebagai komoditas yang dapat bertahan dalam banyaknya sumber-sumber domestik (nasional
jangka waktu panjang dan tidak rentan terhadap dalam Rupiah) yang harus dikorbankan di dalam
gejolak internal/eksternal. Sebagai komoditas memproduksi suatu barang atau jasa. Kriteria
non primer, kondisi sosial dan politik tidak terlalu DRC dilihat dari efisien tidaknya produksi
berpengaruh terhadap pengembangan sedap barang/jasa tradable yang tergantung pada daya
malam. Fluktuasi harga cenderung stabil kecuali saingnya di pasar internasional.
pada hari-hari tertentu seperti hari raya dan hari Sedap malam mungkin bukan komoditas
besar lainnya. Dukungan pemerintah terhadap terbaik yang memenuhi kriteria unggul yang
mengembangan sedap malam di Kabupaten dapat dapat menjadi daya ungkit daerah
Sukabumi juga cukup baik. Hal ini terlihat dari berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini.
adanya program-program yang sifatnya Namun pengembangan sedap malam sebagai
pemberian bantuan-bantuan fasilitas. Secara tanaman hias unggulan memungkinkan
khusus kelompoktani tanaman hias pun sudah dilakukan di wilayah Kabupaten Sukabumi
dibentuk dengan tujuan untuk mempermudah mengingat potensi yang dimilikinya dan luasnya
akses petani terhadap layanan penyuluhan, wilayah di Kabupaten Sukabumi.
pemasaran dan permasalahan permodalan.
Hanya saja dari sisi kemampuan bersaing dengan Kendala Pengembangan Sedap Malam di
produk sejenis dari wilayah lain baik di pasar Kabupaten Sukabumi
nasional maupun internasional masih harus
ditingkatkan lagi walaupun hingga sekarang Sebagai Kabupaten terluas se-Jawa dan
komoditas ini telah berhasil dipasarkan ke luar Bali, sampai tahun 2013 Kabupaten Sukabumi
Sukabumi. Tenaga kerja yang terserap terbilang memiliki kecamatan yang banyak yaitu 47
cukup dengan luasan tanam sekitar 3,850 hektar, kecamatan, 381 desa dan 5 kelurahan. Ibu Kota
hanya saja dalam pengembangannya, agar dapat Kabupaten Sukabumi berada di Kecamatan
meningkatkan lagi keunggulan dan daya Palabuhanratu, dan jarak dari tiap kecamatan ke
saingnya sehingga dapat menjadi best ibukota Kabupaten dan antar kecamatan sangat
commodity, diperlukan SDM yang terampil dan bervariatif. Jarak ini penting diperhatikan terkait
berpengalaman. dengan arus pergerakan dan pengangkutan
Berdasarkan hasil analisis bujet usahatani komoditas pertanian yang akan dipasarkan.
sedap malam yang diperoleh dari tabel matrik Menurut Matt Rosenberg (1997), berdasarkan
PAM, diketahui bahwa nilai PCR sedap malam teori Von Thunen, produktivitas suatu jenis
adalah 0,16 dan DRCR 0,29 ( kurang dari satu). tanaman akan berkurang atau menurun dengan
PCR < 1 artinya adalah bahwa untuk bertambahnya jarak dari pasar. Masih menurut
mendapatkan 1 unit nilai tambah usahatani pada teori Von Thunen, jenis pengunan lahan akan
komoditas sedap malam diperlukan tambahan berbeda dengan bertambahnya jarak dari pasar.
biaya faktor domestik sebesar 0,16. Dengan Teori Von Thunen ini diperkuat oleh pendapat
demikian komoditas sedap malam tersebut Mubyarto (1989) yang menyatakan bahwa
efisien secara finansial atau memiliki daya saing pemasaran dapat dikatakan efisien apabila
pada saat ada kebijakan pemerintah. Hal ini mampu memberikan keuntungan yang adil bagi
dikarenakan PCR (Private Cost Ratio) pelaku pemasaran dan mampu membawa barang
menunjukkan berapa banyak sistem usahatani ke konsumen dengan harga semurah-murahnya.
yang dilakukan dapat membayar input faktor Hal ini akan tercapai apabila jarak memasarkan
domestik seperti upah tenaga kerja, sewa lahan, produk menjadi faktor yang turut diperhatikan.
dan bunga modal namun dapat tetap dalam Tingkat variasi yang tinggi dalam jarak antar
kondisi kompetitif. Nilai PCR diperoleh dari kecamatan ini menjadi salah satu kendala dalam

61
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

pengembangan sedap malam khususnya dalam Disamping itu tanaman sedap malam juga
hal pemasaran. Melihat karakteristik tanaman membutuhkan kondisi iklim yang cukup lembab
yang mudah rusak dan daya tahan yang tidak denga suhu berkisar antara 13 - 27oC, curah
cukup lama, masa tunggu sedap malam dalam hujan 1.900 - 2.500 mm/tahun dan penyinaran
pemasaran relatif singkat. Hasil penelitian matahari penuh serta derajat kemasaman
Sunarmani dan Dwi Amiarsi (2012) menunjukkan tanahnya (pH) antara 5,0 - 5,7. Berdasarkan
bahwa sampai saat ini mutu bunga sedap malam persyaratan tumbuh tersebut,perluasan lahan
yang diproduksi petani belum dapat memenuhi untuk pengembangan sedap malam di Kabupaten
mutu sesuai kebutuhan pasar. Mutu bunga sedap Sukabumi dapat dilakukan di wilayah dataran
malam ditentukan oleh ukuran tangkai bunga dan sedang sampai tinggi. Kajian Donald Sihombing,
kesegaran bunga. Sementara kesegaran bunga dkk (2014) meyebutkan bahwa peningkatan
sedap malam dibatasi oleh ruang dan waktu. produksi sedap malam dapat ditempuh melalui
Karakteristik bunga sedap malam ini pula yang perluaan areal tanam di wilayah sentra produksi
menjadikan spesialisasi produksi tidak berjalan dengan mempertimbangkan kesesuaian tempat
dengan baik. Spesialisasi produksi yang berarti tumbuh dan jarak pemasaran. Hal ini pulalah
menghasilkan satu produk tidak banyak dilakukan yang semakin memperkuat pernyataan
petani karena resioko tinggi, sehingga bagi sebelumnya tentang jarak yang sangat
sebagian besar petani usahatani sedap malam ini menentukan terhadap pemasaran. Peningkatan
hanya berupa sampingan saja. Berdasarkan hal produksi tanpa dukungan pemasaran akan
tersebut maka hingga saat ini basis membawa ketidakberhasilan usahatani. Karenaitu
pengembangan sedap malam di Kabupaten pemasaran ini menjadi bagian yang tidak
Sukabumi baru ada di 3 kecamatan dari 47 terpisahkan dalam usahatani.
kecamatan yang ada. Kendala jarak ini Luas lahan garapan kaitannya sangat erat
hendaknya menjadi salah satu prioritas dengan skala usaha yang dikembangkan. Namun
pemerintah dalam pengembangan sedap malam. demikian besarnya skala usaha ini tidak selalu
Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui berpengaruh terhadap produktivitas usaha.
penyediaan fasilitas jalan dan transportasi yang Seperti yang diungkapkan oleh Saragih (2001),
memadai baik dari segi kualitas maupun bahwa apabila ingin mengembangkan agribisnis
kuantitasnya. Tanpa fasilitas yang baik, proses harus dimulai dari usaha agribisnis skala kecil.
usahatani akan mengalami hambatan baik dari sisi Menurutnya, di masa depan peranan agribisnis
efektivitas pengelolaan maupun efektivitas biaya. skala kecil akan semakin penting dan memiliki
Namun dalam penyediaan fasilitas ini yang keunggulan karena beberapa faktor sebagai
menjadi tantangan bukan hanya dalam kuantitas berikut:
dan kualitas ketersediaannya saja, melainkan a. Relatif tidak memerlukan banyak modal
juga harus diperhatikan dalam pemerataan investasi terutama bagi yang bergerak di
penyebarannya. bidang jasa
Bunga sedap malam cukup populer dan b. Usaha agribisnis kecil bisa bergerak luwes
banyak digemari masyarakat baik sebagai bunga menyesuaikan diri dalam situasi yang berubah
potong maupun bunga tabur. Penampilan bunga karena tidak perlu terhambat oleh persoalan –
yang cantik didukung dengan aroma yang wangi persoalan birokrasi seperti yang dialami oleh
menjadi daya tarik bunga sedap malam. Hal ini perusahaan besar
tercermin dari semakin meningkatnya permintaan c. Usaha agribisnis kecil memiliki tenaga-tenaga
bunga sedap malam baik untuk wilayah penjualan dan wirausaha yang tertempa
Kabupaten Sukabumi maupun luar Sukabumi. secara alami, yang tidak berminat dalam
Untuk memenuhi permintaan yang terus sistem produksi yang sudah ada dan sudah
meningkat perlu dilakukan upaya peningkatan mantap
produksi. Peningkatan produksi dapat dilakukan d. Perubahan selera konsumen yang semakin
melalui : penggunaan teknologi tepat guna, bergeser dari produk-produk tahan lama yang
intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian, dihasilkan secara massal, ke produk-produk
peningkatan kualitas dan keterampilan SDM yang lebih manusiawi, yang lebih tepat untuk
dalam berusahatani, ketersediaan dan dilayani usaha-usaha kecil.
kemudahan akses terhadap kelembagaan. Meskipun demikian, masih menurut Saragih
Menurut Puslitbang Hortikultura, Daerah (2001), beberapa faktor keunggulan usaha
paling ideal untuk pengembangan sedap malam agribisnis keci ini bisa juga tidak tercapai antara
adalah pada ketinggian 600 - 1.500 m dpl. lain karena kurangnya akses usaha kecil terhadap

62
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kredit komersial perbankan. Inilah salah satu sedap malam. Praktik modal panjar yang
kendala yang harus dihadapi usaha kecil di tanah mengikat petani terhadap pemilik modal dalam
air disamping masalah pemasaran, masalah hal ini tengkulak masih banyak dilakukan,
teknologi serta informasi dan sebagainya. sehingga mau tidak mau untuk memasarkan
Proses produksi sedap malam seperti hasilnya petani terikat kesepakatan dengan
halnya produk pertanian lainnya banyak pemilik modal. Hal ini pulalah yang menyebabkan
ditentukan oleh alam, sehingga jumlah dan pendapatan petani sedap malam tidak maksimal.
kualitas hasilnya sering tidak dapat dikuasai. Padahal Kabupaten Sukabumi berperan sebagai
Kendala lainnya dalam pengembangan sedap penyangga ibukota negara termasuk dalam
malam ini adalah masalah SDM. Spesialisasi penyediaan produksi pertanian, sehingga prospek
tenaga kerja memang biasanya banyak dilakukan pemasaran cukup baik. Komoditas pertanian yang
di industri dan tidak/belum berlaku di pertanian. dihasilkan petani di Kabupaten Sukabumi
Umumnya tenaga kerja usahatani yang tersedia dipasarkan kepada masyarakat lokal, luar daerah
dapat bekerja pada beberapa pekerjaan tanpa dan toko modern.
keahlian khusus. Latar pendidikan yang rendah Berdasarkan hal tersebut maka
ditambah pengalaman yang kurang menjadi rekomendasi yang dapat diberikan adalah:
faktor yang mempengaruhi kurangnya 1. Keberadaan lembaga penyuluhan, lembaga
terampilnya petani dalam menjalankan petani, lembaga keuangan dan lembaga
usahataninya. Walau demikian, terdapat pemasaran di Kabupaten Sukabumi
kebiasaan di masyarakat Kabupaten Sukabumi hendaknya didukung oleh kebijakan
yang pekerjaannya berdasarkan jenis kelamin, kemudahan akses bagi petani sedap malam.
dimana laki-laki banyak melakukan pekerjaan 2. Peningkatkan keterampilan, pengetahuan
yang berat dan kasar seperti pengolahan tanah dan sikap pelaku petani sedapmalam dalam
dan wanita melakukan pekerjaan yang melaksanakan usahanya melalui pelatihan
membutuhkan ketekunan seperti bekerja di dan pendampingan usaha.
peyiangan, panen dan lain-lain. Upaya yang 3. Pembinaan dan optimalisasi peran penyuluh
dapat dilakukan untuk mengatasi kendala di pertanian dalam pengembangan
bidang SDM ini diantaranya perlu dilakukan pengembangan sedap malam sebagai
pembinaan dalam rangka peningkatan capacity tanaman hias unggulan
bulding SDM melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, 4. Membuat program yang dapat memperkecil
kursus keterampilan, penyuluhan dan sebagainya. resiko usahatani akibat rendahnya produksi
Pendidikan baik bersifat formal maupun non dan ketidakpastian pasar serta keterbatasan
formal akan mempengaruhi bagaimana cara akses terhadap kelembagaan terkait
petani berpikir dan bertindak. Hal ini dibuktikan Ketersediaan produk-produk pertanian yang
melalui penelitian yang dilakukan Sukmawani, merupakan kebutuhan dasar bagi manusia
dkk(2014) yang menyimpulkan bahwa dengan adalah tanggung jawab antara pemerintah dan
pendidikan seseorang akan cenderung untuk masyarakat secara bersama-sama, termasuk
mendapatkan/mencari informasi, baik dari orang tanaman hias seperti sedap malam. Oleh sebab
lain maupun dari media massa. Semakin banyak itu, untuk pengembangannya perlu dilakukan
informasi yang masuk semakin banyak pula upaya yang optimal dengan memanfaatkan
pengetahuan yang didapat. Namun perlu sumberdaya yang ada. Upaya yang dilakukan
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan harus benar-benar efektif dengan mengerahkan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan potensi wilayah dan memperhitungkan tingkat
rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak kesesuaian persyaratan tumbuh. Hal ini penting
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dilakukan karena adanya perbedaan karakteristik
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. di setiap wilayah Negara Indonesia ini. Sehingga
Hasil sensus tentang masalah di Kabupaten produk yang dihasilkan hendaknya benar-benar
Sukabumi, menunjukkan bahwa pada umumnya memperhatikan sumberdaya lokal daerah.
produk pertanian belum dikuasai oleh petani. Hal
ini menunjukkan bahwa posisi tawar petani masih SIMPULAN DAN SARAN
lemah, sehingga pemasaran dikuasai oleh
lembaga non formal seperti tengkulak. Hal ini 1. Bunga potong sedap malam di Kabupaten
terjadi secara umum hampir kepada semua Sukabumi memiliki potensi baik untuk
komoditas pertanian yang dikembangkan di dikembangkan sebagai tanaman hias
Kabupaten Sukabumi, termasuk diantaranya

63
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

unggulan secara komparatif maupun Pertumbuhan, Produksidan Penampilan


kompetitif. Bunga beberapa Varietas dan Genotif Sedap
2. Kendala pengembangan sedap malam di Malam di dataran Medium. Balai
Kabupaten Sukabumidapat diatasi dengan PengkajianTeknologi Pertanian Jawa Timur.
memperhatikan karakteristik tanaman, Jatim.litbang.
persyaratan tumbuh, penyediaan fasilitas Pertanian.go.id/ind/viewer.php?folder=phoca
yang memadai baik kualitas maupun download&filename=p43&ext=pdf. Diakses
kuantitas, penggunaan teknologi tepat guna, 20/10/2014;10:37 wibb.
intensifikasi dan ekstensifikasi lahan  Hendayana. 2003. Aplikasi Metode Location
pertanian, peningkatan keterampilan SDM Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas
dalam berusahatani serta kemudahan akses Unggulan nasional. Informatika Pertanian.
terhadap kelembagaan terkait. Vol 12. Desember 2003. (pp. 1-21).
3. Upaya pengembangan sedap malam  Matt Rosenberg. 1997. The Von Thunen
hendaknya dilaksanakan secara efektif Model. A Model of Agricultural Land
dengan mengerahkan potensi wilayah Use.http://geography.about.com/od/urbaneco
setempat dan benar-benar memperhatikan nomicgeography/a/vonthunen.htm.
kearifan lokal daerah.
Sumber Buku
 Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Edisi ketiga. LP3ES. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA  Monke, E.A. and Pearson, E.S. 1989. The
Policy Analysis Matrix for Agricultural
Sumber Jurnal Development. London:.Cornell University
 Amalia, Fitri. 2014. Determination of Press.
Regional Economy Leading Sectors in  Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Penerbit
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Ghalia Indonesia. Bogor.
Volume 15, N0. 1, Juni 2014 (pp. 19-26).  Saragih, Bungaran. 2001. Kumpulan
 Budhiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pemikiran Agribisnis Paradigma baru
Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pembangunanan Ekonomi Berbasis Pertanian.
PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Pustaka Wrausaha Muda. PT. Loji Grafika
 Sunarmani dan Dwi Amiarsi. 2013. Griya Sarana.
Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan  Sirojuzilam. 2008. Disparitas Ekonomi dan
Bunga Sedap Malam di Sentra Produksi. Perencanaan Regional, Ketimpangan
Jurnal Hortikultura.Vo. 22. No. 1. Indonesian Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur
Center for Horticultural Reasearch and Provinsi Sumatera Utara.Pustaka Bangsa
Development (ICHORD). Jakarta. Press.
(Ejurnal.litbang.deptan.go.id)  Sutejo. M.M. 2002. Pupuk dan Cara
 Widiatnaka, Zulfikar, Syaiful Anwar dan Wiwin Pemupukan. Jakarta. Rineka Cipta.
Ambarwulan. 2013. Perencanaan Spasial
Pemanfaatan Lahan untuk Komoditas Sumber Disertasi/tesis
Perkebunan Rakyat di Kabupaten Pidie Jaya,  Reny Sukmawani, Neneng Kartika Rini dan
Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Jurnal Yuni Sri Wahyuni. 2014. Pengembangan
Ilmiah Geomatika. Vol 19. No. 1. Agustus Kawasan Agroeduwisata (Studi Kasus di
2013 (40-49) Kelurahan Cikundul Kecamatan Lembursitu
 N. Baladina, R. Anindita, R. Isaskar, S. Kota Sukabumi). Makalah. Disampaikan
Sukardi. 2013. Identifikasi Potensi Komoditi dalam Seminar Nasional Percepatan Desa
Pertanian Unggulan dalam Penerapan Konsep Berdikari melalui Pemberdayaan Masyarakat
Agropolitan di Kecamatan Poncokusumo, dan inovasi Teknologi di Universitas
Kabupaten Malang. Jurnal Agrise. Soedirman. Jawa Tengah
Agrise.ub.ac.id. diakses tanggal 29/10/2014.  S. Anwar. 2007. Kajian Potensi dan Prospek
Waktu 14.54 wibb. Aneka Bunga Potong di UPT Pusat Promosi
dan Pemaaran Hasil Pertanian dan Hasil
Sumber Internet Hutan. Eprints.umm.ac.id/3723. Tesis.
 Donald Sihombing, Wahyu Handayatu dan Universitas Muhammadiyah Malang.
R.D. Indriana. 2014. Kajian Keragaan

64
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KEMITRAAN USAHA DALAM PENINGKATAN DAYA SAING DAN


DAMPAK KEBIJAKAN MANGGA DI KABUPATEN CIREBON, JAWA
BARAT

BUSINESS PARTNERSHIP FOR ENHANCING COMPETITIVENESS AND


POLICY EFFECT OF MANGGO
IN CIREBON REGENCY, CENTRAL JAVA
Nur Syamsiyah1, Lies Sulistyowati2

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran,Jl.Raya Jatinangor Km.21 Bandung
40600

nur.syamsiyah@gmail.com

ABSTRAK. Tujuan Penulisan ini adalah mengkaji kemitraan usaha yang dilakukan petani mangga dalam
meningkatkan daya saing dan dampak kebijakan mangga di Kabupaten Cirebon sebagai salah satu sentra
produksi mangga di Jawa Barat. Secara empiris ada dua pola kelembagaan kemitraan pada komoditas
mangga di Kabupaten Cirebon yaitu pola dagang umum dan pola kemitraan usaha ( contract farming)
dengan berbagai variasinya. Keunggulan pola kemitraan usaha adalah kepastian pasar dan kepastian harga,
peminjaman modal, berbagi informasi, lebih effisien dalam aktivitas pengumpulan hasil dan transportasi,
harga yang relatif lebih stabil, mendorong petani untuk menghasilkan mangga yang berkualitas, terjaminnya
pasokan mangga untuk perusahaan mitra. Metode analisis yang dilakukan menggunakan analisis dampak
kebijakan Policy Analysys Matrix untuk menghitung keunggulan komparatif dan keunggulan komparatif dari
proses usahatani mangga yang dilakukan dengan proses kemitraan. Berdasarkan perhitungan analisis
diperpleh nilai koefisien DRC san PCR < 1 menunjukan bahwa usahatani mangga yang diusahakan dengan
pola kemitraan memiliki daya saing dan masih layak untuk diusahakan.

Kata kunci : Kemitraan, Daya saing, Mangga

ABSTRACT. The main objective of studies to analyse business partnership for enchancing competitiveness
ang policy effect of manggo in Cirebon Regency. Empirically there are two types of partnership general trade
and contract farming with several variation. The advantages of business partnership are market and price
assurance, capital availability, share information, more efficiency in collecting and transportation
activity,price is relatively stable, support to manggo high quality product, quarantee supply continuing for
the nucleus firm. Policy Analysys Matrix method research for comparative advantage and competitiveness
anvantage analysys. Based on the Coefficient value of DRC and of PCR<1 such as business partnership
competitiveness and development partnershif of manggo availability for business.
Key Words : Partnership, Competitiveness, manggo

PENDAHULUAN komoditas unggulan yang akan


dikembangkan secara nasional, karena
Mangga (Mangifera indica L.) prospeknya sangat bagus. Pengembangan
merupakan komoditas hortikultura yang mangga Nasional diarahkan ke wilayah-
banyak dikembangkan karena mempunyai wilayah sentra produksi yang sudah dikenal,
peluang ditinjau dari aspek pasar, nilai paling luas berturut-turut ke wilayah Jawa
ekonomi, areal pengembangan dan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB,
dukungan ketersediaan teknologi maupun Sulawesi Selatan, dan NTT. Jika melihat
kandungan gizinya. Mangga termasuk perkembangan produksi mangga selama

65
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

sepuluh tahun terakhir, cukup dengan syarat tumbuh komoditas mangga.


menggembirakan, trend yang meningkat Perkembangan komoditas mangga di
rata-rata 12% per tahun (Dirjen Hortikultura, Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel
2012). 2.
Jawa Barat merupakan produsen
mangga terbesar kedua di Indonesia, dengan Tabel 2. Perkembangan Komoditas Mangga di
kontribusi 16,76%. Sedangkan Kabupaten Kabupaten Cirebon Tahun 2009 – 2013.
Cirebon merupakan salah satu sentra Kondisi
Tahun
produksi mangga di Jawa Barat. Besarnya Tanaman
2009 2010 2011 2012 2013
produksi mangga di lima sentra produksi
mangga di Jawa Barat dapat dilihat pada Jumlah
Tabel 1. 805.3 815.2 829.0 831.83 867.7
Tanaman
14 59 57 1 07
(pohon)
Tabel 1. Produksi Mangga di Sentra Produksi
Mangga Jawa Barat (dalam Ton) Tanaman
Kabupa 2008 2009 2010 2011 2012 Menghasil 441.0 415.9 868.0 1.099.7 692.7
ten kan 80 29 72 92 68
(pohon)
Kuning 944.7 90.472 5.528 44.86 393.7
an 59 8 65 Produksi 320.9 130.7 497.3 619.75 301.6
(ku) 08 77 78 3 79
Cirebon 495.9 370.54 13.07 55.98 620.5
25 5 8 2 33 Produktivi
tas
Majaleng 896.8 481.72 16.43 43.28 485.2 41,17 31,44 57,30 56,35 43,54
(Kg/poho
ka 13 7 1 1 13 n)

Sumed 189.4 403.27 17.53 21.17 290.0 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten
ang 20 0 4 0 84
Cirebon.
Indram 499.3 1.131.8 35.82 63.05 685.0
ayu 47 37 7 8 59 Tabel 2 menjelaskan bahwa jumlah
pohon semalin banyak dari tahun 2009
Sumber : http://www.diperta.jabarprov.go.id/ hingga tahun 2013, namun kuantitas dan
produktivitas yang dihasilkan sangat
Tabel 1 menjelaskan bahwa di Jawa fluktuatif. Padahal permintaan mangga untuk
Barat terdapat lima sentra produksi mangga ekspor sangat besar, sehingga tidak mampu
terbesar yaitu Indramayu, Cirebon, memenuhi permintaan ekspor. Permasalahan
Majalengka, Kuningan dan Sumedang. yang dihadapi petani mangga sangat
Kebijakan pengembangan komoditas mangga kompleks. Baik masalah internal maupun
telah berhasil mendorong peningkatan eksternal.
produksi mangga disentra produksi dan Permasalahan internal yang dihadapi
beberapa daerah lainnya. Proyek petani yang utama adalah semakin
pengembangan Agribisnis Hortikultura berkurangnya penguasaan lahan pertanian,
(P2AH) adalah kerjasama dengan Pemerintah kurang ketersedian dan akses terhadap
Jepang pada tahun 1998 dengan penanaman teknologi budidaya mangga, dan masalah
seratus ribu bibit mangga hasil okulasi pada permodalan sehingga usahatani mangga ini
lahan sebesar seribu hektar. belum dikelola secara intensif, masih
Kabupaten Cirebon sebagai salah satu dijumpai tanaman mangga tumbuh secara
sentra produksi mangga dapat ditinjau dari alamiah di sela-sela tanaman lain dan tanpa
kondisi geografis maupun agroklimat secara perawatan di pekarangan atau tegalan.
umum wilayah Kabupaten Cirebon sesuai Ditambah dengan sifat produk pertanian

66
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

yang mudah busuk, bulky, memerlukan informasi harga, subsidi yang diberikan
banyak tempat dan lainnya sehingga butuh kepada berbagai input pertanian, bea masuk
perlakuan khusus pada saat pasca panen. input mangga. Data sekunder akan diambil
Permasalahan eksternal mencakup dari berbagai lembaga terkait seperti Dinas
perubahan iklim dan cuaca saat ini yang Industri dan Perdagangan, PUSRI, dinas
ekstrim, fluktuasi harga mangga yang tidak pertanian, BPS, dll.
stabil, dan serangan hama dan penyakit.
Permasalahan berikut akan Teknik Pengambilan Data
menimbulkan risiko dan ketidakpastian bagi
petani mangga. Risiko yang dihadapi petani Responden dalam penelitian ini ialah
diantaranya adalah risiko produksi, risiko petani mangga di sentra produksi mangga
transportasi dan risiko harga. Usaha yang Kabupaten Cirebon yang yang melakukan
dilakukan petani adalah dengan kemitraan kemitraan dengan perusahaan mitra yang
usaha untuk dapat meningkatkan daya saing dalam memenuhi permintaan pasar lokal,
mangga. Dalam menghadapi persaingan ekspor dan pengolahan.
global selain usaha kemitraan, peran
pemerintah sangat diperlukan untuk Analisis Data
mendorong penerapan sistem agribisnis yang
memiliki keunggulan kompetitif dan Seperti dinyatakan dalam judul.
keunggulan komparatif. metoda analisis kajian ini adalah untuk
efisiensi dan daya saing digunakan Policy
Tujuan Penelitian Analysis Matrix (PAM). PAM digunakan untuk
mengukur keuntungan pada harga private
1. Mengidentifikasi pola kemitraan yang terjadi (actual market) dan harga sosial (efficiency).
pada petani mangga di Kabupaten Cirebon.
Metoda ini memberikan informasi mengenai
2. Posisi dayasaing mangga di Kabupaten Cirebon
ditinjau dari keunggulan komparatif dan keuntungan aktual, biaya, dan keuntungan
keunggulan kompetitifnya. sebagaimana dialami petani. dan
membandingkannya dengan apabila
komoditas dan sumberdaya lainnya (seperti
sarana produksi) dinilai dengan harga
METODE PENELITIAN internasional atau biaya oportunitas domestik
Desain Penelitian (domestic opportunity costs).
Kajian mengenai dampak dari
Penelitian ini menggunakan metode kebijakan berjalan adalah penting untuk
purposive sampling , yakni penentuan lokasi merestrukturisasi system permanggaan. PAM
penelitian ditentukan dengan sengaja akan mengukur daya saing dan efesiensi
didasarkan pada pertimbangan sebagai ekonomi dari system yang ada dan dampak
berikut : Kabupaten Cirebon Merupakan dari kebijakan dari sistem yang sedang
salah satu sentra produksi mangga terbesar dijalankan.
di Jawa Barat, Kabupaten Cirebon merupakan Tabel PAM terdiri dari private
daerah pengembangan industri pengolahan profitability dan social profitability yang
mangga di Jawa Barat. terletak pada baris satu dan dua. sedangkan
pada baris ketiganya adalah divergences.
Jenis dan Sumber Data Istilah private mengacu pada penerimaan
(revenue) dan biaya (costs) yang
Jenis data primer yang diperlukan merefleksikan harga pasar aktual (actual
dalam penelitian ini adalah analisis usahatani market prices) yang diterima oleh petani.
mangga yang menggunakan input tradable. Pedagang atau pengolah di dalam sistem.
Sementara itu. data sekunder yang Harga pasar ini menentukan biaya ekonomi
diperlukan adalah berupa pola kemitraan, dan penilaian (valuation) dan pengaruh dari

67
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

semua kebijakan dan kegagalan pasar itu meminimumkan DRC sama dengan
(market failures). memaksimumkan keuntungan sosial.
Nilai yang dimasukkan kedalam baris Keuntungan komparatif dari system komoditi
kedua dari matriks disediakan untuk dapat dinilai dengan menggunakan rasio ini.
mengukur keuntungan sosial (social Jika DRC kurang dari 1. maka system
profitability). Harga sosial adalah harga menggunakan sumberdaya secara efisien dan
efisiensi yang akan diterima oleh petani di memiliki keuntungan komparatif.
dalam lingkungan tanpa pengaruh kebijakan
pemerintah atau kegagalan pasar. Penilaian
ini mengukur keuntungan komparatif atau c. Nominal Protection Coefficient on
efisiensi dari sistem pertanian. Secara terinci Output (NPCO)
Policy Analysis Matrix (PAM) dan indikator
yang diturunkan dari matriks ditunjukan Rasio ini menunjukkan tingkat harga
dalam Tabel 3. domestik untuk output berbeda dari harga
sosial. Jika NPCO lebih besar dari 1. maka
Tabel 3. Indikator Policy Analysis Matrix harga output domestic lebih besar dari harga
Biaya-biaya impor (atau ekspor) sehingga system
Penerimaa Input Faktor
Uraian
n Tradabl Domesti
Keuntunga menerima proteksi. Sebaliknya. jika NPCO
n
e k lebih kecil dari 1. maka system tidak
Harga
A B C D1 diproteksi oleh kebijakan.
Privat
Harga
E F G H2
Sosial d. Nominal Protection Coefficient on
Efek Input (NPCI)
Divergen I3 J4 K5 L6
si
Rasio ini menunjukkan berapa
1
Keuntungan Privat: D=A-B-C besarnya harga domestic untuk input
2
Keuntungan Sosial: H=E-F-G tradable berbeda dari harga sosialnya. Jika
3
Transfer Output: I=A-E NPCI melebihi 1. maka biaya input domestic
4
Transfer Input: J=B-F lebih besar dari harga dunia sehingga system
5
Transfer Faktorr: K=C-G dikenai pajak oleh kebijakan. Jika NPCI lebih
6
Transfer Bersih: L=D-H atau L=I-J-K kecil dari 1. maka system disubsidi oleh
kebijakan.
Dengan menggunakan nilai - nilai
komponen dari dalam tabel di atas. rumus e. Effective Protection Coefficient:
untuk Ratio Indikators dapat dicari dengan EPC=(A-B)/(E-F)
rumus sebagai berikut:
Rasio ini mengukur dampak dari
a. Private Cost Ratio : PCR=C/(A-B) semua transfer pada keuntungan private.
Sama dengan rasion keuntungan private
PCR adalah rasio biaya factor (C) terhadap keuntungan social.
terhadap value added dalam harga private
(A-B). Rasio ini mengukur daya saing dari f. Subsidy Ration to Producers:
system komoditas. Sistem ini kompetitif jika SRP=L/E atau SRP=D-H/E
PCR kurang dari 1.
SRP adalah sebuah ukuran tunggal
b. Domestic Resource Cost : dari semua pengaruh transfer. SRP adalah
DRC=G/(E-F) tingkat penerimaan sistem meningkat atau
menurun karena terjadinya transfer. Jika
DRC digunakan sebagai proksi market failures signifikan. SRP menunjukkan
pengukuran keuntungan social. Oleh karena

68
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dampak bersih dari kebijakan yang Produksi mangga di Kabupaten Cirebon


mendistorsi penerimaan sistem. digunakan untuk memenuhi pasar lokal dan pasar
Metode PAM memiliki kelemahan internasional.
karena bersifat statis dan tidak Petani dan perusahaan mitra mendapatkan
keuntungan dari proses kemitraan, keuntungan
memungkinkan dilakukannya simulasi untuk
tersebut adalah sebagai berikut :
melihat pengaruh perubahan dari faktor-
faktor penting dalam suatu sistem usahatani. Keuntungan
Faktor-faktor penting tersebut diantaranya Petani Perusahaan Mitra
perubahan harga input. perubahan harga Pinjaman Modal Kepastian Pasokan
output dan nilai tukar rupiah. Untuk Kepastian Harga Terjaminnya Kualitas
mereduksi kelemahan metode PAM Kepastian Pasar Terjaminnya Kuantitas
digunakan analisis sensitivitas. Kestabilan Harga Terjaminnya Kontinuitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk Share Informasi Efisiensi Pengangkutan
menguji perubahan kelayakan suatu kegiatan Efisiensi Transportasi
ekonomi secara sistematis apabila terjadi hal
yang tidak sesuai dengan perencanaan. Mekanisme Kemitraan
Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara :
Kemitraan petani mangga di Kabupaten
1. Pengubahan besaran variabel-variabel
Cirebon melibatkan beberapa pelaku. Pembagian
yang penting. masing-masing terpisah
Pola kemitraan mangga di Kabupaten Cirebon
atau beberapa dalam kombinasi digambarkan dengan dua pola kemitraan yang
dinyatakan dengan suatu persentase. berbeda. Kemitraan yang pertama terjalin antara
2. Penentuan kepekaan hasil perhitungan petani dengan pedagang pengumpul, dimana
terhadap perubahan besaran variabel- beberapa petani memilih melakukan kemitraan
variabel dengan pedagang pengumpul dikarenakan petani
tersebut. mendapatkan pinjaman modal dari pedagang
3. Penentuan batas hasil perhitungan hingga pengumpul. Petani mendapatkan keuntungan lain
proyek tidak dapat diterima lagi. karena pedagang selain memasok untuk pasar
tradisional dan modern, pengumpul juga
HASIL DAN PEMBAHASAN memasok produk ke industri pengolahan sehingga
Pola Kemitraan Usaha pada saat produk yang dihasilkan melimpah
semua hasil produksi petani dapat dimanfaatkan
Kemitraan mangga yang terjadi di untuk industri pengolahan sehingga harga yang
Kabupaten Cirebon antara petani mangga dan diterima petani tidak terlalu rendah. Pedagang
perusahaan mitra. Pola kemitraan yang terjadi pengumpul menjual mangga ke pelaku usaha lain
adalah pola dagang umum dan kemitraan usaha. dengan pola dagang biasa. Pola kemitraan ini
Mekanisme Kemitraan Mangga di Kabupaten merupakan pola dagang umum dengan variasi
Cirebon dapat dilihat pada Gambar 1. pemberian pinjaman modal dan lainnya.
Pola kemitraan yang kedua terjalin antara
petani dan Kelompok Tani Buah, mekanisme
kemitraan yang terjadi tidak jauh berbeda dengan
pola kemitraan pertama dimana petani yang
bermitra dengan kelompok tani buah
mendapatkan bantuan pinjaman modal,
kemudahan pembelian input pertanian, dan
sharing risiko. Selain itu karena pada pola
kemitraan yang kedua kelompok tani juga
melakukan kemitraan dengan Eksportir maka
petani juga mendapatkan berbagai keuntungan
lain diantaranya harga yang lebih tinggi, sharing
informasi, kepastian harga dan pasar, efisiensi
dalam pengangkutan karena pihak eksportir yang
menyediakan transportasi.

69
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Keuntungan tidak hanya diterima oleh Uraian Nilai


petani dan kelompok tani, Eksportir mendapatkan Keunggulan Komparatif
keuntungan kepastian pasokan mangga,
Rasio Biaya Privat (PCR) 0,407
kepastian kualitas, kuantitas dan kontinuitas
Keuntungan Privat (PP) 39.905.000
sehingga mendorong petani untuk meningkatkan
kualitas, kuantitas dan kontinuitas mangga. Pola
kemitran yang terjadi adalah contract farming, Tabel 5 menggambarkan perbandingan
karena petani berkewajiban untuk menjual antara keunggulan komparatif dan kompetitif
seluruh produk yang dihasilkannya sesuai dengan dapat dilihat dari nilai DRC dan PCR nya yang
standar yang diberikan perusahaan baik kualitas, memiliki nilai yang hampir sama, Nilai DRC
kuantitas dan kontinuitasnya. sebesar 0,42 menunjukan bahwa komoditas
mangga memiliki keunggulan komparatif dari
Analisis Daya Saing Mangga usaha yang dilakukan dengan pola kemitraan
dengan nilai DRC yang lebih kecil dari satu
Daya saing komoditas mangga dapat (DRC<1). Nilai PCR sebesar 0,41 menunjukkan
dilihat dari keunggulan komparatif dan tingkat dayasaing dan efisiensi privat tercapai
keunggulan kompetitif untuk mempelajari dari nilai PCR lebih kecil dari satu(PCR<1). Nilai
kelayakan serta prospek dan kemampuan ekspor DRC dan PCR usaha mangga dengan sistem
buah mangga dalam bersaing dan mamanfaatkan kemitraan yang sudah dilakukan petani memiliki
pasar internasional. Policy Analysis Matrix (PAM) keunggulan komparatif dan keunggulan
menggunakan data penerimaan dan biaya. komparatif sehingga layak untuk diusahakan.

Tabel 4 . Policy Analysis Matrix (PAM) Sistem Tabel 6. Indikator Dampak Kebijakan Pemerintah
Komoditas Mangga di Kabupaten Cirebon Terhadap Komoditas Mangga di Kabupaten
Biaya-biaya
Cirebon
Penerimaa
Uraian
n Input Faktor Keuntungan INDIKATOR NILAI
Tradable Domestik Dampak Kebijakan Terhadap Output
Harga 39.905.00
90.000.000 22.650.000 27.445.000 13.500.0
Privat 0
Harga 31.515.00 Transfer Output (TO) 00
76.500.000 21.730.000 23.255.000
Sosial 0
Divergen
Koefisiensi Proteksi Output Nominal
13.500.000 920.000 4.190.000 8.390.000 (NPCO) 1,18
si
Dampak Kebijakan Terhadap Input
Efek divergensi yang dihasilkan bernilai Transfer Input (TI) 920.000
positif baik penerimaan, input tradable dan faktor 4.190.00
domestik. Pada input tradable bernilai positif
Transfer Faktor (TF) 0
sebesar Rp. 920.000 mengindikasi dengan
adanya kebijakan pemerintah, petani/pelaku
Koefisien Proteksi Input Nominal
usaha harus mengeluarkan biaya yang lebih besar (NPCI) 1,04
menyangkut biaya pupuk, pestisida cair dan Dampak Kebijakan Terhadap Input dan Output
padat. Begitu juga pada faktor domestik senilai Koefisien Proteksi Efektif (EPC) 1,23
Rp 4.190.000, dimana pelaku usaha yaitu petani 8.390.00
harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk Transfer Bersih (TB) 0
faktor domestik yaitu tenaga kerja, peralatan dan Koefisien Keuntungan (PC) 1,27
transportasi.
Rasio Subsidi Produsan (SRP) 0,11
Tabel 5. Nilai Keunggulan Kompetitif dan
Keunggulan Kompetitif Mangga di Kabupaten
Cirebon Dampak Kebijakan Terhadap Input
Uraian Nilai Intervensi pemerintah pada output bisa
Keunggulan Komparatif dilihat dari nilai transfer output (TO) dan NPCO.
Rasio Biaya Sumberdaya Nilai TO menunjukkan besarnya insentif yang
0,425
Domestik(DRC) diberikan oleh konsumen sebesar Rp 13.500.000,
Keuntungan Sosial (SP) 31.515.000 sehingga terjadi transfer output dari konsumen
Keunggulan Kompetitif ke produsen (Petani mangga). Ini akan mampu

70
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

mendukung petani untuk dapat meningkatkan dalam perhitungan dan mengantisipasi


produksi dan produktivitasnya. perubahan-perubahan pada variabel penerimaan,
NPCO pada usahatani mangga dengan biaya input tradable dan faktor domestik.
pola kemitraaan bernilai lebih besar dari satu Analisis sensitivitas pada perubahan
senilai 1,18 ini menunjukan adanya penambahan harga input dilakukan pada input yang memiliki
hanrga yang diterima petani mangga. Ini porsi biaya yang relatif besar yaitu pupuk,
mengindikasi bahwa kebijakan proteksi pestisida dan tenaga kerja. Harga input dianalisis
pemerintah memberikan dampak harga privat pada kenaikan sebesar 10 persen, 15 persen dan
output mangga yang diterima lebih tinggi. 20 persen dengan asumsi faktor lainnya dianggap
tetap (cateris paribus)
Dampak Kebijakan Terhadap Input
Tabel 7. Analisis Sensitivitas Usahatani Mangga di
Dampak kebijakan dapat dilihat dari nilai Kabupaten Cirebon
Transfer Input (TI), Transfer Faktor (TF) dan Indikator
Koefisien proteksi Nominal pada Input (NPCI). Skenario
PCR DRC
Nilai transfer input Rp 920.000 artinya terdapat Normal 0,407 0,425
kebijakan proteksi terhadap petani, petani Kenaikan Harga Pupuk (10 persen) 0,416 0,435
memperoleh keuntungan privat yang lebih tinggi
Kenaikan harga Pestisida (15 persen) 0,440 0,464
dari penggunaan input produksi dengan adanya
Kenaikan Harga Tenaga Kerja (20
kebijakan pemerintah. Nilai NPCI sebesar 1,04 0,467 0,484
persen)
menunjukkan adanya kebijakan proteksi berupa
Kenaikan harga pupuk dan Pestisida
subsidi negatif (pajak) input oleh pemerintah. 0,438 0,462
(10 persen)
Dan nilai transfer faktor sebesar Rp 4.190.000
Kenaikan Harga pupuk dan tenaga
0,466 0,485
Dampak Kebijakan Input-Output kerja (15 persen)
Kenaikan Harga Pestisida dan Tenaga
0,510 0,537
Intervensi pemerintah pada input-output Kerja (20 persen)
dapat dilihat dari nilai Transfer Bersih (TB),
Koefisien profitabilitas (PC), Koefisien Proteksi Berdasarkan analisis sensitivitas diketahui
Efektif (EPC) dan rasio subsidi produsen (SRP). bahwa secara ekonomi usahatani mangga yang
Nilai transfer bersih positif sebesar Rp 8.390.000 dilakukan saat ini dengan pola kemitraan yang
menunjukkan bahwa ada kebijakan insentif yang dilakukan petani mangga dengan perusahaan
memnyebabkan surplus produsen bertambah. Ini mitra masih efisien untuk diusahakan karena nilai
menunjukkan nilai keuntungan privat lebih besar DRC dengan estimasi kenaikan harga input
dari keuntungan sosial. Koefisien proteksi efektif tradable dan domestik mengalami kenaikan
(EPC) sebesar 1,23 menunjukkan nilai tambah sebesar 10 persen, 15 persen, dan 20 persen
yang diperoleh dari input tradable akan lebih nilainya masih kurang dari satu. Dengan demikian
besar jika ada intervensi pemerintah yang berupa usahatani mangga memiliki keunggulan
subsidi positif. Dukungan pemerintah berupa komparatif dan keunggulan kompetitif.
proteksi dilakukan untuk melindungi petani
mangga dan mendorong perkembangan KESIMPULAN
usahatani mangga di Kabupaten Cirebon.
Koefisien Keuntungan (PC) senilai 1,27 Pengusahaan mangga di Kabupaten
dan rasio subsidi produsen(SRP) senilai 0,11 Cirebon dengan mekanisme kemitraan antara
menunjukkan bahwa dengan adanya kebijakan petani mangga dengan perusahaan mitra baik
pemerintah melalui subsidi atau keringanan pajak kelompok tani, industri pengolahan dan
pada input tradable membantu petani dalam perusahaan eksportir melalui sistem dagang
mengurangi biaya produksi. umum dan contract farming memiliki manfaat
untuk setiap pelaku yang terlibat pada mekanisme
Analisis Sensitivitas kemitraan antara lain; pinjaman modal, kepastian
harga dan pasar, kestabilan harga, efisiensi dan
Analisis sensitivitas (kepekaan) pada terjaminnya pasokan baik kualitas, kuantitas
usahatani mangga dilakukan untuk mereduksi maupun kontinuitas mangga.
kelemahan matriks analisis kebijakan yang Usahatani mangga di Kabupaten Cirebon
bersifat statis. Untuk menghindari ketidaktepatan memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan

71
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kompetitif artinya usahatani mangga memiliki Saing Panili di Propinsi Sulawesi Utara. hal.
daya saing dan layak untuk diusahakan. Kebijakan 26-45. Jurnal Agro Ekonomi (JAE). Vol. 22.
pemerintah terhadap input dan output No. 1. Mei 2004.
mendukung dalam peningkatan dayasaing  Monke dan Pearson. 1995. The Policy Analysis
mangga di Kabupaten Cirebon ditunjukkan Matrix for Agricultural Development . Cornall.
dengan nilai DRC dan PCR dengan estimasi University press. New York.
kenaikan input sebesar 10 – 20 persen nilainya  Rizka, M. 2004. Anasilis Dayasaing dan
tetap lebih kecil dari satu. Kebijakan Pemerintah pada Komoditas
Tembakau di Kabupaten Sumedang, Skripsi.
DAFTAR PUSTAKA Unpad. Bandung.
 Saptana, Arief Daryanto, Heny K.Daryanto
 Abdurahman Maman. 2012. Mangga jadi dan Kuncoro. 2009. Strategi Kemitraan Usaha
unggulan ekspor hortikultura Jabar. www. dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
bisnisindonesia.go.id. Rabu. 28 Maret 2012 | Agribisnis Cabai Merah di Jawa Barat.Pusat
15:01 WIB . Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
 Hady Hamly. 2001. Ekonomi Internasional. Pertanian. Departemen Pertanian.Bogor.
Teori dan Kebijakan Perdagangan  Sulistyowati, Lies. 2009. Peranan APPM
Internasional. Penerbit Ghalia Indonesia. (Asosiasi Petani dan Pedagang Mangga)
Jakarta. dalam Pemasaran Mangga, Studi kasus di
 Lambert, Douglas M, Margaret A Emmelhainz, Desa Pabedilan. Kabupaten Cirebon .
John T Gardner. 1996. Developing and Bandung.
Implementing Supply Chain Partnerships. The
International Journal of Logistics Manajement
vol.7 No:2.
 Malian. A.H.. Benny Rachman. Adimesra
Djulin. 2004. Permintaan Ekspor dan Daya

72
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KAJIAN POLA KEMITRAAN AGRIBISNIS


MANGGA GEDONG GINCU
(Studi Kasus di Wilayah III Cirebon : Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Cirebon, dan Kabupaten Indramayu)

Dinar1

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Majalengka


Jl. KH. Abdul Halim No 103 telp. (0233) 281496

(e-mail : dinar_dnr@yahoo.co.id)

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam tentang jenis dan kondisi dari pola
kemitraan yang dilakukan oleh petani mangga gedong gincu di wilayah III Cirebon. Populasi penelitian
adalah semua lembaga yang mungkin tergabung dalam pola kemitraan agribisnis mangga gedong gincu
yaitu kelompok tani mangga gedong gincu, lembaga agribisnis swasta, dan lembaga pemerintah. Sampel
penelitian akan diambil dari populasi penelitian yang ada dengan snow ball sampling. Pengumpulan data
dilaksanakan dengan metode survei. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer didapat melalui hasil wawancara sedangkan data sekunder didapat dari telusuran pustaka dan data
profil kabupaten, kecamatan dan desa. Dalam kegiatan agribisnis mangga gedong gincu, pola kemitraan
dagang umum yang dilakukan. Beberapa petani atau kelompok tani mangga gedong gincu bergabung dalam
bentuk koperasi atau gapoktan kemudian bermitra dengan perusahaan pemasaran atau mitra usaha lainnya.
Gapoktan tersebut bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan pemasaran sesuai dengan persyaratan yang
telah disepakati bersama.

Kata Kunci : Kemitraan, Mangga Gedong Gincu

PENDAHULUAN lempung berdebu. Struktur tanah cukup


remah/gembur. Topografi antara 2-10%. Tingkat
Mangga (Mangifera indica L.) merupakan kesuburan tanah cukup subur sampai dengan
buah tropis yang populer sehingga disebut subur. Solum tanah 50-200 cm. Ketinggian
juga king of the fruits. Mangga gedong gincu tempat 100-700 m dpl. suhu udara rata-rata 30o C
yang tumbuh di Wilayah III Cirebon (Majalengka, dengan RH 70%. Curah hujan rata-rata 2000-
Cirebon, dan Indramayu) mempunyai ciri khas 2500 m/tahun dan tipe iklim menurut Oldeman
yang menjadi keistimewaan dan keunggulan adalah tipe iklim C. Kondisi angin yang bertiup
tersendiri yang membedakan dengan varietas cukup kencang sampai dengan kencang. Kondisi
lainnya. Bila melihat potensi, keadaan tersebut cocok bagi pertumbuhan tanaman
agroklimatnya cocok bagi pertumbuhan tanaman mangga gedong gincu secara optimal.
mangga gedong gincu. Pada tahun 2000 Pemerintah daerah Kabupaten Majalengka,
perkembangan pemasaran buah mangga ini Cirebon dan Indramayu telah menetapkan bahwa
semakin pesat dan harga jualnya cukup tinggi mangga gedong gincu merupakan salah satu
serta didukung oleh permintaan yang terus komoditas unggulan yang akan dikembangkan
meningkat melalui pengembangan agribisnis berbasis
Potensi pengembangan agribisnis mangga ekonomi kerakyatan. Pembangunan sektor
gedong gincu di Wilayah III Cirebon cukup baik. pertanian di tiga wilayah ini diprioritaskan pada
Jenis tanah di Kecamatan Panyingkiran yaitu pemberdayaan kelompok tani dan keterpaduan
aluvial dan lempung berdebu dengan pH berkisar pelaksanaan suatu program antara instansi terkait
antara 5-7. Tekstur tanah liat berpasir dan dengan lembaga-lembaga penunjang.

73
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

METODE PENELITIAN Kondisi Geografis


Jenis Penelitian
Secara georafis Kabupaten Majalengka
Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan terletak di bagian Timur provinsi Jawa Barat, yaitu
metode kualitatif. Hal ini dimaksudkan untuk 6° 36´ - 6° 58´ LS dan 108° 03´ - 108° 19´. Luas
memperjelas hasil penelitian sehingga hasil atau wilayah kabupaten Majalengka adalah 1.204,24
output dari penelitian ini dapat dengan mudah km.
dipahami oleh berbagai stakeholder. Dilihat dari topograpinya kabupaten
Majalengka dapat dibagi dalam 3 Zone daerah
Lokasi dan Waktu Penelitian yaitu : Daerah pegunungan dengan ketinggian
500 - 857 m diatas permukaan laut dengan luas
Penelitian ini mengambil lokasi tiga sentra 482,02 Km2 (40,03 %); daerah yang
penghasil mangga gedong gincu di Jawa Barat, bergelombang/berbukit dengan ketinggian 50-500
yaitu Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon, m diatas permukaan laut dengan luas wilayah
dan Kabupaten Indramayu. Lamanya waktu 376,53 hektar (31,27 %) serta daerah dataran
penelitian selama 5 bulan. rendah dengan ketinggian antara 19 - 50 m diatas
permukaan laut dengan luas wilayah 345,69
Populasi dan Sampel Penelitian hektar (28,70 %).
Tipe iklim di Kabupaten Majalengka
Populasi penelitian adalah semua termasuk bervariasi, suhu berkisar antara 21,4-
lembaga yang mungkin tergabung dalam pola 35,12 ºC, Curah hujan rata-rata setahun sekitar
kemitraan agribisnis mangga gedong gincu yaitu 258,7 mm, curah hujan tertinggi terjadi pada
kelompok tani mangga gedong gincu, lembaga bulan Nopember mencapai 624,6 mm dengan hari
agribisnis swasta, dan lembaga pemerintah. hujan rata-rata 8 hari per bulan.
Sampel penelitian akan diambil dari populasi
penelitian yang ada dengan snow ball sampling. Komoditas Mangga

Pengumpulan Data Gedong gincu merupakan salah satu


varietas mangga yang sedang dikembangkan
Pengumpulan data dilaksanakan dengan mengingat mempunyai potensi pasar yang baik
metode survei. Data yang dikumpulkan adalah (Eropa). Hal ini karena preferensi pasar Eropa
data primer dan data sekunder. Data primer mengenal mangga kualitas prima adalah dicirikan
didapat melalui hasil wawancara sedangkan data dari warna kulit buahnya kuning/oranye.
sekunder didapat dari telusuran pustaka dan data Majalengka disamping Indramayu dan Cirebon
profil kabupaten, kecamatan dan desa. merupakan 3 kabupaten sentra produksi utama
mangga gedong gincu.
Analisis Data Mangga gedong gincu mempunyai rasa
yang manis, aroma kuat dan daging buah tebal.
Analisis data dilakukan menggunakan Berat buah 200 – 240 gram/buah dan berukuran
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, 10 x 8 cm, bentuk pangkal buah bulat, warna
Threat) untuk mengetahui keunggulan dan pangkal buahnya merah kekuningan dan
kelemahan dari pola yang dilakukan serta ujungnya hijau tua, serta produksi 100 – 150
dilakukan analisis penentuan prioritas dengan k/pohon.
metode AHP. Analisis kualitatif juga dilakukan
terhadap hasil wawancara mendalam dengan Keragaan Sentra
informan-informan kunci dari tiap stakeholder dari
model yang diuji. Sentra produksi mangga di Kabupaten
Majalengka tersebar di 5 (lima) kecamatan,
HASIL DAN PEMBAHASAN yakni : Kadipaten (16.524 pohon), Panyingkiran
Profil Agribisnis Mangga Gedong Gincu (69.453 pohon), Dawuan (37.779 pohon),
Kabupaten Majalengka Kertajati (246.512 pohon) dan Kecamatan
Majalengka (89.439 pohon). Pada 5 (lima)
kecamatan tersebut, populasi varietas gedong
gincu 30 %, sedang varietas lainnya adalah

74
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Arumanis (40 %), Cengkir (20 %) dan varietas membuat banyak orang terpesona.
lain (10 %). Mangga gedong gincu merupakan
Pada TA. 1992/1993 melalui Proyek komoditas agribisnis yang sangat berarti di
Usahatani Lahan Marginal telah dikembangkan Indonesia, karena jenis mangga ini memiliki nilai
mangga Arumanis seluas 500 Ha di 7 (tujuh) Desa ekonomi yang tinggi jika dibandingkan dengan
Kecamatan Kertajati. Sejak TA. 1997/1998 hingga jenis mangga lainya, selain itu mangga gedong
TA. 1999/2000 melalui Proyek Pengembangan gincu merupakan salah satu jenis mangga yang
Agribisnis mangga (P2AM) IHDUA/JBIC IP-477 paling banyak diekspor. Ekspor mangga termasuk
telah dilaksanakan pengembangan mangga di dalamnya mangga gedong gincu, selama 10
varietas gedong gincu seluas 500 Ha di tahun (periode 1999-2008) mengalami kenaikan
Kecamatan Kertajati. Kecamatan Kertajati sebagai yang cukup signifikan, yakni pada tahun 1999
salah satu sentra produksi mangga gedong gincu ekspor mangga segar mencapai 564 ton, dan
mempunyai ketinggian tempat 30 meter dpl, pada tahun 2008 meningkat menjadi 1.908 ton
topografinya datar, jenis tanah Alluvial Kelabu, pH dengan nilai US $1.645.948. (Qanytah dan Indrie
tanah 5,5 – 6 serta curah hujan 3.557,6 A., 2010:8-9), oleh karena itu peningkatan
mm/tahun dengan 135 hari hujan dan 8 bulan produksi yang disertai dengan peningkatan
basah, 4 bulan kering. Sedang suhu udaranya kualitas mangga gedong gincu harus terus
berkisar antara 22,1º – 33,2º C dan kelembaban ditingkatkan, sehingga perlunya diterapkan
udara 77 %. strategi produksi atau budidaya buah mangga
Dari pertanaman TA. 1992/1993 dengan mengoptimalkan penggunaan faktor-
(Kecamatan Kertajati) tanaman dapat berproduksi faktor produksi yang dimiliki perlu mendapatkan
118,77 Ton (2001), sedang dari pertanaman penanganan yang serius.
mangga lain di Kabupaten Majalengka dapat Kehadiran buah mangga gedong gincu di
diproduksi Arumanis 21.004 Ton, Cengkir 6.001 pasaran internasional sempat menjadi pesaing
Ton, Gedong Gincu 9.003 Ton dan varietas lain bagi penghasil mangga diseluruh dunia seperti
3.001 Ton. India, Pakistan, Thailand, Israel, Meksiko dan
negara-negara Amerika Latin lainnya, namun
Profil Agribisnis Mangga Gedong Gincu demikian permasalahan yang dihadapi
Kabupaten Cirebon menyangkut masalah produksi mangga gedong
gincu adalah masalah efisiensi dalam pengunaan
Usaha budidaya mangga menjadi salah faktor-faktor produksi budidaya mangga gedong
satu rencana pembangunan untuk WKPP III gincu sehingga output yang dihasilkan dari
Cirebon, menjadi bukti bahwa Cirebon memiliki produksi tersebut tidak maksimum.
potensi dalam pengembangan usaha agribisnis Produksi mangga gedong gincu dari
mangga. Jenis mangga yang menjadi sentra tahun 2007-2010 berfluktuasi dan memiliki
utama dalam budidaya mangga di Wilayah kecenderungan terus menurun setiap tahunnya,
Cirebon adalah mangga gedong gincu. Melalui hal ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor-
proyek PAH/IHDUA, JBIC IP-477 yaitu proyek faktor produksi dalam budidaya mangga gedong
pengembangan mangga gedong gincu yang gincu oleh petani di Kabupaten Cirebon belum
dibiayai dana hibah pemerintah Jepang pada mencapai tingkat efisiensi. Program
tahun 1997 dan tahun 2001 menjadikan Wilayah pengembangan budidaya mangga gedong gincu
Cirebon sebagai salah satu wilayah dalam usaha yang masuk ke dalam proyek PAH/IHDUA, JBIC
pengembangan budidaya mangga gedong gincu, IP-477 untuk Wilayah Cirebon berpusat di lima
hal ini juga dikarenakan Wilayah Cirebon kecamatan yaitu: Kecamatan Beber meliputi 4
merupakan wilayah yang sangat ideal untuk desa, Kecamatan Sedong meliputi 8 desa,
usaha budidaya mangga gedong gincu. Kecamatan Cirebon Selatan meliputi 3 desa,
Mangga gedong gincu merupakan salah Kecamatan Astanajapura meliputi tujuh desa dan
satu jenis buah tropis yang sangat eksotis (exotic Kecamatan Losari.
fruit), karena buah ini memiliki ukuran, bentuk, Kecamatan Sedong merupakan wilayah
warna, rasa dan bau yang khas dan sangat yang memiliki jumlah petani mangga gedong
menarik. Bentuk buahnya yang agak bulat, gincu terbanyak di Kabupaten Cirebon dengan
berukuran sedang, warna kulit buahnya yang wilayah pengembangan budidaya mangga gedong
kuning cerah merah keunguan serta daging gincu terbanyak (delapan desa) dan luas lahan
buahnya yang kuning cerah dengan rasa manis budidaya terluas dari kelima kecamatan yang
legit disertai bau harum yang sangat khas menjadi objek pengembangan budidaya mangga

75
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

gedong gincu. Ada sekitar 1295 orang yang meningkatkan kualitas SDM. Sedangkan pada
berprofesi sebagai petani mangga gedong gincu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
dengan total luas lahan penanaman mangga (RPJMD) Kabupaten Indramayu kesatu 2005–
gedong gincu seluas 281,54 Ha. Oleh karena itu 2010, Pembangunan Pertanian dikembangkan
penelitian mengenai efisiensi ekonomi dalam penerapan teknologi yang dapat meningkatkan
penggunaan faktor-faktor produksi budidaya hasil dan kualitas produksi, sehingga dapat
mangga gedong gincu di Kecamatan Sedong memberikan nilai tambah bagi petani. Selain itu
sangat penting untuk dilakukan mengingat pembangunan sektor peternakan terus
permasalahan efisiensi ekonomi dalam dikembangkan sesuai dengan kondisi daerah dan
penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses budaya lokal.
budidaya mangga gedong gincu menyangkut Salah satu bidang di Dinas Pertanian dan
masalah peningkatan hasil produksi dengan Peternakan adalah Bidang Hortikultura. Bidang ini
memaksimalkan potensi dari faktor-faktor menangani komoditas sayuran, tanaman buah-
produksi yang digunakan oleh petani mangga buahan, bio farmaka, tanaman hias dan
gedong gincu, selain itu juga masalah pencapaian pengembangan lahan pekarangan. Salah satu
efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi komoditas unggulan yang dikembangkan adalah
ini juga menyangkut pendapatan/keuntungan Mangga. Mangga merupakan salah satu
yang diperoleh petani mangga gedong gincu di komoditas unggulan Kabupaten Indramayu,
Kecamatan Sedong pada khususnya dan petani paling tidak ada 13 varietas mangga yang
mangga gedong gincu di seluruh Indonesia pada dihasilkan Kabupaten Indramayu, seperti Mangga
umumnya. Gedong Gincu dan Cengkir. Varietas mangga
Hampir seluruh penduduk di Kecamatan tersebut mempunyai pangsa pasar yang bagus di
Sedong mengandalkan hidupnya dari pertanian, tingkat lokal, nasional bahkan internasional.
dan sebagian dari lahan pertanian di Kecamatan
Sedong merupakan lahan untuk budidaya mangga Strategi Pengembangan
gedong gincu. Keuntungan yang didapat dari
pembudidayaan ini sangat menjanjikan, meskipun Strategi pengembangan komoditas
dalam proses budidaya mangga gedong gincu hortikultura di Kabupaten Indramayu sesuai
memerlukan modal yang sangat besar khususnya dengan enam pilar pengembangan hortikultura
pembudidayaan mangga gedong gincu diluar yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian,
musim berbuah (out off Season). antara lain :
Masalah yang dihadapi petani terkait 1. Pengembangan Kawasan Agribisnis
budidaya mangga gedong gincu adalah masalah Hortikultura
permodalan, luas lahan pertanian yang semakin 2. Penerapan Manajemen Pasokan/ SCM
menyempit, pengadaan atau ketersediaan tenaga 3. Penerapan Budidaya Pertanian yang Baik / GAP
kerja yang memiliki pengetahuan terhadap dan SOP
budidaya mangga gedong gincu yang masih 4. Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura /
rendah, harga pupuk, zat pengatur tumbuh, dan FATIH
harga pestisida yang semakin meningkat, keahlian 5. Pengembangan Kelembagaan Usaha
petani dalam pengelolaan atau budidaya mangga 6. Peningkatan Konsumsi dan Ekspor
gedong gincu, serta penggunaan teknologi
pertanian budidaya mangga gedong gincu. Perkembangan Produksi

Profil Agribisnis Mangga Gedong Gincu Perubahan iklim ekstrem pada Tahun
Kabupaten Indramayu 2010 menyebabkan intensitas hujan yang sangat
tinggi, sehingga hampir bisa dikatakan tidak ada
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah musim kemarau. Hal ini berdampak besar pada
Daerah (RPJMD) Kabupaten Indramayu kesatu tanaman mangga yang menyebabkan
2005–2010 untuk sektor pertanian disebutkan, terganggunya proses pembungaan dan
bahwa pembangunan pertanian diarahkan pada menyebabkan kerontokan buah dan kerusakan
pengembangan ketahanan pangan, yang akibat hama dan penyakit.
didalamnya meliputi ketersediaan dan Data menunjukan produksi mangga
keberagaman pangan serta kecukupan gizi, Indramayu pada Tahun 2010 hanya 24.937 Ton
merupakan salah satu faktor pendorong yang jika dibandingkan dengan produksi Tahun 2009
penting dalam upaya mengembangkan dan yang mencapai 123.385 Ton, berarti ada

76
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

penurunan yang sangat signifikan sekitar 98.448 SIMPULAN DAN SARAN


Ton atau sebesar 80 %. Kawasan pengembangan SIMPULAN
mangga di Indramayu terbagi kedalam 2
kawasan, yaitu : 1. Pola kemitraan yang umum dilakukan dalam
1. Kawasan Sentra agribisnis mangga gedong gincu adalah pola
Kawasan sentra terdiri dari sepuluh kecamatan kemitraan dagang umum antara petani
yang memiliki luas areal kebun mangga (kelompok tani) dan pedagang (eksportir).
terluas, kecamatan tersebut adalah : 2. Pada dasarnya, pola kemitraan ini adalah
Indramayu, Jatibarang, Widasari, Tukdana, hubungan jual-beli sehingga diperlukan
Juntinyuat, Cikedung, Terisi, Kroya, struktur pendanaan yang kuat dari pihak yang
Gabuswetan dan Haurgeulis. bermitra, baik perusahaan mitra maupun
2. Kawasan Menengah kelompok mitra. Keuntungan dalam pola
Kawasan menengah dengan luas areal kebun kemitraan ini berasal dari margin harga dan
mangga menengah yang tersebar di sepuluh jaminan harga produk yang diperjual belikan,
kecamatan yaitu : Anjatan, Gantar, Cantigi, serta kualitas produk sesuai dengan
Lohbener, Lelea, Sliyeg, Kedokan Bunder, kesepakatan pihak yang bermitra.
Kertasemaya, Sukagumiwang dan Krangkeng.
SARAN
Analisis Pola Kemitraan Agribisnis Mangga
Gedong Gincu 1. Diperlukan struktur pendanaan yang kuat dari
pihak yang bermitra, baik perusahaan mitra
Pola kemitraan dagang umum merupakan maupun kelompok mitra.
hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. 2. Peran kelompok tani, khususnya gapoktan
Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak harus diperkuat demi menunjang
pemasaran dengan kelompok usaha pemasok pengembangan ekonomi wilayah.
komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran
tersebut. Dalam kegiatan agribisnis, mangga DAFTAR PUSTAKA
gedong gincu, pola ini yang dilakukan. Beberapa
petani atau kelompok tani mangga gedong gincu  Praptosuhardjo, Prijadi (2000) Strategi
bergabung dalam bentuk koperasi atau gapoktan Pengembangan Kemitraan sebagai Alternatif
kemudian bermitra dengan perusahaan Dalam Pengembangan Kelembagaan
pemasaran atau mitra usaha lainnya. Gapoktan Agribisnis Tembakau. Masters thesis, Institut
tersebut bertugas memenuhi kebutuhan Pertanian Bogor
perusahaan pemasaran sesuai dengan  Ruslan et al. 2008. Pola Pengembangan
persyaratan yang telah disepakati bersama. Model Pembinaan dan Strategi Kemitraan
Kelompok mitra atau koperasi tani Usaha
berperan sebagai pemasok kebutuhan yang  Mikro, Kecil dan Menengah di Provinsi
diperlukan perusahaan mitra. Sementara itu, Sumatera Utara. Unimed : Medan
perusahaan mitra memasarkan produk kelompok  Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri.
mitra ke konsumen. Kondisi tersebut Raja Grafindo Persada: Jakarta
menguntungkan pihak kelompok mitra karena  Sumardjo et al. 2004. Teori dan Praktik
tidak perlu bersusah payah memasarkan hasil Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya:
produknya sampai ke tangan konsumen. Depok
Pada dasarnya, pola kemitraan ini adalah  Syafa‘at, N.,P.Simatupang. S. Mardianto. Dan,
hubungan jual-beli sehingga diperlukan struktur T. Pranaji 2003. Konsep pengembangan
pendanaan yang kuat dari pihak yang bermitra, Wilayah berbasis agribisnis dalam rangka
baik perusahaan mitra maupun kelompok mitra. pemberdayaan petani. Forum penelitian agro-
Keuntungan dalam pola kemitraan ini berasal dari ekonomi 21(1):26-43
margin harga dan jaminan harga produk yang  Yusdja, Y. Dan N. Ilham. 2004. Tinjauan
diperjual belikan, serta kualitas produk sesuai kebijakan pengembangan Agribisnis sapi
dengan kesepakatan pihak yang bermitra. Potong Jurnal Analisis kebijakan pertanian 2
(2) ;167-182

77
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TRANSISI SISTEM PRODUKSI PETANI MANGGA : HUBUNGANNYA


DENGAN SISTEM PENJUALAN

Lies Sulistyowati

Staf Pengajar Departemen Sosial-Ekonomi , Fak.Pertanian UNPAD

Email : lies.s@unpad.ac.id dan liesindra@yahoo.com

ABSTRAK. Mangga merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang merupakan unggulan Jawa Barat.
Permintaan terhadap mangga sangat besar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, namun pada aspek
produksi dan pemasaran masih banyak kelemahan, antara lain : masih rendahnya penerapan teknologi
budidaya karena masih ada pengusahaan yang tradisional dengan sistem tumpang sari (poly-culture) pada
pekarangan serta masih maraknya sistim ijon dan tebasan pada pemasaran mangga petani Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggambarkan transisi sistem produksi mangga dari sistem tradisional ke
sistem modern (monoculture), serta menganalisis hubungan sistem produksi mangga dengan cara penjualan
mangga dari petani. Metode penelitian yang digunakan Survey deskriptif, dengan teknik penarikan sampel
secara Cluster random sampling sebanyak 240 petani mangga di Jawa Barat. Data dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dan korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi petani mangga di
JawaBarat sudah ada dalam tahap transisi menuju sistem pertanian monoculture, dengan penggunaan
teknologi budidaya yang mayoritas semi intensif, dan sebagian kecil sudah intensif. Terdapat hubungan
antara sistem produksi mangga dengan sistem penjualannya, yakni petani tradisional lebih menyukai
penjualan sistem ijon dan tebasan. Semakin bergeser ke monoculture, petani lebih banyak yang memanen
sendiri baru menjual hasil mangganya.

Kata kunci : petani mangga, sistem produksi, sistem penjualan, transisi.

ABSTRACT. Mangois one of thefamous fruits commodityfrom West Java. Despite the large demand from
both domesticand international market, there were still many weaknesses in production and marketing
aspects, such as: the lowadoptation offarming technologiesbecausethere were still manybusinessmen who
prefer the traditional way,intercroppingsysteminthe yard andsystem ―ijon‖ and ―tebasan‖ were still common
used in mangofarmers. The purpose ofthis research was to describe thetransition ofmango
productionsystemsfromtraditionalsystemsto monocultures systems, and to analyzeits relationshipwith
farmer‘s selling strategy. The method used in this research weredescriptivesurvey, using 240 dataof
mangofarmersin West Java collected by clusterrandom sampling. Data were analyzedusing descriptive
statisticsandSpearmancorrelation. The results showedthat themangofarmersinWest Javanow is in the
transition phasetowardsmonoculturefarming systems, withmajority of them used semi-intensivecultivation
technology, and asmall portionhas beenintensive. There is a relationshipbetweenmangoproduction
systemwithsales system wherethetraditionalfarmersprefer the―ijon‖ and ―tebasan‖ system. Increasingly
shiftedtomonoculture, more farmersprefer todo the harvesting and selling by themself.

Keywords : mangofarmers, production systems, salessystems, transition.

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP sistem produksi mangga dengan cara penjualan
mangga dari petani.
Tulisan ini bertujuan untuk menyoroti secara Sedangkan ruang lingkup analisis adalah
mendalam proses transisi sistem produksi mangga pada perilaku petani petani mangga di Jawa Barat
dari sistem tradisional ke sistem modern pada sistem produksi dan pada sistem penjualan,
(monoculture), serta menganalisis hubungan secara khusus di Kabupaten Cirebon dan
Kabupaten Majalengka.

78
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Pertanian, 2011), merupakan hasil dari perubahan


PENDAHULUAN sistem produksi dari tradisional ke modern
Latar Belakang Penelitian (monokultur). Fenomena munculnya sistem
produksi mangga secara monokultur dimulai sejak
Mangga (Mangifera indica L.) tetap mulai meningkatnya harga mangga sehingga
menjadi buah favorit pada saat musimnya. Buah sebagian petani mulai merubah sistem produksi
yang berkualitas memiliki harga yang jauh lebih mangga dari tradisional menjadi monokultur
baik dan dapat menembus pasar modern untuk dengan menerapkan teknologi budidaya secara
kalangan menengah atas. Di luar negeri mangga bervariasi, yakni dari semi intensif sampai intensif.
adalah buah eksotik yang banyak penggemarnya Kabupaten Cirebon, Majalengka dan
dan termasuk buah impor yang mahal. Indramayu (CIMAYU) merupakan penghasil
Sayangnya, Indonesia tidak termasuk dalam 10 mangga terbesar di jawa Barat, pemasarannya
negara pengekspor mangga terbesar. Padahal tidak hanya Jawa tetapi juga keluar pulau di
peluang pasar mangga cukup menjanjikan. Data Indonesia, bahkan ke luar negeri. Beberapa
BPS memperlihatkan bahwa baru 0,07% dari bandar telah memasok kepasar Arab Saudi,
seluruh produksi mangga Indonesia yang bisa Amerika dan pasar Asia. Setidaknya ada 16
memenuhi standar kualitas untuk ekspor. Untuk bandar besar yang beberapa di antaranya selain
mensuplai kebutuhan mangga luar negeri yang memasok ke swalayan dan pasar tradisional juga
harus kontinyu dan standard mutu tidak berubah, mengekspor barang ke luar negeri.Setiap
diperlukan pengembangan agribisnis mangga tahunnya ratusan ton mangga diangkut dari tiga
dengan sistem produksi yang lebih modern, yang kabupaten tersebut ke luar daerah. Dan kini
mencakup areal tanam luas dengan penerapan setiap saat mangga selalu ada karena para petani
teknologipada budidaya, panen dan pasca dan bandar berupaya mempercepat pembuahan,
panennya. sehingga kini nyaris tak kenal musim. Selain
Mangga juga merupakan salah satu mangga gedong, JawaBarat juga dikenal dengan
komoditas buah-buahan unggulan di Propinsi produk mangga harumanis dan simanalagi yang
Jawa Barat (Dinas Pertanian Tanaman Pangan rasanya demikian manis, dan juga mangga
Provinsi Jawa Barat, 2014). Dilihat dari sisi dermayu yang rasanya segar sedikit ada
produksi mangga, Jawa Barat menduduki tiga asamnya.
besar tertinggi di Indonesia, yakni berturut-turut Sementara itu, pada sistem penjualan
Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, namun hasil mangga juga terjadi fenomena yang
dari segi produktivitas mangga per pohon, Jawa menarik, yakni mulai berubahnya sistim penjualan
Barat yang tertinggi (Gambar 1). dari sistem ijon dan tebasan menjadi sistem
panen sendiri dan baru dijual setelah dilakukan
900,000 pengkelasan (grading). Hal ini tentu saja
800,000 berdampak pada peningkatan pendapatan petani
700,000
mangga, karena dengan cara memanen dan
600,000
Jawa Barat melakukan grading sendiri, petani bisa meraih
harga yang lebih tinggi.
500,000 Jawa Tengah
Menurut Yulizarman (1999), cara
400,000
Jawa Timur penjualan mangga ke tengkulak dengan sistem
300,000
tebasan dilakukan oleh 73.3 persen petani dan
200,000
petani lainnya (26,7 persen) melakukan panen
100,000
sendiri dan penjualan langsung ke pengepul.
-
Dalam sistem tebasan tengkulak datang ke kebun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

mangga petani untuk menaksir kelebataan pohon


yang sebagian besar dilakukan ketika buah sangat
Gambar 1 .Grafik Produksi Mangga Jawa Barat, muda, atau dikenal dengan sistem ‖ijon‖.
Jawa Timur, dan Jawa Tengah Sedangkan lima tahun berikutnya, penelitian
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sulistyowati, L. dkk. (2014) menyimpulkan bahwa
Provinsi Jawa Barat, 2014 sistim penjualan mangga biasa dilakukan petani
dengan sistim tebasan (46,81 persen), sedangkan
Produktivitas mangga di Jawa Barat yang yang memanen sendiri pohon mangganya baru
tertinggi dibandingkan propinsi Jawa Timur dan menjualnya, dilakukan oleh sekitar 53,19 persen
Jawa Tengah, yakni 12,66 Kg/Ha (Kementerian petani.

79
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Dari dua temuan diatas terlihat adanya adalah keluarga petani yang memiliki 4 pohon
perubahan perilaku petani mangga, yang awalnya mangga atau lebih. Untuk masing-masing lokasi
banyak melakukan penjualan dengan sistem kecamatan terpilih, sampel diambil secara
tebasan, mulai berubah menjadi panen sendiri proportional random sampling hingga total
baru menjualnya.Selanjutnya kajian sampel:240 petani.
Sulistyowati,L. dkk. (2014) juga menemukan
bahwa sistim penjualan mangga dipengaruhi oleh Metode Analisis dan Sumber Data
sistim pembiayaan dan akses terhadap informasi Sumber Data
dengan korelasi positif, sedangkan sistim
pengelolaan, aktivitas pemeliharaan, kegiatan Data yang digunakan adalah data primer
pemberantasan hama dan penyakit, penerapan dan data sekunder.
teknologi off-season, akses terhadap pasar dan 1. Data primer adalah data yang diperoleh dari
fasilitas peralatan mempengaruhi dengan korelasi hasil pengamatan secara langsung dan hasil
negatif. wawancara secara mendalam, terhadap
Dari berbagai penelitian tentang mangga, responden petani mangga dan informan
ternyata belum diketahui dengan jelas adalah terkait.
bagaimana proses transformasi sistem produksi 2. Data sekunder adalah data diperoleh dari
mangga itu terjadi, dan apakah dengan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon dan
transformasi sistem produksi ada hubungannya Majalengka, Kecamatan Sedong dan
dengan berubahnya sistem penjualan mangga. Panyingkiran, Badan Pusat Statistik, dan
Untuk itulah penelitian ini dilaksanakan dengan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.
mengambil lokasi di Kecamatan Sedong
Kabupaten Cirebon dan Kecamatan Panyingkiran Metode Analisis
Kabupaten Majalengka.
Data dianalisis menggunakan statistik
Tujuan Penelitian deskriptif dan korelasi Spearman.Menurut (Nazir,
2003): Analisis deskriptif adalah suatu metode
Tujuan penelitian ini adalah : dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu
1) Untuk menggambarkan transisi sistem objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu
produksi mangga dari sistem tradisional ke kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
semi intensif selanjutnya ke sistem modern analisis ini adalah untuk membuat deskripsi
(monoculture). secara sistematis, faktual mengenai fakta-fakta,
2) Menganalisis hubungan sistem produksi sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang
mangga dengan sistem penjualan mangga diselidiki.
oleh petani. Korelasi Spearman digunakan untuk
menguji hubungan antara dua buah variabel, jika
METODE PENELITIAN nilai suatu variabel naik, sedangkan nilai variabel
Design Penelitian yang lain turun, maka dikatakan terdapat
hubungan negatif serta sebaliknya. Jika
Design penelitian yang digunakan adalah pengamatan dari 2 variabel X dan Y adalah dalam
survey, untuk menguji ada tidaknya hubungan bentuk skala ordinal, maka derajat korelasi dicari
antara sistem produksi pada mangga dengan dengan Koefisien Korelasi Spearman, melalui
sistem penjualan yang dilakukan oleh petani prosedurnya sebagai berikut:
mangga 1. Atur Pengamatan dari kedua variabel dalam
Rancangan pemilihan lokasi dan sampling bentuk ranking.
penelitian ini menggunakan metode Multi Stage 2. Cari beda dari masing-masing pengamatan
Cluster Random Sampling. Lokasi yang dipilih yang sudah berpasangan.
adalah dua kabupaten sentra utama mangga di 3. Hitung koefisien korelasi Spearman dengan
Jawa Barat yakni Kabupaten: Cirebon dan rumus:
Kabupaten Majalengka. Selanjutnya dari setiap ρ = 1 = 6∑d12 / N3 – N
kabupaten dipilih 1 kecamatan secara random, dimana: d1 = beda antara 2 pengamatan
terpilih : Kecamatan Sedong dan Kecamatan berpasangan
Panyingkiran. Sampel petani mangga secara N = total pengamatan
random dipilih dari sampling frame didasarkan ρ = koefisien korelasi spearman
data BPS. BPS mendefinisikan petani mangga

80
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 juga menunjukkan bahwa tiga


Gambaran Umum Petani Mangga di Jawa kabupaten sentra mangga adalah Cirebon,
Barat Majalengka, dan Indramayu, sedangkan daerah
Tanaman mangga telah banyak ditanam pengembangan adalah Kuningan, Sumedang,
dan diusahakan oleh masyarakat Jawa Barat, Garut dan Subang.Deskripsi ringkas sistem
khususnya di Kabupaten Cirebon, Majalengka dan usahatani mangga yang dilakukan oleh petani,
Indramayu, yang merupakan sentra utama tertera pada Tabel 2. Dilihat dari jumlah
mangga di Jawa Barat. Mangga bukan tanaman penguasaan pohon mangga, terdapat gap yang
asli Indonesia, namun berasal dari India. Dari sangat besar, yakni antara petani kecil dengan
nama botaninya : Mangifera Indica.L, berarti pemilikan 4-10 pohon, petani sedang (11-100
tanaman mangga berasal dari India pohon) dan petani besar (>100 pohon), baik
(Pracaya.2008). Namun masyarakat Jawa Barat dilihat dari permodalan, penggunaan teknologi
sudah mengenal beratus tahun yang lalu, maupun tujuan pasarnya. Versi BPS mengatakan
sehingga menganggap mangga sebagai tanaman untuk petani yang mempunyai pohon mangga 4-
asli Indonesia. Sistem produksinya mulai dari 10 pohon disebut petani kecil (backyard),
tradisional, semi intensif hingga sistem kebun sedangkan diatas 10 pohon disebut petani
modern. Tabel 1 menunjukkan sentra mangga di komersial.Lahan yang digunakan sudah mulai
jawa Barat. Produksi mangga trendnya mengkonversi lahan sawah yang tadinya ditanami
semakinmeningkat, namun karena berbagai faktor padi. Hal ini terjadi karena petani sudah
antara lain cuaca ekstrim dan serangan hama merasakan bahwa mengusahakan mangga lebih
ulat, tahun 2011 terjadi penurunan produksi, menguntungkan dari pada padi. Berkaitan dengan
meskipun tahun 2012 produksi mangga kembali pergeseran tersebut, Iwan S. (2012) menyatakan
meningkat. bahwa ada sebagian kecil petani padi yang berani
menggeser ke usahatani non padi adalah petani
Tabel 1. Produksi Mangga di Jawa Barat penyewa, penggadai dan petani lapisan atas
Berdasarkan Kabupaten, Tahun 2008-2012 (Ton) (berlahan luas), yang benar benar berani
Kabupaten 2008 2009 2010 2011 2012
mengambil risiko (risk taker).
Bogor 44.104 19.011 1.651 13.656 39.380

Tabel 2. Keragaan Usahatani Mangga di Jawa


Sukabumi 179.960 418.578 2.659 7.770 62.054
Barat
Cianjur 19.816 93.920 1.518 12.558 81.126 Keterangan Rata-rata kondisi riil

Bandung 8.449 17.122 791 2.697 33.507


1. Rata-rata jumlah
184 pohon (5-1600 pohon)
Garut 700.626 260.851 13.779 19.764 175.281
pohon (RTP)

Tasikmalaya 8.177 37.658 826 4.658 45.539 2. Lahan yang Lahan pekarangan, ladang dan
digunakan sawah
Ciamis 29.424 58.913 1.287 2.989 50.475

Kuningan 944.759 90.472 5.528 44.868 393.765 3. Status pemilikan Milik (59%), milik dan sewa
pohon (35%) dan sewa (6%)
Cirebon 495.925 370.545 13.078 55.982 620.533

Campuran/polyculture (53%)
Majalengka 896.813 481.727 16.431 43.281 485.213 4. Pola pengusahaan
mangga
Sumedang 189.420 403.270 17.534 21.170 290.084 Monokultur (47%)

Indramayu 499.347 1.131.837 35.827 63.058 685.059


Tidak beraturan, sebagian
5. Jarak tanam
Subang 133.197 297.180 8.276 26.792 159.705 beraturan

Purwakarta 24.713 19.122 2.118 1.642 23.425 6. Sistem penanaman Sebagian besar berasal dari
Karawang 178.710 150.124 6.931 19.451 138.066
bibit cangkokan

Bekasi 15.219 63.365 3.883 6.846 64.073 7. Jenis mangga yang Gedong, Arumanis, Dermayu,
banyak diusahakan Manalagi
JAWA BARAT 4.368.659 2.781.858 1.747.5 347.182 3.347.285

8. Pemangkasan Umumnya dilakukan 1 kali/tahun

Sumber : http://www.diperta.jabarprov.go.id/ 9. Pemupukan Umumnya dilakukan 2 kali/tahun

81
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Keterangan Rata-rata kondisi riil sekarang hanya tersisa sekitar 11%, biasanya
pada petani mangga yang jumlah pohonnya
10. Pemberantasan Perlakuan disesuaikan dengan kurang dari 4 pohon. (Versi BPS: yang disebut
hama dan penyakit kondisi tanaman
petani mangga adalah yang memiliki jumlah
Tanpa teknologi (11%)
pohon mangga lebih dari 4 pohon).
2) Kemudian berkembang seiring munculnya
11.Penerapan
Teknologi sederhana (15%) kesadaran bahwa mangga bisa dijual dan
teknologi
mempunyai nilai ekonomis, petani mangga
Teknologi tinggi (74%) mulai menerapkan pemeliharaan mangga
dengan pemangkasan, pemupukan serta
Keterangan : penyemprotan, jika terjadi serangan hama
1 = tanpa teknologi, dan penyakit. Tahap ini disebut ―Transisi
2 = teknologi sederhana (pemangkasan,
Menuju Pertanian Campuran‖ dan
penyiraman dan pemupukan)
3 = teknologi tinggi (teknologi sederhana + terdiversifikasi, merupakan tahap peralihan
insectisida/yelow trap+ ZPT(teknologi off yang harus dilalui dalam proses transisi dari
season) pola produksi pertanian subsisten menjadi
Sumber: Sulistyowati,L. dkk. 2014. produksi pertanian yang terspesialisasi. Pada
tahap ini, tanaman mangga sudah
Transisi Sistem Produksi pada Usahatani memberikan sebagian pendapatan bagi
Mangga petani, meskipun tidak mendominasi, karena
para petani mempunyai jenis-jenis tanaman
Tiga tahap pokok dalam evolusi pola lain yang juga menghasilkan, seperti : pisang,
produksi pertanian dalam pembangunan pete, padi, rambutan, nangka dan tanaman
pertanian. Menurut Hill-Mosher (1966); Johnston- sayuran lainnya, yang relatif mudah dijual.
Mellor (1968) maupun Wharton (1969), tahap Kegiatan ini dapat memberikan pendapatan
pertama dan yang paling primitif adalah usaha yang terbagi sepanjang tahun, sekaligus
tani subsisten murni yang berskala kecil dengan membuka kesempatan kerja bagi para buruh
tingkat produktivitas yang rendah. Tahap kedua tani yang biasanya menganggur diluar musim
adalah pola pertanian keluarga campuran atau panen dan musim tanam. Bagi negara
yang telah terdiversifikasi. Tahap ketiga adalah berkembang seperti Indonesia yang kelebihan
sistem produksi modern yang secara khusus tenaga kerja, sistem diversifikasi sangat
sudah mengarah kepada usaha-usaha sesuai guna memanfaatkan jumlah tenaga
perdagangan dengan tingkat produktivitas yang kerja pedesaannya yang berlimpah secara
tinggi telah terspesialisasi. Modernisasi pertanian lebih baik dan lebih efisien.
dalam sistem perkonomian campuran di berbagai 3) Selanjutnya adalah Tahap Spesialisasi atau
negara-negara berkembang juga dapat dijelaskan disebut juga Pertanian Komersial Modern.
sebagai suatu proses transisi yang berlangsung Pertanian terspesialisasi merupakan tahap
secara bertahap tetapi tetapi berkesinambungan, akhir dan bentuk yang paling maju dari unit
yakni dari sistem produksi subsisten menjadi usaha pertanian dalam sistem perekonomian
sistem pertanian yang diversifikasi dan kemudian pasar campuran. Adapun karakteristik sistem
spesialisasi. produksi mangga yang terspesialisasi
Pada usahatani mangga, proses transisi (monokultur) adalah pengutamaan varietas
yang terjadi adalah : mangga tertentu(khususarumanis, atau
1) Pada awalnya mangga ditanam dipekarangan gedong atau dermayu); memerlukan modal
rumah sebagai pohon peneduh, tanpa yang besar untuk membiayai budidaya secara
pemeliharaan (Sistem Tradisional), hasil intensif; penggunaan teknik-teknik produksi
dikonsumsi sendiri dan dibagikan kepada modern seperti penggunaan yelow trap,
tetangga serta kerabat sekitar. Pertanian teknik top-workingserta teknologi off-seasons,
mangga secara subsisten hampir tidak ada serta pengembangan skala ekonomi yang
pengeluaran biaya, namun mempunyai risiko besar untuk mengurangi unit-unit biaya dan
produksi yang tinggi dan penuh memaksimalkan keuntungan.Pengelolaan
ketidakpastian.Pohonberasal dari biji, dan mangga jika benar-benar dilakukan secara
umumnya merupakan warisan dari orang tua. intensif dengan mengikuti standar operational
Ditemukan pohon yang sudah berumur diatas procedur (SOP) yang diberikan Dinas
50 tahun. Sistem produksi tradisional ini Pertanian, maka memerlukan pembiayaan

82
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

yang cukup besar, yakni antara Rp.8 -12 atau buah muda. Sistim ijon masih berjalan
juta/hektar/tahun. Sistem monokultur disebabkan petani mangga terdesak kebutuhan
mangga banyak diusahakan di kebun ataupun uang segera(untuk biaya pendidikan,
mengkonversi lahan sawah menjadi kebun pengobatan atau keperluan lainnya).
mangga. Luasan yang diusahakan sekitar 1-5 Sedangkan pedagang pengumpul/tengkulak
Ha, bahkan ditemukan petani dengan luas diuntungkan karena memperoleh harga yang
pengusahaan 16 Ha atau 1600 pohon lebih murah, dan mempunyai kesempatan
mangga, yang sebagian milik dan sebagian untuk melakukan perawatan dengan lebih
diperoleh melalui sistem sewa. Pengusahaan intensif, untuk memperoleh kualitas dan
mangga dengan sistem monokultur di sawah kuantitas mangga yang lebih tinggi. Pada sisten
baru dimulai sekitar tahun 1980-an. ijon, petani tidak mempunyai posisi tawar
(bargaining position) terhadap pedagang
Sistem Penjualan pada Petani Mangga pengumpul.
2) Sistem tebasan : yakni cara penjualan mangga
Buah mangga pada umumnya dipasarkan disaat mangga sudah siap dipanen, tetapi
dalam bentuk buah segar, kurang dari satu persen masih dipohon. Kegiatan pemanenan dilakukan
dari total produksi yang diproses menjadi bentuk oleh pedagang pengumpul/tengkulak.Baik
olahan (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, penjualan secara tebasan maupun sistem ijon
1986). Mangga dalam bentuk segar,sebagian umumnya merugikan petani karena sering
besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan terjadi kuantitas panen lebih tinggi dari pada
dalam negeri, dan hanya sekitar 0,7% dari total kuantitas taksiran, serta tingkat harga yang
produksi mangga Indonesia yang diekspor keluar sangat rendah. Namun petani tetap
negeri (BPS 2000-2012). melakukannya karena alasan : adanya
Secara umum, sistem penjualan hasil keperluan yang mendesak (45%),yang diikuti
panen mangga dilakukan dengan dua cara, yakni dengan tambahan pendapatan bagi keluarga
dipanen sendiri oleh petani kemudian baru dijual, (25%). Sedangkan pada mangga non tebasan
atau dipanen oleh pedagang perantara/tengkulak alasan terbanyak pada tambahan pendapatan
melalui sistim tebasan atau sistim ijon.Hasil kajian yaitu sebesar 60% dan juga untuk menghindari
sebelumnya (Sulistyowati, L.dkk, 2014) untuk pencurian (20%) serta pemenuhan kebutuhan
lingkup yang lebih luas (Jawa Timur dan Jawa yang mendesak (20%). (Zumi S. dkk. 2014).
Barat) menunjukkan bahwa, sebagian petani 3) Sistem panen sendiri baru dijual: cara ini
melakukan pemasaran mangganya dengan sebenarnya merupakan cara yang terbaik untuk
memanen sendiri baru menjual sekitar 53,19%, meraih harga yang lebih tinggi. Namun
sedangkan yang 46,81% menjual dengan cara memerlukan pembiayaan yang cukup besar,
tebasan atau ijon. Selanjutnya hasil kajian untuk karena ditambah biaya pemanenan dan grading
lingkup Jawa Barat (Sulistyowati, L.dkk, 2014), serta sortasi. Struktur biaya yang dikeluarkan
persentase petani mangga yang menjual sendiri untuk usahatani mangga yang sudah
lebih besar, yakni71%, dan sisanya 39% menjual menghasilkan, diperlukan sebesar Rp 7-8 juta
dengan cara tebasan /ijon. Fenomena ini sangat per hektar per tahun dengan rincian biaya
menggembirakan, karena memperlihatkan bahwa sarana produksi (23,33 %), meliputibiaya untuk
petani mangga di Jawa Barat relatif lebih dinamis, pupuk, pestisida dan ZPT, biaya tenaga kerja
dengan latar belakang tingkat pendidikan yang 22,23 %, dimana 13,94% diantaranya untuk
lebih tinggi serta fasilitas kelembagaan yang ada, biaya panen dan pasca panen, serta sewa
membuat petani mangga lebih rasional, sehingga lahan 16,37%.(Saptana dalamIwan S.A. 2009).
menghindari cara penjualan dengan sistim tebasan
dan ijon.
Kajian Natawidjaja, R.S. dkk. (2014)
Perbedaan sistem penjualan mangga oleh
menyimpulkan bahwa terdapat pola keterkaitan
petani diuraikan berikut:
antara keputusan petani dalam menjual hasil
1) Sistem ijon: yakni cara penjualan mangga
panen mangganya dengan sistim pembiayaan
disaat tanaman mangga baru berbunga, atau
yang dipergunakan petani, akses terhadap pasar
sudah dalam bentuk buah yang masih kecil dan
dan fasilitas peralatan, sistim pengelolaan dan
hijau. Pada umumnya petani tidak mau
penerapan teknologi dalam budidaya mangga.
mengakui adanya sistem ijon ini, mereka hanya
mengatakan bahwa ini adalah sistem tebasan, Selanjutnya Tabel 3 memperlihatkan
yang dilakukan lebih awal, yakni saat berbunga perbandingan pendapatan petani mangga antara

83
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

sistem tebasan(termasuk sistem ijon) dan non Memperhitungk


an tenaga kerja
7.376.928 58,78 9.784.928 58,57

tebasan.Terlihat bahwa dengan menggunakan (TKDK)


Tidak 4.525.765 41,22 6.757.456 41,43
sistem non tebasan, pendapatan petani mangga memperhitungk
meningkat hampir 30-40% dibanding sistem an tenaga kerja
(TKDK)
tebasan 3. Pendapatan
Memperhitungk 5.120.846, 38,23 6.431.823, 38,53
Tabel 3. Rata-rata Penerimaan, Biaya dan an tenaga kerja
(TKDK)
- -

Pendapatan Petani per ha/ Lahan Mangga per Tidak 7.752.114, 61,77 10.232.92 61,47
memperhitungk - 0,-
Tahun dengan Sistem Tebasan dan Non Tebasan an tenaga kerja
(TKDK)
Petani Tebasan Petani Non Tebasan
No
Uraian
Nilai
Persenta
Nilai
Persenta
Keterangan: TKDK : Tenaga Kerja Dalam Keluarga
. rupiah
(Rp)
se
rupiah
(Rp)
se Sumber : Zumi.S. dkk. (2014)
1. Penerimaan 12.550.00 100,0 16.645.95 100,0
(Rp) 0,- 0,-
2. Biaya Usahatani
(Rp) :
Hubungan antara Sistem Produksi dengan variabel ordinal yang menyatakan bahwa semakin
Sistem Penjualan kecil angkanya maka semakin baik sistem
produksinya atau sistem penjualannya.
Dengan memperhatikan crosstab dari Hasil perhitungan korelasi spearman
kedua variabel (Tabel 4), dapat disimpulkan menggunakan software SPSS 17 pada Tabel 5
bahwa sistem penjualan dengan memanen sendiri berikut:
baru menjual dengan melakukan grading (yang
terbaik) lebih mendominasi dari pada sistem Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Spearman
penjualan lainnya dengan jumlah petani 130 Sistem
Produksi
Sistem
Penjualan
orang atau 54%. Jumlah tersebut terdiri dari 87
orang petani yang menggunakan pola tanam Spearman‘s Sistem Correlation 1.000 0.306**
Rho produksi Coefficient
monokultur dan 43 orang campuran. Namun
demikian, sisten ijon masih terlihat banyak Sig. ( 2-tailed 0 0.000
dilakukan petani mangga (32%)dibanding sistem
penjualan tebasan (14%). Dan jika N 240 240

diperbandingkan antara monokultur dan Sistem Correlation 0.306** 1.000


campuran, terlihat bahwa petani dengan sistem Penjualan Coefficient
monokultur lebih banyak yang menggunakan
Sig. ( 2-tailed 0.000 0
sistem penjualan panen sendiri baru dijual (sistem
non tebasan). Hal ini mengindikasikan terdapat N 240 240
konsistensi pada kedua variabel tersebut sehingga
menyebabkan nilai korelasi antara sistem produksi **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
dan sistem penjualan ―cukup kuat‖. tailed).

Tabel 4. Hubungan antara Sistem produksi Terlihat bahwa korelasi Spearman antara
dengan Sisten Penjualan variabel sistem produksi dan sistem penjualan
Sistem Produksi Total
adalah 0,306 dengan taraf nyata 0,01 (sangat
Sistem Monokultur Polikultur/campuran orang persen signifikan). Artinya dengan tingkat kepercayaan
Penjualan 99%, korelasi antara variabel sistem produksidan
Panen 87 43 130 54 variabel sistem penjualan bernilai positif dan
sendiri,
baru cukup kuat yaitu 0,306 (antara 0 dan 0,5). Hal ini
dijual bermakna, jika sistem produksi bertransisi dari
campuran menuju monokultur, maka sistem
Tebasan 9 25 34 14
penjualannya juga bertransisi dari sistem tebasan
Ijon 17 59 76 32 dan ijon menuju ke-panen sendiri baru menjual
mangganya.
Total 113 127 240 100
Berdasarkan hasil kajian ini, maka
seharusnyalah petani mangga difasilitasi untuk
mengusahakan mangga secara monokultur
Selanjutnya analisis dilakukan dengan
dengan penerapan teknologi, serta melaksanakan
menghitung korelasi Spearman. Variabel sistem
panen, grading dan menjual sendiri mangganya.
produksi dan sistem penjualan merupakan

84
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Untuk itu diperlukan dukungan pelayanan baik tahun dan kualitas mangga lebih baik,
dari aspek keuangan, maupun akses terhadap sehingga peluang untuk ekspor lebih terbuka.
teknologi dan pasar. Dengan demikian diharapkan 3) Instansi terkait perlu terus memberikan
petani mangga mampu memproduksi mangga penyuluhan tentang pasca panen dan teknis
yang berkualitas dan berdaya saing, sehingga pengolahan mangga yang berkualitas, dengan
mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri, demikian petani mangga bisa meraih nilai
bahkan mampu menembus pasar internasional. tambah yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, untuk menciptakan
pembangunan yang inklusif, petani mangga DAFTAR PUSTAKA
khususnya lapisan bawah (petani kecil)sangat
membutuhkan dukungan pelayanan dasar untuk  Anonim. 2009. Mangga, Potensi yang Siap
budidaya mangga agar bisa secara aktif berperan Dikembangkanhttp://www.foodreview.biz/prev
dalam peningkatan agribisnis mangga maupun iew.php?view2&id=56657 (Di akses tanggal 28
meningkatkan kesejahteraannya. Maret 2013)
 Abdurahman, Maman.2012. MANGGA Jadi
KESIMPULAN DAN SARAN Unggulan Ekspor Hortikultura
Kesimpulan Jabar.http://archive.bisnis.com/articles/mang
ga-jadi-unggulan-ekspor-hortikultura-jabar (Di
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: akses tanggal 29 Maret 2013)
1) Kondisi petani mangga di Jawa Barat sudah  Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura.
ada dalam tahap transisi menuju sistem 2004. Buku Tahunan Hortikultura Tahun
pertanian monoculture, dengan penggunaan 2003. (Horticulture Year Book). Seri Tanaman
teknologi budidaya yang mayoritas semi Buah. Departemen Pertanian.
intensif, dan sebagian kecil sudah intensif.  Fadjar,U ., MTF Sitorus, A.H. Dharmawan,
2) Secara umum terdapat tiga cara penjualan S.M.P. Tjondronegoro. 2008. Transformasi
mangga oleh petani, yakni: panen sendiri Sistim Produksi Pertanian dan Struktur Agraria
baru dijual, sistim ijon, sistim tebasan. Dalam serta Implikasinya Terhadap Diferensiasi
perkembangannya terjadi pula transisi dari Sosial Dalam Komonitas Petani (Studi Kasus
sistim ijon dan tebasan ke sistim panen dan pada Empat Komunitas Kakao di Provinsi
menjual sendiri produksi mangganya. Sulawesi Tengah dan Nanggro Aceh
3) Terdapat hubungan antara sistem produksi Darusalam). Jurnal Agro-ekonomi Vol.26 No.
mangga dengan sistem penjualannya, yakni 2, Tahun 2008.
petani tradisional (polikultur) lebih menyukai  Iwan Setiajie Anugrah. 2009. Mendudukan
penjualan sistem ijon dan tebasan. Semakin Komoditas Mangga Sebagai Unggulan Daerah
bergeser ke monoculture, petani lebih banyak dalam Kebijakan Sistem Agribisnis: Upaya
yang memanen sendiri baru menjual hasil Menyatukan Dukungan Kelembagaan Bagi
mangganya. Eksistensi Petani. Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian. Volume 7 No. 2, Juni 2009 :189-
211.
 IwanSetiawan. 2012. Dinamika
Saran Pemberdayaan Petani: Sebuah Refleksi dan
Generalisasi Kasus di Jawa Barat. Widya
1) Untuk membangun agribisnis mangga yang Padjadjaran. Bandung.
inklusif, pemerintah perlu memberikan  Marno. 2010. Komoditas Mangga.
dukungan khususnya dalam penyediaan kredit http://marno.lecture.ub.ac.id (Di akses tanggal
(pinjaman) untuk petani mangga dengan 28 Maret 2013)
bunga terjangkau, persyaratan dipermudah  Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia
dan proses yang relatif cepat. Hal ini untuk Indonesia: Jakarta
mengurangi ketergantungan petani mangga  Purnomo, S. 1987. Strategi Pengelolaan
terhadap tengkulak dan rentenir. Tanaman dan Perbaikan Hasil Mangga. Badan
2) Sosialisasi penggunaan teknologi budidaya LITBANG Pertanian, Departemen pertanian,
sesuai GAP masih perlu diintensifkan, Jakarta.
khususnya terkait dengan penggunaan  Pracaya, 2008. Bertanam Mangga. P.T.
teknologi off-seasons dan top-working agar Penebar Swadaya, Jakarta
ketersedian mangga kontinyu sepanjang

85
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Natawidjaja, R.S., Lies Sulistyowati, Zumi  Sulistyowati, L. , Ronnie S.N, Zumi, S. (2014).
Saidah. 2014. Faktor-faktor Sosial Ekonomi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Yang Mempengaruhi Petani Dalam Mengelola Petani Mangga Terlibat Dalam Sistem
Usaha dan Menggunakan Teknologi Pada Informal Dengan Pedagang Pengumpul.
Agribisnis Mangga. LPPM-Unpad. Jurnal Sosiohumaniora. Volume 15. Nomor 3.
 Soemarno. 2001. Model Pewilayahan Komoditi ISSN 1411-0911.
Pertanian yang Ber-wawasan Lingkungan.  Iswariyadi Arief, dkk. 1993. Penelitian
Simposium Nasional Penelitian dan Pengem- Agribisnis. Buku V: Mangga. Pusat
bangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan
Berkelanjutan, Malang 29-31 Mei 2001. Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.
 Soemarno, N. Hanani, S. Wijana dan M.  Yulizarman. 1999. Kajian Sistim Tebasan dan
Dewani. 1996. Penelitian Pengembangan Analisis Pemasaran Mangga di Jawa Barat.
Agroindustri Buah-buahan di Jawa Timur Skripsi Fakultas Pertanian IPB, Bogor
(Kasus Durian, Mangga dan Rambutan).  Zumi, S., Ronnie S.N. Lies.S. 2014. Studi
Kerjasama Pusat Penelitian Unibraw dengan Komparatif Sisem Penjualan komoditas
Bappeda Tingkat I Jawa Timur. Mangga (Secara Tebasan dan Non Tebasan)
 Sulistyowati, L. , Elly,R., Zumi, S. (2014). Sebagai Gejala melemahnya Involusi
Pengembangan Kemitraan Usaha Dalam Pertanian. Makalah yang diseminarkan pada :
Upaya Meningkatkan Komersialisasi dan Konperensi Nasional XVII dan Konggres XVI
Pendapatan Petani Mangga. LPPM-Unpad. PERHEPI di IICC-Bogor, 27-28 Agustus 2014.

86
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

OPTIMASI TRADE-OFF PASOKAN KOMODITAS BERAS DAN GULA


MENUJU SWASEMBADA PANGAN BERKELANJUTAN

OPTIMALIZATION TRADE-OFF BETWEEN RICE AND SUGAR


COMMODITY SPPLY TO A SUSTAINABLE FOOD SELF-SUFFICIENCY
Akhmad Mahbubi1

Prodi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat - Tangerang Selatan

(email : akhmad.mahbubi@uinjkt.ac.id)

ABSTRAK. Swasembada beras dan gula harus tercapai untuk kedaulatan pangan nasional. Pada satu sisi
industri gula memerlukan pasokan tebu yang cukup dari lahan sawah irigasi teknis, sedangkan di sisi lain
industri beras perlu mempertahankan lahan padi yang luas dari lahan sawah irigasi teknis khususnya di Jawa
untuk meningkatkan produksinya. Hal ini menggambarkan kedinamisan dua buah rantai pasok industri yang
saling berkaitan yaitu beras dan gula. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sistem dasar rantai pasok
beras dan gula, menyusun model sistem dinamis rantai pasok beras dan gula dan menghasilkan skenario
optimal pengelolaan rantai pasok beras dan gula dalam rangka swasembada beras dan gula berkelanjutan di
Indonesia. Jenis data adalah data primer dan sekunder. Sumber data dari Petani, pedagang, penggilingan
padi, pabrik gula , Bulog, Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian. Analisis data menggunakan
simulasi model sistem dinamis. Hasil penelitian ini, terdapat 4 skenario kebijakan pengelolaan rantai pasok
beras dan gula berkelanjutan berdasarkan aspek sosial, pendapatan ekonomi dan lingkungan. Terpilih
skenario optimal pengelolaan rantai pasok beras dan gula berkelanjutan di Indonesia adalah skenario
kebijakan dengan indikator keberhasilan peningkatan produktivitas tebu > 80 ton/ha dan rendemen >8%.

Kata Kunci : trade-off, rantai pasok, swasembada, berkelanjutan, model dinamis

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP selama kurun setengah abad dari 3 Milyar jiwa di
tahun 1960 menjadi 7 Milyar jiwa lebih pada
Tujuan penelitian ini adalah (1) tahun 2013 mengakibatkan produksi pangan
mengetahui sistem dasar rantai pasok komoditas meningkat juga dua kali lipat selama kurun waktu
beras dan gula di Indonesia (2) menyusun model yang sama. Peningkatan produksi pangan
sistem dinamis rantai pasok beras dan gula di menyebabkan tekanan penggunaan sumberdaya
Indonesia (3) mengembangkan skenario untuk alam dan lingkungan hidup yang berimplikasi
mengoptimalkan trade-off pasokan beras dan merosotnya produktitivitas sumberdaya alam dan
gula dalam rangka swasembada beras dan gula rusaknya lingkungan sehingga dalam jangka
berkelanjutan di Indonesia. panjang mengganggu ketersediaan pangan dunia.
Ruang lingkup penelitian ini adalah Salah satu indikasinya era 1960-an hingga awal
Pasokan beras dan gula dalam rangka 1990-an negara-negara berkembang merupakan
swasembada hanya berasal dari produksi dalam eksportir pangan dan energi dunia, pada akhir
negeri. 1990-an terjadi pergeseran peran dan mulai awal
2000-an negara-negara berkembang berubah
PENDAHULUAN menjadi net importer. Fenomena tersebut
menempatkan ketahanan pangan sebagai isu
Pangan merupakan kebutuhan mendasar utama yang menjadi perhatian berbagai negara
bagi keberlangsungan hidup manusia. Permintaan didunia saat ini termasuk Indonesia sebagai salah
pangan terus meningkat seiring peningkatan satu negara terbanyak penduduknya.
populasi penduduk dunia dua kali lipat lebih

87
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Peningkatan ketahanan pangan di oleh peningkatan produktivitas perkebunan


Indonesia antara lain melalui swasembada kelapa sawit
pangan, diversifikasi pangan, peningkatan nilai
tambah, daya saing dan ekspor, stabilitasi harga METODE PENELITIAN
dan kesejahteraan petani yang diatur dalam UU
Nomor 18 Tahun 2012. Salah satu upaya Data yang digunakan dalam penelitian ini
Indonesia dalam peningkatan ketahanan pangan adalah data skunder berupa data time series 20
melalui swasembada pangan lima komoditi utama tahun terakhir dan data primer berupa
yaitu beras, gula, jagung, kedelai dan daging sapi. wawancara atau FGD dengan setiap tingkatan
Namun upaya tersebut sampai saat ini belum mata rantai pasok yang terlibat untuk verifikasi
menampakkan hasil yang memuaskan karena model yang sudah dibuat. Sumber data penelitian
hanya komoditas beras yang tercapai surplus 5,4 ini adalah petani, penggilingan padi, asosiasi
juta ton (produksi 39,8 juta, kebutuhannya 34,4 petani tebu rakyat, distributor atau pedagang,
juta ton), sedangkan komoditas gula produksinya penggilingan padi, pabrik gula dan instansi terkait
masih kecil dibanding kebutuhan. Berdasarkan antara lain : Badan Pusat Statistik, Bulog,
data Kementerian Pertanian (2014), pada tahun Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Badan
2013 produksi gula hanya 2,76 juta ton, Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
sedangkan kebutuhan mencapai 5 juta ton Analisis data dilakukan dengan
(konsumsi rumah tangga dan industri). Berbagai menggunakan simulasi sistem dinamis
penyebabnya antara lain anomali iklim, rendemen menggunakan program powersim dengan uji
kecil (dibawah 8%), produktivitas rendah validasi melalui perhitungan MAPE (Mean
(dibawah 80 ton / hektar) dan ketersediaan lahan Absolute Percentage Error). Garis besar tahapan
baru tidak terealisasi dari target 250 ribu hektar penyelesaian permasalahan dengan pendekatan
bahkan terjadi konversi lahan tebu menjadi lahan sistem dinamis adalah (1) memahami sistem yang
padi khususnya di Jawa (Arifin, 2004). akan dianalisis terkait dengan situasi dan kondisi
Kondisi terakhir Tersebut permasalahan (2) penyusunan sistem konseptual
menggambarkan trade-off antara menanam padi meliputi pengidentifikasian pelaku-pelaku yang
dan menanam tebu di Pulau Jawa yang memiliki terlibat dalam sistem, mengidentifikasi hubungan
konsekuensi ekonomi yang sangat penting dalam yang terjadi antar pelaku yang menjadi dasar
skala nasional. Konversi lahan persawahan untuk menyusun causal loop dan perlu
beririgasi teknis dari tebu ke tanaman padi harus pembatasan sistem yang dianalisis, karena
dilihat sebagai pergeseran dari impor beras ke sebuah sistem bisa sangat luas dan rumit (3)
impor gula atau mendorong produksi beras formulasi model untuk menerjemahkan hubungan
sekaligus mendorong porsi impor gula. antar elemen atau antar pelaku dalam sistem ke
Berdasarkan perkembangan ini perlu skenario dalam bahasa pemprograman (4) simulasi dan
optimasi trade-off pasokan beras dan gula validasi, model disimulasikan untuk melihat
menuju swasembada berkelanjutan bagaimana perilaku model tersebut yang
(mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan merupakan gambaran perilaku sistem nyata, Oleh
lingkungan). karena itu, model yang sudah dibuat untuk
Menurut Suryana (2004) secara disimulisasikan harus diuji untuk melihat apakah
operasional, konsep swasembada diskenariokan model benar-benar mewakili sistem yang
sebagai kondisi dimana kebutuhan pangan sebenarnya sebagai sarana untuk mempelajari
nasional minimal 90% dipenuhi dari produksi sistem nyata tersebut
dalam negeri. Ortiz et.al (2009) konsep
keberlanjutan mengandung tiga unsur yang harus HASIL DAN PEMBAHASAN
diperhatikan yaitu ekonomi, sosial dan
lingkungan. Sedangkan menurut Arifin (2004) Pasokan komoditas pangan utama beras
konversi lahan sawah beririgasi teknis dari dan gula sebagai sebuah sistem terdiri dari
tanaman tebu ke tanaman padi di Pulau Jawa berbagai entitas yang disebut rantai pasok. Beras
berarti mendorong impor gula (asumsi tanpa tarif dan gula memiliki rantai pasok yang berbeda
impor) senilai hanya setengah dari nilai impor mulai dari produsen hingga konsumen. Produsen
beras yang dapat dibendung melalui peningkatan beras dan gula umumnya merupakan petani yang
produksi beras dalam negeri. Sementara hasil menanam padi atau tebu pada suatu lahan sawah
penelitian Widodo, et.al (2009) optimasi trade-off irigasi dan tegalan. Keputusan petani untuk
antara industri CPO dan furniture dipengaruhi menanam salah satu jenis tanaman, padi atau

88
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

tebu berdampak pada pasokan beras dan gula Konsumen

dalam negeri.
Super Market Pengecer Beras

Sistem Dasar Rantai Pasok Beras dan Gula


di Indonesia Grosir Beras

Rantai Pasok Beras di Indonesia Pasar Induk Cadangan Beras

Sumber pasokan komoditas beras di


Indonesia berasal dari petani padi sebagaimana Pedagang antar
daerah
diperlihatkan pada Gambar 1. Hasil panen petani
dalam bentuk gabah kering panen (GKP) sebagian Penggilingan Bulog
besar dijual kepada Pedagang Pengumpul dan Padi

Penggilingan Padi. Proses pengeringan GKP


menjadi Gabah Kering Giling (GKG) pada Pedagang
Pengumpul
umumnya dilakukan oleh Penggilingan Padi
karena mempunyai lantai jemur yang cukup luas Petani Impor
dan gudang penyimpanan gabah yang cukup
Ket :
besar. Petani dan Pedagang Pengumpul pada
umumnya tidak melakukan pengeringan gabah = Rantai Pasok Primer

karena tidak mempunyai lantai atau alas = Rantai Pasok Skunder

penjemuran yang memadai. Petani kecil juga ada


yang melakukan pengeringan sebagian gabah Gambar 1. Rantai Pasok Beras di Indonesia
hasil penennya dengan tujuan disimpan untuk
cadangan pangan sampai masa panen berikutnya, Rantai Pasok Gula di Indonesia
yang diperlukan untuk konsumsi keluarga sendiri Sebagaimana halnya beras, sumber dari
atau dijual dalam bentuk beras. pasokan gula berasal dari petani yang menanam
Beras yang dihasilkan oleh Penggilingan tebu di lahan irigasi teknis dan tegalan khususnya
Padi selain dijual ke Grosir beras juga dijual ke di Jawa. Tebu petani dijual ke pedagang
pedagang antar daerah untuk dipasok ke Pasar pengumpul atau digiling oleh pabrik gula milik
Induk Beras yang ada di masing-masing daerah. negara (PTPN) dengan sistem bagi hasil. Setelah
Beras dari Penggilingan Beras juga dijual kepada penggilingan selesai, petani memperoleh gula
BULOG dalam rangka program pengadaan beras bagiannya, yang disimpan di gudang pabrik gula
nasional dan stabilisasi harga petani. Grosir Beras penggilingnya. Setelah akumulasi jumlahnya
kemudian menjual kepada Super Market dan cukup, gula tersebut kemudian dilelang. Peserta
Pengecer Beras, yang keduanya kemudian lelang adalah pedagang besar dan kuat yang
menjual berasnya ke Konsumen Akhir. Bulog jumlahnya tidak banyak (sekitar 5 orang). Pabrik
menyimpan beras hasil pembelian dari gula bisa langsung dijual ke supermarket dengan
Penggilingan Padi sebagai Cadangan Beras spesifikasi atau kemasan khusus.
Nasional (CBN), baik untuk stabilisasi harga beras Pedagang yang menang lelang, tetap
di tingkat konsumen maupun untuk bantuan menyimpan gulanya di gudang milik PTPN dan
Raskin. baru dikeluarkan setelah ada pembelinya baik
berupa pedagang antar daerah, super market
maupun industri makanan dan minuman skala
besar. Para pembeli gula milik pedagang besar
adalah pedagang antar daerah yang kemudian
menjual gulanya kepada grosir dan industri
makanan atau minuman berskala kecil dan
menengah. Selanjutnya, grosir menjual gulanya
kepada pengecer baru kemudian ke konsumen.

89
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Konsumen
Individu / RT

Super Market Pengecer Gula

Grosir Gula Indutsri


makanan /
minuman skala
Pedagang antar kecil menengah
daerah

Pedagang besar Industri


makanan /
minuman skala
Pabrik besar
Gula

Pedagang
Pengumpul

Petani Impor
A B C
Ket :

= Rantai Pasok Primer Dimana A adalah pemasok, B adalah produsen


= Rantai Pasok Skunder
dan C adalah konsumen

Gambar 3. Model Sistem Dinamis Rantai Pasok


Gambar 2. Rantai Pasok Gula di Indonesia Beras dan Gula di Indonesia
Gula impor terdiri dari GKP, GKR dan Gula Model sistem dinamis rantai pasok beras
Mentah. GKP impor biasanya masuk ke pasar dan gula diatas valid karena berdasar uji validasi
konsumen (swalayan, pasar tradisional), nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error)
sedangkan GKR masuk ke industri makanan dan masing-masing sebesar 8% dan 9%. Ini berarti
minuman berskala besar, dan gula mentah masuk bahwa terdapat penyimpangan sebesar 8% dan
ke Pabrik Gula yang mengalami idle capacity 9% antara hasil simulasi produksi beras dan gula
untuk diolah menjadi GKR. GKR selanjutnya dengan data aktual produksi beras dan gula.
masuk ke industri makanan dan minuman Validasi model bertujuan untuk mengetahui
berskala besar. Menurut aturan, GKR dan Gula kelayakan suatu model yang dibangun, yang
Mentah (Raw Sugar) tidak boleh masuk ke pasar dapat digunakan untuk menyusun skenario
GKP karena harganya lebih murah sehingga akan kebijakan optimasi trade-off pasokan beras dan
merusak harga GKP yang diproduksi petani. gula berkelanjutan.

Model Sistem Dinamis Rantai Pasok Beras Skenario Optimasi Trade-Off Pasokan Beras
Dan Gula di Indonesia dan Gula Menuju Swasembada
Berkelanjutan
Model sistem dinamis dikembangkan
mengacu pada sub sistem primer rantai pasok Berdasarkan kebijakan ekstensifikasi dan
beras dan gula yaitu pemasok (petani padi atau intensifikasi yang diambil menghasilkan keluaran
tebu), produsen (penggilingan padi dan pabrik yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya
gula) dan konsumen (individu, rumah tangga dan maka sampai 20 tahun ke depan hanya berhasil
industri). Model ini dibuat berdasar identifikasi swasembada beras, sedangkan swasembada gula
permasalahan yang dituangkan ke dalam diagram masih sulit tercapai, sehingga pemerintah
sebab akibat (causal loop), diformulasikan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka
diagram alir (stock dan flow) dan disimulasikan Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan
dengan menggunakan software Powersim. Pertanian tahun 2015 – 2019. Berdasarkan RPJMN
Selanjutnya, formulasi model dirumuskan ke ini, sampai 5 tahun ke depan masih belum
dalam bentuk matematis yang dapat mewakili mencapai swasembada gula. Kendalanya adalah
sistem nyata. Formulasi model sistem dinamis program ekstensifikasi dengan pembukaan lahan
beras dan gula sebagaimana gambar 3. tebu baru di Kalimantan dan Merauke Papua
terhambat hak ulayat, sedangkan pengembangan
tebu dengan melakukan konversi tanaman padi

90
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

menjadi lahan tebu pada daerah tertentu lahan sawah (konversi tanaman padi), seluruhnya
khususnya di Jawa berdampak pada penurunan dilakukan oleh tebu rakyat. Sedangkan kebijakan
produksi padi atau beras yang akan intensifikasi menghasilkan produktivitas tebu
mempengaruhi pasokan beras dalam negeri dan menjadi 90 ton/hektar dengan rendemen 90%.
swasembada beras yang sudah tercapai. Sisi lain Kondisi ini mencerminkan kecilnya hasil
program intensifikasi tebu berjalan lambat karena ekstensifikasi yang diperoleh dan besarnya hasil
minimnya penelitian yang mengarah pada yang didapat dari intensifikasi (peningkatan
peningkatan produktivitas dan rendemen tebu. produktivitas dan rendemen tebu).
Berdasarkan kondisi ini, disusun
skenario jangka panjang berdasarkan pada 50.0
49.0

asumsi dari Rencana Pembangunan Jangka 48.0


47.0

Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan 46.0


45.0

Pertanian tahun 2015 – 2019, dari asumsi 44.0


43.0

tersebut dilakukan simulasi sistem dinamis 42.0


41.0

dengan berbagai skenario untuk optimasi trade- 40.0


39.0

off pasokan padi dan tebu menuju swasembada 38.0


37.0

pangan berkelanjutan melalui (1) ekstensifikasi 36.0


35.0

baik pada perusahaan tebu maupun tebu rakyat 34.0


2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034

dengan asumsi perusahaan tebu ekstensifikasi Prod Skenario 1 Prod Skenario 2 Prod Skenario 3 Prod Skenario 4 Konsumsi skenario 1 - 4 (sama)

bukan lahan sawah (luar Jawa), sedangkan tebu Gambar 4. Hasil simulasi proyeksi produksi dan
rakyat ekstensifikasi di lahan sawah yang konsumsi beras (juta ton)
umumnya ditanami padi. Laju ekstensifikasi tebu
rakyat dari lahan sawah maksimal 6%/tahun atau Bila secara operasional, konsep
ekuivalen laju konversi luas tanam padi sawah swasembada diskenariokan sebagai kondisi
sebesar 0.82%/tahun sebagai batas aman kebutuhan pangan nasional minimal 90%
swasembada beras. (2) Intensifikasi dengan dipenuhi dari produksi dalam negeri (Suryana,
indikator tingkat produktivitas dan rendemen 2004), maka berdasarkan hasil simulasi sistem
tebu masing-masing diatas 80 ton dan 8%, dinamis sampai tahun 2034 atau akhir tahun
rinciannya sebagaimana tabel 1. Adapun tanaman simulasi masih swasembada beras dengan
padi kebijakan dengan indikator keberhasilan produksi sebanyak 45 juta ton dan konsumsi
tetap seperti saat ini. sebanyak 47,6 juta ton dan swasembada gula
mulai tercapai tahun 2028 dengan produksi 6,6
Tabel 1. Skenario kebijakan dengan Indikator juta ton dan konsumsi 6,92 juta ton.
Keberhasilan Simulasi sistem dinamis ini juga
menunjukkan bahwa beras diperkirakan mulai
defisit pada tahun 2030 dan gula kembali defisit
setelah tahun sebelumnya surplus. Pada kurun
waktu 2030 – 2034 terjadi defisit beras sebanyak
400 ribu ton sampai 2,5 juta ton, sementara pada
kurun waktu yang sama terjadi surplus gula
sebanyak 300 ribu ton sampai 2,7 juta ton. Defisit
beras akan bisa diatasi dengan mendorong
peningkatan produktivitas tanaman padi dan
rendemen gabah atau menekan tingkat konsumsi
beras penduduk Indonesia menjadi di bawah 100
kg/kapita/tahun atau bahkan mendekati angka
konsumsi rata-rata beras dunia sebesar 60
kg/kapita/tahun.
a. Skenario 1
Pada skenario ini diasumsikan kebijakan
ekstensifikasi menghasilkan laju ekstensifikasi
tebu sebesar 7%/tahun berasal dari lahan non
sawah, seluruhnya dilakukan oleh perusahaan
tebu baik swasta maupun nasional dan laju
ekstensifikasi tebu sebesar 3%/tahun berasal dari

91
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
11.0

10.0
menghasilkan produktivitas tebu menjadi 85
9.0
ton/hektar dengan rendemen 9%. Hasilnya
8.0 berdasarkan konsep swasembada yang sama
7.0
sampai tahun 2034 atau akhir tahun simulasi
masih swasembada beras dengan produksi
6.0

5.0

4.0 sebanyak 44.2 juta ton dan swasembada gula


3.0 baru tercapai tahun 2030 dengan produksi 6,3
2.0
juta ton lebih lambat dari skenario 1 dan 2
sebagaimana gambar 4 dan 5 diatas. Simulasi
1.0
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034

Prod Skenario 1 Prod Skenario 2 Prod Skenario 3 Prod Skenario 4 Konsumsi skenario 1 - 4 (sama)
sistem dinamis ini juga menunjukkan bahwa beras
diperkirakan mulai defisit pada tahun 2029 lebih
Gambar 5. Hasil simulasi proyeksi produksi dan cepat dari skenario 1 dan sama dengan scenario
konsumsi gula (juta ton) 2. Sedangkan gula mulai surplus pada tahun
2033, lebih lambat dari skenario 1 dan 2.
b. Skenario 2
Pada skenario ini diasumsikan kebijakan d. Skenario 4
ekstensifikasi menghasilkan laju ekstensifikasi Pada skenario ini diasumsikan kebijakan
tebu sebesar 6%/tahun berasal dari lahan non ekstensifikasi menghasilkan laju ekstensifikasi
sawah, seluruhnya dilakukan oleh perusahaan tebu sebesar 4%/tahun berasal dari lahan non
tebu baik swasta maupun nasional dan laju sawah dan 6%/tahun dari lahan sawah (konversi
ekstensifikasi tebu sebesar 4%/tahun berasal dari tanaman padi). Sisi lain kebijakan intensifikasi
lahan sawah (konversi tanaman padi), seluruhnya menghasilkan produktivitas tebu menjadi 85
dilakukan oleh tebu rakyat. Sedangkan kebijakan ton/hektar dengan rendemen 8.5%. Hasilnya
intensifikasi menghasilkan produktivitas tebu berdasarkan konsep swasembada yang sama
menjadi 90 ton/hektar dengan rendemen 8.5%. sampai tahun 2034 atau akhir tahun simulasi
Bila secara operasional, konsep masih swasembada beras dengan produksi
swasembada diskenariokan sebagai kondisi sebanyak 43.8 juta ton dan swasembada gula
kebutuhan pangan nasional minimal 90% baru tercapai tahun 2033 dengan produksi 6,38
dipenuhi dari produksi dalam negeri (Suryana, juta ton lebih lambat dari skenario 1, 2 dan 3
2004), maka berdasarkan hasil simulasi sistem sebagaimana gambar 4 dan 5 diatas. Simulasi
dinamis seperti yang terdapat pada gambar 4 dan sistem dinamis ini juga menunjukkan bahwa beras
5 diatas, sampai tahun 2034 atau akhir tahun diperkirakan mulai defisit pada tahun 2028 lebih
simulasi masih swasembada beras dengan cepat dari skenario 1, 2 dan 3. Sedangkan sampai
produksi sebanyak 44.5 juta ton dan swasembada akhir tahun simulasi yaitu tahun 2034 tidak terjadi
gula mulai tercapai tahun 2028 dengan produksi surplus gula.
6,2 juta ton. Proyeksi produksi beras dan gula Program pencapaian sawsembada
lebih rendah dari skenario 1 dan waktu pangan (beras dan gula) harus memperhatikan
pencapaian swasembada gula sama dengan tahun aspek keberlanjutan (sustainability) yaitu dampak
pencapaian swasembada gula skenario 1. ekonomi berupa peningkatan pendapatan, sosial
Simulasi sistem dinamis ini juga berupa serapan tenaga kerja dan lebih ramah
menunjukkan bahwa beras diperkirakan mulai lingkungan. Berdasarkan dampak terhadap
defisit pada tahun 2029 lebih cepat dari skenario keberlanjutan keempat skenario tersebut
1. Sedangkan gula mulai surplus pada tahun diuraikan sebagai berikut :
2031, lebih lambat dari skenario 1. Besaran defisit
beras pada kurun waktu 2029 – 2034 sebanyak a. Ekonomi (tingkat pendapatan)
140 ribu ton sampai 2,6 juta ton. sementara Usaha pencapaian swasembada gula
surplus gula sebanyak 60 ribu ton sampai 1 juta melalui konversi lahan sawah dari semula
ton. ditanami padi menjadi tebu mengakibatkan
pasokan beras melambat, bahkan terjadi defisit
c. Skenario 3 beras lebih cepat. Walaupun demikian tingkat
Pada skenario ini diasumsikan kebijakan pendapatan industri beras masih mengalami
ekstensifikasi menghasilkan laju ekstensifikasi pertumbuhan termasuk pada saat beras
tebu masing-masing sebesar 5%/tahun berasal mengalami defisit atau produksi beras lebih kecil
dari lahan non sawah dan lahan sawah (konversi daripada konsumsi beras. Hal ini terjadi karena
tanaman padi). Sedangkan kebijakan intensifikasi pada 4 skenario konversi lahan sawah atau

92
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

konversi tanam padi ke tebu masih pada taraf c. Lingkungan


aman swasembada beras. Namun Selain berpeluang terjadinya peningkatan
pertumbuhannya tiap tahun tidak terlalu signifikan serapan tenaga kerja, pada berbagai skenario
karena dalam waktu 20 tahun dari berbagai juga diproyeksikan terjadi pencemaran ekosistem
skenario hanya terjadi peningkatan pendapatan yang terus naik akibat penggunaan bahan kimia
industri beras dibawah 10% sebagaimana gambar seperti pestisida yang lebih banyak pada tanaman
6 dibawah ini. tebu. Menurur Sofia (2002) aplikasi pestisida 80%
diserap oleh lingkungan, sedangkan 20% diserap
320 langsung tanaman sehingga hasil perkiraan
315
310
potensi pencemaran lingkungan dari aplikasi
305 pestisida minimal 100 ton per tahun. Bahkan pada
300
tahun 2034 mendekati 500 ton sebagaimana
295
290 gambar 8. Menurut Altieri dan Odum dalam
285 Santosa (2005) aplikasi pestisida sentetik dapat
menurunkan spesies atropoda predator yang
280
275
270 berakibat kelimpahan hama meningkat dan
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
memperpendek rantai makanan karena komponen
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 ekosistem di tingkat tropik yang lebih tinggi, lebih
rentan terhadap gangguan lingkungan.
Gambar 6. Proyeksi pendapatan industri beras
500
(triliun rupiah) 450
400
b. Sosial 350

Konversi lahan sawah dari semula 300


250
ditanami padi menjadi tebu berpeluang tidak 200
terjadi penurunan serapan tenaga kerja tapi 150
berpeluang serapan tenaga kerja meningkat 100

karena budidaya tebu membutuhkan tenaga kerja 50


0
lebih banyak daripada budidaya padi. Pada 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
berbagai skenario dalam kurun waktu 20 tahun
terjadi penambahan diatas 75 ribu tenaga kerja Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4

per tahun, bahkan berdasarkan skenario 1 pada


tahun 2034 terjadi penambahan sebesar 325 ribu Gambar 8. Proyeksi potensi pestisida mencemari
tenaga kerja per tahun sebagaimana gambar 7. lingkungan (ton)
Peluang penambahan serapan tenaga kerja terjadi
karena jangka waktu budidaya tebu jauh lebih KESIMPULAN DAN SARAN
lama dari pada jangka waktu budidaya padi.
Budidaya tebu diatas 1 tahun, sedangkan Kesimpulan penelitian ini adalah (1)
budidaya padi sawah paling lama 4 bulan. sistem dasar rantai pasok beras dan gula
dikelompokkan menjadi sistem rantai pasok
500
primer dan sistem rantai pasok sekunder (2)
450
400 model dinamis rantai pasok beras dan gula
350 disusun mengacu pada sistem rantai pasok primer
yaitu petani padi dan tebu sebagai pemasok padi
300
250
200 dan tebu, penggilingan padi dan pabrik gula
150
100
sebagai produsen beras dan gula serta individu
50 (rumah tangga) dan industri sebagai konsumen
0
(3) Terpilih skenario optimal pengelolaan rantai
pasok beras dan gula berkelanjutan di Indonesia
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4


adalah skenario 1 dengan indikator keberhasilan
adalah laju ekstensifikasi tebu sebesar 7%/tahun
Gambar 7. Proyeksi serapan tenaga kerja (ribu berasal dari lahan non sawah, sebesar 3%/tahun
orang) dari lahan sawah (konversi tanaman padi),
peningkatan produktivitas tebu menjadi 90 ton/ha
dan rendemen 9%.

93
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Saran penelitian ini adalah pemerintah Stochastic Viability Analysis and an Application to
ke depan harus serius melakukan upaya Sustainable Fishery Management. Journal
peningkatan produktivitas dan rendemen tebu Mathematical Bioscience. 217:118 – 124.
karena lebih berperan signifikan dalam  Linton J.D, Klassen R, Jayaraman, V. (2007)
pencapaian swasembada tebu dibandingkan Sustainability Bio Product Supply Chain : An
ekstensifikasi lahan. Salah satunya lembaga Introduction. Journal of Operations Management.
penelitian dan perguruan tinggi didorong untuk 25:1079 – 1082.
fokus riset tebu mulai dari bibit, teknik budidaya  Ortiz O, Francese C. Sonneman G. 2009.
dan pengolahan di pabrik sehingga menghasilkan Sustainability in the Construction Industry, a
tebu produktivitas dan rendemen tinggi. Review of Recent Developments based on LCA.
Journal of Construction and Building Materials.
UCAPAN TERIMA KASIH 23:28 – 39.
 Santosa, E. 2005. Pemanfaatan Parasitoid dan
Pada kesempatan ini penulis Predator Dalam Pengendalian Hama Utama Padi
menyampaikan terima kasih kepada pimpinan UIN Secara Berkelanjutan. Dalam : Prospek dan
Syarif Hidayatullah Jakarta yang memotivasi Tantangan Pertanian Indonesia di Era
setiap dosen agar senantiasa melaksanakan Globalisasi, 323-353. Bogor:Agricon.
penelitian dan kepada pimpinan dan seluruh staf  Sofia, Diana. 2002. Pengaruh Pestisida Dalam
LPPM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah Lingkungan Pertanian. Laporan Penelitian.
memberikan kesempatan peneliti untuk menjadi Medan: Universitas Sumatera Utara.
bagian penerima bantuan dana penelitian UIN  Suryana, A. 2004. Arah, Strategi dan Program
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Pembangunan Pertanin 2005 – 2009. Makalah
disampaikan pada seminar ―Arah, Strategi dan
DAFTAR PUSTAKA. Program Pembangunan Pertanin 2005 – 2009‖.
Bogor, 4 Agustus 2004. Jakarta : Badan
 Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Penilitian dan Pengembangan Pertanian
Indonesia. Jakarta : Penerbit Kompas. Departemen Pertanian.
 Arsinder, Kanda A dan Desmukh. S.G. 2008.  Widodo, K.H., Arbita, K.P.D dan Abdullah. 2009.
Supply Chain Coordination : Perspective A. Dynamic Model for Analyzing Trade-off
Empirical Studies and Research Directions. Between Furniture and CPO Industry to Build a
International Journal Production Economics. 315 Sustainable Supply Chain. Proceeding of the 11th
- 335 International Conference on QiR (Quality in
 De Lara, M dan Martinet, V. 2009. Multi-criteria Research. F2-S4-3
Dynamic Decision Under Uncertainty : a

94
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KOLABORASI MULTI PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM


KLASTER AGRIBISNIS SAYURAN DI PANGALENGAN,
JAWA BARAT

Collaboration of Multi Stakeholder in Vegetable


Agribusiness Cluster in Pangandaran District, West Java

Arvitta Oktapiana1 dan Tomy Perdana2

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang 45363, Indonesia

(e-mail: arvitta_okta@yahoo.com / tomyperdana@gmai.com)

ABSTRAK. Penjualan produk sayuran secara langsung ke pasar terstruktur merupakan suatu
upaya guna meningkatkan pendapatan petani di Pangalengan dengan syarat produk harus
dapat dipasok secara berkelanjutan dan memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan pasar
terstruktur. Dengan demikian, Padjadjaran Agro Logistik (PAL) berinisiatif membantu petani
agar dapat memenuhi persyaratan tersebut melalui pembentukan klaster. Klaster sayuran yang
dibentuk menggunakan model triple helix dengan melibatkan tiga lembaga, yaitu Universitas
Padjadjaran, pasar terstruktur (PT. W, PT. X, PT. Y dan PT. Z), dan Pemerintah (Bank
Indonesia/BI dan Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat/BKP). Penelitian ini dilaksanakan guna
mengetahui peran multi pemangku kepentingan, kolaborasi dan konflik antar pelaku, serta
penyempurnaan bentuk kolaborasi. Adapun metode yang digunakan diantaranya pemetaan
multi pemangku kepentingan dan Teori Drama. Hasil penelitian ditunjukkan menggunakan
indikator keahlian dan keinginan dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dalam penelitian
ditemukan tiga konflik yaitu keinginan petani untuk mendapatkan dukungan modal dari pasar
terstruktur belum terpenuhi, kurangnya sosialisasi dan pelatihan bagi petani, serta masih
rendahnya komitmen petani mitra dalam pelaksanaan kontrak. Solusi dari permasalahan
diperoleh melalui kerangka pikir bersama atas dasar pertimbangan ancaman dan tawaran,
dimana pasar terstruktur menjadi penjamin petani untuk meminjam modal dari bank, PAL dan
pasar terstruktur bekerja sama dalam melaksanakan sosialisasi dan pelatihan kepada petani,
serta PAL membina dan meningkatkan komunikasi interpersonal selama pelaksanaan kontrak.

Kata kunci: klaster, kolaborasi, multi pemangku kepentingan, pasar terstuktur, triple helix

PENDAHULUAN manajemen rantai pasok sayuran yang


melibatkan petani diperlukan inovasi
Indonesia akan berhasil dalam kelembagaan (institutional innovation)
meraih pangsa pasar yang lebih besar berupa suatu aturan main yang mampu
tergantung pada kemampuan memproduksi mereduksi risiko dan biaya transaksi yang
jenis-jenis sayuran yang diinginkan dan timbul akibat keterbatasan petani kecil
mempunyai kualitas yang sesuai dengan tersebut. Inovasi kelembagaan dapat
standar mutu internasional (Aswaldi dan terbentuk karena interaksi antara petani
Sudarsono, 2005). Petani sebagai produsen kecil dan pasar, juga interaksi antara
dapat meraih keuntungan yang lebih besar universitas, pihak swasta (private) dan
apabila dapat memenuhi keinginan pasar, pemerintah (Perdana, 2011).
terutama pasar terstruktur yang memiliki Adanya kolaborasi kemitraan yang
spesifikasi khusus untuk setiap komoditas terjalin dari universitas, pihak swasta atau
sayurannya. Dalam pengembangan industri dan pemerintah dapat

95
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

memudahkan petani baik dari produksi konsumen yang membeli produk dengan
hingga pemasaran. Sejalan dengan harga konstan yang telah disepakati
Vermuelen, et. al (2008) yang menjelaskan sebelumnya. Adapun pihak pemerintah atau
agar tercipta outcome yang paling baik institusi yang berkolaborasi adalah Bank
untuk petani dalam memenuhi pasar, maka Indonesia (BI) dan Badan Ketahanan
dibutuhkan kolaborasi dari pemerintah, Pangan (BKP) Jawa Barat. BI berperan
swasta dan organisasi masyarakat atau sebagai pemantau klaster dalam
universitas, kolaborasi tersebut dapat mengantisipasi terjadinya inflasi, sedangkan
disebut juga ―three-way deal‖. Menurut BKP sebagai pemberi penyuluhan akan
Hemmati (2002) Kolaborasi dari multi informasi yang dibutuhkan petani. Kedua
stakeholder menggambarkan proses yang institusi tersebut juga membantu dalam
bertujuan untuk mempertemukan multi penyediaan sarana dan prasarana.
stakeholder dalam berkomunikasi dan Dengan terjalinnya kerja sama
mengambil keputusan tentang masalah antara petani dengan multi stakeholder
tertentu. dalam klaster sayuran ini, memunculkan
Menurut Hill and Brennan (2000) permasalahan baik ditingkat petani maupun
dengan adanya klaster dalam suatu pasar terstruktur. Petani harus mampu
jaringan maka anggota didalamnya dapat memenuhi keinginan pasar terstruktur
memperoleh pendapatan lebih tinggi sesuai kontrak yang telah dibuat, namun
karena manajemen yang lebih efisien kenyataannya kontrak antara petani dan
dengan inovasi yang dirangsang oleh pihak pasar terstruktur sebagai perusahaan
kerjasama dalam kelompok dan persaingan yang membeli produk masih belum
ketat. Oleh karena itu, pengembangan disepakati secara bersama meskipun
klaster untuk komoditas sayuran di inisiasi keinginan masing-masing telah diutarakan.
oleh Universitas Padjadjaran melalui Hal ini membuat kolaborasi diantara
Laboratorium Agribisnis Universitas stakeholder dan petani dalam klaster belum
Padjadajaran. Pendampingan langsung berjalan dan terkoordinasi dengan baik.
terhadap petani dilakukan oleh Padjadajran Sehingga antara petani dan pihak pasar
Agro Logistik (PAL) untuk membantu para terstruktur masih belum dapat memberikan
petani atau produsen kecil agar dapat kepuasan sesuai dengan harapan masing-
memasok sayuran ke pasar terstruktur masing. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
dengan adanya kolaborasi yang terjalin penelitian untuk mengetahui pihak-pihak
antara universitas, pihak swasta atau yang terlibat dan perannya, mekanisme
industri dan pemerintah. terjadinya konflik, serta perumusan
Klaster sayuran diinisiasi oleh alternatif solusi bagi penyelesaian
Univesitas Padjadjaran yang bekerja sama permasalahan yang terjadi.
dengan Bank Indonesia pada september
2013. Pengembangan dari klaster sayuran METODE PENELITIAN
di Pangalengan ini tidak hanya dari
kelompok tani saja, tetapi juga dari Penelitian ini dilakukan di Desa
stakeholder yang semakin lama semakin Marga Mekar, Kecamatan Pangalengan,
berkembang. Model dari klaster ini adalah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dilakukan
triple helix, menurut Harjanto (2004) triple pada bulan januari 2014 sampai dengan Juli
helix adalah istilah dari bangun geometri 2014.
yang terdiri dari tiga buah jalinan Desain penelitian yang dilakukan
menyerupai susunan rantai DNA. Dikatakan adalah kualitatif dan teknik penelitian yang
triple helix model karena dalam klaster digunakan adalah studi kasus.
sayuran di Pangalengan ini ada tiga Sumber data penelitian diperoleh
lembaga yang tergabung yaitu Universitas, dari data primer dan sekunder dan
Pihak Swasta, dan Pemerintah. responden yang dipilih adalah responden
Peran dari stakeholder yang telah yang mewakili seluruh stakeholder yang
bergabung di kalster sayuran ini antara terlibat dalam rantai pasok dengan memiliki
lain: Universitas, Pihak swasta (PT. W, PT. pengetahuan yang cukup serta mampu
X, PT. Y dan PT. Z). Peran utama pasar menjelaskan keadaan sebenarnya tentang
terstruktur dalam klaster yaitu sebagai objek penelitian.

96
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Instrumen atau alat penelitian ini No


Stakeh
older
Tujuan Potensi
Rencana
Perubahan
adalah peneliti yang bertindak sebagai
human instrument. Teknik pengumpulan hasil baik

data yang dilakukan adalah studi lapangan


Memberi
(wawancara, observasi, dokumentasi) dan dukungan
Sosialisasi dan
Menstabilkan pengelolaan
studi pustaka. 7. BI
nilai rupiah
yang
pembiayaan
dibutuhkan
Rancangan analisis data untuk petani
keuangan

dapat mengetahui peran serta keterlibatan


multi stakeholder dalam rantai pasok dalam Memiliki
Membantu
Badan kebijakan dari
klaster sayuran di Pangalengan Ketahan
Penyuluhan
Pemerintah
sarana dan pra
8. kepada sarana yang
menggunakan Business Social an
petani
pusat untuk
dibutuhkan
Pangan membantu
Responsibility (BSR) Stakeholder Mapping petani
petani

yang ditulis Olson, et.,al (2011). Metode ini


digunakan untuk mengumpulkan seluruh
kelompok atau individu yang terlibat dalam Analisis Multi Stakeholder
suatu proses baik internal maupun
eksternal. Sementara itu untuk memberikan Tabel 2. Penilaian Analisis Multi Stakeholder
solusi terhadap konflik yang terjadi dalam Keingin Kebutuha
klaster digunakan teori drama. Dalam Stakehol Kontrib an Pengar n
der usi kerjasa uh Keterliba
menggunakan teori drama, akan ma tan
diidentifikasi terlebih dahulu dilema antar
aktor yang menyebabkan timbulnya konflik. Universita
Tahap berikutnya ialah menentukan s
T T T S
Padjadjara
keinginan atau kondisi ideal yang
n
diharapkan dari sudut pandang masing-
masing aktor. Pada tahap ini di buat PT. W S T S T
kerangka pikir Kelompok Tani, PAL dan
Pihak Swasta. PT. X S T S T

PT. Y S T S T
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran dan Keterlibatan Multi PT. Z S T S T
Stakeholder Menggunakan Business
Social Responsibility (BSR) BI S T T S
Stakeholder Mapping
Badan
Ketahan S S R S
Identifikasi Multi Stakeholder Pangan

Tabel 1. Hasil Identifikasi Multi Stakeholder Kelompok


T T T T
Stakeh Rencana Tani
No Tujuan Potensi
older Perubahan

Keterangan: Tabel di isi dengan:


Membuka Membuat sistem
Membantu
jaringan manajemen dan T untuk Tinggi
petani dalam
memenuhi
dengan multi basis produksi S untuk Sedang
1. PAL stakeholder sayuran yang
permintaan
dan mengelola dapat membantu R untuk Rendah
pasar
basis para petani di
terstruktur
pertanian Pangalengan
Pemetaan Stakeholder
Bekerja sama Menjaga Menambah
untuk stabilitas pasokan sayuran Pemetaan stakeholder dilakukan
PT W, memasarkan harga, berkualitas baik
PT. X, sayuran yang meningkatkan untuk memenuhi setelah mengidentifikasi dan menganalisis
2.
PT. Y, sudah pendapatan permintaan peran multi stakeholder yang terlibat dalam
PT. Z disepakati petani, konsumen dan
dalam pengembanga memperluas
klaster sayuran di Pangalengan. Pada
kontrak n petani pasar pemetaan stakeholder dapat dilihat
pengaruh yang selanjutnya dilakukan
Merambah
6.
Kelompo
pasar lebih
Menghasilkan Teknik budidaya penilaian dari masing-masing stakeholder.
k Tani produk yang sesuai
luas dan
berkualitas Indikator penilaian yang dilakukan adalah
menambah
berdasarkan kepada keinginan dan

97
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

keahlian. Selanjutnya dapat terlihat apakah konflik yang ditemukan diantaranya dapat
peran atau kontribusi dari setiap multi dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Konflik
stakehoder tersbut memiliki nilai rendah Permasalahan Klaster Sayuran di
atau tinggi. Pangalengan
Berikut pemetaan stakeholder yang NO KONFLIK DESKRIPSI

dapat dilihat dalam dalam grafik pada Tidak ada modal


Petani memiliki kewajiban untuk
Gambar. 1. dibawah ini : 1.
yang diberikan pasar
menghasilkan produk yang memiliki
terstruktur kepada
kualitas baik dengan kuantitas banyak.
petani

Petani harus menanam varietas yang


Sosialisasi atau
sesuai dan melakukan teknik budidaya
pelatihan sesuai
2. yang baik agar panen yang dihasilkan
keinginan pasar
tanaman tersebut sesuai harapan pasar
terstruktur
terstruktur

Untuk dapat menghasilkan


Komitmen petani
produktivitas yang tinggi dan continue
3. terhadap
maka perlu diperhatikan komitmen
kesepakatan
petani terhadap yang disepakati.

Setelah didapat permasalahan


Gambar 1. Grafik Sample Mapping BSR selanjutnya melalui teori drama masing-
Multi Stakeholder masing pelaku akan membuat kerangka
(Sumber : Data Primer 2014) pikir yang mengoptimalkan keuntungan
bagi dirinya sendiri (Howard, 2007).
Alternatif Penyempurnaan Pola
Kolaborasi Multi Pemangku Tahap awal (Scene setting)
Kepentingan Klaster Agribisnis Kerangka Pikir Pasar Terstruktur, PAL
Sayuran di Pangalengan Berdasarkan dan kelompok tani akan ditampilkan pada
Teori Dram gambar-gambar bagan dibawah ini:

Dibawah ini ditemukan beberapa


konflik yang harus diselesaikan dengan
mencari jalan keluar terbaik guna
keselarasan kolaborasi dalam klaster,

PAL
Membantu Pemberian pelatihan
mengelola hasil melalui akademisi
Penanganan pasca
panen
panen yang baik &
PASAR TERSTRUKTUR benar
PT.W PT. X PT. Y PT. Z Meminimalisir produk
rusak saat distribusi
Peningkatan Gambar
beli 20. Kerangka
kontrak Pikirjual
Pasar Terstruktur
kualitas & (Sumber : Data Primer, 2014)
kuantitas STA
Kelompok
A. Kerangka Pikir PAL Komitmen kepada
Tani kontrak dan SOP

Pemantauan dan pembinaan dari Pemerintah


dan Bank Indonesia mengenai jalannya klaster

Gambar 2. Kerangka Pikir Pasar Terstruktur

98
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Dukungan Gambar
nyata 02. Kerangaka Pikir Pasar Terstruktur
untuk anggota PAL Pemberian bantuan
klaster benih/modal/alat dan
mengadakan pelatihan

BI, BKP PT. W


Pelaksanaan
Hasil sanksi terhadap PT. X
panen penyimpangan
Manajemen STA optimal
dan penanganan Laporan PT. Y
pasca panen dengan diberikan
baik secara rutin
Komitmen kepada PT. Z
Kelompok hak & kewajiban
STA Tani

Pengambilan
produk secara
langsung

Hubungan baik
dan informasi
merata

Gambar 3. Kerangaka Pikir PAL

Ada pengadaan
modal seperti
Kelompok benih, alat
Tani (saprodi), dll
Merancang PT. W
basis Menaikkan
PAL produksi harga beli
PT. X
Dukungan Pembayaran
bantuan dari pasti dengan
pemerintah PT. Y
Peningkatan jangka waktu
komitmen & singkat
kedisiplinan PT. Z
BI,
BKP

Petani Petani Pemberian


Keringanan
sosialisasi dan
Mitra Non pelatihan sesuai
spesifikasi
sayuran
Mitra yang dibutuhkan

Gambar 4. Kerangka Pikir Kelompok Tani

99
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tahap Pembentukan/Build Up K t P P2

(Kerangka Pikir Bersama) Kelompok Tani

Diberikan sosialisasi atau pelatihan untuk peningkatan mutu kualitas

Dukungan Modal
Pasar Terstruktur
Dukungan modal adalah posisi yang Tidak diberikan sosialisasi atau pelatihan

dibutuhkan untuk meningkatkan komitmen


petani terhadap kesepakatan yang telah PAL

dibuat. Dibawah ini penulis Pelatihan langsung ke setiap individu

menggambarkan situasi yang tengah terjadi Gambar 7. Gambaran Situasi Konflik


pada permasalahan penanaman modal : Sosialisasi atau Pelatihan dalam Klaster
Sayuran di Pangalengan
K t P

Gambaran solusi yang ditawarkan


Kelompok Tani oleh masing-masing pihak agar dapat
meningkatkan kolaborasi dalam klaster
A danya pemberian modal
dapat dilihat pada Gambar 08 dibawah ini:
Pasar Terstruktur K a P P2

Pemberian modal dari bank saja Kelompok Tani

Diberikan sosialisasi atau pelatihan untuk peningkatan mutu kualitas

Pasar Terstruktur

Gambar 5. Gambaran Situasi Konflik Bekerjasama dengan PA L

Penanaman Modal dengan Menggunakan


Perangkat Lunak Confrontation Manage PAL

Pelatihan langsung ke setiap individu

Bekerja sama dengan Pasar Terstruktur


Setelah adanya kesepakatan yang
terjadi dari berbagai pihak, maka penulis
dapat menggambarkan kerangka referensi Gambar 8. Referensi Bersama Anggota
bersama sebagai berikut : Primer Mengenai Sosialisasi atau Pelatihan
dalam Klaster
K a P

Komitmen Petani
Kelompok Tani
Petani sebagai produsen memiliki
A danya pemberian modal peran penting, semua pemangku
kepentingan yang terlibat dalam klaster
Pasar Terstruktur bergantung pada kinerja petani Petani
Sebagai avalist harus mampu berkomitmen dengan baik
Pemberian modal diberikan oleh bank
dan disiplin pada peraturan yang dibuat,
baik tertulis maupun tidak tertulis.
Terdapat konflik dalam hal komitmen
Gambar 6. Gambaran Referensi Bersama dan kedisiplinan petani dalam
Kelompok Tani dan Pasar Terstruktur pelaksanaanya dilapangan yang penulis
mengenai Penanaman Modal gambarkan dalam bagan dibawah ini :

Sosialisasi dan Pelatihan P2 t K

Petani yang menjadi bagian


klaster sayuran di Pangalengan perlu PAL

menambah ilmu pengetahuan dan Komitmen petani terhadap kesepakatan


mengasah kemampuan agar dapat
mengahsilkan hasil tanam yang berkualitas Kelompok Tani
baik dengan produksi tinggi. Berikut
Bekerja karena kebiasaan
gambaran situasi yang terjadi antara petani
dengan pasar tersrtruktur dan PAL dalam
Gambar 9. Gambaran Situasi Konflik
bagan pada Gambar 07.
Komitmen dan Kedisiplinan Petani

100
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Salah satu cara yang dapat Tabel 4. Posisi yang ditawarkan Dari Tiap
digunakan adalah sosialisasi dengan cara Pelaku dan Resolusi
komunikasi interpersonal. Hal ini dapat Posisi yang ditawarkan

diterima baik oleh petani, dapat Penawaran Resolusi


PAL Pasar
menggambarkan hasil dari solusi yang telah Tertruktur
ditawarkan diatas pada Gambar 9.
P2 a K Dukungan Melibatkan Perbankan Sebagai
modal peran pasar avalist
PAL terstruktur

Komitmen petani terhadap kesepakatan


Sosialisasi Komunikasi Dimasa PAL dan
dan interpersonal yang akan pasar
Kelompok Tani Pelatihan datang terstruktur
bekerja
Diberikan sosialisasi interpersonal
sama

Gambar 10. Referensi Bersama PAL dan Komitmen Setuju Setuju Dilaksanakan
Kelompok Tani dalam Komitmen Petani Petani semua pihak
terhadap Kesepakatan

Kerangka Pikir Bersama Kerangka pikir bersama merupakan


Berdasarkan pada kerangka pikir hasil penggabungan kerangka pikir dari
anggota primer dapat diketahui bahwa pasar terstruktur, PAL, dan petani.
setiap stakeholder memiliki tujuan dan Berikut ini bagan kerangka pikir
keinginan yang berbeda-beda. bersama hasil dari kerangka pikir masing-
Adapun resolusi yang ditawarkan dari tiap masing pihak yang terlibat dalam klaster:
pelaku untuk mendapatkan hasil kerangka
pikir bersama dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini :

PT. W PT. X PT. Y PT. Z


Menjadi
Jual avalist
Alur pembayaran
dipermudah dan
diperjelas
BANK
Kerjasama dengan PAL
Jual untuk sosialisasi dan
Beli pelatihan

PAL

Laporan
Komunikasi
diserahkan secara
rutin Interpesonal
Pinjaman
STA
Peningkatan
Kelompok Tani
Pengaturan
manajemen

Komitmen dan
kepercayaan
Penyaluran bantuan
dari BANK

Petani Non Mitra Petani Mitra

Pemantauan dan Pembinaan dari BI dan BKP

Gambar 11. Kerangka Pikir Bersama Anggota Primer dalam Klaster. (Sumber : Data Primer,
2014)

101
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

UCAPAN TERIMAKASIH
Kerangka bersama merupakan
rekomendasi penulis untuk memperbaiki Terimakasih kami ucapkan kepada Rani
mekanisme kolaborasi yang dijalankan Andriani Budi Kusumo, SP., M.Si dan Muhammad
berdasarkan tawaran dan posisi setiap Arief Budiman, SE., ME atas kontribusi
stakeholder yang terlibat. Apabila kerangka pikir pemikirannya selama penyusunan karya ilmiah ini.
ini berhasil diterima dan diaplikasikan, maka akan
berlanjut pada tahap akhir, yaitu tahap dimana DAFTAR PUSTAKA
tidak ada lagi dilema dan berakhirnya episode
drama. Tahap akhir ditunjukan dengan  Bagchi, P.K. and Skjoett-Laisen, T. 2005.
dilaksanakannya kesepakatan dari kerangka pikir Supply Chain Integration : A European
bersama oleh para stakeholder yang tergabung Survey. International Journal of Logistics
dalam klaster. Setiap stakeholder bersedia Management. 4th ed., New Jersey : Prentice-
menerima konsekuensi dan kolaborasi bersama Hall
para pelaku dalam rantai pasok klaster setelah  Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian
melalui proses yang panjang. Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grapindo
Persada.
SIMPULAN  Chopra, Sunil dan Peter Meindl. 2001. Supply
Chain Management: Strategy, Planning, and
Pemetaan multi pemangku kepentingan Operations. Prentice Hall Inc., Upper Saddle
dalam klaster melibatkan anggota primer dan River, New Jersey.
anggota pendukung. Anggota primer yaitu PAL,  Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008.
kelompok tani dan pasar terstruktur, anggota Rujukan Pengembangan Agribisnis
pendukung yang terlibat dalam klaster adalah Hortikultura. Departemen Pertanian.
Bank Indonesia dan Badan Ketahanan Pangan  Eaton dan W. Sheperd. 2001. Contract
Jawa Barat. Berdasarkan grafik Sample Mapping Farming : Partnership for Growth.
BSR Multi Stakeholder, penilaian dengan indikator  Etzkowitz, H. 2008. The Triple Helix:
keahlian, dan keinginan dengan kategori tinggi, University-Industry-Government Innovation in
sedang, dan rendah. Unpad dan kelompok tani Action. New York : Routledge.
termasuk dalam keahlian dan keinginan dengan  Gimienez, C & Ventura, E. 2005. Logistics –
kategori tinggi, pasar terstruktur termasuk production, Logistic – Marketing & External
kategori tinggi untuk keinginan dan rendah untuk Integration : Their impact on performance
keahlian, sedangkan BI dan BKP termasuk International Journal of Operations and
kategori sedang untuk keduanya. Production Management, vol. 25, no. 1, pp.
Upaya pengembangan model kolaborasi melalui 20-38.
teori drama menghasilkan kerangka pikir bersama  Hemmati, Minu. 2002. Multi-Stakeholder
sebagai penggabungan kerangka berpikir dari Processes For Governance and Sustainability .
anggota primer sebagai solusi yang ditawarkan, UK: Earthscan Publications Ltd.
hasilnya antara lain : Dukungan modal yang  Howard, N. 1996. Negotiation as Drama :
diminta petani untuk meningkatkan hasil ―How Games Become Dramatic‖ International
produksinya adalah melalui bank yang dapat Negotiation Journal, Vol1, 125-152.
menyalurkan pinjaman kepada petani dengan  Indrajit, Ricardus Eko dan Djokopranoto.
dukungan pasar terstruktur menjadi avalist, 2002. Konsep Manajemen Supply Chain:
sosialisasi dan pelatihan yang diberikan kepada Strategi Mengelola Manajemen Rantai
petani dalam teknik budidaya agar sesuai dengan Pasokan bagi Perusahaan Modern di
permintaan pasar terstruktur dilakukan oleh PAL Indonesia. PT. Gramedia Widiasarana Ind,
yang bekerja sama dengan pasar terstruktur, Jakarta.
untuk meningkatkan komitmen petani PAL  Lambert, D.M., Emmelhainz, M.A. dan
melakukan pendekatan dengan komunikasi Gardner, J.T. 1996. Developing and
interpersonal yang dilakukan langsung ke setiap Implementing Supply Chain Partnership.
petani. Jurnal Internasional Manajemen Logistik, Vol.
7, No.2, pp. 1-17.
 Oliver, keith. 2003. When Will Supply Chain
Management Grow Up?. UK: Tim Laseter

102
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Olson, E., Prepscius, J., Baddache, F. 2011.  Simatupang, T.M. 2002. The Knowledge of
Business Social Responsibility (BSR) Cordination for Supply Chain Integration.
Stakeholder Mapping. Diaksesmelalui Jurnal Internasional Bisnis dan Manajemen,
www.bsr.org Vol 8 No 3.
 Perdana, Tommy. 2012. Model Manajemen  Sureephong, P.N. Chakpitak, L. Buzon, and
Logistik dalam Meningkatkan Daya Saing Bouras, A. 2006. Cluster Development and
Produsen Sayuran Skala Kecil untuk Knowledge Exchange in Supply Chain. Euro-
Memenuhi Permintaan Pasar Terstruktur. Asia Collaboration and NetWorking in
Diakses melalui Information System Technology (EAST-WEST)
www.tommyperdana.blogspot.com pada 29 Project.
Februari 2014  Togar M. Simatupang dan Yuanita Handayati.
 Perdana, Tommy. 2012. ‗Triple Helix Model‘ 2009. Analisis Kolaborasi Coca-Coal dan
Untuk Pengembangan Manajemen Rantai Carrefour dengan Menggunakan Teori Drama.
Pasok Sayuran dan Buah yang Melibatkan Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol 8 No. 3.
Petani Kecil dalam Memenuhi Permintaan  Togar, M. Simatupang. & Sridharan, R. 2002.
Pasar Global. Diakses melalui The Collaborative Supply Chain. International
www.tommyperdana.blogspot.com pada Journal of Logistics Management, vol. 13 No.
 Porter, M.E., 1998. Clusters and the new 1, pp. 15-30.
economics of competition, Harvard Business  Togar, M. Simatupang. & Sridharan, R. 2011.
Review 76 (6), 77-90. A Drama Theory Analysis of Supply Chain
 Porter, M.E., 2000. Economic Development Collaboration. Jurnal Internasional
Quarterly. SAGE. Diakses melalui Collaborative Enterprise, Vol.2, Nos. 2/3.
http://edq.sagepub.com/content/14/1/15.  Tyndall, G., Gopal, C., Partsch, W. And
 Saptana,dkk. 2006. Analisis Kelembagaan Kamauff, J. 1998. Supercharging Supply
Rantai Pasok Komoditas Hortikultura. Jurnal Chains : New ways to increase valuethrough
Penelitian dan Pengembangan E-Journal. global operational excellence. Boston : John
Diakses melalui : Wiley and Sons, Inc.
http://pse/litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/LH
P_SPT_2006.pdf pada tanggal 05 Maret 2014.

103
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PEMAHAMAN SISTEM RANTAI PASOK KLASTER AGRIBISNIS


DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN USAHA TERNAK SAPI BALI

UNDERSTANDING OF AGRIBUSSINESS CLUSTER SUPPLY CHAIN


SYSTEM IN AN EFFORT TO DEVELOP BALI CATTLE BUSINESS

Maria Krova1), Maman H. Karmana2), Dadi Suryadi3), Rochadi Tawaf4)

1) Mahasiswa Program Doktor Fakultas Pertanian UNPAD


2) Staf Pengajar Pascasarjana Fakultas Pertanian UNPAD
3) Staf Pengajar Pascasarjana Fakultas Peternakan UNPAD
4) Staf Pengajar Pascasarjana Fakultas Peternakan UNPAD

E-mail: mariakrova@yahoo.com
E-mail: maman_haeruman@yahoo.com
E-mail: dsryd46@yahoo.com
E-mail: rochadi_tawaf@unpad.ac.id

ABSTRAK. Sapi Bali merupakan salah satu komoditi unggulan yang diusahakan oleh sebagian besar
peternak di Kabupaten Belu NTT. Hingga saat ini telah banyak model pengembangan yang diterapkan
namun hasilnya belum optimal. Kini Bank Indonesia telah menginisiasi model pengembangan klaster untuk
berbagai komoditi strategis termasuk sapi Bali. Secara konseptual, klaster agribisnis bermakna
mengkonsentrasikan subsistem-subsistem yang terkait dalam rantai pasoksistem agribisnis sapi Bali dalam
suatu wilayah geografis. Aglomerasi tersebuttelah menyebabkan tingginya intensitas interaksi antar
stakeholder,memicu terjadinya pembelajaran inovasi dan efisiensi, serta mendapatkan akses permodalan
dan pasar bagi peternak. Tenaga pendampingan yang disediakan oleh inisiator telah berperan penting dalam
menjembatani kesenjangan teknologi yang dibutuhkan peternak. Persoalannya, bagaimanakah
dinamikasistem rantai pasok klaster agribisnis mampu mengembangkan usaha ternak sapi Bali ? Informasi
ini memerlukan suatu studi mendalam dengan metode pendekatan kualitatif dan pemodelan system thinking.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya interaksi stakeholder dan pendampingan telah menyebabkan
perbaikan manajemen,meminimalisir risiko produksi, dan telah memacu peningkatan kapasitas produksi
klaster dalammerespons pertumbuhanpasar. Saat ini pertumbuhan klaster tersebut telah berdampak pada
peningkatan pendapatan peternak klaster.

Kata kunci: rantai pasok, klaster agribisnis, sapi Bali, system thinking

ABSTRACT. Bali cattle is one of the leading commodity are cultivated by most farmers in the district of
Belu. Until now, has been widely development models applied but the results have not shown optimal.
Currently, Bank Indonesia has initiated the agribusiness cluster development model.Conceptually,
agribusiness cluster is concentrated subsystems involved in the Bali cattle agribusiness supply chain
systemin a geographic area. Aglomeration will lead to the high intensity of interaction between stakeholders,
will lead to learning innovation and efficiency, as well as gain access to capital and markets for farmers.
Assistance provided by the initiator has been instrumental in bridging the technology gap that need the
farmer. However, how the dynamics of supply chain system is able to develop Bali cattle business. This
information requires an in-depth study with a qualitatif approach and system thinking modeling. Results
showed that the interaction beetween stakeholders and assistance has led to improved management,
minimize the risk of production, and has led to increased cluster production capacity in response to market
growth. This time, the growth of clusters have an impact on increasing the incomeof farmers cluster.

Key words: supply chain, agribusiness cluster, Bali cattle, system thinking

104
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENDAHULUAN transaction cost). Kondisi ini akan menjadi dasar


tumbuhnya klaster.
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang Semua indikator pertumbuhan klaster
semakin tiggi saat ini semakin memperlebar diatas hanya dapat terjadi jika manajemen rantai
kesenjangan produksi dan konsumsi daging sapi. pasoknya telah dikelola dengan baik untuk
Hal ini disebabkan pertumbuhan produksi sapi pengembangan usaha ternak sapi Bali.
potong domestik masih relatif lamban Manajemen rantai pasok dalam klaster yang
dibandingkan pertumbuhan konsumsi tidakterintegrasi dari hulu hingga ke hilir dan
penduduknya. Rendahnya produksi sapi potong di sebaliknya akan menyebabkan pasokaninput ke
berbagai daerah sumber produksi di Indonesia ini hulu dan aliran produk ke hilir mengalami
menggambarkan manajemen pengembangan berbagai hambatan. Demikian pula, aliran
usahanya yang belum berorientasi pasar. Rata- informasi pasar dan harga ke hulu yang tidak
rata usaha sapi potong di Indonesia dilaksanakan simetris akan menyebabkan keputusan
oleh petani kecil secara perorangan, berskala manajemen dalam pengembangan usaha ternak
kecil, tidak efisien, tidak menjangkau teknologi sapi Bali tidak sejalan dengan kebutuhan pasar.
untuk meningkatkan produktivitas. Akibatnya, Berdasarkan pemikiran tersebut,
pasokan sapi potong lokal di pasar rendah yang pertanyaan yang penting untuk dikaji adalah
mengakibatkan harga daging sapi lokal relatif bagaimanakah kemampuan klaster agribisnis
tinggi tidak bersaing dengan impor. untuk mengembangkan usaha ternak sapi Bali di
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kabupaten Belu?Artikel ini bertujuan untuk
pemerintah untuk memacu pertumbuhan produksi membahas pemahaman tentangkemampuan
sapi potong ini namun hingga kini belum sistem rantai pasok dalam klaster agribisnis sapi
menunjukkan hasil yang signifikan. Bank Bali untuk mengembangkan usahaternak sapi Bali.
Indonesia sebagai pihak yang paling
bertangungjawab untuk menekan berbagai faktor METODE
pemicu inflasi domestik telah merespons
fenomena di atas dengan menerapkan konsep Penelitian dirancang dengan
klaster untuk memproduksi berbagai komoditi menggunakan studi kasus pada jaringan pasokan
strategis termasuk sapi Bali. dari klaster agribisnis sapi Bali di Kabupaten Belu
Di Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur, NTT. Responden adalah key informan dari
telah dibentuk klaster agribisnis pada usaha Peternak Non Klaster (PNK), Peternak Anggota
ternak sapi Bali yang menjadi salah satu komoditi Klaster (PAK), Pedagang Pengumpul (PP),
unggulan daerah ini. Klaster dibentuk pada Koordinator Pedagang Pengumpul (KPP), Pemkab
kelompok peternak sapi yang sudah ada. Secara Belu, dan Bank Indonesia (BI). Metode penentuan
konseptual, klaster merupakan ―konsentrasi responden adalah snow ball sampling. Data yang
geografis yang menghubungkan berbagai pelaku diperlukan adalah data numerik, model mental
usaha, pemasok, jasa pelayanan, industri dan informasi tertulis yang telah tersedia. Data
pendukung dan kelembagaan terkait (perguruan diperoleh melalui teknik observasi dan
tinggi, lembaga standar, asosiasi perdagangan) wawancara.
dalam suatu bidang tertentu yang saling bersaing Pemodelan manajemen rantai pasok
dan juga bekerjasama‖ (Porter, 2000). Menurut dalam klaster agribisnis sapi Bali menggunakan
Perdana, Nurhayati, dan Kusnandar (2013) klaster pendekatan kualitatif berdasarkan
agribisnis dapat dianggap sebagai konsentrasi dari systemthinkingyaitu diagram struktur
jaringan pasokan. kebijakan(Policy structure diagram) yang
Keunggulan klaster disebabkan karena merupakan perbaikan dari Causal Loops Diagram
aglomerasi berbasis produksi yang terjadi akan (CLD)menggunakan bantuan perangkat lunak
menciptakan efisiensi kolektif (collective Ventana Simulation Academic Version 5.7.
efficiency), nilai tambah, pembelajaran inovasi CLDmenggambarkan hubungan kausalitas
produksi, dan mengatasi masalah bersama berbagai komponen dalam penerapan ilmu
melalui aksi bersama (joint action). Kedekatan pengetahuan dan teknologi namun mengabaikan
secara geografis pun akan menyebabkan berbagai manajemen stok sebagai komponen utama dalam
penghematan baik internal usaha (akibat system thinking (Mirecroft, 1982; Sterman, 2000).
economies of scale dan economies of size) Tahapan ini merupakan bagian dari pemodelan
maupun eksternal usaha (akibat rendahnya kualitatif dalam system dynamics,sedangkan
lanjutannya adalah simulasi dan kebijakan

105
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

merupakan tahapan pemodelan kuantitatif bermitra dengan kelompok peternak sapi potong
(Walstenholme, 1983). calon klaster, dan pengurus kelompok peternak
sapi calon klaster.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Klaster Agribisnis Sapi Bali


di Kabupaten Belu

Pada awal tahun 2004 dibentuk kelompok


Tani Mekar Melati untuk memproduksi ternak sapi
namun terhambat modal awal. Sementara
mengusulkan bantuan dana inevstasi ke Pemda,
peternak memulai langkah awal mencari modal
denganmembudidayakan hortikultura. Pada tahun
2006 Pemda Kabupaten Belu (Dinas Peternakan)
memberikan hibah dana sebesar Rp
225.000.000,- untuk investasi usaha sapi Bali di
Gambar 1. Letak Geografis Klaster Agribisnis sapi
kelompok Mekar Melati. Melihat perkembangan
Bali di Kabupaten Belu NTT
usaha ternak sapi yang cukup baik, pada tahun
2010 BI menginisiasi pembentukan klaster
Pembentukan klaster didasari pada
penggemukan sapi di Kelompok Mekar Melati
tanggung jawab BI untuk meredam inflasi akibat
tersebut. kurangnya pasokan sapi potong di pasar
Sebelum klaster di kelompok Mekar Melati
domestik. Untuk itu BI harus terlebih dahulu
terbentuk, pada tahun 2009 sekelompok petani
memahami permasalahan hulu hilir sapi potong.
membentukkelompok Bero Sembada yang juga Adapun maksud pembentukan klaster sapi
bertujuan untuk mengusahakan ternak sapi.
adalah (a) membentuk sentra usaha peternakan
Berbeda dengan Mekar melati kelompok Bero
yang berada dalam suatu kawasan ke dalam satu
Sembada mengawali kegiatannya dengan
jaringan kerjasama yang saling terkait, (b)
membudidayakan pakan lamtoro gung dalam
membentuk keterpaduan kawasan
lahan yang dimiliki oleh mitra pedagang
pengembangan usaha peternakan yang
pengumpulnya.Pada tahun 2010 Pemda
terintegrasi dan saling mendukung menuju
kabupaten Belu memberikan hibah dana sebesar
kemandirian kelompok serta mampu memperoleh
Rp 250.000.000,- untuk investasi sapi Bali ke akses pembiayaan dari perbankan, dan (c)
kelompok Bero Sembada. Selanjutnya pada tahun
mengakumulasi total omzet melalui
2011, dibentuk klaster penggemukan sapi di
pengelompokan sehingga tumbuh menjadi sebuah
kelompok Bero Sembada. sistem ekonomi yang hidup dengan kekuatan
Kedua kelompok tersebut berada dalam
pasar (KPw BI Provinsi NTT, 2013).
wilayah Kecamatan Laen Manen (Gambar 1).
Pada tahun 2013 Kelompok Bero Sembada Model Rantai Pasokan dalam Klaster
difokuskan sebagai kelompok induk plasma
Agribisnis Sapi Bali di Kabupaten Belu
karena potensi kawasan seluas 5 ha sedangkan
Mekar Melati adalah plasma. Sejak awal pembentukan hingga kini
Pembentukan klaster ditandai dengan
klaster agribisnis sapi Bali melibatkan beberapa
penandatanganan nota kesepahaman (MOU) BI,
pelaku yang terlibat di hulu dan hilir. Pelaku di
BPD NTT, dan Pemda Kabupaten Belu tentang
hulu, meliputi: pemda, Bank Indonesia, perguruan
pengembangan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
tinggi (Politani Undana), Peternak Non Klaster
(UMKM) komoditi unggulan daerah (MoU No.
(PNK) dan Peternak Anggota Klaster (PAK)
13/52/BUMKM/TBTLKM/Kpa, jumat 25 November
sendiri. Sedangkan pelaku hilir adalah pedagang
2011 berlaku sampai 31 Desember 2012).
pengumpul dan koordinator pedagang pengumpul
Sebelumnya telah diadakan pertemuan berbagai
yang terdapat di wilayah tersebut serta pedagang
pemangku kepentingan (multi-stakeholder) terkait
besar di pasar antar pulau.
untuk membahas berbagai permasalahan dan
Pelaku-pelaku tersebut telah melakukan
strategi dalam pengembangannya. Multi- berbagai interaksi dengan peternak klaster baik
stakeholder tersebut adalah BI, BPD NTT, Pemda
dalam menjalankan aliran baik fisik (produk dan
Kabupaten, pengusaha sapi potong yang telah
uang) maupun informasi untuk keperluan

106
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

pengembangan usaha ternak sapi Bali (Gambar pertumbuhan pasar domestik, persediaan dan kas
2). Aliran produk sapi Bali yang terjadi dari hulu penjagal RPH, dan pertumbuhan pasar lokal.
ke hilir diimbangi dengan arus pembayaran uang Hasil analisis menunjukkan bahwa
dari hilir ke hulu. Demikian pula, aliran informasi terdapat 7 komponen yang menyebabkan
dari hilir telah menyebabkan keputusan dalam terjadinya pengembangan usaha ternak sapi Bali
manajemen klaster agribisnis sapi Bali. dalam klaster agribisnis, yaitu: pasar, input
produksi, inovasi dan teknologi, keuangan, PAK
baru, kosentrasi geografis dan multistakeholder,
sertakelembagaan. Hasil analisis ini berbeda
dengan Lin, Tung, Huang (2006) yang hanya
menjelaskan 4 aliran, yaitu tenaga kerja,
teknologi, uang, dan pasar pada substansi klaster
industri manufaktur senduk. Demikian pula hasil
penelitian Perdana, dkk. (2014) yang
mengidentifikasikan 6 komponen dalam
pengembangan klaster cabai merah di Jawa Barat
yaitu orientasi pasar, inovasi teknologi,
konsentrasi geografis, pengusaha baru,
keuangan, dan keterlibatan multistakeholder.
Gambar 2. Model Rantai Pasok Klaster Agribisnis Berbeda dengan keduanya, pemodelan penelitian
Sapi Bali di Kabupaten Belu NTT ini mengintegrasikan pemodelan tanaman dengan
ternak.
Disamping itu BI memandang perlu untuk Berdasarkan model umum pada Gambar
memberikan pendampingan kepada PAK. 2, dapat dibuat policy structure diagram(Gambar
Selanjutnya pihak BI bekerjasama dengan Politani 3) yang mengakomodir beberapa persediaan
Undana menyediakan tenaga untuk (stock) dari diagram persediaan dan aliran ( stock
pendampingan selama 3 tahun. Pendampingan flow diagram)sapi Bali klaster agribisnis di
tersebut telah mentransfer berbagai teknologi Kabupaten Belu. Policy structure diagram dibuat
pakan, perbaikan manajemen pemeliharaan, untuk mengeksplorasi hubungan antara berbagai
pengolahan dan pemanfaatan limbah usaha, komponen dalam klaster agribisnis sapi Bali.
maupun pemasaran produk yang dihasilkan Tanda arah positif menjelaskan
klaster. hubungan antara variabel dengan arah yang
. sama, sebaliknya tanda arah negatif menjelaskan
Pemahaman Kemampuan Klaster Agribisnis hubungan antara variabel yang berlawanan.
Mengembangkan Usaha Ternak Sapi Bali Tanda garis ganda menjelaskan bahwa ada
dimensi waktu keterlambatan (delay) dalam
Untuk memahami kemampuan klaster hubungan sebab akibat tersebut. Kompleksitas
agribisnis dalam mengembangkan usaha ternak hubungan sebab akibat ditandai oleh umpan balik
sapi, maka telah dimodelkan struktur fisik dan positif yang menyebabkan pertumbuhan
keputusan dalam manajemen rantai pasokan (Reinforce ―R‖) dan umpan balik negatif yang
klaster agribisnis sapi Bali. Terdapat 19 sub model mengarah pada posisi keseimbangan (Balance
yang diidentifikasi memiliki keterkaitan erat ―B‖).
dengan kemampuan klaster tersebut.Sub-sub Pasar merupakan faktor penarik sekaligus
model tersebut, meliputi: kapasitas produksi pendorong yang penting untuk pengembangan
Peternak Non Klaster (PNK), budidaya PNK, usaha di hulu. Pertumbuhan penduduk dan
persediaan dan kas PNK, kapasitas produksi kesadaran pentingnya protein hewani
Peternak Anggota Klaster (PAK), budidaya PAK, menyebabkan pertumbuhan permintaan pasar
perbaikan manajemen PAK, persediaan rumput akan daging, antara lain daging sapi meningkat.
alam, budidaya lamtoro teramba PAK, budidaya Berdasarkan pertumbuhan kebutuhan pasar
lamtoro gung PAK, budidaya kinggrass PAK, tersebut maka klaster berupaya meningkatkan
persediaan pakan PAK, PAK baru, risiko produksi kapasitas produksinya untuk memenuhi
PAK, persediaan dan kas PAK, persediaan dan kas permintaan pasar (Teekasap, 2009). Dalam
Pedagang Pengumpul (PP), persediaan dan kas pengembangan usaha ternak sapi Bali,
Koordinator Pedagang Pengumpul (KPP), meningkatnya kapasitas produksi akan dikuti
dengan, beberapa hal seperti: meningkatnya

107
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kebutuhan input utama sapi Bali jantan muda, meningkatkan akumulasi kas PAK dan akhirnya
modal, pakan, PAK lahan. meningkatkan alokasi kas untuk pengembangan
Meningkatnya kapasitas produksi basis produksi.
menyebabkan persediaan sapi Bali jantan dewasa Interaksi antara berbagai variabel terkait
di PAK meningkat dan secara berturut-turut dengan konsentrasi geografis dan
meningkatkan penjualan baik ke PP, KPP, dan multistakeholder ini membentuk umpan balik yang
Pedagang Besar (PB) di pasar antar pulau. positif (R1) atau menimbulkan pertumbuhan
Meningkatnya ketersediaan sapi potong di pasar (Gambar 3). Artinya konsentrasi geografis akan
domestik akan menurunkan fluktuasi harga mendorong pertumbuhan basis produksi sapi Bali.
sapipotong. Di lain pihak semakin harga Dengan demikian model pengembangan klaster
berfluktuasi maka risiko pasar bagi PAK semakin agribisnis akan mampu mengembangkan usaha
meningkat. Kondisi ini akan meningkatkan ternak sapi Bali.
kebutuhan PAK untuk akses ke pasar antar pulau. Tambahan kapasitas yang dilakukan oleh
Dalam klaster akses antar pulau akan tersedia PAK dalam merespons pasar akan meningkatkan
oleh layanan stakeholder yang terlibat. Semakin persediaan sapi Bali jantan dewasa di PAK,
meningkatnya akses ke pasar antar pulau meningkatkan penjualan ke PP. Semakin
mendorong PAK untuk melakukan pengembangan meningkatnya penjualan akan menambah
basis produksi. Semakin tinggi kebutuhan penerimaan, berikut kas PAK. Semakin
pengembangan basis produksi akan semakin meningkatnya penerimaan PAK dan menurunnya
tinggi modal yang dibutuhkan PAK. Layanan biaya produksi akan meningkatkan keuntungan
stakeholder yang semakin tinggi menyebabkan PAK. Keuntungan PAK yang semakin tinggi akan
PAK dapat semakin tinggi mengakses ke lembaga menimbulkan ketertarikan PNK untuk
pembiayaan dan akan meningkatkan ketersediaan mengembangkan sapi Bali dan diikuti dengan
pinjaman dan kas bagi PAK. Semakin tinggi kas kemauan menjadi PAK. Semakin banyak PNK yang
akan meningkatkan alokasi kas untuk masuk PAK baru akan menambah basis produksi
pengembangan basis produksi. Jika basis produksi sapi Bali. Jika basis produksi semakin berkembang
semakin berkembang maka kapasitas produksi maka kapasitas produksi akan semakin tinggi.
dapat meningkat. Interaksi antara variabel yang terkait PAK
Interaksi antara berbagai variabel yang baru ini membentuk umpan balik positif (R2) atau
terkait dengan pasar tersebut membentuk mendorong pertumbuhan. Ini berarti
perilaku umpan balik yang negatif (B1) dan tambahanprodusen baru (PAK) akan mendorong
menimbulkan keseimbangan untuk mencapai pertumbuhan dari basis produksi sapi Bali.
tujuan utama (Gambar 3). Dimana tujuan utama Tambahan kapasitas produksi yang
BI membentuk klaster adalah untuk mengurangi menambah persediaan sapi Bali jantan dewasa di
fluktuasi harga atau menstabilkan harga. PAK akan meningkatkan penjualan ke PP, KPP,
Semakin berkembangnya basis produksi dan selanjutnya ke PB di pasar antar pulau akan
sapi Bali akan meningkatkan konsentrasi menambah ketersediaan sapi Bali jantan dewasa
geografis. Semakin tinggi konsentrasi secara di pasar domestik. Meningkatnya ketersediaan
geografis menyebabkan inisiasi pembentukan akan menurunkan fluktuasi harga pasar, namun
klaster semakin tinggi. Kedekatan secara semakin fluktuatif harga akan menambah tekanan
geografis menyebabkan keterlibatan berbagai untuk menstabilkan harga. Hal tersebut akan
stakeholder yang memiliki keterkaitan dalam mempertinggi inisiatif pembentukan klaster yang
rantai pasok sapi Bali. Semakin tinggi keterlibatan akan meningkatkan keterlibatan stakeholder.
multistakeholder menimbulkan intensitas interaksi Keterlibatan yang semakin tinggi akan
yang semakin tinggi dan akan meningkatkan meningkatkan layanan stakeholder bagi PAK, dan
layanan stakeholder bagi PAK. pengembangan pilot teknologi. Adanya pilot
Semakin tinggi layanan stakeholder akses teknologi dapat memberikan kesempatan kepada
ke pasar antar pulau pun semakin terbuka. Hal ini PAK dalam pembelajaran inovasi dan tenologi
menyebabkan semakin tinggi kebutuhan yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan
pengembangan basis produksi yang berdampak produktivitas dalamusaha penggemukan maupun
pula pada semakin tingginya kebutuhan modal. reproduktivitas dalam usaha pengembangbiakan.
Semakin tingginya kebutuhan modal PAK akan Produktivitas yang semakin meningkat akan
menimbulkan kebutuhan akses dengan lembaga meningkatkan kapasitas produksi PAK.
pembiayaan. Adanya layanan dengan stakeholder Interaksi antar variabel yang terkait
menyebabkan tersedianya pinjaman yang akan dengan pembelajaran inovasi dan teknologi ini

108
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

membentuk umpan balik yang negatif (B2) atau reproduktivitas sapi betina dewasa selanjutnya
menuju kepada keseimbangan.Hal ini berarti menambah kapasitas produksi sapi Bali jantan
melalui model klaster faktor pembelajaran inovasi muda. Hal tersebut akan meningkatkan
dan teknologi akan mampu mengurangi fluktuasi produktivitas usaha penggemukan dan
harga pasar domestik. selanjutnyakapasitas produksi sapi Bali jantan
Semakin bertambahnya kapasitas dewasa yang dibutuhkan pasar.
produksi sapi Bali jantan dewasa akan Interaksi antar variabel input produksi ini
meningkatkan persediaan di PAK, berikut membentuk umpan balik yang positif (R4) atau
penjualan ke PP, KPP dan PB di pasar antar pulau. mendorong pertumbuhan. Artinya faktor input
Semakin banyak penjualan KPP akan semakin produksi yang cukup tersedia dalam klaster akan
banyak pula permintaan KPP ke PP, dan PP ke mendorong pertumbuhan basis produksi sapi Bali.
PAK. Tingginya permintaan ke PAK menyebabkan Keputusan menambah kapasitas produksi
PAK semakin membutuhkan pengembangan basis sapi Bali yang dilakukan oleh PAK dalam
produksi, yang akan meningkatkan kebutuhan merespons pasar akan meningkatkan persediaan
modal. Semakin banyak modal yang dibutuhkan sapi Bali jantan dewasa di PAK, meningkatkan
menimbulkan kebutuhan akses ke lembaga penjualan ke PP. Semakin meningkatnya
pembiayaan semakin tinggi. Layanan stakeholder penjualan akan menambah penerimaan, berikut
yang semakin baik akan menyediakan pembiayan kas PAK. Meningkatnya kas PAK akan
eksternal dan menambah kas PAK. Kas Pak yang meningkatkan alokasi kas untuk kebutuhan
semakin bertambah akan menambah alokasi rumahtangga. Semakin bertambahnya alokasi kas
untuk pengembangan basis produksi. Apabila untuk kebutuhan rumahtangga akan menurunkan
basis produksi meningkat maka kapasitas penjualan sapi Bali betina produktif yang
produksisapi Bali juga akan meningkat. dimilikinya. Semakin tinggi penjualan sapi Bali
Interaksi antar variabel terkait keuangan betina produktif meningkatkan kebutuhan PAK
PAK ini menimbulkan umpan balik yang positif untuk penguatan kelembagaan kelompok melalui
(R3) atau mendorong pertumbuhan. Perilaku berbagai aturan atau sanksi dalam klaster yang
keuangan PAK dalam klaster agribisnis akan mengikat. Bertambahnya layanan stakeholder
mendorong pertumbuhan basis produksi sapi yang terlibat dalam klaster akan membantu PAK
Bali.Hasil analisis ini sejalan dengan pendapat dalam membentuk dan mengelola Usaha Bersama
Soetrisno (2009) pendekatan klaster dengan pilar Simpan Pinjam (UBSP) PAK. UBSP PAK yang
business development, financial support dan semakin berkembang akan menambah pinjaman
technology facilitation meskipun dijalankan secara PAK, menambah kas PAK. Kas PAK yang semakin
tidak lancar telah memberikan dampak bagi baik karena meningkatnya penerimaan dan
kemajuan penjualan dan profit serta pertumbuhan tersedianya pinjaman akan meningkatkan alokasi
usaha baru serta tetap dapat bertahan tanpa kas untuk kebutuhan rumahtangga PAK.
dukungan tambahan. Interaksi antara variabel yang terkait
Kapasitas produksi yang bertambah dengan penguatan kelembagaan PAK ini
menyebabkan persediaan sapi Bali jantan dewasa membentuk umpan balik yang negatif (B3) atau
PAK meningkat. Hal tersebut akan menyebakan menciptakan keseimbangan. Hal ini berarti bahwa
meningkatnya penjualan ke PP, KPP dan PB. faktor kelembagaan PAK yang semakin kuat akan
Meningkatnya penjualan ke KPP meningkatkan mengurangi penjualan sapi Bali betina
permintaan KPP ke PP, dan PP ke PAK. produktif.Hal ini penting mengingat hasil studi
Selanjutnya meningkatkan permintaan akan Tawaf, Rachmawan, dan Firmansyah (2013)
menambah kebutuhan pengembangan basis menunjukkan bahwaselama periode studi terjadi
produksi. Hal ini harus diikuti dengan menambah pemotongan sapi lokal betina umur produktif
kebutuhan pakan. Semakin tinggi kebutuhan 31.04 % dari jumlah sapi lokal yang dipotong.
pakan menambah budidaya pakan. Budidaya Lebih lanjut, RPH yang paling banyak memotong
pakan semakin banyak akan menambah produksi betina umur produktif berada di wilayah produsen
pakan dan persediaannya. Persediaan yang dibandingkan konsumen.
semakin banyak akan meningkatkan konsumsi
sesuai kebutuhan ternak. Tingkat konsumsi yang
sesuai kebutuhan akan meningkatkan

109
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

+ + +
<pembelajaran inovasi risiko produksi di <kapasitas produksi
pakan PAK dan teknologi> PAK risiko produksi SB jantan muda PAK>
pengelolaan risiko
pakan masuk konsumsi pakan PAK +
+ produksi PAK
persediaan
+
+ SB betina dewasa
produksi pakan <kapasitas produksi SB <kapasitas produksi SB
afkir PAK jantan dewasa PAK>
jantan dewasa PAK> + +
+ +
budidaya pakan SB afkir di
<basis klaster PAK penjualan SB afkir
SB afkir PAK
+ SB> PAK ke RPH
+ + SB jantan dewasa
<pembelajaran inovasi kebutuhan pakan kapasitas produksi SB
dan teknologi> jantan muda PAK tersedia di pasar
+ SB pejantan SB afkir tersedia di
R4 domestik
+ afkir PAK pasar lokal
<kebutuhan +
pengembangan + +
<kemauan kapasitas produksi SB permintaan sapi penjualan SB KPP ke
produksi SB>
masuk PAK> jantan dewasa PAK + potong domestik PB pasar antar pulau
+ +
+ +
basis
pengembangan klaster SB pengembangan + +
+ SB jantan SB jantan +
basis klaster SB non SB SB jantan
+ dewasa di + +
produktivitas+ dewasa PP
+ +- SB jantan PAK penjualan SB dewasa
konsentrasi + dewasa PAK PAK ke PP penjualan PP ke gemuk KPP
<alokasi kas untuk pengembangan reproduktivitas KPP +
pengembangan basis geografis SB PAK
usaha non SB
klaster SB> + <pakan PAK> <konsentrasi permintaan SB
R3
+ R1 geografis> jantan dewasa ke PP
pembelajaran inovasi
dan teknologi B2 <kapasitas produksi SB <layanan
inisiatif pengembangan stakeholder untuk
klaster jantan dewasa PAK> +
+ <kebutuhan + - PAK>
+ permintaan SB jantan
keterlibatan modal PAK> pengembangan <penjualan SB afkir + biaya produksi
<risiko produksi + dewasa PP ke PAK
stakeholder pilot teknologi PAK ke RPH> PAK
di PAK> akses ke pasar
tekanan menstabilkan + + B3 + antar pulau
harga SB ++ +
intensitas interaksi + kas PAK
<SB afkir tersedia + stakeholder +
layanan stakeholder - pengeluaran
+ penerimaan PAK
di pasar lokal> untuk PAK PAK + +
+ + alokasi kas untuk
- fluktuasi harga kebutuhan penguatan kebutuhan
<SB jantan dewasa pinjaman PAK pengembangan basis
pasar SB kebutuhan akses kelembagaan kelompok pengembangan
tersedia di pasar klaster SB
- dengan pasar antar + produksi SB
domestik> + +
pulau
+ + kebutuhan perbaikan penjualan SB +
manajemen tersedia pinjaman B1
<kebutuhan betina produktif kebutuhan
risiko pasar PAK untuk PAK
pengembangan + - modal PAK
produksi SB> penguatan Usaha
<risiko produksi +
alokasi kas untuk Bersama Simpan Pinjam
di PAK> PAK +
+ PAK baru ydb kebutuhan RT akses dengan
+ + R2 +
+ lembaga pembiayaan
+ PAK <layanan
+
masuk PAK baru keluarnya PAK <pengeluaran stakeholder untuk
-+ PAK>
PAK>
+ keuntungan PAK
kemauan masuk ketertarikan masuk
PAK menjadi PAK
+
+
Gambar 3. Komponen Pengembangan Usaha Ternak Sapi Bali dalam Klaster Agribisnis

SIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil dan pembahasan di  KPw BI Provinsi NTT, 2013. TOR klaster Sapi
atas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: Berbasis Organik. Bank Indonesia NTT
1. Manajemen rantai pasokan dalam klaster  Lin CH, Tung CM, Huang CT. 2006.
agribisnis sapi Bali di kabupaten Belu memiliki Elucidating the Industrial Cluster Effect from
kemampuan untuk mengembangkan usaha ASystem Dynamics Perspective, Technovation
ternak sapi. 26 (2006) 473-482.
2. Terdapat 7 faktor penentu keberhasilan klaster  Morecroft JDW. 1982. A Critical Review of
dalam mengembangkan usaha ternak sapi Bali, Diagramming Tools for
yaitu:pasar, pembelajaran inovasi dan ConcetualizingFeedback System Models.
teknologi, konsentrasi geografis, PAK baru, Dynamica Volume 8. Part 1 Summber.
keuangan, input produksi, dan kelembagaan.  Perdana T, Nurhayati, Kusnandar. 2013.
Berdasarkan simpulan tersebut, dapat Improvement Model of Supply
direkomendasikan beberapa hal, yaitu: ChainManagement and Agribusiness Cluster of
1. Klaster agribisnis sapi Bali di Kabupaten Belu Red Chili: an Experience in WestJava. The
perlu didukung dengan akses infrastruktur Article was presented in International
menuju lokasi klaster yang lebih memadai. Workshop of Agri Supply ChainManagement
2. Keberlanjutan dan kemandirian klaster harus on July 1st, 2013 at Hotel Mercure Surabaya,
didukung dengan sumber daya manusia Indonesia. InCollaboration Between University
pengelola UBSP yang memadai. of Jember and University Putra Malaysia.
3. Dalam jangka panjang perlu adanya  Perdana, T.; Renaldi,E; Noor, T.I.; Purnomo,
dikembangkan produk baru(agroindustri hulu D., 2014,Understanding the Agribusiness
dan hilir) yang berbasis pada pengembangan Cluster Development Using System Thinking:
sapi Bali. A Case Studi of Red Chili in West Java.

110
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Porter ME. 2000, Location, Competition, and Nusa Tenggara. Workshop Nasional:
Economic Development : Local Cluster ina Konservasi dan Pengembangan Sapi Lokal
Global Economy, Economic Development Fakutas Peternakan Unpad 13 November
Quarterly. Vol 14 No 1 (2000) 15-34 2013.
 Soetrisno, N., 2009. Pengembangan Klaster  Teekasap, P., 2009. Cluster Formation and
IKM/UKM di Indonesia: Pengalaman dan Government Policy: System Dynamics
Prospek. Makalah disampaikan pada seminar- Approach. Paper presented at the 27th
workshop Pengembangan Klaster UMKM di International System Dynamics Conference
Surakarta 26-28 Oktober 2009. July 26 – 30, 2009 at Albuquerque, New
 Sterman JD. 2000. Business Dynamics : Mexico.
System Thinking and Modeling for aComplex  Wolstenholme E. 1998. Qualitative v.
World. McGraw Hill. Boston. Quantitative Modelling : The EvolvingBalance.
 Tawaf,R.; Rachmawan, O.; Firmansyah, C., Proceeding on International System Dynamics
2013, Pemotongan Sapi Betina Umur Conference.
Produktif dan Kondisi RPH di Pulau Jawa dan

111
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

MEMAHAMI MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA EKSPORTIR


SAYURAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

Tomy Perdana

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian


Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang

Email : tomyp1973@yahoo.com

ABSTRAK. Makalah ini membahas implementasi manajemen rantai pasok pada eksportir sayuran di
Indonesia. Pendekatan system dynamics digunakan untuk memahami dinamika dan kompleksitas dalam
manajemen rantai pasok sayuran untuk memenuhi permintaan pasar ekspor. Model system dynamics yang
dikembangkan terdiri atas dua bagian, yakni sub model manajemen pengadaan dan sub model permintaan
ekspor. Perusahaan eksportir tersebut menerapkan dua strategi pengadaan sayuran, yakni kontrak kerja dan
pembelian dari pasar terbuka. Kontrak kerja merupakan prioritas pengadaan sayuran untuk menjamin
kesinambungan pasokan dari para petani untuk memenuhi permintaan pasar ekspor. Selain itu, kontrak
kerja menjamin stabilitas harga pembelian dan jaminan keamanan pangan. Sedangkan pembelian sayuran
dari pasar terbuka dilalukan apabila terjadi kekurangan pasokan dari petani mitra kontrak kerja. Perusahaan
eksportir sayuran menerapkan sistem tarik, yang mana permintaan pasar menjadi faktor penarik pengadaan
sayuran. Model permintaan pasar menunjukkan bahwa kinerja eksportir ditentukan oleh kemampuan
perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar ekspor. Model permintaan pasar meliputi interaksi antara
pengiriman sayuran dari eksportir, persepsi pembeli luar negeri terhadap pesanan yang terpenuhi, daya tarik
eksportir, daya tarik pesaing, pengsa pasar dan pesanan dari pembeli luar negeri. Hasil simulasi menunjukan
bahwa kekurangan pasokan sayuran menyebabkan pembeli di luar negeri mengurangi pesanan kepada
kepada eksportir. Sebaliknya, pasokan sayuran yang sesuai dengan pesanan akan meningkatkan pesanan
sayuran dari pembeli dari luar negeri. Kondisi tersebut menujukkan adanya umpan balik negatif antara sub
model manajemen pengadaan dan sub model permintaan pasar. Kombinasi dua strategi pengadaan sayuran
yang diterapkan eksportir mampu merespon dinamika permintaan pasar ekspor.

Kata kunci : manajemen, rantai pasok, eksportir, sayuran, system dynamics

PENDAHULUAN Salah satu target pasar ekspor Indonesia


adalah Singapura karena memiliki potensi
Pemerintah Indonesia melakukan permintaan produk sayuran yang cukup tinggi.
berbagai upaya promosi dan kerjasama sebagai Pada tahun 2012 kebutuhan pasar Singapura
bagian dari program peningkatan ekspor sayuran untuk sayuran sebesar 501.412 ton dan
ke berbagai pasar di mancanegara. Berdasarkan Indonesia hanya mampu merebut pangsa
data Ditjen Hortikultura Kementan (2013), pasar sayuran tersebut sebesar 4 % (Ditjen
pertumbuhan nilai ekspor sayuran dari tahun Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian
2007 ke 2012 sebesar 22,97 % dengan nilai pada Kementan, 2013). Kondisi tersebut merupakan
sebesar US$ 170.222.558 pada tahun 2012. suatu kemunduran, pada periode tahun 1980an

112
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Indonesia mampu menguasai pangsa pasar implementasi manajemen rantai pasok pada
sayuran di Singapura sekitar 30 %. perusahaan eksportir sayuran. Penelitian ini
Salah satu penyebab turunnya pangsa dilakukan pada satu perusahaan eksportir sayuran
pasar sayuran Indonesia di Pasar Singapura yang terletak di Kabupaten Bandung.
adalah rendahnya daya saing perusahaan Pertimbangan dalam memilih perusahaan
eksportir Indonesia dalam merespon dinamika eksportir tersebut adalah perusahaan eksportir
permintaan pasar Singapura. Untuk mewujudkan telah menerapkan manajemen rantai pasok untuk
daya saing perusahaan eksportir sayuran memenuhi permintaan sayuran dari Pasar
Indonesia di pasar Singapura diperlukan suatu Singapura. Perusahaan tersebut telah
pengembangan manajemen rantai pasok yang memasarkan secara berkesinambungan lebih dari
mampu menciptakan dan mendistribusikan nilai 10 komoditas sayuran secara rutin ke pasar ritel
tambah diantara pelaku yang terlibat dalam di Singapura.
agribisnis sayuran (Perdana and Kusnandar, Dalam upaya memahami kompleksitas
2012). Manajemen rantai pasok merupakan dan dinamika penerapan manajemen rantai pasok
integrasi dari proses bisnis kunci untuk melayani yang dilakukan perusahaan eksportir, penelitian
konsumen. Sepanjang proses bisnis tersebut, ini menggunakan pendekatan system dynamics.
pemberian nilai tambah diberikan terhadap System dynamics merupakan suatu metode yang
produk dan layanan yang tepat dari pemasok awal memiliki kekuatan dalam mendapatkan
ke pabrikan serta perantara lainnya dalam rantai pemahaman mendalam terhadap situasi dinamika
pasok hingga ke konsumen akhir (Chandrasekaran kompleksitas dan resistensi kebijakan (Sterman,
and Raghuram, 2014). 2000). Dalam penelitian ini dilakukan penelusuran
Artikel ini merupakan hasil penelitian yang data tertulis atau kepustakaan dari berbagai
secara khusus membahas mengenai penerapan sumber seperti jurnal penelitian, laporan
manajemen rantai pasok pada salah satu penelitian, laporan atau dokumen dinas dan atau
perusahaan eksportir sayuran di Indonesia. Dalam departemen terkait. Selain itu, dilakukan
penerapan manajemen rantai pasoknya, penelusuran internet untuk kepustakaan yang
perusahaan eksportir sayuran tersebut relevan dengan penelitian.
menerapkan kombinasi dari dua strategi Seluruh data (numerik, model mental dan
pengadaan sayuran, yakni melalui kontrak tertulis) yang diperoleh dalam penelitian ini diolah
pemasaran dengan kelompok produsen dan dan dimodelkan‖ dengan bantuan perangkat
pembelian dari pasar terbuka melalui pedagang lunak ―Vensim DSS‖. Tahapan pemodelan
besar di sentra produksi sayuran. menajemen rantai pasok menggunakan
Penerapan kedua strategi pengadaan pendekatan system dynamics terdiri atas (1)
tersebut menimbulkan pertanyaan yang menarik Memahami dan mengkaji sistem; (2)
untuk dikaji secara mendalam, yaitu apakah Mengembangkan lingkar sebab akibat (causal
penerapan kedua strategi pengadaan tersebut loop) dari sistem; (3) Mengembangkan diagram
yang merupakan bagian dari penerapan level, dan rate dari sistem; (4) Mengembangkan
manajemen rantai pasok mampu merespon model dari sistem; (5) Menguji asumsi model; (6)
dinamika permintaan pasar ekspor sayuran ?. Melakukan simulasi; dan (7) Menyampaikan
Dalam upaya memahami dinamika penerapan rekomendasi kebijakan (Bell et al, 2003).
manajemen rantai pasok pada perusahaan ekspor
sayuran tersebut, pembahasan hasil penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan pendekatan system dynamics.
Perusahaan eksportir sayuran
METODE PENELITIAN menerapkan manajemen rantai pasok sebagai
respon terhadap tuntutan supermarket di luar
Metode penelitian yang digunakan adalah negeri. Intensitas persaingan yang meningkat
studi kasus untuk mengkaji secara mendalam menyebabkan supermarket di berbagai negara

113
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

melakukan perubahan dalam sistem pengadaan, pembeli di luar negeri sesuai dengan
seperti pusat distribusi, sistem pengadaan kesepakatan, yakni di atas 70 %.
terpadu, pengadaan regional dan global, Ketidakmampuan perusahaan eksportir dalam
penggunaaan kontrak implisit dan standar swasta memenuhi tingkat pemenuhan pesanan akan
dan penggunaan generasi baru pemasok yang mengakibatkan pembeli di luar negeri
khusus/berdedikasi (Reardon, Timmer and mengalihkan permintaan sayurannya kepada
Berdegue, 2004). perusahaan eksportir lain di Indonesia atau
Dalam penerapan manajemen rantai negara lain. Dengan demikian, pangsa pasar
pasok, perusahaan eksportir melakukan dua perusahaan eksportir yang dikaji akan mengalami
strategi pengadaan sayuran. Pertama, perusahaan penurunan.
eksportir melakukan kontrak pemasaran dengan
kelompok produsen, baik kelompok tani ataupun +
Pasokan sayuran dari
kelompok produsen
koperasi. Kedua, perusahaan eksportir
R2
melakukan pembelian sayuran di pasar terbuka
Kontrak pemasaran
dengan kelompok -

melalui pedagang besar di sentra produksi.


produsen Kesenjangan +
+ pasokan sayuran +
Persediaan sayuran di
Perusahaan eksportir melakukan kedua strategi
+
+ perusahaan eksportir
Pembelian dari -
pengadaan tersebut untuk memenuhi komitmen Pasokan sayuran yng B2 pedagang di sentra
diinginkan dari kelompok produksi
pasokan kepada pembeli di luar negeri. produsen B1

Kontrak pemasaran merupakan salah satu + Pesanan sayuran dari pembeli


+
luar negeri kepada perusahaan
bentuk dari kemitraan kontrak kerja dalam Pasokan sayuran yang eksportir pesaing Pengiriman sayuran ke
pembeli luar negeri
agribisnis untuk menjamin kesinambungan
dibutuhkan perusahan
eksportir
- R3

pasokan dan menjamin keamanan pangan. + Pangsa pasar perusahaan


eksportir pada pembeli di
Biasanya kemitraan kontrak pemasaran dilakukan - +
luar negeri +
+
oleh petani yang memasarkan hasil produksinya Pesanan sayuran dari pembeli
Tingkat pemenuhan pesanan
luar negeri ke perusahaan R1
ke industri pengolahan (Kirsten and Sartorius, eksportir + perusahaan eksportir ke
pembeli luar negeri
2002). Kemitraan kontrak pemasaran tersebut Gambar 1. Diagram umpan balik penerapan
dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis antara manajemen rantai pasok pada perusahaan
kelompok produsen dan perusahaan eksportir eksportir sayuran
sebagai suatu pengaturan komitmen antara kedua
belah pihak. Petani memiiliki kewajiban untuk Mekanisme proses pengadaan tersebut
mendedikasikan produksi dan produknya sesuai tercermin pada Gambar 1 yang memperlihatkan
dengan spesifikasi permintaan. Sedangkan diagram umpan balik penerapan manajemen
eksportirnya memiliki kewajiban untuk menyerap rantai pasok pada perusahaan eksportir sayuran.
hasil produksi sesuai kesepakatan spesifikasi Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam penerapan
produk dan permintaan yang dituangkan dalam manajemen rantai pasok di perusahaan eksportir
perjanjian tertulis. sayuran setidaknya terdapat tiga umpan balik
Dalam strategi pengadaan kedua, positif (R1, R2 dan R3) yang berarti interaksi
perusahaan eksportir melakukan pembelian dari beberapa variabel searah jarum jam akan
pedagang di sentra produksi untuk menutupi menghasilkan perilaku pertumbuhan (reinforcing
kekurangan pasokan dari strategi pengadaan loop) Selain itu, dalam penerapan manajemen
pertama. Jumlah pembelian dari pedagang rantai pasok tersebut setidaknya terdapat dua
berubah-ubah sejalan dengan selisih antara umpan balik negatif (B1 dan B2) yang berarti
permintaan pembeli di luar negeri dengan interaksi beberapa variabel akan menghasilkan
kapasitas volume kontrak pemasaran dengan perilaku yang mengarag pada kesetimbangan
kelompok produsen. (balancing loop). Interaksi umpan balik positif dan
Kombinasi kedua strategi pengadaan negatif tersebut akan mengakibatkan dinamika
tersebut diharapkan mampu menjaga tingkat dalam penerapan manajemen rantai pasok pada
pemenuhan pesanan (service level) kepada perusahaan eksportir sayuran.

114
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Diagram umpan balik di atas memiliki keputusan untuk melakukan pembelian setiap kali
keterbatasan dalam memahami dinamika dan terjadi kekurangan persediaan sayuran dari
kompleksitas yang terjadi dalam penerapan pedagang sayuran yang berada di sentra produksi
manajemen rantai pasok pada perusahaan (open market). Keputusan tersebut dilakukan
eksportir sayuran. Kondisi tersebut disebabkan untuk memenuhi pesanan konsumen dari aspek
oleh keterbatasan model mental para pengambil kuantitas, kualitas dan waktu. Besaran pembelian
keputusan pada perusahaan eksportir sayuran sayuran yang dilakukan direpresentasikan rumus
dan peneliti. Oleh karena itu, diperlukan model (1).
simulasi yang merupakan kelanjutan dari
penggunaan diagram umpan balik (Sterman, <biaya pembelian dari

2000). Model simulasi dikembangkan terdiri atas non koperasi (kg)>


efek harga pembelian non <biaya pembelian dari non
koperasi thd ketersediaan
sub model pusat distribusi perusahaan eksportir kualitas 1 di pasar
koperasi (kg) normal>

ketersediaan kualitas 1
sayuran dan sub model pasar ekspor. di pasar normal
ketersediaan kualitas waktu pemesanan
1 di pasar kualitas 1 pembelian

Sub Model Pusat Distribusi Eksportir Daftar Pemesanan


Kualitas 1 Pembelian
<persediaan kualitas 1
yang diinginkan>
Pemenuhan Pesanan Pemesanan Kualitas
Kualitas 1 Pembelian 1 Pembelian

Berdasarkan kesepakatan dalam kontrak


pemasaran, perusahaan eksportir mengambil
produk sayuran dengan kualitas yang sesuai
Kualitas 1 Hasil
spesifikasi pasar ke kelompok produsen dan atau <Kualitas 1 Menuju
persediaan kualitas 1
di eksportir awal
Pembelian <pengiriman kualitas 1
yang diinginkan>

pedagang. Pengambilan tersebut dilakukan


Eksportir>

karena kelompok produsen dan atau pedagang Kualitas 1 Masuk


Persediaan Kualitas 1
di Eksportir Pengiriman Kualitas 1

belum memiliki kendaraan pendingin sebagai Ke Eksportir Ke Luar Negeri

maksimum
salah satu syarat untuk mempertahankan kualitas
waktu koreksi
pengiriman kualitas 1
persediaan kualitas 1

produk dalam pengembangan manajemen rantai koreksi persediaan


kualitas 1
waktu pengolahan
pesanan kualitas 1

pasok sayuran.
minimum

persediaan kualitas 1 cakupan persediaan


Produk yang diambil dikirim ke pusat
cakupan persediaan
yang diinginkan kualitas 1 pengaman
kualitas 1 yang diinginkan

distribusi eksportir di Kabupaten Bandung. Pusat kualitas 1 menuju


eksportir yang diinginkan
distribusi melakukan beberapa aktivitas, yaitu :
penerimaan, pendinginan, penyimpanan, <koreksi daftar
prakiraan pengiriman
kualitas 1 waktu memperharui
pengiriman kualitas 1
pesanan kualitas 1>
pemasaran dan distribusi, pengolahan oder
(pesanan) serta penjaminan kualitas atas produk
yang dikirimkan ke pembeli di luar negeri. Gambar 2. Diagram Sub Model Pusat Distribusi
Sayuran yang dikirim oleh kelompok Eksportir
produsen dan atau pedagang merupakan produk
yang siap dipasarkan dan telah dijamin Besaran pengiriman produk sayuran
kualitasnya, tetapi agar memenuhi kapasitas sesuai dengan pesanan yang diinginkan oleh
kontainer untuk setiap pengiriman maka dilakukan pembeli. Berdasarkan deskripsi tersebut,
penyimpanan di pusat distribusi. Manajemen dikembangkan rumus yang menjadi unsur
pusat distribusi menetapkan target/cakupan pembentuk sub model pusat distribusi eksportir
persediaan pengaman selama tiga hari. (rumus 1-2).
Penetapan waktu tersebut didasarkan pada
interval pengiriman produk ke luar negeri Pengiriman Kualitas 1 Ke Luar
sebanyak dua kali serta untuk tetap menjaga Negeri=MIN(maksimum pengiriman kualitas
produk agar tetap segar pada saat tiba di luar 1,pengiriman kualitas 1 yang diinginkan
negeri. )………………..………………….(1)
Gambar 2 memperlihatkan bahwa
manajemen pusat distribusi eksportir menetapkan

115
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

pengiriman kualitas 1 yang diinginkan=Daftar mempersepsikan eksportir mampu memenuhi


Pesanan Kualitas 1/target waktu penyampaian setiap pesanan maka daya tarik perusahaan di
kualitas 1……………………(2) pasar akan bertahan. Namun, apabila pasar
mempersepsikan eksportir dan rantai pasokan
Berdasarkan Gambar 2, perusahaan yang terlibat tidak mampu memenuhi setiap
eksportir telah menerapkan sistem tarik (pull pesanan secara penuh maka daya tarik
system) dalam rantai pasoknya yang berarti perusahaan di pasar akan turun sehingga pangsa
pengiriman sayuran oleh perusahaan eksportir pasar yang dikuasai eksportir akan berkurang.
didasarkan pada permintaan pasar (Perdana and Secara non linier, kondisi tersebut akan
Kusnandar, 2012). Hal tersebut dicerminkan oleh berdampak pada pengurangan jumlah pesanan
pengiriman setiap sayuran yang ditentukan oleh yang akan disampaikan kepada eksportir. Hal
kaidah keputusan manajemen berupa nilai tersebut terjadi karena pasar mengalihkan
minimal dari jumlah maksimum pengiriman sebagian pesanan kepada perusahaan eksportir
kelompok kualitas sayur ekspor yang dapat lainnya (Gambar 3). Stuktur fisik dan keputusan
dilakukan dan jumlah pengiriman yang diinginkan. pada sub model pasar dan pesanan sayuran
Pengiriman sayuran yang diinginkan merupakan direpresentasikan oleh rumus berikut ini (rumus
pembagian atas jumlah pesanan produk kualitas 3-4).
ekspor yang terdaftar dibagi dengan target waktu
pengiriman. Dengan demikian, pengiriman Pesanan Kualitas 1= pangsa pasar kualitas
sayuran yang dilakukan perusahaan akan 1*permintaan kualitas 1………………...(3)
merespon dinamika perubahan pesanan
konsumen. Daftar Pesanan Kualitas 1= INTEG(-Pemenuhan
Pesanan Kualitas 1+Pesanan Kualitas 1,daftar
Sub Model Pasar Ekspor pesanan kualitas 1
awal)…..………………………………………..(4)
Secara umum pasar yang memberikan
pesanan dipandang sebagai faktor eksternal,
pelaku usaha tidak dapat mempengaruhinya tapi daya tarik
kualitas 1
pasar yang mempengaruhi pelaku uaha. Namun, referensi fraksi pesanan daya tarik total
pasar kualitas 1
dalam penelitian ini dikembangkan sub model
kualitas 1 yang terpenuhi
pangsa pasar <Input Pasar
kualitas 1
pasar ekspor dan pesanan sayuran yang bersifat waktu untuk persepsi fraksi Persepsi Fraksi Pesanan
daya tarik pesaing
kualitas 1
Kualitas 1>

pesanan kualitas 1 yang


endogen. Hal tersebut dimaksudkan untuk
kualitas 1 yang Terpenuhi
terpenuhi
fraksi awal pesanan

mengetahui sejauhmana struktur keputusan fisik <Pengiriman Kualitas 1


kualitas 1 yang terpenuhi
permintaan
Ke Luar Negeri>
dan keputusan yang dilakukan pelaku usaha
kualitas 1

Daftar Pesanan
sepanjang rantai pasokan sayuran direspon oleh fraksi pesanan kualitas
1 yang terpenuhi
Pemenuhan Pesanan Kualitas 1
Pesanan Kualitas 1
Kualitas 1
pasar ekspor. Selanjutnya, pasar memberikan daftar pesanan permintaan kualitas

umpan balik terhadap pesanan kepada eksportir kualitas 1 awal 1 normal


pengiriman
kualitas 1
yang selanjutnya diteruskan kepada pelaku usaha koreksi daftar daftar pesanan kualitas 1
yang
pesanan kualitas 1 yang dapat diterima
diinginkan

yang lainnya, seperti koperasi, pedagang dan


<target waktu
petani. Dengan demikian, dalam penelitian ini target waktu waktu koreksi daftar
pesanan kualitas 1
penyampaian kualitas 1>
penyampaian kualitas 1
akan diketahui penyebab struktural terjadinya
dinamika pada interaksi rantai pasokan industri
sayuran dengan pasarnya. Gambar 3. Diagram Sub Model Pasar Ekspor
Kinerja eksportir dalam memenuhi setiap
pesanan sayuran akan dipersepsikan oleh Berdasarkan kedua diagram sub model di
pembeli. Persepsi fraksi pesanan sayuran yang atas, dilakukan simulasi untuk mengetahui
dapat terpenuhi akan menentukan daya tarik perilaku dari penerapan manajemen rantai pasok
eksportir di pasar, apabila pasar/ pembeli pada perusahaan eksportir sayuran. Simulasi yang

116
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dilakukan terdiri atas dua bagian, yakni (1) 200


Kualitas 1 Hasil Pembelian

simulasi dengan kondisi ketersediaan kualitas 1 di 150

pasar terbuka dalam kondisi normal atau selalu


tersedia setiap saat, dan (2) simulasi dengan

kg/Day
100

kondisi ketersediaan kualitas 1 di pasar terbuka 50

yang diubah ke 0 yang berarti kualitas 1 tersebut 0


0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000

tidak tersedia di pasar terbuka karena harga


Time (Day)
Kualitas 1 Hasil Pembelian : Current

pembelian yang melebihi target serta tidak 1


Persepsi Fraksi Pesanan kualitas 1 yang Terpenuhi

tersedianya sayuran kualitas 1 tersebut di pasar.


Pada kedua simulasi tersebut, dilakukan
0.95

perubahan parameter berupa peningkatan

Dmnl
0.9

permintaan pasar sebesar 27,5 % dari kondisi 0.85

kestimbangan (equilibrium) pada hari ke 225. 0.8


0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000
Time (Day)
Persepsi Fraksi Pesanan kualitas 1 yang Terpenuhi : Current

Gambar 5. Hasil simulasi 1 untuk produk sayuran


Daftar Pesanan Kualitas 1
4,000

3,500
dari hasil pembelian serta persepsi pembeli luar
negeri terhadap pesanan yang terpenuhi.
kg

3,000

2,500
Gambar 5 memperlihatkan bahwa
2,000
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000
pembelian sayuran dari pedagang merupakan
upaya jangka pendek untuk menutupi kekurangan
Time (Day)
Daftar Pesanan Kualitas 1 : Current

Persediaan Kualitas 1 di Eksportir


4,000
pasokan dari pengadaan yang bersumber dari
3,500 kontrak pemasaran dengan kelompok produsen.
Kondisi tersebut terjadi karena kontrak pemasaran
kg

3,000

merupakan upaya berkesinambungan dan bersifat


jangka panjang untuk membangun basis produksi.
2,500

2,000
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Time (Day)
550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 Kombinasi kedua strategi pengadaan telah
mampu memenuhi dinamika permintaan
Persediaan Kualitas 1 di Eksportir : Current

Gambar 4. Hasil simulasi 1 untuk daftar pesanan


konsumen dari pembeli luar negeri. Hal tersebut
dan persediaan sayuran di perusahaan eksportir.
terlihat dari persepsi terhadap fraksi pesanan
sayuran yang terpenuhi.
Gambar 4 menunjukkan menunjukkan
Gambar 6 memperlihatkan hasil simulasi 2
hasil untuk daftar pesanan yang meningkat
yang menunjukkan bahwa perilaku pengiriman
sebesar 27,5 % pada hari ke 225. Kondisi
sayuran oleh perusahaan eksportir ke pembeli
tersebut sejalan dengan perubahan permintaan
luar negeri mengikuti dinamika permintaan pasar.
pasar yang dilakukan. Selain itu, Gambar 4 juga
Kondisi tersebut menerminkan penerapan sistem
memperlihatkan bahwa pada awal kondisi
tarik (pull system) oleh perusahaan eksportir
persediaan sayuran di perusahaan eksportir
sayuran. Sedangkan untuk persediaan sayuran di
mengalami ketidakstabilan karena adanya
eksportir mernunjukkan perilaku serupa dengan
kekurangan pasokan dari pengadaan dengan
hasil simulasi 1, terjadi ketidakstabilan persediaan
kontrak pemasaran dan pembelian dari pedagang.
di awal waktu, namun dalam jangka panjang
Namun demikian, dalam jangka panjang tercapai
kestabilan persediaan dapat dilakukan mengikuti
kestabilan yang mengikuti perubahan permintaan
dinamika permintaan pasar.
pasar.

117
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

600
Pengiriman Kualitas 1 Ke Luar Negeri
kualitas dan keamanan pangan merupakan upaya
strategik untuk menembus pasar global (Martinez
and Poole, 2004).
500
kg/Day

400

Pengiriman Kualitas 1 Ke Luar Negeri


600
300

500
200
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000
Time (Day)
Pengiriman Kualitas 1 Ke Luar Negeri : Current

kg/Day
400

Persediaan Kualitas 1 di Eksportir


4,000

300

3,500

200
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000
Time (Day)
kg

3,000 Pengiriman Kualitas 1 Ke Luar Negeri : Current

Persepsi Fraksi Pesanan kualitas 1 yang Terpenuhi


1
2,500

0.95
2,000
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000
Time (Day)
Persediaan Kualitas 1 di Eksportir : Current

Dmnl
0.9

Gambar 6. Hasil simulasi 2 untuk pengiriman


sayuran ke pembeli luar negeri serta persediaan 0.85

sayuran di perusahaan eksportir. 0.8


0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000
Time (Day)
Persepsi Fraksi Pesanan kualitas 1 yang Terpenuhi : Current

Gambar 7 memperlihatkan hasil simulasi 2 Gambar 7. Hasil simulasi 2 untuk pengiriman


yang menunjukkan bahwa perusahaan eksportir sayuran ke pembeli luar negeri serta persepsi
sayuran telah berusaha untuk melakukan pembeli luar negeri terhadap pesanan yang
pengiriman sesuai dengan permintaan pasar. terpenuhi.
Namun demikian pada awal waktu, perusahaan
eksportir belum mampu memenuhi setiap SIMPULAN DAN SARAN
pesanan dari pembeli luar negeri sehingga dalam Simpulan
jangka persepsi pembeli luar negeri terhadap
pesanan yang terpenuhi kurang baik. Sejalan 1. Penerapan manajemen rantai pasok berupa
dengan terbangunnya basis produksi melalui strategi kontrak pemasaran dengan kelompok
kemitraan kontrak pemasaran dengan kelompok produsen dan strategi pembelian dari
produsen, dalam jangka panjang setiap pesanan pedagang di sentra produksi secara bersamaan
sayuran dari pembeli luar negeri dapat terpenuhi. mampu merespon dinamika permintaan
sayuran dari pembeli luar negeri dalam jangka
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
pendek dan jangka panjang.
eksportir harus memberikan prioritas utama pada 2. Penerapan strategi pembelian dari pedagang
strategi pengadaan kontrak pemasaran dengan dilakukan sebagai upaya jangka pendek untuk
kelompok produsen. Adapun penerapan strategi menutup kekurangan pasokan, namun dalam
pembelian dari pedagang dilakukan sebagai upaya jangka panjang strategi pembelian dari
jangka pendek untuk menutup kekurangan pedagang di sentra produksi tidak perlu
pasokan. Demikian demkian, dalam jangka dilakukan lagi.
3. Pemilihan strategi kontrak pemasaran dengan
panjang strategi pembelian dari pedagang di
kelompok produsen sebagai prioritas utama
sentra produksi tidak perlu dilakukan lagi. mampu menjaga kesinambungan pasokan
Pemilihan strategi kontrak pemasaran sayuran dalam jangka panjang serta berperan
dengan kelompok produsen sebagai prioritas untuk memastikan jaminan keamanan pangan
utama, selain untuk menjaga kesinambungan dan sistem penjejakan (traceablity system)
pasokan sayuran dalam jangka panjang, juga produk sayuran yang dikirim ke pembeli luar
negeri.
mempunya peran untuk memastikan jaminan
kualitas dan keamanan pangan produk sayuran
yang dikirim ke pembeli luar negeri. Jaminan

118
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Saran pages 503-529.


 Martinez MG and Poole N. 2004. The
Perusahaan eksportir sayuran disarankan development of private fresh produce safety
untuk menerapkan manajemen rantai pasok
standards: implications for developing
Mediterranean exporting countries. Food
berupa strategi kemitraan kontrak dengan Policy 29 (2004) 229–255. Elseviere.
kelompok produsen dengan memperhatikan Netherland.
prinsip efisiensi dan keadilan untuk mewujudkan  Perdana T and Kusnandar. 2012. The Triple
keunggulan bersaing yang berkesinambungan di Helix Model for Fruits and Vegetables Supply
pasar global. ChainManagement Development Involving
Small Farmers in Order toFulfill the Global
Market Demand: a Case Study in ―Value Chain
UCAPAN TERIMA KASIH
Center (VCC) Universitas Padjadjaran‖.
Procedia-Social Behavioral Sciences 52 pp 80-
Artikel ini merupakan bagian dari hasil 89. Elsevier. Netherland.
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT)  Reardon T, Timmer P and Berdegue J. 2004.
pada tahun 2014, oleh karena itu ucapan terima The Rapid Rise of Supermarkets in Developing
kasih disampaikan kepada Kementerian Countries: Induced Organizational,
Pendidikan dan Kebudayaan serta Lembaga Institutional, and Technological Change in
Agrifood Systems. Journal of Agricultural and
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Development Economics Vol. 1, No. 2, 2004,
(LPPM) Universitas Padjadjaran yang telah pp. 168-183. Agricultural and Development
membiayai PUPT tersebut. Ucapan terima kasih Economics Division (ESA) FAO. Rome.
juga disampaikan kepada Fakultas Pertanian  Sterman JD. 2000. Business Dynamics :
Universitas Padjadjaran yang telah memberikan System Thinking and Modeling for a
ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian Complex World. McGraw Hill. Boston.
dan penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Bell C, Higgs R, Vickers S, Toncinich S, Haslett


T. 2003. Using Systems Modelling to
Understand The Dynamics of Supply Chains.
Department of Management Faculty of
Business and Economics. Monash University.
Australia.
 Chandrasekaran N and Raghuram G. 2014.
Agribusiness Supply Chain Management. CRC
Press – Taylor & Francis Group. New York.
 Ditjen Hortikultura Kementan, 2013. Data
Impor dan Ekspor Hortikultura. Diakses
dari www.hortikultura.deptan.go.id pada
tanggal 20 Oktober 2013.
 Ditjen Pemasaran dan Pengolahan Hasil
Pertanian Kementan. 2013. In–Store
Marketing and Promotion di Pasir Panjang
Wholesale Center (PPWC) Singapura. Diakses
dari www.pphp.deptan.go.id pada tanggal 20
Oktober 2013.
 Kirsten J and Sartorius K. 2002. Linking
agribusiness and smallscale farmers in
developing countries: is there a new role for
contract farming?. Development Southern
Africa, Taylor & Francis Journals, vol. 19(4),

119
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PERANCANGAN MODEL SISTEM PENELUSURAN PADA RANTAI


PASOK KOMODITAS SAYURAN UNTUK PASAR TERSTRUKTUR
(STUDI KASUS PADA SUB TERMINAL AGRIBISNIS MEKAR MULYA,
DESA MARGA MEKAR, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN
BANDUNG, JAWA BARAT)
Ninda Saraswati1 dan Tomy Perdana2

1. Alumnus Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jl.Raya Jatinangor No.21 Sumedang


2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jl.Raya Jatinangor No.21 Sumedang

(e-mail: saraswati.ninda@gmail.com dan tomyperdana@gmail.com)

ABSTRAK. Keamanan pangan pada produk sayuran merupakan hal yang harus diperhatikan secara khusus
mengingat karakteristik sayuran yang mudah tercemar bahan kimia yang berasal dari pemupukan ataupun
dalam proses penanganan pasca panennya. Untuk menjamin keamanan pangan produk sayuran kepada
konsumen, produsen atau distributor dapat menerapkan sistem penelusuran pada produknya. Penerapan
sistem penelusuran dalam STA Mekar Mulya dilakukan untuk menambah nilai tambah pada produk yang
akan dijual. Perancangan model telah dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan menghasilkan identifikasi
kebutuhan sistem, pengembangan model traceability internal serta pengembangan model untuk pertukaran
informasi antar pelaku yang terlibat dalam rantai pasok. Identifikasi kebutuhan model dilakukan berdasarkan
kebutuhan dokumen yang dikeluarkan oleh pelaku dan digambarkan dalam use case diagram. Model
implementasi sistem traceability juga dikembangkan untuk STA Mekar Mulya yang meliputi proses input,
mekanisme serta output. Dalam model pertukaran informasi terdapat beberapa informasi yang tidak
diteruskan kepada pelaku selanjutnya dalam rantai pasok dan hanya menjadi informasi internal STA saja.
Dalam perancangan desain basis data, digunakan dua tahapan rancangan yaitu tahapan rancangan
konseptual dan logikal. Pada tahapan rancangan konseptual dilakukan pembuatan Entity Relationship
Diagram (ERD)

Kata Kunci: keamanan pangan, model sistem penelusuran pertanian, entity relationship diagram, basis data.

ABSTRACT. Food safety in vegetable products is something that should be noted specifically, considering of
its characteristic which easily contaminated by some chemical product from fertilization or post-harvest
process. The producer or distributor can apply traceability system to guarantee the food safety of their
product. Traceability system application in STA Mekar Mulya needed to be done to give an extra value to
the products. Designing the model has been done based on the study and make system requirement
identification, internal traceability model development, and model development for information exchange
between involved actors on supply chain as a results. Model requirement identification was done based on
document requirement that produced by actor and has been describing on a use case diagram. An
implementation model for traceability system was also have been developed for STA Mekar Mulya which
including the input process, mechanical, and the output. On the information exchange model, some
information was not send right along to the next actor on the supply chain and only saved as an internal
information. On the database designing, there was two designing stage that has been used, that is
conceptual stage and logical stage. Conceptual stage was describing by an Entity Relationship Diagram
which (ERD)

Keywords: food safety, traceability system model in agriculture, entity relationship diagram, database.

120
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP (STA) sebagai product collector sebelum


dipasarkan ke pasar terstruktur. STA merupakan
Tujuan dari penelitian ini adalah tempat atau jasa pemasaran hasil komoditas
merancang model sistem penelusuran (traceability pertanian.
system) produk sayuran yang sesuai dan
merancang desain basis data yang sesuai untuk METODE
pencatatan produk sayuran untuk diterapkan
pada Sub-Terminal Agribisnis Mekar Mulya di Penelitian ini dilakukan dengan desain
Desa Marga Mekar, Kecamatan Pangalengan, penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. pencatatan secara manual yang telah dilakukan
oleh STA Mekar Mulya sehingga nantinya peneliti
PENDAHULUAN dapat merancang model sistem penelusuran dan
desain basis data yang sesuai untuk diterapkan di
Sebagai negara agraris, produk pertanian STA Mekar Mulya. Model sistem penelusuran yang
memiliki peran yang besar dalam peningkatan akan dibuat dalam penelitian ini dilakukan dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perdagangan dua tahapan yaitu perancangan model sistem
komoditas pertanian di pasar lokal didominasi penelusuran dan desain basis data. Perancangan
dengan penjualan dan pembelian produk model sistem penelusuran akan menggambarkan
hortikultura, khususnya sayuran. Sayuran informasi yang akan disimpan dan dipertukarkan
merupakan produk yang rentan pada aspek dalam rantai pasok sayuran. Selanjutnya
keamanan pangan. Hal tersebut dikarenakan pada digambarkan pula proses pertukaran informasi
saat proses produksinya, sayuran seringkali yang akan dilakukan dengan menggunakan
diberikan pestisida dan berbagai bahan kimia sequence diagram yang menggambarkan interaksi
lainnya yang dosisnya tidak tetap. Pemberian antar objek di dalam dan di sekitar sistem
bahan kimia dengan dosis yang tidak tetap (termasuk pengguna, display, dan sebagainya)
menyebabkan pedagang dan konsumen berupa pesan yang digambarkan terhadap waktu.
menemukan kesulitan dalam mengetahui Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal
kandungan residu bahan kimia yang terdapat (waktu) dan dimensi horizontal (objek yang
pada sayuran yang akan dikonsumsi. Keamanan terkait).
produk pertanian yang beredar di pasaran Desain basis data yang dibuat dalam
sebenarnya dapat dijamin oleh produsen dan penelitian bertujuan untuk mengurangi adanya
penyalur dengan menggunakan pengelolaan program data dependence, duplikasi data dan
rantai pasok yang baik dan terpadu. Dalam hal keterbatasan berbagi informasi yang
ini, pengelolaan rantai pasok berperan penting direpresentasikan menggunakan Entity
dalam aktivitas pencatatan, pendokumentasian Relationship Diagram (ERD). ERD merupakan
serta perekaman (record keeping). Aktivitas ini suatu model untuk menjelaskan hubungan antar
sering di sebut sebagai traceability system atau data dalam basis data berdasarkan objek-objek
sistem penelusuran. dasar data yang mempunyai hubungan antar
Pada praktiknya, sistem penelusuran relasi. Dalam penelitian ini, perancangan desain
merupakan prosedur penyimpanan catatan alur basis data hanya dilakukan hingga tahapan
suatu unit atau batch tertentu dari suatu produk perancangan logikal untuk menghasilkan skema
atau bahan dari para pemasok, di seluruh eksternal dan konseptual.
tahapan menengah (intermediate) yang
melakukan pemroresan dan penggabungan bahan HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi produk baru dan pada seluruh rantai
persediaan ke para pelanggan dan pada akhirnya Sistem traceability pada dasarnya adalah
ke konsumen (Undang-Undang Pangan Uni salah satu penerapan manajeman sistem
Eropa,2002). informasi yang dilakukan dengan tepat. Dalam hal
Penerapan sistem penelusuran ini, informasi yang akan dibutuhkan adalah
seharusnya dapat dilakukan oleh setiap petani, informasi mengenai riwayat produk sayuran yang
mengingat bahwa jaminan keamanan pangan akan didistribusikan kepada konsumen (pasar
bagi konsumen sangatlah penting. Namun dengan terstruktur). Untuk menyajikan informasi tersebut
kondisi petani Indonesia yang didominasi dengan kepada pelaku yang membutuhkan nantinya tentu
petani kecil, maka peran ini dapat dilakukan oleh harus ada pencatatan terhadap setiap aktivitas
pengumpul besar ataupun Sub Terminal Agribisnis produk yang berlangsung. Oleh karena itu, proses

121
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

penerapan sistem traceability pada rantai pasok yang membutuhkan informasi (bagian kanan).
sayuran berpusat di STA Mekar Mulya yang dapat Beberapa pelaku tersebut adalah pelaku yang
melakukan sistem pencatatan terhadap riwayat terlibat dalam rantai pasok sayuran di STA Mekar
produk sayuran yang akan didistribusikan. Mulya, yaitu kelompok tani, PAL, STA Mekar
Pencatatan yang akan dilakukan oleh STA Mulya, serta pasar tersruktur (Pasar ―A‖, Pasar
Mekar Mulya dilakukan mulai dari kegiatan ―B‖, Pasar ―T‖, dan Pasar ―S‖).
produksi hingga distribusi produk dan informasi Berdasarkan use case diagram yang telah
yang dicatat akan disesuaikan dengan kebutuhan dibuat kita dapat membuat rincian kebutuhan
informasi STA Mekar Mulya. Proses penerapan informasi yang diperlukan dalam sistem
sistem penelusuran dapat dilakukan dalam traceability pada rantai pasok sayuran di STA
beberapa tahapan, mulai dati identifikasi Mekar Mulya. Informasi tersebut dapat dilihat
kebutuhan sistem, perancangan traceability berdasarkan prosedur dalam produksi sayuran di
internal, hingga pengembangan proses STA Mekar Mulya. Berdasarkan prosedur tersebut
pertukaran informasi antar pelaku dalam rantai pihak Quality Control (QC) dapat melakukan
pasok. Tahapan pertama, yaitu identifikasi identifikasi informasi yang dibutuhkan untuk
kebutuhan sistem dilakukan untuk membuat merancang rencana perekaman yang akan
daftar kebutuhan informasi yang kemungkinan dilakukan. Prosedur produksi sayuran untuk pasar
dibutuhkan oleh masing-masing pelaku dalam terstruktur yang dilakukan oleh STA Mekar Mulya
rantai pasok dan dapat digambarkan melalui use dapat dilihat pada perekaman dapat dilihat pada
case diagram seperti yang tercantum pada Tabel 1.
Gambar 1.
Tabel 1. Tahapan Prosedur Produksi Sayuran dan
Rencana Formulir Perekaman

Gambar 1. Use Case Diagram untuk Sistem Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan
Traceability pada Rantai Pasok sistem dan mengetahui pelaku yang terlibat
Sayuran di STA Mekar Mulya dalam rantai pasok maka dapat digambarkan
skema prosedur pencatatan untuk pemenuhan
Berdasarkan use case diagram dapat informasi database yang disarankan seperti yang
dilihat bahwa ada beberapa pelaku yang tercantum pada Gambar 2.
menghasilkan informasi (bagian kiri) dan pelaku

122
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Gambar 2. Prosedur Pencatatan yang Disarankan dalam Sistem Traceability di STA Mekar Mulya

Proses pencatatan yang disarankan dalam rantai distribusi produk penting dilakukan untuk
Gambar 2 menunjukkan bahwa proses pencatatan mencapai sistem traceability yang efektif (Derrick
dilakukan pertama kali oleh petani sebagai dan Dillon, 2004).
produsen sayuran dan diteruskan kepada pelaku Penerapan traceability dalam rantai pasok
selanjutnya hingga pencatatan pasca panen sayuran harus mampu mencantumkan informasi
dilakukan dan seluruh formulir pencatatan input produksi tambahan yang dilakukan dalam
diberikan kepada pihak administrator STA Mekar proses penanganan pasca panen. Hal ini
Mulya untuk selanjutnya informasi yang ada dikarenakan, sayuran merupakan bahan pertanian
dalam formulir dipindahkan ke dalam database yang mudah sekali tercemar oleh bakteri dan
STA Mekar Mulya. virus yang tidak diketahui asalnya. Selain itu,
Sistem traceability dalam distribusi rantai penanganan pada produk sayuran pun berbeda-
pasok sayuran sangat diperlukan untuk menjamin beda bergantung pada jenis sayuran tersebut.
kemampuan pelacakan secara utuh. Untuk itu Untuk itu, seluruh aktivitas penanganan sayuran
seluruh pelaku yang terlibat dalam rantai pasok juga harus direkam dan diketahui oleh seluruh
seharusnya mampu untuk menyimpan dan pelaku dalam rantai pasok.
memelihara informasi yang berkaitan dengan asal Untuk mengetahui informasi apa saja
produk dan tetap mampu menelusuri/mengikuti yang harus didokumentasikan dan diteruskan
jalur dan perubahan bentuk yang dialami produk kepada pelaku selanjutnya dalam rantai pasok
di sepanjang proses produksi dalam suatu rantai sayuran di STA Mekar Mulya, maka dapat dibuat
pasok. Berbagai informasi antar pelaku dalam gambaran seperti yang ada pada Gambar 3.

123
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Gambar 3. Pertukaran Informasi antara Pelaku dalam Rantai Pasok Sayuran STA Mekar Mulya

Gambar 3 menunjukkan bahwa tidak Selain gambaran dokumentasi pencatatan


semua informasi yang dicatat oleh pelaku dan pembagian informasi untuk masing-masing
diteruskan kepada pelaku selanjutnya dalam pelaku diatas, pertukaran informasinya juga dapat
rantai pasok. Informasi yang diteruskan kepada digambarkan melalui sebuah sequence diagram.
pelaku selanjutnya ditunjukkan dengan angka- Dalam sequence diagram kita dapat melihat
angka superscript dalam gambar. Informasi yang gambaran pertukaran informasi saat salah satu
diteruskan diharapkan dapat membantu para pelaku meminta informasi tambahan mengenai
pelaku untuk menerapkan sistem traceability produk yang dikeluarkan oleh STA. Sequence
secara keseluruhan. diagram untuk rantai pasok sayuran di STA Mekar
Mulya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Sequence Diagram untuk Pertukaran Informasi pada Rantai Pasok Sayuran di STA Mekar Mulya

124
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Berdasarkan Gambar 4, kita dapat melihat terlebih dahulu. Penentuan entitas harus dibuat
bahwan ketika terjadi permintaan tambahan sesuai dengan keadan STA Mekar Mulya,
informasi mengenai riwayat produk oleh pasar dalamhal ini entitas dalam ERD yang dibuat terdiri
terstruktur, kita dapat melihat respon yang atas 5 entitas, yaitu STA Mekar Mulya, Supplier
dikeluarkan oleh STA Mekar Mulya pada gambar kelompok tani), Sayuran (bahan baku), produk,
sequence diagram diatas. Berdasarkan diagram serta pasar (konsumen).
tersebut, dapat dilihat bahwa untuk menjalankan Dalam setiap entitas tersebut terdapat
model sistem traceability seperti ini dibutuhkan atribut yang didasarkan pada formulir pencatatan
kecepatan respon oleh STA terhadap informasi yang telah dibuat sebelumnya. Atribut tersebut
tambahan yang diminta oleh pasar terstruktur, berfungsi untuk mendeskripsikan karakteristik dari
terlebih jika terjadi kasus pada keamanan pangan. entitas tersebut. Kelima entitas tersebut akan
Selanjutnya, untuk melihat hubungan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
antara pelaku dan informasi yang ada dalam Hasil dari penghubungan entitas tersebut akan
rantai pasok dapat dilihat dengan cara membuat menjadi suatu Entity Relationship Diagram (ERD)
entity relationship diagram (ERD) dimana dalam yang dicantumkan dalam Gambar 5.
membuat ERD kita harus menentukan entitasnya

Gambar 5. Entity Relationship Diagram (ERD) dari basis data Traceability

Entity Relationship Diagram (ERD) yang Untuk mengembangkan hal tersebut


telah dibuat merupakan tahapan rancangan maka proses yang akan dilakukan adalah
konseptual dalam pembuatan basis data untuk memasukkan kembali informasi pada basis data
STA Mekar Mulya. Tahapan selanjutnya adalah yang telah dibuat pada Microsoft Access ke dalam
tahapan rancangan logikal, dimana dalam basis data untuk server, dalam hal ini aplikasi
tahapan ini ditentukan alat untuk mengelola yang digunakan sebagai wadah basis data untuk
Database Managemen System (DBMS) untuk server adalah MySQL. MySQL merupakan data
mengimplementasikan rancangan ERD yang telah base manajemen system SQL yang bersifat open
dibuat. Dalam penelitian ini DBMS yang dipilih source yang cepat, reliable serta mudah
sebagai alat pencatatan informasi adalah digunakan (Dalam Uli, 2012). Basis data dalam
Microsoft Access. Microsoft Access dipilih karena MySQL dibangun dengan tujuan agar aplikasi
kemudahan dalam aksesnya karena memiliki berbasis web yang terhubung dengan pembaca
platform windows yang menjadi platform yang QR Code dapat memilah informasi yang akan
paling sering digunakan secara umum. ditampilkan kepada konsumen dari keseluruhan
Selanjutnya Berdasarkan desain basis informasi yang ada dalam basis data pada STA
data yang telah dibuat sebelumnya, diharapkan (Microsoft Access). Untuk arsitektur umum cara
pengembangan yang lebih lanjut untuk penerapan kerja sistem penelusuran dengan mengunakan QR
sistem traceability-nya bisa dilakukan. Code dapat dilihat pada Gambar 6.
Pengembangan sistem traceability untuk lebih
lanjut diharapkan basis data dapat diubah
menjadi QR Code yang dapat dicantumkan dalam
kemasan sayuran agar konsumen dapat berperan
serta dalam traceability yang telah diterapkan.

125
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

untuk menggambarkan 5 entitas yang saling


berhubungan. Kelima entitas tersebut adalah STA
Mekar Mulya, Supplier (Kelompok Tani), Sayuran
(Bahan Baku), Produk, serta Pasar (Konsumen).
Selanjutnya, pada rancangan logikal, ERD yang
telah dibuat diaplikasikan pada software yang
telah dipilih yakni Microsoft Access dan MySQL.

DAFTAR PUSTAKA

 GS1. 2009. The Global Traceability Standard:


Gambar 6. Arsitektur Umum Cara Kerja Proses Supporting Visibility, Quality, and Safety in
Penelusuran dengan QR Code the Supply Chain. Diakses melalui
www.gs1.com pada 7 Februari 2014
Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat  Hesamestyna, Molly. 2011. Identifikasi Titik
bahwa QR Code yang tertera pada kemasan Kritis Traceability Menggunakan Metode
sayuran bisa diakses menggunakan device yang Pendekatan Failure Modes Effects and
terhubung dengan internet. Selanjutnya QR Code Criticality Analysis (FMECA) Pada Industri
tersebut dibaca oleh QR Code reader, dimana QR Pengolahan Udang Breaded Di PT Y. Bogor:
Code akan diterjemahkan dalam kode yang akan Institut Pertanian Bogor
menghubungkannya dengan aplikasi berbasis  ISO. 2007. Tracebility in the feed and food
website yang telah dibuat. Kode yang telah chain – General principles and basic
diterima selanjutnya akan diteruskan ke server rewuirements for system design and
untuk menemukan basis datanya. Informasi yang implementation.
berada pada server (MySQL) didasarkan pada  Meidiyanti, Fitri. 2011. Optimasi Sistem
informasi yang berada pada basis data STA Mekar Traceability dalam Industri Pengolahan Udang
Mulya. Breaded Black Tiger (Penaeus monodon)
dengan Pendekatan Konsep Batch Dispertion.
SIMPULAN Bogor: Institut Pertanian Bogor
 Opara, Linus U. 2002. Traceability in
Model sistem traceability yang akan Agriculture and Food Supply Chain: a Review
diterapkan pada STA Mekar Mulya meliputi of Basic Concepts, Technological Implications,
kegiatan pencatatan dan pemasukkan data ke and Future Prospects.
dalam basis data yang telah dibuat dalam  Pascal, Liu. 2007. A Practical Manual for
Microsoft Access. Selain itu, dalam model sistem Producer and Exporters from Asia:
ini juga terdapat alur pertukaran informasi yang Regulations, Standards and Certification for
telah dirancang agar sesuai dengan kondisi STA Agricultural Exports. Trade and Markets
Mekar Mulya saat ini. Proses pencatatan akan Division, FAO.
dilakukan dalam seluruh aktivitas proses produksi  Perdana, Tommy. 2012. Model Manajemen
hingga proses penanganan pasca panen sayuran Logistik dalam Meningkatkan Daya Saing
yang telah disesuaikan dengan SOP penanganan Produsen Sayuran Skala Kecil untuk
pascapanen yang terdapat di STA Mekar Mulya. Memenuhi Permintaan Pasar Terstruktur.
Dalam permodelan pertukaran informasi, dapat Diakses melalui
dilihat bahwa tidak semua informasi yang dicatat www.tommyperdana.blogspot.com pada 30
akan diteruskan kepada pelaku selanjutnya dalam Februari 2013)
rantai pasok karena sebagian informasi akan  Rizal, Achmad. 2011. Analisis dan Desain
disimpan sebagai informasi internal aktor, yakni Sistem Informasi untuk Penerapan
STA Mekar Mulya. Dokumentasi Program Traceability pada
Perancangan desain basis data dilakukan Rantai Distribusi Produk Tuna Loin Beku.
dalam rancangan konseptual dan rancangan Bogor: Institut Pertanian Bogor.
logikal. Pada rancangan konseptual dilakukan
pembuatan Entity Relationship Diagram (ERD)

126
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

UPAYA MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PASOKAN TOMAT


MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI MODERN DI KELOMPOK
TANI KATATA, DESA MARGAMEKAR, KECAMATAN
PANGALENGAN
Fadilla Fitriana1), Tomy Perdana, SP. MM2)

1) Mahasiswa Program Strata Fakultas Pertanian UNPAD


2) Staf Pengajar Program Strata Fakultas Pertanian UNPAD

(e-mail: fadilla.fitriana@yahoo.co.id / tomyp1973@yahoo.com)

ABSTRAK. Adanya spesifikasi permintaan tomat dari pasar terstruktur menuntut petani di
Kelompoktani Katata untuk mempertahankan ketersediaan input tomat yang berkelanjutan.
Ketersediaan pasokan tomat dapat terjamin apabila proses produksi berjalan dengan baik. Seringkali
proses produksi terhambat ketika cuaca ekstrim menyerang, hal ini dapat mengakibatkan penurunan
kualitas dan kuantitas tomat. Salah satu upaya dalam menghadapi permasalahan tersebut adalah
dengan menerapkan teknologi modern berupa rain shelter dan sprinkle irrigation di lahan budidaya
katata. Penelitian ini bertujuan untuk memahami sistem rantai pasok tomat di Kelompoktani Katata
serta mengkaji upaya untuk mengurangi permasalahan yang dapat menghambat ketersediaan
pasokan tomat untuk pasar terstruktur. pemahaman terhadap kompleksitas sistem ketersediaan
tomat ini menggunakan pendekatan pemodelan kualitatif yang didasarkan pada system thingking.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya penggunaan teknologi mampu mempertahankan
kualitas dan kuantitas tomat dalam memenuhi permintaan dari pasar terstruktur yang
berkepanjangan.

Kata Kunci : Tomat, Ketersediaan, system thingking, Kelompoktani Katata

ABSTRACT. The existence of demand specifications tomatoes from the farmers market demands
structured in Katata farmer groups for maintaining continuous availability of inputs tomatoes. Supply
of tomatoes can be guaranteed if the production process is going well. Often the production process
is inhibited when extreme weather strikes, this can lead to a decrease in the quality and quantity of
tomatoes. One effort in dealing with these problems is to apply modern technology in the form of rain
shelter and sprinkle irrigation in cultivated land Katata. This study aims to understand the supply
chain system of tomato in Katata farmer groups and reviewing efforts to reduce the problems that
may inhibit the supply of tomatoes to market structured. understanding of the complexity of this
system is the availability of tomatoes using qualitative modeling approach that is based on the system
thingking. These results indicate that efforts to use technology is able to maintain the quality and
quantity of tomatoes in the market to meet the demand of prolonged structured.

Keywords : Tomatoes, availability, system thingking, Katata Farmers Group

127
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
Dari kelima kelompok tani yang
PENDAHULUAN menggunakan jasa STA Mekarmulya,
kelompok tani katata merupakan penyumbang
Komoditas hortikultura khususnya tomat terbanyak. Saat itu kelompok tani
sayuran lebih dinamis dalam memenuhi katata telah berhubungan dengan beberapa
keinginan tren pasar maupun konsumen, pasar terstruktur yang memerlukan pasokan
dengan kata lain komoditas sayuran memiliki tomat. Adapun pasar terstruktur yang
peluang dan prospek yang baik untuk berhubungan langsung dengan kelompok tani
dikembangkan. Salah satu sentra atau katata diantaranya Pasar ―A‖, ―B‖dan ―T‖.
pemasok kebutuhan sayuran terbesar di Ketiga perusahaan tersebut adalah jenis pasar
Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat dengan yang berperan sebagai perantara antara
kontribusi terhadap pendapatan nasional produsen dengan konsumen, diantaranya ada
sampai tahun 2007 seperti kubis sebesar yang memasarkan untuk lokal (supermarket)
28,67%, tomat 42,05%, kentang 33,61%, maupun untuk ekspor.
cabe merah 27,21% dan 14,46% bawang Permintaan pasokan tomat dari pasar
merah. terstruktur datang secara kontinyu dengan
Saat ini tomat merupakan salah satu kriteria dan jumlah yang berbeda dari masing-
komoditas yang peluang pasarnya masih masing pasar. Petani anggota di kelompok tani
sangat terbuka khususnya untuk diekspor dan katata harus mampu memenuhi permintaan
banyak dibudidayakan di daerah Jawa Barat. tersebut 3 kali dalam seminggu. Adanya iklim
Hal ini juga dapat dilihat dari pernyataan yang tidak dapat diprediksi dapat menghambat
sebelumnya bahwa komoditas sayuran yang proses produksi, sehingga pasokan tomat tidak
memberikan kontribusi terbesar adalah tomat dapat terjamin ketersediannya. Pada saat
yaitu sebesar 42,05%. musim hujan berlebih datang udara menjadi
Kabupaten Bandung memiliki wilayah lebih lembab sehingga tanaman tomat yang
dengan luas wilayah pembangunan tomat tumbuh akan rentan terhadap penyakit, hal ini
terbesar kedua setelah Kabupaten Garut yaitu tentu merugikan bagi petani karena kualitas
sekitar 1,244 Ha (Dinas Pertanian Tanaman tomat yang dihasilkan akan menurun.
Pangan Provinsi Jawa Barat, 2014). Sentra Sedangkan pada musim kemarau yang
produksi tomat di Kabupaten Bandung berada berkepanjangan tanaman tomat seringkali
pada 3 kecamatan, yaitu Kecamatan mengalami kekeringan karena kekurangan
Pangalengan, Kecamatan Cimenyan dan supply air. Secara tidak langsung hal itu dapat
Kecamatan Lembang. menurunkan produktivitas, karena satu
Desa Margamekar yang terletak di tanaman saja kekeringan berati tanaman
Kecamatan Pangalengan dikenal sebagai tersebut tidak dapat menghasilkan buah
penghasil sayuran dengan kualitas yang baik, tomat.
hal ini terlihat dari di bangunnya STA (Sub Adanya permasalahan dalam proses
Terminal Agribisnis) di kawasan tersebut. Sub produksi dikelompok tani katata adalah
Terminal Agribisnis ini dibangun pada tahun disebabkan oleh ketidakpastian iklim dan
2009 dan dinamakan STA Mekarmulya. Pada cuaca. Saat ini kelompok tani katata telah
mulanya STA Mekarmulya hanya sebatas menggunakan teknologi modern berupa rain
gedung yang tidak difungsikan, namun pada shelter untuk menjaga kualitas tomat pada
tahun 2013 Laboratorium Agribisnis, Fakultas musim hujan. Rain shelter berfungsi sebagai
Pertanian, Universitas Padjadjaran bermaksud penaung tanaman tomat dari cuaca ekstrim.
untuk mengaktifkan peran STA Mekarmulya. Selain itu kelompok tani katata juga
Sehingga sejak saat itu STA Mekarmulya menggunakan spinkle irrigation agar
berperan sebagai pemberi informasi pasar, ketersediaan air pada musim kemarau dapat
penghubung antara pasar dengan petani dan terjaga kontiyuitasnya. Dengan diterapkannya
juga sebagai terminal penyimpanan produk teknologi modern tersebut diharapkan dapat
berikut dengan seluruh kegiatan logistik yang meningkatkan kualitas dan produktivitas tomat
berupa pengolahan pascapanen. Meskipun di kelompok tani katata.
demikian, tidak semua kelompok tani yang ada Artikel ini khusus membahas
di Desa Margamekar menggunakan jasa STA mengenai koordinasi yang terjadi dalam
Mekarmulya. Adapun kelompok tani yang jaringan sistem rantai pasokan tomat di
bergabung adalah kelompok tani, baraya, kelompok tani katata untuk pasar terstruktur.
katata, biomedia, sauyunan, dan saritani. koordinasi yang terjadi antara pelaku klaster

128
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
akan meningkatkan daya saing dan Sedangkan kontrak yang kedua adalah
produktivitas usaha. Berdasarkan uraian kemitraan tidak langsung. Dikatakan tidak
tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa langsung karena STA Mekarmulya tidak
masalah yang menarik untuk dikaji, yaitu : mengadakan kontrak secara langsung dengan
1) Bagaimanakah unsur-unsur pembentuk pasar terstruktur. Dalam hal ini pasar
dan keterkaitannya dalam sistem rantai terstruktur menjalin kontrak dengan kelompok
pasok tomat untuk pasar terstruktur? tani setempat, kemudian kelompok tani
2) Apakah penerapan teknologi modern tersebut bermitra dengan STA Mekarmulya.
dapat menjaga kontinyuitas hasil Peran STA Mekarmulya disini hanya sebagai
produksi tomat di kelompok tani katata? tempat pengolahan pasca panen, sehingga
tidak memiliki tanggungjawab apapun kepada
METODE pasar terstruktur. Adapun pihak yang
bertanggung jawab dan menanggung kerugian
Objek penelitian ini adalah sistem apabila terjadi kesalahan adalah kelompoktani.
rantai pasokan tomat untuk pasar terstruktur Kelompoktani katata sebagai salah
dalam kelompok tani katata di Desa satu kelompoktani yang bermitra dengan STA
Margamekar, Kecamatan Pangalengan. Mekarmulya memang telah memiliki pasarnya
Metode penelitian ini dirancang sebagai studi sendiri. Menurut kontrak yang telah ada pasar
kasus (case study) untuk mencari informasi terstuktur yang bekerjasama dengan
secara mendalam yang menjelaskan sistem kelompok tani katata ada 3, yaitu Pasar ―A‖,
rantai pasokan tomat. Teknik pemodelan ―B‖ dan ―T‖, ketiga pasar tersebut adalah
sistem rantai pasokan tomat menggunakan pasar-pasar yang membutuhkan pasokan
pendekatan kualitatif berdasarkan pemodelan tomat secara kontinyu. Berdasarkan kriteria
system thingking yang kemudian digambarkan pola kemitraan yang terjadi di STA
dalam diagram sebab akibat (causal loop Mekarmulya, untuk komoditas tomat katata
diagram). Pemodelan diagram sebab akibat ini pola kemitraan yang terjadi adalah pola
merupakan bagian dari pemodelan dinamika kemitraan tidak langsung. Dalam hal ini,
sistem. kelompok tani katata yang mengadakan
perjanjian dengan Pasar ―A‖, ―B‖ dan ―T‖.
HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun bentuk perjanjian antara kelompok
Identifikasi Pelaku Rantai Pasok tani katata dengan pasar tersebut dilakukan
Komoditas Tomat secara tertulis dimana ada sanksi hukum
didalamnya.
Terdapat dua jenis kontrak yang Setelah melakukan perjanjian dengan
berlaku dalam sistem rantai pasok sayuran di pasar terstruktur, barulah kelompok tani
STA Mekarmulya. Kontrak yang pertama katata melakukan perjanjian dengan STA
dinamakan kemitraan langsung, dalam kondisi Mekarmulya sebagai tempat pengolahan pasca
ini STA Mekarmulya bertindak sebagai pelaku panen. Bentuk perjanjian antara STA
yang terikat dalam kontrak dimana Mekarmulya dengan kelompok tani katata
bertanggungjawab penuh dari mulai proses tidak dilakukan secara tertulis, melainkan
produksi hingga perlakuan pasca panen untuk terjadi berdasarkan sistem kepercayaan antara
setiap komoditas yang diperjual belikan. masing-masing individu yang terlibat.
Dalam proses produksi, STA Mekarmulya Sehingga apabila terjadi kecurangan, maka
bersama dengan kelompok tani merancang sanksi sosial yang akan berlaku.
pola tanam dan jadwal panen untuk masing- Gambar 1. menunjukkan bentuk
masing komoditas. Selain itu STA Mekarmulya sederhana dari hubungan antar pelaku dalam
juga bertanggungjawab mengawasi proses jaringan rantai pasok komoditas tomat di
produksi hingga panen, sehingga apabila kelompok tani katata. Melalui gambar tersebut
terjadi kesalahan dalam pemenuhan kualitas dapat dilihat bahwa hampir seluruh pelaku
dan kuantitas yang diinginkan oleh pasar maka terjadi hubungan/transkasi.
STA Mekarmulya yang menanggung beban
kerugiannya.

129
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

STA

Mekar Mulya
Padjadjaran Agro
Logistika (PAL)

Transaksi Pembinaan Pola Tanam Pasar ―A‖


Pengiriman
Kelompoktani Pasar ―B‖

Pasar ―T‖

Pembentukan Kontrak

Gambar 1. Skema Hubungan Antar Pelaku Dalam Jaringan Rantai Pasok Sayuran STA Mekar
Mulya (Data Primer, 2014).

Aliran Barang benih hingga petani mengirimkan sejumlah


pasokan tomat kepada pasar terstruktur.
Peta aliran barang menunjukkan Dibawah ini adalah Gambar 2. bentuk aliran
jaringan distribusi yang terjadi dalam rantai barang yang terjadi di kelompok tani katata
pasok tomat di kelompok tani katata. Aliran khusus komoditas tomat :
barang tersebut dimulai saat petani membeli

Kelompok STA
Tani Katata Mekarmulya PT. A

PT. T
Bibit

PT. B

Gambar 2. Aliran Barang Pada Rantai Pasok Tomat Kelompok Tani Katata

Keadaan lahan katata yang tersebar yang terpenting jumlah dari gabungan
dan luas panen masing-masing petani berbeda pasokan masing-masing petani berbanding
menyebabkan kuantitas/volume panen yang lurus dengan permintaan pasokan tomat dari
dihasilkan juga berbeda. Sehingga ketua pasar terstruktur. Adapun spesifikasi
kelompok tani tidak mematok kuantitas yang permintaan tomat dari pasar terstruktur
harus dipenuhi masing-masing petani. Karena dipaparkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Permintaan Tomat

Ukuran Kuantitas Permintaan per


Komoditas Pasar
Berat (gram/buah) Panjang (cm) minggu (Kg)
A >125 - 450
Tomat Tw B 100 - 112 - 2100
T 120 - 125 - 4000 - 6000

Sumber : Data Primer 2014

130
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Salah satu faktor yang dapat kendaraan bermotor. Biaya pengiriman yang
mepengaruhi kualitas tomat sebelum dilakukan akan ditanggung oleh supplier dalam
dipasarkan adalah umur tomat setelah panen. bentuk yang berbeda. Setiap pengiriman yang
Semakin lama tomat disimpan setelah panen, dilakukan akan dicatat oleh pekerja yang
semakin buruk kualitasnya begitupun mengirim barang. Pencatatan yang dilakukan
sebaliknya. Untuk itu telah ada kesepakatan meliputi jumlah dan jenis sayuran yang
antara kelompok tani katata dengan STA dikirim.
Mekarmulya maupun antara kelompok tani
katata dengan pasar ‖A‖, ―B‖, dan ―T‖ Aliran Informasi
mengenai jadwal pengiriman produk. Bentuk
kesepakatan tersebut adalah pengiriman atau Aliran informasi di Kelompoktani
penjemputan tomat oleh pihak masing-masing Katata melibatkan seluruh pihak yang terlibat
pasar, sebelumnya tomat tersebut telah di dalam rangkaian jaringan rantai pasok tomat.
proses di STA Mekarmulya. Untuk Pasar ―A‖ Informasi tersebut berisi mengenai informasi
dan Pasar ―T‖ pengiriman atau penjemputan pasar (kontrak, spesifikasi komoditas,
dilakukan setiap selasa, kamis dan minggu. pembayaran/harga), informasi benih hingga
Sedangkan untuk Pasar ―B‖ dilakukan setiap informasi transaksi yang akan dilakukan oleh
hari. Barang yang akan dikirim ke masing- masing-masing pelaku. Aliran informasi dalam
masing pasar dilakukan oleh dua orang rantai pasok di STA Mekarmulya dapat
pekerja dari kelompok tani menggunakan digambarkan seperti Gambar 3.

Toko Benih

Pasar ―A‖
Anggota Kelompok
Kelompoktani Tani Katata Pasar ―B‖

Pasar ―T‖

STA
PAL
Mekar Mulya

Gambar 3. Aliran Informasi Rantai Pasok Sayuran di STA Mekar Mulya


Keterangan :
Informasi kontrak kerja
Informasi spesifikasi permintaan
Informasi pembayaran/harga
Informasi transaksi produk
Informasi transaksi benih/saprodi

Aliran Uang
Petani

Ketua Kelompok STA


Tani Katata Mekarmulya

Pasar ―A‖ Pasar “B” Pasar “T”

Gambar 4. Aliran Uang Pada Rantai Pasok Tomat di Kelompok Tani Katata

131
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Aliran uang yang terjadi dalam rantai dilakukan oleh masing-masing pasar
pasok tomat terlihar berbanding terbalik terstruktur adalah melalui jasa perbankan
dengan aliran barangnya. Aliran uang dimulai (transfer).
dari pasar terstruktur yang bertindak sebagai
konsumen akhir membayarkan sejumlah uang Analisis System Thinking untuk Rantai
kepada kelompok tani katata. Jumlah uang Pasok Tomat
yang diterima kelompok tani katatata telah
ditambahkan Rp1.000,- sebagai ongkos proses Pengembangan model sistem rantai
pengolahan pasca panen yang dilakukan di pasok tomat memerlukan suatu pemahaman
STA Mekarmulya. Sistem pembayaran yang yang utuh terhadap kompleksitas dan
dilakukan oleh pasar tertruktur kepada dinamika yang terjadi dalam rantai pasok
kelompok tani katata dilakukan berdasarkan tomat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
jadwal yang telah ditetapkan dalam kontran. menggunakan ―Causal Loop Diagram‖ untuk
Umumnya pembayaran dilakukan 3 hari mendeskripsikan kausalitas berbagai variabel
setelah pengiriman pasokan tomat ke masing- pembentuk model sistem rantai pasok tomat.
masing pasar. Proses pembayaran yang

jumlah permintaan
+
+ tekanan untuk
service level meningkatkan konsistensi
pasokan
+

+ untuk meningatkan
usaha
jumlah produk diterima konsistensi pasokan
pasar terstruktur +
kebutuhan
+
pengembangan +
produksi petani
kebutuhan basis
iklim dan cuaca
- produksi baru
pengiriman produk ke
pasar tertruktur B1 +
tanaman layu dan mati
+ di musim kemarau
+
+
+
penanaman tanaman rentan penyakit
+
baru di musim penghujan
+ kebutuhan untuk
produksi petani mempertahankan produktivitas -+
pengiriman + pada musim kemarau
jumlah persediaan jumlah pasokan
tomat di STA produk ke pasar +
tradisional B2
Mekarmulya
keuntungan - +
+ + petani - + penggunaan sprinkle
+ irrigation kebutuhan
biaya produksi mempertahankan kualitas
petani saat musim hujan
+
+
pendapatan
kelompok tani kuantitas produk

jumlah produk dikemas


di STA Mekarmulya
+ produk off
grade
produktivitas -
-
penggunaan rain
shelter
R2

-
+
produk on volume panen +
grade
+ kualitas produk
+
R1
+
jumlah produk +
lolos sortasi +

Gambar 5. Model Diagram Umpan Balik (Causal Loop Diagram) Sistem Rantai Pasok Tomat di
Kelompok Tani Katata

Umpan balik negatif pertama (B1) Namun kebutuhan pengembangan produksi


menunjukkan kebutuhan untuk pengembangan petani tidak akan langsung terjadi (delay) karena
produksi petani akan dikurangi apabila terjadi harus terlebih dahulu melihat kebutuhan di
penanaman baru tomat, bila penanaman tomat lapangan selanjutnya baru dilaksanakan. Lalu
baru belum terjadi maka akan ada peningkatan penanaman baru tomat akan terjadi dan
kebutuhan pengembangan produksi petani.

132
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dipengaruhi apabila meningkatnya kebutuhan Setelah jumlah permintaan meningkat


basis produksi baru. maka akan timbul tekanan untuk meningkatkan
Umpan balik negatif kedua (B2) konsistensi pasokan, apabila hal itu terjadi akan
menunjukkan bahwa peningkatan penanaman mengurangi usaha untuk meningkatkan
tomat baru dipengaruhi karena meningkatnya meningkatkan konsistensi pasokan. Sedangkan
keuntungan petani untuk menanam tomat namun apabila usaha untuk meningkatkan konsistensi
petani harus menunggu terlebih dahulu pasokan meningkat akan sejalan dengan
keuntungan tersebut dikarenakan pembayaran peningkatan jumlah pasokan. Namun disisi lain
dari pihak mitra ke kelompok tani terlambat terdapat pengaruh iklim dan cuaca, apabila
(delay) dan otomatis akan mempengaruhi pengaruh iklim dan cuaca meningkat maka jumlah
peningkatan produksi petani, dengan pasokan akan menurun sehingga dapat
meningkatnya produksi petani maka biaya menurunkan jumlah produk lolos sortasi.
produksi petani juga akan meningkat namun akan Adanya peningkatan pengaruh iklim dan
mengakibatkan pengurangan keuntungan petani cuaca akan memberi efek pada meningkatnya
yang dialokasikan untuk biaya produksi petani. tanaman layu dan mati di musim kemarau
Umpan balik positif pertama (R1) sehingga kebutuhan untuk mempertahankan
menunjukkan apabila kualitas produk meningkat produktivitas pada musim kemarau perlu
maka jumlah produk yang lolos sortasi juga akan ditingkatkan. Meningkatnya kebutuhan untuk
meningkat. Dengan meningkatnya jumlah produk mempertahankan produktivitas pada musim
yang lolos sortasi akan meningkatkan produk on kemarau akan sejalan dengan alternatif
grade yang dihasilkan sehingga hasil produk off penggunaan sprinkle irrigation, dengan
grade yang didapat akan berkurang. menggunakan sprinkle irrigation kuantitas produk
Umpan balik positif kedua (R2) akan meningkat kemudian produktivitas akan
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tomat meningkat sehingga volume panen meningkat.
on grade apabila jumlah tomat yang lolos sortasi Selain itu apabila produktivitas meningkat
meningkat juga, lalu akan mempengaruhi produksi petani juga meningkat.
peningkatan jumlah tomat yang dikirim dan Pengaruh iklim dan cuaca juga akan
dikemas pada STA Mekarmulya. Peningkatan meningkatkan tanaman rentan penyakit di musim
tomat on grade pun akan mengurangi tomat off penghujan. Apabila tanamanan rentan penyakit
grade begitu juga sebaliknya. Dengan bertambah maka kebutuhan untuk
meningkatnya tomat off grade maka akan mempertahankan kualitas saat musim hujan juga
mempengaruhi peningkatan pengiriman ke pasar bertambah. Kebutuhan untuk mempertahankan
tradisional, setelah itu akan mempengaruhi kualitas pada musim penghujan meningkat
peningkatan pendapatan kelompok tani yang sehingga penggunaan rain shelter juga meningkat
berasal dari tomat off grade yang dijual di pasar sehingga kualitas produk yang di dapat juga akan
tradisional. Apabila terjadi peningkatan meningkat. Kemudian akan meningkatkan jumlah
pendapatan petani maka akan meningkatkan produk on grade, sehingga pendapatan kelompok
keuntungan petani. tani juga akan meningkat.
Setelah produk dikemas di STA
Mekarmulya meningkat maka akan terjadi SIMPULAN DAN REKOMENDASI
peningkatan jumlah persediaan tomat di STA
Mekarmulya, lalu berikutnya meningkatkan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas
pengiriman tomat ke pasar terstruktur yang dapat disimpulkan bebrapa hal, yaitu:
otomatis akan meningkatkan pendapatan 1. Pasokan tomat dari kelompok tani katata
kelompok tani yang nantinya berimbas pada untuk pasar terstruktur akan terjamin
meningkatnya keuntungan petani. ketersediaanya apabila seluruh unsur yang
Pengiriman tomat ke pasar terstruktur ada saling terkait dalam sistem yang berjalan
akan meningkatkan jumlah tomat yang diterima secara optimal dan sinergis.
oleh pasar terstruktur sehingga akan terjadi 2. Penerapan teknologi berupa rainshelter dan
peningkatan service level dan jumlah permintaan. sprinkle irrigation mampu meningkatkan
Jumlah permintaan yang meningkat akan kualitas dan kuantitas hasil produksi tomat di
menimbulkan peningkatan kebutuhan kelompok tani katata dalam jangka panjang
pengembangan produksi petani dan kebutuhan sehingga kontinyuitas produk untuk pasar
basis produksi baru yang nantinya berujung pada terstruktur.
adanya penanaman baru tomat.

133
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Berdasarkan simpulan tersebut, dapat DAFTAR PUSTAKA


direkomendasikan beberapa hal, yaitu :
1. Kelompoktani Katata perlu  Perdana, T.; Nurhayati; and Kusnandar, 2013.
mempertimbangkan kerjasama dengan Improvement Model of Supply Chain
lembaga-lembaga yang bersedia menjadi Management and Agribusiness Cluster of Red
sponsor dalam hal penyediaan rain shelter Chili: an Experience in West Java.
dan sprinkle irrigation karena teknologi International Workshop of Agri Supply Chain
tersebut dianggap mahal. Management on July 1st, 2013 at Hotel
2. Perlu dilakukan analisis resiko untuk Mercure Surabaya, Indonesia. In
melihat seberapa besar resiko usaha Collaboration
apabila menggunakan teknologi modern  Krova, M.; Karmana H. M.; Suryadi, D.;
terutama pengaruh terhadap keuntungan Tawaf, R, 2013. Upaya Meningkatkan
petani. Ketersediaan Sapi Bali Bakalan Melalui
Pendekatan Klaster Agribisnis di Kabupaten
Belu, NTT. Seminar Nasional Agribisnis
Universitas Padjadjaran. Penerapan Ilmu
Sistem dan Kompleksitas dalam
Pengembangan Agribisnis Nasional. 16
November, 2013.

134
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

MUTUAL INSURANCE UNTUK MENGELOLA RISIKO PADA RANTAI


PASOK TOMAT
DI DESA MARGAMEKAR, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN
BANDUNG

Satrya Ridzki Perdana1), Tomy Perdana2)

1) Mahasiswa Progam Strata Fakultas Pertanian UNPAD


2) Staf Pengajar Strata Fakultas Pertanian UNPAD

1) E-mail: satrya110792@gmail.com
1) E-mail: tomyp1973@yahoo.com

ABSTRAK. Tomat termasuk ke dalam salah satu komoditas hortikulutra sayuran yang memiliki multiguna
sekaligus memiliki nilai ekonomi dan risiko yang tinggi karena mudah rusak dan produktivitasnya
dipengaruhi oleh musim sehingga sering mengalami penurunan kuantitas dan kualitas hasil panen. Kondisi
tersebut mendorong dibutuhkannya penerapan manajemen risiko rantai pasok dengan tujuan mencegah
kerugian yang dialami oleh petani. Salah satu tempat pengembangan rantai pasok berlokasi di Kecamatan
Pangalengan yang termasuk sentra produksi tomat. Kelompok Tani Katata menjalin kerjasama dengan
berbagai mitra yang menjadi buyer tomat mereka. Dalam menjalankan usahanya, Katata tidak jarang
mengalami gangguan setiap tahunnya yang mengancam kelangsungan pasokan tomat ke mitra. Dalam
penelitian ini dilakukan analisis data dan mitigasi risiko rantai pasok menggunakan model House of Risk
(HOR) dan analisis system thinking dengan model causal loop diagram serta simulasi model mutual
insurance. Dari hasil analisis teridentifikasi 45 peristiwa risiko yang terjadi selama proses rantai pasok dan
terdapat 24 agen risiko yang menjadi pemicunya. Sebelas agen risiko diantaranya, termasuk ke dalam
kategori agen risiko prioritas dengan andil dampak risiko yang mungkin dialami kelompok tani sebesar
83.01%. Untuk mengatasi agen risiko dengan kategori prioritas tersebut, terdapat 12 aksi mitigasi risiko
yang dapat dilakukan kelompok tani dalam upaya meminimalisir dampaknya. Berdasarkan simulasi mutual
insurance, penyebab turunnya keuntungan disebabkan gangguan cuaca dan iklim. Masalah itu menyebabkan
hilangnya kuota tomat 2.500 kg/bulan. Untuk menutupi kuota tomat yang tidak memenuhi spesifikasi,
jumlah iuran yang harus dikumpulkan oleh masing-masing petani berjumlah Rp 315.000 per bulan atau
sama dengan 2.268 kg kuota tomat per bulan.

Kata Kunci: Tomat, Manajemen Risiko Rantai Pasok, House of Risk (HOR), System Thinking, Mutual
Insurance.

ABSTRACT. Tomato is one of horticultural commodity that has multiple purposes. Tomato has high
economic value but also high risk because it is perishable and the productivity highly depends on the
weather so the decline of productivity and yield is not uncommon. That condition makes it necessary to
apply supply chain management and risk management to prevent farmers‘ loss. One of the location that
developing supply chain management is at Pangalengan Sub-district that is one of the production centers for
tomato. Katata has an ongoing cooperation with multiple customers which is buying their tomatoes. As a
supplier of tomato, Katata often faces a number of disturbances in supply chain that potentially jeopardizes
the material flow to the customers. This research‘s objectives are to identify and to mitigate the risks of
tomato supply chain using House of Risk (HOR) method, as well as system thinking analysis with causal loop
diagram model and mutual insurance simulation model. The results of this research identify 45 risk events
that occur along the supply chain process and 24 risk agents that trigger them. Eleven of all the risk agents
identified are categorized as prioritized risk agents that cause 83.01% of risk events. To deal with those
prioritized risk agents, there are twelve actions that Katata can do to minimalize the effects of the risks. The
application of mutual insurance unveils that the decline of the profit is caused by weather and climate
problems. Those problems cause 2500 kg of tomatoes per month vanished. For covering tomatoes that not

135
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

qualified the specification, each farmer in Katata has to pay monthly fee of Rp 315.000 or equal to 2.268 kg
of tomatoes per month.

Keywords: Tomato, Supply Chain Risk Management, House of Risk (HOR), System Thinking, Mutual
Insurance.

PENDAHULUAN bersangkutan terhadap dampak yang terjadi dari


suatu risiko.
Saat ini komoditas hortikultura seringkali Kelompok Tani Katata sebagai pemasok
mendapatkan masalah, baik itu saat pra panen, dan pendistribusi tomat tidak lepas dari masalah-
budidaya, dan pasca panen. Berbagai persoalan masalah seperti cuaca buruk dan iklim yang tidak
yang terjadi pada komoditas hortikultura bukan menentu, kualitas tomat yang tidak memenuhi
lagi dianggap sebagai hal baru oleh petani dan standar (off-grade), adanya tomat yang dibuang,
juga para pelaku agribisnis. penyusutan tomat, kesalahan pencatatan, dan
Tomat merupakan salah satu komoditas sebagainya. Masalah tersebut bernilai besar, bila
yang peluang pasarnya masih sangat terbuka tetap diabaikan akan berpengaruh terhadap
khususnya untuk diekspor dan banyak keberlangsungan proses rantai pasok dan
dibudidayakan di daerah Jawa Barat. Komoditas menimbulkan kerugian yang signifikan bagi
tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang Kelompok Tani Katata. Masalah yang pernah
multiguna, yaitu sebagai buah dan sayur. dialami Kelompok Tani Katata pada tahun 2013
Kandungan dan manfaat dari tomat membuat adalah terjadinya perubahan ekstrim cuaca dan
komoditas tomat termasuk ke dalam komoditas iklim di Pangalengan membuat proses produksi
yang bernilai ekonomi tinggi sekaligus mempunyai tomat terhambat. Masalah yang terjadi pada
risiko yang sangat tinggi karena mudah terkena proses produksi ini akibatnya banyak tomat yang
hama penyakit dan produktivitasnya sangat tidak memenuhi standar dan ditolak oleh para
dipengaruhi oleh musim sehingga tidak jarang mitra. Masalah kedua adalah pada saat Kelompok
budidaya tomat terhambat dan membuat petani Tani Katata diwajibkan memenuhi kuota pasokan
mengalami kerugian. Oleh karena itu dibutuhkan tomat kepada mitra mereka sesuai dengan
manajemen risiko yang baik dalam menjalankan kontrak kerja yang telah disepakati, seringkali
rantai pasok tomat agar harga komoditas tersebut hasil produksi tomat kurang dari yang mereka
tetap stabil dan kualitasnya dapat terjaga di level targetkan dan berimbas kepada jumlah produksi
yang tinggi. yang tidak sesuai dengan kuota pasokan yang
Manajemen risiko berperan penting dalam telah disepakati. Akibatnya Kelompok Tani Katata
mengelola masalah-masalah serta risiko di dapat terkena penalti atau sanksi dari para mitra
manajemen rantai pasok. Peran manajemen risiko karena menyalahi kontrak kerja yang membuat
menjadi sangat penting bagi pelaku agribisnis dan mereka sangat merugi.
juga para petani, karena manajemen risiko ini Kelompok Tani Katata perlu menganalisis
yang nantinya dapat mengoptimalisasi kinerja risiko-risiko yang terdapat dan mungkin muncul di
manajemen rantai pasok. dalam alur rantai pasoknya, serta melakukan
Dalam upaya pemenuhan permintaan tindakan mitigasi untuk meminimalisasi kerugian
tomat dari para mitra, saat ini Kelompok Tani yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Tindakan
Katata telah menerapkan sistem rantai pasok mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk
terintegrasi artinya menghubungkan pelaku- mengurangi risiko, baik melalui pembangunan
pelaku yang terlibat dalam alur rantai pasok demi fisik maupun penyadaran dan peningkatan
berjalannya rantai yang berkelanjutan. Dalam kemampuan menghadapi ancaman. Kelompok
manajemen rantai pasok tomat, pelaku pada Tani Katata tidak mengetahui kepastian risiko-
rantai pasok menghadapi berbagai macam risiko apa saja yang terjadi sehingga
kendala. Kendala dapat berupa kejadian-kejadian menimbulkan berbagai macam masalah dan
yang dapat mengakibatkan kerugian, atau disebut berdampak pada proses produksi dimana hasil
sebagai risiko pada kelompok tani. Risiko dapat produksi tomat kurang dari yang mereka
dianalisis dan dikelola, namun tidak sedikit risiko harapkan, serta strategi apa yang harus
yang diabaikan begitu saja. Hal itu dapat terjadi diterapkan untuk menangani risiko-risiko tersebut.
karena kurangnya kesadaran pihak yang Kesempatan mutual insurance untuk
diterapkan di Indonesia sangat terbuka luas.

136
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Mutual insurance merupakan salah satu solusi tani dan anggota kelompok tani dilakukan.
untuk menghadapi risiko-risiko yang terjadi di Berdasarkan hasil diskusi, ditemukan beberapa
sektor pertanian saat ini khususnya untuk indikasi peristiwa risiko yang terjadi dan mungkin
mengelola risiko yang ada. Mutual insurance terjadi pada setiap proses rantai pasok.
dapat diterapkan di Kelompok Tani Katata sebagai
lembaga manajemen risiko yang nantinya dapat Tabel 1. Daftar Peristiwa Risiko dan Nilai
meningkatkan pendapatan petani dan Keparahan Dampak (Severity)
memberikan pengaruh terhadap rantai agribisnis Proses Sub-proses Peristiwa Kode Severity
Rantai Risiko (Risk
sehingga dapat berdampak pada peningkatan Pasok Event)
pendapatan. Dengan menganalisis risiko-risiko Perencanaan Menjalin Harga tidak 2
(Plan) Kontrak sesuai
yang mungkin terjadi Kelompok Tani Katata dapat dengan Mitra keinginan
menghindari potensi kerugian yang relatif besar Standardisasi 2
dan mampu menjaga ketersediaan serta (spek) tomat
tinggi
kontinuitas produksi tomat. Perencanaan Pengadaan 3
Pengadaan saprodi oleh
kelompok tani
METODE kurang
Perencanaan Salah prediksi 9
Obyek penelitian ini adalah risiko pada Produksi jadwal tanam
Varietas 8
rantai pasokan di Kelompok Tani Katata yang tanam yang
dilaksanakan di Desa Margamekar, Kecamatan dipilih tidak
cocok/adaptif
Pangalengan, Kabupaten Bandung. Metode Salah prediksi 6
penelitian ini dirancang sebagai studi kasus ( case memilih lokasi
study) untuk mencari informasi secara mendalam tanam
Salah prediksi 7
yang menjelaskan risiko tomat. Simulasi mutual jumlah tomat
insurance menggunakan pendekatan kualitatif per-pohon
Perencanaan Salah
berdasarkan house of risk dan permodelan system 3
Distribusi menyiapkan
thinking yang digambarkan dalam diagram sebab armada
akibat (causal loop diagram). Permodelan diagram angkut
Jumlah 4
sebab akibat ini merupakan bagian dari kontainer
permodelan dinamika sistem. yang
dipersiapkan
kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Pengembalian 5
Pengembalian kontainer
Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok Tomat di tertunda
Kelompok Tani Katata Pengadaan Pengadaan Pengadaan 9
(Source) Saprodi bibit, mulsa,
dan pupuk
Model SCOR pada aktivitas rantai pasok terlambat
yang terjadi di Kelompok Tani Katata adalah plan Pengadaan 9
obat-obatan
(perencanaan), source (pengadaan), make terlambat
(produksi), deliver (distribusi), dan return Pengadaan 9
(pengembalian). Masing-masing kegiatan alat
penyemprot
dilakukan oleh pelaku yang terlibat dalam rantai terbatas
pasok tomat di Kelompok Tani Katata yaitu pada Pembayaran Pembayaran 8
dari mitra
tingkat kelompok tani dan petani. Pada tingkat terlambat
kelompok tani diidentifikasi aktivitas rantai pasok Mengambil Tomat rusak 7
dilakukan dengan menggali informasi dari Tomat di di jalan
Lokasi Panen
informan, yaitu ketua dan pengurus Kelompok Tomat susut 4
Tani Katata. di perjalanan
Tidak semua 5
tomat
Identifikasi Risiko Rantai Pasok Kelompok terangkat
Tani Katata Tomat yang 6
diterima tidak
sesuai dengan
Setelah mengidentifikasi aktivitas di setiap tomat yang
diminta
proses rantai pasok di tingkat Kelompok Tani Menyimpan Tomat layu 9
Katata dan di tingkat Petani Anggota Kelompok Tomat di
Tani Katata, serta diskusi dengan ketua kelompok Gudang

137
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Proses Sub-proses Peristiwa Kode Severity Proses Sub-proses Peristiwa Kode Severity
Rantai Risiko (Risk Rantai Risiko (Risk
Pasok Event) Pasok Event)
Tomat 9 Pengembalian Pengembalian Banyak tomat 8
terkontaminasi (Return) Tomat dari yang
penyakit Mitra dikembalikan
komoditas lain
Kehilangan 9
jumlah tomat Tomat 9
di gudang terbuang
Produksi Budidaya Lahan belum 6
(Make) siap tanam Tidak ada 3
Pengolahan 7 kontainer
lahan belum kosong untuk
selesai tomat yang
dikembalikan
Tanaman 9
Kontainer 7
terserang
hilang
hama
Tanaman 9
terserang
penyakit Berdasarkan peristiwa risiko yang
Tanaman 9
berbunga teridentifikasi, peristiwa risiko yang paling
rendah memiliki dampak serius adalah tanaman mati layu
Tanaman mati 10 dan gagal panen. Dalam sebuah usahatani,
layu
tanaman mati layu dan gagal panen merupakan
Terlambat 8 sebuah ancaman dan risiko terbesar yang dapat
memanen terjadi. Hal ini dikarenakan suksesnya sebuah
Terlambat 4
usahatani sangat bergantung pada hasil panen
disimpan di yang diperoleh. Tanaman mati layu dan gagal
tempat teduh panen adalah peristiwa risiko yang disebabkan
Gagal panen 10
oleh agen risiko. Agen risiko adalah sumber risiko
dimana dari sinilah peristiwa-peristiwa risiko dapat
Produksi Sortasi Tomat rusak 7
terjadi, dengan kata lain, agen risiko adalah
(Make) saat sortasi
penyebab timbulnya peristiwa-peristiwa risiko.
Tomat off- 6
grade tidak
tersortasi Model Causal Loop Diagram untuk Rantai
Sortasi tidak 6 Pasok Tomat Kelompok Tani Katata
teliti

Spek para 1 jumlah permintaan


+
tekanan untuk

mitra tinggi
+ meningkatkan konsistensi
service level pasokan tuntutan untuk
+ - meningkatkan kualitas
kebutuhan
mengelola risiko produk
jumlah produk diterima + +

Sortasi tidak
pasar terstruktur
6 +
katata melakukan
perkumpulan dana
selesai tepat kebutuhan
+
- +
melakukan aksi perubahan iklim
waktu + mitigasi dan cuaca
pengembangan
produksi petani kebutuhan basis penerapan mutual +
pengiriman produk ke

Pengemasan Kontainer
produksi baru insurance
7 pasar terstruktur
+
-
+
+ kesepakatan kontrak
pengembalian
dan pemuat tomat -
+
dana sisa mutual insurance -
tuntutan untuk
+
tanaman layu dan mati
+
tanaman rentan terserang
Pemuatan kurang +
+
pengelolaan risiko - +
meningkatkan kuantitas
produk
di musim kemarau penyakit di musim hujan

Tomat
penanaman + penyetoran dana
-
baru
produksi petani
+ pemberian dana +
+
jumlah persediaan tomat - + pengelompokkan
di STA Mekarmulya + + + +
Tomat rusak
dana
7 +
keuntungan petani
+
biaya produksi
kebutuhan mempertahankan
produktivitas pada musim
kebutuhan
mempertahankan kualitas
saat
-
+ petani kemarau saat musim hujan
-

pemuatan
produktivitas
+

Distribusi Pengiriman Mobil dalam 5 +


+ - -

(Deliver) Tomat ke kondisi tidak


pendapatan +
penggunaan sprinkle penggunaan rain
jumlah produk dikemas kelompok tani irrigation
pengiriman ke pasar shelter
di STA Mekarmulya
Mitra layak pakai + tradisional
+

(perjalanan produk off grade + +


volume panen +

jauh)
-
kualitas produk
+ +

Terlambat 8 - +

mengirim produk on grade+


+
+
tomat ke mitra jumlah produk
lolos sortasi

Kesalahan 4
pencatatan
jumlah tomat
yang dikirim Gambar 1. Model Causal Loop Diagram Rantai
Tomat rusak
saat
7
Pasok Tomat Kelompok Tani Katata
pengiriman

138
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Simulasi Model Mutual Insurance untuk Kelompok Tani Katata, yaitu sebesar 83.01
Rantai Pasok Tomat Kelompok Tani Katata persen dari total dampak risiko dan menjadi
prioritas diberikan aksi mitigasi.
Turunnya keuntungan yang disebabkan 2. Strategi mitigasi prioritas yang dapat dilakukan
banyaknya kuota tomat yang tidak memenuhi berjumlah 12 strategi, dan fokus pada
spesifikasi ke pasar ritel dikarenakan gangguan penyesuaian iklim dan cuaca.
cuaca dan iklim adalah sebesar 25 persen per 3. Model mutual insurance yang diterapkan
tahun. Jumlah kuota tomat yang tidak masuk berupa penyetoran uang iuran/premi yang
pasar ritel berjumlah 2500 kilogram per bulannya. dibayarkan sebesar 315.000 rupiah per
Berikut adalah perhitungan besarnya pendapatan bulannya oleh Anggota Katata untuk biaya
per bulan yang didapatkan oleh Katata. pada saat Katata mengalami gangguan seperti
bencana alam dan juga biaya perawatan dan
Tabel 2. Perhitungan Pendapatan Katata Per penggantian untuk kerusakan yang terjadi.
Bulan Berdasarkan simpulan tersebut, dapat
Produksi/Pan Pasar Persenta Harga Pendapat direkomendasikan beberapa hal, yaitu:
en se Jual Per an
Kilogra 1. Diperlukan monitoring berkelanjutan terhadap
m peristiwa risiko, sehingga respon yang dipilih
Ritel 75 % 5.000 37.500.000
10.000 kg Tradision 25 % 3.000 7.500.000
akan sesuai dan diimplementasikan secara
al efektif.
Total Pendapatan 45.000.000 2. Selain dapat melakukan aksi-aski mitigasi yang
tertulis, Katata disarankan untuk merekrut
Tabel 3. Perhitungan Premi Katata Per Bulan pegawai yang memiliki tingkat pendidikan
Persentas Jumla minimal SMA/SMK dan D3 agar pengelolaan
Total
e h Katata baik teknis maupun administrasi dapat
Pendapata Premi
Kerugian Pesert berjalan dengan lebih baik.
n
Per Bulan a 3. Akses mutual insurance disesuaikan dengan
( kebutuhan petani.
37.500.00
0 x 2.1 %
37.500.000 2.1% 3 ) : 3 = DAFTAR PUSTAKA
315.000
per Sumber buku:
peserta - Briendly, Claire. 2004. Supply Chain Risk:
A Reader. Hampshire: Ashgate Publishing
Pada Tabel 3 diketahui bahwa untuk Limited.
menutupi kerugian akibat kegagalan panen, - Darmawi, Herman. 2010. ―Manajemen
setiap peserta diharuskan untuk membayar premi Risiko.‖ Bumi Aksara. Jakarta.
sebesar Rp 315.000tiap bulannya. Dengan - David et al., 2000. ―Designing and
menghubungkan potensi risiko agregat (ARP) Managing the Supply Chain: Concepts,
berdasarkan pada Tabel 20, yaitu 83% untuk Strategies and Case Studies.‖ Irwin
risiko prioritas dan 17% untuk risiko nonprioritas, McGraw-Hill. Singapore.
maka premi sebesar Rp 315.000 tersebut dapat - Djojosoedarso, Soeisno. 1999. ―Prinsip-
dialokasikan dengan perbandingan sebagai prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi.‖
berikut; Rp 261.450 untuk risiko-risiko prioritas Salemba Empat. Jakarta.
dan Rp 53.550untuk risiko-risiko nonprioritas. - Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Risiko.
Jumlah kuota tomat yang tertutupi dengan Rp Bandung: Alfabeta.
315.000 adalah 2268 kilogram tomat per - Forrester, Jay W., 1968. Principles of
bulannya. Systems, (2nd ed.). Waltham, MA:
Pegasus Communications.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI - Heizer Jay, Render Barry. 2011.
―Operation Management.‖ (10th ed.).
Berdasarkan hasil dan pembahasan di Pearson. New Jersey.
atas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: - Stamatis, D. H., 1995, Failure Mode and
1. Terdapat 11 risiko krusial yang mempengaruhi Effect Analysis. Milwaukee, WI: ASQC
keberlangsungan rantai pasok tomat di QualityPress.

139
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Sumber internet:
Sumber jurnal: - Arvitrida, N. Indah. 2010. ―Mengenal
- Harland, C.M. 1996. ―Supply Chain Supply Chain Management.‖ Melalui:
Management: Relationship, chain, and <http://arvietrida.wordpress.com/2010/0
network.‖ British Journal of Management, 9/11/mengenal-ilmu-supply-chain-
special issue, Vol. 7: S63-S80. management/>
- Nnadi FN, Chikaire J, Echetama AJ, - Badan Litbang Pertanian Jatim. 2010.
Ibenacho RA, Umunnakwe CP dan Utazi ―Kawasan Horti.‖ Melalui:
OC. 2013. ―Agricultural insurance: A <http://jatim.litbang.deptan.go.id/ind/ind
strategic tool climate change adaption in ex.php/program>
the agricultural sector.‖ Net Journal of - Badan Litbang Pertanian Sultra. 2009.
Agriculture Science, Vol. 1(1), pp. 1-9. ―Budidaya dan Produksi Benih Tomat.‖
- Pujawan, I Nyoman. Dan Geraldin L.H. Melalui:
2009. ―House of Risk: a model for <http://sultra.litbang.deptan.go.id/ind/ind
proactive supply chain risk management.‖ ex.php?option=com_content&view=articl
Business Process Management Journal, e&id=118:budi-daya-dan-produksi-benih-
Vol. 15, No. 6. tomat-lycopersicum-esculentum-
- Rohmah, Miftakhul. 2014. ―Peluang dan l&catid=34:paket-teknologi&Itemid=163>
Tantangan Penerapan Asuransi Pertanian - Suharjito et al., 2010. ―Identifikasi dan
di Indonesia: Tinjauan Konseptual.‖ Evaluasi Risiko Manajemen Rantai Pasok
Jurnal Akutansi UNESA. Komoditas Jagung dengan Pendekatan
- Tomy Perdana, Jajang Sauman, dan Logika Fuzzy.‖ Melalui:
Eliana Wulandari. 2013. ―Penerapan <http://manajemen.fem.ipb.ac.id/images/
IPTEK untuk Meningkatkan Daya Saing uploads/5._Identifikasi_dan_Evaluasi_Risi
Petani Sayuran Dalam Memenuhi ko.pdf>
Permintaan Pasar Ekspor.‖ Jurnal Fakultas - Supartoyo et al., 2014. ―Asuransi
Pertanian UNPAD. Pertanian Sebagai Alternatif Mengatasi
- World Bank. 2008. ―Rapid Agricultural Risiko Usaha Tani Menuju Pertanian
Supply Chain Risk Assessment Berkelanjutan: Tinjauan Konseptual.‖
(RapAgRisk).‖ Commodity Risk Melalui:
Management Group Agriculture and Rural <https://www.academia.edu/4766244/AS
Development Departement. URANSI_PERTANIAN_SEBAGAI_ALTERNA
TIF_MENGATASI_RISIKO_USAHA_TANI_
Sumber prosiding seminar: MENUJU_PERTANIAN_BERKELANJUTAN?l
- Tsion Taye Assefa, Miranda P.M. ogin=satrya110792@gmail.com&email_w
Meuwissen, and Marcel A.P.M. val as_taken=true>
Asseldonk. 2012. ―Mutual insurance
companies as a tool for farmer income Sumber disertasi/tesis:
stabilitazion: performance and prospect in - Mujiburrochman, S.E., Safarina Hayati,
the CAP.‖ Paper prepared for the 126th Lc., Sholikha Oktavi K., S.E. 2011.
EAAE Seminar, new challenges for EU ―Praktek Asuransi Syariah Pada Lembaga
agricultural sector and rural areas, which Keuangan Syariah.‖ Makalah Program
role for publick policy. Capri (Italy), June Studi Magister Manajemen Universitas
27-29. Sebelas Maret.

140
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENGALAMAN PENELITIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS-


AGROINDUSTRI DI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Santosa1

Guru Besar pada Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian


Universitas Andalas, Telp. 0751 – 72772, Kampus Limau Manis, Padang – 25163,

(e-mail : santosa764@yahoo.co.id)

ABSTRAK. Metode kuantitatif pada manajemen agribisnis-agroindustri dilakukan berdasarkan pada


sumber daya yang jumlahnya terbatas, dan ingin dicapai optimasi dari penggunaan sumber daya tersebut,
sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum, atau biaya yang minium. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan pada lingkup Teknologi Pertanian di Universitas Andalas tentang manajemen agribisnis-
agroindustri ini adalah tentang linear programming, sistem antrian, dan pengendalian persediaan. Linear
programming diaplikasikan untuk perencanaan keuntungan produksi pada pengeringan kakao, dan optimasi
perencanaan produksi pada pengolahan rendang. Sistem antrian pada perebusan tandan buah segar kelapa
sawit. Pengendalian persediaan kedelai untuk produksi tahu.

Kata Kunci : manajemen produksi, linear programming, sistem antrian, pengendalian persediaan.

ABSTRACT. Quantitative methods of agribusiness-agroindustry management is based on a limited number


of resources and to achieve the optimizaton of the use of these resources in order to obtain the maximum
profit or minimum cost. Some researches has been done in the scope of Agricultural Technology in Andalas
University about agribusiness-agroindustry management is about linear programming, queuing systems, and
supply management. Linear programming is applied for production profit planning of cocoa drainage, and
optimization of production planning on rendang processing. Queuing system on palm oil fresh bunches
boiling. Supply management of soybean for tofu production.

Keyword : production management, linear programming, queuing systems, supply management.

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP daya tersebut, sehingga diperoleh keuntungan


yang maksimum, atau biaya yang minium.
Tujuan penelitian tentang metode Beberapa masalah yang perlu dipecahkan adalah
kuantitatif pada manajemen agribisnis- : (a) optimasi pengeringan kakao, (b) optimasi
agroindustri ini adalah : produksi pada perusahaan rendang, (c) antrian
(a) optimasi pengeringan kakao, dengan model perebusan tandan kelapa sawit, dan (d)
linear programming. pengendalian persediaan kedelai.
(b) optimasi produksi pada perusahaan rendang,
dengan model linear programming. METODE
(c) studi sistem antrian pada perebusan tandan
kelapa sawit. 1. Penelitian tentang optimasi pengeringan
(d) pengendalian persediaan kedelai untuk kakao (Sandy, 2009 ; Santosa et al., 2011)
bahan baku pembuatan tahu. dilakukan pada perusahaan swasta yang
memproduksi kakao yaitu P.T. Inang Sari,
PENDAHULUAN yang terletak di Desa Padang Mardani
Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam
Metode kuantitatif pada manajemen pada Bulan April sampai dengan Mei 2008,
agribisnis-agroindustri dilakukan berdasarkan dengan fungsi tujuan :
pada sumber daya yang jumlahnya terbatas, dan
ingin dicapai optimasi dari penggunaan sumber

141
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Memaksimumkan: b = massa kakao basah sebelum dikeringkan


Z = c1x1+c2x2+c3x3+c4x4+ c5x5+c6x6 …………(1) (ton)
dengan :
Fungsi kendala yang diperhitungkan dalam
Z = keuntungan pengeringan kakao yang akan penelitian ini adalah (a) Kendala ketersediaan
dimaksimumkan (Rp/bulan) modal, (b) Kendala jam kerja produksi, (c)
c1 = keuntungan kakao mutu A hasil Kendala proses pengeringan kakao, (d) Kendala
pengeringan pada para-para (Rp/ton) daya tampung pengeringan, (e) Kendala tenaga
x1 = jumlah kakao mutu A yang dikeringkan kerja, dan (f) Kendala bahan baku.
dengan para-para (ton/ bulan)
c2 = keuntungan kakao mutu B hasil 2. Penelitian tentang optimasi produksi pada
pengeringan pada para-para (Rp/ton) perusahaan Rendang ―Rendang Erika‖ yang
x2 = jumlah kakao mutu B yang dikeringkan berlokasi di Jalan Tan Malaka Km 4 Lampasi,
dengan para-para (ton/ bulan) Payakumbuh Sumatera Barat. Penelitian ini
c3 = keuntungan kakao mutu C hasil dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2013
pengeringan pada para-para (Rp/ton) (Panggabean , 2013 ; Panggabean et al.,
x3 = jumlah kakao mutu C yang dikeringkan 2014).
dengan para-para (ton/ bulan) 3. Penelitian antrian perebusan tandan kelapa
c4 = keuntungan kakao mutu A hasil sawit (Nasution, 2012) dilaksanakan pada
pengeringan mekanis bahan bakar solar bulan Oktober - November 2011, di pabrik
(Rp/ton) kelapa sawit PT. AMP Plantation Kabupaten
x4 = jumlah kakao mutu A yang dikeringkan Agam, Sumatera Barat. Pengumpulan data
dengan pengering mekanis bahan bakar yang diperlukan dalam penelitian ini,
solar (ton/ bulan) berkaitan dengan bahan baku yang
c5 = keuntungan kakao mutu B hasil menumpuk pada loading ramp selama
pengeringan mekanis bahan bakar solar operasinya, untuk itu diperlukan
(Rp/ton) pengumpulan data-data berikut :
x5 = jumlah kakao mutu B yang dikeringkan - Waktu kedatangan (arrival time) TBS
dengan pengering mekanis bahan bakar yang memuat lori ke perebusan.
solar (ton/ bulan) - Waktu masuknya TBS ke dalam
c6 = keuntungan kakao mutu C hasil perebusan.
pengeringan mekanis bahan bakar solar - Waktu TBS dikeluarkan dari dalam
(Rp/ton) perebusan.
x6 = jumlah kakao mutu C yang dikeringkan - Sumber kedatangan TBS (input
dengan pengering mekanis bahan bakar source), apakah mampu menciptakan
solar (ton/ bulan) populasi pelanggan yang terbatas
(finite) atau tak terbatas.
Keuntungan penjualan diperoleh dengan - Panjang antrian (queue length),
menggunakan persamaan sebagai berikut : apakah terbatas (finite) atau tak
c  Hj  Bp .......................................(2) terbatas (infinite).
C = keuntungan penjualan kakao kering (rupiah - Aturan pelayanan (service discipline)
per ton) yang diterapkan yaitu FIFO (first in
Hj = harga jual kakao kering (rupiah per ton) first out).
Bp = biaya pokok pengeringan kakao (rupiah per - Banyaknya saluran pelayanan (service
ton) channel) yang tersedia.
4. Penelitian tentang pengendalian persediaan
Nilai x1, x2, x3, x4, x5, dan x6 adalah massa kedelai (Fitri, 2013 ; dan Santosa et al.,
kakao kering, sehingga untuk memperoleh 2013) dilaksanakan pada Usaha Tahu Alami
nilainya dapat mengunakan persamaan sebagai Adinegoro Lubuk Buaya Padang, pada bulan
berikut : April sampai dengan Mei 2013.
    b ………….………….…….…………..(3)

η = rendemen pengeringan kakao


χ = massa kakao kering (ton)

142
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

HASIL DAN PEMBAHASAN turun atau boleh senilai n dan Allowble Increase
adalah infinity atau n artinya RHS boleh naik tidak
1. Sandy (2009) dan Santosa et al. (2011) terbatas atau senilai n. Keuntungan maksimum
menggunakan linear programming yang didapat adalah Rp.17.372.110. Keuntungan
pengeringan kakao, dengan fungsi tujuan maksimum yang diperoleh dari hasil pengolahan
untuk memaksimumkan keuntungan sebagai data pada saat biaya produksi naik 0 % dan tanpa
berikut : memenuhi permintaan pasar dari Bulan Januari
sampai dengan Bulan Desember dapat dilihat
Z =23.973.024,6x1+17.973.024,6x2+14.973.02 pada Tabel 1.
4,6x3+23.853.782,94x4+17.853.782,94x5
+14.857.782,94x6 ……………………………….(4) Tabel 1. Keuntungan maksimum yang diperoleh
pada saat biaya produksi naik 0 % dan
Z = keuntungan pengeringan kakao yang akan tanpa memenuhi permintaan pasar
dimaksimumkan (Rp/bulan)
x1 = jumlah kakao mutu A yang dikeringkan No Bulan Keuntungan (Rupiah)
dengan para-para (ton/ bulan) 1 Januari 17.372.110
x2 = jumlah kakao mutu B yang dikeringkan 2 Februari 7.333.381
dengan para-para (ton/ bulan)
3 Maret 6.026.420
x3 = jumlah kakao mutu C yang dikeringkan
dengan para-para (ton/ bulan) 4 April 7.638.900
x4 = jumlah kakao mutu A yang dikeringkan 5 Mei 6.014.590
dengan pengering mekanis bahan bakar 6 Juni 2.860.589
solar (ton/ bulan)
7 Juli 3.476.092
x5 = jumlah kakao mutu B yang dikeringkan
dengan pengering mekanis bahan bakar 8 Agustus 27.638.220
solar (ton/ bulan) 9 September 58.344.600
x6 = jumlah kakao mutu C yang dikeringkan 10 Oktober 59.912.530
dengan pengering mekanis bahan bakar 11 November 67.929.040
solar (ton/ bulan)
12 Desember 38.862.520
Pada Bulan Januari, hasil olahan kasus
memunculkan nilai reduce cost variabel X3 adalah Skenario penyusunan model dengan biaya
0 dan nilai variabelnya juga 0. Hal tersebut produksi naik 50 % dan tanpa memenuhi
menjelaskan bahwa keuntungan Rp.23.973.024,6 permintaan asar, di bulan Januari, hasil olahan
per ton kakao Mutu C tidak akan merubah X3 kasus memunculkan nilai value variabel X4, X5,
menjadi positif, ini disebabkan karena produksi dan X6 adalah 0 berarti bahwa operasi tersebut
Mutu C pada bulan ini adalah 0. Nilai Reducet harus diabaikan, sedangkan yang dioperasikan
Cost pada variabel X4 119.242 menunjukkan adalah variabel yang nilai value-nya positif dan
bahwa pengeringan Mutu A dengan mekanis dual-nya 0, yaitu X1 dan X2. Variabel X4, X5, dan X6
dapat dilakukan jika lebih kecil dari nilai dapat dioperasikan jika bernilai positif. Nilai value
146.217,065-119.242=26.975,065. Begitu juga dan dual variabel X3 adalah 0, berarti variabel X3
untuk variabel X5 dan X6, sedangkan variabel X1 tidak mempengauhi keuntungan yang dicapai.
dan X2 dapat dioperasikana karena memiliki nilai Slack kendala modal pengeringan yang
value positif dan reducet cost 0. terdapat pada row 2, modal dapat dipenuhi
Nilai Slack of surplus pada row 1 yang karena sumberdaya tersedia adalah Rp.5.000.000
menunjukkan kendala ketersediaan modal tersisa per bulan tersisa Rp.4.964.465, begitu juga untuk
Rp.24.976.310 dari kendala Rp.5.000.000. Row 2 row 3, row 4, row 5, row 6, row 7, row 8, dan
Sedangkan pada row 10 memiliki nilai slack 0, row 9. Sedangkan pada row 10 memiliki nilai slack
berarti bahan habis terpakai, nilai Dual Price 0, berarti bahan habis terpakai, nilai Dual Price
23.973.024 berarti bahwa keuntungan akan naik 23.959.536 berarti bahwa keuntungan akan naik
sebesar Rp 23.973.024 setiap pertambahan satu sebesar Rp.23.959.536 setiap pertambahan satu
ton. ton, begitu juga umtuk row 11 dan row 12.
Análisis sensitifitas Side Right Hand atau Keuntungan maksimum yang didapat adalah
NRK memberikan informasi jika nilai Allowble Rp.17.360.260.
Decrease adalah 0 atau n, artinya RHS tidak boleh

143
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Keuntungan maksimum yang diperoleh dari C4 = keuntungan produksi rendang paru


hasil pengolahan data pada saat biaya produksi (Rp/kemasan)
naik 50 % dan tanpa memenuhi permintaan pasar C5 = keuntungan produksi rendang belut
dari Bulan Januari sampai dengan Bulan (Rp/kemasan)
Desember dapat dilihat pada Tabel 2. X1.1 = jumlah produksi rendang telur kemasan
500 g (kemasan/bulan)
Tabel 2. Keuntungan maksimum yang diperoleh X1.2 = jumlah produksi rendang telur kemasan
pada saat biaya produksi naik 50 % 250 g (kemasan/bulan)
dan tanpa memenuhi permintaan pasar X1.3 = jumlah produksi rendang telur kemasan
200 g (kemasan/bulan)
No. Bulan Keuntungan (rupiah) X2.1 = jumlah produksi rendang ubi kemasan
1 Januari 17.360.260 500 g (kemasan/bulan)
X2.2 = jumlah produksi rendang ubi kemasan
2 Februari 7.328.372
250 g (kemasan/bulan)
3 Maret 6.021.884 X2.3 = jumlah produksi rendang ubi kemasan
4 April 7.633.350 200 g (kemasan/bulan)
5 Mei 6.015.572 X3.1 = jumlah produksi rendang suwir daging
6 Juni 2.858.533
kemasan 500 g (kemasan/bulan)
X3.2 = jumlah produksi rendang suwir daging
7 Juli 3.473.838
kemasan 250 g (kemasan/bulan)
8 Agustus 27.621.930 X3.3 = jumlah produksi rendang suwir daging
9 September 58.294.570 kemasan 200 g (kemasan/bulan)
10 Oktober 59.820.840 X4.1 = jumlah produksi rendang paru kemasan
500 g (kemasan/bulan)
11 November 63.095.900
X4.2 = jumlah produksi rendang paru kemasan
12 Desember 38.836.680 250 g (kemasan/bulan)
X4.3 = jumlah produksi rendang paru kemasan
2. Fungsi tujuan dalam penelitian optimasi 200 g (kemasan/bulan)
produksi rendang (Panggabean, 2013 ; X5.1 = jumlah produksi rendang belut kemasan
Panggabean et al., 2014) adalah untuk 500 g (kemasan/bulan)
menentukan tingkat kombinasi produksi pada X5.2 = jumlah produksi rendang belut kemasan
perusahaan ―Rendang Erika‖ yang dapat 250 g (kemasan/bulan)
memaksimumkan keuntungan. Koefisien X5.3 = jumlah produksi rendang belut kemasan
fungsi tujuan merupakan keuntungan per 200 g (kemasan/bulan)
kemasan dari setiap jenis produk yang
diperoleh dari hasil penjualan. Jenis produk Untuk memperoleh keuntungan produksi
yang akan dimaksimumkan keuntungannya masing-masing rendang (C1, C2, C3, C4, dan C5)
meliputi rendang telur, rendang ubi, rendang didapatkan dari selisih harga penjualan tiap
suwir daging, rendang paru, dan rendang rendang dengan biaya produksi tiap rendang
belut. dengan satuan (Rp/ kemasan).
Koefisien fungsi tujuan merupakan
Perumusan Fungsi Tujuan : keuntungan bersih per kemasan dari masing-
Memaksimumkan: masing produk yang akan dipasarkan. Untuk
Z = C1X1.1 + C1X1.2 + C1X1.3 + C2X2.1 + C2X2.2 + Menentukan nilai koefisien fungsi Tujuan (Ci)
C2X2.3 + C3X3.1 + C3X3.2 + C3X3.3 + C4X4.1 + digunakan dengan cara memanfaatkan data harga
C4X4.2 + C4X4.3 + C5X5.1 + C5X5.2 + C5X5.3…(5) jual dan biaya produksi masing-masing produk
rendang. Biaya produksi diperoleh dari
Z = keuntungan yang dimaksimumkan penjumlahan biaya bahan baku dan bahan
(Rp/bulan) tambahan, biaya tenaga kerja produksi, biaya
C1 = keuntungan produksi rendang telur penyusutan alat, listrik dan bahan bakar.
(Rp/kemasan)
C2 = keuntungan produksi rendang ubi 3. Penelitian tentang antrian perebusan tandan
(Rp/kemasan) kelapa sawit (Nasution, 2012) diperoleh data
C3 = keuntungan produksi Suwir daging waktu kedatangan Tandan Buah Segar
(Rp/kemasan) (TBS) di lokasi antrian. Waktu kedatangan

144
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TBS dihitung saat mengisi lori-lori kosong


dari loading ramp, yang berada pada situasi
antrian yang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 4. Proses Perebusan di Pabrik Kelapa


Sawit (Nasution, 2012)

Setelah perebusan selesai, lori-lori yang


Gambar 1. Pengisian Lori-Lori Kosong (Nasution, berisi TBS dipindahkan menuju stasiun thresher,
2012) kemudian lori kosong ditarik menuju lokasi
antrian. Proses tersebut disajikan pada Gambar 5.
Selanjutnya lori yang berisi TBS antri pada
barisan antrian untuk menunggu proses
perebusan selanjutnya, disajikan pada Gambar 2.

Gambar 5. Waktu Keluarnya TBS dari Perebusan


ke Stasiun Thresher (Nasution, 2012)

Gambar 2. Antrian TBS pada Garis Tunggu Waktu keluarnya TBS dari perebusan
(Nasution, 2012) dihitung saat TBS dikeluarkan dari stasiun
perebusan sampai lori-lori tersebut kosong. Pada
Kemudian waktu masuk TBS ke perebusan, Gambar 6 terlihat lori kosong dari thresher
dihitung waktunya saat lori-lori yang berisi TBS menuju rail track.
ditarik menuju perebusan stasiun perebusan
yang terdapat pada Gambar 3.

Gambar 6. Lori Kosong dari Thresher Menuju Rail


Track (Nasution, 2012)

Gambar 3. Waktu Masuknya TBS pada 4. Hasil peramalan kebutuhan kedelai (Fitri,
Perebusan (Nasution, 2012) 2013 ; Santosa et al., 2013) diperoleh :

Proses Perebusan berlangsung selama (1) Metode Trend Linear


kurang lebih 90 menit, Kenaikan tekanan di Berdasarkan data pemakaian kedelai tahun
dalam perebusan terjadi dalam tiga kali yaitu 2005 sampai 2012, maka dapat dilakukan
pada tekanan 2.2 kg/ , 2,8 kg/ dan perhitungan peramalan kebutuhan kedelai dengan
maksimalnya 3 kg/ , seperti dilihat pada metode trend linear yang disajikan pada Tabel 3.
Gambar 4.

145
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 3. Perhitungan Peramalan dengan Model Tabel 4. Hasil Peramalan dengan Metode Trend
Trend Linear Linear

No Tahun X Y X2 X.Y No Tahun X A b Y'


1 2005 -4 2.369 16 -9476 1 2013 5 3.100,125 148,75 3.843,88
2 2006 -3 2.624 9 -7872 2 2014 6 3.100,125 148,75 3.992,63
3 2007 -2 2.985 4 -5970 3 2015 7 3.100,125 148,75 4.141,38
4 2008 -1 3.036 1 -3036 4 2016 8 3.100,125 148,75 4.290,13
5 2009 1 3.219 1 3219 5 2017 9 3.100,125 148,75 4.438,88
6 2010 2 3.336 4 6672 6 2018 10 3.100,125 148,75 4.587,63
7 2011 3 3.540 9 10.620 7 2019 11 3.100,125 148,75 4.736,38
8 2012 4 3.692 16 14.768 8 2020 12 3.100,125 148,75 4.885,13
Total 0 24.801 60 8.925
Dari Tabel 4 terlihat nilai Y‘ yang cendrung
Untuk menganalisis data peramalan dengan meningkat dipengaruhi oleh nilai b (koefisien
metode trend linear menggunakan persamaan Y‘ arah/kemiringan garis) yang positif dan juga
= a + b.x, Y‘ adalah variabel yang diramalkan, dapat dilihat dari nilai R2 yang mendekati satu,
x adalah variabel waktu, a adalah konstanta sehingga dapat disimpulkan ramalan kebutuhan
sedangkan b adalah koefisien arah (kemiringan) kedelai dengan metode trend linear ini dapat
garis, maka diperoleh Y = 3.100,125 + 148,75 x. diterapkan karena hasil ramalan tahun 2013
Berdasarkan persamaan di atas diperoleh sampai 2020 lebih besar dibandingkan dengan
nilai a = 3.100,125 berarti konstanta bernilai kebutuhan kedelai tahun 2005 sampai dengan
tetap sedangkan nilai b = 148,75 menunjukan 2012.
koefisien arah (kemiringan) garis bernilai positif (2) Metode Trend Kuadratis
karena kebutuhan kedelai dari tahun 2005 sampai Berdasarkan data pemakaian kedelai tahun
2012 kecenderungannya meningkat, sehingga 2005 sampai 2012, maka dapat dilakukan
hasil ramalan pada koordinat kartesius akan perhitungan peramalan kebutuhan kedelai dengan
bergerak naik dari kiri bawah menuju kanan atas, metode trend kuadratis yang disajikan pada Tabel
mengakibatkan terjadinya peningkatan kebutuhan 5.
kedelai pada periode ramalan yang akan datang.
Berdasarkan Tabel 3 di atas, maka dapat Tabel 5. Perhitungan Peramalan dengan Model
digambarkan ke dalam grafik seperti Gambar 7. Trend Kuadratis
kebutuhan Kedelai y = 179,49x + 2292,4
R2 = 0,9719 No Tahun X Y X2 X.Y X3 X4 X2 Y
4.000 1 2005 -4 2.369 16 -9.476 -64 256 37.904
3.500
2 2006 -3 2.624 9 -7.872 -27 81 23.616
Kedelai (karung)

3.000
2.500 3 2007 -2 2.985 4 -5.970 -8 16 11.940
Y
2.000
Linear (Y)
4 2008 -1 3.036 1 -3.036 -1 1 3.036
1.500
5 2009 1 3.219 1 3.219 1 1 3.219
1.000
500 6 2010 2 3.336 4 6.672 8 16 13.344
- 7 2011 3 3.540 9 10.620 27 81 31.860
1 2 3 4 5 6 7 8 8 2012 4 3.692 16 14.768 64 256 59.072
Tahun
Total 0 24.801 60 8.925 - 708 183.991

Gambar 7. Peramalan Kebutuhan Kedelai dengan


Untuk menganalisis data peramalan dengan
Metode Trend Linear
metode trend Kuadratis menggunakan persamaan
Y = a + b (x) + c (x2), maka nilai/koefisien a, b
Berdasarkan Gambar 7. terlihat bahwa
dan c dapat dicari dan diperoleh Y = 3.158,74 +
kecendrungan kebutuhan kedelai meningkat dan
148,75.x – 7,816.x2.
nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh =
Berdasarkan persamaan di atas diperoleh
0,9719 yang berarti 97,17 % sumbangan variabel
nilai a = 3.158,74 berarti konstanta bernilai tetap
X terhadap kenaikan variabel Y, sedangkan hanya
sedangkan nilai b = 148,75 menunjukan koefisien
2,83% yang dipengaruhi oleh variabel lain,
arah (kemiringan) garis bernilai positif karena
sehingga di dalam grafik tampak garis lurus
kebutuhan kedelai dari tahun 2005 sampai 2012
(linear) yang cenderung naik. Peramalan
kecenderungannya meningkat, sedangkan nilai c
kebutuhan kedelai dengan metode Trend Linear
= -7,816 sehingga hasil ramalan pada koordinat
untuk tahun 2013 sampai 2020 dapat dilihat pada
kartesius akan bergerak naik dari kiri bawah
Tabel 4.
menuju kanan atas, mengakibatkan terjadinya

146
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

peningkatan kebutuhan kedelai pada periode (3) Metode Trend Eksponensial


ramalan yang akan datang. Dari Tabel 14 dapat Berdasarkan data pemakaian kedelai
digambarkan ke dalam grafik seperti Gambar 8. selama tahun 2005 sampai 2012, maka dapat
dilakukan perhitungan peramalan kebutuhan
Kebutuhan Kedelai y = -9,8036x 2 + 267,72x + 2145,4
kedelai dengan metode trend eksponensial yang
R2 = 0,9835 disajikan pada Tabel 7.
4.000
Kedelai (karung)

3.000
Y
Tabel 7. Perhitungan Peramalan dengan Model
2.000
Poly. (Y) Trend Eksponensial
1.000
No Tahun X Y X2 Yaks X.Yaks
-
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2005 -4 2.369 16 7,770 -31,081
2 2006 -3 2.624 9 7,872 -23,617
Tahun
3 2007 -2 2.985 4 8,001 -16,003
Gambar 8. Peramalan Kebutuhan Kedelai dengan 4 2008 -1 3.036 1 8,018 -8,018
Metode Trend Kuadratis 5 2009 1 3.219 1 8,077 8,077
6 2010 2 3.336 4 8,113 16,225
Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa 7 2011 3 3.540 9 8,172 24,516
kecendrungan kebutuhan kedelai meningkat dan 8 2012 4 3.692 16 8,214 32,856
nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh = Total 0 24.801 60 64,237 2,954
0,9835 yang berarti 98,35% sumbangan variabel
X terhadap kenaikan variabel Y, sedangkan hanya Untuk menganalisis data peramalan dengan
1,65% yang dipengaruhi oleh variabel lain, metode trend eksponensial menggunakan
sehingga dalam grafik tampak garis lurus yang persamaan Y‘ = a eβX. Estimasi nilai α dan β dari
kecenderungan meningkatnya lebih jelas bentuk fungsi eksponensial tersebut dapat
dibandingkan dengan metode trend linear. dilakukan dengan menstranspormasikan model
Peramalan kebutuhan kedelai untuk tahun 2013 tersebut ke bentuk linear-nya melalui logaritma
sampai 2020 dengan metode trend kuadratis sehingga dapat diperoleh nilai α dan β sebagai
dapat dilihat pada Tabel 6. berikut :
Tabel 6. Hasil Peramalan dengan Metode Trend a = 8,0297
Kuadratis α = ea = 3.070,94
β = 0,049
No Tahun X a B c Y' Sehingga fungsi peramalan menjadi :
1 2013 5 3.158,74 148,75 -7,816 3707,10 Y‘ = α eβx
2 2014 6 3.158,74 148,75 -7,816 3769,87 = 3.070,94 e(0,049*X)
3 2015 7 3.158,74 148,75 -7,816 3817,02 Berdasarkan persamaan di atas diperoleh
4 2016 8 3.158,74 148,75 -7,816 3848,53 nilai α = 3.070,94 berarti konstanta bernilai tetap
5 2017 9 3.158,74 148,75 -7,816 3864,41 dan e adalah bilangan logaritma natural dengan
6 2018 10 3.158,74 148,75 -7,816 3864,66 nilai 2,7183 sedangkan β adalah parameter
7 2019 11 3.158,74 148,75 -7,816 3849,27 dengan nilai 0,049 yang mengakibatkan
8 2020 12 3.158,74 148,75 -7,816 3818,26 meningkatkan hasil peramalan kedelai tahun 2013
sampai tahun 2020. Dari Tabel 7 dapat
Dari Tabel 6 terlihat nilai Y‘ yang cenderung digambarkan ke dalam grafik seperti pada
meningkat dipengaruhi oleh nilai b (koefisien Gambar 9.
arah/kemiringan garis) yang positif dan juga
dapat dilihat dari nilai R2 yang mendekati satu Kebutuhan Kedelai y = 2349,8e0,0595x
lebih besar nilainya daripada menggunakan R2 = 0,9507

metode trend linear. Sehingga dapat disimpulkan


4.000
3.500
Kedelai (karung)

ramalan kebutuhan kedelai dengan metode trend


3.000
2.500 Y
kuadratis ini dapat diterapkan karena hasil 2.000
1.500 Expon. (Y)

ramalan tahun 2013 sampai 2020 lebih besar 1.000


500
dibandingkan dengan kebutuhan kedelai tahun -
1 2 3 4 5 6 7 8
2005 sampai 2012. Tahun

Gambar 9. Peramalan Kebutuhan Kedelai dengan


Metode Trend Eksponensial

147
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Pada Gambar 9 terlihat bahwa kecenderungan adalah X1 dan X2 dengan keuntungan


kebutuhan kedelai meningkat dan nilai koefisien Rp.17.360.260. Untuk kenaikan biaya produksi
determinasi (R2) yang diperoleh = 0,9507 yang naik 100 % tanpa memenuhi permintaan pasar
berarti 95,07 % sumbangan variabel X terhadap titik optimum adalah X1 dan X2 dengan
kenaikan variabel Y, sedangkan hanya 4,93 % keuntungan Rp.17.348.420. Pada Bulan
yang dipengaruhi oleh variabel lain, sehingga Januari untuk skenario tersebut, sebaiknya
dalam grafik tampak garis lurus yang dilakukan operasi pengeringan kakao Mutu A
kecenderungan meningkatnya, tetapi berada di dan Mutu B dengan para-para, sedangkan
bawah metode trend linear dan trend untuk produksi naik 0 %, 50 %, dan 100 %
eksponensial. Peramalan kebutuhan kedelai untuk dengan memenuhi permintaan pasar tidak
tahun 2013 sampai 2020 dengan metode trend dapat digunakan karena memiliki nilai slack
eksponensial dapat dilihat pada Tabel 8. and surplus negatif.
Tabel 8. Hasil Peramalan dengan Metode Trend 2. Keuntungan maksimum yang diperoleh pada
Eksponensial usaha rendang (Panggabean , 2013 ;
Panggabean et al., 2014) adalah
No Tahun X a b e Y' Rp.84.049.360,- per bulan, dengan jumlah
1 2013 5 3070,94 0,04923 2,7183 3928,07
2 2014 6 3070,94 0,04923 3,7183 4526,36
produksi optimal rendang telur 500 g, 250 g
3 2015 7 3070,94 0,04923 4,7183 5241,76 dan 200 g yaitu sebesar 360 kemasan/bulan,
4 2016 8 3070,94 0,04923 5,7183 6102,81 2.160 kemasan/bulan dan 12.600
5 2017 9 3070,94 0,04923 6,7183 7142,09
6 2018 10 3070,94 0,04923 7,7183 8398,89
kemasan/bulan; rendang ubi kemasan 500 g,
7 2019 11 3070,94 0,04923 8,7183 9921,35 250 g dan 200 g yaitu sebesar
8 2020 12 3070,94 0,04923 9,7183 11768,79 24 kemasan/bulan, 144 kemasan/bulan dan
960 kemasan/bulan; rendang suir 500 g, 250 g
Dari Tabel 8 terlihat nilai Y‘ yang cendrung dan 200 g yaitu sebesar 24 kemasan/bulan,
meningkat dipengaruhi oleh nilai b (koefisien 144 kemasan/bulan dan 480 kemasan/bulan;
arah/kemiringan garis) yang positif dan juga rendang paru 500 g, 250 g dan 200 g yaitu
dapat dilihat dari nilai R2 yang mendekati satu, sebesar 16 kemasan/bulan, 96 kemasan/bulan
tetapi nilainya lebih kecil dibandingkan metode dan 240 kemasan/bulan; rendang belut 500 g,
metode trend linear dan trend eksponensial. 250 g dan 200 g yaitu sebesar 72
Sehingga dapat disimpulkan ramalan kebutuhan kemasan/bulan, 432 kemasan/bulan dan 1.080
kedelai dengan metode trend eksponensial ini kemasan/bulan.
dapat diterapkan karena hasil ramalan tahun 2013 3. Tentang antrian perebusan tandan kelapa
sampai 2020 lebih besar dibandingkan dengan sawit (Nasution, 2012) dapat disimpulkan : (a)
kebutuhan kedelai tahun 2005 sampai 2012. Rata-rata laju kedatangan (arrival rate) tandan
Berdasarkan tiga metode peramalan yang buah segar sawit (TBS) untuk direbus, selama
digunakan untuk memperoleh hasil peramalan 3 hari adalah 1,966 unit/ jam dan rata-rata
dengan memakai data per tahun, disimpulkan laju pelayanan (service rate) adalah 0,490
bahwa metode terbaik adalah metode trend unit/jam. Model antrian yang sesuai pada
kuadratis karena metode inilah yang pabrik kelapa sawit PT AMP Plantatian-POM
menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) kabupaten Agam yaitu Multiple Server (banyak
terbesar yaitu 0,9835, sedangkan metode trend fasilitas pelayanan), (b) Nilai faktor
linear dan trend eksponensial masing-masing penggunaan penggunaan fasilitas pelayanan
adalah 0,9719 dan 0,9507. Ini sesuai teori yang (ρ) yang diperoleh sebesar 0.802 (ρ < 1).
mengatakan bahwa jika nilai R2 mendekati satu Nilai ini menjelaskan bahwa tingkat kesibukan
maka persamaan regresi tersebut sangat baik. dari penggunaan fasilitas pelayanan adalah
sebesar 80,20 % ( kurang dari 100 %).
SIMPULAN / REKOMENDASI 4. Kesimpulan dari penelitian persediaan kedelai
(Fitri, 2013 ; Santosa et al., 2013) adalah
1. Pada pengeringan kakao (Sandy, 2009; : (a) Model persediaan kedelai yang terbaik
Santosa et al., 2011), untuk kenaikan biaya adalah hasil peramalan dengan metode trend
produksi naik 0 % tanpa memenuhi kuadratis, (b) Jumlah persediaan kedelai yang
permintaan pasar titik optimum adalah X1 dan ekonomis sebesar EOQ yaitu 146 karung per
X2 dengan keuntungan Rp.17.372.110. Untuk pemesanan dengan interval pemesanan
kenaikan biaya produksi naik 50 % tanpa selama 1 kali dalam 12 hari dan frekuensi
memenuhi permintaan pasar titik optimum pemesanan sebanyak 25 kali dalam satu

148
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

tahun, (c) Waktu pemesanan kembali bahan Produksi pada Pengolahan Rendang di
baku (kedelai) adalah sebesar pemakaian Perusahaan ‖Rendang Erika‖ Payakumbuh.
bahan baku per hari selama waktu tenggang Jurnal Optimasi Sistem Industri. Vol. 13, No.
(lead time) sebesar 12 karung. 1, April 2014 : 427-453.
 Sandy, Fadlan Ari. 2009. Perencanaan
DAFTAR PUSTAKA Keuntungan Produksi pada Pengeringan
Kakao (Theobroma cocoa L.) di PT Inang Sari.
 Fitri, M. 2013. Model Perencanaan dan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Pengendalian Persediaan Kedelai pada Usaha Andalas. Padang.
Tahu. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian  Santosa, Mislaini R., dan Fadlan Ari Sandy.
Universitas Andalas. Padang. 2011. Perencanaan Optimasi Keuntungan
 Nasution, I. W. 2012. Studi Sistem Antrian pada Pengeringan Kakao (Theobroma cocoa
Perebusan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit L.) di P.T. Inang Sari. Prosiding SEMINAR
untuk Produksi Minyak di PT AMP Plantation NASIONAL PERTETA 2011, Jember, 21-22 Juli
Kabupaten Agam. Skripsi. Fakultas Teknologi 2011, hal. 957-970.
Pertanian, Universitas Andalas, Padang.  Santosa, Sandra, dan Meldia Fitri. 2013.
 Panggabean, D. 2013. Optimasi Perencanaan Model Perencanaan dan Pengendalian
Produksi pada Pengolahan Rendang di Persediaan Kedelai pada Usaha Tahu.
Perusahaan ―Rendang Erika‖. Tesis. Fakultas Prosiding Seminar Nasional, Jurusan
Teknologi Pertanian Universitas Andalas. Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Padang. Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya,
 Panggabean, D., Masrul Djalal dan Santosa. Malang 2013: 593-607.
2014. Optimasi Perencanaan Keuntungan

149
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN PONDOK


PESANTREN AL-ITTIFAQ DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
BERUSAHATANI ASPARAGUS

THE CONSIDERED FACTORS OF AL-ITTIFAQ BOARDING


SCHOOL IN MAKING DECISION FOR ASPARAGUS FARMING
Viliani D. Hilman1, Kuswarini Kusno2

Departemen Sosek, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya
Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor 45363
(E-mail: vilianidedes@gmail.com / rinipiano@yahoo.co.id)

ABSTRAK. Asparagus merupakan salah satu sayuran dari daerah subtropis yang bernilai ekonomis
tinggi di Indonesia. Kondisi iklim Indonesia yang termasuk negara dengan iklim tropis mendukung
untuk dilakukannya pemanenan asparagus sepanjang tahun. Kebutuhan asparagus dalam negeri
belum terpenuhi, ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya impor asparagus dari tahun
ketahun, sedangkan kuantitas ekspor semakin menurun. Mengingat potensi pasar dan potensi alam
yang ada, maka sangat baik jika budidaya tanaman asparagus terus dikembangkan di dalam negeri
untuk mengurangi ketergantungan pada impor.Pondok pesantren Al-Ittifaq merupakan salah satu
pelaku baru yang berusahatani asparagus. Mengetahui alasan ponpes Al-ittifaq memutuskan
berusahatani asparagus merupakan hal yang menarik untuk diteliti, padahal jumlah komoditas
sayuran yang diproduksi pondok pesantren ini sudah cukup banyak yaitu 64 jenis komoditas. Desain
penelitian yang digunakan adalah desain kualitatif dengan teknik penelitian studi kasus dan dianalisa
menggunakan analisis proses hirarki analitik dan analisis usahatani. Dari penelitian ini diketahui
bahwa hal yang paling dipertimbangkan ponpes Al-Itifaq dalam mengambil keputusan berusahatani
asparagus dari faktor internal adalah motivasi berkarya dengan bobot 0.373, dan dari faktor eksternal
adalah tersedianya konsumen yaitu dengan bobot 0.731. Kemudian nilai R/C usahatani asparagus di
ponpes adalah sebesar 4.15 hal ini membuktikan bahwa usahatani asparagus menguntungkan dan
layak untuk diusahakan.

Kata kunci : Asparagus, Proses Hirarki Analitik (PHA)

ABSTRACT. Asparagus is one of vegetables from subtropical areas which has high economic value in
Indonesia. The climatic condition in Indonesia that includes tropical climate supports the harvesting
asparagus throughout the year. Nevertheless, domestic asparagus needs has not been covered yet,
this can be seen from the increasing imports of asparagus from year to year, while the export
quantity decreased. Given the market potential and the potential of the existing natural, it is good if
the cultivation of asparagus continues to be developed in the country to reduce dependence on
imports. Al-Ittifaq Boarding School is one of the new actors in asparagus farming. Knowing the reason
why Al-Ittifaq Boarding School decided to choose farming asparagus was interesting to be
researched, because the amount of vegetables produced by the boarding school so far has been quite
a lot that is 64 kinds of commodities. The research design is qualitative and the research technique is
case study. The problems were analyzed by using Analytical Hierarchy Process and farming analysis.
From this research, it is obtained that the relative ranking of priority which is considered by Al-Ittifaq
Boarding School in making decision for asparagus farming is an external factor with the weight of
0,833, and internal factors is 0.167. The order of priority in external factors is the availability of
consumer with the weight of 0.731, profit 0.188 and climate is 0.081. Furthermore, the order of
priority in the internal factor is the motivation to work weighs 0.373, capital availability 0.363, the
number of family dependents 0.176, and the last position of this priority is the courage to take risks

150
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
with the weight of 0.088. The value of R / C of asparagus farming in Al-Ittifaq is 4.15 which is proven
that asparagus farming is profitable and feasible to be developed in the future.

Keywords : Asparagus, Analytic Hierarchy Process (AHP)

PENDAHULUAN No Komoditas Harga/Kg

Asparagus merupakan salah satu sayuran 6 Kubis Rp. 1,700


dari daerah subtropis yang bernilai ekonomi tinggi
di Indonesia. Kondisi iklim Indonesia yang 7 Asparagus Rp. 40.000
termasuk negara dengan iklim tropis mendukung
untuk dilakukannya pemanenan asparagus Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan
sepanjang tahun. Secara umum, asparagus Provinsi Jawa Barat, 2014.
memiliki potensi pasar yang cukup besar jika
dilihat dari sisi permintaan. Pondok Pesantren Al-Ittifaq merupakan
salah satu pelaku baru dalam usahatani
Tabel 1. Ekspor-Impor Asparagus (Asparagus asparagus. Mengetahui alasan Pondok Pesantren
officionalis) Segar Tahun 2003-2012 Al-ittifaq memutuskan berusahatani asparagus
Tahun Ekspor (kg) Impor (kg) merupakan hal yang menarik untuk diteliti, karena
2003 1.435 9.235 jumlah komoditas sayuran yang diproduksi
2004 2.118 37.850 pondok pesantren ini sudah cukup banyak yaitu
2005 545 66.999 64 jenis komoditas
2006 * 94.119
2007 13.672 87.913 METODE
2008 8.425 79.319
2009 2.456 21.703 Desain penelitian yang digunakan adalah
2010 * 6.706 desain kualitatif dengan teknik penelitian studi
2011 1.480 3.497 kasus. Masalah penelitian ini dianalisis dengan
2012 707 1.443
menggunakan metode proses hirarki analitik
Sumber: Biro Pusat Statistik, 2012. (PHA) dan analisis usahatani.
Keterangan: 1) * tidak ada data. PHA adalah suatu model pendukung
keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L.
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa Saaty. Metode ini menggunakan pendekatan
volume impor lebih besar jika dibandingkan matematika, yakni konsep Nilai Eigen dan Vektor
dengan volume ekspor (Biro Pusat Statistik, Eigen, serta psikologi atau persepsi manusia.
2012). PHA dapat memecahkan masalah yang kompleks
Asparagus memiliki harga jual yang relatif dengan cara menguraikan masalah multi faktor
tinggi dibandingkan dengan harga sayuran lain, atau multi kriteria yang kompleks itu menjadi
perbedaan harga sayuran ini dapat dilihat pada suatu hirarki. Dengan hirarki, masalah yang
Tabel 2. kompleks itu dapat diuraikan ke dalam kelompok-
kelompok sehingga permasalahan yang kompleks
Tabel 2. Harga Sayuran Di Sentra Produksi tersebut akan menjadi lebih terstruktur dan
Ciwidey pada Bulan April 2014. sistematis, Langkah awalnya adalah menyatakan
No Komoditas Harga/Kg
tujuan pengambilan keputusan, lalu menjabarkan
tujuan yang masih abstrak itu ke dalam faktor-
1 Kentang kualitas ABC Rp. 6,200
faktor, kemudian ke dalam kriteria-kriteria yang
lebih operasional.
2 Buncis Rp. 3,500
Dalam penelitian ini, fokus atau tujuannya
3 Cabe Kriting Rp. 5,000 adalah menentukan faktor-faktor yang
dipertimbangkan Pondok Pesantren Al-Ittifaq
4 Saledri Rp. 3,500 dalam mengambil keputusan berusatani
asparagus. Tujuan yang masih bersifat abstrak
5 Bawang Daun Rp. 1,900 tersebut dijabarkan menjadi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal dibedakan atas kriteria-
kriteria motivasi berkarya, tersedianya modal,

151
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

jumlah tanggungan keluarga, dan keberanian Hasil Analisis Hirarki Faktor-faktor yang
mengambil resiko. Sedangkan faktor eksternal Dipertimbangkan Al-Ittifaq dalam
dijabarkan menjadi kriteria keuntungan, iklim, dan Pengambilan Keputusan untuk
kriteria tersedianya konsumen. Berusahatani Asparagus.
Analisis usahatani digunakan untuk
mengetahui keuntungan dan R/C dari usahatani Dari hasil analisis hirarki faktor-faktor,
asparagus di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. diperoleh bahwa faktor eksternal sangat
mendominasi faktor internal dalam pertimbangan
HASIL DAN PEMBAHASAN Al-Ittifaq memutuskan berusahatai asparagus.
Hasil Pengembangan Model Hirarki Dominasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Keputusan
Pengembangan model hirarki keputusan Tabel 3. Hasil Pengolahan Matriks Gabungan
untuk mengetahui faktor-faktor yang Faktor Penentu yang Dipertimbangkan Al-
dipertimbangkan Pondok Pesantren Al-Ittifaq Ittifaq dalam Mengambil Keputusan
dalam mengambil keputusan berusahatani Berusahatani Asparagus.
asparagus dilakukan sebelum mengambil data ke Faktor Bobot Prioritas
lapangan. Model hirarki tersebut dikembangkan Internal 0.167 2
berdasarkan studi literatur dan penelitian yang Eksternal 0.833 1
terkait serta wawancara dengan pihak Al-Ittifaq,
Ketika di lapangan, sebelum mengambil data, Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa faktor
hirarki tersebut didiskusikan terlebih dahulu eksternal merupakan faktor yang lebih
dengan pimpinan Al-Ittifaq; dan ternyata dapat dipertimbangkan Pondok Pesantren Al-Ittifaq
diterima. Dengan demikian, hirarki awal dan dalam memutuskan berusahatani asparagus,
hirarki akhir dalam penelitian ini tidak berbeda. dibandingkan dengan faktor internal. Hal ini
Hirarki tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. disebabkan informasi mengenai asparagus
pertama kali didapatkan dari pihak luar yaitu dari
Tujuan Faktor Kriteria agen penyalur asparagus. Tanpa adanya
informasi dari agen tersebut, AL-Ittifaq tidak
mengetahui tanaman yang cukup menjanjikan ini.
Motivasi Faktor dari luar ini tentu saja tidak dapat
Berkarya dikendalikan dengan mudah oleh Al-Ittifaq,
seperti halnya adanya pasar atau konsumen. Al-
Tersedianya
Ittifaq tidak bisa dengan mudah menentukan
Modal konsumen asparagus di daerah Jawa Barat,
karena tidak semua masyarakat Jawa Barat
mengenal dan mengkonsumsi tanaman ini.
Internal Jumlah
Dengan demikian, dapat diterima bahwa faktor
Tanggungan dari luar ini merupakan faktor utama yang
Keluarga dipertimbangkan Al-Ittifaq dalam pengambilan
keputusan berusahatani asparagus.
Faktor-
Bobot faktor internal dalam pengambilan
faktor Keberanian keputusan berusahatani asparagus ini jauh lebih
yang Mengambil Resiko kecil dibandingkan dengan bobot faktor
Dipertimb eksternalnya. Hal ini disebabkan faktor internal
angkan Al- dapat dikendalikan atau diatur oleh diri sendiri
Ittifaq Keuntungan seperti motivasi berkarya, ketersediaan modal dan
untuk kriteria yang lainnya. Sementara faktor eksternal
berusahat Iklim sangat sulit dikendalikan seperti sudah dijelaskan
ani Eksternal
pada uraian sebelumnya. Modal misalnya, dapat
asparagus
Tersedianya diusahakan lebih banyak jika Al-Ittifaq berusaha
Konsumen lebih giat lagi untuk mengajukan pinjaman modal
ke tempat peminjaman resmi seperti bank atau
Gambar 1. Hirarki Faktor-faktor Yang Dipertimbangkan lembaga keuangan yang lainnya. Dengan
Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam Mengambil Keputusan demikian, faktor dari dalam diri ini logis
Berusahatani Asparagus.
dipertimbangkan terakhir setelah faktor dari luar

152
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dalam mengambil keputusan berusahatani tanaman asparagus ini. Oleh karena itu,
asparagus. pengetahuan dan informasi mengenai tanaman ini
masih sangat sedikit, sehingga resiko gagal
Hasil Analisis Hirarki Faktor Internal panen ataupun kendala lain dalam proses
budidaya pasti akan sangat besar. Namun hal ini
Komposisi bobot kriteria-kriteria dalam tidak menjadi pengahalang bagi Al-Ittifaq untuk
faktor internal yang dipertimbangkan Al-Ittifaq berusahatani asparagus. Dari kekurangan inilah
untuk berusahatani asparagus disajikan dalam Al-Ittifaq belajar menerima setiap kegagalan yang
Tabel 4. dialami di lapangan, dan kegagalan tersebut
dijadikan pembelajaran untuk meningkatkan
Tabel 4. Hasil Pengolahan Matriks Gabungan pengetahuan tentang budidaya asparagus.
Faktor Internal
Kriteria Bobot Prioritas Hasil Analisis Hirarki Faktor Eksternal
Motivasi Berkarya 0.373 1
Tersedianya Modal 0.363 2 Diantara tiga kriteria dalam faktor
Jumlah 0.176 3 eksternal, tersedianya konsumen mendominasi
Tanggungan dua kriteria lainnya. Situasi tersebut tampak pada
keluarga Tabel 5.
keberanian 0.088 4
mengambil resiko Tabel 5. Hasil Pengolahan Matriks Gabungan
Faktor Eksternal
Berdasarkan Tabel 4 Motivasi berkarya Kriteria Bobot Prioritas
menempati posisi tertinggi diantara empat kriteria Keuntungan 0.188 2
faktor internal. Hal ini disebabkan Pondok Iklim 0.081 3
Pesantren Al-Itifaq mempunyai keinginan yang Tersedianya konsumen 0.731 1
tinggi untuk bisa maju dalam bidang pertanian.
Selain itu, rasa ingin tahu akan hal yang baru Tersedianya konsumen merupakan
merupakan modal dasar Al-Ittifaq untuk bisa prioritas pertama yang dipertimbangkan Al-Ittifaq
berkembang. Adanya keinginan Al-Ittifaq untuk dalam pemilihan asparagus sebagai komoditas
mencoba berusahatani asparagus adalah untuk baru untuk diusahakan. Adanya pasar atau
memperkenalkan tanaman ini pada masyarakat tersedianya konsumen merupakan suatu syarat
sekitar. yang paling penting dalam pertanian, apalagi
Sebelumnya belum ada petani yang untuk usahatani yang komoditasnya belum
berusahatani asparagus di Ciwidey khususnya di banyak dikenal oleh masyarakat luas, seperti
Rancabali, padahal menurut informasi yang halnya asparagus. Tanpa adanya pasar yang jelas
didapatkan dari agen, permintaan tanaman petani bisa kesulitan untuk menjual hasil
asparagus cukup tinggi dengan harga yang tinggi pertaniannya, apalagi daya tahan hasil pertanian
pula bila dibandingkan dengan komoditas sayuran tidak lama. Kalau produk pertanian dibiarkan
lainnya. Walaupun permintaan asparagus tinggi dalam jangka waktu yang lama tanpa
tetapi pemasok asparagus dari dalam negeri penanganan khusus maka petani akan mengalami
masih sangat sedikit, karena itu untuk memenuhi kerugian karena kualitas produk akan berkurang.
permintaan asparagus, negara kita harus Dengan adanya permintaan asparagus
mengimpor dari negara lain. dari pasar, modal untuk usahatani asparagus
Keberanian mengambil resiko merupakan mudah didapatkan Al-Ittifaq yaitu dari agen
prioritas terakhir yang dipertimbangkan Al-Ittifaq. penyalur asparagus. Sebelumnya agen ini
Hal ini disebabkan Al-Ittifaq beranggapan bahwa kesulitan mendapatkan pasokan asparagus dari
semua pekerjaan pasti mempunyai kesulitan dan petani sekitar Jawa Barat, tetapi setelah adanya
resikonya masing-masing. Dengan adanya keinginan dari Al-Ittifaq untuk mencoba
motivasi yang tinggi pada diri seseorang maka berusahatani asparagus maka agen ini pun
resiko pada pekerjaan tersebut dapat dengan tidak keberatan meminjamkan modal
diminimalisir. Dalam berusahatani, petani tidak kepada pihak Al-Ittifaq. Agen penyalur asparagus
pernah terlepas dari resiko. tersebut menginginkan Al-Ittifaq dapat
Tanaman asparagus merupakan memproduksi asparagus 50 kg/hari, tetapi karena
komoditas yang jarang dibudidayakan di kawasan lahan asparagus Al-Ittifaq masih sedikit maka
Bandung. Pihak Al-Ittifaq pun baru mengenal jumlah tersebut masih belum terpenuhi.

153
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Urutan terakhir yang dipertimbangkan Al- No Uraian Volume Harga Jumlah


Ittifaq dalam memutuskan berusahatani Satuan Biaya
asparagus adalah iklim. Kesesuaian iklim dengan (Rp/Kg) (Rp)
tanaman yang akan ditanaman juga penting
untuk dipertimbangkan. Walaupun iklim 00
merupakan hal yang penting, Al-Ittifaq lebih
mengutamakan tersedianya pasar terlebih dahulu Pajak 11.300
dibandingkan kesesuaian iklim. Kalau tanamanan
Tanah
yang akan dibudidayakan cocok dengan iklim di
daerah tanam tetapi pasarnya belum jelas maka
2 Biaya
petani harus berpikir ulang untuk menanaman
tanaman tersebut, karena petani pasti akan Variabel :
kebingungan menjual hasil panennya nanti. Oleh
karena itu iklim berada pada posisi terkahir dalam Benih 700 2.500 1.750.0
pertimbangan pengambilan keputusan pohon 00
berusahatani asparagus.
Pupuk 43 18.000 774.000
Analisis Usahatani Asparagus Kandang karung

Penerimaan usahatani asparagus berasal Pupuk NPK 10 Kg 18.000 180.000


dari hasil penjualan asparagus. Nilai penjualan Mutiara
didapatkan dari hasil perkalian antara harga jual
asparagus perkilogram dengan volume produksi Tenaga 7.655.0
asparagus yang dihasilkan dalam jangka waktu Kerja 00
satu tahun. Jumlah produksi asparagus per bulan
berbeda-beda, pada musim kemarau produksi 3 Total Biaya 11.701.
asparagus lebih banyak dibandingkan pada musim
300
hujan. Pada musim hujan produktivitas
asparagus rendah karena belum ada penanganan
4 Penerimaan 1.621,4 30.000 48.642.
khusus untuk melindungi tanaman ini.
Total produksi asparagus pada tahun Kg 000
pertama adalah 1.621,4 kg. Hasil produksi
asparagus 100 persen dijual langsung ke agen 5 Pendapatan 36.940.
yang merupakan salah satu alumni pesantren Al- 000
ittifaq yang bernama Haji Ayi. Harga jual
asparagus ke agen adalah Rp.30.000, maka 6 R/C 4.15
penerimaan dari usahatani asparagus selama satu (tanpa
tahun pertama adalah 1.621,4 Kg x Rp.30.000 = satuan
Rp.48.642.000. Rp)
Tabel 6. Analisis Usahatani Asparagus Pondok
Pesantren Al-Ittifaq Pada Lahan 0.035 ha Dari Tabel 6 di atas, dapat dilihat hasil
Tahun 2014. perhitungan R/C usahatani Pondok Pesantren Al-
No Uraian Volume Harga Jumlah Ittifaq pada lahan 0.035 Ha adalah 4.15. Nilai
Satuan Biaya 4,15 itu maknanya adalah setiap pengeluaran
(Rp/Kg) (Rp) Rp.1.000.000,- dapat memberikan penerimaan
Rp.4.150.000,-. Hal ini menunjukan bahwa
1 Biaya Tetap usahatani asparagus yang dilakukan pondok
pesantren tersebut menguntungkan dan layak
Penyusutan 106.000 dikembangkan
Alat
SIMPULAN
Sewa lahan 1.225.0
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian
mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan

154
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam memutuskan asparagus-peluang-dan-budidaya.html


berusahatani asparagus serta besar R/C dari Diakses tanggal 20 Februari 2014.
usahatani asparagus tersebut, maka dapat diambil  Daniel, M., 2002.Pengantar Ekonomi
kesimpulan sebagai berikut : Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
1. Urutan prioritas faktor yang dipertimbangkan  Faozan, A. 2006.Pondok Pesantren dan
Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam mengambil Pemberdayaan Ekonomi.Purwokerto : Jurnal
keputuskan berusahatani asparagus adalah Ibda P3M STAIN.
faktor eksternal yaitu dengan bobot 0.833,  Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Teori
kemudian faktor internal dengan bobot 0.167. Pengambilan Keputusan. Indonesia: Ghaliah.
Urutan prioritas diantara kriteria pada faktor  Kadarsah Suryadi dan M. Ali Ramdhani, 2000,
internal adalah motivasi berkarya dengan Sistem Pendukung Keputusan, PT. Remaja
bobot 0.373, tersedianya modal dengan bobot RosdaKarya Bandung.
0.363, jumlah tanggungan keluarga dengan  Kusno, Kuswarini. 1993. Analisis Penentuan
bobot 0.176, dan keberanian mengambil Prioritas Pengembangan Wilayah Kecamatan
resiko dengan bobot 0.088. Urutan prioritas di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy.Tesis
diantara kriteria pada faktor eksternal adalah .Program Magister Teknik dan Manajemen
tersedianya konsumen dengan bobot 0.731, Industri Institut Teknologi Bandung.
keuntungan dengan bobot 0.188, dan yang  Mas‘ud, Abdurrahman. 2002. Sejarah dan
terakhir iklim dengan bobot 0.081. Budaya Pesantren. Yogyakarta : Pustaka
2. Penerimaan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dari Pelajar.
hasil usahatani asparagus selama satu tahun  Novizar, Meuthi A. 2012. Faktor-Faktor
adalah Rp.48.642.000,- dengan luas lahan Penentu Pengambilan Keputusan Petani
0.035 Ha. Total biaya produksinya selama Dalam Berusahatani Kentang Atlantik.Skripsi
satu tahun adalah Rp.11.701.000,-. Oleh Sarjana Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi
sebab itu nilai R/C usahatani asparagus di Al- Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Ittifaq adalah sebesar 4.15, hal ini Padjadjaran.
membuktikan bahwa usahatani asparagus  Ridhawati, Herliana. 2008. Kelayakan
menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Finansial Investasi Usahatani Asparagus
Ramah Lingkungan PT Agro Lestari
DAFTAR PUSTAKA Bogor.Skripsi. Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.
 Abdul Rodjak. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Usahatani. Fakultas Pertanian Universitas  Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan
Padjadjaran. Bandung : Jurusan Sosial Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta Pusat
Ekonomi Pertanian Unpad. : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
 Afifah, A.1995. Upaya Peningkatan Kapasitas  Saladin, Djaslim, 2003, Intisari Pemasaran
Terpakai Perusahaan Pengolah Asparagus PT dan Unsur-unsur Pemasaran, Cetakan Ketiga,
Asparagus Nusantara Menuju Bandung : Linda Karya.
Optimaliasasi.Skripsi.Departemen Ilmu-Ilmu  Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B.
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Hardaker, 1986. Ilmu Usahatani dan
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Penelitian untuk Pengambangan Petani Kecil.
 Biro Pusat Statistik. 2012. Data Ekspor Impor Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Asparagus tahun 2012.  Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan
 BPP Garokgek. 2013. Asparagus, peluang dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Budidaya.
http://kiarapedes2013.blogspot.com/2013/09/

155
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA PLASMA


DI DESA SARI GALUH KECAMATAN TAPUNG KABUPATEN KAMPAR
Shorea Khaswarina1, Evy Maharani2, Roza Yulida3, dan Juni Army4

Fakultas Pertanian, Universitas Riau

(e-mail : shoreakhaswarina@yahoo.co.id)

ABSTRACT. The purpose of this research is to know the structure and analysis of farmer income palm
pattern plasma, palm oil farmers income distribution pattern of plasma, household spending patterns of
plasma oil palm growers. The ability of farmers in meeting basic need the basic of the criteria from BPS in
Sari Galuh village subdistrict Tapung of Kampar regency. This research was conduct in march to november
2012. The research method used was survey method. The sample take used by purposive sampling of the
research was 64 plasma farmer with the age of palm trees between 22-24 and the farmer that has a land
area of 2-6 acres. The data captured is the primary and secondary data by using a questionnaire. The result
of this research show the structure of the oil palm farmers income of plasma in the Sari Galuh village
consists of income from the agricultural sector and non farm sector. Number of index Gini ratio shows the
low – inequality 0,195 and Lorenz curve is close to the line of perfect equity of health care. Spending on
non-food household farmers greater than spending on household food. It showed that the sample had been
prosperous farmer. Basic needs analysis also show welfare farmers oil palm has been achieved.

Keywords: income, outcome, welfare, plasma, farmer

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Kabupaten Kampar dengan produksi CPO


1.273.944 ton (BPS Provinsi Riau, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Desa Sari Galuh merupakan salah satu
dan menganalisis: pendapatan petani kelapa sawit desa di Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar
pola plasma; pengeluaran rumah tangga petani yang menjadi sentra perkebunan kelapa sawit.
kelapa sawit pola plasma; tingkat kesejahteraan Namun, hasil perkebunan kelapa sawit mulai
petani kelapa sawit di Desa Sari Galuh Kecamatan menurun karena umur tanaman yang semakin tua
Tapung Kabupaten Kampar. mengakibatkan produksi rendah dan perubahan
harga TBS yang tidak stabil. Pendapatan yang
PENDAHULUAN terus menurun sementara pengeluaran yang
semakin tinggi karena harga kebutuhan rumah
Pembangunan perkebunan kelapa sawit di tangga atau kebutuhan dasar hidup, faktor
daerah Riau sampai akhir ini menjadi salah satu produksi dan akomodasi terus meningkat akan
perhatian pemerintah daerah Riau karena memiliki mempengaruhi bagaimana petani kelapa sawit
kontribusi yang cukup signifikan terhadap mengelola pendapatan dan kesejahteraannya.
perekonomian daerah maupun nasional dalam hal
penyediaan lapangan kerja, penciptaan nilai METODE PENELITIAN
tambah, penyumbang devisa negara, dan
penyediaan bahan pangan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sari
Salah satu sentra perkebunan di Provinsi Galuh Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar
Riau adalah Kabupaten Kampar, terutama Provinsi Riau. Alasan pemilihan lokasi ini sebagai
perkebunan kelapa sawit. Hal ini dibuktikan dari tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa
data produksi CPO Kabupaten Kampar yang usaha perkebunan kelapa sawit merupakan mata
merupakan produksi CPO tertinggi bila pencaharian utama masyarakat dan di daerah ini
dibandingkan produksi CPO pada kapubaten juga terdapat perusahaan perkebunan kelapa
lainnya di provinsi Riau. Pada tahun 2010, tercatat sawit PTPN V Sei Galuh yang merupakan
353.792 Ha luas lahan perkebunan kelapa sawit di perusahaan perkebunan inti. Penelitian ini
dilaksanakan terhitung bulan Maret sampai

156
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dengan bulan November 2012 yang meliputi maka perlu dilakukan analisa keuntungan pada
penyusunan proposal, pengumpulan data dan usaha yang akan diteliti. Dari analisa tersebut
pengolahan data serta penulisan skripsi. maka dapat dilihat berapa besar biaya dan
Penelitian ini dilaksanakan dengan pemakaian faktor-faktor produksi yang
metode survei, yaitu suatu cara melakukan dikeluarkan untuk proses poduksi. Untuk
pengamatan dimana indikator-indikator mengenai menghitung pendapatan bersih menggunakan
variabel adalah jawaban-jawaban terhadap rumus (Soekartawi, 2003) :
pertanyaan yang diberikan secara lisan maupun
tertulis (Michael, 1993). Penetapan sampel π=TR-TC
dilakukan secara Purposive sampling terhadap π=Y . Py- (TVC+TFC)
KUD Mojopahit yang merupakan satu-satunya π=Y . Py- (X1 .PX1+ X2 . PX1+…+ Xn . PXn+ D)
KUD di Desa Sari Galuh. Jumlah kelompok tani
yang terdapat pada KUD Mojopahit adalah 32 Dimana :
kelompok, kemudian diambil 16 kelompok sampel, π = Pendapatan bersih (Rp/Bulan)
dan dari masing-masing kelompok diambil 4 TR = Total penerimaan dari hasil penjualan
petani sampel dan jumlah seluruh sampel yaitu 64 panen (Rp/Bulan)
petani. Kriteria pengambilan sampel yaitu petani TC = Total biaya produksi (Rp/Bulan)
dengan umur tanaman 22-24 tahun dan luas Y = Jumlah panen nenas (Kg/Bulan)
lahan 2-6 ha (diasumsikan produksinya hampir P = Harga nenas (Rp/Kg)
sama). TFC = Total biaya tetap (Rp/Bulan)
TVC = Total biaya tidak tetap (Rp/Bulan)
Analisis Data X = Faktor produksi yang digunakan dalam
1. Pendapatan Rumahtangga usahatani (Unit/Bulan)
Untuk mengukur pendapatan Px = Harga masing-masing faktor produksi
rumahtangga perlu diketahui pendapatan utama (Rp/Unit)
dan sampingannya. Pendapatan utama berasal D = Nilai penyusutan alat (Rp/Bulan)
dari pendapatan atau pekerjaan utama petani
sampel. Selanjutnya pendapatan sampingan dapat 3. Pengeluaran Rumahtangga
berupa dari pendapatan istri, anak atau usaha Pola pengeluaran pangan dan non pangan
lainnya. rumahtangga dengan mengelompokkan
Mengukur tingkat pendapatan rumah pengeluaran rumah tangga selama 1 bulan baik
tangga, digunakan rumus : (Widodo, 1990) pangan maupun non makanan. Indikator yang
Yrt = (Yi1 + Yi2) digunakan BPS tahun 2011 yaitu pengeluaran
pangan terdiri dari bahan pokok/ padi-padian,
Yi2 = B1 + B2 + B3 + B4 + B5 + B6 + B7 umbi-umbian, ikan/ udang/ cumi/ kerang, daging,
telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan,
Dimana: buah-buahan, minyak dan lemak, bahan
Yrt = Pendapatan rumahtangga (Rp/bulan) minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya,
Yi1 = Pendapatan utama rumahtangga makanan dan minuman jadi, tembakau dan sirih.
(Rp/bulan) Pengeluaran non pangan yaitu perumahan dan
Yi2 = Pendapatan dari usaha sampingan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa,
(Rp/bulan) pakaian, alas kaki dan tutup kepala, barang tahan
B1 = Pendapatan kelapa sawit non plasma lama, pajak, pungutan dan asuransi, keperluan
(Rp/bulan) pesta dan upacara.
B2 = Pendapatan dagang (Rp/bulan)
B3 = Pendapatan jasa (Rp/bulan) 4. Tingkat Kesejahteraan
B4 = Pendapatan pegawai (Rp/bulan) Indikator kesejahteraan yang digunakan
B5 = Pendapatan buruh (Rp/bulan) berdasarkan klasifikasi keluarga sejahtera
B6 = Pendapatan dari dana pensiun (Rp/bulan) menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
B7 = Pendapatan lainnya (Rp/bulan) Nasional (BKKBN) dalam Sipayung (2010) :
1. Keluarga Pra Sejahtera (Sangat Miskin)
2. Tingkat Pendapatan Belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
Untuk mengetahui seberapa besar indikator yang meliputi :
pendapatan usaha petani tersebut bisa A. Indikator Ekonomi
mendatangkan keuntungan (penghasilan bersih)  Makan dua kali atau lebih sehari

157
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Memiliki pakaian yang berbeda untuk  Aktif memberikan sumbangan material


aktivitas (misalnya di rumah, secara teratur
bekerja/sekolah dan bepergian)  Aktif sebagai pengurus organisasi
 Bagian terluas lantai rumah bukan dari kemasyarakat
tanah 5. Keluarga Sejahtera III Plus
B. Indikator Non-Ekonomi Sudah dapat memenuhi beberapa
 Melaksanakan Ibadah indikator meliputi :
 Bila anak sakit dibawa ke sarana  Aktif memberikan sumbangan material
kesehatan secara teratur
2. Keluarga Sejahtera I (Miskin)  Aktif sebagai pengurus organisasi
Adalah keluarga yang karena alasan ekonomi kemasyarakatan
tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator meliputi : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Indikator Ekonomi 1. Pendapatan
 Paling kurang sekali seminggu Tabel 1. Pendapatan Rumahtangga Petani Sampel
keluarga makan daging atau ikan atau Per Bulan Tahun 2011
telur Sumber
Jumlah
Persentase
 Setahun terakhir seluruh anggota No.
Pendapatan (%)
(Rp)
keluarga memperoleh paling kurang
satu stel pakaian baru Pendapatan
 Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 1.
Pertanian
untuk tiap penghuni
B. Indikator Non-Ekonomi - Kelapa sawit
289.440.426,67 56,06
 Ibadah teratur plasma
 Sehat tiga bulan terakhir
 Punya penghasilan tetap - Kelapa sawit
164.804.580,92 31,91
 Usia 10-60 tahun dapat baca tulis non plasma
huruf latin
Sub Total 454.245.008,08 87,97
 Usia 6-15 tahun bersekolah
 Anak lebih dari 2 orang, ber-KB Rata-Rata 7.097.578,25
3. Keluarga Sejahtera II
Adalah keluarga yang karena alasan Pendapatan Non
2.
ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau Pertanian
lebih indikator meliputi :
 Memiliki tabungan keluarga - Perdagangan 11.850.000 2,29
 Makan bersama sambil berkomunikasi
- Jasa 5.350.000 1,04
 Mengikuti kegiatan masyarakat
 Rekreasi bersama (6 bulan sekali) - Pegawai
 Meningkatkan pengetahuan agama 8.000.000,00 1,55
Swasta
 Memperoleh berita dari surat kabar,
radio, TV dan majalah - Pegawai
22.900.000,00 4,44
 Menggunakan sarana transportasi Negeri
4. Keluarga Sejahtera III
Sudah dapat memenuhi beberapa indikator, - Buruh 6.000.000,00 1,16
meliputi :
- Dana Pensiun 8.000.000,00 1,55
 Memiliki tabungan keluarga
 Makan bersama sambil berkomunikasi Sub Total 62.100.000,00 12,03
 Mengikuti kegiatan masyarakat
 Rekreasi bersama (6 bulan sekali) Rata-Rata 970.312,50
 Meningkatkan pengetahuan agama
 Memperoleh berita dari surat kabar, Total 516.345.008,08 100,00
radio, TV dan majalah
 Menggunakan sarana transportasi
Belum dapat memenuhi beberapa Pendapatan rumahtangga berasal dari
indikator, meliputi : pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan serta

158
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dari usaha subsistem dari seluruh anggota Tabel 2. Persentase Rata-rata Indikator
rumahtangga. Pekerjaan pokok masyarakat di Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit di Desa Sari
Desa Sari Galuh merupakan petani kelapa sawit Galuh
plasma, namun selain memiliki lahan plasma, No Indikator Jumlah Persentase
petani juga memiliki lahan swadaya. Sub sektor Kesejahteraan KK (%)
pertanian kelapa sawit plasma diperoleh rata-rata
produksi TBS plasma 1.599,22 Kg/Ha/bulan, 1 Keluarga Pra 0 0
sedangkan sub sektor pertanian kelapa sawit non Sejahtera (Sangat
plasma (swadaya) diperoleh rata-rata produksi Miskin)
TBS swadaya 1.454,11 Kg/Ha/Bulan. Hasil
penelitian menunjukan pendapatan rata-rata Keluarga Sejahtera
petani kelapa sawit pola plasma di Desa Sari I (Miskin)
2 63 98,78
Galuh pada sektor pertanian yaitu sebesar
Rp.7.097.578,25 per bulan. Sektor non pertanian Keluarga Sejahtera
seperti perdagangan, jasa, pegawai, buruh dan II
dana pensiun menghasilkan rata-rata pendapatan 3 45 68,68
Keluarga Sejahtera
sebesar Rp.970.312,50 per bulan.
III
2. Pengeluaran Rumahtangga
Keluarga Sejahtera
Pola pengeluaran rumahtangga petani di 4 40 33,34
III Plus
Desa Sari Galuh terdiri dari pengeluaran pangan
dan pengeluaran non pangan. Rata-rata
pengeluaran untuk pangan rumahtangga sebesar
Rp.2.049.535,18 atau 43,83% dari total 5 21 62,62
pengeluaran rumahtangga, sedangan untuk
pengeluaran non pangan rumah tangga sebesar
Rp.2.626.543 atau 56,17% dari total pengeluaran
Sumber: Data Olahan, Tahun 2011
rumahtangga. Pengeluaran rumahtangga terbesar
untuk kebutuhan pangan adalah untuk kelompok
protein (ikan, daging, telur dan susu) yaitu
Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa
sebesar 26,19% dari total pengeluaran pangan.
tidak ada responden yang termasuk pada kategori
Pengeluaran non pangan terbesar pada
keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin) karena
pengeluaran untuk barang dan jasa yaitu sebesar
seluruh rumahtangga responden telah memenuhi
30,96%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
seluruh indikator ekonomi dan indikator non
di Desa Sari Galuh tergolong sejahtera dimana
ekonomi yang ditetapkan oleh BKKBN. Indikator
pola pengeluaran rumah tangga non pangan lebih
ekonomi tersebut antara lain: makan dua kali atau
mendominasi dari pada pengeluaran untuk
lebih sehari, memiliki pakaian yang berbeda untuk
pangan.
aktivitas, dan bagian terluas lantai rumah bukan
dari tanah, sedangkan indikator non ekonomi
3. Tingkat Kesejahteraan
antara lain: melaksanakan ibadah dan bila anak
sakit dibawa ke sarana kesehatan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh
Responden yang termasuk pada kategori
penulis dan kemudian dengan menggunakan
Keluarga Sejahtera I (Miskin) berjumlah 63
klasifikasi tingkat kesejahteraan yang dikeluarkan
responden yang sumber pendapatannya sebagai
oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana
buruh. Adapun indikator-indikator yang tidak
Nasional (BKKBN) mengklasifikasikan tingkat
dapat dipenuhi oleh responden meliputi; indikator
kesejahteraan keluarga petani kelapa sawit dapat
ekonomi yaitu luas lantai rumah paling kurang 8
dilihat pada tabel 2.
m2 untuk tiap penghuni, indikator non ekonomi
yaitu punya penghasilan tetap.
Responden yang termasuk pada kategori
Kaluarga Sejahtera II berjumlah 45 responden.
Adapun indikator-indikator yang tidak dapat
dipenuhi responden meliputi; makan bersama
sambil berkomunikasi dan rekreasi bersama (6
bulan sekali).

159
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Responden yang termasuk pada kategori Responden yang termasuk pada kategori
Keluarga Sejahtera III berjumlah 40 responden. Keluarga Sejahtera III Plus berjumlah 21
Responden pada kategori ini telah memenuhi responden. Responden pada ketegori ini telah
beberapa indikator meliputi; memiliki tabungan memenuhi seluruh indikator ekonomi dan
keluarga, makan bersama sambil berkomunikasi, indikator non ekonomi yang ditetapkan oleh
mengikuti kegiatan masyarakat, rekreasi bersama BKKBN (2004) sebagai acuan untuk mengukur
(6 bulan sekali), meningkatkan pengetahuan tingkat kesejahteraan masyarakat.
agama, memperoleh berita dari surat kabar,
radio, TV, dan majalah, dan menggunakan sarana
transportasi. Adapun indikator yang belum dapat
dipenuhi responden pada kategori ini meliputi;
aktif memberikan sumbangan material secara
teratur dan aktif sebagai pengurus organisasi
kemasyarakatan.

Tabel 3. Jumlah Responden Dalam Pemenuhan Indikator Kesejahteraan


No Indikator Kesejahteraan Jumlah KK Persentase
(%)

1 Keluarga Pra Sejahtera (Sangat Miskin)

A. Indikator Ekonomi

- Makan dua kali atau lebih sehari 64 100

- Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas 64 100

- Bagian terluas lantai bukan dari tanah

B. Indikator Non Ekonomi 64 100

- Melaksanakan ibadah

- Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan 64 100

64 100

Rata-rata 64 100

2 Keluarga Sejahtera I (Miskin)

A. Indikator Ekonomi

- Paling kurang sekali seminggu makan ikan atau daging atau telur 64 100

- Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling


kurang satu stel pakaian baru
64 100
- Luas lantai paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni

B. Indikator Non Ekonomi

- Ibadah teratur
61 95,31
- Sehat tiga bulan terakhir

160
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

- Punya penghasilan tetap 64 100

- Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin 64 100

- Usia 6-15 tahun bersekolah 64 100

- Anak lebih dari 2 orang, ber KB 64 100

64 100

60 93,75

Rata-rata 63,22 98,78

3 Keluarga Sejahtera II

- Memiliki tabungan keluarga 32 50

- Makan bersama sambil berkomunikasi 31 42,31

- Mengikuti kegiatan masyarakat 63 88,46

- Rekreasi bersama (6 bulan sekali) 0 0

- Meningkatkan pengetahuan agama 64 100

- Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV dan majalah 64 100

- Menggunakan sarana transportasi

64 100

Rata-rata 45,43 68,68

4 Keluarga Sejahtera III

- Memiliki tabungan keluarga 32 50

- Makan bersama sambil berkomunikasi 31 48,44

- Mengikuti kegiatan masyarakat 63 98,44

- Rekreasi bersama (6 bulan sekali) 0 0

- Meningkatkan pengetahuan agama 64 100

- Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV dan majalah 64 100

- Menggunakan sarana transportasi

- Aktif memberikan sumbangan material secara teratur 64 100

- Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan 32 50

10 16,67

161
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Rata-rata 40 62,62

5 Keluarga Sejahtera III Plus

- Aktif memberikan sumbangan material secara teratur 32 50

- Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan

10 16,67

Rata-rata 21 33,34

SIMPULAN dari hasil pertanian mampu memberikan


tambahan pendapatan yang cukup besar bagi
Sumber pendapatan petani plasma di petani mengingat umur kelapa sawit plasma yang
Desa Sari Galuh selain dari sektor pertanian mereka miliki sudah mencapai usia tua dan
kelapa sawit plasma juga berasal dari sektor produksinya juga semakin menurun.
pertanian kelapa sawit swadaya dan sektor non Pemerintah daerah setempat harus
pertanian. Pendapatan rata-rata dari sektor mengakomodir permasalahan petani kelapa sawit
pertanian baik plasma maupun non plasma yaitu dengan melakukan pengawasan terhadap harga
sebesar Rp.7.097.578,25, sedangkan sektor non TBS yang berlaku di PKS serta permasalahan
pertanian sebesar Rp.970.312,50 yang lainnya.
merupakan pendapatan sampingan petani plasma
juga memberikan tambahan pendapatan yang DAFTAR PUSTAKA
dapat membantu petani untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangganya.  Badan Pusat Statistik. 2008. Analisis Dan
Pengeluaran rumahtangga petani kelapa Penghitungan Tingkat Kemiskinan. Badan
sawit plasma di Desa Sari Galuh terdiri dari Pusat Statistik Indonesia. Jakarta
pengeluaran pangan dan pengeluaran non  Badan Pusat Statistik. 2011. Riau Dalam
pangan. Dari hasil penelitian di peroleh sebesar Angka. BPS Provinsi Riau. Pekanbaru.
56,17% pengeluaran non pangan, sedangkan  Badan Pusat Statistik. 2011. Kampar Dalam
pengeluaran untuk pangan sebesar 43,83%. Angka. BPS Provinsi Riau. Pekanbaru.
Dengan demikian, menunjukkan bahwa  Badan Pusat Statistik. 2011. Konsumsi Kalori
masyarakat di Desa Sari Galuh tergolong Dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi.
sejahtera, karena porsi pengeluaran rumahtangga Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta
non pangan lebih besar dari pada pengeluaran  Fauzi, Y. dan Erna Widyastuti Y. 2002.
pangan. Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah
Kesejahteraan petani plasma dapat dilihat Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar
dengan pemenuhan kebutuhan dasar yang telah Swadaya. Jakarta.
dianalisis dengan 14 kriteria kebutuhan dasar  Hadi, Muh Mustafa. 2004. Teknik Berkebun
menurut BPS menunjukkan bahwa petani kelapa Kelapa Sawit. Mitra Gama Widya. Yogyakarta.
sawit pola plasma di Desa Sari Galuh telah  Kuncoro, Mudrajad. 2000 a. Ekonomi
sejahtera berdasarkan pemenuhan kebutuhan Pembangunan. Erlangga. Jakarta
fisik, sosial dan ekonomi yang telah mampu  Kuncoro, Mudrajad. 2007 b. Ekonomi
mereka penuhi dengan baik. Pembangunan. Erlangga. Jakarta
 Suryana, Ahmad. 2005. Prospek dan Arah
REKOMENDASI Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit.
Badan Penelitian Dan Pengembangan
Petani responden sebagai petani kelapa Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
sawit harus menerapkan manajemen  Tadoro, M, 2003. Pembangunan Ekonomi di
usahataninya agar produksi yang di peroleh lebih dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta.
maksimal baik usaha kelapa sawit pola plasma  Widodo, S.T. 1990. Indikator Ekonomi. Dasar
dan sawit pola non plasma atau pola swadaya. Perhitungan Perekonomian Indonesia.
Petani juga harus mampu membaca peluang Kanisius. Jakarta.
usaha selain usahataninya, karena sumbangan

162
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KAJIAN POTENSI AGROINDUSTRI BERBASIS


PERKEBUNAN TEH RAKYAT
(STUDI KASUS DI KECAMATAN PASIRJAMBU, KABUPATEN
BANDUNG)

STUDY OF AGRO-INDUSTRY POTENTIAL BASED ON TEA-SMALL


HOLDER PLANTATION
(CASE STUDY IN PASIRJAMBU SUB-DISTRICT, BANDUNG
DISTRICT)

Sulistyodewi NW1, Lucyana Trimo2

Laboratorium Agribisnis, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.


Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Jawa Barat

(e-mail: sulistyo.dewi@yahoo.com 1; l.trimo@yahoo.com 2)

ABSTRAK. Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, merupakan salah satu wilayah penghasil teh rakyat
terbesar di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Jumlah produksi yang besar dan kualitas yang baik ini
tidak didukung dengan adanya pabrik pengolahan yang dapat menampung seluruh hasil panen petani di
Kecamatan Pasirjambu, sehingga pucuk hasil petani teh rakyat di wilayah Kecamatan Pasirjambu dijual ke
pabrik pengolahan di luar kecamatan hingga yang ada di luar Kabupaten. Pabrik pengolahan teh yang ada
sebenarnya mampu menampung seluruh hasil panen kelompok tani di wilayah kecamatan ini, bahkan
mengharapkan adanya kemitraan dengan petani agar mendapatkan pucuk teh sebagai bahan baku dengan
kualitas lebih baik untuk dapat diolah menjadi teh siap konsumsi dalam kemasan, namun selama ini petani
belum dapat memenuhi standar pucuk yang sesuai kebutuhan agroindustri. Dengan memenuhi standar
pucuk yang sesuai, harga jual pucuk di tingkat petani akan meningkat dan pabrik pengolahan juga akan
mampu memproduksi teh rakyat dalam bentuk olahan yang bernilai tambah. Penelitian ini merupakan hasil
wawancara pelaku dan pengamatan di lapangan yang berupaya mengidentifikasi permasalahan dan
menawarkan solusi yang dirumuskan berdasarkan kemampuan yang dimiliki teh rakyat dalam
mengembangkan agribisnis teh rakyat di wilayah Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.

Kata kunci: agroindustri, teh, kemitraan

ABSTRACT. Pasirjambu sub-distric is one of the largest folk tea producing areas in Bandung District, West
Java. The number of large production and good quality is not supported by the processing plant that can
accommodate the entire crop farmers in Pasirjambu sub-district , so the results of tea leaves of farmer in
Pasirjambu sold to outside the sub-district to the outside of Bandung District. Tea processing plant is actually
able to accommodate the entire crop farmer groups in the region of this district, they even hoping for a
partnership with farmers to get tea leaves as raw material with better quality to be processed into tea ready
for use in the packaging, but so far the farmers have not adjust the quality standards of the agro-industry
needs of tea leaves. By meeting the appropriate standards leaves, the tea leaves selling price at the farm
level will rise and the processing plant will also be capable of producing tea folk in the form of processed
product as tea leaves value-added. This study is the result of interviews actors and observations in the field
that seek to identify problems and offer solutions that are formulated based on the capabilities of developing
the tea folk in Pasirjambu sub-district, Bandung district.

Keywords: agroindustry, tea, partnership

163
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
PENDAHULUAN Harga jual teh yang rendah di Kabupaten
Bandung dan Provinsi Jawa Barat pada umumnya
Sektor perkebunan dengan komoditas teh dikarenakan bentuknya masih berupa bahan
telah lama menjadi unggulan Pemerintah Provinsi baku, belum dilakukan pengolahan pencampuran
Jawa Barat, namun fokus pengembangan bisnis dengan bunga melati yang dapat menghasilkan
hanya pada pelaku usaha besar seperti teh dengan aroma melati yang diminati pasar.
Perkebunan Negara dan Perkebunan milik swasta Perkebunan teh rakyat ini belum dikembangkan
yang mampu melakukan ekspor produk hasil dan dibina serius pengelolaannya, teh rakyat
perkebunan. Perkebunan teh rakyat di Provinsi berpotensi menjadi komoditas unggulan milik
Jawa Barat dibiarkan tumbuh dan berkembang masyarakat lokal yang berdaya saing secara
seadanya, terlihat dari baru adanya program global.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat di tahun 2014 ini. Tingkat konsumsi teh per kapita dalam
Program-program yang telah dilakukan Dinas satu tahun menurun 21,5 persen di tahun 2012,
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten para produsen mulai melakukan inovasi saat daur
Bandung mulai pertengahan tahun 2014 ini antara hidup produk teh mulai mengalami penurunan.
lain intensifikasi dan rehabilitasi yang tertuang Beberapa inovasi dilakukan untuk
dalam program GPATN (Gerakan Penyelamatan mensosialisasikan minuman teh di masyarakat.
Agrobisnis Teh), intensifikasi yang dilakukan Pada tahun 2013 konsumsi teh meningkat hingga
biasanya dalam bentuk bansos sarana produksi 26,2 persen. Teh tidak lagi dikonsumsi di rumah
kepada kelompok tani, dan program rehabilitasi namun diolah dan dikemas untuk dapat diminum
antara lain pengadaan 5000 pohon dalam 1 Ha, kapan pun dan di mana pun.
sarana produksi berupa pupuk, pestisida, dan
handsprayer. Tabel 1. Tingkat Konsumsi Teh Rata-rata per
Menurut data Statistik Perkebunan Dinas Kapita
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bahan 2011 2012 2013
Bandung tahun 2012, luas lahan perkebunan teh No. Makanan
menempati 18,39% lahan pertanian keseluruhan 1 Susu bubuk 0.730 0.365 0.730
di Kabupaten Bandung. Total luas lahan 2 Teh 6.570 5.162 6.153
perkebunan teh 32.408,83 Ha terbagi atas 3 Kopi 13.661 10.637 13.714
perkebunan besar Negara (PTPN) 12.018,09 Ha Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2013
(6,82%); perkebunan besar swasta (PBS)
5.905,40 Ha (3,35%), dan perkebunan rakyat Hasil pucuk yang dihasilkan perkebunan
14.485 Ha (8,22%). Pada tahun 2013 terakhir teh rakyat pada umumnya belum sesuai standar
luas lahan perkebunan teh rakyat meningkat kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan industri.
0,32% disaat PTPN dan PBS mengalami Hal ini dikarenakan pengelolaan kebun yang
penurunan luas arealnya, sehingga secara masih sederhana dan kurangnya motivasi petani
keseluruhan, perkebunan teh rakyat memiliki 47% teh rakyat untuk meningkatkan kualitas pucuk.
dari luas areal perkebunan yang ada di Kabupaten Kualitas pucuk yang baik dihasilkan dengan cara
Bandung. Merupakan salah satu dari lima pemeliharaan yang tepat dan hal tersebut
komoditas perkebunan unggulan Kabupaten membutuhkan biaya besar. Petani menganggap
Bandung tidak membuat perkebunan teh menjadi bahwa kualitas baik tidak akan mempengaruhi
mata pencaharian utama bagi para petaninya. harga jual pucuk yang diterima. Belum adanya
Kebun teh menjadi usaha sampingan masyarakat kesadaran dan motivasi bahwa dengan adanya
dengan pengelolaan kebun yang tidak khusus. Di kualitas yang baik dari pucuk yang dihasilkan
Kabupaten Bandung ini, populasi tanaman teh di maka akan memberikan harga jual yang lebih
lahan 1 Ha hanya 6.000 pohon, lebih rendah dari tinggi. Kondisi ini berbeda dengan pengelolaan
populasi pada umumnya di Perkebunan Negara yang dilakukan di Perkebunan Negara dan
atau Perkebunan Swasta yang mencapai 11.000 Perkebunan Besar Swasta yang terjamin kualitas
per Ha. Hal ini disebabkan oleh kondisi musim maupun kontinuitas produksinya.
kemarau, penyakit akar putih, dan jamur. Bill Vorley, Mark Lundy, and James
Produksi teh perkebunan rakyat di Kabupaten MacGregor (2009), mengungkapkan petani skala
Bandung mengalami peningkatan dua tahun kecil merupakan kerangka dasar untuk pasokan
terakhir (2012-2013) sebesar 273 ton daun teh pangan pertanian global. Pengembangan model
dengan rincian produksi tahun 2012 jumlahnya bisnis yang baik bisa dilakukan dengan
3.245 ton dan di tahun 2013 mencapai 3.518 ton pengelolaan biaya dan resiko yang melibatkan
daun teh. produsen skala kecil, pengolah, dan pengecer. Hal

164
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
demikian yang mendefinisikan model bisnis
inklusif yang tidak menghilangkan peran petani HASIL DAN PEMBAHASAN
skala kecil dan dapat memenuhi kebutuhan
pelaku di daerah pedesaan. Bentuk kemitraan Jumlah kelompok tani di Kabupaten
dapat berdasarkan perjanjian formal atau kontrak Bandung tersebar di 3 (tiga) kecamatan dengan
yang berkaitan dengan praktek budidaya, bantuan lahan perkebunan teh rakyat terluas, antara lain
teknis, pengiriman dan pembayaran sesuai 16 kelompok di Kecamatan Pangalengan, 10
dengan spesifikasi kualitas. Pengolah terlibat kelompok di Kecamatan Pasirjambu, dan 4
dalam menyediakan bantuan melalui kunjungan kelompok di Kecamatan Ciwidey. Pelaku
rutin para ahli dan kontrol kualitas produk. Petani pengolahan teh perkebunan rakyat tersebar di
memberikan jumlah tertentu dari produk matang Kecamatan Pangalengan sebanyak 4 pabrik
pada harga tetap (Sandrine Freguin-Gresh and pengolahan teh, 3 pabrik pengolahan di
Ward Anseeuw, 2013). Kecamatan Ciwidey, dan 4 pabrik pengolahan di
Pengembangan agroindustri sebagai Kecamatan Pasirjambu.
wujud nyata pembangunan inklusif dapat dilihat Saat ini mayoritas pengusaha pabrik
dari kontribusinya dalam menciptakan nilai pengolahan di Kabupaten Bandung memilih untuk
tambah untuk meningkatkan daya saing produk, mengirim barangnya ke pabrik pengolahan teh
menghasilkan pendapatan lebih baik, dan melati di Jawa Tengah melalui pabrik teh di
membangun lapangan kerja lebih luas. Penelitian Sukabumi yang menjadi rekanan pabrik di Jawa
ini bertujuan untuk mengkaji beberapa hal, antara tersebut. Biayanya masih belum tinggi jika
lain: (1) Tantangan pengembangan teh rakyat di dibandingkan harus mengambil bahan baku
Kecamatan Pasirjambu sebagai sentra produksi bunga melati sendiri. Salah satu pelaku usaha
teh rakyat di Kabupaten Bandung, (2) Potensi pabrik pengolahan teh di Kecamatan Pasirjambu
agroindustri teh rakyat di Kecamatan Pasirjambu, pernah mencoba memproduksi teh melati sendiri
dan (3) Pola kemitraan usaha teh di Kecamatan namun karena biaya pengadaan bunga melati
Pasirjambu. cukup besar karena diambil dari daerah utara
Jawa Tengah, maka pabrik tidak berproduksi lagi.
METODE Petani menjual dalam bentuk pucuk, saat ini
harga pucuk berkisar Rp.1.800 hingga Rp.2.500
Lokasi penelitian pengembangan untuk pucuk p+2 yakni pucuk kualitas baik (peko
agribisnis serta potensi agroindustri ditentukan ditambah 2 daun di bawahnya). Pabrik
secara purposive, yakni di Gapoktan Karya Mandiri pengolahan membeli dari pengumpul atau
Sejahtera Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten kelompok tani di harga Rp.2.500 dan menjualnya
Bandung. Penentuan daerah penelitian ini Rp.15.000 per kg daun teh hitam, beberapa
didasarkan pada pertimbangan bahwa Kecamatan pabrik pengolahan di Kabupaten Bandung juga
Pasirjambu merupakan salah satu sentra produksi menjual ke pabrik teh di Sukabumi sebelum
teh rakyat terbesar yang ada di Kabupaten dikirim ke daerah Jawa Tengah untuk diproduksi
Bandung dan memiliki kualitas pucuk yang baik bersama bunga melati. Harga pucuk di Kabupaten
namun harga jual yang masih rendah. Bandung mengalami harga terendah pada tahun
Penelitian ini menggunakan metode 2004 – 2007 mencapai Rp.600 per kilogramnya.
analisis deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan, merinci, atau membuat Teh
deskripsi terhadap objek yang diteliti (Mardikanto,
celup/Teh
Pucuk Teh Teh hitam Teh hijau Teh melati
Siap
2012). Menurut Creswell (1994) dalam bukunya Minum

Research Design; Qualitative and Quantitaive


Approaches menerangkan bahwa penelitian Gambar 1. Aliran barang Perkebunan Teh Rakyat
kualitatif difokuskan pada proses yang terjadi di Kabupaten Bandung
pada saat penelitian. Teknik yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah studi kasus yang bertujuan Di Kecamatan Pasirjambu, petani teh
untuk melakukan kajian mendalam terhadap rakyat yang tergabung dalam Gapoktan Teh
objek yang terbatas (Mardikanto, 2012). Rakyat Karya Mandiri Sejahtera terdiri dari 13
Pengumpulan data dilakukan dengan cara kelompok tani yang masing-masing anggotanya
pengisian panduan focus group discussion (FGD), rata-rata 23 orang ini masih sebatas menjual
panduan wawancara, dan observasi. pucuk teh ke pabrik-pabrik pengolahan teh hitam
dan teh hijau. Beberapa pabrik pengolahan
letaknya di luar kecamatan Pasirjambu, bahkan di
165
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
luar kabupaten Bandung. Dari hasil kualitas
pucuknya, pucuk petani Kecamatan Pasirjambu Pengu Pabrik Pabrik Pabrik
diterima di pabrik pengolahan pemasok pabrik mpul/ Pengo di di
Petani
Gapok lahan Sukab Jaten
besar di Jawa Tengah, sehingga terdapat potensi
tan Lokal umi g
pucuk teh rakyat di Kecamatan Pasirjambu
memiliki kualitas yang dibutuhkan industri
Gambar 2. Rantai Pelaku Usaha Teh Rakyat di
pengolahan teh hijau melati.
Kecamatan Pasirjambu
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion
dengan para pelaku usaha pada rantai pemasaran
teh di Kecamatan Pasirjambu, didapat beberapa
permasalahan yang dihadapi dan peluang yang
dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha teh rakyat
saat ini (Tabel 1).

Tabel 1. Tantangan Perkebunan Teh Rakyat di Kecamatan Pasirjambu

Subsistem Permasalahan Peluang

- Pemerintah memberikan bantuan


benih unggul klon Gambung 7 untuk
- Harga pupuk tinggi
meningkatkan kualitas tanaman teh
Input Produksi - Benih baru membutuhkan
rakyat
perawatan lebih baik
- Bahan baku pupuk organik mudah
diperoleh
- Tidak adanya pemupukan - Pemerintah memberikan bantuan
intensif pada lahan kebun pupuk dan bibit bagi petani
- Serangan hama dan penyakit - Pada tahun 2014 Pemerintah mulai
- Kurangnya pelatihan budidaya melakukan rehabilitasi dan
peningkatan kualitas pucuk intensifikasi di beberapa wilayah
Produksi - Menolak adanya peremajaan perkebunan teh rakyat di Provinsi
kebun teh Jawa Barat
- Jumlah produksi besar 4.000 kg - Adanya beberapa pelatihan yang
per Ha telah diberikan pemerintah misalnya:
- Budidaya dilakukan di sela SKE, pembuatan pupuk organik,
kegiatan usaha tani lainnya SLPHT, dll
- Proses panen masih
menggunakan alat bantu
Banyaknya permintaan hasil olahan
(gunting, arit)
teh di tingkat petani sebagai bahan
- Belum adanya sortasi dan
baku industri olahan teh yang
Pasca panen dan Pengolahan grading di tingkat petani
dilakukan oleh perusahaan besar
- Masih sedikitnya petani yang
yang membutuhkan hasil olahan teh
mampu dan mau mengolah
rakyat
pucuk teh menjadi aneka
produk teh
Jumlah anggota kelompok tani di
Gapoktan Kecamatan Pasirjambu
- Kelompok tani hanya aktif saat yang cukup besar dapat menjadi SDM
Kelembagaan ada program Pemerintah kelembagaan yang dibentuk untuk
(bantuan dari pemerintah) dapat menjalankan sistem kemitraan
yang menghasilkan keuntungan lebih
baik
- Harga pucuk basah rendah Tingkat konsumsi dan permintaan
paling tinggi Rp. 2.000 per kg nasional untuk teh olahan dan teh
Pasar - Pabrik lokal sering mengalami siap minum terus meningkat walau
over-supply, barang dilempar ke sempat mengalami penurunan
luar permintaan

166
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
Sumber: Data Primer, diolah.

Pengembangan agroindustri teh rakyat di Saat ini pabrik pengolahan milik Gapoktan
Kecamatan Pasirjambu dapat dimulai dari hanya dapat menghasilkan 2 ton per hari. Hal ini
peningkatan kualitas pucuk dengan benih unggul dikarenakan kapasitas mesin yang dimiliki masih
yang disertai dengan melakukan pemupukan sangat kecil. Kebutuhan pengadaan alat-alat
secara intensif. Biaya pemupukan akan meningkat pengolahan teh dengan spesifikasi kapasitas 5 ton
namun petani akan mendapatkan keuntungan dari per hari berdasarkan keterangan pengurus
ikut meningkatnya harga jual pucuk karena Gapoktan, dapat dilihat pada tabel berikut.
kualitas pucuk lebih baik.
Pada proses panen, dapat dilakukan Tabel 3. Kebutuhan Mesin Pengolahan Teh
dengan cara tradisional dan penggunaan alat Nama Alat Harga (Rp.)
sederhana gunting kecil, hal ini menghindari Ball Tea 35.000.000
rendahnya kualitas pucuk apabila dilakukan Jackson 18.000.000
dengan menggunakan alat arit atau gunting Rottary Power 25.000.000
besar. Pada tahapan ini biaya tenaga kerja akan Rottary Panner 20.000.000
ikut meningkat namun kualitas pucuk lebih tinggi. Rottary dryer tipe
Pucuk kualitas rendah dijual ke pabrik swasta Repeat 15.000.000
yang ada di Kecamatan Pasirjambu dan Cooling 10.000.000
sekitarnya, sedangkan pucuk kualitas tinggi Macha 10.000.000
diharapkan dapat diterima di kelompok tani Tea Bag 100.000.000
dengan harga lebih baik. Total 233.000.000
Setelah pucuk terkumpul di kelompok Sumber: Data Primer
tani, proses selanjutnya pucuk kualitas tinggi
dikirim ke Gapoktan untuk dapat diolah menjadi Saat ini Gapoktan Karya Mandiri Sejahtera
teh hitam. akan mengajukan permohonan mesin bekas milik
Tahapan pengolahan teh hitam (Sukardi pabrik teh siap minum di Jawa Barat kepada
dan Wahyu Gumilar, 2010) antara lain pelayuan, Pemerintah Kabupaten Bandung untuk dapat
penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, meningkatkan kapasitas produksi di pabrik
sortasi, pengepakan, penyimpanan. Pabrik pengolahan Gapoktan. Peningkatan kapasitas
Gapoktan melakukan pengolahan teh hitam dibutuhkan karena hasil panen terus meningkat.
ortodoks. Pengolahan ortodoks mengandalkan Maka dibutuhkan adanya kemitraan dengan
lebih banyak pada pekerjaan manual sedangkan pabrik besar yang menerima teh hitam produksi
CTC dilakukan oleh mesin dan menciptakan pabrik pengolahan Gapoktan grade lainnya. Grade
cincang halus daun teh. terbaik (FBOP, BOP, Dust) diolah oleh pabrik
Pengolahan teh hitam secara keseluruhan pengolahan Gapoktan, grade kedua (PF 2, Dust 2)
terdiri dari pengeringan proses dan sejumlah dijual ke pemasok besar teh ke seluruh Indonesia,
operasi mekanis dikombinasikan dengan atau dan grade ketiga (off grade) dijual ke pabrik
diselingi oleh kimia dan enzimatis reaksi. Berbagai swasta yang ada di Kecamatan Pasirjambu karena
tahapan pelayuan, daun distorsi, fermentasi, kemampuan membeli pucuk yang masih rendah.
pengeringan dan sortasi (Gupta et al. 2012). Berdasarkan tea-testing yang dilakukan pakar
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Tea Quality Control 1 dari PT APM yakni
teh hitam ortodoks diklasifikasikan lagi menjadi 3 perusahaan pemasok teh ke seluruh pabrik teh
(tiga) kelas sesuai ukuran partikelnya yaitu kelas siap minum di Indonesia. Supervisor Quality
I, kelas II, dan kelas III (Rohdiana et al., 2014). Control PT APM mengemukakan bahwa setelah
melakukan tea-testing pada teh hitam ortodoks
milik Gapoktan maka diperoleh kesimpulan
Tabel 2.Perbedaan Proses Pengolahan Teh Hitam kualitasnya tidak termasuk kualitas premium
Ortodoks CTC namun kualitas teh hitam Gapoktan memenuhi
Withering Withering standar kualitas yang digunakan industri
Rolling Rolling (Crush, Tear, Curl) pengolahan teh di Indonesia pada umumnya
Sifting Fermentation (Herman Saputra, 2014). Hal ini menjadi peluang
Fermentation Drying
Drying Sorting 1
Tea-testing dilakukan Supervisor Quality Control PT APM di
Sorting & Grading Grading kantor Gapoktan Karya Mandiri Sejahtera November 2012 di saat
Sumber: Berbagai sumber, diolah. Gapoktan menawarkan teh hitam hasil pengolahan Gapoktan untuk
dapat diterima PT APM sebagai bahan baku setengah jadi.

167
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

bagi teh rakyat di Kecamatan Pasirjambu untuk Gapoktan Karya Mandiri Sejahtera mulai
dapat mengolah pucuknya sendiri menjadi teh mengumpulkan iuran dari para anggota kelompok
hitam dan mengemasnya sebagai teh celup. yang besarnya Rp.100 per kg dari hasil produksi,
Tahun 2015 mendatang Gapoktan Karya per orangnya dapat menghasilkan 1 ton sehingga
Mandiri Sejahtera akan diprioritaskan dalam dalam sekali masa panen dapat dikumpulkan
mendapatkan mesin tea-bag karena aktivitasnya Rp.100.000 dari setiap anggota. Pada bulan
selama ini dinilai Dinas Perkebunan Kabupaten Januari 2014 jumlah tabungan mencapai
Bandung berpotensi meningkatkan kesejahteraan Rp.7.010.400, dengan rata-rata Rp.1.141.967 per
petani teh rakyat di Kabupaten Bandung kelompok taninya. Dalam satu tahun dapat
khususnya Kecamatan Pasirjambu. mencapai Rp.84.000.000 untuk tabungan
Keterbatasan yang dimiliki Gapoktan Gapoktan. Tabungan ini yang dapat dijadikan
membutuhkan dukungan dalam bentuk kemitraan modal awal dalam membangun pabrik pengolahan
usaha. Kemitraan merupakan bentuk yang datar teh Kecamatan Pasirjambu.
dan organisasi yang tidak begitu kaku, perubahan Model aplikasi pengembangan
peran manager menjadi fasilitator pendukung, agroindustri teh rakyat mengadopsi dari model
dari kekuasaan berlebih menjadi kekuasaan aplikasi pengembangan industri pangan pada
bersama, kerjasama, keragaman, keseimbangan pabrik tiwul instan binaan PT Sinar Sukses
gender, kreativitas, dan kewirausahaan (Eisler and Sentosa dan Bogasari. Aplikasi dengan cluster
Montuori, 2001). system ini dinilai sesuai dengan kondisi agribisnis
Gapoktan tidak hanya berperan dalam teh rakyat yang terdapat Kecamatan Pasirjambu,
pengolahan namun harus menjadikan petani teh Kabupaten Bandung (Gambar 3).
rakyat sebagai mitranya. Mitra yang saling
memberikan keuntungan. Petani memberikan SIMPULAN
pucuk berkualitas, Gapoktan memberikan harga
pucuk sesuai kualitas. Jaminan kualitas pucuk dari Kemitraan dalam bidang agroindustri
petani teh rakyat membutuhkan pembinaan teknis dapat menjadi salah satu solusi dalam
dari Perguruan Tinggi sebagai mitra Pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani teh rakyat di
dalam hal ini Dinas Pertanian Perkebunan dan Kecamatan Pasirjambu. Teh hitam yang dihasilkan
Kehutanan Kabupaten Bandung. Perguruan Tinggi memiliki potensi kualitas bahan baku industri yang
memiliki banyak program terkait pengembangan dapat diterima pabrik pengolahan teh di Indonesia
masyarakat dan penelitian yang dapat membantu maupun diolah sendiri menjadi teh siap minum
mengatasi permasalahan petani dalam proses untuk konsumsi lokal. Gapoktan Karya Mandiri
produksi dan pemasaran pucuk. Sejahtera sebagai pengelola pabrik pengolahan
Fransiscus Welirang dalam presentasinya milik Kecamatan Pasirjambu dapat menjadi
yang berjudul Pola-pola Kemitraan dalam fasilitator dalam pengembangan agroindustri teh
Pengembangan Usaha Ekonomi Skala Kecil, rakyat melalui model kemitraan yang melibatkan
Menengah, dan Besar 2 , kemitraan dapat seluruh stakeholder di Kabupaten Bandung.
berbentuk pembagian kompetensi, subkontrak,
pasokan barang atau jasa, usaha patungan, dan UCAPAN TERIMAKASIH
technical license.
Apresiasi dan penghargaan kami
2
Dipresentasikan pada Lokakarya Nasional Bappenas sampaikan kepada pengurus Gapoktan Karya
“Pengembangan Ekonomi Daerah melalui Sinergitas Pengembangan Mandiri Sejahtera di Kecamatan Pasirjambu,
Kawasan”. Jakarta, 4 November 2002.
beserta pemerintah Kabupaten Bandung.

168
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Proses

Input
Pemerintah
Kabupaten Bandung
Persediaan pucuk
- Industri peralatan
grade A
Pabrik produksi(mesin-mesin
Petani
pengolahan teh pengolahan teh)
Pupuk pucuk - Bahan pengemasan
grade A di Kecamatan
(tea bag, karton, label)
Perawatan bibit

- Perguruan
Output
Tinggi
- Asosiasi
Perdagangan
Gapoktan Karya
Teh Celup Gapoktan
Mandiri Sejahtera

PT APM

Pabrik lokal swasta

Gambar 3. Model kemitraan perkebunan teh rakyat di Kecamatan Pasirjambu

DAFTAR PUSTAKA

 C.A. da Silva et al. 2009. Agro-industries for Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat


Development. Rome: FAO and UNIDO. Program Pascasarjana Universitas Sebelas
 C.A. da Silva, Marlo Rankin. 2013. Contract Maret.
Farming for Inclusive Market Access. Rome:  Rohdiana, Dadan, et al. 2014. Xantine
FAO. Oxidase Inhibitory and Immunomodulatory
 Creswell, John W. 1994. Research Design: Activities of Fifteen Grades Indonesia
Qualitative and Quantitative Approaches. Orthodox Black Tea. International Journal of
California: Sage Publications Inc. Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol
 Eisler, Riane and Alfonso Montuori. 2001. 6(5), 39-42.
The Partnership Organization: The Systems  Sukardi dan Wahyu Gumilar. 2010. Kajian
Approach. OD Practitioner Vol 33(2), 11-17. Kapasitas Lini Pengolahan Industri Teh Hitam
 Gupta, R. et al. 2012. Analysis of The Ortodoks di PT Perkebunan Nusantara VIII
Withering Process Through Fuzzy Logic Kebun Pasir Nangka, Cianjur. Jurnal
Approach. Global Advanced Research Journal Teknologi Industri Pertanian Vol. 20(2), 110-
of Engineering, Technology and Innovation 121.
Vol 1(1), 08-15.  Vorley, Bill, Mark Lundy, and James
 Heizer, Jay and Barry Render. Operations MacGregor. 2009. Business Models That Are
Management 9th ed. New Jersey: Pearson Inclusive of Small Farmers. Agro-industries
Education Inc. for Development (C.A. da Silva et al.) Page
 Mardikanto, Totok. 2012. Metoda Penelitian 186-221. Rome: FAO and UNIDO.
dan Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat.  http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabe-
Solo: Program Studi Penyuluhan 15b-konsumsi-rata.pdf

169
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS TINGKAT PRODUKSI, KONSUMSI BERAS KAITANNYA


DENGAN PROGRAM KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAWA
BARAT
Dini Rochdiani1, Deddy Ma‘Mun2, M.Gunardi Judawinata3

Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Email: dini.rochdiani@yahoo.co.id

ABSTRAK. Indonesia adalah negara pengkonsumsi beras nomor empat terbesar di dunia. Konsumsi beras
penduduk Indonesia pada tahun 2013 rata-rata mencapai 85,514 kg/kapita/tahun dengan laju pertumbuhan
penduduk yang terus tumbuh. Kebutuhan akan beras sebagai makanan pokok mayoritas masyarakat
Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya. Di sisi lain, luas lahan pertanian tidak banyak bertambah
sejak 1980, dan jumlah petani mengalami penurunan. Jika kedua hal ini terjadi, berarti terjadi penurunan
produksi beras nasional, berarti pula ada potensi masalah ketahanan pangan. Sebelumnya (dan tersisa
sedikit saat ini) penduduk di daerah luar Jawa dan Sumatera mengkonsumsi makanan pokok yang lain,
seperti jagung, singkong, dan sagu. Bahwa beras bukanlah konsumsi natural sebagian penduduk ini, banyak
yang menganggap konversi kembali ke makanan pokok lainnya dapat dilakukan dan tentunya konversi beras
dapat ditekan. Tapi tentunya ini bukan tanpa biaya. Masyarakat yang sudah terbiasa makan beras (dan
bahkan sudah menganggap beras sebagai makanan pokok yang paling supreme) akan butuh waktu (dan
kampanye besar-besaran) untuk dapat mengganti kebiasaan tersebut. Dalam pemenuhan kebutuhan
konsumsi, produksi beras di Indonesia tersebar di seluruh provinsi. Jawa Barat merupakan salah satu
provinsi yang memiliki produktivitas beras paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya. Di Jawa Barat,
terdapat lumbung padi nasional yaitu Kabupaten Karawang. Namun, penetapan Kabupaten Karawang
sebagai salah satu kawasan industri menimbulkan dampak terhadap sektor pertanian, yaitu terjadinya
konversi lahan pertanian menjadi non pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
produksi beras, konsumsi beras dan konversi lahan sawah, serta ketersediaan pangan khususnya beras bagi
masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode survei suatu kasus di kabupaten karawang.Hasil penelitian
menjelaskan, bahwa hubungan antara produksi beras, konsumsi beras dan konversi lahan ketiga variabel
tersebut membentuk trend naik yang artinya diperkirakan lima tahun ke depan produksi beras, konsumsi
beras dan konversi lahan sawah akan mengalami kenaikan. Dalam hal ketersediaan pangan khususnya
beras, bahwa kinerja produksi beras setiap tahun mengalami peningkatan secara signifikan. Namun,
peningkatan produksi belum mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi beras yang tumbuh lebih tinggi
dari pertumbuhan produksi padi. Dengan demikian dari segi ketersediaan pangan, bahwa ketahanan pangan
di daerah penelitian masih rendah.

Kata kunci : Beras, produksi, konsumsi, ketersediaan pangan.

PENDAHULUAN Tabel 1. Konsumsi Beras Rata-rata per


Kapita/Tahun di Indonesia, 2009-2013
Indonesia adalah negara pengkonsumsi Konsumsi Beras
Tahun
beras nomor empat terbesar di dunia. Konsumsi (kg/kapita/tahun)
beras penduduk Indonesia pada tahun 2013 rata- 2009 91,302
rata mencapai 85,514 kg/kapita/tahun dengan 2010 90,155
laju pertumbuhan penduduk yang terus tumbuh. 2011 89,477
Di Indonesia, beras merupakan komoditas pangan 2012 87,235
yang sangat strategis karena merupakan 2013 85,514
makanan pokok utama bagi masyarakat. Sumber Deptan,2013

170
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Berdasarkan Tabel 1 sejak tahun 2009, Karawang. Data yang digunakan dalam penelitian,
Indonesia mengalami penurunan untuk konsumsi yaitu data sekunder. Data sekunder yang
beras. Hingga data terakhir pada tahun 2013, diperoleh merupakan data-data dari buku,
konsumsi beras rata-rata per-kapita setahun di penelusuran internet, media cetak, lembaga-
Indonesia adalah 85,514 kg dengan rata – rata lembaga terkait, dan penelitian sebelumnya
pertumbuhan -1,62 persen (Deptan, 2013). mengenai permasalahan ini. Data dapat diperoleh
Kebutuhan akan beras sebagai makanan melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan
pokok mayoritas masyarakat Indonesia akan terus Perencanaan dan Pembangunan Daerah
meningkat setiap tahunnya. Di sisi lain, luas lahan Kabupaten Karawang, Dinas Pertanian Tanaman
pertanian tidak banyak bertambah sejak 1980, Pangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian
dan jumlah petani mengalami penurunan. Jika Kabupaten Karawang, Badan Pusat Statistik
kedua hal ini terjadi, berarti terjadi penurunan Kabupaten Karawang dan Jawa Barat. Data yang
produksi beras nasional, berarti pula ada potensi dikumpulkan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat
masalah ketahanan pangan. Sebelumnya (dan dan Indonesia yaitu 5 tahun terakhir.
tersisa sedikit saat ini) penduduk di daerah luar
Jawa dan Sumatera mengkonsumsi makanan HASIL DAN PEMBAHASAN
pokok yang lain, seperti jagung, singkong, dan Faktor dan Dampak Alih Fungsi Lahan
sagu. Pertanian ke Non Pertanian
Bahwa beras bukanlah konsumsi natural
sebagian penduduk ini, banyak yang menganggap Hasil penelitian memperlihatkan, faktor-
konversi kembali ke makanan pokok lainnya dapat faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi
dilakukan dan tentunya konversi beras dapat lahan pertanian menjadi non pertanian yaitu
ditekan. Tapi tentunya ini bukan tanpa biaya. tingkat pendidikan petani (75% tamat SD),
Masyarakat yang sudah terbiasa makan beras pendapatan dari pertanian rendah (< 1.550.000
(dan bahkan sudah menganggap beras sebagai per bulan), lahan pertanian rata-rata sempit (<
makanan pokok yang paling supreme) akan butuh 0,5 hektar), keterdesakan ekonomi (70% petani
waktu (dan kampanye besar-besaran) untuk menyatakan, bahwa petani mengambil jalan yang
dapat mengganti kebiasaan tersebut. Dalam cepat untuk mendapatkan uang dengan cara
pemenuhan kebutuhan konsumsi, produksi beras menjual lahan pertaniannya), harga tanah
di Indonesia tersebar di seluruh provinsi. Jawa semakin tinggi (Rp.2.000.000 - Rp. 6.000.000 per
Barat merupakan salah satu provinsi yang meter persegi), serta karena adanya kebijakan
memiliki produktivitas beras paling tinggi pemerintah (UU No 26/ 2007 tentang Rencana
dibandingkan dengan provinsi lainnya. Tata Ruang Wilayah dan Peraturan Mendagri
Di Jawa Barat, terdapat lumbung padi 474/4263/SJ/1994, yang mengatur tentang
nasional yaitu Kabupaten Karawang. Namun, pelarangan alih fungsi lahan terutama sawah
penetapan Kabupaten Karawang sebagai salah irigasi teknis dan swasemmbada pangan dan
satu kawasan industri menimbulkan dampak pemanfaatan lahan bagi pembangunan
terhadap sektor pertanian, yaitu terjadinya perumahan)
konversi lahan pertanian menjadi non pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kontribusi Kabupaten Karawang terhadap
hubungan produksi beras, konsumsi beras dan Produksi Beras Jawa Barat.
konversi lahan sawah, serta ketersediaan pangan
khususnya beras bagi masyarakat di Jawa Barat. Tahun 2012 merupakan tahun acuan,
kontribusi Kabupaten Karawang terhadap
METODOLOGI produksi beras Provinsi Jawa Barat secara garis
beras mengalami kenaikan dengan nilai rata –
Metode penelitian yang digunakan adalah rata kontribusi 11,88%. Sampai dengan tahun
studi kasus. Menurut Sugiyono (2013), tujuan dari 2018 dengan nilai kontribusi produksi beras
studi kasus adalah memberikan gambaran secara diperkirakan 11,98% (> 11,93%) Kabupaten
mendalam tentang sifat-sifat dan karakter yang Karawang masih dapat dikatakan sebagai
khas dari kasus ataupun individu, kemudian dari lumbung padi Jawa Barat. Namun, berbeda
sifat khas tersebut dijadikan suatu hal yang dengan kontribusi produksi beras tingkat provinsi,
bersifat umum. Terdapat tiga variabel yang untuk tingkat nasional nilai kontribusi diperkirakan
dianalisis yaitu produksi beras, konsumsi beras tetap bahkan menurun. Walaupun Kabupaten
dan konversi lahan sawah di Kabupaten Karawang masih dapat dikatakan sebagai

171
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

lumbung padi nasional akan tetapi kemungkinan lahan sawah (irigasi teknis dan non teknis) dan
nilai kontribusinya mengalami penurunan. konversi lahan sawah irigasi teknis. Perhitungan
Penurunan ini salah satunya dapat disebabkan trend sekuler konversi lahan sawah di Kabupaten
karena tingginya konversi lahan sawah yang Karawang membutuhkan data konversi lahan
terjadi di Kabupaten Karawang sehingga produksi sawah lima tahun terakhir yaitu tahun 2008 –
beras menjadi menurun yang mengakibatkan 2012. Perhitungan nilai trend sekuler konversi
kontribusi Kabupaten Karawang di tingkat lahan dibagi menjadi dua bagian, yaitu konversi
nasional menjadi menurun juga. lahan sawah irigasi teknis dan non teknis serta
Peningkatan produksi yang terjadi di tingkat konversi lahan sawah irigasi. Perhitungan nilai
kabupaten, provinsi dan nasional disebabkan trend sekuler konversi lahan sawah (irigasi teknis
beberapa hal, diantaranya penanganan usahatani dan non teknis) sebagai berikut:
padi secara tepat: bibit, pupuk dan pestisida
yang digunakan semua tepat untuk masing- Tabel 3. . Trend Konversi Lahan Sawah (Irigasi
masing daerah, adanya perluasan lahan sawah Teknis dan Non Teknis) di Karawang
(pencetakan lahan baru) dan semakin tingginya Unit
Konversi Trend
Tahun lahan Konversi
insentif bagi para petani sehingga petani tetap Tahun
(ha/tahun) u2 Uy Lahan
mempertahankan sawahnya sebagai sumber mata Y’ = a +
pencaharian utama. X U Y
bu
2008 -2 51,50 4 -103,00 27.82
Hubungan Produksi dan Konsumsi Beras di 2009 -1 25,60 1 -25,60 55.61
2010 0 55,00 0 0 83.4
Kabupaten Karawang
2011 1 163,30 1 163,30 111.19
2012 2 121,62 4 243,24 138.98
Kabupaten Karawang telah mandiri 417,02 10 277.94
pangan (khususnya beras), seperti terlihat pada 2013 3 166,77
Tabel 2. Mengenai hubungan produksi beras dan 2014 4 194,56
konsumsi beras di Kabupaten Karawang. 2015 5 222,35
2016 6 250,14
Tabel 2. Hubungan Produksi Beras dan Konsumsi 2017 7 277,93
2018 8 305,72
Beras di Kabupaten Karawang
Produksi
Konsumsi Beras Tabel 3. menunjukkan nilai trend konversi
Beras
Tahun (ton/tahun) (ton/tahun) lahan sawah irigasi (teknis dan non teknis)
cenderung naik bahkan dengan pertumbuhan nilai
Jumlah Jumlah yang tinggi pula dengan nilai a = 83,40 dan b =
2008 1.233.444,00 187.407,40 27,79 (apabila nilai u naik 1, maka nilai Y
2009 1.269.658,00 187.553,50 (konversi lahan sawah) akan naik 27,79 satuan).
2010 1.305.873,00 187.699,70 Selanjutnya, diprediksikan tingkat konversi lahan
2011 1.342.088,00 187.845,80 sawah (irigasi teknis dan non teknis) di Kabupaten
2012 1.378.303,00 187.992,00 Karawang akan terus meningkat. Lahan sawah
irigasi yang dikonversi lebih menimbulkan
kerugian yang tinggi. Hal ini dikarenakan untuk
Produksi beras di Kabupaten Karawang
membangun saluran irigasi membutuhkan dana
rata – rata hanya 14,37% yang digunakan untuk
besart. Apabila lahan sawah irigasi teknis
konsumsi penduduk selebihnya beras tersebut
dikonversi, maka dana yang digunakan untuk
didistribusikan keluar Kabupaten Karawang. Hal
saluran irigasi hanya akan menjadi sumbangan
ini berarti, selain telah mandiri pangan
nilai terhadap kerugian.
(khususnya beras), Kabupaten Karawang juga
mengalami surplus beras oleh sebab itulah
Kabupaten Karawang salah satu kabupaten yang
menjadi lumbung padi nasional.
Konversi lahan sawah yang terjadi di
Kabupaten Karawang terdapat dua jenis sawah
yaitu sawah irigasi teknis (2-3 kali tanam) dan
sawah irigasi non teknis (1 kali tanam). Oleh
sebab itu, perhitungan trend konversi lahan
sawah akan terdiri dari dua bagian, yaitu konversi

172
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 4. Trend Konversi Lahan Sawah Irigasi dilakukan di lahan sawah beririgasi teknis
Teknis di Kabupaten Karawang membuat biaya-biaya pada saat membangun
Konversi
Trend saluran irigasi tersebut hilang begitu saja.
Konversi
lahan
Unit Lahan
Tahun
Tahun
sawah
Sawah Hubungan Trend Produksi Beras, Konsumsi
irigasi u2 Uy Beras dan Konversi Lahan Sawah
Irigasi
(ha/tahun)
Teknis
Y’ = a + Tabel 5. menunjukkan trend produksi
X U Y
bu
2008 -2 46,50 4 -93,00 25.56
beras, konsumsi beras dan konversi lahan sawah
2009 -1 15,60 1 -15,60 45.05 irigasi teknis membentuk trend naik. Hal ini
2010 0 30,30 0 0 64.54 berarti ketiga hal tersebut diramalkan akan terus
2011 1 157,10 1 157,10 84.03 mengalami peningkatan sampai pada tahun 2018.
2012 2 73,22 4 146,44 103.52 Namun, apabila diamati pertumbuhan konversi
322,72 10 194,94
lahan sawah irigasi rata-rata 12,39% per tahun
2013 3 123,01 merupakan angka pertumbuhan yang paling
2014 4 142,50
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
2015 5 161,99
2016 6 181,48 produksi dan konsumsi beras. Hal ini, dapat
2017 7 200,97 mengkhawatirkan dalam jangka panjang apabila
2018 8 220,46 pertumbuhan produksi beras masih lebih rendah
setiap tahunnya dibandingkan dengan konversi
Nilai trend konversi yang ditunjukkan lahan sawah irigasi.
cenderung naik walaupun tidak setinggi nilai trend
konversi lahan sawah irigasi (teknis dan non Tabel 5. Trend Produksi Beras, Konsumsi Beras
teknis) , tetapi kecenderungannya sama, yaitu dan Konversi Lahan Sawah di Kabupaten
naik dengan nilai a = 64,54 dan b= 19,49 Karawang tahun 2013 - 2018
(apabila nilai u naik 1, maka nilai Y (konversi Trend Produksi Beras
Trend Konsumsi Trend Konversi
Trend Konversi
Lahan Sawah
Beras Lahan Sawah
lahan sawah) akan naik 19,49 satuan). Sehingga Thn (ton/tahun)
(ton/tahun) (ha/tahun)
Irigasi Teknis
(ha/tahun)
tingkat konversi lahan sawah irigasi teknis di
Jml % Jml % Jml % Jml %
Kabupaten Karawang hingga tahun 2018
2008 1.233.444,00 187.407,40 27.82 25.56
diprediksi terus meningkat. 2009 1.269.658,00 187.553,50 55.61 45.05
Peningkatan luas lahan sawah yang 2010 1.305.873,00 187.699,70 83.4 64.54
2011 1.342.088,00 187.845,80 111.19 84.03
dikonversi ini disebabkan karena tingginya 2012 1.378.303,00 187.992,00 138.98 103.52
kebutuhan lahan yang akan digunakan menjadi 2013
2014
1.414.517,60
1.450.732,40 2,56
188.138,11
188.284,26 0,08
166,77
194,56 16,66
123,01
142,50 15,84
nonpertanian terkait dengan Kabupaten Karawang 2015 1.486.947,20 2,49 188.430,41 0,08 222,35 14,28 161,99 13,68
2016 1.523.162,00 2,44 188.576,56 0,08 250,14 12,49 181,48 12,03
yang saat ini memiliki status sebagai salah satu 2017 1.559.376,80 2,38 188.722,71 0,08 277,93 11,11 200,97 10,74
kawasan industri. Oleh sebab itu, pengembang 2018 1.595.591,60 2,32 188.868,86 0,08 305,72 9,99 220,46 9,69
Rata-rata 2,44 0,08 12,91 12,39
dan pengusaha industri mulai berdatangan untuk
memulai usahanya di Kabupaten Karawang, salah
Hal yang sama juga terjadi dengan
satunya adalah mendirikan pabrik.
produksi beras dan konsumsi beras. Kedua
Konversi lahan sawah yang beririgasi
variabel tersebut sama-sama mengalami trend
teknis akan berdampak buruk bagi produksi beras
naik. Akan tetapi, angka pertumbuhan produksi
di Kabupaten Karawang. Pasalnya, sawah dengan
beras masih lebih tinggi dibandingkan dengan
irigasi teknis dapat dilakukan dua musim tanam
tingkat konsumsi beras. Oleh sebab itu, dalam
dengan kata lain dua kali panen dalam satu tahun
jangka panjang Kabupaten Karawang masih dapat
dengan produktivitas beras di Kabupaten
memenuhi kebutuhan pangan (khususnya beras)
Karawang rata – rata 6 ton per hektar.
secara mandiri. Selain itu, Kabupaten Karawang
Contohnya, pada tahun 2012 luas lahan sawah
masih mampu menjadi lumbung padi nasional.
irigasi yang dialihfungsika 73,22 ha apabila
dikalikan dengan produktifitas Kabupaten
Langkah Strategis yang Dapat Dilakukan
Karawang 6 ton per hektar dan dua kali musim
Pemerintah Kabupaten Karawang dalam
tanam, maka Kabupaten Karawang kehilangan
Mempertahankan Status Lumbung Padi
produksi 878,64 ton. Apabila tingkat konversi
Nasional
yang terjadi semakin luas maka semakin banyak
pula Kabupaten Karawang kehilangan produksi
Permasalahan yang mungkin akan timbul
beras. Selain itu juga, konversi lahan sawah yang
dalam jangka waktu panjang ke depan adalah

173
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Kabupaten Karawang tidak lagi dapat menjadi Namun, peningkatan produksi belum
lumbung padi nasional dikarenakan tingginya mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi
tingkat konversi lahan sawah yang terjadi. beras yang tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan
Konversi lahan sawah tersebut tidak dapat produksi padi. Dengan demikian dari segi
dihindarkan lagi karena Kabupaten Karawang kini ketersediaan pangan, bahwa ketahanan pangan
tidak hanya menyandang sebagai lumbung padi di daerah penelitian masih rendah.
nasional tetapi juga sebagai salah satu kawasan
industri. Sekilas tentu dapat dilihat bahwa dua DAFTAR PUSTAKA
status yang dimiliki oleh Kabupaten Karawang
sangatlah bertolak belakang jika keduanya ingin  Ashari. 2003. Tinjauan Alih Fungsi Lahan
dikembangkan secara maksimal. Konversi lahan Sawah ke Non Sawah dan Dampaknya di
sawah yang terjadi di Kabupaten Karawang Pulau Jawa. Vorum Penelitian Agroekonomi.
penyebab yang paling besarnya adalah lahan PSE, Bogor.
sawah tersebut akan dialihfungsikan menjadi  Adiratma, E. Roekasah. 2004. Stop Tanam
kawasan industri dengan dibangunnya pabrik- Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.
pabrik oleh pengembang kawasan. Oleh sebab  Anto Dayan. 1979. Pengantar Metode Statistik
itu, ada beberapa langkah strategis yang dapat Jilid I. LP3ES. Jakarta.
dilakukan oleh Kabupaten Karawang untuk dapat  Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Panen-
mempertahankan status sebagai lumbung padi Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Provinsi
nasional, yaitu kebijakan subsidi, diversifikasi Indonesia 2009 – 2013. BPS. Jakarta.
pangan, serta mempertahankan lahan pertanian  Kabupaten Karawang. 2013. Profil Kabupaten
berkelanjutan. Karawang. Kementerian Dalam Negeri
Kabupaten/Karawang. Karawang.
KESIMPULAN  PSE. 2005. Laporan Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Vol. 27, No. 6.
Hasil penelitian menjelaskan, bahwa 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
hubungan antara produksi beras, konsumsi beras Kebijakan Pertanian. Bogor.
dan konversi lahan ketiga variabel tersebut  Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
membentuk trend naik yang artinya diperkirakan dan Kualitatif. CV Alfabeta. Bandung.
lima tahun ke depan produksi beras, konsumsi  Sumarno. 2013. Konversi Lahan. PPSUB,
beras dan konversi lahan sawah akan mengalami dalam marno. Karawang Ingin Tetap Menjadi
kenaikan. Dalam hal ketersediaan pangan Lumbung Padi. Diperta Provinsi Jabar.
khususnya beras, bahwa kinerja produksi beras Bandung.
setiap tahun mengalami peningkatan secara
signifikan.

174
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PADA RANTAI PASOK KLASTER


AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT

Sri Ayu Andayani1) , Tuhpawana 2),


Lies Sulistyowati 3)
Tomy Perdana 4)

Program Doktor Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran,

(email : sri_ayuandayani@yahoo.com1 / tuhpawana.s@gmail.com2 / liesindra@yahoo.com3 /


tommyp1973@yahoo.com4)

ABSTRAK. Komoditi sayuran cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi sekaligus mempunyai risiko yang tinggi yang mengakibatkan fluktuasi harga. Hal ini
mendorong Bank Indonesia untuk mengembangkan klaster cabai merah yang bertujuan untuk mendukung
pengendalian harga dan mengembangkan ekonomi daerah. Salah satunya adalah klaster cabai merah di
Kabupaten Garut yang merupakan salah satu sentra produksi di Jawa Barat. Namun demikian pada klaster
ini teridentifikasi berbagai risiko sehingga akan mempengaruhi pasokan cabai merah. Untuk itu diperlukan
penelitian untuk memahami risiko aktual yang terjadi dan mengkaji kompleksitas interaksi dari berbagai
komponen dalam pengembangan agribisnis cabai merah sehingga bisa dilakukan upaya kemungkinan
strategi manajemen risiko yang terjadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
system thinking . Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko dalam rantai pasok agribisnis cabai merah yaitu
risiko dalam proses produksi dan distribusi. Hasil penelitian pun menunjukkan bahwa aksi mitigasi yang
sesuai dengan risiko aktual adalah perencanaan terorganisir dan matang melibatkan berbagai pihak yang
terlibat, koperasi membuat usaha pengadaan saprodi dengan menjalin kerjasama yang lebih baik dengan
perusahaan-perusahaan saprodi, dan mengaktifkan kembali terminal tempat mengumpulkan cabai merah di
satu titik tertentu yang tempatnya dekat dengan koperasi serta bekerjasama dengan pihak perbankan atau
adanya lembaga penjamin kredit.

Kata kunci : Klaster, rantai pasok, cabai merah, risiko

ABSTRACT. Red chili pepper vegetable commodities is one of the commodities of vegetable high economic
value as well as high risk resulting in price fluctuations. This encourages the Bank Indonesia to develop a
cluster of red chili, which aims to support the control of prices and develop the economy of the region. One
is a cluster of red chili in Garut is one production center in West Java. However on this cluster identified
various risks that will influence the supply of red pepper. For it takes research to understand the actual risks
that occurred and examines the complexity of the interaction of various components in the development of
agribusiness red pepper so it could be made possible the management of risk that occurs. This research
used the qualitative approach with the systems thinking. The results showed that the agribusiness supply
chain risk in red pepper that is the risk in the process of distribution and returns.Research results also
showed that mitigation action that corresponds to the actual risk was organized and thorough planning
involving the various parties involved, cooperative procurement efforts making saprodi with a better
partnership with companies saprodi, and reactivate the terminal put together red chili on one particular point
that place close to the cooperatives as well as in cooperation with the banking or credit guarantor institution.

Keywords : supply chain, cluster, red chili, risk

potensial sebagai sumber pendapatan bagi petani.


PENDAHULUAN Cabai merah juga dapat dikatakan sebagai salah
satu komoditas sayuran yang memiliki fluktuasi
Cabai merah dapat dikatakan sebagai harga yang tinggi, hal ini salah satunya
komoditas yang bernilai ekonomi tinggi (high disebabkan karena pasokan cabai merah dari
economic value commodity) sehingga sangat sentra produksi ke pasar yang tidak

175
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

berkesinambungan padahal kalau dilihat dari merupakan salah satu instrumen dalam mengatasi
waktu produksi, cabai merah merupakan salah permasalahan tersebut.
satu komoditi sayuran yang tidak tergantung pada Berdasarkan permasalahan yang ada
musim tertentu yang memungkinkan para petani pada usaha pengembangan klaster agribisnis
dapat melaksanakan budidaya cabai dan panen cabai merah tersebut maka diperlukan suatu
setiap saat sehingga diharapkan akan dapat pemahaman secara menyeluruh tentang risiko
menjamin ketersediaan cabai dipasar. aktual yang terjadi dan mengkaji kompleksitas
Penurunan produksi cabai merah yang interaksi dari berbagai komponen yang terlibat
terjadi pada akhir tahun 2010 dikarenakan sehingga dapat melaksanakan strategi
usahatani cabai merah ini mengalami kegagalan manajemen risiko yang terjadi.
yang diakibatkan cuaca buruk, terjadi musim
hujan yang berkepanjangan sehingga cabai METODE
rentan terhadap serangan hama penyakit,
ketersediaan faktor produksi dan infrastruktur Tulisan ini menggunakan pendekatan
sehingga mengakibatkan fluktuasi dan hal ini sistem dengan menggunakan metode studi kasus
dapat dikatakan kalau dalam melaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan
usahatani cabai merah ini menghadapi risiko salah causal loop diagram dan pemetaan pada pola
satunya risiko produksi. Ellis (1980) interaksi rantai pasok klaster cabai merah yang
mengemukakan bahwa besar kecilnya alokasi mempunyai tujuan untuk memahami risiko aktual
penggunaan input-input produksi dipengaruhi yang terjadi dan kompleksitas dari interaksi
oleh perilaku petani dalam menghadapi risiko berbagai komponen yang terlibat sehingga dapat
produksi. mengkaji strategi manajemen risiko yang terjadi
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pada klaster cabai merah Garut.
mengatasi permasalahan tersebut yaitu melalui
pendekatan klaster yang merupakan ― konsentrasi HASIL DAN PEMBAHASAN
geografis yang menghubungkan berbagai pelaku Pemetaan para pelaku yang terlibat dalam
usaha, pemasok, jasa pelayanan, industri klaster cabai merah
pendukung dan kelembagaan terkait (universitas,
lembaga standar, asosiasi perdagangan) dalam Dalam upaya pengembangan klaster cabai
suatu bidang tertentu yang saling bersaing dan merah, selain Puslitbang Inovasi dan
juga bekerjasama‖ (Porter, 2000). Diharapkan Kelembagaan LPPM UNPAD dan Bank Indonesia
dengan keterpusatan/aglomerasi berbasis yang dianggap sebagai inisiator juga melibatkan
produksi yang terjadi akan menciptakan efisiensi multi stakeholder yang terkait mulai dari sektor
kolektif (collective efficiency) dan nilai tambah hulu yang melibatkan PT. East West Seed, PT
serta dapat mengatasi masalah bersama melalui Meroke Tetap Jaya dan Syngenta sedangkan
aksi bersama, karena dengan adanya kedekatan untuk sektor hilirnya melibatkan PT Heinz ABC
secara geografis akan menyebabkan adanya sebagai perusahaan pengolah bahan baku dari
berbagai penghematan baik secara internal cabai merah.
maupun eksternal. Pengembangan klaster cabai merah dapat
Kabupaten Garut merupakan salah satu dilaksanakan dengan baik manakala dibentuk
kabupaten yang mempunyai tingkat produktivitas suatu lembaga yang berbadan hukum yang
cabai merah yang tinggi dan merupakan sentra berfungsi menampung dan mendistribusikan cabai
utama komoditi sayuran cabai merah di Jawa merah dari petani ke pihak konsumen dalam hal
Barat, dan dalam kegiatan agribisnis usahataninya ini yaitu industri dan pasar tradisional yang
merupakan salah satu daerah yang sudah diharapkan akan dapat membangun rantai nilai
menerapkan program pengembangan klaster cabai merah dari hulu sampai hilir maka
tetapi belum berjalan dengan semestinya.hal ini dibentuklah sebuah koperasi yaitu koperasi Tani
dapat dilihat dari kendala yang dihadapi misalnya Cabai Garut Inti Tani (CAGARIT) yang diharapkan
belum mampunya petani dan koperasi dalam dapat menggerakkan petani cabai untuk
memenuhi permintaan pasar, kelembagaan mengembangkan rantai nilai untuk pasar industri
kemitraan yang belum optimal, waktu tunda yang dituju dalam hal ini PT Heinz ABC . Koperasi
pembayaran dari pasar, belum adanya teknologi Cagarit mewadahi kelompok tani petani cabai
yang mampu mengatasi hama penyakit. merah di delapan Kecamatan yaitu Bayongbong,
Kelembagaan kemitraan dalam klaster agribisnis Cisurupan, Cikajang, wanaraja, Cigedug,
cabai merah yang berdaya saing adalah Pasirwangi, Cilawu dan Sukaresmi .

176
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Rangkaian proses kegiatan produktif yang pelaku usaha dalam klaster juga akan terlihat
dimulai dari penyedia input, produksi atau hubungan bisnis dari para pelaku tersebut seperti
budidaya, distribusi hingga pemasaran sampai ke terlihat pada Gambar berikut ini.
konsumen akan melibatkan keterkaitan para

Pemilik lahan
Pasar
tradisional
Penangkar bibit
Kelompok
Pedagang pupuk Petani CM tani/kopera
si
Pasar
Pedagang obat- industri
obatan

Pemilik modal pendamping


an

Produksi - Sortasi
Input distribusi
- Pena - pengem
khusus
naman asan
- pem

Gambar 1. Pola dan Pelaku dalam Rantai Nilai Klaster Cabai Merah di garut

Awal tahun 2011, dengan dimulainya mengindikasikan risiko produksi masih terjadi
program klaster cabai merah yang difasilitasi oleh pada klaster cabai merah di Garut.
LPPM UNPAD dan Bank Indonesia proses
kemitraan sudah dirintis, hal ini semakin terlihat
dengan adanya kontrak kerjasama dengan PT
Heinz ABC.

Kemitraan yang telah berjalan sampai


sekarang belum memperlihatkan hasil secara
optimal sehingga belum menghasilkan kepuasan
berbagai pihak yang terlibat, masih banyak
permasalahan yang terjadi pada klaster cabai
merah di Garut. Dengan keterbatasan yang
dimiliki koperasi cagarit sehingga penyediaan
saprodi tidak lagi dilaksanakan oleh koperasi
untuk masa tanam selanjutnya yang akhirnya
mempengaruhi proses budidaya juga keberadaan
rumah semai yang belum beroperasi sesuai
dengan apa yang diharapkan sehingga pasokan
benih untuk anggota klaster belum bisa dipenuhi.
Kegagalan produksi juga terjadi di musim
penghujan ini sehingga tidak tercapainya hasil
panen yang optimal untuk pemenuhan
permintaan pasokan ke industri, inilah yang

177
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Diagram sebab akibat risiko produksi

+
produktivitas cabai
merah -
+ +
pengiriman ke produksi cabai +
industri merah ketersediaan input
+ +
kuantitas cabai risiko produksi +
tingkat pemenuhan -
permintaan industri merah -
+ +
+
+ pengembangan
penerapan teknologi
basis produksi
persepsi industri terhadap spesifik lokasi dan varietas akses untuk
+
pemenuhan permintaan cabai + + ketersediaan input
merah konsentrasi + +
geografis skill petani +
permintaan industri
+
+ pembelajaran inovasi
interaksi antar
dan teknologi
pelaku
+

layanan stakeholder
+ untuk petani

Gambar 2. Diagram sebab akibat risiko produksi

Dalam diagram sebab akibat menjelaskan merah sehingga akan mengurangi risiko produksi
tentang struktur umpan balik yang terjadi dalam dan akhirnya produktivitas cabai merah akan
model risiko produksi pada klaster agribisnis cabai semakin tinggi. Interaksi antara produksi cabai
merah. merah, kuantitas cabai merah, risiko produksi,
Dari Gambar 2, terlihat bahwa semakin dan produktivitas akan menyebabkan terciptanya
banyak produksi cabai merah sebagai dampak umpan balik yang positif (positive feedback).
dari pengembangan basis produksi yang Pengembangan basis produksi yang
memerlukan satu waktu tertentu (delay). semakin besar maka akan memerlukan
Meningkatnya produksi cabai merah terkonsentrasinya secara geografis. Dengan
menyebabkan pengiriman ke industri semakin semakin terkonsentrasinya secara geografis maka
tinggi sehingga dengan pengiriman cabai merah interaksi antara pelaku yang terlibat pada klaster
ke industri yang semakin tinggi menyebabkan cabai merah akan semakin tinggi. Dengan
tingkat pemenuhan permintaan industri semakin semakin tingginya interaksi antar pelaku maka
tinggi. Dengan meningkatnya pemenuhan akan menyebabkan layanan stakeholder untuk
permintaan industri akan mengakibatkan persepsi petani cabai akan semakin baik, hal ini akan
industri terhadap pemenuhan permintaan cabai berdampak pada pembelajaran inovasi dan
merah semakin baik sehinngga permintaan teknologi para petani yang semakin tinggi.
industri semakin terpenuhi. Permintaan industri Meningkatnya pembelajaran inovasi dan teknologi
semakin tinggi maka akan mengakibatkan harus akan meningkatkan skill petani cabai merah dan
adanya pengembangan basis produksi cabai memerlukan waktu tunda tertentu (delay).
merah yang semakin besar. Interaksi antara Dengan skill petani yang semakin bertambah
produksi cabai merah, pengiriman ke industri, sehingga diharapkan para petani dapat
tingkat pemenuhan permintaan industri, persepsi menerapkan teknologi yang disesuaikan denga
industri terhadap pemenuhan permintaan cabai keadaan lokasi dan varietas yang akan berdampak
merah, permintaan industri, dan pengembangan pada pengelolaan risiko produksi yang selama ini
basis produksi menyebabkan terciptanya umpan sering terjadi sehingga dapat ditekan yang
balik yang positif (positive feedback). mengakibatkan produktivitas cabai merah dapat
Dengan semakin tingginya produksi cabai meningkat sehingga produksi pun tinggi. Dengan
merah akan menambah kuantitas dari cabai produksi yang tinggi maka akan dapat

178
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

melaksanakan pengiriman ke pihak industri kematian pada tanaman masa tumbuh, begitu
sehingga tingkat pemenuhannya tinggi yang pula halnya dalam masa produksi mengalami
menyebabkan persepsi dari pihak industri kematian akibat anomali iklim sehingga rentan
terhadap pemenuhan permintaannya semakin terhadap hama penyakit dan akibat angin
baik karena permintaannya dapat terpenuhi. kencang kondisi ini memperlihatkan bahwa
Interaksi antara pengembangan basis produksi, produksi cabai merah mempunyai dinamika
konsentrasi geografis, interaksi antar pelaku, seperti terlihat pada Gambar 3, hal ini akan
layanan stakeholder untuk petani, pembelajaran mempengaruhi kontinyuitas pasokan cabai merah
inovasi dan teknologi, skill petani, penerapan di pasaran tidak dapat terjamin.
teknologi secara spesifik lokasi dan varietas, risiko
produksi, produktivitas, produksi cabai merah,
pengiriman ke industri, tingkat pemenuhan
permintaan industri, persepsi industri terhadap
pemenuhan permintaan cabai merah, dan
permintaan industri menyebabkan terciptanya
umpan balik yang positif (positive feedback)
sehingga dapat dikatakan rekayasa pada
penerapan teknologi secara spesifik lokasi dan
varietas akan dapat mengurangi risiko produksi
dan hal ini menunjukkan ke arah pertumbuhan
(growth) atau penguatan.
Konsentrasi geografis semakin tinggi
menyebabkan interaksi antar pelaku semakin baik Gambar 3. Perilaku produksi cabai merah
sehingga dapat meningkatkan layanan untuk
petani cabai merah diantaranya akan dapat Strategi Manajemen Risiko
meningkatkan akses terhadap ketersediaan input
maka ketersediaan input dapat terpenuhi Tugas petani cabai merah salah satunya
sehingga produktivitas cabai merah semakin adalah sebagai pengelola untuk mengendalikan
tinggi yang akan menyebabkan produksi cabai kemungkinan risiko yang terjadi di dalam
merah juga tinggi, hal ini akan meningkatkan usahataninya. Salim,1998 mengatakan bahwa
pengiriman ke industri yang mengakibatkan seorang risk manajer dalam mengelola risiko
tingkat pemenuhan permintaan industri semakin harus memperhatikan bebrapa hal, yaitu (1)
tinggi maka permintaan industri semakin menentukan serta menganalisis risiko yang
terpenuhi. Hal ini memicu untuk mengembangkan dihadapinya; (2) Bagaimana menanggulangi risiko
basis produksi cabai merah. Interaksi antara tersebut; dan (3) risk manager dalam konteks
konsentrasi geografis, interaksi antar pelaku yang perusahaan harus paham dengan ilmu asuransi.
terlibat, layanan stakeholder untuk petani cabai Tujuan manajemen risiko dalam mengelola
merah, akses untuk ketersediaan input, usahatani adalah untuk mencegah petani dari
ketersediaan input, produktivitas, produksi cabai kegagalan, mengurangi pengeluaran dan biaya
merah, pengiriman ke industri, tingkat produksi, meningkatkan keuntungan, serta
pemenuhan permintaan industri, persepsi industri mengurangi kerugian yang mungkin timbul.
terhadap pemenuhan permintaannya, permintaan (Saptana et al, 2010).
industri, dan pengembangan basis produksi Strategi manajemen risiko dapat
menyebabkan terciptanya umpan balik yang dilakukan baik yang sifatnya strategi manajemen
positif (positive feedback). risko- exante, interaktive, maupun strategi
manajemen risiko-expost seperti yang
Perilaku produksi Cabai Merah diungkapkan (Robison dan Barry,1987; Adiyoga
dan Soetarso,1999).
Dalam perilaku dinamis pada produksi
cabai merah terkandung faktor cuaca. Dalam Strategi manajemen risiko Ex-ante
masa petumbuhannya akibat cuaca atau curah
hujan yang berlebihan terdapat kematian Strategi manajemen risiko yang ditempuh
sehingga dilaksanakan penyulaman rata-rata petani cabai merah sebelum timbulnya risiko
sekitar 10 %. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dengan melihat risiko aktual yang terjadi yaitu
proses produksi cabai merah masih terdapat risiko dalam hal penyediaan benih unggul yang

179
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dirasakan masih sulit didapat petani adalah Dalam pendistribusian hasil panen cabai
dengan perencanaan yang matang dalam hal ini merah masih terjadi risiko sehingga upaya
mulai dengan pengadaan sarana produksi salah manajemen yang dilakukan adalah dengan
satunya yaitu dengan penyediaan benih unggul pengaktifan kembali STA (Sub Terminal
sesuai varietas pasar. Koperasi cagarit sebagai Agribisnsi) yang ada di wilayah Garut sehingga
local champion harus dapat memfasilitasi lebih teratur pendisribusian hasil panennya
pengadaan benih dengan bekerjasama dengan melibatkan pihak terkait.
perusahaan penyedia input juga dengan pola Dalam upaya implementasi manajemen
tanam yang direncanakan secara matang akan risiko yang terjadi harus ada pendorong dalam hal
mempengaruhi pada kontinyuitas pasokan cabai permodalan yaitu adanya fasilitas akses
merah di pasar sehingga dinamika produksi cabai pembiayaan dari pihak terkait atau lembaga
merah semakin stabil. Diversifikasi varietas juga penjamin kredit yang membantu permodalan
dapat dilakukan pada klaster cabai merah Garut pelaksanaan usahatani cabai merah.
dan ini merupakan salah satu metode manajemen
risiko ex-ante yang ditunjukkan oleh penelitian SIMPULAN
Saptana et al,2010.
Perilaku produksi cabai merah
Strategi Manajemen Risiko interaktif menunjukkan dinamikanya hal ini masih
mengindikasikan terjadinya risiko sehingga akan
Dalam proses produksi cabai merah mempengaruhi kontinyuitas pasokan cabai merah
terjadi risiko yaitu gagal panen atau produksi di pasaran. Strategi manajemen ex-ante yang
rendah sehingga petani mengalami kerugian. dapat dilakukan yaitu salah satunya dengan
Begitu pun yang terjadi pada petani cabai merah penggunaan benih unggul dan diversifikasi
Garut. Dalam menangani hal ini petani cabai varietas juga dengan perencanaan yang matang
merah dapat melakukan manajemen risiko yaitu tentang pengaturan pola dan jadwal tanam.
dengan pemilihan waktu tanam juga penerapan Strategi manajemen interaktif yang sudah
teknologi salah satunya dengan penerapan green dilakukan yaitu dengan penyulaman dan
house . Green house yang dimaksud adalah pengaturan jadwal tanam. Pemberian dalam
rumah plastik dengan konstruksi bambu. Rumah perlakukan green house masih menjadi
plastik bambu telah banyak digunakan oleh petani perencanaan dalam strategi kebijakan produksi
Indonesia pada berbagai komoditas hortikultura, selanjutnya.
diantaranya adalah parika (Gunadi,et al,2006; Interaksi dari berbagai pelaku yang
Perdana et al,2011). hasil penelitian Perdana et terlibat pada klaster dalam rantai pasok cabai
al,2011 menyatakan bahwa penerapan teknologi merah belum memeprlihatkan kepuasan berbagai
dalam program IBPE pengembangan ekspor pihak, banyak permasalahan yang masih harus
sayuran mampu meningkatkan daya saing mitra dikaji.
UKM berupa efisiensi biaya produksi dan produk
sayuran yang sesuai dengan pasar ekspor. Hal ini SARAN
dapat diterapkan di klaster cabai merah untuk
mengatasi risiko produksi. Strategi manajemen Perencanaan yang terorganisir dan
risiko interaktif green house belum dapat matang dengan melibatkan berbagai pihak yang
dilaksanakan terkait dengan permodalan yang terlibat perlu dilakukan sehingga terbentuk
masih rendah dan akses pembiayaan yang penguatan dinamika kelompok untuk mengelola
terbatas. berbagai risiko yang terjadi sehingga diharapkan
Dalam produksi tanaman cabai merah salah satunya dapat membuka akses pembiayaan
terjadi kematian tanaman pada saat umur untuk petani cabai merah.
tanaman dibawah satu bulan, proses penyulaman Koperasi perlu membuat usaha pengadaan sarana
merupakan salah satu strategi manajemen risiko produksi dengan menjalin kerjasama yang lebih
interaktif yang dilakukan petani cabai merah baik dengan perusahaan-perusahaan penyedia
klaster Garut sebanyak 10% sedangkan hasil input.
penelitian Saptana et al,2010 menyebutkan
proses penyulaman yang dilakukan lebih besar DAFTAR PUSTAKA
yaitu hampir 81% yang dilakukan petani cabai
merah di Jawa tengah. Sumber buku:

180
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Hanafi, 2007, Risiko, Jakarta, Universitas


Terbuka.
 Kountur R, 2004, Manajemen Risiko, Jakarta
Abdi Tandur.
 Porter, M.E,. 1998 ,‖ Cluster and The New
Economicsof Competition, Harvard Business.
 Robison,L,.J and P,J Barry,1987.The
Competitive Firms Response to Risk.Macmillan
Publisher,London.
 Salim,Abbas.1998. Asuransi dan Manajemen
Risiko. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Sumber Jurnal :
 Checkland P., ,‖ Soft System Methodology.‖
System research and Behavioral (2000).
 Elena Toma, 2009 ,‖ Agribusiness Cluster-
Between theory and Practice,‖ Research
Institute of Agricultural Economics and
Rural Development, Bucharest, Romania.
 Gunadi N,T Moekasan,L Prabaningrum,H de
Putter dan A Everaats.2006.Budidaya
Tanaman Paprika di Dalam Rumah
Plastik.Balai Penelitian Tanaman
sayuran.Lembang
 Perdana T,jajang sauman,Wulandari.2011.
Penerapan IPTEK untuk Meningkatkan Daya
Saing Petani sayuran dalam Memenuhi
Permintaan Pasar Ekspor.Fakultas pertanian
UNPAD.
 Perdana T, Nurhayati,
Kusnandar,.‖Improvement Model of Supply
Chain management and agribusiness
Cluster of Red Chilli,. Artikel pada Jurnal
Internasional 2013.
 Perdana T, Kusnandar., The Triple Helix
Model for Fruits and Vegetables Supply Chain
Management Development Involving Small
Farmers in Order to Fulfill the Global Market
Demand ,‖ Studi Kasus di VCC Universitas
Padjadjaran (2012).
 Saptana et al,2010. Strategi Manajemen
Risiko Petani cabai Merah pada Lahan sawah
Dataran Rendah di Jawa Tengah.,Pusat
Analisis Sosial ekonomi dan Kebijakan
pertanian, IPB Bogor.

181
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PROSPEK AGRIBISNIS GANYONG SEBAGAI


BAHAN PANGAN ALTERNATIF

Doni Sutrisno1 dan Endah Djuwendah2

Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

(e-mail: serat_doni@yahoo.co.id1)

ABSTRAK. Gabungan Kelompok Tani Harapan Mulya merupakan salah satu kelompok tani yang
menjalankan agribisnis ganyong dari mulai budidaya, pengolahan sampai pemasaran. Penelitian ini ditujukan
untuk mengetahui prospek dan strategi agribisinis ganyong pada kelompok tani tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan pada Gapoktan Harapan Mulya, Desa Sindanglaya, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain kualitatif dengan teknik penelitian studi kasus. Hasil
penelitian menunjukkan prospek agribisnis ganyong berdasarkan analisis usahatani, analisis nilai tambah,
peramalan permintaan, analisis keuangan dan analisis sensitivitas adalah layak untuk dikembangkan.
Peramalan permintaan dari tahun 2011-2015 cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar
11,73% setiap tahun, nilai Net B/C, Gross B/C >1 dan IRR (Internal Rate Of Return) pada tingkat suku
bunga 55,6%. Strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh Gapoktan Harapan Mulya
berdasarkan matrik Analisis SWOT adalah strategi pertumbuhan dengan cara memperluas pasar, fasilitas
produksi dan teknologi melalui pengembangan internal maupun eksternal, meningkatkan distribusi dan
promosi, mempertahankan kualitas produk, kontrak kerjasama dengan konsumen tetap, membuat inovasi
baru pada makanan olahan berbasis tepung ganyong.

Kata kunci : Prospek, Strategi Pengembangan, Ganyong.

ABSTRACT. Harapan Mulya farmers group is one farmer groups who develop Queensland Arrowroot (Canna
Edulis) agribussines (Queensland Arrowroot farm, Queensland flour starch agro-industry, and marketing) in
Sindanglaya Village. Therefore focus of research intended to find out how prospect and strategy canna
agribusiness in Harapan Mulya farmers group. The objectives of this study are to identify the prospect of
Queensland Arrowroot agribusiness and formulate the appropriate development strategy. The study was
conducted in Harapan Mulya farmers group located in the Sindanglaya Village, Sub-district of Sukamantri,
Ciamis Regency. The method of this study is a case-study. To identify the prospect of Queensland Arrowroot
agribusiness, for Queensland Arrowroot farm by RC ratio, and for Queensland Arrowroot flour starch agro-
industry use financial analysis by the Net Benefit Cost Ratio and Gross Benefit Cost Ratio, value added
analysis, Internal Rate of Return (IRR) and this study analyzed demand for e-casting by Linear Trend
Method. The SWOT analysis is used to formulate the appropriate development strategy. The results showed
that the prospect of Queensland Arrowroot agribusiness based on farming analysis, value added analysis,
forecasting demand and, financial analysis, is good and feasible to be developed. The demand forecasting
for the period 2004-2015 tends to increase with rate of increase 11,7% per year. Net B/C and Gross B/C >1.
Internal rate of return (IRR) at discount rate 55,6 %. The appropriate strategy for Harapan Mulya farmers
group based on SWOT analysis is growth strategy by expanding market, change machine and tool to high
technology, cooperation contract with fixed consumer, increasing promotion and distribution, depend quality
of product, and make innovation of product.

Keyword : Prospect, Development Strategy And Queensland Arrowroot

182
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENDAHULUAN berbahan dasar tepung terigu. Setiap tahun


penduduk Indonesia mengonsumsi tepung terigu
Pangan merupakan kebutuhan yang kurang lebih sebesar 3,8 juta ton 5. Bisa dikatakan
mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia. tepung terigu merupakan bahan pokok utama
Kebutuhan terhadap pangan akan terus meningkat setelah beras (nasi). Meningkatnya permintaan
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. akan tepung terigu menyebabkan pada tahun
Dalam 40 tahun terakhir, jumlah penduduk 2010 Indonesia harus mengimpor tepung terigu
Indonesia telah bertambah lebih dari 100 juta jiwa, yang mencapai 56.481 ton 6 . Untuk pengadaan
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 tepung terigu Indonesia sangat bergantung pada
% per tahun dan menurut data terakhir impor, karena Indonesia bukan merupakan Negara
kependudukan tahun 2010, jumlah penduduk penghasil gandum sebagai bahan baku tepung
Indonesia kurang lebih sebesar 237 juta jiwa (BPS, terigu. Dengan kata lain setiap tahun Negara ini
2010). harus mengeluarkan uang untuk pemenuhan
Dengan semakin bertambahnya jumlah kebutuhan pangan masyarakat.
penduduk Indonesia, maka diperlukan peningkatan Sesuai dengan Undang–undang no. 7
ketersediaan pangan berkelanjutan yang mampu tahun 1996, Peraturan Pemerintah (PP) No. 68
mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk tahun 2002, dan Peraturan Presiden Nomor 22
Indonesia di masa yang akan datang. Namun Tahun 2009, salah satu jalan keluar dari jurang
persentase tingkat pertumbuhan produksi pangan kerawanan pangan adalah dengan mewujudkan
yang berbasis karbohidrat sangat kecil, fluktuatif diversifikasi pangan (penganekaragaman pangan),
dan cenderung menurun. Jika laju pertumbuhan melalui pengembangan pangan alternatif berbasis
penduduk tidak diturunkan sementara laju sumber daya lokal.
produksi pangan sangat lamban, maka dalam Indonesia memiliki potensi umbi-umbian
beberapa tahun yang akan datang Indonesia sebagai sumber karbohidrat sekaligus bahan baku
berpotensi mengalami rawan pangan. tepung lokal. Salah satu tanaman sumber pati lokal
Salah satu penyebab kerawanan pangan dan dapat digunakan untuk bahan baku tepung
adalah ketergantungan masyarakat pada salah adalah Ganyong (Canna edulis Ker.I). Ganyong
satu pangan pokok saja, yaitu beras. Sekitar 95% merupakan tanaman umbi-umbian yang berpotensi
penduduk Indonesia menggantungkan dirinya untuk menggantikan peran beras dan tepung
kepada beras sebagai makanan pokok (Nurmala, terigu dalam pemenuhan kebutuhan bahan pangan
2007). Masyarakat masih menganggap beras pokok. Namun sampai saat ini, potensi tanaman
sebagai pangan superior, sehingga ada istilah no ganyong belum dikembangkan dengan baik serta
rice no eat. Saat ini tingkat konsumsi beras belum diusahakan secara serius dan intensif,
Indonesia rata-rata adalah 139 kilogram per kapita karena kurang populer dibandingkan dengan
per tahun. Sangat tinggi bila dibandingkan dengan tanaman berumbi lainnya. Selain itu kebanyakan
Negara lain, sebagai contoh ; Jepang 60 kilogram petani menganggap ganyong kurang memiliki nilai
per kapita per tahun, Malaysia 80 kilogram per ekonomis sehingga sedikit petani yang mau
kapita per tahun, Thailand 90 kilogram per kapita membudidayakannya.
per tahun, dan rata-rata dunia 60 kilogram per Tanaman ini dibudidayakan secara teratur
kapita per tahun 3 . Dengan tingginya permintaan di daerah Purwerejo, Klaten, D.I. Yogyakarta, dan
terhadap beras, maka jelas akan semakin Wonosobo (Jawa Tengah) dan (Jawa Barat)
memperbesar peluang impor, pada tahun 2010 meliputi daerah Bandung, Garut, Karawang, Lebak,
impor beras masih tetap tinggi (1,8 juta ton)4. Subang, Ciamis, Cianjur, Majalengka, dan
Namun peran beras saat ini diimbangi oleh Sumedang (Rukmana, 2000).
tepung terigu. Saat ini kebutuhan konsumsi akan Saat ini sentra penanaman ganyong
tepung terigu sangat tinggi, sebesar 17,1 kilogram terbesar di Jawa Barat adalah Ciamis, yang
per kapita per tahun pada tahun 20073. Tingginya tersebar di tiap kecamatan di Kabupaten Ciamis,
konsumsi makanan berbahan dasar tepung terigu tetapi hanya dua puluh kecamatan yang
di Indonesia dikarenakan terjadinya perubahan membudidayakan ganyong dengan Kecamatan
selera masyarakat yang lebih menyukai makanan

3 5
Majalah Trubus 495 – Februari 2011/XLII Tempo interaktif, melalui
4
Tempo interaktif, melalui http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/11/20/b
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/01/01/19934 rk,20091120-209593,id.html
6
0/4/2 http://bataviase.co.id/node/153979

183
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Sukamantri sebagai sentra produksi ganyong Sindanglaya Kecamatan Sukamantri


terbesar di Kabupaten Ciamis . Kabupaten Ciamis.
Kecamatan Sukamantri merupakan daerah
sentra pertanian di Kabupaten Ciamis yang METODE
memiliki satu jenis komoditas unggulan. Melalui
pendekatan pembangunan ―One Village One Analisis data adalah proses
Product‖, yaitu satu desa satu produk yang penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
merupakan pendekatan pengembangan potensi mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang
daerah untuk menghasilkan satu produk yang
diperoleh dari hasil penelitian ditabulasi dan
unik khas daerah dengan memanfaatkan
sumberdaya lokal (Dahliani, 2009), ganyong selanjutnya dianalisis secara descriptive qualitative
prosfektif menjadi komoditas unggulan daerah ini. dan quantitative. Analisis descriptive qualitative
Ganyong merupakan komoditas unggulan diarahkan untuk menggambarkan kegiatan
Desa Sindanglaya. Kecamatan Sukamantri usahatani ganyong, kendala dalam usahatani
mencakup lima desa, diantaranya: Desa ganyong, karakteristik usaha pengolahan ganyong
Sukamantri memiliki komoditas unggulan tanaman menjadi tepung, dan proses pengolahan ganyong
teh dan kambing, Desa Cibeureum yakni tanaman
menjadi tepung, serta pemasaran tepung ganyong
cabe, Desa Sindanglaya khusus tanaman ganyong,
Desa Mekarwangi khusus tanaman kopi dan Desa dan untuk memperkirakan perkembangan
Tenggerraharja memiliki komoditas unggulan permintaan tepung ganyong di masa yang akan
tanaman jagung dan ternak sapi potong. datang di analisis dengan menggunakan analisis
Pelaksanaan pengembangan ganyong di Trend Linear, dan untuk merumuskan strategi
Kabupaten Ciamis terus berkembang seiring dengan analisis SWOT, sedangkan analisis
dengan permintaan tepung ganyong yang semakin quantitative untuk kelayakan usahatani ganyong
meningkat. Tahun 2002 dibuat demplot di Desa
dengan menggunakan analisis Revenue/cost ratio
Sindanglaya, Kecamatan Sukamantri seluas 0,5 ha,
Tahun 2003 berkembang menjadi 5 ha, Tahun (R-C ratio), untuk melihat nilai tambah dari
2004 menjadi 15 ha dan perkembangan terakhir ganyong menjadi tepung ganyong menggunakan
sampai saat ini seluas 178 ha tersebar di beberapa analisis nilai tambah metode hayami, sedangkan
kecamatan dengan rata-rata produksi 25 ton/ha 7. untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan
Produktifitas ganyong di Kecamatan Sukamantri tepung ganyong di tinjau dari aspek ekonomi
sendiri cukup tinggi jika dibandingkan dengan
dengan kriteria-kriteria Net Present Value (NPV),
tanaman palawija lain yang di budidayakan di
kecamatan tersebut . Benefit/ cost ratio (B/C ratio) dan Internal Rate of
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti Return (IRR).
tertarik melakukan penelitian mengenai prospek
dan strategi pengembangan agribisnis ganyong HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai pangan alternatif melalui studi kasus pada Sejarah Perkembangan Usaha Ganyong
gapoktan Harapan Mulya, Desa Sindanglaya, pada Gapoktan Harapan Mulya Ciamis
Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis,
Pengembangan agribisnis ganyong di desa
Provinsi Jawa Barat.
Sindanglaya awalnya merupakan bentuk kerjasama
Berdasarkan dari identifikasi masalah,
antara gapoktan Harapan Mulya dengan badan
maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah :
keamanan pangan (BKP) kabupaten Ciamis.
1. Mengetahui prospek agribisnis ganyong
Gapoktan ini resmi berdiri tahun 2006 beranggota
sebagai bahan pangan alternatif pada
24 kelompok tani dan 179 petani ganyong.
Gapoktan Harapan Mulya di Desa
Budidaya ganyong di pelopori oleh mantan
Sindanglaya Kecamatan Sukamantri
kepala desa Sindanglaya bernama Endang Hamdan
Kabupaten Ciamis
pada lahan seluas 0,5 Ha pada tahun 2002 Guan
2. Mengetahui strategi untuk
merespon tawaran dari Badan Bimas ketahanan
mengembangkan agribisnis ganyong
pangan Ciamis untuk mengembangkan tanaman
sebagai bahan pangan alternatif pada
non beras sebagai cadangan pangan nasional.
Gapoktan Harapan Mulya di Desa
Setahun kemudian luas tanam bertambah menjadi
sekitar 5 Ha dan mulai didirikan pabrik
pengolahan umbi ganyong. Saat itu hasil umbi
7
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi.Jabar

184
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ganyong diolah sendiri menjadi beraneka jenis Tabel 1.Analisis Usahatani Ganyong Tahun 2011
makanan ringan oleh istri pak Endang Hamdan.
Pada tahun 2004 luas penanaman N Uraian Nilai Satua Jumlah
usahatani ganyong bertambah menjadi 15 Ha dan o n (Rp)
permintaan tepung ganyong juga meningkat dari
1 Biaya tetap
luar kecamatan Sukamantri dan tahun 2005 ada
permintaan dari PT Gizindo Prima Nusantara Pajak tanah 0,68 ha 5.450
sebanyak 3 ton. Akhirnya tahun 2006 timbul ide
membentuk Gapoktan sebagai wadah kemitraan Penyusu-tan alat 40.340
besama antara kelompok tani dalam
mengembangkan ganyong. Total biaya tetap 45.790
Teknik budidaya ganyong dilakukan secara
organik menggunakan pupuk kandang tanpa 2 Biaya variabel
penggunaan pestisida. Bibit yang ditanam adalah
pupuk kandang 4.469, kg 731.363,6
ganyong putih bantuan dari BKP Ciamis. Umumnya
4
waktu tanam pada awal musim hujan anatara
bulan Oktober – November. Pola tanamnya Bibit 547,6 Kg 273.818,2
tumpangsari dengan beberapa tanaman lain
seperti ubi jalar, jagung, serai wangi ataupun Upah tenaga kerja 2.008.636
sebagai tanaman sela pada tegakan tanaman
kehutanan seperti pohon albasia, mahoni, sengon Total biaya 3.013.818
dan beberapa jenis tanaman kayu lainnya. variabel
Walaupun ganyong menjadi komoditas
Total biaya 3.059.614
unggulan desa, namun petani tidak
mengusahakannya sebagi komoditas utama tetapi 3 Peneri-maan 11090 kg 5.545.455
sebagai usahatani sampingan yang diusahakan
pada lahan pekarangan, kebun ataupun tegalan. 4. Pendapa-tan 2.485.840,9
Hal ini disebabkan pendapatan dari usahatani 0
ganyong tidak dapat mencukupi kebutuhan para
petani 5. R-C rasio 2,43

Analisis Usahatani Ganyong Petani


Responden
Analisis Biaya Proses Pengolahan Umbi
Biaya usahatani adalah biaya yang Ganyong Menjadi Tepung
dikeluarkan oleh petani dalam rangka pengelolaan
Dengan mengasumsikan bahan baku umbi
usahataninya. Biaya usahatani ini dapat berupa
ganyong sebanyak 30 ton dengan rendemen pati
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
ganyong 15% dari 30 ton umbi ganyong dengan
merupakan biaya yang penggunaannya tidak
kapasitas mesin pengolah 200-250 kg/jam dapat
mempengaruhi besarnya produksi atau
dihasilkan tepung sebanyak 4,5 ton, waktu
pendapatan yang akan diterima (Rojak, A 2006).
prosesing 10-15 hari.
Adapun yang termasuk biaya tetap pada usahatani
ganyong adalah pajak lahan dan penyusutan alat.

185
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 2. Analisis Biaya Pengolahan Ganyong No Variabel Nilai Jumlah

Menjadi Tepung tahun 2011


Input bahan baku 30000
2 B 30000 kg
(kg/proses produksi) kg
Volum Satua Harga Jumlah
No Uraian
e n (Rp) (Rp)

Input tenaga kerja


Bahan 15.000.00 3 C 20 HOK 20 HOK
(HOK/hari)
1 baku 30.000 Kg 500 0

Bahan 4500
Faktor konversi (kg
4 d = a/b kg/30000 0.15
2 bakar 80 Lt 4.500 3.600.000 output/kg bahan baku)
kg

Karung
20
3 tepung 100 Unit 1.000 100.000 Koefisien tenaga kerja 0.00066
5 e = c/b HOK/30000
(HOK/kg bahan baku) 7
kg
Tenaga
4 kerja
Rp
6 Harga produk (Rp/kg) F Rp 5000/kg
5000/kg
Laki-laki 20 HOK 20.000 400.000

Perempu Rp
Upah rata-rata tenaga Rp
an 15 HOK 15.000 225.000 7 G 20000/h
kerja (Rp/jam) 20000/hari
ari

Total 19.325.00
Biaya 0 Pendapatan

27.000.0 Harga bahan baku Rp


8 H Rp 500/Kg
Penerimaan 4.500 Kg 6.000 00 (Rp/kg) 500/Kg

7.675.00 Sumbangan input lain


9 I 0 0
Pendapatan 0 (Rp/kg)

10 Nilai output (Rp/kg) j=dxf 0.15 x 6000 Rp 900

Analisis Nilai Tambah Ganyong Menjadi a. Nilai tambah (Rp/kg)


k=j–h– 900 - 500 –
Rp 400
11 i 0
Tepung Ganyong
b. Rasio nilai tambah l% = k/j x (400/900) x
44%
Data yang digunakan dalam analisis nilai (%) 100% 100%

tambah adalah total tepung ganyong yang


a. Imbalan tenaga kerja 0.00067 x
dihasilkan, total bahan baku yang digunakan, m=exg Rp 13,4
12 (Rp/kg) 20000
jumlah dan upah tenaga kerja dan harga jual
b. Bagian tenaga kerja n% = m/k (13.4/400)
produk di pasaran. Data yang didapat akan diolah (%) x 100% x 100%
3,35%

dan dianalisis pada Tabel 3.


Rp
a. Keuntungan (Rp/kg) o=k–m 400 - 13.4 386,6
13
/kg

Tabel 3. Nilai Tambah Ganyong Menjadi Tepung b. Tingkat keuntungan p% = o/j (386.6/900)
43%
Ganyong Tahun 2011 (%) x 100% x 100%

No Variabel Nilai Jumlah

Output, Input Dan


Harga

Output/produk total
1 a 4500 kg 4500 kg
(kg/proses produksi)

186
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Analisis Trend Permintaan Tepung Ganyong mengandung arti manfaat yang diperoleh dari
usaha ini 2,85 kali lipat dari biaya yang
Tepung ganyong dari Gapoktan Harapan dikeluarkan.
Mulya dijual ke beberapa tempat seperti PT
Gizindo, industri kecil, pasar tradisional di Ciamis Dengan asumsi discount factor 14% per tahun
dan industri makanan ringan di daerah Bogor. berdasarkan suku bunga kredit yang belaku pada
Bank Rakyat Indonesia (BRI), diperoleh nilai
Permintaan tepung ganyong cenderung Internal rate of return (IRR) adalah 55,60%.
meningkat dari tahun ke tahundengan rata-rata Artinya usaha pengolahan ganyongn masih bisa
peningkatan 67 % per tahun. Berdasarkan metode mengembalikan modal dengan bunga pinjaman
trend linear diperoleh peramalan permintaan 55,60 %.
dengan persamaan Y = 2148,57 + 6250 X. Data
permintaan tepung ganyong selama 10 tahun
disajikan pada Tabel 4.
Analisis SWOT
Tabel 4. Permintaan Tepung Ganyong dari
Gapok-tan Harapan Mulya tahun 2005- Berdasarkan pembobotan diperoleh nilai
2015 total faktor strategis internal adalah 2,25 dan
faktor eksternal adalah 2,75 yang berarti posisi
Tahun Jumlah (kg) strategis perusahaan berada pada posisi sedang (
sel ke-5). Menurut Rangkuti (2009), strategi
2005 7500
yang tepat dilakukan pada posisi tersebut adalah
2006 15.500 strategi pertumbuhan (Growth Strategy) melaui
integrasi horizontal atau stabilitas.
2007 21.500
Strategi pertumbuhan melalui integrasi
2008 30000 horizontal adalah suatu kegiatan untuk
memperluas perusahana baik dalam penjualan
2009 36000
aset, profit atau kombinasi dari ketigannya.
2010 37000 Strategi ini didesain untuk mencapai pertumbuhan
dengan cara memperluas pasar, fasilitas produksi
2011 46428 dan teknologi melalui pengembangan internal
maupun eksternal, menurunkan harga,
2012 52679
mengembangkan produk baru, menambah kualitas
2013 58928 produk atau meningkatkan akses ke pasar yang
lebih luas.
2014 65178

2015 71429

Ket; data tahun 2011-2015 hasil ramalan

Analisis Finansial Usaha Pengolahan Umbi


Ganyong

Usaha pengolahan tepung ganyong yang


dilakukan oleh anggota kelompok tani Harapan
mulya memberikan toral keuntungan selama 8
tahun sebesar Rp.169.669.000 dengan rata-rata
keuntungan Rp.24.238.429 per tahun dan kembali
modal pada tahun ke 3. Nilai Net B/C sebesar 2,85

187
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 5. Matrik SWOT

IFAS Strengths (S) Weakness (W)

 Tepung yang dihasilkan organik dan bersertifikat halal  Permodalan lemah dan bergantung terhadap
bantuan dari pemerintah
 Lokasi usaha di pedesaan, tenaga kerja murah, dekat
dengan bahan baku dan memungkinkan sistem  Rendahnya rendemen bahan baku
agribisnis terpadu pedesaan
 Kapasitas produksi rendah, mesin dan peralatan
 Harga masih terjangkau oleh konsumen sedarhana

 Visi, misi dan tujuan organisasi jelas  Tidak ada kontrak kerja dengan konsumen

 Hubungan baik antar pengurus/anggota  Promosi belum maksimal

EFAS

Opportuni-ties(O) Strategi S-O Strategi

 Permintaan meningkat W-O


tiap tahun
 Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk  Menambah relasi dalam masalah permodalan
 Potensi pasar banyak selain ke pemerintah
yang belum terjaring  Memperluas target pasar yang belum terjaring
 Meningakatkan kapasitas mesin pengolahan
 Sedikitnya pesaing  Menjaga loyalitas konsumen
 Meningkatkan kualitas tenaga kerja
 Dipercaya konsumen  Mempertahankan harga produk yang terjangkau
pemasok tepung ganyong  Mulai melakukan kontrak kerja/kemitraan
 Melakukan percobaan untuk menciptakan makanan dengan konsumen tetap
 Perubahan selera olahan yang lebih beragam
masyarakat mengkon-  Meningkat-kan promosi langsung
sumsi makanan dari  Melakukan inovasi terhadap produk yang ditawarkan
tepung tidak hanya diolah menjadi tepung

 Banyak dikembang-kan
alternatif pengganti
terigu

Threats(T) Strategi S-T Strategi W-T

 Ketersediaan bahan baku  Menambah/memperluaspasokan bahan baku tidak  Mengajukan bantuan kepada pemerintah
kurang terjamin hanya dari petani sekitar dan mengatur pola tanam setempat untuk memperluas budidaya
pada petani ganyong
 Kurangnya pengetahuan  Bekerjasama dengan pihak lain dalam
masyarakat tentang  Mempubikasikan tentang manfaat dari tepung mensosialisasikan tepung ganyong
tepung ganyong ganyong
 Menjaga hubungan baik dengan pemerintah
 Rendahnya usaha  Menjaga hubungan baik dengan para anggota, petani setempat
diversifikasi pangan ganyong

 Berhentinya kerjasama  Membuat asosiasi pengusaha tepung lokal


dan dukung-an peme-
rintah setempat

 tingginya impor tepung


terigu

188
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

1. Kelayakakan usahatani ganyong berdasarkan  Anonim, 2011. Majalah Trubus. Edisi 495-
analisis R/C rasio diperoleh rata-rata 2,43. XLII, Februari.
Pada proses pengolahan umbi ganyong  Dahliani, Lili. 2009. One Village One Product
menjadi tepung ganyong didapatkan: nilai
Tinjauan dari Manajemen Produksi
tambah Rp.400/kg, rasio nilai tambah 44%,
imbalan tenaga kerja Rp.13,4/kg, bagian Tanaman.Melalui.http://www.lpp.ac.id/images
tenaga kerja 3,35% dan tingkat keuntungan /downloads/lppcom/onevillageoneproduct.pdf
43% dan keuntungan Rp 386,6/kg. Usaha  Dimas Dito Dwi Putranto. 2011. Melalui.
pengolahan umbi ganyong menjadi tepung http://bisnis-jabar.com/berita/bagelen-
ganyong bedasarkan analisis finansial ganyong-bawa-eli-tembus-pasar-singapura-
diperoleh Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan-malaysia.html
2,85. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
 Nurmala, Tati dan Aep Wawan.2007. Pangan
1,19 dan Internal Rate Of Return(IRR) 55,6
persen. Dengan demikian agribisnis ganyong Alternatif Berbasis Seleria Minor. Bandung:
layak untuk diusahakan. Peramalan Giratuna.
permintaan kurva berbentuk garis lurus  Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT:
meningkat selama 5 periode (tahun 2011- Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi
2015) dengan rata-rata peningkatan sebesar Konsep Perencanaan Strategi Untuk
11,73% per tahun.
Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT. Gramedia
2. Strategi pengembangan usaha yang tepat
Pustaka Utama.
dilakukan oleh Gapoktan Harapan Mulya
berdasarkan matrik SWOT adalah strategi  Rodjak, Abdul. 2006. Manajemen Usahatani.
pertumbuhan (Growth Strategy) dengan cara Bandung: Gratuna.
meningkatkan kualitas produk, memperluas  Rukmana, Rahmat.2000.Ganyong
target pasar yang belum terjaring, menjaga Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta:
loyalitas konsumen mempertahankan harga
produk yang terjangkau, melakukan percobaan Kanisius.
untuk menciptakan produk makanan olahan  Sukarsa, Entjo. 2010. Tanaman Ganyong .
yang lebih beragam, melakukan inovasi Widyaiswara BBPP Lembang.
terhadap produk yang ditawarkan tidak hanya  Sutojo Siswanto. 2011. Tepung Ganyong
diolah menjadi tepung, meningkatkan Ciamis Goes to Singapura.
kapasitas mesin pengolah, meningkatkan
Melalui.http://urangciamis.blogspot.com/2011
kualitas tenaga kerja, mulai melakukan kontrak
kerja/kemitraan dengan konsumen tetap, /04/tepung-ganyong-ciamis-goes-to-
meningkatkan promosi langsung, singapura.html
menambah/memperluaspasokan bahan baku  Zuhri, Sepudin. 2010.Impor Terigu
dan menjaga hubungan baik dengan para Melonjak.
anggota, petani ganyong
Melalui.http://bataviase.co.id/node/15397
9

189
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS RISIKO USAHATANI BAYAM DENGAN SISTEM TANAM


HIDROPONIK
(STUDI KASUS DI PT KEBUN SAYUR SEGAR - PARUNG FARM,
KAMPUNG JATI, KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR, JAWA
BARAT)

RISK ANALYSIS IN SPINACH-GROWING BUSINESS USING


HYDROPONIC SYSTEM
(CASE STUDY OF PT KEBUN SAYUR SEGAR - PARUNG FARM,
KAMPUNG JATI, PARUNG DISTRICT, BOGOR REGENCY, WEST JAVA)
1
Widya Noormalahayati dan Endah Djuwendah2
1
Mahasiswa Program Studi Agribisnis 2 Staf Pengajar Prodi Agribisnis
Fakultas Pertanian UNPAD Jl. Raya Bandung KM 21, Jatinangor Telp. (022) 7796316

(e-mail : widyanoormala@gmail.com)

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber penyebab risiko dan seberapa besar
risiko, merumuskan strategi terbaik guna mengendalikan risiko usahatani bayam hidroponik di PT Kebun
Sayur Segar. Penelitian dilakukan dengan desain deskriptif kualitatif dan teknik penelitian studi kasus.
Identifikasi penyebab risiko menggunakan Fish Bone Diagram dengan merinci penyebab kegagalan dan
akibat terjadinya risiko berdasarkan sumber risiko produksi, pemasaran, keuangan dan sumber daya
manusia. Analisis risiko menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), menghasilkan risiko
berdasarkan nilai RPN (Risk Priority Number) dan RSV (Risk Score Value) tertinggi yang harus segera
dilakukan penanganan yaitu ilkim dan cuaca yang tidak menentu, kekurangan sinar matahari, tingginya
curah hujan dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Strategi preventif dilakukan untuk
menanggulangi risiko yang didominasi oleh faktor iklim dan cuaca sehingga PT Kebun Sayur Segar dapat
lebih memfokuskan untuk melakukan pencegahan, dengan perbaikan dan penambahan fasilitas serta
melengkapi green house dengan pemasangan indikator kelembaban, alat pengukur suhu dan intensitas
cahaya, konduktor dan pengkontrol pH. Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan diversifikasi produk,
diversifikasi dilakukan dengan cara memproduksi sayuran nondaun atau sayuran daun yang teksturnya lebih
kuat dan memiliki risiko produksi yang lebih kecil dibandingkan bayam.

Kata Kunci: Risiko, Usahatani, Bayam Hidroponik, PT Kebun Sayur Segar.

ABSTRACT. This aims of this study was to identify root causes of risk and how much the risk, formulate the
best strategy to control the risks of farming hydroponic spinach in PT Kebun Sayur Segar. In this research I
will try to evaluate and analyze the risks of the agricultural business. The research is done using descriptive
qualitative and case study research method. Risk causes identification using Fish Bone Diagram by detailing
what causes the failure and the outcome of the risks based on production, marketing, finance and human
resources. Risk analysis using FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) method, results a risk based on the
highest value of the RPN (Risk Priority Number) and RSV (Risk Score Value) which has to be taken care of
immediately, and those are climate changes, lack of sunlight, high rain intensity and gas price increase. The
preventive strategy is prepared to overcome the risks which are dominated by climate and weather factors,
so that PT Kebun Sayur Segar can focus more to do prevention by modifying and improving the facility and
also equip the greenhouse with humidity measurement instruments, thermometers, light intensity meters,
and also pH. conductivity meters and controllers. Risk management can be done through diversification.

190
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Diversification is implemented by producing non-leafy vegetables, or leafy vegetables which have thicker
texture leaves that will provide lower risks than spinach.

Keywords: Risk, Farming, Hydroponic Spinach, PT Kebun Sayur Segar.

PENDAHULUAN dan Jawa Timur sebesar 3.022 hektar. Selama


tahun 2008-2012, produksi bayam Kabupaten
Indonesia dikenal sebagai negara agraris Bogor berada diperingkat teratas (BPS, 2013).
yang berpotensi untuk dikembangkannya Bayam merupakan sayuran daun yang
tanaman sayur-sayuran yang sangat diperlukan sangat sensitif dalam masa pertumbuhannya.
tubuh dan bermanfaat guna memenuhi Produktivitas bayam berfluktuasi setiap tahunnya
kebutuhan hidup manusia. Sayuran sangat sehingga terkadang terjadi produktivitas aktual
berperan dalam pemenuhan pangan dan yang masih di bawah produktivitas potensialnya.
peningkatan gizi karena mengandung sumber Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko
vitamin, serat, dan mineral yang dibutuhkan usahatani, permasalahan tersebut juga terjadi
manusia. pada salah satu perusahaan sayuran hidroponik
Seiring dengan perkembangan teknologi terbesar di Indonesia yaitu PT Kebun Sayur Segar
dan ilmu pengetahuan, kesadaran masyarakat yang berlokasi di Kabupaten Bogor dan dikenal
akan kesehatan terutama asupan gizi dari dengan merek dagang Parung Farm.
konsumsi sayuran semakin meningkat. Hal ini Berdasarkan permasalahan tersebut
dibuktikan oleh produksi sayuran Indonesia yang diketahui identifikasi masalah adalah sebagai
meningkat setiap tahun dan laju pertumbuhan berikut :
produksi sayuran di Indonesia yang berkisar 1. Bagaimakah keragaan usahatani bayam
antara 7,7 s.d.24,2%/tahun (Suwandi, 2009) 8 hidroponik di PT Kebun Sayur Segar?
Data statistik pada tahun 2012 memperlihatkan 2. Apa sajakah yang menjadi sumber penyebab
konsumsi buah-buahan sebesar 34,55 risiko dan seberapa besar risiko yang dihadapi
kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi sayuran dalam usahatani bayam hidroponik di PT
sebesar 40,35 kg/kapita/tahun. Artinya, konsumsi Kebun Sayur Segar?
sayuran lebih tinggi dibandingkan dengan buah- 3. Bagaimakah strategi yang dapat diterapkan
buahan. untuk mengendalikan risiko usahatani bayam
Salah satu sayuran yang bergizi tinggi hidroponik di PT Kebun Sayur Segar?
adalah bayam. Bayam merupakan sayuran daun
yang digemari oleh semua lapisan METODE PENELITIAN
masyarakat.Daun bayam dapat dibuat berbagai
sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan Desain yang digunakan dalam penelitian
mewah. Di beberapa negara berkembang bayam ini adalah desain kualitatif sedangkan teknik
dijadikan sumber protein nabati karena memiliki penelitian adalah studi kasus (case study). Data
fungsi ganda, yakni pemenuhan kebutuhan gizi diperoleh dengan menggunakan teknik Purposive
dan juga pelayanan kesehatan masyarakat, Sampling untuk memilih informan yang terpercaya
sehingga permintaan konsumen akan bayam sebagai sumber informasi mengenai PT Kebun
sangat tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan Sayur Segar secara lengkap.
penghasil bayam terus melakukan produksi secara Data diperoleh dari hasil observasi dan
kontinu supaya pasokan bayam tetap tersedia. wawancara. Selanjutnya analisis data
Apa lagi bayam bisa tumbuh sepanjang menggunakan diagram tulang ikan (fish bone
tahun. Pada tahun 2011 konsumsi tahunan pada Diagram ) dan FMEA (Failure Mode and Effect
komoditas bayam sebesar 3,806 kg/kapita /tahun Analysis).
(Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2012). Fishbone diagram sering juga disebut
Pusat penanaman bayam di Indonesia sebagai diagram sebab akibat. Diagram tulang
berada di Pulau Jawa. Luas areal penanaman ikan dibuat untuk mengidentifikasi masalah-
bayam di Jawa Barat sebesar 4.273 hektar, masalah yang terjadi dari berbagai sumber
disusul oleh Jawa Tengah sebesar 3.479 hektar, penyebab risiko dalam usahatani.Analisis. Evaluasi
risiko yang berpontensi timbul dilakukan dengan
8 menggunakan metode Failure Mode and Effect
Pengembangan inovasi pertanian melalui Analysis (FMEA). Selanjutnya dilakukan analisis
pustaka.litbang.deptan.go.id [18/02/2014]

191
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

risiko dengan menggunakan grafik pareto. Grafik Hasil panen dari satu m2 luas panen bayam
pareto dibuat untuk menemukan masalah atau adalah 250 gram bayam atau setara dengan 4
penyebab yang merupakan kunci dari pack,dengan rata-rata luas panen bayam perhari
penyelesaian masalah. adalah 42 m2 dan rata-rata bobot bayam 76 kg.
PT Kebun sayur segar memasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN produknya ke berbagai retail modern yaitu
Keragaan Usahatani Bayam Hidroponik supermarket dan hipermarket. Harga bayam
hidroponik Rp.42.000/kg sedangkan harga di
Sub-sistem pertanian termasuk retail modern adalah Rp.15.000/pack.
didalamnya sarana produksi, jadi pengadaaan Pemasaran ke berbagai kota besar di Indo-nesia
sarana produksi merupakan proses yang cukup didistribusikan melalui retail modern yang
penting dalam usahatani. Sarana produksi bekerjasama dengan perusahaan melalui
usahatani meliputi benih, pupuk, nutrisi, peralatan pembayaran sistem beli putus.
hidroponik, air dan lain sebagainya. Pasar sasaran meliputi hipermarket,
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PT supermarket dan toko buah di wilayah
Kebun Sayur Segar di unit Kebun Parung memiliki Jabodetabek. Sebagian hasil panen di ekspor ke
luas lahan keseluruhan ± 3,8 Ha yang terdir atas supermarket yang berada di Korea dan Jepang.
fasilitas 5 Green-house, tempat penyemaian,
ruang sortasi, pengemasan dan pendinginan, Identifikasi Risiko Usahatani Bayam
ruang distri-butor, ruang administrasi, asrama, Hidroponik
mushola, bengkel, gudang dan 8 mobil
pengangkutan hasil. Sumber risiko yang diidentifikasi terbagi
Benih yang digunakan adalah bayam menjadi empat yaitu risiko produksi, risiko
varietas Amatanth 936 white leaf dengan merek pemasaran, risiko keuangan, dan risiko sumber
dagang Known-You Seed, Co., Ltd, Taiwan yang daya manusia. Sumber risiko usahatani bayam
diimpor dari Cina, Taiwan dan Belanda. Benih diidentifikasi menggunakan diagram sebab-akibat
tersebut memiliki daya kecambah 80%. (fish bone).
Teknik penanaman hidroponik yang
diterapkan PT Kebun Sayur Segar adalah Sumber Risiko Produksi
hidroponik substrat dan hidroponik NFT (Nutrien
Film Technique) termasuk aeroponik. Persemaian
benih bayam dilakukan menggunakan metode
hidropo-nik substrat dengan media berupa batu
kerikil, setelah disemai hingga sudah cukup umur
untuk dipindah tanam, bibit tanaman bayam
dibesarkan menggunakan metode hidroponik NFT
dan metode aeroponik.
Tipe green house yang diterapkan PT
Kebun Sayur Segar masih sederhana karena
menggunakan rangka dari bambu dengan atap
menggunakan plastik UV dan dinding
menggunakan paranet.
Panen bayam dilakukan apabila tana-man Gambar 1. Sumber Risiko Produksi
bayam telah memiliki bobot maksimal, waktunya
sekitar satu bulan. Proses pemanenan dilakukan Terdapat 4 sumber risiko produksi yakni
secara manual. Bayam diletakkan dalam tray lalu input produksi, material, lingkungan, dan teknis.
dicuci dan dibersihkan. Yang termasuk input produksi usahatani bayam
Tabel 1. Kriteria Panen Bayam di PT Kebun Sayur hidroponik adalah benih, pupuk (nutrisi), dan air.
Segar tahun 2013 Teridentifikasi benih berpotensi menjadi penyebab
Kriteria Panen Keterangan kegagalan produksi. Benih yang digunakan
Umur (hari) 15-18 adalah benih impor dari Taiwan dan Belanda yang
Bobot (gram/tanaman) 7-10 memiliki daya kecambah sekitar 80%. Namun
Tinggi (cm) 15-30 memiliki kelemahan menyebabkan kegagalan
Luas (m) 40-45
semai akibat benih hilang terbawa air hujan
Bobot panen (kg) ± 76
Waktu pemanenan (jam) 07.00 – 09.00

192
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

sebelum tumbuh dan kematian benih saat proses PT Kebun Sayur Segar masih terbatas di wilayah
persemaian akibat terserang hama dan penyakit. Jabodetabek dikarenakan kebun yang dimiliki
Material yang digunakan yaitu green masih hanya di wilayah Parung saja.
house dan peralatan hidroponik serta media Usahatani bayam hidroponik PT Kebun
tanam pada benih semai. Material harus dikontol Sayur Segar memiliki pesaing, yaitu produk
secara kontinu agar proses produksi menjadi sejenis berupa bayam konvensional dan bayam
optimal. Kerusakan green house disebabkan oleh organik, serta produsen produk sayuran
kurangnya perlakuakan pembaharuan dan hidroponik yang sudah memiliki brand dan
kerusakan peralatan hidroponik akibat kurangnya konsumen tersendiri karena sudah lebih dahulu
pemeliharaan secara berkala. berdiri.
Lingkungan berupa iklim dan cuaca yang Persaingan yang sehat akan
tidak sesuai dengan kebutuhan tumbuh bayam menghasilkan pasar yang sehat pula. PT Kebun
serta hama dan penyakit yang menyerang Sayur Segar harus terus meningkatkan kualitas
tanaman bayam. produknya, dan menjaga kontinuitas produknya
Penyebab kegagalan di bidang teknis agar dapat memenuhi permintaan pasar serta
hidroponik terdiri dari sistem dan tenaga kerja. dapat bersaing di pasaran.
Sistem terdiri dari gangguan jaringan irigasi NFT Sumber risiko usahatani bayam
(Nutrient Film Technique). hidroponik yang teridentifikasi dari bidang
Risiko produksi bayam hidroponik yang pemasaran lainnya yaitu sifat produk yang mudah
dialami oleh PT Kebun Sayur Segar adalah rusak. Hal ini menjadi penyebab produk yang
terganggunya pertumbuhan bayam sehingga sebelumnya telah lolos sortasi ditolak oleh pihak
kualitas dan kuantitas menurun seperti busuk retail, akibat kesalahan pada saat pascapanen
akar, penyusutan bobot, batang jangkis, layu ataupun karena kesalahan teknis pada saat
serta yang paling buruk adalah gagal panen pengiriman.
PT Kebun Sayur Segar memasarkan produk
Sumber Risiko Pemasaran bayam setiap harinya dengan jumlah yang
berbeda-beda disesuaikan dengan permintaan
dari pihak retail modern. Oleh karena itu
perusahaan harus menyesuaikan panen dan
tanam yang dilakukannya setiap hari.

Sumber Risiko Keuangan

Gambar 2. Sumber Risiko Pemasaran

Penyebab risiko pemasaran adalah


konsumen, pasar, lingkungan dan teknis. Dalam
pemasaran konsumen merupakan target utama
Gambar 3. Sumber Risiko Keuangan
perusahaan dalam mema-sarkan produknya.
Pengetahuan konsumen mengenai produk
Sumber risiko keuangan utama yaitu
hidroponik masih rendah. Hal ini dikarenakan
biaya, material, lingkungan, dan metode. Risiko
pelaku pertanian dengan sistem hidroponik masih
biaya adalah pengeluaran tidak terduga,
sangat jarang. Keenganan petani
pengeluran biaya produksi yang lebih besar dari
membudidayakan bayam secara hidro-ponik
biaya normal atau bahkan lebih besar dari
karena memerlukan modal yang besar dan
pendapatan akan menyebabkan penurunan
teknologi tinggi.
omset. Sumber risiko keuangan lainnya adalah
Pasar dari produk bayam hidroponik
sumber modal. Seringkali PT Kebun Sayur Segar
adalah pasar modern berskala besar. Cakupan
dihadapkan pada keterbatasan modal karena
pasar produk bayam hidroponik yang diproduksi

193
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

hanya mengandalkan modal pribadi. Masalah


permodalan ini juga yang menjadikan sulitnya Analisis Risiko Usahatani Bayam Hidroponik
perkembangan pasar. di PT Kebun Sayur Segar
Lingkungan memberikan pengaruh yang
cukup besar seperti kebijakan pemerintah berupa RPN dihitung untuk mengetahui nilai prioritas
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan risiko yang harus segera ditangai, dan RSV. Risiko
tarif dasar listrik. yang memiliki nilai RPN paling tinggi merupakan
Pasar tujuan dari bayam hidroponik yaitu penyebab yang berpengaruh terhadap seluruh
pasar swalayan (retail modern) sebagai pemasok aktivitas PT Kebun Sayur Segar yang akan dapat
barang, sehingga sistem pembayaran dengan mempengaruhi hasil produksi, pengembangan
retail berdasarkan dengan MoU atau kontrak yang pasar, dan pendapatan.
diajukan oleh pembeli. Sistem pembayaran
produk yaitu pembayaran barang pertama Tabel 2. Skor Kejadian, Keparahan, dan Deteksi
dilakukan 21 hari setelah masuknya barang Risiko Usahatani Bayam Hidroponik
kedua, berakibat pemasukan uang menjadi
tertundadan perputaran kas (cash flow) berjalan
lambat.

Sumber Risiko Sumber Daya Manusia

Gambar 4. Sumber Risiko SDM

Sumber risiko sumber daya manusia


meliputii yakni kualitas dan manajemen. Kualitas
sumber daya manusia dapat terukur dari latar
belakang pendidikan yang dimiliki. Produktivitas
tenaga kerja teridentifikasi sebagai sumber risiko
yang disebabkan oleh tinggi rendahnya
pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja
tersebut. Apabila sistem pengaturan tenaga kerja
tidak diatur dengan baik, maka akan timbul
masalah karena peru-sahaan mengeluarkan
tenaga dan biaya ekstra untuk melakukan
pelatihan tenaga kerja baru.
Permasalahan manajemen sumber daya Keterangan :
manusia disebabkan oleh tingkat kete-litian dan Occ. : Occurance (frekuensi kejadian penyebab
kedisiplinan tenaga kerja yang bera-gam. Namun risiko)
hal tersebut dapat diperbaiki dengan Sev. : Severity (tingkat keparahan efek risiko)
menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja agar Det. :Detection(kemampuan mendeteksi pe-
lebih berkualitas, sehingga dapat bekerja nyebab risiko)
maksimal dalam memajukan perusahaan, optimal RPN : Risk Priority Number (nomor prioritas
dalam produksi, dan kompeten dalam risiko)
menghadapi perkembangan pasar.

194
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

RSV : Risk Score Value (nilai skor risiko) berdasarkan nilai kritis dari Risk Priority Number
dan Risk Score Value usahatani bayam hidroponik
Berdasarkan Tabel 2, RPN yang paling tinggi di PT Kebun Sayur Segar.
didomonasi oleh faktor alam, mulai dari iklim dan
cuaca yang tidak menentu, kekurangan sinar 900 Iklim dan
matahari, dan tingginya curah hujan. Selanjutnya 800
cuaca
diikuti oleh kenaikan harga BBM, serangan hama 700
tidak
menentu
Kekurang
ulat dan kumbang, kenaikan tarif dasar listrik, 600
Kenaikan
an sinar
munculnya jamur pada musim hujan, fluktuasi harga Tingginya
matahari
500
permintaan pasar, munculnya perusahaan BBM
Fluktuasi curah
400
pesaing, dan benih hilang terbawa air hujan. Kenaikan permintaa Serangan hujan
300 tarif dasar n pasarMunculnyhamaMunculny
Kehilanga
listrik Kontrak aCashKematian
jamurflowa pesaing
200
n benih bibit
1000 100 pembayar lambat
800 0
an kurang
600 0 20 baik
40 60 80 100
400
200 Gambar 7. Grafik Pareto Risiko Usahatani Baya
0 Berdasarkan RPN dan RSV

Daerah kanan atas merupakan risiko


dengan kemungkinan terjadi, dan keparahan yang
besar serta kemampuan dekteksi yang rendah
Gambar 5. Grafik Pareto RPN sehingga merupakan risiko mendesak yang perlu
penanganan secepatnya. Pada daerah tersebut
RPN yang nilainya tertinggi berarti menjadi terdapat risiko ilkim dan cuaca yang tidak
risiko yang memiliki prioritas penanganan yang menentu, kekurangan sinar matahari, kenaikan
juga tinggi sehingga perusahaan tidak mengalami harga BBM, dan tingginya curah hujan. Risiko-
kerugian dan tetap eksis dipasaran. risiko tersebut merupakan yang paling kritis
karena memiliki dampak yang besar terhadap
kelangsungan produksi bayam hidroponik di PT
100 Kebun Sayur Segar.
80
60 Strategi Pengendalian Risiko
40
20 Diketahui bahwa risiko paling tinggi
disebabkan oleh iklim dan cuaca serta kenaikan
Tingginya…

Kenaikan…

Munculnya…
Perputaran…
Iklim dan…

Kontrak…
Kekuranga…

Kematian…

0
harga bahan bakar minyak. Terdapat beberapa
cara untuk mengatasi risiko usahatani, cara
preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya
risiko yang dilakukan apabila probabilitas risiko
besar. Upaya pencegahan risiko produksi
Gambar 6. Grafik Pareto Risk Score Value dilakukan dengan memperbaiki dan pemeliharaan
fungsi greenhouse.
RSV tertinggi didominasi oleh risiko dari Strategi preventif juga dapat dilakukan
kegiatan produksi diikuti oleh risiko keuangan untuk mencegah penyebab risiko pemasaran
berupa kenaikan harga BBM, perputaran kas dengan cara melakukan survei ke pasar-pasar
(cash flow) yang lambat, dan kontrak tujuan mengenai kebutuhan dan keinginan pasar
pembayaran dengan ritel kurang baik. terhadap produk bayam hidroponik sehingga
Berdasarkan RPN dan RSV tertinggi kemudian perencanaan produksi dapat terpenuhi dan tidak
langkah selanjutnya dilakukan Analisis Pareto terjadi overproduksi ataupun underproduksi.
yang digunakan untuk memperjelas risiko mana Strategi yang dapat dipilih sebagai opsi
yang menjadi prioritas dan penyebab risiko paling risiko keuangan yaitu dengan cara mitigasi,
tinggi. stategi penanganan risiko guna memperkecil
Diagram pencar pada Gambar 7, dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi
pengelompokan risiko berdasarkan RPN dan RSV di PT Kebun Sayur Segar. Kenaikan harga bahan
membagi grafik menjadi empat bagian

195
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

bakar minyak (BBM) dan kenaikan tarif dasar produksi, kenaikan harga BBM dan kenaikan
listrik merupakan risiko yang sangat sulit dihindari tarif dasar listrik dari sumber risiko keuangan.
karena kebutuhan bahan bakar untuk kebutuhan Berdasarkan grafik pareto di dapat risiko yang
produksi maupun kegiatan distribusi sangat besar berada di daerah paling kritis yaitu iklim dan
dan dilakukan secara terus menerus. cuaca serta kenaikan harga BBM.
PT Kebun Sayur Segar dapat melakukan 3. Strategi preventif yang dapat dilakukan oleh
pengalihan risiko (risk transfer) dengan PT Kebun Sayur Segar dalam proses produksi
mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain adalah memperbaiki dan memelihara
melalui penggunaan asuransi. Selain itu dapat greenhouse untuk memanipulasi cuaca.
dilakukan dengan diversifikasi produk. Strategi mitigasi yang dapat dilakukan yaitu,
Diversifikasi adalah salah satu usaha diversifikasi produk sayuran hidroponik
penganekaragaman produk untuk menghindari nondaun yang lebih kuat dan tidak rentan
ketergantungan hanya pada satu produk rusak saat penanaman.
pertanian. Diversifikasi dapat dilakukan PT Kebun
Sayur Segar dengan cara memproduksi sayuran DAFTAR PUSTAKA
nondaun atau sayur daun yang teksturnya lebih
kuat, sehingga memiliki risiko produksi yang lebih  Rodjak. Abdul 2005. Dasar-dasar Manajemen
kecil dibandingkan bayam. Usahatani. Fakultas Pertanian Universitas
Diversifikasi tidak dapat menghilangkan Padjadjaran. Bandung: Pustaka Giratuna.
risiko tapi dapat menekan risiko yang ada.  Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Bayam
Dengan kata lain, walaupun PT Kebun Sayur Provinsi Jawa Barat. http://jabar.bps.go.id
Segar sudah melakukan cara diversifikasi sebagai [25/02/2014]
strategi pengendalian risiko, tetapi PT Kebun  Deptan Tanaman Pangan Jawa Barat. 2013.
Sayur Segar tetap akan dihadapkan pada risiko, Produktivitas Bayam Kabupaten Bogor.
namun tingkat risiko yang ada akan lebih kecil. <http://diperta.jabarprov.go.id>
[27/02/2014]
SIMPULAN  Gumbira S dan Harizt Intan, 2004.
Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia
1. Keragaan usahatani bayam hidroponik di PT Indonesia
Kebun Sayur Segar meliputi pengadaan input  Harwood J et all. 1999. Managing Risk in Far-
modal, benih dan tenaga kerja. Proses ming: Concept, Research, and Analy-sis. U.S:
produksi bayam hidroponik terdiri dari Economic Research Service.
persemaian, penanaman, pemeliharaan,  Herman Darmawi. 2006. Manajemen Risiko.
pemanenan, dan pascapanen. Persemaian Jakarta: PT Bumi Aksara
dilakukan di luar greenhouse dan penanaman  Lanny Lingga. 2010. Cerdas Memilih Sayuran.
dalam greenhouse. Kegiatan produksi bayam Indonesia: Agro Media Pustaka.
dilakukan setiap hari dengan tanam bayam  Lembaga Penelitian dan Pengembangan
sekitar 30 hari. PT Kebun Sayur Segar hanya Departemen Petanian. 2013. Konsumsi
memasarkan produknya ke pasar modern Produk Hortikultura
karena pangsa pasar produk bayam hidroponik Indonesia.<pustaka.litbang.deptan.go.id>
adalah konsumen menengah ke atas. [28/03/2014]
2. Sumber risiko usahatani bayam hidroponik di  Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2012.
PT Kebun Sayur adalah risiko produksi, risiko Statistik Konsumsi Pangan. Susenas.
pemasaran, risiko keuangan, dan risiko sumber Sekertariat Jendral Kementerian Pertanian.
daya alam. Risiko tertinggi didominasi oleh  Rahmat Rukmana. 1994. Bayam Bertanam &
sumber risiko produksi yaitu iklim dan cuaca, Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta:
serangan hama dan penyakit, dan kematian Kanisius.
bibit. Sumber risiko pemasaran yang termasuk  Soekartawi, R. 2003. Risiko dan
ke dalam risiko tertinggi adalah sifat produk Ketidakpastian dalam Agribisnis. Jakarta: PT
mudah rusak, munculnya pesaing produk Raja Grafindo Persada.
sejenis, dan terbatasnya pasar. Sedangkan
modal yang besar, fluktuasi harga input

196
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENERAPAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)


LOT FOR LOT DI INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK AKAR WANGI
PT. PULUS WANGI NUSANTARA, GARUT
Abdul Halim Basith1, Pandi Pardian2, Trisna Insan Noor3

1. Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung.


2, 3. Staf Pengajar di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia

(e-mail : pandip3@gmail.com /bdooel@gmail.com)

ABSTRAK. Eksportir membutuhkan minyak akar wangi yang kontinyu setiap bulanya dari produsen minyak
akar wangi, untuk memenuhi permintaan minyak akar wangi PT. Pulus Wangi Nusantara harus memproduksi
minyak akar wangi secara kontinyu, oleh sebab itu PT. Pulus Wangi Nusantara juga harus menyiapkan
kebutuhan bahan baku untuk bisa berproduksi terus menurus namun hal tersebut tidak bisa dipenuhi hanya
dari lahan PT. Pulus Wangi Nusantara tetapi juga harus membeli. Penyediaan bahan baku untuk
memproduksi minyak akar wangi secara kontinyu menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan dan pengendalian bahan baku di PT. Pulus Wangi
Nusantara dan mengetahui penerapan Metode material requirement planning pada proses perencanaan dan
pengendalian persediaan bahan baku minyak akar wangi di PT. Pulus Wangi Nusantara. Metodologi
penelitian ini adalah penelitian desain kualitatif dengan teknik penelitian studi kasus. Perencanaan dan
pengendalian bahan baku yang dilakukan perusahaan akan dianalisis secara deskriptif, kemudian dianalisis
menggunakan MRP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa PT. Pulus Wangi Nusantara dalam 1 tahun
melakukan pemesanan akar wangi sebanyak 16 kali, pemesanan oli bekas sebanyak 36 kali. Jika
menggunakan Metode MRP perusahaan hanya melakukan pemesanan akar wangi sebanyak 8 kali dan oli
bekas sebanyak 12 kali dalam 1 tahun. Dengan Metode MRP perusahaan bisa menghemat biaya persediaan
sebesar 13,77% % dalam 1 tahun.

Kata kunci: MRP, akarwangi, manajemen persediaan

PENDAHULUAN baku disetiap akhir bulanya terdapat sisa


persediaan sebanyak 20 ton.
Eksportir membutuhkan minyak akar Dalam proses produksi pada industri
wangi yang kontinyu setiap bulanya dari produsen pengolahaan, ketersediaan bahan baku yang terus
minyak akar wangi, untuk memenuhi permintaan menerus atau kontinyu merupakan hal yang
minyak akar wangi dari eksportir, PT. Pulus Wangi sangat penting bagi keberlangsungan produksi
Nusantara harus memproduksi minyak akar wangi untuk memenuhi permintaan. Apabila kekurangan
secara kontinyu juga. Oleh sebab itu PT. Pulus persediaan bahan baku akan menghambat proses
Wangi Nusantara juga harus menyiapkan produksi, dan jika terdapat kelebihan persediaan
kebutuhan bahan baku untuk bisa berproduksi akan menambah biaya penyimpanan. Untuk
terus menurus namun hal tersebut tidak bisa mencegah terjadinya hal tersebut, perusahaan
dipenuhi hanya dari lahan PT. Pulus Wangi harus melakukan perencanaan dan pengendalian
Nusantara tetapi juga harus membeli akar wangi kebutuhan bahan baku. Perencanaan dan
dari petani lain. Untuk memproduksi minyak akar pengendalian bahan baku dilakukan agar
wangi, diperlukan juga oli bekas untuk bahan ketersediaan bisa terjaga sehingga tidak
bakan dan juga air setiap bulan. Keterbatasan menghalangi proses produksi.
bahan baku terutama akar wangi yang diproduksi Selama ini PT. Pulus Wangi Nusantara
dari lahan milik perusahaan hanya bisa memenuhi dalam melakukan perencanaan dan pengendalian
kebutuhan akar wangi untuk 4 bulan saja ketersediaan bahan baku hanya melakukan
sehingga perlu dilakukan pembelian bahan baku berdasarkan pengalaman yang dilakukan selama
akar wangi. Setelah melakukan pembelian bahan in, tanpa memakai rujukan metode pengendalian
197
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

manapun sehingga bisa menyebabkan terjadinya Status persediaan ini harus diketahui untuk
penumpukan akarwangi disetiap akhir periodenya setiap bahan atau item dan diperbaharui
(bulan). Fenomena ini yang menjadi dasar dan setiap terjadi perubahan untuk menghindari
melatar belakangi penelitian ini, dari penelitian ini adanya kekeliruan dalam perencanaan.
diharapkan bisa diaplikasikan oleh PT. Pulus
Wangi Nusantara untuk pengembangan bisnisnya. Keluaran MRP sekaligus juga mencerminkan
kemampuan dan ciri dari MRP, yaitu : (Gaspersz,
METODE PENELITIAN 1998)
1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan
Metode penelitian yang digunakan untuk Terencana) adalah penentuan jumlah
masalah manajemen persediaan pada penelitian kebutuhan material serta waktu
ini adalah dengan menggunakan metode MRP pemesanannya untuk masa yang akan datang.
(Material Requirement Planning). Metode MRP 2. Order Release Report (Laporan Pengeluaran
merupakan metode yang baik digunakan untuk Pesanan) berguna bagi pembeli yang akan
situasi permintaan bergelombang secara tipikal, digunakan untuk bernegosiasi dengan
karena permintaan tersebut bersifat dependen. pemasok, dan berguna juga bagi manejer
Kebutuhan bahan-bahan baku minyak akar wangi manufaktur, yang akan digunakan untuk
tergantung terhadap jumlah permintaan minyak mengontrol proses produksi.
akar wangi, sehingga metode ini sangat cocok 3. Changes to planning Orders (Perubahan
untuk perencanaan dan pengendalian bahan baku terhadap pesanan yangtelah direncanakan)
perusahaan. adalah yang merefleksikan pembatalan
Masukan dalam penerapan dan analisis pesanan, pengurangan pesanan, pengubahan
dengan menggunakan Metode MRP yang terdiri jumlah pesanan.
dari: 4. Performance Report (Laporan Penampilan)
1. Jadwal Induk Produksi (Master production suatu tampilan yang menunjukkan sejauh
schedule) Merupakan suatu rencana produksi mana sistem bekerja, kaitannya dengan
yang menggambarkan hubungan antara kekosongan stock dan ukuran yang lain.
kuantitas setiap jenis produk akhir yang
diinginkan dengan waktu penyediaannya. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Struktur Produk (Product structure Record &
Bill of Material) Merupakan kaitan antara PT. Pulus Wangi Nusantara adalah
produk dengan komponen penyusunnya. perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi
Informasi yang dilengkapi untuk setiap atau penyulingan minyak akar wangi yang terletak
komponen ini meliputi : Jenis komponen, di Kampung Legok Pulus, Desa Sukakarya,
Jumlah yang dibutuhkan, Tingkat Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut.
penyusunannya. Selain ini ada juga masukan Perusahaan ini adalah salah satu perintis usaha
tambahan seperti : minyak akar wangi yang berada di Garut, usaha
a. Pesanan komponen dari perusahaan lain penyulingan keluarga ini keberadaannya sudah
yang membutuhkan ada sejak zaman penjajahan belanda, H. Ede
b. Peramalan atas item yang bersifat tidak Kadarusman pemilik sekaligus direktur utama PT
bergantungan. Pulus Wangi Nusantara merupakan generasi
3. Status Persediaan (Inventory Master File atau ketiga dari keluarganya yang menjalankan dan
Inventory Status Record) Menggambarkan melanjutkan usaha penyulingan.
keadaan dari setiap komponen atau material Dalam sebuah sistem produksi suatu
yang ada dalam persediaan, yang berkaitan produk, ada tiga subsistem utama yaitu input,
dengan : proses dan output, begitupun dalam perusahaan
a. Jumlah persediaan yang dimiliki pada PT. Pulus Wangi Nusantara ini dalam
setiap periode (on hand inventory ) memproduksi minyak akar wangi. Perusahaan
b. Jumlah barang dipesan dan kapan akan membutuhkan akar wangi, oli bekas dan air
datang (on order Inventory ) sebagai input, untuk diproses dalam proses
c. Waktu ancang – ancang ( lead time ) dari penyulingan, sehingga menghasilkan output
setiap bahan. berupa minyak akar wangi

198
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

•Akar Wangi
Proses •Minyak Akar Wangi
•Air
•Pembersihan
•Oli Bekas
•Pengeringan
•Perajangan
•Isi Ketel
•Penulingan
Input Output

Gambar 3. Sistem Produksi Minyak Akar Wangi

Proses produksi pada industri penyulingan akar atsiri) digabarkan pada diagram berikut ini:
wangi menjadi minyak akar wang (minyak

Akar wangi Pencucian Pengeringan

Pengisian ketel Perajangan

Penyulingan

Pemisahan minyak

Penampungan minyak

Gambar 4. Diagram Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi

Diagram proses penyulingan akar wangi penyulingan perketelnya dibutuhkan sebanyak


di atas merupakan urutan prose atau standar kurang lebih 2 ton akar wangi basah yang setelah
operasional yang biasa dilakukan oleh perusahaan dikeringkan mengalami penyusutan 40 sampai 50
dalam memproduksi minyak akar wangi (minyak persen massa akar tersebut, sehingga dalam 1
atsiri), urutan standar kerja tersebut harus diikuti ketel tersebut berisikan kurang lebih 1 ton akar
agar bisa mendapatkan hasil minyak dengan kering.
kuantitas yang tinggi dan diikuti dengan kualitas Proses penyulingan menggunakan bahan
yang baik. bakar dari oli bekas dengan alasan lebih mudah
didapat dibandingkan kayu bakar dan lebih murah
Persediaan Bahan Baku Perusahaan jika dibandingkan dengan menggunakan bahan
bakar solar.
Bahan baku utama untuk memproduksi Bahan baku utama akar wangi didapatkan
minyak akar wangi adalah akar wangi yang sudah perusahaan dengan cara budidaya di lahan seluas
dikeringkan dan juga bahan bakar untuk proses 20 Ha yang dimilik oleh perusahaan. Selain
penyulingan yang berupa oli bekas dan juga air budidaya di lahan sendiri perusahaan melakukan
untuk proses penguapan. Untuk sekali pembelian akar wangi pada petani-petani akar
199
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

wangi yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Biaya Persediaan


Samarang dan Bayongbong dengan alasan akar
wangi yang dibudidayakan oleh perusahaan Biaya Persediaan merupakan seluruh
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
produksi minyak akar wangi selama setahun. Dari menjamin ketersediaan bahan baku untuk
1 ha lahan bisa dihasilkan kurang lebih 12-14 ton keberlangsungan produksi perusahaan, biaya
akar wangi basah berarti dari 20 Ha luas lahan persediaan yang akan dihitung terdiri dari biaya
yang ada hanya bisa dihasilkan akar wangi pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya total
sebanyak kurang lebih 240 – 280 ton akar basah. persediaan perusahaan dalam 1 bulan adalah
Perusahaan perbulan memproduksi sebagi berikut
minyak akar wangi sebanyak 300 kg dari 60 ton
akar wangi basah atau 30 ton akar wangi kering, Tabel 2. Biaya Persediaan Perusahaan 1 bulan
akar wangi hasil budidaya perusahaan hanya Bahan Pemesanan Penyimpanan Jumlah
cukup untuk produksi selama kurang lebih 4 bulan baku
pertama di awal tahun saja. Untuk memenuhi Akar Rp Rp 660.000 Rp
kebutuhan produksi tahunan perusahaan membeli Wangi 3.103.000 3.763.000
akar wangi basah ke petani dengan harga Oli Rp. - Rp.
Rp.2.500 per kilogramnya dari beberapa petani Bekas 2.404.500 2.404.500
akar wangi yang ada disekitar Garut. Air Rp. 50.000 - Rp.
Pemesanan akar wangi dilakukan dari 50.000
akhir bulan April sampai Desember, dalam satu Total Rp.
bulan perusahaan melakukan pemesanan 6.217.550
sebanyak 2 kali dengan sekali pemesanan
sebanyak 30. Dalam satu tahun dilakukan Lead Time (Waktu Ancang)
pemesanan sebanyak 16 kali pemesanan
Pemesanan oli dilakukan tiap bulan 3 kali Lead Time atau waktu ancang dalam
jadi dalam 1 tahun dilakukan 36 kali pemesanan penelitian ini ialah lead time pemesanan atau
oli untuk bahan bakar. Berikut ditabelkan data pembelian, lead time merupakan tenggat waktu
pembelian akar wangi dan oli dimulai pada bulan atau jarak dari saat perusahaan melakukan
Mei sampai dengan Desember karena kebutuhan pemesanan sampai dengan barang masuk ke
akar wangi mulai dipesan dari Bulan Mei dalam pabrik atau kedalam tempat penyimpanan.
sedangkan untuk olei tetap dilakukan dari bulan Setiap barang memiliki waktu ancang yang
Januari. berbeda-beda karena pembelian dilakukan ke
supplier yang berbeda pula. Menurut hasil
Tabel 1. Pemesanan Akar Wangi dan Oli pada wawancara waktu ancang pembelian akar wangi 1
bulan Mei sampai Desember minggu, sedangkan untuk oli bekas
Mulai Pesan Akar Oli membutuhkan waktu ancang selama kurang lebih
Wangi 4-5 hari . Lead time setiap barang dapat dilihat
Mei – Desember (2 16 Kali pada tabel berikut.
kali/Bulan)
Januari – Desember (3 36 kali Tabel 3. Waktu Ancang Pembelian
kali/Bulan) Komponen Lead Time
Akar Wangi Tanam 1 Tahun
Perencanaan kebutuhan air perusahaan Akar Wangi Beli 1 minggu
setiap harinya membutuhkan air sebanyak 400 Oli bekas 4-5 hari
liter atau kebutuhan perbulanya sama dengan
12.000 liter air, untuk kebutuhan air ini Master Production Schedule
perusahaan tidak perlu untuk melakukan
pemesanan karena untuk kebutuhan air setiap Master Production Schedule (MPS)
harinya dipenuhi dari air tanah yang mengalir. merupakan jadwal rencana produksi yang dimiliki
Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk perusahaan untuk dijadikan acuan sehingga bisa
kebutuhan air ini adalah Rp.50.000 per bulannya. merencanakan bahan baku yang harus disediakan
setiap bulanya untuk memenuhi rencana produksi

200
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

yang telah direncanakan oleh perusahaan. Perusahaan rata rata menghasilkan minyak dari
hasil penyulingan kurang lebih sebesar 300 kg
minyak akar wangi perbulanya seperti bisa dilihat
di tabel 4.

Tabel 4. Rencana Produksi Minyak Akar Wangi


Periode Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Des
Rencana
300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Produksi

Bill of Material Dalam penelitian ini komponen atau


Minyak akar wangi adalah produk utama bahan baku yang akan dibahas adalah
yang diproduksi oleh PT. Pulus Wangi Nusantara, penyediaan akar wangi, bahan bakar yaitu berupa
yang berbahan dasar akar dari tanaman akar oli bekas dan juga air. Adapun struktur produk
wangi dengan bahan bakar oli bekas dan bahan minyak akar wangi dapat dilihat pada gambar
tambahan air untuk proses penyulingan uap air. sebagai berikut.

Minyak Akar
Level 0 wangi

10 Kg

Level 1

Akar Wangi Oli bekas (beli) Air

Keterangan: 2 Ton (2000kg) 300 Liter 400 Liter


LT= Lead Time
Tanam LT 1 Tahun LT 4 hari

Gambar 5. Struktur Produk Minyak Akar Wangi

Bill of material atau daftar kebutuhan kebutuhan produk minyak akar wangi dapat
dibuat berdasarkan struktur produk, daftar dilihat dalam tabel sebagai berikut

Tabel 5. Bill of Material Minyak Akar Wangi


Kode Komponen Kode level Deskripsi Kebutuhan Produksi Perhari
A 0 Minyak akar wangi 10 Kg
B 1 Akar Wangi 2.000 Kg
C 1 Oli Bekas 300 liter
D 1 Air 400 liter

Untuk produksi setiap bulan perusahaan Material Requirement Planning teknik Lot
mampu memproduksi kurang lebih 300 kg minyak For Lot
akar wangi, untuk mencapai target produksi
perusahaan harus menyediakan bahan baku Metode pengendalian bahan baku MRP
berupa akar wangi sebanyak 2 ton perharinya dan dengan teknik lot for lot merupakan cara untuk
oli bekas sebanyak 300 liter atau kurang lebih 1,5 menentukan lot atau jumlah pemesanan sama
drum perharinya serta air untuk mengukus dengan kebutuhan bersih dalam satu periode,
sebanyak 400 liter per harinya. besarnya pemesanan itu diharapkan bisa
memenuhi kebutuhan bahan baku yang
201
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

digunakan pada bulan tersebut. Berikut wangi dan juga kebutuhan bahan baku selama
pemaparan MRP lot for lot produk minyak akar setahun.

Tabel 6. MRP Produk Minyak Akar Wangi


p0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
NR 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
POP 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
POR 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
P= Periode (bulan)

MRP dari produk minyak akar wangi diturunkan menjadi MRP kebutuhan bahan bahan
diatas adalah turunan dari master production baku selama 1 tahun.
schedule atau jadwal rencana produksi yang telah Persediaan bahan baku akar wangi di
dibuat untuk satu tahun atau selama 12 periode. awal tahun memiliki persediaan sebesar 260 ton,
Setiap bulannya perusahaan harus memproduksi dari tabel MRP di atas menunjukan bahwa
minyak akar wangi sebesar 300 kg dengan persediaan akar wangi dari hasil budidaya milik
produksi setiap harinya kurang lebih 10 kg minyak persediaan habis pada periode 5 atau bulan mei
akar wangi. dan bulan itu juga menunjukan bahwa masih
Untuk memproduksi 10 kg minyak akar membutuhkan akar wangi sebesar 40 ton,
wangi tersebut, diperlukan bahan bahan seperti sehingga perusahaan harus membeli sebanyak
akar wangi sebanyak 2 ton, bahan bakar berupa yang dibutuhkan tersebut untuk bulan mei dan
oli bekas 300 liter dan air sebanyak 400 liter. dari bulan bulan selanjutnya juni sampai desember
MRP produk minyak akar wangi diatas maka bisa perusahaan harus membeli sebanyak 60 ton akar
wangi perbulanya.

Tabel 7. MRP Akar Wangi (lot for lot)


p0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
GR 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
SR
OH 260 260 200 140 80 20
NR 40 60 60 60 60 60 60 60
POP 40 60 60 60 60 60 60 60
POR 40 60 60 60 60 60 60 60
P= Periode (bulan)

Kebutuhan perusahaan akan oli bekas masing pemesanan sebesar 15 drum atau sama
setiap bulannya adalah sebanyak 9.000 liter oli dengan 3.000 liter, tetapi dengan menggunakan
bekas atau sama dengan 45 drum, perusahaan teknik lot for lot ini hanya melakukan pemesanan
biasanya melakukan pembeliaan oli bekas 1 kali saja setiap bulanya.
sebanyak 3 kali setiap bulannya dengan masing

Tabel 8. MRP Oli Bekas satu tahun (lot for lot) dalam ribuan liter
p0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
GR 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
SR
OH
NR 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
POP 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
POR 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Keterangan: P= Periode (Bulan)

Kebutuhan air perusahaan setiap penyulingan minyak akar wangi. Namun untuk
produksinya yaitu 400 liter sehingga sebulan kebutuhan air ini tidak perlu melakukan
membutuhkan 12.000 liter air untuk proses pemesanan seperti bahan yang lainya karena
202
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kebutuan air setiap harinya tersedia langsung pada saat dibutuhkan tersebut.
Tabel 9. MRP Air (lot for lot) dalam ribuan liter
p0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
GR 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
SR
OH
NR 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
POP 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
POR 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
P= Periode (Bulan)

Berdasarkan Metode MRP teknik lot for lot biaya yang harus dikeluarkan, tetapi dalam MRP
ini diketahui untuk bahan baku akar wangi teknik lot for lot ini tidak ada biaya penyimpanan
dilakukan pemesanan sebanyak 8 kali selama 1 yang harus dikeluarkan karena di setiap akhir
tahun mulai bulan Mei sampai dengan bulan periode tidak ada persediaan yang tersisa.
desember dengan kuantitas setiap pesanannya Dengan adanya pemesanan atau
yaitu 60 ton kecuali pada bulan Mei yang hanya pembelian yang dilakukan, maka MRP teknik lot
mempunyai kebutuhan 40 ton, kuantitas for lot ini akan mengeluarkan biaya. Biaya-biaya
pemesanan dalam MRP teknik lot for lot dilakukan yang dikeluarkan metode ini bisa dilihat pada
berdasarkan kebutuhan setiap bulanya. tabel berikut.
Pemesanan dan penyimpanan baku menimbulkan

Tabel 10. Biaya Persediaan MRP lot for lot


Bahan Pemesanan Penyimpanan Jumlah
baku
Akar Wangi Rp 3.051.500 - Rp 3.051.500
Oli Bekas Rp. - Rp.
2.301.500 2.301.500
Air Rp. 50.000 - Rp. 50.000
Total Rp.
5.403.000

Biaya persediaan yang dikeluarkan oleh kebutuhan yang tidak terpakai yang bisa
Metode ini merupakan biaya yang harus menimbulkan biaya penyimpanan.
dikeluarkan setiap periodenya atau setiap bulanya Biaya pemesanan akar wangi sebesar itu
yaitu berupa biaya pemesanan dan biaya dikeluarkan setiap periodenya kecuali untuk
penyimpanan. Metode MRP dengan teknik lot for periode 5 atau pada bulan Mei perusahaan hanya
lot ini perusahaan hanya harus mengeluarkan harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 2.051.500
biaya pemesanan saja, sedangkan biaya karena pada periode tersebut kebutuhan akar
penyimpanan tidak ada karena langsung wangi yang harus dibeli perusahaan sebanyak 40
digunakan berproduksi setiap bulan dan ton, sedangkan biaya pemesanan bahan baku
diletaknnan di skitar mesin. Metode ini sesuai yang lain sama seperti periode periode
dengan teori yang ada bahwa MRP teknik lot for sebelumnya, sehingga pada periode 5 perusahaan
lot tidak menimbulkan biaya penyimpanan karena hanya mengeluarkan biaya total Rp. 4.403.000.
pemesanan atau pembelian disesuaikan dengan Frekuensi pemesanan setiap bahan baku berbeda
kebutuhan setiap periodenya sehingga di setiap beda, perbandingan frekuensi pemesanan yang
akhir periodenya tidak menimbulkan sisa dilakukan oleh perusahaan dengan Metode MRP
teknik lot for lot bisa dilihat di tabel berikut.

203
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 11. Perbandingan Frekuensi Pemesanan


Komponen Frekuensi Pemesanan 1 tahun
Perusahaan MRP Lot for lot
Akar Wangi 16 8
Oli Bekas 36 12

Frekuensi pemesanan akan mempengaruhi biaya pengendaliaan bahan baku yang akan dipakai
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. oleh perusahaan di masa yang akan datang.
Perbandingan biaya ini yang nantinya juga akan Perbandingan biaya persediaan tesebut dapat
menjadi indikator untuk direkomendasikan kepada dilihat di dalam tabel berikut.
perusahaan untuk perencanaan dan

Tabel 12. Perbandingan Biaya Persediaan


Komponen Biaya Persediaan
Metode Perusahaan MRP Lot for lot
Akar Wangi Rp. 30.424.000 Rp 23.411.500
Oli Rp. 28.854.000 Rp. 27.618.000
Air Rp. 600.000 Rp. 600.000
Total Rp. 59.878.000 Rp. 51.629.500

Perbandingan biaya diatas memberikan gambaran waktu yang tepat untuk melakukan
metode yang paling sedikit mengeluarkan biaya, pemesanan dan berapa kuantitas yang harus
dari kedua metode diatas dengan Metode MRP lot perusahaan pesan agar tidak terjadi
for lot perusahaan bisa lebih menghemat total penumpukan di akhir periode sekaligus bisa
biaya persediaan sebesar Rp.8.248.500 atau menghemat biaya persediaan. Dengan
sebesar 13,77% dari metode yang dilakukan oleh Metode MRP teknik lot for lot, total biaya
perusahaan selama ini. Penghematan terbesar persediaan perusahaan adalah sebesar
untuk kebutuhan baku akar wangi perusahaan Rp.51.629.500, dengan Metode MRP
bisa menghemat biaya persediaan sebesar perusahaan bisa menghemat biaya
Rp.7.012.500 atau sebesar 23,04 % selama satu persediaan sebesar 13,77% dalam 1 tahun.
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
 Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa Operasi (Edisi Revisi). Fakultas Ekonomi
kesimpulan mengenai perencanaan dan Universitas Indonesia, Jakarta.
pengendalian persediaan bahan baku di PT. Pulus  Buffa, S. E dan K. R. Sarin. 1996. Manajemen
Wangi Nusantara sebagai berikut Operasi dan Produksi Modern. Terjemahan.
1. Dengan menggunakan cara pemesanan dan Edisi Kedelapan. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
pengendaliaan persediaan yang selama ini  Heizer, J. dan B. Render. 2004. Production
dilakukan oleh PT. Pulus Wangi Nusantara and Operations Management. Prentice Hall
menyebabkan perusahaan mengalami International Editions, New Jersey.
kelebihan saat membeli persediaan dan  Herjanto, E. 2003. Manajemen Produksi dan
membuat terjadinya penumpukan. Total biaya Operasi. Grasindo, Jakarta.
persediaan perusahaan dalam tahun sebesar  Rifky, M. 2011. Strategi Pemasaran Minyak
Rp.59.878.000. Akar Wangi Pada PT Pulus Wangi Nusantara
2. Dengan menerapkan Metode/metode material Dalam Meningkatkan Volume Penjualan.
requirement planning, PT. Pulus Wangi Jatinangor. Fakultas Pertanian Universitas
Nusantara bisa mengetahui jadwal kapan Padjadjaran

204
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Rahmawati, R. 2011. Analisis Strategi Operations Management. Fourth Edition.


Pemasaran Berorientasi Ekspor Pada Prentice Hall Inc., New Jersey.
Perusahaan Penyulingan Minyak Akar Wangi  Santoso, B. 1993. Akar Wangi Bertanam dan
PT. Pulus Wangi Nusantara di Samarang Penyulingan. Yogyakarta. Kanisius.
Garut. Bogor. IPB  Sani. 2011. Minyak Dari Tumbuhan Akar
 Ritonga, R. 2011. Kajian Pengendalian Mutu Wangi. Surabaya . Unesa University press.
Agroindustri Minyak Akar Wangi. Jatinangor.  Yamit, Z. Manajemen Produksi dan Operasi.
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Yogyakarta. Ekonisia.
 Russell, R. S. dan B. W. Taylor III. 2003.

205
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

POTENSI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAVA PREANGER


COFFEE

(STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI MARGAMULYA, DESA


MARGAMULYA, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN
BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT)

Gea Xena Levina1 dan Lucyana Trimo2

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unpad

(kotasehabishujan@ymail.com; l.trimo@yahoo.com)

ABSTRAK. Permintaan dunia terhadap kopi saat ini tidak hanya terbatas pada kopi beras, tetapi juga pada
berbagai produk olahan kopi. Kopi merupakan komoditas perkebunan yang dapat ditemukan di hampir
seluruh provinsi di Indonesia, termasuk salah satunya Provinsi Jawa Barat. Kopi terbaik dari daerah Jawa
Barat dikenal dunia internasional sebagai Java Preanger Coffee. Kecamatan Pangalengan (Kabupaten
Bandung) merupakan salah satu sentra produksi kopi terbesar di Jawa Barat yang juga merupakan daerah
penghasil Java Preanger Coffee. Kecamatan Pangalengan memiliki Kelompok Tani Margamulya, kelompok
tani terbesar setempat yang mendapat bantuan dari pemerintah untuk aktivitas pengembangan Java
Preanger Coffee. Mengetahui gambaran potensi pengembangan agroindustri Java Preanger Coffee di
Kecamatan Pangalengan, khususnya pada Kelompok Tani Margamulya, adalah maksud dari penelitian ini
yang untuk mengetahuinya dilakukan dengan mengidentifikasi: 1) potensi kopi di Kelompok Tani
Margamulya; 2) potensi pasar kopi bubuk; dan 3) kesiapan Kelompok Tani Margamulya. Penelitian ini
dilakukan dengan desain deskriptif kualitatif dan teknik penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan teknik studi literatur. Sumber daya
kopi di Kecamatan Pangalengan, khususnya Kelompok Tani Margamulya, berpotensi untuk pengembangan
agroindustri kopi bubuk Java Preanger. Berdasarkan kualitas cita rasanya, kopi bubuk Kelompok Tani
Margamulya berpeluang mengisi relung pasar oleh-oleh khas Jawa Barat. Namun, sayangnya potensi sumber
daya kopi tersebut belum didukung oleh kinerja yang optimal dari Kelompok Tani Margamulya akibat belum
kuatnya sistem permodalan dan suasana kelompok yang belum dinamis.

Kata kunci: Kopi, Kelompok Tani Margamulya, Pangalengan, Jawa Barat, Indonesia, Agroindustri, Java
Preanger

ABSTRACT. Nowadays, world coffee demand is not only about green bean, but also about another
processed coffee products. Coffee is one of several commodities that can be found easily in almost all
provinces in Indonesia, including West Java Province. Pangalengan Subdistrict (Bandung Regency) is one of
the biggest Java Preanger Coffee producer in West Java. Pangalengan has Farmers Group Margamulya, the
biggest farmers group in Pangalengan, which helped by the Governor for Java Preanger Coffee agroindustry
development. Knowing and describing potential of Java Preanger Coffee in Pangalengan, especially at
Farmers Group Margamulya, to be developed into (coffee powder) agroindustry enterprises is the purpose of
this research, by identifying: 1) Farmers Group Margamulya‘s coffee potential; 2) potential market of coffee
powder; and 3) Readiness of Farmers Group Margamulya. This study was conducted with a qualitative
descriptive design and case study technique. Data collection methods used were observation, interview,
documentation, and literature study. Farmers Group Margamulya‘s coffee resources are potential to support
Java Preanger Coffee powder agroindustry development. Based on its quality of taste, Farmers Group
Margamulya‘s coffee powder has a chance to fulfill West Java special (food and souvenir) market. But, the

206
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

potential resources of coffee they had is not supported by their optimum effort because of the weakness of
capital system and group dynamic.

Keywords: Coffee, Farmers Group Margamulya, Pangalengan, West Java, Indonesia, Agroindustry, Java
Preanger

PENDAHULUAN Margamulya didukung oleh potensi sumber daya


bahan baku yang melimpah dan fasilitas yang
Indonesia, sebagai salah satu negara memadai. Kelompok Tani Margamulya memiliki
penghasil kopi, memiliki peran yang penting keuntungan strategis untuk memproduksi produk
dalam menyokong persediaan kopi dunia. olahan berbahan baku kopi arabika yang memiliki
Menurut data 10 Peringkat Negara Penghasil Kopi nilai tambah lebih. Hal ini dimaksudkan agar kopi
Terbesar Di Dunia Tahun 2011, Indonesia berhasil arabika yang selama ini diusahakan oleh para
menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah petani anggota Kelompok Tani Margamulya, pada
produksi sebesar 8.620.000 bags( 9 ) (setara akhirnya mampu meningkatkan pendapatan
dengan 517.200 Ton) atau 6,4% dari total mereka.
produksi kopi dunia. (Annual Report 2011 – 2012,
International Coffee Organization, Tahun 2012). POTENSI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
Indonesia dengan iklimnya yang tropis memiliki JAVA PREANGER COFFEE KELOMPOK TANI
puluhan sentra produksi kopi dari total 33 MARGAMULYA
provinsinya. Provinsi Jawa Barat menempati Potensi Sumber Daya Kopi Kelompok Tani
urutan ke-12 dari 33 provinsi dengan jumlah Margamulya
produksi 15.539 Ton dan rata - rata produksi
sebesar 13.013 Ton (Tahun 2008 – 2012). Masyarakat Pangalengan telah konsisten
Provinsi Jawa Barat memiliki berbagai daerah membudidayakan kopi sejak tahun 2001,
penghasil kopi, baik arabika maupun robusta. termasuk di dalamnya para anggota Kelompok
Kopi jenis arabika dengan mutu kelas satu yang Tani Margamulya. Meski hasilnya tidak selalu
berasal dari seluruh daerah Provinsi Jawa Barat manis, kopi sudah bisa diandalkan oleh para
dikenal dengan Java Preanger Coffee. Java anggota Kelompok Tani Margamulya sebagai
Preanger Coffee merupakan representasi kopi sumber penghasilan tetap. Berdirinya Kelompok
(arabika) dari sembilan wilayah pegunungan di Tani Margamulya pada tahun 2008 telah berhasil
Provinsi Jawa Barat. Diyakini bahwa masing- mengorganisir para petani kopi di Desa
masing kopi dari setiap wilayah pegunungan yang Margamulya dan sekitarnya untuk dapat berusaha
berbeda memiliki cita rasa yang berbeda pula tani kopi dengan lebih baik.
(khas). Buah kopi yang digunakan oleh Kelompok
Kelompok Tani Margamulya merupakan Tani Margamulya dalam proses produksi
satu–satunya kelompok tani kopi di Kecamatan merupakan buah kopi merah (buah kopi yang
Pangalengan yang mendapatkan bantuan dari benar-benar telah masak). Masak atau tidaknya
pemerintah dalam pengadaan Unit Pengolahan buah kopi yang diolah akan sangat memengaruhi
Hasil (UPH) kopi pada tahun 2011. Bersama cita rasa produk hasil olahan kopi. Buah kopi yang
dengan 140 petani kopi yang menjadi telah masak (berwarna merah) akan
anggotanya, Kelompok Tani Margamulya menghasilkan kualitas dan cita rasa hasil olahan
melakukan kegiatan pengolahan kopi arabika, kopi terbaik.
yakni dari kopi cherry(10) menjadi green bean dan Kualitas buah kopi Kelompok Tani
tengah merintis produksi roasted bean, dan kopi Margamulya yang baik ditunjang pula dengan
bubuk. Aktivitas Kelompok Tani Margamulya ini jumlah panen yang selalu melimpah. Setiap
sejalan dengan program pemerintah Indonesia musim panen (Februari – September) Kelompok
terkait industrialisasi dan komersialisasi kopi yang Tani Margamulya menerima kurang lebih 280 Ton
bermaksud menjadikan kopi sebagai komoditas buah kopi (cherry) merah dengan harga beli dari
bernilai ekonomi tinggi. Kelompok Tani petani Rp.6.500,-. Setiap harinya pada puncak
panen (Mei – Juli) Kelompok Tani Margamulya
bahkan dapat menerima 3 Ton cherry. Cherry ini
(9)
1 bag setara dengan 60 kilogram diperoleh dari para petani anggota maupun non
(10)
cherry adalah sebutan bagi buah kopi segar yang masih anggota, baik dari Desa Margamulya maupun
utuh , belum mengalami proses pengolahan apapun (baru sekitar Kecamatan Pangalengan dan Kabupaten
dipanen)

207
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Bandung. Rata-rata anggota Kelompok Tani yang dikeluarkan Puslitkoka pada tanggal 3 Maret
Margamulya menghasilkan 2 Ton cherry dari 2014, kopi Kelompok Tani Margamulya
setiap hektar lahan yang dimiliki. memperoleh final score sebesar 84,67.
Setiap musim panen, sebanyak 280 Ton
buah kopi merah yang diterima Kelompok Tani
Margamulya kemudian diolah hingga akhirnya
menjadi green bean (kopi beras). Proses
pengolahan yang dilakukan oleh Kelompok Tani
Margamulya adalah proses pengolahan basah,
proses pengolahan yang menghasilkan kualitas
green bean yang lebih baik dari pada pengolahan
secara kering. Selama ini, kegiatan produksi green
bean di Kelompok Tani Margamulya berjalan
secara kontinu, khususnya selama masa panen
kopi. Seluruh cherry yang diterima per hari akan
menghasilkan rata-rata 1,2 Ton green bean setiap
minggunya.

Kualitas dan Cita Rasa Kopi Arabika Hasil


Olahan Kelompok Tani Margamulya

Proses pengolahan yang dilakukan


Kelompok Tani Margamulya telah menerapkan
prosedur SNI (Standar Nasional Indonesia) dan
UTZ Certified, maka tak heran green bean yang
dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
Berdasarkan SNI 01-2907-2008, biji kopi
Kelompok Tani Margamulya menempati Grade 1, Gambar 1. Hasil Uji Cita Rasa Biji Kopi Arabika Olahan
yang berarti nilai biji cacat kopi hasil olahan Kelompok Tani Margamulya
Kelompok Tani Margamulya kurang dari 11
(minimal). UTZ Certified memastikan bahwa Aroma yang dihasilkan kopi Kelompok
aktivitas budidaya hingga pengolahan yang Tani Margamulya cenderung menyengat. Meski
dilakukan Kelompok Tani Margamulya merupakan begitu, aroma manis masih tercium walau tidak
aktivitas yang ramah lingkungan serta berdampak terlalu dominan. Aroma dari kopi hasil lahan
positif terhadap ekonomi dan sosial masyarakat. Kelompok Tani Margamulya tergolong ke dalam
Salah satu bentuk aktivitas ramah lingkungan enzymatic (aroma bunga, buah, rempah) karena
yang dilakukan Kelompok Tani Margamulya aroma yang tercium adalah spicy, floral, dried
adalah penggunaan limbah kulit kopi sebagai banana, dan winey. Score 8,08 yang diperoleh
pupuk organik. Sedangkan, guna memenuhi menggambarkan bahwa aroma yang dimiliki kopi
fungsinya memberikan dampak positif bagi Kelompok Tani Margamulya dapat dikatakan
ekonomi dan sosial masyarakat, Kelompok Tani nikmat (very good).
Margamulya berusaha menjamin ketersediaan Flavor atau rasa pada kopi Kelompok Tani
pasar bagi buah kopi hasil panen para Margamulya cenderung asam, namun begitu rasa
anggotanya. UTZ juga menerapkan sistem manis dan pahit juga tetap terasa. Rasa asam
tracking terhadap produk kopi/green bean hasil begitu terasa ketika kopi masuk ke dalam rongga
olahan Kelompok Tani Margamulya. Selain UTZ mulut. Rasa pada kopi secara garis besar terbagi
dan SNI, Kelompok Tani Margamulya juga telah menjadi tiga, yaitu: pahit, manis, dan asam. Rasa
mendapatkan sertifikat IG (Indikasi Geografis). kopi yang cenderung asam tidak berati bahwa
Kopi hasil olahan Kelompok Tani Margamulya kopi tersebut kurang nikmat. Rasa asam juga
diakui memiliki keaslian dan kekhasan cita rasa memiliki nilai ‗kenikmatan‘ tersendiri. Kombinasi
sesuai dengan wilayah (Pangalengan) yang rasa asam, pahit, dan manis yang dimiliki
termasuk ke dalam sembilan gunung penghasil membuat kopi Kelompok Tani Margamulya
kopi Java Preanger, yaitu Gunung Tilu. Cita rasa memperoleh score 7,75 (very good) untuk aspek
kopi Kelompok Tani Margamulya yang baik juga ini.
dibuktikan dengan sertifikat hasil uji cita rasa

208
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Rasa kopi yang telah masuk ke rongga dari score/nilai-nilai tersebutlah yang kemudian
mulut diukur seberapa lama rasa tersebut dapat menentukan final score 84,67. Menurut
bertahan setelah diminum (aftertaste). Semakin Puslitkoka, kopi yang memperoleh final score di
lama rasa kopi tertinggal, semakin baik cita rasa atas 80 berarti telah dapat diakui sebagai kopi
kopi tersebut. Aftertaste pada kopi Kelompok spesial/specialty coffee. Specialty Coffee adalah
Tani Margamulya bersifat long busting (bertahan jenis kopi yang memiliki cita rasa tinggi karena
lama). Aftertaste kopi Kelompok Tani Margamulya berasal dari kopi arabika pilihan yang tumbuh di
memperoleh score 7,92. ketinggian tanah tertentu.
Acidity atau tingkat keasaman kopi Cita rasa kopi spesial tergantung dari
Kelompok Tani Margamulya termasuk ke dalam jenis dan ketinggian tanah, serta tumbuh-
medium acidity (sedang). Rasa asam lain dengan tumbuhan yang berada di sekitar kebun kopi. Hal
masam –yang menandakan bahwa cita rasa kopi ini yang membuat cita rasa/aroma kopi
kurang baik. Tingkat keasaman kopi Kelompok bermacam-macam, seperti aroma coklat, alpukat,
Tani Margamulya memperoleh score 7,58. rempah-rempah, jeruk, dan bunga. (Kopi Spesial
Body atau tingkat kekentalan kopi Indonesia Jelajahi Ibu Kota AS, Kementrian
Kelompok Tani Margamulya tergolong ke dalam Perdagangan, 2014)
medium body dengan score 7,58. Body atau Maka, dengan nilai yang diperoleh
kekentalan pada kopi dalam hal ini bukan tentang sebesar 84,67 kopi Kelompok Tani Margamulya
kental-encer akibat banyak-sedikitnya komposisi telah diakui sebagai specialty coffee dengan cita
air, melainkan dipengaruhi oleh kandungan rasa/aroma khas spicy, floral, dried banana, dan
karbohidrat yang terdapat di dalam kopi. winey.
Aspek rasa yang terdapat dalam sebuah Namun ternyata, berbeda dengan
sajian kopi harus memiliki keseimbangan penilaian yang dilakukan Puslitkoka, penilaian cita
(balance). Keseimbangan dalam hal ini berarti rasa kopi Kelompok Tani Margamulya yang
tidak ada satu aspek rasa yang terlalu dominan dilakukan kepada para calon konsumen/
sehingga menghilangkan rasa lainnya. Balance masyarakat penikmat kopi. Berikut adalah hasil
pada kopi Kelompok Tani Margamulya penilaian cita rasa kopi Kelompok Tani
memperoleh score 7,75. Margamulya pada penikmat kopi awam di warung
Clean cup. Clean cup merupakan kopi di daerah Jatinangor (Warung
kemurnian rasa kopi di mana dapat diindikasikan Makan Gemboel) yang mayoritas pelanggannya
dengan tidak adanya rasa atau aroma lain selain adalah mahasiswa dari berbagai daerah, Belike
rasa kopi. Clean cup berkaitan dengan Coffee (Jatinangor), dan Morning Glory Coffee
taint/defect (aroma negatif atau cacat rasa yang (Bandung).
mengurangi kualitas kopi). Tidak terdapat
taint/defect pada kopi Kelompok Tani Tabel 1. Respon Penikmat Kopi Awam terhadap Cita Rasa
Kopi Kelompok Tani Margamulya
Margamulya, sehingga diperoleh score sempurna
No Nama/Pekerjaan Nilai Total
untuk aspek clean cup, yaitu 10. Nilai
Sweetness atau tingkat kemanisan pada F F A O
r l f v
kopi Kelompok Tani Margamulya memperoleh a a t e
score tertinggi, yakni 10. Tingkat kemanisan pada g
a
v
o
e
r
r
a
kopi terbagi menjadi: sweet (manis), sour (asam), n r t l
c a l
dan astringent (mentah). Tingkat kemanisan kopi e s
Kelompok Tani Margamulya termasuk ke dalam t
e
kategori sweet.
Secara keseluruhan/umum atau overall 1 Jane/Bisnis 1 2 2 1 6
2 Ilman/Mahasiswa 1 1 2 2 6
cita rasa kopi Kelompok Tani Margamulya
3 Rachmat/Mahasiswa 1 1 2 1 5
memperoleh score 7,92 dan dapat disimpulkan 4 Dzaki/Mahasiswa 1 1 2 1 5
bahwa cita rasa kopi Kelompok Tani Margamulya 5 Aris/Mahasiswa 1 2 2 1 6
secara keseluruhan tergolong nikmat. 6 Grace/Pelajar 2 1 2 2 7
Score yang diperoleh dari penilaian kopi 7 Heri/Bisnis 3 1 1 2 7
8 Satria/Mahasiswa 2 1 1 2 6
Kelompok Tani Margamulya patut dibanggakan,
9 Asyel/Mahasiswa 2 1 3 2 8
karena score untuk setiap aspek berkisar pada 10 Rintang/Mahasiswa 2 2 2 2 8
rentang 7,58 – 10 yang termasuk ke dalam
kategori very good (7,00 – 7,75); excellent (8,00
– 8,75); dan outstanding (9,00 – 9,75). Akumulasi

209
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Keterangan Skor: kopi kepada pelanggan, sedangkan cupper adalah


sebutan bagi pakar uji cita rasa kopi.(11)
Aspek Skor
1 2 3 Tabel 2. Respon Penggiat Kopi terhadap Cita Rasa
Fragance Tidak harum Harum Sangat harum Kopi Kelompok Tani Margamulya
Flavor Tidak enak Enak Sangat enak No Aspek Nilai
Aftertaste Tidak terasa Terasa Sangat terasa
Overall Tidak nikmat Nikmat Sangat nikmat Eri Eddy David
Mulyadi Siregar Irawan
Berdasarkan hasil kuisioner yang (Barista) (Barista) (Cupper)
diberikan kepada sepuluh orang penikmat kopi 1 Fragance 8.00 8.00 7.50
2 Flavor 6.50 7.00 7.75
awam diperoleh pendapat yang cukup variatif 3 Aftertaste 6.00 7.00 6.50
terhadap cita rasa kopi Kelompok Tani 4 Acidity 6.75 6.00 7.00
Margamulya. Fragance (keharuman) kopi 5 Body 6.50 8.00 7.75
Kelompok Tani Margamulya dinilai ―tidak harum‖ 6 Balance 6.50 7.00 7.00
oleh lima orang responden. Jika dibandingkan 7 Cleancup 7.00 8.00 10.00
8 Sweetness 7.00 6.00 8.00
dengan kopi instan ataupun kopi tubruk yang 9 Overall 6.75 7.00 7.00
beredar di pasaran, kopi hasil olahan Kelompok TOTAL 61.00 64.00 68.50
Tani Margamulya dinilai kurang mengeluarkan Keterangan Skor
aroma yang semerbak. Flavor (rasa) kopi dinilai ―good‖ (6.00 – 6.75)
―very good‖ (7.00 – 7.75)
―tidak nikmat‖ oleh tujuh orang responden. Rasa
―excellent‖ (8.00 – 8.75)
kopi hasil olahan Kelompok Tani Margamulya ―outstanding‖ (9.00 – 9.75)
dinilai asam dan memiliki rasa pahit yang sangat
kuat –namun kurang nikmat— dan rasa pahit Berdasarkan hasil penilaian di atas, dapat
tersebut tertinggal cukup lama setelah diminum, diketahui bahwa aspek yang unggul (dengan nilai
terbukti dari aftertaste yang dinilai ―terasa‖ oleh di atas 7.00) dari kopi Kelompok Tani Margamulya
tujuh orang responden. Namun, secara adalah fragance (keharuman), flavor (rasa),
keseluruhan cita rasa kopi Kelompok Tani body (kekentalan), dan cleancup (kemurnian rasa
Margamulya dinilai ―nikmat‖ oleh enam orang kopi). Penilaian cita rasa kopi Kelompok Tani
responden. Margamulya juga dilakukan oleh Nathanael Charis
Skala nilai total maksimal bagi keempat seorang praktisi kopi, cupper dan barista
aspek yang diujikan adalah 12. Berdasarkan hasil internasional yang juga pemilik kafe Morning
kuisioner dari sepuluh orang responden diperoleh Glory. Nathanael berpendapat bahwa cita rasa
rentang nilai 5 (nilai terendah) hingga 8 (nilai kopi Kelompok Tani Margamulya belum memiliki
tertinggi). Nilai total 8 diberikan oleh dua orang kekhasan.
responden yang menilai bahwa aspek yang
unggul dari kopi Kelompok Tani Margamulya ―Saya masih bisa dapat kopi dengan rasa seperti
adalah fragance (keharuman), aftertaste (rasa ini dari daerah mana saja. Kurang sih kalau
tertinggal), dan overall (keseluruhan). Ketiga menurut saya. Morning Glory memang pernah
aspek rasa tersebut memperoleh 2 poin dari skala mengambil kopi dari Kelompok Tani Margamulya,
3 yang berarti ―harum‖, ―terasa‖, dan ―nikmat‖. satu kali, namun setelah dicoba di sini, tidak
Sedangkan, pada nilai 5 yang diberikan oleh dua masuk standar kami.‖
orang responden lainnya, kecuali afertaste yang
dianggap ―terasa‖ memperoleh 2 poin, tiga aspek Cita rasa kopi Kelompok Tani Margamulya
lainnya hanya memperoleh 1 poin dari skala 3. yang dinilai belum memiliki ciri khas membuat
Fragance kopi Kelompok Tani Margamulya dinilai Kelompok Tani Margamulya dinilai belum siap
―tidak harum‖, flavor ―tidak enak‖, dan overall untuk mengembangkan agroindustri kopi bubuk
―tidak nikmat‖. kelas premium, sebagaimana Java Preanger
Selain memberikan kuisioner kepada para Coffee merupakan kopi Jawa Barat dengan
penikmat kopi awam, dilakukan juga wawancara kualitas terbaik. Hal senada juga diungkapkan
mengenai cita rasa kopi Kelompok Tani oleh David Irawan (cupper),
Margamulya kepada pihak-pihak yang mengerti
tentang kopi, yaitu barista, cupper, dan praktisi ―Menurut saya akan sulit kalau Kelompok Tani
kopi. Barista adalah sebutan untuk seseorang Margamulya ingin mengembangkan agroin-dustri.
yang pekerjaannya membuat dan menyajikan
(11)
www.wikipedia.com

210
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Alangkah baiknya kalau bantuan dari pemerintah Leuwi Panjang belum ditemui satupun toko oleh-
itu tas panen yang nyaman bagi para petani atau oleh yang menjual kopi bubuk dari daerah
ya alat budidaya apapun. Jadi, petani bisa penghasil kopi di Jawa Barat, khususnya daerah
meningkatkan kualitas budidaya, dengan begitu sekitar Bandung. Padahal, di kota-kota lain di
harga jual mereka juga jadi bagus. Petani baiknya Nusantara (yang dikelilingi daerah penghasil
tetap jadi petani, fokus saja dengan budidaya, kopi), mereka mampu memanfaatkan potensi
biar prosesnya yang di kota yang urus, akan tetap kopinya. Labuan Bajo misalnya, destinasi wisata
sulit bagi petani untuk mengejar kualitas‖. yang satu ini mendapat pasokan kopi bubuk dari
Bajawa. Di seluruh toko oleh-oleh yang tersebar
Potensi Pasar Kopi Bubuk di Bandung di Labuan Bajo dengan mudah dapat ditemui
berbagai merk kopi khas Flores. Sayangnya, hal
Bandung, yang merupakan Ibu Kota seperti itu belum dapat ditemui di Bandung.
Kekosongan ini seharusnya dapat dimanfaatkan
Provinsi Jawa Barat merupakan kota yang selain
dikenal kreatif juga terkenal dengan kekentalan oleh Kelompok Tani Margamulya.
seni dan budayanya, termasuk di dalamnya
budaya meminum kopi. Dikelilingi oleh daerah- Segmentasi Pasar Kopi Bubuk Kelompok
daerah penghasil kopi seperti Pangalengan, Garut, Tani Margamulya
dan Ciwidey membuat Bandung menjadi tujuan
pengiriman pasokan kopi. Maka, tak heran apabila Kelompok Tani Margamulya menargetkan
di Bandung berdiri banyak kedai kopi. Mulai dari kopi bubuk yang akan diproduksi dapat masuk ke
kelas menengah ke bawah, menengah, hingga industri perhotelan, kafe, dan toko oleh-oleh.
menengah ke atas. Bagi orang Sunda ngopi Kelompok Tani Margamulya telah mengambil
adalah suatu aktvitas yang tidak mungkin ancang-ancang untuk mema-sarkan produk kopi
terlewatkan dalam keseharian. bubuknya ini dengan terlebih dahulu
memperkenalkan rencananya kepada pihak-pihak
―Apalagi orang Sunda seperti kami yang tinggal di yang berpeluang membuka pasar.
desa, setiap hari pastilah ngopi ya minimal 3
gelas. Sebelum pergi ke kebun, siang hari, dan ―Waktu itu Pak Aleh sudah pernah bicara dengan
sore/malam hari. Itu minimal ya, biasanya sih 4 – orang dari asosiasi perhotelan Bandung,mereka
5 gelas sehari.‖ bersedia kalau nanti kita masukkan kopi bubuk ke
sana.‖
Agus Aksara (Sekretaris Kelompok Tani
Margamulya) Aleh Hermawan (Ketua Kelompok Tani
Margamulya)
Warga asli maupun kaum urban di Kota Bandung,
meskipun mungkin tidak sesering masyarakat Namun, berdasarkan hasil wawancara
desa dalam frekuensi menikmati kopi, namun dengan Iwa K (barista Java Preanger Coffee
tentu kopi sudah menjadi suatu hal yang akrab House) dan Eri Mulyadi (barista Belike Coffee),
dalam keseharian. Kafe maupun kedai kopi umumnya kafe-kafe akan lebih memilih untuk
banyak ditemui di kota Bandung dengan beragam menerima kopi dalam bentuk green bean karena
karakter dan kekhasannya masing-masing. dapat disimpan lebih lama. Cita rasa kopi akan
Mayoritas penikmat kopi hari ini lebih memilih mudah berubah jika sudah melalui tahap roasting
datang ke kafe dan menikmati kopi di sana (pemanggangan) dan grinding (pembubukan).
Terutama kalau sudah dalam bentuk bubuk, lama
ketimbang membuat kopi sendiri di rumah.
Refreshing, dapat berbincang-bincang dengan waktu simpan sejak kopi tersebut dibubukkan
kerabat, kopi yang ‗sudah pasti‘ nikmat, dan akan sangat mempengaruhi cita rasanya.
Begitu pula dengan hotel, kecuali jika
suasana yang nyaman menjadi alasan utama
mengapa kebanyakan orang lebih senang hotel tersebut tidak memiliki mesin kopi mungkin
menikmati kopi di kafe. saja hotel tersebut membeli kopi bubuk. Namun,
itu berarti hotel tersebut hanya menyajikan kopi
Namun, hal berbeda terjadi pada pasar
kopi bubuk khas Jawa Barat. Produk kopi bubuk trubuk. Jika hotel tersebut menyajikan beragam
lokal saat ini masih sulit ditemui di toko-toko, jenis minuman kopi, sudah pasti membutuhkan
bahkan di toko oleh-oleh yang tersebar di Kota mesin kopi untuk memproses kopi dari bentuk
Bandung. Mulai dari pertokoan oleh-oleh di green bean dan roasted. Hal ini disebabkan
daerah Pasteur, Stasiun Bandung, dan Terminal karena tingkat kematangan biji kopi dan

211
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kekasaran bubuk kopi untuk setiap jenis minuman Kesiapan Kelompok Tani Margamulya dalam
kopi berbeda. Aktivitas Operasional Produksi
Segmentasi kelas konsumen kopi bubuk Kemampuan Kelompok Tani Margamulya
Kelompok Tani Margamulya adalah para penikmat Menyediakan Bahan Baku
kopi kelas menengah ke atas –mengingat
sertifikasi yang telah dimiliki dan mutu yang Buah kopi di Desa Margamulya dan
selama ini dianggap baik—. Namun, berdasarkan Kecamatan Pangalengan sangat berlimpah.
penilaian cita rasa yang dilakukan, menurut Hingga saat ini Kelompok Tani Margamulya tidak
Nathanael Charis (praktisi kopi) kopi Kelompok pernah menemui kendala dalam pengadaan
Tani Margamulya dirasa belum memenuhi standar bahan baku -- dilihat dari segi kuantitas. Hanya
untuk masuk kelas kopi premium. saja, bahan baku yang begitu melimpah belum
dibarengi dengan kemampuan membeli Kelompok
―Tergantung mau masuk pasar mana, kalau untuk Tani Margamulya. Kelom-pok Tani Margamulya
ekspor masih sangat jauh. Pasar premium belum memiliki modal yang cukup untuk membeli
Bandung juga yaa, perlu usaha keras. Tapi, kalau seluruh buah kopi hasil panen petani yang
untuk kopi bubuk yang biasa-biasa saja yaa bisa- datang, khususnya non-anggota.
bisa saja sepertinya, kalau untuk ekspor masih
sulit.‖ Kemampuan Anggota Kelompok Tani Marga-
mulya dalam Mengoperasikan/Merawat Mesin dan
Padahal, jika Kelompok Tani Margamulya Mengolah Hasil
mampu memproduksi kopi bubuk kualitas
premium, Kelompok Tani Margamulya akan Di tengah melimpahnya sumber daya
memperoleh margin keuntungan yang lebih besar. bahan baku dan tersedianya fasilitas pengo-lahan,
Satu kilogram green bean dijual dengan harga ternyata tidak semua anggotanya memi-liki
Rp.55.000,- sedangkan 100 gram kopi bubuk wawasan mengenai cara-cara pengolahan kopi
premium saat ini dijual dengan harga Rp.47.500,-. bubuk.
Satu kilogram green bean menghasilkan kurang
lebih 800 gram kopi bubuk, dengan demikian ―Jangankan sampai dengan bubuk, untuk sampai
keuntungan yang diperoleh dapat mencapai tujuh ke green bean saja belum tentu para petani
kali lipat. tahu.‖

Relung Pasar bagi Kopi Bubuk Kelompok Pak Wahyu (Bendahara Kelompok Tani
Tani Margamulya Margamulya)

Berdasarkan potensi yang dimiliki kopi Hampir semua petani anggota mengaku
Kelompok Tani Margamulya, kopi bubuk tidak mengetahui langkah-langkah/cara
Kelompok Tani Margamulya dapat diusahakan memproses buah kopi hingga menjadi green
untuk memasuki pasar oleh-oleh Bandung. Pasar bean, terlebih mengoperasikan mesin. Proses
oleh-oleh tidak selalu menuntut kualitas premium, pengolahan yang selama ini hanya dilakukan oleh
namun menonjolkan ―kekhasan‖ daerah. Melihat karyawan menjadikan peran anggota sekadar
belum adanya produk kopi bubuk yang beredar di menjadi pemasok bahan baku.
pasar oleh-oleh Bandung, hal ini menjadi peluang
bagi Kelompok Tani Margamulya untuk mengisi ―Tidak, saya tidak ngerti cara make mesinnya.
pasar. Jika Kelompok Tani Margamulya dapat Cukuplah ngirim kopi ke sini, kan sudah ada
menjadi produsen kopi bubuk pertama yang karyawan juga. Kami, petani, mah sibuk di kebun
mengisi serta mendistribusikan produknya secara saja.‖
massal di pusat oleh-oleh Bandung dan
mengusung tagline ―Kopi Khas Bandung/Jawa Ade Dasa (Anggota)
Barat‖ konsumen akan dengan mudah tertarik
dan menjadikan kopi bubuk Kelompok Tani Padahal, mesin-mesin yang digunakan
Margamulya sebagai oleh-oleh khas Bandung. dalam proses produksi cara penggunaannya relatif
Ketika konsumen menyadari eksistensi kopi bubuk mudah. Siapa saja dapat mengoperasikannya
Kelompok Tani Margamulya, maka kontinuitas tanpa perlu keahlian khusus. Hanya perlu
permintaan akan terus terjaga. menjalankan motor mesin, maka mesin akan
bekerja. Terdapat 5 buah mesin/alat pengolah

212
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kopi di Kelompok Tani Margamulya, yaitu pulper fasilitas produksi yang sangat berpotensi untuk
(pengupas kulit buah kopi) dengan bahan bakar mendukung pengembangan agroindustri kopi
solar, pulper + washer dengan energi listrik, bubuk Java Preanger Coffee. Guna mendukung
huller (pengupas kulit gabah) untuk proses pengem-bangan usaha agroindustri ini
pengolahan kering, huller untuk proses Pemerintah Provinsi Jawa Barat sekiranya dapat
pengolahan basah, dan grader (alat pemisah memfa-silitasi Kelompok Tani Margamulya untuk
green bean berdasarkan ukuran biji). Dari kelima mendapatkan solusi atas masalah permodalan
mesin/alat tersebut hanya dua buah mesin yang yang dihadapi.
biasa dioperasikan dalam aktivitas produksi, yakni
pulper (energi solar) dan huller (pengolahan
basah) sementara 3 alat lainnya hanya sesekali DAFTAR PUSTAKA
digunakan. Pulper dengan energi listik jarang
sekali digunakan karena dayanya yang terlalu Sumber Internet :
besar.  Christantiowati. 2007. ―Cupping, Seni
Padahal untuk pengembangan Menilai Secangkir Kopi‖ melalui
agroindustri kopi bubuk dibutuhkan keahlian http://nationalgeographic.co.id/berit
anggota kelompok untuk mengoperasikan mesin a/2014/01/cupping-seni-menilai-
pengolah: roaster, grinder, huller, dan mesin secangkir-kopi-1
packing. Berbeda dengan mesin yang digunakan  http://nationalgeographic.co.id/berit
pada proses produksi green bean, mesin-mesin a/2014/01/cupping-seni-menilai-
pada proses ini memerlukan secangkir-kopi-2
keahlian/pengetahuan khusus untuk dapat
mengoperasikannya secara benar. Para karya-wan Sumber Buku
dan anggota seharusnya mulai diberikan pelatihan  Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat.
mengenai prosedur pengolahan green bean 2011. Re Born Java Preanger Coffee.
menjadi kopi bubuk sesuai ketentuan SNI. Bandung
 Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi.
PENUTUP Jakarta: AgroMedia Pustaka
 Rahardjo, Pudji. 2012. KOPI: PanduanBudi
Ditinjau dari segi cita rasa, kopi bubuk Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Kelompok Tani Margamulya tidak berpotensi Robusta. Jakarta: Penebar
untuk dikembangkan menjadi agroindustri Java Swadaya.
Preanger Coffee bagi pasar premium, meski  Sukendro, Suryo. 2013. Keajaiban dalam
begitu tetap terdapat relung pasar bagi Secangkir Kopi. Yogyakarta: Media Pressindo
pengembangan agroindustri kopi bubuk Kelompok  ―Pengembangan Agroindustri Pangan dalam
Tani Margamulya, khususnya di Kota Bandung. Perspektif Pembangunan Perdesaan‖. 2009.
Bandung sebagai destinasi wisata yang selalu Jakarta: Staf Ahli Meneg PPN/Bappenas
ramai dikunjungi wisatawan, baik dari sekitar Bidang Revitalisasi Perdesaan, Pertanian
Jawa Barat maupun luar provinsi, memiliki daya dan Agroindustri.
serap tinggi bagi produk kopi bubuk sebagai oleh-
oleh khas Bandung. Terlebih saat ini Kelompok
Tani Margamulya sudah memiliki sumber daya

213
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM


MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG
(KASUS PADA PETANI JAGUNG DI KABUPATEN SERANG PROVINSI
BANTEN)
Dian Anggraeni1 Tuhpawana2 Tomy Perdana3 Anne Nuraini4

1. Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian (dian.1452@yahoo.co.id)


2. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD(tuhpawana.s@gmail.com)
3. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD (tomyp1973@yahoo.com)
4. Dosen Fakultas Pertanian UNPAD (nuraini_yunandar@yahoo.com)

ABSTRAK. Jagung merupakan komoditas pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau makanan
pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari
tahun ke tahun, sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan
ternak. Kasryno (2006), mengemukakan bahwa jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan dan
bahan baku industri. Tingginya permintaan untuk jagung tua (pipilan) di daerah Banten, tidak secara
langsung mendorong petani untuk melakukan pemanenan jagung tua (pipilan). Fenomena menunjukan
masih banyak petani yang melakukan pemanenan jagung muda Dalam memutuskan untuk memilih waktu
panen, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut diantaranya umur, pendidikan,
pengalaman usahatani, permodalan, luas lahan yang dimiliki petani, faktor harga, serta berkaitan dengan
kemudahan uang tunai yang akan diperoleh petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih waktu panen jagung. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survey. Metode penentuan sampel menggunakan simple random sampling
dengan total sampel sebanyak 103 petani jagung. Data dianalisis dengan menggunakan regresi logistik.
Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan faktor umur, pendidikan, pengalaman usahatani, luas lahan,
modal, harga dan kemudahan mendapatkan uang tunai berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
petani dalam memilih waktu panen jagung. Secara parsial, faktor pengalaman (X3), luas lahan usahatani
(X4), modal (X5), harga(X6) dan kemudahan mendapatkan uang tunai(D), berpengaruh nyata terhadap
keputusan petani dalam memilih waktu panen jagung, sedangkan faktor umu(X1) dan faktor pendidikan
(X2) berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan petani dalam memilih waktu panen jagung.

Kata kunci : keputusan petani, faktor yang mempengaruhi

ABSTRACT. Corn is the second food commodity after rice and a source of calories or food instead of rice as
it also as animal feed. Corn demand will continue to increase from year to year, in line with the improvement
of living standards of the local economy and the progress of the animal feed industry. Kasryno (2006),
suggests that corn can be used for food, feed and industrial raw materials. High demand for old corn
(shelled) in Banten, not directly encourage farmers to harvest the old corn (shelled). The phenomenon
shows there are still many farmers who were harvesting young corn. In deciding to choose the time of
harvest, there are several factors that influence the decision include age, education, farming experience,
capital, land area owned by farmers, the price factor, as well as with regard to the ease of cash to be
obtained by farmers. This study aims to determine the factors that influence farmers' decisions in choosing
the corn harvest time. The method used in this study is a survey method. Method of determining the sample
using simple random sampling with a total sample of 103 corn farmers. Data were analyzed using logistic
regression. The results of this study is simultaneously the factors of age, education, farming experience,
land, capital, price and ease of getting cash significantly influence farmers' decisions in choosing the corn
harvest time. Partially, the experience factor (X3), area of fields (X4), capital (X5), price (X6) and the ease of
getting cash (D), significantly affect farmers' decisions in choosing the corn harvest time, while factors age
(X1 ) and educational factors (X2) no significant effect on farmer's decision to choose the time of harvesting
corn.

Keywords: Decision Farmers, Factors Affecting

214
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENDAHULUAN Metode Analisis Data

Jagung merupakan komoditas pangan Untuk menentukan faktor yang


kedua setelah padi dan sumber kalori atau mempengaruhi keputusan petani dalam memilih
makanan pengganti beras disamping itu juga waktu panen menggunakan regresi logistik
sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan Untuk menentukan keuntungan usahatani jagung
terus meningkat dari tahun ke tahun, sejalan menggunakan rumus π = R – C. Dimana R
dengan peningkatan taraf hidup ekonomi adalah Revenue(penerimaan) dan C adalah Cost
masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak. (Total biaya usahatani).
Kasryno (2006), mengemukakan bahwa jagung Untuk menentukan kelayakan usahatani jagung
dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan dan dengan menggunakan R-C Ratio, dimana apabila
bahan baku industri. R/C > 1, maka usahatani tersebut layak untuk
Tingginya permintaan untuk jagung tua dikembangkan.
(pipilan) di daerah Banten, tidak secara langsung
mendorong petani untuk melakukan pemanenan HASIL DAN PEMBAHASAN
jagung tua (pipilan). Fenomena menunjukan Faktor yang Mempengaruhi petani dalam
masih banyak petani yang melakukan pemanenan memilih Waktu Panen
jagung muda
Dalam memutuskan untuk memilih waktu Secara simultan faktor umur,
panen, terdapat beberapa faktor yang pendidikan,pengalaman, luas lahan, modal, harga,
mempengaruhi keputusan tersebut diantaranya dan kemudahan untuk mendapatkan uang tunai
umur, pendidikan, pengalaman usahatani, mempengaruhi keputusan petani dalam memilih
permodalan, luas lahan yang dimiliki petani, waktu panen. Sedangkan secara parsial faktor-
faktor harga, serta berkaitan dengan kemudahan faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
uang tunai yang akan diperoleh petani.
Umur
METODE PENELITIAN Diduga bahwa faktor umur akan
Waktu dan Tempat mempengaruhi keputusan petani dalam memilih
waktu panen jagung. Dari hasil uji statistik dapat
Penelitian dilakukan di Kabupaten Serang Provinsi dijelaskan bahwa faktor umur berpengaruh tidak
Banten, dengan waktu penelitian pada Musim signifikans terhadap keputusan petani dalam
Tanam kedua bulan Agustus 2013. memilih waktu panen jagung.
Koefisien pengaruh umur terhadap
Jenis, Teknik Pengumpulan Data dan keputusan memilih waktu panen adalah positif,
Sumber Data artinya semakin tua umur petani, maka semakin
tinggi atau semakin banyak petani yang
Data yang dipergunakan merupakan data primer melakukan sistem panen tua dibandingkan
dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan panen muda.
dengan teknik wawancara langsung terhadap Nilai Odd Ratio 1,142 artinya jika umur
petani jagung yang mengacu pada kuesioner semakin tua, maka peluang petani untuk memilih
yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder panen tua 1,142 kali daripada memilih panen
diperoleh dengan cara menelaah laporan hasil muda. Dengan demikian peluang untuk memilih
penelitian terdahulu, laporan dari instansi terkait, waktu panen tua, lebih besar daripada memilih
maupun publikasi lain yang relevan. panen muda seiring dengan semakin tuanya umur
di tingkat petani.
Metode Pengambilan Sampel Umur merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu usahatani.
Sampel ditentukan dengan cara multistage cluster Umur dapat mempengaruhi kemampuan fisik,
random sampling, dengan tiga tahapan. Tahap pengambilan keputusan dan kinerja petani dalam
pertama menentukan Kecamatan sebagai sentra menjalankan usahataninya. Semakin tua umur
komoditas jagung. Tahap kedua memilih desa petani, akan semakin banyak pengalaman yang
yang dijadikan sebagai secondary sampling unit dia peroleh dan mempunyai kebiasaan yang sulit
(SSU) dan tahap tiga memilih petani sebagai diubah, sehingga berpengaruh besar terhadap
sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan proses adopsi inovasi.
simple random sampling.

215
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Sesuai yang diungkapkan Kartasapoetra Koefisien pengaruh pengalaman


(1994), bahwa petani yang berusia lanjut sekitar berusahatani terhadap keputusan petani adalah
50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap negatif artinya, semakin lama pengalaman dalam
tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang berusahatani jagung, maka, semakin sedikit
dapat mengubah cara berfikir, cara kerja, dan petani yang melakukan sistem panen tua (pipilan)
cara hidupnya, mereka biasanya bersikap apatis dan sebaliknya.
terhadap adanya teknologi baru. Nilai Odd Ratio 0,838, artinya jika
pengalaman berusahatani semakin tinggi, maka
Pendidikan peluang petani untuk memilih waktu panen tua
Diduga bahwa faktor pendidikan akan (pipilan) 0,838 kali daripada memilih waktu panen
mempengaruhi keputusan petani alam memilih muda. Dengan demikian peluang untuk memilih
waktu panen jagung. Dari hasil pengujian dapat waktu panen tua, lebih kecil daripada memilih
dijelaskan bahwa faktor pendidikan berpengaruh panen muda seiring dengan lamanya pengalaman
tidak signifikans terhadap keputusan petani dalam dalam berusahatani jagung dan sebaliknya.
memilih waktu panen jagung. Pengalaman dalam berusahatani sangat
Koefisien pengaruh pendidikan terhadap penting dalam pengelolaan usahatani, baik dalam
keputusan petani adalah positif artinya, semakin pengambilan keputusan, penentuan komoditas
tinggi pendidikan maka, semakin tinggi pula yang akan diusahakan, maupun dalam
petani yang melakukan sistem panen tua penggunaan faktor produksi. Secara umum
(pipilan). Nilai Odd Ratio 1,312 artinya jika semakin lama pengalaman dalam berusahatani,
pendidikan semakin tinggi, maka peluang petani kecenderungan semakin efisien dalam
untuk memilih waktu panen tua (pipilan) 1,312 penggunaan faktor produksi. Semakin bertambah
kali daripada memilih waktu panen muda. pengalaman dalam hitungan tahun, maka akan
Dengan demikian peluang untuk memilih waktu meningkatkan kemampuan dalam aktivitas
panen tua, lebih besar daripada memilih panen usahanya, dengan bertambahnya pengalaman
muda seiring dengan semakin tingginya tingkat pula seorang petani akan mampu lebih cepat
pendidikan. beradaptasi terhadap segala bentuk persoalan
Pendidikan yang dimaksud dalam dan pemecahannya, artinya semakin berambah
penelitian ini adalah pendidikan formal. pengalaman usaha, seorang petani mampu
Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam memanage usahanya dengan semakin baik
usaha meningkatkan kecerdasan dan sehingga lambat laun seiring perubahan usia dan
keterampilan seseorang.Pendidikan dapat pengalaman berusaha akan memupuk
mempengaruhi seseorang terhadap penguasaan kemampuan petani kearah yang lebih baik
pengetahuan, keterampilan,kemampuan Menurut Djatmiko Danuhadimedjo
mengambil keputusan dan berani mengambil (1998), pengalaman adalah guru yang paling
resiko. baik, seorang wirausaha harus bercermin pada
Tidak berpengaruhnya pendidikan pengalaman masa lampau dan selalu
disebabkan oleh data variabel tersebut yang mempelajarinya guna mendapatkan hasil yang
kurang variasi (variasinya relatif homogen). lebih baik lagi. Belajar dari pengalaman masa
Tingkat pendidikan para petani jagung sebagian lampau merupakan kunci keberhasilan.
besar tamatan sekolah dasar. Hal ini juga
disebabkan mereka yang berpendidikan tinggi Luas lahan Usahatani
secara langsung kemauannya untuk bekerja di Diduga bahwa faktor luas lahan usahatani
sektor pertanian sangat rendah. Bekerja di sektor akan mempengaruhi keputusan petani dalam
pertanian merupakan pilihan terakhir setelah memilih waktu panen jagung. Dari hasil
pegawai negeri, swasta atau bisnis lainnya. pengujian dapat dijelaskan bahwa faktor luas
lahan berpengaruh signifikans terhadap
Pengalaman keputusan petani dalam memilih waktu panen
Diduga bahwa faktor pengalaman dalam jagung.
berusahatani jagung akan mempengaruhi Koefisien pengaruh luas lahan terhadap
keputusan petani alam memilih waktu panen keputusan petani adalah positif artinya, semakin
jagung. Dari hasil pengujian dapat dijelaskan luas lahan yang dimiliki petani, maka semakin
bahwa faktor pengalaman berpengaruh tinggi pula petani untuk melakukan sistem panen
signifikans terhadap keputusan petani dalam tua (pipilan).
memilih waktu panen jagung.

216
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Nilai Odd Ratio 2493,455 artinya jika luas 1,004 kali daripada memilih waktu panen muda.
lahan semakin luas, maka peluang petani untuk Dengan demikian peluang untuk memilih waktu
memilih waktu panen tua (pipilan) 2493,455 kali panen tua, lebih besar daripada memilih panen
daripada memilih waktu panen muda. Dengan muda seiring dengan semakin tingginya harga
demikian peluang untuk memilih waktu panen jagung di tingkat petani.
tua, lebih besar daripada memilih panen muda Harga suatu output sangat berhubungan
seiring dengan semakin luasnya penguasaan dengan penerimaan yang akan diperoleh petani.
lahan di tingkat petani. Dengan harga output yang tinggi, asumsi harga
input tetap, maka keuuntungan yang yang
Modal diperoleh petani semakin tinggi pula
Diduga bahwa faktor modal akan
mempengaruhi keputusan petani alam memilih Kemudahan Mendapatkan Uang Tunai
waktu panen jagung. Dari hasil analisis dapat Diduga bahwa faktor kemudahan untuk
dijelaskan bahwa faktor modal berpengaruh mendapatkan uang tunai akan mempengaruhi
signifikan terhadap keputusan petani dalam keputusan petani dalam memilih waktu panen
memilih waktu panen jagung. jagung. Dari hasil analisis dapat dijelaskan bahwa
Koefisien pengaruh modal terhadap faktor kemudahan mendapatkan uang tunai
keputusan petani adalah positif artinya, semakin berpengaruh signifikans terhadap keputusan
tinggi modal maka, semakin tinggi pula petani petani dalam memilih waktu panen jagung.
yang melakukan sistem panen tua (pipilan) dan Koefisien pengaruh kemudahan untuk
sebaliknya. mendapatkan uang tunai terhadap keputusan
Nilai Odd Ratio 1,000 artinya jika modal petani adalah negatif artinya, semakin tinggi
semakin tinggi, maka peluang petani untuk keinginan petani untuk mendapatkan kemudahan
memilih waktu panen tua (pipilan) 1,000 kali uang tunai, maka semakin sedikit petani yang
daripada memilih waktu panen muda. Dengan melakukan sistem panen tua, dan sebaliknya.
demikian peluang untuk memilih waktu panen Nilai Odd Ratio 0,004, artinya jika
tua, lebih besar daripada memilih panen muda keinginan untuk mendapatkan kemudahan uang
seiring dengan semakin tingginya modal yang tunai semakin tinggi, maka peluang petani untuk
dimiliki petani. memilih waktu panen tua (pipilan) 0,004 kali
Dalam proses pemanenan jagung tua daripada memilih waktu panen muda. Dengan
lebih banyak diperlukan tenaga kerja, selain itu demikian peluang untuk memilih waktu panen
waktu yang diperlukan juga lebih lama dibanding tua, lebih kecil daripada memilih panen muda
sistem panen muda karena ada proses seiring dengan semakin tingginya keinginan
penanganan pasca panen yaitu pemipilan dan petani untuk mendapatkan kemudahan uang
penjemuran, dengan demikian proses pemanenan tunai.
jagung tua lebih banyak memerlukan modal Perbedaan utama antara sistem panen
dibanding sistem panen muda. Jadi sistem muda dengan panen tua (pipilan) adalah dari
pemanenan jagung tua cenderung dilakukan oleh aspek waktu dan penanganan pasca panen. Untuk
petani yang memiliki modal lebih banyak. panen muda cenderung lebih cepat, sehingga
petani akan lebih mudah dan cepat untuk
Harga mendapatkan uang tunai dari hasil penjualan
Diduga bahwa faktor harga akan jagung tersebut. Sebaliknya petani yang
mempengaruhi keputusan petani dalam memilih melakukan sistem panen tua, untuk mendapatkan
waktu panen jagung. Dari hasil analisis dapat uang dari hasil penjualan jagung tersebut relatif
dijelaskan bahwa faktor harga berpengaruh lebih lama dengan selisih waktu satu bulan.
signifikan terhadap keputusan petani dalam Dengan demikian petani yang ingin mendapatkan
memilih waktu panen jagung. uang tunai lebih cepat atau mudah cenderung
Koefisien pengaruh harga terhadap banyak melakukan sistem panen muda.
keputusan petani adalah positif artinya, semakin
tinggi harga jagung, maka semakin tinggi pula Biaya Usahatani Jagung
petani yang melakukan sistem panen tua
(pipilan). Biaya yang diperhitungkan dalam
Nilai Odd Ratio 1,004 artinya jika harga penelitian ini adalah biaya usahatani jagung per
jagung semakin mahal atau tinggi, maka peluang hektar, dalam musim tanam ke-2 tahun 2013.
petani untuk memilih waktu panen tua (pipilan) Biaya total usahatani meliputi biaya tetap dan

217
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

biaya variabel. Biaya tetap meliputi sewa lahan, Tabel 3. Rata-rata Biaya Total Usahatani Jagung
penyusutan alat dan pajak tanah seperti yang JAGUNG PIPILAN JAGUNG MUDA
ditunjukan Tabel 1. Kompone Biaya Prose Biaya Prosen
No
n Biaya (Rp) n (Rp) (%)
(%)
Tabel 1. Rata-rata Biaya Tetap Usahatani Jagung 1. Biaya 189.775 3,4 169.625 3,2
Tetap
No. Uraian JAGUNG PIPILAN JAGUNG MUDA
Kompone Biaya Prose Biaya Prose 2. Biaya 5.413.298 96,6 5.178.281 96,8
n Variabel
(Rp) n (Rp) n
(%) (%) Jumlah 5.603.073 100,0 5.347.906 100,0
1. Sewa 88.702 46,7 11.844 7,0
Lahan
2. Pajak 78.781 41,5 115.229 68,0 Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
Tanah
antara panen jagung pipilan dengan jagung muda
3. Penyusut 22.290 11,8 42.553 25,0
an Alat
prosentase terbesar merupakan komponen biaya
Jumlah 189.775 100,0 169.625 100,0 variabel, secara spesifik dialokasikan untuk upah
tenaga kerja. Biaya variabel untuk sistem panen
Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa tua (pipilan), disebabkan karena terdapat biaya
pada sistem panen jagung pipilan biaya tetap penanganan pasca panen dalam hal ini proses
terbesar dipergunakan untuk sewa lahan. Pada pemipilan dan penjemuran.
daerah penelitian terdapat beberapa petani yang
memanfaatkan tanah kosong untuk disewa Penerimaan, Keuntungan dan Kelayakan
sebagai lahan usahatani jagung. Sebaliknya pada Usahatani jagung
usahatani sistem panen muda, responden tidak
melakukan sewa lahan, tapi hanya menggunakan Harga jual rata-rata untuk jagung pipilan
tanah milik sendiri, sehingga biaya tetap di tingkat petani sebesar Rp. 2794, dengan rata-
prosentase terbesar dialokasikan untuk pajak rata produksi per hektar sebanyak 5521 kg.
tanah. Dengan demikian untuk jagung pipilan
keuntungan per hektar sebesar Rp. 10.259.229.
Tabel 2. Rata-rata Biaya Variabel Usahatani Rata-rata luas lahan yang diusahakan petani
Jagung adalah 1,02 hektar, sehingga rata-rata
keuntungan yang diperoleh mereka dalam satu
JAGUNG PIPILAN JAGUNG MUDA musim tanam senilai Rp.10.464.413.
Uraian Biaya Prose Biaya Prose
No Nilai R/C untuk jagung pipilan adalah 2,8
Komponen (Rp) n (Rp) n
(%) (%) ini mengandung pengertian bahwa apabila kita
1. Benih 776.984 14,3 857.629 16,5 menanamkan modal sebanyak 1 rupiah akan
2. Pupuk 1.638.545 30,3 1.272.372 24,5 diperoleh penerimaan sebanyak 2,8 rupiah,
Urea,KCl,TSP,N dengan demikian keuntungan usahatani ini
PK dan
P.Kandang.
sebanyak 1,8 rupiah. Dari hasil analisis tersebut
3. Pestisida 73.879 1,4 147.207 2,8 bahwa usahatani dengan sistem panen tua layak
4. Tenaga kerja 2.923.890 54,0 2.915.129 56,2 untuk dikembangkan.
untuk Harga jual rata-rata untuk jagung muda
mengolah sebesar Rp.1490, dengan rata-rata produksi per
tanah sampai
pasca panen
hektar sebanyak 11153 kg. Dengan demikian
Jumlah 5.413.298 100,0 5.178.281 100,0 keuntungan per hektar untuk jagung muda senilai
Rp. 10.713.735.
Rata-rata luas lahan yang diusahakan
Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa petani untuk menanam jagung muda adalah 0,48
pada usahatani sistem panen pipilan atau pun hektar, dengan demikian keuntungan yang
sistem panen muda biaya terbesar dipergunakan diperoleh mereka senilai Rp.5190014.
untuk alokasi tenaga kerja. Nailai R/C untuk jagung muda adalah 3,1 ini
mengandung pengertian bahwa usahatani jagung
dengan sistem panen muda layak untuk
dikembangkan, karena dengan modal 1 rupiah
yang kita tanamkan akan diperoleh penerimaan
sebesar 3,1 rupiah. Dengan demikian

218
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

keuntungan yang akan diperoleh sebanyak 2,1  Mangkusubroto,K dan L.Trisnadi.1987.


rupiah. Dengan demikian usahatani dengan Analisis Keputusan Pendekatan Sistem dalam
sistem panen muda, relati lebih efisien Manajemen Usaha dan Proyek.
dibandingkan dengan sistem panen pipilan. Bandung.Ganesa Exact.
 Mohamad Nazir. 1988. Metode Penelitian .
SIMPULAN Ghalia Indonesia, Jakarta.
 Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi
1. Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan
keputusan petani dalam memilih waktu panen dan Penerangan ekonomi dan Sosial (LP3ES)
diantaranya adalah umur, pendidikan, Edisi ke-3. Jakarta
pengalaman, luas lahan usahatani, modal,  Purwatiningdyah, D.N., 2003. Faktor Internal
harga dan kemudahan mendapatkan uang dan Ekternal Yang Mempengaruhi Tingkat
tunai. Penerapan Teknologi dan Dampaknya
2. Keuntungan usahatani jagung dengan sistem Terhadap Produktivitas dan Pendapatan pada
panen pipilan adalah Rp.10.259.229 per Usahatani Padi Sawah. Bandung. Tesis tidak
hektar. dipublikasikan. Program Pasacasarjana
3. Keuntungan usahatani jagung untuk sistem Universitas Padjadjaran, Bandung.
panen muda sebanyak Rp. 10.713.735 per  Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1989.
hektar Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.
4. Usahatani jagung dengan sistem panen  Sukirno,S. 2000. Pengantar Teori Mikro
pipilan maupun sistem panen muda layak Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta
untuk dikembangkan di Kabupaten Serang.  Teken, Sofyan Asnawi, 2002. Teori Ekonomi
Mikro, Bogor, IPB
DAFTAR PUSTAKA  Thohir, K.A. 1967. Seuntai Pengetahuan
Tentang Usahatani Indonesia, Jakarta. Bina
 Anwas Adiwilaga. 1992. Ilmu Usahatani. Aksara.
Cetakan ke-III. Alumni, Bandung  Kasryno, F. 2006. Suatu Penilaian Mengenai
 Hernanto, Fadholi.1985. Ilmu Usahatani. Prospek Masa Depan Jagung di Indonesia.
Penebar Swadaya, Jakarta.Kasim,A.1995. Makalah disampaikan pada Seminar dan
Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta. Lokakarya Nasional Jagung, 29-30 September
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2006. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Maros

219
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

DAYA SAING PEMASARAN KOMODITAS BUNCIS EKSPOR MELALUI


KINERJA DISTRIBUSI

Hesty N. Utami1, Agriani H. Sadeli2

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl.Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor

Email: hestyutami@gmail.com, agriani.hermita@gmail.com

ABSTRAK. Komoditas buncis dari Jawa Barat menjadi salah satu komoditas ekspor yang yang mulai
diminati pasar internasional diantaranya pasar Singapura. Namun demikian terdapat tantangan untuk masuk
pasar Singapura yang memiliki persayaratan AVA Singapura untuk eskpor komoditas segar yang
mensyaratkan penyediaan kelengkapan distribusi yang memadai. Aktivitas distribusi fisik yang efektif dan
efisien merupakan marketing logistic yang berfungsi memenuhi permintaan secara logistik serta secara
pemasaran mampu memenuhi keinginan pasar yang bervariasi. Pengukuran kinerja distribusi melalui fungsi
logistik penting untuk melihat daya saing pemasaran komoditas buncis terutama yang berorientasi ekspor.
Penelitian dilakukan pada salah satu kelompok tani di Lembang Bandung yang membudidayakan komoditas
buncis untuk ekspor ke Singapura melalui desain penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
masih terdapat kendala pada pemasaran logistik untuk eskpor komoditas buncis terkait dengan kurangnya
daya dukung infrastruktur logistik, belum menyeluruh dan efektifnya pengguaan cold chain system, dan
kurangnya penyediaan dan penanganan kualitas pelayanan konsumen. Tingginya biaya transportasi dan
kurangnya pelaksanaan komponen – komponen penunjang pemasaran yang ada pada logistics mix, fungsi
pemasaran, dan aktivitas intersection yang ada diantara keduanya terutama oleh pelaku di sub sistem
agribisnis hulu dapat mengurangi daya saing pemasaran komoditas segar di luar negeri. Aplikasi logistics mix
yang efisien akan meminimalkan menghasilkan biaya logistik dan penyampaian produk menjadi lebih cepat.

Kata Kunci: daya saing, buncis, pemasaran, logistik, distribusi, pemasaran logistik

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP menjadi salah satu gerbang masuk produk –
produk ekspor dari Indonesia untuk masuk ke
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk pasar internasional yang lebih luas lagi. Namun
mengetahui peranan distribusi sebagai salah satu demikian, untuk dapat masuk ke pasar ekspor
faktor untuk meningkatkan daya saing pemasaran membutuhkan pemenuhan kualifikasi dan standar
komoditas ekspor produk hortikultura sebagai produk tertentu yang harus mampu dipenuhi oleh
salah salah satu high value commodity dari para pelaku usaha agribisnis. Meskipun demikian,
Indonesia yang dilakukan oleh pelaku ekspor peluang ekspor komoditas horikultura saat ini
buncis di wilayah Lembang Jawa Barat. Ruang dapat memberikan jaminan kuantitas, kualitas,
lingkup artikel ini dibatasi pada distribusi yang dan kontinuitas produk serta kepastian harga
juga melihat sudut pandang logistik dan smapai di tingkat petani. Hal ini akan dapat
pemasaran khusus komoditas buncis yang sudah membantu memberikan jaminan keberlanjutan
berorientasi ekspor khususnya ekspor ke pasar usahatani. Selain itu tidak dapat dipungkiri saat ini
Singapura. dengan karakteristik dan kondisi pertanian
hortikultura di Indonesia yang masih banyak
LATAR BELAKANG diusahakan dalam skala kecil dan sistem
pemasaran yang masih konvensional, maka untuk
Ekspor sayuran dan buah nasional saat ini melakukan penetrasi pasar untuk ekspor pelibatan
menjadi salah satu program pemerintah dalam petani kecil tidak dapat dihindai. Selain dapat
upaya peningkatan daya saing produk hortikultura meningkatan peluang daya saing produk
Indonesia yang sudah mulai banyak diminati oleh hortikultura nasional di pasar global, ekspor juga
pasar internasional. Pasar Singapura saat ini secara serta merta akan dapat membantu

220
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

meningkatkan daya saing usaha para pelaku aspek strategic atas aktivitas yang dilakukan oleh
usaha di sepanjang rantai pasok. keduanya karena melibatkan banyak aspek di
Komoditas buncis saat ini menjadi salah dalam sebuah sistem bisnis sebagai dasar jejaring
satu komoditas sayuran dengan peningkatan logistic-marketing yang akan merepresentasikan
eskpor yang tinggi, bahkan meningkat sekitar 600 produk, harga, distribusi, dan promosi.
persen pada tahun 2008. Perdana Menteri Buncis sebagai salah satu komoditas
Singapura pada tahun 2008 bahkan segar yang menjadi andalan ekspor dari Jawa
menyampaikan peluang ekspor sayuran Barat, dalam keberhasilannya salah satunya harus
dariIndonesia untuk ditingkatkan menjadi 30 didukung oleh penataan sistem pemasaran
persen pada lima tahun ke depan. Sampai dengan termasuk penataan distribusi. Menurut Kotler &
tahun 2011, data dari FAO menunjukkan Amstrong (2014), menyatakan bahwa distribusi
Indonesia sebagai top five sebagai produsen fisik biasa juga disebut sebagai marketing
buncis tertinggi di dunia. logistics. Selanjutnya Kotler & Amstrong (2014)
Aktivitas distribusi sebagai bagian dari juga menyatakan bahwa aktivitas distribusi
pemasaran memerlukan perencanaan yang baik melibatkan trade-off yang kuat dan keputusannya
karena berpengaruh pada aktivitas fisik dibuat oleh banyak fungsi bisnis yang harus
penyaluran produk dari produsen ke konsumen. dikoordinasikan untuk meraih kinerja logistik yang
Distribusi dan logistik menjadi lebih penting saat baik. Meningkatkan focus kepadafungsi aktivitas
komoditas tersebut dipasarkan tidak hanya di logistik akan berpeluang untuk meningkatkan
pasar lokal namun sudah masuk ke pasar ekspor. daya saing (Topolsek, et.al, 2010). Berdasarkan
Saat ini Jawa Barat menjadi salah satu sentra hal ini maka perlu adanya penelitian menganai
budidaya buncis di Indonesia. Penetrasi pasar pengukuran kinerja distribusi melalui fungsi
komoditas buncis yang telah dilakukan salah satu logistik untuk melihat daya saing pemasaran
kelompok tani di wilayah Lembang Jawa Barat komoditas buncis yang saat ini sudah berorientasi
saat ini merupakan peluang untuk meningkatkan ekspor.
daya saing komoditas hortikultura dari Jawa
Barat, tidak lagi hanya di pasar domestik namun METODE
juga di pasar internasional. Namun demikian, nilai
ekspor sayuran dari Indonesia ke Singapura Penelitian ini dilakukan pada salah satu
sampai dengan tahun 2011 memang belum kelompok tani yang membudidayakan komoditas
optimal yaitu baru mencapai 4,33 persen dari buncis di wilayah Lembang Bandung yang telah
total impor sayuran ke Singapura. Hal ini berhasil melakukan ekspor ke Singapura melalui
disebabkan karena untuk meriah peluang pasar desain penelitian deskriptif kualitatif. Sementara
tersebut, ekspor komoditas segar ke Singapura itu metode analisis yang digunakan berupa supply
harus mampu memenuhi persyaratan dari Agri – chain mapping untuk melakukan identifikasi
Food and Veterinary Authority (AVA) Singapura. jaringan pelaku yang terlibat pada rantai pasok
Salah satu persyaratan AVA Singapura komoditas buncis yang akan di ekspor ke
untuk ekspor komoditas segar diantaranya Singapura.
sayuran ke Singapura adalah persyaratan Selanjutnya untuk menggambarkan
kelengkapan pendistribusian produk diantaranya pemasaran dilakukan melalui fungsi pemasaran
mengenai transportasi yang baik. Persyaratan ini (Gimenez & Ventura, 2005) buncis yang akan di
memang penting untuk memastikan terjaganya eskpor yang meliputi promosi, riset pemasaran,
kualitas produk sampai sampai ke lokasi tujuan. bauran produk, dan harga. Sedangkan untuk
Selain itu peranan distribusi diantaranya pemilihan menjelaskan daya saing pemasaran melalui
supplier dan distributor menjadi salah satu faktor distribusi dilakukan melalui logistic mix (The
penting untuk membangun sebuah bisnis yang Institute of Logistics and Transport, 2004) yang
kuat (Noor, et al., 2012). meliputi komponen storage facilities, inventory,
Sementara itu fungsi marketing transportation, utilization and packaging, dan
merupakan upaya penyempurnaan pemenuhan communication. Diantara kedua fungsi yang
keinginan pasar yang tidak terakomodir oleh dijalankan pemasaran dan distribusi melalui
aktivitas distribusi dan logistik yang hanya logistik akan terdapat fungsi lain yang akan
mempertimbangkan aktivitas fisik dan permintaan melaksanakan aktivitas berupa customer service,
pasar. Menurut Topolsek (2010), integrasi yang packaging, distribution channel, dan information
dilakukan antara fungsi pemasaran dan logistik flow. Aktivitas intersection menjadi kolaborasi dan
menjadi penting karena manfaatnya sebagai integrasi yang harus dilakukan diantara keduanya

221
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

sebagai aktivitas pelengkap untuk memastikan dengan kebutuhan dan keinginannya.


produk sampai ke tangan konsumen sesuai
persaingan terjadi di pasar lokal sendiri saat
produk hortikultura memasarkan produknya ke
pasar modern karena harus bersaing dengan
Logistic Mix Aktivitas Marketing
Intersection produk hortikultura impor. Hal ini tidak dapat
 Storage  Customer  Promotion dipungkiri karena saat ini sudah ada beberapa
Facilities service  Market perjanjian pasar bebas yang diikuti oleh Indonesia
 Inventory  Packaging Research yang secara serta merta mengharuskan Indonesia
 Transportation  Distribution  Product
 Utilization and channel mix untuk dapat bersaing. Lemahnya daya saing
packaging  Information  Price produk hortikultura ini masih terjadi baik di sub
 Communication flow sistem hulu maupun sub sistem hilir.
Peluang ekspor produk hortikultura yang
Gambar 1. Interaksi Antara Logistics Mix dan saat ini sudah mampu melakukan penetrasi ke
Pemasaran pasar internasional melalui ekspor masih harus
Sumber: Adaptasi dari Gimenez & Ventura, 2005 bisa menyelesaikan permasalahan yang
berdampak pada daya saing produk, diantaranya
Sementara itu untuk melihat kinerja permaslahan manajemen produksi, distribusi
distribusi melalui logistik dilakukan secara transportasi, dan kualitas produk yang masih
deskriptif dengan melihat biaya logistik dengan kurang berdaya saing.
metode ABC (Activity Bades Costing) melalui Sistem pemasaran dan pola transaksi
fungsi logistik (Stock & Lambert, 2001) yaitu perdagangan yang dipergunakan pada komoditas
procurement, inventory carrying, werehousing, yang dipasarkan untuk ekspor berbeda dengan
order processing and information, transportation, yang dipasarkan untuk pasar lokal dengan tujuan
dan customer service level. Metode ABC (Activity pasar tradisional. Pasar ekspor umumnya sudah
Bades Costing). Analisis supply chain mapping menggunakan sistem kontrak yang sudah
dan analisis ABC dilakukan melalui tahapan menentukan spesifikasi komoditas yang akan
wawancara, focus group discussion, dan diperjualbelikan baik secara kuantitas, kualitas,
observasi. harga, serta lama kontrak tersebut harus dipenuhi
oleh eksportir. Berdasarkan kontrak inilah aktivitas
distribusi logistik dijalankan dalam upaya
Kinerja Distribusi Fungsi Logistik memenuhi kesepakatan kontrak yang telah
dibuat. Upaya pemenuhan kontrak kesepakatan
merupakan hal yang penting sebagai salah cara
untuk memberikan kepuasan serta menjaga
kepercayaan mitra bisnis ekepor. Kepuasan dan
Biaya Logistik kepercayaan mitra bisnis ini dapat menjadi salah
satu cara untuk meningkatkan citra pelaku ekspor
dan citra komoditas yang dapat meningkatkan
daya saing pemasaran komoditas hortikultura di
pasar internasional.
Daya Saing Pemasaran Komoditas Komoditas buncis dari salah satu
kelompok tani di Lembang Bandung yang saat ini
Gambar 2. Kerangka Pemikiran telah mampu menembus pasar ekspor merupakan
salah satu sentra produksi buncis di Jawa Barat
HASIL DAN PEMBAHASAN selain sentra produksi buncis lainnya di wilayah
Jawa Barat seperti Cibodas dan Ciwidey.
Daya saing produk hortikultura saat ini Selanjutnya berdasarkan supply chain mapping,
masih memiliki beberapa permasalahan yang pelaku yang terlibat di sepanjang rantai pasok
menjadi kelemahan produk pada saat dipasarkan. komoditas buncis untuk ekspor dari Lembang
Kompetisi pasar yang semakin ketat, menuntut meliputi penyedia sarana produksi pertanian dan
produk hortikultura yangmelakukan penetrasi petani produsen yang terlibat pada tahap
pasar ke pasar internasional harus mampu budidaya. Berikutnya kelompok tani, gapoktan,
bersaing dengan produk hortikultura ekspor dan eksportir berperan pada tahapan pasca panen
lainnya yang masuk ke Negara tujuan namun juga dan pemasaran hingga komoditas sampai ke

222
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

pasar baik pasar ekspor sebagai tujuan utama fasilitas arus informasi kepada petani anggotanya
dan pasar lokal untuk pemasaran sisa komoditas mengenai perencanaan sistem produksi pada
yang tergolong off-grade. aktivitas budidaya, informasi teknologi dan
Pelaku penyedia sarana produksi pengembangannya, serta informasi pasar. Melalui
pertanian merupakan pelaku yang tidak bisa sistem produksi yang terencana dan dilakukan
diabaikan kepentingannya dalam menunjang secara bersama – sama untuk memastikan
keberhasilan hasil budidaya yang berkualitas. ketersediaan kuantitas, kualitas dan kontinuitas
Sedangkan petani sebagai memiliki peran sebagai komoditas yang dihasilkan untuk memenuhi
produsen yang menjalankan aktvititas dari mulai kebuttuhan dan keinginan pasar ekspor. Produk
budidaya sampai dengan panen. Jenis buncis yang telah digabungkan oleh kelompok tani
yang saat ini berhasil diekspor adalah jenis baby selanjutnya akan didistribusikan ke gapoktan.
buncis dan buncis super. Jenis baby buncis di Peranan gapoktan adalah sebagai marketer yang
pasar 223omestic memang belum memasyarakat bekerjasama dengan eksportir. Kontrak yang
karena masih terbatas dijual hanya di ritel – ritel dilakukan adalah antara gapoktan dengan
modern, namun jenis buncis super merupakan eksportir. Sebelum komoditas buncis dijual ke
jenis yang sudah dikenal luas dan biasa eksportir dilakukan aktivitas pasca panen meliputi
diperjualbelikan di berbagai jenis pasar. Namun sortasi dan grading untuk mnentukan komoditas
demikian, buncis yang akan diekespor harus buncis mana yang layak dijual ekspor dan mana
mampu memenuhi spesifikasi standar kualitas yang tidak. Komoditas yang tidak mampu
yang telah disepakati yang secara kualitas produk memenuhi standar spesifikasi ekspor akan
harus mampu memenuhi persyaratan bentuk, diberikan kembali kepada kelompok tani yang
ukuran, tekstur, dan kandungan bahan kimia yang akan dijual ke pasar domestik. Selain itu di tingkat
juga harus bebas virus dan bakteri. Namun untuk gapoktan juga dilakukan aktivitas packaging
buncis yang akan dieskpor ke Singapura lebih untuk komoditas buncis yang telah lolos sortasi
banyak permintaan untuk jenis baby buncis. dan grading sesuai dengan packaging yang
Berikutnya pelaku yang terlibat dalam diingikan oleh eksportir yaitu kemasan plastic
rantai pasok buncis ekspor ini adalah kelomppok dengan ukuran kemasan tertentu juga sesuai
tani yang memiliki peranan untuk memberikan keinginan eksportir.

Penyedia
Petani Kelompok
Sarana Gapoktan Eksportir
Produsen Tani
Produksi
Produk reject (off-grade)

Pasar
Produk reject (off-grade)
Dalam
Negeri
Sumber: Data Diolah, 2013
Gambar 3. Rantai Pasok Komoditas Buncis

Sementara itu. Jalur pendistribusian Singapura. Selanjutnya pendistribusian komoditas


ekspor komoditas buncis ke Singapura saat ini Setelah sampai di Singapura, pendistribusian
dilakukan bisa melalui jalur udara melalui Bandara dilanjutkan melalui jalur darat untuk memasarkan
Halim Perdanakusuma di Jakarta menuju Bandara komoditas tersebut ke distribution center ritel
Changi Singapura maupun jalur laut melalui Singapura maupun pasar tujuan lain di Singapura
Pelabuhan Tanjung Priok ke Palabuhan Laut oleh pihak importir.

223
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Proses Pendistribusian Komoditas Buncis Melalui Jalur Laut Proses Pendistribusian Komoditas Buncis Melalui Jalur Laut

Ekspotir Produk Pelabuhan Pelabuhan Laut Ekspotir Produk Pelabuhan Pelabuhan Laut
Forwarding Forwarding
Hortikuktura Jawa Barat Tanjung Singapura Hortikuktura Jawa Barat Tanjung Singapura
Expedition Expedition
Priok Priok

Karantina Produk Karantina Produk

Produk Reject Produk Reject

Penggudangan Penggudangan

Produk Reject Produk Reject

Distribution Center Distribution Center


(DC) di Singapore (DC) di Singapore

Produk Reject Produk Reject

Pasar Modern (Supermarket, Pasar Modern (Supermarket,


Food industry ) Food industry )

Sumber: Data Diolah, 2013


Gambar 4. Proses Pendistribusian Komoditas Buncis Ekspor ke Singapura

Aktivitas logistik sebagai kegiatan physical oleh eksportir dan ada juga yang dilakukan oleh
distribution yang menunjang kegiatan pemasaran poktan dan gapoktan. Petani sebagai produsen
diantaranya digunakan sebagai pengelola aktivitas memang sampai saat ini belum banyak terlibat
logistics mix yang terdiri dari storage facilities, dalam pengelolaan pemasaran produk dan lebih
inventory, transportation, utilization and fokus pada kegiatan produksi dan budidaya untuk
packaging, dan communication. Pelaksanaan memastikan komoditas yang dihasilkan sesuai
logistics mix ini di akan berpengaruh pada proses dengan spesifikasi permintaan pasar, terutama
serta biaya logistik. Aplikasi logistics mix yang pasar yang sudah mengikat kontrak seperti pasar
efisien akan mampu mendistribusikan komoditas ekspor.
yang lebih efektif, dengan biaya yang lebih Seperti telah dibahas pada metode
minimal dan penyampaian produk yang lebih penelitian, diantara kegiatan logistics mix dan
cepat. Namun demikian, pada pendistribusian marketing terdapat aktivitas intersection yang
komoditas buncis untuk ekspor tidak semua menjadi kolaborasi dan integrasi yang harus
pelaku melakukan kegiatan yang ada di dalam dilakukan diantara keduanya. Kegiatan – kegiatan
logistics mix. yang merupakan aktivitas intersection ini menjadi
Sementara itu kegiatan pemasaran juga pelengkap kegiatan distribusi yang seharusnya
menjalankan fungsinya yang lain selain distribusi dilakukan untuk memastikan produk sampai ke
yaitu product mix, promosi, riset pasar, dan tangan konsumen sesuai dengan kebutuhan dan
penentuan harga. Sebagai aktivitas hilir sebagian keinginannya.
besar kegiatan pemasaran memang dilakukan

Tabel 1. Pelaku Pelaksana Dimensi Logistic Mix, Marketing, dan Aktivitas Intersection Diantara Keduanya
Pada Komoditas Buncis Ekspor
Pelaku Ekspor yang
Komponen Dimensi Aktivitas yang Dilakukan
Melaksanakan
Logistics Storage Facilities Penyimpanan komoditas buncis padaruang Poktan, Gapoktan,
Mix berpendingin, lemari berpendingin, wadah atau Eksportir, Buyer
keranjang, dan fasilitas penyimpanan lainnya
Inventory Persediaan komoditas yang siap dipasarkan Eksportir, Buyer
Transportation Penyediaan sarana pendistribusian dan Petani, Poktan,
penyaluran komoditas seperti mobil Gapoktan,
berpendingin dan container berpendingin Eksportir, Buyer
Utilization and Perlakuan pasca panen lebih lanjut dan Eksportir
packaging pemberian kemasan dan labeling pada
komoditas sebelum dikirimkan ke buyer
Communication Komunikasi dilakukan di sepanjang pelaku rantai Petani, Poktan,
pasok untuk memastikan ketersediaan produk, Gapoktan,
harga, kualitas, dan kontinuitas Eksportir, Buyer
Intersectio Customer service Aktivitas post purchace handling dilakukan Eksportir
n Activity apabila terdapat complain ataupun informasi

224
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Pelaku Ekspor yang


Komponen Dimensi Aktivitas yang Dilakukan
Melaksanakan
mengenai produk yang akan dijual
Packaging Pengemasan produk baik pengemasan primer Gapoktan,
berupa plastic, pengemasan sekunder dus Eksportir, buyer
sebelum dimasukkan ke mobil berpendingin
untuk dikirimkan untuk menjaga kondisi dan
ketahanan produk selama pendistribusian
Distribution channel Pemasaran dilakukan berdasarkan kontrak Petani, Poktan,
kesepakatan sehingga saluran pendistribusian Gapoktan,
sudah lebih pasti mulai dari petani sampai Eksportir, buyer
kepada buyer di Singapura
Information flow Aliran informasi sangat penting di antara pelaku Petani, Poktan,
rantai pasok mulai dari hulu sampai hilir untuk Gapoktan,
memperlancar komunikasi diantara para pelaku Eksportir, Buyer
usaha di sepanjang rantai pasok
Marketing Promotion Kegiatan promosi hanya dilakukan oleh pelaku Eksportir
eksportir kepada buyer yang dilakukan baik
secara offline maupun online
Market Research Riset pasar dilakukakan oleh eskportir untuk Eksportir, Buyer
mengetahui akses pasar serta kebutuhan dan
keinginan pasar ekspor untuk komoditas buncis
. Buyer melakukan riset pasar dalam upaya
sourching produk yang dapat memasok
kebutuhan pasar di Negara tujuan
Product mix Bauran produk ditentukan mulai dari kebun Poktan, Gapoktan,
yang disampaikan oleh poktan kepada petani Eksportir, Buyer
mengenai sistem produksi, sedangkan poktan
akan menyampaikan spesifikasi buncis yang
diinginkan pasar kepada anggotanya.
Sementara itu gapoktan melakukan sorting,
grading dan packing sebelum produk
didistribusikan kepada eksportir. Eksportir
melakukan sorting, grading dan packing
lanjutan sebelum produk dikapalkan dan
memastikan produk yang dikirim sesuai dengan
kontrak
Price Penentuan harga ditentukan oleh eksportir Eksportir, Buyer
melalui kontrak dengan gapoktan, sedangkan
harga yang diterima eksportir juga merupakan
harga kesepakatan yang dilakukan dengan
buyer
Sumber: Data Diolah, 2013

Berdasarkan aktivitas distribusi dan berdasarkan aktivitas pendistribusan fisik (logistik)


logistik yang terjadi di sepanjang rantai pasok yang terjadi. Penentuan biaya logistik yang
komoditas buncis untuk ekspor ke Singapura, dihitung melalui metode ABC (activity based
biaya logistik muncul juga di sepanjang titik costing) ini dapat dihitung berdasarkan tahapan
pendistribusian. Biaya yang muncul di setiap titik aktivitas pengadaan, perlakuan terhadap
distribusi ini dapat dilihat berdasarkan kegiatan persediaan, pergudangan, proses order dan
yang dilakukan pada titik distribusi tersebut sistem informasi, transportasi, tingkat pelayanan
aartinya biaya logistik yang muncul dapat dihitung konsumen.

225
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 2. Biaya Logistik Komoditas Buncis Ekspor ke Singapura Pada Masing – Masing Pelaku
Persentase Biaya (%)
No Proses Logistik
Petani Poktan/Gapoktan Eskportir Total
1 Pengadaan 16 0 0 16
2 Perlakukan terhadap persediaan 0 7 14 21
3 Pergudangan 0 1 1 1
4 Proses Order dan Sistem Informasi 0 2 1 3
5 Transportasi 0 10 49 59
6 Tingkat Pelayanan Konsumen 0 0 0 0
Total 16 20 64 100
Sumber: data diolah, 2013

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa SIMPULAN


biaya yang paling kecil dikeluarkan adalah biaya
pergudangan. Hal ini disebabkan pergudangan 1. Permasalahan distribusi menjadi bagian vital
tidak banyak dilakukan karena komoditas yang dalam menentukan penyampaian produk ke
ada akan langsung didistribusikan ke pelaku konsumen menjadi permasalahan pemasaran
pemasaran berikutnya, sehingga komoditas tidak yang harus mampu diintegrasikan dengan
akan tinggal lama untuk disimpan. Namun logistik produk. Pendistribsian komoditas
demikian sarana pergudangan tetap disediakan buncis untuk ekspor ke Singapura saat ini
sebagai sarana penunjang usaha. Sedangkan melalui beberapa tahapan logistik dan proses
biaya yang paling banyak dikeluarkan adalah distribusi sehingga pelaku yang terlibat pun
untuk aktivitas transportasi dengan persentase cukup panjang.
yang paling besar dikeluarkan oleh pelaku 2. Aktivitas logistik untuk ekspor merupakan
eksportir. Biaya untuk transportasi di tingkat kegiatan physical distribution yang
eksportir yang cukup besar persentasenya ini menunjang dan membantu meningkatkan
berdampak pada harga jual komoditas yang daya saing pemasaran dengan aplikasi
diterima oleh pelaku rantai pasok sebelumnya. logistics mix yang efisien akan menghasilkan
Padahal menurut Schware dan Kimberley (1995), biaya logistik yang minimal dan penyampaian
sistem transportasi yang tidak efisien dapat produk yang lebih cepat. Pelaku yang sudah
menjadi kendala dan menimbulkan biaya sebagai melaksanakan komponen – komponen pada
faktor yang menjadi pertimbangan konsumen logistics mix, pemasaran, dan aktivitas
dibandingkan dengan nilai produk tersebut. intersection pada ekspor komoditas buncis ke
Bahkan menurut Weitz dan Jap (1995), pelaku Singapura memang masih lebih banyak
usaha baik produsen, distributor, dan peritel yang dilakukan oleh eksportir, dan sebagian oleh
menyadari pentingnya manajemen aktivitas gapoktan. Pelaku petani saat ini lebih fokus
distribusi dapat memberikan peluang bagi pelaku pada aktivitas produksi dan budidaya,
tersebut menciptakan keunggulan strategic dan sehingga kesadaran untuk melaksanakan
meraih kinerja keuangan yang luar biasa karena komponen – komponen pemasaran dan
aktivitas distribusi merupakan sumber utama dari aktivitas penunjangnya masih harus
nilai tambah yang diterima oleh konsumen akhir diinformasikan dan diedukasikan
yang lebih besar dibandingkan aktivitas kepentingannya kepada petani produsen oleh
pemasaran lainnya. poktan dan gapoktan.
Tingginya biaya transportasi untuk ekspor 3. Berdasarkan perhitungan biaya logistik,
komoditas buncis untuk ekspor ini disebabkan biaya transportasi memberikan kontribusi
oleh masih minimnya penyediaan sarana dan paling besar pada proses logistik ekspor
prasarana transportasi yang memadai untuk komoditas buncis untuk ke Singapura
menunjang kelancaran dan kemudahan
akibat infrastruktur pendukung logistik
pendistribusian produk di sepanjang rantai pasok.
Masih banyaknya biaya tidak terduga di distribusi ekspor komoditas segar yang
sepanjang jalur distribusi juga menjadi kendala masih kurang. Selain itu banyaknya biaya
lain yang menyebabkan biaya transportasi tidak terduga yang sifatnya tidak resmi
menjadi tinggi sehingga meningkatkan biaya yang biasanya muncul di sepanjang
distribusi dan logistik ekspor komoditas buncis ke pendistribusian komoditas buncis dari
Singapura. Indonesia untuk diekspor ke luar negeri.

226
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

4. Kegiatan pemasaran komoditas segar untuk pungutan – pungutan tidak resmi di


ekspor masih memiliki kendala distribusi dan sepanjang jalur distribusi, dan melengkapi
logistik berupa tingginya biaya transportasi fasilitas transportasi lain untuk menekan biaya
dan masih kurangnya pelaksanaan komponen distribusi dan logistik.
– komponen penunjang pemasaran yang ada
pada logistics mix, fungsi pemasaran, dan DAFTAR PUSTAKA
aktivitas intersection yang ada diantara
keduanya terutama oleh pelaku di sub sistem  Gimenez, Christina and Ventura, Eva. 2005.
agribisnis hulu yang dapat mengurangi daya ―Logistics-production, Logistics-marketing,
saing pemasaran komoditas segar di luar and External Integration: Their Impact on
negeri. Performance‖. International Journal of
Operations & Production Management, Vol. 25
REKOMENDASI Iss:1, pp. 20 – 38
 Kotler, Philip dan Amastrong, Gary. 2014.
1. Efisiensi biaya logistik sebagai salah satu Principles of Marketing Plus 2014
ukuran kinerja distribusi komoditas dapat MyMarketingLab with Pearson, 15/E. Pearson:
dilakukan bila dimulai dengan membuat Canada.
perhitungan biaya logistik mulai dari aktivitas  Noor, Trisna Insan, et, al. 2012. French Bean
pre-harvest saat komoditas belum ditanam, Marketing for Exports in order to Improve
selama proses budidaya, proses pemanenan Farmers: A Case Study in Bandung Regency
dan dilanjutkan lagi sampai dengan aktivitas West Java, Indonesia dipresentasikan pada
post harvest dan pemasaran, sehingga The International Workshop on Agribusiness:
perhitungan akan lebih menyeluruh dan biaya Entrepreneurship and Innovation for Food
dapat terlihat sesuai dengan tahapan logistik Security and Rural Development on 5 & 6
distribusi yang terjadi di setiap pelaku. December 2012 in Bogor, Indonesia.
2. Perlunya bimbingan dan edukasi dari  Schware, R. and Kimberley P. 1995.
stakeholder lain kepada pelaku di sub sistem ―Informastion Technology and National Trade
agribisnis hulu yaitu petani produsen dan Facilitation‖. Technical paper 316. World
kelompok tani mengenai pentingnya Bank: Wahington, DC.
memahami pasar dan proses pemasaran yang  Stock, james R and Lambert, Douglas M.
harus dilakukan apabila komoditas yang 2001. Strategic Logistics Management .
dihasilkan sudah diorientasikan untuk pasar McHraw-Hill: New York.
ekspor. Pelaku di sub sistem hulu harus  The Institute of Logistics and Transport.
memahami aktivitas pemasaran secara utuh 2004. ―Logistics and Retail Management:
baik aktivitas physical distribution dan logistik Insight into Current Practice and Trends from
untuk memenuhi permintaan pasar, namun Leading Expert‖. Kogan Page: London and
juga pelaksanaan fungsi pemasaran lain yang Sterling.
menunjang pemenuhan keinginan pasar yang  Topolsek, Darja, dkk. 2010. ―Collaborative
bervariasi. Behavior as Facilitator of Integration of
3. Perlunya aplikasi teknologi tepat guna untuk Logistic and Marketing Function – The Case of
membantu ekspor komoditas buncis agar Slovene Retailers‖. Journal Promet – Traffic &
biaya logistik dapat ditekan di sepanjang Transportation, Vol.22, No. 5, pp. 353 – 362.
pelaku rantai pasok seperti aplikasi cold chain  Weitz, Barton A. and Jap, Sandy D. 1995.
system seperti ruang berpendingin dan mobil ―Relationship Marketing and Distribution
berpendingin untuk menekan produk reject. Channel‖. Journal of The Academy of
4. Perlunya perbaikan sarana dan prasarana Marketing Science, Vol. 23, No. 4, pp. 305 –
transportasi seperti ketersediaan dan 320
perbaikan kondisi jalan, pembersihan

227
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KAJIAN RISIKO PRODUKSI DAN PEMASARAN PADA PETANI


MANGGA
Elly Rasmikayati1, dan Lies Sulistyowati2
1
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang 45363

(e-mail: elly.agri@yahoo.co.id)

ABSTRAK. Permintaan konsumen terhadap buah, khususnya mangga semakin besar, seiring dengan
meningkatnya pendapatan dan kesadaran konsumen akan pentingnya mengkonsumsi buah sebagai salah
satu penjaga kesehatan. Konsumen sekarang ini menghendaki mangga selalu tersedia di pasar disertai
dengan kualitas yang terjaga prima. Untuk memenuhi tuntutan konsumen tersebut, petani tidak bisa
berperilaku seadanya dalam menangani mangga, tetapi perlu lebih bersikap professional terutama dalam
usahatani dan pemasaran mangganya. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskipsikan dan mengkaji dampak dari risiko produksi dan pemasaran terhadap pendapatan petani
mangga serta mengidentifikasi kelompok mana yang paling berisiko. Penelitian ini dilakukan dengan metode
survey. Petani mangga di Kabupaten Cirebon dan Majalengka diambil sebanyak 240 orang dengan
menggunakan teknik Multi Stage Cluster Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-
faktor risiko produksi dan risiko pemasaran seperti risiko jumlah pohon, risiko biaya pupuk kandang, risiko
biaya pestisida dan risiko harga jual mangga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani.
Sementara itu, Terdapat perbedaan perilaku petani dalam produksi dan pemasaran mangganya jika petani
dibagi kedalam tiga kelompok, berdasarkan jumlah pohon yang dikuasai, yaitu petani yang jumlah pohonnya
terbatas, cukup dan banyak. Diantaranya perbedaan tersebut adalah dalam hal rata-rata harga jual mangga
per kilogram. Fakta selanjutnya, petani yang jumlah pohonnya terbatas dibanding dengan petani dari
kelompok lainnya, kurang berani mengambil risiko produksi, tetapi mereka lebih berani mengambil risiko
pemasaran.

Kata kunci: Permintaan mangga, risiko produksi, risiko pemasaran, pendapatan usahatani, perilaku petani

PENDAHULUAN prima. Untuk menghasilkan produksi mangga


yang berkualitas serta berkelanjutan dibutuhkan
Mangga merupakan buah unggulan pengelolaan yang intensif dengan penerapan
nasional yang sangat diminati masyarakat, juga teknologi yang tepat. Untuk memenuhi tuntutan
sangat berpotensi untuk memberikan peningkatan konsumen tersebut, petani tidak bisa berperilaku
kesejahteraan kepada keluarga petani karena seadanya dalam menangani mangga, tetapi perlu
memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Natawidjaja, lebih bersikap professional terutama dalam
2013). Untuk itu, Propinsi Jawa Barat sudah usahatani dan pemasaran mangganya.
bertekad menjadikan mangga sebagai komoditas Masalahnya, walau teknologi dan cara
yang diprioritaskan pengembangannya, dengan pembudidayaan mangga yang intensif telah
kabupaten sentra mangga yang potensial sebagai diperkenalkan oleh Dirjen Hortikultura dan pihak-
wilayah pengembangan adalah Cirebon, pihak lainnya, petani memiliki persepsi, dorongan
Majalengka, dan Indramayu (Sulistyowati dan dan motivasi yang berbeda sehingga penggunaan
Rasmikayati, 2014). teknologi dan praktek budidaya yang dianjurkan
Permintaan konsumen terhadap buah, keberhasilannya masih sangat terbatas. Hal ini
khususnya mangga semakin besar, seiring dengan merupakan risiko yang dihadapi oleh petani
meningkatnya pendapatan dan kesadaran mengga.
konsumen akan pentingnya mengkonsumsi buah Ellis (1993) mengemukakan risiko adalah
sebagai salah satu penjaga kesehatan. Konsumen suatu kejadian di mana hasil dan peluangnya bisa
sekarang ini menghendaki mangga selalu tersedia ditentukan. Selanjutnya dikatakan, risiko
di pasar disertai dengan kualitas yang terjaga merupakan diskripsi karakter dan lingkungan

228
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ekonomi yang dihadapi oleh petani, di mana Keterangan :


lingkungan tersebut mengandung beragam = Pendapatan usahatani petani ke-
ketidakpastian yang direspon oleh petani (Rupiah/tahun)
berdasarkan kepercayaan subyektifnya. Secara = Produktivitas (kg/pohon)
normal tidak ada satu orangpun yang mau masuk = Luas lahan (hektar)
ke lingkungan yang penuh dengan risiko tanpa = Jumlah pohon
mengharapkan perolehan (return) yang lebih = Biaya bibit (Rupiah)
besar. = Biaya pupuk NPK (Rupiah)
Saptana, dkk. (2010) telah mengkaji = Biaya pupuk ZA/KNO (Rupiah)
risiko pada usahatani cabai merah dan perilaku = Biaya pupuk kandang (Rupiah)
petani cabai dalam menghadapi risiko tersebut. = Biaya ZPT (Rupiah)
Begitu pula hal nya pada usahatani mangga. = Biaya Pestisida (Rupiah)
Risiko yang dihadapi petani terangkum dalam = Biaya tetap (Rupiah)
aspek produksi dan pemasaran dimana pada = Biaya tenaga kerja (Rupiah)
akhirnya dapat berimbas pada pendapatan petani. = Harga jual mangga (Rupiah/kg)
Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian = Dummy siste penjualan (0 = abresan; 1 =
ini adalah untuk mendeskipsikan dan mengkaji sortir)
dampak dari risiko produksi dan pemasaran = Dummy pasar (0 = pasar tradisional; 1 =
terhadap pendapatan petani mangga serta pasar modern/ekspor)
mengidentifikasi kelompok mana yang paling = Dummy jangkauan pasar (0 = desa hingga
berisiko. kabupaten; 1 = luar kabupaten)
= Risiko luas lahan (hektar)
METODE = Risiko jumlah pohon
= Risiko biaya pupuk NPK (Rupiah)
Design Penelitian = Risiko biaya pupuk ZA/KNO (Rupiah)
= Risiko biaya pupuk kandang (Rupiah)
Penelitian ini dilakukan dengan metode = Risiko biaya ZPT (Rupiah)
survey. Petani mangga di Kabupaten Cirebon dan = Risiko biaya pestisida (Rupiah)
Majalengka diambil sebanyak 240 orang dengan = Risiko harga jual mangga (Rupiah)
menggunakan teknik Multi Stage Cluster Random = Konstanta
Sampling. Tahapannya, pertama-tama = Koefisien regresi
menentukan 2 kabupaten yang merupakan
= Kesalahan (disturbance term)
produsen mangga terbesar yakni Cirebon dan
Majalengka. Kemudian, dari masing-masing
Dalam model estimasi ini, risiko adalah
kabupaten terpilih 1 kecamatan yakni Kecamatan
selisih dari nilai optimal dengan nilai aktualnya
Sedong di Kabupaten Cirebon, dan Kecamatan
(Ruminta, 2011). Sebelum melakukan estimasi,
Panyingkiran di Kabupaten Majalengka.
terlebih dahulu harus dipastikan bahwa tidak ada
Selanjutnya, dari tiap kecamatan, diambil dua
asumsi klasik yang dilanggar pada model
desa sentra mangga. Masing-masing desa
persamaan regresi fungsi pendapatan tersebut.
diambil responden petani secara random 60-
Kemudian setelah dilakukan estimasi regresi,
responden, sehingga jumlah total responden
untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam
petani mangga 240 orang.
menaksir nilai aktual dapat lakukan dengan
melihat Goodness of Fit-nya. Untuk melakukan
METODE ANALISIS
semua jenis pengujian tersebut digunakan alat
bantu berupa perangkat lunak SPSS for Windows
Model Estimasi
17.
Pengaruh faktor-faktor produksi dan
pemasaran serta faktor-faktor risiko produksi dan
Analisis Perilaku Petani dalam Produksi dan
risiko pemasaran terhadap pendapatan petani
Pemasaran Mangga
mangga akan diestimasi menggunakan model
persamaan regresi majemuk sebagai berikut:
Petani mangga dalam cakupan penelitian
ini dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
∑ ∑
jumlah pohon yang kuasainya, yaitu petani yang
jumlah pohonnya terbatas, cukup dan banyak.

229
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Petani yang jumlah pohonnya terbatas adalah mangga. Artinya, semakin besar biaya yang
petani yang menguasai paling banyak 60 pohon dikeluarkan untuk kedua variabel ini pada
mangga, sedangkan petani yang jumlah akhirnya akan menambah pendapatan petani
pohonnya cukup adalah petani yang menguasai mangga. Hal ini dikarenakan semakin besar biaya
lebih dari 60 pohon sampai 150 pohon mangga bibit akan berbanding lurus dengan jumlah pohon
dan petani yang jumlah pohonnya banyak adalah (kuantitias bibit) dan juga kualitas bibit itu sendiri
yang menguasai lebih dari 150 pohon mangga. sehingga pada akhirnya akan menambah produksi
Perilaku ketiga kelompok petani tersebut dapat mangga dan menaikkan pendapatan petani
dilihat dari produktivitas per pohon, biaya mangga. sedangkan pupuk ZA/KNO merupakan
usahatani per pohon, harga jual mangga per salah satu pupuk utama yang diperlukan untuk
kilogram dan penerimaan petani per pohon. meningkatkan kualitas buah mangga terutama
Kemudian alat analisis yang digunakan adalah uji dalam menambah rasa manis pada buah mangga
beda rata-rata 3 populasi independen sehingga pada akhirnya dapat menaikkan harga
menggunakan alat bantu Microsoft Excel 2007. jual dari mangga itu sendiri.
Sementara itu, biaya pupuk kandang,
Analisis Perilaku Petani Mangga dalam biaya pestisida, biaya tetap dan biaya tenaga
Menghadapi Risiko Produksi dan Risiko kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan
Pemasaran petani mangga. Sehingga untuk menambah
pendapatannya, petani mangga perlu untuk
Petani mangga dibagi 2 kelompok yaitu mengurangi biaya yang mereka keluarkan untuk
petani yang jumlah pohonnya terbatas (≤60 variabel-variabel tersebut. Variabel dummy sistem
pohon) dan petani lainnya yang jumlah pohonnya penjualan berpengaruh negatif, sehingga dapat
diatas 60 pohon. Kedua kelompok tersebut akan disimpulkan bahwa sistem penjualan mangga
dibandingkan perilakunya dalam hal produktivitas secara tebasan lebih baik dari pada sistem
per pohon, biaya usahatani per pohon, harga jual penjualan grading dalam hal besaran pendapatan
mangga per kilogram dan penerimaan petani per yang didapat oleh petani.
pohon menggunakan uji beda rata-rata 2 populasi
independen menggunakan alat bantu Microsoft Faktor-Faktor Risiko Produksi dan
Excel 2007. Kesimpulan akhir yang akan diperoleh Pemasaran
adalah kelompok mana yang lebih berani
mengambil risiko produksi dan pemasaran serta Berdasarkan hasil estimasi seperti
bagaimana dampak dari perilaku petani tersebut. disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
faktor-faktor risiko produksi dan pemasaran yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mempengaruhi pendapatan petani mangga adalah
risiko jumlah pohon, risiko biaya pupuk kandang,
Faktor-Faktor yang Menjadi Determinan risiko biaya pestisida dan risiko harga jual
Terhadap Pendapatan Petani Mangga mangga.
Variabel risiko produksi seperti risiko
Berikut adalah hasil estimasi faktor-faktor jumlah pohon, risiko biaya pupuk kandang dan
yang menjadi determinan terhadap pendapatan risiko biaya pestisida serta variabel risiko
petani mangga setelah memenuhi asumsi-asumsi pemasaran yaitu risiko harga jual mangga
klasik dan goodness of fit. berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani
mangga. Artinya bahwa semakin besar selisih
Faktor-Faktor Biaya Produksi dan antara nilai ideal dengan nilai aktual pada setiap
Pemasaran variabel akan menurunkan pendapatan.

Hasil estimasi seperti disajikan pada Tabel Tabel 1. Koefisien Regresi serta Nilai
1 menunjukkan bahwa faktor-faktor biaya Keberartiannya
produksi dan pemasaran yang mempengaruhi t taraf
pendapatan petani mangga adalah biaya bibit Variabel Koefisien statisti nyat
k a
mangga, biaya pupuk ZA/KNO, biaya pupuk (Constant) 2433293252.8 6.635 0.000
kandang, biaya pestisida, biaya tetap, biaya 5
tenaga kerja, dan dummy sistem penjualan. Produktivitas 441374.96 10.634 0.000
Biaya bibit dan biaya pupuk ZA/KNO Biaya_bibit 13.35 1.707 0.089
Biaya_NPK 2.82 1.389 0.166
berpengaruh positif terhadap pendapatan petani BiayaZA_KNO 53.76 2.518 0.013

230
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

t taraf dari ketiga kelompok tersebut namun berdasarkan


Variabel Koefisien statisti nyat hasil uji beda untuk ketiga kelompok tersebut
k a
Biaya_PKandang -0.64 -3.051 0.003 didapakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
BiayaZPT -2.76 -0.924 0.356 signifikan untuk rata-rata biaya usahatani per
BiayaPestisida 0.00 -3.445 0.001 pohon pada ketiga kelompok tersebut.
Biaya_Tetap -0.81 -6.064 0.000
Sementara itu, terdapat perbedaan yang
BiayaTenagakerja -0.78 -2.471 0.014
DummySistemjual -16272561.62 -1.786 0.076 signifikan untuk rata-rata harga jual mangga per
DummyTujuanpasar -11808889.93 -1.515 0.131 kilogram pada ketiga kelompok. Rata-rata harga
DummyJangkauanpas 16328952.54 1.437 0.152 jual mangga per kilogram pada petani yang
ar jumlah pohonnya terbatas adalah Rp.6.095,- per
RisikoLuaslahan 2228932.90 0.263 0.793
RisikoJumlahpohon -270181.25 -2.614 0.010 kg, petani yang jumlah pohonnya cukup adalah
RisikoBiayaNPK -1812.73 -0.170 0.865 Rp.6899,- per kg dan petani yang jumlah
RisikoBiayaZA_KNO 13278.92 0.353 0.724 pohonnya banyak adalah Rp.7847,- per kg. Hal ini
RisikoBiayaPKandang -4533.71 -5.017 0.000
mengindikasikan bahwa rata-rata harga jual
RisikoBiayaZPT -1573.37 -1.026 0.306
RisikoBiayaPestisida -170.09 -3.676 0.000 mangga per kilogram pada petani yang jumlah
RisikoHargaJual -3344.66 -2.539 0.012 pohonnya terbatas perlu medapatkan perhatian
sumber: data primer, 2014 (diolah) karena nilainya paling kecil.
Kemudian, rata-rata penerimaan per
Perilaku Petani Dalam Produksi dan pohon pada petani yang jumlah pohonnya
Pemasaran Mangga terbatas adalah Rp.425.087,- per pohon, petani
yang jumlah pohonnya cukup adalah Rp.565.102,-
Hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 2 per pohon dan petani yang jumlah pohonnya
menunjukkan bahwa rata-rata produkivitas per banyak adalah Rp.474.831,- per pohon.
pohon pada petani yang jumlah pohonnya Berdasarkan hasil uji beda untuk ketiga kelompok
terbatas adalah 138 kg per pohon, petani yang tersebut didapakan bahwa tidak terdapat
jumlah pohonnya cukup adalah 152 kg per pohon perbedaan yang signifikan untuk rata-rata
dan petani yang jumlah pohonnya banyak adalah penerimaan per pohon pada ketiga kelompok
136 kg per pohon. Berdasarkan hasil uji beda tersebut.
untuk ketiga kelompok tersebut didapakan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk Perilaku Petani Mangga Dalam Menghadapi
rata-rata produktivias mangga per pohon pada Resiko Produksi dan Resiko Pemasaran
ketiga kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil analisis seperti tersaji
Tabel 2. Hasil Uji Beda 3 Populasi pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perilaku petani
Harga mangga yang jumlah pohonnya terbatas dilihat
Biaya
Produktivita
Usahatani
Jual Penerimaan dari rata-rata biaya usahatani per pohon secara
s per pohon Mangga per pohon
per Pohon
per kg signifikan lebih rendah dari kelompok petani
Rata- 138.18 432364.93 6095.38 425087.00 lainnya (petani yang jumlah pohonnya cukup dan
rata A banyak). Hal ini mengindikasikan bahwa petani
Rata- 151.56 524162.20 6898.52 565101.60
rata B mangga yang jumlah pohonnya terbatas kurang
Rata- 135.77 507957.35 7846.92 474831.32 berani mengambil risiko produksi dari pada
rata C
Nilai 0.49 1.42 8.32*** 1.30
kelompok petani lainnya.
Sementara itu, perilaku petani mangga
sumber: data primer, 2014 (diolah) yang jumlah pohonnya terbatas dilihat dari rata-
rata harga jual mangga per kilogram secara
Ket: A = Petani yang jumlah pohonnya terbatas; B = Petani signifikan lebih rendah dari kelompok petani
yang jumlah pohonnya cukup; C = Petani yang jumlah
pohonnya banyak. ***Signifikan pada α=1% lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa petani
mangga yang jumlah pohonnya terbatas lebih
Kemudian, rata-rata biaya usahatani per berani mengambil risiko pemasaran dari pada
pohon pada petani yang jumlah pohonnya kelompok petani lainnya.
terbatas adalah Rp.432.365,- per pohon, petani
yang jumlah pohonnya cukup adalah Rp.524.162,-
per pohon dan petani yang jumlah pohonnya
banyak adalah Rp.507.957,- per pohon. Walaupun
secara sepintas terlihat adanya perbedaan angka

231
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 3. Hasil Uji Beda 2 Populasi Upaya Menyatukan Dukungan Kelembagaan


Biaya
Harga Bagi Eksistensi Petani. PSEK-Bogor.
Produktivit Jual Penerimaa
Usahatan  Ditjen Hortikultura. 2008. Membangun
as per Mangg n per
pohon
i per
a per pohon Hortikultura Berdasarkan Enam Pilar
Pohon
kg Pengembangan. Direktorat Jenderal Bina
Rata- 138.18 432364.93 6095.38 425087.00 Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian.
rata Jakarta.
A
Rata- 143.15 515527.50 7403.87 517001.38  Ellis, Frank. 2003. Peasant Economics (Petani
rata Gurem: Rumah Tangga Usahatani
B danPembangunan Pertanian). Diterjemahkan
Nilai -0.38 -1.69** - -1.35* oleh Adi Sutanto dkk. Bayu Media
3.54***
 Hartoyo, S.,T. Mizuno, dan S.S.M.
sumber: data primer, 2014 (diolah)
Mugniesyah. 2004. Comparative Analysis Of
Ket: A = Petani yang jumlah pohonnya terbatas; B = Petani Farm Management and Risk: Case Study in
yang jumlah pohonnya cukup dan banyak. *Signifikan pada Two Upland Village,West Java. In: Hayashi,
α=10%, **Signifikan pada α=5%, ***Signifikan pada α=1% Y., S. Manuwoto dan S. Hartono (Eds).
Sustainable Agriculture in Rural Indonesia.
Perilaku petani mangga yang jumlah Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
pohonnya terbatas tersebut yang kurang berani  Natawidjaja et al., 2013. Faktor Sosial
mengambil risiko produksi dan lebih berani Ekonomi Yang Mempengaruhi Petani Dalam
mengambil risiko pemasaran tentunya akan Mengelola Usaha dan Menggunakan
menyebabkan rendahnya penerimaan yang Teknologi. LPPM-Unpad, Bandung.
mereka peroleh dari usahatani mangganya. Hal ini  Natawidjaja, J.M.Latican. 2009. Lingking
terbukti dari hasil analisis bahwa petani mangga Mango Farmers to Dynamic Market Through
yang jumlah pohonnya terbatas dilihat dari rata- Transparent margin partnership Model.
rata penerimaan per pohon secara signifikan lebih Changing Agrifood Markets in Southeast Asia :
rendah dari kelompok petani lainnya. Impact on Small-Scale Producers. SEARCA
 Rodjak, Abdul. 2005. Manajemen Usahatani.
DAFTAR PUSTAKA Bandung : Pustaka Giratuna.
 Sulistyowati, L. dan E. Rasmikayati. 2014.
 Anugrah, Iwan Setiadji. 2009. Mendudukkan Determinant of Commercialization of Manggo
Komoditas Mangga Sebagai Unggulan Daerah Farmers In West Java. UNPAD
Dalam Suatu Kebijakan Sistem Agribisnis ;

232
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KOMPARASI POLA PEMASARAN BERAS PADA BERBAGAI WILAYAH


PRODUSEN BERDASARKAN TIPOLOGI LAHAN
DI SUMATERA SELATAN

COMPARISON OF RICE MARKETING PATTERNS IN VARIOUS AREAS


BASED ON LAND TYPOLOGY IN SOUTH SUMATERA
Riswani(1), Andy Mulyana(2) , dan Yunita(3)

Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya


Jl. Palembang – Prabumulih Km. 32 Ogan Ilir – Sumatera Selatan

(E-mail: riswani_johan@Yahoo.co.id)

ABSTRAK. Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dicanangkan sebagai
wilayah lumbung pangan nasional, yang produksi berasnya berasal dari wilayah-wilayah produsen yang
memiliki variasi tipologi lahan. Variatifnya tipologi lahan pangan di Sumatera Selatan cenderung
memberikan sentuhan perbedaan variasi pada pola pemasarannya, yang berpengaruh terhadap harga jual di
tingkat konsumen. Permasalahan tersebut melatarbelakangi penelitian ini dengan tujuan untuk menganalisis
komparasi pola pemasaran beras pada wilayah produsen berdasarkan tipologi lahan di Sumatera Selatan.
Tiga wilayah produsen beras yang mewakili tiga tipologi lahan dipilih secara purposive sebagai wilayah
kajian, yaitu Kabupaten Oku Timur mewakili wilayah produsen beras dengan tipologi lahan irigasi,
Kabupaten OKI mewakili wilayah tadah hujan dan Kabupaten Banyuasin mewakili wilayah lahan sub optimal.
Hasil dari penelitian ini yang pengumpulan dan pengolahan datanya dilakukan pada bulan Juni – Agustus
2014 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan pola pemasaran beras dari ketiga wilayah
produsen dengan tiga tipologi lahan, yang ditinjau dari berbagai indikator pola pemasaran. Perbedaan yang
terjadi adalah pada variasi jumlah saluran pemasaran dengan tingkat variasi terbanyak pada wilayah irigasi,
diikuti wilayah tadah hujan dan wilayah pasang surut. Pada hasil perhitungan margin pemasaran dan
farmer‘s share, diperoleh farmer‘s share pada wilayah tadah hujan dan irigasi jauh lebih baik dibandingkan
wilayah pasang surut, yang disebabkan oleh perbedaan bentuk produksi akhir dari usahatani padi petani.
Persamaan pola pemasaran ditemui pada aspek metode penetapan harga dan analisis efisiensi pemasaran,
dimana pada semua wilayah, petani hanya bertindak sebagai price taker dan pedagang adalah pihak price
maker, sedangkan lembaga yang memiliki tingkat efisiensi tertinggi adalah pada tingkat pedagang besar.

Kata kunci: beras, pemasaran, tipologi lahan

ABSTRACT. The aim of this research was analyze the comparative patterns of marketing rice producing
area based on the typology of land in South Sumatera. Three rice producing area (East OKU, Banyuasin and
Okan Komering Ilir) representing three types of land purposively selected as the study area. The results of
this study indicates that there are differences and similarities rice marketing patterns of the three regions
with the manufacturers of the three typologies of land, which in terms of various indicators of the pattern of
marketing. The difference is the variation in the number of marketing channels with the highest degree of
variation in the irrigation area, followed by rainfed regions and tidal areas. In the calculation results of
marketing margin and farmer's share, obtained by the farmer's share in the area of rainfed and irrigation is
much better than tidal zone, which is caused by the difference in the form of the final production of the
farmers. Equation marketing pattern found in aspects of pricing methods and analysis of marketing
efficiency, which in all regions, farmers only act as price takers and traders is the price maker, while
institutions that have the highest efficiency level is at the level of large traders.

Key Word : rice, marketing, land typology

233
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENDAHULUAN pemasaran dan traders share digunakan rumus


matematis sebagai berikut:
Beras sebagai sumber pangan utama 1. Marjin Pemasaran:
masyarakat Indonesia diproduksi hampir di MP = Hj– Hb
seluruh wilayah di Indonesia, namun tidak semua 2. Efisiensi Pemasaran:
mampu menghasilkan produksi yang dapat Epk = x 100%
memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya,
bahkan mensuplai wilayah-wilayah yang tergolong TBPk = T + T1 + Tt + Tp
defisit. Salah satu wilayah yang saat ini sudah TNpk = HJk x Jpk
tergolong mampu melaksanakan keduanya adalah Dengan kriteria pemasaran efisien bila nilai
Provinsi Sumatera Selatan. Saat ini Sumatera ratio biaya dan nilai penjualan (EP) kurang
Selatan dikenal sebagai salah satu provinsi di dari 1 atau (EP<1) atau antara 0 sampai
Indonesia yang dicanangkan sebagai wilayah 100% (0<EP<100%).
lumbung pangan nasional, yang produksi 3. Bagian yang diterima petani dan pedagang
berasnya berasal dari wilayah-wilayah produsen (farmer‘s share dan trader‘s share)
yang memiliki variasi tipologi lahan. Variatifnya menggunakan rumus:
tipologi lahan pangan di Sumsel cenderung FS = x 100% TS = x 100%
memberikan sentuhan perbedaan variasi pada
pola pemasarannya dikarenakan dari hasil
Penggambaran mekanisme
penelitian Mulyana, Yunita dan Riswani (2012)
pembentukan harga, saluran pemasaran dan
menunjukkan bahwa masing-masing wilayah
rantai pasok dari masing-masing wilayah
produsen beras di Sumsel memiliki karakteristik
pemasaran diuraikan secara deskriptif yang
petani, kearifan lokal dan pola budaya yang
didukung dengan penjelasan hubungan dalam
bervariasi. Variasi tersebut diduga akan
bentuk bagan yang sistematis.
cenderung berpengaruh terhadap harga jual di
tingkat konsumen. Berbagai permasalahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
pemasaran tersebut melatarbelakangi penelitian
ini dilakukan, dengan tujuan untuk menganalisis
Hasil dari penelitian ini yang
komparasi pola pemasaran beras pada wilayah
pengumpulan dan pengolahan datanya dilakukan
produsen berdasarkan tipologi lahan di Sumatera
pada bulan Juni – Agustus 2014 menunjukkan
Selatan.
bahwa terdapat perbedaan dan persamaan pola
pemasaran beras dari ketiga wilayah produsen
METODE
dengan tiga tipologi lahan. Analisis komparasi
pola pemasaran tersebut ditinjau dari berbagai
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
indikator, yang terdiri dari saluran pemasaran,
Mei-Agustus 2014 di tiga kabupaten sentra
margin pemasaran, farmer‘s share, metode
produksi padi di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu:
penetapan harga dan analisis efisiensi pemasaran.
Kabupaten OKU Timur, Banyuasin, dan Ogan
Komering Ilir yang mewakili tipologi lahan dan
Saluran Pemasaran
waktu panen yang berbeda. Kabupaten OKU
Timur mewakili tipologi lahan sawah irigas,
Dari tiga wilayah produsen beras yang
Kabupaten Banyuasin mewakili tipologi sawah
berbeda berdasarkan tipologi lahan, terdapat
pasang surut, dan Kabupaten OKI mewakili
variasi saluran pemasaran yang mencerminkan
tipologi sawah tadah hujan.
panjang pendeknya saluran yang harus dilewati
Untuk mencapai tujuan penelitian
produksi beras untuk sampai ke tangan
digunakan desain deskriptif analitis, melalui
konsumen. Masing-masing wilayah produsen
metode survei sebagai metode penelitian yang
tersebut memiliki lebih dari satu pola saluran,
dipilih. Penarikan sampel dilakukan dengan
namun dalam kajian ini, komparasi hanya
metode snow ball (Snow ball sampling). Data
dilakukan pada saluran yang dominan dipilih oleh
yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data
pelaku pemasaran beras saja.
primer dan data sekunder, yang kemudian diolah
Pada wilayah padi pasang surut, saluran
secara matematis, disajikan secara tabulasi
pemasaran yang mayoritas dipilih pelaku
kemudian dijelaskan secara deskriptif. Untuk
pemasaran beras (74%) merupakan saluran
menghitung marjin pemasaran, efisiensi
pemasaran yang harus melewati 4 lembaga
pemasaran untuk dapat menyampaikan produksi

234
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

gabah/beras dari tangan produsen/petani hingga dibandingkan wilayah pasang surut, dikarenakan
sampai ke tangan konsumen. Sisanya 26% untuk menyampaikan beras dari produsen hingga
mampu memperpendek saluran pemasarannya sampai ke tangan konsumen harus melewati 5
hanya melewati 3 lembaga pemasaran. Namun lembaga pemasaran. Sedangkan wilayah padi
sayangnya, saluran yang lebih pendek tersebut irigasi merupakan wilayah produsen yang memiliki
hanya mampu diikuti oleh jumlah petani yang saluran pemasaran terpendek, dikarenakan untuk
lebih sedikit, dikarenakan mayoritas petani sudah menyampaikan beras dari tangan produsen ke
terikat pinjaman modal dengan pedagang konsumen hanya melewati 3 lembaga pemasaran.
pengumpul, sehingga harus menjual ke pedagang Perbedaan tersebut secara rinci dapat dilihat pada
pengumpul untuk saluran keduanya. Gambar 1.
Pada wilayah padi tadah hujan, saluran
pemasaran yang terjadi lebih panjang

Wilayah Padi Pasang Surut Wilayah Padi Tadah Hujan Wilayah Padi
Irigasi

Petani Petani
Petani

Pedagang Pengumpul Pabrik Penggiling


di Kecamatan Pedagang
di Kecamatan Pengumpul Kec.

Pabrik Penggiling Pedagang


Pengumpul Kec. Pedagang Besar di
di Kecamatan
Palembang

Pedagang
Pedagang Besar di Pengumpul Kab. Pedagang Pengecer di Plg,
Palembang Linggau, Lampung, Jakarta

Pedagang Besar di
Pedagang Pengecer di Plg, Palembang
Linggau, Lampung, Jakarta
Pedagang Pengecer di Plg,
Linggau, Lampung, Jakarta

Gambar 1. Saluran Pemasaran Beras di Tiga Wilayah Produsen

Marjin Pemasaran dan Keuntungan


Pemasaran
terbesar berada pada lembaga pabrik penggiling
Marjin pemasaran dalam penelitian ini dikarenakan lembaga ini melakukan pengolahan
diartikan sebagai selisih antara harga jual dengan perubahan bentuk produk dari GKG menjadi
harga beli gabah/beras. Oleh sebab itu untuk beras, sehingga harga yang diperoleh menjadi
memperoleh marjin pemasaran di tingkat lembaga lebih baik. Pada wilayah tadah hujan dan irigasi,
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran padi memiliki kesamaan pada hasil perhitungan margin
(beras) yaitu dengan menghitung selisih antara pemasaran, dimana marjin pemasaran terbesar
harga jual dengan harga beli pada masing-masing sama-sama berada pada lembaga pedagang
tingkat lembaga pemasaran. Hasil perhitungan besar, yang mengubah beras asalan menjadi
menunjukkan bahwa dari ketiga wilayah yang beras bermerk. Fakta ini memberikan makna
memiliki saluran pemasaran yang juga berbeda, bahwa kegiatan pengubahan bentuk produk dari
ternyata juga memiliki variasi dari besaran margin lembaga sebelumnya memberikan pertambahan
pemasaran. Pada wilayah pasang surut, margin nilai pada produk yang dijual, seperti yang

235
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dilakukan oleh pabrik penggilinng yang mengubah pedagang besar yang mengubah beras asalan
GKG menjadi beras. Begitu juga halnya dengan menjadi beras bermerek.

Tabel 2. Marjin pemasaran beras di masing-masing lembaga pemasaran

Marjin Pemasaran (Rp/Kg)


Lembaga Pemasaran Tadah Hujan Irigasi (Rp/kg)
Pasang Surut (Rp/kg) (Rp/kg)
- 500
A. Pedagang Pengumpul 400
B. Pabrik Penggiling
-
IR 42 2.900
400
IR 64 2.800
-
C. Pedagang Besar
1.500 1.700
1. Ikan Belida 1.950
1.350 1.800
2. Topi Koki 1.800
- 2.000
3. Selancar -
D. Pedagang Pengecer
50 1.000
1. Topi Koki 1.200
50 -
2. Mangkok 2.000
- 1.200
3. Selancar 800
- -
4. Ikan Patin 800
1.000
5. Ikan belida 1.250

Pada perhitungan keuntungan konsumen. Dengan asumsi bahwa produsen


pemasaran, terdapat persamaan hasil dimana merupakan pihak yang paling berjasa, maka jika
keuntungan pemasaran terbesar berada pada semakin besar persentase harga yang diterima
lembaga pedagang besar. Hal ini menunjukkan petani cenderung akan menunjukkan bahwa
bahwa pedagang besar memiliki peran yang sistem pemasaran yang terjadi juga semakin adil.
dominan dalam menentukan harga pasar beras Dari hasil penelitian menunjukkan terdapat variasi
pada berbagai wilayah produsen. Kondisi ini dari farmer‘s share pada tiga wilayah produsen
dapat dimaklumi dikarena volume terbesar tersebut. Pada wilayah tadah hujan dan irigasi,
perdagangan beras berada di tangan pedagang nilai farme‘r share menunjukkan angka yang
besar, dan perubahan bentuk produk dari beras relatif cukup baik, dikarenakan keduanya berada
asalan menjadi beras bermerk untuk sampai ke pada angka > 70% (tadah hujan = 77,19% dan
tangan konsumen juga dilakukan prosesnya pada irigasi = 78,31%). Adapun wilayah pasang surut
lembaga pedagang besar. Dari kenyataan yang memiliki nilai farmer‘s share terendah karena
ada tersebut, tidak heran jika pembentukan harga berada pada angka 38%. Perbedaan ini
beras cenderung dikuasai pedagang besar. dikarenakan pada wilayah tadah hujan dan irigasi,
produk akhir yang dijual petani ke lembaga
Farmer’s Share pemasaran pertama adalah dalam bentuk beras,
sedangkan pada wilayah pasang surut, produk
Analisis nilai farmer share‘s dilakukan akhir dijual dalam bentuk gabah kering giling
dengan tujuan untuk mengetahui selisih harga (GKG), sehingga harga yang diterima petani juga
antara petani dengan konsumen. Farmer‘s share berbeda. Besarnya perbedaan harga jual antara
merupakan salah satu pendekatan untuk melihat GKG dengan beras dengan nilai pengorbanan
berapa besar petani memperoleh imbalan dari yang relatif kecil menunjukkan bahwa petani akan
produk yang mereka hasilkan, yang diukur lebih baik menjual produknya dalam bentuk beras
dengan membandingkan harga yang diterima dibandingkan dalam bentuk gabah.
petani dan harga yang terjadi di tingkat

236
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Efisiensi Pemasaran. SIMPULAN/REKOMENDASI

Pada analisis efisiensi pemasaran Dari hasil penelitian dapat disimpulkan


menunjukkan persamaan bahwa pamasaran beras bahwa terdapat variasi pola pemasaran pada tiga
dari ketiga wilayah yang berbeda tipologi lahan ini wilayah produsen beras berbasis pada tipologi
menunjukkan bahwa dari nilai nisbah pengukur lahan, yang ditunjukkan dari :
tingkat efisiensi menyatakan bahwa pemasaran 1. Perbedaan panjangnya saluran pemasaran,
beras pada ketiga wilayah ini sudah berada pada dimana wilayah irigasi memiliki saluran
kriteria efisien dikarekan nilai efisiensinya semua pemasaran terpendek yang cenderung
berada pada angka 0-33 persen. Namun jika berkorelasi positif dengan tingkat efisiensi
dilakukan komparasi dari nilai ketiganya, pemasarannya yang juga berada pada kriteria
menunjukan bahwa wilayah irigasi merupakan paling efisien dibanding dua wilayah lainnya.
wilayah yang paling efisien pemasarannya, 2. Nilai margin dan keuntungan pemasaran
dikarenakan nilai efisiensi pemasarannya berada meskipun bervariasi pada setiap lembaga
pada angka 10,16, sedangkan wilayah pasang pemasaran dari ketiga wilayah tersebut,
surut berada pada angka 14,45 dan tadah hujan namun menunjukkan persamaan bahwa
berada pada angka 12,50. Peringkat efisiensi margin dan keuntungan pemasaran terbesar
tertinggi pada wilayah irigasi ini cenderung berada pada lembaga pemasaran pedagang
didukung oleh bentuk saluran pemasarannya yang besar yang sekaligus menunjukkan dominasi
berada pada peringkat terpendek salurannya pedagang besar dalam pembentukan dan
dibandingkan dengan wilayah lain. Selaras dengan penentuan harga jual beras di Sumatera
teori pemasaran yang dikemukakan Kotler (2009) Selatan.
yang menyatakan bahwa semakin pendek saluran 3. Nilai farmer‘s share dari ketiga wilayah
pemasaran, maka cenderung akan semakin efisien tersebut bervariasi dan menunjukkan bahwa
juga pemasaran tersebut. wilayah irigasi dan tadah hujan memiliki nilai
farmer‘s share lebih baik dibandingkan dengan
Metode Penetapan Harga wilayah pasang surut.
4. Penetapan harga jual pada ketiga wilayah
Dalam penentapan harga jual, metode produsen yang menggunakan metode mark up
yang digunakan petani dan pedagang pada ketiga pricing ditentukan oleh pedagang, sedangkan
tipologi lahan menggunakan metode yang sama petani hanya bertindak sebagai penerima
yaitu menggunakan metode penetapan harag harga (price taker)
Mark-Up (Mark-Up Pricing). Penetapan menurut
sebagai keuntungan. Besarnya mark-up Dari ketiga kesimpulan berdasarkan hasil
ditentukan oleh kelompok pedagang. penelitian tersebut, memberikan rekomendasi
Dari ketiga wilayah produsen padi yang bahwa : perlu dilakukan perbaikan pola
berada tipologi lahan ternyata menunjukan pemasaran di wilayah produsen beras melalui
kecenderungan yang sama dalam mekanisme perpendekkan rantai pemasaran yang terbukti
penetapan harga gabah/beras, dimana petani dapat meningkatkan efisiensi pemasaran.
masih berada pada kelompok price taker, dan Perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan cara
sebagai pihak yang berperan sebagai price maker memutus salah satu rantai pemasaran yang dapat
adalah pada kelompok lembaga pemasaran kedua dilakukan petani melalui perubahan bentuk akhir
(pedagang). Kondisi ini ditambah juga degan produk menjadi beras bukan gabah, karena selain
masih lemahnya kekuatan kelompok tani yang dapat memperpendek saluran, juga dapat
seharusnya berperan dalam memberdayakan membantu memperbaiki harga jual, farmer‘s
petani agar memiliki bargaining power. share dan kentungan pemasaran yang diterima.
Pada kelompok pedagang, penetapan Penguatan kelembagaan juga merupakan salah
harga jual pada ketiga wilayah meskipun terdapat satu upaya yang dapat dilakukan untuk
pedagang besar, kondisi ini dikarenakan memperkuat posisi tawar petani.
pedagang besar memiliki kekuatan modal
sehingga mampu menampung penjualan beras UCAPAN TERIMA KASIH
dalam jumlah besar dari berbagai pedagang
pengumpul. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Rektor Universitas Sriwijaya melalui Lembaga
Penelitian yang telah memberikan dukungan

237
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dana dan kesempatan dalam pembiayaan dan Pemasarannya di Desa Tanjung Raya
pelaksanaan penelitian ini. Kecamatan Buay Sandang Aji Kabupaten OKU
Selatan. Skripsi pada Fakultas Pertanian
DAFTAR PUSTAKA Universitas Sriwijaya. Indralaya.
 Laila, dkk. 2012. Analisis Pendapatan Padi
 Anita, dkk. 2012. Analisis Efisiensi (Oryza sativa L.) Benih varietas Chiherang
Pemasaran Jeruk Siam Di Kecamatan Tebas Yang Bersertifikat dan Tidak Bersertifikat di
Kabupaten Sambas. Jurnal Volume 1 Nomor Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten
1. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Hulu Sungai Tengah. Jurnal Volume 4 Nomor
 Boyd, dkk. 2000. Manajemen Pemasaran . 1. Media Sains
Jakarta: Erlangga  Phinastika, Dayinta. 2011. Sektor Pertanian.
 Darmadji. 2011. Analisis Kinerja Usahatani (online), (http://dayintapinasthika.
Padi Dengan Metode System Of Rice wordpress.com/2011/03/23/sektor-pertanian),
Intensification (SRI) Di Kabupaten Sleman diakses 3 Februari 2014).
DIY. Jurnal Widya Agrika Volume 9 Nomor 3.  Rosmawati, H. 2009. Analisis Surplus dan
Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Distribusi Pemasaran Beras Produksi Petani
 Dinas Pertanian. 2013. Luas Panen, Produksi, Kecamatan Buay Madang Kabupaten OKU
dan Produktivitas Padi Menurut Timur. Jurnal Agronobis Vol. 1. Universitas
Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun Baturaja. Baturaja.
2013. Dinas Pertanian. Sumsel  Soeswanto dan Lintang. 2011. Pemanfaatan
 Hernanto, Fadholi. 2001. Ilmu Usahatani. Limbah Abu Sekam Padi Menjadi Natrium
Jakarta: Penebar Swadaya. Silikat. Jurnal Fluida Vol. VII No.1. Politeknik
 Ibrohim, J. 2009. Analisis Pendapatan Negri Bandung.
Usahatani Kopi Robusta dan Saluran

238
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PERAN PEDAGANG PENGEPUL PADA USAHATANI


MANGGA GEDONG GINCU (Mangifera indica L)
DI KABUPATEN MAJALENGKA

THE ROLE OF WHOLESHALERS OF GEDONG GINCU MANGOS


(MANGIFERA INDICA L) FARMING IN MAJALENGKA REGENCY
Suhaeni1, Susandra Yunida Prihanti2

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Majalengka


Jalan K.H. Abdul Halim No. 103 Majalengka Telp./Fax.(0233)281496

(e-mail: suhaenifaperta@yahoo.co.id)

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan usahatani, mempelajari peran pedagang
pengepul dan kelayakan usahatani mangga gedong gincu di Kabupaten Majalengka. Metode penelitian
menggunakan metode pendekatan survei. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang sudah disiapkan sebelumnya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari: sampel petani 30 orang yang ditentukan dengan purposive sampling dan sampel pedagang
pengepul 14 orang yang ditentukan dengan snowball sampling. Keragaan usahatani dan peran pedagang
pengepul dianalisis secara deskriptif. Kelayakan usahatani dianalisis dengan menggunakan R/C ratio. Hasil
penelitian menunjukan keragaan usahatani mangga gedong gincu meliputi persiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen. Peran pedagang pengepul pada usahatani mangga
gedong gincu meliputi: peminjaman modal, pemasaran dan sebagai sumber informasi. Berdasarkan hasil
perhitungan R/C ratio, usaha tani mangga gedong gincu yang dilakukan petani layak diusahakan, hal
tersebut ditunjukkan dengan nilai R/C ratio >1.

Kata kunci: Pedagang pengepul, usahatani, mangga gedong gincu

ABSTRACT. The objective of research was to study description of farming, study the role of wholesalers
and feasibility of gedong gincu mangos farming in Majalengka Regency. The research method was survey
method. The data collection was conducted by interview techniques, using questionnaire. The Samples of
this study were: 30 farmers gedong gincu mangos taken by using purposive sampling, 14 wholesalers taken
by snowball sampling. Description of farming and the role of wholesalers were analyzed by description.
feasibility in farm of gedong gincu mango were analyzed using R/C ratio. The results showed Performance of
gedong gincu mangos farming include: Land Preparation, Seeding, Planting, Maintenance, Harvest And Post
Harvest. The role of whosellers on farm of gedong gincu mangos they are: borrowing of capital, marketing
and as a source of information.The based on calculating of R/C ratio, the farm of gedong gincu mango were
profitable and feasibility, it was showed value of R/C ratio were>1

Keyword: wholesalers, farm, gedong gincu mango

PENDAHULUAN yang memiliki kekhasan tersendiri. Mangga ini


berperan sebagai sumber vitamin dan mineral,
Mangga gedong gincu (Mangifera indica L) sumber pendapatan dan lapangan kerja serta
merupakan salah satu jenis mangga dari Indonesia salah satu penghasil devisa bagi negara.

239
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
Kabupaten Majalengka merupakan salah METODE PENELITIAN
satu sentra komoditi mangga gedong gincu di
Jawa Barat. Berdasarkan Laporan dari Dinas Penelitian peran pedagang pengepul pada
Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka usahatani mangga gedong gincu (Mangifera indica
(2012), mangga gedong gincu di Kabupaten L) di Kabupaten Majalengka ini menggunakan
Majalengka memiliki luas tanam pada tahun 2011 metode penelitaan survei, data yang dikumpulkan
seluas 3.210,42 ha dan produktivitas sebesar 8 berupa data primer dan sekunder. Data primer
ton/ha. Data tersebut menunjukkan bahwa sentra dikumpulkan melalui kuesioner petani dan
mangga gedong gincu di Kabupaten Majalengka pedagang pengepul. Data sekunder diperoleh dari
cukup luas, serta produktivitas per hektar cukup Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Kabupaten,
tinggi, hal tersebut mengindikasikan bahwa Dinas Pertanian Provinsi dan Kantor Kecamatan.
Kabupaten Majalengka sangat berpotensi untuk Penelitian ini dilakukan di Desa Pasirmuncang
dikembangkan usaha agribisnis mangga gedong Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka
gincu. dengan pertimbangan bahwa Desa Pasirmuncang
Tingginya potensi Kabupaten Majalengka merupakan daerah sentra produksi mangga
sebagai salah satu sentra mangga gedong gincu di gedong gincu di Kabupaten Majalengka dan juga di
Jawa Barat, ternyata di dalamnya masih daerah tersebut banyak ditemukan pedagang
menyisakan beberapa permasalahan, salah pengepul. Waktu penelitian mulai bulan April-Juni
satunya adalah panjangnya mata rantai 2013. Sampel ditentukan dengan cara non
pemasaran mangga gedong gincu, dimana petani probabilistik. Penuntuan responden petani
mangga yang merupakan pelaku utama dalam dilakukan dengan purposive sampling dan
kegiatan agribisnis mangga mendapatkan responden pedagang pengepul ditentukan dengan
keuntungan yang relatif lebih kecil bahkan tidak snowball sampling. Berdasarkan teknik ini di
mendapat jaminan kepastian usaha dibanding dapatkan sampel petani 30 petani dan sampel
dengan pedagang pengepul dalam kegiatan pedagang pengepul 14 pedagang. Untuk
usahatani mangga ini (Sumarno, 2003). mengetahui keragaan usahatani dan peran
Saluran tataniaga mangga gedong gincu pedagang pengepul pada usahatani mangga
secara umum adalah Petani – pedagang gedong gincu di Desa Pasirmuncang Kecamatan
Pengumpul – Pedagang Pengepul – Pasar Induk – Penyingkiran Kabupaten Majalengka maka
Pasar Tradisional – Konsumen, disinilah Peran para dilakukan wawancara tentang peranan pedagang
pelaku (Petani, Bandar penampung/supplier, pengepul dalam pemasaran mangga gedong gincu,
bandar kecil) dimata rantai sangat menentukan data yang terkumpul kemudian dianalisa secara
keberhasilan usahatani mangga gedong gincu. deskriptif, untuk mengetahui pendapatan dan
Sistem pemasaran pada komoditas mangga kelayakan usahatani yang dilakukan petani
menggambarkan ketergantungan dan kebiasaan mangga gedong gincu melalui pedagang pengepul
antara pelaku dalam melakukan pemasaran dilakukan analisis dengan pendekatan matematis
(Anugrah, 2009). dengan rumus sebagai berikut :
Pedagang Pengepul merupakan salah satu
pelaku yang terlibat di dalam mata rantai I = TR – TC
tataniaga yang mendukung usahatani mangga
gedong gincu di Kabupaten Majalengka. Pedagang dimana:
Pengepul ini terkadang diartikan sebagai orang I = income (pendapatan)
yang sangat merugikan petani, namun disisi lain TR = total revenue (total penerimaan)
Pedagang Pengepul menguntungkan bagi petani TC = total cost (biaya total)
itu sendiri. Pedagang pengepul merupakan titik
awal pendistribusian mangga gedong gincu. Pasar Untuk mengetahui layak atau tidaknya
yang dituju adalah pasar tradisional dan pasar usahatani dapat dilakukan dengan menghitung
modern. Revenue cost (RC) Ratio (Hanafie, 2010) dengan
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumus:
penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
keragaan usahatani, peran pedagang pegepul dan RC ratio =
kelayakan usahatani mangga gedong gincu di
Kabupaten Majalengka

240
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
Kriteria yang digunakan: lingkaran parit dibawah kanopi/membuat lubang
R/C ratio > 1, maka usahatani layak diusahakan parit (bentuk L) di sisi kanopi, khusus unuk pupuk
R/C ratio < 1, maka usahatani tidak layak organik diberikan agak dekat tanah.
diusahakan
R/C ratio = 1, maka usahatani dikatakan inpas, Tabel 1. Rekomendasi Dosis Pemupukan Mangga
tidak memberikan keuntungan dan kerugian dalam Gedong Gincu per Pohon
analisis kelayakan dikatakan tidak layak. Pupuk
Pupuk Pupuk SP-
Pupuk
Umur Organik KCL
Urea 36
(thn) (kg/pohon (g/pohon
HASIL DAN PEMBAHASAN )
(g/pohon) (g/pohon)
)
Keragaan Usahatani Mangga Gedong Gincu 1 10 250 100 250
2 20 300 150 300
Desa Pasirmuncang merupakan salah satu 3 40 350 200 350
4 40 400 250 400
desa penghasil mangga gedong gincu di 5 25 450 300 450
Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka. 6-8 35 500 350 500
Bagi petani tersebut berusahatani merupakan >8 45 600 400 600
sumber pendapatan pokok (utama). Kegiatan Sumber: Diferta Kab. Majalengka,2012
tersebut sudah berjalan cukup lama, sehingga
dapat dijadikan sebagai mata pencaharian utama Tabel 1 menunjukkan rekomendasi
dibanding pekerjaan lainnya. pemupukan pada pohon mangga gedong gincu.
Kegiatan usahatani Mangga gedong gincu Dosis pemupukan disesuaikan dengan umur dan
biasanya dilakukan satu kali dalam satu tahun pertumbuhan tanaman. Pada saat tanaman
tetapi setelah adanya penerapan teknologi para memasuki fase pembungaan dan pembuahan,
petani bisa melakukan dua kali dalam satu musim maka pupuk ekstra untuk merangsang dan
yang hasil panennya dikenal dengan panen luar memantapkan bungan dan buah perlu diberikan.
musim (off-season). Hasil atau produk (mangga)
selain untuk dikonsumsi sendiri juga merupakan 2). Pemangkasan
pemasok untuk daerah luar kecamatan. Keragaan Pemangkasan dilakukan untuk
mangga gedong gincu yang dilakukan petani di mendapatkan bentuk tanaman yang baik, sehingga
Desa Pasirmuncang meliputi persiapan lahan, didapatkan bentuk tajuk yang dikehendaki, yaitu
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan dahan/cabang tanaman seimbang kesegala arah,
pascapanen. Kegiatan persiapan lahan, pembibitan dan juga untuk merangsang tunas baru muncul
dan Penanman dilakukan di pertama awal. secara bersamaan dan mencapai umur dewasa
Sedangkan untuk selanjutnya petani hanya dalam waktu yang sama pula. Selain itu,
melakukan pemeliharaan, panen dan pasca penen. pemangkasan juga bertujuan agar tanaman bebas
dari cabang negatif (cabang yang daunnya tidak
Pemeliharaan terkena matahari langsung), membentuk tajuk
tanaman yang bentuknya bulat seperti payung
Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan terbuka, mengurangi kelembapan, percabangan
penyiangan/pembumbunan, pemupukan, kokoh dan tersebar merata ke seluruh penjuru
penyiraman/pengairan, pemangkasan, angin. Dan mempercepat tanaman berbuah.
penanggulan OPT. Caranya yaitu dengan memotong atau memangkas
atau membuang dahan dan ranting yang
1). Pemupukan. tersembunyi dan membentuk pohon sesuai dengan
Pemupukan susulan dilakukan 2 kali dalam yang kita kehendaki.
1 tahun, yaitu pada fase vegetatif sebelum
produksi (sekitar bulan mei) dan setelah produksi 3). Penyiraman/pengairan.
(sekitar bulan Desember-Januari), dengan cara Penyiraman/pengairan merupakan unsur
membenamkan campuran pupuk susulan yang yang cukup penting dalam berkebun mangga,
terdiri dari Pupuk kandang dan NPK Phonska terutama pada musim kemarau. Pada fase awal
disekitar tegalan, dengan dosis pupuk kandang 50 atau pada waktu tanaman masih kecil dan hujan
kg/pohon dan NPK 9 kg/pohon untuk pemupukan kurang, maka penyiraman diperlukan karena
pertama, dan 6 kg/pohon NPK pada pemupukan tanaman mangga gedong gincu memerlukan air
kedua. Sebelum membenamkan pupuk dibuat dulu yang cukup , sedangkan pada musim hujan

241
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
dimana air berlebihan, maka banyak/masih dalam tahapan belajar. Dalam
drainase/pembuangan air harus mendapat penelitian ini tanaman mangga rata-rata berumur
perhatian, sehingga aerasi dan drainase tanah diatas 15 tahun. Kriteria mangga gedong gincu
tetap terpelihara. Sebaiknya pemberian air ini yang sudah dapat dipanen adalah bekas tangkai
dilakukan pada sore hari. buah yang rontok kelihatan mengering seluruhnya,
Pada musim kemarau pengairan lekukkan ujung buah rata/hampir hilang, pori-pori
dilakukian dengan volume 70-80 rata dan berwarna coklat, lapisan lilin mulai
liter/pohon/minggu. Pada fase menjelang menebal pada permukaan buah, cabang tangkai
pembungaan dikurangi menjadi 40-60 buah kering 65 %, buah tidak berbunyi nyaring
liter/pohon/minngu dan dihentikan untuk bila disentil, dan ukuran buah 100-120 hari setelah
merangsang pembentukan bunga. Setelah bunga bunga muncul.
terbentuk, pengairan normal kembali untuk Adapun cara panennnya sebagai berikut :
mengurangi resiko kecilnya buah dan mutu daging a. Menggunakan gunting pangkas/galah
buah rendah. Selanjutnya pengairan dilakukan 5-7 bergunting/berpisau dan dilengkapi
hari sekali sampai buah dipanen. Pada masa sejak keranjang/kantong).
terbentuk buah sampai dua minggu sebelum b. Saat pemetikan, brongsong dan tangkai buah
panen kebutuhan pengairan dikurangi secara diikutkan. Tangkai buah disisakan sepanjang 2-
perlahan-lahan untuk membentuk mutu buah yang 3 cm (untuk menjaga agar buah tidak terkena
diinginkan (rasa manis dan kematangan). Setelah getah)
panen, pohon perlu banyak air untuk memulihkan c. Buah yang masih dibungkus diletakan dalam
diri dari keadaan stres ke keadaan normal wadah bambu (alat pengumpul semntara
pelaksanaannya segera diikuti pupuk berkadar N dilapangan) dengan posisi tangkai menghadap
tinggi. ke bawah sampai getah habis.
d. Buah dalam wadah kemudian bungkusnya
4). Penanggulangan Hama dan Penyakit. dibuka dan diletakan pada keranjang yang
Penanggulangan hama dan penyakit, baik terbuat dari plastik (container) atau keranjang
yang menyerang akar, batang, daun, bunga, dan yang berukuran ±20 kg yang beralaskan
buah perlu diperhatikan. Pemberatasan dilakukan kertas, ditata maksimum 2 tumpukan serta
apabila hama dan penyakit tersebut sudah diletakan ditempat yang teduh.
merusak di atas ambang batas. Adapun alternatif Setelah mangga dipanen, kemudian
pengendalian hama dan penyakit : dikumpulkan dan disimpan di dalam keranjang
a. Pengendalian hayati/biologis (menggunakan ditumpuk secara hati-hati dengan disertai
musuh alami) pembatas antar keranjang. Kemudian para petani
b. Perbaikan teknik budidaya (mengatur jarak langsung menjual ke Pedagang Pengepul, dari
tanam), memperbaiki sistem pengairan dan pedagang pengepul inilah dilakukan penanganan
sanitasi kebun. pascapanen seperti sortasi, grading, pelabelan,
c. Mekanisasi (memotong atau membuang bagian pengepakan dan kemudian sampai pada
tanaman yang terserang kemudian pengiriman barang.
memusnahkannya dan membuat perangkap
untuk hama lalat buah). Peran Pedagang Pengepul Pada Usahatani
d. Penggunaan pestisida merupakan langkah Mangga Gedong Gincu
terakhir, bila melawati ambang batas ekonomi,
maka pertisida dapat digunakan secara berkala. Pedagang pengepul merupakan salah satu
Biasanya pengadaan sarana produksi untuk pelaku yang terlibat di dalam mata rantai tataniaga
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman yang mendukung usahatani mangga gedong gincu.
mangga meminjam pada pedagang pengepul baik Pedagang pengepul sering pula disebut sebagai
berupa uang maupun berupa obat-obatan seperti bandar yang kebanyakan masyarakat menilainya
ZPT, fungisida, dan insektisida. sebagai orang yang merugikan petani, namun
dalam usahatani mangga ini justru sangat
Panen dan Pascapanen menguntungkan petani, hal tersebut dikarenakan
pedagang pengepul meminjamkan modal dan
Mangga gedong gincu sudah dapat dipanen menjamin pasar bagi petani. Pada saluran
pada tahun ke-5, namun jumlahnya tidak tantaniaga mangga gedong gincu di Kabupaten

242
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
Majalengka, antara petani dan pedagang pengepul petani dengan tidak memotong semua uang yang
saling ketergantungan satu sama lain. Artinya dibayarkan, tetapi petani boleh menyicilnya. Uang
petani butuh pasar dan pedagang pengepul butuh diganti dengan uang, sedangkan ZPT/obat-obatan
barang, maka terjadilah kerjasama antara petani lainnya diganti juga dengan uang seharga ZPT
dan pedagang pengepul ini. pada saat itu. Hasil penelitian tersebut sesuai
Pedagang pengepul dan petani tidak terikat dengan pendapat Anugrah (2009) yang
kontrak tertulis secara formal terikat, namun menyatakan bahwa pedagang pengepul adalah
mereka kerjasama dengan sistem kepercayaan. sumber modal jika pada suatu saat diperlukan
Jadi, Petani percaya dengan harga yang diberikan untuk tambahan biaya atau modal dalam
pengepul. Begitu juga dengan pengepul percaya melakukan kegiatan usahatani di tingkat petani.
dengan meminjamkan modalnya pada petani. Bagi pedagang pengepul, adanya pinjaman modal
mereka bekerjasama dengan saling yang diberikan merupakan jaminan atas pasokan
menguntungkan. Pedagang pengepul jumlah barang produksi mangga yang akan
meminjamkan modalnya pada petani merupakan diperuntukkan bagi pemenuhuan pesanan para
salah satu cara untuk mengikat petani agar pedagang, supplier dan beberapa Bandar besar di
pedagang pengepul bisa dengan mudah beberapa pasar tujuan.
mendapatkan barang. Gambar 1 menunjukan mekanisme
Keterlibatan Pedagang pengepul di Desa peminjaman modal dari petani ke pedagang
Pasirmuncang sangat membantu usahatani pengepul di Desa Pasirmuncang Kecamatan
mangga gedong gincu, seperti memberikan Panyingkiran Kabupaten Majalengka, mekanisme
pinjaman modal, membantu pemasaran petani, peminjaman modal dari petani ke Pedagang
dan juga sebagai sumber informasi. Pengepul biasanya petani datang langsung ke
lapak Pedagang Pengepul untuk meminjam modal,
1) Pinjaman Modal kemudian Pedagang Pengepul melakukan survei
Pedagang Pengepul memberikan pinjaman lahan dan jumlah pohon mangga yang dimiliki
modal kepada petani untuk usahatani mangga petani dengan menugaskan anak buahnya
gedong gincunya biasanya berupa uang dan (pedagang pengumpul), barulah Pedagang
ZPT/obat-obatan lain yang diperlukan pohon Pengepul akan memberikan nominal uang yang
mangga gedong gincu. Uang yag dipinjam petani akan dipinjamkan, begitu juga dengan
dari Pedagang Pengepul biasanya digunakan untuk peminjaman modal berbentuk ZPT. Hal ini
membayar upah tenaga kerja. Petani membayar dimaksudkan agar petani tidak boros, dan tidak
pinjamannya pada saat panen tiba, petani menjual terlalu banyak membayar pinjamannya. Pinjaman
hasil panennya kepada Pedagang Pengepul yang akan dikembalikan pada saat musim panen tiba,
meminjamkan modalnya, kemudian Pedagang petani akan menjual hasilnya pada Pedagang
Pengepul memotong harga gedong gincunya. Pengepul dan Pedagang Pengepul akan memotong
Pedagang Pengepul memberikan keringanan pada uang dari hasil mangga yang dijualkan petani.

Usahatani Hasil
Petani
Mangga Gedong Produksi
Gincu

Modal dan Pedagang Pengepul


faktor produksi
lain
Gambar 1. Mekanisme Peminjaman Modal dari Petani ke Pedagang Pengepul di Desa Pasirmuncang
Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka

Pedagang Pengepul melakukan berbagai Pengepul, memberikan kaos, dan lain sebaginya
cara untuk memikat petani, seperti memberikan disetiap akhir panennya.
pelayanan transportsi, misalnya menjemput hasil
panen petani agar petani tidak usah bersusah
payah membawa barangnya ke lapak Pedagang

243
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
2) Pemasaran 3) Sumber informasi
Berdasarkan hasil penelitian ini Pedagang pengepul juga berperan sebagai
menunjukkan bahwa dalam pemasaran mangga sumber informasi bagi petani. salah satu informasi
gedong gincu pedagang pengepul sangat berperan yang diberikan adalah informasi harga, dan
bagi petani dalam memasarkan mangganya. petani informasi ini sangat penting bagi petani. Informasi
tidak perlu susah-susah mencari pasar dan harga didapat dari pasar di pusat, jadi Pedagang
mengeluarkan biaya lainnya untuk pascapanen. Pengepul mendapatkan informasi harga lalu
Selain itu, petani akan lebih cepat mendapatkan diberitahukan pada petani. Selain itu, apabila
uang karena Pedagang Pengepul langsung pedagang pengepul ini mendapatkan ilmu terkait
membayar hasil panen dari petani. Pada saat budidaya mangga gedong gincu dari perusahaan,
panen raya tiba Pedagang Pengepul tidak melepas maka pedagang pengepul akan memberikan
petani begitu saja meskipun pasokan barang di penyuluhan tentang cara bercocok tanam mangga
pedagang pengepul banyak, namun Pedagang agar menghasilkan mangga dengan kualitas
Pengepul ini tetap saja menerima hasil panen bagus, dan harga yang diterima pun akan bagus.
petani, namun dengan harga sesuai pasaran.
Menurut Supriatna (2007), terdapat 5 pola saluran Kelayakan Usahatani Mangga Gedong Gincu
pemasaran mangga gedong gincu dan pedagang Pendapatan Pedagang Pengepul
pengepul merupakan titik awal pendistribusian
mangga gedong gincu di Kabupaten Majalengka. Menurut Sukirno (2006b), pendapatan
Selain itu, dikuatkan lagi dengan pendapat Zakari adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh
(2012) menyatakan bahwa wholesalers adalah penduduk atas prestasi kerjanya selama satu
satu-satunya pelaku dalam rantai mangga gedong periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan
gincu di Negara Gana yang mendistribusikan maupun tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya
mangga ke pedagang pengecer maupun pedagang akan memperoleh pendapatan berupa nilai uang
modern. yang diterima dari penjualan produk yang
Petani menjual mangga hasil panennya dikurangi biaya yang telah dikeluarkan.
dengan datang langsung ke lapak Pedagang Menurut Soedjana (2007), usahatani yang
Pengepul dan ada pula petani yang meminta dilakukan oleh petani mempunyai dua tujuan,
Pedagang Pengepul untuk membawa hasil yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal
panennya ke kebun petani. Hal tersebut dan untuk security (keamanan) dengan cara
dikarenakan jumlah mangga yang akan dijual meminimalkan resiko. Penggunaan faktor produksi
banyak ataupun karena petani tidak mempunyai dalam kegiatan usahatani mangga gedong gincu di
alat transportasi, dalam kondisi ini pedagang tingkat petani mempunyai konsekuensi timbulnya
pengepul tidak memotong untuk biaya beban biaya baik untuk faktor produksi variabel
transportasinya. Setelah barang dari petani sampai maupun faktor produksi tetap.
di lapak Pedagang Pengepul, barang langsung di Berdasarkan hasil pengamatan dan
sortir untuk menentukan grade buahnya, ada wawancara dengan petani responden, yang
grade A,B, dan grade C, ada pula petani yang termasuk biaya usahatani mangga gedong gincu
menyortirnya langsung dari kebun karena harga meliputi: biaya sarana produksi, biaya tenaga
setiap gradenya akan berbeda. Setelah disortir, kerja, dan biaya peralatan. Tujuan penelitian yang
buah akan dicuci kemudian di packing untuk dilakukan pada responden petani adalah untuk
dipasarkan. Untuk grade A tujuan pasarnya adalah mengetahui analisis biaya dan pendapatan
ekspor (Timur Tengah, Saudi arabia, Pakistan, dan usahatani mangga gedong gincu dengan
Singapura), luar jawa, ataupun Supermarket, melibatkan peran pedagang pengepul pada
sedangkan Grade B tujuannya ke Supermarket, masing-masing petani responden di daerah
luar jawa, luar daerah Majalengka, dan pasar penelitian yaitu di Desa Pasirmuncang Kecamatan
induk caringin di Bandung, ataupun pasar induk Kertajati Kabupaten Majalengka. Untuk lebih
lain di daerah Jakarta dan Tanggerang. Dan untuk jelasnya rata-rata biaya usahatani mangga gedong
Grade C biasanya ke pasar tradisional (Bidang gincu dapat dilihat pada Tabel 2.
Hortikultura Dinas Pertanian dan Perikanan Berdasarkan Tabel 2 rata-rata besarnya
Kabupaten Majalengka, 2010). biaya tetap tiap responden untuk usahatani
mangga gedong gincu yaitu sebesar Rp.521.960
sedangkan biaya variabel adalah sebesar

244
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
Rp.14.098.050. Biaya variabel adalah biaya yang adalah sebesar: 2,643 kg x Rp.25.000 =
dikeluarkan petani untuk pengadaan faktor-faktor Rp.66.075.000.
produksi, seperti Pupuk Kandang, ZPT, NPK, Pendapatan usahatani mangga gedong
Insektisida, Fungisida, PPC dan biaya Tenaga gincu merupakan rata-rata pendapatan dari petani
Kerja, yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besar mangga gedong gincu yang dihitung dari hasil
kecilnya volume produksi, dan penggunaannya penerimaan produksi mangga gedong gincu
pun sesuai dengan umur pohon. setelah dikurangi dengan biaya usahatani. Rata-
Dalam penelitian ini rata-rata pohonnya rata pendapatan petani mangga gedong gincu per
berusia lebih dari 15 tahun. Rata-rata biaya total luas lahan adalah sebesar Rp.51.454.990 per
untuk usahatani mangga gedong gincu sebesar tahun, untuk rata-rata pendapatan per hektar
Rp.521.960 + Rp.14.098.050 = Rp.14.620.010 adalah Rp.52.774.349 per tahun. Pendapatan
Penerimaan usahatani mangga gedong gincu tersebut cukup besar bagi petani, hal ini karena
merupakan hasil kali antara jumlah hasil produksi adanya keterlibatan pedagang pengepul dalam
dengan harga jual (Sukirno, 2002a). Besar kecilnya usahatani mangga gedong gincu petani, sehingga
penerimaan tergantung dari jumlah produksi yang petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
dihasilkan dan harga yang diterima responden. pascapanen seperti biaya untuk sortasi, grading,
Rata-rata total produksi mangga gedong gincu dan pemasaran lainnya.
adalah sebesar 2,643 kg, dengan harga jual
sebesar Rp.25.000 /Kg sehingga penerimaannya

Tabel 2. Rata-rata Pendapatan Petani Mangga Gedong Gincu Per Luas Lahan dan Per Ha Per Tahun di Desa
Pasirmuncang Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka

Luas Lahan 0,975 Ha Luas Lahan 1 Ha


No Rincian
Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)
1. Biaya Tetap
1). Pajak 34.920 35.815
2). Penyusutan Alat 487.040 499.528
Jumlah biaya tetap 521.960 535.343
2. Biaya Variabel
1).PupukKandang (kg) 1.982,00 1.982.000 2.032,82 2.032.821
2). NPK (Kg) 138,78 1.387.800 142,34 1.423.385
3). ZPT (Lt) 6,71 4.026.000 6,88 4.129.231
4). Fungisisda (Lt) 12,55 941.250 12,87 965.385
5). Insektisida (Lt) 10,18 712.600 10,44 730.872
6). PPC (Lt) 22,76 2.048.400 23,34 2.100.923
7).Tenaga Kerja (HOK) 37,50 3.000.000 38,46 3.076.923
Jumlah Biaya Variabel 14.098.050 14.459.538
Biaya Total 14.620.010 14.994.881
3. Penerimaan 66.075.000 14.994.881
1). Produksi (Kg) 2.643 2.711
2). Harga Jual (Rp) 25.000 25.000
Jumlah Penerimaan (Rp) 66.075.000 67.769.231
4. Pendapatan
1).Penerimaan (Rp) 66.075.000 67.769.231
2). Biaya Total (Rp) 14.620.010 14.994.881
Jumlah Pendapatan (Rp) 51.454.990 52.774.349

Kelayakan Usahtani Mangga Gedong Gincu satuan biaya total yang diukur dengan besarnya
nilai R/C ratio. Nilai R/C ratio usahatani mangga
Tingkat keuntungan adalah besarnya nilai gedong gincu yang melibatkan pedagang pengepul
yang menyatakan kemampuan satu satuan adalah sebesar 4,52 diperoleh dengan cara
penerimaan yang dibandingkan dengan satu

245
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

menggunakan rumus Revenue/Cost (R/C ratio) pedagang pengepul/asosiasi untuk memperkuat


dimana: kerjasama diantara pedagang, selain itu juga
untuk koordinasi harga agar tidak terlalu terjadi
perbedaan harga yang mencolok antar pedagang
RC ratio =
pengepul, agar kerjasama yang terjalin semakin
erat, dan bisa saling membantu satu sama lain;
Dibentuk koperasi simpan pinjam agar petani bisa
RC ratio = = 4,52
menyimpan uangnya di koperasi dan tidak selalu
meminjam pada pedagang pengepul; Peran
Berdasarkan hasil perhitungan usahatani pemerintah atau instansi terkait lebih ditingkatkan
mangga gedong gincu di Kabupaten Majalengka guna membantu petani dalam hal pemasaran, agar
menunjukkan bahwa nilai R/C ratio sebesar 4,52 jaringan pemasaran petani lebih luas lagi.
yang menunjukkan bahwa setiap Rp.1 biaya yang
dikeluarkan akan memberikan penambahan DAFTAR PUSTAKA
penerimaan sebesar 4,52. Nilai R/C ratio >1
menunjukkan bahwa Usaha yang dilakukan petani  Anugrah, I.S. 2009. Mendudukan komoditas
mangga gedong gincu ini layak untuk diusahakan. mangga sebagai unggulan daerah dalam suatu
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil kajian kebijakan sistem agribisnis-upaya menyatukan
kelayakan usahatani mangga yang dilakukan oleh dukungan kelembagaan bagi eksistensi petani.
Supriatna (2007), dimana nilai R/C petani mangga Analisis Kebijakan Pertanian. 7 (02):189-211.
sebesar 4,64, selain itu juga berdasarkan hasil  Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan
penelitian Anugerah (2009), nilai R/C ratio petani Perikanan Kabupaten Majalengka. 2010.
mangga 1,58, masing-masing nilai R/C ratio >1 Budidaya Mangga Gedong Gincu (Manginfera
sehingga semakin menguatkan bahwa usahatani indica L). Dinas Pertanian dan Perikanan
mangga, khususnya mangga gedong gincu layak Kabupaten Majalengka.
untuk diusahakan.  Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten
Majalengka. 2012. Buku Laporan Tahunan.
SIMPULAN Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten
Majalengka.
Keragaan usahatni mangga gedong gincu  Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi
meliputi persiapan lahan, pembibitan, penanaman, Pertanian. ANDI Yogyakarta. Yogyakarta.
pemeliharaan, panen dan pascapanen. Peran  Soedjana, T.D. 2007. Sistem usahatani ternak
pedagang pengepul pada usahatani mangga sebagai respon petani terhadap faktor risiko.
gedong gincu di Desa Pasirmuncang meliputi Jurnal Litbang Pertanian. 26 (2):82-87.
peminjaman modal, pemasaran dan sebagai  Sukirno,S. 2002a. Pengantar Teori
sumber informasi. Mekanisme peran pedagang Mikroekonomi. PT. Raja Grafindo Persada.
pengepul pada usahatani mangga gedong gincu Jakarta.
meliputi alur peminjaman modal petani kepada  Sukirno, S. 2006b. Ekonomi Pembangunan.
pengepul, pemasaran petani kepada pengepul. Proses, Masalah dan kebijakan, Kencana
Alurnya tidak panjang karena petani biasanya Prenada Media group.
datang langsung ke lapak pengepul. Berdasarkan  Sumarno. 2003. Potensi dan peluang usaha
hasil perhitungan R/C ratio, usaha tani mangga agribisnis buah tropika dalam era pasar
gedong gincu yang dilakukan petani mimilki nilai bebas. Dalam Prosiding Seminar Prospek Sub
R/C ratio Rp.4,52 (>1), Berarti usahatani mangga Sektor Pertanian Menghadapi Era AFTA Tahun
gedong gincu dengan melibatkan pedagang 2003. Ed. Roesmijanto. Puslitbang Sosial
pengepul di Desa Pasirmuncang dinyatakan layak Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian Dan
untuk diusahakan. Pengembangan Pertanian.
 Supriatna, A. 2007. Kelayakan usahatani dan
SARAN tataniaga mangga (Mangifera indica) di
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Jurnal
Kerjasama petani dan pengepul sebaiknya Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
tertulis secara formal, seperti membuat MOU Pertanian. 10(2):166-178.
(Memorandum Of Understanding), agar tidak ada Zakaria. 2012. Ghana-National mango study.
kecurangan satu sama lain; bagi pedagang International Trade Cente.
pengepul dibentuk suatu wadah/kelompok

246
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KARAKTERISTIK PETANI KAITANNYA DENGAN


CARA PENJUALAN MANGGA DI KABUPATEN CIREBON
Yosini Deliana1, Sri Fatimah2, Anne Charina3

Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl.Raya Jatinangor Km.21 Sumedang

(email : yosini22@yahoo.com1, sri_fatimah@yahoo.com2, charina78@yahoo.com3)

ABSTRAK. Produksi mangga di Kabupeten Cirebon meningkat setiap tahunnya, banyak petani yang
merubah lahannya dari padi menjadi mangga karena lebih menguntungan. Sentra produksi mangga di
Kabupaten Cirebon adalah di Kecamatan Astanajapura, Greged, Dukupuntang dan Sedong. Dalam
mengusahakan mangga petani ada petani tradisional, petani transisional dan petani komersial, demikian
pula dalam sistem penjualan mangga ada yang ijon, tebasan, dan sewa. Jumlah petani mangga di
Kabupaten Cirebon sekitar 2.845 petani yang tersebar di sentra produksi dan daerah lainnnya, walaupun
demikian produktivitas mangga belum optimal. Hal ini terlihat dari naik turunnya produksi mangga di
Kabupaten Cirebon. Dengan demikian bagaimana karakteristik petani tradisional, transisional dan komersial,
faktor-faktot apa yang membedakan petani tersebut, bagaimana karakteristik petani kaitannya dengan cara
penjualan mangga di Kabupaten Cirebon. Data diambil dari bulan Mei - Agustus 2014 dengan simple
random sampling 10 % dari jumlah populasi petani mangga di kabupaten Cirebon, data dianalisis dengan
discriminant analysis. Hasil analisis mengungkapkan bahwa ada perbedaan karakterisik antara petani
tradisional, transisional dan komesial. Faktor dominan yang membedakan petani tradisional, transisional dan
komersial adalah faktor jumlah pohon mangga, pendidikan, tujuan pasar dan penggunaan label, sedangkan
faktor lainnya tidak menjadi pembeda seperti pekerjaan sambilan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan
keluarga. Ada kecenderungan petani tradisional cara penjualan mangganya secara ijon, petani transisional
dan petani komersial cenderung menjual mangga dengan sistem sewa dan tebasan.

Kata Kunci : Karakteristik petani, discriminant analysis, cara penjualan mangga

ABSTRACT. Production of Manggo in Cirebon Regency increase every year, a lot of the farmer change their
commodity paddy to manggo because of the profit. The central production of mango in Cirebon Regency
are Astanajapura, Greged, Dukupuntang and Sedong District. The Mango farmer divided into traditional
farmer, transitional farmer and commercial farmes, al well as the manggo method transaction system. The
method transaction system are the practice of selling mango before the harvest, selling mango at right
the harvest. The amount of farmer in Cirebon Regency is 3. 000 farmers spread in the central mango area
and the other location, even so the mango productivity has not optimal yet. This fenomena can be seen
from the fluctuative of mango production. There for how the characteristic of traditional farmer, transitional
farmer and commercial farmes, what are the distinguished factors from differentiated farmers, what is the
relationship between the farmers characteristic and the method transaction system. Data collective from
May until August 2014, responden taking by simple random sampling, 10 % from population of mango
farmer in Cirebon Regency, and the data was analyzed by discriminant analysis. The results found that the
characteristic of traditional farmer, transitional farmer and commercial farmes are different. The dominant
factors distinguished from traditional farmer, transitional farmer and commercial farmes are the amount of
mango three, education, target market and how the utilization of label. The other factors such as outside
job, the member of family and income has not the distinguished farmers from that farmers. The traditional
farmers tend to sell their mango before the harvesting, on the other side the transitional and commercial
farmers tend to sell their mango by leasing their three and selling their manggo at harvest time.

Key words : The farmers characteristic, discriminant analysis, the selling method of
transaction.

247
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP tingkat kematangan 75- 80 %, buahnya mulus


Tujuan Penelitian tidak ada bercak-bercak dan bebas dari getah,
kualitas baik. Eksportir akan menghargai mangga
Tujuan penelitian adalah menganalisis yang berkualitas dengan harga lebih dari harga
bagaimana karakteristik petani tradisional, pasar apabila kualitas mangga sesuai yang
transisional dan komersial, faktor-faktor apa yang diinginkan pasar ekspor maupun supermarket.
membedakan petani tradisional, petani Di Kabupaten Cirebon petani mangga
transisional dan petani komersial dan bagaimana dikatagorikan menjadi petani tradisional, petani
karakteristik petani kaitannya dengan cara transisional dan petani komersial. Katagori petani
penjualan mangga. ini dalam menjual mangga berbeda-beda, ada
yang menjualnya secara langsung ke supplier,
Ruang Lingkup Penelitian ada yang ijon, ada yang sewa dan ada juga yang
tebasan. Hasil penelitian Hafifi (2014)
Ruang Lingkup Penelitian adalah mengungkapkan bahwa petani mangga di Desa
pemasaran agribisnis Karangwuni Kecamatan Sedong, 85 % petani
menggunakan sistem penjualan sewa, 12 %
PENDAHULUAN sistem penjualan tebasan, 2,5 % penjualan
Latar Belakang langsung dan 0,5 % dengan ijon. Pada sistem
penjualan sewa, kontrak maupun ijon petani tidak
Total luas areal tanan mangga di menanggung resiko kegagalan panen maupun
Indonesia 160.000 Ha, sedangkan daerah potensi kerusakan buah, karena risiko dibebankan ke
mangga di Indonesia adalah Jawa Barat tengkulak, pedagang pengumpul maupun
(Indramayu, Majalengka dan Cirebon), Jawa pedagang besar. Sedangkan sistem penjualan
Tengah (Solo, Sragen, Pati, Rembang, Tegal, langsung petani menanggung resiko kegagalan
Blora, Pemalang, Sleman dan Bantul, dan Jawa panen mapun kerusakan buah. Masalahnya
Timur (Probolingo, Pasuruan, Situbondo, Gresik, adalah walaupun sistem penjualan sewa, tebasan
Mojokerto, Lamongan dan Magetan). Sedangkan maupun sistem ijon petani tidak menangung
diluar jawa tersebar di Aceh (Sabang), NTB resiko, akan tetapi petani seringkali memerlukan
(Sumbawa, Lombok, Barat dan Bima), NTT uang cepat untuk memenuhi kebutuhannya
(Manggarai, Flores Timur, Kupang, Sika, Ngada sehingga pada saat panen mangga, petani ingin
dan Belu), Sulawesi Tengah (Poso dan Donggala), segera menjual mangga tersebut tanpa
Sulawesi Utara (Kendari, Kolaka dan Buton) dan memperhatikan pasca panen, akibatnya kualitas
Sulawesi Selatan (Takalar, Jeneponto, Makasar, mangga dibawah standar. Padahal untuk
Sidrap, Pinrang dan Baru) (Direktorat Budidaya menghasilkan mangga yang berkualitas dan
dan Pasca Panen Buah, Dirjen Hortikultura harganya diatas harga pasar harus diupayakan
Kementrian Pertanian dan LPPM UNPAD, 2014) pasca panen sesuai SOP dan hal ini berkaitan
Petani Mangga gedong gincu pada dengan sistem penjualan mangga.
umumnya di Kabupaten Cirebon adalah petani
yang mengikuti Program Pemerintah yang Identifikasi Masalah.
bekerjasama dengan pemerintah Jepang, Proyek
Pengembangan Agribisnis Hortikultura (P2AH) 1. Bagaimana karakteristik petani tradisional,
pada tahun 1998. Program ini menanam seratus transisional dan komersial
ribu bibit mangga gedong gincu hasil okulasi pada 2.Faktor-faktot apa yang membedakan petani
lahan seribu hektar. Petani yang menanam tradisional, petani transisional dan petani
mangga gedong gincu ini diberikan bantuan alat komersial
dan pupuk selama lima tahun. 3.Bagaimana karakteristik petani kaitannya
Hasil penelitian sebelumnya dengan cara penjualan mangga
mengungkapkan bahwa sekitar 40 % mangga
gedong gincu yang produktif dari keseluruhan METODE PENELITIAN
pohon mangga. Petani mangga ini sudah ekspor
ke berbagai negara dengan nilai ekspor tahun Penelitian menggunakan metode survei,
2012 sebesar USD 2,1 juta (BPS,2011), dan pada data dikumpulkan dengan observasi, kuesioner
tahun 2013 USD 1,4 Juta (BPS, 2012). Mangga dan literature review. Data primer didapatkan
yang diekspor harus memenuhi standar tertentu dari data lapangan secara cross section,
diantaranya berat sekitar 4 – 5 per kilogram, sedangkan data sekunder diambil dari Badan

248
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Pusat Statistik, Departemen Pertanian dan hanya 2 orang dari seluruh responden.
instansi terkait. Karakteristtik respoden secara umum sebagai
berikut.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tabel 1. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan dari Mei – Agustus Variabel Keterangan Jumlah Jumlah
2014 untuk produsen di Cirebon, data produsen Petani Total
dari petani mangga gedong gincu di Cirebon (orang) (orang)
sebagai salah satu sentra produk mangga gedong
Tujuan Ps. tradisional 90 260
di Jawa Barat. Sentra mangga di Kabupaten
Pemasaran Supplier 152
Cirebon adalah Kecamatan Astanajapura, Greged, Antar pulau 16
Dukupuntang, dan Sedong. Lapak sendiri 2
Jumlah 1- 30 75 260
Ukuran Sample pohon 31-100 111
> 100 74
Data prodesen diambil secara simple Pendapatan 2.0 – 4.0 Juta 132 260
random sampling, banyaknya responden 260 Ha/tahun 4.1 - 8 Juta 92
petani. Sampel petani diambil dari populasi petani > 8 Juta 53
mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon Pekerjaan Wirausaha 55 260
sambilan Sawah 175
(2.845 orang), pengambilan sampel tiap
Usaha lain 30
kecamatan diambil secara proporsional yaitu
Jumlah 2 orang 15 260
kecamatan Astanajapura diambil 46 orang, anggota 3 – 5 orang 209
Kecamatan Greged 83 orang, Kecamatan keluarga > 5 orang 38
Dukupuntang diambil 35 orang dan Kecamatan
Sedong diambil 96 orang. Karakteristik Petani Tradisional, Petani
Tradisional dan Petani Komersial
Analisis Data
Petani mangga diklasifikasikan menjadi
Untuk mengetahui faktor dominan yang petani tradisional, petani transisional dan petani
membedakan petani tradisional, petani komersial, dengan ciri terlihat di Tabel 2.
transisional dan petani modern dilakukan dengan Perbedaan karakteristik petani tradisional, petani
discriminant analisis. Faktor-faktor yang dianalisis transisional dan petani komersial yang paling
adalah jumlah pohon, pekerjaan sambilan, terlihat nyata adalah dari farmer share yang
jumlah anggota keluarga, pendapatan, diterima dan akses pasar.
pendidikan, pemasaran, persepsi petani bahwa
label yang menunjukkan kualitas, persepsi petani Faktor-faktor yang Membedakan Petani
bahwa label menunjukkan keamanan pangan, dan Tradisional, Petani Transisional dan Petani
persepsi petani bahwa label pada umumnya bisa Komersial
memberikan nilai tambah apabila dilakukan oleh
pedagang besar atau supplier. Pengujian ANOVA pada analisis klaster
bertujuan untuk melihat faktor-faktor mana saja
HASIL DAN PEMBAHASAN yang secara signifikan membedakan cluster satu
Karakteristik Resonden dengan cluster yang lainnya. Pengujian akan
menolak Ho jika p-value < taraf signifikan 5%.
Petani responden ada 260 orang, yang Hasil pengujian menunjukkan variabel jumlah
terdiri dari petani tradisional = 75 orang (28.85 pohon (p=0,000), pendidikan (0,000), pemasaran
%). Petani transisional 103 0rang (39.62%) dan (p=0,000) , label menunjukkan kualitas
petani maju 82 orang (31.54 %). Petani ini (p=0,000), label menunjukkan keamanan pangan
tersebar di empat sentra produksi mangga (p=0,010) dan label dari pedagang (0,027) dapat
gedong gincu di Kabupaten Cirebon yaitu menjadi pembeda antara klaster satu dengan
Kecamatan Astanajapura = 46 orang (17.69 %), yang lainnya. Sedangkan variabel lainnya seperti
Kec. Greged 83 orang (31.92 %), Kecamatan pekerjaan sambilan yang dilakukan, jumlah
Dukupuntang 35 orang (13.46 %) dan Kecamatan anggota keluarga, dan pendapatan tidak
Sedong 96 orang (36.92%). Pada umumnya mempengaruhi pembagian klaster. Dengan kata
petani adalah laki-lagi, pedagang perempuan lain, faktor dominan yang signifikan membedakan

249
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

antar kelompok petani adalah pendidikan, keamanan pangan dan adanya label dari
pemasaran, pengetahuan petani mengenai label pedagang
menunjukkan kualitas, label menunjukkan

Tabel 2. Karakteristik Petani Mangga


Kharakteristik Petani Petani Petani
Tradisional Transisional Komersial
1.Tujuan pasar Tidak dijual, Pasar Pasar Tradisional Supermarket, ekspor
tradisional Ps domestik (antar
daerah)
2. Kepada siapa Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul Pedagang besar
petani menjual
3. Harga yang rendah Sama dengan harga pasar Lebih tinggi dengan harga
diterima pasar
4. Penentuan harga ditentukan Negosiasi Ditentukan harga sebeumnya
harga pedagang
5. Volume 0%-30% 31-60% 61-100%
penjualan Jml Pohon > 30 Jlm pohon 31-100 Jml pohon > 100
6. Bentuk Cash cash Tidak cash
pembayaran
7. Sistem Tidak dipelihara Dipelihara sendiri, Dipelihara sendiri, melibatkan
Pemeliharaan melibatkan sprayer trader, sprayer trader, atau keduanya
atau keduanya
8. Akses ke pasar Tidak memiliki akses Memiliki akses pasar Memiliki akses pasar untuk
pasar untuk level nasional level internasional
9. Melakukan Tidak melakukan Tidak melakukan Tidak melakukan
Grading dan
standarisasi
10. Melakukan Tidak melakukan Tidak melakukan Melakukan
pengemasan
11. Pembiayaan sendiri Pedagang pengumpul Memiliki akses ke bank
memberikan modal
12.Resiko Tidak menanggung Tidak menanggung resiko Menangung resiko
pemasaran resiko
13.Keikutsertaan Tidak aktif Kurang aktif Aktif
dalam
kelompok tani
14. Pola kohesifitas yang bersifat kohesifitas, dinamis Dinamis, Prinsip Persamaan,
hubungan bonding, statis, Kebebasan, nilai-nilai
dan kemajemukan dan
Kerjasama humanitarian
dalam kelompok
15.Kemampuan tidak adanya akses dan terbatasnya kemampuan Akses dan Kemampuan
membangun kemampuan dalam membangun jejaring membangun jejaring sosial
jejaring sosial membangun jejaring sosial kuat
14. Farmer share < 40 % 40 – 50 % > 50%
15.Status petani Petani Petani merangkap Petani merangkap pedagang
pedagang pengumpul pengumpul dan pedagang
besar

250
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 3. Hasil Analisis KlasterUntuk Ketiga Kelompok Petani


Cluster Error F Sig.
Mean
Mean Square df Mean Square df Square df
Jml_Pohon 13.053 1 .527 258 24.772 .000
Pekerjaan_sambilan .304 1 .319 258 .954 .330
Jml_anggota_keluarga .000 1 .191 258 .002 .968
Pendapatan .366 1 .861 258 .425 .515
Pendidikan 1370.353 1 1.586 258 863.906 .000
Pemasaran 2.130 1 .433 258 4.918 .027
Label
menunjukkankualitas 1.998 1 .144 258 13.881 .000

Label
menunjukkankeamananp 1.113 1 .164 258 6.798 .010
angan
Label daripedagang .410 1 .083 258 4.955 .027

The F tests should be used only for Sistem penjualan ijon adalah sistem penjualan
descriptive purposes because the clusters have dimana tanaman masih berbunga atau masih
been chosen to maximize the differences among kecil, jadi sekitar tanaman berumur 3- 4 bulan
cases in different clusters. The observed setelah pemupukan awal pada musim tersebut.
significance levels are not corrected for this and Cara penjualan dengan ijon merugikan petani
thus cannot be interpreted as tests of the karena harga ditentukan oleh pedagang
hypothesis that the cluster means are equal. tengkulak, maupun pedagang pengumpul.
Cara penjualan langsung adalah
Karakteristik Petani Kaitannya dengan Cara penjualan mangga oleh petani langsung kepada
Penjualan Mangga pedagang tengkulak maupun pedagang
pengumpul pada saat panen. Biasanya pedagang
Sistem penjualan mangga di kabupaten tengkulak atau pedagang pengumpul yang datang
Cirebon ada empat yaitu sistem sewa, tebasan, ke petani, harga yang terjadi berdasatkan
ijon dan penjuakan sendiri. Sistem penjualan kesepakatan.
sewa sering juga disebut sebagai sistem Dari 260 responden ada 60 petani yang
penjualan kontrak, adalah petani menyewakan menggunakan sistem sewa (23.08 %), 113 petani
lahan yang ditanami mangga beberapa tahun, yang menggunakan sistem tebasan (43.47 %),
biasanya disewakan antara tiga sampai dengan 59 petani menjual mangganya dengan sistem ijon
lima tahun, dengan pembayaran dimuka. Harga (22.69 %) dan hanya 28 petani yang menjual
sewa disesuaikan dengan harga pasar, biasanya langsung (10.76%). Hasil penelitian Hafifi (2014)
ada kecenderungan naik setiap kontrak rata rata pendapatan petani mangga dengan
diperbaharui. Pelaku pasar yang bisa melakukan sewa adalah Rp.47. 083. per pohon, rata-rata
kontrak adalah pedagang pengumpul, pedagang pendapatan petani dengan sistem tebasan Rp.
besar maupun supplier. Supplier ini biasanya juga 200.916 per pohon dan rata-rata pendapatan
petani yang memiliki lahan yang luas dan jaringan petani dengan cara ijon Rp.66.050 per pohon.
pasarnya luas. Sistem penjualan tebasan yaitu Sedangkan petani yang menjual langsung, rata-
sistem penjualan pada waktu buah belum tua rata pendapatan petani sekitar Rp.203 166 per
atau belum waktu panen. Mangga beberapa bulan pohon. Dengan demikian pendapatan tertinggi
lagi akan panen dan pedagang melakukan adalah menjual langsung, diikuti tebasan, ijon
negosiasi dengan petani, dan berdasarkan harga dan sewa. Petani menyewakan pohon
kesepakatan pedagang menyerahkan uang ke mangganya karena tidak ada waktu untuk
petani. Pedagang sudah bisa mengekspektasi mengurusnya, memiliki usaha sampingan dan ada
berapa persen akan panen dan berapa persen juga karena lahannya jauh dari lokasi kebun.
gagal panen. Pedagang yang melakukan tebasan Ada kecenderungan petani tradisional menjual
ksdsng untung, dan kadang juga rugi, karena manggganya dengan sistem ijon dan cara
hasil produksi mangga tergantung juga pada penjualan langsung, petani transisional dan petani
hujan dan serangan hama penyakit. komersial cenderung menjual mangganya dengan

251
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

sisten tebasan atau sewa. Petani tradisional yang Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
menjual langsung biasanya pedagang tengkulak Ekonomi Pertanian, Bogor
atau pedagang pengumpul yang datang ke petani  Ashari dan Endang L.H. 2006. Mangga
(9.23%) , akan tetapi ada juga petani komersial Gedong Gincu, Peluang Bisnis Baru. Warta
yang menjual sendiri mangganya ke konsumen Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vo.
akhir (1,53%). Petani yang menjual sendiri 28. No.2. 2006
langsung ke konsumen akhir, biasanya memiliki  Becker.G.S 1999. Country of Origin Labeling
lapak sendiri untuk memasarkan kebunnya di for Fooda : Current Law and Proposed
pasar Jakarta , Bekasi atau pasar sekitarnya. Changes. The Committee for the
Environment, Washington DC, 21 Oktober
SIMPULAN 1999
 Bourdieu, P. 1986. The Form of Capital. In J.
Ada perbedaan karakterisik antara petani Richardson (Ed). Handbook of Theory and
tradisional, transisional dan komesial. Faktor Research for Sociology of Education. New
dominant yang membedakan petani tradisional, York: Greenwood Press.
transisional dan komersial adalah faktor jumlah  Davies P., K. MacPherson. 2010. Country of
pohon mangga, pendidikan, tujuan pasar dan Origin labelinging : A Synthesis of Research.
penggunaan label, sedangkan faktor lainnya tidak Social Science Research Unit Food Standars
menjadi pembeda seperti pekerjaan sambilan, Agency, Oxford Evidentia
jumlah anggota keluarga dan pendapatan  Deliana Y. 2011. Analysis of Consumer
keluarga. Ada kecenderungan petani tradisional Behavior on the Selection of Apple, Cytrus,
cara penjualan mangganya secara ijon dan Imported and Local Mango, in the Bandung
langsung, petani transisional dan petani komersial City, West Java. Journal Lucrari Stiintifice .
cenderung menjual mangga dengan sistem sewa Seria Agronomie. Vol 54,NR 2 p. 32-37
dan tebasan.  _______ Y. 2012. Do Producer and Consumer
Care about Certification label on Organic
SARAN Vegetable. ProceedingRegional Symposium
on Marketing and Finance of The Organic
Untuk meningkatkan cara penjualan Supply Chain- SEOUL 2012, FAO- APRACA-
petani tradisional dari sistem ijon ke cara AFMA-IFOAM, 23-26 September
penjualan lainnya, maka diupayakan peran  Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Buah,
kelompok dalam pemasaran mangga ditingkatkan. Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian dan
Pendidikan menjadi hal penting untuk mendorong LPPM UNPAD, 2014. Road Map
petani tradisional menjadi petani transisional, Pengembangan Mangga (
untuk itu diperlukan adanya pendampingan untuk  Golam, E.,F. Kuchler, L. Mitchell, C.Greene,
meningkatkan pengetahuan dan informasi yang and A.Jessup. 2000. Economics of Food
diperlukan petani. Pendamingan bisa dilakukan labeling. Academic Research Service, U.S.
oleh universitas, lembaga swadaya masyarakat, Departement of Agriculture. Agriculture
maupun pihak swasta. Economics Report no. 793. Greene, W.H.
1998. Limpdep. Version 7.0 Plainview, N.Y.
DAFTAR PUSTAKA Economics Software. Inc
 Hafifi. 2014. Sistem Penjualan Mangga
 Ade Supriatna. 2005. Budidaya dan Prospek Gedong Gincu di Desa Karangwuni,
pemasaran Mangga Gedong Gincu. Tabloid Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon,
Sinar Tani, 28 September 2005 Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas
 ____________ 2008. Kinerja dan Prospek Padjadjaran
Pemasaran Komoditas Mangga (Studi Kasus  Harper Laura, Philips Souta, Jane Ince, Janet
Petani Mangga di Propinsi Jawa Barat) Mckenzie. 2007. Foof labelling Consumer
 Agustian A,A. Zulham, Syahyuti, H.Tarigan, Research. What Consumer Want. A Literature
A.Supriatna, Y.Supriyatna, dan T.Nurasa, Review. Published by Food Standards Agency
2005. Analisis Berbagai Bentuk Kelembagaan UK
Pemasaran dan Dampaknya Terhadap Kinerja  Haucap, J.C. Wey andJ.F. Barmbold. 1977.
Usaha Komoditas Sayuran dan Buah. Laporan ―Location Choice as Signal for Product Quality.
akhir Penelitian Proyek/Bagian Proyek The Economica of Made in Germani. Journal
Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif.

252
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Institution and Theoritical Economics. 153 Designation of Origin Label. Working Paper
(510-31) no.09021, Iowa State University,
 Iswariyadi A, Supriati, Departement of Economics, Ames, Iowa
V.T.Manurung.Rachmat, A.Djauhari. 1993. 50011 - 1070
Penelitian Agribisnis Buku V : Mangga, Pusat  Morrison, D.F. 1998. Multivariate Statistical
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor Methods, McGraw-Hill Book Company
 Iwan Setiadji Anugrah. 2009. Mendudukkan  Natawidjaja et al. 2007. Lingking Mango
Komoditas Mangga sebagai Unggulan daerah Farmers to Dynamic Market Through
dalam Suatu Kebijakan Sistem Agribisnis. Transparent margin partnership Model.
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 7 No.2, Changing Agrifood Markets in Southeast Asia :
Juni 2009; 189- 211 Impact on Small-Scale Producers. SEARCA
 John, Richarda and Dean W Wicher . 2002.  Natawidjaja et al., 2009. Mango Value Chain
Applied Multivariate Statistical Analysis , Key Informant Interview Synthesis. Access to
Prentice Hall, Upper Saddle River, New Modernizing Value Chains by Small Farmers in
Jersey. Indonesia. USAID AMA CRSP Project.
 Kutcher Fred, barry Krissoff and Davis Harvey.  Saptana, EH. Lestari, KS. Indraningsih, Ashari,
2010. Do Consumer Respon to Country of S.Friyatno Sunarsih, V. Darvis. 2005.
Origin labelinging ?. Journal Consum Policy Pengembangan Model Kelembagaan
33 : 323-337 Kemitraan Usaha Yang Berdayasaing di
 Link, J.E. 2009. Mandatory Country of Origin Kawasan Sentra Produksi Hortikultura.
Labeling of Beef, Pork, lamb, Chicken, Goat, Laporan akhir penelitian Proyek/Bagian
Meat, Wild and Farm-Raised Fish and Sellfish, Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian
Perishable Agricutural Commodities, Peanuts, Partisipatif. Pusat Penelitian dan
Pecans, Ginseng, and Macadamia Nuts , ― The Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Federal Register‖/ FIND 74 (010) : 26-58 Bogor.
 Loureiro Maria L and Wendy J. Umberger.  Schupp, A., and J.Gillespie. 2000. Beef
2003. Estimating Consumer Willingness to Handlers and a Mandatory Country of Origin
Pay for Country of Origin Labeling. Journal of labeling Requirement. Reserach Report.
Agricultural and Resource Economics 28 (2) : Lousiana Rural Economist, Vol. 62. No. 1
287 - 301  ______________________ 2001. Handler
 Maenapace Luisa, Gregory Colson, Carola  Reactions to Potential Compulsary Country of
Grebitus, Maria Facendla. 2009. Consumer Orogin labelling of Fresh and Frozen Beef .
Preferences for Country of Origin, Journal Agronomi and Applied Economics. 33
Geographical indication, and Protected : 161-71

253
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS INTEGRASI PASAR PADA SISTEM PEMASARAN


KOMODITAS PANGAN STRATEGIS DI
KABUPATEN BENER MERIAH

ANALYSIS OF MARKET INTEGRATED ON MARKETING SYSTEM OF


STRATEGIC FOOD COMMODITIES AT BENER MERIAH DISTRICT

Lukman Hakim

Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala


Alamat : Jl. Krueng Kale No. 3 Darussalam – Banda Aceh

(e-mail: lukman.hakim.sp.mp@gmail.com)

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis integrasi pasar antara pasar pusat
produsen dan pasar pusat konsumen, serta untuk mengkaji sebaran harga, biaya dan marjin pemasaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sistem pemasaran ketiga komoditi pangan strategis relatif panjang. Karena komoditas tersebut bergerak dari
petani, pedagang pengumpul, pedagang kecamatan terus ke pedagang kabupaten dan pedagang besar
yang kemudian menjualnya ke pengecer, dan selanjutnya ke konsumen. Biaya dan margin pemasaran dapat
diketahui bahwa harga rata-rata yang diterima petani adalah 50% untuk bawang merah, 53% untuk cabe
merah, dan 73% untuk kedelai dari harga di tingkat pengecer. Relatif rendahnya harga yang diterima petani
disebabkan oleh tingginya biaya pemasaran dan marjin keuntungan yang diterima pedagang. Sedangkan
margin keuntungan yang terbesar terjadi di tingkat pedagang pengecer dan pengumpul. Adanya integrasi
yang nyata antara pasar di tingkat konsumen dan produsen. Berarti kondisi penawaran di tingkat produsen
dan permintaan di tingkat konsumen ditransformasikan ke setiap tingkat pasar diatasnya. Sedangkan
berfluktuasinya harga komoditas di tingkat konsumen bukan disebabkan oleh tidak berjalannya sistem
pemasaran melainkan oleh kondisi penawaran di tingkat produsen. Keadaan ini diperkuat dengan hasil
penelitian, keterkaitan pasar dimana ada korelasi yang negatif antara luas panen dan harga di tingkat
produsen.

Kata Kunci: Integrasi Pasar, Sistem Pemasaran, Komoditas Pangan

ABSTRACT. This research aimed to determine and analyze the integrated market between produser market
center and consumer market center, as well as to determine the distribution of price, value, and market
margin. The method used in this research is survey method. The result showed that the marketing system of
the three strategic food commodities is quiet relative long, because the commodities moved from farmer,
broker, sub district broker, forwarded to district broker and wholesaler that sold to retailer, and further to
consumer. The value and marketing margin can be identified by knowing the average price received by
farmer, that is 50 % for Shallot, 53 % for Red chili, and 73 % for Soybean from the price in the retailer
level. The price which was relative lower received by the farmer was due to the higher marketing value and
profit margin received by the broker. Further more, the highest profit margin lies in the level of retailer and
broker. There is a real integration between markets in both consumer and producer level, meaning that the
supply condition at producer level and demand at consumer level are transformed to each markets level
above it. However, the fluctuation of price commodities at consumer level is not due to malfunctioned of the
marketing system but the supply condition in producer level. This situation is strengthened by a result of
research, that is the interconnected market with a negative correlation between harvested size and price at
producer level.

Keywords: Integrated Market, Marketing System, Food Commodities

254
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP penghasil produk pangan di Provinsi Aceh adalah
Kabupaten Bener Meriah. Berdasarkan Laporan
Penelitian ini bertujuan untuk: (a) Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
mengkaji dan menganalisis integrasi pasar hortikultura Kabupaten Bener Meriah (2012),
diberbagai tingkat pasar, antara pasar pusat menunjukkan bahwa selama 5 tahun ketiga
produsen dan pasar pusat konsumen menurut komoditas ini mengalami penurunan sebagai
waktu, jenis dan tempat, (b) mengkaji dan akibat menurunnya luas areal panen dan
menganalisis sebaran harga dan marjin produksi Kenyataan ini menunjukkan minat petani
pemasaran menurut waktu, jenis dan tempat. mengusahakan tanaman pangan mengalami
Penelitian ini dilakukan dari pusat pasar penurunan karena keterbatasan modal,
produsen sampai ke pusat pasar konsumen di ketidaksesuaian harga input dan harga jual
Kabupaten Bener Meriah dengan menggunakan produksi, bahkan pada kondisi tertentu terjadi
metode survei. Survei disini dibatasi pada kelangkaan pupuk serta panjangnya saluran
pengertian survei sampel dengan jalan pemasaran.
mengumpulkan informasi dari sebagian populasi Di sisi lain, kebijakan harga yang terjadi
untuk mewakili populasi, yang diharapkan akan terutama pada saat tidak musim panen dapat
diperoleh data yang valid. Pengumpulan informasi terjangkau oleh semua konsumen, baik yang
dari responden yang terpilih, mempergunakan berada di perkotaan maupun di pedesaan supaya
daftar pertanyaan yang telah terstruktur sesuai harga yang terjadi tetap menguntungkan petani
dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian. dan tetap menjangkau semua lapisan masyarakat.
Untuk itu, diperlukan sistem pemasaran yang
PENDAHULUAN efisien. Mubyarto (1977) mengungkapkan bahwa
sistem pemasaran dianggap efisien jika memenuhi
Komoditas pangan merupakan salah satu isu dua syarat. Pertama, mampu menyampaikan
strategis pembangunan pertanian yang diarahkan hasil-hasil dari petani ke konsumen dengan biaya
pada upaya menjamin tersedianya pangan yang yang semurah-murahnya, dan kedua, mampu
cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Dengan memberikan balas jasa pada fungsi-fungsi
demikian, komoditas pangan strategis adalah pemasaran sesuai dengan sumbangan masing-
komoditas pangan yang mempunyai pengaruh masing. Dengan demikian, adanya lembaga
besar terhadap tinggi rendahnya inflasi. pemasaran yang efisien diharapkan harga yang
Krisis ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini terjadi di pasar cukup menarik untuk terus
telah melambungnya harga produk pangan berproduksi dan menjamin konsumen mampu
strategis termasuk sembilan bahan pokok. Hal ini memberikan insentif kepada pedagang untuk
merupakan dampak lanjutan tingkat inflasi yang terus memberikan jasa pemasaran.
terus meningkat. Akibatnya terjadi penurunan Komoditi pangan merupakan komoditi yang
pendapatan riil atau daya beli masyarakat. mempunyai elastisitas permintaan yang inelastis.
Soemarjan (2005) mengungkapkan bahwa Hal ini berarti jika terjadi kenaikan penawaran
semakin lama krisis ekonomi semakin berat (produksi) akan menyebabkan harga menurun
dampak sosialnya dan masyarakat akan yang selanjutnya menyebabkan penurunan
mengalami menurunnya tingkat kesejahteraan. penerimaan petani. Dalam komoditas pangan,
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah kepastian harga yang merangsang akan
satunya pengembangan sub sektor tanaman berpengaruh terhadap kenaikan produksi. Untuk
pangan (Padi, palawija, hortikultura). Sub sektor dapat memberi harga yang menarik kepada
tanaman pangan masih memegang peranan yang petani, maka masalah pemasaran sangat dominan
sangat penting dalam penyediaan pangan. sebab jika harga yang tinggi di tingkat konsumen
Kebutuhannya dari tahun ke tahun terus tidak dapat merangsang petani untuk
meningkat sebagai akibat bertambahnya jumlah meningkatkan produksinya.
penduduk. Untuk dapat memenuhi peningkatan Penelitian mengenai analisis keterpaduan
konsumsi tersebut, produksi tanaman perlu pasar, terutama komoditas pangan strategis telah
diusahakan sesuai dengan perkembangan dilakukan di antaranya, Ma‘mun (1989) yang telah
konsumsinya. melihat integrasi pasar sayur-sayuran antara
Di antara berbagai jenis komoditas pangan pusat pasar konsumen yang satu dengan pusat
strategis, seperti bawang merah, cabe merah dan pasar konsumen lainnya. Selanjutnya, Mear
kedelai memegang peranan cukup penting dalam (1995) telah melakukan keterpaduan pasar untuk
penyediaan pangan. Salah satu Kabupaten komoditas beras. Selain melihat keterpaduan

255
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

pasar antara pasar yang satu dengan pasar yang strategis, terutama komoditas Bawang Merah,
lain, juga melihat margin pemasaran antara pusat Cabe Merah, dan Kedelai antara pusat pasar
produsen dengan pusat konsumen. Hal ini produsen dengan pusat pasar konsumen.
dilakukan untuk melihat efisiensi pemasaran dan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan
penyebaran margin pemasaran di antara menganalisis integrasi pasar antara pasar pusat
lembaga-lembaga pemasaran dari pusat produsen produsen dan pasar pusat konsumen, serta untuk
sampai dengan pusat konsumen. mengkaji sebaran harga, biaya dan marjin
Peneliti lain yang telah melakukan analisis pemasaran.
keterpaduan pasar antara pusat pasar konsumen
yang satu dengan pusat pasar konsumen yang METODE PENELITIAN
lain terhadap komoditas padi, jagung, ubi kayu, Lokasi Penelitian
dan kacang tanah dengan menggunakan analisis
korelasi sedehana adalah Sri Hartoyo et al, Penelitian ini dilakukan dari pusat pasar
(1992). Hasil penelitian tersebut mengungkapkan produsen sampai ke pusat pasar konsumen di
bahwa sebagian besar pasar konsumen yang satu Kabupaten Bener Meriah dengan menggunakan
dengan lainnya terdapat keterkaitan pasar, metode survei. Survei disini dibatasi pada
namun tidak dapat mengetahui keterpaduan pengertian survei sampel dengan jalan
pasar antara pasar produsen dengan pusat pasar mengumpulkan informasi dari sebagian populasi
konsumen serta tidak dapat diketahui penyebaran untuk mewakili populasi, yang diharapkan akan
margin pemasaran di antara lembaga pemasaran. diperoleh data yang valid. Pengumpulan informasi
Hal ini disebabkan data yang digunakan adalah dari responden yang terpilih, mempergunakan
data sekunder. daftar pertanyaan yang telah terstruktur sesuai
Selanjutnya, Djam‘an (1995) telah dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian.
melakukan penelitian keterpaduan pasar antara
Pasar Induk Kramat Jati dengan pusat produksi Metode Penarikan Contoh
terhadap pemasaran kentang dan kubis. Hasil
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tidak Kabupaten Bener Meriah dibagi ke dalam 7
terdapat keterpaduan pasar antara pasar induk Kecamatan. Dari jumlah Kecamatan tersebut
Kramat Jati dengan pusat produksi. Hal ini dipilih 3 Kecamatan sebagai contoh secara
disebabkan pedagang grosir di Pasar Kramat Jati sengaja (purposive sampling) yang merupakan
cenderung melakukan kolusi dengan pedagang di kecamatan sentra komoditas pangan strategis
sentra produksi. (bawang merah, cabe merah, dan kedelai). Ketiga
Kantor Menteri Negara Urusan Pangan Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Timang
(1996) telah melakukan penelitian keterkaitan Gajah (bawang merah), Kecamatan Bukit (Cabe
pasar antara pasar pusat produsen dan pusat Merah) dan Kecamatan Syiah Utama (kedelai).
pasar konsumen terhadap komoditas strategis Setiap Kecamatan dipilih dua desa secara sengaja
(kentang dan telur ayam ras). Hasil penelitian yang juga merupakan sentra produksi. Disamping
mengungkapkan bahwa terdapat keterpaduan itu, juga dikumpulkan data dari pusat Pasar
(integrasi) pasar yang vertikal dan horizontal Lampahan, Pasar Simpang Tiga Redelong dan
terhadap komoditas srtategis. pusat Pasar Pondok Baru, yang merupakan pintu
Dari uraian di atas, maka diperlukan masuk komoditas pangan di Kabupaten Bener
penelitian tentang analisis keterpaduan pasar Meriah.
pada sistem pemasaran komoditas pangan

256
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Desa :
1. Payung
Kecamatan Kabupaten Kecamatan
Bukit Bener Meriah Timang Gajah

Kecamatan Desa : Desa :


Syiah Utama 1. Damaran 1. Blang
Baru Tampu
2. Mekar Ayu 2. Delung Tue

Ukuran Sampel a. Tingkat harga komoditi adalah nilai dari


produksi yang dijual oleh produsen kepada
Ukuran sample keseluruhan adalah 20 persen tingkat pedagang berdasarkan tingkat harga
dari total populasinya yang dipilih secara random yang berlaku pada saat penelitian, diukur
sampling. Secara jelas besarnya populasi dan dalam satuan Rp/kg
sampel komoditas pangan strategis di daerah b. Saluran pemasaran adalah distribusi masing-
penelitian seperti tertera pada Tabel 1. masing komoditas dari produsen ke konsumen
Untuk mengetahui mata rantai dan sistem sesuai tingkat pedagang, diukur secara relatif
pemasaran komoditas pangan strategis, maka pendek atau panjang.
diambil sampel pedagang (responden) sebagai c. Biaya transportasi adalah biaya yang
sumber informasi. Responden pedagang adalah 3 dikeluarkan untuk mengangkut barang dari
pedagang pengumpul desa, 3 pedagang produsen ke konsumen, diukur dalam satuan
Kecamatan, 2 pedagang besar, dan 5 pedagang Rp./kg.
pengecer. d. Biaya pengolahan adalah biaya yang
dikeluarkan untuk mengolah barang komoditi
menjadi barang komoditi antara, diukur dalam
satuan Rp./Kg.
e. Keuntungan lembaga pemasaran adalah selisih
harga yang diterima oleh masing-masing
lembaga pemasaran dari tingkat harga yang
dibayar konsumen akhir, diukur dalam satuan
Rp./Kg.

Model Analisis dan Pengujian Hipotesis

Untuk mengkaji dan menganalisis


keterpaduan pasar digunakan analisis korelasi
sederhana yang telah dikembangkan oleh
Ravallion (1986). Modelnya sebagai berikut :
(Pit – Pit-1)= bo + b1 (Pit – 1 – P* t-1) + b2
(P*t – P*t-1) + b3 P* t-1 + µit (1)

Pit =Harga di pasar i pada periode t


P*t = Harga di pasar tingkat di atasnya
Pengukuran Variabel (konsumen) pada periode t
Xt = Jumlah penjualan periode t
Definisi dan satuan pengukuran dari variabel µit = Galat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pit = bo + (1 + b1) Pit – 1 + b2 (P*t – P*t-1) +
sebagai berikut : (b3 - b1 ) P*t-1 + µit (2)

257
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Koefisien dari fungsi di atas dapat ditentukan HASIL DAN PEMBAHASAN


indikator yang berkaitan dengan keterpaduan Analisis Usahatani
pasar, baik dalam jangka pendek, maupun dalam
jangka panjang. Nilai b2 menunjukkan seberapa Analisis usahatani diperlukan untuk
jauh perubahan harga di pasar tingkat di atasnya menghitung biaya produksi dan harga jual per
(konsumen) dapat ditransmisikan ke harga di satuan hasil setiap komoditi, sehingga bisa
tingkat pasar yang lebih rendah (petani). Jika diketahui pendapatan bersih yang diterima petani.
koefisien b2 = 1, berarti perubahan harga di Analisis usahatani dilakukan di tingkat petani
tingkat pasar di atasnya sebesar satu rupiah sebagai produsen, untuk setiap komoditi. Data
menyebabkan perubahan harga di pasar tingkat di tersebut meliputi luas areal tanam atau luasan
bawahnya sebesar satu rupiah pula. Hal ini produksi, hasil produksi, biaya produksi (Tabel
berarti semakin dekat b2 dengan nilai 1 semakin 2).
terpadu kedua pasar yang dianalisis.
Selain koefisien b2, keterpaduan pasar juga
dapat dilihat dari index of market connection
(IMC). Dari persamaan (1) atau (2) di atas dapat
diketahui indeks keterpaduaan pasar dengan
formula:
1 + b1
IMC = (3)
b3 – b1

Nilai b1 berkisar antara -1 sampai dengan 0.


Jika koefisien b1 = -1, maka IMC = 0. Berarti
kedua pasar tersebut sangat terpadu dengan
sempurna. Sedangkan jika nilai b1 = b3, maka
IMC menjadi tak terhingga. Berarti kedua pasar Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata
yang dianalisis sangat tidak terpadu atau terjadi luasan kedelai adalah 0,4841 ha dengan produksi
segmentasi pasar. sebesar 869,9 Kg. Biaya produksi per Kg hasil
Untuk mengetahui sebaran harga dan produksi mencapai Rp.3.094,0 per Kg hasil
marjin pemasaran (perbedaan harga antar tingkat kedelai. Biaya produksi ini meliputi biaya untuk
produsen dengan tingkat pasar konsumen atau sarana produksi, peralatan pertanian, tenaga
pasar di atasnya) digunakan formula: Kantor kerja, dan biaya lainnya. Jumlah biaya produksi
Menteri Negara Urusan Pangan (1996). yang dikeluarkan ada hubungannya dengan
produktivitas.
M = Pu – (1/c) Pf Harga jual kedelai di tingkat petani mencapai
Dimana : Rp.5.500 per Kg. Dengan harga jual tersebut,
M = margin pemasaran antara pasar di tingkat biaya produksi yang dikeluarkan sebesar
bawah dengan pasar di atasnya Rp.3.094,0 per Kg dan pendapatan bersih yang
Pu = harga di tingkat pasar di atasnya diterima petani sebesar Rp.2.405,9 per Kg hasil
Pf = tingkat harga di pasar tingkat bawah kentang.
C =konversi kualitas antara kualitas komoditas Rata-rata luasan usahatani cabe merah
pada pasar di tingkat bawah dengan adalah 0,29 ha dengan hasil produksi sebesar
tingkat di atasnya. 3.386,7 Kg. Tinggi rendahnya hasil produksi ada
hubungannya dengan biaya produksi yang
Margin pemasaran akan dilihat untuk setiap dikeluarkan. Biaya produksi cabe merah setara Rp
tingkat pasar seperti pada tingkat pedagang 1.638,4 per Kg hasil produksi. Biaya produksi ini
pengumpul, pedagang besar dan pedagang meliputi biaya sarana produksi, peralatan
pengecer. Sehingga dengan diketahuinya marjin pertanian, tenaga kerja dan biaya lainnya.
pemasaran pada setiap tingkat pasar dapat Selanjutnya, luasan usahatani bawang merah
diketahui apakah setiap lembaga pemasaran yang adalah 0,0861 ha dengan hasil produksi sebesar
ada telah menerima balas jasa sesuai dengan 954,0 kg. Biaya produksi bawang merah setara
kontribusinya masing-masing. Rp.2.577,7 kg hasil produksi. Biaya produksi ini
meliputi biaya sarana produksi, peralatan
pertanian, tenaga kerja dan biaya lainnya. Jumlah

258
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

biaya produksi yang dikeluarkan ada Sebagian besar petani produsen bawang merah di
hubungannya dengan produktivitas lahan. Kecamatan Timang Gajah menjual hasilnya ke
pedagang pengumpul dan sisanya ke pedagang
Saluran Tataniaga dan Kelembagaan Kecamatan. Kemudian pedagang pengumpul
Bawang Merah atau pedagang Kecamatan menjual bawang
merah ini ke pedagang Kabupaten dan pedagang
Saluran tataniaga bawang merah dari petani besar. Selanjutnya pedagang besar menjual
sampai ke konsumen relatif panjang (Gambar 2). bawang merah ke pengecer dan konsumen.

Peng
ecer
Gambar 1. Skema Cara
Pemilihan Daerah
Pedagang desa/
Konsu Pengumpul
men
Tabel 1. Besarnya Populasi dan Pedagang Kecamatan
Petani Contoh di Daerah
Peng
ecer
Pedagang Kabupaten
Tabel 2. Analisis Usahatani
Komoditi Pangan Strategis
Konsu Pedagang Besar
men

86%

Konsu
men
Petani Pengecer

Gambar 2. Saluran Pemasaran Bawang Merah dari Pusat Produksi Kecamatan Timang Gajah Kabupaten
Bener Meriah, 2012.

Cabe Merah sebagian ke pedagang Kecamatan. Pedagang di


tingkat pengumpul kemudian menjual cabe merah
Saluran tataniaga cabe merah dari produsen ke pedagang Kecamatan dan pedagang
ke konsumen relatif panjang (Gambar 3). Para Kabupaten serta pedagang besar juga mendapat
petani cabe merah menjual hasil produksinya pasokan dari pedagang Kecamatan dan
sebagian besar ke pedagang pengumpul dan Kabupaten.

259
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

25%

28%
18%

21%

75%

20%
57%
5%

14%

Gambar 3. Saluran Pemasaran Cabe Merah dari Pusat Produksi Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah,
2012.
Kedelai P
e

Saluran tataniaga kedelai dari petani 3


produsen sampai ke konsumen relatif panjang
4
(Gambar 4). Sebagian besar petani kedelai 1
menjual hasilnya ke pedagang pengumpul atau
pedagang Kecamatan yang kemudian menjualnya
kembali sebagian besar ke pedagang besar. P
e
Diantara pedagang Kecamatan atau Kabupaten
menjualnya kembali ke pedagang besar dan
pengecer.
P K
e o 35%

P 44%
e
P
P
K
72% o Pedagang
P Kabupaten
e

K
o

Gambar 4. Saluran Pemasaran Kedelai dari Pusat


Produksi Kecamatan Syiah Utama
Kabupaten Bener Meriah, 2012.

260
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Analisis Biaya dan Marjin Keuntungan petani Syiah Utama ini secara persentase lebih
tinggi dari harga yang diterima petani cabe merah
Perbedaan antara harga yang diterima di Kecamatan Bukit dan bawang merah di
produsen (petani) dengan harga yang harus Kecamatan Timang Gajah yaitu masing-masing
dibayar konsumen disebut marjin pemasaran. 53% dan 50% dari harga yang dibayar
Besarnya marjin pemasaran masing-masing konsumen. Rendahnya bagian harga yang
komoditi perlu menganalisis komponen-komponen diterima petani salah satunya adalah disebabkan
terhadap marjin pemasaran. Dengan mengetahui oleh tingginya margin keuntungan yang diambil
komponen-komponen marjin pemasaran oleh pedagang, yaitu secara total masing-masing
diharapkan dapat membantu jalan perumusan 13% untuk kedelai, 24% untuk cabe merah dan
tindakan ataupun kebijakan bagi perbaikan sistem 27% untuk bawang merah.
pemasaran.
Saluran pemasaran komoditi pangan Analisis Integrasi Pasar
(bawang merah, cabe merah, kedelai) dibagi
dalam dua katagori, yaitu saluran panjang dan Dalam analisis integrasi pasar, dibahas
saluran pendek. Saluran panjang adalah saluran mengenai keterkaitan pasar mengenai hubungan
pemasaran komoditi pangan strategis yang luas panen dengan tingkat harga yang terjadi.
berawal dari petani yang kemudian berakumulasi Dalam integrasi pasar dibahas integrasi pasar
melalui pedagang pengumpul desa, pengumpul antara pasar konsumen dengan pasar produsen.
kecamatan, pengumpul kabupaten dan ke Dengan pembahasan seperti itu diharapkan dapat
pedagang besar sebelum sampai ke pedagang diketahui kemacetan-kemacetan informasi pasar
pengecer dan konsumen. Sedangkan saluran yang terjadi.
pemasaran pendek adalah saluran yang disetiap
tingkatannya mempunyai kaitannya ke pedagang Hubungan Luas Panen (produksi) dengan Harga
pengecer tanpa terlebih dahulu melalui saluran Seperti telah diketahui bahwa bawang
pemasaran yang lebih atas. merah, cabe merah dan kedelai merupakan
Saluran pemasaran panjang terutama tanaman semusim, yang hasilnya dapat dipetik
berlaku bagi ketiga komoditi yang diperjualbelikan pada waktu-waktu tertentu. Penanaman tanaman
di luar daerah kabupaten. Apabila dibandingkan di tersebut dilakukan di lahan sawah setelah panen
antara ketiga daerah penelitian, maka pemasaran padi. Tanaman ini diusahakan pada musim
ketiga komoditi pangan mempunyai saluran kemarau. Sehingga dengan hal tersebut
pemasaran yang relatif panjang. Namun panjang menyebabkan terjadinya panen besar pada bulan-
pendeknya saluran pemasaran ini tidak dapat bulan tertentu dan panen kecil pada bulan yang
menjamin tinggi rendahnya harga yang diterima lainnya. Adanya variasi musim tersebut akan
produsen (Tabel 3). menyebabkan penawaran komoditas itu tidak
menyebar sepanjang tahun, karena terjadinya
variasi harga musiman, yaitu menyebabkan harga
yang tinggi pada saat tidak ada panenan dan
harga yang rendah pada saat terjadi panen besar.
Hasil analisis hubungan antara luas panen dengan
harga komoditas (bawang merah, cabe merah,
kedelai) dapat dilihat pada Tabel 4.

Dari Tabel 3 terlihat bahwa petani kedelai di


Kecamatan Syiah Utama memperoleh 73% dari
harga yang dibayar konsumen. Harga di tingkat

261
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

antara 0,745 sampai dengan 0,931, yang berarti


bahwa koefisien yang dimasukkan dalam model
dapat menjelaskan variasi harga di tingkat
produsen dengan baik. Di samping itu juga dari
Tabel tersebut terlihat bahwa dari tiga peubah
yang dimasukkan dalam model sebagian besar
berbeda nyata dengan nilai nol, yang berarti
bahwa peubah-peubah tersebut mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap terjadinya harga di
tingkat produsen. Dengan demikian model
tersebut dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya.
Untuk mengetahui keterkaitan pasar antara
pasar produsen dengan pasar konsumen
digunakan indikator nilai IMC (Index Market
Connection). Dari Tabel 5 dapat dilihat besarnya
nilai IMC untuk semua komoditi (Bawang Merah,
Cabe Merah, dan Kedelai) ternyata sangat kecil,
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa komoditas yaitu berkisar antara 0,006 sampai dengan 0,226.
kedelai mempunyai hubungan positif. Hubungan Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan pasar
positif terlihat dari nilai koefisien korelasi yang komoditi tersebut antara pasar di tingkat
bertanda positif dan tidak berbeda nyata pada produsen dengan pasar di tingkat konsumen
taraf 10%. Hubungan positif berarti, luas panen sangat erat. Keterkaitan yang sangat erat
tidak banyak pengaruh terhadap harga kedelai di tersebut akan mengakibatkan harga yang terjadi
tingkat produsen. Hal ini disebabkan karena di tingkat konsumen dapat ditransformasikan
adanya produksi kedelai impor dan kedelai dapat secara cepat ke pasar di tingkat produsen.
disimpan lebih lama. Keterkaitan yang erat dapat terjadi karena
Selanjutnya, komoditi cabe merah dan informasi yang sangat lancar. Dengan adanya
bawang merah mempunyai karakteristik yang informasi pasar yang lancar akan menyebabkan
cepat rusak. Hasil analisis korelasi menunjukkan perencanaan produksi bagi petani menjadi lebih
hubungan negatif yang nyata pada taraf 10%. baik, terutama untuk komoditas bawang merah
Hubungan yang negatif ini terlihat dari nilai dan cabe merah, yang cepat rusak atau busuk.
koefisien korelasi yang bertanda negatif dan nyata
pada taraf 10%. Hubungan yang negatif berarti,
jika terjadi panen besar maka harga cabe merah
dan bawang merah di tingkat produsen akan
turun. Hal ini disebabkan karena permintaan cabe
merah dan bawang merah diduga inelastis.
Dengan elastisitas permintaan yang inelastis maka
jika terjadi perubahan produksi mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perubahan harga.

Keterkaitan Antara Pasar Konsumen Dengan Pasar


Produsen

Untuk mengetahui keterkaitan antara pasar


produsen dengan pasar konsumen digunakan
model yang telah dikembangkan oleh Heyten
seperti terlihat pada persamaan (3). Setelah
koefisien regresi dapat diduga maka dilakukan
perhitungan nilai IMC dengan menggunakan
persamaan (4) untuk analisis selanjutnya. Hasil
analisis dengan menggunakan model tersebut
disajikan pada Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat
diketahui bahwa koefisien determinasi berkisar

262
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

processing. Sedangkan margin keuntungan


yang terbesar terjadi di tingkat pengecer dan
pedagang pengumpul.
c. Berdasarkan hasil studi integrasi pasar
menunjukkan bahwa ada integrasi nyata
antara pasar di tingkat konsumen dan
produsen. Berarti kondisi penawaran di tingkat
produsen dan permintaan di tingkat konsumen
ditransformasikan secara baik ke setiap tingkat
pasar di atasnya atau di bawahnya.

Saran

a. Perlu adanya peningkatan distribusi informasi


harga ketiga komoditi pangan yang diteliti.
Informasi yang ditentukan sebaiknya
frekuensinya lebih ditingkatkan dan mencakup
lebih banyak sentra konsumen maupun
produsen.
b. Perlu secara rutin (bulanan) diadakan
perkiraan atau proyeksi harga, dan hasilnya
diinformasikan secara luas kepada produsen.
c. Perlu juga ada informasi tentang luas areal
tanam dari masing-masing komoditi.
Informasi ini diperlukan bagi antisipasi
kelebihan atau kekurangan penawaran yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap harga di
tingkat produsen dan konsumen
SIMPULAN DAN SARAN d. Untuk mengantisipasi naik turunnya harga,
maka perlu adanya studi lanjutan yang dapat
Simpulan dijadikan acuan yang lebih baik. Untuk
mengetahui lebih baik diperlukan penelitian
a. Saluran pemasaran ketiga komoditi pangan tentang kondisi permintaan dan penawaran di
strategis relatif panjang. Hal ini disebabkan masing-masing komoditi tersebut.
karena ketiganya komoditas bergerak dari
petani, pedagang pegumpul, pedagang
Kecamatan, pedagang Kabupaten terus ke DAFTAR PUSTAKA
pedagang besar yang kemudian menjualnya ke
pengecer, dan selanjutnya ke konsumen. Jalur  Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
panjang ini terutama berfungsi untuk Hortikultura Kabupaten Bener Meriah. 2012.
menyalurkan komoditas dari produsen (petani) Perkembangan Produksi Tanaman Pangan.
ke konsumen. Karena konsumen lokal terbatas Bener Meriah.
daya serapnya, maka sebagian besar  Djam‘an, Huriah. 1995. Analisis Pemasaran
komoditas tersalurkan lewat jalur pemasaran Kentang, Tomat dan Kubis di Jawa Barat.
yang panjang. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
b. Dari analisis biaya dan margin pemasaran  Kantor Menteri Negara Urusan Pangan. 1996.
dapat diketahui bahwa harga rata-rata yang Studi Analisis Keterpaduan Pasar pada Sistem
diterima petani adalah 50% untuk bawang Pemasaran Komoditas Pangan Strategis.
merah, 53% untuk cabe merah, dan 73% Kerjasama antara Kantor Menteri Negara
untuk kedelai dari harga di tingkat pengecer. Urusan Pangan Dengan Pusat Studi Kebijakan
Relatif rendahnya harga yang diterima petani Pangan dan Gizi, Lembaga Penelitian Institut
disebabkan oleh tingginya biaya pemasaran Pertanian Bogor. Jakarta.
dan marjin keuntungan yang diterima  Ma‘mun. 1989. An Analysis of Market
pedagang. Komponen biaya yang terbesar Integration for Two Vegatables in West Java,
terutama untuk tenaga kerja dan susut serta

263
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Indonesia. [Dissertation]. Armidate: University  Soemardjan, Susilo. 2005. Dampak Berbagai


of New England. Krisis Rumah Tangga. Jakarta: LIPI.
 Mear, L., A., 1995. Rice Marketing in the  Sri Hartoyo, W.L. Limbong, Hermanto Siregar,
Republik of Indonesia. Jakarta. dan Rina Oktaviani. 1992. Pengembangan
 Mubyarto, 1977. Pengantar Ekonomi Model Penawaran dan Permintaan Padi dan
Pertanian. Jakarta: LP3ES. Palawija. Bogor: Fakultas Pertanian Institut
 Ravallion, 1986. Testing Market Integartion. Pertanian Bogor.
American Jounal of Agricultural Economic,
Vol. 68 No. 1.

264
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK OLAHAN TEPUNG


MANGGIS

CONSUMER PREFERENCE TO MANUFACTURE PRODUCT OF


MANGOESTEEN FLOUR
1) 2)
Amalia Nur Milla dan Neneng Kartika Rini
1)dan 2)
Anggota PERHEPI dan Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sukabumi

(e-mail: amalia.nurmilla@gmail.com)

ABSTRAK. Buah manggis afkir dan kulit buah manggis masih dianggap sebagai limbah dan belum banyak
dimanfaatkan menjadi produk yang dapat bernilai ekonomis. Hal ini mendorong Program studi Agribisnis
menyelenggarakan program pemberdayaan masyarakat di Kelompoktani Megafruit IX (salah satu kelompok
petani manggis di daerah sentra produksi manggis di Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi).
Kegiatan yang dilakukan adalah menyelenggarakan pelatihan pembuatan tepung kulit manggis dari limbah
tersebut yang diolah menjadi dodol, selai, produk kecantikan (sabun, lulur dan masker). Untuk mendukung
keberlanjutan pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana preferensi konsumen terhadap produk olahan tepung kulit manggis. Preferensi konsumen ini
akan digunakan sebagai dasar pembuatan produksi olahan tepung kulit manggis yang akan dijadikan
sebagai usaha kelompok dalam meningkatkan pendapatan petani manggis. Penelitian dilakukan pada bulan
Mei sampai dengan Agustus 2014. Data primer diambil dengan metode pengambilan sampel secara sensus
pada 30 orang responden yang merupakan petani dan mahasiswa yang mengkonsumsi produk tersebut.
Analisis dilaksanakan secara deskriptif dengan menggunakan alat uji IPA (Importance Performance
Analysis), dengan indikator : warna, tekstur, rasa, aroma, manfaat, tingkat kepentingan dan kesukaan.
Hasil Kajian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepentingan dan kesukaan dari atribut-atribut produk
olahan tepung kulit manggis yang diolah menjadi dodol, selai, dan produk kecantikan (sabun, lulur dan
masker). Dari Ketiga produk olahan yang dibuat ternyata preferensi konsumen menunjukkan produk olahan
tepung manggis menjadi produk kecantikan menjadi prioritas utama (lebih disukai untuk dikonsumsi)
daripada dodol dan selai.

Kata kunci : Preferensi Konsumen, Olahan Tepung manggis

ABSTRACT. A reject mangosteen and its skin still concerns as a waste and does not used yet to be an
economic product. It encourages the Department of Agribusiness to carry on the programe of training the
society of Megafruit IX farmer group (one of the mangosteen farmer group in the area of mangosteen
production in Cicantayan subdistrict Sukabumi regency). The programe is done by holding the training of
making skin mangosteen flour from its waste that produce to become a dodol (kind of taffy made of sticky
skin mangosteen), jam, beauty product (soap, cosmetic, and makeup mask). To support the continuity of
society training, it is conducted the research that aims to know how the preference of consumer to
manufacture product of mangosteen flour. The preference is going to use, as a basic of making mangosteen
skin flour product that will be as a business of farmer group to increase mangosteen farmer income. The
research conducts in May to August 2014. The data takes by using sampling method to 30 respondents of
farmer and student who consume the product. Analysis uses descriptive by using the test instrument of
importance performance analysis, with the indicator of color, texture, flavour, aroma, benefit, and rank of
interest. The result shows that is, a different interest from the product of mangosteen skin flour that
produce to become a dodol, jam, and beauty product (soap, cosmetic, and makeup mask). From the three

265
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

products, the consumer preference show that the beauty product becomes main priority and it prefers to
consume to a dodol and jam.

Keywords : consumer preference, mangosteen flour product.

PENDAHULUAN iklim dan musim, dalam satu tahun petani hanya


dapat memanen satu/dua kali. Masih sedikit petani
Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah manggis yang bisa panen dua kali dalam setahun.
sejenis pohon daerah tropika yang diyakini berasal Hal ini mendorong Program studi Agribisnis
dari Kepulauan Nusantara. Tumbuh hingga menyelenggarakan program pemberdayaan
mencapai 7 sampai 25 meter. Buahnya juga masyarakat di Kelompoktani Megafruit IX (salah
disebut manggis, berwarna merah keunguan satu kelompok petani manggis di daerah sentra
ketika matang, meskipun ada pula varian yang produksi manggis di Kecamatan Cicantayan
kulitnya berwarna merah. Buah manggis dalam Kabupaten Sukabumi). Kegiatan yang dilakukan
perdagangan dikenal sebagai "ratu buah", sebagai adalah menyelenggarakan berbagai pelatihan
pasangan durian, si "raja buah". Buah ini dikenal ―Penguatan Capacity Building Petani Manggis‖.
sebagai buah yang memiliki kadar antioksidan Berupa pelatihan manajemen usahatani,
tertinggi di dunia. kewirausahaan dan pelatihan pengolahan
Pada buah manggis, bagian yang dapat buah/limbah manggis. Pada pelatihan pengolahan
dimakan dari buah manggis ini adalah bagian diantaranya pembuatan tepung kulit manggis dari
dalamnya yang berwarna putih, rasanya manis limbah tersebut yang diolah menjadi dodol, selai,
bercampur sedikit asam. Manfaat buah manggis produk kecantikan (sabun, lulur dan masker).
terutama diperoleh dari bagian kulit buahnya, Dalam agribisnis tidak bisa lepas dari proses
karena mengandung senyawa kimia xanthonoid hulu sampai dengan hilir. Ketika proses di hulu
yang memiliki banyak manfaat. Manfaat buah baik dan optimal sedangkan penanganan di hilir
manggis terutama diperoleh melalui kandungan tidak optimal maka keutungan yang akan diraih
senyawa xanthonoid yang terdapat di kulit buah pun tidak akan optimal. Begitupun sebaliknya. Di
manggis. Senyawa ini bersifat sebagai antioksidan, bagian hulu ada mutu produk yang sangat perlu
sekaligus meredakan inflamasi dengan cara kita perhatikan dan kelola. Di bagian hilir ada
menurunkan konsentrasi protein C-reaktif dalam pemasaran produk yang tidak kalah penting wajib
darah. Beberapa manfaat buah manggis secara di kelola dalam agribisnis. Hal-hal yang perlu
tradisional adalah untuk mengobati infeksi kulit diperhatikan dalam optimalisasi mutu produk dan
atau luka, disentri, serta infeksi saluran kencing. pemasaran adalah perilaku konsumen (Chairul dan
Akan tetapi manfaat buah manggis tersebut belum Nurasa, 2011).
cukup dibuktikan oleh banyak penelitian sehingga Preferensi kosumen adalah Pendekatan
profil keamanannya belum banyak diketahui. komoditas yang berfocus pada self sufficiency
Daging buah manggis memiliki sedikit kandungan harus mulai digeser menjadi pendekatan agribisnis
gizi, sehingga manfaat buah manggis untuk yang sarat dengan penciptaan nilai tambah dan
kesehatan tidak diperoleh dari daging buahnya, berorietasi pada keuntungan. Pendekatan
akan tetapi rasanya yang khas membuat daging kecukupan pangan yang berorientasi pada
buah manggis ini digemari sehingga menyumbang produksi pangan hendaknya mulai digeser pada
manfaat buah manggis bagi dunia kuliner. ketahanan pangan yang berorientasi pada daya
Dari hasil buah manggis yang dihasilkan, beli masyarakat. Begitu pula pada hortikultura.
ternyata kerap kali tidak sedikit buah manggis Dengan demikian pendekatan produksi bukanlah
yang gagal panen, atau yang biasa disebut sebagai satu-satunya pendekatan yang mampu mencukupi
buah afkir yang tidak terkatagori grade yang kebutuhan pangan masyarakat (Mangkunegara,
ditetapkan, jens–jenis buah manggis seperti itu 2002). Kebutuhan dan selera konsumen akan
akhirnya hanya menjadi llimbah. Bukan hanya itu, terpenuhi manakala ketersediaan produk dan daya
dari buah manggis yang dimakan, kulit buah beli masyarakat juga mampu mengatasinya. Di
manggis hanya dibuang sebagai limbah dan belum dalam mempelajari teori perilaku konsumen dapat
termanfaatkan. Melalui berbagai penelitian, saat ini dibedakan menjadi 2 (dua) pendekatan (Case and
manfaat dan kandungan kulit buah manggis mulai Fair, 2007):
banyak diketahui. Jika dilihat dari sisi budidaya,
buah manggis berbuah sangat tergantung pada

266
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

(1) Pendekatan nilai guna kardinal (cardinal pasti bahwa ini merupakan faktor kunci dari suatu
utility) yang sering disebut teori nilai subyektif permintaan (Gahrika, 2012).
(subjective value theory). Preferensi konsumen diartikan sebagai pilihan
(2) Pendekatan nilai guna ordinal (ordinal utility) untuk memiliki atau tidak oleh seseorang terhadap
yang sering disebut dengan analisis kurva suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi.
indifference (indifference curve analysis). Menurut Kolter (1993), menunjukan kesukaan
konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada.
Di dalam menerangkan perilaku konsumen Teori preferensi ini digunakan untuk menganalisis
dengan pendekatan ―cardinal utility‖ menyatakan tingkat kepuasan dari konsumen. Misal seseorang
asumsi: ingin mengkonsumsi produk dengan sumber daya
(1) Utiliy atau kepuasan yang diperoleh terbatas maka ia harus memilih alternatif sehingga
seseorang dari mengkonsumsi suatu barang nilai guna atau utililitas yang diperoleh menjadi
atau jasa yang dapat diukur. optimal. Preferensi konsumen berhubungan erat
(2) Berlaku ―Law of Diminishing Marginal Utility‖ dengan permasalahan penetapan pilihan.
yang menyatakan: Hubungan preferensi ini di asumsikan memiliki tiga
―Semakin banyak barang yang dikonsumsi sifat dasar, yaitu:
oleh seseorang semakin besar pula utility (1) Kelengkapan (Completeness)
(kepuasan) yang akan diperolehnya, tetapi Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka
tingkat pertambahan kepuasan (marginal tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan
utility) yang diperolehnya semakin lama, apakah : A lebih disukai daripada B, B lebih
semakin kecil. Suatu saat marginal utilitynya disukai daripada A, A dan B sama-sama
mencapai nol dan total utilitynya akan disukai.
maksimum. Apabila penambahan konsumsi (2) Transitip (Transitiviy)
barag tersebut dilanjutkan, maka marginal Jika seseorang mengatakan bahwa ia lebih
utilitynya akan negatif dan total utilitynya menyukai A daripada B atau lebih menyukai B
akan menurun‖. daripada C.
(3) Konsumen selalu berusaha mencapai (3) Kontinuitas (Continuity)
kepuasan total (total utility) yang maksimum. Jika seseorang mengatakan A lebih disukai
Total Utility (Kepuasan Total): seluruh daripada B, maka situasi yang mirip dengan A
kepuasan yang diperoleh konsumen / harus lebih disukai daripada B. Dalam ketiga
seseorang dari mengkonsumsi sejumlah proporsi di atas diasumsikan tiap orang dapat
barang tertentu. Marginal Utility (Kepuasan membuat atau menyusun ranking semua
Tambahan) : tambahan kepuasan yang kondisi atau situasi dari yang paling disukai
diperoleh seseorang akibat adanya tambahan hingga yang paling tidak disukai. Dari
mengkonsumsi satu unit barang tertentu. sejumlah alternatif yang ada, orang lebih
cenderung memilih alternatif yang
Sedangkan pedekatan ― Ordinal Utility‖ memaksimumkan kepuasannya.
adalah : Manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
masyarakat dari mengkonsumi barang-barang Preferensi konsumen terhadap suatu barang
tidak dikuantifikasikan (diukur) dapat diketahui dengan menentukan faktor-faktor
Dalam teori ekonomi dibahas bahwa secara yang dapat mempengaruhi sebagai
umum permintaan setidaknya ditentukan oleh pertimbangannya untuk memilih barang tersebut.
empat faktor utama, yaitu : 1). Harga barang Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor
tersebut, 2). Harga barang yang lain (baik demografis, faktor lingkungan, fakor kegunaan/
substitusi maupun komplemeter), 3). Pendapatan, manfaat, dan faktor lainnya. Penilaian terhadap
dan 4). Preferensi. Tiga faktor yang disebutkan produk menggambarkan sikap konsumen terhadap
diawal adalah faktor yang bersifat kuantitatif produk tersebut dan sekaligus dapat
karena bisa dihitung atau dibandingkan, namun mencerminkan perilaku konsumen dalam
faktor yang terakhir adalah faktor yang mengkonsumsi suatu produk. Kombinasi konsumsi
berhubungan dengan kondisi masig-masing (market baskets): Komposisi jumlah dari dua atau
individu yang sagat subjektif. Preferensi juga banyak barang yang dikonsumsi.
baynak dipengaruhi hal lain, seperti landasan Berdasarkan hal tersebut di atas perlu
filosofis, politik, sosial, masyarakat, kultur, kiranya dipikirkan bagaimana kegiatan petani
karakter, dan banyak hal lainnya. Satu hal yang diluar musim panen buah/musim panen, agar
petani tetap dapat memperoleh pendapatan. Dari

267
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

limbah yang di hasilkan dapat menjadi peluang (sabun, lulur dan masker) dari tepung kulit
bagi petani untuk dapat memanfaatkanya menjadi manggis, abu kulit manggis dan jus sirup kulit
lebih bermanfaat dan dapat memberikan manggis. Namun pada penelitian ini, yang diteliti
pendapatan tambahan bagi petani. Apalagi setelah baru tiga produk yakni: Dodol, selai, dan produk
diketahui bahwa kandungan xantone yang kecantikan (sabun, lulur dan masker).
terdapat pada bagiain bunga, buah muda, dan Untuk mengetahui preferensi konsumen
kulit buah manggis sangat bermanfaat bagi terhadap atribut dodol, maka Metoda Importance
kesehatan. Sehingga dilakukan kegiatan/pelatihan Performance Analysis (IPA) pertama kali
pengolahan membuat tepung dari kulit manggis. diperkenalkan oleh Martila dan James (1977)
Tepung tersebut kemudian diolah menjadi dengan tujuan untuk mengukur kepuasan
beberapa produk yang dapat dikonsumsi aman pelanggan dalam produk dan servisnya. IPA untuk
oleh masyarakat luas. Untuk mendukung mengenali kepuasan pelanggan sebagai fungsi dari
keberlanjutan pemberdayaan masyarakat tersebut seberapa penting sebuah produk atau jasa untuk
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk konsumen dan performa bisnis atau perusahaan
mengetahui bagaimana preferensi konsumen dalam penyediaan jasa dan produk (Irianto, 2011).
terhadap produk olahan tepung kulit manggis. Dalam hal ini IPA tidak hanya menguji performa
Preferensi konsumen ini akan digunakan sebagai dari sebuah item tapi juga kepentingan
dasar pembuatan produksi olahan tepung kulit menampilkan informasi berkaitan dengan faktor-
manggis yang akan dijadikan sebagai usaha faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat
kelompok dalam meningkatkan pendapatan petani mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka,
manggis. Konsumen merupakan salah satu dan faktor-faktor pelayanan yang menurut
komponen penting dalam sistem agribisnis. konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi
Menurut Yuniar, dkk (2013), mengemukakan sekarang yang belum memuaskan (Bruyere
bahwa tumbuhnya sektor agribisnis akan (2002), dalam Valentina, 2012).
ditentukan oleh seberapa besar permintaan Diagram kartesius merupakan suatu bangun
konsumen terhadap produk-produk agribisnis. yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh
Memahami perilaku konsumen manggis dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada
merupakan informasi pasar yang sangat penting titik-titik (X,Y), dimana X merupakan rata-rata dari
bagi sektor agribisnis. Informasi ini diperlukan rata-rata tingkat kepuasan/performance pelanggan
sebagai bahan masukan untuk merencanakan seluruh faktor, dan Y adalah rata-rata dari rata-
produksi, mengembangkan produk, dan rata skor tingkat kepentingan/importance seluruh
memasarkan produk olahan manggis dengan baik. faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Dalam penelitian ini, diagram kartesius
METODOLODI PENELITIAN digunakan untuk memetakan atribut-atribut Dodol
tepung kulit manggis, yang telah dianalisis dengan
Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai gambar sebagai berikut (Sugiyono, 2009):
dengan Agustus 2014. Tempat penelitian adalah di .
Kelompoktani Mega Fruit Mustika Lestari IX,
Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi. Data
primer diambil dari petani dan mahasiswa
sebanyak 30 responden, yang diambil secara
sensus. Analisis dilaksanakan secara deskriptif
dengan menggunakan alat uji IPA (Importance
Performance Analize), terhadap beberapa indikator
seperi: rasa, tekstur, aroma, warna, rasa pahit,
dan manfaat, serta tingkat kepentingan dan
kesukaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan hasil komoditas manggis yang di


laksanakan di kelompok tani Mega Fruit Mustika
Lestari XI Cicantayan Sukabumi, meliputi lima Dari data primer yang diolah maka diperoleh
produk olahan yakni: Dodol tepung Kulit manggis, hasil preferensi konsumen terhadap masing-
selai tepung kulit manggis, produk kecantikan masing produk olahan dari tepung kulit manggis

268
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

menjadi dodol, selai, dan produk kecantikan Preferensi Konsumen Terhadap Selai Tepung
(sabun, lulur dan masker) seperti di bawah ini. Kulit Manggis

Preferensi Konsumen Terhadap Dodol Berdasarkan perbandingan kepentingan


Tepung Kulit Manggis (I: Important) dan kesukaan (P:Performance)
konsumen dari komponen atribut pengamatan:
Berdasarkan perbandingan kepentingan rasa, tekstur, warna, aroma, rasa pahit, dan
(I: Importance) dan kesukaan (P:Performance) manfaat, maka nilai perbandingan atribut pada
konsumen dari komponen Atribut pengamatan: selai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
rasa, tekstur, warna, aroma, rasa pahit, dan
manfaat, maka nilai perbandingan atribut dodol Tabel 2. Perbandingan Atribut pada Selai
seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Atribut pada Dodol

Berdasarkan kuisioner yang dijawab oleh


konsumen menyatakan bahwa : rasa selai 44,82%
responden menyatakan enak, tekstur selai
Berdasarkan kuisioner yang dijawab oleh
44,66% menyatakan kasar, warna selai 56,66%
konsumen menyatakan bahwa : 70% responden
menyatakan Menarik, aroma 33,33% tidak
menyatakan enak, tekstur dodol 33,33%
tercium tepung kulit manggis yang khas, Rasa
menyatakan lembut, warna dodol 53,33%
pahit 43,33% menyatakan tidak berasa, dan dari
menyatakan Khas, aroma 43,33% masih tercium
sisi manfaat selai 46,66% menyatakan sangat
teung kulit manggis yang khas, rasa pahit 43,33%
baik manfaatnya.
menyatakan tidak berasa, dan dari sisi manfaat
Diagram kartesius digunakan untuk
40% menyatakan baik manfaatnya.
memetakan atribut-atribut kualitas selai, yang
Diagram kartesius digunakan untuk
telah dianalisis dengan gambar sebagai berikut
memetakan atribut-atribut kualitas Dodol, yang
telah dianalisis dengan gambar sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram Kuadran Kartesius Gambar 3. Diagram Kuadran Kartesius


Perbandingan Kepentingan (Y) dan Kesukaan (X) Perbandingan Kepentingan (Y) dan Kesukaan (X)
Konsumen Terhadap Rasa, Tekstur, Warna, Konsumen Terhadap Rasa, Tekstur, Warna,
Aroma, Rasa Pahit, dan Manfaat dari Produk Aroma, Rasa Pahit, dan Manfaat dari Produk
Olahan Dodol Tepung Kulit Manggis. Olahan Selai Tepung Kulit Manggis.

269
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Preferensi Konsumen Terhadap Produk Preferensi Konsumen Terhadap Dodol, Selai


Kecantikan (Sabun, Lulur dan Masker) dan Produk Kecantikan (Sabun, Lulur dan
Tepung Kulit Manggis Masker) Tepung Kulit Manggis

Berdasarkan perbandingan kepentingan (I: Berdasarkan perbandingan kepentingan


Important) dan kesukaan (P:Performance) (I: Important) dan kesukaan (P:Performance)
konsumen dari komponen Atribut pengamatan: konsumen dari produk olahan dodol, selai, dan
rasa, tekstur, warna, aroma, rasa pahit, dan produk kecantikan (sabun, lulur dan masker)
manfaat, maka nilai perbandingan atribut pada Tepung Kulit Manggis, dapat dilihat di bawah ini.
produk kecantikan (sabun, lulur dan masker)
berikut ini. Tabel 4. Perbandingan Kepentingan dan Kesukaan
Konsumen Terhadap Dodol, Selai, dan
Tabel 3. Perbandingan Atribut pada Selai Produk Kecantikan (sabun, lulur dan
masker).

Berdasarkan kuisioner yang dijawab oleh


konsumen menyatakan bahwa : efek pemakaian Berdasarkan kuisioner yang dijawab oleh
produk kecantikan (sabun, lulur dan masker) responden menyatakan tingkat kesukaan terhadap
setelah digunakan selama satu minggu adalah produk olahan tepung kuliit manggis sebagai
sebagai berikut : 44,82% responden menyatakan beriku : 62,55% menyukai Produk Kecantikan
enak digunakan, tekstur sabun 44,66% (sabun, lulur dan masker) karena dari atribut-
menyatakan cukup lembut, warna sabun 56,66% atribut preferensi menunjukan tingkat kesukaan
menyatakan kurang menarik, aroma 33,33% tidak dan kepetingan yang cukup baik. Sebesar 21,33%
tercium tepung kulit manggis yang khas, Rasa responden menyukai selai tepung kulit manggis
pahit 43,33% menyatakan tidak berasa, dan dari dan 16,12% responden menyukai produk dodol
sisi manfaat produk kecantikan (sabun, lulur dan tepung kulit manggis.
masker) 70% menyatakan sangat baik Diagram kartesius digunakan untuk
manfaatnya. memetakan kualitas dari sisi tingkat kesukaan dan
Diagram kartesius digunakan untuk kepuasan konsumen terhadap produk : dodol,
memetakan atribut-atribut kualitas produk selai, dan produk Kecantikan (sabun, lulur dan
kecantikan (sabun, lulur dan masker), dapat dilihat masker), dapat dilihat pada gambar berikut ini.
pada gambar berikut ini.

Gambar 5. Diagram Kuadran Kartesius


Gambar 4. Diagram Kuadran Kartesius Perbandingan Kepentingan (Y) dan Kesuukaan (X)
Perbandingan Kepentingan (Y) dan Kesukaan (X) Konsumen Terhadap Produk olahan Dodol, Selai,
Konsumen Terhadap Rasa, Tekstur, Warna, dan Produk Olahan Sabun kecantikan Tepung Kulit
Aroma, Rasa Pahit, dan Manfaat dari Produk Manggis.
kecantikan Tepung Kulit Manggis.

270
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Keterangan : 2. Perlu dilakukan kajian penelitian yang lebih


1. Produk olahan Dodol Tepung Kulit Manggis detail pada produk olahan dodol dan selai
2. Produk olahan Selai Tepung Kulit Manggis tepung kulit manggis, sehingga penilaian
3. Produk kecantikan (sabun, lulur dan masker) terhadap seluruh atribut preferensi dapat
Tepung Kulit Manggis. optimal dan dapat dihasilkan produk dodol dan
selai yang benar-benar disukai dan diterima
Proses pengolahan tepung kulit manggis masyarakat.
menjadi Sabun kecantikan / lulur masker lebih
menjadi prioritas utama yang akan diusahakan DAFTAR PUSTAKA
oleh kelompok tani Mega Fruit Mustika Lestari XI,
karena efek penggunaan cepat dirasakan oleh  Case, K.E dan Fair, R.C. 2007. Prinsip – prinsip
konsumen, selain itu dalam pembuatannya tidak Ekonomi Mikro. PT.Indeks. Jakarta.
memerlukan waktu yang cukup lama karena  Chairul, M dan Nurasa, T. 2011. Jurnal Agro
digunakan eksternal, sedangkan pada proses Ekonomi. Daya Saing Komoditas Promosi
pembuatan dodol dan selai memerlukan waktu dan Ekspor Manggis Sistem Pemasaran dan
proses yang cukup rumit, lebih hati-hati, terampil, Kemantapan di Dalam Negeri. UPI. Jakarta..
dan memerlukan proses ijin produksi yang  Gahrika, R. 2012. Tesis. Preferensi Konsumen
memerlukan waktu tidak sebentar pula, maka Ibu Rumah Tangga Terhadap Pembelian
untuk dodol dan selai dijadikan sebagai produk Produk Mie Telur Di Kecamatan Purwokerto
olahan tepung kulit manggis yang perlu Utara Kabupaten Banyumas Jawa Timur :
dipertahankan prestasinya. http://id.shvoong.com/Excact-Science Sosial
Ekonomi-Agriculture (22 Juli 2013).
 Irianto. W.E. 2011. Analisis Importance
SIMPULAN DAN SARAN Performance Atribut Lingkungan Hunian
Terhadap persepsi Pembeli Pada Perumahan
Simpulan Riverside Malang. Skripsi. IPB.Bogor.
 Kolter, P. 1993. Manajemen Pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Translatation, and Control. Seven Edition
mengenai preferensi konsumen terhadap produk Prentice Hall. International Inc. UI. Jakarta.
olahan tepung kulit manggis hasil kelompok tani  Mangkunegara, AA. Ap. 2002. Perilaku
Mega Fruit Cicantayan Kabupaten Sukabumi, maka Konsumen. Edisi Revisi. Refika Aditama.
dapat diambil beberapa hal penting sebagai Bandung.
berikut:  Soetrisno, L. 2002. Paradigma Baru
1).Terdapat perbedaan kepentingan dan kesukaan Pembangunan Pertanian, Sebuah Tinjauan
dari atribut-atribut produk olahan tepung kulit Sosiologis. Kanisius. Yogjakarta.
manggis yang diolah menjadi dodol, selai, dan  Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis.
Produk Kecantikan (sabun, lulur dan masker). Alfabeta. Bandung.
2).Dari Ketiga produk olahan yang dibuat ternyata  Suryanto. 2012. Standarisasi Tuntutan
preferensi konsumen menunjukan produk Konsumen. Artikel.
olahan tepung manggis menjadi Produk http://www.antaranews.com/berita/339940/st
Kecantikan (sabun, lulur dan masker) menjadi andarisasi-produk-tuntutan. Oktober 2012
prioritas utama dan pertahankan prestasi untuk  Valentina, K.A. 2011. Analisis Kepuasan
dodol dan selai. Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa
Pos Exspres Di PT Pos Indonesia Cabang
Saran Surakarta. Skripsi. IPB. Bogor.
 Yuniar, R.I., Mulya, H.S., Padmaningrum.
1. Untuk produk kecantikan (sabun, lulur dan 2013. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
masker) perlu dikemas dengan kemasan yang Perilaku Kosumen dalam Membeli atau
menarik. Mengkonsumsi. Jurnal Buah Lokal. Jurnal
Agribisnis Pedesaan. Vol.2 . No.4. Desember.

271
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS PEMASARAN ZAT PEWARNA ALAMI INDIGOFERA UNTUK


BATIK DI JAWA

Masyhuri1, Sugiyarto2 dan Hani Perwitasari3

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Jl. Flora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281

1. dr_masyhuri@yahoo.com,
2. sugiyarto.pnugm@ugm.ac.id,
3. hani.perwita@gmail.com

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan: 1) jejaring saluran pemasaran produk Indigofera, 2) lembaga
pemasaran, margin pemasaran, dan fungsi lembaga pemasaran produk berpewarna alami Indigofera, 3)
identifikasi jejaring pasar nasional dan ekspor potensial bagi pemasaran produk berpewarna alami
Indigofera. Lokasi penelitian: Pulau Jawa meliputi Jawa Timur (Kabupaten Pacitan, Tuban, dan
Probolinggo), Jawa Tengah (Temanggung, Klaten, Semarang, Kota Solo, Rembang, Batang dan
Pekalongan), Yogyakarta (Kota Yogyakarta, Sleman, Bantul dan Kulonprogo) dan Jawa Barat (Cirebon).
Sampel adalah produsen kain batik. Sampel akan ditelusur dengan snowball sampling dengan
memanfaatkan informasi dari lembaga atau saluran pemasaran sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan
1) terdapat 3 pola jaringan pemasaran bahan indigofera yaitu petani-perajin batik-konsumen akhir; petani-
pedagang pengumpul-perajin batik-konsumen akhir; dan petani-pedagang pengumpul-pedagang perantara-
perajin batik-konsumen akhir, 2) Petani melakukan fungsi penjualan daun indigo dan pengolahan daun
menjadi pasta indigofera; pedagang pengumpul melakukan fungsi penyimpanan dan penjualan pasta
pewarna indigofera; pedagang perantara melakukan fungsi pemasaran berupa reselling daun, pasta dan
serbuk pewarna indigofera; perajin batik melaksanakan fungsi pemasaran antara lain penyimpanan,
pengolahan pasta indigofera, kain batik dan baju batik, serta penjualan produk-produk; dan konsumen akhir
sebagai end user, 3) jejaring pemasaran potensial untuk bahan pewarna terutama yang berbentuk pasta
meliputi Yogyakarta, Pekalongan, Batang, Semarang, Temanggung, Magelang, Klaten, Solo, Rembang,
Tuban, Pacitan, Madura, Gresik, Jakarta, Jambi, Medan dan Bengkulu. Jejaring pemasaran produk yang
menggunakan pewarna indigofera terutama berbentuk kain batik meliputi Yogyakarta, Solo, Klaten,
Semarang, Batang, Pekalongan, Surabaya, Pacitan, Kediri, Tuban, Lamongan, Probolinggo. Ponorogo,
Jakarta, Bandung, Cirebon, Bali, Aceh dan Pulau Kalimantan. Sedangkan potensi ekspor adalah ke Jepang,
Kanada, Jerman, China dan Singapura.

Kata kunci: Indigofera, batik, zat warna alami, pemasaran.

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP khususnya industri batik pengguna pewarna


alami.
Tujuan penelitian ini adalah untuk 1)
menelusuri jejaring saluran pemasaran produk PENDAHULUAN
Indigofera, 2) menganalisis lembaga pemasaran,
margin pemasaran, dan fungsi lembaga Penggunaan zat pewarna alami
pemasaran produk Indigofera, 3) mengidentifikasi sebenarnya telah lama umum di Indonesia dan
jejaring pasar nasional potensial bagi pemasaran menyatu dengan seni kerajinan batik, tenun, dan
produk Indigofera, 4) mengidentifikasi jejaring kain tradisional lainnya. Penggunaannya menurun
pasar ekspor potensial bagi pemasaran produk seiring peningkatan penggunaan zat pewarna
Indigofera. Ruang lingkup meliputi industri tekstil sintetis yang lebih praktis, namun meningkat
yang bersifat green industry, kondisi seluruh mata kembali sejak tahun 1996 setelah keluarnya
rantai dalam supply chain industri tekstil tersebut, larangan penggunaan zat pewarna sintetis untuk
produk tekstil oleh CBI (Center for the promotion

272
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

import from Developing Countries) Belanda. Zat secara profesional dalam skala bisnis memiliki
pewarna sintetis ditengarai dapat menyebabkan potensi yang baik.
kanker kulit.
Terdapat sekitar 150 jenis tanaman yang METODE
dapat menghasilkan pewarna alami, dari merah,
kuning, hingga biru, warna primer dalam Lokasi Penelitian
pewarnaan. Tanaman Indigofera tinctoria
merupakan salah satu penghasil zat pewarna Lokasi penelitian meliputi propinsi-
alami biru indigo, diantara sekian banyak tanaman propinsi di Jawa yang memiliki daerah dengan
lainnya. Menurut Samanta dan Agarwal (2009), sentra kerajinan batik pewarna alam. Lokasi
pewarnaan indigo kemungkinan merupakan penelitian tidak dapat ditentukan secara pasti
pewarnaan tertua di dunia, karena telah pada awal rencana penelitian karena akan
digunakan di India sejak 4000 tahun lalu. Di ditelusur berdasarkan informasi produsen,
Indonesia, tanaman ini disebut tanaman tom, nila pengumpul dan seterusnya. Sampel adalah pihak-
(Jawa), tarum (Madura), atau pulasan (Minahasa) pihak yang terlibat dalam rantai pemasaran
(Farida, 2009). pewarna alami Indigofera. Potensi pengembangan
Hermawan (2011) menyebutkan bahwa jejaring pemasaran nasional akan mengambil
industri tekstil dan produk turunannya (TPT) sampel produsen/perajin kain batik yang tersebar
menjadi penyumbang terbesar dalam perolehan di Jawa. Sedangkan potensi jejaring ekspor akan
devisa Indonesia. Pada tahun 2009, industri TPT dikaji melalui informasi responden dan data
berkontribusi sebesar 12,72 persen dalam sekunder berdasar besarnya permintaan pewarna
perolehan devisa terhadap ekspor hasil industri tekstil dan tren green industry yang sedang
tidak termasuk minyak dan gas (migas) dan berkembang.
sebesar 9,58 persen terhadap total ekspor non Lokasi penelitian meliputi Propinsi Jawa
migas, meskipun 85 persen bahan baku berupa Tengah yaitu di Kabupaten Temanggung, Klaten,
kapas masih diimpor. Nilai tersebut meningkat Semarang, Kota Solo, Rembang, Batang dan
tajam dari hanya sebesar US$ 559 juta pada Pekalongan. Lokasi penelitian di Jawa Timur
tahun 1985 (BPS, 2010). Selain mempunyai meliputi Pacitan, Tuban, dan Probolinggo. Lokasi
kontribusi yang besar di dalam PDB dan devisa, penelitian di Propinsi Jawa Barat adalah
industri ini juga menyerap banyak tenaga kerja, Kabupaten Cirebon, sedangkan di Yogyakarta
baik yang bekerja secara langsung ataupun tidak meliputi Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman,
langsung. Bantul dan Kulonprogo.
Potensi yang besar dalam industri
tekstil,khususnya batik dan kain tradisional Metode Pengambilan Sampel
lainnya, ditambah dengan potensi
keanekaragaman hayati Indonesia yang dapat Sampel Daerah
mendukungnya, terutama dalam hal pewarnaan,
membuat industri ini sangat penting dalam Pengambilan sampel daerah dilakukan
perekonomian. Selain peluangnya dalam skala dengan metode Snowball Sampling didasarkan
makro, terbuka pula peluang usaha agribisnis pada informasi dari responden baik yang
baru di tataran petani untuk pengembangan merupakan informasi sumber pembelian
tanaman Indigofera. Untuk menguatkan industri (backward linkage) dan sumber penjualan
tekstil yang bersifat green industry, perlu (forward linkage).
diketahui kondisi seluruh mata rantai dalam
supply chain industri tekstil, khususnya industri Sampel Responden
batik pengguna pewarna alami. Berdasarkan hasil
analisis penelitian tahun pertama mengenai Pengambilan sampel responden juga
keberlanjutan pengembangan agribisnis yang dilakukan dengan metode Snowball Sampling
dikaji berdasarkan aspek ekonomi, sosial dan didasarkan pada informasi dari responden baik
ekologi didapatkan hasil bahwa baik secara yang merupakan informasi sumber pembelian
ekonomi, sosial dan ekologi, agribisnis budidaya (backward linkage) dan sumber penjualan
dan pengolahan Indigofera memiliki potensi yang (forward linkage).
cukup untuk dikembangkan meskipun belum
mampu menggeser tanaman pangan utama yang
diusahakan petani. Namun untuk dikembangkan

273
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dibeli oleh konsumen akhir, maka jejaring saluran
pemasarannya dapat digambarkan sebagai
Untuk mengumpulkan data digunakan berikut,
tiga macam teknik, yaitu : wawancara,
pencatatan dan observasi. Jenis data yang 1 Konsumen
dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Petani 1 Perajin
2 Akhir
Daun Indigofera Batik
3
Data primer diperoleh dari wawancara langsung

2
2

dengan petani, pedagang pengumpul, pengolah

3
Pedagang

3
pewarna alami, konsumen pewarna alami hingga
pengumpul

end user dari pewarna alami Indigofera, yang

3
dilakukan dengan menggunakan kuesioner
Pedagang
perantara

terstruktur. Data sekunder diperoleh dari instansi Gambar 1. Jejaring saluran pemasaran pewarna
dan pihak-pihak terkait, antara lain Badan Pusat alami indigofera
Statistik, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian,
Dinas Koperasi dan UKM, Kementrian Berdasarkan Gambar 1, dapat ditunjukkan
Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, ada 3 pola dalam jejaring pemasaran bahan dan
Asosiasi Produsen Batik, serta instansi terkait. produk zat pewarna alami indigofera yaitu 1)
Petani – perajin batik – konsumen akhir, 2) Petani
Metode Analisis – pedagang pengumpul – perajin batik –
konsumen akhir, dan 3) Petani – pedagang
Metode analisis yang digunakan pada pengumpul – pedagang perantara – perajin batik
penelitian ini mendasarkan pada analisis data – konsumen akhir.
tabel secara deskriptif. Tujuan pertama untuk Jejaring 1 dan 2 yang relatif pendek
mengetahui jejaring pemasaran adalah dengan terjadi di daerah yang menghasilkan daun
mengidentifikasi para pelaku pemasaran dan arah indigofera sekaligus terdapat perajin batik
aliran pembelian dan penjualan bahan pewarna indigofera. Jejaring pendek ini terjadi diantaranya
alami indigofera dan produk jadinya dari satu di Yogyakarta dan Tuban. Sedangkan jejaring 3
daerah ke daerah lain kemudian memetakannya yang melibatkan pedagang perantara terjadi pada
secara visual. Tujuan kedua untuk mengetahui daerah yang tidak menghasilkan bahan pewarna
lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam indigofera namun terdapat usaha kerajinan batik,
sistem pemasaran bahan pewarna alami misalnya daerah Batang, Pekalongan, Madura,
kemudian fungsi yang dijalankan oleh tiap pelaku Pacitan, Solo dan Probolinggo.
pemasaran, dan besarnya marjin pemasaran yang Jejaring pemasaran untuk tiap jenis
diperoleh tiap pelaku pemasaran juga bahan pewarna alami indigofera dan produk yang
diidentifikasi melalui analisis tabel hasil tabulasi. menggunakan zat pewarna alami indigofera dapat
Selanjutnya identifikasi jejaring pemasaran dilihat pada Gambar 2 – Gambar 5. Gambar 2
potensial didasarkan pada pola dan daerah- menggambarkan pola arah pemasaran bahan
daerah tujuan pemasaran produk indigofera yang pewarna alami indigofera yang berbentuk pasta.
didasarkan pada data dan informasi dari Dari Gambar 2 tersebut dapat dilihat pemasaran
responden. bahan pewarna alami indigofera yang berbentuk
pasta cukup luas sebaran daerah pemasarannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Asal bahan pewarna berbentuk pasta terutama
dari Tuban dan Yogyakarta yang selanjutnya
Identifikasi Jejaring Pemasaran Pewarna dipasarkan ke berbagai daerah baik di Jawa
Alami Indigofera maupun hingga Luar Jawa. Secara umum
pemasaran didominasi di wilayah Jawa Tengah,
Bagian ini akan membahas mengenai DIY dan Jawa Timur. Di Jawa Tengah diantaranya
jejaring pemasaran bahan pewarna alami meliputi Solo, Klaten, Magelang, Temanggung,
indigofera. Pewarna alami indigofera dihasilkan Semarang, Rembang, Batang dan Pekalongan,
dari daun tanaman indigofera yang kemudian sedangkan di Jawa Timur meliputi Tuban, Gresik,
diolah menjadi pasta dan serbuk indigofera. Madura dan Pacitan. Selain itu pemasaran pasta
Kedua bentuk bahan pewarna tersebut juga mencapai Bogor, Jakarta, Bengkulu, Jambi
dimanfaatkan sebagai zat pewarna dalam dan Medan.
kerajinan batik. Bila ditelusur asal bahan pawarna
indigofera dari daun hingga menjadi kain jadi dan

274
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

berada di Jawa, Kalimantan dan Bali (Luar Jawa)


serta ekspor antara lain ke Jepang, Jerman,
Kanada, Cina dan Singapura (Gambar 4).
Sementara itu produk berbentuk baju jadi belum
banyak dihasilkan karena permintaan masih
banyak pada bentuk kain (disajikan pada Gambar
5).

Gambar 2. Jejaring pemasaran bahan pewarna


alami berbentuk pasta indigofera

Gambar 3 memberikan informasi


bagaimana pemasaran bahan pewarna alami
indigofera yang berbentuk sebuk. Bila
dibandingkan dengan pasta, bahan pewarna
berbentuk serbuk jauh kurang populer. Hal ini
bisa dilihat dari jejaring pemasaran pada Gambar Gambar 4. Jejaring pemasaran produk kain batik
3. Serbuk pewarna alami didapatkan dari Subang, berbahan pewarna alami indigofera
Jawa Barat kemudian dipasarkan ke Sleman,
Yogyakarta dan selanjutnya menyebar secara
terbatas ke beberapa daerah antara lain
Probolinggo dan Pacitan di Jawa Timur serta lokal
Yogyakarta.

Gambar 5.Jejaring pemasaran produk baju batik


berbahan pewarna alami indigofera

Identifikasi Lembaga, Marjin Dan Fungsi


Lembaga Pemasaran Pewarna Alami
Indigofera
Gambar 3. Jejaring pemasaran bahan pewarna
alami berbentuk serbuk indigofera Ada beberapa lembaga yang bertindak
sebagai pelaku-pelaku pemasaran pewarna alami
Kain batik pewarna alami indigofera dapat indigofera, diantaranya petani, pedagang
dihasilkan dengan menggunakan bahan pewarna pengumpul, pedagang perantara, perajin batik
alami indigofera baik yang berbentuk pasta serta konsumen akhir. Secara detail peran para
maupun serbuk. Kain batik dengan pewarna alami pelaku pemasaran tersebut dan marjin pemasaran
indigofera mempunyai jejaring pemasaran yang yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.
luas dan tidak hanya dihasilkan oleh 1 atau 2
daerah tertentu sebagaimana bahan pewarnanya. Tabel 1. Lembaga, Fungsi dan Marjin Pemasaran
Kain batik pewarna alami indigofera dihasilkan Jenis
Margin Profit
Pelaku Fungsi (Rp/ (Rp/
antara lain di Yogyakarta, Klaten, Solo, Batang, Output
unit) unit)
Pekalongan, Rembang, Semarang, Cirebon, Petani Pengolahan Pasta 24.000 18.70
Tuban, Pacitan dan Probolinggo. Sedangkan 0
Penjualan Daun 2.000 2.000
pemasaran selain meliputi lokal dan antar kota-
kota produsen kain batik tersebut juga merambah Pengumpul Penjualan Pasta 18.000 17.60
0
kota-kota lain di Jawa, Luar Jawa dan ekspor Penyimpanan Pasta 29.900 28.70
internasional. Beberapa kota yang menjadi 0
Pedagang Pembelian Daun 1.300 1.300
sasaran pemasaran kain batik alami indigofera Perantara
antara lain Jakarta, Surabaya, Bandung yang Pasta 24.100 21.60
0

275
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Jenis
Margin Profit keuntungan yang diperoleh dari penjualan kain
Pelaku Fungsi (Rp/ (Rp/
Output
unit) unit) lebih besar dibandingkan penjualan baju.
Serbuk 450.000 450.0
00
Penjualan Daun 1.300 1.300
Identifikasi Jejaring Pemasaran Potensial
Produk Pewarna Alami Indigofera
Pasta 24.100 21.60
0
Serbuk 450.000 450.0 Data mengenai kuantitas pembelian
00 (sebagai gambaran besarnya permintaan bahan
Perajin Pembelian Pasta - -
Batik pewarna alami) dan penjualan (sebagai gambaran
Serbuk - - besarnya penawaran bahan pewarna alami dan
Penjualan Kain 576.300 371.3 produk jadi yang dihasilkan) dapat dilihat pada
00 Tabel.
Baju 775.000 179.1
00
Penyimpanan Pasta 15.100 14.10 Tabel 2. Pembelian bahan pewarna alami
0
indigofera
Pengolahan Pasta 43.300 28.25
0 Jenis Satuan Total Pembelian
Pasta 41.300 26.25
0 Daun Kg 25.170
Konsumen Pembelian Kain - -
akhir Pasta Kg 14.464
Baju - -
Serbuk Kg 404
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Berdasar data yang disajikan pada Tabel Tabel 2. menunjukkan kuantitas


1. petani menjalankan peran penjualan dan pembelian oleh seluruh responden dalam kurun
pengolahan. Petani melakukan penjualan dalam setahun. Secara kuantitas permintaan daun indigo
bentuk daun dan memperoleh keuntungan sekitar paling banyak, yaitu pada kisaran 25 ton,
Rp. 2.000/kg. Selain menjual dalam bentuk daun, sedangkan pasta sebagai bahan pewarna siap
juga melakukan pengolahan menjadi pasta pakai memiliki jumlah permintaan di atas 14 ton
indigofera dengan harga jual Rp. 24.000 per per tahun. Di sisi lain permintaan serbuk indigo
kilogram. Dengan konversi 10 kg daun menjadi 1 masih cukup kecil yaitu kurang dari 0,5 ton per
kg pasta maka petani yang menjual pasta (1kg) tahun. Permintaan pasta masih sangat
akan memperoleh marjin yang lebih tinggi mendominasi, hal ini dapat disebabkan adanya
dibandingkan ketika menjual 20 kg daun dengan perbedaan harga yang sangat jauh sehingga
selisih sebesar Rp. 4.000. perajin batik lebih memilih pasta yang jauh lebih
Pedagang pengumpul melakukan fungsi terjangkau dari sisi harga.
penyimpanan dan fungsi penjualan. Pedagang
pengumpul memperoleh marjin pada kisaran Rp. Tabel 3. Penjualan bahan pewarna alami
18.000-Rp. 29.900 per kilogram pasta yang indigofera dan produk jadinya
dijualnya. Pedagang perantara menjalankan peran
sebagai reseller baik bahan pewarna daun, pasta Jenis Satuan Total Penjualan
maupun serbuk. Rerata marjin yang diperoleh dari Daun Kg 1.800
penjualan bentuk daun sebesar Rp. 1.300/kg, Pasta Kg 13.447
sedangkan marjin pemasaran dari penjualan
pasta sedikit lebih rendah dibandingkan pedagang Serbuk Kg 20
pengumpul yang berkisar Rp. 21.600/kg. Kain Lembar 18.416
Perajin batik melakukan fungsi pembelian Baju Potong 380
dalam bentuk pasta dan serbuk untuk Sumber: Analisis Data Primer, 2013
kepentingannya sendiri yaitu untuk menghasilkan
kain batik dan baju jadi. Fungsi pengolahan yang Tabel 3. memberikan gambaran informasi
dijalankan oleh perajin batik adalah mengubah mengenai kuantitas penjualan bahan pewarna
pasta menjadi kain batik dan baju. Marjin baju alami indigofera dan produk jadinya pada kurun
jadi lebih besar jika dibandingkan dengan marjin 2013. Pada penjualan bahan pewarna alami,
penjualan dalam bentuk kain, namun karena bahan berbentuk pasta yang dipasarkan mencapai
biaya produksi yang ditanggung lebih besar maka
kisaran 13 ton lebih. Daun indigofera menurut
data penjualan hanya berkisar sekitar 1,8 ton, dan

276
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

bahan pewarna berbentuk serbuk sangat kecil Tabel 4. Identifikasi Jejaring Pasar Potensial
kuantitas yang diperjualkan oleh responden. Bahan dan Produk Pewarna Alami Indigofera
Dengan membandingkan kedua tabel pembelian Pasar
Jenis Pasar Potensial
dan penjualan, gambaran besarnya permintaan Potensial
Produk Nasional
bahan pewarna alami secara umum lebih besar Internasional
dibandingkan dengan gambaran penawarannya. Yogyakarta,
Pekalongan, Batang,
Permintaan yang lebih besar tersebut dapat
Semarang,
diperoleh dari sumber lain. Di sisi lain permintaan Temanggung,
yang lebih besar tersebut juga mengindikasikan Magelang, Klaten,
adanya peluang untuk pengembangan pemasaran Pasta
Solo, Rembang,
bahan pewarna alami indigofera di masa Tuban, Pacitan,
mendatang baik berupa pasta maupun serbuk. Madura, Gresik,
Untuk kuantitas penjualan, produk yang Jakarta, Jambi,
berwujud kain batik mencapai lebih dari 18 ribu Bengkulu, Medan
lembar per tahun, sedangkan baju batik jadi Yogyakarta,
hanya berkisar 380 potong. Menurut para pelaku Solo,
Serbuk
Pacitan,
perajin kain batik penjualan dalam bentuk kain
Probolinggo
lebih menguntungkan, mudah dan memang Yogyakarta,
permintaannya lebih besar dibandingkan baju Solo,
batik jadi. Bagi konsumen pembelian dalam Klaten,
bentuk kain juga lebih disukai karena konsumen Semarang,
dapat lebih leluasa dalam pemanfaatan kain batik Batang,
termasuk sebagai baju (dapat disesuaikan Pekalongan,
modelnya sesuai keinginan). Surabaya,
Selanjutnya pada Tabel 4. ditunjukkan Pacitan, Jepang,
Kediri, Kanada,
hasil identifikasi jejaring pasar potensial bagi
Kain Tuban, Jerman,
bahan pewarna alami indigofera dan produk Lamongan, China,
jadinya. Potensi pasar nasional untuk bahan Probolinggo, Singapura
pewarna berbentuk pasta meliputi daerah Ponorogo,
pemasaran yang luas baik di Pulau Jawa maupun Jakarta,
Luar Jawa, diantaranya Yogyakarta, Pekalongan, Bandung,
Batang, Semarang, Temanggung, Magelang, Cirebon,
Klaten, Solo, Rembang, Tuban, Pacitan, Madura, Bali,
Gresik dan Jakarta, sementara di Luar Jawa Kalimantan,
Aceh
meliputi Jambi, Medang dan Bengkulu. Untuk
Jakarta,
bahan pewarna yang berbentuk serbuk, jejaring Tuban,
pasar yang potensial meliputi Yogyakarta, Solo, Yogyakarta,
Pacitan dan Probolinggo. Baju
Rembang,
Jejaring pasar potensial untuk produk jadi Pekalongan,
yang menggunakan pewarna alami indigofera Solo
yaitu kain batik dan baju jadi ternyata mempunyai Sumber: Analisis Data Primer, 2013
pasar yang lebih luas hingga pasar mancanegara.
Untuk kain batik, pasar potensial ekspor KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
mencakup Jepang, Kanada, Jerman, China dan Kesimpulan
Singapura, sedangkan pasar nasional meliputi
Yogyakarta, Solo, Klaten, Semarang, Batang, Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan
Pekalongan, Surabaya, Pacitan, Kediri, Tuban, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut,
Lamongan, Probolinggo. Ponorogo, Jakarta, 1. Terdapat pelaku-pelaku pemasaran bahan
Bandung, Cirebon, Bali, Aceh dan Pulau pewarna alami indigofera antara lain petani,
Kalimantan, sedangkan produk yang berbentuk pedagang pengumpul, pedagang perantara,
baju jadi diantaranya potensial untuk dipasarkan perajin batik dan konsumen akhir,
di Jakarta, Yogyakarta, Pekalongan, Solo, 2. Pola jaringan pemasaran bahan pewarna
Rembang dan Tuban. alami indigofera dan produk jadinya antara
lain, petani-perajin batik-konsumen akhir,
petani-pedagang pengumpul-perajin batik-

277
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

konsumen akhir, dan petani-pedagang Rekomendasi


pengumpul-pedagang perantara-perajin batik- Rekomendasi dari hasil penelitian antara
konsumen akhir, lain:
3. Petani melakukan fungsi penjualan daun 1. Diperlukan penyebarluasan dan diseminasi
indigo dan pengolahan daun menjadi pasta teknologi dan cara penggunaan pewarna
indigofera; alami indigofera yang efisien, baik yang
4. Pedagang pengumpul melakukan fungsi berbentuk pasta dan serbuk,
penyimpanan dan penjualan pasta pewarna 2. Sudah ada pendampingan mengenai
indigofera; penggunaan pewarna alami indigofera namun
5. Pedagang perantara melakukan fungsi masih diperlukan pendampingan mengenai
pemasaran berupa reselling daun, pasta dan pengembangan pemasaran khususnya bagi
serbuk pewarna indigofera; industri kerajinan batik indigofera skala kecil,
6. Perajin batik melaksanakan fungsi pemasaran 3. Perlu dibentuk suatu wadah/asosiasi para
antara lain penyimpanan, pengolahan pasta pelaku pemasaran indigofera sehingga
indigofera, kain batik dan baju batik, serta kepentingan para pelaku pemasaran
penjualan produk-produk tersebut; diantaranya informasi pasar dapat
7. Jejaring pemasaran yang potensial untuk ditransmisikan dengan baik antar pelaku dan
pemasaran pasta meliputi wilayah Jawa dan antar daerah.
Luar Jawa, antara lain Yogyakarta,
Pekalongan, Batang, Semarang, DAFTAR PUSTAKA
Temanggung, Magelang, Klaten, Solo,
Rembang, Tuban, Pacitan, Madura, Gresik,  Farida. 2009. Strategi Pemasaran Batik
Jakarta, Jambi, Medan dan Bengkulu. dengan Pewarna Berbasis Alam dari Tumbuh-
8. Bahan pewarna alami dalam bentuk serbuk tumbuhan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
belum populer digunakan. Tesis. Program Pascasarjana Pertanian
9. Kain batik pewarna alami indigofera memiliki Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada:
jaringan pemasaran potensial baik dalam Yogyakarta.
negeri maupun ekspor. Jejaring potensial  Hermawan, Iwan. 2011. Analisis Dampak
untuk pasar dalam negeri antara lain Kebijakan Makroekonomi terhadap
Yogyakarta, Solo, Klaten, Semarang, Batang, Perkembangan Industri Tekstil dan Produk
Pekalongan, Surabaya, Pacitan, Kediri, Tuban, Tekstil di Indonesia. Buletin Ekonomi Makro
Lamongan, Probolinggo. Ponorogo, Jakarta, dan Moneter April 2011. Bank Indonesia:
Bandung, Cirebon, Bali, Aceh dan Pulau Jakarta.
Kalimantan. Sedangkan potensi ekspor adalah  Samanta, Ashis Kumar dan Priti Agarwal.
ke Jepang, Kanada, Jerman, China dan 2009. Application of Natural Dyes on Textile.
Singapura. Indian Journal of Fibre and Textile Research
volume 34 pp 384-399.

278
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TINJAUAN MARJIN PEMASARAN CABAI MERAH KERITING


(CAPSICUM ANNUM L.) DI SENTRA PRODUKSI DAN PASAR INDUK
( SUATU TINJAUAN HARGA DAN MARJIN CABAI MERAH KERITING
DI SENTRA PRODUKSI JAWA BARAT DAN PASAR INDUK GEDEBAGE
BANDUNG, PASAR INDUK CARINGIN BANDUNG DAN PASAR INDUK
KRAMAT JATI JAKARTA)

REVIEW MARGIN MARKETING CURLY RED CHILI (CAPSICUM


ANNUM L.) IN THE CENTRE OF PRODUCTION AND WHOLESALE
MARKET
(A REVIEW PRICE AND MARGIN RED CHILI CURLY IN WEST JAVA
PRODUCTION CENTER AND GEDEBAGE WHOLESALE MARKET IN
BANDUNG, CARINGIN WHOLESALE MARKET IN BANDUNG AND
KRAMAT JATI WHOLESALE MARKET IN JAKARTA)
Dety Sukmawati

Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Sumedang

(e-mail : detysukmawaty@ymail.com)

ABSTRAK. Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi
bagian yang lemah dari aliran komoditas . Masih lemahnya pemasaran komoditas pertanian tersebut karena
belum berjalan secara efisien. Suatu sistem pemasaran yang efisien harus mampu memenuhi dua
persyaratan yaitu (1) mengumpulkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen dengan biaya serendah-
rendahnya, (2) mampu mendistribusikan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen
akhir kepada semua pihak yang terlibat mulai dari kegiatan produksi hingga pemasaran (Mubyarto, 1989).
Pada umumnya besarnya marjin pemasaran merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk
mendeteksi terjadinya inefisiensi pemasaran yang disebabkan oleh kekuatan pasar yang tidak sempurna.
Namun perlu digarisbawahi bahwa marjin pemasaran yang tinggi tidak selalu mencerminkan adanya
kekuatan monopsoni yang secara teoritis ditunjukkan oleh adanya keuntungan pedagangyang berlebihan
(non zero profit) (Bambang Irawan 2007). Penelitian ini merupakan suatu tinjauan perkembangan harga dan
marjin pemasaran cabai merah keriting di sentra produksi dan pasar induk Jawa Barat dan pasar induk
Kramat jati Jakarta. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa perkembangan harga di setiap sentra produksi lebih
rendah dari setiap pasar induk. Harga antar sentra produksi di Jawa Barat paling rendah terdapat pada
sentra produksi Pangalengan hal ini ditunjukkan pula dengan tingginya marjin pemasaran antara sentra
produksi pangalengan dengan pasar induk.

Kata Kunci : Marjin Pemasaran, Sentra Produksi , Pasar Induk

ABSRACt. In general, the marketing system of agricultural commodities including horticulture was still a
weak part of the flow of commodities. The weakness of the marketing of agricultural commodities such as
not running efficiently. An efficient marketing system must be able to meet two requirements: (1) collect
agricultural products from producers to consumers at the lowest cost, (2) able to distribute a fair distribution
of the remuneration of the overall consumer price end to all parties involved from activities production to
marketing (Mubyarto, 1989) .In general, the size of the marketing margin was an indicator that was most
often used to detect the occurrence of a marketing inefficiencies caused by market forces that are not
perfect. However, it should be underlined that the high marketing margins do not always reflect the

279
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

existence of monopsony power of the theoretically indicated by the presence of excessive pedagangyang
profit (non-zero profit) (Bambang Irawan 2007). This study was a review of the development of prices and
marketing margins in the curly red chili production centers and wholesale markets and wholesale markets in
West Java Jakarta Kramat identity. Results of the review showed that the growth rates in each production
center is lower than any wholesale market. Price between production centers in West Java there was lowest
at the production center Pangalengan this was shown also by the high marketing margin between
production centers Pangalengan the wholesale market.

Keywords: Marketing Margin, Production Center, Wholesale Market

PENDAHULUAN monopsoni sehingga mereka dapat


mengendalikan harga beli dari petani.
Secara umum sistem pemasaran Pada pasar persaingan sempurna selisih
komoditas pertanian termasuk hortikultura masih antara harga yang dibayar konsumen dan harga
menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas yang diterima petani lebih rendah dibanding pada
. Masih lemahnya pemasaran komoditas pertanian kondisi pasar monopsoni, dengan kata lain, marjin
tersebut karena belum berjalan secara efisien. pemasaran akan semakin besar jika terdapat
Suatu sistem pemasaran yang efisien harus kekuatan monopsoni. Pada kondisi pasar
mampu memenuhi dua persyaratan yaitu (1) monopsoni transmisi harga dari pasar konsumen
mengumpulkan hasil pertanian dari produsen ke kepada petani juga berlangsung secara tidak
konsumen dengan biaya serendah-rendahnya, (2) sempurna. Pola transmisi harga seperti ini
mampu mendistribusikan pembagian balas jasa menyebabkan korelasi harga di tingkat konsumen
yang adil dari keseluruhan harga konsumen akhir dan di tingkat petani akan semakin rendah dan
kepada semua pihak yang terlibat mulai dari fluktuasi harga di pasar produsen akan lebih
kegiatan produksi hingga pemasaran (Mubyarto, rendah daripada di pasar konsumen. Fluktuasi
1989). harga yang tinggi merupakan salah satu isu
Pada umumnya besarnya marjin sentral yang sering muncul dalam pemasaran
pemasaran merupakan indikator yang paling komoditas hortikultura (Bambang Irawan 2007).
sering digunakan untuk mendeteksi terjadinya
inefisiensi pemasaran yang disebabkan oleh METODE
kekuatan pasar yang tidak sempurna. Namun
perlu digaris bawahi bahwa marjin pemasaran Analisis data dilakukan melalui metode
yang tinggi tidak selalu mencerminkan adanya kuantitatif dan kualitatif berdasar data
kekuatan monopsoni yang secara teoritis
perkembangan harga rata-rata harian
ditunjukkan oleh adanya keuntungan
pedagangyang berlebihan (non zero profit). komoditi sayuran dari sentra produksi pasar
Beberapa indikator empirik yang sering induk jawa barat dan PIKJ 2013 dari Dinas
digunakan dalam pengkajian efisiensi pemasaran pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
di antaranya adalah margin pemasaran dan Barat.
transmisi harga dari pasar konsumen kepada 1. Untuk menggambarkan
petani atau ke pasar produsen. Sistem pemasaran perkembangan harga cabai merah
semakin efisien apabila besarnya marjin keriting di sentra produksi dan pasar
pemasaran yang merupakan jumlah dari biaya induk adalah dengan mengolah data
pemasaran dan keuntungan pedagang semakin perkembangan harga cabai merah
kecil. Dengan kata lain, perbedaan antara harga
keriting pada tahun 2012 dari Dinas
yang diterima petani dan harga yang dibayar
konsumen semakin kecil. Adapun transmisi harga Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
yang rendah mencerminkan inefisiensi pemasaran jawa Barat tahun 2013 dan disertai
karena hal itu menunjukkan bahwa perubahan penjelasan secara deskriftif.
harga yang terjadi di tingkat konsumen tidak 2. Untuk mengetahui marjin pemasaran
seluruhnya diteruskan kepada petani, dengan kata antar sentra produksi dan pasar induk
lain transmisi harga berlangsung secara tidak dianalisis secara tabulasi matriks antar
sempurna. Pola transmisi harga seperti ini sentra produksi dan pasar induk
biasanya terjadi jika pedagang memiliki kekuatan dengan pasar induk sebagai harga

280
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

acuan (harga eceran) dan sentra dimana Margin = H eceran - Harga


produksi merupakan harga produsen, produsen .

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkembangan Harga Cabai Merah keriting Di Sentra Produksi dan Pasar Induk

35,000
30,000
25,000
Lembang
20,000
Pangalengan
15,000
Cipanas
10,000
Ciwidey
5,000
Cikajang
-
Ciamis
JAN

MAR
APR

JUN
MEI

JUL

OKT

DES
NOP
FEB

AGT
SEP

BULAN
perkembangan harga antar sentra produksi
Gambar 1. Perkembangan Harga Antar Sentra produksi (Diolah)

Pada gambar diatas terlihat bahwa tanam monokultur, tumpangsari maupun sisipan.
perkembangan harga cabai merah keriting untuk dan kondisi pasar yang menerima asal pasokan
ke lima sentra produksi setiap bulannya mengikuti dari sentra produksi.
perkembangan harga yang sama setiap bulannya, Menurut penelitian Valeriana Darwis
kecuali untuk sentra produksi Pangalengan pada (2011), bahwa pola perdangangan cabai merah
bulan Maret sampai Desember terjadi penurunan sangat berfluktuatif baik menurut musim ,bulan
harga yang sangat rendah dari ke lima sentra maupun hari di Kecamatan Pangalengan
produksi yang lainnya. Perbedaan harga bisa Kabupaten Bandung, cabai dipanen bisa dijual
terjadi berasal dari banyaknya panen dan kondisi langsung di kebun, dijual di rumah, dijual di
pasokan di pasar. contohnya untuk di sentra pinggir jalan atau dijual ke tempat pedagang
produksi Cikajang pasokan cabai berasal dari pengumpul yang ada di desa. Meskipun harga
usahatani petani cabai merah keriting yang lebih murah sedikit dari harga pasaran tetapi bagi
bertanam secara monokultur dan tumpangsari. petani menjadi tidak repot dan tidak
keadaan harga cabai merah keriting yang rendah mengeluarkan biaya apabila berhasil menjual di
bisa terjadi melimpahnya hasil panen dari sistim kebun.

281
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

40,000

35,000

30,000

25,000
PI CARINGIN
20,000 PI GEDE BAGE
15,000 PI KRAMAT JATI
CIKAJANG
10,000

5,000

-
MAR
JAN

APR

JUN
JUL

OKT
NOP
FEB

MEI

SEP

DES
AGT

Gambar 2. Perkembangan Harga Cabai merah Keriting di Cikajang,PI Caringin,


PI Gedebage dan PI Kramat jati (Diolah)

Tinjauan harga cabai merah keriting yang rata 28,49 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dilihat berasal dari sentra produksi Jawa Barat, 2013 (data diolah)). Cabe merah
cikajang,dikarenakan Kecamatan Cikajang keriting mampu memasok secara kontinyu karena
Kabupaten Garut merupakan sentra produksi pertanaman yang dilakukan tidak hanya
cabai merah dengan luas tanam terluas (3.921 monokultur tetapi bisa tumpangsari. Secara rata-
ha) di Jawa Barat, dari sentra produksi cabai rata nasional, fluktuasi harga cabe merah keriting
merah lainnya di Jawa Barat yaitu Bandung, cukup tinggi, begitupun di sentra produksi
cianjur dan majalengka. Cabe merah keriting dari Cikajang, Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk
sentra produksi Cikajang mengirim pada beberapa Gedebage, fluktuasi harga tersebut dalam kurun
pasar tujuan pengiriman diantaranya pasar 10 tahun (2003-2012) dapat digambarkan sebagai
induk kramat jati dan pasar induk caringin kota berikut :
Bandung , pada tahun 2012 jumlah pasokan rata-

20,000

15,000
CIKAJANG
10,000 PI CARINGIN
PI GEDEBAGE
5,000
PI KRAMAT JATI
0
2003

2005
2004

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.( Diolah)

Gambar 3.Perkembangan Harga Cabai Merah Keriting di Cikajang,Pasar Induk Caringin , Gede Bage dan
Pasar Induk Kramat Jati 10 Tahun (2003 – 2012).

Dalam kurun 10 tahun perkembangan produksi lebih rendah dari ketiga Pasar Induk dan
harga di 4 tempat mengalami fluktuasi dengan harga di Pasar Induk Gede Bage berbeda dengan
rentang yang sangat berbeda, harga di sentra Pasar Induk Caringin , walaupun kedua tempat

282
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

tersebut terdapat pada kota yang sama dan harga aktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem
di pasar induk kramat jati melebihi pasar induk pemasaran tersebut.
caringin hanya tahun 2005 harga di pasar induk Definisi yang pertama menjelaskan secara
gede bage dibawah harga sentra produksi sederhana bahwa margin pemasaran adalah
cikajang hal ini bisa terjadi jumlah pasokan di perbedaan harga di tingkat konsumen (Pr)
pasar induk gede bage banyak artinya komoditas dengan harga yang diterima petani (Pf) dengan
yang masuk pada pasar tersebut berasal dari lebih demikian margin pemasaran adalah M = Pr - Pf.
satu pemasok. Hal ini mengidikasikan bahwa Sedangkan pengertian yang kedua lebih bersifat
harga tidak stabil selama 10 tahun di ketiga dan definisi ini lebih tepat, karena memberikan
tempat, apakah harga tidak stabil, mekanisme pengertian adanya nilai tambah (added value)
pasar tidak bekerja, distribusi hasil antar pelaku dari adanya kegiatan pemasaran dan juga
pasar tidak adil, hal menunjukkan pasar tidak mengandung pengertian dari konsep ―derived
sehat. supply‖ dan ―derived demand‖ (Gonarsyah,1997;
Tomek dan Robinson,1990; Cremer dan
Marjin Pemasaran Cabai Merah Keriting Jensen,1991 dalam Ratna Winandi
Asmarantaka,2009). Pengertian dari derived
Pengertian margin pemasaran sering demand ini diartikan sebagai permintaan dari
dipergunakan sebagai perbedaan antara harga di konsumen akhir, sedangkan derived demandnya
berbagai tingkat lembaga pemasaran di dalam adalah permintaan dari pedagang perantara
sistem pemasaran ; pengertian margin pemasaran (grosir/eceran) ataupun dari perusahaan pengolah
sering dipergunakan untuk menjelaskan fenomena (processors) kepada petani, sedangkan derived
yang menjembatani gap (bridging the gap) antara supply adalah penawaran di tingkat pedagang
pasar di tingkat petani (farmer) dengan pasar di eceran yaitu merupakan penawaran di tingkat
tingkat eceran (retailer). Tomek dan pedagang eceran yaitu merupakan penawaran
Robinson(1990) dalam Ratna turunan dari penawaran di tingkat petani (primary
Asmarantaka(2009), memberikan dua alternatif supply).
dan definisi margin pemasaran : Adapun hasil analisis marjin pemasaran antara
1. Perbedaan harga yang dibayarkan konsumen sentra produksi di jawa barat dengan pasar induk
dengan harga yang diterima produsen. gedebage, caringin dan kramat jati dapat dilihat
2. Merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pada Tabel 1, di bawah ini.
pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas-

Tabel 1. Marjin Pemasaran cabai merah Keriting antara Sentra produksi dengan Pasar Induk.
Sentra
CARINGIN GEDEBAGE KRAMATJATI
produksi
Ciamis 3564 5034 3638
Cikajang 4245 5715 4319
Cipanas 3244 4714 3318
Ciwidey 3467 4937 3541
Lembang 2538 4008 2612
Pangalengan 7675 9145 7749

Marjin pemasaran tertinggi berada pada produksi Pangalengan ke pasar induk terlihat dari
sentra produksi pangalengan untuk ketiga pasar rendahnya harga jual di tingkat petani . Harga
induk, dan marjin pemasaran terendah berada cabai di pangalengan Rp 6.098, lebih rendah dari
pada sentra produksi lembang dengan ketiga 5 sentra produksi cabai lainnya di jawa
pasar induk. Besar kecilnya marjin pemasaran barat,untuk itu terlihat marjin pemasaran cabai di
erat kaitannya dengan rantai pemasaran dan pangalengan tertinggi artinya untuk sampai di
biaya pemasaran. menurut penelitian Valeriana konsumen terakhir banyak pelaku pasar pada
Darwis (2011), rantai pemasaran yang ada di pemasaran cabai merah keriting dari pangalengan
kabupaten Bandung adalah petani – pedagang ke pasar induk, tetapi dalam posisi seperti ini
pengumpul – pedagang kecamatan – konsumen – harga petani paling rendah artinya petani tetap
pasar induk caringin . Tingginya marjin di sentra sebagai price taker.

283
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Kecilnya marjin pemasaran di sentra Sayuran dan Buah. Analisis kebijakan


produksi lembang ke pasar induk bisa diakibatkan Pertanian vol 5 no 4 : 358-373. Pusat Analisis
dari biaya tataniaga, seperti biaya transpor antara Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
lembang ke pasar induk bandung jaraknya tidak Bogor.
terlalu jauh. Besar kecilnya marjin pemasaran bisa  Dinas Pertanian Tanaman Pangan provinsi
diakibatkan dari jenis komoditas, biaya tataniaga ( Jawa Barat. 2013. Sentra Produksi
lokasi pemasaran, perlakuan pemasaran) dan Sayuran.Data Dinas Pertanian Tanaman
banyaknya pelaku pasar. Untuk cabai merah Pangan Provinsi Jawa Barat.
keriting tidak banyak perlakuan pemasaran  Dinas Pertanian Tanaman Pangan provinsi
misalnya diolah, biasanya cabai merah keriting Jawa Barat. 2013. Perkembangan Harga Rata-
dijual dalam bentuk segar. rata Harian Komoditi Sayuran Dari Sentra
Produksi Pasar Induk Jawa Barat dan PIKJ
SIMPULAN .Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Hasil tinjauan menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat.
perkembangan harga di setiap sentra produksi  Mubyarto.1989. Pengantar Ekonomi
lebih rendah dari setiap pasar induk. Harga antar Pertanian. LP3ES, Jakarta.
sentra produksi di Jawa Barat paling rendah  Ratna Winandi Asmarantaka.2009. Pemasaran
terdapat pada sentra produksi Pangalengan hal ini Produk-Produk Pertanian dalam Bunga
ditunjukkan pula dengan tingginya marjin Rampai Agribisnis Seri
pemasaran antara sentra produksi pangalengan Pemasaran.Departemen Agribisnis Fakultas
dengan pasar induk. Ekonomi dan Manajemen.IPB.Bogor.
Valeriana Darwis.2011. Penetapan Harga
DAFTAR PUSTAKA Minimum Regional cabai Merah di Provinsi jawa
Barat dan Jawa Timur. Pusat sosial Ekonomi dan
 Bambang Irawan . 2007. Fluktuasi Harga , Kebijakan Pertanian Bogor.
Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran

284
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

RELATIONSHIP MARKETING DAN LOYALITAS PELANGGAN PAPRIKA


(Capsicum annum var. Grossum) BERORIENTASI EKSPOR
Midun Lintang Sihombing1), Agriani Hermita Sadeli2)

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

1) E-mail: midunlintang@gmail.com,
2) E-mail : agriani.hermita@gmail.com

ABSTRAK. Peluang untuk melakukan kerjasama antara pelaku usaha paprika dengan eksportir maupun
supplier terbuka luas sehingga akan menimbulkan terjadinya persaingan diantara pelaku usaha paprika.
Pelanggan akan beralih ke pelaku usaha lain apabila tidak dibangun kerjasama yang menumbuhkan loyalitas
pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan relationship marketing dan bagaimana
loyalitas pelanggan paprika berorientasi ekspor, dan mengetahui kendala penerapan relationship marketing.
Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Dewa Family, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung Barat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara observasi, wawancara
langsung, dan studi kepustakaan. Desain penelitian adalah deskriptif kualitatif dan teknik penelitian yang
digunakan adalah studi kasus. Hasil dari penelitian ini adalah kerjasama yang dilakukan oleh kelompok tani
Dewa Family dengan pihak eksportir berjalan dengan baik dengan terciptanya komitmen dan kepercayaan.
Eksportir merasa puas dan loyal dengan pelayanan yang diberikan oleh kelompok tani. Kelompok tani dapat
memenuhi permintaan pihak eksportir dan berkomitmen atas perjanjian kontrak. Hal yang harus dibenahi
adalah pasokan yang belum konsisten serta masih terdapat reject dari pihak eksportir.

Kata kunci: loyalitas pelanggan, model enam pasar, paprika, relationship marketing

ABSTRACT. Some opportunities for cooperate among businesses peppers, exporter, and supplier that
opened widely will make competition among businesses peppers. Customers will switch to other businesses
if cooperate that built not create customer loyalty. This research aimed to find out the use of relationship
marketing, how the customer loyalty of export oriented peppers customer was, and what the problems that
faced in implementation of relationship marketing was. This research was conducted in Dewa Family Farmer
Group, Pasirlangu Village, Cisarua Subdistrict, West Bandung District, West Java Province. The data collected
through observation, direct interview, and literature study. This research design was descriptive qualitative
and case study technique. The result of this study shows that cooperation of Dewa Family with exporter
goes well with the creation of commitment and trust. Exporter is loyal and satisfied with the services by the
farmer group. Farmer group can fulfill the demand of the exporter and has a committment on a contractual
agreement. There are many things to be fixed, there are the supply of peppers that has not been consistent
and the rejection of peppers by the exporter.

Keywords: Customer Loyalty, The Six Markets Model, Peppers, Relationship Marketing

PENDAHULUAN Tahun
Produksi Subsektor Hortikultura (Ton)

Sayuran Buah- Tanaman Tanaman


Hortikultura merupakan salah satu buahan obat hias*

subsektor pertanian yang menunjukkan 2008 10.035.094 20.495.521 465.257,352 205.564.659

perkembangan positif yaitu ditandai dengan 2009 10.628.285 20.785.668 472.863,015 263.531.374
2010 10.706.386 17.519.277 418.683,635 378.915.785
peningkatan produksi. Perkembangan produksi
hortikultura tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. 2011 10.871.224 19.856.492 398.481,627 486.851.880

2012 11.264.972 20.528.499 449.446,698 616.812.160

Tabel 1. Perkembangan Produksi Hortikultura di


Indonesia, 2008-2012

285
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Kabupaten Tahun

Jenderal Hortikultura dalam Kementerian 2008 2009 2010 2011 2012*


Pertanian, (2013) (diolah) Bogor 3 0 0 0 0
Keterangan : *) Tangkai Sukabumi 0 0 58 97 0
Cianjur 40 85 16 82 38
Bandung 0 39 218 486 209
Dari Tabel 1. dapat diketahui bahwa Garut 94 70 180 140 178
tanaman sayuran mengalami peningkatan Bandung 1.537 7.595 4.052 10.856 6.499
Barat
produksi. Salah satu tanaman sayuran yang
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan, Jawa Barat
mengalami peningkatan produksi adalah cabai
(2013)
paprika (Capsicum anuum var. Grossum).
Perkembangan produksi paprika dapat dilihat
Di Kabupaten Bandung Barat, paprika
pada Tabel 2.
banyak dibudidayakan di Kecamatan Cisarua.
Salah satu pelaku usaha paprika adalah Kelompok
Tabel 2. Perkembangan Produksi Paprika di
Tani Dewa Family yang terletak di Desa
Indonesia, 2008-2012
Pasirlangu. Kelompok tersebut dibentuk pada
Tahun Produksi (ton)
tahun 1997. Saat ini luas tanaman cabai paprika
2008 2.114
yang ada di desa tersebut mencapai 5,3 ha.
2009 4.462 Teknik budidaya yang diterapkan oleh kelompok
2010 5.533 ini adalah hidroponik di bawah naungan. Menurut
2011 13.068 Muhanda dalam Tabloid Agrina (2006) bahwa
2012* 14.947 budidaya sistem ini dapat menghasilkan panen
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, (2013) dua kali lipat dibandingkan budidaya di lahan
(diolah) terbuka. Selain itu, naungan plastik bisa
Keterangan : *) Angka Sementara mengurangi serangan hama terbang.
Cabai paprika yang diproduksi oleh
Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa kelompok ini dipasarkan di dalam negeri maupun
setiap tahunnya produksi paprika mengalami luar negeri. Pasar dalam negeri meliputi supplier
peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada supermarket, katering, restoran, dan lain-lain.
tahun 2011 yaitu sebesar 7.535 ton dari tahun Paprika yang dijual di pasar dalam negeri relatif
2010. Peningkatan permintaan paprika itu sendiri lebih murah dan fluktuatif. Sehingga keuntungan
dapat disebabkan oleh terjadinya perubahan gaya yang diperoleh oleh pelaku usaha paprika ini
hidup dan pola konsumsi serta banyaknya cenderung tidak menentu dan sangat bergantung
wisatawan asing menetap di Indonesia. pada fluktuasi harga paprika di dalam negeri.
Di Provinsi Jawa Barat sendiri, paprika PT. Alamanda Sejati Utama adalah
sangat cocok dibudidayakan di Kabupaten pelanggan kelompok tani dewa family selama
Bandung Barat. Hal tersebut terbukti dengan kurang lebih 10 tahun yang mengekspor paprika
produksi paprika yang sebagian besar berasal dari ke Singapura. Permintaan paprika di Singapura
kabupaten ini. Menurut data dari Dinas Pertanian sendiri sangat tinggi. Menurut J. Hassan (2013),
dan Pangan Provinsi Jawa Barat (2013), dari total dalam Bisnis Jabar bahwa setiap minggunya
produksi paprika di Provinsi Jawa Barat sekitar Singapura membutuhkan 30-40 ton paprika.
93,1 % berasal dari Kabupaten Bandung Barat Permintaan tersebut dapat terpenuhi apabila
pada tahun 2011. Pada tahun 2012, Kabupaten terdapat pelaku usaha yang dapat memproduksi
Bandung Barat meyumbang paprika sebesar 93,9 paprika dengan kualitas, kuantitas ,dan
% Dapat dikatakan bahwa pada tahun 2012 kontinuitas yang baik.
terjadi peningkatan kontribusi Kabupaten Melihat peluang bisnis paprika tersebut
Bandung Barat dalam hal jumlah produksi paprika maka tidak menutup kemungkinan akan ada
sebesar 0,8 % yaitu dari 93,1% menjadi 93,9%. banyak orang yang tertarik untuk
Untuk lebih jelasnya, perkembangan produksi membudidayakan cabai paprika atau dengan kata
paprika di beberapa daerah di Jawa Barat dapat lain berkecimpung dalam bisnis capai paprika.
dilihat pada tabel 3. beberapa daerah di Jawa Persaingan pun akan terjadi antara satu pelaku
Barat dapat dilihat pada tabel 3. dengan pelaku lainnya. Berfokus pada pelanggan
merupakan cara agar dapat bersaing dengan
Tabel 3. Produksi Paprika di Jawa Barat, 2008- pelaku bisnis yang lainnya. Menurut S.H. Murti
2012 ( Ton) (2013) perusahaan harus mengubah
pandangannya dari yang berorientasi produk atau

286
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

jasa ke orientasi pelanggan. Strategi yang dapat menjaga loyalitas pelanggan (Borneo, K. dan
diterapkan adalah dengan membangun loyalitas Sutopo, 2011) Prospek ekspor paprika yang
pelanggan. sangat cerah akan mengakibatkan banyaknya
Loyalitas pelanggan merupakan dorongan individu maupun kelompok yang akan
perilaku untuk melakukan pembelian secara mengembangkan usaha ini, sehingga tidak
berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan tertutup kemungkinan akan terjadi persaingan
pelanggan terhadap suatu produk atau jasa yang antara satu pelaku dan pelaku lainnya. Untuk
dihasilkan suatu badan usaha tersebut dapat bersaing dari pelaku usaha lain maka perlu
membutuhkan waktu yang lama melalui suatu membangun loyalitas pelanggan.
proses pembelian yang berulang- ulang tersebut. Mempertahankan pelanggan lama adalah lebih
Pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang baik daripada harus mencari pelanggan baru.
sering melakukan pembelian kembali, membeli ini Pelaku usaha maupun perusahaan perlu
produk atau jasa serta mempunyai tingkat menerapkan relationship marketing dalam
kekebalan terhadap perusahaan pesaing (F.G. menjalankan usahanya agar pelanggan loyal.
Tangkilisan, 2013). Hubungan yang dibangun tidak hanya
Loyalitas menggambarkan suatu dengan pelanggan melainkan juga dengan
komitmen pelanggan untuk melakukan bisnis stakeholders atau pihak pemangku kepentingan
dengan organisasi, dengan membeli barang dan lainnya. Adanya kerjasama dengan pihak-pihak
jasa secara berulang, dan merekomendasikan pemangku kepentingan yang berhubungan
jasa dan produknya kepada teman dan langsung dengan Kelompok Tani Dewa Family
kelompoknya (McIlroy & Barnett, 2000 dalam K. dapat memperlancar tercapainya relationship
Borneo dan Sutopo, 2011). Pelanggan yang loyal marketing.
merupakan peluang untuk mendapatkan
pelanggan baru, mempertahankan semua METODE PENELITIAN
pelanggan yang ada umumnya akan lebih
menguntungkan dibandingkan dengan pergantian Penelitian dilakukan di Kelompok Tani
pelanggan karena biaya untuk menarik pelanggan Dewa Family, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
baru bisa lima kali lipat lebih besar dari biaya Bandung Barat, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
mempertahankan seorang pelanggan yang sudah penelitian dilakukan secara purposive dengan
ada (Kotler et al, 2000:60 dalam S.H. Murti, pertimbangan bahwa kelompok ini memproduksi
2013). Cara yang dapat ditempuh agar dapat paprika tujuan pasar luar negeri (ekspor),
mempertahankan pelanggan lama salah satunya memiliki lahan cukup luas, dan produktivitas
adalah dengan menerapkan salah satu tinggi.
pendekatan pemasaran yaitu relationship Desain yang digunakan dalam penelitian ini
marketing ( pemasaran relasional) adalah desain kualitatif. Menurut Sugiyono
Menurut K. Borneo dan Sutopo (2011), (2011), penelitian kualitatif digunakan untuk
relationship marketing bertujuan untuk memahami situasi sosial secara mendalam,
mendapatkan dan mempertahankan pelanggan, menemukan pola, hipotesis dan teori.
berbeda dengan pemasaran transaksional yang Sedangkan teknik penelitian yang
hanya bertujuan untuk mendapatkan pelanggan digunakan adalah studi kasus (case study). Studi
saja. Relationship marketing pendekatannya kasus adalah pengujian intensif, menggunakan
bersifat jangka panjang sedangkan pemasaran berbagai sumber bukti terhadap suatu entitas
transaksional lebih berorientasi jangka pendek. tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu (
Dengan meningkatkan kelangsungan Daymon & Holloway, 2008). Sedangkan menurut
hubungan dengan pelanggan lama dan terus Semiawan (2010) studi kasus adalah bagian
mengakuisisi dengan pelanggan baru dengan metode kualitatif yang hendak mendalami suatu
konsep loyalitas pelanggan, kita akan mempunyai kasus tertentu secara mendalam dengan
pengaruh yang lebih besar dari bagian pasar, melibatkan pengumpulan aneka informasi.
karena strategi bisnis difokuskan pada Data yang digunakan dalam penelitian ini
kelanggengan dan pemuasan dari setiap adalah data primer dan sekunder. Data tersebut
palanggannya dengan penggunaan strategi adalah sebagai berikut:
relationship marketing. Sehingga dengan adanya 1. Data primer adalah data yang berasal dari
strategi relationship marketing berupaya untuk hasil pengamatan langsung (observasi) dan
memperpanjang umur waktu hidup pelanggan hasil wawancara mendalam (in depth
sebagai individu yang bertransaksi dan dapat interview) kepada informan yang dianggap

287
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

mengetahui dan mampu memberikan kontrak khususnya pelanggan tujuan pasar ekspor
informasi mengenai pemasaran hubungan yaitu PT. Alamanda Sejati Utama. Dengan
yang dilaksanakan oleh pihak Kelompok Dewa mengggunakan sistem kontrak, maka ada
Family dan tanggapan pelanggan atas beberapa hal yang harus disepakati antara Dewa
penerapan pemasaran hubungan tersebut Family dan Alamanda. Hal yang perlu disepakati
yaitu pihak PT. Alamanda Sejati Utama. antara lain pola tanam, spesifikasi, kualitas,
Pemilihan informan dilakukan secara sengaja mekanisme pembayaran, kuantitas, dan varietas.
(purposive). Berbeda halnya dengan pelanggan dengan tujuan
2. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, pasar lokal. Kerjasama yang dilakukan tidaklah
jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penlitian, menggunakan sistem kontrak melainkan sistem
buku, internet, dan juga dari instansi terkait. Purchase Order (PO) yaitu tergantung permintaan
Adapun teknik pengumpulan data yang (kebutuhan) dari pelanggan tersebut. Permintaan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai tersebut bisa berbeda-beda setiap hari baik dari
berikut: segi jumlah dan variasi warna paprika
1. Observasi yaitu dasar semua ilmu Paprika yang dihasilkan oleh kelompok
pengetahuan (Nasution, 1988 dalam tani Dewa Family sebagian besar sudah
Sugiyono, 2012). Observasi dilaksanakan memenuhi pasar ekspor namun kadang-kadang
pada objek penelitian yaitu Kelompok Tani paprika yang dipasok kelompok tani dapat
Dewa Family. mengalami reject dari eksportir setelah dilakukan
2. Wawancara mendalam, melakukan sortasi dan grading di gudang eksportir. Akan
wawancara dengan pihak yang telah dipilih tetapi jumlah reject tersebut relatif sedikit.
secara sengaja dari Kelompok Tani Dewa Paprika hasil reject tersebut masih dapat
Family dan juga PT. Alamanda Sejati Utama dipasarkan ke pasar lokal yaitu pasar tradisional.
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang Sesuai dengan perjanjian kontrak,
telah dipersiapkan sebelumnya. kelompok tani Dewa Family harus mengirimkan
3. Studi Kepustakaan, yaitu mengumpulkan minimal 5 kuintal paprika ke Alamanda dalam satu
serta mengkaji buku, fasilitas, internet, jurnal, minggu. Rata-rata dalam seminggu kelompok
skripsi yang terkait dengan relationship dapat mengirimkan 2-3 ton paprika. Hal tersebut
marketing. Untuk mengetahui dan dikarenakan kelompok sendiri telah menetapkan
mengidentifikasi relationship marketing green house yang dikhususkan untuk pasar
melalui hubungan dengan seluruh stakeholder ekspor
yang mempengaruhi baik secara langsung Pengiriman paprika dilakukan oleh
maupun tidak langsung kepada keefektifan Kelompok Tani Dewa Family menggunakan truk
pemasaran digunakan model enam pasar berpendingin yang berguna untuk tetap
mempertahankan suhu agar paprika tetap segar
dan tidak cepat busuk. Dengan menggunakan
HASIL dan PEMBAHASAN truk berpendingin tersebut, maka kesegaran
Model Enam Pasar (Six Markets Model) maupun kualitas paprika tetap terjaga.

Customer Market Referral Market

Kelompok tani Dewa Family memasarkan Awal kerjasama dengan pihak eksportir
paprika di dalam negeri dan luar negeri. Pasar merupakan inisiatif dari kelompok tani untuk
dalam negeri meliputi restoran yaitu Bento dan menawarkan paprika hasil produksinya kepada
Pizza Hut; supplier yaitu Bimandiri, Kemfarm, pihak eksportir. Untuk menjalin komunikasi maka
Yanfruit, dan Amazing Farm. Selain itu juga kelompok tani dibantu oleh Lembaga Penelitian
paprika dipasarkan ke pasar tradisonal yaitu dan Pengabdian Masyarakat Unpad (LPPM
paprika reject dari eksportir, restoran dan supplier Unpad). Setelah terjadi kesepakatan kerjasama
dengan jumlah sekitar 10 %. Sedangkan untuk maka kelompok tani Dewa Family secara langsung
pasar luar negeri, paprika dijual ke supermarket di melakukan komunikasi dengan eksportir.
Singapura meliputi NTUC, Cold Storage dan juga
ke pasar induk yaitu Pasar Pasir Panjang melalui Supplier Market
eksportir PT. Alamanda Sejati Utama.
Kerjasama yang dilakukan antara Suppiler market merupakan pemasok
kelompok tani dengan pelanggan adalah sistem yang menyediakan sumberdaya fisik. Sumber

288
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

daya fisik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah yang dimaksud adalah Lembaga Penelitian dan
sarana produksi (saprodi) dibutuhkan dalam Pengabdian Masyarakat Universitas Padjadjaran
menjalankan usaha tani paprika (LPPM Unpad). Kehadiran pihak tersebut sangat
Untuk memenuhi sarana produksi yang membantu terjalinnya kerjasama karena pihak
diperlukan dalam usaha tani paprika maka tersebut memfasilitasi kelompok tani dalam hal
kelompok tani Dewa Family bekerja sama dengan penguatan organisasi kelompok tani. Dengan kata
pelaku usaha yang menyediakan sarana produksi lain menata struktur kelembagaan/organisasi,
tersebut. Kelompok tani Dewa Family bekerjasa pembagian kerja, dan pola tanam.
sama dengan Buana Tani yaitu dalam hal LPPM juga membantu kelompok tani
penyediaan bahan baku pembuatan GH Dewa Family ketika pihak perbankan yaitu Bank
diantaranya polinet, plastik UV, paku, kawat tali, Rabobank Indonesia dan didukung oleh program
dll. Buana tani juga menyediakan nutrisi yang Horti Chain Center yang ingin memberikan
dibutuhkan dalam usaha tani paprika, yaitu pupuk bantuan modal dalam bentuk pembangunan 2
AB Mix. Pupuk AB Mix merupakan pupuk produksi buah greenhouse besi. Pada saat bersamaan,
dari Buana Tani. Selain itu kelompok tani Dewa teknologi irigasi tetes (drift) pun mulai diterapkan.
Family juga bekerjsama dengan perusahaan benih Peran lain dari Lembaga Penelitian dan
dalam hal penyediaan benih yaitu Enza Zaden dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) adalah membantu
Rijk wan. Buah paprika sendiri memiliki warna kelompok tani dalam memahami setiap poin yang
yang berbeda-beda sesuai dengan varietas benih tertuang dalam kontrak dengan cara
yang digunakan. Kelompok tani Dewa Family mendampingi kelompok tani tersebut sebelum
memproduksi paprika warna merah, kuning, dan sesudah dilakukan perjanjian kontrak. Hal ini
orange, hijau. Paprika hijau merupakan paprika dilakukan agar nantinya setelah terjalin kerjasama
yang belum matang, sehingga semua varietas maka tidak akan ada poin-poin dalam kontrak
benih paprika akan menghasilkan warna hijau. yang tidak dilaksanakan. Selain itu juga lembaga
Kelompok tani menggunakan varietas Edison, tersebut dapat membantu kelompok tani dalam
Chang, Marselia, Red zet untuk paprika merah, hal pembukuan atau administrasi. Maksudnya
varietas Seven, Sunny untuk paprika kuning, dan adalah setelah kontrak berjalan maka kelompok
varietas Magno, Tabor untuk paprika orange. harus memiliki pembukuan yang jelas yang
Varietas-varietas tersebut adalah produksi dari meliputi jumlah produksi dan juga jumlah
dua perusahaan benih yang telah disebutkan pengirimanan paprika (kuantitas). Pembukuan
diatas. Varietas paprika yang diperoleh dari Enza tersebut sangat membantu kelompok untuk
Zaden adalah Edison, Chang, Sunny, Magno, mengetahui berapa pemasukan maupun
Tabon sedangkan varietas paprika yang diperoleh pengeluaran sehingga nantinya tidak mengalami
dari Rijk wan adalah varietas Seven, Red zet, dan kesulitan dalam hal pembagian keuntungan
Marselia. (profit) kepada anggota kelompok tani.
Kerja sama yang dijalin dengan pelaku Pembukuan ini tidak hanya berlaku untuk pasar
usaha yang menyediakan ataupun memproduksi ekspor tetapi juga berlaku untuk pasar lokal.
sarana produksi memang terbilang cukup lama. Lembaga lain yang turut mendukung
Lamanya kerjasama yang sudah dijalin ini Dewa Family dalam melaksanakan kerjasama
mengakibatkan timbulnya rasa kekeluargaan juga dengan eksportir adalah Direktorat Jenderal
rasa saling percaya. Hal tersebut dibuktikan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
apabila terjadi keterlambatan pembayaran atas (Ditjen PPHP) Kementerian Pertanian. Bentuk
pembelian saprodi, pihak pelaku usaha tidak serta dukungannya adalah memberikan bantuan
merta memutus kerjasama dengan kelompok tani. fasilitas truk berpendingin, gudang penyimpanan
Keterlambatan dalam hal ini terjadi dalam 1-2 (yang dilengkapi dengan cold storage) yang
hari. Agar dapat sesegera mungkin melakukan sekaligus digunakan sebagi tempat kegiatan
pembayaran sarana produksi (saprodi) tersebut penyortiran dan grading paprika. Kementan
maka kelompok dapat meminjam sejumlah uang memberikan bantuan fasilitas tersebut atas
dari bank dengan pihak Alamanda sebagai rekomendasi dari Alamanda.
avalisnya.
Recruitment Market
Influence Market
Sumberdaya manusia yang berkualitas
Terdapat lembaga yang menjembatani sangat dibutuhkan untuk memperlancar jalannya
antara kelompok tani dan eksportir. Lembaga kegiatan pertanian mulai dari penanaman,

289
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Tenaga dilakukan oleh kelompok tani merupakan usaha
kerja yang kompeten tersebut sangat berperan skala kecil, sehingga manajemennya pun
dalam mencapai target baik produksi maupun termasuk masih tradisional, beda halnya dengan
penjualan, agar mendapatkan keuntungan. perusahaan yang sudah menggunakan
Kegiatan pertanian biasanya ada di pedesaan. manajemen perusahaan yang baik dan benar.
Oleh karena itu kegiatan kelompok tanipun pasti Dalam struktur organisasi, petani mitra
berpusat di pedesaan. Sumberdaya manusia yang mempunyai tanggung jawab dan berkomitmen
ada di desa dapat dikategorikan kurang untuk mengirimkan paprika ke kelompok tani.
berkompeten dikarenakan latar belakang Setiap hasil panen dikirimkan ke gudang. Petani
pendidikan mayoritas lulusan Sekolah Dasar (SD) mitra memiliki kemudahan dalam memenuhi
dan juga Sekolah Menengah Pertama (SMP). kebutuhan saprodi artinya petani mitra dapat
Maka untuk itu perlu dilakukan pendampingan mengambil semua kebutuhan untuk budidaya
kepada petani dan juga kepada tenaga kerja yang paprika dari kelompok tani. Misalkan kebutuhan
terlibat dalam kegiatan pertanian tersebut mulai saprodi dan juga bahan baku pembuatan GH.
dari penanaman sampai pasca panen. Petani pun dapat melakukan peminjaman
Ketua kelompok tani sendiri sudah sering sejumlah uang dari kelompok tani untuk
mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh Dinas kebutuhan petani mitra itu sendiri.
Pertanian Jawa Barat mengenai budidaya paprika.
Terakhir kegiatan penyuluhan yang diikuti adalah
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu KESIMPULAN DAN SARAN
pada Budidaya Paprika (SL PHT-Paprika) yang
diselenggarakan oleh Pusat Penelilian dan Adapun kesimpulan dari penelitian ini
Pengembangan Hortikultura bekerjasama dengan adalah sebagai berikut :
Wageningen University and Research Cenier, 1. Kerjasama yang dilakukan oleh Kelompok
Belanda. Ditambah lagi adanya bimbingan dari Tani Dewa Family dengan pihak eksportir
LPPM Unpad mengenai penguatan kelembagaan, sudah berjalan dengan baik karena dapat
pembagian divisi, pengaturan pola tanam dan menjaga kuantitas, kualitas, dan kontinuitas
juga mengenai pembukuan. Oleh karena itu dapat paprika. Namun masih ada beberapa hal yang
dikatakan pengetahuan mengenai budidaya harus dibenahi agar kerjasama dapat terus
paprika bahkan manajemen pengelolaan bisnisnya berlanjut. Hal yang harus dibenahi adalah
pun sudah cukup memadai. jumlah pasokan yang kadang tidak memenuhi
Kompetensi ketua kelompok tani tidaklah batas minimal dalam kontrak dan kualitas
cukup melainkan harus dibantu oleh tenaga kerja paprika yang tidak memenuhi spesifikasi
yang kompeten juga. Mengingat latar belakang ekspor.
pendidikan tenaga kerja di kelompok tani Dewa 2. PT. Alamanda merupakan pihak eksportir
Family mayoritas lulusan Sekolah Menengah yang melakukan pembelian paprika dari
Pertama (SMP), maka ketua kelompok punya Kelompok Tani Dewa Family dengan kualitas
tanggangjawab untuk mendampingi tenaga kerja ekspor. Selama melakukan kerjasama
atau karyawan tersebut agar mampu eksportir merasa puas dan loyal dengan
mengerjakan tugasnya masing-masing dengan pelayanan yang diberikan oleh kelompok tani.
baik. Waktu yang dibutuhkan agar karyawan Kelompok tani dapat memenuhi permintaan
mampu mengerjakan tugasnya secara mandiri pihak eksportir dan berkomitmen atas
tanpa pendampingan memang membutuhkan perjanjian kontrak, serta hubungan yang
waktu yang relatif tidak singkat. Lamanya belajar dijalin tidak hanya hubungan bisnis saja,
sangat tergantung dengan kemauan dan tekad melainkan lebih kepada hubungan emosional.
karyawan tersebut untuk belajar.
Dari hasil kesimpulan di atas maka ada
Internal market beberapa saran yang perlu untuk diperhatikan
yaitu:
Pembagian kerja maupun divisi sangat 1. Dalam upaya menjaga ketersediaan pasokan
bermanfaat untuk memperlancar jalannya baik secara kuantitas dan kualitas untuk
kegiatan pertanian di kelompok tani. Jadi setiap pemenuhan permintaan pasar maka
orang punya tugas masing-masing. Tugas dibutuhkan komunikasi secara regular dan
tersebut haruslah dapat dipertanggungjawabkan intensif antara kelompok tani Dewa Family
kepada ketua kelompok tani. Usaha yang dengan pihak konsumen sehingga

290
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

permasalahan dalam pemenuhan pasokan  Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013.


dapat diatasi dengan cepat dan kelompok tani Perkembangan Produksi Sayuran periode
Dewa Family dapat mengetahui secara jelas 2008-2012.
keinginan dan kebutuhan konsumen.  http://hortikultura.deptan.go.id/index.php?opt
2. Untuk meningkatkan produksi petani paprika ion=com_content&view=article&id=319:sayur
dalam pemenuhan permintaan pasar, pihak -th2008
Dewa Family perlu melakukan sosialiasi 012&catid=63:perkembangan&Itemid=450
kepada petani mitra tentang penanganan [05/06/14]
hama dan penyakit tanaman (HPT), agar  Indhryani R. 2013. Ekspor Paprika:
paprika yang tidak memenuhi kualitas ekspor Permintaan Tembus 40 Ton Per Minggu.
dapat diminimalisir. http://www.bisnis-
jabar.com/index.php/berita/ekspor-aprika-
DAFTAR PUSTAKA permintaan-tembus-40-ton- per-minggu
(13/03/2014)
 Borneo, K. dan Sutopo. 2011. Pengaruh  Murti, S. H. 2013. Pengaruh Dimensi
Implementasi Relationship Marketing Relationship Marketing terhadap Loyalitas
terhadap Loyalitas Konsumen pada Produk Oli Pelanggan, Management Analysis Journal.
Pelumas PT. Pertamina (Persero) MAJ 2 (1) 201
Enduro 4T. Jurnal Ekonomi. April  Semiawan. 2010. Metode Penelitia Kualitatif:
2011 Vol. 1 Nomor 1. Jenis Karateristik dan Keunggulannya.
 Daymon, C. dan Holloway Immy. 2008. Grasindo: Jakarta.
Metode-metode Riset Kualitatif dalm Public  Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
Relations dan Marketing Communication. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Bentang: Yogyakarta  Tangkilisan Fendy G. 2013. Relationship
 Dinas Pertanian Pangan Jawa Barat. 2013. Marketing Pengaruhnya terhadap Customer
Produksi Paprika di Jawa Barat. Loyalty pada PT. BankPerkreditan Rakyat
 Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Prisma Dana Manado. Jurnal EMBA. Vol.1
Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal No.4 Desember 2013. Fakultas Ekonomi
Hortikultura Tahun 2012. dan Bisnis, Jurusan Manajemen Universitas
Sam Ratulangi.

291
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENGARUH PREFERENSI KONSUMEN DAN


KONSISTENSI STANDARISASI ANGGREK NASIONAL TERHADAP
KEUNGGULAN DAYA SAING ANGGREK LOKAL DAN IMPOR
(SUATU KASUS PADA PERDAGANGAN ANGGREK DI JAWA BARAT)

CONSUMER PREFERENCES AND EFFECT


CONSISTENCY STANDARDIZATION OF NATIONAL ORCHID ORCHID
LOCAL BENEFITS COMPETITIVENESS AND IMPORT
(A CASE ON TRADE ORCHIDS IN WEST JAVA)
Neneng Kartika Rini

Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Email: ummunash@gmail.com

ABSTRAK. Pengaruh Preferensi Konsumen dan Konsistensi Standarisasi Anggrek Nasional Terhadap
Keunggulan Daya Saing Anggrek Lokal dan Impor. Suatu Kasus Perdagangan Anggrek di Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perbedaan preferensi konsumen anggrek melalui tiga
belas atribut produk, perbedaan keunggulan daya saing anggrek lokal dan impor melalui tiga belas atribut
keunggulan, dan mengetahui konsistensi standarisasi anggrek nasional serta pengaruhnya terhadap
keunggulan daya saing anggrek lokal dan impor. Penelitian ini menggunakan metode survai, dengan teknik
pengambilan sampel secara purposive dengan jumlah responden konsumen akhir anggrek sebanyak 100
orang responden di wilayah sentra - sentra perdagangan anggrek di Jawa Barat. Pengujian hipotesis
dilakkan dengan IPA (Importance Performance Analysis) dan uji analisis Chi (X2) Square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan prioritas utama yang erlu diupayakan dari beberapa
atribut produk yang berbeda antara anggrek lokal dan impor seperti: harga, aroma bunga, bekas pestisida,
jumlah bunga, dan panjang malai. Terdapat pula atribut keunggulan yang berbeda sebagai prioritas utama
seperti: Standarisasi, ketersediaan, ketahanan penyakit, keamanan produk, dan teknik perawatan/budidaya
antara anggrek lokal dan impor yang menunjukan keunggulan daya saing anggrek lokal terhadap anggrek
impor. Terdapat pengaruh yang nyata dari konsistensi standarisasi anggrek nasional terhadap keunggulan
daya saing anggrek lokal dan terhadap anggrek impor. Meskipun secara standarisasi produk, anggrek impor
lebih unggul dibandingkan anggrek lokal, namun beberapa atribut produk dan keunggulan produk , anggrek
lokal memiliki beberapa keunggulan yang dapat dikembangkan, dipertahankan, serta menjadi prioritas
utama guna mengimbangi bahkan melebihi keunggulan anggrek impor.

Kata kunci: Preferensi konsumen, standarisasi, anggrek, keunggulan daya saing, IPA (Importance
Performance Analysis), Chi (X2) Square.

PENDAHULUAN senilai 242,4 juta dolar AS (sekitar Rp. 2,3 triliun),


buah apel sebanyak 153,8 juta dolar AS (sekitar
Impor hortikultura berkembang pesat RP. 1,46 triliun), Jeruk 150,3 juta dollar AS
berdasarkan data Kementrian Pertanian tahun (sekitar Rp. 1,43 triliun, serta anggur sebanyak
2008. Nilai impor produk hortikultura mencapai 99,8 juta dollar AS (sekitar Rp. 943 miliar)
881,6 juta dolar AS, dan pada tahun 2011 nilai (Direktorat Jendral Hortikultura, 2010).
impor produk hortikultura mencapai 1,7 miliar Jika dilihat dari data tersebut sudah
dolar AS (dengan kurs Rp. 9.500, sekitar sepantasnya pemrintah membuat strategi
Rp.16,15 triliun). Komoditas hortikultura yang kebijakan yang berkaitan dengan impor produk
impornya paling tinggi adalah bawang putih hortikultura, demikian juda disampaikan anggota

292
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

DPR RI Komisi IV Ma‘mur Hasanuddin, mengaku Perdagangan, Bachrul Chairi, mengatakan dalam
prihatin terkait membanjirna produk hortikultura aturan yang baru, ada 18 jenis produk
impor, terkait sebagian pihak pula yang hortikultura yang impornya tidak lagi dibatasi
memandang poduk hortikultura lokal tidak bisa dengan kuota diantaranya : bawang putih,
bersaing dengan produk impor, dikatakan pula bawang putih bubuk, cabai bubuk, kubis, bunga
bahwa komoditas hortikultura lokal selama ini krisan, bunga heliconia, bunga anggrek, dan
telah memberikan pedapatan yang besar bagi beberapa produk hortikultura olahan.
negara, Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Peraturan baru tersebut juga mengatur
hortikultura terus meningkat dari tahun ke tahun. beberapa hal yang harus dipenuhi importir. Setiap
Angka PDB hortikultura tahun 2005 sebesar impor produk hortikultura hanya dapat dilakukan
Rp.61,729 miliar , meningkat menjadi Rp. 88,334 oleh importir produsen (IP) dan importir terdaftar
miliar pada tahun 2010. Dengan PDB terbesar di (IT) produk hortikultura, kemudian setiap
sumbang dari komoditas buah, disusul sayuran, persetujuan impor produk hortikultura harus
hias, dan tanaman obat. mendapat rekomendasi impor produk hortikultura
Pengetatan impor hortikultura menjadikan (RIPH) dari kementrian pertanian. Dinilai
petani akan bergairah untuk meningkatkan kebijakan pemerintah yang membebaskan
produksinya, sehingga diharapkan dapat beberapa produk impor dari kuota bisa
memenuhi konsumsi lokal dan mendorong membahayakan kemandirian Nasional dan
penyerapan tenaga kerja yang significant dalam menghambat tujuan swasembada produk
jangka panjang di sektor pertanian. Di hortikultura. Beberapa kalangan juga menilai
keluarkannya Permentan No. 60 tahun 2012 setelah aturan impor hortikultura direvisi,
tentang pembatasan impor Hortikultura, membuat Indonesia justru akan lebih sulit mengembangkan
polemik antara Indonesia dan AS melaporkan sektor hortikultura di dalam negeri karena produk
Pemerintah Indonesia pada Badan Perdagangan lokal kekurangan daya saing. Apalagi, produk
Dunia (WTO), bahwa Permentan No.60 tahun hortikultura lokal masih rendah dalam kualitas,
2012 tentag Rekomendasi impor produk produktivitas, dan sistem distribusinya, maka
hortikultura (RIPH) tersebut bertentangan dengan bijaklah bila pemerintah harus mewaspadai
aturan WTO /Perdagangan Bebas. Dan Menteri gempuran impor produk impor akan lebih deras.
Pertanian (Mentan) Suswono akan merevisi Pengembangan perkebunan tanaman
aturan tersebut untuk harmonisasi dengan aturan anggrek diarahkan untuk mendukung
WTO tersebut (Apriyantono, 2004). berkembangnya sistem dan usaha agribisnis
Adapun sebelum dikeluarkannya tanaman anggrek yang unggul dan berdaya saing,
Permentan No. 60 tahun 2012 dan Permendang berkelanjutan, mendatangkan devisa, dan
No.60 tahun 2012 terkait importasi 20 komoditas pertumbuhan ekonomi nasional serta
hortikultura, aturan tersebut dikeluarkan karena meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha.
dianggap produksi dalam negeri masih Adapun strategi, kebijakan, dan program
mencukupi, dan pemerintah melarang 13 pengembangan anggrek adalah dengan
komoditas hortikultura masuk ke Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pascapanen dan
jangka waktu tertentu, diantaranya Durian, pemasaran pada lokasi pilot project P3HP
Nanas, Melon, Pisang, Mangga, Pepaya, Kentang, (Pelayanan, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil
Kubis, Wortel, Cabe, krisan, Anggrek, dan Pertanian) yang ada di sentra produksi, didukung
Helikonia. pembinaan SDM, penyediaan infrastruktur dan
Dewan Hortikultura Nasional kebijakan yang kondusif, guna mencapai kinerja
(DHN)menilai revisi kebijakan impor hortikultura yag diharapkan. Maka program pengembangan
berbahaya karena sama saja membiarkan produk tanaman dan bunga anggrek sebagai berikut :
impor mudah masuk ke dalam negeri. Ketua DHN 1. Peningkatan mutu dan standarisasi tanaman
Benny Kusbini mengatakan, pemerintah tidak dan bunga anggrek di sentra P3HP melalui
konsisten dalam melindungi petani dan produk pembinaan, bimbingan, penerapan SOP
hortikultura lokal. Pemerintah telah menerbitkan (Standar Operational procedure) dan GAP
Peraturan Menteri Perdagangan No.16 Tahun (Good Agriculture Practice) dan sistem jaminan
2013 tentang ketentuan Impor Produk mutu yang sesuai dengan SNI.
Hortikultura yang terbit 22 April kemarin. 2. Harmonisasi standar bunga anggrek dengan
Peraturan ini merupakan revisi dari peraturan negara tujuan ekspor
yang sama nomor 60 tahun 20122. Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementrian

293
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

3. Pengadaan dan perbaikan infrastruktur tingkat preferensi konsumen anggrek lokal dan
pemasaran (sub terminal agribinis, pasar impor, mengetahui bagaimana konsistensi
lelang, gudang pendingin). penerapan standarisasi anggrek nasional pada
4. Pembinaan dan pelatihan SDM dalam bidang permintaan anggrek lokal dan impor, seberapa
teknis dan manajerial profesional. besar pengaruh dari preferensi konsumen
5. Pengembangan kawasan P3HP dan anggrek lokal serta konsistensi standarisasi
kelembagaan pemasaran dalam pola anggrek nasional terhadap keunggulan agribisnis
koperasi, konsorsium industri anggrek. anggrek lokal dan impor.
6. Fasilitas jejaring pemasaran dan informasi
dalam dan luar negeri, perbaikan iklim METODOLOGI PENELITIAN
usaha, koreksi regulasi kebijakan, melakukan
forum kerjasama dalam rangka Penelitian ini menggunakan metode
pengembagan ekspor. survai, dengan teknik pengambilan sampel secara
7. Promosi pemasaran agribisnis anggrek purposive dengan jumlah responden konsumen
melalui media cetak, elektronik, internet, akhir anggrek sebanyak 100 orang responden di
event nasional dan internasional. wilayah sentra - sentra perdagangan anggrek di
Berbicara mengenai mutu produk tidak akan Jawa Barat. Pengujian hipotesis dilakkan dengan
lepas dari standarisasi produk nasional yang IPA (Importance Performance Analysis) dan uji
selama ini dilaksanaakan oleh BSN (Badan analisis Chi (X2) Square.
Standarisasi Nasional). Stadarisasi produk sudah
menjadi tuntutan yang harus dipenuhi produsen HASIL DAN PEMBAHASAN
pada globalisasi saat ini. Dikatakan oleh Edy Putra
Irawadi Mantan Kepala BSN bahwa Standarisasi Jika diamati lebih seksama, banyak jenis
seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) anggrek / produk di Indonesia yang tidak memiliki
berperan multi yakni berfungsi sebagai pelindung, pangsa pasar yang merata untuk setiap daerah di
pengawasan, sekaligus promosi produk. Ada tiga Indonesia. Bahkan, ini juga terjadi untuk merek-
hal yang menyangkut tren tuntutan konsumen merek yang menjadi pemimpin pasar di
yakni inovasi produk, memenuhi standar, dan Indonesia. Pangsa pasar suatu komoditas, bisa
keterjangkauan (Suryanto, 2012). sangat tinggi di Jawa tetapi rendah di daerah lain
Indonesia merupakan gudangnya plasma atau sebaliknya. Padahal, Brand komoditas
anggrek alam yang merupakan bahan penting tersebut sudah menggunakan semua upaya
untuk menciptakan silangan-silangan anggrek secara nasional. Brand komoditas tersebut sudah
komersial, tetapi anehnya ekspor anggrek kita, beriklan secara nasional, melakukan distribusi
selalu kalah dengan Thailand, Singapura, dan secara nasional dan dengan kualitas produk yang
hawaii. Padahal Singapura dan Hawaii tidak sama untuk semua daerah, tetapi hasilnya tetap
memiliki potensi anggrek alam. Anggrek alam berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya.
Thailand juga sangat kecil jumlah variasinya Inilah salah satu keunikan pasar di Indonesia,
dibanding negeri kita, pada setiap event anggrek relatif jauh lebih heterogen dibandingkan dengan
internasional pemenangnya selalu Thailand dan pasar di Malaysia, Thailand, India, Cina atau
singapura. Baru dalam hajatan penganggrekan di bahkan dengan negara lainnya.
Kualalumpur, Malaysia , Indonesia mampu Tentunya, hal ini terjadi karena banyak
mengungguli Thailand dan Singapura. Atas dasar faktor. 1). Pertama adalah sikap, perilaku,
latar belakang pemikiran tersebut maka penulis budaya, norma life style / gaya hidup, dan
mengambil judul penelitian ―Pengaruh Preferensi kebiasaan konsumen Indonesia yang memang
Konsumen dan Konsistensi Standarisasi Anggrek berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya dan
Nasional Terhadap Keunggulan Daya Saing dari suku ke satu suku lainnya. Inilah faktor yang
Anggrek Lokal dan Impor‖. Suatu kasus saya yakin paling berpengaruh terhadap
perdagangan anggrek di Jawa Barat. perbedaan penetrasi dan penerimaan suatu jenis
Kecenderungan preferensi konsumen komoditas di daerah tertentu.
terhadap anggrek lokal dan impor berdampak Faktor 2). Kedua adalah yang
pada tingkat pemasaran dan permintaan anggrek berhubungan dengan tingkat kompetisi yang
baik lokal dan impor serta konsistesi standarisasi berbeda dan pemain berbeda yang berbeda dari
anggrek nasional sangat menjadi syarat satu daerah ke daerah yang lain. Ini terlihat nyata
keunggulan daya saing anggrek lokal terhadap di industri semen misalmya. Di Bandung ,
impor. Tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui Phalaenopsis adalah jenis anggrek yang

294
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

menguasai pasar terbesar. Di Bekasi, Dendrobium Indonesia terutama Pulau Jawa. Beberapa di
adalah yang terdepan. Di Bogor , Vanda yang antaranya endemic seperti Phaleonopsis javanica
mendominasi pasar. Perbedaan pasar, bukanlah (endemic Jawa Barat), Coelogyne celebensis
dikarenakan perbedaan dari perilaku pelanggan (endemic Sulawesi). Anggrek ini ditempatkan
tetapi karena memang jenis – jenis ini memilki dalam satu rumah koleksi. Bulbophyllum dan
keuntungan dalam distribusi. Ditambah lagi Dendrobium merupakan dua marga yang
bahwa biaya distribusi yang semakin tinggi bila mendominasi koleksi KRC. Terdapat beragam
jenis – jenis tersebut harus dipasarkan di daerah bentuk dan ukuran tumbuhan maupun bunga
lain. (sumber: Tri Wahyu, Distributor dan Praktisi
Faktor 3). Ketiga yakni, kedekatan antara agribisnis anggrek lokal/Species Cihideung
tempat produksi dan konsumen, memang Lembang)
memiliki banyak keuntungan. Perusahaan– Jenis-jenis lain yang tidak kalah
perusahaan lokal umumnya masih mampu menariknya seperti Cymbidium roseum,
bertahan terhadap serbuan merek nasional Robiquetia spatulata dan juga anggrek tanah;
karena mengandalkan distribusi yang intensif di Calanthe pulchra, Phaius tankervillae . Anggrek
daerahnya dan sekaligus karena perusahaan juga mempunyai daun yang cantik: Goodyera
tersebut umumnya telah menjain hubungan yang reticulate, Macodes petola. Jenis anggrek yang
dekat dengan para ritel di daerahnya masing- berasal dari Papua pun bisa dijumpai di sini;
masing. Bisa juga, karena mereka lebih mengerti Epiblastus auriculatus, Mediocalcar, decoratum,
sifat-sifat konsumen di daerahnya sendiri Bulbophyllum reevei.
sehingga dapat menciptakan produk yang lebih Kerusakan habitat dan eksploitasi yang
sesuai dengan harapan konsumen di daerah berlebihan menyebabkan beberapa jenis anggrek
tersebut. terancam keberadaannya di alam. Karenanya
Ini terjadi karena memang budaya, jenis-jenis ini memiliki arti penting dalam
perilaku konsumen dan life style/ gaya hidup yang konservasi, di antaranya Coelogyne pandurata
berbeda, tidak menentukan pemilihan suatu jenis (anggrek hitam), Paphiopedillum javanicum
anggrek lokal . Ini bisa terjadi karena produk (anggrek kasut hijau) dan Phalaeonopsis javanica.
tersebut juga berhasil mengedukasi konsumenya Data dari World Conservation Monitoring
di seluruh Indonesia agar mereka memiliki Center (1995) menunujukkan bahwa jika
attitude, perilaku pembelian dan perilaku dibandingkan dengan jenis tumbuhan asli
konsumsi yang seragam terhadap jenis – jenis Indonesia yang berstatus terancam lainnya maka
anggrek lokal tersebut. anggrek merupakan tumbuhan yang menerima
Plasma nutfah anggrek di Jawa Barat ancaman kepunahan tertinggi yaitu sebanyak 203
memiliki tingkat keterancaman punah sangat jenis (39%).
tinggi dibadingkan daerah-daerah lain di
Indonesia. Anggrek-anggrek di Jawa Barat
terutama jenis-jenis endemik menjadi sangat Hasil Analisis untuk Preferensi Konsumen
penting dan mendesak untuk diselamatkan Anggrek Lokal dan Impor Meliputi 13
(Informan; Ir. Agus , kepala UPTD Kebun Raya Atribut Produk atau hasil uji analisis
Cibodas Cianjur). Jawa Barat merupakan provinsi Hipotesis pertama (H1).
di Jawa yang paing tinggi kekayaan anggreknya,
yakni memiliki 642 jenis, sedangkan Jawa Tengah Untuk jenis Dendrobium Lokal (A1) vs
295 jenis dan Jawa Timur 390 jenis. Dendrobium Impor (A2), Phalaenopsis Lokal (B1)
Agroforestri merupakan salah satu upaya vs Phalaenopsis Impor (B2), dan Vanda Lokal (C1)
pemerintah untuk menjaga stabilitas lingkungan, vs Vanda Impor (C2).
dan plasma nutfah sebagai sumber daya alam Adapun ke 13 atribut produk yang akan dilihat
lokal. Kementerian Kehutanan terus memerluas tingkat preferensinya pada ketiga jenis anggrek
wilayah cakupan agroforestri. Kepala Balitbang lokal dan impor tersebut adalah sebagai berikut:
Kementerian Kehutanan, Tachrir Fathony, 1. Bentuk bunga
mengatakan angka penduduk miskin sekitar hutan 2. Lama Kesegaran
mencapai puluhan juta orang atau masih tersisa 3. Warna bunga
35 persen. Menurutnya agroforestri adalah jalan 4. Aroma bunga
meningkatkan ekonomi masyarakat. Sampaii 5. Jumlah bunga seluruhnya
tahun 2005 sudah dikoleksi lebih dari 250 jenis, 6. Jumlah bunga mekar
yang berasal dari hampir semua pulau besar di 7. Jumlah bunga kuncup

295
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

8. Susunan bunga dalam malai No. Kuadran Jenis Anggrek


Kartesius Lokal Impor
9. Panjang malai
pestisida 12.Hama/OPT
10. Bunga rusak 12.Hama/OPT
11. Bekas Pestisida 3 III.Prioritas __ __
12. Hama/OPT rendah
13. Harga 4 IV.Berlebihan __ __
Dengan menggunakan metoda
Importance Performance Analysis (IPA) maka
diperoleh nilai Performance/kepuasan konsumen Pembahasan dari uji hipotesis Kuadran
dan nilai Importance/ kepentingan konsumen kartesius preferensi konsumen Anggrek
terhadap anggrek lokal dan impor sebagai Phalaenopsis Lokal dan Phalaenopsis Impor
berikut:
Setelah perhitungan nilai X Berdasarkan perhitungan uji analisis IPA,
(performance/kepuasan) dan nilai Y maka diperoleh :
(importace/kepentingan), maka selanjutnya No. Kuadran Jenis Anggrek
memasukan nilai ( X,Y ) pada kuadran kartesius Kartesius Lokal Impor
yang memiliki empat daerah kuadran, yakni: 1 1.Prioritas 4.Aroma 4.Aroma
Utama bunga bunga
Kuadran I.Prioritas Utama, Kuadran II.
5.Jumlah 11.Bekas
Pertahankan, Kuadran III. Prioritas Rendah. dan bunga pestisida
Kuadran IV. Berlebihan (Supranto, 2006). Dengan 6.Jumlah 13.Harga
cara demikian maka dapat diketahui atribut bunga mekar
produk mana saja yang menjadi Prioritas utama, 13.Harga
atribut yang dipertahankan, atribut yang menjadi 2 2.Pertahankan 1.Bentuk 1.Bentuk
prioritas rendah, dan atribut yang berlebihan bunga bunga
diantara tiga jenis anggrek lokal dan impor yang 2.Lama 2.Lama
diteliti. Berikut adalah Kuadran-kuadran kartesius kesegaran kesegaran
yang menunjukan hasil perhitungan dan bunga bunga
3.Warna 3.Warna
penelitian:
bunga bunga
7.Jumlah 6.Jumlah
Pembahasan dari uji hipotesis Kuadran bunga bunga mekar
kartesius preferensi konsumen Anggrek kuncup 7.Jumlah
Dendrobium Lokal dan Dendrobium Impor 8.Susunan bunga
bunga dalam kuncup
Berdasarkan perhitungan uji analisis IPA, malai 8.Susunan
maka diperoleh : 9.Panjang bunga dalam
malai malai
No. Kuadran Jenis Anggrek 10.Bunga 9.Panjang
Kartesius Lokal Impor rusak malai
1 1.Prioritas 5.Jumlah 4.Aroma Bunga 11.Bekas 10.Bunga
Utama bunga 11.Bekas pestisida rusak
13.Harga pestisida 12.Hama/OPT 12.Hama/OPT
13.Harga 3 III.Prioritas __ __
2 2.Pertahankan 1.Bentuk bunga 1.Bentuk bunga rendah
2.Lama 2.Lama 4 IV.Berlebihan __ __
kesegaran kesegaran
bunga bunga
3.Warna bunga 3.Warna bunga Pembahasan dari uji hipotesis Kuadran
4.Aroma bunga 5.Jumlah kartesius preferensi konsumen Anggrek
6.Jumlah bunga
Vanda Lokal dan Vanda Impor.
bunga mekar 6.Jumlah
7.Jumlah bunga mekar
bunga kuncup 7.Jumlah Berdasarkan perhitungan uji analisis IPA,
8.Susunan bunga kuncup maka diperoleh:
bunga dalam 8.Susunan No. Kuadran Jenis Anggrek
malai bunga dalam Kartesius Lokal Impor
9.Panjang malai 1 1.Prioritas 1.Bentuk bunga 4.Aroma bunga
malai 9.Panjang Utama 5.Jumlah bunga 5.Jumlah bunga
10.Bunga malai 9.Panjang malai 11.Bekas
rusak 10.Bunga 13.Harga pestisida
11.Bekas rusak

296
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

No. Kuadran Jenis Anggrek No Kuadran Jenis Anggrek


Kartesius Lokal Impor Kartesius Lokal Impor
2 2.Pertahankan 2.Lama 1.Bentuk bunga 2.Lama Berbunga 2.Lama Berbunga
kesegaran 2.Lama 3.Ketahanan 5.Performace
bunga kesegaran terhadap penyakit /penampilan
3.Warna bunga bunga 4.Ketersediaan 6.Volume
4. Aroma Bunga 3.Warna bunga 5.Performace pembelian
6.Jumlah bunga 6.Jumlah bunga /penampilan 8.Biaya
mekar mekar 6.Volume pengorbanan/harg
7.Jumlah bunga 7.Jumlah bunga pembelian a
kuncup kuncup 7.Teknik 9.Inovasi produk
8.Susunan 8.Susunan perawatan/budida 12. Pencapaian
bunga dalam bunga dalam ya nilai fungsi produk
malai malai 8.Biaya 13.Kepuasan
9.Panjang malai 9.Panjang malai pengorbanan/harg pelanggan
10.Bunga 10.Bunga a
rusak rusak 9.Inovasi produk
11.Bekas 12.Hama/OPT 11. Keamanan
pestisida 13.Harga produk
12.Hama/OPT 12. Pencapaian
3 III.Prioritas __ __ nilai fungsi produk
rendah 13.Kepuasan
4 IV.Berlebihan 6.Jumlah bunga __ pelanggan
3 III.Prioritas __ 1.Keamanan
rendah Produk
4 IV.Berlebih __ __
Hasil Analisis untuk Keunggulan Daya Saing an
Anggrek Lokal dan Impor Meliputi 13
Atribut Keunggulan Daya saing atau hasil Konsistensi standarisasi anggrek Dendrobium
uji analisis Hipotesis kedua (H2). Untuk Lokal meliputi Grade : Excellent, kelas I, kelas II,
jenis Anggrek Lokal (Y1) dan Anggrek Impor kelas III, dan < standar.
(Y2)
Dengan rumus hitung Chi ( 2) Square,
Tingkat Kesesuaian Responden Terhadap maka diperoleh nilai 2 hit sebesar 37,98 untuk
Anggrek Lokal dan Anggrek impor, untuk anggrek konsistensi anggrek Dendrobium, dimana 2hit >
Lokal TKi 89,87% , dengan nilai Xi < Yi yakni: 2
tabel, yakni berarti juga 37,98 > 26,30, maka H o
49,72 < 55,32 , jika demikian maka dapat ditolak, H1 diterima, hasil uji hipotesis
dikatakan bahwa Kepentingan konsumen tidak menunjukan bahwa konsistensi standarisasi
sesuai dengan Kepuasan konsumen. anggrek nasional (Dendrobium lokal) berpegaruh
Tingkat Kesesuaian Responden Terhadap nyata dan positif terhadap keunggulan daya saing
Anggrek impor, TKi 77,67% , dengan nilai Xi < anggrek lokal dan impor. Semakin tinggi
Yi yakni: 43,56 < 56,08 , jika demikian maka konsistensi standarisasi anggrek nasional maka
dapat dikatakan bahwa Kepentingan konsumen akan semakin tinggi keunggulan daya saing
tidak sesuai dengan Kepuasan konsumen. anggrek lokal terhadap anggrek impor.

Pembahasan Kuadran Kartesius Keunggulan Konsistensi standarisasi anggrek Phalaenopsis


Daya Saing anggrek Lokal dan Anggrek Lokal meliputi Grade : Excellent, kelas I, kelas II,
Impor. kelas III, dan < standar.

Berdasarkan perhitungan uji analisis IPA, Dengan rumus hitung Chi ( 2) Square,
maka diperoleh perbedaan keunggulan anggrek maka diperoleh nilai 2
hitung sebesar 39,50
lokal dan anggrek impor: untuk konsistensi anggrek Phalaenopsis, dimana
No Kuadran Jenis Anggrek 2 2
Kartesius hit > tabel, yakni terbukti 39,50 > 26,30, maka
Lokal Impor
1 1.Prioritas 10.Standarisasi 4.Ketersediaan Ho ditolak, H1 diterima, hasil uji hipotesis
Utama produk 3.Ketahanan menunjukan bahwa konsistensi standarisasi
Penyakit anggrek nasional (Phalaenopsis lokal) berpegaruh
7.Kemudahan
nyata dan positif terhadap keunggulan daya saing
perawatan/budida
ya anggrek lokal dan impor. Semakin tinggi
2 2.Pertahan 1. Daya hidup 1. Daya hidup konsistensi standarisasi anggrek nasional maka
kan tannaman tannaman

297
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

akan semakin tinggi keunggulan daya saing dapat bersaing dengan anggrek impor
anggrek lokal terhadap anggrek impor. dalam hal;
a. Anggrek Lokal, meliputi : 1). Daya
Konsistensi standarisasi anggrek Vanda Lokal tahan tanaman , 2). Lama berbunga
meliputi Grade : Excellent, kelas I, kelas II, kelas uang, 3).Ketahanan terhadap
III, dan < standar penyakit ,4) Teknik perawatan/
budidaya, 5) Keamanan produk
Dengan rumus hitung Chi ( 2) Square, anggrek lokal yang aman dari
2
maka diperoleh nilai hitung sebesar 38,42 pestisida
untuk konsistensi anggrek Vanda, dimana 2hit > b. Anggrek Impor, meliputi:
2
tabel, yakni terbukti 34,42 > 26,30, maka H o 1).Performance/ penampilan
ditolak, H1 diterima, hasil uji hipotesis (menarik), 2).Harga, 3).Volume
menunjukan bahwa konsistensi standarisasi pembelian , 4). Inovasi produk,
anggrek nasional (Vanda lokal) berpegaruh nyata 5).Standarisasi produksi, 6).
dan positif terhadap keunggulan daya saing Pencapaian nilai dan fungsi,
anggrek lokal dan impor. Semakin tinggi 7).Kepuasan pelanggan
konsistensi standarisasi anggrek nasional maka
akan semakin tinggi keunggulan daya saing 3. Konsistensi standarisasi produk anggrek
anggrek lokal terhadap anggrek impor. Nasional berpengaruh nyata dan positif
terhadap keunggulan daya saing anggrek
KESIMPULAN DAN SARAN lokal dan impor. Terdapat Inkonsistensi
standarisasi anggrek Nasional dari sisi
Dari hasil dan pembahasan yang keamanan produk anggrek impor yang
diperoleh maka dapat diambil kesimpulan sebagai menunjukkan bahwa keamanan produk
berikut : anggrek impor merupakan prioritas
1. Preferensi konsumen terhadap anggrek rendah dalam pengembangannya juga
Dendrobium lokal, Phalaenopsis Lokal, dalam hal standarisasi anggrek Nasional.
Vanda lokal lebih baik dibandingkan Saran- saran yang perlu disampaikan dari
dengan preferensi konsumen anggrek hasil penelitian :
Dendrobium impor, Phalaenopsis impor, 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dan Vanda impor. Atribut produk yang mengenai preferensi konsumen terhadap
menjadi keunggulan anggrek lokal untuk jenis anggrek lokal yang telah diteliti
masing-masing jenis adalah: kearah performance / penampilan
a). Dendrobium Lokal, meliputi:1).Warna (Agroteknologi, Breeding anggrek)
bunga yang mencolok. 2).Aroma bunga sehingga dapat mencapai standarisasi
yang menusuk,. 3).Jumlah bunga mekar anggrek nasional.
4). Kuncup bunga . 5). Bunga rusak 2. Melakukan Pengembangan dan inovasi
6).Tidak ada bekas pestisida, 7).Sedikit mutu produk anggrek lokal secara terus
Hama/OPT , dan 8).Harga jual yang menerus, focus kepada keunikan produk
terjangkau. sehingga anggrek lokal dapat memenuhi
b). Phalaenopsis Lokal, meliputi: 1).Warna standarisasi anggrek nasional, guna
bunga yang mencolok. 2 Lama kesegaran meningkatkan keunggulan daya saing
bunga, 3).Aroma bunga yang menusuk,. anggrek Nasional.
4).Jumlah bunga kuncup 5). Bunga 3. Evaluasi terhadap konsistensi standarisasi
rusak, 6).Tidak ada bekas pestisida, anggrek Nasional yang diberlakukan oleh
7).Sedikit Hama/OPT. Direktorat Jenderal Hortikultura dan
c). Vanda Lokal, meliputi: 1).Warna Karantina, terhadap anggrek impor
bunga yang mencolok. 2).Aroma bunga,. khususnya, guna mendukung keunggulan
3).Jumlah bunga, 4). Kuncup bunga, daya saing anggrek lokal Nasional serta
5)Sususnan bunga lengkap, 6).Tidak ada Pertanian yang ramah lingkungan dan
bekas pestisida, 7).Sedikit Hama/OPT. berkelanjutan.

2. Terdapat perbedaan keunggulan daya


saing antara Anggrek lokal yang masih

298
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

DAFTAR PUSTAKA Sertifikasi Mutu Produk. Makalah. http://


www. antaranews. Com / berita
 Aldi Al Bani. 2012. Teori Mutu Produk. /339940/standarisasi-produk-tuntutan.
Makalah. http:// www. antaranews. Com / Oktober 2012
berita /339940/standarisasi-produk-tuntutan.  Kolter, P. 1993. Manajemen Pemasaran
Oktober 2012 Translatation, and Control. Seven Edition
 Apriyantono. A. 2004. Peluang Ekspor Produk Prentice Hall. International Inc. UI. Jakarta.
Hortikultura. Makalah seminar Nasional  Mangkunegara, AA. Ap. 2002. Perilaku
Florikltura. Kebun Raya Bogor. 4 – 5 Agusus Konsumen. Edisi Revisi. Refika Aditama.
2004. Pusat Pengembangan Pasar Wilayah Bandung.
Eropa. Badan Pengembangan Ekspor  Martila da James, J.C. 1977. Importance
Nasional. Departemen Perindustrian dan Peformace Analysis. Journal of Marketig 41.
Perdagangan. Jakarta. 13-17.
 Bautistuta, O.K., H. L Valmayor, P.C. Tabora  Mosher, A.T. 1966. Mengembangkan dan
Jr, dan R. R. C Espino. 1983. Introductionto Membangun Pertanian. Yasa guna. Jakarta.
Tropical Hortikulture. Dept.Of Hortikulture.  Mowen, JC. dan M. Minor. 2002. Perilaku
University of the Phillipines at Los Banos. Konsumen. Edisi ke Lima. Alih Bahasa Lina
 Case, K.E dan Fair, R.C. 2007. Prinsip – Salim. Erlangga. Jakarta.
prinsip Ekonomi Mikro. PT.Indeks. Jakarta.  Prawirosentono, Suryadi. 2004. Filosofi Baru
 Direktorat Jendral Hortikultura. 2010. Cetak Tentang Manajemen Mutu Terpadu Total
Biru Pengembangan Hortikultura. 2011 – Quality Management Abad 21 Studi kasus dan
2015. Direktorat Jedral Hortikultura. Analisis. PT Bumi Aksara. Jakarta
Kementrian Pertanian RI. Jakarta.  Siegel, S. 1956. NonPharametrik Statistik For
 Engel. Blackwell, dan Miniard. 1995. Perilaku The Behavioral Science. McGrawhill Brok
Konsumen Translation of Costumer Beviavior. Company. Inc. NewYork. Toronto. London.
Six  Singarimbun, M. dan S. Effendi.. 1985.
 Enthrige, D. 1995. Reseach Methodology In Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.
Applied Economics. Lowa State University  Soetrisno dan Hanafie, R. 2007. Filsafat dan
Press/Amess. Metodologi Penelitian. Andi. Yogjakarta..
 Hidayat. 2008. Perbedaan Antara  Sumarwan, U. 1999. Mencermati Pasar
Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Agribisnis Melalui Analisis Perilaku Konsumen
Kompetitif. Makalah http://hidayaters. Konsumsi dan Pembelian Buah-buahan.
Wordpress.com /2008/ 04/15 /perbedaan- Majalah Agribisnis Manajemen dan Teknologi
keunggulan-komparatif-keunggulan- Volumes No.3 November . Magister
kompetitif. Juli 2012 Manajemen Agribisnis. Institute Pertanian
 Kodri, A. 2012. Peranan Teknologi Bogor (IPB).
Pertanian Dalam Standarisasi dan

299
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

SIMULASI LIBERALISASI PERDAGANGAN BERDASARKAN


SKENARIO AMBISIUS, KOMPROMISTIK DAN SKENARIO G-20
PADA KOMODITAS JAGUNG INDONESIA
Eddy Renaldi

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

E-mail : eddyrenaldi90@gmail.com

ABSTRAK. Perdagangan komoditas pertanian merupakan salah satu agenda liberalisasi perdagangan
dunia. Jagung merupakan komoditas pangan Indonesia dengan tingkat ketergantungan impor cukup
tinggi dimana memiliki dinamika harga yang tidak terlepas dari arah kebijakan perdagangan, pasar
komoditas pangan dunia, stabilitas harga dan fluktuasi nilai tukar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak liberalisasi perdagangan komoditas jagung dan kedelai Indonesia terhadap
perubahan harga, perubahan volume, perubahan aliran perdagangan, perubahan penerimaan
pemerintah dan perubahan tingkat kesejahteraan. Metode simulasi liberalisasi perdagangan jagung
dilakukan dengan menggunakan program ATPSM (Agricultural Trade Policy Simulation Model).
Simulasi liberalisasi perdagangan jagung berdasarkan pada Skenario Ambisius, Skenario Kompromistik
dan Skenario G-20. Hasil penelitian dengan simulasi liberalisasi menunjukkan bahwa harga dunia,
harga domestik, volume produksi dan volume ekspor jagung meningkat sedangkan volume konsumsi
dan volume impor berkurang pada semua skenario. Neraca perdagangan jagung berdampak positif
pada semua skenario. Penerimaan pemerintah dan surplus konsumen berdampak negatif sedangkan
surplus produsen meningkat sehingga terjadi penurunan kesejahteraan pada semua skenario
liberalisasi perdagangan. Skenario G-20 dapat dijadikan alternatif kebijakan liberalisasi perdagangan
dengan nilai penurunan tingkat kesejahteraan yang paling rendah.

Kata kunci: liberalisasi perdagangan, simulasi, skenario liberalisasi, kesejahteraan.

PENDAHULUAN negara maju dapat menjual produk pertanian


dengan harga yang kompetitif, sementara
Tata perdagangan dunia yang semakin produsen hasil pertanian dari negara maju
terbuka menjadi fokus berbagai forum seperti Amerika Serikat, kelompok negara
kerjasama internasional, khususnya dengan yang tergabung dalam Uni Eropa menghambat
dibentuknya organisasi perdagangan dunia masuknya produk pertanian negara
atau World Trade Organization-WTO. berkembang dengan menggunakan TBT
Persetujuan Bidang Pertanian (Agreement on (Technical Barrier to Trade) seperti
Agriculture -AoA) menetapkan sejumlah persyaratan SPS (Sanitary and Phytosanitary
peraturan pelaksanaan tindakan-tindakan System).
perdagangan di bidang pertanian, terutama Sebagai salah satu importir pangan
yang menyangkut akses pasar, subsidi terbesar di dunia, Indonesia menghadapi
domestik dan subsidi ekspor. (Departemen tantangan terberat dalam liberalisasi
Pertanian, 2006). perdagangan pertanian. Komoditas pertanian
Liberalisasi pertanian merupakan ironi yang diimpor selain beras berdasarkan data
bagi negara berkembang dan negara dunia tahun 1996-2005 adalah; jagung rata-rata
ketiga. Kelompok negara ini dipaksa untuk sebesar 0,9 juta ton/tahun; gula sebesar 1,6
melakukan liberalisasi perdagangan dengan juta ton/tahun ; gandum sebesar 4,5 juta
membuka akses pasar seluas-luasnya tanpa ton/tahun ; kedelai sebesar 2,4 juta ton/tahun
subsidi, sedangkan negara maju tetap ; produk palawija lainnya sebesar 2,3 juta
melakukan kebijakan proteksi dalam bentuk ton/tahun. (Departemen Pertanian 2006)
bantuan dan subsidi. Dengan demikian,

300
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
Ketidakseimbangan antara produksi dunia yang ditransmisikan pada harga
dan konsumsi pangan nasional menjadi domestik, maka industri pengolahan yang
pemicu ketergantungan Indonesia terhadap menghasilkan produk untuk konsumen akhir
pangan impor (Hutabarat, 2006). Salah satu akan ikut terkena dampak fluktuasi harga
komoditas yang mempunyai ketergantungan tersebut, dan pada akhirnya konsumen akhir
supply dari impor adalah jagung. Konsumsi yang akan dirugikan. Jika liberalisasi
jagung dalam negeri dari tahun ke tahun perdagangan diberlakukan dengan skenario
mengalami peningkatan sedangkan perdagangan yang optimis, artinya tanpa ada
peningkatan produksi relatif lebih rendah dari campur tangan pemerintah atau membiarkan
peningkatan konsumsi. Perkembangan mekanisme pasar yang bekerja, maka hasil
produksi dan impor jagung dapat dilihat pada komoditas pangan domestik harus sanggup
Tabel 1. bersaing dengan pangan impor.
Dari uraian di atas, maka dilakukan
Tabel 1. Perkembangan Produksi, Volume Dan penelitian mengenai dampak liberalisasi
Nilai Impor Jagung Indonesia Tahun 1996 - perdagangan komoditas pertanian Indonesia
2006 khususnya komoditas jagung yang memiliki
Impor tingkat ketergantungan terhadap produk impor
Konsu
Tah
Produksi
msi Volum Nilai dengan berbagai skenario liberalisasi.
(000 e (000
un (000
ton)
ton) (000 dollar) Tujuan Penelitian
ton)
2000 9.67 10.9 1.2 174.06
7 46 84 3,0 Tujuan penelitian ini adalah
2001 9.34 10.3 1.0 152.47 1. Untuk mengetahui dampak liberalisasi
7 91 75 8,8 perdagangan terhadap perubahan
2002 9.65 10.8 1.1 160.42 harga, aliran perdagangan, produksi,
4 69 94 8,0
2003 10.8 12.4 1.3 214.97 konsumsi komoditas jagung Indonesia.
86 22 65 1,0 2. Untuk mengetahui dampak liberalisasi
2004 11.2 12.0 1.0 176.95 perdagangan terhadap tingkat
25 70 89 9,6 penerimaan pemerintah dan
2005 12.5 12.8 294 62.103,
23 77 9 kesejahteraan
2006 14.6 15.5 825 124.68
75 34 7,6 METODE PENELITIAN
Sumber : BPS 2007
Penelitian dilakukan melalui
Liberalisasi perdagangan bidang pendekatan analisis deskriptif dan kuantitatif.
pertanian yang tertuang dalam Persetujuan Analisis kuantitatif digunakan model simulasi
Bidang Pertanian (Agreement on Agriculture - atau peramalan dari kebijakan perdagangan
AoA) menetapkan sejumlah peraturan bebas yang akan berlaku pada tahun 2015.
pelaksanaan perdagangan menyangkut Penelitian dengan menggunakan model
perluasan akses pasar dengan pengurangan simulasi untuk mendapatkan gambaran umum
tarif impor maupun tarif ekspor, mengurangi mengenai dampak liberalisasi pada komoditas
distorsi perdagangan dengan cara mengurangi pertanian Indonesia khususnya jagung.
subsidi domestik dan subsidi ekspor Simulasi tersebt untuk melihat bagaimana
(Globaljust. 2006). Perubahan konsep pasar kebijakan perdagangan yang diterapkan dalam
komoditas pertanian yang mengarah pada komoditas jagung impor pertanian Indonesia
pasar bebas tersebut akan membawa terhadap arus perdagangan, volume
konsekuensi harga komoditas pertanian, perdagangan, harga komoditas dan
khususnya pangan di pasar domestik semakin keuntungan dalam bentuk surplus produsen
terbuka terhadap gejolak pasar internasional maupun surplus konsumen serta tingkat
(Ketut Kariyasa dkk, 2003). kesejahteraan. Model dan alat yang
Ketidakmampuan produksi jagung digunakan dalam penelitian ini menggunakan
domestik dalam memenuhi kebutuhan akan program Agricultural Trade Policy Simulation
menjadi masalah, mengingat jagung Model (ATPSM). Sasaran pokok dari model ini
merupakan bahan baku untuk industri adalah untuk membantu dalam analisis
pengolahan. Jika terjadi fluktuasi harga bahan kebijakan, negosiator perdagangan dan bagi
baku yang disebabkan oleh fluktuasi harga mereka yang tertarik terhadap penilaian

301
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
modaliti/skenario dari berbagai proposal- Perubahan harga, tarif serta
proposal yang diajukan untuk liberalisasi perubahan kebijakan perdagangan tersebut
perdagangan pertanian. berlaku untuk semua komoditas dan semua
Model Penelitian negara. Tahap selanjutnya adalah mencari
nilai Elastisitas Armington (σ ) yaitu nilai
ATPSM adalah suatu alat analisis proporsi harga impor dan harga pasar
komparatif-statis, multi-komoditas, multi- domestik dengan rataan terbobot volume
negara dalam model keseimbangan parsial impor dan selisih konsumsi domestik dengan
perdagangan dunia untuk hasil pertanian. volume impor pada persamaan 5
Model ini dapat digunakan untuk

menghitung distribusi quota rents, M  P  (5)
penemuan harga keseimbangan pasar dunia   m d 
D  M   d Pm 
dan dampaknya terhadap tingkat produksi
domestik dan aliran perdagangan. Model Selanjutnya dilakukan transformasi terhadap
simulasi kebijakan perdagangan ATPSM perubahan konsumsi, produksi, ekspor dan
menggunakan pendekatan keseimbangan impor ke dalam matriks dengan dimensi
partial (partial equilibrium), fungsi 5.832 yaitu 162 negara terhadap 36
permintaan, penawaran, ekspor dan impor komoditas.
dapat digambarkan sebagai berikut : Fungsi permintaan untuk negeri r dan
Produksi (penawaran domestik) dan komoditas i (jagung) dinyatakan sebagai:
permintaan tergantung secara linear pada
   
J
harga domestik. Harga dunia terhubung Dˆ i ,r   i , j ,r Pˆwt  (1  tˆci ,r )   i , j ,r Pˆwj  (1  tˆcj ,r )
dengan harga domestik oleh persamaan j 1
j 1
transmisi harga, atau harga pasar domestik
merupakan fungsi harga pasar dunia dan
semua subsidi dan proteksi khusus dalam Penawaran domestik untuk negeri r
negeri. dan komoditas i (jagung) dengan cara yang
Pertama, tarif pasar dalam negeri (td) sama dinyatakan sebagai
dihitung sebagai rataan terbobot dua pajak
   
J

perdagangan, angka SE (tx) dan tarif impor Sˆi ,r   i , j ,r Pˆwt  (1  tˆpi,r )    i , j ,r Pˆwj  (1  tˆpj,r )
(tm), dimana pembobotnya adalah ekspor (X) j 1

dan impor (M): Fungsi Impor dan ekspor dinyatakan


td = (X tx + M tm )/(M + X) (1) sebagai
Kemudian tarif konsumsi tc (jagung) pada M i ,r  Di ,r Dˆ i ,r  Si ,r Sˆi ,r  X i
pasar dalam negeri dihitung sebagai rataan
terbobot tarif impor (tm) dan tarif pasar dalam X i ,r   i ,r Si ,r .(9)
negeri (td) dimana pembobotnya adalah impor
(M) dan penawaran dalam negeri (Sd): Persamaan ekspor menggambarkan
tc = (M tm + Sd td )/D (2) bahwa perubahan di dalam ekspor pada setiap
tarif penawaran ts (pasar dalam negeri) pasar adalah merupakan proporsi perubahan
dihitung sebagai rataan terbobot tarif impor di dalam produksi. Proporsi ini ditentukan oleh
(tm) dan tarif pasar dalam negeri (td) dimana rasio barang ekspor dengan jumlah produksi.
pembobotnya adalah ekspor (X) dan Impor dapat menjelaskan keadaan pasar yang
penawaran dalam negeri (Sd ) ditambah tarif sesungguhnya, yaitu dalam suatu persamaan
penawaran dalam negeri (tp): produksi ditambah impor sama dengan
ts = (X tx + Sd td )/S + tp (3) konsumsi domestik ditambah ekspor. Harga
Proporsi harga permintaan domestik domestik ditentukan sebagai suatu fungsi
dengan harga impor dalam kerangka harga pasar dunia dan kebijakan dari variabel-
liberalisasi perdagangan dalam program variabel, seperti tarif, subsidi dan kuota.
ATPSM bergantung dari harga dunia yang Dengan demikian dari sembilan
persamaan di atas, dapat diketahui
menggunakan pendekatan persamaan
perubahan-perubahan yang terjadi jika
Armington yaitu :
besaran tarif dalam konteks liberalisasi
(Pd/Pm)y = (Pw(1 + td)/Pw(1 + tm))y (4) dikurangi. Perubahan terhadap permintaan
domestik dan perubahan penawaran

302
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX
selanjutnya akan dapat dilihat pula perubahan Q merupakan kuota impor, Pw harga
volume ekspor maupun impor komoditas dunia, tm1 dan tm2 adalah in-quota dan out-
jagung Indonesia serta negara lainnya. of-quota yang merupakan dasar penetapan
tariff yang berlaku (Sharma.2006). Untuk
Rancangan Analisis Data masing-masing negeri dan komoditas,
surplus-surplus produser dan konsumen
Analisis data dan hasil pengolahan digambarkan sebagai:
PS  Pp S  0.5(S d )  cU
data kuantitatif dengan model ATPSM
dilakukan dengan pendekatan teori ekonomi
dan konsep perdagangan bebas. Perubahan CS  Pc D  0.5(Dd )
pada permintaan dan penawaran Perubahan dalam pendapatan bersih
merupakan fungsi dari elastisitas harga yang pemerintah (ΔNGR ≈ Δ Net Government
dipengaruhi oleh adanya perubahan tarif Revenue) disebabkan oleh perubahan
pada masing-masing komoditas di setiap pendapatan yang berasal dari tariff,
negara (persamaan 6 dan 7). perubahan pengeluaran untuk subsidi
Persamaan ekspor menyiratkan ekspor, perubahan pengeluaran untuk
bahwa perubahan di dalam ekspor pada subsidi domestik dan perubahan dalam in
setiap pasar adalah merupakan proporsi quota rent yang tidak diterima oleh
perubahan di dalam produksi ( persamaan 9 eksportir. Pada setiap negara dan jenis
). Proporsi ini komoditas dapat dilihat pada persamaan :
ditentukan oleh rasio barang ekspor ΔNGR = ΔTR - ΔES - ΔDS + (1-c) ΔU
dengan jumlah produksi. Perubahan impor TR adalah penerimaan dari tarif, ES adalah
dapat menjelaskan keadaan pasar yang pengeluaran untuk subsidi ekspor, DS adalah
sesungguhnya (persamaan 8), yaitu dalam pengeluaran untuk subsidi domestik dan (1-c)
suatu persamaan produksi ditambah impor ΔU adalah perubahan in quota rent yang
sama dengan konsumsi domestik ditambah dihilangkan.
ekspor.
Pendapatan perdagangan dan Kerangka Skenario Simulasi
kesejahteraan dihitung didasarkan pada Tabel 2. Skenario yang digunakan dalam
perubahan volume (yaitu., DX, DM, DS, dan model simulasi
DP) dan perubahan harga. Pengaruh DESKRIPSI

pendapatan perdagangan dari perubahan No. SKENARIO AKSES PASAR SUBSIDI


DOMESTIK
SUBSIDI.
EKSPOR

kebijakan dihitung untuk masing-masing 1 AMBISIUS


Liberalisasi penuh
 Penghapusan
penerapan out-
Penghapusan
subsidi domestik
Penghapusan
subsidi ekspor

negeri dan komoditas sebagai berikut: quota tariff pada semua pada semua
 Penghapusan komoditas dan komoditas dan

R  (Pw  Pw ) X  X   (M  M   Pw ( X  M )


in-quota tariffs berlaku pada berlaku pada
semua negara semua negara
2 KOMPROMISTIK  Pengurangan  Pengurangan  Pengurangan
Liberalisasi tariffs sebesar subsidi domestik subsidi ekspor
Kesejahteraan total adalah berjenjang 60% jika tariff
yg berlaku di
sebesar
untuk
60%
negara
sebesar
untuk
80%
negara
penjumlahan dari produser surplus, 
atas 90%
Pengurangan 
maju
Pengurangan
maju
 pengurangan
konsumer surplus dan belanja pemerintah, tariffs sebesar
50% pada
subsidi domestik
sebesar 20%
subsidi
sebesar
ekspor
70%
yaitu DW = DPS + DCS +DNGR. tariff yg berlaku
antara 15%-
untuk
berkembang
negara untuk
berkembang
negara

Berdasarkan sebuah simulasi, perubahan 


90%
Pengurangan
 Tidak
pengurangan
ada  Tidak
pengurangan
ada

pada kesejahteraan total terdiri dari tariffs sebesar


40% pada
subsidi domestik
untuk negara
subsidi
untuk
ekspor
negara

perubahan-perubahan di dalam tiga


tariff berlaku di belum belum
bawah 15% berkembang berkembang

komponen tersebut. Perubahan di dalam
3 G-20 PROPOSAL Pengurangan Reduksi subsidi Penghapusan
tariff sebesar domestik subsidi ekspor
60% jika tariff berjenjang: pada semua
produsen surplus dan konsumen surplus yg berlaku di  Pengurangan komoditas dan
atas 90% sebesar 80% berlaku pada
bergantung pada perubahan harga di pasar  Pengurangan untuk negara
yang memberi
semua negara
tariffs sebesar
domestik dan perubahan jumlah produksi 50% pada
tariff yg berlaku
SD di atas US $
60 juta
serta jumlah yang dikonsumsi. antara
90%
15%-  Pengurangan
sebesar 75%
Pembentukan perubahan juga  Pengurangan
tariffs sebesar
untuk negara
yang memberi
mempertimbangkan besaran perubahan di 40% pada
tariff berlaku di
SD antara US
$10 juta sampai
dalam penerimaan kuota rents. 
bawah 15%
Perbedaan
dengan US $ 60
juta
perlakuan untuk  Pengurangan
komoditas sebesar 70%

U  QPw (t m2  t m1 )
dalam kategori untuk negara
SP dan SSM yang memberi
SD di bawah US
$ 10 juta

303
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

HASIL PENELITIAN negara China, India dan Thailand lebih dari 90


persen pada skenario Kompromistik. Jepang
Dalam penelitian ini negara yang merupakan negara yang menerapkan tarif impor
dianalisis selain Indonesia adalah Amerika Serikat, jagung yang tinggi mencapai 98 persen dan 150,4
China, Argentina, India dan Thailand sebagai persen, sehingga penurunan tarif pada skenario
negara utama sumber impor jagung bagi Kompromistik mendekati 100 persen.
Indonesia. Perubahan kebijakan penerapan tarif
impor pada berbagai skenario liberalisasi Tabel 4. Persentase Perubahan Kebijakan Batas
perdagangan komoditas jagung dapat dilihat pada Tariff Pada Berbagai Skenario Liberalisasi
Tabel 3. Skenario Ambisius yang menghilangkan Perdagangan
semua bentuk tarif maka persentase perubahan Out-of-Quota Bound Tariff
Rate Persentase Perubahan (%)
penerapan tarif impor adalah 100 persen yang Ambisi Kompromis
berarti dalam skenario ini tidak ada campur Negara
Inisial us tik G-20
tangan pemerintah, perdagangan komoditas
jagung diserahkan pada mekanisme pasar. Indonesia 40,00 -100 -95,00 -50
European
Union 26,42 -100 -96,21 -50
Tabel 3. Perubahan Kebijakan Penerapan Tarif United
Pada Berbagai Skenario Liberalisasi Perdagangan States 0,65 -100 53,85 -60
Japan 98,24 -100 -98,98 -50
Applied Tariff Rate Persentase perubahan (%) Argentina 7,00 -100 -71,43 -50
Brazil 48,00 -100 -95,83 -50
Negara Inisial Ambisius Kompromistik G-20
China 42,50 -100 -95,29 -50
Indonesia 2,5 -100 -20,0 0,0 India 65,00 -100 -96,92 -50
Thailand 73,00 -100 -97,26 -50
European Union 26,4 -100 -96,2 -50,0
Sumber : Hasil Simulasi ATPSM Versi 3.1
United States 0,7 -100 0,0 -60,0

Japan 98,2 -100 -99,0 -50,0 Batas tarif yang diperbolehkan dalam
Argentina 7,0 -100 -71,4 -50,0
kesepakatan perdagangan internasional
ditunjukkan pada Tabel 4. Indonesia mempunyai
Brazil 8,1 -100 -75,4 0,0
batas tarif untuk jagung 40 persen, sedangkan
China 42,5 -100 -95,3 -50,0 dalam kebijakan perdagangan penerapan tarif
India 47,5 -100 -95,8 -31,6
hanya 2,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan perdagangan Indonesia sudah sangat
Thailand 31,0 -100 -93,5 0,0
terbuka bagi produk impor.
Sumber : Hasil Simulasi ATPSM Versi 3.1
Analisis Liberalisasi Perdagangan
Perubahan kebijakan perdagangan dalam Komoditas Jagung Indonesia
konteks liberalisasi terdiri dari perubahan dalam
penerapan tarif impor, perubahan batas tarif yang Hasil simulasi liberalisasi berdasarkan
diperbolehkan (out of quota bound tariff rate), modalitas yang dituangkan dalam Skenario
tarif domestik, global quota, subsidi domestik dan Ambisius, skenario Kompromistik dan skenario G-
subsidi ekspor. Penerapan tarif impor jagung 20 dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
Indonesia adalah sebesar 2,5 persen dan 5 memilih dan menetapkan skenario mana yang
persen. Pengurangan tarif impor terjadi pada dapat memberikan dampak positif bagi
skenario Kompromistik sebesar 20 persen pada perdagangan komoditas Indonesia.
jagung dan 60 persen pada kedelai. Sedangkan Tujuan utama simulasi liberalisasi
pada skenario G-20 tidak terjadi pengurangan perdagangan adalah untuk melihat sejauh mana
tarif. Negara utama sumber impor jagung yaitu perubahan harga, volume, nilai perdagangan
Amerika Serikat, Argentina menerapkan tarif serta tingkat kesejahteraan bagi perdagangan
impor dibawah 10 persen, sedangkan China, India komoditas pertanian Indonesia khususnya
dan Thailand menerapkan tarif impor di atas 30 komoditas jagung. Komparasi hasil simulasi
persen. Hal ini membuktikan bahwa kedua negara dengan model ATPSM berbagai skenario
tersebut melakukan proteksi terhadap produk liberalisasi perdagangan komoditas jagung
dalam negeri dengan penerapan tarif impor yang Indonesia dirangkum sebagai berikut :
tinggi. Perubahan penerapan tarif impor pada

304
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

a. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap menunjukkan hasil positif pada semua skenario
Perubahan Harga liberalisasi. Perubahan volume impor
menunjukkan hasil positif bagi komoditas jagung
Secara umum semua skenario liberalisasi Indonesia, namun pengurangan volume impor
berdampak positif terhadap perubahan harga atau tersebut sangat kecil.
harga komoditas jagung mengalami kenaikan.
Perubahan harga pada skenario Ambisius adalah c. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap
cerminan dari berbagai pengaruh kebijakan yang Perubahan Nilai Perdagangan
menghapuskan semua bentuk tarif dan subsidi
pemerintah dari semua negara sehingga harga Perubahan neraca perdagangan
domestik sama dengan harga dunia. Perubahan komoditas jagung pada berbagai skenario
harga domestik jagung dalam skenario ini lebih liberalisasi perdagangan memberikan dampak
kecil daripada perubahan harga dunia karena positif, dan peningkatan neraca perdagangan
harga dasar jagung Indonesia lebih tinggi dari diperoleh pada skenario Kompromistik sebesar
harga dunia. Pada skenario Kompromistik dan US$ 110,9 juta.
skenario G-20 perubahan harga konsumen dan
harga produsen jagung sama besar. (Tabel 5). d. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap
Perubahan Kesejahteraan
Tabel 5 Dampak Skenario Liberalisasi
Perdagangan Komoditas Jagung Terhadap Dalam model ATPSM, perubahan
Perubahan Harga, Volume, Nilai Perdagangan dan kesejahteraan total diukur dari perubahan
Kesejahteraan di Indonesia pendapatan negara, perubahan surplus produsen
Skenario dan perubahan surplus konsumen. Hasil simulasi
Dampak Perubahan Ambisius Kompromisti G-20 liberalisasi perdagangan komoditas jagung bagi
k
Harga (US$ per ton)
Indonesia pada berbagai skenario berdampak
negatif terhadap perubahan kesejahteraan, hal ini
Harga Produsen 3,73 5,53 1,62
berarti tujuan liberalisasi perdagangan tidak
Harga Konsumen 3,72 5,53 1,62
tercapai. Perubahan kesejahteraan pada
Harga Dunia 6,46 5,96 1,58
liberalisasi perdagangan jagung berdasarkan
Volume (000 ton)
Skenario Ambisius terjadi penurunan tingkat
Produksi 381,07 430,16 190,48 kesejahteraan sebesar US$ 6,06 juta, penurunan
Konsumsi (479,23) (567,43) (228,41) tingkat kesejahteraan pada Skenario
Ekspor 813,28 941,14 396,11 Kompromistik sebesar US$ 2,98 juta dan pada
Impor (47,02) (56,45) (22,79) skenario G-20 berkurang sebesar US$ 1,57 juta.
Nilai Perdagangan (000 US$)
Penurunan tingkat kesejahteraan disebabkan oleh
penurunan penerimaan pemerintah dan surplus
Penerimaan Ekspor 95.909,11 110.496,57 44.754,75
konsumen lebih besar dibandingkan dengan
Biaya Impor 1.182,44 (414,38) (925,66)
peningkatan surplus produsen.
Neraca Perdagangan 94.726,67 110.910,95 45.680,41

Kesejahteraan (000 US$)


Berdasarkan uraian di atas, bagi
Penerimaan (2.896,90) (38,40) (23,14) Indonesia liberalisasi perdagangan komoditas
Pemerintah
Surplus Konsumen (938.409,4 (34.074,70) (16.852,3 jagung pada berbagai skenario akan berdampak
6) 2)
Surplus Produsen 35.250,92 31.136,21 15.296,54 negatif yang dibuktikan dengan penurunan
Kesejahteraan Total (6.055.44) (2.976.89) (1.578.93)
tingkat kesejahteraan. Hasil ini menguatkan
beberapa studi mengenai simulasi liberalisasi
Sumber : Hasil Simulasi ATPSM Versi 3.1 perdagangan komoditas pertanian baik yang
menggunakan model simulasi ATPSM maupun
b. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap menggunakan pendekatan model CGE, yang
Perubahan Volume menyebutkan bahwa negara berkembang akan
mengalami penurunan tingkat kesejahteraan
Volume produksi jagung meningkat pada sedangkan negara maju akan mengalami
semua skenario, dan peningkatan terbesar terjadi peningkatan tingkat kesejahteraan.
pada skenario Kompromistik. Keadaan sebaliknya Komparasi hasil simulasi ketiga skenario
terjadi pada perubahan konsumsi yang liberalisasi perdagangan menunjukkan bahwa
berdampak negatif. Peningkatan volume ekspor skenario G-20 memberikan dampak negatif

305
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

terkecil terhadap penurunan tingkat Ekonomi, Volume 25 No.1, Mei 2007 : 84 -


kesejahteraan, walaupun surplus produsen relatif 102
lebih kecil dibandingkan dengan dua skenario  Daneswar Poonyth and Ramesh Sharma.
lainnya, namun penurunan penerimaan 2005. The Impact Of The Doha Development
pemerintah dan surplus konsumen juga tidak Round Of Trade Negotiations On Developing
terlalu besar. Dalam hal ini produsen komoditas Countries: Results From ATPSM. A paper
jagung masih memperoleh keuntungan dari nilai presented at The International Conference
produksi saat ini, serta kerugian konsumen tidak Agricultural Policy Reform And The WTO.
terlalu besar. Italy.
 David Vanzetti and Brett Graham 2004
KESIMPULAN Simulating Agricultural Policy Reform With
ATPSM, Paper Presented At The International
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai Conference, ― Agricultural Policy Reform And
dampak liberalisasi perdagangan komoditas The WTO‖. Durban, South Africa, 16-22
jagung Indonesia adalah sebagai berikut : August 2003.
1. Liberalisasi perdagangan akan meningkatkan  _________________________, 2003. Three
harga dunia dan domestik komoditas jagung, Proposals For Agricultural Policy Reform ,
meningkatkan volume ekspor dan mengurangi UNCTAD. United Nations Conference on Trade
volume impor komoditas jagung pada semua and Development. Geneva.
skenario. Pengurangan volume impor sangat  Departemen Pertanian RI. 2006, 2006 (b).
kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan Data Base Pemasaran Internasional Jagung
konsumsi domestik. Volume produksi jagung 2005. Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran
meningkat pada semua skenario liberalisasi Hasil Tanaman Pangan Direktorat Jenderal
perdagangan, dan peningkatan terbesar terjadi Bina Pengolahan Dan Pemasaran Hasil
pada Skenario Kompromistik. Perubahan Pertanian Departemen Pertanian 2005.
konsumsi yang berdampak negatif atau terjadi Jakarta.
penurunan volume konsumsi jagung.  ________________________, 2006 (d).
2. Penerimaan pemerintah berkurang pada Kinerja Ekspor-Impor Produk Pertanian 2005.
semua skenario liberalisasi perdagangan. Direktorat Jenderal Bina Pengolahan Dan
Penurunan penerimaan pemerintah terbesar Pemasaran Hasil Pertanian Departemen
terjadi pada Skenario Ambisius, sedangkan Pertanian. Jakarta.
penurunan penerimaan pemerintah terkecil  _______________________, 2007 (g).
terjadi pada Skenario G-20. Liberalisasi Kinerja Ekspor-Impor Produk Pertanian 2006.
perdagangan berdampak negatif terhadap Direktorat Jenderal Bina Pengolahan Dan
tingkat kesejahteraan, dimana penurunan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen
tingkat kesejahteraan disebabkan oleh Pertanian. Jakarta.
penurunan penerimaan pemerintah dan  Fadli Zon, 2007, Menghadapi Liberalisasi
surplus konsumen lebih besar dibandingkan Sektor Pertanian. Tani Merdeka. Jakarta
dengan peningkatan surplus produsen.  Globaljust. 2006. Sekilas Perjanjian Pertanian
Skenario G-20 memberikan dampak negatif WTO, diakses dari
terkecil terhadap penurunan tingkat http://www.globaljust.org/pertanian tanggal
kesejahteraan. 24-April-2006
 Hendra Halwani. 2005. Ekonomi
DAFTAR PUSTAKA Internasional Dan Globalisasi Ekonomi. Edisi
Kedua. Ghalia Indonesia. Bogor.
 Badan Pusat Statistik (BPS) 2006.  Husein Sawit dan I. W. Rusastra. 2005,
Perkembangan Produksi, Volume Dan Nilai ―Globalisasi dan Ketahanan Pangan di
Impor Komoditas Pertanian Indonesia Tahun Indonesia‖, Laporan akhir dari bagian laporan
1996 – 2005. Jakarta penelitian Road Map Memperkuat Kembali
 Budiman Hutabarat, Helena J. Purba, dan Sri Ketahanan Pangan, LPEM UI, Jakarta.
Nuryanti. 2006. Dampak Penurunan Bantuan  Kiel. 2002. Introduction to the UNCTAD
Domestik Terhadap Kinerja Ekonomi Agricultural Trade Policy Simulation Model
Komoditas Pertanian Indonesia: Analisis (ATPSM). ATPSM C++ Version 1.1 .UNCTAD.
Simulasi Kebijakan. Pusat Analisis Sosial Geneva.
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jurnal Agro

306
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Krugman R Paul. Obstfeld Maurice. 2003. Commodities Study Series No. 26. UNCTAD,
Ekonomi Internasional: Teori Dan Kebijakan. Geneva April
Edisi Kedua. PT.Raja Grafindo Persada.  Rina Oktaviani, Ross G. Drynan. 2006. The
Jakarta Impact Of Apec Trade Liberalisation On The
 Lindert H. Peter, Kindleberger P Charles. Indonesian Economy And Agricultural Sector .
1990. Ekonomi Internasional. Edisi Delapan. Paper Presented At The International
Penerbit Erlangga. Jakarta Conference Agricultural Policy Reform .
 Ralf Peters and David Vanzetti. 2004. Conflict Geneva.
And Convergence In Agricultural Trade  U.S. Department of Agriculture. 2005.
Negotiations On International Trade In Goods Agricultural Policy Reform in the WTO—The
And Services, And Commodities, Policy Issues Road Ahead. Market and Trade Economics
In International Trade And Commodities Division, Economic Research Service,
Study Series No. 14. UNCTAD Geneva. Agricultural Economic Report No. 802. New
 Ramesh Sharma. 2006. On The Equivalence York.
Of Tariffs And Quotas For Sensitive Products  WTO. 2004. Doha Work Programme: Decision
In The WTO Agricultural Negotiations. Policy Adopted by the General Council. diakses dari.
Issues In International Trade And www.wto.org/.

307
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN KEPUASAN KONSUMEN


TERHADAP ATRIBUT JERUK LOKAL DAN JERUK IMPOR

Pravitha Putri Fitrianti1 dan Agriani Hermita Sadeli, SP., ME.2

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian


Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363

1. E-Mail: pravitaputrifitrianti@gmail.com
2. E-Mail: agriani.hermita@gmail.com

ABSTRAK. Jeruk (Citrus Sp) merupakan buah yang diminati oleh konsumen, dimana pengadaannya berasal
dari produksi dalam negeri maupun dari impor. Dalam keputusan pembelian buah jeruk, konsumen memiliki
pertimbangan yang didasarkan atribut produk. Total Buah Segar Bandung merupakan salah satu ritel
modern yang menyediakan berbagai jenis buah jeruk baik itu jeruk lokal maupun jeruk impor. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik umum konsumen, mengetahui tahapan proses keputusan
pembelian konsumen, dan mengetahui penilaian kepuasan konsumen terhadap atribut jeruk lokal dan jeruk
impor di supermarket Total Buah Segar Bandung. Penelitian ini dilakukan di supermarket Total Buah Segar
Bandung. Desain penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan teknik penelitian survei deskriptif. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA), dan Customer
Satisfaction Index (CSI). Sampel penelitian berjumlah 63 responden. Atribut buah jeruk yang diteliti
berjumlah 18 atribut. Berdasarkan hasil analisis IPA diketahui bahwa atribut jeruk lokal yang perlu dilakukan
perbaikan adalah ketersediaan buah, tekstur daging buah, dan derajat kematangan. Sedangkan atribut jeruk
lokal yang diharapkan untuk tetap dipertahankan adalah rasa, kesegaran, kandungan vitamin, kandungan
air, kebersihan kulit, daya tahan penyimpanan, dan keamanan pangan. Hasil perhitungan CSI menunjukkan
bahwa secara keseluruhan konsumen buah jeruk di Total Buah Segar Bandung cenderung lebih puas dengan
performance atribut jeruk lokal dibandingkan dengan performance atribut jeruk impor.

Kata Kunci: jeruk lokal dan jeruk impor, Importance Performance Analysis, Customer Satisfaction Index

ABSTRACT. Orange (Citrus Sp) is one of many fruits which has production decreased while demand is
getting increased. Entry of import citrus to market in the country make customers of orange have some
considerations before they decide to buy the orange. Total Fresh Fruit Supermarket Bandung is one of the
modern retail which provide some variants orange, both local orange and import orange. The purpose of this
research is to know characteristics customer generally, knowing step of purchasing decision customer, and
knowing valuation of customer satisfaction to local orange attributes and import orange in Total Fresh Fruit
Supermarket Bandung. This research is taken in Total Fresh Fruit Supermarket Bandung. This design
research method use qualitative design with technical research descriptive survey. Analysis tools which used
in this research is descriptive analysis, Importance Performance Analysis (IPA), and Customer Satisfaction
Index (CSI). The amount of this sample research are 63 respondents. The amount of orange attributes
researched are 18 attributes. Based on the result of IPA analysis is known that local orange attributes which
is need to get maintenance are fruit supplies, texture of the fruit flesh, and mellowness degree. While the
expectation of local orange attributes are keep the good taste, freshness, content of vitamin, content of
water, skin cleanliness, storage durability, and the safety of food. The result of CSI show that generally
orange customer in Total Fresh Fruit Supermarket Bandung more satisfied with performance local orange
attributes than performance import orange attributes.

Keywords: local orange and import orange, Importance Performance Analysis, Customer Satisfaction Index

308
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENDAHULUAN meningkatnya konsumsi buah-buahan di


Indonesia.
Pertanian pada kenyataannya sangat Jeruk (Citrus Sp) merupakan salah satu
penting dalam menopang perekonomian komoditi buah-buahan yang mempunyai peranan
Indonesia yaitu memiliki peranan yang strategis penting dipasaran dunia maupun dalam negeri
dalam pembangunan nasional. Peranannya antara karena merupakan komoditi tanaman rakyat yang
lain sebagai: 1) pemasok bahan makanan pokok tersebar luas di Indonesia. Tanaman jeruk dapat
penduduk; 2) pemasok bahan baku industri; 3) tumbuh di dataran rendah hingga tinggi dengan
penyedia lapangan kerja terbesar penduduk; 4) berbagai jenis varietas dan dapat dikonsumsi oleh
pencipta nilai tambah atau Produk Domestik Bruto masyarakat berpendapatan rendah hingga
(PDB), dan 5) merupakan sumber penghasil berpendapatan tinggi (Pracaya, 2002).
devisa bagi negara. Di samping itu, pertanian juga Berdasarkan data Direktorat Jenderal
berperan sebagai salah satu alternatif pemecahan Hortikultura (2013), produksi buah jeruk siam di
masalah kemiskinan penduduk pedesaan. Indonesia periode 2008 – 2012 mengalami
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar -
perkembangan PDB hortikultura dari tahun 2007 12.99%. Produksi tertinggi terjadi pada tahun
hingga tahun 2011. Pada tahun 2011 kontribusi 2007 yaitu sebesar 2.391.011 ton dan produksi
subsektor hortikultura terhadap PDB nasional terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar
mengalami peningkatan menjadi sebesar 87.047 1.498.183 ton. Peningkatan kebutuhan terhadap
milyar rupiah. Salah satu produk hortikultura yang buah jeruk tidak diimbangi dengan peningkatan
memberikan kontribusi pada PDB nasional adalah produksi jeruk. Produksi buah jeruk yang semakin
buah-buahan yaitu sebesar 47.069 milyar rupiah. menurun dengan kebutuhan yang semakin
Buah-buahan menempati urutan pertama dalam meningkat menunjukkan bahwa produk lokal
menyumbang PDB hortikultura. belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi
buah jeruk dalam negeri, sehingga masih
Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga diperlukan impor buah jeruk.
Berlaku pada Tahun 2007 - 2011 Impor buah jeruk yang tinggi
mengindikasikan bahwa minat konsumen
Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan terhadap buah jeruk semakin meningkat serta
Komoditi 2010 - 2011
(%) adanya segmen konsumen tertentu yang memiliki
2007 2008 2009 2010 2011
ekspektasi mutu dan ragam atau jenis buah jeruk
Buah-
buahan
42.362 47.060 48.437 45.482 47.069 3.00 yang berkualitas baik (Utami dan Sadeli, 2013).
Selain itu konsumen mulai kritis untuk memilih
-
Sayuran 25.587 28.208 30.506 31.244 30.201
2.87 dan mengambil keputusan dalam membeli dan
Tanaman -
mengkonsumsi buah-buahan serta menentukan
hias
4.741 5.085 5.494 6.174 6.132
0.58 toko dan jenis ritel sebagai tempat berbelanja,
terutama konsumen yang hidup di daerah
Biofarmaka 4.105 3.853 3.897 3.665 3.645 0.46
perkotaan cenderung memilih untuk berbelanja
Total 76.795 84.202 88.334 85.958 87.047 0.01
buah-buahan di ritel modern, sebab disamping
menyediakan barang berkualitas, ritel modern
Sumber: Direktorat Jendral Hortikultura (2012) juga memiliki citra atau reputasi baik. Selain itu,
(diolah) konsumen menginginkan tempat berbelanja yang
nyaman, praktis, lokasinya mudah dicapai, dan
Menurut Pusat Kajian Buah Tropika ragam barang yang tinggi.
(2012), permintaan akan kebutuhan produk Sumarwan (2004) menyatakan bahwa
hortikultura khususnya buah-buahan akan terus perilaku konsumen adalah semua kegiatan,
mengalami peningkatan dan perkiraan pada tahun tindakan, serta proses psikologi yang mendorong
2015 akan mencapai 20 juta ton. Menurut data tindakan tersebut pada sebelum membeli, ketika
Badan Pusat Statistik (2013), komoditi buah- membeli, menggunakan, menghabiskan produk
buahan mengalami peningkatan persentase dan jasa setelah melakukan kegiatan evaluasi.
terbesar (0,44 persen) pada pengeluaran Sedangkan menurut Engel, et al. (1994) perilaku
konsumsi makanan dibandingkan kelompok bahan konsumen merupakan suatu tindakan yang
makanan lainnya yang mengalami penurunan di langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,
tahun 2012. Hal ini menunjukkan semakin dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

309
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

juga proses keputusan yang mendahului dan dan kinerja aktual yang dirasakan setelah
menyusuli tindakan tersebut. pemakaian.
Keputusan konsumen yang dilaksanakan Kepuasan pelanggan meliputi perbedaan
dalam bentuk tindakan membeli muncul melalui antara harapan dan kinerja yang dirasakan.
tahap-tahap tertentu. Proses keputusan Perasaan konsumen setelah membeli produk akan
konsumen meliputi lima tahap, yaitu tahap mempengaruhi apakah mereka akan membeli
pengenalan kebutuhan, tahap pencarian kembali produk tersebut atau tidak melakukan
informasi, tahap evaluasi alternatif, tahap pembelian kembali bahkan berpindah kepada
pembelian, dan tahap hasil dari keputusan produk lain yang dapat memberikan kepuasan
pembelian (Engel, et al. 1994). Tahap-tahap yang lebih baik. Kepuasan dan ketidakpuasan
keputusan ini dapat dilihat pada Gambar 1. konsumen terhadap suatu produk akan
Menurut Sumarwan (2004), sebuah berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya.
keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan Suatu produk pada dasarnya memiliki
alternatif atau lebih. Setiap konsumen melakukan sekumpulan atribut, dan setiap produk baik
berbagai macam keputusan tentang pencarian, barang maupun jasa dapat dideskripsikan dengan
pembelian, penggunaan beragam produk pada menyebutkan atribut-atributnya. Kotler (2005)
setiap periode tertentu. mendefinisikan atribut sebagai mutu ciri dan
Perilaku konsumen dalam keputusan model produk. Atribut produk merupakan
pembelian jeruk lokal dan jeruk impor dipengaruhi karakteristik atau ciri-ciri yang dimilki suatu
oleh faktor-faktor yang relevan. Aspek lainnya produk yang akan membentuk ciri-ciri, fungsi
yang juga mempengaruhi keputusan pembelian serta manfaat (Sumarwan, 2004).
buah jeruk adalah kepuasan konsumen itu sendiri Multiatribut buah dapat dilihat
terhadap atribut-atribut buah jeruk. berdasarkan kriteria mutu produk buah seperti
yang dikemukakan oleh Poerwanto, et al. (2002)
meliputi: 1) Mutu visual atau penampakan, 2)
Mouthfeel (rasa di mulut), 3) Nilai gizi dan zat
yang berkhasiat (mutu fungsional), 4) Keamanan
konsumsi, 5) Kemudahan penanganan, dan 6)
Sifat mutu lainnya.
Atribut yang melekat pada suatu produk
yang digunakan konsumen untuk menilai dan
mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan
kebutuhan dan keinginan (Sadeli dan Utami,
2013). Atribut produk memiliki pengaruh dalam
keputusan pembelian dan kepuasan konsumen
terhadap suatu produk. Atribut buah jeruk yang
Gambar 1. Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan akan diteliti dalam penelitian ini adalah harga,
Konsumen rasa, aroma, ukuran, kesegaran, kandungan
vitamin, tekstur buah, ketersediaan buah,
Menurut Engel, et al. (1994), kepuasan kandungan air, warna kulit, kebersihan kulit,
didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi tekstur daging buah, derajat kematangan, daya
bahwa suatu alternatif yang dipilih setidaknya tahan penyimpanan, ada tidaknya biji, dan
memenuhi atau melebihi harapan. Ketidakpuasan keamanan pangan.
adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara Setiap individu memiliki selera yang
negatif. berbeda-beda dan menunjukkan kesukaan
Kotler (2005), menyatakan bahwa konsumen yang berbeda bagi dirinya ditinjau dari
kepuasan konsumen adalah sebagai perasaan perilaku. Dengan demikian pemahaman
senang atau kecewa seseorang yang muncul karakteristik, keputusan pembelian konsumen dan
setelah membandingkan antara persepsi atau kepuasan konsumen terhadap atribut jeruk lokal
kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan jeruk impor dapat memberi masukan kepada
dan harapan-harapannya. Sedangkan menurut pihak pengelola supermarket Total Buah Segar
Rangkuti (2006), kepuasan konsumen adalah untuk melakukan rekomendasi kebijakan agar
respon konsumen terhadap ketidaksesuaian dapat bertahan dan bersaing dengan ritel modern
antara tingkat kepentingan sebelum pemakaian lainnya.

310
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

METODE PENELITIAN tingkat kinerja yang dimuat dalam diagram


kartesius adalah berupa bobot penilaian
Penelitian dilakukan di supermarket Total kepentingan konsumen dan bobot penilaian
Buah Segar yang berlokasi di Jl. Sultan Ageng kinerja yang dirata-rata. Rumus yang digunakan
Tritayasa No. 22 Bandung dengan desain adalah:
penelitian yang digunakan berupa desain kualitatif ∑
yang kemudian diubah menjadi desain kuantitatif ̅ ̅
sehingga dapat ditarik kesimpulan secara ∑
deskriptif. Sedangkan teknik penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
survei deskriptif. Keterangan:
Pada penelitian ini pengambilan sampel ∑ = total nilai tingkat kinerja dari seluruh
dilakukan dengan metode non probability responden untuk atribut ke-i
sampling dan teknik ini digunakan karena ∑ = total nilai tingkat kepentingan dari seluruh
kerangka sampling (sampling frame) konsumen responden untuk atribut ke-i
tidak diketahui secara pasti. Pengambilan sampel Xi = nilai rata-rata tingkat kinerja atribut ke-i
menggunakan teknik judgement sampling, buah jeruk
ditentukan melalui rumus iterasi sehingga Yi = nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut
diperoleh ukuran sampel minimal sebesar 63 ke-i buah jeruk
responden. Responden dalam penelitian ini adalah n = jumlah responden
konsumen yang sedang atau telah melakukan
pembelian dan telah mengkonsumsi buah jeruk, Diagram kartesius merupakan suatu
baik jeruk lokal maupun jeruk impor. bagan yang dibagi atas empat kuadran yang
Analisis deskriptif digunakan untuk dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan
menggambarkan karakteristik responden terpilih tegak lurus pada titik dan , dimana kedua
dan tahapan keputusan pembelian yang titik tersebut dapat diperoleh dengan
ditampilkan dalam tabel. Analisis Importance menggunakan rumus berikut:

Performance merupakan metode yang digunakan ̅ ̅
untuk menganalisis kepuasan konsumen dengan
mengukur atribut-atribut atau dimensi dari tingkat ∑
kepentingan dan tingkat kinerja yang diharapkan
pelanggan. Data yang digunakan untuk Keterangan:
mengetahuinya adalah data skala Likert yang ̅ = rata-rata dari nilai tingkat kinerja seluruh
diberi skor secara kuantitatif untuk digunakan atribut
dalam perhitungan. Dalam penelitian ini ̅ = rata-rata dari nilai tingkat kepentingan
digunakan lima peringkat nilai yang diberi skor
seluruh atribut
atau bobot seperti tercantum pada Tabel 2.
= banyaknya atribut yang dianalisis
Tabel 2. Skor Penilaian Tingkat Kinerja dan
Hasil dari perhitungan diatas kemudian
Kepentingan Konsumen
akan diplotkan dalam diagram kartesius yang
Skor Kinerja Kepentingan terbagi menjadi empat kuadran, yang pada
(nilai) (Performance) (Importance) akhirnya akan memposisikan suatu atribut terletak
1 Tidak Baik Tidak Penting pada salah satu kuadran tersebut.
2 Kurang Baik Kurang Penting
3 Cukup Baik Cukup Penting
4 Baik Penting
5 Sangat Baik Sangat Penting
Sumber: Rangkuti (2006)

Berdasarkan hasil dari penilaian


pembobotan tingkat kepentingan (importance)
dan tingkat kinerja (performance) terhadap
atribut produk, maka akan dihasilkan angka- Gambar 2. Diagram Kartesius Tingkat
angka yang akan digambarkan dalam suatu Kepentingan dan Pelaksanaan Atribut Produk
diagram kartesius. Tingkat kepentingan dan Sumber: Rangkuti (2006)

311
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Customer Satisfaction Index (CSI) berbelanja dibandingkan dengan laki-laki.


merupakan salah satu alat ukur yang digunakan Disamping itu, perempuan lebih banyak berperan
untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan dalam pengambilan keputusan pembelian
secara menyeluruh dengan pendekatan yang kebutuhan sehari-hari, termasuk jenis buah yang
mempertimbangkan tingkat kepentingan dari dikonsumsi.
variabel-variabel yang diukur. Terdapat empat Mayoritas responden berada pada
tahap perhitungan dalam melakukan pengukuran rentang usia 25-31 tahun baik laki-laki maupun
terhadap CSI yaitu: perempuan. Pada rentang usia tersebut
1. Menentukan Mean Importance Score (MIS) merupakan usia paling konsumtif dan usia saat
dan Mean Satisfaction Score (MSS). masa peningkatan karir, dimana segi kepraktisan
∑ ∑ dan kualitas sangat dibutuhkan.
dan
Status pernikahan responden yang sudah
Dimana: n = jumlah responden menikah sebesar 65,08% sedangkan yang belum
Yi = nilai kepentingan atribut ke-i menikah sebesar 34,92%. Jumlah anggota
Xi = nilai kinerja atribut ke-i keluarga yang dimiliki sebagian besar responden
2. Menentukan Weight Factors (WF) berjumlah 4 orang. Hal ini akan mempengaruhi
jumlah pembelian buah jeruk sebab semakin
∑ besar jumlah anggota keluarga maka semakin
Dimana: p = jumlah atribut kepentingan tinggi jumlah pembelian untuk konsumsi setiap
i = atribut produk ke-i keluarga.
Tingkat pendidikan responden paling
3. Menentukan Weighted Score (WS)
tinggi adalah sarjana sebesar 47,62%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa konsumen yang
Dimana: i = atribut produk ke-i
memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik sangat
4. Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI) selektif dalam membeli suatu produk. Selain itu
∑ juga dengan semakin tingginya tingkat pendidikan
responden, maka kesadaran mengenai gizi dan
Dimana: HS = skala tertinggi (5) kesehatan juga akan semakin meningkat.
Konsumen dengan pekerjaan sebagai
Kriteria Indeks kepuasan konsumen dapat pegawai swasta merupakan responden mayoritas
dilihat pada Tabel 3. dalam membeli buah jeruk di Total Buah Segar
Bandung. Hal ini disebabkan karena pegawai
Tabel 3. Kriteria Indeks Kepuasaan Konsumen swasta cenderung mempunyai pendapatan dan
Kriteria Indeks peluang lebih besar untuk membeli buah jeruk di
Nilai Indeks Kepuasan Total Buah Segar Bandung dibandingkan dengan
Konsumen konsumen lainnya. Selain itu dikarenakan
0,81 – 1,00 Sangat Puas keterbatasan waktu biasanya pembelian buah
0,66 – 0,80 Puas jeruk dilakukan setelah pulang kerja.
0,51 – 0,65 Cukup Puas Pendapatan rata-rata per bulan
0,35 – 0,50 Kurang Puas responden sebesar 33,33% berkisar antara 5-8
0,00 – 0,34 Tidak Puas juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen
Sumber: Rangkuti (2006) yang datang ke Total Buah Segar Bandung
merupakan konsumen dengan pendapatan diatas
rata-rata, atau dapat dikatakan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
masyarakat kalangan menengah keatas.
Karakteristik Umum Responden
Tahapan Proses Keputusan Pembelian Buah
Karakteristik umum konsumen buah jeruk Jeruk
di Total Buah Segar Bandung digambarkan oleh
Keputusan konsumen yang dilaksanakan
jenis kelamin, usia, status pernikahan, jumlah
anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, dalam bentuk tindakan membeli, tidak muncul
dan penghasilan per bulan. Pada penelitian ini begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang
responden yang berjenis kelamin perempuan terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi
sebesar 57,14% dan laki-laki sebesar 42,85%. Hal pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
ini karena perempuan pada umumnya lebih sering

312
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

evaluasi alternatif, proses pembelian, dan evaluasi Atribut ̅ ̅


pasca pembelian (Engel, et al. 1994). Tekstur buah 2,46 2,20
Responden mengenali kebutuhan Ketersediaan buah 2,50 2,50
mengkonsumsi buah jeruk adalah untuk menjaga Kandungan air 2,57 2,60
kesehatan tubuh, motivasi mengkonsumsi jeruk Warna kulit 2,60 2,44
adalah sebagai sumber vitamin, dan jika tidak Kebersihan kulit 2,57 2,57
mengkonsumsi buah jeruk merasa ada yang Tekstur daging buah 2,47 2,50
kurang. Sumber informasi mengenai keberadaan Derajat kematangan 2,53 2,58
buah jeruk di dapat dari keluarga/saudara, yang Daya tahan penyimpanan 2,61 2,53
menjadi sumber utama dalam melakukan Ada tidaknya biji 2,40 2,04
pembelian adalah inisiatif sendiri dan yang Keamanan pangan 2,80 2,89
menjadi pertimbangan melakukan pembelian Total 41,08 39,96
buah jeruk di Total Buah Segar Bandung adalah
Rata-rata 2,56 2,49
produk yang bermutu.
Sumber: Data diolah (2014)
Hal yang memutuskan konsumen
melakukan pembelian buah jeruk adalah rasa,
Penilaian pelaksanaan bertujuan untuk
jeruk yang sering dibeli dan dikonsumsi adalah
mengetahui tingkat kepuasan konsumen.
jeruk lokal. Sebagian besar memutuskan membeli
Kepuasan konsumen tercapai apabila pelaksanaan
buah jeruk secara terencana dengan jumlah
atribut produk sesuai dengan kepentingannya.
pembelian sebanyak 2 kg, frekuensi
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan atribut
mengkonsumsi sebanyak 2 – 4 kali dalam
produk sudah sesuai dengan kepentingan
seminggu, dan rata-rata pengeluaran responden
konsumen, maka dalam penelitian ini juga
untuk membeli buah jeruk adalah Rp 40.000 – Rp
dilakukan penilaian responden terhadap tingkat
49.999. Jika buah jeruk yang akan dibeli tidak
kepentingan pada atribut-atribut yang
tersedia di Total Buah Segar Bandung maka
mempengaruhi kepuasan konsumen. Pada Tabel
responden akan membeli buah jeruk yang lain,
4 dapat dilihat bahwa skor rata-rata total tingkat
dan akan tetap membeli apabila harga jeruk
kinerja ( ̅ ) dan tingkat kepentingan ( ̅ ) atribut
mengalami kenaikan harga. Kepuasan responden
jeruk lokal sebesar 2,56 dan 2,49.
terhadap buah jeruk adalah sangat puas dan akan
Selanjutnya adalah memasukkan nilai
melakukan pembelian ulang di Total Buah Segar
setiap skor rata-rata tingkat kepentingan dan
Bandung.
tingkat kinerja ke dalam diagram kartesius.
Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang
Analisis Kepuasan Konsumen
dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh
dua buah garis yang berpotongan tegak lurus
Dalam menganalisis kepuasan konsumen
berdasarkan skor rata-rata total kinerja ( ̅ ) dan
alat analisis yang digunakan adalah Importance
skor rata-rata total tingkat kepentingan ( ̅ ).
Perfomance Analysis (IPA) dan Customer
Diagram kartesius menggambarkan posisi
Satisfaction Index (CSI). Importance Perfomance
tiap atribut yang mempengaruhi kepuasan
Analysis untuk mengidentifikasi tingkat kinerja
responden sesuai dengan kuadrannya masing-
produk berdasarkan apa yang diharapkan
masing, dimana tiap kuadran memperlihatkan
konsumen, Customer Satisfaction Index
keadaan yang berbeda. Pada Gambar 3 terlihat
diperlukan untuk mengetahui tingkat kepuasan
bahwa letak atribut-atribut jeruk lokal yang
konsumen secara menyeluruh dengan melihat
dianalisis tersebar menjadi empat bagian, yaitu
tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk
kuadran A (Prioritas Utama), kuadran B
yang bersangkutan.
(Pertahankan Prestasi), kuadran C (Prioritas
Rendah), dan kuadran D (Berlebihan).
Tabel 4. Perhitungan Rata-rata Tingkat
Kuadran A dinamakan sebagai kuadran
Kepentingan dan Tingkat Kinerja
prioritas utama, artinya atribut yang berada
Atribut ̅ ̅
dalam kuadran ini merupakan yang dinilai penting
Harga 2,50 2,14 namun kinerja atribut masih rendah Pada kuadran
Rasa 2,63 2,60 ini, tingkat kepuasan konsumen masih rendah
Aroma 2,53 2,42 sehingga perlu meningkatkan kinerja dari atribut
Ukuran 2,44 2,20 produk. Atribut jeruk lokal yang berada dalam
Kesegaran 2,73 2,90 kuadran ini adalah ketersediaan buah, tekstur
Kandungan vitamin 2,74 2,85 daging buah, dan derajat kematangan.

313
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Kuadran B dinamankan sebagai kuadran dan jeruk impor di Total Buah Segar Bandung
pertahankan prestasi, artinya atribut yang berada secara keseluruhan digunakan Customer
dikuadran ini dinilai konsumen memiliki tingkat Satisfaction Index. Indeks kepuasan konsumen
kepentingan yang tinggi dan kinerja atribut yang digunakan untuk menetapkan target dimasa yang
memuaskan. Pada kuadran ini, tingkat kepuasan akan datang. Perhitungan Customer Satisfaction
konsumen dinilai relatif tinggi sehingga perlu Index diperoleh dengan cara membagi nilai
mempertahankan atribut yang ada pada kuadran weighted score dengan skala maksimum yang
ini. Atribut jeruk lokal pada kuadran ini adalah digunakan dalam penelitian ini kemudian dikali
rasa, kesegaran, kandungan vitamin, kandungan 100 persen.
air, kebersihan kulit, daya tahan penyimpanan,
dan keamanan pangan. Tabel 5. Perhitungan Indeks Kepuasan Konsumen
Skor Kepentingan Skor Kinerja

Atribut ̅ Weight
Factor (%)
̅ Weighted
Score
A B A B A B A B
Harga 5,35 6,30 0,14 0,08
2,14 1,20 2,50 1,25

Rasa 2,60 1,12 6,51 5,89 2,63 1,19 0,17 0,07

Aroma 2,42 1,12 6,06 5,89 2,53 1,22 0,15 0,07

Ukuran 2,20 1,17 5,50 6,15 2,44 1,30 0,13 0,08

Kesegaran 2,90 1,34 7,26 7,04 2,73 1,30 0,20 0,10

Kandungan vitamin 2,85 1,30 7,13 6,83 2,74 1,24 0,20 0,08

Tekstur buah 2,20 1,01 5,50 5,30 2,46 1,08 0,13 0,06

Ketersediaan buah 2,50 1,33 6,26 7,00 2,50 1,20 0,16 0,09

Kandungan air 2,60 1,15 6,50 6,04 2,57 1,15 0,17 0,07

Gambar 3. Diagram Kartesius Penilaian Warna kulit 2,44 1,14 6,11 6,00 2,60 1,11 0,16 0,07
Responden terhadap Atribut Jeruk Lokal
Sumber: Data diolah (2014) Kebersihan kulit 2,57 1,20 6,43 6,30 2,57 1,17 0,17 0,07

Tekstur daging buah 2,50 1,19 6,26 6,25 2,47 1,20 0,15 0,08

Atribut-atribut yang berada dalam Derajat kematangan 2,58 1,33 6,46 7,00 2,53 1,36 0,16 0,10

kuadran C merupakan atribut yang dirasa kurang


Daya tahan penyimpanan 2,53 1,24 6,33 6,51 2,61 1,36 0,17 0,09
penting oleh konsumen dan kinerjanya dirasakan
biasa-biasa saja. Karena kurang penting, Ada tidaknya biji 2,04 0,93 5,10 4,88 2,40 1,26 0,12 0,06

konsumen mengabaikan atribut yang terletak Keamanan pangan 2,89 1,26 7,23 6,62 2,80 1,36 0,21 0,09

pada posisi ini, tetapi pihak perusahaan tetap 39,9 19,0 100 100 41,0 19,7 2,59 1,26
memperhatikan dan mengelola atribut tersebut Total 6 3 8 5

dengan serius, karena ketidakpuasan konsumen Customer Satisfaction Index (WT/5 × 100%) 51,
8
25,
2

berawal dari kondisi ini yang didorong oleh


Keterangan: A = Jeruk lokal B = Jeruk
perkembangan preferensi konsumen yang
Impor
berbeda-beda sehingga mempengaruhi persepsi
Sumber: Data diolah (2014)
kepentingan dan penilaian kinerja. Adapun atribut
jeruk lokal yang termasuk dalam kuadran C
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai
adalah harga, aroma, ukuran, tekstur buah, dan
Customer Satisfaction Index (CSI) konsumen
ada tidaknya biji.
jeruk lokal menunjukkan hasil sebesar 51,8%.
Atribut-atribut yang berada dalam
Jika didasarkan pada tabel indeks kepuasan
kuadran D merupakan atribut yang dirasakan
konsumen maka nilai 51,8% berada pada range
tidak penting oleh konsumen, namun Total Buah
0,51 – 0,65, sehingga dapat dikatakan bahwa
Segar Bandung telah melaksanakannya dengan
secara umum indeks kepuasan konsumen jeruk
baik. Walaupun kinerja atribut pada kuadran ini
lokal untuk atribut-atribut yang diuji berada pada
tinggi, hal ini tidak terlalu penting menurut
kriteria cukup puas. Sedangkan nilai Customer
konsumen. Atribut jeruk lokal yang berada pada
Satisfaction Index konsumen jeruk impor hanya
kuadran ini yaitu warna kulit.
sebesar 25,2%. Angka tersebut menunjukkan
Setelah tingkat kinerja dan kepentingan
bahwa indeks kepuasan konsumen berada pada
tiap atribut diketahui, maka untuk mengetahui
kriteria tidak puas yaitu pada range 0,00 – 0,34.
kepuasan konsumen terhadap atribut jeruk lokal

314
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Dengan demikian, secara keseluruhan konsumen SARAN


buah jeruk di Total Buah Segar Bandung lebih
puas dengan performance atribut jeruk lokal Berdasarkan hasil penelitian dapat
dibandingkan dengan performance atribut jeruk diajukan beberapa saran, antara lain:
impor. 1. Untuk meningkatkan kinerja atribut jeruk lokal,
maka pihak Total Buah Segar Bandung perlu
melakukan komunikasi/interaksi dengan pihak
KESIMPULAN pemasok atau petani terkait dengan atribut
yang perlu dilakukan perbaikan sesuai
Berdasarkan hasil dan pembahasan penilaian konsumen terhadap atribut–atribut
terhadap karakteristik umum konsumen dan jeruk lokal yang termasuk dalam prioritas
proses keputusan pembelian, Importance utama, diantaranya: (1) ketersediaan buah:
Performance Analysis (IPA), serta Customer diharapkan pihak Total Buah Segar dapat
Satisfaction Index (CSI), maka dapat disimpulkan menjalin kerja sama yang baik dengan petani
beberapa hal sesuai dengan tujuan penelitian: serta supplier jeruk lokal yang dapat memasok
1. Karakteristik konsumen buah jeruk di Total produk secara kontinyu agar ketersediaan
Buah Segar Bandung yaitu berjenis kelamin jeruk lokal tetap terjaga sehingga konsumen
perempuan, berusia 25 – 31 tahun, berstatus loyal dan tidak berpindah ke produk jeruk
sudah menikah, memiliki jumlah anggota impor; (2) tektur daging buah; dan (3) derajat
keluarga ideal (4 orang), pendidikan akhir kematangan: meningkatkan kinerja dalam
Sarjana (S1), berprofesi sebagai pegawai proses sortir terhadap jeruk lokal yang datang
swasta serta mempunyai pendapatan per dari supplier untuk menjaga kualitas produk
bulan Rp 5.000.000 – Rp 8.000.000. termasuk tekstur daging buah dan derajat
2. Berdasarkan hasil responden terhadap proses kematangan.
keputusan pembelian buah jeruk dapat 2. Perlu mempertahankan dan meningkatkan
disimpulkan bahwa konsumen buah jeruk di prestasi kinerja atribut-atribut jeruk lokal yang
Total Buah Segar Bandung melakukan proses unggul di mata konsumen, dimana konsumen
keputusan pembelian sebagaimana yang menginginkan jeruk lokal dengan rasa yang
diteorikan menurut Engel, et al. (1994) dimana manis, buah yang segar, kandungan vitamin
responden dalam proses keputusan pembelian dan air yang banyak, dengan kulit buah yang
terdiri atas lima tahapan, yaitu tahap bersih, daya penyimpanan yang tahan lama,
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, dan aman untuk dikonsumsi.
evaluasi alternatif, proses pembelian, dan
perilaku pasca pembelian. DAFTAR PUSTAKA
3. Berdasarkan pemetaan kuadran menggunakan
diagram kartesius IPA diketahui bahwa atribut  Badan Pusat Statistik. 2009. Pengeluaran
jeruk lokal yang perlu dilakukan perbaikan untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Jakarta.
adalah ketersediaan buah, tekstur daging  . 2010. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan
buah, dan derajat kematangan. Sedangkan Harga Berlaku Pada Tahun 2007-2009.
atribut jeruk lokal yang diharapkan untuk tetap Jakarta.
dipertahankan adalah rasa, kesegaran,  . 2013. Produksi Buah Jeruk Tahun 2012
kandungan vitamin, kandungan air, kebersihan Menurut Provinsi. Jakarta (ID): Departemen
kulit, daya tahan penyimpanan, dan keamanan Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura.
pangan. Hasil analisis Customer Satisfaction  Darmawan, A. 2013. Analisis Kepuasan
Index (CSI) terhadap atribut jeruk lokal dan Konsumen Terhadap Bauran Ritel Buah. Jeruk
jeruk impor menunjukkan bahwa secara Medan. Skripsi Sarjana Pertanian Program
keseluruhan konsumen buah jeruk di Total Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Buah Segar Bandung cenderung lebih puas Universitas Padjadjaran.
dengan performance atribut jeruk lokal  Departemen Pertanian. 2005. ―Prospek dan
dibandingkan dengan performance atribut Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk.‖ Melalui
jeruk impor. <http://www.litbang.deptan.go.id/special/ko
moditas/b3jeruk > [18/03/14]
 Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013.
―Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu

315
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Produk Tanaman Buah.‖ Melalui Jurnal Ekonomi Trikonomika Vol. 12 No.1.


<http://ditbuah.hortikultura.deptan.go.id/adm Juni 2013. Bandung
in/layanan/pet_teknis.pdf> [12/03/14]  Shanti, SI. 2007. Analisis Keputusan
 Engel, J. F, Roger D. B. dan Paul W. M. 1994. Konsumen Dalam Mengkonsumsi Jeruk Lokal
Perilaku Konsumen. Edisi Keenam Jilid 1. dan Jeruk Impor di Ritel Modern. Skripsi
Budiyanto, penerjemah. Binarupa Aksara. Sarjana Pertanian Program studi Manajemen
Jakarta. Terjemahan dari Consumer Behavior. Agribisnis, Fakultas Pertanian Institut
 . 1994. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Pertanian Bogor.
Jilid 2. Budiyanto, penerjemah. Binarupa  Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku
Aksara. Jakarta. Terjemahan dari Consumen Konsumen. Jakarta (ID): PT. Gramedia
Behavior. Pustaka Utama.
 Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran .  Sinulingga, F. 2010. Kepuasan dan Keputusan
Edisi Milenium. Jilid 1. Benyamin Molan, Pembelian Konsumen Produk Pertanian Segar
penerjemah; Jakarta (ID): Prenhallindo. di Ritel Modern. Skripsi Sarjana Pertanian
Terjemahan dari Marketing Management. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis,
 Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
(ID): Ghalia Indonesia.  Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen
 Poerwanto et al. 2002. Pengembangan Jeruk Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran .
Unggulan Indonesia. Makalah Semiloka Ghalian Indonesia. Jakarta.
Nasional Pengembangan Jeruk Unggulan.  Umar Husein, 2005. Riset Pemasaran dan
 Pracaya. 2002. Jeruk Manis. Varietas Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia
Budidaya dan Pasca Panen. Penebar Pustaka Utama.
Swadaya. Jakarta.  Utami, Christina. 2006. Manajemen Ritel
 Rangkuti, Freddy. 2006. Measuring Customer (Strategi dan Implementasi Ritel Modern).
Satisfaction: Gaining Customer Relationship Jakarta: Salemba Empat.
Strategy (Teknik Mengukur dan Strategi  Utami, Hesty N dan Sadeli, Agriani H. 2013.
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan). Jakarta: Faktor Psikologis Konsumen dalam Keputusan
Gramedia Pustaka Utama. Pembelian Jeruk Lokal dan Impor. Prosiding
 Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 8 Hasil Penelitian Pertanian dan Perikanan.
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Yogyakarta.
Jakarta: 1999.  Widodo. 2008. Sikap Konsumen Terhadap
 Sadeli, Agriani H dan Utami, Hesty N. 2013. Jeruk dan Pisang Lokal Segar. Laporan
Sikap Konsumen terhadap Atribut Produk Penelitian UMY (tidak diterbitkan),
untuk Mengukur Daya Saing Produk Jeruk. Yogyakarta.

316
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KAJI TINDAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN


KESEJAHTERAAN PETANI TEH RAKYAT MELALUI
PENDEKATAN TERINTEGRASI
DI KABUPATEN PURWAKARTA

ACTION RESEARCH TO IMPROVE PRODUCTIVITY AND TEA


FARMERS WELFARE THROUGH INTEGRATED APPROACH IN
PURWAKARTA REGENCY

Rani Andriani Budi Kusumo, Anne Charina, Lucyana Trimo, Gema Wibawa Mukti

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl.Raya Jatinangor Km.21 Sumedang

(email : raniandrani081@gmail.com)

ABSTRAK. Provinsi Jawa Barat merupakan daerah penghasil teh terbesar di Indonesia, dengan luas areal
tanam berkisar 107.040 hektar. Areal perkebunan teh rakyat merupakan yang terluas dibandingkan dengan
Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta. Di Kabupaten Purwakarta perkebunan teh rakyat
merupakan komoditi perkebunan terluas dengan luas area tanam sebesar 4.515 Ha. Namun di sisi lain
produktivitas perkebunan teh rakyat di Kabupaten Purwakarta masih tergolong rendah, yaitu berkisar 1.478
Kg/Ha/Tahun. Untuk itu produktivitas perkebunan teh rakyat di Kabupaten Purwakarta perlu ditingkatkan
agar kesejahteraan petani juga meningkat. Kajian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui kendala kendala yang
dihadapi petani teh dalam menjalankan usahatani teh rakyat; 2) Menyusun kaji tindak untuk meningkatkan
kesejahteraan petani teh rakyat di Kabupaten Purwakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengadakan Focus Group Disscussion (FGD) dan wawancara kepada informan sebanyak 30 orang petani
teh di empat Kecamatan penghasil teh terbesar di Kabupaten Purwakarta, yaitu Kecamatan Wanayasa,
Darangdan, Bojong dan Kiarapedes. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk memperoleh gambaran
kondisi eksisting perkebunan teh rakyat di Kabupaten Purwakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
permasalahan utama dalam menjalankan usahatani teh adalah masalah harga. Petani tidak memiliki
kekuatan tawar menawar dalam masalah harga, harga ditentukan secara sepihak oleh bandar. Harga pucuk
teh di tingkat petani berkisar antara Rp. 1.800-Rp. 2.200/ Kg, tergantung pada kualitas pucuk teh yang
dihasilkan. Harga tersebut menurut petani terbilang rendah, kurang sebanding dengan biaya usahatani yang
dikeluarkan, hal ini menurunkan minat petani untuk melakukan pemeliharaan pada kebunnya. Selain
masalah utama di atas, rendahnya produktivitas juga terkait dengan perilaku usaha petani, serangan hama
penyakit, umur tanaman, kebijakan, kurangnya penyuluhan dan juga kelangkaan tenaga kerja. Oleh karena
itu upaya kaji tindak perlu dilakukan melalui penyusunan kebijakan yang berpihak pada petani teh, Pelatihan
manajemen agribisnis teh secara terpadu serta Penguatan Kapasitas Kelompok Tani Teh rakyat

Kata Kunci : kaji tindak, upaya peningkatan produktivitas, kesejahteraan, petani teh

ABSTRACT. West Java Province is the largest tea producing area in Indonesia, with 107,040 hectares of
planting area. Tea small-holder plantation is the largest compared to the State and Great Big Private
Plantation. In Purwakarta Regency tea small-holder plantation are commodities with the largest plantation
area with 4,515 hectares planted. But on the other hand productivity of tea small-holder plantations at
Purwakarta is still relatively low, which ranges from 1,478 kg / ha / year. So its need to be improved in order
to increase the welfare of the farmers as well. This study aims to : 1) Knowing the constraints wich faced by
Tea farmers tea in running their business. ; 2) Develop an action research to improve the welfare of tea
farmers in Purwakarta. Data collection was done by conducting Focus Group disscussion (FGD) and
interviews with informants as much as 30 farmers of tea at four of the largest tea producer in the District of

317
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Purwakarta, the District Wanayasa, Darangdan, Bojong and Kiarapedes. Data analysis done with Descriptive
way to obtain a picture of the existing condition of tea small-holder plantation in Purwakarta. The results of
this research shown that the main problem in Tea Farming business is a matter of price. Farmers do not
have the bargaining power in price, the price is determined unilaterally by traders. Price of Tea shoots at
farm level ranged between Rp. 1,800-Rp. 2,200 / kg, depending on the quality of tea produced shoots. This
price are low according to farmers oppinion, Not worth the cost incurred farming, its reduce farmers'
interest to maintenance their farms. In addition to the above major problems, low productivity is also related
to the farmers behavior, pest attack, plant age, policies, lack of education and also the scarcity of labor.
Therefore, action research efforts need to be done through the development of policies in favor of the
farmers tea, Integrated agribusiness management training and to strengthening the capacity of Tea farmer
groups.

Keyword : action research, improving productivity, welfare, tea farmers

sebagian besar merupakan perkebunan teh rakyat


PENDAHULUAN yang tersebar di lima kecamatan, yaitu
Kecamatan Darangdan, Bojong, Wanayasa,
Sektor pertanian merupakan penghasil Kiarapedes dan Kecamatan Pondoksalam.
utama komoditas ekspor non migas Indonesia. Komoditi teh merupakan salah satu komoditi
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu unggulan Kabupaten Purwakarta, namun saat ini
penyumbang devisa yang cukup besar bagi luas areal perkebunan teh di Kabupaten
ekspor non migas Indonesia. Produk sub sektor Purwakarta terus mengalami penurunan (Tabel
perkebunan, khususnya teh banyak diminati oleh 1).
banyak negara. Indonesia merupakan salah satu
negara produsen sekaligus eksportir utama teh Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Tanaman Teh
dunia. Sepuluh negara pengimpor teh Indonesia Rakyat di Kabupaten Puwakarta Tahun 2010 -
yaitu : Inggris, Rusia, Malaysia, Pakistan, AS, 2012
Jerman, Polandia, Belanda, Australia dan Arab Thn TBM TM TR Jmlh Produksi
Saudi12. (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ton)
Produksi teh Indonesia saat ini dihasilkan 2012 455 3915 146,38 4515,38 5397,59
dari 13 provinsi, yaitu dari seluruh provinsi di 2011 1664 7365 431,68 9460,68 8298,21
Sumatera, seluruh provinsi di Jawa kecuali DKI 2010 1571 7145 447,79 9163,79 9606,52
Jakarta dan dua provinsi di Sulawesi yaitu Ket : TBM : Tanaman Belum Menghasilkan.
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Diantara TM : Tanaman Menghasilkan.
ketigabelas provinsi tersebut hanya tiga propinsi TR : Tanaman Rusak
yang menguasai produksi teh dalam negeri yaitu Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara dan Jawa
Tengah. Provinsi Jawa Barat menempati urutan Menurunnya luas areal perkebunan teh
pertama dalam produksi teh, dengan luas areal rakyat ini, salah satunya dipicu oleh harga pucuk
tanam berkisar 107.040 hektar (Disbun Jabar, teh yang dinilai kurang layak oleh petani,
2013) 13 , hal ini disebabkan karena kondisi lahan akibatnya banyak petani yang menelantarkan
dan iklimnya yang cocok untuk budidaya tanaman kebun nya sehingga hasil produksi nya pun terus
teh. Produksi teh yang dihasilkan oleh provinsi menurun (Tabel 1). Selain itu produktivitasnya
Jawa Barat berasal dari Perkebunan Rakyat (PR), pun tergolong rendah, berkisar 1.200
Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Kg/Ha/Tahun jika dibandingkan produktivitas
Besar Swasta (PBS). untuk mencapai titik impas yang berkisar antara
Kabupaten Purwakarta merupakan salah 2.300-2.700 Kg/Ha/Tahun14.
satu daerah penghasil teh di Provinsi Jawa Barat, Hal tersebut tentunya berdampak pada
dimana perkebunan teh di Kabupaten Purwakarta tingkat pendapatan petani. Untuk itu produktivitas
tanaman teh perlu ditingkatkan agar
kesejahteraan petani pun meningkat.
12
Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, 2012
13
Statistik Sebaran Tanaman Perkebunan Prov Jabar,
14
2013. Diakses melalui http://disbun.jabarprov.go.id, Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat Jenderal
tanggal 11 Oktober 2014 Perkebunan Departemen Pertanian, 2007.

318
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Berdasarkan pemaparan di atas dapat Analisis Data


dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa saja kendala kendala yang dihadapi Analisis data adalah proses
petani teh dalam menjalankan usahatani teh penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
rakyat; mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam
2. Bagaimana upaya kaji tindak yang perlu proses ini seringkali digunakan statistik untuk
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas meyederhanakan data penelitian menjadi
dan kesejahteraan petani teh di Kabupaten informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah
Purwakarta dipahami. Analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis masalah yang dihadapi oleh petani
METODE PENELITIAN teh rakyat dan menyusun usaha peningkatan
Desain dan Lokasi Penelitian kesejahteraan petani teh rakyat di Kabupaten
Purwakarta.
Penelitian ini merupakan bagian dari
penelitian payung, kerjasama antara Dinas HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkebunan Provinsi Jawa Barat dan Universitas Karakteristik Petani dan Usahatani Teh
Padjadjaran, dalam kajian mengenai Rakyat
Pengembangan Agribisnis Teh Rakyat di Provisi
Jawa Barat, dimana Kabupaten Purwakarta Mayoritas petani yang menjadi informan
merupakan salah satu lokasi penelitian. Penelitian dalam penelitian ini berusia di atas lima puluh
ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan tahun, sedikitnya petani yang berusia muda
dengan teknik studi kasus. dalam usahatani teh rakyat mengindikasikan
bahwa sektor ini kurang diminati oleh generasi
Populasi dan Penentuan Sampel muda. Usahatani teh rakyat yang dikelola oleh
petani saat ini kebanyakan merupakan usaha
Unit analisis penelitian ini adalah petani turun-temurun, mayoritas petani telah lama
teh rakyat di Kabupaten Purwakarta. Tigapuluh menjalankan usahatani ini, sebagian besar
orang informan dipilih secara sengaja untuk diantara mereka telah menjalankan usahatani teh
mewakili empat kecamatan yang merupakan rakyat di atas dua puluh tahun.
penghasil teh terbesar di Kabupaten Purwakarta, Umur tanaman teh yang ada di kebun
yaitu Kecamatan Bojong, Wanayasa, Kiarapedes petani kebanyakan telah berusia di atas dua puluh
dan Darangdan. Wawancara juga dilakukan tahun, kondisi tersebut menyebabkan tingkat
kepada instansi terkait yaitu Dinas Pertanian, produksi teh mulai menurun. Kebanyakan petani
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten melakukan usaha rehabilitasi untuk merawat
Purwakarta. kebun nya. Banyak petani yang belum melakukan
peremajaan (replanting) di kebunnya dikarenakan
Jenis Data kendala dalam hal permodalan.
Mayoritas petani menanam teh dengan
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari jarak 1 x 1 m2. Luas kebun yang dimiliki petani
data primer dan data sekunder. Data primer minimal adalah 0,3 Ha , ada juga petani yang
berupa data karakteristik petani serta data memiliki kebun dengan luas di atas 2 Ha.
mengenai potensi dan masalah yang dihadapi Sedangkan mayoritas petani memiliki kebun
dalam pengembangan agribisnis teh rakyat di sekitar 0,4 Ha. Berarti populasi tanaman teh yang
Kabupaten Purwakarta. Data diperoleh melalui dimiliki petani berkisar antara 3000 – 20000
hasil wawancara kepada informan, yaitu Kepala tanaman. Klon yang ditanam mayoritas adalah
Seksi Perkebunan, Penyuluh dan juga petani teh, TRI 204 – 205. Ada juga sebagian petani yang
selain itu data juga diperoleh melalui kegiatan menanam klon Gambung 7, 9 atau 11. Petani
Focus Group Disscussion (FGD) dengan peserta menanam klon yang dianggap paling cocok
petani teh dan juga perwakilan dari Dinas dengan kondisi agroklimat di Kabupaten
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Purwakarta. Bibit asal biji juga masih digunakan
Purwakarta. Data sekunder meliputi gambaran oleh sebagian kecil petani. Selama ini petani
lokasi penelitian yang diperoleh dari Badan Pusat mendapatkan bibit tersebut dari penangkar bibit.
Statistik (BPS), serta Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Purwakarta.

319
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Permasalahan yang Dihadapi Petani nya. Petani juga seringkali sulit mengakses
pupuk bersubsidi karena permasalahan
Menurut petani, permasalahan utama dalam administrasi. Permasalahan modal juga
menjalankan usahatani teh adalah masalah harga. terkait dengan belum adanya lembaga yang
Petani tidak memiliki kekuatan tawar menawar dapat membantu petani dalam hal
dalam masalah harga, harga ditentukan secara permodalan dan penyediaan sarana produksi.
sepihak oleh bandar. Harga pucuk teh di tingkat Kelembagaan yang ada, seperti kelompok
petani berkisar antara Rp.1.800-Rp.2.200/ Kg, tani dan APTEH dirasakan belum berperan
tergantung pada kualitas pucuk teh yang dalam menghadapi permasalahan yang ada.
dihasilkan. Harga tersebut menurut petani d. Kegiatan Penyuluhan
terbilang rendah, kurang sebanding dengan biaya Keterbatasan tenaga penyuluh dirasakan
usahatani yang dikeluarkan. Akibat dari menjadi masalah bagi petani untuk dapat
rendahnya harga ada sebagian kebun teh rakyat mengaskses informasi seputar agribisnis
juga kian rimbun karena petani menjadi kurang tanaman teh. Saat ini memang belum ada
bersemangat untuk melakukan pemeliharaan dan penyuluh khusus untuk tanaman
memilih menanam komoditas lain di lokasi yang perkebunan. Kegiatan penyuluhan masih
sama. Tanaman teh yang berusia tua atau bercampur dengan kegiatan penyuluh
terserang penyakit dibiarkan mati dan diganti pertanian tanaman pangan dan hortikultura.
dengan tanaman lain yang dinilai lebih Berdasarkan penuturan petani, mereka
menguntungkan. jarang bahkan diantaranya belum pernah
Selain masalah harga, masalah lain yang mendapatkan pelatihan yang terkait dengan
dihadapi petani diantaranya adalah : usahatani teh rakyat.
a. Produktivitas kebun teh yang rendah e. Kebijakan
Saat ini produktivitas kebun teh rakyat di Petani belum merasakan adanya kebijakan
Kabupaten Purwakarta tergolong rendah, yang memproteksi petani teh, mereka
rata-rata di bawah 2.000 kg/Ha/tahun. Hal berharap ada perlindungan terhadap
tersebut salah satunya disebabkan umur masalah harga dan juga penyediaan sarana
tanaman yang tergolong tua, rata-rata produksi
berumur di atas 30 tahun. Banyak petani f. Perilaku usahatani
yang belum atau terlambat melakukan Petani merasa mereka kurang memiliki jiwa
peremajaan tanaman teh karena petani wirausaha, belum mandiri dan masih
kekurangan modal untuk meremajakan tergantung pada bantuan dari pemerintah.
kebun teh nya dengan menggunakan klon Selain itu mereka juga ingin memiliki
unggul. keterampilan untuk memperbanyak bibit,
b. Posisi tawar petani yang rendah sehingga dapat memproduksi bibit secara
Kebanyakan petani menjual pucuk teh nya swadaya.
melalui bandar dan mereka kurang memiliki g. Serangan hama dan Penyakit
posisi tawar dalam penentuan harga. Hanya Menurut petani serangan hama dan penyakit
beberapa petani atau kelompok tani yang yang sering menyerang tanaman teh adalah
mencoba meningkatkan nilai tambah pucuk jamur akar dan juga serangan hama ulat
teh dengan mengolah pucuk teh basah (hellopaltis sp). Untuk mengatasi serangan
menjadi teh kering dalam bentuk ‗Teh jamur akar, beragam cara digunakan petani
Gelang‘ yang dijual dengan harga untuk mengatasi serangan tersebut.
Rp.100.000/Kg, bahkan ada pula kelompok Sebagian petani mengikuti anjuran Dinas
tani yang mengolah pucuk pilihan menjadi Perkebunan dengan menggunakan
―White Tea‖, yang dijual dengan harga Trichoderma dan mengistirahatkan kebunnya
Rp.1.200.000,00/Kg. Namun usaha tersebut selama dua tahun dan menggantinya dengan
masih berskala kecil, dan lingkup pemasaran tanaman jagung, cabai rawit, guatemala,
nya pun masih bersifat lokal di seputar untuk memutus siklus hidup jamur. Ada juga
Kabupaten Purwakarta saja. petani yang menggunakan belerang untuk
c. Modal dan Penyediaan Sarana Produksi mematikan jamur.
Keterbatasan modal menjadi salah satu h. Kelangkaan Tenaga Kerja
kendala bagi petani untuk melakukan Masalah kelangkaan tenaga kerja dan
pemeliharaan tanaman teh nya dengan regenerasi petani seperti hampir dirasakan
optimal dan sulit mengembangkan usaha oleh semua petani di semua sektor pertanian

320
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

di seluruh wilayah Indonesia. Petani bandar, petani kurang memiliki posisi tawar
mengaku cukup sulit mendapatkan tenaga dalam menentukan harga
kerja untuk melakukan kegiatan pemetikan 2. Kurang baiknya kualitas pucuk teh yang
dan pemeliharaan tanaman teh. Akibat dari dihasilkan. Selama ini petani belum
kelangkaan tersebut, sebagian aktivitas di memahami cara budidaya teh yang baik dan
perkebunan teh menjadi terbengkalai, seperti pelatihan mengenai hal tersebut dari instansi
pemeliharaan yang tidak optimal, dan jadwal terkait pun masih dirasakan kurang. Hal ini
pemetikan menjadi terhambat. Kelangkaan tentunya berdampak pada rendahnya
tenaga kerja juga membawa dampak pada kualitas dan juga produktivitas kebun teh.
kenaikan tingkat upah tenaga kerja. Dan pada akhirnya petani tidak menerima
Berdasarkan pemaparan di atas, harga yang tinggi untuk pucuk teh yang
permasalahan yang dihadapi oleh usahatani Teh dihasilkan.
Rakyat di Kabupaten Purwakarta dapat 3. Akibat dari kurang menjanjikannya usahatani
digambarkan dalam pohon masalah sebagai teh rakyat ini, banyak petani yang
berikut: menelantarkan kebunnya, dan bahkan
beralih ke pekerjaan lain dan akhirnya terjadi
masalah regenerasi petani muda

Penyebab dan dampak dari rendahnya


pendapatan petani teh merupakan suatu mata
rantai yang harus diputuskan. Oleh karena itu
perlu disusun suatu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan petani teh rakyat.

Kaji Tindak Peningkatan Produktivitas dan


Kesejahteraan Petani Teh Rakyat di
Kabupaten Purwakarta

Untuk mencari solusi berbagai macam


permasalahan yang dihadapi oleh petani teh
rakyat di Kabupaten Purwakarta, dirumuskan
pohon tujuan sebagai berikut :

Gambar 1. Pohon Masalah Usahatani Teh Rakyat


di Kabupaten Purwakarta

Dari Gambar 1 di atas, dapat dianalisis


bahwa berbagai permasalahan yang dihadapi
petani teh merupakan hubungan sebab akibat.
Permasalahan utama yang dihadapi petani teh
adalah rendahnya pendapatan yang diterima
akibat rendahnya harga pucuk teh. Rendahnya
harga pucuk teh diakibatkan oleh beberapa hal
diantaranya :
1. Lemahnya posisi tawar petani dalam
memasarkan pucuk teh. Selama ini petani
memasarkan pucuk teh melalui bandar yang
kemudian menyalurkannya kepada pabrik teh
yang ada di daerah Jawa Tengah. Harga
pucuk teh ini ditentukan secara sepihak oleh

321
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

memberikan bimbingan pada petani dalam hal


72% 18% 55% perbaikan sistem budidaya.
a. Gerakan penyelamatan agribisnis teh
nasional (GPATN). Sesuai kondisi kebun
36% 35% rakyat yang ada, program penanaman
kembali kebun teh rakyat dilaksanakan
dalam tiga cara, yaitu :
 Peremajaan (replanting) :
penanaman kembali kebun / lahan
Pedagang 82%
Kabupaten yang gundul dan membongkar
tanaman teh tua yang tidak lagi
produktif.
 Rehabilitasi kebun : memperbaiki
28% 29% Petani kondisi kebun yang tidak terawat
melalui penyehatan tanaman,
perbaikan perawatan dan
meningkatkan populasi tanaman
dengan penyisipan.
 Intensifikasi : memperbaiki
produktivitas tanaman melalui
Pedagang peningkatan faktor-faktor input dan
desa/
Pengumpul konsistensi pemeliharaan kebun
sesuai dengan standar teknis yang
22% 12%
baik
Pedagang 30%
Kecamata
n Pihak swasta dan Perbankan berperan
dalam penguatan bantuan modal usaha petani
melalui program pendanaan kredit ringan atau
KUK (Kredit Usaha Kecil), sehingga petani teh
yang selama ini memiliki keterbatasan modal
usaha dapat lebih leluasa mengembangkan
usahanya ke jenjang pengolahan teh, sehingga
nilai tambah yang didapat lebih maksimal.
Gambar 2. Pohon Tujuan Peningkatan Sedangkan Perguruan Tinggi berperan melalui
Produktivitas dan Kesejahteraan Petani Teh riset penelitian-penelitian untuk memecahkan
Rakyat berbagai permasalahan yang dihadapi petani baik
secara individu maupun kelembagaan.
Mengacu pada Gambar 2 diatas program
kaji tindak untuk meningkatkan produktivitas dan SIMPULAN DAN SARAN
kesejahteraan petani teh perlu dirancang
sedemikian rupa dengan melibatkan stakeholder 1. Kendala yang dihadapi petani teh rakyat
yaitu Pemerintah melalui Dinas Pertanian dan dalam menjalankan usahanya adalah Harga
Perkebunan, Sektor Swasta, dan Perguruan jual teh yang rendah, Produktivitas kebun
Tinggi. teh yang rendah, Posisi tawar petani yang
Saat ini pemerintah sedang gencar- rendah, Modal dan Penyediaan Sarana
gencarnya meningkatkan kembali potensi teh Produksi yang kurang, Kegiatan Penyuluhan
rakyat. Pemerintah di tingkat Pusat maupun yang terbatas, Perilaku usahatani yang
Daerah menyusun berbagai kebijakan dan belum mandiri, Serangan hama dan
program yang berkaitan dengan penyelamatan Penyakit serta Kelangkaan Tenaga Kerja.
agribisnis teh nasional, diantaranya adalah 2. Upaya kaji tindak yang perlu dilakukan
:Program yang berasal dari APBD, yang tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan
utamanya adalah merehabilitasi perkebunan teh kesejahteraan petani teh di Kabupaten
rakyat. Melalui program ini, akan dilakukan Purwakarta perlu melibatkan semua
perekrutan tenaga pendamping untuk stakeholder terkait yaitu pihak pemerintah,
swasta maupun perguruan tinggi, melalui

322
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

penyusunan kebijakan yang berpihak pada


petani teh, Pelatihan manajemen agribisnis DAFTAR PUSTAKA
teh secara terpadu serta Penguatan
Kapasitas Kelompok Tani Teh rakyat  Hikmat, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan
Masyarakat. Bandung : Humaniora Utama
SARAN  Miles, HB dan Huberman. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia
Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak  Soetrisno R. 2001. Pemberdayaan Masyarakat
mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, pihak dan Upaya Pembebasan Kemiskinan.
swasta dan petani teh sendiri dalam upaya Yogyakarta : Philosophy Press
peningkatan kesejahteraan petani teh rakyat.  Astuti, Mulia. 2012. Pemberdayaan
Penguatan kapasitas petani teh rakyat perlu Perempuan Miskin Berbasis Sumberdaya Lokal
dilakukan mulai dari hulu sampai hilir, sehingga Melalui Pendekatan Social Enterpreuneurship.
petani menguasai semua aspek dalam Jurnal Sosiokonsepia Vol 17 No 3 2012
pengelolaan agribisnis teh rakyat.

323
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PEMBERDAYAAN PETANI TEH MELALUI PERUBAHAN PARADIGMA


KELOMPOK

EMPOWERING TEA FARMERS THROUGH PARADIGM SHIFT OF


SMALLHOLDER GROUP
Dr.Ir.Lucyana Trimo,MSIE1

Program Studi Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNPAD

(e-mail: l.trimo@yahoo.com; lucy.trimo@gmail.com)

ABSTRAK. Dalam usaha meningkatkan pendapatan petani teh, pengembangan agroindustri teh rakyat
harus segera dilakukan. Petani tidak lagi hanya menghasilkan pucuk teh, tetapi produk olahan yang dapat
memberikan nilai tambah yang tinggi bagi petani. Oleh karena itu petani teh harus melakukan perubahan
orientasi dari penghasil pucuk menjadi pelaku industri. Perubahan orientasi tersebut tidak saja harus
dilakukan oleh petani teh sebagai individu tetapi juga sebagai bagian dari anggota kelompok tani teh,
sehingga perubahan yang terjadi tidak saja secara individu tetapi juga secara kelompok. Hasil penelitian tim
peneliti UNPAD menunjukkan bahwa seperti kelompok tani komoditi lainnya, pada umumnya kelompok tani
teh masih merupakan kelompok sosial bukan kelompok bisnis. Kondisi ini menyebabkan, perilaku kelompok
tani sulit untuk berkembang dan meningkatkan nilai tambah pucuk tehnya sehingga kesejahteraan keluarga
petani teh tidak mengalami peningkatan. Perubahan paradigma kelompok tani teh menjadi kelompok
agroindustri menjadi sangat penting. Efek perubahan paradigma ini, tidak saja akan menguntungkan petani,
namun juga bagi pemerintah daerah, yaitu peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peluang kelompok
tani teh menjadi kelompok agroindustri teh cukup besar, antara lain karena tingginya dukungan pemerintah
melalui program GPATN (Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional) dan semakin tingginya permintaan
teh hijau, terutama teh serbuk (tea powder) oleh pasar internasional, seperti Jepang, Korea dan Taiwan.
Perubahan paradigma tersebut dapat dilakukan melalui strategi pemberdayaan kemandirian sumberdaya
petani dalam keterampilan agroindustri berbasis manajamen TPP, yaitu peningkatan keterampilan Teknologi
industri (on-farm dan off-farm) serta kemampuan Permodalan dan Pemasaran.

Kata kunci: pemberdayaan, teh rakyat, perubahan paradigma, kelompok agroindustri, sumberdaya petani,
manajemen TPP

ABSTRACT. An effort to increase the farmers income can be done through the change of farmer‘s
orientation, from fresh leaves producer to end product of tea. That orientation changes not only to do by a
farmer as an individual but also as a part of group, so that changes not only occur individualy but also in
group level. The result of research showed that tea smallholder group are still same with other commodity
smallholder group, hence farmer‘s tea business are difficult to develop and farmers family welfare is not
come to increase. Therefore the paradigm shift of tea farmers to be agroindustry group is very important.
The impact of these change, not only benefit for farmers but also for government, i.e. the increasing of local
revenue. The opportunity of these change is fairly large, because of the government support through
National Safety Movement on Tea Agribusiness (NSMTA) programe and the increasing green tea demand,
by the international market such as Japan, Korea, and Taiwan, especially for tea powder. Those paradigm
shift can be done through the strategy on farmer resourches empowerment in agroindustrial skill, based on
TFM management, i.e improving the capability of farmer‘s Technology (on-farm and off-farm), Financial,
and Marketing.

Keyword: empowerment, tea smallholoder, paradigm shift, agroindustry group, farmer resourches, TFM
management

324
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENDAHULUAN alih fungsi lahan yang terjadi sangat masif (ketua


APTEHINDO, dalam
Provinsi Jawa Barat (Jabar) merupakan industri.contan.co.id/news/12/32013). Hal inipun
sentra teh di Indonesia, tetapi saat ini
terjadi di Kabupaten Garut, berdasarkan
pengembangan lahan teh di Jabar memiliki
beragam permasalahan. Sekitar 2 persen lahan penelitian yang pernah peneliti lakukan
perkebunan teh di Jabar menyusut, terutama (kerjasama dengan Dinas Perkebunan Provinsi
perkebunan the rakyat, sebagai akibat adanya Jawa Barat, 2014), Di Kabupaten Garut saat ini
alih fungsi lahan dengan komoditas lain. Kondisi banyak terjadi alih fungsi lahan (dahulu luas
tersebut dapat ditafsirkan usaha perkebunan teh kebun teh rakyat adalah 7900 ha, saat ini hanya
mulai dianggap kurang menarik karena rendahnya tinggal 3200 ha).
pendapatan petani teh rakyat dari imbas tingginya
biaya produksi dan keterbatasan kemampuan Teh keberadaannya masih menjadi
untuk mengolah produk teh agar mempunyai nilai penopang hidup petani teh di Jabar walaupun dari
tambah 15 . Selain itu, terdapat indikasi terjadinya tahun ke tahun mengalami penyusutan. Hal ini
penurunan mutu teh yang dihasilkan oleh disebabkan, tanaman teh masih menjadi andalan,
perkebunan teh rakyat. Penurunan mutu secara karena dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
timbal balik mengakibatkan penurunan harga jual Tim UNPAD dan Perhimpunan Agronomi (Peragi)
baik nasional apalagi internasional. Dewasa ini Komda Jawa Barat (2009) terungkap, bahwa
ada kecenderungan bahwa pabrikan teh di sebagian besar petani (90 persen) menyatakan,
negara-negara pengimpor teh Indonesia tidak lagi dari teh mereka memperoleh penghasilan tetap
menjadikan teh Indonesia sebagai blending walaupun kecil, dan itu membuat mereka tenang
component, tetapi hanya sebagai filler saja. Oleh karena sambil menunggu hasil panen dari
karena itu perbaikan mutu menjadi salah satu tanaman padi dan palawija, mereka dapat
critical success factor dalam upaya Penyelamatan memperoleh penghasilan tetap dari teh.
Agribisnis Teh Nasional (Dewan Teh Indonesia, Banyak faktor penyebab terjadi beberapa
2012). permasalahan yang dihadapi oleh perkebunan teh
Kepala Dinas Perkebunan Jabar (20 rakyat, yaitu: rendahnya harga yang diterima
September 2013) menyebutkan bahwa luas petani, masih rendahnya kualitas SDM (rendahnya
perkebunan teh di Jabar saat ini sebagian besar pengetahuan dan keterampulan petani dalam
atau sekitar 51,3 persen merupakan perkebunan teknologi budidaya teh), rendahnya kemampuan
teh rakyat yang melibatkan 79.560 kepala permodalan yang dimiliki petani teh, kurangnya
keterkaitan petani teh dari mulai hulu sampai ke
keluarga.
hilir, belum adanya usaha peningkatan nilai
Sisanya sekitar 26,5 persen merupakan
tambah terhadap produk teh, belum berperannya
perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN dan kelompok tani teh dan koperasi. Hal tersebut
22,16 persen merupakan perkebunan teh mengakibatkan perkebunan teh rakyat mengalami
perusahaan swasta. Selanjutnya, iapun penurunan baik dalam hal luas areal maupun
menyatakan bahwa, ―Sejauh ini produksi teh produktivitas yang dihasilkannya.
merupakan andalan produk agribisnis Jabar Harga yang rendah, mengakibatkan
petani terus mengalami kerugian. Saat ini
dengan areal yang tersebar di wilayah Sukabumi,
diperkirakan sekitar 2.000 ha dari 4.433 ha kebun
Bogor, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, teh rakyat di Purwakarta diperkirakan terlantar
Cianjur dan Subang.16 dan telah beralih fungsi ke tanaman lain. Harga
Apabila dilihat dari semakin menyusutnya jual rendah, menyebabkan petani memilih
lahan pengusahaan teh rakyat sebagai akibat alih membiarkan tanaman tumbuh alami.
fungsi lahan, maka perkebunan teh rakyat di Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim
Kabupaten Cianjur dan Bandung Barat mengalami Peneliti Fakultas Pertanian Unpad bekerjasama
dengan Disbun Provinsi jawa Barat (2006)
menunjukkan bahwa, kontribusi pendapatan
15
Bisnis Indonesia. 23 September 2013. Jabar komoditi perkebunan terhadap total pendapatan
Siap Revitalisasi Kebun The petani rata-rata masih di bawah 50 persen.
(http://epaper.bisnis.com/) Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan
16
Wagub Buka Festival Teh. 20 Sept 2013,. bahwa faktor utama dari masih rendahnya
http://antarajawa barat.com. kualitas dan kontribusi komoditi perkebunan

325
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

terhadap pendapatan petani adalah, masih METODE PENELITIAN


rendahnya kemampuan teknologi budidaya
(agroteknologi), kemampuan manajemen kebun, Desain penelitian ini adalah penelitian
lemahnya permodalan, dan lemahnya pemasaran. Kualitatif, dengan menggunakan pendekatan studi
Pada umumnya, petani belum mengusahakan deskriptif survey. Teknik pengumpulan data
tanaman tehnya secara optimal, hal itu terlihat dilakukan dengan cara: studi kepustakaan,
dari: perawatan terhadap tanamannya yang wawancara dengan pihak terkait, yaitu pejabat
masih sangat kurang (seadanya), yaitu jarang pada lembaga/instansi pemerintah, koperasi,
sekali melakukan pemupukan dan pemangkasan, pabrikan, dan asosiasi petani teh yang dipilih
selain itu tanaman teh mereka dicampur dengan secara purposive, kelompok tani, serta petani teh
tanaman lainnya, seperti misalnya tanaman buah- yang diambil secara acak sederhana dari setiap
buahan, cabe, kayu, dan lain-lain. Kemudian, Kecamatan yang dijadikan sampel. Penelitian
dalam penjualan hasilnyapun masih sangat dilakukan di 11 kabupaten sentra produksi teh di
tergantung pada pedagang yang datang ke kebun Jabar, yaitu: Purwakarta, Subang, Bandung,
mereka. Bandung Barat, Cianjur, Sumedang, Majalengka,
Beberapa penelitian lainnya yang telah Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Sukabumi. Dari
peneliti lakukan, ternyata untuk membangun setiap Kabupaten diambil sampel Kecamatan
kembali teh rakyat, tidak cukup hanya dengan secara proposional, dan masing-masing
kecamatan diambil 30 orang sampel petani teh.
melalui program pemberian bantuan bibit unggul
Selain teknik FGD dan wawancara, dalam
dan pupuk, serta pelatihan-pelatihan yang selama pengumpulan data primer juga dilakukan melalui
ini dilakukan pemerintah seperti misalnya: teknik observasi (pengamatan). Teknik
budidaya teh (pembibitan, pemupukan, pengamatan perlu dilakukan untuk melihat
pemetikan, penyiangan dan pengendalian bagaimana kondisi realita kebun teh rakyat dan
gulma), dinamika kelompok, SLPHT (Sekolah juga hasil teh olahan yang ada di teh rakyat.
Lapangan Pelatihan Hama Terpadu), SKE (Sistem Penggalian data sekunder juga dilakukan
untuk melengkapi data primer, yaitu dengan cara:
Kebersamaan Ekonomi), pelatihan dinamika
mengumpulkan dan mempelajari data tertulis
kelompok dan kelembagaan, yang dilakukan berupa dokumen-dokumen atau transkip, koran,
dengan kurang memikirkan keberlanjutannya jurnal, bulletin, dan membuka akses melalui
(hanya berpikir secara parsial saja); tetapi juga internet mencari website yang terkait dengan
harus lebih fokus kepada agroindustri. penelitian ini. Data dan informasi yang diperoleh
Untuk membangun dan memberdayakan selanjutnya dianalisis secara deskriptif korelatif.
petani teh rakyat, harus dilakukan melalui
HASIL DAN PEMBAHASAN
perubahan paradigma kelompok tani kearah
agroindustri. Hal ini karena, pasar nasional dan Pentingnya Perubahan Paradigma Bagi
internasional terbuka lebar untuk teh olahan. Kelompok Tani
Peluang untuk perubahan paradigma tersebut
sangat tinggi karena pemerintah sudah Paradigma adalah cara pandang orang
mencanangkan Gerakan Penyelamatan Agribisnis terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),
Teh Nasional (GPATN).
bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).
Untuk menunjang perubahan paradigma Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi,
kelompok tani, maka perlu strategi peningkatan konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam
dan penguatan SDM dan kelompok tani dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas
aspek manajemen industri dan teknologi produksi yang sama, khususnya, dalam disiplin intelek 17 .
mulai dari hulu (budidaya) sampai ke hilir Sedangkan arti dari paradigma menurut Kamus
(agroindustri) secara terpadu dan terintegrasi. Bahasa Indonesia adalah kerangka berpikir.
Berdasarkan arti konsep di atas, maka dapat
Dengan demikian, petani dan kelompok tani tidak
disimpulkan bahwa paradigma dapat diartikan
lagi menjual produk hulu (pucuk teh), tetapi sebagai cara berpikir, bersikap dan berperilaku
menjual produk antara (teh hijau) atau hilir
(produk turunan dari teh hijau) yang memiliki nilai
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paradi
17
tambah lebih tinggi.
gma&oldid=8176966

326
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

seseorang atau organisasi yang dapat kelompok tani, b) masih kurangnya kemampuan
mempengaruhi gerak dinamis yang bersangkutan dalam mencari dan menyebarkan informasi di
dalam bertindak dan mengembangkan diri. antara
Perubahan paradigma kelompok tani anggota kelompok tani, c) kurangnya komunikasi
sebagai suatu bentuk organisasi modern internal dan eksternal, d) kurang kompaknya
(organisasi agroindustri), akan menyebabkan hubungan antara anggota kelompok tani, f)
yang bersangkutan siap dalam menghadapi kemampuan dalam memecahkan masalah yang
kondisi pasar nasional dan internasional yang masih rendah, dan g) kelompok belum memiliki
dinamis. Oleh karena itulah, maka kelompok tani rencana kerja. Kondisi ini membuat kelompok
teh yang merupakan pelaku bisnis dalam usaha tani menjadi tidak dapat mandiri dan dinamis.
teh rakyat harus memiliki paradigma yang Peran ketua kelompok tani sangat penting
berorientasi bisnis. Petani yang merupakan salah agar kelompok tani dapat berjalan dengan
satu unsur manajemen yang paling vital dalam dinamis. Ketua Kelompok yang berasal dan
organisasi (kelompok tani) harus dapat berpikir dipilih dari kalangan anggotanya sendiri menjadi
modern, dan ini artinya baik pimpinan maupun sangat penting untuk membuat kelompoknya
anggota harus dapat berpikir secara rasional, dinamis sehingga dapat mendorong anggotanya:
terbuka terhadap ide baru, berorientasi pada (1) agar mau dan mampu bekerjasama dalam
Iptek, menghargai prestasi, efisien, produktif, kelompok maupun antar kelompok, (2) agar mau
memiliki kemampuan menganalisis untuk bekerjasama dengan pelaku pembangunan
bertindak dan berani mengambil keputusan lainnya, (3) memberi contoh dengan usaha yang
berdasarkan informasi yang lengkap, up-to date dikembangkan melalui kemandiriannya, (4) untuk
dan tersedia di dalam organisasi tersebut. Selain mau dan mampu belajar menemukan sendiri apa
itu, kelompok tani yang modern harus memiliki yang dibutuhkan dan apa yang akan
manajemen yang terbuka. dikembangkan (Thomas Widodo, 2008). Selain
itu, ada satu hal yang sering dilupakan adalah,
Perubahan Paradigma Kelompok Tani organisasi yang dibangun dari bawah karena
Kearah Agroindustri Teh Rakyat: Sebuah dibutuhkan dan keinginan untuk berkembang
Keniscayaan maju (tidak dibangun karena hanya untuk
kemudahan memperoleh bantuan dari
Perubahan paradigma kelompok tani teh pemerintah) akan menjadi suatu organisasi yang
dalam menyongsong persaingan pasar yang mandiri dan mampu melihat peluang.
semakin ketat menjadi suatu keharusan, hal Peran pemimpin dan juga organisasi yang
tersebut karena dimasa mendatang permintaan dibangun dengan penuh kesadaran merupakan
konsumen akan semakin menuntut kualitas dua faktor penting bagi kemajuan organisasis
(bukan hanya kuantitas). Pergeseran paradigma
tersebut. Hal ini akan mempermudah seluruh SDM
yang dahulunya hanya fokus pada internal
organisasi, saat ini harus lebih fokus pada yang terlibat didalam organisasi untuk memiliki
lingkungan yang kompetitif, dan harus terus- paradigma bisnis: a) responsive terhadap
menerus mencari keunggulan dalam nilai tambah perkembangan pasar, b) peningkatan
produk yang dihasilkannya. Selain itu, saat ini kemampuan untuk mengelola sumberdaya yang
bisnis tak lagi hanya mengandalkan pada analisis tersedia dengan baik, c) mampu mengelola
kuantitatif, namun lebih pada kreativitas dan permodalan dan mencari sumber permodalan
intuisi, dan harus lebih terbuka untuk menerima
secara mandiri, d) mampu mencari teknologi
informasi dan ide-ide baru dalam
mengembangkan produknya agar dapat yang tepat, dan juga e) mampu mengembangkan
menangkap peluang bisnis. Apabila kondisi pasar sebagai akibat kemampuan organisasi
tersebut di atas terpenuhi, maka harapan dalam mengembangkan produknya secara
kelompok tani menjadi suatu organisasi yang inovatif. Kemampuan bisnis yang responsif
kuat dan dapat bergerak dinamis serta mandiri tersebut di atas belum dapat dipenuhi oleh
dapat tercapai. sebagian besar kelompok tani teh di Jabar, dan
Berdasarkan hasil penelitian yang
ini akan mempengaruhinya pada saat
dilakukan bekerjasama dengan Disbun Jabar
(2014), pada umumnya manajemen di dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat
kelompok tani teh masih lemah. Ini antara lain dimasa mendatang.
terlihat dari: a) minimnya frekuensi pertemuan

327
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Kondisi tersebut di atas diperparah lagi atau organisasi yang bekerja sama untuk
dengan kelompok tani yang memiliki sifat mencapai hasil yang diinginkan, dengan
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah menyelesaikan visi secara bersama, dengan
memberikan hasil positif bagi yang
masih cukup tinggi, masih kurangnya tenaga
menerapkannya, dan membangun sistem yang
penyuluh di bidang perkebunan, pembinaan yang saling terkait untuk memecahkan permasalahan
telah dilakukan pemerintah sifatnya belum dan memberikan kemampuan meraih peluang.
kontinyu dan bersifat kurang sistematis, dan Dalam kolaborasi akan terjadi saling berbagi
materi pembinaan yang diberikan kepada petani sumber daya dan tanggung jawab, dan bersama-
dilakukan kurang terintegrasi dan terkoordinasi sama merencanakan, melaksanakan dan
mulai dari hulu sampai ke hilir (agroindustri teh). mengevaluasi program kerja. Disini seluruh tim
kerja dalam kolaborasi harus bersedia untuk
Model Pemberdayaan Kelompok Tani Teh berbagi visi, misi, kekuatan, sumber daya dalam
Menjadi Kelompok Agroindustri Teh mencapai tujuan bersama.
Model kolaborasi tidak saja dapat
Usaha pemberdayaan kelompok tani dilakukan dalam internal organisasi tetapi juga
menjadi organisasi yang memiliki paradigma dapat digunakan untuk eksternal organisasi, yaitu
bisnis (agroindustri), berarti merupakan usaha dapat digunakan pada saat akan menjalin
merubah organisasi kelompok tani teh rakyat kerjasama kemitraan dalam usaha meningkatkan
yang berparadigma konvensional berubah dan mengembangkan bisnis kelompok tani. Ini
menjadi berparadigma bisnis. Untuk mencapai itu, sebagai usaha memberdayakan kelompok tani teh
maka kelompok tani harus mengalami perubahan melalui paradigma agroindustri, karena dalam
yang menurut Lucyana Trimo (2011): perubahan kegiatan agroindustri diperlukan bisnis jaringan
organisasi harus dilakukan atas dasar: 1) usaha yang harus dibangun dan dijaga
perubahan internal, organisasi harus keberlanjutannya.
menyesuaikan diri dengan lingkungan Untuk menerapkan model kolaborasi
eksternalnya, dan (2) perubahan pola perilaku dengan mitra usaha, maka kolaborasi yang
para karyawan (dalam kasus ini adalah perubahan dibangun adalah kolaborasi sinergis, karena
perilaku petani sebagai anggota dalam kelompok model ini tidak cukup hanya mengandalkan
tani). hubungan yang terjalin secara harmonis saja,
Kelompok tani teh dapat dipacu menjadi tetapi juga diperlukan kohesivitas yang kuat dan
organisasi bisnis yang berorientasi agroindustri saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
jika ada kerjasama yang partisipatif antara ketua Arti sinergi disini adalah adalah
kelompok dengan anggota kelompoknya. Model peningkatan nilai tambah ekonomi melalui
pemberdayaan yang sesuai untuk itu adalah penggabungan berbagai potensi ekonomi yang
dengan melalui model kolaborasi, karena dengan antara satu dengan lainnya ada keterikatan atau
melalui model ini partisipatif diantara anggota ketergantungan (Prahalad, 2002). Kemudian,
dengan anggota, dan antara anggota dengan Penrose (1959) dalam Iversen, M (1996)
pimpinan dapat dibangun. mendefinisikan sinergi dalam lingkup ekonomi
Kolaborasi didefinisikan sebagai process yaitu, sebagai hasil kerjasama atas asset yang
of interaction amongst people, dan kolaborasi dimiliki. Ada dua bentuk sinergi yang
mempunyai karakteristik kunci: a) Partisipasi tidak diungkapkan oleh Penrose yaitu (1) sharing
dibatasi (inklusif) dan tidak hirarkis; b) Patisipan (saling berbagi) asset dan (2) transfer asset.
bertanggung jawab dalam memastikan Transfer asset oleh mitra dapat dalam
pencapaian kesuksesan; c) adanya tujuan yang bentuk bimbingan dan pembinaan pada aspek
masuk akal, dan ada pendefinisian masalah; d) teknologi dan manajemen industri kepada
partisipan saling mendidik/mengajar (educate) kelompok tani teh, karena makna asset disini bisa
satu sama lain; e) adanya identifikasi dan dalam bentuk keterampilan dan pengetahuan
pengujian terhadap berbagai pilihan; f) manajemen industri yang pada umumnya masih
implementasi solusi dibagi kepada beberapa minim dimiliki oleh kelompok tani teh. Oleh
partisipan yang terlibat; g) partisipan selalu karena itulah, maka untuk memberdayakan
mengetahui perkembangan situasi (Siti Aminah kelompok tani teh, maka model yang harus
dan Husni S. Sastramihardja, 2007). Kemudian, dibangun antara kelompok tani dengan mitra
definisi kolaborasi menurut Groningen (2009) usahanya (kelompok tani – perusahaan besar –
adalah proses partisipasi sekelompok orang, dan pemerintah) adalah kolaborasi sinergis.

328
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Keuntungan yang akan diperoleh melalui model Model pemberdayaan kolaborasi sinergis,
ini adalah: merupakan model pemberdayaan yang
 dapat mengakomodasi keinginan kedua belah mengutamakan sharing (saling berbagi) asset dan
pihak yang bermitra. transfer asset. Karena dengan melalui model
 perbedaan kepentingan disatukan menjadi kolaborasi sinergis maka self of belonging dapat
solusi saling menguntungkan. ditumbuhkan, dan harmonisasi hubungan kedua
 mengelola sumberdaya secara bersama-sama, belah pihak dapat terjaga dengan baik untuk
artinya disini adalah: kelompok tani memiliki jangka waktu yang panjang, selain itu kohesifitas
saham bersama dengan pihak mitranya (sharing dapat terjalin dengan kuat.
asset).
 membangun terjadinya pembagian kekuasaan,
sehingga kelompok tani sama-sama memiliki DAFTAR PUSTAKA
hak untuk berbagi kekuasaan karena memiliki
saham bersama.  David Campbell, Tom Craig. Organisations
 membangun kepercayaan dan sense of and the Business Environment, Second
belonging kelompok tani dan mitra Edition.
 menumbuh kembangkan kemampuan  Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2006.
kelembagaan kelompok tani karena terjadinya Inventarisasi Pendapatan/Daya Beli Petani
perubahan paradigma kearah bisnis, sebagai Pada Perkebunan Rakyat Di Provinsi Jawa
akibat adanya transfer informasi dan teknologi Barat.
dari pihak mitra (perusahaan besar maupun  Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2014. Kajian
pemerintah). Pengembangan Kawasan Agribisnis Teh
Melalui model ini maka paradigma Rakyat Di Provinsi Jawa Barat.
agroindustri akan melekat dengan kuat oleh  Fakultas Pertanian UNPAD dan Dinas
kelompok tani karena sense of belonging dapat Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2006.
ditumbuhkan, dan harmonisasi hubungan kedua Inventarisasi Pendapatan/Daya Beli Petani
belah pihak dapat terjaga dengan baik untuk Pada Perkebunan Rakyat Di Provinsi Jawa
jangka waktu yang panjang, selain itu kohesifitas Barat.
yang kuat dapat terjalin. Selanjutnya,  Iversen M. 1996. Concepts of Synergy-
ketergantungan kelompok tani terhadap bantuan Toward a Clarificatio.; Departemen of
pemerintah menjadi berkurang karena disini Industrial Economics and Strategy;
pemerintah berperan sebagai mitra yang bersifat Copenhagen Business School.
sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator.  Friedman, Jhon. Eupowerment. 1993. The
Politics of Alternative Development .
SIMPULAN Cambudge ; Blackwall Book.
 Lucyana Trimo. 2011. Resolusi Konflik dengan
Perubahan paradigma kelompok tani teh Masyarakat oleh Perusahaan Perkebunan.
menjadi kelompok agroindustri menjadi sangat UNPAD Pres
penting. Peluang kelompok tani teh menjadi  Luthans, Freud. 1995. Organizafedual
kelompok agroindustri teh cukup besar, antara Behaviour. Singapura ; Mcgraw-Hill Inc.
 PEC. 1999. Conflict and collaboration in
lain karena tingginya dukungan pemerintah
community and environmental decision-
melalui program GPATN (Gerakan Penyelamatan making: workshop manual. Ithaca, New York,
Agribisnis Teh Nasional) dan semakin tingginya USA, Program on Environment and
permintaan teh hijau, terutama teh serbuk Community, Center for the Environment,
(powder tea) oleh pasar internasional, seperti Cornell University.
Jepang, Korea dan Taiwan. Perubahan paradigma  Prahalad, CK. 2002. Managing and
Implementing Change. www/Synergy
tersebut dapat dilakukan melalui strategi
Management Consultans Finland.
pemberdayaan kemandirian sumberdaya petani  Siti Aminah dan Husni S. Sastramihardja.
berbasis TPP, yaitu peningkatan kemampuan dan Kajian Pemgembangan Kerangka Kerja
keterampilan Teknologi hulu dan hilir serta Kolaborasi Evaluasi Dengan Pendekatan
dukungan Permodalan dan Pemasaran. Collaborative Business Process Management.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi

329
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022  Thomas Widodo. 2008. Memberdayakan


Yogyakarta, 16 Juni 2007 Kelompok Tani Dalam Perspektif Peran Ketua
 Tim UNPAD dan Perhimpunan Agronomi Kelompok (KK). Majalah Cultivar; Jumat, 08
(Peragi) Komda Jawa Barat (2009). Fasilitasi Februari 2008.
Penerapan Manajemen Agroteknologi dan
Agribisnis Perkebunan Rakyat Di Jawa Barat
(Teh, Kopi, Kina dan Kelapa).

330
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP


TINGKAT KEBERDAYAAN PETANI MANGGA GEDONG GINCU
(STUDI KASUS DESA PASIRMUNCANG DAN DESA CIJUREY,
KECAMATAN PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA)

Dina Dwirayani1, Hepi Hapsari2, Tuhpawana P. Sendjaja3


1
Program Studi Magister Universitas Padjajaran

(e-mail : ddwirayani@yahoo.com)

ABSTRAK. Petani mangga di Kabupaten Majalengka beragam perilakunya ada petani yang sadar akan
kebutuhan dalam mengembangkan terus produktivitas usahanya banyak pula yang belum sadar akan
usaha dalam pengembangan usaha taninya. Oleh karena itu proses pemberdayaan terhadap petani
menjadi salah satu tugas penyuluh pertanian dan ini disesuaikan dengan kondisi yang ada dan hal ini
menarik untuk dikaji. Permasalahan yang menarik dikaji yaitu (1) Sejauh mana tingkat keberdayaan
petani mangga gedong gincu, dan (2) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pemberdayaan
terhadap petani tersebut. Lokasi penelitian yaitu Desa Pasirmuncang dan Desa Cijurey, Kecamatan
Panyingkiran Kabupaten Majalengka. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus dan Bulan
September 2014. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan alat analisis regresi
Jumlah sampel adalah 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan petani
mangga gedong gincu di Kabupaten Majalengka berada pada kategori sedang. Faktor yang berperan
terhadap tingkat keberdayaan ini adalah faktor pengalaman dan faktor kepemimpinan lokal. Faktor
kepemimpinan lokal menjadi faktor yang paling berpengaruh.

Kata Kunci : Tingkat keberdayaan, karakteristik petani, kepemimpinan lokal

PENDAHULUAN Identifikasi Masalah


Latar Belakang
Menurut hasil kajian Natawidjadja, et al
Di Indonesia, salah satu jenis buah- dalam Nadapdap (2014) menyatakan bahwa
buahan yang memberikan sumbangan terbesar tingkat penerapan teknologi produksi pada
ketiga terhadap produksi buah nasional setelah komoditas mangga sampai saat ini masih rendah.
pisang dan jeruk, adalah mangga Hal-hal yang Produksi mangga masih didominasi oleh produksi
berkaitan dengan jumlah produksi mangga dan dari pohon yang tidak mendapatkan pemeliharaan
mutu produksi mangga tidak terlepas dari usaha dan tidak diusahakan secara intensif sehingga
para pelaku usahanya yaitu petani mangga. jumlah dan mutunya tidak stabil. Jumlah yang
Petani mangga di Majalengka beragam tidak stabil terlihat dari masih terdapatnya
perilakunya ada petani yang sadar akan penurunan produksi mangga gedong gincu dan
kebutuhan dalam mengembangkan terus mutu produksi terlihat dari tidak terpenuhinya
produktivitas usahanya banyak pula yang belum kebutuhan mangga di lokal dan ekspor
sadar akan usaha dalam pengembangan usaha dikarenakan kualitas yang buruk Penerapan
taninya. Oleh karena itu proses pemberdayaan teknologi yang rendah ini dikarenakan tingkat
penting dan ini disesuaikan dengan kondisi yang adopsi yang rendah. tingkat adopsi yang rendah
ada. dikarenakan perilaku petaninya yang
Berdasarkan hal ini, realisasi menghambat. Perilaku petani yang menghambat
pemberdayaan petani di lapangan yang bertujuan bisa dikarenakan faktor yang ada pada dirinya
untuk memampukan petani memenuhi atau factor internal berupa karakteristik dari
kemandirian petani mangga, menjadi faktor petani tersebut dan faktor luar atau faktor
penting untuk dikaji dan ditindaklanjuti eksternal sehingga menjadikan petani kurang
berdaya melakukan usaha taninya.

331
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Dengan melihat kondisi yang terjadi penelitian ini adalah karakteristik petani dan
diatas maka muncul pertanyaan peneliti yaitu (1) karakteristik sistem sosial berpengaruh terhadap
Sejauhmana tingkat keberdayaan yang petani keberdayaan petani mangga gedong gincu.
mangga gedong gincu, dan (2) faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi proses keberdayaan METODE PENELITIAN
petani tersebut. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kerangka Berfikir Lokasi penelitian dilakukan di Desa


Pasirmuncang dan Desa Cijurey Kecamatan
Pada saat ini terjadi penurunan Panyingkiran Kabupaten Majalengka. Hal ini
produktivitas mangga gedong gincu di Desa dikarenakan mengingat Majalengka termasuk
Pasirmuncang dan Desa Cijurey, hal ini salah salah satu sentra produksi terbanyak untuk
satunya dikarenakan karena selama ini komoditas mangga gedong gincu. Penelitian
pemeliharaan yang dilakukan petani mangga dilaksanakan pada Bulan Agustus dan September
terhadap usaha taninya belum intensif. Kualitas 2014.
mangga gedong gincu masih banyak yang buruk,
tidak bisa memenuhi pasar, kegagalan panen Rancangan Penelitian
dialami petani salah satunya karena pengaruh Penelitian ini adalah penelitian penjelasan
cuaca yang ekstrim dan penggunaan teknologi (explanatory research), yaitu menjelaskan
yang belum memadai. Berdasarkan hal-hal diatas hubungan kausalitas antara variabel-variabel
dapat dilihat bahwa petani masih identik dengan melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini adalah
miskin, bodoh selalu dirugikan dan memiliki posisi penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif.
tawar yang rendah. Salah satu penyebab kondisi Walaupun demikian, untuk memperkaya data dan
petani seperti ini adalah kurangnya keberdayaan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti,
petani. Begitu juga dengan petani mangga. Petani dalam penelitian ini dilakukan upaya
memiliki kapasitas dan potensi yang terdapat menambahkan informasi kualitatif pada data
dalam dirinya sendiri yang disebut faktor internal kuantitatif. Pengambilan sampel petani
yaitu karakteristik petani serta faktor lingkungan (responden penelitian) dilakukan dengan metode
eksternal yaitu karakteristik sistem sosial. pengambilan sampel acak berlapis (stratified
Pedagang Besar random sampling).

Sumber Data dan Teknik Sampling


Sumber Data
Pengecer Konsumen
Ditinjau berdasarkan jenisnya, data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah
data utama untuk mengukur perubah dan
hubungan antar peubah dalam penelitian. Data
kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka
dan dapat dianalisis dengan menggunakan
metode statistik. Data kualitatif diperoleh melalui
Pengecer
wawancara mendalam dengan key informan. Key
informan dalam penelitian ini meliputi: petani,
pengurus kelompok tani, penyuluh pertanian,
Kepala Balai Penyuluhan Pertanian dan Kepala
Dinas terkait agribisnis petani.

Teknik Pengambilan Sampel


Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini metode pengambilan
Hipotesis sampel adalah sebagai berikut: Populasi adalah
semua petani yang mengusahakan komoditi
Berdasarkan uraian pada kerangka unggulan mangga gedong gincu di Desa
pemikiran maka hipotesis yang diajukan pada Pasirmuncang dan Desa Cijurey. Berdasarkan data

332
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

sekunder jumah petani di Desa Pasirmuncang dan


Cijurey adalah masing-masing 195 dan 210. Y‘ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
Untuk mendapatkan sampel yang dapat Keterangan:
menggambarkan dan mencandrakan populasi Y = Variabel dependen (nilai yang
maka dalam penentuan sampel penelitian ini diprediksikan)
digunakan strata dengan memisahkan populasi X1 dan X2 = Variabel independen
berdasarkan jumlah kepemilikan pohon mangga
tiap masing-masing desa. Berdasarkan data dari HASIL DAN PEMBAHASAN
populasi yang ada penulis membagi petani Pemberdayaan
mangga ke dalam kelompok petani dengan
kepemilikan pohon besar, sedang dan kecil. Pemberdayaan terhadap petani mangga
Ukuran sampel menggunakan rumus untuk setiap sudah berlangsung sejak lama. Pada tahun 1999
kategori = nn = Nh/N x n. Dari hasil perhitungan pernah dilakukan program penanaman mangga
didapat untuk Desa Pasirmuncang, petani besar 4, gedong gincu 1000 Ha. Pemerintah daerah
petani sedang 18, dan petani kecil 8. Desa Cijurey melakukan program ini untuk memajukan petani
petani besar 6, petani sedang 14, petani kecil 10. mangga di Kabupaten Majalengka sebagai
Total responden 60 petani. komoditas potensial yang memiliki nilai ekonomis.
Metode analisis yang digunakan dalam Pada saat itu banyak petani-petani mangga baru
penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif muncul dan melakukan usaha tani mangga
dan metode analisis regresi linier. gedong gincu. Para petani mangga pada saat itu
banyak merasakan manfaatnya terutama adanya
Deskriptif Kuantitatif peningkatan kesejahteraan keluargannya.
Sehingga pemberdayaan yang dilakukan oleh
Deskriptif data penelitian bertujuan pemerintah dibantu oleh para penyuluh mencapai
penelitian yang dilakukan. Deskriptif data hasil yang memuaskan. Akan tetapi program
menggunakan beberapa ukuran statistik. Tingkat tersebut hanya bertahan kurang lebih 5 tahun dan
pengukuran yang digunakan adalah setelah itu proses pemberdayaan terhadap petani
menggunakan ukuran ―ordinal‖. Setelah mangga tidak seprioritas dulu. Tingkat
pertanyaan-pertanyaan dibuat untuk masing- pemberdayaan petani mangga gedong gincu
masing indikan ditentukan skor. Agar informasi berada pada kategori sedang dengan skor 6,2.
dapat mengukur lebih tepat dan lengkap dari Hasil perhitungan tingkat keberdayaan disajikan
setiap indikator, digunakan jenjang (range) yaitu: dalam tabel dibawah ini.
1, 2, dan 3. Cara pengukuran adalah dengan
menghadapkan responden dengan ―pernyataan‖ Tabel 1. Tingkat Keberdayaan (Y) Petani Mangga
yang telah disusun dan diminta untuk Gedong Gincu Di Desa Pasirmuncang
memberikan persepsi pada setiap pernyataan. dan Desa Cijurey
Skor ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor Nama Peubah Jumlah
gabungan untuk setiap sub peubah dan diambil Responden
rata-ratanya. n=60
Penguatan secara materil 7
Analisis Regresi Linier Berganda dan ekonomi (Y1)
Penguatan Perilaku 5
Analisis regresi linier berganda adalah Inovatif Petani (Y2)
hubungan secara linear antara dua atau lebih Penguatan Tingkat 5
variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel Partisipasi Petani (Y3)
dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah Penguatan Kelembagaan 7
hubungan antara variabel independen dengan Pertani (Y4)
variabel dependen apakah masing-masing Penguatan Kemampuan 7
variabel independen berhubungan positif atau Berjaringan Petani (Y5)
negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel Tingkat Keberdayaan (Y) 6,2
dependen apabila nilai variabel independen Keterangan : penilaian 0-≤ rendah,
mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang 5-≤ sedang, tinggi
digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Persamaan regresi linear berganda sebagai Penguatan Secara Materil Dan Ekonomi
berikut:

333
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Petani mangga di Desa Pasirmuncang dan terlihat dari pohon mangga petani yang masih
Desa Cijurey telah merasakan manfaat dari banyak rumput dan pohon lainnnya dan tidak
bantuan berupa materi melalui proses dibersihkan petani. Ketika ada teknologi baru
pemberdayaan. Pemerintah daerah melalui Dinas yang diperkenalkan, pada awalnya petani antusias
Pertanian telah menyediakan dana untuk dan mempraktekan pada usaha taninya. Akan
membantu para petani. Program pemberian dana tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama,
tersebut tidak dilakukan dalam bentuk uang akan perilaku petani kembali lagi pada sikap semula
tetapi dibelanjakan untuk alat-alat atau faktor- asal-asalan dalam hal pemeliharaan. Mereka
faktor produksi yang dapat membantu proses beralasan teknik-teknik atau inovasi yang
usaha tani. Misalnya untuk bantuan berupa bibit, dilakukan tidak banyak merubah produktivitas,
Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka pernah padahal kenyataannya bagi sebagian petani yang
melakukan program membagikan bibit mangga tekun inovasi tersebut dirasakan sangat
gedong gincu gratis bagi petani. Program tersebut bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan
tentu saja dibantu pelaksanaannya oleh penyuluh kuantitas mangga. Kelemahan dari rendahnya
setempat. Bantuan bibit disebarkan melalui sikap inovatif petani juga dikarenakan faktor dari
asosiasi petani mangga dan kelompok tani. Selain penyuluh sebagai fasilitator pemberdayaan.
bibit ada juga bantuan obat-obatan dan pupuk Penyuluh dianggap hanya menunaikan
serta alat-alat pertanian yang menunjang proses kewajibannya tanpa bertanggungjawab terhadap
produksi misalnya alat penyemprotan. Obat- hasilnya. Sehingga motivasi dan kesadaran petani
obatan dan pupuk kimia pada awalnya membantu akan teknologi pun masih rendah.
meningkatkan produktivitas akan tetapi pada
pelaksanaannya tidak semua petani merasakan Penguatan Tingkat Partisipasi Petani
manfaat dari bantuan yang diberikan. Beberapa
petani bahkan mengaku lahannya menjadi rusak Seperti halnya tingkat inovatif petani
karena terlalu banyak memakai obat-obatan tingkat partisipasi petani memiliki kategori rendah
sehingga pada akhirnya produktivitasnya dengan skor 5. Penyuluh masih menyertakan
menurun. Sebagian kecil petani bahkan beralih petani dalam perencanaan akan tetapi dalam
menggunakan pupuk organik dan membuat pelaksanaan dan pengawasan masih kurang.
pupuk sendiri walaupun hasilnya tidak dapat Tidak adanya reward atau penghargaan bagi
dilihat dalam jangka pendek karena pupuk petani yang rajin mengikuti penyuluhan da
organik sifatnya lama terurai. Berdasarkan hasil berhasil dalam usaha taninya menjadikan petani
perhitungan pemberdayaan secara ekonomi malas untuk meningkatkan partisipasi dalam
berada dalam kategori sedang dengan skor 7 hal program penyuluhan. Petani masih menganggap
ini menunjukkan program pemberdayaan yang penyuluhan yang dilakukan tidak bervariatif
dilakukan pemerintah sudah cukup baik, hanya sehingga tidak banyak manfaat yang didapat.
belum berkesinambungan. Petani menginginkan
program bantuan tidak berupa barang tetapi Penguatan Kelembagaan Petani
berupa uang yang bisa digunakan untuk modal
penambahan usaha hal ini pernah dilakukan akan Petani mangga sangat merasakan
tetapi tidak dirasakan manfaatnya oleh banyak manfaat adanya kelembagaan petani yaitu
petani karena penyaluran dananya kurang tepat. kelompok tani atau asosiasi dan menjadikan
dinamika kelompok yang cukup baik. Oleh karena
Penguatan Perilaku Inovatif Petani itu penguatan kelembagaan petani berada dalam
kategori sedang dengan skor 7. Di Desa
Sebagian besar petani mangga di Desa Pasirmuncang kepala desa setempat adalah
Pasirmuncang dan Cijurey masih melakukan merangkap sebagai ketua asosiasi petani mangga
usaha taninya dengan sistem manual. Hal ini gedong gincu hal ini merupakan suatu
dikarena jumlah pohon yang mereka miliki masih keuntungan bagi petani mangga di desa tersebut
tergolong kecil dan sedang. Penguatan perilaku karena kepedulian pemerintah desa setempat
inovatif petani berada pada kategori rendah menjadi lebih besar terhadap kemajuan petani.
dengan skor 5. Petani yang manjadi anggota kelompok tani dapat
Hal ini tercermin dalam sikap petani untuk lebih cepat mengakses hal-hal baru terkait
mempraktekan teknologi baru atau ide yang program pemerintah maupun hal lainnya yang
masih rendah. petani belum intensif dalam berhubungan dengan usaha tani. Kebutuhan
melalukan pemerliharaan pohon mangga, hal ini petani yang menjadi anggota kelompok tani akan

334
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

lebih bisa diakomodasi dibandingkan petani yang


tidak menjadi anggota kelompok. Penyuluh
menghubungkan kelompok tani ke akses
pemasaran maupun lembaga pengolah buah Model t Sig.
mangga. Akan tetapi kerjasama yang dilakukan
tersebut tidak berlangsung lama hanya sekitar 2
tahunan. Ini disebabkan karena kurangnya
pengawasan dari penyuluh dalam proses (Constant) 3.512 .001
kerjasama sehingga kekurangan ada di pihak
petani dan pihak pemasar tidak mau lagi Pengalaman 2.015 .049
bekerjasama. Sosbud .088 .930
1
Kelembagaan .339 .736
Penguatan Kemampuan Petani Berjaringan
Akstng 1.057 .295
Penguatan kemampuan petani Kpmplkl 2.759 .008
berjaringan berada dalam kategori sedang
dengan skor 7. Hal ini ditunjukkan dengan
Terlihat pada nilai signifikansi bahwa
beberapa kali dilakukannya kerja sama atau
faktor pengalaman petani memiliki nilai
kemitraan antar petani mangga gedong gincu
signifikansi 0.049 sedangkan faktor
dengan pihak lain. Pihak lain dalam hal ini adalah
kepemimpinan lokal memiliki nilai signifikansi
perusahaan swasta (Indofresh). Kerjasama ini
0.008. Dengan selang kepercayaan 95 %, dapat
dirasakan banyak manfaatnya oleh petani karena
disimpulkan bahwa dua faktor inilah yang
berada dalam pengawasan Dinas Pertanian,
berpengaruh cukup besar terhadap tingkat
perusahaan membeli mangga dengan harga yang
keberdayaan petani mangga gedong gincu.
jauh lebih baik daripada harga yang ditawarkan
tengkulak atau pedagang pengumpul yaitu
SIMPULAN DAN SARAN
berkisar antara 25.000-30.000/kg. Selain itu
Simpulan
manfaatnya perusahaan swasta tersebut banyak
juga memberikan bantuan berupa alat
1. 1.Tingkat keberdayaan petani mangga
pemeliharaan kantung untuk membungkus
gedong gincu di Kabupaten Majalengka
mangga, kemudian wadah untuk mengangkut
tergolong pada kategori sedang.
mangga dari kebun.
2. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
keberdayaan ini adalah faktor pengalaman
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
petani dan faktor kepemimpinan lokal. Faktor
Tingkat Keberdayaan
yang paling berpengaruhnya adalah faktor
kepemimpinan lokal.
Berdasarkan uji regresi diketahui bahwa
faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
Saran
Keberdayaan adalah pengalaman petani dan
kepemimpinan lokal. Dari dua faktor tersebut,
1. 1.Perlu dikembangkannya lagi program-
faktor yang paling berpengaruh adalah
program pemberdayaan bagi petani mangga
kepemimpinan lokal. Hasil ini dapat dilihat pada
gedong gincu, khususnya pelatihan dalam
Tabel 2.
aspek non materi salah satunya
pemeliharaan
2. Pendekatan terhadap tokoh masyarakat harus
lebih dikedepankan dalam pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan
pemberdayaan petani.

DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2. Faktor-Faktor Yang berpengaruh Pada
Keberdayaan Petani Mangga gedong
 Ambar, Teguh Sulistiani, 2004. Kemitraan Dan
Gincu
Model-Model Pemberdayaan. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.

335
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Dea Maulana Yusuf, 2013. Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Gema


Kualitas Mangga (On Farm dan Off Farm) PKM.Jakarta
Untuk Memenuhi Standar Ekspor Di  Iwan Setiadji Anugrah, 2009. Mendudukan
Kabupeten Majalengka. Jakarta. Unesco. Paris Komoditas Mangga Sebagai Unggulan Daerah
 Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2007. Dalam Suatu Kebijakan Sistem Agribisnis :
Profil Komoditas Mangga. Departemen Upaya Menyatukan Dukungan Kelembagaan
Pertanian. Jakarta Bagi Eksistensi Petani. Analisis Kebijakan
 Gaspersz, Vincent.1991. Teknin Penarikan Pertanian Volume 7 no 2. Bogor
Contoh Untuk Penelitian Survei. Tarsito.  Marliati, 2008. Pemberdayaan Petani Untuk
Bandung Memenuhi Kebutuhan Akan Pengembangan
 Gohong G. 1993. Tingkat Pendapatan Petani Kapasitas Dan Kemandirian Petani Dalam
dan Tingkat Kesejahteraan Petani Serta Beragribisnis. Disertasi IPB. Bogor.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada  Marliati, Sumardjo dkk, 2010. Faktor-Faktor
Daerah Opsus Simpei Karuhei di Kabupaten Yang Berpengaruh Terhadap Petani Tanaman
Kapuas Privinsi Kalimantan Tengah (Tesis). Pangan Beragribisnis Di Kabupaten Kampar
IPB.Bogor Provinsi Riau. Forum Parca Sarjana IPB.
 .Ife, J.W. 1995. Community Development: Bogor
Creating Community Alternatives, Vision,  Nadapdap, Hendrik. 2014. Kajian Adopsi
Analysis and Practice: Longman. Australia Teknologi Produksi Komoditas Mangga.
 Ismawan, Bambang, 2003. Keuangan Mikro Universitas Padjadjaran Thesis. Bandung
Dalam Penanggulangan Kemiskinan dan

336
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR


(KASUS BUDIDAYA PADI ORGANIK METODE SRI PT MEDCO E&P
INDONESIA-RIMAU ASSET)

M. Yamin

Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya

(email : yaminsepunsri@yahoo.com)

ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menganalisis persepsi petani padi organik metode SRI
terhadap program CSR PT Medco E&P Indonesia-Rimau Asset, 2) menghitung pendapatan petani
konvensional dan petani organik metode SRI binaan PT Medco E&P Indonesia-Rimau Asset. dan, 3). untuk
mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong petani dalam mengikuti program CSR PT Medco E&P
Indonesia-Rimau Asset usahatani padi organik metode SRI. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Teluk Betung
Kecamatan Pulau Rimau Banyuasin. Penelitian ini berlangsung pada tahun 2013. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode survei. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah purposive sampling,
dimana petani sampel yang diambil merupakan petani binaan PT Medco E&P Indonesia-Rimau Asset yang
mengusahakan padi SRI organik dan usahatani padi konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pandangan yang positif dari petani terhadap program CSR PT Medco E&P Indonesia Rimau Asset
dalam usahatani padi organik metode SRI yang dapat dilihat dari tingkat persepsi masyarakat yang berada
dalam kriteria tinggi. Terdapat perbedaan pendapatan antara usahatani padi organik metode SRI dan
usahatani padi konvensional sebesar Rp.7.989.299,02 /ha/mt, dimana pendapatan petani dalam usahatani
padi organik metode SRI lebih besar dari pada pendapatan petani dalam usahatani padi konvensional.
Faktor-faktor yang mendorong petani dalam mengikuti program CSR PT Medco E&P Indonesia-Rimau Asset
usahatani padi organik metode SRI adalah sifat inovasi dan pembinaan. Sifat inovasi terdiri dari keuntungan
relatif, kompatibilitas, triabilitas, observabilitas. Pembinaan terdiri dari kualitas pendamping, kuantitas
pendamping, komitmen perusahaan, intensitas pendampingan, dan sumber informasi.

Kata-kata kunci: padi, organik, SRI, program, Medco.

RUANG LINGKUP telah menonjol khususnya dalam pengembangan


agribisnis namun hal itu perlu ditingkatkan lagi
Penelitian ini merupakan bagian dari dalam rangka memacu pembangunan pertanian
evaluasi Program Budidaya SRI Organik CSR PT agar lebih berdayaguna khususnya bagi petani
Medco Rimau Asset di Desa Teluk Betung kecil. Salah satu peluang yang memungkinkan
Kabupaten Banyuasin. Dimana penelitian ini dalam rangka meningkatkan peran perusahaan
difokuskan pada tingkat keberhasil program swasta dalam pembangunan pertanian adalah
menurut persepsi penerima program. Selain itu implementasi Program Tanggungjawab
juga dibahas faktor-faktor yang mendorong Perusahaan atau lebih dikenal Corporate Social
keberhasilan program. Responsibility (CSR) (Garriga,Elisabet and Mele,
Dome`nec. 2004). Perusahaan ikut berperan
PENDAHULUAN dalam pengembangan masyarakat sekitarnya,
salah satunya memberikan program Corporate
Implementasi pembangunan pertanian Social Responsibility (CSR). Aktivitas yang
memerlukan partisipasi segenap jajaran diprogramkan perusahaan berupa program
pemangku kepentingan. Kehadiran perusahaan- pengembangan masyarakat (Community
perusahaan besar dilingkungan petani diharapkan Development), bertujuan untuk membantu
mampu mendukung pembangunan pertanian. masyarakat sekitar menjadi mandiri dan sejahtera
Peran perusahaan-perusahaan swasta selama ini (Lees, R. and G. Smith. 1975).

337
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Masyarakat memiliki cara pandang yang ditingkatkan tetapi aman dan menyehatkan
berbeda-beda mengenai program yang manusia yang mengkonsumsi (Sutanto, 2002).
dikembangkan perusahaan, yang sering disebut Inovasi teknologi budidaya padi mulai
sebagai persepsi. Persepsi (perception) adalah dikembangkan untuk meningkatan produksi padi
proses pembentukan kesan, yang sering menjadi organik dan salah satu inovasi teknologi budidaya
dasar bagi tindakan masyarakat. Saat ini, padi berbasis pertanian organik adalah System Of
paradigma perusahaan yang hanya berorientasi Rice Intensification (SRI). Menurut Saragih
memperoleh laba (profit) sebesar-besarnya sudah (2011), System Of Rice Intensification (SRI)
mulai bergeser dan mulai berupaya memberikan adalah sistem budidaya padi yang mampu
dampak positif keberadaannya bagi kesejahteraan meningkatkan produktivitas tanaman dengan cara
masyarakat sekitar. Untuk itu keterlibatan mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan
masyarakat dalam proses pengembangan unsur hara. SRI dapat mengefisienkan
masyarakat, tidak hanya dalam pelaksanaan, penggunaan bibit yang turun sampai 20%,
tetapi juga dalam perencanaan dan evaluasi. penggunaaan pupuk beralih ke organik dan
Untuk melihat tingkat keberhasilan suatu menurunkan sampai 50% penggunaaan pupuk
program yang telah diberikan oleh pihak kimia serta penghematan penggunaan air hingga
perusahaan maka sangat perlu dilakukan evaluasi 40%. Dari segi produktivitas, SRI dapat
(penilaian) terhadap program tersebut. Salah satu meningkatkan produktivitas hingga 50%
bentuk penilaian yang dapat dilakukan adalah dibandingkan dengan padi konvensional
melalui pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (Karyaningsih, S. 2008).
(IKM). Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) SRI ( System of Rice Intensification )
merupakan persepsi masyarakat terhadap adalah cara budidaya padi yang pada awalnya
program yang dikembangkan. Program yang diteliti dan dikembangkan sejak 20 tahun yang
dikembangkan PT Medco E&P Indonesia Rimau lalu di Pulau Madagaskar dimana kondisi dan
Asset untuk masyarakat di sekitarnya memerlukan keadaannya tidak jauh berbeda dengan
suatu penilaian yang salah satunya adalah melalui Indonesia. Karena kondisi lahan pertanian yang
penilaian oleh masyarakat peserta program. terus menurun kesuburannya, kelangkaan dan
Penilaian ini dilaksanakan melalui survei indeks harga pupuk kimia yang terus melambung serta
kepuasan masyarakat di masing-masing program suplai air yang terus berkurang dari waktu ke
agar dalam perbaikan program ke depan dapat waktu, maka dikembangkanlah metode SRI untuk
memenuhi harapan masyarakat. meningkatkan hasil produksi padi petani
Saat ini perkembangan pertanian berbasis Madagaskar pada saat itu, dengan hasil yang
organik cukup pesat. Menurut Karyaningsih, dkk sangat mengagumkan (Direktorat Perluasan dan
(2008), munculnya pertanian organik bersamaan Pengelolaan Lahan Kementrian Pertanian, 2012).
dengan bangkitnya kesadaran masyarakat dunia Pemberdayaan masyarakat perlu
akan pentingnya pemanfaatan sumber energi dan dilakukan untuk menciptakan petani yang handal
sejalan dengan makin meningkatnya dampak dalam sistem pertanian organik khususnya
negatif dari pertanian modern. Pendapatan pembudidayaan padi. PT Medco E&P Indonesia-
masyarakat yang meningkat dan semakin Rimau Asset melalui Program Corporate Social
tingginya tingkat pendidikan mendorong Responsibility (CSR) telah melaksanakan program
kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pola pemberdayaan masyarakat yakni pembudidayaan
makanan sehat. Trend pertanian organik di padi organik dengan metode SRI. Dalam
Indonesia mulai diperkenalkan oleh petani yang perjalanan budidaya padi organik dengan metode
sudah mapan dan memahami keunggulan SRI ini, diharapkan mampu memberikan
pertanian organik. kontribusi terhadap petani yaitu menambah
Pertanian organik bertujuan untuk pendapatan petani. Walaupun demikian, sistem
mempertahankan kelestarian sumberdaya dan usahatani padi organik yang baik akan
lingkungan, peningkatan nilai tambah ekonomi berpengaruh pula terhadap keuntungan yang
produk pertanian dan pendapatan petani. diterima petani yang pada akhirnya akan
Penggunaan pupuk hijau, hayati, peningkatan mempengaruhi pengembangan dan kelanjutan
biomasa, penyiapan kompos yang diperkaya dan pertanian padi SRI organik di Desa Teluk Betung.
pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit Berdasarkan rumusan masalah di atas,
secara hayati diharapkan mampu memperbaiki maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1)
kesehatan tanah sehingga hasil tanaman dapat Menganalisis persepsi petani padi organik metode
SRI terhadap program CSR PT Medco E&P

338
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Indonesia Rimau Asset. 2)Menghitung besar dengan skala ordinal berdasarkan penilaian skor
pendapatan yang diterima oleh petani dalam yaitu;
usahatani padi konvensional dan usahatani padi
organik metode SRI binaan PT Medco E&P skor 1 untuk kategori tidak puas
Indonesia Rimau Asset. 3) Mendeskripsikan skor 2 untuk kategori kurang puas
faktor-faktor yang mendorong petani mengikuti skor 3 untuk kategori puas
program CSR PT Medco E&P Indonesia Rimau skor 4 untuk kategori sangat puas
Asset dalam budidaya padi SRI organik metode
SRI. Setelah pemberian skor data kemudian
ditransformasikan kedalam indeks indikator.
METODE Rumus trasnformasi yaitu:

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Teluk


Betung Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten
Banyuasin. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Nilai indeks indikator berada pada selang
Desa Teluk Betung merupakan daerah yang nilai 0 – 100. Kriteria penilaiannya dibagi kedalam
menerapkan usahatani organik dengan metode empat klasifikasi dengan panjang interval= 100-
SRI. Penelitian menggunakan data primer dari 0/4 = 25,00.
petani yang terjadi pada tahun 2013. Data primer
merupakan data persepsi Indeks Kepuasan Interval skor dan konversi, serta kreteria
Masyarakat (IKM) program yang dikembangkan IKM dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PT Medco E&P Indonesia-Rimau Asset denga
indikator sebagai berikut: Tabel 1. Interval dan kriteria IKM
- Sosialisasi Program Nilai Interval Interval Kriteria IKM
- Respon terhadap informasi yang disampaikan skor skor konversi
1 1,00 - 1,75 0,00 - 25,00 Tidak Puas
- Keterlibatan dalam penentuan program 2 1,75 – 2,50 25,01 - 50,00 Kurang Puas
- Program menjawab kebutuhan 3 2,51 - 3,25 50,01 - 75,00 Puas
- Peningkatan Pengetahuan 4 3,26 – 4,00 75,01 - 100,00 Sangat Puas
- Penerapan Pengetahuan
- Diseminasi pengetahuan HASIL DAN PEMBAHASAN
- Peningkatan hasil usaha
- Kesesuaian dengan perencanaan Program SRI Organik, sudah cukup lama
- Keterlibatan dalam evaluasi dilaksanakan di Kecamatan Pulau Rimau, maka
- Kesempatan berpendapat/gagasan akan berdampak terus terhadap penambahan
- Akomodasi pendapat/gagasan jumlah anggota, luas tanam dan produksi yang
- Kebermanfaatan program terus meningkat. Perkembangan yang begitu
- Keberlanjutan program pesat, selain karena adanya proses
- Inklusifitas Program pendampingan yang terus menerus, juga
Metode yang digunakan dalam penelitian disebabkan oleh banyaknya manfaat yang
ini adalah metode survei. Metode penarikan dirasakan oleh petani dan kesesuaian inovasi
contoh yang digunakan adalah simple random yang ada. Program SRI Organik ini juga telah
sampling, dimana petani sampel yang diambil mampu menumbuhkan kelembagaan kelompok
merupakan petani binaan PT Medco E&P tani dan adanya pendamping lokal yang dapat
Indonesia-Rimau Asset yang mengusahakan membantu masyarakat sekitar.
usahatani padi SRI organik yang berjumlah 34 KK Karakteristik masyarakat terdiri dari umur,
dari jumlah total populasi sebanyak 45 KK. Data pendidikan, jumlah anggota keluarga,
diolah secara tabulasi dengan menggunakan skor pengalaman, lama ikut program, dapat dilihat
dan diuraikan secara deskripsi untuk mengetahui pada Tabel 2.
persepsi petani. Menurut Marshall, Catherine &.
Rossman, Gretchen B. (2006), Data yang
diperoleh dari lapangan diolah dengan berbagai
cara. Data yang berhubungan dengan persepsi
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) akan diukur

339
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 2. Karakteristik petani peserta program 9 Kebermanfaatan program Sangat


75,19 Puas
SRI Organik di Kecamatan Pulau Rimau
10 Keberlanjutan program 70,00 Puas
Karakteristik Kategori Jumlah Persen
(tahun) (orang) (%) 11 Inklusifitas program Sangat
75,56 Puas
Muda 12 40,00
(27≤x≤42) 12 Dampak kohesi program Sangat
75,56 Puas
Sedang 15 50,00
Umur Indek Kepuasan Masyarakat
(42<x≤67)
(Total) 71,79 Puas
Tua 3 10,00
(67<x≤74)
SD 19 63,33 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
Pendidikan SMP 8 26,7 indeks kepuasan masyarakat program SRI
SMA 4 13,3 Organik diukur dari sifat-sifat inovasi dan
2-3 12 40,00 pembinaan. Selisih pendapatan usahatani padi
Jumlah anggota
4-5 13 43,33
keluarga organik dan padi konvensional sangat besar
>6 5 16,67
3≤x≤8 25 83,33 perbedaannya yaitu sebesar Rp.7.989.299,02 per
Pengalaman 8<x≤13 2 6,67 hektar. Hal ini disebabkan karena produktifitas
13<x≤18 3 10,00 lahan yang sangat berbeda dan juga biaya
pengolahan serta penggunaan faktor-faktor
Indeks kepuasan masyarakat total adalah produksi yang digunakan oleh petani seperti
71,79 dengan kriteria puas. Hal ini berarti, biaya tetap dan biaya variabel sangat
masyarakat merasa senang dengan adanya mempengaruhi pendapatan itu sendiri. Selain itu,
program SRI Organik. Program ini sudah harga jual beras yang sangat berbeda sehingga
melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan mempengaruhi pendapatan.
program hingga pelaksanaan program. Adanya Selanjutnya besar nilai R/C usahatani
program ini, sudah cukup menumbuhkan padi SRI organik yang diperoleh dari hasil
kemandirian serta kerjasama yang akan perbandingan antara penerimaan usahatani dan
mengarah ke keberlanjutan program. Kegiatan biaya produksi total adalah sebesar 3,14 per
dalam program SRI Organik telah memenuhi hektarnya, artinya setiap biaya yang dikeluarkan
kriteria proses Community Development (CD) oleh petani padi SRI organik sebesar Rp.1,00
karena dilakukan berdasarkan prinsip maka petani akan mendapatkan penerimaan
pemberdayaan masyarakat. Idealnya dalam sebesar Rp.3,14. Pada usahatani padi
pelaksanaannya pemberdayaan mengandung dua konvensional, nilai R/C rasio sebesar 2,47 per
elemen pokok, yaitu partisipasi dan kemandirian. hektarnya, artinya setiap biaya yang dikeluarkan
Pemberdayaan dilakukan agar anggota kelompok oleh petani konvensional sebesar Rp.1,00 maka
mampu berpartisipasi untuk mencapai petani akan memperoleh penerimaan sebesar
kemandirian. Rp.2,47. Kedua usahatani ini sudah efisien dan
layak dijalankan karena memiliki nilai R/C rasio
Tabel 3. Indeks kepuasan masyarakat total terhadap lebih dari satu (Soekartawi, 200; 2005).
program SRI Organik di Kecamatan Pulau
Rimau Tabel 4. Pendapatan rata-rata usahatani padi SRI
No. Indikator Skor Kriteria Organik dan padi konvensional
Rerata
Keteran Petani Organik Petani Konvensional
1 Sosialisasi Program 65,56 Puas
No
2 Partisipasi Masyarakat dalam gan (Rp/lg/mt) (Rp/ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/ha/mt)
Penentuan dan perencanaan
Peneri
program 68,52 Puas 1
maan 19,216,830. 18,801,481 20,077,791 8,164,177
3 Pemenuhan kebutuhan dalam
perencanaan 73,33 Puas
Biaya
4 Kesesuaian pelaksaan dengan 2
Prod. 5,529,154 5,991,369 8,139,970 3,343,365
perencanaan 71,48 Puas
5 Kesempatan Sangat
Pendap
berpendapat/gagasan 75,19 Puas 3
atan 13,687,675 12,810,111 11,937,821 4,820,812
6 Peningkatan dan Penerapan
pengetahunan 74,07 Puas 4 R/C
3.48 3.14 2.47 2.44
7 Program mendorong
kemandirian 71,48 Puas
8 Keterlibatan masyarakat dalam Sifat-Sifat Inovasi
monitoring dan evaluasi
program 65,56 Puas

340
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Sifat-sifat inovasi (teknologi baru) terdiri dari bertambah anggotanya dan banyak menyebar
enam sifat, yaitu keuntungan relatif, di desa lainnya.
kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas dan
observabilitas. Secara rinci dapat dilihat sebagai Pembinaan
berikut (Netting,F.E., Kettner,P.M. and Pembinaan yang dilakukan oleh pihak
McMurtry,S.L. 2004) : perusahaan dilihat dari enam aspek yaitu
kuantitas SDM pendamping, kualitas SDM
a. Keuntungan relatif, yaitu setiap ide baru akan pendamping, komitmen perusahaan, intensitas
dipertimbangkan sejauhmana keuntungan pendampingan, sumber informasi dan kredit.
relatif yang diberikan, baik dari segi ekonomi Secara rinci dijelaskan sebagai berkut:
maupun sosialnya. Inovasi yang diberikan pada
program SRI Organik mempunyai nilai ekonomi a. Kuantitas SDM pendamping
dan teknologi yang menguntungkan. Semua Pelaksanaan program SRI Organik mulai
masyarakat (100%) telah mengetahui dari perencanaan dan pelaskanaan program,
keunggulan dari program SRI Organik yaitu masyarakat selalu diberi pelatihan dan
harga jual yang mahal dan bebas pestisida pendampingan oleh pihak perusahaan.
(ramah lingkungan). Pendampingan ini dilakukan melalui pertemuan,
b. Kompatibilitas, yaitu inovasi cepat diadopsi pelatihan dan kegiatan di lapangan. Semua
apabila sesuai dan cocok untuk kondisi masyarakat (100%) menyatakan bahwa mereka
setempat. Program SRI Organik cocok setuju setiap desa ada SDM pendamping, dimana
dilaksanakan di Desa Parit V, Parit IX dan SDM pendamping dari perusahaan berasal dari
T.Asri, karena daerah ini memang sudah pihak yang handal yaitu Aliksa Foundation. Dari
berusahatani padi konvensional sebelumnya sisi kuantitas SDM pendamping cukup memadai
yang memiliki pengalaman rata-rata 6 tahun. dimana pendamping diberi desa binaan masing-
Inovasi yang diberikan pada Program SRI masing yang disesuaikan dengan program yang
Organik mempunyai kesesuaian dengan akan dilaksanakan. Selain itu, sudah ada
kebutuhan, pengalaman, dan nilai sosial pendamping lokal yang berasal dari masyarakat
(100%). itu sendiri yang pernah diberi pelatihan khusus di
c. Kompleksitas, yaitu inovasi akan mudah Bogor. Mereka juga berperan sebagai
dimengerti dan diadopsi apabila tidak terlalu pendamping yang dapat membantu mengatasi
kompleks, bersifat sederhana. Dalam program permasalahan masyarakat setempat.
SRI Organik, usahatani SRI Organik sangat
mudah dilakukan karena sifatnya sederhana b. Kualitas SDM pendamping
mengakibatkan banyaknya masyarakat (100%) Selain memiliki kuantitas yang memadai,
menyatakan bersifat sederhana dan tidak pendamping yang diberikan perusahaan untuk
mengalami kesukaran sehingga banyak mendampingi masyarakat yaitu orang yang
masyarakat yang mengikuti dan mengadopsi berkualitas (European Commission, 2003).
program tersebut. Dimana mereka memiliki pendidikan yang baik
d. Triabilitas, yaitu inovasi baru yang mudah dan mereka juga sudah dikirim untuk mengikuti
dicoba agar lebih cepat diadopsi. Semua pelatihan-pelatihan guna menambah wawasan
masyarakat (100%) menyetujui, apabila ada dan memperkaya pengalaman. Hal ini sangat
inovasi baru maka harus dicoba terlebih dahulu penting agar terjadinya peningkatan perilaku
dalam skala kecil. Hal ini bertujuan untuk pendamping sebelum mereka mentransfer
menumbuhkan rasa percaya masyarakat pengetahuan kepada masyarakat. Sebanyak
terhadap inovasi yang akan diadopsi. 100% masyarakat yang mengikuti program SRI
e. Observabilitas yaitu inovasi yang mudah dan Organik menyatakan bahwa mereka setuju dan
cepat dapat dilihat hasilnya lebih mudah senang karena SDM yang ada memiliki
diadopsi daripada yang tidak dapat segera pengetauan dan keteramplan yang sesuai
dilihat hasilnya. Semua masyarakat (100%) dengan program SRI Organik. Pendamping yang
menyatakan bahwa Inovasi yang diberikan bertugas dalam program SRI ini adalah SDM
pada Program SRI Organik mudah diamati yang paham mengenai seluk beluk SRI Organik,
tingkat keberhasilannya. Hal ini dapat seringkali mereka langsung turun ke sawah
tercermin, cukup banyaknya peminat SRI untuk membimbing atau membantu masyarakat
Organik yang setiap tahun cenderung setempat yang sedang bekerja dan mampu
memberikan solusi atas permasalahan yang

341
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

terjadi usahatani SRI Organik yang mereka Berdasarkan penelitian yang telah
usahakan. dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
c. Komitmen perusahaan 1. Terdapat persepsi yang positif dari petani
Perusahaan mempunyai komitmen dalam terhadap program CSR usahatani padi
kegiatan pengembangan masyarakat. Hal ini organik metode SRI, yang dapat dilihat dari
seiring dengan bentuk kepedulian perusahaan tingkat persepsi petani padi organik metode
terhadap masyarakat sekitar berupa memberikan SRI dengan kriteria tinggi.
bantuan dalam bentuk program CSR. Sebanyak 2. Terdapat perbedaan pendapatan antara
100% masyarakat yang mengikuti program SRI usahatani padi organik metode SRI dan
Organik menyatakan bahwa mereka sangat usahatani padi konvensional sebesar
merasakan manfaat dengan adanya komitmen Rp.7.989.299,02 /ha/mt, dimana pendapatan
perusahaan yang memperhatikan masyarakat usahatani padi organik metode SRI lebih
sekitar. besar daripada pendapatan dari usahatani
d. Intensitas Pendampingan konvensional.
Sehubungan dengan pelaksanaan program 3. Faktor yang mendorong keberhasilan
padi SRI Organik, pendamping melakukan program CSR usahatani padi organik adalah
tugasnya sebagai pendampingan yang turun ke sifat inovasi dan pembinaan. Sifat inovasi
lapangan satu bulan sekali. Selain itu, untuk yang terdiri dari keuntungan relatif,
memperlancar komunikasi maka tidak menutup kompatibilitas, triabilitas, observabilitas.
kemungkinan informasi dapat diberikan melalui Pembinaan terdiri dari kualitas pendamping,
media HP. Hal ini berdampak bahwa sebanyak kuantitas pendamping, komitmen
100% masyarakat yang ikut program SRI perusahaan, intensitas pendampingan, dan
Organik menyatakan bahwa pendampingan yang sumber informasi.
dilakukan cukup intensif baik bersifat formal 4. Program CSR PT Medco E&P Indonesia-
maupun non formal. Pendamping juga sering Rimau Asset dalam budidaya padi organik
langsung ikut turun ke lapangan dalam rangka metode SRI berpengaruh nyata terhadap
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pendapatan petani. Dapat dilihat dari
masyarakat. pendapatan usahatani padi organik metode
e. Sumber Informasi SRI lebih besar daripada pendapatan dari
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan usahatani konvensional.
dan keterampilan, maka masyarakat dapat juga
mencari informasi melalui media. Pendamping DAFTAR PUSTAKA
menyediakan banyak jenis media yang cocok  European Commission. 2003.The Contribution
dan relevan seperti : buku praktis, majalah of Social Capital in the Social Economy to
trubus dan leaflet. Semua masyarakat (100%) Local Economic Development in Western
yang mengikuti program SRI Organik Europe. European Commission, Belgium.
menyatakan bahwa mereka memanfaatkan  Garriga,Elisabet and Mele, Dome`nec.2004.
media yang ada. Hal ini bertujuan agar Corporate Social Responsibility Theories:
pengetahuan yang mereka miliki bertambah dan Mapping the Territory. Journal of Business
tidak terbatas pada informasi dari pendamping Ethics 53: 51–71, 2004. Kluwer Academic
saja (Rakhmat, J. 2005). Publishers. Printed in the Netherlands.
f. Kredit  Lees, R. and G. Smith. 1975. Action Research
Dalam pelaksanaan program padi SRI In Community Development. Routledge &
Organik, pihak perusahaan tidak memberikan Kegan Paul Ltd. London & Boston.
pinjaman. Mereka hanya memberi bantuan  Karyaningsih, S. 2008. Inovasi Teknologi
(charity) berupa benih yang dapat dimanfaatkan Budidaya Padi Organik Menuju Pembangunan
masyarakat untuk kegiatan usahataninya. Pertanian yang Berkelanjutan. Prosiding
Masyarakat yang mengikuti program SRI Organik Seminar Nasional Teknik Pertanian.
(100%) menyatakan bahwa program ini tidak Yogyakarta
memberikan kredit.
 Marshall, Catherine &. Rossman, Gretchen B.
SIMPULAN 2006. Designing Qualitative Research (4th
edition). Thousands Oaks: Sage Publication,
London.

342
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Netting, F.E. , Kettner, P.M. and  Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
McMurtry, S.L. 2004. Social Work Macro Pertanahan. Rajawali Persada. Jakarta
Practice (Third Edition), Allyn and  Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan
Boston. Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta.
 Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung

343
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PERAN WANITA DALAM AGROINDUSTRI LEDRE PISANG RAJA DI


DESA PURWOSARI KECMATAN PURWOSARI
KABUPATEN BOJONEGORO
Dina Novia Priminingtyas1, Elva Hidayatul Haq2

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian


Universitas Brawijaya Malang

(email : dinanovia@ub.ac.id)

ABSTRAK. Tujuan penelitin ini adalah mengidentifikasi alasan yang mendorong wanita bekerja di
agroindustri ledre pisang raja, menganalisis peran wanita dalam kegiatan agroindustri ledre pisang raja dan
menganalisis kontribusi wanita dalam kegiatan agroindustri ledre pisang raja dalam meningkatkan
pendapatan rumah tangga. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: alasan wanita bersedia bekerja
karena adanya tanggung jawab untuk membantu suami dalam meningkatkan pendapatan rumah tangganya.
Peran wanita dalam agroindustri ledre pisang raja terkait aktivitas, akses, kontrol, manfaat lebih dominan
daripada pria. Kontribusi wanita yang bekerja pada agroindustri ledre pisang raja memiliki andil yang besar
yaitu rata-rata 47 persen. Ini berarti wanita menyumbang kontribusi pendapatan cukup besar dalam
pendapatan rumah tangga dari kegiatan agroindustri ledre pisang raja.

Kata Kunci : Agroindustri Ledre Pisang Raja, Peran Wanita, Kontribusi Pendapatan Wanita

PENDAHULUAN berperan ganda, tetapi perempuan memiliki


banyak peran yaitu peran dalam reproduksi di
Sektor agroindustri merupakan salah satu dalam keluarga, peran produktif, yaitu peran
cara dalam menanggulangi nilai angka ekonomis di sektor publik; dan peran sosial, yaitu
pengangguran di negara Indonesia. Menurut peran di komunitas sosialnya.
Suprapto (2008), agroindustri adalah kegiatan Agroindustri yang banyak berkembang di
yang dilakukan mayoritas penduduk yang awalnya Indonesia adalah industri makanan khususnya
berkecimpung dalam kegiatan pertanian makanan khas daerah. Menurut Suandi dan Sativa
menghasilkan barang primer, selanjutnya (2001) banyak wanita di pedesaan bekerja dalam
berkembang ke dalam kegiatan agroindustri untuk agroindustri pangan. Sumbangan pendapatan
mengolah hasil pertanian yang dapat yang dihasilkan rata-rata 38,75% dari pendapatan
memperpanjang daya simpan komoditas terutama rumah tangga dan alokasi waktu rata : 25,58 jam
untuk keperluan ekspor. perminggu. Oleh karena itu dilakukan
Kontribusi wanita pada produksi dalam pemberdayaan wanita di subsektor agroindustri
pertanian dan pangan cukup signifikan. Partisipasi dari fungsi usahatani sampai pengolahan hasil.
wanita di pasar tenaga kerja pedesaan bervariasi Di Desa Purwosari mayoritas
di seluruh daerah, tapi selalu wanita lebih masyarakatnya bermata pencaharian sebagai
terwakili dalam permasalahan seperti : belum petani, dan para wanita bekerja pada usaha
dibayar, musiman dan pekerjaan paruh waktu, agroindustri ledre pisang raja. Salah satu faktor
dan bukti yang ada menunjukkan bahwa utama keikutsertaan wanita dalam mencari nafkah
perempuan sering dibayar kurang dari laki-laki, adalah adanya tuntutan ekonomi. Hal tersebut
untuk pekerjaan yang sama. dikarenakan penghasilan yang didapat oleh kepala
(www.fao.org/economics/esa) rumahtangga sebagai petani belum cukup dalam
Peningkatan kualitas sumber daya manusia, memenuhi kebutuhan rumahtangga, sehingga
baik pria maupun wanita sangat dibutuhkan untuk pihak wanita turut serta menompang kebutuhan
pembangunan sektor agroindustri. Mosser (1999) rumahtangganya
menjelaskan bahwa wanita tidak hanya memiliki

344
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

METODE dikarenakan pendapatan yang dihasilkan oleh


suami belum memenuhi kebutuhan keluarga.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara Pekerjaan utama penduduk di Desa
sengaja yaitu di Desa Purwosari, Kecamatan Purwosari adalah sebagai petani dan buruh tani,
Purwosari Kabupaten Bojonegoro. Lokasi ini dipilih selain itu, untuk untuk menambah pendapatan
dengan pertimbangan salah satu lokasi sentra keluarganya, dari beberapa wanita melakukan
agrindustri ledre pisang raja dan mayoritas pekerjaan dalam sektor publik salah satunya
sebagian wanita istri dari petani di Desa Purwosari adalah pembuatan agroindustri ledre pisang raja.
melakukan kegiatan usaha agroindustri ledre Wanita bekerja pada sektor publik didukung
pisang raja yang masih aktif hingga sekarang. penuh oleh suaminya. Hal tersebut dikarenakan
Penentuan responden dilakukan dengan metode pendapatan yang diperoleh memberikan dampak
sensus karena data yang dikumpulkan berasal peningkatan pendapatan bagi kehidupan
dari seluruh anggota populasi. Responden keluarga. Meskipun demikian, wanita tidak lupa
berjumlah 15 wanita pelaku agroindustri yang terhadap kewajiban utama mereka sebagai ibu
melakukan usaha agroindustri ledre pisang raja di rumah tangga.
rumah dan kegiatan tersebut tergolong skala
rumah tangga. Tabel 1. Alasan Responden dalam Bekerja Pada
Agroindustri Ledre Pisang Raja
Metode analisis data yang digunakan pada Alasan Jumlah Persentase (%)
penelitian adalah analisis deskriptif, analisis Responden
harvard dan analisis pendapatan. Analisis Kebutuhan 13 86,66
keluarga
deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan Inisiatif sendiri 2 13,33
tentang profil dari responden serta alasan wanita Paksaan suami 0 -
mau melakukan kegiatan pada sektor publik yaitu Total 15 100
melakukan usaha agroindustri ledre pisang raja. Sumber : Data Primer, Diolah, 2014
Analisis Harvard digunakan untuk menganalisis
data dan informasi secara sistematis tentang pria Berdasarkan hasil tabel 1 diatas terdapat
dan wanita untuk mengidentifikasi dan beberapa pernyataan alasan responden dalam
mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan memutuskan untuk bekerja di agroindustri ledre
tanggung jawab pria dan wanita, serta faktor- pisang raja, sebagian besar karena kebutuhan
faktor yang mempengaruhi. Kemudian Analisis keluarga menjadi alasan dengan persentase
pendapatan dalam kegiatan agrioindustri ledre terbesar yaitu 86,66%. Selain itu alasan inisiatif
pisang raja akan menganalisis pendapatan secara sendiri juga diambil oleh responden dengan
kuantitatif dari kegiatan yang dilakukan oleh persentase sebesar 13,33%. Dapat disimpulkan
wanita dari kegiatan agroindustri ledre pisang bahwa alas an utama wanita bekerja dikarenakan
raja. faktor ekonomi. Oleh karena itu, peran wanita
dalam mengatur waktu antara bekerja dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN sektor domestik maupun sektor publik sangat
Alasan Wanita Bekerja Pada Agroindustri dibutuhkan agar berjalan dengan baik.
ledre Pisang Raja
Peran Wanita Dalam Agroindustri Ledre
Pada dasarnya wanita mempunyai Pisang Raja
kewajiban di sektor domestik yaitu sebagai ibu
rumahtangga dimana mereka memiliki Analisis gender digunakan sebagai alat
tanggungan dalam menjaga rumah, bantu untuk mengetahui pembagian kerja antara
(Tjandraningsih, 1996). namun dalam pria dan wanita dalam proses produksi ledre
kenyataannya, wanita saat ini banyak yang pisang raja. Analisis ini meliputi empat faktor yaitu
memiliki peran ganda selain bekerja dalam sektor analisis aktivitas, analisis akses, analisis kontrol
domestik, wanita juga mengambil peran dalam dan analisis manfaat benefit.
sektor publik. Hal tersebut seiring dengan 1. Aspek Aktivitas Antara Pria dan Wanita Dalam
kemajuan ekonomi dan meningkatnya pendidikan Kegiatan Agroindustri Ledre Pisang Raja.
wanita. Analisis aktivitas ini digunakan untuk
Dari hasil penelitian yang dilakukan, alasan menganalisis seberapa besar dominasi antara
wanita di Desa Purwosari bekerja adalah untuk pria dan wanita pada seluruh aktivitas
menambah penghasilan keluarga. Hal tersebut agroindustri ledre pisang raja. Peranan wanita

345
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dalam seluruh aktivitas agroindustri ledre pembelian bahan baku hingga proses
pisang raja lebih dominan jika dibandingkan pengemasan ledre pisang raja. sedangkan pria
dengan peranan pria. Hal ini dapat dilihat pada hanya dominan dalam proses pengiriman
saat melakukan kegiatan sepenuhnya produk ledre pisang raja kepada pengepul.
dilakukan oleh wanita dari mulai proses

Tabel 2. Pembagian Kerja antara Pria dan Wanita dalam Agroindustri Ledre Pisang Raja
No Jenis Pekerjaan Wanita Pria Bersama
Jml (%) Jml (%) Jml (%)
org org org
1 Pembelian bahan baku 13 86,66 - 00,00 2 13,33
2 Pengadaan peralatan 15 100 - 00,00 - 00,00
3 Pengolahan adonan bahan 15 100 - 00,00 - 00,00
4 Proses produksi 15 100 - 00,00 - 00,00
5 Proses pengemasan 15 100 - 00,00 - 00,00
6 Pengiriman produk 6 40 4 26,66 5 33,33
Jumlah 526,66 26,66 46,66
Rata-rata 87,78 4,44 7,77
Sumber : Data Primer, 2014 (Diolah)
aktifitas yang dilakukan wanita dalam agroindustri
Dapat dilihat bahwa peranan wanita dalam ledre pisang raja lebih dominan.
melakukan agroindustri ledre pisang raja yaitu
sebesar 87,78% peran yang dilakukan wanita 2. Aspek Akses Antara Pria dan Wanita Dalam
mulai dari kegiatan pengadaan bahan baku Kegiatan Agroindustri Ledre Pisang Raja.
hingga proses pengemasan didominasi oleh Aspek akses digunakan untuk mengetahui
wanita, sedangkan pria sebesar 4,44% membantu siapa yang lebih dominan dalam mendapatkan
dalam kegiatan pendistribusian saja, kemudian peluang sehubungan dengan proses produksi
kegiatan yang dilakukan bersama-sama sebesar ledre pisang raja.
7,77%. demikian dapat disimpulkan bahwa

Tabel 3. Akses Pria (Suami) dan Wanita (Istri) Terhadap Sarana Produksi dan Jangkauan Informasi Dalam
Agroindustri Ledre Pisang Raja
No Jenis Akses wanita (istri) Pria (suami) Bersama
Jml (%) Jml (%) Jml (%)
org org org
1 Mengerti pembuatan ledre 15 100 - 00,00 - 00,00
pisang raja
2 Mengetahui harga dan lokasi 8 53,33 - 00,00 7 46,66
pembelian bahan baku
3 Sarana produksi 7 46,66 3 20 5 33,33
4 Modal - 00,00 15 100 - 00,00
5 Penyuluhan 15 100 - 00,00 - 00,00

6 Peluang mendapatkan - 00,00 - 00,00 15 100


keuntungan
7 Akses pendapatan ledre pisang 5 33,33 - 00,00 10 66,66
raja
Jumlah 333,32 120 246,66
Rata-rata 47,61 17,14 35,23
Sumber : Data Primer, 2014 (Diolah)
100%. Pria cenderung tidak telaten dalam
Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara melakukan kegiatan produksi. Wanita yang
yang dilakukan dalam pengetahuan pembuatan melakukan kegiatan awal pasca produksi yaitu
ledre pisang raja dengan 15 responden menjawab pengadaan bahan baku, sebelum memproduksi
wanita yang mendominasi dengan presentase wanita berbelanja bahan baku di pasar tradisional

346
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

di daerah mereka. Sehingga wanita lebih memiliki untuk pembuatan ledre pisang raja sehingga dari
akses yang dominan dengan persentase 53,33% hasil wawancara 15 pria dominan dengan
dari pria dalam pengetahuan tentang harga dan persentase 100% dalam akses terhadap modal.
lokasi tempat pembelian bahan baku ledre pisang Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
raja akan tetapi pria terkadang juga ikut agroindustri ledre pisang raja oleh para wanita
membantu dalam proses pembelian bahan baku, dipergunakan untuk membantu mencukupi
sehingga sebagian pria juga mengetahui lokasi kebutuhan rumahtangga.
dan harga dari bahan baku dalam pembuatan
ledre pisang raja sehingga kegiatan tersebut 3. Aspek Kontrol Antara Pria dan Wanita Dalam
dilakukan bersama antara wanita dan pria dengan Kegiatan Agroindustri Ledre Pisang Raja.
persentase 46,66%. Aspek kontrol menyangkut kewenangan
Modal dalam agroindustri ledre pisang raja penuh dalam pengambilan suatu keputusan
sepenuhnya dipegang oleh pria. Hal ini atas penggunaan sumber daya, serta
dikarenakan pria berperan sebagai kepala pengambilan keputusan dalam kegiatan
keluarga yang merupakan penentu dalam agroindustri ledre pisang raja.
penggunaan uang atau modal yang digunakan

Tabel 4. Pola Pengambilan Keputusan Pria (Suami) dan Wanita (Istri) Dalam Agroindustri Ledre Pisang Raja
No Keputusan Mengenai Wanita (istri) Pria (suami) Bersama
Jml (%) Jml (%) Jml (%)
org org org
1 Menentukan pembelian bahan 15 100 - 00,00 - 00,00
baku
2 Menentukan harga penjualan 15 100 - 00,00 - 00,00
3 Alokasi pendapatan 9 60 2 13,33 4 26,66
4 Peluang dalam mengontrol 2 13,33 9 60 4 26,66
peralatan
Jumlah 273,33 73,33 53,32
Rata-rata 68,33 18,32 13,33
Sumber : Data Primer, 2014 (Diolah)
wanita yang berwenang penuh dalam urusan
Dari tabel 4 dapat dijelaskan dari aspek rumah tangga sehingga yang mengatur alokasi
kontrol dalam kegiatan agroindustri ledre pisang pendapatan adalah wanita dengan persentase
raja terdapat 4 indikator kegiatan yang 60% selain itu dilakukan secara bersama sama
menjelaskan tentang aspek kontrol yaitu dalam antara pria dan wanita dengan persentase
kegaitan menentukan pembelian bahan baku sebesar 26,66%.
proses agroindustri ledre pisang raja wanita 4. Aspek Manfaat Antara Pria dan Wanita Dalam
berperan penuh dengan persentase 100% hal Kegiatan Agroindustri Ledre Pisang Raja.
tersebut karena wanita yang menentukan dan Aspek manfaat menjawab siapa yang
mengambil keputusan seluruh proses pembuatan lebih mendapatkan kesempatan untuk
ledre pisang raja, kemudian dalam menentukan memperoleh manfaat atau hasil dari kegiatan
alokasi pendapatan, wanita lebih dominan jika agroindustri ledre pisang raja.
dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan

Tabel 5. Manfaat yang Diperoleh Pria dan Wanita Dalam Kegiatan Agroindustri Ledre Pisang Raja
No Jenis Benefit Wanita Pria Bersama
Jml (%) Jml (%) Jml (%)
Org org Org
1 Kebutuhan rumah tangga 2 13,33 - 00,00 13 86,66
2 Biaya kesehatan - - 00,00 15 100
3 Biaya pendidikan - - - 00,00 15 100
Jumlah 13,33 - 286,66
Rata-rata 4,44 - 95,55
Sumber : Data Primer : 2014 (Diolah)

347
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

keluarga manfaat yang didapat dari kegiatan


Berdasarkan hasil tabel 5 diatas dapat agroindustri ledre pisang raja juga dirasakan
dijelaskan manfaat yang diperoleh sama-sama secara bersama-sama antara pria dan wanita
dirasakan oleh pria dan wanita, dalam dengan persentase tertinggi yaitu sebesar 100%,
pemenuhan kebutuhan rumahtangga pria dan hal tersebut dikarenakan meskipun wanita
wanita dominan bersama-sama dalam dianggap berperan penuh dalam kegiatan
memperoleh manfaat dalam kegiatan agroindustri agroindustri ledre pisang raja manfaat yang
ledre pisang raja dengan persentase 86,66% dan diperoleh digunakan secara bersama-sama
13,33% responden menjawab wanita yang dengan anggota keluarga dalam pemenuhan
mendapatkan manfaat dalam memenuhi kebutuhan yang dirasa pria belum dapat
kebutuhan rumahtangga. Dalam pemenuhan mencukupi dari pendapatannya.
biaya kesehatan dan pendidikan bagi anggota

Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Agroindustri Ledre Pisang Raja.

Biaya Tetap

Tabel 6. Biaya Penyusutan Dalam Agroindustri Ledre Pisang Raja Perbulan


No. Jenis Biaya Penyusutan Nilai Rata-Rata (Rp)
1 Alat straples 10.000
2 Pisau 2.500
3 Wajan baja 4.000
4 Baskom 6.366
5 Capi 1.000
6 Talenan 3.216
7 Tungku/kompor 5.026
8 Timbangan 3.000
9 Sendok pengaduk 2.500
Total biaya Penyusutan dalam Satu Tahun Rp. 35.610,00
Rata-rata Biaya Penyusutan dalam Satu Bulan Rp. 2.967,5
Sumber : data primer 2014

Biaya Variabel

Tabel 7. Biaya Variabel dalam Agroindustri Ledre Pisang Raja Perbulan


No. Jenis Biaya Variabel Nilai Rata-Rata (Rp)
1 Pisang 318,600
2 Tepung beras 320.220
3 Gula 416.232
4 Santan kelapa 203.661
5 Plastic 52,191
6 Arang 160,191
Total Biaya Variabel dalam Satu bulan Rp. 23.953.176,56
Rata-rata Biaya Variabel dalam Satu bulan Rp. 1.596.878,44
Sumber : data primer 2014

Berdasarkan analisis biaya pada produksi ledre pisang raja adalah Rp.2.967,5. dari
agroindustri ledre pisang raja, maka dapat kedua biaya tersebut (total biaya variabel dan
diketahui bahwa hasil rata-rata total biaya total biaya tetap), maka dapat diketahui bahwa
variabel dalam pembuatan agroindustri ledre jumlah biaya total produksi angroindustri ledre
pisang raja adalah sebesar Rp.1.596.878,44,- pisang raja adalah sebesar Rp.1.599.845,94,-.
.Selain itu jumlah total biaya tetap dalam satu kali

348
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 8. Pendapatan Rata-rata Agroindustri Ledre dengan peran wanita bekerja pada sektor publik
Pisang Raja Perbulan ini.
Uraian Nilai (Rp)
Total Biaya (TC) 1.599.845 Tabel 9. Rata-Rata Kontribusi Pendapatan Rumah
Penerimaan (TR) 3.280,050 Tangga Dalam Kegiatan Agroindustri
Pendapatan (π) 1.680.204 Ledre Pisang Raja
Kontribusi
Sumber : Data Primer, 2014 (Diolah) Pendapatan Pendapatan Pendapata pendapatan
No istri suami n total wanita
24.901.516, 51.603.06
Jumlah 26.200.000 707%
Dengan rata-rata penerimaan adalah 89 1

Rp.3.280,050,- dan rata-rata pendapatan yang Rata-rata 1,660,101.1 1.746.666 3.440.204 47%
diperoleh oleh wanita dalam satu bulan sebesar 3

Rp.1.680.204,- jumlah tersebut diperoleh dari Sumber : Data Primer 2014 (Diolah)
total penerimaan dikurangi total biaya produksi.
Berdasarkan hasil pendapatan tersebut agar Berdasarkan data tabel diatas, secara
dapat diketahui hasil kontribusi pendapatan keseluruhan persentase kontribusi dari
perbulan maka pendapatan dalam satu kali pendapatan wanita terhadap pendapatan
produksi dikalikan jumlah kegiatan produksi rumahtangga termasuk tinggi dengan hasil rata-
perbulan, dalam satu bulan wanita melakukan rata 47% wanita menyumbang kontribusi
produksi 27 kali, pendapatan dari kegiatan agroindustri ledre
pisang raja.
Kontribusi Pendapatan Wanita Terhadap Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
Pendapatan Rumah Tangga agroindustri ledre pisang raja memberikan
manfaat bagi wanita maupun pria yang dapat
Wanita pelaku agroindustri ledre pisang raja dimanfaatkan untuk kelangsungan rumah tangga.
di Desa Purwosari merupakan sumberdaya yang Hasil dari pendapatan wanita tersebut
produktif sehingga memiliki andil yang cukup diperoleh apabila dalam keadaan produksi normal
besar dalam upaya peningkatan rumah tangga (dalam hari biasa). Tetapi jika pada hari-hari
mereka. Kontribusi mereka dalam upaya besar seperti hari raya atau adanya event-event
peningkatan pendapatan pada rumah tangganya seperti pameran permintaan akan produk ledre
tidak dapat dianggap remeh dikarenakan peran pisang raja meningkat, maka pendapatan yang
wanita dalam sektor publik ini memiliki andil yang diperoleh oleh wanita akan leih besar dari
cukup besar dan berpengaruh dalam upaya kegiatan pada hari biasa.
peningkatan pendapatan bagi rumah tangga.
Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
berasal dari dua sumber, yaitu dari suami, dan SIMPULAN DAN SARAN
dari responden wanita yang melakoni kegiatan
agroindustri ledre pisang raja. pendapatan yang
1. Alasan wanita bersedia untuk bekerja dalam
diperoleh oleh sebagian suami belum dapat
agroindustri ledre pisang raja adalah faktor
digunakan untuk mencukupi kebutuhan
ekonomi yaitu dengan kriteria kebutuhan
rumahtangga. Sebagian besar pekerjaan yang
keluarga yang kurang tercukupi dari
dilakoni oleh pria suami pelaku agroindustri ledre
pendapatan suami kriteria tersebut
pisang raja adalah petani, dan buruh tani
merupakan alasan utama bagi wanita
sehingga terkadang dengan keadaan alam yang
responden yang bekerja dalam agroindustri
tidak menentu petani terkadang memiliki resiko
ledre pisang raja.
dari pekerjaan mereka yaitu gagal panen,
2. Kontribusi wanita dalam kegiatan agroindustri
sehingga akibatnya pendapatan rumah tangga
ledre pisang raja lebih tinggi dari pria di lihat
kurang sehingga wanita membantu suami dalam
dari empat aspek yaitu aspek aktivitas, aspek
kegiatan pencari nafkah.
akses, aspek kontrol dan aspek manfaat. Pada
Dalam hal ini sebagian wanita di Desa
3 aspek dalam kegiatan agroindustri ledre
Purwosari menjalankan kegiatan agroindustri
pisang raja yaitu aspek aktivitas wanita lebih
ledre pisang raja. dari pendapatan yang diperoleh
dominan daripada pria dengan persentase
oleh wanita dapat mempengaruhi kegiatan rumah
87,78%. Kemudian aspek akses wanita juga
tangga sehingga kebutuhan rumah tangga yang
lebih dominan dibandingkan dengan pria yaitu
sebelumnya dianggap kurang menjadi bertambah
dengan persentase 47,61%. Pada aspek

349
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kontrol wanita juga lebih dominan 68,33% SARAN


jika dibandingkan dengan pria dan pada
aspek manfaat hasil wawancara menunjukkan 1. Dalam kegiatan sektor publik dan sektor
bahwa hasil dari kegiatan agroindustri domestik sebaiknya pria lebih ikut berperan
dimanfaatkan secara bersama antara pria dan dalam membantu pekerjaan wanita baik itu
wanita dengan persentase 95,55%. dari membantu dalam kegiatan produksi ledre
kegiatan agroindustri ledre pisang raja pisang raja maupun dalam pekerjaan rumah
pembagian kerja wanita lebih dominan jika tangga, agar wanita dapat mengurangi
dibandingkan dengan pria. Wanita lebih beban kerja yang ditanggung.
mendominasi dalam kegiatan agroindustri 2. Pemerintah perlu mengambangkan
dikarenakan lebih memiliki pengalaman dan agroindustri yang menyertakan wanita dalam
keahlian dalam pembuatan ledre pisang raja setiap kegiatan yang dijalankan melalui
yang membutuhkan keterampilan dan kegiatan pelatihan managerial dan
ketelatenan yang kurang dimiliki oleh pria. kewirausahaan sebagai pengembangan skill
jika dibandingkan antara wanita dan pria serta pemberian bantuan kredit dan modal
keikut sertaan sumberdaya manusia lebih untuk pengambangan usaha agar usaha
banyak wanita sedangkan pria hanya yang dijalankan oleh wanita-wanita tersebut
berperan dalam kegiatan diluar rumah seperti dapat berkembang dengan baik.
kegiatan pengiriman produk kepada
pengepul.
3. Berdasarkan analisis pendapatan agroindustri DAFTAR PUSTAKA
ledre pisang raja yaitu l rata-rata total biaya
variabel dalam pembuatan agroindustri ledre  Mosser, 1999, Gender Planning in the Third
pisang raja adalah sebesar Rp.1.596.878,44,-. World ; Meeting Practical and Gender Needs,
Dan total biaya tetap dalam satu kali produksi World Development (Terjemahan. ). Jakarta.
ledre pisang raja adalah Rp.2.967,5,- maka Gramedia
dapat diketahui bahwa jumlah biaya total  Sofa Team and Doss Cheryl. 2011. The Role
produksi angroindustri ledre pisang raja of Women in
adalah sebesar Rp.1.599.845,94,- Dengan Agriculture.http//www.fao.org/economic/esa
rata-rata penerimaan adalah Rp.3.280,050,- (30/10/2014)
dan rata-rata pendapatan yang diperoleh  Suandi dan Sativa,F.2001. Pekerja Wanita
wanita dalam kegiatan agroindustri selama Pada sector Agroindustri Pangan Di pedesaan
satu bulan sebesar Rp.1.680.204,- Kabupaten Kurinci, Propinsi Jambi. Jurnal
4. Kontribusi wanita yang bekerja dalam Penelitian UNIB, Vol.VII.No.2 Juli 2001.
agroindustri ledre pisang raja dalam Hal.72-74
meningkatkan pendapatan rumah tangga  Suprapto, 2008. Krakteristik Penerapan
memiliki andil yang cukup besar, dengan rata- Pengembangan Agroindustri Hilir Hasil
rata 47%. Wanita memberikan kontribusi dari Pertanian di Indonesia. Jakarta. Universitas
kegiatan agroindustri ledre pisang raja Mercu Buana.
terhadap total pendapatan rumah tangga  Tjandraningsih Indrasari. 1996.
mereka. Sehingga dapat disimpulkan dengan Mengidentifikasi Persoalan Perempuan. Jurnal
adanya wanita bekerja dianggap penting dan Analisis Sosial. Edisi 4. Jakarta
sangat berkontribusi dalam upaya
meningkatkan pendapatan bagi rumah tangga
pada masyarakat Desa Purwosari.

350
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

KAJIAN PEMBERDAYAAN WANITA MELALUI INOVASI


PENGEMBANGAN USAHA KECIL RANGINANG MINI
THE STUDY OF WOMEN'S EMPOWERMENT TROUGH INNOVATION
OF RANGINANG MINI SMALL ENTERPRISE DEVELOPMENT
Nurul Wulan Solihah1, dan Rani Andriani Budi Kusumo2

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl.Raya Jatinangor Km.21 Sumedang

(email : nurulwulansolihah@gmail.com)

ABSTRAK. Kondisi dan posisi wanita di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan laki-laki dalam
berbagai aspek kehidupan, antara lain dibidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan budaya. Fenomena
diatas menunjukkan wanita masih menjadi kaum yang termarginalkan sehingga persoalan
pemberdayaan wanita memiliki bidang garapan yang luas. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk bekerjasama
dengan ICDC Indonesia melaksanakan program CSR dengan membentuk suatu program yaitu
pemberdayaan wanita melalui pengembangan usaha kecil ranginang mini. Kelompok usaha yang mendapat
binaan dari ICDC Indonesia adalah kelompok usaha ranginang Anugrah di Desa Cikoneng. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui :1) keragaan program pemberdayaan wanita yang dilaksanakan oleh ICDC
Indonesia, serta 2) dampak program pemberdayaan terhadap pendapatan anggota kelompok usaha. Desain
penelitian yang digunakan adalah desain kualitatif dengan teknik studi kasus. Berdasarkan hasil penelitian,
keragaan pemberdayaan wanita yang dilakukan oleh ICDC Indonesia sudah terlaksana dengan baik sesuai
dengan mekanisme kegiatan pemberdayaan pada umumnya, yang meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan, pendampingan serta monitoring dan evaluasi. Program pemberdayaan yang dilakukan oleh
ICDC Indonesia dapat dikatakan berhasil karena dilihat dari output dan outcome dari program
pemberdayaan yang dilakukan, hampir seluruh aspek sudah terpenuhi. Pendapatan masyarakat yang
tergabung dalam program pemberdayaan rata-rata mengalami peningkatan sebesar dua puluh persen. Maka
dari itu program pemberdayaan yang dilakukan oleh ICDC Indonesia memiliki pengaruh yang cukup besar
dalam peningkatan ekonomi masyarakat.

Kata Kunci: Pemberdayaan Wanita, Inovasi, Pengembangan Usaha, CSR.

ABSTRACT. The conditions and position of women in Indonesia are still far behind men in various aspect of
life; among others are social, politics, economy, education and culture. The phenomenon shows that women
are still being marginalized so that the problems of women‘s empowerment possessed of wide discussion
area. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk cooperate with ICDC Indonesia perform CSR by forming a
program: women‘s empowerment through ranginang mini small enterprise development. Business group
who gets training from ICDC of Indonesia is ranginang Anugrah enterprise group in Cikoneng Village. This
research was aimed to know : 1) performance of women‘s empowerment program that is performed by
ICDC Indonesia, and 2) impact of empowerment program toward the business group member income. The
research design is qualitative design with case study technique. Based on research result, the performance
of women‘s empowerment was done by ICDC Indonesia had been done well according to empowerment
activities mechanism in general, which includes the planning, execution, mentoring phase along with
monitoring and evaluating. The empowerment program that conducted by ICDC Indonesia could be consider
successful as seen from the output and the outcome of the empowerment program, almost all of the aspects
had been achieved. The people that joined in the empowerment program income increased by twenty
percent. Therefore the empowerment program that conducted by ICDC Indonesia has considerable influence
in increasing people economic.

Keywords: Women's Empowerment, Innovation, Enterprise Development, CSR.

351
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENDAHULUAN

Pemberdayaan adalah suatu isu yang Tbk akhirnya membentuk sebuah unit Community
muncul dalam pendekatan pembangunan ketika Development Center (CDC), dimana unit ini
masyarakat marginal memerlukan bantuan proses khusus dibuat guna menangani program
penguatan ekonomi dan sosial dalam konteks Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
kesejahteraan hidup masyarakat. Dalam isu Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
pemberdayaan ini tidak terlepas juga konteks Salah satu desa binaan ICDC Indonesia
pemberdayaan wanita yang menjadi isu tersendiri yang menarik perhatian penulis yaitu Desa
dalam kajian wanita dan pembangunan (Anwar, Cikoneng yang terletak di Kecamatan Ciparay,
2007). Kabupaten Bandung. Desa Cikoneng sendiri
Kondisi dan posisi wanita di Indonesia terkenal dengan banyaknya produsen ranginang,
masih jauh tertinggal dibandingkan laki-laki dalam mulai dari yang pasarnya sekitar Bali dan Banten
berbagai aspek kehidupan, antara lain dibidang hingga Malaysia. Usaha ranginang merupakan
sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan budaya. usaha yang paling potensial, hal tersebut
Fenomena diatas menunjukkan wanita masih dikarenakan hampir sebagian besar warga
menjadi kaum yang termarginalkan sehingga Cikoneng mengetahui bagaimana cara mengolah
persoalan pemberdayaan wanita memiliki bidang ranginang. Sejak tahun 80-an usaha ranginang ini
garapan yang luas. Salah satu bidang yang sudah dilakukan oleh warga, namun yang menjadi
menarik untuk dibahas adalah pemberdayaan permasalahan adalah modal yang kecil serta
ekonomi bagi wanita. produk yang kurang inovatif sehingga segmentasi
Program pengentasan kemiskinan perlu pasar terbatas pada kalangan menengah kebawah
melibatkan wanita melalui pemberdayaan dengan (ICDC Indonesia, 2013).
pemanfaatan sumberdaya pedesaan. Kurangnya PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
kesempatan akses sumberdaya pedesaan menjadi melalui ICDC Indonesia membentuk suatu
variabel penting yang berpengaruh terhadap program yaitu pemberdayaan wanita melalui
kemiskinan di pedesaan. Kurangnya akses dan pengembangan usaha kecil ranginang. Kelompok
kontrol wanita terhadap sumberdaya sangat usaha yang mendapat binaan dari ICDC
berpengaruh terhadap kemiskinan wanita, Indonesia adalah kelompok usaha Anugrah yang
wanita paling menderita ketika masyarakat sengaja dibentuk oleh ICDC Indonesia. Kelompok
mengalami kelangkaan sumberdaya. Dalam usaha ini beranggotakan tujuh orang ibu-ibu
pembangunan ekonomi di Indonesia, UKM selalu yang berasal dari keluarga pra sejahtera.
digambarkan sebagai sektor yang mempunyai Program ini memberikan inovasi produk berupa
peranan yang penting, karena sebagian besar ranginang kecil dengan berbagai rasa, yaitu
jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan original, coklat, keju dan pedas. Inovasi produk ini
hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor dilakukan agar ranginang mampu menembus
tradisional maupun modern. pasar kelas menengah keatas, kemasan pun
Pemerintah Indonesia sendiri saat ini dibuat eksklusif agar mampu menjangkau pasar
sudah mewajibkan semua BUMN untuk yang lebih luas.
melaksanakan CSR melalui berbagai program. Pemberdayaan wanita di pedesaan
Salah satu program yang diwajibkan pemerintah dilakukan dalam rangka untuk menemukan upaya
pada seluruh BUMN adalah program kemitraan agar wanita dapat secara aktif mampu
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil berpartisipasi dalam setiap kegiatan peningkatan
dan Program Bina Lingkungan. Program ini pendapatan yang merupakan wujud dari program
dilaksanakan berdasarkan UU No. 19 tahun 2003 pengentasan kemiskinan (Mutawali, 1997).
tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara melakukan penelitian dengan judul ―Kajian
(BUMN) No. Per-05/MBU/2007. Maka dari itu, PT. Pemberdayaan Wanita Melalui Inovasi
Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai Pengembangan Usaha Kecil Ranginang Mini‖ Studi
perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kasus Kelompok Binaan CSR PT. Telekomunikasi
memiliki kewajiban untuk menyisihkan labanya Indonesia, Tbk di Desa Cikoneng, Kecamatan
sesuai dengan undang-undang serta peraturan Ciparay, Kabupaten Bandung.
menteri tersebut. PT. Telekomunikasi Indonesia,

352
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

METODE PENELITIAN B. Outcome ialah indikator hasil yang


Objek dan Tempat Penelitian diharapkan dari kegiatan pemberdayaan
yaitu:
Objek dalam penelitian ini adalah a. Membentuk skill dan sistem produksi yang
pemberdayaan wanita melalui inovasi baik
pengembangan usaha kecil ranginang mini. b. Membentuk masyarakat yang mempunyai
Adapun yang menjadi informan/sumber informasi kemampuan marketing mandiri
dalam penelitian ini yaitu anggota kelompok c. Meningkatkan kapasitas kepemimpinan
usaha ranginang Anugrah, dimana kelompok dan kewirausahaan kelompok
usaha tersebut merupakan kelompok usaha yang 3. Pendapatan adalah penerimaan bersih
menjadi sasaran dalam pelaksanaan program seseorang, baik berupa orang ataupun natura
pemberdayaan oleh ICDC Indonesia. Penelitian (Soekartawi, 1989). Pendapatan yang
dilakukan di salah satu desa yang mendapatkan dimaksud disini adalah pendapatan yang
pelatihan pengembangan usaha kecil ranginang diterima anggota kelompok usaha ranginang
mini pada tahun 2013 yaitu Desa Cikoneng, Anugrah setiap bulannya dari kegiatan usaha
Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. kecil ranginang mini.

Desain dan Teknik Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN


Keragaan Pemberdayaan Usaha Rangginang
Desain penelitian yang digunakan adalah Mini
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan
untuk menganalisis dan memahami pelaksanaan Tujuan umum dari program
pemberdayaan wanita melalui inovasi pemberdayaan ini adalah dalam rangka upaya
pengembangan usaha kecil ranginang mini.Teknik pengentasan kemiskinan melalui peningkatan nilai
penelitian yang digunakan adalah studi kasus. jual hasil pertanian serta merancang dan
mengimplementasikan program pengentasan
Definisi Variabel kemiskinan desa yang mandiri, berkelanjutan, dan
mensejahterakan. Tujuan untuk meningkatkan
Berdasarkan perumusan masalah, maka ekonomi keluarga juga menjadi alasan bagi para
konsep yang akan diteliti adalah keragaan anggota kelompok usaha untuk ikut bergabung
pemberdayaan wanita yang dilakukan oleh ICDC dalam program pemberdayaan ini. Dari hasil
Indonesia ditinjau dari variabel-variabel sebagai wawancara dengan tujuh informan yang
berikut: tergolong dalam anggota kelompok usaha, hampir
1. Keragaan pelaksanaan program pemberdayaan seluruhnya memiliki tujuan yang sama yaitu ingin
wanita yang dilaksanakan oleh ICDC Indonesia menambah kegiatan sehari-hari serta ingin
dimulai dari tahap perencanaan hingga meningkatkan ekonomi keluarga dengan
monitoring dan evaluasi mendapatkan penghasilan tambahan.
2. Keberhasilan dari program pemberdayaan Program pelaksanaan pemberdayaan
ditinjau dari pencapaian tujuan program, yaitu: yang dilakukan di Desa Cikoneng
A. Output ialah indikator keluaran yang diimplementasikan selama tiga bulan dengan
diharapkan dari kegiatan pemberdayaan empat target utama, yaitu terciptanya kelompok
wanita yaitu: usaha, rumah produksi yang memenuhi standar,
a. Terlaksananya kumpul rutin pekanan dan produk yang berkualitas dan pasar yang mulai
terbentuknya kelompok yang mampu terbuka. Kegiatan pelaksanaan pemberdayaan
bekerjasama wanita melalui pengembangan usaha ranginang
b. Terlaksananya pelatihan kewirausahaan mini ini dibentuk melalui dua program kegiatan
dan kelompok mulai mandiri dalam utama yaitu pemberian bantuan dan berbagai
berwirausaha pelatihan mengenai pengembangan usaha. Dilihat
c. Terdapat lima varian produk ranginang: dari sisi prinsip pemberdayaan, program
original, keju, coklat, pedas dan keju pelaksanaan pemberdayaan wanita yang
pedas yang telah diterima pasar. dilaksanakan di Desa Cikoneng telah memenuhi
d. Terciptanya brand ―Rangoe‖ dan kriteria prinsip-prinsip pemberdayaan yang
―Desanesia‖ meliputi aspek penyadaran, pelatihan,
pengembangan kekuatan dan membangun

353
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dinamika. Hal ini dapat terlihat dari dua program Manajemen kelompok merupakan tahap
kegiatan utama yang diberikan, diantaranya: kedua dari kegiatan pelatihan dalam pelaksanaan
pemberdayaan yang dilakukan. Untuk aspek
Pemberian Bantuan manajemen kelompok, target yang ingin dicapai
antara lain solidaritas kelompok, profesionalisme
Pemberian bantuan merupakan salah satu serta peningkatan kapasitas kepemimpinan dan
input dalam pelaksanaan program pemberdayaan kewirausahaan kelompok. Secara formal
wanita melalui pengembangan usaha yang kelompok mendapat pelatihan kepemimpinan dan
dilaksanakan di Desa Cikoneng. Pada tahap ini, kewirausahaan. Selain itu, secara kultural,
ICDC Indonesia berfungsi sebagai penyalur dana, interaksi kelompok juga dibangun. Metodenya
sedangkan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah dengan mengadakan kumpul rutin
merupakan donatur utama dalam pelaksanaan kelompok setiap minggu dan membuat event
pemberdayaan wanita di Desa Cikoneng. Bantuan yang bisa meningkatkan rasa kekeluargaan.
yang diberikan kepada kelompok usaha Anugrah Menurut ICDC Indonesia target utama dalam
yaitu berupa modal usaha. Dimulai dari tahap pelatihan ini adalah terbentuknya mindset warga
persiapan rumah produksi ranginang mini hingga tentang bisnis. Mindset warga yang terbiasa
pemasaran, semuanya didanai oleh PT. menjadi buruh adalah hal pertama yang harus
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Mekanisme diubah, agar ketika menjalankan wirausaha
penyaluran bantuan dilakukan secara bertahap, mereka sanggup bertahan, selain itu disertakan
hal ini dilakukan untuk menghindari adanya juga materi lain seperti kepemimpinan dan skill
berbagai kecurangan seperti yang sudah terjadi di dasar wirausaha.
desa-desa binaan ICDC Indonesia sebelumnya, Pelatihan produksi dan sertifikasi
dana yang seharusnya digunakan untuk merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan
kepentingan pengembangan usaha malah pemberdayaan wanita di Desa Cikoneng. Tahap
dipergunakan untuk kepentingan pribadi. ini meliputi pelatihan produksi, pendampingan
Pemberian bantuan akan berakhir ketika manajemen produksi, produksi awal dan
kelompok usaha ranginang Anugrah sudah pembuatan kemasan, pendampingan evaluasi
mampu mengembangkan usaha ranginang mini produk, pengendalian kualitas (Quality Control)
secara mandiri. serta sertifikasi produk ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung. Inovasi yang dilakukan
Pelatihan pada pengembangan usaha ranginang ini adalah
pada aspek bentuk dan rasa. Dari aspek bentuk,
Pelatihan yang dilaksanakan dalam kelompok usaha ranginang Anugrah membuat
pelaksanaan pemberdayaan wanita di Desa ranginang dengan ukuran mini, sekali makan.
Cikoneng meliputi aspek start up usaha, pelatihan Aspek rasa pun diberi sentuhan inovasi, ranginang
manajemen kelompok, produksi dan sertifikasi, yang biasanya hanya memiliki satu macam rasa
administrasi dan keuangan serta pemasaran. yaitu terasi, dibuat mempunyai beberapa varian
Start up merupakan tahap pertama dalam rasa, yaitu coklat, keju topping, pedas, keju pedas
pelaksanaan pemberdayaan wanita melalui dan original. Pada tahap ini, tata tertib kerja
pengembangan usaha ranginang mini ini. Inti dari kelompok dan prosedur kerja standar (Standard
tahap ini adalah persiapan, baik persiapan Operational Procedure) dibuat dan mulai
kelompok dan perangkat desa, persiapan rumah dilaksanakan oleh kelompok, hal ini dilakukan
produksi hingga pembelian bahan dan peralatan untuk menjaga kinerja kelompok sehingga target
yang akan digunakan. Pada tahap ini, kelompok produksi tercapai, baik dari segi kualitas maupun
usaha menandatangani lembar kesepakatan kuantitas. Sertifikasi produk sudah dimulai sejak
(MoU) untuk menjalankan usaha ranginang mini, resep selesai dan sampel produk dibuat. Izin yang
sekaligus pemilihan struktur kepengurusan. diajukan adalah izin untuk produk industri rumah
Berbagai peralatan dan sarana produksi mulai tangga (PIRT). Izin PIRT ini dibuat untuk
dibeli satu persatu, seperti kompor, wajan, menjamin kualitas produk sehingga produk
cetakan dan sebagainya sampai pembuatan alat ranginang mini ini bisa masuk ke pasar modern.
penjemur ranginang. Pada tahap ini juga Tahapan perizinan cukup panjang, mulai dari
dilakukan pembuatan perizinan usaha, izin pengajuan izin dan pengiriman sampel, survey
mendirikan bangunan (IMB), izin membuat fasilitas produksi, pelatihan keamanan pangan
keramaian (HO), izin usaha perdagangan (SIUP) dan sebagainya sehingga untuk tahap sertifikasi
dan tanda daftar produksi/industri (TDP/TDI). hingga saat ini belum sepenuhnya selesai

354
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

mengingat syarat-syarat yang ditentukan oleh logo, tagline, desain kemasan dan tools marketing
Dinas Kesehatan untuk pengajuan sertifikasi tidak seperti brosur, flyer dan standing banner.
sederhana. Pemasaran online pun sudah dilakukan oleh ICDC
Tahap selanjutnya yaitu pelatihan Indonesia, media yang dipakai antara lain website
administrasi dan keuangan. Dalam pelatihan dan media sosial seperti facebook, twitter dan
administrasi dan keuangan, kelompok mendapat instagram. Alamat websitenya adalah
pendampingan penuh dalam hal rekapitulasi http://www.desanesia.com sedangkan semua
keuangan, pembukuan dan administrasi media sosial menggunakan nama akun yang
perusahaan. Anggota kelompok usaha Anugrah sama, yaitu Desanesia. Pembukaan channel pasar
tidak terbiasa menggunakan komputer sehingga dilakukan dengan beberapa metode, antara lain
pencatatan administrasi dan keuangan dilakukan dengan mengikuti pameran atau event tertentu,
secara manual. melakukan rekrutmen reseller serta bekerjasama
Pelatihan pemasaran adalah tahap akhir dengan beberapa usaha lain. Pasar produk
dalam pelaksanaan program pemberdayaan ranginang mini yang sudah mulai dibuka antara
wanita melalui pengembangan usaha ranginang lain reseller, kerjasama dengan de‘tuik café di
mini ini. Pada tahap ini dilakukan pelatihan pasar raya petani (PARAPPA), mengikuti berbagai
pemasaran, membangun brand, pembuatan tools pameran.
marketing, pemasaran online, pembukaan
channel pasar hingga pengendalian distribusi. Pendampingan
Pelatihan pemasaran sudah dilakukan sejak 26 juli
2013. Pelatihan ini selain menambah wawasan Kegiatan pendampingan sudah dilakukan
dan skill kelompok dalam marketing produk, juga dari awal pelaksanaan program yaitu dari tahap
untuk memotivasi sekaligus refreshing anggota pemberian bantuan hingga berbagai rangkaian
kelompok agar tetap semangat dan solidaritas pelatihan, hal ini dilakukan agar semua kegiatan
kelompoknya tetap terjaga. Brand atau merk yang dilakukan oleh kelompok usaha Anugrah
dibangun berdasarkan segmen pasar yang dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta
ditargetkan. Menurut ICDC Indonesia secara dapat meminimalisir berbagai masalah yang akan
umum produk ranginang mini mengarah pada dua terjadi. Kegiatan pendampingan dilakukan oleh
segmen pasar, sehingga brand pun harus dibuat perwakilan dari pihak ICDC Indonesia dengan
dua jenis. Brand pertama adalah ―Rangoe‖ melaksanakan kunjungan langsung ke Desa
berasal dari bahasa sunda yang berarti renyah. Cikoneng. Waktu pendampingan disusun
Rangoe sendiri memiliki target pasar kelas berdasarkan kesepakatan kelompok usaha
menengah kebawah. Brand kedua adalah ranginang Anugrah dengan pihak ICDC Indonesia.
―Desanesia‖. Kata Desanesia secara sederhana Mekanisme pendampingan yang dilakukan yaitu
berasal dari dua kata, yaitu ―Desa‖ dan para anggota kelompok usaha ranginang Anugrah
―Indonesia‖. Penggabungan dua kata ini berkumpul dalam satu tempat, baik itu di Balai
bermaksud untuk menyatakan bahwa produk Desa ataupun di rumah produksi ranginang mini.
Desanesia adalah produk-produk khas desa di
Indonesia yang memiliki inovasi dan kualitas Monitoring dan Evaluasi
tinggi sehingga sesuai dengan pasar kelas
menengah keatas. Gambar Brand Rangoe dan Pelaksanaan monitoring dilakukan dengan
Desanesia yang merupakan brand dari produk mengikuti langsung kegiatan oleh
ranginang mini disajikan pada Gambar 1 berikut. penanggungjawab kegiatan. Pelaksanaan
monitoring oleh ICDC Indonesia dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pendampingan.
Monitoring yang dilakukan oleh pihak ICDC
Indonesia dilaksanakan sebanyak dua kali dalam
satu bulan. CDC Telkom yang merupakan
bagian dari CSR PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk juga ikut melakukan monitoring secara tidak
Gambar 1. Brand Rangoe dan Desanesia langsung. CDC Telkom sempat berkunjung ke
Sumber: ICDC Indonesia (2014) Desa Cikoneng untuk memantau pelaksanaan
pemberdayaan yang dilakukan. Monitoring yang
Dalam membangun brand, bukan hanya dilakukan secara tidak langsung ini tidak memiliki
nama dan filosofinya yang dibuat, melainkan juga waktu yang tetap, selama kegiatan pelaksanaan

355
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

pemberdayaan wanita di Desa Cikoneng masih Tabel 1. Pencapaian Output Program


berjalan, kegiatan monitoring secara tidak Pemberdayaan di Desa Cikoneng
langsung ini akan terus dilakukan. Sementara itu, No Output Sebelum Sesudah
kegiatan monitoring yang dilaksanakan oleh ICDC Pemberdayaan Pemberdayaan
1. Terlaksanany Kelompok usaha Kelompok usaha
Indonesia dilakukan dengan aktif menyerahkan a kumpul jarang rutin mengadakan
laporan perkembangan program pemberdayaan di rutin pekanan mengadakan pertemuan setiap
Desa Cikoneng tiap bulannya kepada pihak CSR dan pertemuan rutin 1 kali dalam
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Kegiatan terbentuknya yang khusus seminggu untuk
kelompok membahas membahas
monitoring juga dilakukan oleh anggota kelompok yang mampu mengenai perkembangan
usaha Anugrah dengan aktif melaporkan bekerjasama perkembangan usaha ranginang
perkembangan usaha kecil ranginang mini kepada usaha ranginang mereka.
pendamping program pemberdayaan. 2. Terlaksanany Kelompok usaha Pelatihan
a pelatihan belum pernah kewirausahaan
Program pelaksanaan pemberdayaan kewirausahaa mengikuti diikuti oleh
wanita melalui pengembangan usaha di Desa n dan kegiatan pelatihan kelompok usaha
Cikoneng baru genap satu tahun, sehingga dari kelompok kewirausahaan pada saat
keseluruhan rangkaian kegiatan pemberdayaan mulai mandiri dan belum muncul pelaksanaan
dalam kemauan untuk program dan
yang telah dilaksanakan, tahap evaluasi berwirausaha berwirausaha kelompok sudah
merupakan tahap yang belum terealisasikan. ada kemauan
Menurut ICDC Indonesia, kegiatan evaluasi untuk
program pemberdayaan akan dilaksanakan jika berwirausaha.
3. Terdapat lima Varian rasa Ranginang
kelompok usaha ranginang Anugrah sudah varian produk ranginang terbatas memiliki banyak
mampu mandiri dalam pengembangan usaha dan ranginang: yaitu hanya varian rasa seperti
rencananya akan dilepas pada akhir tahun 2014. original, keju, tersedia dalam original, keju,
Meskipun nantinya pengembangan usaha coklat, pedas rasa original, coklat, pedas dan
dan keju terasi, manis dan keju pedas dalam
ranginang mini akan diserahkan seluruhnya pedas yang itu pun masih kemasan siap
kepada masyarakat, akan tetapi pihak ICDC telah diterima berbentuk makan.
sebagai lembaga pemberdaya akan tetap pasar mentahan.
membantu kelompok usaha Anugrah dalam 4. Terciptanya Ranginang yang Ranginang mini
brand diproduksi belum kini tersedia dalam
bidang pemasaran, sehingga nantinya masyarakat
―Rangoe‖ dan memiliki brand 2 brand utama
tidak perlu khawatir dengan target pasar dan juga ―Desanesia” sehingga sulit yaitu ―Rangoe‖
tempat pemasaran yang relatif jauh dari tempat dikenali untuk konsumen
produksi ranginang mini. konsumen. kalangan
menengah ke
bawah dan
Keberhasilan Program Pemberdayaan ―Desanesia‖ untuk
Output Program Pemberdayaan kalangan
menengah ke atas.
Tujuan dari program pemberdayaan
wanita melalui inovasi pengembangan usaha kecil Outcome Program Pemberdayaan
ranginang mini ini adalah dalam rangka upaya
pengentasan kemiskinan melalui peningkatan nilai Tabel 2 dibawah ini menunjukkan pencapaian
jual hasil pertanian serta merancang dan outcome program pemberdayaan yang
mengimplementasikan program pengentasan dilaksanakan di Desa Cikoneng.
kemiskinan desa yang mandiri, berkelanjutan, dan
mensejahterakan. Berdasarkan hasil wawancara Tabel 2. Pencapaian Outcome Program
dengan informan, saat ini mereka sudah mulai Pemberdayaan di Desa Cikoneng
merasakan dampak positif dari kegiatan No Outcome Sebelum Sesudah
Pemberdayaan Pemberdayaan
pengembangan usaha ranginang mini, warga 1. Membentuk Kelompok usaha Kelompok usaha
sudah menyadari bahwa masih banyak potensi- skill dan sistem belum memiliki sudah mampu
potensi Desa Cikoneng yang bisa mereka produksi yang keahlian khusus memproduksi
kembangkan dan akan membawa banyak manfaat baik dalam hal ranginang yang
pengembangan inovatif dan
bagi warga masyarakat di Desa Cikoneng. inovasi produk kualitasnya pun
Pencapaian output program pemberdayaan ranginang. semakin
wanita di Desa Cikoneng disajikan dalam Tabel 1. membaik.
2. Membentuk Kelompok usaha Pemasaran
masyarakat tidak memiliki ranginang mini
yang keahlian dalam hingga saat ini

356
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

No Outcome Sebelum Sesudah memproduksi 12 L/hari dengan jumlah jam kerja


Pemberdayaan Pemberdayaan yang sama. Perbedaan ini terjadi karena
mempunyai bidang masih dibantu
kemampuan pemasaran oleh pihak ICDC ranginang yang dicetak pada kelompok usaha
marketing ranginang. Indonesia jadi ranginang Anugrah memiliki ukuran yang sangat
mandiri kelompok usaha kecil dengan diameter ± 2 cm sementara pada
belum memiliki rumah produksi ranginang yang lain ranginang
kemampuan
marketing dicetak dengan ukuran relatif besar dengan
mandiri diameter ± 6 cm. Hal ini membuat anggota
3. Meningkatkan Kelompok usaha Kelompok usaha kelompok usaha ranginang Anugrah harus
kapasitas tidak menyadari sudah menyadari memiliki keterampilan serta kesabaran yang lebih
kepemimpinan akan tugas akan tugas
dan masing-masing masing-masing
tinggi, alasan inilah yang membuat upah pada
kewirausahaan anggota anggota dan kelompok usaha ranginang Anugrah lebih besar
kelompok kelompok dan mulai merasakan dari pada rumah produksi ranginang biasanya.
belum menyadari manfaat dari Anggota kelompok usaha ranginang
akan manfaat kegiatan
dari kegiatan wirausaha yang
Anugrah dalam satu bulan mampu bekerja selama
wirausaha. mereka lakukan. 12 hari, bila diakumulatifkan maka penghasilan
tambahan anggota kelompok usaha ranginang
Anugrah dengan upah harian Rp. 15.000, dalam 1
Dampak Program Pemberdayaan terhadap bulan mencapai Rp. 180.000,-/bulan. Rata-rata
Pendapatan Anggota peningkatan pendapatan anggota kelompok
usaha ranginang Anugrah setelah mengikuti
Berdasarkan hasil penelitian, latar program pemberdayaan mencapai 20
belakang keluarga informan yang tergabung ke persen/bulan. Maka dari itu program
dalam kelompok usaha ranginang Anugrah pemberdayaan yang dilakukan oleh ICDC
memiliki latar mata pencaharian yang beraneka Indonesia memiliki pengaruh yang cukup besar
ragam, seperti pengusaha bordir, supir, dalam peningkatan ekonomi keluarga anggota
pedagang, peternak ikan lele dan juga petani kelompok usaha di Desa Cikoneng.
yang memiliki pendapatan yang relatif rendah.
Peningkatan pendapatan anggota kelompok SIMPULAN/REKOMENDASI
usaha ranginang Anugrah terjadi ketika program
pemberdayaan yang dilaksanakan oleh ICDC Simpulan
Indonesia selesai dilaksanakan. Sebelum program
pemberdayaan ini sepenuhnya dilepas, maka 1. Keragaaan pemberdayaan yang dilakukan oleh
sistem bagi hasil yang semula direncanakan ICDC Indonesia sudah terlaksana dengan baik
diganti terlebih dahulu dengan sistem upah. sesuai dengan mekanisme kegiatan
Sistem bagi hasil belum mampu untuk dilakukan pemberdayaan yang biasa dilakukan pada
mengingat kelompok usaha ranginang Anugrah umumnya yang meliputi kegiatan
masih belum lama terbentuk dan masih belum perencanaan, pelaksanaan, pendampingan
bisa mandiri dalam pengembangan usahanya, serta monitoring dan evaluasi. Akan tetapi jika
sehingga sistem upah dipilih oleh ICDC Indonesia dianalisis lebih lanjut, ICDC Indonesia bukan
dari sekian banyak pilihan. merupakan Lembaga Pemberdayaan yang
Upah harian yang diberikan kepada murni karena ICDC Indonesia juga menjadikan
anggota yang tergabung ke dalam kelompok masyarakat Desa Cikoneng sebagai mitra
usaha ranginang Anugrah jumlahnya lebih besar bisnis.
50 persen dibandingkan dengan upah harian pada 2. Keberhasilan program pemberdayaan yang
rumah produksi ranginang biasa yaitu sebesar Rp. dilaksanakan oleh ICDC Indonesia berlaku bagi
15.000/hari. Hal ini dilakukan karena proses semua informan. Program pemberdayaan yang
pembuatan ranginang mini pada kelompok usaha dilakukan oleh pihak ICDC Indonesia dapat
Anugrah lebih sulit dibandingkan dengan rumah dikatakan berhasil karena jika dilihat dari
produksi ranginang biasa. Pada kelompok usaha output dan outcome dari program
ini, tiap anggota dalam satu hari hanya mampu pemberdayaan yang dilakukan, hampir seluruh
membuat ranginang mini sebanyak 2,5L/hari aspek terpenuhi dimulai dari adanya
dengan jumlah jam kerja sekitar 5 jam, peningkatan pada pendapatan masing-masing
sementara pada rumah produksi ranginang yang anggota kelompok usaha, terlaksananya
masih konvensional, tiap orang mampu kumpul rutin mingguan dan terbentuknya

357
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kelompok yang mampu bekerjasama, 4. Dilihat dari segi waktu pendampingan,


terlaksananya pelatihan produksi yang mampu kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh
membuat warga memproduksi ranginang pihak ICDC Indonesia masih dinilai kurang
inovatif sendiri, serta terciptanya brand karena jadwal waktu pendampingan tidak
―Rangoe‖ dan ―Desanesia‖. Sedangkan satu- tersusun dengan baik. Alangkah lebih baik jika
satunya outcome yang belum tercapai yaitu ICDC Indonesia menambah tenaga
membentuk masyarakat yang mempunyai pendamping dan juga menambah alokasi
kemampuan marketing mandiri karena hingga waktu pendampingan karena pada
saat ini untuk proses pemasaran ranginang kenyataannya pendampingan merupakan hal
mini masih dibantu sepenuhnya oleh ICDC yang sangat dibutuhkan bagi anggota
Indonesia. kelompok usaha.
3. Pendapatan anggota kelompok usaha yang 5. Sasaran program pemberdayaan merupakan
tergabung dalam program pemberdayaan yang hal yang sangat penting untuk diperhatikan,
dilaksanakan oleh ICDC Indonesia di Desa oleh karena itu sebaiknya penentuan sasaran
Cikoneng Rata-rata mengalami peningkatan program pemberdayaan dilakukan secara tepat
sebesar 20 persen/bulan. Maka dari itu sesuai rencana yaitu dengan adanya
program pemberdayaan yang dilakukan oleh peninjauan secara lebih mendalam kepada
ICDC Indonesia memiliki pengaruh yang cukup setiap anggota yang ingin bergabung dalam
besar dalam peningkatan ekonomi keluarga kelompok usaha dan harus bisa lebih memilih
anggota kelompok usaha di Desa Cikoneng dalam menerima masyarakat sebagai anggota
kelompok usaha.
Rekomendasi
1. Outcome pemberdayaan yang hingga saat ini
belum tercapai bisa diatasi salah satunya DAFTAR PUSTAKA
dengan adanya pembukaan target pasar yang  Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan
lebih dekat dengan tempat produksi ranginang Perempuan. Bandung: Alfabeta.
mini, hal ini akan mempermudah kelompok  Anonim. 2010. Perkembangan Industri
usaha Anugrah dalam menjual hasil produknya Ranginang Tahun 1980-2008: Kajian Historis
sehingga tidak lagi bergantung pada ICDC tentang Kehidupan Sosial Ekonomi
Indonesia. Masyarakat di Kecamatan Ciparay Kabupaten
2. ICDC Indonesia sebaiknya lebih bersikap Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
terbuka kepada pemerintah Desa Cikoneng  ICDC Indonesia. 2013. Laporan Tahap 1
mengenai perkembangan program Pemetaan Sosial Desa Cikoneng, Kecamatan
pemberdayaan wanita yang dilakukan di Desa Ciparay, Kabupaten Bandung. Bandung.
Cikoneng agar tidak menimbulkan  ______________. 2013. Laporan Akhir
kesalahpahaman serta kerjasama antar Telkom Cikoneng. Bandung.
keduanya bisa lebih terjalin dengan baik.  ______________. 2013. Laporan Tahap 2
3. Program pemberdayaan wanita yang Desa Cikoneng. Bandung.
dilaksanakan di Desa Cikoneng seharusnya  ______________. 2013. Organization
tidak menimbulkan kecemburuan sosial antar Portfolio. Bandung.
masyarat yang memiliki profesi sebagai  Hikmat, H. 2004. Strategi Pemberdayaan
pengusaha ranginang, akan tetapi sebaiknya Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama
hal tersebut dapat menjadi suntikan motivasi Press.
bagi pengusaha ranginang lainnya agar lebih  Mutawali. 1997. Peranan Wanita dalam
kreatif dan inovatif dalam pengembangan Pembangunan Desa. Bandung: Karya
usaha ranginang yang dimilikinya. Nusantara.

358
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

MEMASTIKAN KETERLIBATAN PETANI DALAM PENGEMBANGAN


AGRIBISNIS
(STUDI KASUS PETANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN
BOJONGSOANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT)

Yayat Sukayat1, Dika Supyandi2, Dhany Esperanza3

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia


Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang

email. dika_supyandi@yahoo.com; phone. +6281321123498; facs. +62 22 7796318

ABSTRACT. Inclusive agribusiness has become an emerging concept and a ―buzz word‖ in Indonesian
agriculture. The concept ultimately fosters farmers‘ access to productive resources, such as information,
technologies, markets, financial resources, production inputs, law advocating, and administration affairs.
Most Indonesian farmers, small scale producers in agribusiness, have been facing a lack of these precedent
aspects. Participation, innovation, and inclusion are the keys, which will bring about the success on
enhancing farmers‘ welfare. On the other hand, farmers ―genuine‖ inclusion is still a major problem in
developing this concept. This situation could be due to a lack of farmer readiness to participate, an absence
of ―truly‖ willingness of companies to engage farmers in the business even though they definitely aware
that farmers are the most important actors in their supply chain, and for some reasons, the weakness of
farmer and company relation models. This paper will briefly show a model of inclusive agribusiness of
organic rice cultivation at Bojongsoang District, Bandung Regency, West Java; and change process to
develop sustainable organic rice market, particularly in ensuring farmer inclusion. Community empowerment
viewpoint, instead of initial agribusiness model, dominates the point of view of this paper writing. This paper
is a mix of field visit results and literature review relating to issue above.

Keywords: inclusive agribusiness, organic rice, farmer group

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP pemenuhan pasar lokal dan perdagangan antar
daerah (Sukayat dkk, 2013). Upaya
Tujuan dan ruang lingkup makalah ini pengembangan ini dilakukan melalui kerjasama
adalah untuk mendeskripsikan model agribisnis dengan pelaku rantai pasok hilir (pasar modern).
inklusif dan proses perubahan yang dapat Sejumlah fenomena seperti status dan
diterapkan untuk menumbuhkembangkan luas lahan petani, transparansi, dan pola
komitmen petani dalam pengembangan padi hubungan, secara sistemik dalam pengembangan
organik berorientasi pasar terstruktur (pasar padi organik melalui kelompok akan menjadi
modern) sehingga diharapkan dapat menjamin masalah tatkala permintaan pasar meningkat
kuantitas, kualitas dan kontinyuitas produk. pesat dan kelompok menjadi berkembang.
Dengan lain perkataan secara institusional tidak
PENDAHULUAN adanya keseimbangan nilai dalam kelompok,
merupakan cikal bakal menurunnya tingkat
Permintaan beras organik dari tahun ke komitmen petani dalam kelompok tersebut. Selain
tahun menunjukkan peningkatan, bahkan peluang itu, penelitian terdahulu (Sukayat dkk, 2013)
ekspor masih sangat tinggi (IFOAM, 2003 dalam menunjukkan bahwa keterlibatan sejumlah pihak
Biocert, 2008). Di Jawa Barat, Kabupaten di luar petani dan poktan (seperti pengambil
Bandung merupakan kabupaten yang memiliki kebijakan, dan pelaku pasar modern/eksportir)
respon yang baik dalam pengembangan padi harus didudukkan dalam status, fungsi, dan peran
organik. Di Kabupaten Bandung pengembangan yang efektif dan menjamin aspek keadilan bagi
ini dilakukan oleh Kelompok Tani (poktan) seluruh pihak, sehingga kuantitas, kualitas dan
Sarinah, meskipun orientasinya masih pada kontinyuitas produk dapat tetap dijaga.

359
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Melibatkan petani kecil ke dalam rantai b. Moving, merupakan fase implementasi dari
pasok beras organik berorientasi ekspor dan pasar kebutuhan terhadap perubahan melalui
modern adalah upaya yang harus terus mekanisme yang terseleksi.
c. Refreezing, perubahan untuk memastikan
diupayakan terkait dengan peningkatan
anggota tidak kembali lagi pada kebiasaan
kesejahteraan petani, keberlanjutan usaha petani lamanya.
dan perbaikan pola hidup sehat masyarakat. Di Posisi ketiga fase ini dalam keadaan
Kabupaten Bandung, kemampuan Poktan Sarinah perubahan dikonseptualisasi Lewin sebagaimana
untuk mengembangkan pasarnya ke pasar dapat dilihat pada Gambar 1.
modern dan pasar ekspor (meskipun melalui
pihak ketiga) seharusnya dapat terdifusikan ke Current Transition Future
kelompok tani lain di sekitarnya. Dalam catatan State State State

resmi pemerintah Kabupaten Bandung, hanya


Poktan Sarinah yang telah tersertifikasi dan
sekaligus mampu memasarkannya ke pasar
modern dan pasar ekspor. Salah satu gabungan Unfreeze Move Refreeze

kelompok tani (gapoktan) yang sebenarnya telah


memiliki sertifikasi padi organik dari INOFICE
Gambar 1. Posisi Fase Perubahan dalam Keadaan
namun tidak mampu memasarkannya ke pasar
Perubahan
modern dan pasar ekspor adalah Gapoktan
Harapan Jaya. Makalah ini memaparkan proses HASIL DAN PEMBAHASAN
perubahan untuk meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas Gapoktan Harapan Jaya untuk dapat Gapoktan Harapan Jaya bersekretariat di
terlibat dalam pasar modern dan pasar ekspor Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang,
tersebut. Kabupaten Bandung. Gapoktan ini merupakan
gabungan dari 10 kelompok tani, yang sejak
METODE tahun 2012 enam diantaranya telah tersertifikasi
INOFICE. Anggota Gapoktan Harapan Jaya dapat
Penelitian kualitatif dengan teknik studi dilihat pada Tabel 1. berikut.
kasus digunakan dalam penelitian. Sementara
pendekatan proses perubahan digunakan dalam
penulisan makalah. Beckhard et al. (1987) dalam Tabel 1. Daftar Anggota Gapoktan Harapan Jaya
Balogun et al (1999), menyebutkan bahwa pada
dasarnya perubahan harus mempertimbangkan Nama Luas Status
Jumlah Lahan Sertifikasi
tiga keadaan, yakni keadaan saat ini (the No Kelompok
Anggota
current), yang diinginkan (the future), dan Tani (Ha) INOFICE
keadaan transisi (the transition). Dengan
1 Rancage 27 25 Tersertifikasi
demikian untuk terlaksananya perubahan, perlu
dilakukan: 2 Mekarsari 3 31 28,23 Tersertifikasi
1. perkiraan situasi saat ini, 3 Barujaya 40 20 Tersertifikasi
2. menetapkan keadaan yang diinginkan di masa
depan, 4 Mekarsari 2 30 29,45 Tersertifikasi
3. menentukan bagaimana cara pencapaian. 5 Jembarsari 27 26 Tersertifikasi
Lewin (1958) (dalam Balogun, 1999)
membagi keadaan transisi ini ke dalam tiga fase, 6 Nurani 31 t.d Tersertifikasi
yaitu: Sejahtera
a. Unfreezing, merupakan fase untuk membuat 7 Unggul Sari 30 23 Non
anggota organisasi bersiap kepada perubahan, Sertifikasi
dengan menyadarkan mereka terhadap 8 Munjul Jaya 32 29 Non
pentingnya perubahan, dan merasa tidak puas Sertifikasi
dengan keadaan saat ini. 9 Pabeasan 30 21,25 Non
Sertifikasi

360
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

10 Mekarsari 1 25 25,4 Non 4. Keberadaan Gapoktan Harapan Jaya pada


Sertifikasi dasarnya tidak lagi dapat dinyatakan
Jumlah 303 227,33 sebagai Gapoktan yang aktif, khususnya
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan dalam pengusahaan padi organik.
Konsistensi Poktan Nurani Sejahtera untuk
kehutanan Kabupaten Bandung (2014) terus mengusahakan padi organik dapat
dijadikan contoh pengembangan padi
organik apabila dapat ditingkatkan kualitas
Terkait pengembangan padi organik di produknya dan aksesnya terhadap pasar
modern/terstruktur. Dalam kondisi tersebut,
Gapoktan Harapan Jaya, sejumlah fakta dapat
dari seluruh anggota Gapoktan Harapan
diidentifikasi sebagai berikut:
Jaya, hanya Poktan Nurani Sejahtera yang
1. Secara teknis, petani anggota pada dapat diberdayakan untuk terlibat dalam
dasarnya cukup memahami budidaya padi pasar modern/terstruktur. Untuk
organik, baik pada tahap penyiapan sarana selanjutnya, dalam makalah ini, terkait
produksi, on farm, hingga penanganan dengan pengembangan Gapoktan Harapan
panen dan pasca panen. Kondisi tersebut Jaya pada dasarnya merujuk hanya pada
juga didukung oleh tersedianya sejumlah Poktan Nurani Sejahtera.
fasilitas pengembangan padi organik seperti Ketidakmampuan Gapoktan Harapan
Alat Pengolah Pupuk Organik (APO), mesin Jaya (khususnya Poktan Nurani Sejahtera) untuk
dan bangunan pasca panen (mesin thraser, memasarkan produknya ke pasar modern dan
dryer, lantai jemur, vacuum packaging) pasar ekspor harus difasilitasi sehingga pada
yang didedikasikan khusus untuk padi akhirnya dapat menembus pasar tersebut.
organik, serta keterampilan petani dalam Secara kualitas, produk Kelompok Tani Nurani
membuat mikro organisme lokal (MOL) Sejahtera telah memenuhi spesifikasi pasar
sendiri. modern, meskipun menurut Ketua Poktan
2. Meskipun budidaya padi organik di sejumlah Sarinah tingkat pengeringan masih harus
kelompok tani di Gapoktan Harapan Jaya diperbaiki (rendemen rendah). Hasil sejumlah
telah tersertifikasi INOFICE, tetapi saat ini dialog dengan ketua Poktan Sarinah, anggota
hanya Poktan Nurani Sejahtera yang masih Gapoktan Harapan Jaya, dinas pertanian dan
secara konsisten menerapkan teknik penyuluh pertanian setempat menunjukkan
budidaya organik. Kelompok tani lainnya adanya sejumlah kesadaran dan upaya berikut:
mulai meninggalkan teknik budidaya 1. Poktan Sarinah berkomitmen untuk
organik dan kembali ke teknik budidaya memfasilitasi pemasaran produk Poktan
konvensional. Kecilnya kompensasi/insentif Nurani Sejahtera ke pasar modern dan
harga padi organik dibandingkan dengan ekspor, dengan catatan perbaikan pada
padi konvensional menjadi alasan proses pengeringan gabah yang dihasilkan.
mundurnya petani untuk membudidayakan 2. Poktan Nurani Sejahtera berkomitmen untuk
padi secara organik. berupaya memenuhi kualitas produk dan
3. Gapoktan Harapan Jaya tidak mampu kuantitas yang diminta oleh Poktan Sarinah,
menembus pasar modern dan pasar ekspor meskipun belum dinyatakan dalam kontrak
atas produk yang dihasilkannya. Sertifikasi tertulis.
pada dasarnya adalah jaminan kualitas 3. Secara kelembagaan dan personal, Dinas
yang diharapkan oleh konsumen, namun Pertanian Kabupaten Bandung dan para
gapoktan tidak mampu memanfaatkan penyuluh pertanian lapangan (baik PPL PNS
keunggulan produk tersebut untuk maupun PPL THL) berkomitmen untuk
kepentingan pemasaran. Hingga saat ini, mendukung pengembangan padi organik ini.
produk gapoktan masih dipasarkan ke pasar
tradisional yang seringkali dihargai sama Berdasarkan hasil sejumlah dialog dengan
dengan produk konvensional, atau secara berbagai pihak, kondisi yang diinginkan dalam
terbatas ke komunitas-komunitas tertentu pengembangan padi organik di masa depan dan
dengan sebutan ‖beras sehat‖. perbandingannya dengan kondisi saat ini
ditunjukkan oleh Tabel 2.

361
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 2. Kondisi Saat Ini dan Kondisi yang Diinginkan dalam Pengembangan Padi Organik Gapoktan
Harapan Jaya (Poktan Nurani Sejahtera)
Kondisi Kondisi
Elemen
Saat Ini yang Diinginkan
Paradigma Pemahaman kerangka pikir pembudidayaan Pemahaman kerangka pikir pembudidayaan
padi organik telah dimiliki, namun konsistensi padi organik diiringi dengan konsistensi
implementasinya masih rendah implementasi yang optimal
Perencanaan  Rencana pengembangan pembudidayaan  Untuk memastikan keberlanjutan
padi organik tidak mempertimbangkan produksi, rencana pengembangan padi
aspek pasar, hanya fokus pada aspek teknis organik harus sejak awal difokuskan
saja kepada permintaan pasar.
 Perencanaan produksi tidak dilakukan  Perencanaan produksi dilakukan melalui
dengan baik, hanya berdasarkan kebiasaan partisipasi aktif, konsensus, dan
saja komitmen seluruh pelaku
Pengelolaan  Koordinasi antar kelompok tani belum  Usahatani padi organik merupakan
berjalan dengan baik. Usahatani padi usaha bersama Gapoktan Harapan Jaya
organik cenderung dilakukan tanpa target (khususnya Poktan Nurani Sejahtera)
gapoktan secara bersama yang terkoordinasi dengan baik
 Fungsi penjaminan kualitas melalui Internal  Terbentuk Internal Control System yang
Control System belum berjalan berfungsi sebagai penjamin kualitas padi
 Fungsi pendampingan dan pembinaan organik yang dihasilkan
kelompok tidak berjalan optimal  Gapoktan dan kelompok tani melakukan
proses pendampingan dan pembinaan
secara otpimal
Pengawasan Pengembangan usahatani organik dilakukan Terbentuk entitas yang mampu memediasi
tanpa pengawasan yang jelas, akibat tiadanya tercapainya tujuan pasar, menampung
entitas yang memiliki kewenangan terhadap aspirasi, dan menjadi tempat konsultansi
hal tersebut petani

Dalam makalah ini, deskripsi upaya untuk c. Saling berbagi informasi di antara seluruh
mencapai keadaan yang diinginkan tersebut pelaku/stakeholder melalui berbagai
dilakukan melalui tiga fase pentahapan yaitu forum/pertemuan.
unfreezing, moving, dan refreezing (Lewin dalam
Balogun et.al., 1999).
Moving
Unfreezing Fase ini merupakan implementasi dari
Merupakan upaya untuk menyadarkan adanya kebutuhan terhadap perubahan. Pada
tahap awal dilakukan upaya untuk memperoleh
seluruh pelaku, khususnya petani, terhadap
kondisi yang lebih baik terhadap isu
perlunya perubahan. Fase ini berupa: pengembangan padi organik, dengan
a. Kegiatan yang mendorong kembalinya mengakomodasi permasalahan dan kepentingan
upaya usahatani padi organik terbaik pelaku melalui proses perencanaan. Selanjutnya
pada tingkat budidaya/onfarm oleh aktivitas mengoptimalkan kinerja pengembangan
petani. padi organik ini dilakukan pada kegiatan
b. Peningkatan pemahaman/promosi atas pengelolaan.
peluang usaha dan kemampuan padi Fase ini dibagi ke dalam dua tahap, yaitu:
organik meningkatkan taraf hidup petani perencanaan usaha, serta pengelolaan usaha.
apabila dikelola dengan baik, khususnya Secara ringkas aktivitas perencanaan dapat
dengan memanfaatkan pasar modern dan dilihat pada Tabel 3. berikut.
pasar ekspor.

362
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 3. Aktivitas Perencanaan Usaha Budidaya Padi Organik Gapoktan Harapan Jaya (Poktan Tani Nurani
Sejahtera)
Inisiasi Perumusan Finalisasi

a. Mengupayakan kepastian pasar 1. Penetapan pasar dan harga jual. Sosialisasi dan
dan harga. Dilakukan untuk Meliputi kegiatan: diseminasi kepada
memperoleh data dan informasi  Pertemuan dengan pihak poktan anggota melalui:
mengenai: Sarinah untuk menetapkan
a. Komunikasi, dan
 Permintaan pasar modern dan kuantitas/volume permintaan dan negosiasi kepada
pasar ekspor beserta harga
wakil petani
kualifikasi/spesifikasi produk yang  Apabila memungkinkan, penyusunan
terlibat
diminta kontrak tertulis antara Poktan Nurani b. Sosialisasi kepada
 Kepastian harga jual dari produk Sejahtera dengan Poktan Sarinah
seluruh petani
yang dihasilkan 2. Penetapan wilayah produksi dan terlibat
pengelolaan:
b. Upaya perencanaan produksi di  Dengan mempertimbangkan faktor-
seluruh anggota Kelompok Tani faktor lingkungan, faktor sosial,
Nurani Sejahtera. Meliputi budaya, dan ekonomi
kegiatan:  Dilakukan secara partisipatif,
 Pembuatan kalender tanam dan bertanggung gugat, dan terbuka
rencana produksi, yang
disesuaikan dengan permintaan
pasar
Sumber: Hasil Analisis

Kesepakatan dalam proses ini pasti tidak c. Transparansi


mudah dicapai, pengelolaan kepentingan dari Setiap pelaku memiliki pengetahuan yang
setiap pelaku akan sangat berpengaruh terhadap lengkap tentang sumberdaya yang dimiliki,
keberhasilan perumusan rencana. Beberapa dan memahami rencana dan kepentingan
prasyarat dapat menjadi penentu keberhasilan, dari masing-masing pihak.
diantaranya:
a. Rasa saling percaya antar setiap pelaku Dengan keterlibatan seluruh pelaku, dan
Dalam proses perencanaan, setiap pelaku
didasarkan atas kesadaran dan komitmen
harus berniat untuk menemukan cara
bersama untuk berkembang, dapat dicapai
pengelolaan terbaik, serta berpandangan
kesepakatan dan disusun rencana pengembangan
positif terhadap pelaku yang lain.
padi organik ini. Sementara itu, aktivitas
b. Kesamaan pandangan terhadap nilai dan pengelolaan usaha secara ringkas dapat dilihat
konsep pengembangan usaha pada Tabel 4. berikut.
Proses perumusan harus dimulai dengan
konsep pengelolaan yang sama dan
disepakati oleh seluruh pelaku.

363
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 4. Aktivitas Pengelolaan Usaha Budidaya Padi Organik Gapoktan Harapan Jaya (Kelompok Tani Nurani
Sejahtera)
Identifikasi Program Pelaksanaan
a. Penelurusan level koordinasi antar seluruh anggota a. Peningkatan kerjasama dan koordinasi antar
Gapoktan (kelompok tani) dalam pengelolaan usaha anggota Gapoktan, sehingga pengembangan
padi organik. Pada tahap awal difokuskan pada usahatani padi organik menjadi usaha
Kelompok Tani Nurani Sejahtera bersama
b. Refleksi penjaminan kualitas dan pentingnya b. Pembentukan dan pengaktifan fungsi entitas
keberadaan entitas penjamin mutu Internal Control System yang berfungsi
c. Inventarisasi fungsi pendampingan dan pembinaan sebagai penjamin kualitas
kelompok c. Peningkatan fungsi pendampingan dan
pembinaan anggota kelompok oleh kelompok
tani.
Sumber: Hasil Analisis
Tahap pengelolaan usaha pada dasarnya pengelolaan usaha padi organik dapat tetap
merupakan upaya memaksimumkan kinerja memenuhi syarat, dan diharapkan dapat
pengelolaan usaha yang perencanaannya telah meningkatkan kesejahteraan petani. Secara
dilakukan sebelumnya. Prasyarat keberhasilan umum fase ini dibagi ke dalam dua kelompok
tahap ini adalah apabila proses perencanaan telah aktivitas, yakni aktivitas monitoring dan aktivitas
dilaksanakan dengan baik. evaluasi. Aktivitas monitoring dilakukan sepanjang
tahun, sedangkan aktivitas evaluasi dilaksanakan
Refreezing setiap satu tahun sekali. Secara ringkas kedua
Fase ini merupakan langkah pengawasan aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
terhadap kinerja pengelolaan usaha, sehingga

Tabel 5. Aktivitas Monitoring dan Evaluasi Budidaya Padi Organik Gapoktan Harapan Jaya
Monitoring Evaluasi
a. Pembentukan entitas khusus pelaksana monitoring Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja pengelolaan
usaha usaha dalam satu tahun terakhir
b. Monitoring perkembangan lahan padi berbudidaya
organik
c. Peluang sertifikasi bagi lahan belum tersertifikasi
atau yang sudah tidak tersertifikasi
d. Monitoring kualitas koordinasi antar anggota
gapoktan (para kelompok tani)
e. Monitoring kualitas kerjasama dengan tujuan pasar
(Kelompok Tani Sarinah)
f. Upaya mengembangkan tujuan pasar baru
Sejumlah kesepakatan telah terbentuk dan dana, dengan persyaratan teknis tertentu yang
pada dasarnya bukan hal yang sederhana untuk disepakati.
dicapai. Beberapa kesepakatan yang telah 2. Pendampingan dan pembinaan anggota oleh
dicapai diantaranya adalah: kelompok tani dilakukan, khususnya saat ini di
1. Terkait kontrak pembelian antara Poktan Poktan Nurani Sejahtera.
Sarinah dengan sejumlah calon pembeli 3. Komitmen dari pihak pemerintah/regulator
(beberapa pasar modern), terdapat kesediaan untuk turut mengembangkan padi organik di
Poktan Sarinah untuk menampung GKG dari lokasi dengan lebih intensif
Poktan Nurani Sejahtera pada harga tertentu 4. Seluruh stakeholders berharap keterlibatan
(yang lebih tinggi dari harga pasar), memberi lebih intensif dari peneliti/penulis dalam rangka
benih cuma-cuma, memberi stimulus pinjaman memastikan seluruh proses pengembangan
dapat berjalan dengan lancer

364
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

tani lain di Gapoktan Harapan Jaya telah


Sejumlah proses ke arah tercapainya kembali mempraktekan usahatani padi
kesepakatan itu dapat dianalisis sebagai berikut: konvensional. Proses advokasi kepada petani
1. Analisis pola hubungan yang mendorong anggota Poktan Nurani Sejahtera dilakukan
petani berusaha tani padi organik bersamaan dengan mediasi kepada Poktan
Terdapat tiga pola hubungan yang Sarinah dan pihak Dinas Pertanian setempat.
melatarbelakangi petani berusahatani padi Proses ini tidak hanya membuat petani tetap
organik, yaitu ikatan emosi, kekuasaan berkomitmen berusahatani organik, bahkan
(power) dan kepentingan ekonomi membuat mereka terdorong untuk
(transaksional). Ikatan emosi pada dasarnya memperpanjang sertifikat organik yang
terkait dengan kebersamaan dan menjaga pernah mereka peroleh.
keutuhan relasi; power terkait dengan akses
(ke pasar, sumber informasi, teknologi dan 4. Focus group discussion dalam proses
modal); dan transaksi membangun trust, perencanaan usaha
membentuk saling ketergantungan, kepastian, Aktivitas ini dimaksudkan untuk
dan keberlanjutan. memperoleh dua keluaran, yaitu (1) adanya
Dalam kaitannya dengan hubungan kepastian harga dan pasar serta spesifikasi
antara Kelompok Tani Sarinah dan Kelompok produk, dan (2) tersusunnya rencana produksi
Tani Nurani Sejahtera dorongan kepentingan untuk mengantisipasi permintaan pasar.
ekonomi (transaksional) adalah diduga yang Melalui diskusi antar pihak terlibat disepakati
paling kuat diantara dua pola hubungan yang harga gabah yang akan dibeli Poktan Sarinah,
lain. Dengan demikian untuk memastikan beserta kuantitas yang diminta untuk
tercapainya keberlanjutan, instrumen disediakan.
pendukung ke arah pola hubungan itu, seperti Proses perencanaan usaha ini didorong
kontrak tertulis yang mencantumkan hak dan dengan melalui semangat kebersamaan, yang
kewajiban kedua belah pihak misalnya, harus mengedepankan aspek transparansi,
disusun dan disiapkan. Meskipun demikian, partisipasi, holistik dan berkesinambungan.
dengan berbagai akses yang dimiliki oleh Dengan demikian, aktivitas FGD yang
Poktan Sarinah, seperti akses teknologi dari dilakukan menempatkan seluruh pelaku yang
Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian terlibat (Poktan Sarinah, Poktan Nurani
Kabupaten, dan BP4K, serta akses Sejahtera, Dinas Pertanian, dan Penyuluh
permodalan dapat pula dikatakan bahwa Pertanian) berada pada derajat yang setara
Kelompok Tani Sarinah memiliki kekuasaan tetapi tetap memperhatikan peran masing-
(power) untuk menentukan arah masing.
pengembangan usaha. Namun didorong oleh
semangat kebersamaan, Poktan Sarinah 5. Pertemuan antara Kelompok Tani Sarinah
menempatkan Poktan Nurani Sejahtera dengan Pengusaha Pasar Modern
sebagai partner kerja yang sederajat. (Terstruktur)
Aktivitas ini ditujukan untuk memastikan
2. Identifikasi potensi, peluang dan kendala kontinyuitas pasokan beserta jaminan
yang dihadapi Poktan Sarinah dan Poktan kualitas dan kuantitas dari beras organik
Nurani Sejahtera yang diserahkan. Dalam pertemuan ini juga
Dalam upaya memahami lebih jauh disampaikan saran perbaikan pengembangan
terhadap kondisi riil yang dihadapi oleh usaha baik dari pihak pengusaha pasar
Poktan Sarinah maupun Poktan Nurani modern maupun dari pihak kelompok tani.
Sejahtera, pengidentifikasian potensi, Pertemuan ini tidak menghasilkan
peluang dan kendala yang dihadapi kedua kesepakatan baru, tetapi berhasil
kelompok tani ini dilakukan. memperkuat komitmen bersama yang telah
disepakati sebelumnya.
3. Advokasi petani untuk tetap konsisten dalam
berusahatani padi organik KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Upaya membuat petani anggota Poktan
Nurani Sejahtera tetap bertahan untuk Berdasarkan paparan pada makalah ini
berusaha tani padi organik terus dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
mengingat sebagian besar anggota kelompok

365
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

1. Untuk memastikan keterlibatan petani dengan Aliran Produk Padi Organik di Kelompok Tani Sarinah
efektif dan berkomitmen, sejumlah aktivitas
pada proses perubahan meliputi fase
unfreezing, moving dan refreezing penting
dilakukan
2. Berbagai komitmen dan kesepakatan antara
kedua pihak yang difasilitasi (Poktan Sarinah
dan Poktan Nurani Sejahtera) telah
terbangun. Demikian halnya, keterlibatan
berbagai pihak dalam mengembangkan model
diharapkan dapat memperlancar proses
pemberdayaan dan peningkatan kapasitas
(baik teknis maupun kelembagaan) dari kedua
pihak yang terlibat.
Sejumlah rekomendasi dapat disampaikan
terkait pengembangan ini, yaitu:
1. Pendampingan kepada kelompok tani
(khususnya Poktan Nurani Sejahtera) harus
terus dilakukan dengan intensif. Meskipun
berbagai upaya telah dilakukan (baik untuk
tetap konsisten berusaha tani organik,
maupun dalam mematuhi komitmen yang
disepakati), ―godaan‖ dari pihak lain yang
―memberi keuntungan‖ dalam jangka pendek
kepada petani dapat menjadi ancaman
terhadap model bisnis yang sedang
dikembangkan.
2. Pihak pemerintah daerah dapat memberikan
insentif dalam bentuk program
pengembangan usahatani organik dengan
lebih terarah, sehingga upaya pengembangan
ini dapat terus dipantau. Meskipun harapan
akhirnya adalah kemandirian dari para pelaku
usaha sendiri, khususnya para petani,
pemerintah daerah tetap memiliki peran
berarti bagi pengembangan usaha ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Balogun, Julia and Veronica Hope Hailey.


Exploring Strategic Change. 1999. Prentice
Hall Europe. London
 Biocert. 2008. Potret Perkembangan Pertanian
Organik Asia. Newsletter Trust in Organic
Edisi 9/Th.2 (Jan - Mar 2008).
 Sukayat, Yayat, Dika Supyandi, Ahmad
Choibar Tridakusumah, Dhany Esperanza.
2013. Rekayasa Model Pemberdayaan untuk
Meningkatkan Daya Saing Rantai Pasok Beras
Organik Yang Berorientasi Pasar Global.
Laporan Penelitian Unggulan Perguruan
Tinggi. Universitas Padjadjaran

LAMPIRAN

366
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TRANSFORMASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS


MENJADI BANK PERTANIAN SEBAGAI SUATU PEMBANGUNGAN
INKLUSIF PEMBIAYAAN BERKELANJUTAN

Cindy Paloma, SP, MSi1, Ami Sukma Utami, SP, MSc2

Dosen Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Kampus Unand Limau Manis, Padang 25161,

(e-mail: cindypaloma@gmail.com / ami_sukma@yahoo.com)

ABSTRAK. Lembaga Keuangan Mikro Agribinisnis (LKM-A) merupakan pendekatan pembiayaan informal
yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan akses petani terhadap modal, yang telah berlangsung dari
tahun 2008 sampai dengan sekarang. Adverse Selection dan Moral Hazard menjadi masalah mendasar yang
terjadi pada perkembangan LKM-A, seperti kasusnya di Provinsi Sumatera Barat. Namun, tidak sedikit LKM-A
yang mampu berprestasi dan tumbuh dengan NPL mencapai 0%. Fenomena ini menuntut perhatian yang
serius bagi pemerintah, untuk menjamin keberlangsungan LKMA. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu
transformasi model kelembagaan LKMA informal menjadi Bank Pertanian yang bersifat formal. Transformasi
ini, merupakan suatu bentuk perubahan sistem pembiayaaan secara inklusif dan berkelanjutan. Tulisan ini
bertujuan untuk melakukan tinjauan model-model Bank Pertanian di dunia, dan menganalisis model yang
cocok untuk diterapkan di Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa secara konseptual maupun empirik,
terdapat beberapa format Bank Pertanian yang ada didunia, di Negara berkembang seperti: a) Bank
Pertanian Malaysia Act 1969, b) Bank for Agricultural Corporation (BAAC)-Thailand, c) Farmer‘s Bank of
China dan Land Bank of Taiwan, d) Land and Agricultural Development Bank Act –Afrika Selatan. Lebih
lanjut Bank Pertanian juga telah ada di Negara maju, seperti: a) Rabobank di Belanda, b) Credit Agricole di
Perancis. Dari model-model Bank Pertanian tersebut yang paling tepat untuk diterapkan di Indonesia adalah
model Bank Pertanian di Perancis yaitu Credit Agricole, yang merupakan hasil pemberdayaan Lembaga
Keuangan Mikro.

Kata kunci : LKM-A, Bank Pertanian, pembangunan inklusif, pembiayaan

PENDAHULUAN
Gapoktan (melalui kegiatan seksi usaha simpan
Salah satu upaya pemerintah untuk pinjam). Keberadaan LKM sangat bergantung
mengatasi permodalan di tingkat petani adalah pada peran dinas teknis (pemerintah daerah) tim
dengan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pembina dan Penyelia Mitra Tani (PMT) untuk
Perdesaan (PUAP). Program PUAP merupakan mengarahkan, melatih dan pembinaan kearah
program nasional dalam rangka pengentasan terbentuknya LKM. Model LKM/UKM berkembang
kemiskinan pada sektor pertanian yang telah lebih baik seperti LKM-A Penampung Prima, di
dilaksanakan oleh Kementrian Pertanian Republik Kabupaten Agam, Sumatera Barat, terutama
Indonesia sejak tahun 2008. Program ini berupa dalam menjaring dan diluar BLM PUAP, termasuk
pemberian bantuan dana bantuan penguatan memberikan produk jasa perbankan lainnya
modal kepada petani Gapoktan, dimana petani dengan sistim bunga yang lebih kompetitif
dapat mengakses permodalan secara berke- (Paloma, 2013).
lompok tanpa memberikan agunan. Hasil PUAP di Sumatera Barat selama 3
Di beberapa Gapoktan pengelolaan dana tahun 2008-2010 telah menumbuhkan 735
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dilakukan Gapoktan dan 532 Gapoktan telah membentuk
melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang LKM-A. Sebagian gapoktan 2008 dan 2009 sudah
dibentuk khusus untuk mengelola dana tersebut menumbuhkan unit usaha otonom (UUO) selain
(seperti di Sumatera Barat dan Jawa Tengah). LKM-A diantaranya, usaha pemasaran, usaha
Sedangkan sebagian besar lainnya, pengelolaan saprodi, UPJA dan usaha pembenihan. LKM-A
dana cukup (hanya) dikelola oleh Bendahara 2008 dan 2009 sudah berjalan baik dan nilai asset

367
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

umumnya sudah berjalan lebih dari paling besar yang digerakkan oleh program PUAP
Rp.100,000,000,-. Dari evaluasi yang dilakukan di Sumatera Barat adalah usaha sektor pertanian
oleh Dinas Pertanian Sumatera Barat sampai tanaman pangan sebesar 39 persen, usaha
tahun 2010 disamping terbentuknya Gapoktan peternakan 17 persen, usaha hortikultura 14
dan LKMA, jumlah kelompok tani yang terlibat persen, usaha pemasaran hasil pertanian 11
mencapai 3,808 buah poktan dengan jumlah persen, usaha perkebunan 9 persen, usaha
petani sebanyak 45,192 orang. Sedangkan dari industri olahan rumah tangga 8 persen dan usaha
sisi penyaluran dana, yang awalnya Rp.53.3 lainnya sebesar 2 persen.
Milyar, yang tersalur ke Rekening Gapoktan Beberapa persoalan utama yang dihadapi
Rp.22.4 Milyar sudah tersalur ketangan petani oleh LKM-A di perdesaan yang memperoleh
dalam berbagai bentuk usaha agribisnis. Di Kota program PUAP adalah: (1) Penguasaan
Padang perkembangan PUAP sampai dengan sumberdaya lahan pertanian yang kecil dan makin
bulan Februari 2013 telah menumbuhkan 48 LKM- mengecil karena masalah fragmentasi lahan, (2)
A, 211 Kelompok tani dan 6,616 petani. Jumlah kurangnya penguasaan teknologi baik pembibitan,
dana Dana awal yang disalurkan masing-masing budidaya, serta pasca panen dan pengolahan
Rp.100,000,000,- dan sampai dengan Februari hasil, (3) Kurangnya pengembangan produk
2012 aset keseluruhan LKM-A di Kota Padang (product development) dan promosi produk
telah mencapai Rp.4,026 Milyar Dari sisi jenis (promotion product), (4) Kemampuan SDM baik
usaha yang dilaksanakan petani, usaha yang ketua, pengurus dan anggota yang kurang,
kandungan kewirausahawan dan menggalang Sementara untuk pemberian penghargaan 9.09
jaringan dengan kelembagaan ekonomi modern, persen yang menerapkan yaitu dalam bentuk
(5) kurangnya efektivitas koordinasi dalam uang (Desa Salayo Tanang Bukit Sileh, Kabupaten
kelembagaan LKM-A baik secara horizontal Solok, Provinsis Sumatera Barat) dan
maupun vertical, (6) Lemahnya konsolidasi penghargaan sosial (Desa Jeruk Agung,
kelembagaan LKM-A baik dari aspek Kabupaten Magelang, Provinsi Sumatera Jawa
kepengurusan/manajemen, permodalah dan Tengah).
partisipasi anggotanya. Dari semua kelemahan pengelolaan kredit
Kenyataannya kredit di LKM-A di kota di LKMA, terdapat hal yang sangat potensial untuk
Padang banyak yang mengalami gagal bayar mendukung pengembangan pendanaan untuk
dengan rata-rata nilai NPL sebesar 48.21 persen, petani kecil untuk dapat mengakses pendaan dari
hal ini salah satunya disebabkan karena persepsi perbankan. Sistem group lending merupakan
petani yang menganggap dana PUAP adalah dana langkah yang sangat tepat untuk menjamin
hibah yang tidak perlu untuk dikembalikan yang keberlangsungan pembayaran kredit. Karena
dalam hal ini merupakan suatu bentuk moral terdapat pengawasan yang dilakukan antar
hazard. Alasan lain adalah karena pendapatan angota LKM-A, selain itu faktanya Bank Nagari
petani yang tidak selalu perbulan, karena yang merupakan bank daerah terbesar di
bergantung pada musim panen, sehingga Sumatera Barat, telah menggandeng beberapa
pembayaran pun kadang bergantung pada musim LKM-A yang berprestasi dalam pengelolaan PUAP
panen. Jika, sudah terjadi kegagalan pembayaran untuk menyalurkan kredit program mereka,
maka sudah seharusnya LKM-A yang professional diantaranya Kredit Usaha Rakyat (KUR). Salah
memberikan sanksi yang tegas pada anggotanya satunya adalah LKM-A Pagaruyung Indah,
(Paloma, 2013). Menurut laporan PSEKP, 2009, Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, yang
dinyatakan bahwa gapoktan yang telah merupakan Gapoktan terbaik terbaik pertama di
menetapkan sanksi sebanyak 68.18 persen Kabupaten Tanah Datar dan juara III ditingkat
sedangkan yang belum sebanyak 31.82 persen. Sumatera Barat digandeng oleh Bank Nagari
Adapun sanksi yang ditetapkan juga berbeda- Cabang Nagari Batusangkar untuk menyalurkan
beda, Gapoktan yang menetapkan sanksi dalam KUR. Kerjasama ini hanya didasari oleh prinsip
bentuk uang sebesar 31.82 persen, dalam bentuk kepercayaan dan kejujuran. Sehingga terbuka
barang maupun sanksi sosial masing-masing kesempatan yang besar untuk LKM-A
terutama dalam 9.09 persen sementara yang mendapatkan akses pendanaan untuk kredit yang
lainnya dalam bentuk tanggung renteng, lebih besar secara berkelompok dimasa depan
kesepakatan dan bahkan ada gapoktan yang (Paloma, 2013).
memberikan perpanjangan jangka waktu Melihat potensi LKM-A yang telah mampu
pengembalian yaitu di Desa, Kajangkoso melakukan pengelolaan dana, sehingga dana
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. yang awalnya hanya Rp.100.000,- sekarang telah

368
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

berakumulasi, membutuhkan suatu pengelolaan mandat untuk melayani kredit kepada


yang professional (lembaga formal) namun tetap rumahtangga petani, telah dibentuk pada tahun
memihak kepada kepentingan petani kecil. 1966. Tujuan utama dari pembentukan bank
Pembentukan Bank Pertanian, merupakan suatu tersebut adalah memaksimumkan jangkauan
pilihan sebagai bentuk transformasi LKM-A, layanan kredit ke rumahtangga petani dan dalam
seperti halnya pendekatan pembiayaan di Negara waktu bersamaan harus menjaga viabilitas
lain sudah membentuk bank khusus pertanian keuangan serta keberlangsungan pelayanan dan
dalam menyalurkan kredit dan menghimpun operasional bank. Skim yang diberikan oleh BAAC
tabungan para petani atau masyarakat. antara lain adalah: skim kredit modal kerja, kredit
Pendekatan LKMA menuju bank pertanian sangat bantuan pendidikan, asuransi kesehatan dan
diharapkan mampu membuka akses pembiayaan asuransi jiwa.
yang berkelanjutan untuk seluruh petani hal ini Taiwan dengan Farmer‘s Bank of China
sesuai dengan misi pembangunan pertanian yang dan Land Bank of Taiwan, bertugas antara lain
inklusif, yang berarti semua petani memiliki akses memberikan kredit ke sektor pertanian dengan
terhadap pembiayaan, tidak lagi bersifat eksklusif bunga lebih rendah dari sektor lainnya. Pada
hanya beberapa kelompok atau stakeholder yang tahun 2010, bunga kredit sektor pertanian yang
hanya memiliki akses seperti yang terjadi pada diberikan oleh bank ini sekitar 4 sampai 5 persen
dunia perbankan saat ini. Tulisan ini bertujuan untuk sektor pertanian, dan 14 sampai 16 persen
untuk meninjau model-model Bank Pertanian di untuk sektor lainnya. Bank ini dibentuk melalui
dunia dan menganalisis secara konseptual model The Agricultural Finance Act yang berlaku sejak
Bank Pertanian yang cocok untuk diterapkan di 30 Januari 2004. Perancis mempunyai bank
Indonesia. pertanian, yaitu Credit Agricole, yang dimulai dari
fase pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro
METODE (LKM) lokal sampai terbentuknya caisse regional
dan caisse national.
Pendekatan konseptual dan kajian empiris Afrika Selatan melalui Land and
digunakan untuk mencari model Bank Pertanian Agricultural Development Bank Act dalam
yang cocok untuk diterapkan di Indonesia. Government Gazette No. 22647 membentuk Land
Selanjutnya digunakan analisis deskriptif, untuk and Agricultural Development Bank. Tujuan dari
melihat kecocokan tersebut. pembentukan bank ini adalah untuk mencapai:
pemerataan kepemilikan lahan, reforma agraria,
HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatkan produktivitas, keuntungan,
Bentuk Bank Pertanian Dunia investasi dan inovasi dalam bidang pertanian dan
lembaga keuangan perdesaan, serta
Beberapa negara telah membentuk bank mengembangkan program yang dirancang untuk
khusus pertanian, seperti Malaysia, Thailand, mendorong pertumbuhan sektor pertanian.
Taiwan, Afrika Selatan, Belanda, Nigeria, dan Belanda telah memiliki bank pertanian
Perancis. Malaysia, melalui Act 9: Bank Pertanian yang dikenal dengan nama Rabobank sejak akhir
Malaysia Act 1969, mempunyai bank khusus abad ke 19 tanpa melalui undang-undang.
melayani sektor pertanian, yang disebut Bank Semangat yang digunakan dari bank ini adalah
Pertanian Malaysia, dan dibentuk sejak undang- semangat koperasi. Pada awalnya Rabobank
undang tersebut berlaku. Tujuan dari sebagai bank petani menguasai 85 sampai 90
pembentukan bank tersebut adalah persen pangsa pasar pertanian di Belanda. Pada
pengembangan sektor pertanian di Malaysia, pertengahan tahun 1970-an pangsa pasar di
mengkoordinasikan dan mengawasi pemberian bidang pertanian menurun hingga 30 persen dan
kredit dari dana masyarakat untuk kegiatan pada tahun 1987 perubahan substansial terjadi,
pertanian, dan menyediakan pinjaman dan yaitu pinjaman untuk sektor non-pertanian
fasilitas kredit termasuk untuk kegiatan produksi melebihi pinjaman untuk sektor pertanian. Pada
dan pemasaran. Skim kredit yang diberikan oleh tahun 2005 kredit pertanian tinggal 8 persen dari
Bank Pertanian Malaysia antara lain adalah: skim total kredit yang diberikan Rabobank (Pakpahan,
modal usahawan tani, skim kredit padi, dan skim 2009).
pembiayaan Low Intensity Tapping System. Di Nigeria, menurut Anthony (2010),
(Adam, 2012) tindakan yang bertujuan meningkatkan output
Thailand melalui Bank for Agriculture and pertanian dalam hal skema kredit adalah
Agricultural Corporation (BAAC) yang diberikan pembentukan Nigerian Agricultural Cooperative

369
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Bank. Skema kredit yang dibuat oleh bank ini Model yang tepat atau sesuai untuk
mengalokasikan dana yang dimiliki lebih besar pengembangan Bank Pertanian yang
untuk pertanian dibandingkansektor komersial. berkelanjutan
Skema kredit yang diberikan oleh Central Bank
Nigeria mengenakan suku bunga kredit yang Bagi Departemen Pertanian, bank
berbeda untuk sektor pertanian. Pada tahun2004, pertanian sudah merupakan konsep yang telah
beberapa negara Afrika meluncurkan program lama dipikirkan. Melalui Direktorat Pembiayaan
Kemitraan Baru untuk Pembangunan Afrika (New (saat ini menjadi Pusat Pembiayaan Pertanian),
Partnership for Africa‘s Development/NEPAD) telah dikaji beberapa aspek teknis pendirian bank
dengan tujuan mengurangi kelaparan dan serta melakukan beberapa kerjasama teknis
kemiskinan. Pertanian dipandang sebagai mesin dengan pihak luar negeri yang telah lebih dulu
pertumbuhan untuk mendorong Afrika keluar dari mendirikan bank pertanian. Salah satu negara
jeratan kelaparan dan kemiskinan. Pembentukan yang pernah dijadikan kajian adalah Perancis
Bank Pertanian di negara-negara tersebut yang memiliki bank pertanian yang disebut Credit
menunjukkan keberpihakan mereka kepada sektor Agricole. Pembentukan Credit Agricole dimulai
pertanian. Negara-negara tersebut memberikan dari fase pemberdayaan lembaga keuangan mikro
fasilitas pemberian kredit yang menguntungkan lokal (caise local) sampai terbentuknya
kepada sektor pertanian melalui beragam skema caisseregional dan caise national. Proses tersebut
yang mudah diakses. menjadi inspirasi Departemen Pertanian untuk
mewujudkan dukungan yang optimal bagi
Bentuk Transformasi Sesuai Untuk pembangunan pertanian (Direktorat Pembiayaan,
Pengembangan Bank Pertanian di 2004). Namun demikian, upaya pendirian bank
Indonesia pertanian tetap berpijak pada Peraturan Bank
Indonesia No 2/27/2000 tentang Bank Umum
Secara konseptual, dengan yang mengatur setoran modal minimum pendirian
memperhatikan karakteristik sumberdaya bank baru yaitu sebesar Rp.3 triliun selama masa
pertanian yang sangat besar, maka pendirian transisi Arsitektur Perbankan Indonesia. Untuk
Bank Pertanian memiliki potensi yang cukup menyiasati hal tersebut, untuk mendirikan Bank
cerah. Di sisi lain, sekalipun sudah ada bank-bank Pertanian Indonesia (BPI) dapat dipilih beberapa
yang umum dan berada di pedesaan, namun upaya serta kebijakan sebagai berikut (Direktorat
belum sepenuhnya memberikan perhatian Pembiayaan, 2004), yaitu: Pendekatan Pola
terhadap sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat Pendirian Credit-Agricole Perancis
dari inkompatibilitas skim kredit yang ada dengan 1. Departemen pertanian sebagai institusi
keinginan petani, dan juga fakta yang yang bertanggung jawab dalam
menunjukkan masih rendahnya penyerapan membangun infrastruktur penunjang
plafon kredit program yang disalurkan melalui pembangunan pertanian diharapkan
kerjasama dengan bank. dapat mengoptimalkan sumberdaya
Potensi lain untuk mendirikan bank petani, kelompok tani dan organisasi
pertanian dapat dilihat dari sisi potensi pasar. melalui penggalian potensi organisasi dari
Khusus untuk sektor pertanian yang berkaitan lembaga tani tersebut.
dengan pengembangan tanaman pangan saja 2. Dengan melakukan koordinasi maka
sudah sangat layak bahwa dorongan finansialnya masalah sumber dana awal serta
dilayani oleh satu institusi bank yang menangani pembentukan dasar hukum akan dapat
khusus pertanian. Sebagai contoh, untuk mempercepat proses pendirian BPI.
mendukung pengadaan sarana produksi padi 3. Petani melalui organisasi dan organisasi
secara nasional dibutuhkan ketersediaan dana petani lainnya akan bertindak sebagai
sekitar Rp.18,48 triliun dan ini dapat dikatakan pemegang saham utama, sedangkan
sebagai Captive Market bagi usaha finansial di Departemen Pertanian melalui lembaga
sektor pertanian. Angka tersebut diturunkan dari dan atau yayasan yang sudah ada atau
luas sawah nasional sekitar 7,7 juta hektar, dibentuk baru menjadi pemegang saham
dengan menggunakan pendekatan KUT atau KKP di samping masyarakat umum lainnya.
untuk pembiayaan usahatani padi dibutuhkan
sekitar Rp.1.200.000,- per hektar, dan dengan Berdasarkan bentuk Bank Pertanian yang
asumsi intensitas tanam 200 persen (Ashari dan ada diatas, maka bentuk bank pertanian yang ada
Friyatno, 2006) di Perancis, Pola Pendirian Credit-Agricole,

370
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

merupakan pola bank yang sesuai dengan kondisi mengenai perbankan. Bank Indonesia sangat
di Indonesia. Hal ini dikarenakan pola ini penting guna menopang pembentukan Bank
berangkat dari LKMA yang mirip dengan Pertanian di Indonesia. Ada 4 fungsi yang harus
Indonesia. Syarat yang diperlukan untuk pendirian dimiliki oleh Bank Pertanian di Indonesia, yaitu: 1)
Bank Pertanian adalah (a) kesiapan SDM menyalurkan kredit dari pemerintah dan
pengelola bank pertanian, (b) kesiapan SDM masyarakat kepada petani, 2) memberikan bunga
kelompok sasaran (petani, peternak, kelompok kredit yang lebih rendah dari kredit sektor
tani, pelaku ekonomi pertanian lainnya), (c) komersil lainnya, 3) membantu petani memenuhi
syarat-syarat administratif pendirian dan persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Pertanian
operasionalisasi bank pertanian, (d) manajemen Indonesia, 4) mampu memberikan pelayanan
operasionalisasi bank pertanian, (e) keuangan yang sustainable kepada petani,
pengembangan jaringan, baik internal maupun sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
eksternal bank pertanian dan pentahapannya, (f) nasabahnya. Bank Indonesia diberi kewenangan,
pengembangan sistem informasi manajemen bank tanggung jawab dan kewajiban secara utuh untuk
pertanian, (g) dukungan kebijakan pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
yang kondusif bagi perbankan maupun sektor bank dengan menempuh upaya-upaya, baik yang
pertanian, serta aspek-aspek lain yang kontruktif bersifat preventif maupun represif, dalam hal
bagi tumbuh dan berkembangnya bank pertanian membuat ketentuan-ketentuan, memberikan
di Indonesia. petunjuk-petunjuk, memberikan nasihat-nasihat,
bimbingan, pengarahan dan melakukan tindakan
Peran Bank Indonesia Dalam perbaikan.
Mentrasformasi LKM-A Sebagai Bank
Pertanian Pedoman Operasional Perbankan Nasional

Faktor crucial dalam pembentukan bank Beberapa keputusan direksi dan surat
pertanian agar efektif dan efisien adalah lembaga edaran direksi Bank Indonesia yang terkait
tersebut harus secara seksama memperhatikan pelaksanaan kredit khususnya pada sektor
karakteristik sektor pertanian. Oleh karena itu pertanian yaitu peraturan Bank Indonesia Nomor
sudah saatnya dilakukan inisiasi pembentukan 8/13/PBI/2006 tentang Batas Maksimum
lembaga keuangan (bank) yang khusus Pemberian Kredit (BMPK) mengatur tentang:
menangani sektor pertanian. Bank pertanian Penerapan prinsip kehati-hatian yaitu Bank wajib
diharapkan tidak hanya menyediakan pembiayaan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen
melalui skim kredit pertanian, tetapi juga risiko dalam memberikan penyediaan dana,
menyentuh aspek non-ekonomis yaitu khususnya penyediaan dana pada pihak terkait
meningkatkan sikap bisnis dan pengetahuan dan penyediaan dana besar atau penyediaan
petani, serta membantu petani dalam merancang kepada pihak lain yang memiliki kepentingan
dan mengurus proyek proyek pertanian dalam terhadap bank. Prinsip kehati-hatian mutlak
usahatani. Namun, lebih jauh harus terdapat diperlukan, namun untuk petani diperlukan prinsip
peran Bank Indonesia dalam melakukan lain yang bisa memudahkan petani mengakses
transformasi lembaga keuangan menjadi Bank pemberian kredit, yaitu prinsip keadilan. Tidak adil
Pertanian. apabila persyaratan pemberian kredit bagi petani
Kedudukan Bank Indonesia sebagai dengan skala usaha kecil disamakan dengan
lembaga Negara yang independen berada diluar pelaku usaha besar. Oleh karena itu, patut
kekuasaan pemerintah. Independensi ini dibedakan secara lebih spesifik terhadap
membawa konsekuensi bahwa Bank Indonesia persyaratan bagi petani. Selain menerapkan
juga mempunyai wewenang mengatur atau prinsip kehati-hatian dan keadilan, Bank
membuat/menerbitkan peraturan yang Indonesia juga perlu menyederhanakan
merupakan pelaksanaan undang-undang dan persyaratan begi petani, yaitu cukup dengan
menjangkau seluruh bangsa Indonesia termasuk kemampuan membayar berdasarkan kinerja
dalam menerbitkan peraturan yang spesifik kelayakan usahanya. Peraturan Bank Indonesia
Nomor 3/2/PBI/2001 tentang pemberian
kredit
usaha kecil. Bank Indonesia harus membuat kepada petani atau kegiatan usaha yang
peraturan yang mewajibkan bahwa alokasi kredit mendukung sektor pertanian. Saat ini bank lebih
dari Bank Pertanian Indonesia mayoritas ditujukan banyak memperhatikan aspek prospek usaha dan

371
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kemampuan membayar, sehingga petani kesulitan Afrika Selatan. Lebih lanjut Bank Pertanian juga
untuk mengakses kredit yang diberikan. telah ada di Negara maju, seperti: a) Rabobank di
Dengan menjalin kerjasama dengan Bank Belanda, b) Credit Agricole di Perancis. Dari
Indonesia, pemerintah bersama-sama dengan model-model Bank Pertanian tersebut yang paling
manejemen LKM-A mampu untuk tepat untuk diterapkan di Indonesia adalah model
mentransformasi LKM-A yang telah tumbuh Bank Pertanian di Perancis yaitu Credit Agricole,
menjadi Bank Pertanian, dengan melihat contoh yang merupakan hasil pemberdayaan Lembaga
Agricole di Perancis, yang memang dibentuk Keuangan Mikro. Namun dibutuhkan skim
awalnya melalui lembaga keuangan lokal. Bank yang cocok untuk diterapkan di Bank Pertanian
Pertanian yang diinisiasi dari dalam, artinya tersebut, serta revolusi mental pengelola Bank
melalui petani-petani yang merupakan pengelola Pertanian nantinya, mengingat risiko yang
LKM-A diharapkan dapat menumbuhkan dihadapi di sektor pertanian yang tinggi.
keberlanjutan pembiayaan pertanian untuk petani
kecil. DAFTAR PUSTAKA

SIMPULAN/REKOMENDASI  Adam, Lukman. Urgensi Pembentukan Bank


Pertanian di Indonesia. Jurnal Analisi
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Kebijakan Pertanian. Volume 10 No. 2. Hal:
(LKM-A) telah tumbuh menjadi lembaga yang 103 -117
berperan dalam pembiyaan pertanian petani kecil,  Anthony, E. 2010. Agricultural Credit and
yang awalnya hadir karena adanya progam PUAP. Economy Growth in Nigeria: An Empirical
Terdapat banyak kendala dalam proses Analysis. Business and Economic Journal,
pengambangan LKM-A, dari yang mengalami nilai Volume 2010: BEJ-14. Pp: 1-7
gagal bayar 100 persen, sampai yang mampu  Ashari dan Fiyatno, Supena. 2006. Perspektif
untuk menekan kegagalan bayar pada kredit Bank Pertanian di Indonesia.Forum Penelitian
dengan nilai NPL 0 persen. Terdapat juga LKM-A Agro Ekonomi.Volume 24 No. 2. Hal: 107 -202
yang berprestasi dan menarik Bank komersial  Direktorat Pembiayaaan. 2004. Kelembagaan
untuk menyalurkan kredit KUR, yang hanya dan Pola Pelayanan Keuangan Mikro untuk
didasari oleh rasa kepercayaan. Fenomena ini Sektor Pertanian (Pedoman dan Kebijakan).
menuntut perhatian pemerintah dalam Direktorat Pembiayaan, Direktorat Jenderal
mewujudkan keberlanjutan pembiayaan pertanian Bina Sarana Pertanian. Departemen
di tingkat petani kecil. Transformasi LKM-A ke Pertanian. Jakarta
Bank Pertanian yang bersifat formal menjadi  Pakpahan, A. 2009.Transformasi Pertanian,
suatu pilihan dalam menuju pembangunan Mengapa Memerlukan Bank
pertanian yang inklusif dan berkalnjutan. Belajar Pertanian.Makalah dalam Seminar Menuju
dari pengalaman Negara lain, terdapat beberapa Pendirian Bank Pertanian. Bogor, 11 Mei
model Bank Pertanian yang telah ada. Hasil kajian 2009: IPB dan Departemen Pertanian.
menunjukkan bahwa secara konseptual maupun  Paloma, Cindy. 2013. Adverse Selection dan
empirik, terdapat beberapa format Bank Pertanian Moral Hazard pada Skim Kredit Lembaga
yang ada didunia, di Negara berkembang seperti: Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) PUAP di
a) Bank Pertanian Malaysia Act 1969, b) Bank for Kota Padang. Tesis. Ilmu Ekonomi Pertanian,
Agricultural Corporation (BAAC)-Thailand, c) Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Farmer‘s Bank of China dan Land Bank of Taiwan,
d) Land and Agricultural Development Bank Act –

372
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PEMBERDAYAAN PENGRAJIN KUE OLAHAN SAGU MELALUI


PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP BAGI HASIL DALAM UPAYA
MENDUKUNG PEMBANGUNAN INKLUSIF DI SEKTOR PERTANIAN

EMPOWERMENT CRAFTSMEN SAGO CAKE THROUGH FINANCING


WITH PRINCIPLE FOR EFFORTS IN SUPPORT OF INCLUSIVE
DEVELOPMENT THE AGRICULTURAL SECTOR
Henny Indrawati1, dan Caska2

Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Simpang Baru Pekanbaru

(Email: pku_henny@yahoo.com)

ABSTRAK. Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau merupakan salah satu daerah penghasil sagu utama
di Indonesia. Sagu bisa diolah menjadi berbagai macam olahan makanan yang bisa memberikan nilai
tambah. Selama ini sagu diolah dalam skala kecil (home industry) oleh kaum perempuan dengan
keterbatasan pendanaan, sehingga hasil olahan sagu yang dihasilkan masih terbatas keanekaragaman,
kuantitas, maupun pemasarannya. Padahal fenomena yang ditemui di lapangan, permintaan kue olahan
sagu relatif tinggi. Penyebabnya adalah masih minimnya kue yang dihasilkan baik dari sisi jumlah maupun
ragamnya. Permasalahan utamanya adalah kurangnya modal pengrajinuntuk memproduksi kue dengan
jumlah dan ragam yang relatif banyak. Oleh karena itu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) diharapkan
dapat menjadi solusi yang ideal untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga perlu dikaji: (1)
Pelaksanaan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang dirasa ideal bagi pengrajin; dan (2) Kontribusi LKMS
terhadap pemberdayaan pengrajin kue olahan sagu. Penelitian dilaksanakan melalui survey dengan metode
deskriptif. Pengambilan sampel secara purposive dengan teknik pengumpulan data melalui indepth interview
dan FGD. Hasil penelitian menemukan: (1) Pelaksanaan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang dirasa
ideal bagi pengrajin yaitu pembiayaan mudharabah dengan cara pembayaran angsuran diambil langsung ke
rumah pengrajin, jangka waktu pembiayaan selama 6 bulan, dan menerapkan sistem administrasi 2,5 persen
dari pinjaman yang dibayarkan pada waktu pembayaran angsuran; (2) Kontribusi LKMS terhadap
pemberdayaan pengrajin kue olahan sagu cukup besar, yang terlihat dari adanya peningkatan pendapatan
pengrajin kue olahan dari sagu setelah memperoleh pembiayaan dari LKMS. Dengan terselesaikannya
permasalahan modal pengrajin, diharapkan dapat mendukung pembangunan inklusif di sektor agroindustri
khususnya, dan di sektor pertanian pada umumnya.

Kata-kata Kunci: Pemberdayaan, pengrajin kue olahan sagu, bagi hasil, Lembaga Keuangan Mikro Syariah,
pembangunan inklusif

ABSTRACT. Meranti Islands Regency of Riau Province is one of the major sago producing areas in
Indonesia. Sago can be processed into a wide variety of processed foods that can provide added value.
During this sago is processed on a small scale (home industry) by women with limited funding, so that the
processed sago has been limited diversity, quantity, and marketing. Though the phenomena on encountered
in the field, the demand cake sago relatively high. The cause is still lack of sago cake produced both in
number and variety. The main problems are the lack of capital craftsmen to produce a sago cake with the
number and variety of relatively large. Hence microsharia financial in stitutions are expected to be the ideal
solution to overcome these problems, so it is necessary to study: (1) the implementation of the principle of
profit sharing financing is considered ideal for a craftsman; and(2) contribution to the empowerment of
microsharia financial institution processed sago cake. The research was conducted through a survey with
descriptive methods. The data collected through purposive sampling through in-depth interview and FGD.
The research found: (1) The financing of the principle of profit sharing is considered ideal for the craftsmen
of financing by way of installment payments taken directly to the artisans, financing period for 6 months,

373
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

and implementing administrative systems of 2.5 percent of the loan is paid at the time of repayment; (2)
Contributions LKMS to empower artisans of processed sago cake is big enough, which is evident from the
increase in income from sago artisan cake processed after obtaining the financing of LKMS. With the
completion of the capital problems of craftsmen, are expected to support inclusive development in the agro-
industry sector in particular, and in agriculture in general.

Key words: Empowerment, craftsmen sago cake, profit sharing, microsharia financial institution, inclusive
development.

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP syariah diharapkan dapat menjadi solusi yang
ideal untuk mengatasi permasalahan tersebut,
Tujuan artikel ini adalah mendeskripsikan sehingga diharapkan dapat memberdayakan
tentang pelaksanaan pembiayaan dengan prinsip ekonomi pengrajin.
bagi hasil yang dirasa ideal bagi pengrajin; dan Kata pemberdayaan adalah terjemahan
kontribusi LKMS terhadap pemberdayaan dari istilah bahasa Inggris, yaitu empowerment.
pengrajin kue olahan sagu. Sedangkan ruang Empowerment berasal dari kata dasar power yang
lingkup artikel adalah pemberdayaan pengrajin berarti kemampuan berbuat, mencapai,
kue olahan sagu dalam upaya pengentasan melakukan atau memungkinkan. Awalan em
kemiskinan yang berkaitan dengan akses modal berasal dari bahasa latin dan Yunani, yang berarti
industri rumahtangga untuk meningkatkan nilai di dalamnya. Karena itu pemberdayaan dapat
tambah dan pendapatan. berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu
sumber kreativitas. Dalam kamus Umum Bahasa
PENDAHULUAN Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan
sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi yang sebaik-baiknya dengan hasil yang
Riau adalah salah satu daerah penghasil pati sagu memuaskan (Departemen Pendidikan Nasional,
utama di Indonesia. Luas tanaman sagu di 2008).
Kabupaten Kepulauan Meranti adalah 45.000 ha, Menurut Gunawan (2009), pemberdayaan
dan sekitar 20.000 ha telah dikelola secara semi masyarakat merupakan upaya untuk
budidaya. Jumlah kilang sagu di Kabupaten ini memandirikan masyarakat lewat perwujudan
sebanyak 63 buah. Di Kabupaten ini juga telah potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun
dibangun perkebunan sagu di lahan pasang surut, pemberdayaan masyarakat senantiasa
yang saat ini dikelolah oleh PT. Nasional Sagu menyangkut dua kelompok yang saling terkait,
Prima dengan lahan seluas 20.000 ha, dan sampai yaitu masyarakat sebagai pihak yang
saat ini telah ditanam seluas 14.000 ha diberdayakan, dan pihak yang menaruh
(Balitpalma, 2013). kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.
Bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Jadi dalam penelitian ini pihak yang menaruh
Meranti, sagu merupakan makanan pokok, dan kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan
sagu bisa diolah menjadi berbagai macam adalah Yayasan Fitrah Madani Meranti sebagai
makanan, diantaranya mie sagu, keripik sagu, Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang ada di
cendol sagu, sagu rendang, sempolit sagu, Kabupaten Kepulauan Meranti.
mutiara, kue bangkit, semprong, kue kembang Lembaga Keuangan Mikro adalah
goyang dan lainnya. Namun demikian, kue olahan lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi
dari sagu sangat banyak diminati baik oleh pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan
masyarakat tempatan maupun wisatawan yang rendah, baik formal, semi formal, dan informal
datang ke Kabupaten Kepulauan Meranti. yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan
Pembuatan kue olahan sagu di daerah ini formal dan telah berorientasi pasar untuk tujuan
dilakukan oleh pengrajin perempuan dengan skala bisnis. Sedangkan Lembaga Keuangan Mikro
home industry dengan keterbatasan modal, Syariah (LKMS) adalah lembaga keuangan mikro
sehingga kue yang dihasilkan masih terbatas yang bergerak dalam kegiatan usaha yang
keanekaragaman, kuantitas, maupun dilaksanakan menurut prinsip/berdasarkan
pemasarannya. Padahal fenomena yang ditemui prinsip-prinsip syariah (Suharto, 2014).
di lapangan, permintaan kue olahan sagu relatif Lembaga Keuangan Mikro Syariah ini bisa
tinggi. Oleh karena itu lembaga keuangan mikro terbentuk karena didorong oleh adanya

374
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kebutuhan masyarakat akan permodalan yang dapat tersusun suatu rangkaian deskripsi yang
digunakan dalam mengembangkan usahanya. sistematis.
Masalah kebutuhan modal yang dialami sebagian
banyak masyarakat tersebut direspon positif oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagian orang yang bersedia meminjamkan Pelaksanaan Pembiayaan dengan Prinsip
sebagian uangnya untuk modal usaha. Dana yang Bagi Hasil yang Dirasa Ideal bagi Pengrajin
di pinjamkan kepada nasabah berasal dari uang
LKMS sendiri atau uang yang berasal dari nasabah Pelaksanaan pembiayaan dengan prinsip bagi
yang menyimpan uangnya di LKMS (Zahro, 2010). hasil dilihat dari beberapa hal, yaitu jenis
Selama ini Yayasan Fitrah Madani Meranti pembiayaan, jumlah pembiayaan, cara
memberikan pembiayaan dengan prinsip bagi pembayaran, jangka waktu pembayaran
hasil (mudharabah) kepada pengrajin kue olahan pembiayaan dan persentase bagi hasil. Jenis
sagu. Oleh karena itu perlu dikaji pelaksanaan pembiayaan yang diajukan pengrajin adalah
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang dirasa pembiayaan mudharabah. Pembiayaan
ideal bagi pengrajin; dan kontribusi LKMS mudharabah adalah pembiayaan dimana seluruh
terhadap pemberdayaan pengrajin kue olahan modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung
sagu. oleh pihak penyedia dana. Hasil keuntungan dari
penggunaan dana tersebut dibagi berdasarkan
METODE nisbah yang disepakati. Pemberian pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil kepada pengrajin
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten menggunakan prosedur umum pembiayaan, mulai
Kepulauan Meranti, dimana sagu menjadi salah dari pengajuan, analisis kelayakan, pembuatan
satu komoditas unggulan daerah. Secara spesifik, akad (perjanjian), dan pengawasan. Pengajuan
penelitian ditekankan pada daerah yang disertai dengan penyertaan dokumen-dokumen
ditemukan perempuan sebagai pengrajin kue yang diperlukan, seperti foto copy KTP suami istri,
olahan sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti, KK dan Surat Nikah, foto copy rekening listrik,
yang tersebar pada empat kecamatan, yaitu foto copy Pajak Bumi dan Bangunan. Selanjutnya
Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing dilakukan survey kelayakan dengan menggunakan
Tinggi Barat, Kecamatan Rangsang dan analisis 5C. Lembaga Keuangan Syariah
Kecamatan Rangsang Barat. memberikan keringanan dengan tidak
Penelitian ini dilakukan melalui survey mensyaratkan adanya jaminan, karena tujuan
dengan metode deskriptif (descriptive research). utama pemberian pembiayaan dari LKS adalah
Sampel penelitian di ambil secara purposive yaitu untuk membantu industri-industri rumahtangga
perempuan pengrajin yang pernah mendapat yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti.
pembiayaan mudharabah dari Yayasan Fitrah Jumlah pembiayaan yang diajukan
Madani Meranti minimal sebanyak satu kali. pengrajin bervariasi mulai dari Rp.1.000.000
Data primer dikumpulkan melalui hingga Rp.5.000.000. Lebih jelasnya dapat dilihat
wawancara terutama kepada perempuan pada Tabel 1.
pengrajin kue olahan sagu. Semua hasil
wawancara dicatat sebagai catatan lapangan. Tabel 1.Jumlah Pembiayaan yang Diajukan dan
Wawancara mendalam (indeph interview) juga Diterima oleh Pengrajin
dilakukan dan tidak terikat oleh daftar pertanyaan No Jumlah Jumlah Persentase
yang dipersiapkan sehingga wawancara dilakukan Pembiayaan Pengrajin (%)
berdasarkan pada topik permasalahan. Selain (Rp) (orang)
wawancara, peneliti juga melakukan observasi di 1 1.000.000 4 8
lapangan secara langsung dan FGD (Focus Groups 2 2.000.000 7 14
discussion). Data sekunder dikumpulkan dari 3 3.000.000 35 70
instansi yang terkait dengan permasalahan dalam 4 4.000.000 3 6
penelitian. 5 5.000.000 1 2
Analisis data yang digunakan adalah Jumlah 50 100
analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah usaha Sumber: Data penelitiandiolah, 2014.
untuk menyederhanakan dan sekaligus
menjelaskan bagian dari keseluruhan data dari Dari Tabel 1 tampak bahwa sebagian
langkah klasifikasi dan kategorisasi sehingga besar pengrajin (70%) mengajukan pinjaman
sebesar 3 juta rupiah kepada pihak lembaga

375
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

keuangan syariah.Dari penelitian ditemukan ekonomi Islam, namun pada kenyataannya tetap
memang sebagian besar usaha pengrajin kue dijalankan, karena masing-masing pihak merasa
olahan sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti tidak dirugikan dengan kesepakatan tersebut.
adalah industri rumahtangga, sehingga modal Menurut Duddy dan Dumairy (2006)
yang dibutuhkan untuk usahanya juga tidak sebenarnya pengrajin tidak terlalu sensitif dengan
terlalu besar. biaya adminsitrasi yang ditetapkan oleh LKMS.
Untuk cara pembayaran, LKMS memberi Artinya mereka lebih perduli dengan
kemudahan dengan memberikan dua pilihan, kesederhanaan prosedur atau administrasi, dan
yaitu diantar langsung atau diambil ke rumah. perlakuan yang bersahabat.
Sebanyak 90 persen pengrajin lebih menyukai Pendapat Duddy dan Dumairy didukung
pembayaran diambil ke rumah oleh pihak LKMS. dengan hasil penelitian Henny (2014), semakin
Alasannya adalah efisiensi waktu karena waktu mudah memenuhi persyaratan yang diperlukan
yang digunakan untuk mengantar uang oleh bank syariah, maka nasabah akan semakin
pembayaran bisa dimanfaatkan untuk membuat merasa nyaman berhubungan dengan bank
kue olahan sagu di rumah. Hal ini juga syariah. Jika nasabah merasa nyaman
mencerminkan kemudahan dan fleksibilitas LKMS berhubungan dengan pihak bank, maka mereka
sebagai lembaga keuangan syariah yang tumbuh akan semakin tertarik untuk menggunakan
dari dan untuk masyarakat. Selain itu juga lebih fasilitas skim pembiayaan syariah yang
memudahkan LKMS mengontrol usaha ditawarkan oleh bank syariah.
nasabahnya.
Karakteristik pembiayaan yang berikutnya Kontribusi LKMS terhadap Pemberdayaan
adalah jangka waktu pembiayaan. Jangka waktu Pengrajin
pembiayaan minimal 1 bulan dan maksimal 2
tahun. Jangka waktu ini disesuaikan dengan Untuk melihat kontribusi LKMS terhadap
kemampuan nasabah dalam membayar angsuran. pemberdayaan pengrajin, perlu dicermati kondisi
Untuk lebih jelasnya, variasi jangka waktu ekonomi pengrajin sebelum dan sesudah
pengembalian terlihat pada Gambar 1.Tampak memperoleh pembiayaan. Untuk itu, dilihat
bahwa 40 persen pengrajin mampu terlebih dahulu pemanfaatan pembiayaan yang
mengembalikan pembiayaan dalam jangka waktu diperoleh pengrajin seperti terlihatpadaGambar 2.
6 bulan. Mereka menyatakan bahwa keuntungan
yang diperoleh tiap bulan dapat digunakan untuk
membayar angsuran pembiayaan, bahkan bisa 12%
digunakan lagi sebagai tambahan modal. Tambahan
8%
modal

10% 8% Renovasi
3 bulan rumah
80%
6 bulan Pendidikan
anak
30% 10 bulan
40%
1 tahun
Gambar 2. Pemanfaatan Pembiayaan
1,5 tahun
12% Gambar 2 menunjukkan hampir semua
pengrajin menggunakan seluruh pembiayaan
Gambar 1. Jangka Waktu Pengembalian
yang diperolehnya sebagai tambahan modal
Pembiayaan
usaha. Hanya 20 persen pengrajin saja yang
menggunakan sebagian pembiayaan untuk
Untuk persentase bagi hasil, pihak LKMS
kepentingan lain di luar usaha, yaitu untuk
menetapkan nisbah bagi hasil 60 : 40, 60% untuk
pendidikan anak dan renovasi rumah. Akan tetapi,
penyedia dana, dan 40% untuk pengelola usaha.
tidak seluruh pembiayaan mereka gunakan untuk
Namun pihak pengrajin melakukan penawaran
membiayai kegiatan di luar usaha. Mereka hanya
kepada pihak LKMS untuk menggunakan sistem
menggunakan sebagian pembiayaan untuk
administrasi 2,5 persen dari pinjaman yang
menutupi kekurangan biaya pendidikan anak dan
dibayarkan pada waktu pembayaran angsuran.
renovasirumah.
Meskipun praktik tersebut belum sesuai dengan

376
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Terkait dengan kondisi ekonomi pengrajin modal pengrajin, diharapkan dapat mendukung
sebelum dan sesudah memperolehpembiayaan, pembangunan inklusif di sektor agroindustri
rata-rata pengrajin mengungkapkan bahwa khususnya, dan di sektor pertanian pada
kondisi ekonomi mereka sebelum memperoleh umumnya.
pembiayaan terutama terkait dengan usaha
adalah pengrajin tidak mampu memenuhi SIMPULAN/REKOMENDASI
permintaan terhadap kue olahan sagu, Simpulan
Sehingga pendapatan yang diperoleh pun
rendah (Tabel 2). 1. Pelaksanaan pembiayaan dengan prinsip bagi
hasil yang dirasa ideal bagi pengrajin yaitu
pembiayaan mudharabah dengan cara
pembayaran angsuran diambil langsung ke
rumah pengrajin, jangka waktu pembiayaan
selama 6 bulan, dan menerapkan sistem
administrasi 2,5 persen dari pinjaman yang
dibayarkan pada waktu pembayaran angsuran.
2. Kontribusi LKMS terhadap pemberdayaan
pengrajin kue olahan sagu cukup besar, yang
terlihat dari adanya peningkatan pendapatan
Tabel 2. Rata-Rata Pendapatan Pengrajin pengrajin kue olahan dari sagu setelah
Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pembiayaan memperoleh pembiayaan dari LKMS.
N SebelumMemperoleh SetelahMemperoleh
o Pembiayaan Pembiayaan
Pendapa JumlahPeng % Pendapa JumlahPeng % Rekomendasi
tan rajin tan rajin
(Rp) (orang) (Rp) (orang)
1 < 500.000 3 6 < 500.000 0 4 1. Perlu dibentuk lembaga penjaminan
2 500.000 - 8 16 500.000 - 15 30
<1.000.00 <1.000.00 pembiayaan dari pihak pemerintah Kabupaten
0 0
3 1.000.000 32 65 1.000.000 20 40
Kepulauan Meranti yang dapat menjamin,
- - mengkoordinasi, mengawas, dan membina
<1.500.00 <1.500.00
0 0 pengrajin agar usaha pengrajin lebih maju
4 1.500.000
-
5 10 1.500.000
-
10 20
sehingga pendapatan dan kesejahteraan
<2.000.00 <2.000.00 pengrajin semakin meningkat.
0 0
5 >2.000.00 1 2 >2.000.00 5 6 2. Kontribusi LKMS terhadap pemberdayaan
0
Jumlah 50 10
0
Jumlah 50 10
pengrajin cukup besar, oleh karena itu
0 0 diharapkan pihak LKMS dapat memaksimalkan
Sumber: Data penelitiandiolah, 2014. pemberian pembiayaan kepada industri rumah
tangga terutama industri kue olahan dari sagu
Setelah memperoleh pembiayaan, rata- untuk mengembangkan usaha industri
rata pengrajin sudah mampu memenuhi tersebut.
permintaan terhadap kue olahan sagu. Pengrajin
bisa secara rutin membuat kue olahan sagu dan UCAPAN TERIMA KASIH
memasarkannya melalui Dekranasda (Dewan
Kerajinan Nasional Daerah) Kabupaten Kepulauan Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Meranti, dan beberapa supermarket yang ada, DP2M Ditjen DIKTI yang telah memberikan dana
sehingga pendapatan pengrajin semakin bantuan penelitian melalui Hibah Penelitian
bertambah. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Strategis Nasional Tahun 2014.
sudah tidak ada lagi pengrajin yang memperoleh
pendapatan di bawah Rp.500.000. secara rata- DAFTAR PUSTAKA
rata terjadi peningaktan pendapatan pengrajin
pada semua tingkat pendapatan. Dari keadaan  Balitpalma, 2013, Usulan Pelepasan Varietas
tersebut, dapat disimpulkan bahwa LKMS Sagu Selat Panjang Meranti Hasil Kerjasama
memberikan kontribusi yang cukup besar Balai Penelitian Tanaman Palma dengan Dinas
terhadap peningkatan pendapatan dan Kehutananan dan Perkebunanan Kabupaten
kesejahteraan pengrajin sehingga dapat Kepulauan Meranti.
mengangkat dan memberdayakan ekonomi
pengrajin. Dengan terselesaikannya permasalahan

377
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Departemen Pendidikan Nasional, 2008,


Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
 Duddy Roesmara Donna dan Dumairy. 2006.
Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Permintaan dan Penawaran Mudharabah pada
Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal
Sosiosains.Volume 19 (4). Oktober 2006.
Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada.
 Gunawan Sumodiningrat, 2009,
Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring
Pengaman Sosial, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
 Henny Indrawati,dkk.2014,Model
Pembiayaan bagi Perempuan Pengrajin Kue
Olahan dari Sagu dalam Upaya Mendukung
Peningkatan Perekonomian Keluarga di
Kabupaten Kepulauan Meranti, Hasil
Penelitian Stranas. Jakarta: DP2M Ditjen
DIKTI.
 Suharto,2014, Peranan LKMS dalam
Mengembangkan Usaha Kecil Masyarakat.
 http://badilag.net/artikel/20905-peranan-
lembaga-keuangan-mikro-syariah-dalam-
mengembangkan-usaha-kecil-masyarakat--
oleh--drs-suharto-mh-285.html.
 Zahro, 2010, Peranan LKMS serta
Pengaruhnya terhadap UMKM sebagai
Penggerak Perekonomian di Indonesia.
http://nayyasemangat.blogspot.com/2012/10/per
anan-lembaga-keuangan-mikro-syariah.html.

378
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS USAHATANI PETANI KEDELAI PANEN MUDA KETIKA


PANEN MUDA DENGAN KETIKA PANEN TUA
(STUDI KASUS DI DESA CIRANJANG, KECAMATAN CIRANJANG,
KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT)
Kiki Rizcky Amalia1, Pandi Pardian2

2. Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung.


3. Staf Pengajar di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia

(e-mail : pandip3@gmail.com /qibengqiw@yahoo.co.id)

ABSTRAK. Kedelai merupakan komoditas pangan yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
Kedelai memiliki banyak kegunaan dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk kacang bulu ataupun sebagai
bahan baku dalam produksi tahu, tempe, dan lainnya. Kedelai sendiri dapat dipanen dengan dua cara yaitu
dipanen muda pada usia 65 hari dan dipanen pada usia tua yaitu 85 hari. Biaya produksi dan pendapatan
usahatani dari masing-masing petani yang melakukan panen muda dan panen tua berbeda. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui analisis usahatani pada proses produksi kedelai pada petani kedelai panen
muda saat panen muda dengan jika petani manen muda melakukan panen tua serta perbandingan
pendapatan petani panen muda saat panen muda dengan saat panen tua. Penelitian ini menggunakan
desain kualitatif, dengan teknik penelitian studi kasus. Penentuan lokasi ini dilakukan secara purposive,
karena petani di Desa Ciranjang ini merupakan desa dengan produktivitas kedelai tertinggi di Kecamatan
Ciranjang dan petani Desa Ciranjang melakukan panen muda dan panen tua. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa untuk responden yang biasa melakukan penen muda dari analisis usahatani ketika
panen tua akan lebih menguntungkan ketika mereka panen tua dengan R/C jika panen tua 2,08 dan jika
panen muda 1,64. Akan tetapi salah satu alasan utama responden petani panen muda, dikarenakan
kebutuhan biaya yang harus dipenuhi sehari-hari memerlukan pendapatan secara cepat.

Kata Kunci : Panen Muda dan Panen Tua, Analisis Usahatani Kedelai, Petani Desa Ciranjang

PENDAHULUAN mayoritas berstatus sebagai petani penggarap


Untuk memenuhi kebutuhan biaya tidak merasakan adanya perbedaan signifikan
dengan cepat biasanya petani melakukan panen atas apa yang mereka dapatkan antara memanen
muda (panen lebih cepat). Fenomena panen tua dengan memanen muda kedelainya.
muda atau panen lebih cepat sering dilakukan Pendapatan yang didapat petani untuk kedelai
oleh petani kedelai, bahkan petani sering menjual yang dipanen muda dengan yang dipanen tua
tanamannya pada saat masih hijau di lahan dalam dinilai tidak jauh berbeda apabila
keadaan basah (brangkasan). Demikian juga mempertimbangkan harga yang diterima dengan
halnya dengan petani kedelai di Desa Ciranjang biaya yang sudah dikeluarkan oleh petani.
lebih sering menjual muda (panen muda) Selain pertimbangan tersebut,
sebagian kedelainya dalam keadaan basah pertimbangan lainnya yang membuat petani di
(kacang bulu) dan menjualnya ke tengkulak. Desa Ciranjang memanen muda kedelainya
Fenomena tersebut menimbulkan adanya adalah tuntutan kebutuhan sehari-hari yang
kesenjangan antara harapan dengan realita yang menuntut untuk mendapatkan pendapatan secara
terjadi terkait dengan produksi kedelai yaitu cepat, petani membutuhkan uang secara cepat
harapan untuk memanen tua kedelai dalam agar dapat membayar listrik rumah, membayar
memenuhi kebutuhan kedelai daerah atau sekolah anak, membeli beras dan kebutuhan
nasional dengan realita kedelai yang di panen lainnya. Selain kedua hal tersebut, pertimbangan
lebih cepat atau panen muda. Hal tersebut lainnya adalah adanya kemungkinan terjadi risiko
dikarenakan para petani di Desa Ciranjang yang gagal panen sebanyak 2 kali musim tanam akibat
379
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

cuaca iklim tidak menentu. Apabila cuaca terlalu Data dan informasi yang diperlukan
panas dapat membuat tanaman kedelai menjadi adalah berupa informasi mengenai proses
kekeringan dan sebaliknya jika curah hujan produksi, biaya produksi dan pendapatan
sedang tinggi tanaman kedelai menjadi busuk usahatani dari petani kedelai panen muda dan
karena kelebihan air. Hal tersebut menyebabkan panen tua. Data yang digunakan dalam penelitian
terjadinya penyusutan jumlah produksi kedelai ini adalah data primer dan sekunder. Data primer
karena pertumbuhan kedelai menjadi tidak diperoleh dari pencatatan, pengamatan dan
normal, menurunnya kualitas biji kedelai, serta wawancara secara langsung berdasarkan
adanya serangan hama wereng cokelat atau kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya oleh
ndolong dan ulat. penulis kepada petani seperti ketua kelompok tani
Petani menganggap bahwa panen muda dan anggota kelompok tani yang terkait untuk
lebih praktis dan menguntungkan karena petani mengetahui proses produksi, biaya produksi, dan
tidak perlu melakukan proses panen dan pendapatan petani kedelai yang melakukan panen
penanganan pascapanen. Selain itu, mayoritas muda dan panen tua. Sedangkan data sekunder
petani merupakan petani penggarap sehingga meliputi data-data yang berhubungan dengan
petani dapat meminimalisir biaya sewa lahan penelitian dari literatur dan instansi terkait seperti
karena waktu merupakan hal penting bagi petani BPS, Dinas Pertanian, dan sebagainya.
menyangkut biaya sewa yang harus Metode pengumpulan data dalam
dikeluarkannya. Semakin cepat petani penelitian ini dilakukan dengan cara:
mendapatkan hasil tanaman kedelainya maka 1. Observasi
semakin kecil biaya sewa lahan yang dikeluarkan Observasi dilakukan untuk mengamati dan
oleh petani. Berdasarkan uraian tersebut diatas melihat secara langsung objek yang
dan untuk membuktikan serta memahami berhubungan dengan penelitian. Observasi
fenomena tersebut maka dilakukan penelitian dilakukan langsung di Desa Ciranjang
dengan judul, ―Analisis Perbandingan Biaya Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur.
Produksi dan Pendapatan Usahatani Kedelai 2. Wawancara
Panen Muda dengan Panen Tua‖. Wawancara bertujuan untuk mendapat
keterangan yang sesuai dengan kondisi yang
METODE PENELITIAN sebenarnya sesuai dengan kebutuhan
penulis. Wawancara berdasarkan pada
Desain penelitian yang digunakan adalah kuisioner yang sudah dibuat oleh penulis
desain penelitian kualitatif dengan menggunakan terkait penelitian mengenai analisis
teknik penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang perbandingan biaya produksi dan
menggunakan pendekatan yang bertujuan pendapatan usahatani kedelai panen muda
mempertahankan keutuhan (wholeness) objek dengan panen tua. Wawancara dilakukan
penelitian. Pengambilan sampel menggunakan pada petani kedelai.
teknik sampling nonprobability sampling yaitu 3. Studi Pustaka
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi Studi pustaka yaitu usaha pengumpulan
peluang sama bagi setiap unsur atau anggota dengan membaca buku-buku dan literatur
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam yang berhubungan dengan masalah yang
nonprobability sampling terdapat purposive akan diteliti.
sampling atau teknik pengambilan sampel sumber Analisis mengenai biaya produksi serta
data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, pendapatan usahatani dapat menggunakan
2013). Pada penelitian ini, peneliti persamaan sebagai berikut :
mempertimbangkan untuk memilih sampel yang 1. Biaya produksi, biaya yang dikeluarkan yang
termasuk ke dalam indikator seperti petani yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk
melakukan panen muda dan petani yang menghasilkan suatu produk, dapat
melakukan panen tua. Selain itu, petani termasuk dirumuskan sebagai berikut :
kedalam kelompok yang unggul di Desa
Ciranjang. Menurut Roscoe dalam Sugiyono TC = TFC + TVC
(2001), ukuran sampel yang digunakan sesuai Dimana :
dengan jumlah petani yang sering dan selalu TC = Biaya Total (Rp/kg)
melakukan panen muda yaitu semua petani yang TFC = Total Biaya Tetap (Rp/kg)
jumlahnya 15 Orang. TVC = Total Biaya Variabel (Rp/kg)

380
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

2. Penerimaan adalah nilai semua produk yang Komoditas pertanian yang biasa ditanam
dihasilkan dari suatu usahatani dalam penduduk di Desa Ciranjang yaitu padi dan
periode tertentu satu musim tanam, yang kedelai. Kedelai merupakan tanaman kedua
dapat dirumuskan menjadi setelah padi yang tidak pernah putus diproduksi di
Desa Ciranjang. Penduduk Desa Ciranjang
R = Q.P sebagian besar tidak memiliki lahan pertaniannya
Dimana : sendiri melainkan menyewa.
R = Penerimaan (Rp)
Q = Jumlah produk yang dihasilkan Karakteristik Petani Kedelai
P = Harga jual produk (Rp/kg)
Tabel 1. Data Usia, Tingkat Pendidikan, dan Luas
3. Pendapatan petani dari usahatani dihitung Lahan Responden Petani Kedelai Yang selalu
dengan menggunakan rumus: Melakukan Panen Muda
Responden Usia Tingkat Luas
Konsumen
(Tahun) Pendidikan Lahan
Dimana : (Ha)
= Keuntungan atau pendapatan bersih 1 52 SD 0,56
petani (Rp) 2 50 SD 0,35
TR = Total revenue/ total penerimaan (Rp) 3 45 SD 0,35
TC = Total cost / total biaya (Rp) 4 60 SD 1,40
5 60 SD 0,35
4. RC Ratio, perbandingan antara penerimaan 6 50 SMP 1,40
dan biaya produksi dianalisis dari total 7 60 SD 0,98
penerimaan usahatani kedelai dibagi dengan 8 40 SD 0,35
biaya total pengeluaran, dengan
9 50 SD 0,98
menggunakan rumus sebagai berikut :
10 40 SD 0,42
11 65 SD 0,28
12 50 SD 0,35
13 60 SD 0,35
Dimana : 14 40 SMP 0,28
RC > 1, maka usaha tersebut layak (untung) 15 35 SD 0,70
RC = 1, maka usaha tersebut tidak untung
dan tidak rugi (impas) Berdasarkan data Tabel 1, diketahui
RC < 1, maka usaha tersebut tidak layak bahwa petani responden yang melakukan panen
(rugi) muda berusia antara 35-65 tahun. Sebanyak
66,7% (10 orang) yang termasuk ke dalam petani
dengan usia produktif (15 – 54 tahun).
HASIL DAN PEMBAHASAN Sedangkan sisanya sebanyak 33,3% (5 orang)
berada pada usia non produktif (> 54 tahun).
Desa Ciranjang merupakan salah satu Tingkat pendidikan petani responden sebagian
desa yang berada di wilayah Kecamatan Ciranjang besar responden adalah lulusan Sekolah Dasar
Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa dan sisanya pada tingkat Sekolah Menengah
Ciranjang memiliki luas wilayah sebesar 326,66 Pertama.
Ha, secara administratif terbagi kedalam 18 rukun Adapun proses produksi kedelai yang
warga dan 70 rukun tetangga. Adapun batas Desa dilakukan oleh petani-petani reponden di Desa
Ciranjang dengan daerah lain adalah sebagai Ciranjang adalah sebagai berikut :
berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Sukaluyu dan
Desa Sindangsari
b. Sebelah Selatan : Desa Nanggalamekar
c. Sebelah Barat : Kecamatan Sukaluyu
d. Sebelah Timur : Desa Cibiuk dan Desa
Mekargalih

381
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Uraian
Komponen Satuan Nilai (Rp)
Biaya
+ TVC
Penerimaan
Produksi 4447 Kg 3.900.000
Jumlah
Penerimaan 3.900.000
Keuntungan 1.528.870

Gambar 1. Proses Produksi KedelaiTabel 2.


Tahapan Proses pada Kedelai Panen Muda Tabel 4. Analisis Usahatani Kedelai Panen Muda
dengan Panen Tua Ketika Akan Panen Tua
Uraian
Proses Panen Muda Panen Tua Komponen Satuan Nilai (Rp)
Persiapan Lahan   Biaya
Penanaman  
Biaya Tetap (TFC)
Pemupukan  
Penyiangan  
Sewa Lahan 356.240
Pengendalian OPT   Penyusutan Ha/Musim
128.000
Panen ˟  Alat Tanam
Penjemuran ˟  Total Biaya
484.240
Perontokan ˟  Tetap
Pembersihan ˟  Biaya Variabel (TVC)
Pengemasan ˟  Bibit 420.000
Pupuk 326.890
Analisis Usahatani Pestisida 185.000
Upah tenaga
Analisis usahatani pada responden yang 1.795.000
Kerja
biasa melakukan usahatani kedelai panen muda Total Biaya
dilakukan dengan membandingkan pendapatan 2.726.890
Variabel
dan R/C rasio dari kegiatan usahatani panen Jumlah TFC
muda yang dilakukan dengan jika mereka 3.211.130
+ TVC
melakukan usahatani panen tua. Berikut disajikan Penerimaan
analisis usahatani petani responden. Produksi 889,4 Kg 6.670.500
Jumlah
Tabel 3 . Analisis Usahatani Kedelai Panen Muda
Penerimaan 6.670.500
Uraian
Keuntungan 3.459.370
Komponen Satuan Nilai (Rp)
Biaya
Tabel 5. Perbandingan Pendapatan Usahatani
Biaya Tetap (TFC)
Pendapatan Panen Pendapatan Ketika
Sewa Lahan 356.240
Muda Panen Tua
Penyusutan Ha/Musim
128.000 3.900.000 6.670.500
Alat Tanam
Total Biaya
484.240
Tetap Dari tabel diatas diketahui bahwa
Biaya Variabel (TVC) perbedaan pendapatan cukup besar yaitu
Bibit 420.000 Rp.2.770.500 lebih besar jika petani responden
Pupuk 326.890 yang biasanya melakukan panen muda mau
Pestisida 185.000 melakukan panen tua dengan perbedaan jumlah
Upah tenaga hari panen adalah untuk penen muda biasa
955.000 dilakukan pada umur tanaman 65 hari dan panen
Kerja
Total Biaya tua pada saat umur 85 hari atau perbedaan 20
1.886.890 hari.
Variabel
Jumlah TFC 2.371.130

382
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 6. Nilai R/C Usahatani Kedelai Panen Muda 2. Biaya produksi untuk responden yang
No Uraian Biaya (Rp) melakukan panen muda ketika panen muda
1 Penerimaan (R) 3.900.000 adalah 2.371.130,- dengan pendapatan
2 Biaya (C) 2.371.130 sebesar Rp.3.900.000,- tetapi ketika mereka
R/C 1,64 melakukan panen tua biaya produksi
3.211.130,- dengan pendapatan sebesar
Rp.6.670.500,-. Sedangkan perbandingan
Tabel 7. Nilai R/C Usahatani Kedelai Panen Muda keuntungan yang didapatkan oleh responden
Ketika Akan Panen Tua panen muda ketika panen muda dengan
No Uraian Biaya (Rp) ketika panen tua adalah lebih tinggi
1 Penerimaan (R) 6.670.500 pendapatan panen tua sebesar Rp.2.770.500
2 Biaya (C) 3.211.130 dengan perbedaan 20 hari panen.
R/C 2,08
DAFTAR PUSTAKA
Terlihat pada data Tabel 6 dan Tabel 7,
 Adisarwanto, T. 2014. Kedelai Tropika
nilai R/C rasio usahatani kedelai panen muda
ketika akan panen tua yaitu 2,08 lebih besar Produktivitas 3 ton / ha. Penebar Swadaya.
Jakarta.
dibanding usahatani kedelai panen muda yang
 Barokah, Umi. 2011. Analisis Biaya dan
hanya sebesar 1,64 yang berarti usahatani kedelai
panen muda ketika akan panen tua memberikan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten
keuntungan yang lebih besar kepada petani. Sukoharjo. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Meskipun usahatani kedelai panen tua
 Departemen Pertanian. 1991. Budidaya dan
yang lebih menguntungkan namun di lapangan
petani tetap melakukan panen muda. Fakta Pengolahan Hasil Kedele. Departemen
Pertanian. Jakarta.
ketertarikan petani untuk melakukan panen muda
yaitu dari kemudahan dalam mendapat  Direktorat Pengembangan Usaha. 2001.
pendapatan secara cepat serta biaya produksi Pedoman Analisa Usahatani Hortikultura.
yang dikeluarkan petani tidak terlalu besar apabila Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura.
dibandingkan dengan panen tua. Hal tersebut Jakarta.
dikarenakan panen muda hanya memerlukan  Kementrian Pertanian. 2013. Teknologi untuk
waktu 65 hari sedangkan jika petani ingin Meningkatkan Produksi Kedelai. Direktorat
memanen tua, petani harus menambah waktu Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.
sekitar 20 hari serta biaya tenaga kerja pun  Kementrian Pertanian. 2013. Tingkatkan Mutu
bertambah untuk proses panen dan pascapanen. dan Potensi Kedelai. Direktorat Jenderal
Selain itu, petani menilai penyusutan yang terjadi Tanaman Pangan. Jakarta.
dari kedelai panen muda ke kedelai panen tua  Rodjak, Abdul. 2006. Dasar-Dasar Manajemen
cukup besar yaitu sebesar 85%. Akan tetapi, Usahatani. Fakultas Pertanian Universitas
pembelian dengan cara borongan membuat harga Padjadjaran. Bandung.
jual kedelai menjadi rendah dan dapat merugikan  Soekartawi. 2006. Agribisnis Teori dan
petani. Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta.
 Sugiyono. 2001. Teknik Penarikan Sampel.
SIMPULAN Alfabeta. Jakarta.
 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif,
1. Proses produksi yang dilakukan oleh petani Kualitatif, dan R&D. CV Alfabeta. Bandung.
kedelai di Desa Ciranjang adalah penyiapan  Sundari, Mei. 2011. Analisis Biaya dan
lahan, penanaman (tugal-tanam), Pendapatan Usahatani Wortel di Kabupaten
pemupukan, penyiangan, pengendalian OPT, Karanganyar. Fakultas Pertanian UNS.
panen dan pasca panen. Hanya saja di Desa  Suripatty, Margaretha. 2011. Analisis Struktur
Ciranjang terdapat dua jenis pemanenan yaitu Biaya Produksi dan Kontribusi Pendapatan
kedelai yang di panen muda umur tanaman Komoditi Kakao di Desa Latu. Fakultas
65 hari (panen dan pascapanen dilakukan Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.
oleh pembeli ) dan kedelai yang di panen tua  Tuhumury dkk. 2012. Residu Pestisida Produk
umur tanaman 85 hari (panen dan Sayuran Segar di Kota Ambon. Fakultas
pascapanen dilakukan oleh pemilik). Pertanian Unpatti. Ambon.

383
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PEMBIAYAAN RANTAI NILAI AGRIBISNIS MELON EMAS (CUCUMIS


MELO L. INODORUS) BERORIENTASI RITEL MODEREN
Pandu Pringgodanu1) dan Tuti Karyani2)

Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363

(e-mail: pandupringgo@yahoo.com / tutikaryani23@gmail.com)

ABSTRAK. Terdapat permasalahan pada aktivitas agribisnis melon emas yaitu proses pembayaran dari
pihak ritel moderen yang sering terlambat. Permasalahan tersebut dapat menghambat perkembangan petani
melon emas untuk kelangsungan usaha dan upaya memperbesar cakupan usahatani melon mas tersebut.
Penelitian dilakukan di Ikatan Petani melon Cilegon (IPMC) Kota Cilegon, Provinsi Banten. Desain penelitian
yang digunakan adalah desain kualitatif, sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Penentuan sumber data ditentukan dengan sengaja menggunakan teknik bola salju. Informan dalam
penelitian ini terdiri dari petani, pengurus IPMC, dan karyawan gudang ritel moderen. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan alat analisis rantai nilai dan value stream mapping. Hasil penelitian
menunjukkan total nilai tambah yang dihasilkan pada rantai nilai ini adalah sebesar Rp.9.593/Kg. Total biaya
yang dikeluarkan oleh semua pihak dalam rantai nilai ini adalah sebesar Rp.5.907/Kg. Persentase biaya
pengeluaran tertinggi dikeluarkan oleh petani dimana petani mengeluarkan biaya sebesar 55% dari total
biaya yang dikeluarkan oleh rantai nilai ini, dengan pengeluaran tertinggi adalah untuk biaya produksi
sebesar 66% dari total biaya petani. Persentase nilai tambah tertinggi didapatkan oleh petani yang
menerima nilai tambah sebesar 60% dari total nilai tambah yang didapatkan oleh rantai nilai ini. Selain itu,
model pembiayaan yang paling cocok dalam rantai pemasaran ini adalah kredit modal kerja untuk petani
dan model pembiayaan anjak piutang (factoring) untuk IPMC.

Kata Kunci : Analisis Rantai Nilai Melon Mas, Nilai Tambah, Pembiayaan Factoring.

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP 2. Model pembiayaan yang disarankan harus


menjadikan IPMC sebagai titik kendali
Tujuan: pembiayaan.
1. Mengidentifikasi rantai pemasaran dan pihak-
pihak yang terlibat didalam agribisnis melon PENDAHULUAN
emas.
2. Menganalisis rantai nilai dan proporsi nilai Program CSR sudah mulai bermunculan di
tambah para pelaku agribisnis melon emas Indonesia seiring disahkannya Undang-Undang
untuk pasar ritel moderen. Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
3. Menganalisis kebutuhan pembiayaan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
agribisnis setiap pelaku dalam rantai 2007 tentang Penanaman Modal, yang
pemasaran melon emas untuk pasar ritel didalamnya terdapat beberapa pasal yang
moderen. berkaitan dengan CSR yang menyatakan bahwa
4. Memberikan model pembiayaan agribisnis adanya kewajiban bagi perseroan dan penanam
yang paling sesuai dengan setiap pelaku modal untuk melakukan tanggung jawab sosial.
rantai pemasaran agribisnis melon emas Dengan banyaknya perusahaan yang berdiri di
untuk ritel moderen. Kota Cilegon, maka terdapat banyak program CSR
yang telah disiapkan oleh perusahaan-perusahaan
Ruang lingkup: tersebut untuk melakukan tanggung jawab
1. Penulis hanya mengidentifikasi dan sosialnya. Salah satu organisasi yang menerima
menganalisis rantai pemasaran yang menuju bantuan dari program-program CSR di Kota
ke ritel moderen. Cilegon ini adalah Ikatan Petani Melon Cilegon
(IPMC).

384
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Ikatan Petani Melon Cilegon (IPMC) dipengaruhi oleh faktor teknis yang meliputi
adalah sebuah organisasi yang beranggotakan kapasitas produksi, jumlah bahan baku, dan
para petani melon emas (Golden Melon) dari Kota tenaga kerja, serta faktor pasar yang meliputi
Cilegon dan sekitarnyayang memiliki tujuan harga output, harga bahan baku, upah tenaga
untukmembina para pemuda Kota Cilegon dalam kerja dan harga bahan baku lain selain bahan
usahatani Golden Melon. IPMC memiliki sistem bakar dan tenaga kerja.
kerjasama yang sederhana dengan para
anggotanya. Pihak petani melakukan proses Pembiayaan Agribisnis
budidaya Golden Melon dengan standard
operating procedure (SOP) yang telah diberikan Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai
oleh pihak IPMC sedangkan pihak inti dari IPMC untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan
menjamin pasar bagi hasil panen tersebut. Selain oleh lembaga pembiayaan kepada nasabah.
menjamin pasar, pihak inti juga memberikan Pembiayaan secara luas berarti financing atau
bimbingan teknik dalam membudidayakan melon pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan
emas ini. Namun, setelah beberapa tahun untuk mendukung investasi yang telah
berjalan terjadi permasalahan seperti perbedaan direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
harga yang sangat jauh saat melon emas dibeli dikerjakan oleh orang lain. Pembiayaan
dari petani dan saat melon dijual di pasar ritel perusahaan agribisnis adalah studi mikro tentang
moderen pada aktivitas agribisnis melon emas di bagaimana menyediakan modal, kemudian
Kota Cilegon, dan proses pembayaran dari pihak memakai, dan akhirnya mengontrolnya di dalam
ritel moderen yang tidak langsung dan sering suatu perusahaan agribisnis (Kadarsan , 1992).
terlambat sangat menghambat perkembangan
petani melon emas untuk memperbesar cakupan Pembiayaan Rantai Nilai (Value Chain
usahanya. Oleh karena itu, diperlukan suatu Finance)
analisis rantai nilai dan model pembiayaan dari
luar rantai untuk menjelaskan permasalahan- Pembiayaan rantai nilai merupakan tipe
permasalahan tersebut. pembiayaan yang terdiri dari satu atau lebih
lembaga keuangan yang terhubung dengan suatu
Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) rantai pasok, selanjutnya lembaga keuangan yang
terlibat menawarkan jasa pembiayaan yang
Pearce dan Robinson (2008) menyatakan dirancang berdasarkan pola hubungan dalam
bahwa rantai nilai merupakan suatu cara pandang rantai tersebut.
dimana bisnis dilihat sebagai rantai aktivitas yang
mengubah input menjadi output yang bernilai METODE
bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari Analisis Rantai Nilai
tiga sumber dasar: aktivitas yang membedakan
produk, aktivitas yang menurunkan biaya produk, Tahap-tahap analisis rantai nilai adalah
dan aktivitas yang dapat segera memenuhi sebagai berikut :
kebutuhan pelanggan. Blocher, Edward J., Kung Memetakan Rantai Nilai
H. Chen, dan Thomas W. Lin. (1999) menyatakan a. Memetakan proses inti dalam rantai nilai
bahwa analisis rantai nilai merupakan alat analisis b. Mengidentifikasi dan memetakan para pelaku
stratejik yang digunakan untuk memahami secara utama yang terlibat
lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk c. Memetakan alur produk
mengidentifikasi di mana nilai pelanggan dapat
ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk Biaya dan Keuntungan (Value Added)
memahami secara lebih baik hubungan a. Menghitung biaya dan modal yang
perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dibutuhkan
dan perusahaan lain dalam industri. b. Menghitung rasio keuangan

Nilai Tambah Model Pembiayaan Rantai Nilai

Sudiyono (2004), menyatakan nilai Menganalisis data-data yang didapatkan


tambah dapat dilihat dari dua sisi yaitu nilai dengan menggunakan teknik analisis deskriptif.
tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk Dalam penyajiannya, untuk menjawab
pemasaran. Nilai tambah untuk pengolahan indentifikasi masalah mengenai pembiayaan

385
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

agribisnis akan menggunakan pola pikir induksi.


Teknik ini dilakukan dengan metode interatif yang
terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan yang
dapat dilakukan pada saat, sebelum dan selama Ket :
pengumpulan data. : Aliran Material/Barang
: Aliran Uang
HASIL DAN PEMBAHASAN : Aliran Informasi
Rantai Pemasaran dan Pelaku-Pelaku yang
Terlibat Dalam Agribisnis Melon Emas Gambar 1. Jaringan Rantai Pasokan Agribisnis
Melon Emas di Kota Cilegon
Aliran pertama yaitu aliran material yang
mana dalam jaringan tersebut berupa melon Dari Gambar diatas dapat dipetakan rantai nilai
emas yang diawali dengan bentuk input produksi dalam agribisnis melon emas yang berorientasi
para petani, selanjutnya input ini dibudidayakan, ritel moderen di Kota Cilegon, yaitu :
kemudian akan menghasilkan melon emas. Melon
emas yang dihasilkan petani dikumpulkan oleh
Ikatan Petani Melon Cilegon di rumah melon
kemudian IPMC melakukan sortasi, pengkelasan, Gambar 2. Rantai Nilai Melon Emas yang
dan pelabelan melon emas guna memenuhi Berorientasi Ritel Moderen di Kota
permintaan yang dibutuhkan oleh ritel moderen. Cilegon
Aliran ini merupakan aliran yang bergerak dari
hulu ke hilir. Analisis Rantai Nilai dan Proporsi Nilai
Aliran kedua merupakan aliran uang yang Tambah Pada Agribisnis Melon Emas
mana berupa transaksi yang terjadi antar pelaku. Analisis Rantai Nilai
Aliran ini bentuknya adalah uang yang mengalir
dari konsumen, ritel moderen, Ikatan Petani Rantai nilai yang terjadi di tempat
Melon Cilegon, dan yang terakhir petani. Dengan penelitian melibatkan beberapa pelaku yaitu
kata lain, aliran uang bergerak dari hilir ke hulu. petani, Ikatan Petani Melon Cilegon dan ritel
Aliran uang yang terjadi di Ikatan Petani Melon moderen. Satuan yang digunakan dalam analisis
Cilegonmempunyai cara pembayaran yang nilai tambah ini adalah setara dengan 1 kg melon
disesuaikan dengan pasar yang dituju dimana emas. Artinya, jumlah material fisik dan bahan
untuk pengiriman ke ritel moderen pembelian baku dihitung dan dikonversi dengan nilai yang
melon emas berupa sistem kontrak dengan masa setara untuk menghasilkan melon emas sebanyak
pembayaran selama 7 hari setelah penerimaan 1 kg.
melon emas. Namun pada kenyataannya, sering
terjadi keterlambatan yang mencapai 14 hari a. Petani
bahkan dapat lebih dari 20 hari. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh
Kedua aliran di atas tentunya tidak akan petani untuk memenuhi tenaga kerja yang
berjalan dengan baik jika tidak ada aliran yang diperlukan adalah sebesar Rp 1.100,-/Kg atau
ketiga, yaitu aliran informasi. Aliran informasi sebesar 34% dari total biaya, sementara untuk
terjadi di antara para pelaku dan aliran ini bersifat biaya produksi adalah sebesar Rp 2.150,-/Kg atau
abstrak atau tidak berwujud. Aliran ini juga sebesar 66% dari total biaya. Total biaya yang
merupakan faktor utama lancarnya arus aliran keluarkan oleh petani untuk menghasilkan 1 Kg
material dan aliran uang. Aliran informasi melon emas adalah sebesar Rp 3.250,- dan
bergerak dari pelanggan ke supplier yang berupa besarnya nilai tambah yang diperoleh petani pada
order data perkiraan dan dari supplier ke rantai nilai melon emas sebesar Rp 5.750,-.
pelanggan. Untuk melihat hubungan antar pelaku
rantai pasokan agribisnis melon emas di Ikatan
Petani Melon Cilegon dapat dilihat pada Gambar
1.

386
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

c. Ritel Moderen
Biaya yang dikeluarkan oleh pihak ritel
moderen adalah untuk pembelian melon emas,
Biaya pengadaan, penanganan, penyimpanan,
distribusi, dan penjualan. Biaya yang dikeluarkan
untuk proses pengadaan yaitu sebesar Rp.101,-
/Kg atau sebesar 7% dari total biaya, penanganan
Value yaitu sebesar Rp.235,-/Kg atau sebesar 17% dari
Added total biaya, penyimpanan yaitu sebesar Rp.310,-
Harga Jual adalah Rp.9.000,- /Kg atau sebesar 22% dari total biaya, distribusi
yaitu sebesar Rp.610,-/Kg atau sebesar 44% dari
Gambar 3. Analisis Rantai Nilai Petani total biaya, dan penjualanyaitu sebesar Rp.125,-
/Kg atau sebesar 10% dari total biaya. Total biaya
b. Ikatan Petani melon Cilegon (IPMC) yang keluarkan oleh ritel moderen untuk
Biaya yang dikeluarkan oleh pihak IPMC memberikan perlakuan 1 Kg melon emas adalah
adalah untuk pembelian melon emas, pengadaan, sebesar Rp.1.381,- dan besarnya nilai tambah
penanganan pasca panen, dan transportasi. Biaya yang diperoleh ritel moderen pada rantai nilai
yang dikeluarkan proses pengadaan yaitu sebesar melon emas sebesar Rp.2.519,-.
Rp.300,-/Kg atau sebesar 24% dari total biaya,
penanganan pasca panen yaitu sebesar Rp.176,-
/Kg atau sebesar 14% dari total biaya,
transportasi yaitu sebesar Rp 440,-/Kg atau
sebesar 34% dari total biaya, dan reverse logistic
yaitu sebesar Rp.360,-/Kg atau sebesar 28% dari
total biaya. Total biaya yang keluarkan oleh IPMC
untuk memberikan perlakuan 1 Kg melon emas Biaya
adalah sebesar Rp.1.276,- dan besarnya nilai
tambah yang diperoleh IPMC pada rantai nilai
melon emas sebesar Rp.1.324,-. Harga jual melon
emas dari IPMC ke ritel moderen adalah Value
Rp.14.500,- namun karena ada biaya rabat Added
(potongan harga) yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak sebesar 20%, harga jual melon Harga Jual adalah Rp.15.500,-
emas dari IPMC ke ritel moderen menjadi Rp
11.600,-. Gambar 5. Analisis Rantai Nilai Ritel Moderen

Proporsi Nilai Tambah Pelaku Pada Rantai Nilai

Pada rantai nilai melon emas ini, total


nilai tambah yang dihasilkan adalah sebesar
Rp.9.593/Kg. Total biaya yang dikeluarkan oleh
semua pihak dalam rantai nilai ini adalah sebesar
Biaya Rp.5.907/Kg. Persentase biaya pengeluaran
tertinggi dikeluarkan oleh petani dimana petani
mengeluarkan biaya sebesar Rp.3.250/Kg atau
sebesar 55% dari total biaya yang dikeluarkan
Value oleh rantai nilai ini, dengan pengeluaran tertinggi
Added adalah untuk biaya produksi sebesar 66% dari
total biaya petani. Persentase nilai tambah
Harga Jual adalah Rp.11.600,- tertinggi didapatkan oleh petani yang menerima
nilai tambah sebesar Rp.5.750/Kg atau sebesar
Gambar 4. Analisis Rantai Nilai IPMC 60% dari total nilai tambah yang didapatkan oleh
rantai nilai ini. Dalam kondisi ini, aktivitas atau
biaya produksi yang dilakukan oleh petani adalah
cost driver atau pengungkit terjadinya

387
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

peningkatan nilai tambah terbesar pada rantai Uraian Total


nilai ini. - Label Rp 200.000
- Pengembalian buah Rp 4.320.000
- Beban listrik dan air Rp 196.000
Total Biaya IPMC Rp 123.312.000
Pendapatan Rp 139.200.000
Keuntungan Rp 15.888.000

Alternatif Model Pembiayaan Rantai Nilai


Melon Emas
Gambar 6. Analisis Rantai Nilai Melon Emas di
Kota Cilegon Pemetaan Aliran Nilai (Value Stream Mapping)

Kebutuhan Pendanaan Pelaku Agribisnis Peta kondisi eksisting mengenai aliran


Melon Emas uang melon emas yang melibatkan petani, IPMC,
dan ritel moderen, dipetakan dengan tahapan
Tabel 1. Kebutuhan Dana Para Pelaku sebagai berikut:
Uraian Total 1. Pengumpulan data kebutuhan pra-pemetaan
A. Petani (Per Musim Tanam)
Data yang dibutuhkan untuk pra-pemetaan
dikumpulkan dengan kegiatan wawancara
Biaya Tetap dengan menggunakan panduan wawancara.
- Sewa Lahan Rp 500.000 Selanjutnya, didapatkan data mengenai gap
Biaya variabel permintaan dan pembayaran pada rantai
nilai, tersaji dalam Tabel 2.
- Benih Melon Emas Rp 1.800.000
- Pupuk Rp 600.000 Tabel 2. Gap Permintaan dan Pembayaran Pada
- Peptisida Rp 1.000.000 Rantai Nilai Melon Emas
- Plastik Mulsa Rp 360.000 Sistem Sistem
No
Kontrak Pembayaran Pembayaran
- Tenaga Kerja Budidaya Rp 1.200.000 .
Kontrak Aktual
- Tenaga Kerja Persiapan Lahan Rp 1.000.000 Ritel
7 hari dari 7-14 hari dari
- Alat Rp 40.000 1. Moderen-
pengiriman. pengiriman.
Total Biaya Petani Rp 6.500.000 IPMC
8-15 hari
Pendapatan Rp 18.000.000 IPMC- 8 hari setelah
2. setelah
Keuntungan Rp 11.500.000 Petani pengambilan.
pengambilan
B. IPMC (Per Bulan)
Biaya Tetap Keterlambatan pembayaran dari pihak
ritel moderen kepada IPMC menjadi sumber
- Tenaga kerja ahli Rp 3.600.000
permasalahan dalam rantai nilai ini. Hal ini
- Tenaga kerja cabutan Rp 1.200.000 membuat arus keuangan IPMC menjadi tidak
- Perbaikan dan Penyusutan Pick lancar hingga menyebabkan keterlambatan
Rp 240.000
Up pembayaran untuk petani.
- Penyusutan Peralatan Rp 120.000
- Penyusutan buah Rp 600.000 2. Menentukan lambang dalam rantai nilai
Rp Pada tahap ini IPMC, yang menjadi fokus
- Penyusutan Bangunan penelitian, dinamakan sebagai control point
36.000
Biaya Variabel atau titik kendali. Dengan menggunakan data
konsumen dan pemasok yang telah
- Pembelian Buah Rp 108.000.000
diperoleh, maka berikut ini daftar lambang
- Operasional transportasi Rp 4.800.000 yang digunakan dalam rantai nilai agribisnis
melon emas yang disajikan pada Tabel 3.

388
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

aliran uang melon emas di Kota Cilegon terdapat


dalam Gambar 8.
Tabel 3. Daftar Lambang Aliran Uang Melon Emas
di Kota Cilegon
24%
No. Jenis Lambang Penggunaan
Lambang 30% 10%

1. Titik Kendali Ikatan Petani 52% 18%


Melon Cilegon
(IPMC) Gambar 8. Peta Kondisi Eksisting Aliran Uang
Melon Emas Kota Cilegon

Alternatif Model Pembiayaan Agribisnis


2. Titik Penopang Petani dan Ritel Melon Emas dan Peta Peramalan Kondisi
Moderen (Future State Map).

Model Pembiayaan Konvensional

Tabel 4. model pembiayaan konvensional pada


3. Aliran Uang Aliran uang agribisnis melon emas
atau Unsur
No. Uraian
pembayaran Pembiayaan
dari pihak ritel Agribisnis melon emas
1. Jenis Usaha
moderen berorientasi ritel moderen
kepada IPMC Usaha dengan rata-rata
dan dari IPMC produksi 12 ton per bulan,
kepada petani. pendapatan Rp
2. Skala Usaha
4. Permasalahan Variabel 139.200.000 per bulan,
masalah yang dan keuntungan Rp
terjadi pada 84.888.000 per bulan.
aliran uang. 3. Lokasi Usaha Kota Cilegon, Banten
Kebutuhan Rp 240.936.000
4.
dana
Pembuatan alur utama dan Current State Map Lembaga Keuangan
5. Sumber Dana
(Peta Kondisi Eksisting) aliran uang. BUMN
Unsur
Berdasarkan lambang-lambang yang telah Kepemilikan
ditentukan, maka dapat ditentukan alur utama Modal
aliran uang melon emas yang melibatkan petani, a. Modal -
IPMC, dan ritel moderen. 6. Sendiri
Plafon : Rp 240.936.000
b. Kredit
Suku Bunga : 13,5% per
Modal
tahun/ 1,125% per bulan
Kerja
76% Jangka waktu : 1 tahun
Angsuran pokok
: Rp 20.078.000/bulan
Periode Bunga
Gambar 7. Alur Utama Aliran Uang Melon Emas di 7.
Pembayaran : Rp 2.710.530/bulan
Kota Cilegon Total angsuran
: Rp 22.788.530/bulan
Alur utama rantai nilai tersebut menjadi Kelayakan
dasar dalam value stream mapping pada rantai Model
nilai melon emas di Kota Cilegon. Selanjutnya, a.Periode
gambaran mengenai peta kondisi eksisting dari Proyek 1 tahun

389
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Unsur Model Pembiayaan Anjak Piutang


No. Uraian
Pembiayaan
b.Kapasitas Tabel 5. model pembiayaan konvensional pada
Produksi 12 ton melon emas per agribisnis melon emas
c. Tingkat bulan No. Unsur Uraian
Teknologi Semi-moderen Pembiayaan
d. Pemasaran 1. Jenis Pembiayaan Anjak
Produk Pasar ritel moderen Piutang without
Pay Back period recourse
: 1 bulan 2. Client Ikatan Petani Melon
9. Kriteria
Beban biaya Cilegon
: Rp 1900/Kg 3. Customer PT. Ritel Moderen
4. Piutang yang Rp 11.600 x 4000 Kg =
Simulasi penerapan model pembiayaan dialihkan Rp 46.400.000
konvensional pada agribisnis melon emas yang 5. Piutang yang 70%
berorientasi ritel moderen di Kota Cilegon dibiayai
terdapat pada Gambar 9. 6. Retensi 30%
7. Biaya 3%
Administrasi
8. Jenis Anjak piutang without
Pembiayaan recourse
9. Periode Satu siklus produksi (3
pembiayaan Bulan)
82%
Peta peramalan kondisi model pembiayaan anjak
piutang dapat dilihat pada Gambar 10.
68%

36% 32% Harga Jual Pucuk Teh Rendah

12% 60%
Pengenala
n T
Keteranga
Tabel 3. K a
n : *** =
Harga, Biaya, Hasil
dan Marjin T
Ket : Pemb a Daya Tawar Petani
Rendah

: Alur Uang elian


: Alur Input Pertanian
Evaluasi Pencarian
Gambar 9. Peta Peramalan Kondisi Aliran Uang Ket : Alternatif Informasi
Agribisnis Melon Emas dengan : Alur Faktur
Alternatif Model Pembiayaan : Alur Uang
Konvensional
Gambar 10. Peta Peramalan Kondisi Aliran Uang
Agribisnis Melon Emas dengan
Alternatif Model Pembiayaan Anjak
Piutang

390
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

SIMPULAN  Baroh, I. 2007. Analisis Nilai Tambah dan


Distribusi Keripik Nangka Studi Kasus pada
Berdasarkan hasil pembahasan analisis Agroindustri Keripik Nangka di Lumajang. LP
pembiayaan rantai nilai agribisnis melon emas UMM. Malang.
yang berorientasi ritel moderen, dapat ditarik  Blocher, Edward J., Kung H. Chen., and
kesimpulan sebagai berikut : Thomas W. Lin. 1998. ―Cost Management a
1. Terdapat tiga pelaku utama pada agribisnis Strategic Emphasis‖. Terjemahan Susty
melon emas di Kota Cilegon, yaitu petani, Ambarriani. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Petani Melon Emas (IPMC), dan ritel  Carter, William K. and Milton F. Usry. 2002.
moderen. Cost Accounting, Buku 1, Edisi 13.
2. Biaya yang dikeluarkan pada rantai nilai melon Terjemahan Krista. Jakarta: Salemba Empat.
emas dengan proporsi biaya petani sebesar  Gittinger, J. Price. 1986. Analisis Ekonomi
55%, IPMC sebesar 22% dan ritel moderen Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta.
sebesar 23%. Nilai tambah yang terjadi pada  Hardjanto, W. 1993. Bahan Kuliah
rantai nilai melon emas yaitu sebesar Manajemen Agribisnis. Jurusan Ilmu-ilmu
Rp.9.593,-/Kg dengan proporsi nilai tambah Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
petani sebesar 60%, IPMC sebesar 14%, dan Pertanian. IPB. Bogor.
ritel moderen sebesar 26%. Biaya produksi  Hayami, Y. et al. 1987. Agricultural
yang dilakukan oleh petani adalah cost driver marketing and processing in upland Java. A
atau pengungkit terjadinya peningkatan nilai perspective from a Sunda village. Bogor:
tambah terbesar pada rantai nilai ini. CGPRT Centre.
3. Kebutuhan dana yang diperlukan oleh petani  Hitt Michael, Ireland Duane R., Hoskisson E.
adalah sebesar Rp.6.500.000 per musim Robert. 2005. Manajemen Strategik,
tanam. Pendapatan petani dengan rata-rata Cetakan- 8. Jakarta: Erlangga.
produksi 2 Ton adalah sebesar Rp.18.000.000  Kadarsan H.W. 1992.
per musim tanam dengan keuntungan sebesar KeuanganPertaniandanPembiayaan
Rp.11.500.000. Sedangkan untuk IPMC PerusahaanAgribisnis. Jakarta
kebutuhan dana yang diperlukan untuk :GramediaPustakaUtama.
melakukan kegiatan produksi adalah sebesar  Karyani, Tuti dkk. 2011. Lembaga Keuangan
Rp.123.312.000 per bulan. Kebutuhan dana Pedesaan: Permasalahan dan Solusinya.
terbesar adalah untuk pembelian buah melon Bandung: Unpad Press.
emas dari petani yaitu sebesar Rp.108.000.000  Kholmi, Masiyah dan Yuningsih. 2004.
per bulan dengan rata-rata pembelian 12 Ton. Akuntansi Biaya, Cetakan Keempat. Malang:
Pendapatan IPMC adalah sebesar UMM Press.
Rp.139.200.000 per bulan dengan keuntungan  KIT and IIRR. 2010. Value Chain Finance:
sebesar Rp 15.880.000 per bulan. Beyond Microfiance for Rural Entrepreneurs.
4. Alternatif model pembiayaan yang efektif dan Royal Tropical Institute, Amsterdam; and
ideal bagi IPMC selaku titik kendali dari rantai International Institute of Rural
nilai agribisnis melon emas di Kota Cilegon Reconstruction, Nairobi.
adalah sistem pembiayaan konvensional kredit  Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi Enam.
modal kerja dan pembiayaan anjak piutang Yogyakarta : STIE YKPN.
(factoring financing).  Natawidjadja, Ronnie S., Trisna Insan Noor
dan Tomy Perdana. 2007. ―The Tomato
Value Chain from West Java Farms to
DAFTAR PUSTAKA Jakarta Retail‖. Universitas Padjadjaran.
Bandung
 Australian Centre for International  Pantastico, E. R. B. 1997. Fisiologi Pasca
Agricultural Research (ACIAR). 2012. Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-
―Membuat Rantai Nilai Lebih Berpihak pada buahan dan Sayuran Tropika dan
Kaum Miskin‖. Terjemahan Mia Hapsari SubTropika. Terjemahan Kamaryani.
Kusumawardani. Indonesia : Tabros. Yogyakarta: UGM-Press.
 Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur  Pearce II, John A. dan Richard B.Jr.,
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Robinson. 2008. Manajemen Strategis 10.
: PT. Rineka Cipta. Jakarta: Salemba Empat.

391
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Porter, Michael E. 1994. Keunggulan


Bersaing (Menciptakan dan Mempertahankan
Kinerja Unggul). Tim Penterjemah Binarupa
Aksara. Jakarta : Binarupa Aksara.
 Prajnanta, F. 2003. Melon. Jakarta: Penebar
Swadaya.
 Riyanto, B. 1993. Dasar-
DasarPembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta
:YayasanBadanPenerbitGadjahMada.
 Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Melon
Hibrida. Yogyakarta : Kanisus.
 Rivai & Permata. 2007. Islamic Financial
Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada
 Samadi, B. 1995. Usaha Tani Melon.
Yogyakarta: Kanisus.
 Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian.
UMM Press. Malang
 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
 Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian
dalam Proses Mempercepat Laju
Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
 Tjahjadi, Nur. 1995. Bertanam Melon.
Yogyakarta : Kanisus.
 Umar, Husein. 2002. ―Riset Pemasaran dan
Perilaku Konsumen‖. Cetakan kedua.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
 Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D, Fardiaz.
1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
 Wirakusumah, E. S. 2000. Buah dan Sayur
untuk Terapi. Jakarta: Penebar Swadaya.
 Wisdaningrum, Oktavima. 2013. Analisis
Rantai Nilai (Value Chain) Dalam Lingkungan
Internal Perusahaan. Melalui
<http://www.fe.untag-
banyuwangi.ac.id/attachments/article/74/OK
TAVIMA%20W_5.pdf> [02/03/2014]

392
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PERSEPSI PETANI KARET POLA SWADAYA TERHADAP PENTINGNYA


PERAN PENYULUHAN
DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU

Roza Yulida1, Kausar2, Rosnita3, Shorea Khaswarina4, Sariyem5, dan Destika6

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 11,5 Simp. Baru kecamatan
Tampan Pekanbaru

(E-mail: rozayulida@gmail.com)

ABSTRAK. Karet merupakan komoditi unggulan Provinsi Riau dan merupakan komoditi yang sudah menjadi
budaya masyarakat Riau. Namun petani karet khususnya petani karet pola swadaya masih dihadapkan pada
masalah rendahnya produktivitas, alih fungsi lahan, fluktuasi harga, dll. Oleh karena itu penyuluhan menjadi
penting perannya dalam membantu petani mengatasi permasalahannya. Tujuan penelitian ini mengetahui
persepsi petani terhadap pentingnya peran penyuluhan. Kabupaten Kuantan Singingi dengan luas kebun
karet rakyat tahun 2012 seluas 110.398,17 ha dipilih sebagai lokasi penelitian, karena merupakan kabupaten
dengan kebun karet pola swadaya terluas (22% dari luas kebun karet rakyat provinsi) di Provinsi Riau.
Penelitian dilakukan didua kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Toar dan Hulu Kuantan. Metode penelitian
dengan metode survey dan analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitif menggunakan skala
likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepi petani tentang pentingnya peran penyuluhan dari peran
edukasi, diseminasi inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervise/pembinaan serta monitoring dan evaluasi
menunjukkan peran cukup penting (skor 2,99), terutama untuk peran edukasi (skor 3,42) dan konsultasi
(skor 3,52) dianggap penting oleh petani. Pentingnya peran penyuluhan menurut petani karena melalui
kegiatan penyuluhan petani mendapatkan informasi dan pembelajaran (edukasi), inovasi-inovasi baru,
memfasilitasi petani mendapatkan saprodi dan pemasaran, dan membantu petani menyelesaikan masalah
petani.

Kata kunci: pentingnya penyuluhan, petani karet swadaya

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP penting oleh petani. Oleh karena itu kebijakan
pemerintah setempat perlu berorientasi pada
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pentingnya peran penyuluhan.
persepsi petani karet pola swadaya terhadap
pentingnya peran penyuluhan. Ruang lingkup PENDAHULUAN
penelitian ini adalah pada bidang ilmu penyuluhan
pertanian, dengan menggunakan konsep teori Provinsi memiliki potensi sumberdaya
menurut Mosher (1966) bahwa kegiatan alam yang sangat besar dalam sektor pertanian
penyuluhan merupakan faktor pelancar khususnya sektor perkebunan. Banyak komoditi
pembangunan pertanian, dan menurt Totok perkebunan yang telah dikembangkan dan telah
Mardikanto (2009), peran penyuluhan sebagai (1) mampu menjadi penghasil devisa bagi daerah ini.
Edukasi; (2) Diseminasi informasi/inovasi; (3) Beberapa komoditi perkebunan yang potensial
Fasilitasi; (4) Konsultasi; (5) Supervisi; (6) tersebut adalah kelapa sawit, karet, kakao dan
Monitoring dan evaluasi. Dalam penelitian ini komoditi lainnya. Walaupun sektor perkebunan
dikaji tentang pentingnya peran-peran menjadi andalan Provinsi Riau sebagai penghasil
penyuluhan tersebut menurut petani. Hasil devisa non-migas, namun nampaknya
penelitian memang menunjukkan bahwa peran keberpihakan pemerintah terhadap petani
penyuluhan pada ushatani karet pola swadaya khususnya petani perkebunan rakyat (pola
menurut petani cukup penting, terutama peran swadaya) belum memiliki perhatian yang cukup
edukasi dan diseminasi informasi dipersepsikan serius membangunnya. Hal ini ditunjukkan dari

393
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

masih rendahnya produktivitas perkebunan rakyat meningkatkan produktivitas usahataninya.


dibandingakan dengan perkebunan besar swasta Penyuluh adalah orang yang selalu berhadapan
atau negara. dengan petani, dan sebagai jembatan
Karet merupakan salah satu komoditi penghubung antara teknologi,
perkebunan yang sangat potensial di Provinsi Totok Mardikanto (1999) mengatakan
Riau. Namun nampaknya petani karet rakyat juga bahwa ada enam peran penyuluhan yaitu sebagai
masih mengalami hal yang sama, dimana sebagai (1) Edukasi; (2) Diseminasi
produktivitas usahatani karet mereka (1.037 kg/h) informasi/inovasi; (3) Fasilitasi; (4) Konsultasi; (5)
masih dibawah produktivitas keret perkebunan Supervisi; (6) Monitoring dan evaluasi. Peran-
Negara (1.754 kg/h), apalagi perkebunan swasta peran ini jika dilaksanakan sebagaimana mestinya
(1.995 kg/h) yang jauh lebih tinggi tentu saja akan dapat memperlancar
produktivitasnya. (Statistik Perkebunan Provinsi pembangunan pertanian itu sendiri.
Riau, 2011). Hasil survey di Kabupaten Kuantan
Padahal jika diperhatikan lebih jauh Singingi menunjukkan bahwa petani karet pola
kepentingan hajat hidup masyarakat banyak swadaya telah berkelompok dalam wadah
sangat ditentukan oleh perkebunan karet rakyat kelompoktani dan telah pula mendapatkan
tersebut. Mengingat sangat banyaknya penyuluhan. Walaupun penyuluhan yang ada
masyarakat yang menggantungkan kehidupannya masih belum maksimal, yang disebabkan oleh
sebagai petani karet dibandingkan dengan masih sedikitnya tenaga penyuluh dibandingkan
perkebunan Negara dan swasta. Hal ini tentu saja dengan jumlah desa yang harus dibina, selain itu
akan menentukan kesejahteraan masyarakat ke kebijakan pemerintah yang belum berpihak
depannya. kepada petani karet pola swadaya juga menjadi
Tipologi perkebunan rakyat dapat dibagi penyebab penyuluhan terhadap petani karet pola
kedalam dua bentuk, yakni kebun petani plasma swadaya di kabupaten ini belum berperan
yang menjadi mitra bagi perusahaan negara sebagaimana mestinya. Namun disebalik semua
maupun swasta dan kebun rakyat yang dimiliki itu, apakah petani karet pola swadaya di
masyarakat secara swadaya (petani pola Kabupaten Kuantan Singingi merasa penting
swadaya). Namun demikian, hasil produksi karet dengan adanya penyuluhan. Hal ini menjadi
petani plasma lebih baik dibandingkan petani pola penting untuk dikaji mengingat kegiatan apapun
swadaya dikarenakan manajemen agribisnis dari yang akan dilakukan di tidak akan dapat berhasil
input, proses, dan output berjalan dengan baik dengan baik jika petani sendiri tidak merasa
pada petani plasma. Berbeda dengan petani membutuhkan atau penting terhadap kegiatan
swadaya yang belum dapat memenuhi produksi tersebut. Petani biasaya akan mau berpatisipasi,
optimum kebun kelapa sawit. jika ada kebutuhan mereka yang dapat dipenuhi
Salah satu kabupaten dengan jumlah melalui kegiatan tersebut atau jika petani merasa
petani karet pola swadaya terbanyak di Provinsi penting untuk mengikutinya. Oleh karena itu
Riau adalah Kabupaten Kuantan Singingi dengan penulis tertarik untuk menganalisis persepsi
jumlah petani pola swadaya 64.949 petani dan petani karet pola swada terhadap pentingnya
juga merupakan kabupaten dengan perkebunan peran penyuluhan di Kabupaten Kuantan Singingi.
karet terluas di Provinsi Riau yaitu 150.565 ha.
Namun produktivitas karet petani 777 kg/ha, jauh METODE PENELITAN
dibawah produktivitas rata-rata perkebunan karet Tempat dan Waktu
rakyat provinsi yaitu 1.037 kg/ha. Jika
dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
lainnyapun di Provinsi Riau, produktivitas karet Kuantan Singingi dengan pertimbangan bahwa
petani swadaya di Kabupaten Kuantan Singingi untuk komoditi perkebunan karet di Provinsi Riau
juga masih dibawahnya. (Tabel 1). paling luas dan paling banyak petani sawit rakyat
Hal ini tentu saja tidak bias dibiarkan adalah Kabupaten Kuantan Singingi. Dua
mengingat cukup pentingnya perkebunan karet kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi yaitu
rakyat ini dalam kesejahteraan masyarakat Kecamatan Gunung Toar dan Kecamatan Hulu
banyak dan demi kepentingan pembangunan Kuantan diambil sebagai lokasi penelitian mewakili
pertanian daerah dan nasional. Menurut Mosher Kabupaten Kuantan Singingi dengan
salah satu syarat pelancar pembangunan pertimbangan bahwa kedua kecamatan ini
pertanian adalah adanya penyuluhan pertanian. termasuk yang paling luas dan paling banyak
Melalui kegiatan penyuluhan petani dapat petani karet pola swadayanya. Penelitian

394
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dilakukan selama delapan bulan pada tahun 2014. penting tentu saja akan sangat terkait dengan
Mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan bagaimana penerimaan petani terhadap kegiatan
dan penulisan hasil penelitian. penyuluhan tersebut. Oleh karena itu perlu
diketahui bagaimana tanggapan atau persepsi
Populasi dan Sampel petani tentang peran penyuluhan yang sudah
dilakukan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
petani karet pola swadaya yang terdapat di IDENTITAS RESPONDEN
Kecamatan Hulu Kuatan yang berjumlah 494
orang petani dan di Kecamatan Gunung Toar Responden dalam penelitian ini berjumlah
yang berjumlah 457 orang petani. Dari masing- 94 orang responden, dengan tingkat pendidikan
masing populasi di kedua kecamatan tersebut sebagian besar (82%) termasuk pada usia
diambil 10% sebagai sampel penelitian. produktif yaitu yang berumur 15 – 54 tahun yang
Penetapan jumlah sampel ini dilakukan karena berjumlah 77 orang responden. Tingkat
menurut Wicaksono (2008) jika populasi besar pendidikan responden sebanyak 48 orang
dari 100 maka jumlah sampel dapat ditetapkan responden dengan tingkat pendidikan SLTA
sebanyak 10%-15% karena dianggap sudah (51%), tingkat pendidikan SMP berjumlah 26
cukup mewakili populasi. orang responden (28%) dan tingkat pendidikan
Sehingga jumlah sampel dari kedua SD berjumlah 20 orang responden (21%).
kecamatan masing-masing adalah Kecamatan Pengalaman usahatani responden sebanyak 52
Hulu Kuantan berjumlah 49 orang dan Kecamatan orang telah memiliki pengalaman 11-30 tahun
Gunung Toar berjumlah 45 orang. Teknik (55%) dan ada 28% responden dengan
pengambilan sampel dari kedua kecamatan pengalaman usahatani diatas 13 tahun dan
dilakukan dengan metode teknik random sampling sisanya sebanyak 16 orang responden dengan
dengan asumsi bahwa petani karet cenderung pengalaman usahatani dibawah 10 tahun. Umur
homogen dan semua petani memiliki kesempatan tanaman karet responden sebagian besar (78%)
yang sama untuk diambil sebagai responden. berumur 6-10 tahun, dan ada empat orang
Jumlah seluruh responden yang menjadi sampel responden dengan umur tanaman diatas 11
adalah 94 orang petani karet pola swadaya. Selain tahun.
petani PPL yang terdapat di Kecamatan Gunung
Toar dan Hulu Kuantan juga dijadikan responden PERSEPSI PETANI KARET POLA SWADAYA
untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak TERHADAP PENTINGNYA PERAN
lagi tentang penyuluhan di lokasi tersebut. PENYULUHAN
Teknik pengambilan data, untuk data
primer diambil dengan melakukan wawancara Hasil dari penilaian petani tentang
menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan pentingnya peran penyuluhan dilihat dari variabel:
sebelumnya, sedangkan data sekunder diambil di 1) Pentingnya peran penyuluhan dalam
instansi terkait. Edukasi/pembelajaran; 2) pentingnya peran
Analisis Data penyuluhan dalam Diseminasi informasi/inovasi;
Analisis data menggunakan metode 3) pentingnya peran penyuluhan dalam
deskpriptif kuantitatif. Untuk mengetahui persepsi memfasilitasi kebutuhan petani; 4) pentingnya
petani karet pola swadaya terhadap pentingnya peran penyuluhan dalam segi Konsultasi; 5)
peran penyuluhan dianalisis deskriptif dan pentingnya peran penyuluhan dalam
menggunakan skala likert. pembinaan/supervisi dan 6) pentingnya peran
HASIL DAN PEMBAHASAN penyuluhan dalam monitoring dan evaluasi (Tabel
1).
Penyuluhan merupakan proses
peningkatan pengetahuan, sikap dan
keterampilan petani untuk menjadi petani yang
mandiri, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani dan keluarganya.
Pentingnya peran penyuluhan tidak akan dapat
mencapai tujuannya jika petani tidak merasakan
penting atau tidaknya kegiatan penyuluhan
tersebut. Jika petani menganggap penyuluhan

395
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 1. Persepsi petani terhadap pentingnya peran penyuluhan dari fasilitasi yang memiliki
peran penyuluhan perkebunan karet di skor 2,55 dalam kategori kurang penting. Hal ini
Kabupaten Kuantan Singingi disebabkan karena pada umumnya petani sudah
No Sub-variabel Skor Kategori terikat kepada toke dalam penyediaan saprodi
1
dan pemasaran. Sehingga petani merasa tidak
Edukasi 3,42 Penting
terlalu perlu mereka difasilitasi baik dalam
2 Diseminasi/inovasi informasi 2,80 Cukup penting pengadaan saprodi maupun pemasaran. Namun
3 Fasilitas 2,52 Kurang penting hal ini tentu saja tidak dapat dibiarkan, jika
4 Konsultasi 3,52 Penting kondisi tersebut lebih banyak merugikan petani.
5
Peran penyuluhan supervisi (2,98) dan monitoring
Supervisi/pembinaan 3,03 Cukup penting
& evaluasi (2,61) dipersepsikan cukup penting
6 Monitoring dan evaluasi 2,65 Cukup penting oleh petani, mengingat petani masih
Rata-rata 2,99 Cukup penting membutuhkan adanya pembinaan dari penyuluh
Sumber: Data olahan 2014 dalam usahatani, serta evaluasi dan monitoring
untuk mengetahui perkembangan usahatani dan
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil dari pemasaran hasilnya.
keseluruhan peran penyuluhan memiliki skor 2,98
dalam kategori cukup penting, Hal ini Peran Edukasi
menunjukkan bahwa bagi petani penyuluhan
dibutuhkan dalam usahatani mereka. Perkebunan Edukasi merupakan salah satu peran
karet adalah mata pencaharian utama bagi petani penyuluhan yang dapat berperan dalam
di Kabupaten Kuantan Singingi yang telah di memberikan pembelajaran kepada petani dalam
jalankan turun-temurun dari nenek moyang usahatani pertanian dengan sistem teknologi baru
mereka. Cukup pentingnya peran penyuluhan ini yang menunjang usahataninya. Penyuluh
dapat membantu petani yang belum paham membimbing petani dalam bersikap dan
dalam budidaya perkebunan karet yang benar dan mengajak petani agar dapat bertani lebih baik dan
tepat. Tidak jarang petani yang membantu mandiri, merubah sikap dan cara pandang petani
penyuluh dalam mengatasi permasalahan petani dari petani tradisional ke petani yang moderen.
lain, dalam hal ini adalah petani yang memiliki Untuk melihat pentingnya peran penyuluhan
pengalaman usahatani yang tinggi. dalam edukasi/pembelajaran dapat dilihat pada
Pentingnya peran penyuluhan ini dilihat Tabel 2.
dari sub-variabel yaitu pentingnya peran edukasi
memiliki skor 3,42 dalam kategori penting, artinya Tabel 2. Pentingnya peran penyuluhan dari aspek
pembelajaran dalam usahatani karet penting edukasi/pembelajaran di Kabupaten
untuk dilakukan agar petani paham bagaimana Kuantan Singingi
cara budidaya karet dengan baik, dengan N Sko
o Indikator r Kategori
mengetahui cara budidaya karet yang baik akan 3,6
mempengaruhi hasil produksi karet, jika petani 1 Teknologi budidaya karet 0 Penting
tidak tahu bagaimana cara teknik penanaman Materi program penyuluhan yang 3,7
yang benar, memilih bibit yang baik, cara 2 relevan 9 Penting
2,5 Kurang
pemupukan yang benar dan teknik penyadapan 3 Peningkatan keterampilan petani 7 penting
yang benar, dan pembelajaran ini harus sesuai 3,4
dengan kebutuhan petani. Skor tertinggi persepsi Rata-rata 2 Penting
petani terhadap pentingnya peran penyuluhan Sumber: Data olahan 2014
yaitu pada peran konsultasi yang memiliki skor
3,48 dalam kategori penting, artinya petani butuh Pentingnya peran penyuluhan edukasi
saran dari penyuluh untuk mengatasi masalah adalah untuk memberikan pembelajaran kepada
yang dihadapi petani terutama pada masalah petani tentang usahatani karet yang baik
penyakit tanaman karet yang sulit diatasi petani sehingga petani bisa meningkatkan produksi dan
seperti penyakit jamur akar putih (JAP), pendapatan perkebunan karetnya dan bisa
sedangkan sarana konsultasi dibutuhkan oleh menjadi petani yang mandiri dan
petani demi kesejahteraan petani dan mensejahterakan keluarganya. Tabel 3
keluarganya. menunjukkan pentingnya peran penyuluhan di
Hasil terendah dari persepsi petani Kabupaten Kuantan Singingi dilihat dari aspek
terhadap pentingnya peran penyuluhan adalah edukasi memiliki skor 3,42 dalam kategori

396
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

penting. Hal ini menujukkan bahwa bagi petani informasi mengenai usahatani. Informasi yang
merasa penting adanya penyuluhan yang dapat diberikan mulai dari informasi harga sarana
memberikan pembelajaran tentang usahatani produksi, harga produksi karet dan informasi
karet dalam meningkatkan pengetahuan, sikap akses pemasaran hasil pertanian. Informasi ini
dan keterampilan petani. disampaikan kepada petani dan informasi ini akan
Dalam peran penyuluhan dari menyebar ke petani lain. Sehingga petani yang
edukasi/pembelajaran dilihat dari indikator tidak mendapatkan penyuluhan bisa merasakan
teknologi budidaya yang memiliki skor 3,60 dalam manfaat dari informasi yang disampaikan
kategori penting, artinya teknologi budidaya penyuluh pertanian, terutama bagi
perkebunan karet sangat penting dilakukan pengembangan pada pertanian perkebunan karet.
karena dapat mempermudah petani dalam Untuk melihat seberapa pentingya peran
budidaya perkebunan karet, dalam budidaya karet penyuluhan dari segi Diseminasi informasi/Inovasi
yang perlu petani pelajari adalah bagaimana bagi petani perkebunan karet dapat dilahat pada
menentukan bibit karet unggul, cara penanaman Tabel 3.
karet yang tepat, teknologi baru yang digunakan,
penggunakan pupuk yang dianjurkan, Tabel 3. Pentingnya peran penyuluhan dari aspek
pemberantasan hama penyakit, teknik diseminasi informasi/inovasi di
penyadapan dan waktu penyadapan karet. Namun Kabupaten Kuantan Singingi
menurut petani penyuluhan yang dilakukan
selama ini masih dirasa kurang, rata-rata No Indikator Skala Kategori
penyuluhan khusus karet hanya satu kali setahun. 1 Penyebaran 3,40 Penting
informasi/inovasi
Pada indikator materi penyuluhan yang teknologi
relevan memiliki skor 3,79 dalam kategori budidaya karet
penting, artinya materi penyuluhan harus sesuai 2 Diseminasi 2,67 Cukup penting
dengan kebutuhan petani, sehingga petani dapat informasi harga
saprotan dan
menerima dan menerapkan materi yang produksi karet
disampaikan penyuluh. Materi yang relevan tentu 3 Diseminasi 2,23 Kurang Penting
saja diharapkan akan dapat membantu informasi akses
meningkatkan hasil usahatani dan menyelesaikan pemasaran
Rata-rata 2,80 Cukup penting
permasalahan petani.
Sumber: Data olahan 2014
Namun disisi lain pada indikator
peningkatan keterampilan petani dalam
Pentingnya peran penyuluhan ini adalah
penerapan pembelajaran penyuluhan tentang
penyuluh menyebarkan informasi tentang
usahatani karet dengan skor 2,57 dalam kategori
teknologi perkebunan karet, harga saprotan,
kurang penting. Masih rendahnya pemahaman
harga produksi karet dan akses pemasaran
petani tentang pentingnya meningkatkan
sehingga petani lebih mudah dalam melakukan
keterampilan, menyebabkan persepsi petani
usahatani karet dengan mendapatkan informasi-
masih rendah tentang ini. Dari aspek peningkatan
informasi dari penyuluh dan petani dapat
keterampilan budidaya petani sebenarnya
menyebarkan informasi yang ia dapatkan ke
menganggap penting, namun dari aspek
petani lain yang membutuhkan informasi usahtani
keterampilan dalam pengadaan saprodi dan
karet. Tabel 3 menunjukkan bahwa pentingnya
pemasaran petani menyatakan kurang penting,
peran penyuluhan dari aspek Diseminasi
karena pada umumnya petani swadaya di
informasi/Inovasi memiliki skor 2,80 dalam
Kabupaten Kuantan Singingi sudah terikat dengan
kategori cukup penting.
toke. Selain itu sebagian petani dari segi budidaya
Penyebaran inovasi informasi teknologi
petani masih mengikuti tradisi lama yaitu dalam
budidaya karet memiliki skor 3,40 dalam kategori
pemupukan dan pemeliharaan karet.
penting, artinya penyebaran informasi teknologi
budidaya karet penting dilakukan dan informasi
Diseminasi Informasi /Inovasi
yang dikembangkan penyuluh sesuai dengan
kebutuhan petani. Informasi yang disebarkan
Diseminasi informasi/inovasi adalah
adalah informasi yang belum petani ketahui dan
penyebarluasan informasi/inovasi dari sumber
informasi yang petani dapatkan dari penyuluhan
informasi atau penerima informasi. Peran
menyebar ke petani lain sehingga diharapkan
penyuluhan yaitu penyuluh pertanian
petani karet bisa meningkatkan usahataninya.
menyebarkan informsi teknologi baru atau
Dari hasil pengamatan di lapangan budidaya karet

397
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

petani tidak banyak yang berubah dan petani Tabel 4. Pentingnya peran penyuluhan dari aspek
mendapatkan informasi dari petani lain yang fasilitasi
paham tentang usaha tani karet namun informasi No Indikator Skor Kategori
yang dapat mereka yakini dapat diterima dengan 1 Memfasilitasi setiap 3,06 Cukup penting
keluhan petani
baik seperti teknik budidaya pemupukan, dan cara Pengembangan
penyadapan. Hal ini diakibatkan sikap petani yang 2 motifasi/minat 2,64 Cukup penting
masih memegang tradisi lama dan sulit untuk berusahatani
menerima hal baru. Membantu
3 kemitraan dan 1,97 Kurang penting
Diseminasi harga saprotan dan produksi akses lembaga
karet memilikit skor 2,67 dalam kategori cukup keuangan
penting, petani karet mendapatkan informasi Membantu akses
langsung dari toke tempat petani menjual hasil 5 pasar untuk hasil 2,43 Kurang penting
pertanian
panen karet. Padahal jika petani bisa Rata-rata 2,52 Kurang penting
mendapatkan informasi tentang harga saprodi Sumber: Data ola.han 2014
yang lebih murah tentu saja akan lebih
menguntungkan. Keterikatan petani dengan toke Pentingnanya peranku penyuluhan dalam
dalam mendapatkan saprodi, menurut petani hal menfasilitasi petani dalam beberapa aspek
melalui toke mereka bisa mendapatkan saprodi dipersepsikan kurang penting oleh petani dengan
dengan berhutang terlelbih dahulu terutama pada skor 2,52. Hal ini terutama terkait dengan kurang
saat keuangan tidak memungkinkan untuk pentinganya peran penyuluhan dalam membanatu
membeli secara tunai. Tambahan lagi kemitraan dan akses ke lembaga keuangan, serta
ketergantungan petani dalam meminjam uang akses ke lembaga pasar hasil pertanian. Dari hasil
kepada toke pada saat rumah tangga petani pengamatan di lapangan kondisi ini disebabkan
mengalami kekurangan ekonomi untuk memenuhi oleh kebanyakan petani yang sudah terikat
kebutuhan keluarga. Begitu juga halnya dengan dengan toke dalam hal pengadaan saprodi dan
diseminasi harga produksi karet, petani sudah penjualan hasil usahatani.
memiliki ketergantungan kepada toke yang Persepsi petani terhadap pentingnya
membeli hasil produksi karet miliknya dengan memfasilitasi keluhan atau permasalahan petani
harga lateks ditentukan oleh toke. Walaupun mendapat skor 3,37 dalam kategori cukup
diberikan penyuluhan tentang akses pemasaran penting, artinya petani masih memerlukan
namun petani kurang mengadopsi inovasi penyuluh untuk membantu penyelesaian masalah
tersebut. Seperti yang terjadi di Kecamatan Hulu usahataninya. Masalah yang umumnya dihadapi
Kuantan tidak ada industri karet besar petani dalam usahataninya yaitu pohon karet
menyebabkan petani terpaksa menjual karet ke yang terserang penyakit jamur akar putih (JAP),
toke. penyakit jamur akar putih adalah penyakit yang
berbahaya bagi perkebunan karet. Walaupun
Fasilitasi penyuluh telah mencoba untuk membantu para
petani, terbatasnya jumlah penyuluh
Peran penyuluhan dari aspek fasilitasi dibandingkan dengan jumlah desa binaan menjadi
dalam penelitian ini dilihat dari memfasilitasi kendala bagi penyuluh untuk menyediakan waktu
keluhan petani ataupun masalah-masalah yang cukup bagi petani.
usahatani yang dihadapi petani, pengembangan Pentinya peran memotivasi petani
motivasi berusahatani, membantu kemitraan dan dipersepsikan cukup penting oleh petani dengan
akses ke lembaga keuangan, serta membantu skor 3,2, artinya petani menganggap perlu
akses pasar untuk hasil pertanian. Untuk adanya penyuluh untuk membantu memotivasi
mengetahui penilaian petani terhadap pentingnya petani, namun masih ada sebagian petani yang
peran penyuluhan dalam fasilitasi dapat dilihat beranggapan bahwa ada tidaknya penyuluh
pada Tabel 4. petani tetap akan melakukan usahatani
mengingat usahatani karet ini adalah
matapencarian pokok keluarga mereka dan telah
dilakukan secara turun temurun dari keluarga
petani. Bahkan tidak jarang petani mengajarkan
pada anak laki-lakinya untuk panen karet pada
usia 17 tahun dengan tujuan dapat membantu

398
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

perekonomian keluarga karena perkebunan karet Tabel 5. Pentinya peran penyuluhan dari aspek
adalah mata pencaharian petani di daerah ini. konsultasi di Kabupaten Kuantan
Kemitraan dan akses dengan lembaga Singingi
keuangan dianggap kurang penting oleh petani No Indikator Skor Kategori
(skor 1,97). Petani merasa sudah bisa 1 Memberikan konsultasi 3,81 Penting
untuk permasalahan
mendapatkan permodalan sendiri. Untuk petani
melakukan peminjaman atau bermitra dengan Membantu memberikan
perusahaan, petani merasa takut untuk tidak bisa 2 pemahaman lebih
mengembalikan uang pinjamannya sehingga tentang teknologi baru 2,99 Cukup Penting
Rutinitas konsultasi
petani berfikir lebih baik menjual tanah dari pada
meminjam modal kepada orang lain. Tujuan dari Penting
kemitraan ini adalah agar petani dapat 3 3,76
mengambangkan usahatani karet dengan modal Rata-rata 3,52 Penting
yang baik sehingga usahatani yang dijalankan Sumber : Data olahan 2014
bisa berproduksi maksimal. Sikap petani yang
seperti ini sulit utuk dilakukan perubahan, namun Pentingnya peran penyuluhan ini adalah
tentu saja perlu terus diupayakan agar petani penyuluh membantu petani mengatasi masalah
dapat berusahatani lebih menguntungkan dan usahatani karet dan bersedia ditemui dan datang
mandiri. ke pada petani yang memerlukan bantuan
Pentingnya peran penyuluhan dalam hal penyuluh. Tabel 6 menunjukkan bahwa
akses ke lembaga pasar memiliki skor 2,43 dalam pentingnya peran penyuluhan dari aspek
kategori kurang penting, artinya petani merasa konsultasi memiliki skor 3,52 dalam kategori
tidak memerlukan peran ini karena petani dari penting. Teruma dari aspek membantu
awal sudah memiliki toke tempat mereka menjual menyelesaiakan masalah petani dan rutinitas
hasil pertaniannya dan hal ini sudah dilakukan konsultasi yang dianggap penting oleh petani.
petani turun temurun dari keluarganya. Konsultasi untuk membantu menyelesaikan
Membantu akses pasar untuk hasil pertanian bagi permasalahan petani, yang memiliki skor 3,81
petani sebenarnya penting dilakukan agar petani dalam kategori penting, artinya peran penyuluhan
dapat memiliki posisi tawar yang baik dalam ini diperlukan oleh petani karena masalah yang
pemasaran hasil pertanian karet. Penyuluh perlu ada membuat usahatani karet petani mengalami
mencoba memfasilitasi kelompoktani dalam penyusutan hasil produksi. Permasalahan yang
memasarkan karet melalui koperasi yang ada, sering terjadi pada usahatani karet adalah
yang bermitra dengan pihak lain dalam masalah penyakit jamur akar putih (JAP) yang
penyalurannya ke pabrik. mengakibatkan pohon karet yang masih kecil mati
dan penyakit ini menular kepohon karet lainnya,
sebagian petani merasa sulitnya mendapatkan
Konsultasi pupuk bersubsidi, dan sulit mendapatkan bibit
unggul semua itu akan mempengaruhi hasil
Peran konsultasi merupakan bagian yang produksi karet petani, dalam hal ini penyuluh
penting dari peran penyuluhan. Salah satu fungsi dapat membantu petani mengatasi dan
penyuluhan adalah memfasilitasi petani dengan mencarikan solusi untuk permasalah petani.
teknologi inovasi dan pihak luar lainnya yang Pentingnya peran penyuluhan sebagai
dibutuhkan petani. Penyuluh adalah sebagai wadah konsultasi bagi petani untuk membantu
perantara antara kondisi petani dengan informasi memberikan pemahaman tentang teknologi bagi
di luar sistem mereka. Kebanyakan petani karena memiliki skor 2,99 dalam kategori cukup penting,
keterbatasannya mengalami kesulitan untuk artinya cukup penting bagi petani untuk
mengakses informasi-informasi untuk membantu memahami tentang teknologi terbaru terutama
memecahkan masalah usahatani yang mereka teknologi budidaya untuk meningkatkan produksi
hadapi. Oleh karena itu petani membutuhkan karet. Sebagian petani yang memiliki tingkat
orang lain untuk membantu mereka. pengetahuan dan pengalaman usahatani yang
masih kurang maka perlu bagi petani untuk
mengetahui sub-sistem agribisnis, karena selama
ini petani karet berpatokan pada tradisi lama
dalam budidaya karet sehingga hasil produksi
karet petani swadaya kurang optimal.

399
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Waktu konsultasi yang dibutuhkan petani tingkat pendidikan petani yang sebagaian besar
kadang memang tidak menentu sesuai dengan tamatan SLTA, ini artinya tingkat pengetahuan
permasalahan yang dihadapi petani, petani untuk berusahatani sudah memadai.
menyebabkan petani merasa selalu membutuhkan Untuk meningkatkan kualitas hasil karet
penyuluh. Oleh karena itu petani merasa penting bagi petani juga dirasa cukup penting (skor 3,01),
(skor 3,76) adanya rutinitas waktu konsultasi. mengingat petani masih merasa kualitas hasil
Penyuluh diharapkan dapat meluangkan waktu sadapan karet mereka masih belum baik. Petani
kepada petani untuk melihat dan mendengarkan memerlukan adanya penyuluh yang membantu
permasalahan yang dihadapi petani sehingga mereka memberikan dan membina petani untuk
petani cepat mengatasi masalah yang dihadapi meningkatkan kualitas hasil sadapan. Petani juga
petani. Namun disisi lain petani juga mengalami menyadari bahwa kualitas hasil sadapan karet
permasalahan yang belum dapat selalu berada di mereka juga akan menentukan harga yang akan
tempat petani membutuhkan penyuluh. diterima oleh petani.
Tingkat ketergantungan petani dalam
Supervisi/Pembinaan memecahkan masalah mereka sendiri terutama
dalam mengambil keputusan perlu dilakukan
Pembangunan pertanian berarti juga pembinaan. Hal ini dimaksudkan supaya petani
adalah melakukan pengembangan terhadap dapat mandiri, memahami kondisi mereka dan
usahatani petani. Pembinaan diperlukan petani mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
dalam meningkatkan produksi, mengembangkan kepentingan petani tersebut. Pentingnya indikator
skala usaha, meningkatkan kualitas hasil dan ini adalah untuk membantu petani menemui
memandirikan petani agar dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam usahatani karet
permasalahannya. Kegiatan supervisi yang dan alternatif pemecahan masalahnya sehingga
dilakukan penyuluh dianggap cukup penting (skor usahatani yang dijalankan bisa berproduksi
3,03) oleh petani, baik dalam pembinaan maksimal dan petani bisa mendapatkan
usahatani karet, pembinaan kualitas hasil karet pembelajaran dari penyuluh cara mengatasi
dan pembinaan kemampuan petani dalam melihat masalah yang terjadi. Pentingnya peran ini
alternatif pemecahan masalah mereka. dengan skor 2,99 dalam kategori kurang penting,
artinya merasa perlu adanya penyuluh yang
membantu mereka memberikan alternatif
pemecahan masalah yang mereka hadap. Petani
menyampaikan bahwa masalah yang dihadapi
Tabel 6. Pentingnya peran penyuluhan dari aspek petani karet tidak dapat di tangani sendiri, petani
supervisi/pembinaan di Kabupaten biasanya hanya mampu mengatasi masalahnya
Kuantan Singingi dengan pegalaman usahatani yang mereka miliki
sebelumnya.
No Indikator Skor Kategori
1 Pembinaan 3,10 Cukup penting Monitoring dan Evaluasi
usahatani
karet
2 Pembinaan 3,01 Cukup penting Monitoring dan evaluasi merupakan
kualitas hasil proses yang sangat diperlukan untuk keberhasilan
karet sebuah kegiatan. Monitoring adalah kegiatan
3 Alternatif 2,99 Cukup penting
pemecahan pemantauan yang dilakukan untuk memastikan
masalah proses kegiatan berjalan sesuai dengan yang
Rata-rata 3,03 Cukup penting direncanakan. Sedangkan evaluasi adalah
Sumber : Data olahan 2014 kegiatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
telah tercapai dengan proses kegiatan yang sudah
Pentingnya peran penyuluhan dari dilakukan. Evaluasi harus dilihat dari segi manfaat
pembinaan terhadap masalah teknik yang sebagai upaya memperbaiki dan penyempurna
dihadapi petani karet, dengan skor 3,10 dalam program/kegiatan penyuluhan pertanian sehingga
kategori cukup penting, artinya pembinaan lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan
masalah teknik seperti cara penanaman yang yang telah ditetapkan. Evaluasi penyuluhan
tepat, pemupukan dan penyadapan karet sudah pertanian dapat digunakan untuk memperbaiki
dapat dipahami oleh petani. Dilihat dari perencanaan kegiatan/program penyuluhan dan
pengalaman usahatani yang dimiliki petani dan mempertanggungjawabkan kegiatan yang

400
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan Monitoring dan Evaluasi terhadap


yang dicapai dengan yang telah ditetapkan. penguasaan inovasi atau teknologi baru
Monitoring dan evaluasi diperlukan dalam dipersepsikan cukup penting oleh petani (skor
menentukan tingkat perubahan perilaku petani, 2,63). Cukup pentingnya peran ini adalah untuk
untuk memperbaiki programa, sarana, prosedur, mengetahui sejauh mana inovasi yang disuluhkan
pengorganisasian dan pelaksanaan penyuluhan oleh penyuluh telah di adopsi petani dengan
pertanian. Pelaporan hasil kegiatan penyuluhan benar, sehingga hasilnya akan baik untuk petani.
pertanian sangat penting sebagai penyampaian Jika penguasaan inovasi petani masih rendah
informasi, sebagai bahan pengambil maka penyuluh akan memperbaiki kinerjanya.
keputusan/kebijakan oleh penanggung jawab Monitoring dan evaluasi terhadap hasil
kegiatan, dan untuk memperbaiki perencanaan kegiatan cukup penting untuk melihat hasil
berikutnya. Untuk mengetahui pentingnya kegiatan usahatani dari petani, sehingga pada
monitoring dan evaluasi dari peran penyuluhan peran ini penyuluh dapat melihat perkembangan
ditunjukkan pada Tabel 7. pengetahuan dan keterampilan petani terhadap
inovasi yang telah diberikan penyuluh. Pentingnya
peran ini memiliki skor 2,43 dalam kategori cukup
Tabel 7. Pentingnya peran penyuluhan dari aspek penting, artinya hal ini cukup penting dilakukan
monitoring dan evaluasi di Kabupaten oleh penyuluh karena sebagian petani masih
Kuantan Singingi kurang memahami teknik budidaya yang baik
dalam usahatani karet, sehingga penyuluh dapat
No Indikator Skor Kategori mengajarkan kepada petani yang belum mengerti
1 Monitoring dan 2,90 Cukup Penting cara usahatani karet yang baik dan benar. Namun
evaluasi terhadap 2,63 Cukup penting
usahatani karet dalam kenyataannya kegiatan evaluasi sangat
Monitoring dan 2,43 Kurang penting jarang dilakukan oleh penyuluh karena sulitnya
2 evaluasi terhadap membagi waktu dan keterbatasan tenaga
penguasaan inovasi penyuluh untuk memantau seluruh kegiatan
atau teknologi baru
Evaluasi terhadap usahatani pada kelompok tani.
hasil kegiatan

3 SIMPULAN/REKOMENDASI
Rata-rata 2,65 Cukup penting
Sumber : Data olahan 2014
Persepi petani tentang pentingnya peran
penyuluhan dari peran edukasi, diseminasi
Persepsi petani terhadap pentingnya
inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervise/pembinaan
monitoring dan evaluasi dipandanag peran
serta monitoring dan evaluasi menunjukkan peran
penyuluhan yang cukup penting (skor 2,65). Hal
cukup penting (skor 2,99), terutama untuk peran
ini dilihat dari monitoring terhadap usahatani,
edukasi (skor 3,42) dan konsultasi (skor 3,52)
penguasaan teknologi dan hasil kegiatan
dipersepsikan penting oleh petani. Pentingnya
usahatani.
peran penyuluhan menurut petani karena melalui
Monitoring dan evaluasi terhadap
kegiatan penyuluhan petani mendapatkan
usahatani karet yang memiliki skor 2,90 dalam
informasi dan pembelajaran (edukasi), inovasi-
kategori cukup penting, artinya monitoring dan
inovasi baru, memfasilitasi petani mendapatkan
evaluasi diperlukan dalam meningkatkann kinerja
saprodi dan pemasaran, dan membantu petani
usahatani karet petani. Selain itu perlu juga
menyelesaikan masalah petani. Namun penyuluh
dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap
disarankan untuk mencari cara untuk mengurangi
pemanfaatan sumber daya dan dana bantuan dari
ketergantungan petani terhadap toke, dalam hal
pemerintah dapat di manfaatkan dengan baik oleh
pengadaan saprodi dan pemasaran hasil yang
petani, jika tidak dilakukan monitoring maka akan
lebih menguntunkan petani. Hal tersebut dapat
terjadi kecurangan dalam pembagian bantuan
dilakukan dengan memfasilitasi petani bermitra
yang diberikan, bantuan yang diberikan
dengan pihak lain yang lebih menguntungkan
pemerintah berupa bibit unggul dan pupuk untuk
seperti koperasi atau melalui wadah
perkebunan karet, dan penyuluh juga dapat
kelompoktani, petani bekerjasama dan bersama-
memastikan berapa jumlah bantuan yang akan
sama membeli saprodi dengan harga yang lebih
diberikan sehingga sesuai dengan kebutuhan
murah.
petani.

401
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

DAFTAR PUSTAKA  Mosher A.T. 1997. Menggerakkan dan


Membangun Pertanian. Jakarta. Yasa Guna.
 Dinas Perkebunan. 2012. Luas Area, Produksi  Undang-undang RI. 2006. Sistem Penyuluhan
dan Petani Perkebunan Karet di Kabupaten Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Uu-
Kuantan Singingi. Dinas Perkebunan. Kuantan Sp3k.pdf. Diakses pada 2006
Singingi.  Yulida, Roza. 2009. Persepsi Petani Terhadap
 Kartasapoetra A.G.1994. Teknologi Program Pemberdayaan Masyarakat (Kasus
Penyuluhan Pertanian. Jakarta. Bumi Aksara. Pada Petani Peserta Program Sistem
 Mardikanto Totok. 1993. Penyuluhan Pertanian Terpadu. Jurnal Sorot Ilmu Sosial
Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret dan Ekonomi Lembaga Penelitian Universitas
University Press. Surakarta Riau. Vol. 4 No.1/April 2009 ISSN 1907-364
 Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan
Pertanian. LPP Pers UNS. Jakarta.

402
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PERSEPSI PETANI SWADAYA TERHADAP PERAN PENYULUHAN


DI PROVINSI RIAU

Rosnita1, Roza Yulida1, Arifudin1, dan Suardi Tarumun1


1)
Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau

Fakultas Pertanian Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Pekanbaru (28293) Telp. (0761)63270
Fax (0761)63271

(e-mail: rosnita_ita@yahoo.co.id , rozayulida@gmail.com, arif_udin@yahoo.com, tarumun@yahoo.com)

ABSTRAK. Perubahan perilaku petani dalam budidaya kelapa sawit tidak terlepas dari peran penyuluhan.
Produksi petani sawit pola swadaya rata-rata 16 ton per hektar akan tetapi petani plasma bisa mencapai 30
ton per hektar. Persepsi petani bervariasi terhadap peran penyuluhan dalam merubah perilaku mereka.
Penelitian dari bulan April hingga Agustus 2014 menggunakan metoda survei pada 3 kabupaten (Bengkalis,
Rokan Hilir, dan Pelalawan), 6 kecamatan dan 12 desa dengan total sampel 720 petani swadaya. Kuesioner
menggunakan Likert‘s Summated Rating (SLR) terhadap peran penyuluhan yakni edukasi, diseminasi,
fasilitasi, konsultasi, supervisi, monitoring dan evaluasi (Mardikanto, 2009). Hasil penelitian menggambarkan
pelaksanaan penyuluhan di provinsi Riau dijalankan oleh 1.111 orang penyuluh yang tersebar pada 1.810
desa yang membina 9.378 kelompoktani. Penyuluhan kurang berperan dalam usahatani kelapa sawit pola
swadaya di Provinsi Riau. Permasalahan yang ditemui adalah UUSP3K belum dapat berjalan secara utuh,
belum semua kabupaten memiliki badan pelaksana penyuluhan, lembaga penyuluhan masih kekurangan
lebih dari 338 orang penyuluh sesuai dengan UUSP3K, dan penyuluh swasta sesuai dengan kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR) belum dapat terkoordinir dengan baik.

Kata kunci: Sawit, peran, penyuluhan, persepsi

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP


swadaya dan petani plasma dengan hasil produksi
Tujuan penelitian adalah: 1) Mempelajari yang berbeda dimana petani swadaya
gambaran umum penyuluhan di Provinsi Riau, 2) menghasilkan produksi 16 ton per hektar akan
Menganalisis persepsi petani swadaya terhadap tetapi petani plasma mampu menghasilkan hingga
peran penyuluhan di Provinsi Riau, dan 3) mencapai 30 ton per hektar (BPS Riau, 2013).
Permasalahan dalam menjalankan peran Menurut petani peran yang dimainkan
penyuluhan. Ruang lingkung penelitian adalah oleh penyuluh kepada kedua kelompok ini
Provinsi Riau yang mencakup tiga kabupaten berbeda, bagi petani swadaya mereka memiliki
yakni: Kabupaten Bengkalis, Rokan Hulu, dan keterbatasan yang lebih besar dalam
Pelalawan. mengembangkan usahataninya dibanding petani
plasma dengan berbagai kemudahan dan
PENDAHULUAN pembinaan yang teratur oleh penyuluh
perusahaan. Kondisi ini mengakibatkan persepsi
Komoditi kelapa sawit dari Provinsi Riau petani plasma terhadap peran penyuluhan bagi
merupakan salah satu komoditas unggulan yang mereka masih dirasakan kurang. Menrutu
memberikan kontribusi pada pembangunan Mardikanto, peran penyuluhan adalah edukasi,
ekonomi Indonesia. Luas kebun kelapa sawit pada diseminasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi,
tahun 2012 di Kabupaten Bengkalis sebesar monitoring dan evaluasi (Mardikanto, 2009).
199.994 ha, Rokan Hilir 257.373 ha, dan Dilatarbelakangi kondisi ini penulis tertarik
Pelalawan 305.630 ha, dengan produksi masing- untuk melasanakan penelitian tentang persepsi
masing 485.469 ton, 870.257 ton, dan 1.147.126 petani kelapa sawit pola swadaya terhadap peran
ton. Lahan tersebut diusahakan oleh petani penyuluhan di Provinsi Riau dengan tujuan

403
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

penelitian mempelajari pelaksanaan penyuluhan, desa satu penyuluh sesuai dengan UUSP3K No.16
persepsi petani terhadap peran penyuluhan, dan Tahun 2006, masih dibutuhkan 338 orang
permasalah kelembagaan penyuluhan dalam penyuluh pertanian. Sasaran lembaga penyuluhan
melaksanakan perannya. adalah petani yang tergabung dalam
kelompoktani guna melakukan transfer informasi
METODE PENELITIAN dan teknologi sehingga terjadi perubahan perilaku
petani (kognitif, afektif, dan psikomotor). Pada
Penelitian dilakukan di Provinsi Riau dari tahun 2010 terdapat 7.275 kelompoktani dan
Bulan April hingga Agustus 2014 dengan berkembang menjadi 10.189 kelompok pada
menggunakan metoda Survei. Lokasi penelitian tahun 2012.
Kabupaten Bengkalis, Rokan Hilir, dan Pelalawan
yang tersebar pada 6 kecamatan, masing Peran Penyuluhan
kecamatan dipilih 2 desa, sampel pada masing-
masing desa 60 petani, sehingga togal sampel Pengertian persepsi menurut Maramis,1999,
720 petani swadaya yang diambil secara acak. adalah daya mengenal barang, kualitas atau
Kuesioner persepsi petani terhadap peran hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui
penyuluhan menggunakan Skala Likert‘s proses mengamati, mengetahui, atau
Summated Rating (SLR). Katagori peran mengartikan setelah panca inderanya mendapat
penyuluhan berdasarkan skor yang diperoleh rangsangan (Rakhmat, 2012). Peran penyuluhan
adalah: ―Sangat kurang berperan‖ dengan skor merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai
1,00 – 1,79, ―Kurang berperan‖ dengan skor 1,80 edukasi, diseminasi, fasilitasi, konsultasi,
– 2,59, ―Cukup berperan‖ dengan skor 2,60 – supervise dan monitoring serta evaluasi untuk
3,39, ―Berperan‖ dengan skor 3,40 – 4,19, dan mendukung pembangunan pertanian yang
―Sangat berperan‖ dengan skor 4,20 – 5,00. berkelanjutan. Dalam kegiatan pertanian
diperlukan kehadiran peran penyuluhan sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN pemicu sekaligus sebagai pemacu pembangunan
Pelaksanaan Penyuluhan pertanian di Indonesia (Mardikanto, 2009).
Analisis terhadap peran penyuluhan disini akan
Provinsi Riau memiliki lembaga penyuluhan sesuai dengan ungkapan Mardikanto yakni
dengan nama Badan Koordinasi Penyuluhan Edukasi, Diseminasi, Fasilitasi, Konsultasi,
(Bakorluh) yang langsung dipimpin oleh Gubernur Supervisi, dan Monitoring Evaluasi (Mardikanto,
dengan pelaksana harian Sekretaris Bakorluh. 2009).
Dari 12 kabupaten/kota hanya terdapat 7 badan
penyuluhan, badan ini masih bergabung atau Peran Edukasi
menyatu dengan ketahanan pangan dengan nama
lembaga yang berbeda-beda. Meskipun Edukasi, yaitu untuk memfasilitasi proses
dibeberapa Kabupaten belum terdapat badan belajar yang dilakukan oleh para penerima
pelaksana penyuluhan, namun jumlah Balai manfaat penyuluhan (beneficiaries) dan atau
Penyuluhan Pertanian (BPP) sudah mencapai 71, stakeholders pembangunan yang lainnya.
34 % (112 dari 157 Kecamatan) di Propinsi Riau. Meskipun edukasi berarti pendidikan, tetapi
Kabupaten yang tidak memilki Badan Pelaksana proses pendidikan tidak boleh menggurui apalagi
Penyuluhan, masih menempatkan lembaga memaksakan kehendak (indoktrinasi, agitasi),
penyuluhan pada subdinas yang terkait. melainkan harus benar-benar berlangsung
Kabupaten Siak, Kampar, Pelalawan, Indragiri sebagai proses belajar bersama yang partisipatip
Hulu, Kota Dumai dan Kabupaten Kepulauan dan dialogis (Mardikanto, 2009). Peran
Meranti merupakan kabupaten yang telah penyuluhan sebagai edukasi pada petani kelapa
memiliki BPP pada setiap kecamatan. sawit pola swadaya disajikan pada Tabel 1.
Penyuluh pertanian di Provinsi Riau
berjumlah 1.247 orang, untuk memenuhi satu
Tabel 1. Peran penyuluhan sebagai edukasi 3 Peningkatan keterampilan 2,61 Cukup
No Edukasi (X1) Skor Kategori petani Berperan(C)
4 Waktu bimbingan dan 2,57 Kurang
1 Relevansi materi dengan 2,60 Cukup kunjungan Berperan(C)
kebutuhan Berperan(C) Edukasi(X1) 2,61 Cukup
2 Peningkatan pengetahuan 2,64 Cukup Berperan(C)
petani Berperan(C)
Sumber : Data Olahan, 2014

404
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

mampu didiseminasikan oleh penyuluh kepada


Tabel 1 menggambarkan bahwa petani.
penyuluhan baru mampu ―cukup berperan‖
terhadap petani kelapa sawit dalam melakukan Peran Fasilitasi
proses edukasi dengan skor 2,61. relevansi materi
dengan kebutuhan petani belum memadai, Fasilitasi, atau pendampingan, lebih bersifat
penyuluhan belum maksimal dalam meningkatkan melayani kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan
pengetahuan dan keterampilan petani tentang oleh kliennya. Fungsi fasilitasi tidak harus selalu
teknologi terbaru dalam budidaya perkebunan dapat mengambil keputusan, memecahkan
kelapa sawitguna mewujudkan perbaikan teknis masalah, dan atau memenuhi sendiri kebutuhan-
bertani (better farming), perbaikan usaha tani kebutuhan sasaran, tetapi hanya sebagai
(better business), dan perbaikan kehidupan petani penengah/mediator (Mardikanto, 2009). Tabel 3
dan masyarakatnya (better living). Petani masih menggambarkan peran penyuluhan sebagai
merasakan sulit untuk bertemu dengan PPL fasilitasi.
karena kebanyakan PPL berdomisili di kabupaten
atau di kecamatan. Tabel 3. Peran Penyuluhan dalam Fasilitasi
No Fasilitasi (X3) Skor Kategori
Peran Diseminasi 1 Memfasilitasi keluhan petani 2,68 Cukup
Berperan(C )
2 Pengembangan minat 2,51 Kurang
Diseminasi Informasi/Inovasi, yaitu
berusaha tani kelapa sawit Berperan(K)
penyebarluasan informasi/inovasi dari sumber 3 Mewujudkan kemitraan 2,45 Kurang
informasi dan atau penggunanya. Penyebaran petani & pengusaha Berperan(K)
informasi/inovasi dapat berasal pihak‖ luar‖ atau 4 Akses ke lembaga keuangan 2,09 Kurang
Berperan(K)
dari ―dalam‖ terutama yang terkait dengan
5 Akses pasar untuk hasil 2,40 Kurang
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, pengambilan pertanian Berperan(K)
keputusan kebijakan dan atau pemecahan Fasilitasi (X3) 2,43 kurang
masalah yang segera memerlukan penanganan Berperan(C)
(Mardikanto, 2009). Tabel 2 menggambarkan Sumber : Data Olahan, 2014
peran penyuluhan dalam diseminasi.
Tabel 3 memperlihatkan bahwa penyuluhan
Tabel 2. Peran penyuluhan dalam diseminasi ‖kurang berperan‖ dalam memfasilitasi petani
No Diseminasi (X2) Skor Kategori kelapa sawit. Petani telah merasakan manfaat
1 Penyebaran informasi ke 2,57 Kurang peran penyuluhan dalam memfasilitasi setiap
petani lain Berperan(K) keluhan petani, penyuluh mencarikan setiap solusi
2 Diseminasi informasi 2,48 Kurang dari permasalahan yang dihadapi. Keluhan yang
teknologi Berperan(K) diajukan petani adalah masalah permodalan
3 Informasi harga saprodi 2,55 Kurang
dan hasil produksi Berperan( K ) dalam meneruskan usaha tani kelapa sawit,
Diseminasi (X2) 2,53 Kurang kelangkaan dan mahalnya harga pupuk, dan
Berperan( K ) penggunaan bibit kelapa sawit non sertifikat.
Sumber : Data Olahan, 2014 Penyuluhan dalam memfasilitasi kemitraan
antara petani dengan pengusaha belum berperan.
Tabel 2 menggambarkan penyuluhan Hubungan petani dengan pengusaha kebanyakan
―kurang berperan‖ dalam diseminasi informasi adalah atas inisiatif dan usaha dari petani sendiri
dengan skor 2,53. Penyuluhan belum mampu dimana kebanyakan petani telah memiliki mitra
menyebarluaskan informasi ke petani lain yang usaha sendiri. Penyuluh tidak banyak berperan
tidak mengikuti penyuluhan dan kelompoktani dalam menghubungkan petani dengan lembaga
belum mampu berfungsi sebagai wadah difusi keuangan. Kredit-kredit yang didapatkan petani
inovasi bagi petani lain. Penyebaran informasi adalah atas kerjasama dari lembaga keuangan
teknologi yang dibutuhkan petani seperti langsung kepada petani. Pemasaran hasil
penggunaan pestisida kimia yang tepat (tepat pertanian, penyuluhan kurang memiliki andil
guna, tepat waktu, dan tepat pakai), cara yang cukup karena belum mampu menggandeng
pemupukan manfaat penggunaan bibit unggul koperasi yang ada di desa tersebut untuk
kelapa sawit, dan penggunaan pupuk alternatif memasarkan hasil pertanian kelapa sawit, harga
dari kotoran sapi baru mulai diaplikasikan. yang diteima petani tidak terlalu tinggi.
Keterbatasan jumlah penyuluh dan ilmu yang Kebanyakan petani telah memiliki hubungan
dimiliki menyebabkan informasi teknologi belum

405
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

secara langsung dengan toke dalam pemasaran Peran Supervisi/Pembinaan


sawit. Toke cukup aktif menjalin hubungan bisnis
dengan petani dalam pemasaran kelapa sawit, Supervisi atau pembinaan, adalah upaya
sehingga kadangkala peran penyuluh kalah untuk bersama-sama klien melakukan penilaian
bersaing dengan toke yang mampu menarik (self assesment), kemudian memberikan saran
petani untuk menjual TBS kepada toke. alternatif perbaikan atau pemecahan masalah
yang dihadapi (Mardikanto, 2009). Tabel 5
Peran Konsultasi menggambarkan peran penyuluhan dalam
supervise atau pembinaan.
Konsultasi tidak jauh berbeda dengan
fasilitasi, yaitu membantu memecahkan masalah Tabel 5. Peran penyuluhan sebagai
atau sekedar memberikan alternatif-alternatif supervisi/pembinaan
pemecahan masalah. Dalam melaksanakan fungsi No Supervisi/Pembinaan (X5) Skor Kategori
konsultasi, penyuluh tidak boleh hanya menunggu 1 Pembinaan kemampuan teknik 2,53 Kurang
berusaha tani kelapa sawit Berperan(K)
tetapi harus aktif mendatangi kliennya
2 Pembinaan pemasaran hasil 2,52 Kurang
(Mardikanto, 2009). Peran penyuluhan dalam terkait 4P (Produk, Harga, Berperan(K)
konsultasi disajikan pada Tabel 4. Promosi, dan Tempat)
3 Pembinaan dalam pemanfaatan 2,43 Kurang
SDA dan SDM Berperan(K)
Tabel 4. Peran Penyuluhan Sebagai Konsultasi
Supervisi/Pembinaan (X5) 2,47 Kurang
No Konsultasi (X4) Skor Kategori Berperan
1 Membantu pemecahan 2,82 Cukup (K)
masalah petani Berperan(CB) Sumber : Data Olahan, 2014
2 Memberikan 2,46 Kurang
pemahaman tentang Berperan(K) Tabel 5 memperlihatkan penyuluhan ‖
teknologi terbaru kurang berperan‖ dalam melakukan pembinaan
3 Waktu konsultasi 2,85 Cukup kepada petani kelapa sawit dengan skor 2,47.
secara rutin Berperan(C)
Petani belum mendapatkan pembinaan yang baik
Konsultasi (X4) 2,71 Cukup
Berperan(B)
dari kegiatan penyuluhan terhadap kemampuan
Sumber : Data Olahan, 2014 teknik usaha tani kelapa sawit yang mereka
jalankan yang terdiri dari lima subsistem
Tabel 4 menggambarkan bahwa agribisnis yaitu pengadaan input produksi (off-
penyuluhan ―cukup berperan‖ menjadi tempat farm), subsistem produksi (on-farm), subsistem
bagi petani untuk melakukan konsultasi dengan agroindustri, subsistem pemasaran hasil produksi,
skor 2,71. Penyuluhan sebagai agen pemberi dan subsistem lembaga penunjang (koperasi,
pemahaman teknologi terbaru kurang berjalan pemerintah, dll).
dengan baik. Penggunaan pestisida kimia yang Peran penyuluhan dalam hal pembinaan
tepat (tepat guna, tepat waktu, dan tepat pakai), pemasaran hasil pertanian belum berfungsi
cara pemupukan yang tepat, teknologi budidaya dengan baik. Peran penyuluhan banyak
ikan gurami dan nila di kolam, dan penggunaan tergantikan oleh toke yang telah lebih dahulu
pupuk alternatif dari kotoran sapi baru mulai melakukan hubungan dagang dengan petani,
diaplikasikan. Peran penyuluhan dalam hal sehingga sulit bagi penyuluh untuk mengarahkan
pemahaman untuk teknologi yang benar-benar petani menjual hasil usahatani sawitnya ke
baru dan modern belum dapat dikatakan berjalan lembaga lain seperti koperasi. Peran penyuluhan
dengan baik. Konsultasi rutin antara penyuluh dalam pembinaan pemanfaatan SDA dan SDM
dengan petani belum terjadi dengan baik karena belum berjalan dengan baik. Penyuluhan selalu
keberadaan penyuluh yang tidak berdomisili memberikan edukasi bagi petani sebagai bekal
ditempat kadangkala menjadi kendala bagi petani masa depan agar dapat mengatasi masalah
untuk berkonsultasi, akan tetapi kemajuan usahatani kelapa sawit melalui proses
teknologi komunikasi seperti penggunaan peningkatan kualitas SDM sehingga menghasilkan
handphone sebagai sarana komunikasi petani yang mampu menguasai teknologi dalam
dimanfaatkan oleh penyuluh dan petani sebagai memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam
alat atau media untuk melakukan konsultasi. (SDA) secara berkelanjutan dan pada akhirnya
akan menjadi petani yang mandiri dan sejahtera
secara materi.

406
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Peran Monitoring dan Evaluasi 5 Supervisi 2.47 Kurang


Berperan
Monitoring/pemantauan yaitu kegiatan 6 Monitoring 2.28 Kurang
evaluasi yang dilakukan selama proses kegiatan Berperan
Total 15.0
sedang berlangsung. Sedangkan Evaluasi yaitu
3
kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat
Rata-Rata 2.50 Kurang
dilakukan pada sebelum (formatif), selama (on- Keseluruhan Berperan
going/pemantauan) dan setelah kegiatan Sumber: Data Olahan, 2014
dilakukan (sumatif/ ex-post). Meskipun demikian,
evaluasi sering kali hanya dilakukan setelah Penyuluhan kurang berperan dalam
kegiatan selesai untuk melihat proses hasil membina petani kelapa sawit pola swadaya yang
kegiatan (output), dan dampak (outcome) digambarkan dari nilai skor 2,50. Hal ini
kegiatan yang menyangkut kinerja (performance) disebabkan antara lain, kurang efektifnya
baik teknis maupun finansial (Mardikanto, 2009). kegiatan penyuluhan, penyuluh pertanian yang
tidak kompeten, malas bekerja, kurang inovatif,
Tabel 6. Peran Penyuluhan dalam monitoring rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap
dan evaluasi penyuluhan pertanian, dan rendahnya mutu
No Evaluasi (X6) Skor Kategori pelayanan penyuluhan pertanian, serta tidak
1 Monitoring dan evaluasi 2,43 Kurang sistematisnya sistem penyuluhan.
terhadap usaha tani yang Berperan(K)
telah dijalankan Permasalahan Dalam Menjalankan Peran
2 Monitoring dan evaluasi 2,30 Kurang Penyuluhan
terhadap penguasaan Berperan(K)
inovasi/teknologi baru
3 Evaluasi hasil 2,30 Kurang
Penyuluhan pertanian kepada petani
kegiatan/output Berperan(K) sawit pola swadaya di Provinsi Riau merupakan
penyuluhan pendidikan non formal bagi petani dan
4 Evaluasi kinerja petani baik 2,17 Kurang keluarganya yang bertujuan merubah perilaku
teknis maupun finansial Berperan(K) petani sawit swadaya baik itu cognitive
Evaluasi (X6) 2,30 Kurang (pengetahuan), affective (sikap), dan
Berperan Psychomotor (keterampilan) dalam budidaya dan
(C) manajemen usaha kelapa sawit dalam upaya
Sumber : Data Olahan, 2014
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani sawit swadaya dan keluarganya dalam
Tabel 6 menggambarkan bahwa
upaya mendukung pembangunan pertanian yang
penyuluhan kurang berperan dalam monitoring
berkelanjutan. Guna mencapai tujuan tersebut,
dan evaluasi dengan nilai skor 2,30. Penyuluhan
ketersediaan penyuluh dan kinerja penyuluh
pertanian belum melakukan monitoring dan
(peranan, motivasi, dan kompetensi) penyuluh
evaluasi terhadap seluruh kegiatan usahatani
merupakan faktor yang sangat menentukan
kelapa sawit, masih kurangnya pertemuan rutin
dalam mencapai tujuan tersebut.
antara petani dengan penyuluh, penguasaan
Ketentuan dalam UUSP3K No. 16 Tahun
inovasi/teknologi baru, dan kinerja petani baik
2006 menyatakan bahwa terdapat satu penyuluh
teknis maupun financial. Secara keseluruhan
untuk satu desa, kondisi penyuluhan di Riau
peran penyuluhan pertanian di Provinsi Riau
bahwa pada Tahun 2012 masih terdapat
disajikan pada Tabel 7.
kekurangan 338 orang tenaga penyuluh harus
membina petani pada dua, tiga hingga empat
desa. Sebagian penyuluh tidak berdomisili di desa
Tabel. 7. Peran penyuluhan di Provinsi Riau
yang menjadi tempat penyuluhannya dan tidak
Tahun 2014
memiliki saran transportasi sehingga
N Uraian Skor Kategori
mengakibatkan kegiatan penyuluhan tidak
o
1 Edukasi 2.61 Cukup Berperan berjalan sebagaimana mestinya. Pembangunan
perkebunan sawit kurang berjalan karena materi
2 Diseminasi 2.53 Kurang
Berperan penyuluhan tentang ushatani sawit kurang
3 Fasilitasi 2.43 Kurang diberikan dengan alasan penyuluhan merupakan
Berperan kegiatan yang polyvalent (pertanian, perikanan,
4 Konsultasi 2.71 Cukup Berperan peternakan, dan kehutanan). Secara organisasi

407
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kelembagaan penyuluhan belum dikelola dengan sehingga disetiap kabupaten memiliki


baik, dan kurangnya partisipasi dari petani badan pelaksana penyuluhan dan
terhadap kegiatan penyuluhan yang ada. terdapat lembaga penyuluhan pada setiap
kecamatan.
SIMPULAN 2. Penyuluh hendaknya meningkatkan
kinerjanya sehingga peran penyuluhan
1. Lembaga penyuluhan pertanian di tingkat dalah diseminasi, informasi, fasilitasi,
Provinsi Riau diberi nama Badan supervise, monitoring dan evaluasi dapat
Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh), ditingkatkan.
beberapa kabupaten belum memiliki 3. Kelembagaan penyuluhan hendaknya
badan pelaksana penyuluhan dan baru meningkatan jumlah tenaga penyuluh
terdapat 71,34 persen (112 dari 157 sehingga terpenuhinya satu penyuluh
kecamatan). Penyuluh pertanian di untuk satu desa dan ditingkatkannya
Provinsi Riau berjumlah 1.247 orang materi penyuluhan tentang usahatani
pada tahun 2012 dan masih terdapat sawit serta partisipasi petani.
kekurangan 338 orang tenaga penyuluh.
2. Persepsi petani sawit swadaya bahwa UCAPAN TERIMA KASIH
penyuluhan sudah cukup berperan dalam
edukasi dan konsultasi akan tetapi masih Ucapan terima kasih disampaikan kepada
dirasakan kurang dalam hal diseminasi Universitas Riau dan Direktorat Jenderal
informasi, fasilitasi, supervisi, monitoring Pendidikan Tinggi yang telah memberikan
dan evaluasi. Hal ini karena partisipasi kesempatan dan kepercayaan serta bantuan dana
petani dan kinerja penyuluh yang kurang. kepada tim peneliti.
3. Permasalahan penyuluhan dalam
membina petani sawit swadaya belum DAFTAR PUSTAKA
terpenuhinya satu penyuluh untuk satu
desa, masih terjadi kekurangan 338 orang  Dinas Perkebunan Provinsi Riau. 2011.
tenaga penyuluh, sebagian penyuluh tidak Statistik Perkebunan. Dinas Perkebunan
berdomisili di desa dan masih kurangnya Provinsi Riau. Pekanbaru
materi tentang usahatani sawit,  Mardikanto, 2009. Sistem Penyuluhan
kurangnya partisipasi dari petani terhadap Pertanian. Jakarta: . LPP Pers UNS
kegiatan penyuluhan yang ada.  Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi
Komunikasi. Jakarta: Rosda
REKOMENDASI  UU RI no. 16 Tahun 2006 tentang SP3K
(Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
1. Disarankan kepada dinas terkait agar Kehutanan)
menata kembali kelembagaan penyuluhan

408
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

“LOCAL INDIGENOUS “ DI WILAYAH PASANG SURUT


(STUDI KASUS DI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN)

LOCAL INDIGENOUS IN TIDAL REGION


(CASE STUDY IN BANYUASIN REGENCY PROVINCE OF SUMATERA
SELATAN)
Nurilla Elysa Putri

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sriwijaya


Jl. Raya palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya, Ogan Ilir

(e-mail: nurillaelysa@yahoo.com)

ABSTRAK. Local Indigenous merupakan aset masyarakat yang sangat bernilai, dan mempunyai manfaat
tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Pemanfaatan potensi local indigenous dapat diartikan sebagai
pembangunan ekonomi lokal, karena dilakukan dalam suatu wilayah untuk kepentingan masyarakat lokal
dan dilakukan oleh masyarakat lokal itu sendiri, dengan memanfaatkan pengetahuan lokal yang dimiliki
sehingga terjadi kesepadanan dengan inovasi dari luar, yang memungkinkan terjadinya adopsi inovasi
dengan baik, sehingga usaha ekonomi lokal yang dikembangkan dapat berkelanjutan Penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Hasil Penelitian
memperoleh gambaran kondisi kesejahteraan masyarakat tani yang ada di lahan pasang surut dimana jika
dibandingkan dengan Status kesejahteraan berdasarkan standar garis kemiskinan 2 $/kapita/hari (World
Bank), maka terlihat bahwa rumahtangga kelas bawah di kedua desa lokasi penelitian masih berada
dibawah garis kemiskinan. Local Indigenous yang teridentifikasi dari hasil penelitian ini meliputi
sumberdaya spesifik, pengetahuan lokal tradisional, inisiatif lokal (partisipasi), kewirausahaan (kelembagaan
lokal), dan pengembangan kapasitas. Strategi pemanfaatan Local Indigenous yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani di lahan pasang surut adalah penggalian potensi sumberdaya
spesifik yang dimiliki didaerah ini untuk menambah ketersediaan potensi sumberdaya spesifik yang menjadi
permintaan, selain itu pemanfaatan pengetahuan lokal tradisional yang tersedia guna menunjang kegiatan
usahatani, dan pembentukan kelembagaan pemasaran lokal untuk meningkatkan harga hasil usahatani yang
diterima petani, dan pembinaan jaringan kerja atau network secara berkelanjutan untuk meningkatkan akses
pasar dan akses informasi, sehingga mampu memberikan perbaikan bagi kesejahteraan rumahtangga
petani.

Kata Kunci: Local Indigenous, Wilayah Pasang Surut, Kesejahteraan.

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP pasang surut dan identifikasi potensi local
indigenous di lahan pasang surut yang
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk berorientasi pada perumusan strategi yang dapat
Mengetahui dan menganalisis kondisi digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
kesejahteraan masyarakat tani di lahan pasang masyarakat tani lahan pasang surut di Kabupaten
surut tersebut. Mengkaji dan Mengidentifikasi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Melakukan
Potensi Local Indigenous yang dapat digunakan penghitungan terhadap tingkat pendapatan
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Rumah Tangga untuk mengetahui kondisi
tani di lahan Pasang Surut. Merumuskan Strategi kesejahteraan masyarakat tani. Serta
pemanfaatan Local Indigenous yang dapat mengidentifikasi potensi local indigenous di lokasi
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan studi. Potensi local indigenous dilahan pasang
masyarakat tani di lahan Pasang Surut tersebut. surut akan dinilai dari :
Studi ini berupaya untuk melakukan analisis 1. Kondisi kesejahteraan masyarakat tani, yang
terhadap kesejahteraan masyarakat tani dilahan diukur melalui tingkat pendapatan rumah

409
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

tangga di lokasi studi, dan standar garis Telang II, Muara Padang, Air Saleh, Makarti,
kemiskinan 1 $/hari dari World Bank. Sugihan Kiri, Pulau Rimau, Karang Agung Ilir,
2. Identifikasi Local Indigenous, secara Karang Agung Tengah, dan Karang Agung Ulu.
kualitatif dari hasil wawancara Kuisioner, Dari sisi pengembangan wilayah,
disusun secara tabulasi dan diuraikan secara kabupaten Banyuasin merupakan kabupaten yang
deskriftif. relatif baru akan tetapi telah melangkah maju
3. Perumusan Strategi Pemanfaatan Local dalam pengelolaan dan pemanfaatan
Indigenous yang dapat digunakan untuk sumberdaya. Adanya kawasan Tanjung api-api
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu bagian wilayah Kabupaten
tani di lahan Pasang Surut, melalui ―Supply banyuasin disinyalir akan menjadi kawasan
and Demand Side Strategy‖. strategis yang berpotensi mengangkat dan
meningkatkan sumberdaya Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN sebagai kabupaten otonom dan mandiri. Selain
Latar Belakang itu dengan ditetapkannya perencanaan kawasan
lain yang telah disepakati (commited plan)
Kondisi masyarakat pedesaan di diharapkan mampu mendorong tumbuhnya
Indonesia saat ini sangat beragam, mulai dari perekonomian wilayah serta menumbuh
perilaku berladang berpindah, bertani menetap, kembangkan berbagai sektor pembangunan dan
desa industri, desa dengan mata pencarian sektor pelayanan regional di wilayah Kabupaten
jasa sampai desa dengan fasilitas modern (semi Banyuasin, khususnya di sektor industri yang
urban dan urban) dapat ditemukan di wilayah berbasis kepada ekonomi lokal.
Indonesia di era millennium ini. Keadaan seperti Di masa depan, pengelolaan lahan
ini membuat kita sulit memahami konsep gambut di Indonesia hendaknya menuju upaya
pembangunan desa apabila mengabaikan kondisi merevitalisasi fungsi hutan rawa gambut sehingga
desa yang beragam tersebut. Penyeragaman tercapai tiga tujuan utama yaitu mengkonversi
model pembangunan desa yang ditempuh dengan dan menggunakan hutan rawa gambut sesuai
pendekatan sentralistik atau top down telah regulasi serta kemampuan daya dukung lahan,
mengikis nilai-nilai kearifan lokal yang merupakan merubah paradigma dalam peningkatan usaha di
hasil adaptasi terhadap lingkungan hidup lahan gambut yang harus selalu diharmonisasikan
masyarakat setempat. Adanya keberagaman dengan lingkungan, dan memperkaya teknologi
yang sangat kompleks tersebut mengindikasi modern dengan kearifan lokal (local indigenous)
bahwa masyarakat lebih membutuhkan upaya melalui pengembangan program partisipatif.
pembangunan yang lebih sesuai dengan potensi Intervensi pada pembangunan pedesaan
sumber daya dan kebutuhan tuntutan hidupnya berupa perubahan yang berasal dari luar sehingga
(Sumardjo, 2010). sering kali menyebabkan terjadi benturan dengan
Pengembangan daerah rawa di Sumatera budaya lokal yang ada dalam masyarakat desa
Selatan secara besar-besaran oleh pemerintah dan berpotensi besar dalam menimbulkan konflik,
telah dimulai sejak tahun 1960 sampai tahun terlebih lagi yang banyak berubah adalah jajaran
1970 melalui program transmigrasi, sebelumnya birokrat yang terlibat dengan suatu program
daerah rawa hanya diusahakan oleh rakyat yang tersebut dimana mereka menjadi tambah
merupakan penduduk asli maupun pendatang sejahtera, sementara masyarakat lokal yang
seperti pedagang dari suku bugis dan hanya dibina tidak banyak perubahan bahkan
terbatas didaerah pinggiran sungai saja. berdampak pada bergesernya sejumlah nilai dan
Hampir 80 persen dari wilayah Kabupaten norma budaya lokal itu (Rajab Kat, 2006).
Banyuasin merupakan daerah sawah pasang Indigenous knowledge di pandang sangat
surut. Pasang surut merupakan lahan marjinal bernilai, dan mempunyai manfaat tersendiri dalam
yang tidak cocok untuk kepentingan industri, tapi kehidupan masyarakat, setidaknya bagi
cocok untuk tanaman pangan, padi, palawija, dan masyarakat pemiliknya. Sistem tersebut
kelapa. Bisa juga untuk kepentingan perkebunan, dikembangkan karena adanya kebutuhan untuk
seperti kelapa sawit, sebab dari klasifikasi lahan, menghayati, mempertahankan, dan
pasang surut itu memiliki tipe beragam dengan melangsungkan hidup sesuai dengan situasi,
kepentingan sama, yakni untuk lahan pangan dan kondisi, kemampuan dan tata nilai yang dihayati
pertanian khususnya. Di Banyuasin terdapat di dalam masyarakat terkait. Dengan kata lain,
sekitar 265 ribu hektare lahan pasang surut Indogenous knowledge tersebut kemudian
tersebar di sembilan daerah, seperti di Telang I, menjadi bagian dari cara hidup mereka yang arif,

410
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

untuk memecahkan segala permasalahan hidup intervensi kearifan dalam mengakui hubungan
yang mereka hadapi. Berkat Indigenous antara ekonomi, masyarakat dan ekologi, manfaat
knowledge mereka dapat melangsungkan dalam skala kecil dan Teori Endogen baru, telah
kehidupannya, bahkan dapat berkembang secara memberi banyak kontribusi pada pembaharuan
berkelanjutan (sustainable development). pemikiran tentang potensi kearifan lokal dan
Karenanya diperlukan suatu pendekatan pembangunan wilayah. Pendekatan kearifan
baru tentang pembangunan pedesaan berbasis (indigen) telah melalui cara penggalian kebijakan
potensi kearifan lokal (local Indigenous) yang yang mungkin membentuk pemusatan ekonomi
memungkinkan pencapaian kesejahteraan dan lokal dan wilayah untuk meningkatkan
pembangunan berkelanjutan dengan pengembalian dan pertumbuhan endogen.
mengandalkan aset, sumber daya lokal yang Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan
dikelola secara bersama dan disesuaikan dengan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
potensi lokal, sehingga menghasilkan nilai tambah kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dan kontribusi bagi perkembangan dan dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
pertumbuhan pembangunan desa (lokal). berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan
mereka. Dalam bahasa asing sering juga
Rumusan Masalah dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat ―local
wisdom‖ atau pengetahuan setempat ―local
Permasalahan yang dikaji dalam studi ini knowledge‖atau kecerdasan setempat ―local
antara lain: genious‖(Rajab Kat, 2006).
1. Bagaimanakah kondisi kesejahteraan
masyarakat tani yang ada di lahan pasang METODE PENELITIAN
surut tersebut?
2. Potensi Local Indigenous apa saja yang dapat Penelitian yang akan dilakukan ini berupa
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
masyarakat tani di lahan Pasang Surut berusaha mendeskripsikan situasi dan keadaan
tersebut? yang berkaitan dengan variabel atau peubah yang
3. Bagaimana Strategi Pemanfaatan Local diamati. Dalam kaitan tersebut, metode studi
Indigenous yang dapat digunakan untuk yang digunakan adalah metode survei terhadap
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani sampel masyarakat tani di lahan pasang surut dan
di lahan Pasang Surut? Instansi atau lembaga terkait, digabung dengan
metode interpretasi dengan populasi kajian
Studi Pustaka potensi Local Indigenous yang ada di wilayah
Pasang Surut tersebut. Namun demikian
Menurut Louise Grenier dalam bukunya analisisnya dilakukan masing-masing sejalan
yang berjudul Working with Indigenous dengan metode penelitiannya.
Knowledge: a guide for researchers (1998),
Indigenous Knowledge adalah pengetahuan lokal Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
tradisional yang unik, yang masih ada di dalam Tani
dan berkembang di seputar kelompok wanita dan
pria asli tertentu pada suatu wilayah geografis Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
tertentu. Pengembangan indigenous knowledge, masayarakat tani yang ada di wilayah pasang
yang mencakup semua aspek kehidupan, surut ini, maka dilakukan analisis pendapatan
termasuk pengelolaan lingkungan alam, telah rumah tangga masyarakat wilayah tersebut,
terbukti mampu menjadikan masyarakat yang dengan rumus :
mengembangkannya tetap bertahan hidup. Y = F + OF + NF
Indigenous knowledge juga bersifat dinamis, dan Dimana :
dapat beradaptasi dengan sistem pengetahuan Y = Pendapatan rumah tangga dalam satu
dan teknologi dari luar yang selalu bertambah, tahun
sehingga sistem luar/modern itu dapat sepadan F = Pendapatan dari rumah tangga usaha
(match) dengan kondisi lokal. disektor pertanian ( On Farm)
Menurut Pike et al (2006), Pendekatan OF = Pendapatan Rumah tangga dari usaha
kearifan (indigen) berusaha untuk bekerja dengan peningkatan nilai tambah di sektor
pemikiran tentang ekonomi lokal dan wilayah. Pertanian (Off Farm)
Pembangunan berkelanjutan adalah pusat bagi

411
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

NF = Pendapatan rumah tangga dari usaha di lokasi studi, maka terlihat bahwa Desa Mekar Sari
luar sektor pertanian (Non Farm) memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Namun jika dilihat sebaran distribusi pendapatan
Analisis Kualitatif dikedua desa hampir sama yaitu mengumpul pada
sebaran pendapatan pertahun antara
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi Rp.20.000.000 hingga Rp.75.000.000. Seperti
potensi Local Indigenous dijawab dengan terlihat pada box plot berikut ini.
melakukan identifikasi dan menganalisis secara
kualitatif komponen Local Indigenous yang
didapat dari hasil wawancara dan pengamatan Boxplot of Mekar Sari, Telang Rejo

langsung yang dilakukan, diolah secara tabulasi 250000000

dan kemudian menguraikannya secara deskriftif.


Adapun komponen Local Indigenous yang 200000000

digunakan untuk mengidentifikasi adalah:


150000000
 Sumber daya Spesifik

Data
 Pengetahuan lokal dan Adat
100000000
 Inisiatif lokal (partisipasi)
 Kewirausahaan (kelembagaan lokal) 50000000
 Pengembangan kapasitas
0
HASIL DAN PEMBAHASAN Mekar Sari Telang Rejo

Kesejahteraan Masyarakat Tani


Gambar 1. Box plot Distribusi Pendapatan
Tingkat Pendapatan Rumah Tangga pertahun Rumahtangga, 2012
Penelitian ini dilaksanakan di dua desa di Boxplot pendapatan menunjukkan bahwa
Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin pendapatan rata-rata pertahun rumahtangga di
Propinsi Sumatera Selatan, yaitu di desa Mekar desa Mekar Sari sebesar Rp.53.087.500 dan di
Sari dan desa Telang Rejo. Dan dari hasil Desa Telang Rejo sebesar Rp.49.045.000,
penelitian ini diperoleh data pendapatan terdapat sedikit perbedaan tingkat pendapatan
rumahtangga yang mewakili populasi desa dimana Desa Mekar Sari memiliki tingkat
penelitian sebanyak 40 rumahtangga per desa. pendapatan rata-rata pertahun yang lebih tinggi
Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga dibandingkan dengan Desa Telang Rejo, hal ini
dimensi dasar yaitu ekonomi, sosial (budaya) dan dikarenakan di desa Mekar Sari terdapat
lingkungan (ekologi). Hal ini berkaitan erat ketimpangan pendapatan yang cukup besar
dengan upaya meningkatkan pertumbuhan dengan kisaran pendapatan terendah sebesar
ekonomi, mengurangi kemiskinan dan Rp.7.800.000 pertahun dibandingkan dengan
mengarahkan pola produksi dan konsumsi kearah pendapatan tertinggi sebesar Rp.226.000.000
yang seimbang. Pendapatan dan tingkat pertahun. Ketimpangan yang cukup besar ini
kesejahteraan masyarakat merupakan indikator disebabkab oleh perbedaan luas lahan yang
ekonomi yang paling penting, dan upaya yang sangat besar dimana rumahtangga yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan berpendapatan tertinggi memiliki lahan sebesar
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah hanya 10 ha, sedangkan rumahtangga yang memiliki
dapat dilakukan dengan terlebih dahulu pendapatan terendah adalah rumahtangga yang
mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat tidak memiliki lahan dan bekerja sebagai nelayan,
tersebut, dalam penelitian ini sebelum kondisi ini dikarenakan di Desa Mekar Sari ini
menentukan strategi pemanfaatan local banyak pendatang, wilayah desa yang terletak di
indigenous yang ada diwilayah studi ini maka daerah pesisir atau muara sungai mengakibatkan
perlu diketahui dahulu tingkat kesejahteraan desa ini sering dilalui, dan sebagian penduduknya
masayarakat di wilayah studi ini, untuk itulah adalah pendatang yang menetap sehingga
dilakukan kajian terhadap kondisi kesejahteraan mereka tidak memiliki lahan, dan bekerja sebagai
masyarakat tani melalui pendapatan rumahtangga nelayan, buruh tani maupun sektor informal
responden yang mewakili populasi wilayah studi. lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika
dibandingkan tingkat pendapatan kedua desa

412
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Kondisi Status Kesejahteraan Rumahtangga maupun masyarakat setempat, karenanya selain


Petani fasilitas yang diperlukan dari pemerintah,
Baik di Desa Mekar sari maupun di Desa rumahtangga petani juga diharapkan mampu
Telang Rejo, rata-rata rumahtangga kelas bawah berperan aktif melalui partisipasi dalam kelompok
ini adalah rumahtangga yang memiliki lahan tani, kelembagaan yang ada untuk memberikan
sempit atau bahkan tidak memiliki lahan sehingga masukan, pendapat dan alternatif yang mampu
mereka menyewa, dikarenakan rata-rata menyelesaikan permasalahan melalui kerjasama
rumahtangga ini adalah generasi kedua dan yang baik antar masyarakat.
ketiga dari transmigran pertama yang diberi lahan
saat kedatangan pertama dilokasi ini, sehingga Potensi Local Indigenous di Wilayah Pasang
lahan yang mereka miliki saat ini adalah lahan Surut
yang merupakan pewarisan atau hasil fragmentasi
dari lahan transmigran sebelumnya, hal inilah Kondisi Sosial
yang menyebabkan rumahtangga ini masuk pada Kajian Kondisi sosial dilakukan di kedua desa
kelas bawah, dan lebih banyak melakukan penelitian yaitu Desa Mekar Sari dan Desa Telang
kegiatan mata pencaharian tambahan Non Farm. Rejo dengan melihat komponen identifikasi sosial
Keberlanjutan pertanian tanaman pangan di desa yang telah ditentukan sebelumnya. Komponen
Telang Rejo mulai terancam dan memerlukan identifikasi kondisi sosial yaitu keadaan penduduk,
upaya antisipasi peralihan kegiatan fokus mata budaya yang ada, konflik sosial, infrastruktur yang
pencaharian utama yaitu pertanian tanaman tersedia, serta kondisi kelembagaan di masing-
pangan. masing desa. Hasil identifikasi kondisi sosial ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
kondisi sebenarnya (existing condition) yang saat
90,000 ini terjadi di desa studi, yang mewakili gambaran
Pendapatan perkapita/hari (Rp)

80,000 kondisi sosial wilayah transmigrasi pasang surut


di Kabupaten banyuasin, mengingat wilayah ini
70,000
60,000
50,000 merupakan daerah yang homogen. Hasil
40,000
Mekar Sari identifikasi kondisi sosial secara ringkas dapat
30,000
20,000
Telang Rejo dilihat pada Tabel 1.
10,000
-
Tabel 1. Hasil Identifikasi Kondisi Sosial di Desa
Mekar Sari dan Telang Rejo
Atas Mngh Bawah

Kelas Rumahtangga
Desa Mekar Sari Desa Telang Rejo
Terletak di pesisir muara Terletak di daratan bagian
sungai, tepatnya di jalur 10 dalam, merupakan desa yang
Gambar 2. Perbandingan Status Kesejahteraan berlokasi jalur 8
Rumahtangga Responden Penduduk campuran antara Penduduknya terdiri dari
Berdasarkan Klasifikasi Kelas transmigran, pendatang serta transmigran (99%) dan
Rumahtangga, 2012 penduduk asli (marga), pendatang
berjumlah 780 KK
Budaya yang menonjol di Budaya yang menonjol di
Jika dibandingkan dengan Status desa ini adalah budaya Jawa desa ini adalah budaya Jawa
kesejahteraan berdasarkan standar garis Kemanan kondusif, tidak ada Keamanan kondusif, tidak
kemiskinan 2 $/kapita/hari berdasarkan strandar konflik sosial yang terjadi ada konflik yang terjadi
Kondisi infrastruktur yang Ketersediaan infratruktur
Bank Dunia (World Bank), maka terlihat bahwa
tersedia masih sangat yang sangat minim terutama
rumahtangga kelas bawah di desa Mekar Sari terbatas terutama jalan dan transportasi jalan
masih berada dibawah garis kemiskinan. Untuk listrik, pengaturan air
kontribusi kegiatan mata pencaharian Kelembagaan nya desa BPD, Kelembagaan desa berupa
rumahtangga kegiatan Non Farm memberikan PKK, Polmas, Gapoktan, Klp Kelompok Tani, Gapoktan,
Tani, sedangkan KUD sudah Kelompok tani Nelayan
kontribusi pendapatan yang lebih tinggi pada tidak berjalan lagi (KTNA), sedangkan UPJA,
rumahtangga kelas atas dan menengah tetapi P3A KUT, KUD sudah tidak
tidak pada rumahtangga kelas bawah. berjalan
Keberlanjutan wilayah melalui penguatan Sumber: Data Primer Diolah, 2012
ketahanan ekonomi rumahtangga yang
diselaraskan dengan kehidupan sosial serta Pada Tabel 1, hasil identifikasi secara
senantiasa menjaga keseimbangan ekologi, harus umum menggambarkan adanya kesamaan kondisi
terus mendapat perhatian baik dari pemerintah sosial dikedua desa studi hanya saja untuk kondisi

413
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

penduduk terdapat perbedaan, dimana untuk No Potensi Local Hasil Identifikasi


Desa Mekar Sari terdapat lebih banyak Indigenous
- ikatan sosial
pendatang, dikarenakan desa ini terletak di 4 Kewirausahaan - paguyuban
daerah pesisir atau muara sungai sehingga (Kelembagaan - lumbung padi
banyak dilalui lalu lintas transportasi air, yang Lokal) - Kelompok Tani/Gapoktan
mengakibatkan banyak pendatang yang kemudian - koperasi
5 Pengembangan - kepercayaan dan kerjasama
menetap di desa ini, sehingga penduduknya Kapasitas (trust and cooperation)
terdiri dari transmigran dan pendatang, - Jaringan (network )
sedangkan di desa mekar Sari 99% penduduknya Sumber: Data Primer diolah, 2012
adalah transmigran dan hanya sedikit sekali
pendatang, hal ini dikarenakan letak desa ini Apabila kita menyimak sistem dan budaya
terdapat di daratan bagian dalam. lokal tradisional yang berkembang dalam budaya
lokal, maka sistem ini telah memperlihatkan
Identifikasi Local Indigenous hasilnya dalam menyediakan kebutuhan setiap
Kemajuan dan pembangunan telah generasi petani, kemampuan ini dikarenakan
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam adanya kolaborasi antara sistem tradisional
kehidupan sosial ekonomi dan mobilitas sosial dengan inovasi dan teknologi. Dan jika dilihat dari
budaya, dan ini tentunya berpengaruh terhadap hasil identifikasi yang dilakukan terhadap potensi
keberadaan sumberdaya lokal serta lokal indigenous yang tersedia dilokasi studi,
pemanfaatannya. Local Indigenous yang maka terlihat bahwa banyak sekali potensi local
merupakan pengetahuan lokal tradisional yang indigenous yang dapat dimanfaatkan dalam
unik, yang berada pada suatu wilayah geografis peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
tertentu dan mencakup semua aspek kehidupan
termasuk pengelolaan lingkungan, telah terbukti Strategi pemanfaatan Local Indigenous di Wilayah
bagi masyarakat yang mengembangkannya Pasang Surut
mampu bertahan hidup, dengan dinamis dan
adaptif dengan pengetahuan modern sehingga Selanjutnya berdasarkan hasil analisis
sepadan dengan kondisi lokal. Local Indigenous ketersediaan potensi dimana diperoleh hasil
yang diperoleh dari hasil penelitian ini meliputi ketersediaan potensi local indigenous berada pada
sumberdaya spesifik, pengetahuan lokal kondisi sedikit surplus, maka dilakukan
tradisional, inisiatif lokal (partisipasi) dan perumusan strategi pemanfaatan potensi local
kewirausahaan (kelembagaan lokal), indigenous yang tersedia dan secara tabulasi
pengembangan kapasitas. dengan memaksimalkan potensi yang tersedia
(supply) untuk memenuhi semua permintaan
Tabel 2. Hasil Identifikasi Local Indigenous di terhadap potensi (demand).
lokasi studi Dari hasil penelitian ini maka strategi yang
No Potensi Local Hasil Identifikasi harus dikembangkan adalah penggalian potensi
Indigenous
1 Sumberdaya - lahan pasang surut sumberdaya spesifik yang dimiliki didaerah ini
Spesifik - keanekaragaman hayati untuk menambah ketersediaan potensi
- pertanian lokal (padi, kelapa, sumberdaya spesifik yang menjadi permintaan,
kelapa sawit) selain itu pemanfaatan pengetahuan lokal
- wilayah perairan
2 Pengetahuan Lokal - media komunikasi wayang
tradisional yang tersedia guna menunjang
Tradisional (adat) kulit kegiatan usahatani, dan pembentukan
- cara bercocok tanam kelembagaan pemasaran lokal untuk
tradisional meningkatkan harga hasil usahatani yang diterima
- pengumpulan informasi berd
hasil pengamatan dlm
petani, dan pembinaan jaringan kerja atau
usahatani network secara berkelanjutan untuk
- penyampaian informasi secara meningkatkan akses pasar dan akses informasi,
oral dan turun temurun sehingga mampu memberikan perbaikan bagi
- pemahaman mendalam
tentang sumberdaya alam
kesejahteraan rumahtangga petani di Kecamatan
lokal Muara Telang Kabupaten Banyuasin Sumatera
- pola tanam tradisional Selatan.
Partisipasi masyarakat dalam menjaga
3 Inisiatif Lokal - budaya diam (setuju saja)
(Partisipasi) - kepercayaan diri
kelestarian potensi local indigenous sangatlah
- kesadaran penting, karena selain dapat dimanfaatkan bagi

414
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

peningkatan kesejahteraan masyarakat juga yang diterima petani, dan pembinaan jaringan
mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat kerja atau network secara berkelanjutan
dalam beradaptasi dengan potensi lokal yang ada untuk meningkatkan akses pasar dan akses
sehingga dapat berjalan sepadan dengan inovasi informasi, sehingga mampu memberikan
dan teknologi modern. perbaikan bagi kesejahteraan rumahtangga
petani di Kecamatan Muara Telang Kabupaten
SIMPULAN Banyuasin Sumatera Selatan.

1. Kondisi kesejahteraan masyarakat tani yang UCAPAN TERIMA KASIH


ada di lahan pasang surut tersebut, jika
dibandingkan dengan Status kesejahteraan Pada kesempatan ini penulis
berdasarkan standar garis kemiskinan 2 mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
$/kapita/hari berdasarkan strandar Bank yang telah membantu dalam setiap tahap
Dunia (World Bank), maka terlihat bahwa pengerjaan penelitian ini, terutama kepada
rumahtangga kelas bawah di desa Mekar Sari Reviewer Penelitian yang telah memberikan
masih berada dibawah garis kemiskinan. kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan
Untuk kontribusi kegiatan mata pencaharian penelitian ini, serta para petani responden dan
rumahtangga kegiatan Non Farm memberikan Kecamatan Muara Telang, serta semua pihak
kontribusi pendapatan yang lebih tinggi pada yang telah membantu hingga selesainya penulisan
rumahtangga kelas atas dan menengah tetapi laporan penelitian ini.
tidak pada rumahtangga kelas bawah.
2. Local Indigenous yang teridentifikasi dari hasil DAFTAR PUSTAKA
penelitian ini meliputi sumberdaya spesifik,
pengetahuan lokal tradisional, inisiatif lokal  Badan Pusat Statistik. 2008. Luas lahan
(partisipasi), kewirausahaan (kelembagaan menurut Penggunaannya di Indonesia. Badan
lokal), dan pengembangan kapasitas, dan dari Pusat statistik. Jakarta.
22 jenis potensi local indigenous yang ada,  Grenier L. 1998. Working with Indigenous
baru 11 yang telah dimanfaatkan dalam Knowledge: a guide for researchers. Ottawa:
memenuhi kebutuhan masyarakat didaerah IDRC
ini, jumlah ketersediaan ini cukup banyak dan  Rajab Kat. 2006. Memberdayakan Kearifan
sangat besar peluang bagi pemanfaatannya. Lokal bagi komunitas Adat Terpencil.
status ketersediaan potensi local indigenous http://www.depsos.go.id/
didaerah ini masih sedikit surplus, dimana  Pike et al. 2006. Local and Regional
SP>DP. Development. Routledge. New York. USA
3. Strategi Pemanfaatan Local Indigenous yang and Canada.
dapat digunakan untuk meningkatkan  Susanto, R.H 2010. Pengembangan dan
kesejahteraan masyarakat tani di lahan Pengelolaan Daerah Rawa untuk
Pasang Surut, strategi yang harus Pembangunan Berkelanjutan. Pidato
dikembangkan adalah penggalian potensi pengukuhan guru Besar Ilmu tanah.
sumberdaya spesifik yang dimiliki didaerah ini Universitas Sriwijaya. Palembang.
untuk menambah ketersediaan potensi  Simbolont, H. 2011. Perlindungan Gambut :
sumberdaya spesifik yang menjadi Tinjauan PP No 32 Tahun 1990 dan RPP
permintaan, selain itu pemanfaatan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
pengetahuan lokal tradisional yang tersedia Pada Ekosistem Gambut.
guna menunjang kegiatan usahatani, dan http://green.kompasiana.com/iklim/2011/01/2
pembentukan kelembagaan pemasaran lokal 7/
untuk meningkatkan harga hasil usahatani

415
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM LUMBUNG


PANGAN DESA
(STUDI KASUS DI DESA PAMOTAN, KECAMATAN DAMPIT,
KABUPATEN MALANG)

Yayuk Yuliati1, Dina Novia Priminingtyas2

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang

(e-mail : yayuk.yyl@gmail.com)

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendiskripsikan Program Lumbung Pangan Desa di Desa
Pamotan Kecamatan Dampit Kabupaten Malang dan 2) Menganalisis partisipasi perempuan Program
Lumbung Pangan Desa di Desa Pamotan Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa tingkat partisipasi perempuan dalam program lumbung pangan termasuk cukup tinggi.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program lumbung pangan desa meliputi : perencanaan, pelaksanaan dan
Monev umumnya diikuti perempuan dengan baik. Dalam kegiatan rapat tingkat partisipasinya termasuk
sedang karena perempuan lebih mengutamakan kepentingan keluarga. Sedangkan dalam pelaksanaan
kegiatan usahatani, peran perempuan adalah rendah karena lebih didomunasi laki-laki. Sedangkan pada unit
usaha yang dikelola kelompok tani Makmur yaitu : kios, penggilingan gabah dan persewaan handtraktor,
partisipasi perempuan termasuk sedang karena mereka aktif dalam kegiatan operasional (jual-beli) dan
administrasi. Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi, peran perempuan termasuk tinggi. Manajemen
administrasi di kelompok tani Makmur cukup bagus meskipun sederhana, semua dibuat laporan keuangan
secara periodic Mereka juga cukup aktif dalam rapat monev kegiatan dan kegiatan pelatihan dalam teknis
budidaya.

Kata Kunci : Program Lumbung Pangan Desa, partisipasi perempuan

PENDAHULUAN
Latar Belakang tingkat konsumsi pangan yang tidak dibarengi
dengan produktivitas yang tinggi. Oleh karena itu,
Ketahanan pangan merupakan bagian masalah pangan merupakan permasalahan yang
terpenting dari pemenuhan hak atas pangan utama dalam kehidupan bersama. Terlebih lagi
sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak dunia saat ini dihadapkan pada tantangan nyata
asasi manusia. Ketahanan pangan juga krisis pangan di tengah perubahan iklim global
merupakan bagian sangat penting dan perlu yang bisa mengakibatkan kerawanan pangan. Di
mendapat prioritas penanganan dalam program Indonesia masalah pangan terutama dalam
pembangunan nasional, mengingat Indonesia sejarah republik, beras merupakan komoditi
memiliki jumlah penduduk terbesar ke-empat di politik yang harus benar-benar dijaga karena
dunia, yang pada Tahun 2015 nanti diperkirakan dampaknya yang multi dimensi.
jumlahnya mencapai 250 juta jiwa. Tahun 2012, Kerawanan pangan merupakan kondisi
konsumsi beras Indonesia mencapai 139 ketidakcukupan pangan yang dialami daerah,
kilogram (kg) per kapita per tahun, yang masyarakat atau rumah tangga pada waktu
merupakan konsumsi beras tertinggi di dunia tertentu untuk memenuhi standar kehidupan
(BPS, 2012) fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan
Kebijakan pemerintah yang strategis dalam masyarakat. Kerawanan pangan dapat terjadi
upaya meningkatkan ketahanan pangan serta secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu
stabilitas harga sangat diperlukan, mengingat (kronis) dan dapat terjadi akibat keadaan darurat
adanya ketidakseimbangan dalam proses seperti bencana alam maupun bencana sosial.
permintaan dan penawaran karena tingginya Rawan pangan akan memunculkan rawan gizi.

416
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Munculnya masalah gizi yang dialami negara- Beberapa desa di Kabupaten Malang
negara berkembang adalah indikasi lemahnya tergolong rawan pangan diantaranya Desa
ketahanan pangan di kalangan penduduknya. Pamotan, Kecamatan Dampit Kabupaten Malang
Pendapatan yang rendah mengakibatkan yang sejak Tahun 2010 sudah melaksanakan
masyarakat tidak dapat mengakses makanan Program Lumbung Pangan Desa, akan tetapi
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi. dalam pelaksanaannya tampaknya program-
Kebijakan sektor pertanian yang berorientasi program seperti ini masih mengalami kendala,
pada konsumen (yang mengabaikan kepentingan antara lain dapat dilihat dari penurunan jumlah
produsen/petani) menambah pelik permasalahan anggota kelompok tani lumbung pangan desa.
ketahanan pangan di Indonesia. Untuk menutupi Untuk mengetahui sejauh mana partisipasi
kekurangan pangan pemerintah tidak segan- masyarakat (laki-laki dan perempuan) dalam
segan melakukan impor berbagai komoditi implementasi Program Lumbung Pangan Desa
pangan, seperti beras, gula, daging, susu, kedelai serta bagaimana strategi peningkatan partisipasi
dan lain-lain. Padahal menurut badan pangan perempuan tani dalam kegiatan ini maka
dunia (FAO), ketergantungan pasokan pangan penelitian dengan judul Partisipasi Perempuan
impor bagi negara yang berpenduduk lebih dari Tani Dalam Program Lumbung Pangan Desa Di
100 juta jiwa akan membuat bangsa itu sangat Desa Pamotan Kecamatan Dampit Kabupaten
sulit untuk maju dan mandiri. (Arumsari,2008) Malang‖ ini dilakukan.
Berdasarkan fakta tersebut Badan Ketahanan
Pangan Nasional berupaya untuk meningkatkan Tujuan Penelitian
dan menjaga ketahanan pangan mulai dari tingkat
nasional hingga desa, antara lain melalui Program Berdasarkan latar belakang dan
Lumbung Pangan Desa. Program Lumbung permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian
Pangan Desa merupakan salah satu upaya ini adalah :
pemerintah dalam mewujudkan ketahanan 1. Mendiskripsikan Program Lumbung Pangan
pangan rumah. Program ini sebenarnya tidak Desa di Desa Pamotan Kecamatan Dampit
terlalu asing bagi masyarakat desa, karena sejak Kabupaten Malang
zaman dahulu masyarakat desa sudah mengenal 2. Menganalisis partisipasi perempuan tani
lumbung padi atau lumbung desa yang dalam implementasi Program Lumbung
merupakan salah satu budaya masyarakat Pangan Desa di Desa Pamotan Kecamatan
pedesaan dalam mengatasi persediaan pangan di Dampit Kabupaten Malang
desanya. Namun, seiring dengan perkembangan
zaman, petani lebih banyak menjual hasil METODE PENELITIAN
panennya secara langsung dibandingkan
menyimpannya. Dengan adanya Program Lokasi penelitian yaitu di Desa Pamotan,
Lumbung Desa ini diharapkan petani dapat Kecamatan Dampit dengan pertimbangan sejak
menjual hasil panen dengan harga bersaing serta Tahun 2010 telah melaksanakan Program
dapat menyimpan sebagian hasil panen untuk Lumbung Pangan Desa dan Program Aksi Desa
kebutuhan desa pada saat kondisi rawan pangan. Mandiri Pangan.
Lumbung Pangan Desa merupakan program Metode penentuan responden atau
pemberdayaan masyarakat di daerah rawan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan
pangan dengan mengembangkan cadangan metode purposive sampling dengan dasar
pangan masyarakat untuk mengantisipasi masa pertimbangan bahwa responden tersebut
panen atau masa paceklik. (Darmawan, 2011) mengetahui dan memahami hal-hal yang
Dalam ketahanan pangan, kurang lengkap berkaitan dengan Lumbung Pangan Desa, yang
kalau tidak menyinggung peran para petani terdiri dari: aparatur desa, Kantor Ketahanan
perempuan, mereka bukan hanya menghasilkan Pangan, dan petani kelompok lumbung baik laki-
pangan, tetapi juga menjadi penanggung jawab laki maupun perempuan yang berjumlah 11
utama terhadap kebutuhan asupan pangan bagi orang.
seluruh anggota keluarganya. Dari berbagai hasil Teknik pengambilan data yang digunakan
penelitian membuktikan bahwa kaum perempuan pada penelitian ini, dengan : 1) Observasi
merupakan faktor penentu dalam ketahanan Partisipatif yang bertujuan mengembangkan
pangan bagi keluarganya, mulai dari proses pemahaman menyeluruh dan mendalam
produksi di lahan pertanian, pemasaran sampai di pelaksanaan Program Lumbung Pangan Desa
meja makan. (Yuliati, 2012) pada objek desa penelitian, 2) Focus Group

417
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Discussion (FGD) dengan melakukan diskusi Kemudian tahun 2012 mendapat kredit Bank
dengan tokoh masyarakat, petani perempuan, Jatim sebesar Rp.500 juta untuk mengembangkan
petani laki-laki, dan penanggung jawab Lumbung unit usaha yaitu : hand traktor, kios dan
Pangan Desa, 3) Wawancara terstruktur dengan penggilingan gabah. Tahun 2013 Lumbung
bantuan kuisioner sebagai panduan yang Pangan Desa di Desa Pamotan mendapat
berhubungan dengan tingkat partisipasi dan penghargaan tingkat nasional sebagai juara 1
dampak yang diperoleh oleh petani dalam Adikarya Pangan Nusantara. Karena
Program Lumbung Pangan Desa, 4) Pengumpulan keberhasilannya juara tingkat nasional, Kelompok
data sekunder yang berasal dari data profil desa Tani Makmur dan lumbung pangannya sering
data dan kabupaten yang sangat penting dalam mendapat kunjungan dari berbagai daerah
rangka mendukung program ketahanan pangan. bahkan pejabat dari tingkat daerah sampai pusat
Metode analisis data yang digunakan untuk menjadi percontohan. Dari unit usaha yang
dalam penelitian ini adalah : 1) Analisis Deskriptif dikelola, kelompok tani bisa menjual beras
Kualitatif, digunakan untuk mendeskripsikan kemasan dengan harga jual Rp.8.000,-
Program Lumbung Pangan Desa juga /kg.Pemasarannya melalui agen di pasar sekitar
mendiskripsikan kondisi ketahanan pangan Dampit dan Turen. Permasalahanyang dialami :
(ketersediaan pangan, stabilitas pangan, kemampuan kelompok tani untuk menggenjot
aksesibilitas pangan, dan kualitas atau keamanan pasar karena belum ada kemitraan sehingga
pangan) di desa penelitian. 2) Analisis Skor/Skala pemasarnnya masih tingkat lokal.
Likert digunakan menganalisis partisipasi
perempuan tani dalam implementasi Program Partisipasi Perempuan Dalam Program
Lumbung Pangan Desa. menggunakan skala likert Lumbung Pangan Desa
dengan penggolongan kategori nilai yaitu : 3
(baik), 2 (sedang) dan 1 (rendah). Selama ini perempuan di Desa Pamotan
aktif dalam kegiatan usahatani. Mereka ikut
HASIL DAN PEMBAHASAN membantu suami untuk bekerja di sawah atau
Program Lumbung Pangan Desa Di Desa ladang. Dalam pengambilan keputusan usahatani,
Pamotan Kecamatan Dampit Kabupaten istri juga berdiskusi dengan suami untuk
Malang. menentukan varietas padi yang akan ditanam dan
sarana produksi lain seperti : pupuk, pestisida dan
Lumbung Pangan Desa merupakan program tenaga kerja. Petani perempuan juga aktif dalam
pemberdayaan masyarakat di daerah rawan kegiatan kelompok tani.
pangan dengan mengembangkan cadangan Sejak mendapat dana bantuan dari
pangan masyarakat untuk mengantisipasi masa pemerintah pada tahun 2010 untuk melaksanakan
panen atau masa paceklik, selama tiga tahun. Program Lumbung Pangan, partisipasi perempuan
Adapun tujuan Program Lumbung Pangan Desa dalam program lumbung pangan juga tinggi.
adalah : 1) menyediakan pembiayaan untuk Mereka terlibat dalam kegiatan lumbung pangan
modal kerja dengan suku bunga yang rendah, 2) yaitu : pertemuan pengurus, unit usaha dan
mengoptimalkan pemanfaatan dana bergulir administrasi. Dalam susunan pengurus kelompok
untuk peningkatan ketahanan pangan masyarakat tani Makmur dari 10 pengurus ada 2 orang
melaui kegiatan pengembangan lumbung pangan pengurus yang perempuan, bahkan memiliki
desa dan peningkatan pendapatan peran yang sangat strategis sebagai Sekretaris
petani/kelompok tani, 3) meningkatkan dan Seksi Saprodi (Sarana Produksi) yang
kemampuan kelembagaan masyarakat untuk mengatur keluar masuknya bahan pangan yang
mengembangkan diri menjadi salah satu ada di lumbung pangan desa. Jumlah anggota
penggerak ekonomi pedesaan, dan 4) Kelompok Tani Makmur ada 40 orang, yang aktif
mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah sekitar 75% termasuk beberapa diantaranya
tangga. merupakan petani perempuan.
Program Lumbung Pangan Desa di Desa
Pamotan yang dikelola oleh Kelompok Tani
Makmur dimulai sejak tahun 2010 dengan
mendapat dana bantuan sosial (bansos) untuk
membuat bangunan lumbung. Tahun 2011
mendapat bantuan dana sebesar Rp.20 juta untuk
memberi stok bahan pangan di lumbung.

418
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 1. Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam


Program Lumbung Pangan Desa Pada Pada tabel 2 diketahui bahwa umumnya
Tahap Perencanaan tingkat partisipasi perempuan dalam kegiatan
Kategori pelaksanaan termasuk rendah karena lebih
Kegiatan didominasi oleh kaum laki-laki. Dalam kegiatan
3 2 1
(Tinggi) (Sedang) (Rendah) usahatani, partisipasi perempuan yang tinggi pada
Perencanaan : tahap pembibitan dan penanaman. Pada tahap
a. Diundang
V - -
pemupukan, panen, pascapanen dan penjualan,
rapat peran perempuan adalah sedang karena
b. Hadir dalam
- V - dilakukan bersama dengan laki-laki. Sedang untuk
rapat
c. Memberikan kegiatan lain termasuk rendah karena didominasi
- V -
saran & laki-laki. Begitu juga untuk tahap kegiatan unit
pendapat usaha, dalam mengurus kios partisipasi
Sumber : Data Primer, 2014 perempuan cukup tinggi karena terlibat langsung
dalam kegiatan jual-beli, sedangkan untuk
Berdasarkan tabel 1, tingkat partisipasi kegiatan penggilingan gabah dan hand traktor
perempuan dalam tahap perencanaan secara didominasi oleh laki-laki.
umum adalah sedang. Pada tahap ini, perempuan
juga sering diundang dalam rapat untuk Tabel 3. Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam
merencanakan kegiatan baik yang berkaitan Program Lumbung Pangan Desa Pada
dengan usahatani maupun program lumbung Tahap Monitoring Dan Evaluasi
pangan desa. Meskipun sering diundang rapat, Kategori
tapi tingkat kehadirannya sedang karena rapat Kegiatan 3 2
1 (Rendah)
(Tinggi) (Sedang)
sering diadakan pada sore dan malam hari maka
Monitoring &
perempuan harus mengutamakan kepentingan Evaluasi :
keluarga daripada mengikuti rapat, sehingga a. Audit laporan
V - -
perempuan jarang memberikan saran dan keuangan
pendapatnya apabila tidak hadir rapat. b. Rapat monev
- V -
kegiatan
c. Mengikuti
Tabel 2. Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam pelatihan V - -
Program Lumbung Pangan Desa Pada
Tahap Pelaksanaan Sumber : Data Primer, 2014
Kategori
Kegiatan 3 2 1 Menurut tabel 3, secara umum partisipasi
(Tinggi) (Sedang) (Rendah) perempuan dalam tahap monitoring dan evaluasi
Kegiatan usahatani sangat tinggi terutama dalam hal audit keuangan
a. Pengolahan
- - V
(membuat laporan keuangan) dan mengikuti
tanah pelatihan. Perempuan sangat antusias mengikuti
b. Pembibitan &
tanam
V - - pelatihan terutama yang berkaitan dengan
c. Pengairan usahatani seperti : SLPTT dan SLPHT. Sedang
- - V
pada tahap rapat monev termasuk sedang karena
d. Pemupukan - V - rapat biasanya diadakan pada sore dan malam
e. Penyemprotan hari, dimana perempuan biasanya tidak bisa
- - V
HPT
f. Panen
mengikuti rapat karena harus mengurus keluarga.
- V -
Secara umum dapat diketahui bahwa
g. Penjualan - - V tingkat partisipasi perempuan dalam program
h. Pasca panen - V V lumbung pangan termasuk cukup tinggi. Kegiatan
i. Penyimpanan - V - yang dilaksanakan dalam program lumbung
Kegiatan unit usaha:
pangan desa meliputi : perencanaan, pelaksanaan
dan monev umumnya diikuti perempuan dengan
a. Kios V - - baik. Dalam kegiatan rapat/pertemuan pengurus,
b. Penggilingan dimana pengurus perempuan yang aktif hanya 2
- - V
gabah
orang dan pertemuan sering dilaksanakan pada
c. Hand traktor - - V sore atau malam hari sehingga tingkat
Sumber : Data Primer, 2014 partisipasinya termasuk sedang karena

419
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

perempuan lebih mengutamakan kepentingan SIMPULAN DAN SARAN


keluarga. Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan Simpulan
yaitu usahatani, peran perempuan adalah rendah
karena lebih didominasi laki-laki. Sedangkan pada Program Lumbung Pangan Desa di Desa
unit usaha yang dikelola kelompok tani Makmur Pamotan yang dikelola oleh Kelompok Tani
yaitu : kios, penggilingan gabah dan persewaan Makmur dimulai sejak tahun 2010 dengan
handtractor, partisipasi perempuan termasuk mendapat dana bantuan social (bansos) untuk
sedang karena mereka aktif dalam kegiatan membuat bangunan lumbung dengan
operasional (jual-beli) dan administrasi. Dalam mengembangkan unit usaha : handtractor, kios
kegiatan monitoring dan evaluasi, peran dan penggilingan gabah. Tahun 2013 Lumbung
perempuan termasuk tinggi. Manajemen Pangan Desa di Desa Pamotan mendapat
administrasi di kelompok tani Makmur cukup penghargaan tingkat nasional sebagai juara 1
bagus meskipun sederhana, semua dibuat laporan Adikarya Pangan Nusantara.
secara periodic. Hal inilah yang membuat Secara umum dapat diketahui bahwa
kelompok tani Makmur mendapat penghargaan tingkat partisipasi perempuan dalam program
sampai tingkat nasional dan pernah mendapat lumbung pangan termasuk cukup tinggi. Kegiatan
bantuan kredit sebesar Rp.500 juta dari Bank yang dilaksanakan dalam program lumbung
Jatim. Mereka juga cukup aktif dalam rapat pangan desa meliputi : perncanaan, pelaksanaan
monev kegiatan. Petani perempuan juga aktif dan monev umumnya diikuti perempuan dengan
dalam kegiatan pelatihan SLPTT (Sekolah Lapang baik. Dalam kegiatan rapat/pertemuan pengurus,
Pemeliharaan Tanaman Terpadu) dan SLPHT dimana pengurus perempuan yang aktif hanya 2
(Sekolah Lapang Pemberantasan Hama Terpadu) orang dan pertemuan sering dilaksanakan pada
dengan komoditas utama adalah : padi. Selain itu sore atau malam hari sehingga tingkat
juga ada : cabe, tomat, jagung dan kopi. Kopi partisipasinya termasuk sedang karena
termasuk tanaman primadona di Kecamatan perempuan lebih mengutamakan kepentingan
Dampit karena sudah berkualitas ekspor. Akan keluarga. Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan
tetapi di Desa Pamotan tidak banyak petani yang yaitu usahatani, peran perempuan adalah rendah
mengusahakan kopi dibandingkan desa-desa lain karena lebih didomunasi laki-laki. Sedangkan
di Kecamatan Dampit. pada unit usaha yang dikelola kelompok tani
Selain sebagai petani, perempuan di Makmur yaitu : kios, penggilingan gabah dan
Desa Pamotan juga banyak yang menjadi buruh persewaan handtractor, partisipasi perempuan
tani. Meskipun sekarang para petani merasa termasuk sedang karena mereka aktif dalam
kesulitan mencari tenaga kerja karena banyak kegiatan operasional (jual-beli) dan administrasi.
yang bermigrasi ke kota maupun menjadi buruh Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi, peran
migrant. Upah rata-rata buruh tani perempuan perempuan termasuk tinggi. Manajemen
adalah : Rp.30.000,00 sampai Rp.40.000,00 per administrasi di kelompok tani Makmur cukup
hari lebih rendah Rp.10.000,00 dibandingkan bagus meskipun sederhana, semua dibuat laporan
buruh tani laki-laki. Selain itu pada saat tidak keuangan secara periodik Mereka juga cukup aktif
musim tanam / tidak bekerja di sawah, banyak dalam rapat monev kegiatan. Petani perempuan
buruh tani perempuan yang bekerja di pabrik juga aktif dalam kegiatan pelatihan SLPTT
pengolahan kopi untuk diekspor. Meskipun upah (Sekolah Lapang Pemeliharaan Tanaman
di pabrik tidak jauh berbeda dengan upah Terpadu) dan SLPHT (Sekolah Lapang
menjadi buruh tani tetap dijalani demi memenuhi Pemberantasan Hama Terpadu) dengan
kebutuhan hidup keluarga. komoditas utama : padi. Selain itu juga ada :
Di tengah kesibukan bekerja dan cabe, tomat, jagung dan kopi.
mengurus keluarga, perempuan di Desa Pamotan
juga aktif dalam Program KRPL (Kawasan Rumah Saran
pangan Lestari). KRPL merupakan program
pemerintah untuk pemanfaatan pekarangan 1. Perlunya penambahan pengurus
rumah untuk pengembangan usaha di bidang perempuan dalam kelompok tani dan
pertanian, peternakan dan perikanan dalam kegiatan program lumbung pangan desa,
rangka pemenuhan gizi keluarga dan untuk dimana pengurus perempuan yang aktif
menambah pendapatan rumah tangga. Di sekitar hanya 2 orang, sehingga perempuan jarang
pekarangan warga banyak ditanami sayuran, bisa mengikuti pertemuan anggota yang
buah-buahan dan beternak ayam, sapi dan ikan. sering dilaksanakan pada sore atau malam

420
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

hari karena perempuan lebih http://www.ekonomiperempuan.com.(20/05/2


mengutamakan kepentingan keluarga. 014).
2. Mengadakan pelatihan yang terkait teknis  Darmawan, Dwi Putra. 2011. Ketahanan
budidaya maupun manajemen untuk petani Pangan Rumahtangga dalam Konteks
perempuan guna meningkatkan wawasan, Pertanian Berkelanjutan. Denpasar. Udayana
pengetahuan, keterampilan dan tingkat University Press
pendidikan perempuan.  Siagian, Albiner. 2013. Peranan Perempuan
Dalam Peningkatan Ketahanan Pangan
DAFTAR PUSTAKA Keluarga, http://www.ub.ac.id.(20/05/2014)
 Yuliati, Yayuk. 2012. Model Pemberdayaan
 Arumsari, V dan Wulandari, D. 2008. Peran Perempuan di Kawasan Hutan Melalui
Wanita Dalam Mewujudkan Ketahanan Peningkatan Fungsi Ekologi dan Ekonomi
Pangan Pada Tingkat Rumah Tangga di Rumahtangga. Penelitian Hibah Bersaing
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Institusi.Malang.Universitas Brawijaya.
Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 13, No.1: 71-82,

421
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF PEMANGKU


KEPENTINGAN
(KASUS PASAR KOMPLEKS MARGAHAYU)
THE TRADITIONAL MARKET IN STAKEHOLDER’ PERSPECTIVE
Sri Fatimah1, Yosini Deliana2, Pandi Pardian3
1,2,3
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Faperta Unpad
Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-Sumedang km 12,5

(e-mail: sri_fatimah@yahoo.com / Srifatimah@unpad.ac.id)

ABSTRAK. Gaung pasar bebas sudah di mulai sejak beberapa tahun kebelakangan dengan adanya era
globalisasi. Perhatian terhadap keberadaan pasar tradisional telah menjadi hal yang menghangat seiring
dengan kehadiran pesaingnya yaitu pasar modern khususnya dalam bentuk mall, supermarket, minimarket
dan pasar modern lainnya. Penurunan yang terus terjadi pada kuantitas pasar tradisional telah
menimbulkan pertanyaan akan keberlanjutan dan prospeknya di masa mendatang. Paper ini bertujuan untuk
melihat aspek keberlanjutan pasar tradisional dilihat dari perspektif social dan komunikasi. Untuk itu
dilakukan kajian persepsi pelaku pasar tradisionalakan keberadaan dan kebutuhan akan pasar tradisional
dari sisi konsumendengan menggunakan kasus pasar Margahayu Metro Bandung. Interview mendalam
dengan konsumen dan pedagang dan pengelola dilakukan untuk dapat menggali informasi sesuai dengan
kebutuhan untuk menjawab pertanyaan. Hasil kajian menunjukkan minat konsumen yang memilih
berbelanja ke pasar tradisional masih cukup tinggi. Hal ini tidak terlepas dari beberapa kelebihan pasar
tradisional yang tidak dimiliki pasar modern, antara lain peluang untuk lebih intensif berkomunikasi
khususnya dalam tawar menawar dan pembicaraan di luar urusan jual beli. Pedagang dan Konsumen
mengharapkan pasar tradisional tetap harus dipertahankan dan dapat diperbaiki sesuai dengan
perkembangan masayarakat.

Kata Kunci: pasar tradisional, keberlanjutan,persepsi pengunjung

ABSTRACT. Attention to the existence of traditional markets have become issue due to the presence of the
modern market, especially in the form of malls, supermarkets, and mini-markets. Persistent decline in the
quantity of traditional markets have raised the question of their future prospects. This paper aims to look at
the sustainability of traditional markets from the perspective of social and communication. For that purpose
a survey was conducted in the existence and the need for traditional markets in terms of consumer, trader
and management of the market using a case Margahayu Metro Bandung. An in-depth interview were
conducted with the stakeholders to dig up information in accordance with the needed information. The
results showed the interest of consumers who choose to shop in traditional markets are still quite high, This
is not apart of some of the advantages of traditional markets that are not owned by the modern market,
among others, the opportunity to communicate more intensively, especially in collective bargaining and talks
beyond buying and selling activities. Traders and Consumers expect traditional markets must be maintained
and repaired in accordance with the development of society.

Keywords : traditional markets , sustainability , visitor perceptions

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP melihat dari perspektif pelaku utama pasar
tradisional terutama dalam konteks sosial&
Paper ini bertujuan melihat upaya yang komunikasi. Mengingat luasnya aspek social dan
perlu dilakukan untuk keberlanjutan pasar komunikasi pasar tradisional, maka dalam paper
tradisional di tengah-tengah maraknya pasar ini dibatasi pada karakteristik social dan norma
modern yang berpotensi menjadi pesaing dengan social yang terdapat pada pasar tradisional dan

422
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

apa yang mereka harapkan untuk dipandang menjadi pesaing yang berpotensi
keberlanjutannya dan implikasi tindakan yang mematikan ladang bisnisnya.
harus diambil. Pembahasan juga dibatasi pada Keberadaan pasar tradisional dengan
kasus khusus yang terjadi di sebuah pasar demikian untuk saat ini menjadi pertaruhan banya
perkotaan di lingkungan permukiman. pihak khususnya buat mereka yang selama ini
memperoleh kenyamanan dari bekerjanya pasar
PENDAHULUAN tradisional.Keberadaan pasar tradisional yang
sudah berabad-abad pada hakikatnya menjadikan
Secara umum pasar diartikan sebagai pasar melekat pada sistem masayarakat yang
tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pada melingkupinya. Sebagaimana dikatakan oleh
pasar tradisional pertemuan tersebut biasanya Geertz (1973), yang mengatakan bahwa pasar
bersifat fisik, langsung, ada proses tawar (tradisional) pada hakikatnya mencerminkan
menawar. Lokasi pasar tradisional biasanya sistem sosial, sehingga pasar bukan semata
dicirikan dengan adanya bangunan kios atau gerai refleksi bekerjanya variable ekonomi tetapi juga
yang terbuka. Barang yang diperjual belikan dinamika socialnya. Dengan demikian
biasanya adalah barang kebutuhan sehari-hari mempelajari pasar dapat menjadi suatu cara dan
dan kebanyakan terletak di dalam atau dekat pendekatan untuk mengamati sistem, norma dan
dengan permukiman(Lihat misalnya Wikipedia, perilaku sosial masyarakat sekitar pasar yang
2014). Sebagai media, pasar tradisional termasuk direpresentasikan oleh para pelaku yang terlibat
media yang sudah berlangsung berabad-abad di dalamnya. Hal itu juga dapat menjadi penjelas
dalam mempertemukan berbagai pihak yang mengapa meskipun banyak pasar tradisional yang
berkepentingan baik itu pemebei, penjual, mati dan ditinggalkan pengunjungnya beralih ke
maupun pemasok bang dan pengelola. pasar modern di Indonesia, kebanyakan pasar
Karakteristik pasar tradisional yang khas seperti tradisional masih memiliki pengunjung setia atau
pada definisi di atas menciptakan hubungan pelanggan abadi yang terus mencintainya
relasinal dan komunikasi yang intensif sehingga (Pamardi 2012).
tercipta hubungan langganan, yang biasanya Sebagaimana dikatakan bahwa pasar
sudah melibatkan hubungan personal maupun tidak hanya dapat dilihat sebagai refleksi
emosional (Riska, 2012). pergerakan variable ekonomi, pasar khususnya
Namun terdapat fenomena yang cukup pasar tradisional juga sudah banyak diihat
signifikan bahwa terjadi penurunan jumlah pasar sebagai suatu kesatuan sosal yang di dalamnya
tradisional sekitar 3000 pertahun di Indonesiav terdapat berbagai struktur, peran, dan interaksi
(Kusnadi, 2014). Di Jakarta sebuuh laporan serta komunikasi yangkeseluruhan dinamikanya
mengatakan terdapat delapan pasar tradisional menentukan fungsi dari suatu pasar (Drajat,
dan 400 kios yang tutup setiap tahun karena 2007). Jika selama ini kebanyakan pasar dilihat
kalah saing dengan Hypermarket (Indrakh, 2007). dalam konteks ekonomi rasional, maka munculnya
Pernyataan ini sungguh sangat mengkhawatirkan, pendekatan sosiologi yang lebih baru telah
karena pasar tradisional telah dinilai banyak mengakomodasi pentingnya struktur jaringan
memberikan manfaat tidak hanya bagi pedagang social yang pada ujungnya akan mempengaruhi
kecil, tetapi juga masyarakat khususnya kinerja social ekonomi masyarakat (lihat misalnya
konsumen sebagai pembeli terutama mereka Boldyrev, 2013 dan Granovetter & Swedberg,
yang tergolong menengah ke bawah, yang 1993). Berdasarkan pandangan tersebut
merasakan pentingnya keberadaanya di tengah makalembaga ekonomi semacam pasar mestinya
masyarakat dari dulu hingga kini. Perkembangan merefleksikan suatu tatanan yang dapat
sistem pemasaran modern seiring dengan terinspirasi oleh system kemasyarakatan yang
berkembangnya sistem distribusi modern dan terjadi pada saat itu.Tulisan ini mencoba
pemasaran global telah memperkenalkan kepada mengungkap sisi lain pasar tradisional ditinjau
konsumen berbagai sistem dan media pemasaran dari persepsi masyarakat yang selama ini belum
seperti hypermarket, supermarket, dan banyak diungkap terkait aspek komunikasi,
minimarket, yang menjadi alternatif dan sekaligus interaksi serta kemanfaatannya bagi masyarakat
pesaing bagi sistem pasar tradisional (Kusnadi, dalam hal ini konsumen sehingga perlu ada upaya
2014). Bagi konsumen media baru ini menjadi untuk menjaga keberlanjutan melalui upaya yang
pilihan untuk mencari penyedia berbagai sistematis.
kebutuhannya, sedangkan bagi penjual media ini

423
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

METODE Meskipun sebenarnya terdapat satu stakeholders


pemasok, namun dalam kajian ini dimasukan
Paper ini berangkat dari suatu anggapan sebagi bagian dari pedagang. Wawancara
bahwa pasar tradisional akan memperoleh dilakukan secara terstruktur terhadap narasumber
kejayaan kembali sebagai suatu tempat transaksi yang berasal dari tiga kelompok tersebut untuk
ekonomi namun terdapat variabel non-ekonomi mengidentifikasi struktur, pola hubungan interaksi
yang pada akhirnya akan menjadi alasan maupun norma-norma yang ada di dalam pasar
mengapa pasar tradisional tidak akan hilang. Ada tersebut. Observasi langsung membantu
alasan selain ekonomi yang menjadi kebutuhan mengidentifikasi berbagai kegiatan interaktif
bersama seluruh pemegang kepentingan pasar semua pelaku dengan berbagai ungkapan dan
tradisional untuk dapat mempertahankan harapan masing-masing mengenai eksistensi
keberadaan atau keberlanjutan pasar tradisional. pasar tradisional.Informasi tersebut kemudian
Tentunya keberadaan tersebut memerlukan upaya menjadi bahan pertimbangan untuk dapat
yang baik secara sistematis dan ditopang oleh dijadikan bahan pembenahan pasar tradisional.
kebijakan formal pemerintah maupun upaya Wawancara dan observasi mendalam untuk bahan
pembenahan yang berasal dari internal pelaku paper ini dilakukan 3 kali kunjungan. Namun
pasar tradisional khususnya pedagang dan demikian observasi dilakaukan lebih sering
pengelola pasar tradisional.
Berdasarkan hal tersebut penulis HASIL DAN PEMBAHASAN
mencoba melakukan kajian kualititatif awaluntuk
dapat menggali fungsi keberadaan pasar Sebagai sebuah sistem ekonomi yang
tradisional dalam perspektif social dan dapat mencerminkan sistem kemasyarakatan,
komunikasi, untuk menggali berbagai factor, maka beberapa aspek pokok tinjauan sosial pasar
system dan pola hubungan antar stakeholders Kompleks Perumahan Margahayu Metro
utama pasar tradisional dan implikasinya pada memberikan gambaran sosiologis sebagai berikut.
upaya mempertahankan keberlanjutan pasar
tradisional dengan menggunakan kasus pasar Struktur dan interaksi social
tradisional di sebuah permukiman di kota
Bandung, Jawa Barat. Pemilihan pasar ini Pelaku utama pasa Kompleks Margahayu
didasarkan pada fungsi pasar tersebut sebagai sebagaimana disinggung di muka, terdiri dari
satu-satunya pasar yang melayani permukiman beberapa pemangku kepentingan utama yaitu
besar dan di sekililingnya telah berdiri berbagai pedagang, distributor/pemasok barang, pembeli,
pasar modern. Di tengah kepungan pasar modern dan pengelola. Pedagang pada umumnya adalah
tersebut teramati intensitas kunjungan ke pasar juga warga sekitar perumahan namun pada
tradisional tetap stabil dan ramai. umumnya adalah pendatang. Pedagang ini
Pasar Kompleks Margayahu merupakan memperoleh jatah kios sesuai dengan alokasinya
fasilitas perdagangan pertama yang ada di sekitra berdasarkan pada hak sewa/hak menempati area
kompleks ini yang didirikan bersamaan dengan yang secara sah telah diperoleh. Di pasar ini tidak
pembangunan kompleks perumahan Margayu terdapat PKL yang berjualan di sekitar maupun di
kurang lebih 20 tahun yang lalu. Pasar ini dalam pasar, jadi semua pedagang memiliki
berlokasi di pinggir dekat jalan utama Negara, ruang/space tersendiri. Pasokan barang dagangan
beroperasi pagi hari saja antara pukul 04.00- ada yang sebagain dipasok oleh disitributor,
14.00 dimulai dengan masuknya pasokan namun ada pula yang mengusahakannya sendiri
berbagai komoditas sayur dan lainnya baik yang dengan kulakan ke pasar induk untuk komoditas
dipasok maupun yang diambil dari pasar induk sayur, daging, maupun membuat sendiri
Gedebage (+/- 5 km). Sebenanya pasar ini masih tergantung pada produk yang dijual, misalnya
berlangsung sampai dengan sore tapi terbatas jajnan kue.
hanya oleh para pedagang toko klontong yang Konsumen atau pembeli yang datang di
tidak dipengaruhi oleh umur produk seperti sayur pasar Margahayu pada umumnya berasal dari
dan daging. Di sekitar pasar tradisional ini telah warga sekitar pasar yaitu kompleks besar
berdiri berbagai pasar modern baik skala besar perumahan Margahayu. Pembeli ini bisa
medium maupun mini yang seolah mengepung merupakan pembeli untuk pengguna akhir (ibu-
keberadaan pasar ini. ibu rumahtangga atau asisten rumahtangga yang
Sumber informasi utama berasal dari 3 membeli bahan kebutuhan sehari-hari) namun
pilar pasar yaitu pengunjung, pembeli, pengelola. ada juga mereka yang kulakan untuk dijual

424
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kembali di warung mereka atau diiderkan/dijual Pihak pengelola lebih banyak berinteraksi
keliling perumahan atau kampung. Pengelola dengan pedagang karena tugas dan fungsi yang
pasar adalah wakil dari pemerintah kota yang memang lebih berhubugnan dengan pengelolaan
bertanggung jawab terhadap pengelolaan pasar pasar sehingga relative angat jarang berinteraksi
terutama mengatur kebersihan fisik, koordinasi dengan pembeli, terkecuali dalam kasus khusus
penjual dan pengaturan fasilitas dan infrastruktur seperti jika ada keluhan pembeli terhadap fasilitas
pasar termasuk perparkiran bekerjasama dengan pasar maupun saat diperlakukan tidak fair oleh
pihak ketiga yang diperlukan. Pengelola juga pedagang, misalnya kualitas dagangan yang tidak
menarik iuran dari pedagang. sesuai dengan harapan. Menurut pengelola
Sebagai stakeholders sudah barang tentu hampir tidak pernah ada konsumen yang
mereka memilki pola hubungan yang khas pasar menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan
yang didominasi oleh kepentingan ekonomi, pengelola selama ini. Nampaknya konsumen
namun di antara itu, terdapat pola interaksi yang cenderung menyatakan ketidakpuasan atas
tercipta karena keberadaan mereka di pasar kondisi pasar dalam bentuk pernyataan tidak
secara intensif dan lama telah menciptakan pola tertulis dengan cara mengurangi kunjungan, atau
hubungan tertentu khususnya di antara pedagang kemungkinan berpindah ke pasar lain atau ke
sehingga di sela melayani konsumen atau saat- pasar modern.
saat sepi konsumen mereka dapat mendiskusikan Interaksi antar berbagai stakeholders
hal-hal di luar perdagangan seperti soal keluarga, tersebut sudah tentu ada dalam koridor norma
bahkan soal kondisi politik negara. Interaksi baik formal maupun tidak tertulis. Norma-norma
antara penjual dan pembeli pada umumnya seleai formal biasanya ditetapkan atau dilaksanakan
pada tahap pembayaran dan penyerahan barang oleh pengelola karena memang tugas utama
khususnya pada pembeli dan penjual yang tidak mereka sesuai dengan mandat dari pemerintah
saling kenal. Pada masyarakat perkotaan yang daerah untuk mengatur pasar yang menjadi
perhitungan waktu telah dimaknai, sifat wilayah kelolanya sehingga diperlukan petunjuk
seperlunya lebih banyak muncul terutama antara maupun panduan formal dalam bentuk aturan
pedagang dan konsumen yang tidak saling kenal dan regulasi. Namun demikian terdapat norma-
dekat sebagai pelanggan. Interaksi dapat menjadi norma tidak tertulis yang menjadi kesepakatan
semakin intens jika antara penjual dan pembeli antara lain tidak saling menjatuhkan di depan
telah tercipta interaksi yag lama dalam bentuk konsumen, atau bentuk persaingan yang tidak
langganan sehingga pembicaraan dapat lebih jauh sehat. Terdapat toleransi dan solidaritas yang
mendiskusikan hal-hal lain di luar transaksi jual tinggi di antara pedagang misalnya pada situasi
beli. Namun teramati berdasar observasi interaksi salah seorang pedagang kehabisan stock, maka
semacam ini relative jarang terjadi di pasar pedagang lain dapat meminjamkan stocknya
Kompleks Margahayu. untuk dijual.Dalam konteks interaksi ini penting
Pada masyarakat perdesaan/pertanian, untuk dapat melihat etika berkomunikasi yang
dulu pasar menjadi tujuan tidak hanya kalangan diamati di pasar Kompleks Margahayu.
wanita bahkan pria juga untuk tujuan bertemu Norma–norma yang mengatur pedagang
teman-teman, relasi yang biasa menjadikan seringkali secara tidak konsisten dijalanakan
warung kopi tempat untuk sarapan, meskipun di ketika dihadapkan pada stakeholder yang lain.
rumah sudah disedikan sarapan tapi sarapan di Jika kepada sesama pedagang atau pengelola
warung menjadi kewajiban. Banyak hal yang norma-norma itu dijalankan dengan baik,
didisuksikan sembari penyeruput kopi hangat di beberapa pengalaman konsumen menunjukkan
temani aneka kue tradisional. Kebiasaan ini adanya ketidakkonsistenan ketika berhadapan
bahkan telah membudaya terutama di tanah dengan pembeli. Alasan ekonomi dapat
kelahiran penulis Tembilahan. Pasar bersetting di mencederai norma. Beberapa responden dari
perkotaan tidak lagi menunjukkan hal-hal tersebut pembeli menuturkan masih dijumpainya praktek
secara intens nampaknya disebabkan oleh tidak terpuji seperti mengurangi timbangan dan
sempitnya waktu dengan banyaknya kegiatan menjual produk yang sudah kadaluawarsa.
individu. Di pasar Kompleks Margahayu situasi Seorang pembeli menceritakan keluhannya karena
tersebut tidak lagi banyak dijumpai kecuali di membeli ke seorang pedagang, namun ternyata
beberapa warung sekitar pasar yang melayani produk tersebut telah membusuk, namun ketika
pembeli singgah atau tukang becak, namun keluhan disampaikan, dengan santai si pedagang
teramati lebih pada kebutuhan seperlunya untuk mengatakan bahwa ia menyatakan yang
makan. bersangkutan membelinya sudah begitu dari

425
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

pasar induk. Kebohongan itu menjadikan dirinya seperti pasar, peran pihak pengelola dapat
berpotensi kehilangan pelanggan, tidak dipercaya diperluas sekaligus sebagai lembaga
lagi, dijauhi. Seyogyanya karakter moral ini harus intemediasai.Namun selama ini peran pihak
dipahami sebagai sebuah tanggung jawab, agama pengelola pasar dalam hal ini masih cenderung
apapun mengajarkan kebaikan, pentingnya minim. Oleh karena itu pengelola seyogyanya
memiliki karakter moral yang baik sebagai juga berfungsi menjadi lembaga penengah konflik
pedangang di pasar tradisional akan menjadi dengan menyediakan sarana untuk pengaduan
kekuatan yang dikaitkan dengan perwujudan keluhan dari semua pihak sehingga dapat diambil
kebiasaan baik yang menjadi prinsip bisnis tindakan yang proporsional agar tidak terjadi lagi
mereka : baik, jujur, ramah, sabar, terbuka, ke depan atau setidaknya dapat diminimalisir.
toleran, empati, amanah, sebagai karakter etis Tidak dinafikan lagi bahwa kehadiran
yang baik sehingga membudaya dalam tata kelola teknologi informasi dan komunikasi memudahkan,
pasar tradisional yang khas. Untuk itu etika mengefisienkan dan melalui penghematan tenaga,
menjadi dasar pijakan yang menggiring mereka biaya dan waktu dalam berkomunikasi Namun
dalam memilih strategi komunikasi, mewarnai terkait kasus pasar tradisional Kompleks
perilaku komunikasi diantara mereka dalam hal Margahayu, TIK tidak banyak digunakan
terkait pengambilan keputusan, penyelesaian pelanggan terkait dalam pembelian barang.Cara
konflik, negosiasi dan kecendrungan dalam konvensional dengan datang langsung masih
bertindak yang lebih tepatdan proporsional. banyak disukai karena seringnya konsumen
menemui rendahnya tingkat kejujuran beberapa
Pola komunikasi pedagang seperti dikeluhkan seorang ibu yang
kapok memesan ayam dan mendapatkan ayam
Dilihat dari standar etika komunikasi pola busuk. Pelanggan merasa lebih baik datang
hubungan antar stakeholders di pasar Kompleks langsung memilih yang diperlukan dan membayar
Margahayu terlihat masih pada tataran medium barang yang dibeli dengan cara tunai. Hampir
ke bawah yang ditunjukkan oleh beberapa konflik tidak ada yang berutang transaksi selalu bayar
antara pedagang dan konsumen seperti tunai. Banyak kasus pasar tradisional di tempat
dilaporkan oleh seorang informan konsumen. lain khususnya perdesaan yang masih
Sebagaimana dinyatakan oleh Johnstone (1989) memungkinkan adanya transaksi dengan status
etika komunikasi berfungsi untuk meningkatkan hutang terutama antara pembeli dan penjual. Lain
komunikasi yang etis dalam transaksi di pasar halnya dalam hubungan antara pedagang dan
tradisional yang bercirikan keterbukaan, pemasok barangnya, penggunaan TIK khususnya
ramahtamah dan niat untuk berinteraksi. SUdah melalui handphone sudah terjdai dengna
barang tentu etika juga akan dipengaruhi oleh baik.Demikian juga dalam perolehan barang,
bentukan dasar dari pelaku terutama terkait pedaganga dapat membayar setelah dagangan
dengantingkat pendidikan dan lingkungan budaya laku atau dibayar pada pengantaran barang
yang membesarkan individu yang bersangkutan. berikutnya. Trust lebih terjadi pada hubungan
Perlakuan terhadap pihak lain akan terlihat dari ekonomi antara pedagang dengan distributor
cara individu berkomunikasi yang terlihat dari cara ketimbang pedagangan dengan konsumen.
menghadapi dan memperlakukan pihak lain.Dari
observasi beberapa kali terlihat terjadi komunikasi Ekspektasi terhadap keberlanjutan Pasar
dengantensi tinggi antara pedagang dan pembeli Tradisional
karena perbedaan ekspektasi dari masing-
masing.Ketika pembeli sedikit kecewa dengan Harapan untuk keberlanjutan pasar
pelayanan atau kualitas barang, pedagang tradisional sama-sama disuarakan baik oleh
cenderung untuk menggunakan kata-kata akhir pedagang maupun pembeli. Penjual lebih
yang cenderung defensif atau mempersilakan berargumen pada eksistensi mereka untuk
penjual untuk tidak beli di tempatnya.Ada mencari penghidupan di samping manfaat
kecenderungan keluhan konsumen tidak diterima persaudaraan dan bermasyarakat yang diperoleh.
sebagai sebuah kritik namun dianggap sebagai Mereka pada umumnya menyatakan tidak
‗menyudutkan‘ pedagang sehingga komunikasi sanggup untuk bersaing dengan pasar modern.
yang tercipta tidak lagi sehat dan beretika. Namun mereka memiliki keyakinan ada segemen
Dalam kasus tersebut diperlukan pihak tertentu yang tetap akan datang membeli
penengah agar konflik tidak mencapai eskalasi dagangan mereka. Namun untuk dapat
yang merugikan semua pihak.Dalam skala kecil setidaknya mendekati situasi dan level pelayanan

426
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

yang diinginkan konsumen, mereka memerlukan menjadi tanggung jawab pengelola maupun
dukungan dari pihak yang berwenang dalam hal pedagang di lingkungan jualannya dapat menjadi
ini pemerintah untuk dapat melindungi dengan stimulan untuk mempertahankan konsumen tetap
peraturan maupun fasilitas atau setidaknya setia berkunjung ke pasar tradisional. Tampilan
kemudahan untuk mengembangkan usahanya. tempat jualan, desain dan penatan ruang, kualitas
Dari beberapa ungkapan pedagang dapat barang, jam buka menjadi complain utama para
disimpulkan bahwa campur tangan pemerintah konsumen dan mengharapkan dapat diperbaiki.
lebih diharapkan dalam aspek ini. Mereka berharap ada semacam inovasi dalam
Pedagang juga menyadari bahwa mereka pelayanan pasar yang menjadi tugas pedagang
memiliki kekurangan dalam hal perencanaan dan pengelola untuk memikirkannya. Contoh
terutama terkait dengan skala ekonomi sehingga inovasi dalam layanan dapat meniru praktek
tidak dapat memperoleh manfaat jejaring dengan beberapa pasar tradisional di tempat lain baik
pemasok maupun akses ke dana perbankan. Ada dalam negeri maupun luar negeri. Pelayanan
tawaran-tawaran permodalan swasta namun dengan penuh senyum sudah di praktekkan di
sewdikit sekali pedagang yang berani mengambil misalnya di sebuah pasar di Surabaya.
disebabkan besarnya bunga yang harus dibahyar, Seorang ibu yang secara kebetulan
atau lebih mendekati sistem rentenir. Mereka menjadi informan ternyata memiliki pengalaman
menyebtukan memang mendengar ada paket- tersendiri dengan menjadi pelanggan di pasar ini.
paket kredit dari pemerintah Kota Bandung, Dengan berbelanja di pasar Kompleks Margahayu,
namun pada umumnya masih merasakan ribetnya ada kesenangan lain yaitu dilayani langsung oleh
proses pengurusan sehingga menjadi enggan penjual artinya ada interaksi langsung dengan
untuk memanfaatkan. penjual. Selain itu jika sedang tidak banyak
pembeli, kami bisa ngobrol, curhat tentang
Seperti dinyatakan dalam pengantar, pasar banyak hal termasuk berbagi informasi tentang
tradisional merupakan media yang sudah lama masakan, cara goreng krupuk melinjo yang baik
berlangsung sebagai sarana pertemuan antara agar mekar ternyata kerupuk harus disimpang di
pembeli dan penjual. Pasar tradisional kulkas untuk mempertahankan kesegarannya
mempertemukan mereka dalam suatu hubungan kemudian bisa langsung digoreng tanpa harus
yang khas di antaranya terjadi di suatu ruang dijemur terlebih dahulu, ini yang membedakan
yang secara lokasi strategis, pertemuan fisik dengan kerupuk jenis lain. Secara tidak langsung
terjadi antara pembeli dan penjual, tiak adanya proses interaksi yang terbangun dari komunikasi
kepastian harga produk sehingga menciptakan di pasar antara penjual dan pembeli ini berhasil
ruang tawar menawar. Dalam proses itu tercipta menciptakan hubungan baru secara perlahan
komunikasi dan relasi yang intensif serta menumbuhkan kedekatan yang pada akhirnya
terbentuk selama jangka panjang sehingga terbentuk trust (kepercayaan) diantara mereka,
menipatkan hubungan langgaanan, yang kadang sehingga tidak heran jika ketika uang ibu
melibatkan hubungan personal dan emosional informan ini kurang, beliau diperbolehkan
(Riska Indria, 2012). berhutang, karena telah dikenal dan dianggap
Dari responden konsumen mereka berargumen bisa dipercaya. Proses ini tidak terjadi di pasar
barang-barang kebutuhan sehari-hari tetap akan modern, meskipun telah bertahun-tahun menjadi
lebih murah ketimbang membeli di pasar modern. pelanggannya tetap belanja harus bayar tunai
Hal ini menjadi faktor utama mengapa tetap tidak boleh berhutang. Proses kedekatan ini juga
datang ke pasar Kompleks Margahayu ini. dinilai efektif (effective communication
Keinginan untuk tetap dapat memperoleh peluang networking) sebagai wahana promosi gratis yang
tawar menawar masih bisa tersalurkan di pasar sangat efektif dari pelanggan yang puas dengan
tersebut.Namun suasana pasar kompleks yang pelayanan pedagang tersebut otomatis
seringkali mudah kumuh, kotor dan bau membuat merekomendasikan teman dan saudaranya untuk
suasana tidak nyaman membuat mereka berbelanja di tempat tersebut. Pekerjaan
seperlunya saja dan ingin secepatnya selesai memperluas jaringan (networking) pelanggan
berbelanja. Oleh karena itu kondisi fisik pasar terlihat lebih mudah karena dibantu secara suka
perlu diperbaiki paling tidak memenuhi kebutuhan rela oleh pelanggan yang loyal tersebut.
minimal untuk sebuah pasar yang relative tertata, Harapan dan ungkapan baik dari
bersih dan nyaman sehingga menjadi harapan pedagang maupun pembeli di atas menunjukkan
konsumen untuk dapat menikmati blanja di pasar bahwa upaya berbenah pasar tradisional
tradisional. Jadi perbaikan internal pasar yang nampaknya perlu dimulai dari dua sisi regulasi

427
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dan pengaturan yang bersifat publik terutama ke pasar modern jika ada hal-halyang
yang mengatur regulasi pasar maupun dukungan mengecewakan dan membuat segmen ini tidak
kelengkapan fasilitas toilet dan mushola yang merasa nyaman dengan layanan dan kualitas
terawat, bersih, areal parkir motor dan mobil pasar tradisional. Hal ini yang banyak terjadi
dengan naungan serta terjamin keselamatan dan akhir-akhir ini di Indonesia. Upaya meningkatkan
keamanannya. Hal yang tidak kalah penting dan kualitas layanan pasar tradisional perlu dilakukan
menjadi sorotan konsumen adalah lemahnya jika tidak ingin semakin deras pergeseran segmen
masalah pengelolaan sampah dan kebersihan tersebut.
pasar, hal ini diperburuk dengan sistem drainase Kondisi kualitas layanan rendah juga
yang buruk, sehingga ketika musim hujan, tidak terjadi di pasar Kompleks Margahayu baik pada
jarang, pasar tergenang dengan air selokan yang tampilan fisik maupun sebagian proses interaksi
membawa begitu banyak sampah yang yang terjadi. Namun demikian fungsi ekonomi dan
mengkhawatirkan kesehatan. Disini perlunya peran positif pasar tradisional dari perspektif
komitmen terhadap pengembangan dan sosial masih dirasakan penting oleh sebagian
pembangunan pasar tradisional, dan aspek stakeholders. Melihat hal tersebut perlu dilakukan
internal yang lebih mencerminkan perbaikan upaya yang terstruktur dari dua sisi yaitu aspek
internal yan glebih bersifat pada pembenahan ke pengaturan dan tindakan internal pelaku
dalam antara pedagang dan pengelola sehingga khususnya pedagang dan pengelola untuk
tercipta lingkungan pasar yang memenuhi memperbaiki kinerjanya masing-masing. Berbagai
standart minimal kesehatan dan kenyamanan inovasi dapat dicari maupun belajar rujukan
yang sangat dirindukan para pembeli. Selain itu mengenai pengelolaan pasar tradisional yang baik
konsumen juga berharap untuk menambah khususnya dalam hal pengelolaan pasar
jumlah penjual, seperti pedagang ikan, pisang, tradisional.
telur, yang hanya masing masing penjual tunggal, Perlu kajian yang lebih detil mengenai
hal ini mengakibatkan terbatasnya pilihan untuk aspek sosial dan komunikasi di pasar tradisional
membeli produk yang sama, sehingga konsumen yang lebih mencakup responden yang
terjerat dalam keputusan keterpaksaan membeli lebihbanyak dan cakupan pengamatan yang lebih
karena tidak ada pilihan lain, Pasar tradisional detil sehingga dapat digali lebih banyak aspek
perlu dibenahi dari dua sisi tersebut jika pasar pasar tradisional khususnya pasar Kompleks
tradisional ingin memperoleh kembali kejayannya Margahayu dari berbagai persepektif maupun detil
sehingga pasar-pasar tradisional dapat tetap lanjutan dari aspek sosiologi dan komunikasi.
tumbuh dan makin berkembang, sebaliknya jika
tidak pasar tradisional di khawatirkan akan tinggal
legenda. UCAPAN TERIMA KASIH

SIMPULAN/REKOMENDASI Penulis mengucapkan terima kasih


kepada Agnes Sitinjak atas bantuannya sebagai
Pasar tradisional ditengarai tidak saja asisten dalam mengumpulkan, merekam informasi
menunjukkan representasi aktivitas ekonomi maupun kegiatan penelitian dan survei di
namun juga terdapat variabel sosial dan lapangan/pasar. Isi menjadi tanggung jawab
komunikasi yang merefleksikan kondisi sosial sepenuhnya dari tim penulis.
ekonomi masyarakat. Ada nilai lebih pasar
tradisional dibanding pasar modern dalam hal DAFTAR PUSTAKA
kemampuan mengakomodasi kebutuhan
masyarakat untuk mengekspresikan nilai dan  Ardyan J.W., 2012. Respon Masyarakat
norma maupun tuntutan kebutuhan akan hal-hal Terhadap Keberadaan Pasar Tradisional Dan
tertentu yang tidak dapat dipenuhi oleh media Pasar Modern Di Kelurahan Kauman
pemasaran yang lain seperti misalnyapasar Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk
modern. (Studi Kasus: Pasar Wage Dan Prima
Pasar tradisional dan pasar modern pada Swalayan Kelurahan Kauman Kecamatan
hakiktanya tidak dapat secara langsung Nganjuk Kabupaten Nganjuk).
dibandingkan.Namun masing-masing memiliki http://www.academia.edu. Diakses
segmen konsumen tersendiri. Yang mejadi 2/11/2014.
persoalan adalah segmen ini dapat bergeser  Boldyrev, Ivan A,. 2013. Economy as a Social
terutama dari segmen pengguna pasar tradisional System: Niklas Lukhman‘s Contribution and its

428
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Significance to Economics, American Journal Tradisional.http://karya-ilmiah.um.ac.id.


of Economics and Sociology , 72 (2), 265-292. Diakses 5/10/2014.
 Kusnadi, 2014.Pasar Tradisional Harus Mampu  Drajat Tri Kartono 2004. ―Pasar Modal
Bersaing dengan Pasar Modern. Media Tradisional (Analisis Sosiologi Ekonomi
Nusantara Online, tanggal akses 5/9/2014 terhadap Reintenir)‖Jurnal Sosiologi
 Lewis, Carol W. 2004.Ethical Norms in Public DILEMA17 (1), 1-9.
Service, World Bank.  Granovetter & Swedberg R, 1992. The
 Riska Indria . 2012. Efektifitas Komunikasi Sociologyof Economic Life, Westview Press,
Antarbudaya Di Pasar Tradisional (Studi Kasus San Francisco.
Efektifitas Komunikasi Antarbudaya Antar  Weber, Economiy and Society, jilid
Penjual Dan Pembeli Di Pasar Tradisional 1,University of California Press, Berkely,1978.
Petisah Medan). . Jurnal usu.ac.id. 1 (1)  Geertz, Clifford, 1973. ―The Interpretation of
 Pamardi Utomo, 2002, Merencanakan pasar Cultures‖, Basic Book Inc, New York.
tradisional di Wilayah Jogja. Gema Teknik,  Richard DeGeorge dan Karen Kebacgz,
Uiversitas Sebelas Maret, Solo. 1986.Bussiness ethic edisi ke2. New York:
 Reffiliansi.2012. Perilaku Berbahasa dalam Macmillan.
Transaksi Jual Beli di Pasar

429
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BUDIDAYA MANGGA


(KASUS PADA KELOMPOK TANI ADS DAN SARI BUAH,
KABUPATEN MAJALENGKA)

MANGOES CULTIVATION TECHNOLOGY ADOPTION LEVEL


Hepi Hapsari1 dan Aldy M. Faiz Raksayudha2

Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung-Sumedang, Jatinangor Km 21

(e-mail : aldyfaiz022@gmail.com / hapsari.hepi@yahoo.co.id)

ABSTRAK. Kualitas buah mangga yang dihasilkan Indonesia dinilai masih rendah. Kurang dari satu persen
produksi mangga Majalengka yang dapat disekpor karena kualitas rendah. Hal ini diduga karena teknik
budidaya kurang baik, tidak sesuai dengan panduan (SOP) yang direkomendasikan Dinas Pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Tingkat Adopsi Budidaya mangga, (2) Kriteria tingkat adopsi
teknologi budidaya mangga. Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Sari Buah dan Kelompok Tani
ADS Majalengka, sebagai produsen mangga orientasi ekspor. Desain penelitian kuantitatif dengan metode
survei sensus. Responden adalah seluruh anggota Kelompok Tani berjumlah 31 orang. Analisis data secara
deskriptif berdasarkan tabulasi silang. Tingkat adopsi diukur berdasarkan perbandingan antara parktek
budidaya yang dilakukan petani dengan pedoman ideal (SOP) yang direkomendasikan Departemen
Pertanian. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat adopsi teknologi budidaya mangga termasuk dalam
kriteria sedang mendekati rendah dengan nilai 57,9%. Komponen teknologi yang kurang baik dilakukan
adalahpemangkasan dahan, penjarangan buah, pembungkusan buah, pengairan, pemanen dan penanganan
pasca panen. Komponen teknologi yang cukup baik dilakukan adalah persiapan lahan, persiapan bibit,
penanaman, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama penyakit.

Kata kunci :Tingkat, adopsi, teknologi, budidaya, manga

ABSTRACT The quality of mangoes produced Indonesia is still low. Less than one percent of Majalengka‘s
mangoes production can be exported because of its low quality. This is presumably due top or farming
techniques, not in accordance with the guideline s(SOP) recommended by the Department of Agriculture.
This study aimed to determine: (1) The adoption of mangoes cultivation, (2) the criteria for the level of
technology adoption mangoes cultivation. This research was conducted at the Fruit Farmers Group and
Farmers Group of ADS Majalengka, as export-oriented mangoes producers. Quantitative research design
with census survey method. The respondents are all members of the farmer group numbered 31 people.
Descriptive data analysis based on cross-tabulations. The adoption rate is measured by a comparison
between the practice of cultivation by the farmers with the ideal guidelines (SOP) recommended the
Department of Agriculture. The results showed that the level of technology adoption, including the criteria
for mangoes cultivation was approaching the lower the value of 57.9%. Component technology is less well
done pruning branches, fruit thinning, fruit packing, irrigation, harvesting and post-harvest handling.
Component technology is quite well done island preparation, seed preparation, planting, fertilizing, weeding,
and pest and disease control.

Keywords: Levels, adoption, technology, cultivation, mango

PENDAHULUAN Pengembangan mangga komoditas ekspor


dilakukan sekitar tahun 1997, dan telah menuai
Kabupaten Majalengka merupakan salah hasilnya sebagai eksportir terbesar mangga
satu daerah pengekspor mangga di Jawa Barat. varietas Gedong Gincu. Meskipun demikian,

430
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

kendala berupa penurunan angka ekspor yang dan pengekspor mangga, hal ini disebabkan
disebabkan penurunan kualitas dan mutu buah petani tidak sepenuhnya menjalankan prosedur
menjadi penghambat pengembangan komoditas penanaman mangga sesuai dengan standar.
di wilayah ini. Penurunan angka ekspor mangga Demikian pula, menurut Dinas Pertanian
sebesar 617 Ton terjadi pada tahun 2010, dimana Majalengka kepedulian petani terhadap
ekspor tahun 2009 sebesar 1616 Ton, tahun 2010 penyuluhan relatif rendah, dengan kehadiran
mencapai 999 Ton. Namun pada tahun 2011 petani setiap kegiatan penyuluhan yang diadakan
kembali meningkat menjadi 1.485 Ton (Dinas kurang dari 80% (Dinas Pertanian dan Perikanan
Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka Kabupaten Majalengka, 2012).
2012).
Kendala ekspor yang paling banyak TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
ditemukan dalam ekspor buah mangga yaitu,
penolakan buah mangga karena ketatnya Tujuan penelitian untuk mengetahui : (1)
pengawasan standar kualitas oleh beberapa Tingkat adopsi teknologi budidaya mangga, (2)
Negara. Rendahnya kualitas mangga di Indonesia Kriteria tingkat adopsi teknologi budidaya
salah satunya disebabkan, oleh teknik budidaya mangga. Ruang lingkup penelitian : inovasi dan
yang kurang baik. Masih banyak petani yang teknologi
belum menerapkan standar penanaman mangga
yang baik sesuai rekomendasi yang telah ADOPSI INOVASI
dikeluarkan Departemen pertanian (Dinas
Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka Mardikanto (2012) adopsi dalam
2012). penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai
proses perubahan perilaku baik yang berupa
Tabel 1. Ekspor dan Produksi Mangga pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada
Kabupaten Majalengka 2009-2011 diri seseorang setelah menerima ―inovasi‖ yang
disampaikan penyuluh kepada sasarannya.
Tahun Jumlah Produksi Inovasi adalah suatu ide, perilaku, produk,
Ekspor (Ton) informasi, dan pratek-praktek baru yang belum
(Ton) banyak diketahui, diterima, dan
2009 1.616 46.608,80 digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga
2010 999 16,431 masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang
2011 1.485 43.279,70 mendorong terjadi perubahan-perubahan disegala
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya
Perikanan Kabupaten Majalengka perbaikan mutu hidup setiap individu/warga
2009,2010, 2011) masyarakat yang bersangkutan
(Mardikanto,1993).
Dua kelompok tani yang menjadi supplier Adopsi inovasi merupakan suatu proses
ekspor mangga di Kabupaten Majalengka, yaitu mental atau perubahan perilaku baik yang berupa
Kelompok Tani ADS yang berada di Kecamatan pengetahuan (cognitive), sikap (affective),
Panyingkiran dan Kelompok Tani Sari Buah yang maupun keterampilan (psycomotor) pada diri
berada di Kecamatan Majalengka. Dua Kelompok seseorang sejak ia mengenal inovasi (Rogers and
Tani tersebut menjadi yang terbesar menjadi Shoemaker, 1971dalam Totok Mardikanto, 1994).
supplier ekspor berdasarkan kapasitas produksi Suparlan (1981) menyatakan bahwa adopsi
per musim tanam (Dinas Pertanian dan Perikanan inovasi dipengaruhi oleh (a) tidak bertentangan
Kabupaten Majalengka, 2013). dengan pola kebudayaan yang telah ada, (b)
Upaya yang harus dilakukan petani untuk struktur sosial masyarakat dan pranata sosial, dan
meningkatkan pendapatan dan produktivitas (c) persepsi masyarakat terhadap inovasi.
mangga adalah mengikuti anjuran Dinas Kecepatan proses adopsi dipengaruhi oleh
Pertanian melalui PPL, perihal teknik budidaya klasifikasi pengadopsi, ciri-ciri pribadi, sosial,
dan pemasaran. Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) budaya dan lingkungan serta sumber informasi.
juga harus lebih aktif memberikan informasi agar
usahatani yang dijalankan berkembang ke arah Tingkat Adopsi
yang lebih baik. Menurut BPTP-NTB (2004) kategori
Untuk mendapatkan mangga kualitas ekspor tingkat adopsi ada tiga yakni tinggi, sedang, dan
di Majalengka dirasakan cukup sulit bagi mitra rendah (BPTP-NTB,2004). Tingkat adopsi tinggi

431
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

artinya petani sudah menerapkan atau ditentukan oleh PPL yang kompeten (ahli)
mengadopsi teknologi budidaya mangga sesuai budidaya mangga. Dengan asumsi jika petani
dengan anjuran Dinas atau Departemen mengadopsi (menerapkan) semua teknologi
Pertanian. budidaya mangga yang benar, maka nilainya 100
% (ideal atau baik). Penilaian penerapan
Tabel 2. Kategori Tingkat Adopsi teknologi berdasarkan observasi di lapangan yang
didampingi PPL.
Kategori Tingkat Skor Adopsi
Adopsi Tabel 3. Komponen Teknologi Budidaya Mangga
Rendah < 50% berdasarkan Rekomendasii Dinas Pertanian
Sedang 50 – 80 % Kabupaten Majalengka.
Tinggi > 80 %
Komponen Sub Komponen Indikator Skor
Sumber : BPTP NTB (2004) Teknologi Teknologi adops
i (%)
Tingkat Adopsi =% Penyiapan lahan + % Penyiapan  Pembuatan sketsa  Ada/Tidak 12%
Lahan kebun  Ada/Tidak
Penggunaan benih + % Penanaman + %  Perencanan tata  Ada/Tidak
Pemangkasan + % Pemupukan + % Penyiangan sumber air  Ya/Tidak
(1)  Perencanaan tata
+ % Pengairan + % Penjarangan buah + % jalan di kebun\  Ya/Tidak
Pembungkusan buah + % Pengendalian hama  Pembuatan teras  Ya/Tidak
bagi lahan yang
dan penyakit + % Panen + % Penanganan pasca dengan kemiringan
panen 10°
Tingkat adopsi teknologi budidaya mangga  Lubang tanam
10x10 m
memiliki total nilai keseluruhan komponen  Pembukaan lubang
teknologi budidaya yaitu sebesar 100%. tanam selama dua
minggu dan
Persentase tersebut merupakan akumulasi dari pencampuran
nilai pembobotan tiap komponen teknologi tanah dengan
pupuk kandang
budidaya sesuia dengan anjuran yang telah Persiapan Bibit  Varietas unggul  Ya/Tidak 12%
ditetapkan di daerah penelitian. dan bebas penyakit  Ya/Tidak
Pengukuran tingkat adopsi dapat dilakukan (2)  Jumlahbibit (100-  Ya/Tidak
125 pohon/ha)  Ya/Tidak
dengan tiga tolak-ukur, yaitu kecepatan atau  Tinggi bibit 60-80  Ya/Tidak
selang waktu antara informasi yang diterima cm dengan  Ya/Tidak
diameter 1-1,5 cm  Ya/Tidak
dengan penerapan yang dilakukan, luas  Batang hijau tua
penerapan informasi, dan mutu intensifikasi kecoklatan, batang
lurus, dan tidak
dengan membandingkan penerapan dengan bercabang
―rekomendasi yang telah disampaikan oleh  Daun hijau
penyuluhnya‖ (Totok Mardikanto, 1994). mengkilap
 Bibit telah berumur
6 bulan atau lebih
METODE  Bibit berasal dari
perbanyakan
vegetatif
Penelitian ini dilakukan pada Juni - Agustus Penanaman  Pemberian pupuk  Ya/Tidak 12%
2014 pada Kelompok tani ADS dan Sari Buah, kandang dan
pupuk sp-36  Ya/Tidak
Kecamatan Majalengka dan Panyingkiran, (3) sebanyak 20-40  Ya/TIdak
Kabupaten Majalengka. Desain penelitian adalah kg/Ha
 Bibit ditanam tegak  Ya/Tidak
kuantitatif dengan metode penelitian survei lurus  Ya/Tidak
eksplanatori. Sumber data primer adalah petani  Penanaman bibit
lebih dari 5 cm di
mangga anggota kelompok Tani ADS dan Sari atas pangkal
Buah, Kabupaten Majalengka berjumlah 31 orang. batang dan lebih
Data sekunder diperoleh dari penelusuran dari 25 cm dibawah
okulasi
dokumen : laporan BPP, Dinas Pertanian, hasil  Pemasangan ajir
penelitian dan jurnal yang relevan.  Pemasangan
naungan
Analisis data dilakukan secara deskriptif Pemangkasan  Pembentukan  Ya/Tidak 6%
berdasarkan hasil perhitungan tingkat adopsi total kanopi 1 batang
utama, 3 cabang  Ya/Tidak
dan per komponen teknologi. Tingkat adopsi (4) primer, 9 cabang  Ya/Tidak
dihitung berdasarkan total skor adopsi tiap sekunder, 27  Ya/Tidak
komponen. Skor adopsi tiap komponen cabang tersier  Ya/Tidak

432
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Komponen Sub Komponen Indikator Skor Komponen Sub Komponen Indikator Skor
Teknologi Teknologi adops Teknologi Teknologi adops
i (%) i (%)
 Pemangkasan saat Pembungkusa  Menjagabuah agar  Ya/Tidak 6%
tinggi bibit 80-100  Ya/Tidak n Buah terlindung dari
cm (9) gangguan dan
 Memelihara 3 mendapatkan
cabang primer kualitas buah yang
dengan sudut 120 baik
° Pengendalian  Pengendalian hama  Ya/Tidak 10%
 Memangkas Hama dan  Pengendalian  Ya/Tidak
ranting tidak Penyakit Penyakit  Ya/Tidak
bermanfaat (10)  Penggunaan
 Memangkas di usia Insektisida hanya
produktif pada saat terkena OPT
batang atau tunas saja
air Panen  Panen dilakukan  Ya/Tidak 12 %
 Memangkas pada buah mangga
cabang bersudut berumur 95-115  Ya/Tidak
dan terkena (11) hari setelah bunga  Ya/Tidak
penyakit mekar
Pemupukan  Pemupukan untuk 8%  Panen dilakukan
Tanaman Belum  Ya/Tidak pada pukul 09:00-
Menghasilkan :  Ya/TIdak 16:00 WIB
- Dilakukan 2  Menyisakan tangkai
(5) kali dalam  Ya/TIdak buah sepanjang
setahun kurang lebih 5-10
- Pupuk cm
sebanyak 20-  Ya/Tidak Penanganan  Cara pengumpulan  Ya/Tidak 7%
40 kg/tanaman Pasca Panen  Cara sortasi  Ya/Tidak
 Pemupukan pada  Ya/TIdak  Cara gradding  Ya/Tidak
Tanaman (12)  Cara pelabelan  Ya/Tidak
Menghasilkan :  Ya/Tidak  Cara pengemasan  Ya/Tidak
- Pemupukan  Cara penyimpanan  Ya/Tidak
setelah panen  Cara distribusi  Ya/Tidak
: 450 g Urea,
300 g SP-36,
450 g KCl , dan
pupuk organik (1 – 12) Skor (nilai) adopsi Semua 100
20 kg per sempurna (ideal) dilakukan %
tanaman
Pemupukan
-
menjelang
Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan
berbunga : 150 Kabupaten Majalengka 2011
g Urea, 150 g
SP-36, 100 g
KCl per HASIL DAN PEMBAHASAN
tanaman
- Pemupukan
saat buah Tabel 4. Tingkat Adopsi Teknologi Budidaya
sebesar Mangga
kelereng: 198
g Urea, 132 g
SP-36, 198 g No Komponen Skor ideal Skor Kriteria
KCl / tanaman Teknologi rekomendasi faktual Tingkat
- Pupuk organik Budidaya Mangga PPL (%) yg Adopsi
saat awal dilakukan Faktual
musim hujan petani
2-10 bakul/ (%)
tanaman (20- 1 Pengolahan lahan 12 6,3 Tinggi
100 kg) 2 Persiapan bibit 12 7,2 Tinggi
Penyiangan  Membersihkan  Ya/Tidak 5% 3 Penanaman 12 5,4 Sedang
(6) tanaman dari 4 Pemangkasan 6 1,6 Rendah
gulma 5 Pemupukan 8 7,2 Tinggi
Pengairan  Pengairan pada  Ya/Tidak 5% 6 Penyiangan 5 4,3 Tinggi
tanaman muda di 7 Pengairan 5 2,7 Rendah
(7) bawah 5-6 tahun  Ya/Tidak 8 Penjarangan buah 5 1,6 Rendah
sebanyak 40 9 Pembungkusan 6 1,9 Rendah
liter/hari/tanaman buah
 Pengairan pada 10 Pengendalian Hama 10 8,8 Tinggi
saat buah sebesar Penyakit
bola pingpong 11 Panen 12 9,9 Tinggi
yaitu 70-100 12 Penangan Pasca 7 3,7 Sedang
liter/tanaman/hari Panen
Penjarangan  Mengurangibuah  Ya/Tidak 5% Jumlah 100 57,9 sedang
Buah (8) per malai ke
rendah

433
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Petani belum sepenuhnya melakukan turun temurun. Tingkat adopsi petani terhadap
pengolahan lahan sesuai petunjuk Dinas teknik pengairan termasuk rendah, dengan rata-
Pertanian. Pada enam tahap pengolahan lahan, rata 2,7 persen dari skor ideal 5 persen.
petani umumnya hanya mengerjakan tiga tahap Sebagian besar responden tidak melakukan
yaitu, tata jalan di kebun, lubang tanam 10x10, penjarangan buah dimaksudkan agar mereka
dan pembukaan lubang tanam selama dua memperoleh kuantitas yang banyak tapi mereka
minggu. Sedangkan, untuk pembuatan sketsa tidak memperdulikan masalah kualitas dari buah
kebun, tata sumber air, dan pembuatan teras yang mereka hasilkan dari budidaya mangga yang
untuk lahan yang miring masih banyak petani mereka lakukan. Tingkat adopsi petani terhadap
yang belum mengerjakannya. Tingkat adopsi teknologi budidaya mangga dalam tahap
terhadap teknik pengolahan lahan cukup tinggi, penjarangan buah terbilang rendah, dengan rata-
dengan rata-rata 6,3 persen dari skor ideal 12 rata 1,6 persen dari skor ideal 5 persen.
persen. Petani mangga banyak yang tidak melakukan
Pada tahap persiapan bibit pada pembungkusan buah dikarenakan petani
umumnya petani responden berada pada kategori respoden belum memahami tujuan dari
sedang. Hal ini karena petani belum memahami melakukan pembungkusan buah. Tingkat adopsi
tujuan dari persiapan bibit yang seutuhnya. petani terhadap teknologi budidaya mangga
Tingkat adopsi petani terhadap teknik persiapan dalam tahap pembungkusan buah terbilang
bibit termasuk tinggi dengan rata-rata 7,2 % dari rendah, dengan rata-rata 1,9 persen dari skor
skor ideal 12 %. ideal 5 persen.
Umumnya responden belum memahami tujuan Secara umum, petani mengetahui tujuan
dari prosedur penanaman yang dianjurkan Dinas dari pengendalian hama dan penyakit. Mereka
Pertanian. Banyak petani yang tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit
menggunakan ajir dan naungan yang berfungsi secara terpadu, agar kualitas mangga lebih baik
agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus. dan menekan biaya pestisida. Tingkat adopsi
Tingkat adopsi petani terhadap teknik penanaman petani terhadap tehnik pengendalian hama dan
termasuk sedang, dengan rata-rata 5,4 persen penyakit termasuk tinggi, dengan rata-rata 8,8
dari skor ideal 12 persen. persen dari skor ideal 10 persen.
Secara umum responden hanya Proses pada tahap panen yang dilakukan
melakukan pemangkasan pada saat batang oleh petani responden yang berasal dari dua
terkena penyakit dan memangkas batang yang kelompok tani ADS dan Sari Buah sebagian petani
tidak berguna saja, sedangkan anjuran komponen telah menerapkan teknik pemanenan sesuai
pemangkasan lainnya tidak diterapkan oleh petani anjuran Dinas Pertanian melalui PPL. Tingkat
responden. Tingkat adopsi petani terhadap adopsi petani terhadap teknik pemanenan
teknik pemangkasan termasuk rendah, dengan termasuk tinggi, dengan rata-rata 9,9 persen dari
rata-rata 1,6 persen dari skor ideal 6 persen. skor ideal 12 persen.
Petani sangat memahami pentingnya Petani belum melakukan teknik pasca panen
pupuk bagi tanaman. Mereka menggunakan yang baik. Pada umumnya petani hanya
pupuk kandang di awal penaman bibit dan pupuk melakukan pengumpulan, dan penyimpanan.
kimia untuk perawatan setelah tumbuh. Tingkat Sedangkan untuk sortasi, grading, pelabelan,
adopsi petani teknik pemupukan terbilang cukup pengemasan, dan pendistribusian dilakukan oleh
tinggi, dengan rata-rata 7,2 persen dari skor ideal pengumpul dan mitra pemasaran. Tingkat adopsi
8 persen. petani terhadap tehnik pasca panen termasuk
Sebagian besar responden sudah melakukan sedang, dengan rata-rata 3,7 persen dari skor
teknik penyiangan dengan baik, sesuai petunjuk ideal 7 persen.
PPL. Mereka perhatian terhadap gulma yang
mengganggu pertumbuhan mangga. Tingkat SIMPULAN
adopsi petani terhadap teknik penyiangan
termasuk tinggi, dengan rata-rata 4,3 persen dari 1. Nilai rata-rata tingkat adopsi petani mangga
skor ideal 5 persen. adalah 57,9 persen. Tingkat adopsi petani
Umumnya petani responden belum terhadap teknologi budidaya mangga secara
memahami pentingnya pengairan bagi tanaman keseluruhan termasuk dalam tingkat adopsi
mangga. Mereka menganggap tanaman mangga sedang mendekati rendah atau kurang baik.
berbatang besar dan berakar kuat, jadi tidak perlu 2. Komponen teknologi budidaya mangga yang
diberi air. Anggapan itu sudah tertanaman sejak kurang baik dilakukan adalah pemangkasan

434
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dahan, penjarangan buah, pembungkusan  Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten


buah, pengairan, pemanen dan penanganan Majalengka. 2013. LaporanTahunan 2012.
pasca panen. Komponen teknologi yang Pemerintah Kabupaten Majalengka
cukup baik dilakukan adalah persiapan lahan,  Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten
persiapan bibit, penanaman, pemupukan, Majalengka. 2012. Laporan Tahunan 2011.
penyiangan, dan pengendalian hama Pemerintah Kabupaten Majalengka
penyakit.  Dinas Pertaniandan Perikanan Kabupaten
Majalengka. Standar Operasional Prosedur
SARAN Budidaya Mangga 2011. Pemerintah
Kabupaten Majalengka
Berdasarkan simpulan di atas, maka saran  Sudarmawan, H.P.A. 2011.HubunganFaktor-
adalah Dinas Pertanian perlu melakukan FaktorSosialEkonomiPetanidengan Tingkat
penyegaran (mengulang kembali) penyuluhan Penerapan Teknologi Budidaya Padi
teknik budidaya mangga yang sesuai rekomendasi Organik.Skripsi.Fakultas Pertanian. Universitas
Departemen Pertanian agar adopsi (penerapan) Sebelas Maret.
teknologi budidaya mangga dapat lebih baik. Jika  Sugiyono. 2007.
praktek budidaya baik, diharapkan produktivitas StatistikaPenelitianUntukRiset. Jakarta. PT.
dan kualitas mangga juga dapat lebih baik. Gramedia Pustaka Utama.
Kualitas mangga baik, diharapkan ekspor akan  Totok Mardikanto. 1994. Penyuluhan
meningkat dan pendapatan petani juga Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
meningkat. University Press. Surakarta.
 Totok Mardikanto.2012. Komunikasi
DAFTAR PUSTAKA Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press. Surakarta.
 Cahyono, B.2010. Cara Sukses Berkebun
Mangga Impor dan Lokal.Jakarta : Pustaka
Mina.

435
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

PENGARUH BAHAN PEREKAT TERHADAP KUALITAS BRIKET LIMBAH


BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn)

Nurhaidar Rahman1 dan Sriharti2

Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI


Jl. KS. Tubun No. 5 Subang 41213

(e-mail : edarahman@gmail.com)

ABSTRAK. Limbah biji jarak pagar (Jatropha curcas Linn) merupakan hasil samping dari pemrosesan
minyak jarak dan biodiesel, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan bakar berupa briket.
Pengolahan briket dilakukan dengan cara karbonisasi dengan menggunakan tungku pengarangan,
kemudian digiling dengan hammer mill dan dicetak dengan menggunakan alat pencetak briket kapasitas 8
briket per proses. Perlakuan terdiri dari bahan perekat yaitu tapioka, terigu dan sagu. Pengujian kualitas
kimia briket terdiri dari kadar air, kadar abu, fixed carbon , volatile matter dan nilai kalori. Pengujian
kualitas fisik briket meliputi berat jenis, sharter index, water resistance index dan kepadatan energi. Uji
pembakaran briket dengan menggunakan metode Water Boiling Test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
briket limbah biji jarak pagar dengan berbagai bahan perekat menghasilkan briket yang pada umumnya
memenuhi Stándar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-6235-2000 untuk kadar air, kadar abu dan nilai
kalori. Briket dengan bahan perekat tapioka menunjukkan kualitas yang terbaik, karena memiliki nilai kalori
(5.146 kalori/gram) dan volatile matter (46,80 %) yang tinggi dengan kandungan fixed carbon yang rendah
(37,27 %). Hasil uji pembakaran menunjukkan efisiensi termal 24 %, laju pembakaran 0,94 gram / menit,
kemampuan pembakaran 180 watt dan konsumsi spesifik bahan bakar 0,31 gram bahan bakar / gram air.

Kata kunci : bahan perekat, koalitas briket, limbah biji jarak pagar

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP sebagai bahan bakar lain, dan Peraturan Presiden
RI No. 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi
Tujuan penelitian adalah untuk nasional untuk mengembangkan sumber energi
mengetahui pengaruh bahan perekat terhadap alternatif pengganti bahan bakar minyak.
kualitas briket, baik kualitas nimia maupun Kebijakan tersebut menekankan pada sumber
kualitas fisik serta uji pembakarannya. daya yang dapat diperbaharui dan ramah
Ruang Lingkup penelitian adalah lingkungan. Untuk mendukung kebijakan tersebut
pengujian briket terdiri dari kualitas kimia dan maka dikembangkan penanaman jarak pagar
fisik. Kualitas kimia meliputi kadar air, kadar abu, (Jatropha curcas Linn).
nilai kalori, berat jenis, fixed carbon, volatile Jarak pagar memiliki buah yang terdiri
matter. Koalitas fisik meliputi sharter indeks (sifat dari daging buah, cangkang biji dan inti biji. Inti
ketahanan). Pengujian pembakaran meliputi merupakan sumber bagian yang menghasilkan
water boiling test. minyak sebagai bahan bakar. Dalam
pengepresan tidak semua minyak yang
PENDAHULUAN terkandung dalam biji jarak pagar dapat diproses
hanya sekitar 25 – 34 % saja yang dapat
Untuk mengurangi ketergantungan diproses, sehingga masih banyak yang tersisa di
terhadap bahan bakar minyak, Pemerintah bungkilnya. Dari satu ton biji jarak pagar yang
berperan aktif untuk menanggulangi masalah dipres diperoleh sekitar 660 – 750 kg limbah yang
harga minyak yang semakin meningkat dan berupa bungkil. Limbah tersebut dapat diproses
cadangan yang semakin menipis. Dalam menjadi bahan bakar yang berupa briket.
mengantisipasi masalah tersebut, maka Briket dapat didefinisikan bahan bakar
dikeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa
No. 1 tahun 2006 tentang penyediaan dan bahan organik yang telah mengalami proses
pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (biofuel) pemampatan dengan daya tekan tertentu. Faktor

436
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

yang mempengaruhi sifat briket adalah berat Tujuan penelitian adalah untuk
jenis, kehalusan bahan baku, suhu karbonisasi, mengetahui pengaruh bahan perekat terhadap
kehalusan bahan baku dan tekanan pengempaan kualitas briket, baik kualitas nimia maupun
serta formula bahan baku (4). koalitas fisik serta uji pembakarannya.
Menurut Grover dan Mishra, 1996 dalam
Syamsiro dan Saptoadi, 2007, teknologi METODOLOGI PENELITIAN
pembriketan dapat dibagi menjadi 3 yaitu Bahan
pembriketan tekanan tinggi, pembriketan tekanan
medium dengan pemanas, pembriketan tekanan Bahan yang digunakan dalam penelitian
rendah dengan bahan pengikat / perekat. (10). ini adalah limbah biji jarak pagar yang berupa
Perekat adalah suatu bahan yang memiliki bungkil sebagai hasil samping dari pengolahan
kemampuan untuk mengikat dua benda melalui minyak jarak pagar. Bahan lainnya yang
ikatan permukaan. Menurut Schuchart (1996), digunakan untuk campuran briket adalah sekam
pembuatan briket dengan penggunaan bahan dan bahan perekat.
perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan
tanpa menggunakan bahan perekat, karena dapat Pembuatan briket
meningkatkan nilai bakar dari briket, kekuatan
briket dari tekanan luar yang lebih baik dengan Pembuatan briket yang dilakukan dalam
kata lain tidak mudah pecah (11). Sifat alamiah penelitian ini adalah sebagai berikut : limbah biji
bubuk arang limbah biji jarak pagar cenderung jarak pagar yang berupa bungkil dilakukan
saling memisah, dengan bantuan bahan perekat, pengeringan dengan menggunakan panas
butir- batir arang dapat disatukan dan dibentuk matahari, setelah kering kemudian dikarbonisasi
sesuai dengan kebutuhan. Permasalahannya dengan menggunakan tungku pengarangan
terletak pada jenis bahan perekat yang akan selama  5 jam sampai terbentuk arang, setelah
dipilih. Penentuan jenis bahan perekat yang dingin digiling dengan menggunakan hammer
digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas mill. Bahan baku briket yang berupa arang limbah
briket arang ketika dinyalakan dan dibakar. Setiap biji jarak pagar dan sekam ditimbang, kemudian
bahan perekat memiliki daya lekat yang berbeda- dicampur bahan perekat sampai homogen.
beda karakteristiknya. Pada penelitian ini Setelah homogen dilakukan pencetakan dengan
pembriketan yang dilakukan adalah pembriketan menggunakan alat pencetak briket manual
tekanan rendah dengan bahan perekat organik dengan kapasitas 8 briket per proses. Briket yang
yang efektif yaitu tapioca, sagu, terigu dan tanpa baru dicetak memiliki kadar air yang cukup tinggi,
perekat. sehingga perlu dikeringkan dengan
Perekat organik mempunyai karakterisasi menggunakan panas matahari.
berikut : memiliki gaya kohesi yang baik,
menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah Peralatan pembuat briket
pembakaran, mudah terbakar, tidak berasap,
mudah didapat dalam jumlah banyak, harganya Peralatan yang digunakan untuk
relatif murah, tidak mengeluarkan bau, tidak pembuatan briket terdiri dari :
beracun dan tidak berbahaya.  Tungku pengarangan yang terbuat dari drum
Hasil penelitian Sitorus dan Widardo bekas minyak tanah. Spesifikasi tungku :
(1997) menunjukkan bahwa penggunaan perekat tinggi 86 cm, diameter 58 cm, kapasitas 40
tapioka 10 % dan sagu 12 % menghasilkan briket kg bungkil jarak pagar. Pada dinding drum
terbaik karena memberikan penampakan yang diberi lubang sebanyak 4 x 9 buah = 36
baik dan tidak terdapat retak-retak (10). buah dengan diameter 15 mm. Tungku
Sedangkan menurut Sinar Tani (2009) briket dilengkapi dengan cerobong tinggi 80 cm,
bungkil jarak pagar dengan menggunakan bahan diameter 10 cm.
perekat tapioka mempunyai ketahanan tekan  Alat penggiling arang bungkil jarak pagar,
yang lebih baik dibandingkan dengan tepung dengan spesifikasi : tipe : hammer mill, daya
gaplek, yaitu 0,88 – 1,54 kg/cm2 pada tapioka penggerak 1100 watt, kapasitas 15 kg/jam,
dan 0,59 – 1,01 kg/cm2 pada gaplek. Menurut besar butir output < 3mm.
hasil penelitian Anam, A. (2000) penambahan  Alat pencetak briket, berbentuk persegi,
tepung kanji menghasilkan kuat tekan briket yang dimensi 280 x 140 x 390 mm, kapasitas 8
jauh lebih besar (1000-1600 N) dibandingkan briket per batch, bentuk briket bulat, ukuran
penambahan tanah liat (0-200 N) (1).

437
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

diameter 39 – 41 mm, tebal 27 – 31 mm, bahan bakar briket untuk mendidihkan 2 liter air
kapasitas 138 briket per jam. di panci. Setelah air di dalam panci pertama
mendidih, kemudian pengujian dilakukan dengan
Perlakuan mengganti panci yang masih berisikan air dingin
untuk dididihkan pada fase kedua. Dari metode ini
Perlakuan terdiri dari berbagai bahan dihasilkan data laju pembakaran, konsumsi bahan
perekat yaitu: bakar spesifik, efisiensi thermal dan kemampuan
Perlakuan 1 : limbah biji jarak pagar 70 % + pembakaran (4).
sekam 25 % + perekat terigu 5 %.
Perlakuan 2 : limbah biji jarak pagar 70 % + Analisis Data
sekam 25 % + perekat sagu 5 %.
Perlakuan 3 : limbah biji jarak pagar 70 % + Data yang diperoleh dari hasil pengujian
sekam 25 % + perekat tapioka 5 %. dianalisa statistik dengan menggunakan analisa
Perlakuan 4 : limbah biji jarak pagar 70 % + varians satu faktor.
sekam 30 % (tanpa perekat)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian bahan baku briket
Hasil pengujian kualitas kimia limbah biji
Pengujian bahan baku briket yaitu bungkil jarak pagar terlihat dalam tabel 1. Bungkil jarak
jarak pagar, parameter yang diuji meliputi kadar pagar mengandung beberapa unsur kimia penting
air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat. yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
Pengujian dilakukan dengan menggunakan panas. Kandungan air bungkil jarak sebesar 9,05
standar ASTM D3172 (3). %, kadar air ini berpengaruh terhadap nilai kalor
yang dihasilkan. Nilai kalori limbah biji jarak pagar
Pengujian kualitas briket cukup tinggi yaitu 5.500 kal/gram, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk bahan bakar.
Pengujian briket terdiri dari pengujian
kualitas kimia dan kualitas fisik, parameter yang Tabel 1 : Hasil pengujian kualitas kimia limbah biji
diuji meliputi kadar air diuji dengan menggunakan jarak pagar dan sekam
standar ASTM D-1762-84, kadar abu diuji dengan Parameter Limbah Sekam
menggunakan standar ASTM D -1762-84, nilai biji jarak
kalori diuji dengan menggunakan standar ASTM D  Kadar air (%) 9,05 10,1
- 2015, berat jenis diuji dengan menggunakan  Kadar abu (%) 4,34 20,6
standar ASTM D-2395, fixed carbon diuji dengan  Lemak (%) 18,17 1,18
menggunakan standar ASTM D-3172, volatile  Protein (%) 24,8 3,03
matter diuji dengan menggunakan standar ASTM  Nilai kalori 5.500 3.300
D-1762-84 (3). Pengujian kualitas fisik briket (kal/gr)
meliputi berat jenis diuji dengan menggunakan  Kerapatan jenis 463 125
ASTM D – 2395, sharter index (sifat ketahanan) (kg/m3)
diuji dengan menggunakan standar ASAE S.269.4
DEC 96 (2 & 3). Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian
berbagai bahan perekat yang digunakan. Perekat
Pengujian Water Boiling Test merupakan suatu zat yang memiliki kemampuan
untuk mengikat dua benda melalui ikatan
Pengujian pembakaran dengan metode permukaan.
air mendidih (Water Boiling Test) sesuai Komponen terbesar yang terdapat dalam
Provisional International for Testing Woodstove ke tiga bahan perekat yang digunakan adalah
(12). Pengujian Water Boiling Test bertujuan pati. Setiap pati memiliki karakteristik yang khas
untuk mengetahui kemampuan pembakaran dari tergantung pada rantai C-nya dan bercabang atau
bahan bakar yang diuji. Oleh karena itu metode lupus rantai molekulnya. Pati terdiri dari 2 fraksi
Water Boiling Test hanya menggunakan pengujian yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
satu fase saja High Power (Cold Start), dimana terlarut disebut amilasa dan fraksi tidak terlarut
pengujian dimulai dengan suhu awal yang dingin. disebut amilopektin.
Pengujian dimulai dengan tungku / kompor
berada pada suhu kamar dan menggunakan

438
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Tabel 2 : Hasil pengujian bahan perekat


8,8
Parameter Terigu Tapioka Sagu 8,6
Kadar air (%) 10,70 9,84 14,10 8,4 Kadar abu
Abu (%) 0,86 0,36 0,67 8,2
Lemak (%) 2,00 1,50 1,03 Kadar abu 8
7,8
(%)
Protein (%) 11,50 2,21 1,12 7,6
Serat kasar (%) 0,64 0,69 0,37 7,4
7,2
Carbón (%) 74,20 85,20 82,70 7
6,8
Pengujian kualitas briket Terigu Sagu Tapioka Tanpa
perekat
Gambar 1 menunjukkan pengaruh bahan Bahan perekat
perekat terhadap kadar air briket. Kadar air briket
adalah perbandingan berat air yang terkandung Gambar 2 : Pengaruh bahan perekat terhadap
dalam briket dengan berat kering briket tersebut. kadar abu briket
Kadar air briket berpengaruh besar terhadap
panas yang dihasilkan. Pada kadar air yang tinggi Gambar 2 menunjukkan pengaruh bahan
akan menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan perekat terhadap kadar abu. Kadar abu
panas yang berkurang. Kadar air dalam briket merupakan ukuran kandungan berbagai material
mempengaruhi kualitas briket. Kadar air yang anorganik dalam briket. Semua briket mempunyai
tinggi menyebabkan briket berjamur, sehingga kandungan zat anorganik yang dapat ditentukan
tidak tahan lama dalam pengemasan dan jumlahnya sebagai berat yang tinggal apabila
penyimpanan. briket dibakar secara sempurna. Briket dengan
kandungan abu yang tinggi sangat tidak
8
7,8 Kadar air menguntungkan karena akan membentuk kerak.
7,6 Abu adalah bahan yang tersisa apabila briket
7,4 dipanaskan hingga konstan. Kadar abu ini
Kadar air 7,2 sebanding dengan bahan kandungan bahan
7
(%) 6,8 organik di dalam briket. Salah satu unsur utama
6,6 yang terkandung dalam abu adalah silika dan
6,4 pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor
6,2
6 yang dihasilkan. Kadar abu sering dikaitkan
T erigu Sagu T apioka T anpa dengan adanya kehadiran zat pengotor dalam
perekat sampel. Zat pengotor menyebabkan pembakaran
Bahan perekat
sampel menjadi cepat menghasilkan abu dan
menghasilkan emisi gas buang yang lebih tinggi.
Gambar 1 : Pengaruh bahan perekat terhadap Kadar abu briket pada bahan perekat terigu 8,723
kadar air %, sagu 8,655 %, tanpa perekat 8,452 % dan
tapioka 7,599 %, seperti terlihat dalam gambar 2.
Kadar air briket pada bahan perekat Nilai kadar abu pada semua perlakuan memenuhi
tapioka yang paling baik atau yang yang terkecil standar SNI nomor 01-6235-2000 yaitu
yaitu sebesar 6,746 %, kemudian pada sagu maksimum 9 %. Hasil analisis varians
6,828 %, tanpa perekat 7,294 % dan terigu menunjukkan bahwa penggunaan berbagai bahan
7,878 %, seperti terlihat dalam gambar 1. Nilai perekat berpengaruh nyata terhadap kadar abu.
kadar air pada semua perlakuan memenuhi Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung 9,45 lebih
standar SNI nomor 01-6235-2000 yaitu besar dari Ftabel 7,59 dengan taraf signifikansi 95
maksimum 8 %. Hasil analisis varians %.
menunjukkan bahwa penggunaan berbagai bahan Abu dari bungkil jarak pagar lebih ramah
perekat berpengaruh nyata terhadap kadar air. dibandingkan abu dari batubara, karena pada
Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung 10,36 lebih batu bara banyak mengandung mineral seperti
besar dari Ftabel 7,59 dengan taraf signifikansi 95 fosfat dan potassium, sedangkan pada bungkil
%. jarak pagar mempunyai jumlah oxida keras (silica
dan alumina) yang lebih rendah.

439
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

5200 50

5100 40
5000 Volatile 30
Nilai kalori Nilai kalori
4900 matter (%) 20 Volatile matter
(kal/gr)
4800
10
4700
0
4600 Terigu Sagu Tapioka Tanpa
T erigu Sagu T apioka T anpa perekat
perekat Bahan perekat
Bahan perekat
Gambar 4 : Pengaruh bahan perekat terhadap
Gambar 3 : Pengaruh bahan perekat terhadap kadar volatile matter briket
nilai kalori briket
Gambar 4 menunjukkan pengaruh bahan
Gambar 3 menunjukkan pengaruh bahan perekat terhadap volatile matter briket. Volatile
perekat terhadap nilai kalori briket. Nilai kalor matter atau disebut juga zat terbang (zat-zat
merupakan parameter yang sangat penting untuk yang mudah menguap), berpengaruh terhadap
kualitas briket. Menurut Koesoemadinata (1980) pembakaran briket. Kandungan volatile matter
nilai kalori bahan bakar adalah jumlah panas mempengaruhi kesempurnaan terhadap
yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh satu gram pembakaran dan intensitas api. Nilai volatile
bahan bakar untuk menaikkan temperatur 1 gram matter briket jarak pagar pada bahan perekat
air dari 3,5 oC ke 4,5 oC, dengan satuan kalori tapioka yang paling tinggi yaitu sebesar 46,80 %,
(11). Dengan kata lain nilai kalor adalah besarnya kemudian terigu 43,57 % , sagu 40,79 % dan
panas yang diperoleh dari pembakaran suatu tanpa perekat 36,87 %, seperti terlihat dalam
jumlah tertentu bahan bakar didalam zat asam. gambar 4. Hal ini menunjukkan bahwa briket
Sedangkan menurut Syahri (1983) nilai kalor dengan perekat tapioka paling mudah terbakar
adalah jumlah satuan panas yang dihasilkan dan menyala. Hasil analisis varians menunjukkan
persatuan bobot bahan yang muda terbakar pada bahwa penggunaan berbagai bahan perekat
proses pembakaran yang cukup oksigen (8). Nilai berpengaruh nyata terhadap nilai volatile matter.
kalor briket jarak pagar pada bahan perekat Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung 16,97 lebih
tapioka yang tertinggi 5,146 kalori/gram, besar dari Ftabel 7,59 dengan taraf signifikansi 95
kemudian pada sagu 5.139 kalori/gram, pada %. Hasil volatile matter dalam penelitian ini sesuai
terigu 4.933 kalori/gram dan yang terkecil pada dengan prinsip proses karbonisasi yaitu
briket tanpa perekat yaitu 4.818 kalori/gram pembakaran bungkil jarak pagar tanpa adanya
seperti terlihat dalam gambar 3. Hal ini sesuai kehadiran oksigen akan melepaskan volatile
penelitian Rohyan (2003) bahwa nilai kalori suatu matter, sedangkan karbonnya tetap tinggal di
briket akan meningkat pada briket dengan bahan dalamnya (11). Dengan demikian bahan baku
perekat (11). Perbedaan nilai kalori pada bahan briket yang sudah terkarbonisasi akan memiliki
perekat disebabkan oleh perbedaan akumulasi volatil matter yang lebih rendah dibandingkan
jumlah nilai kalor yang terkandung pada setiap dengan bahan perekat.
briket, yang dipengaruhi oleh komposisi bahan 50 Fixed carbon
perekat briket. Nilai kalori briket dengan bahan 45
perekat sagu dan tapioka memenuhi standar SNI 40
35
nomor 01-6235-2000 yaitu minimum 5.000 Fixed carbon 30
kalori/gram, sedangkan pada terigu dan tanpa (%)
25
20
perekat tidak memenuhi standar. Hasil analisis 15
varians menunjukkan bahwa penggunaan 10
5
berbagai bahan perekat berpengaruh nyata 0
terhadap nilai kalori. Hal ini dapat dilihat dari nilai T erigu Sagu T apioka T anpa
Fhitung 2,53 lebih kecil dari Ftabel 7,59 dengan taraf perekat
signifikansi 95 %. Bahan perekat

Gambar 5 : Pengaruh bahan perekat terhadap


kadar fixed carbon

440
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Gambar 5 menunjukkan pengaruh bahan dilihat dari nilai Fhitung 9,94 lebih besar dari Ftabel
perekat terhadap kadar fixed carbon. Kadar 7,59 dengan taraf signifikansi 95 %. Berat jenis
karbon terikat (fixed carbon) adalah fraksi karbon sangat mempengaruhi kadar air, kadar abu, kadar
dalam arang selain fraksi abu, zat mudah vollatile matter, kadar fixed carbon dan nilai kalor
menguap dan air. Fixed carbon bertindak sebagai yang dihasilkan. Briket yang berkerapatan tinggi
pembangkit utama panas selama pembakaran. menunjukkan nilai kerapatan, keteguhan tekan,
Nilai fixed carbon briket jarak pagar pada bahan kadar abu, kadar fixed carbon dan nilai kalor yang
perekat terigu yang tertinggi yaitu sebesar 42,52 lebih tinggi dibandingkan dengan briket yang
%, kemudian pada sagu 41,88 %, tapioka 37,22 berkerapatan rendah.
% dan tanpa perekat 34,34 %, seperti terlihat
dalam gambar 5. Faktor yang mempengaruhi
7000
fixed carbon adalah kadar air, kadar abu dan Kepadatan energi
6000
volatile matter. Hasil analisis varians menunjukkan
5000
bahwa penggunaan berbagai bahan perekat Kepadatan
4000
berpengaruh nyata terhadap nilai fixed carbon. energi
3000
Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung 11,001 lebih (kal/cc)
2000
besar dari Ftabel 7,59 dengan taraf signifikansi 95
1000
%. Jumlah fixed carbon dan bahan yang mudah
0
menguap secara langsung turut andil terhadap Terigu Sagu Tapioka Tanpa
nilai panas briket. perekat
Bahan perekat
1,4 Berat jenis
Gambar 7 : Pengaruh bahan perekat terhadap
1,2
kepadatan energi briket
1

Berat jenis 0,8 Gambar 7 menunjukkan pengaruh bahan


(gr/cc) 0,6 perekat terhadap kepadatan energi. Kepadatan
0,4
energi dihitung dengan mengalikan nilai kalor
dengan berat jenis. Nilai kepadatan energi briket
0,2
jarak pagar pada bahan perekat terigu adalah
0 yang paling rendah yaitu sebesar 3.710,12
T erigu Sagu T apioka T anpa
perekat
kal/cc, kemudian pada sagu 5.087,61 kalori/cc,
tapioka 5.146,53 kalori/cc dan tanpa perekat
Bahan perekat
6.177,04 kalori/cc seperti terlihat dalam gambar
Gambar 6 : Pengaruh bahan perekat terhadap 7.
berat jenis briket
60
Gambar 6 menunjukkan pengaruh bahan 50
perekat terhadap nilai berat jenis briket. Berat Water 40
WRI
jenis menurut Haygreen dan Bower (1989) adalah Resistance 30
perbandingan antara kerapatan bahan (atas dasar Index (%) 20

berat kering dan volume kadar air yang telah 10


ditentukan) dengan kerapatan air pada suhu 4 oC. 0
Air memiliki kerapatan 1 g/cm3 atau 1.000 kg/m3
Terigu Sagu Tapioka Tanpa
perekat
pada suhu standar tersebut (6). Soeparno dkk
Bahan perekat
(1993) mengemukakan bahwa berat jenis yang
tinggi menunjukkan kerapatan arang briket yang Gambar 8 : Pengaruh bahan perekat terhadap
dihasilkan (9). Water Resistance Index
Nilai berat jenis briket jarak pagar pada
bahan perekat terigu 0,77 gram/cc, sagu 0,99 Gambar 8 menunjukkan pengaruh bahan
gram/cc, tapioka 1 gram/cc dan tanpa perekat perekat terhadap nilai Water Resistance Index
1,27 gram/cc, seperti terlihat dalam gambar 6. briket. Water Resistance Index (ketahanan air)
Hasil analisis varians menunjukkan bahwa merupakan tolok ukur untuk menggambarkan
penggunaan berbagai bahan perekat berpengaruh kualitas fisik dari berbagai bahan bakar padat
nyata terhadap nilai berat jenis. Hal ini dapat

441
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

yang berupa briket. Nilai Water Resistance Index menunjukkan bahwa penggunaan berbagai bahan
briket jarak pagar pada bahan perekat tapioka perekat tidak berpengaruh nyata terhadap nilai
yang paling tinggi yaitu sebesar 59,34 %, sharter index. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung
kemudian diikuti oleh bahan perekat sagu 52,01 3,77 lebih kecil dari Ftabel 7,59 dengan taraf
%, terigu 39,52 % dan tanpa perekat 19,67 % signifikansi 95 %.
seperti terlihat dalam gambar 8. Hal ini
menunjukkan bahwa perekat tapioka lebih
25
merekatkan partikel limbah biji jarak pagar dan
mengurangi jarak antar partikel, sehingga kontak 20 Efisiensi thermal
antar permukaan partikel bertambah dan Efisiensi 15
mengurangi rongga kosong pada briket. Hasil thermal
analisis varians menunjukkan bahwa penggunaan (%) 10
berbagai bahan perekat berpengaruh sangat 5
nyata terhadap nilai Water Resistance Index. Hal
ini dapat dilihat dari nilai Fhitung 61,61 lebih besar 0
Terigu Tapioka
dari Ftabel 7,59 dengan taraf signifikansi 99 %.

Bahan perekat
0,7 Gambar 10 : Pengaruh bahan perekat terhadap
0,6 Sharter Index efisiensi termal briket
0,5
Sharter 0,4 Gambar 10 menunjukkan pengaruh bahan
Index (%) 0,3 perekat terhadap efisiensi thermal. Efisiensi
0,2 termal yang tertinggi ditemui pada perekat
0,1 tapioka yaitu 24 %, kemudian pada perekat sagu
0 18 % dan terigu 15,5 %. Efisiensi termal terendah
Terigu Sagu Tapioka Tanpa ditemui pada briket tanpa perekat yaitu 7 %.
perekat
Bahan perekat 1

0,8
Gambar 9 : Pengaruh bahan perekat terhadap
Laju
nilai Sharter Index pembakara
0,6

n (gr/mnt) 0,4 Laju pembakaran


Pengujian sharter index adalah pengujian
daya tahan briket terhadap benturan yang 0,2
dijatuhkan pada ketinggian 1,8 meter. Pengujian 0
dilakukan untuk menguji seberapa persen bahan Terigu Sagu Tapioka Tanpa
yang hilang atau lepas dari briket akibat perekat
dijatuhkan pada ketinggian 1,8 meter. Nilai Bahan perekat
sharter index briket jarak pagar pada bahan
perekat tapioka 0,23 %, sagu 0,34 %, terigu 0,40 Gambar 11 : Pengaruh bahan perekat terhadap
% dan tanpa perekat 0,70 %. Hal ini laju pembakaran briket
menunjukkan bahwa briket dengan bahan perekat
tapioka yang paling baik, dimana kehilangan Gambar 11 menunjukkan pengaruh bahan
partikelnya paling sedikit, daya tahan terhadap perekat terhadap laju pembakaran briket. Laju
benturan paling kuat. Kemudian diikuti oleh sagu pembakaran yang tertinggi ditemui pada perekat
dan terigu. Sedangkan bahan perekat dengan tapioka yaitu 0,94 gram / menit dan yang teredah
menggunakan tanpa perekat adalah yang paling pada briket tanpa perekat yaitu 0,7 gram/menit.
rapuh, briket ini kehilangan partikel sebanyak Bahan perekat tapioka menyebabkan ikatan antar
0,70 %. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian partikel pada briket semakin kuat dan
Schuchart (1996) bahwa briket dengan menyebabkan pembakaran semakin efisien.
menggunakan bahan perekat dapat meningkatkan
kekuatan briket dari tekanan luar sehingga tidak
mudah pecah (11). Hasil analisis varians

442
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

 Briket limbah biji jarak pagar dengan bahan


0,35
0,3 perekat tapioka menunjukkan briket yang
Konsumsi 0,25 Konsumsi spesifk bb terbaik, karena mengandung kadar air
spesifik bb 0,2 (6,746 %), kadar abu (7,599 %) fixed
(gr bb/gr 0,15 carbon (34,34 %) yang terendah, dengan
air) 0,1 nilai kalori (5.146 kal/gram), volatile matter
0,05 (46,80 %) yang tertinggi. Kualitas fisik
0 briket perekat tapioka menghasilkan water
Terigu Sagu Tapioka Tanpa resistance index yang tertinggi dengan
perekat sharter index yang terendah. Hasil uji
Bahan perekat pembakaran briket perekat tapioka
menunjukkan efisiensi termal (24 %), laju
Gambar 12 : Pengaruh bahan perekat terhadap pembakaran (0,94 gram/menit), dan
konsumsi spesifik bahan bakar briket kemampuan pembakaran (180 watt) yang
tertinggi.
Gambar 12 menunjukkan pengaruh bahan
perekat terhadap konsumsi spesifik bahan bakar. DAFTAR PUSTAKA
Konsumsi spesifik bahan bakar yang paling tinggi
ditemui pada briket tanpa perekat yaitu 0,32 gram  Anam, A. (2000). Pengaruh binder terhadap
bahan bakar / gram air dan yang terendah pada karakteristik pembakaran briket batubara
perekat terigu yaitu 0,12 gram bahan bakar / subbituminus, diaskes dari
gram air. http://digilib.ib.ac.id/
 ASAE S269.4 DEC 96. (1998). Cubes, Pellets
180 and Crumbles – Definition and Methods for
160 Determining Density, Sharter index and
140 Kemampuan Moisture Content, ASAE Standard.
Kemampua 120 pembakaran  American Standard Technical Material –
n 100 ASTM. (2002). Standard Practice for
pembakara 80
Proximate Analysis of Cool and Coke, ASTM
n (watt) 60
40
International.
20  Bailis, R., Ogle, D., Mac Carty, N., Dean.
0 (2007). The Water Boiling Test, WBT versi 3,
Terigu Sagu Tapioka Tanpa The House Energy and Health Programme,
perekat Shell Foundation.
Bahan perekat  Brades, A.C., Tobing, F.S.. (2008).
Pembuatan briket arang dari eceng gondok
Gambar 13 : Pengaruh bahan perekat terhadap (Eichornia crassipes Solm) dengan sagu
kemampuan pembakaran briket sebagai pengikat.
 Haygreen dan Bower. (1989). Hasil Hutan dan
Gambar 13 menunjukkan pengaruh bahan Ilmu Kayu, diterjemahkan olah Sutjipto, A.,
perekat terhadap kemampuan pembakaran briket. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Kemampuan pembakaran yang tertinggi ditemui  Ndiema, C.K.W., Manga, P.N., Ruttoh, C.R.
pada briket dengan bahan perekat tapioka yaitu (2002). Influence of Die Pressure on
180 watt dan yang paling rendah pada briket Relaxation Characteristics of Briquette
tanpa perekat yaitu 135 watt. Biomass, Energy Conversion and
management, Vol. 43.
SIMPULAN  Syahri, T.N. (1983). Pengaruh Perekat
Terhadap Sifat Briket Arang Kayu Tusam,
Berdasarkan penelitian ini dapat diambil Makalah Lengkap dalam Simposium
kesimpulan sebagai berikut : Pengusahaan Hutan Pinus tanggal 27 – 28 Juli
 Bahan perekat berpengaruh nyata terhadap 1983. Pusat Penelitian dan Pengembangan
kualitas briket yaitu kadar air, kadar abu, Hasil Hutan, Bogor.
nilai kalori, volatile matter, fixed carbon,  Soeparno. (1993). Pengaruh tekanan, waktu
berat jenis dan Sharter index pada taraf kempa dan jenis serbuk pada pembuatan
signifikansi 95 %. briket arang gergajian terhadap rendemen

443
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

dan nilai panas, Laporan Penelitian Fakultas  http://repository.usu.ac.id/bitsream/12345678


Kehutanan UGM, Yogyakarta. 9/17590/Chapter II.pdf
 Syamsiro, M. Dan Saptoadi, H. (2007).  VITA. (1985). Water Boiling Test, ―How to ― –
Pembakaran briket biomassa cangkang kakao, Wiki HEDON House Hold Energy Network.
pengaruh temperatur udara preheat, dalam Htm.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi, 24
Nopember 2007, Yogyakarta, B1 – B10.

444
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

ANALISIS RISIKO LINGKUNGAN DARI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


TAHU DENGAN MIKROALGA
Nurhaidar Rahman1, Nurhamidar2 dan Sriharti1
1
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI
2
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
1
Jl. KS. Tubun No. 5 Subang 41213

(e-mail : edarahman@gmail.com)

ABSTRAK. Microalga memiliki potensi dalam menurunkan kadar pencemar air limbah yang memiliki kadar
organik yang tinggi, karena kemampuannya berinteraksi secara biologis dengan bakteri pengoksidasi. Studi
ini menggunakan limbah cair tahu sebagai media microalga dengan tujuan melakukan analisis risiko
lingkungan. Risiko lingkungan ini muncul jika unit pengolah limbah tidak mampu mengolah limbah cair tahu,
sehingga melebihi standard baku mutu lingkungan, sehingga dibutuhkan aplikasi sistematis dalam
meminimasi kemungkinan terjadinya risiko terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil analisis kualitatif
beberapa komponen resiko yang memiliki resiko tinggi, kemungkinan besar terjadinya, pengaruhnya besar
Namur frekuensinya rendah adalah pencemaran air permukaa. Limbah cair pabrik tahu memiliki resiko kecil
dan pengaruh limbah secara keseluruhan terhadap manusia dan lingkungan sekitar pabrik tidak signifikan.

Kata kunci : analisa risiko lingkungan, pengolahan limbah cair tahu, microalga

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Sumber daya manusia yang terlibat pada
umumnya bertaraf pendidikan yang relatif rendah,
Tujuan penelitian adalah analisa risiko serta belum banyak yang melakukan pengolahan
lingkungan adalah untuk memperkirakan batasan limbah.
atau akibat dari kejadian terburuk yang mungkin Industri tahu dalam proses pengolahannya
terjadi dengan atau tanpa perkiraan, untuk menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun
mengatahui besarnya risiko yang digunakan limbah cair. Limbah cair dihasilkan dari proses
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan pencucian, perebusan, pengepresan dan
dalam manajemen risiko. pencetakan tahu. Limbah cair tahu mengandung
Ruang Lingkup penelitian adalah bahan organik yang tinggi dan kadar BOD, COD
manajemen resiko lingkungan adalah aplikasi yang cukup tinggi, jika langsung dibuang ke
sistematis dari kebijaksanaan manajemen, badana ir akan menurunkan daya dukung
prosedur dan praktek dalam mengkomunikasikan, lingkungan.
menetapkan keadaan, mengidentifikasi, Teknologi pengolahan limbah tahu dapat
menganalisi, mengevaluasi, memperlakukan, dilakukan dengan proses biologis sistim anaerob,
memonitor dan meninjau ulang resiko ulang aerob dan kombinasi anaerob-aerob. Teknologi
lingkungan. pengolahan limbah cair tahu yang ada saat ini
pada umumnya berupa pengolahan limbah
PENDAHULUAN dengan sistem anaerob, hal ini disebabkan karena
biaya operasionalnya lebih murah. Dengan proses
Industri tahu saat ini sudah menjamur di biologis anaerob, efisiensi pengolahan hanya
Indonesia, rata-rata masih dilakukan dengan sekitar 70 – 80 %, sehingga airnya masih
teknologi yang sederhana, sehingga tingkat mengandung kadar pencemar organik yang cukup
efisiensi penggunaan air dan bahan baku masih tinggi, serta menghasilkan bau.
rendah dan tingkat produksi limbahnya relatif Analisis risiko menurut EPA adalah
tinggi. Kegiatan industri tahu di Indonesia karakterisasi dari bahaya-bahaya potencial yang
didominasi oleh usaha-usaha skala kecil dengan berefek pada kesehatan manusia dan bahaya
modal yang terbatas. Dari segi lokasi, usaha ini terhadap lingkungan. Sedangkan menurut M.L.
sangat tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Richardson (1989) analisis risiko adalah proses

445
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah b). Analisis Risiko.


dengan keragaman kemungkinan yang ada dan Analisis risiko mencakup pertimbangan
ketidakmungkinan yang akan terjadi. mengenai sumber risiko, konsekuensi dan
Tujuan analisa risiko lingkungan adalah kemungkinan dari risiko tersebut. Risiko
untuk memperkirakan batasan atau akibat dari dianalisa dengan mengkombinasikan nilai
kejadian terburuk yang mungkin terjadi dengan frekuensi dan dampak atau efek. Menurut
atau tanpa perkiraan, untuk mengatahui besarnya Standards Australia (1999) masing-masing
risiko yang digunakan sebagai dasar dalam risiko dinilai secara kualitatif dalam 5 katagori
pengambilan keputusan dalam manajemen risiko. masing-masing terhadap frekuensi dan
dampak : 5 = sangat sering terjadi, 4 = sering
METODOLOGI PENELITIAN terjadi, 3 = terjadi beberapa kali / mediu, 2 =
terjadi kadang-kadang / kecil dan 1 = ada
Studi dilakukan dengan metoda survey, kemungkinan tidak terjadi.
dengan cara mengumpulkan data. Data yang c). Karakterisasi Risiko.
diambil meliputi data pengolahan limbah, kualitas Untuk mengetahui tingkatan risiko dari suatu
/ baku mutu limbah cair dan sungai tempat kejadian. Tingkatan risiko dapat diketahui
pembuangan. Analisa kimia untuk limbah cair dengan mengelompokkan nilai kemungkinan
dianalisa dengan APHA (1989). dan konsekuensi kedalam matriks resiko.
Analisis dilakukan dengan d). Manajemen Risiko.
membandingkan kondisi yang ada dengan Mempertimbangkan strategi alternatif untuk
parameter lingkungan, sehingga dapat diketahui memperkecil atau mengurangi kemungkinan
tingkat risikonya. terjadinya risiko dan konsekuensi atau akibat
Risiko diukur dengan The Australian / yang ditimbulkan.
New Zealand Standards for Risk Manajement (AS
/ NZS 4360 : 1999). Risiko adalah suatu HASIL DAN PEMBAHASAN
kemungkinan dari suatu kejadian yang akan
mempengaruhi suatu tujuan. Risiko tersebut Limbah industri tahu terdiri dari limbah
diukur dalam terminologi konsekuensi dan padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik
kemungkinan / probabilitas. pengolahan tahu berupa kotoran hasil
Manajemen Risiko Lingkungan. Menurut pembersihan kedelai dan sisa saringan bubur
Stoklosa (1999) manajemen risiko lingkungan kedelai yang berupa ampas tahu. Limbah cair
adalah proses secara sistematis untuk proses produksi tahu berasal dari proses
mengidentifikasi bahaya lingkungan, menganalisa perendaman, pencucian kedelai, pencucian
kemungkinan dan konsekuensi, serta mengatur peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan
hasil tingkat risiko. Manajemen risiko lingkungan pengepresan / pencetakan tahu. Sebagian besar
adalah aplikasi sistematis dari kebijaksanaan limbah cair yang dihasilkan oleh industri
manajemen, prosedur dan praktek dalam pembuatan tahu adalah cairan kental yang
mengkomunikasikan, menetapkan keadaan, terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan
mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, air dadih (whey). Pada tabel 1 dapat dilihat
memperlakukan, memonitor dan meninjau ulang karakteristik pencemar dari limbah cair pabrik
risiko terhadap lingkungan. Menurut The tahu.
Australian / New Zealand Standards for Risk
Manajement (1999) prosedur utama melakukan Tabel 1 : Kandungan pencemar limbah cair tahu.
manajemen risiko lingkungan ada 4 antara lain : Parameter Limbah Cair Baku mutu limbah cair
Tahu I II
Bau Sangat - -
a). Perumusan masalah. berbau
Merupakan proses untuk mengevaluasi dugaan Suhu (oC) 37 - 45 38 40
terhadap lingkungan yang sudah terjadi, atau TDS (mg/l) 5536 - 5600 1500 2000
dapat terjadi dari aktifitas manusia, meliputi : TSS (mg/l) 920 - 2000 100 200
mengidentifikasi dan menggambarkan pH 3,5 - 4,1 6-9 6-9
Ammonia (mg/l) 23,3 – 23,5 1 5
permasalahan, mengumpulkan dan BOD (mg/l) 6.000 – 8.000 50 150
mengitegrasikan informasi yang tersedia, COD (mg/l) 7.500 – 100 300
mengembangkan suatu model konseptual yang 14.000
menyangkut permasalahan, mengembangkan N total (mg/l) 226,06 –
suatu rencana analisis risiko. 434,78

446
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

fauna dan manusia, yang memanfaatkan sungai.


Pengolahan limbah cair pabrik tahu adalah Risiko terbesar yang mungkin terjadi adalah
menggunakan kolam pengolahan limbah dengan matinya biota air, tumbuhan air dan hewan air.
menggunakan mikroalga, spesies Chlorella sp. Risiko yang muncul bersifat negatif.
Dari uraian rona lingkungan dapat Prakiraan risiko terhadap flora darat
diidentifikasi dan diperkirakan risiko limbah pabrik berasal dari limbah cair dari proses akhir
tahu terhadap komponen lingkungan, seperti pemilihan jonjot-jonjot tahu yang telah diolah
tertera pada tabel 2. kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap oleh
tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Risiko
Tabel 2 : Identifikasi Risiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya
Komponen Lingkungan Pengaruh kemampuan tumbuhan dalam berfotosintesis
Limbah sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati
 Tata guna lahan Ada
 Kualitas udara Ada
serta bersifat negatif. Bobotnya kecil karena
 Kebisingan Tidak Ada efluen dari pabrik tahu telah mengalami
 Kualitas Air Ada pengenceran air sungai, sehingga konsentrasi
 Flora darat Ada pencemar juga menurun.
 Fauna darat Ada Prakiraan risiko terhadap flora air berasal
 Fauna air Ada
dari limbah cair dari proses pemisahan jonjot-
 Struktur kepndudukan Ada
 Pendidikan Tidak Ada jonjot tahu yang telah diolah, kemudian dibuang
 Agama Tidak Ada ke sungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup
 Tingkat kesehatan masyarakat Ada di sekitar sungai. Risiko yang mungkin timbul
 Tingkat pendapatan Ada berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan
 Estetika lingkungan Ada
dalam berfotosintesis, sehingga menyebabkan
 Sikap, budaya dan perilaku Tidak Ada
masyarakat tumbuhan tersebut mati serta bersifat negatif.
Bobotnya kecil karena efluen dari pabrik tahu
Prakiraan risiko terhadap tata guna lahan telah mengalami pengenceran air sungai,
yang mungkin terjadi yaitu risiko berasal dari sehingga konsentrasi pencemar turun,
buangan limbah terutama limbah cair yang pengaruhnya terhadap flora air kecil.
mencemari air tanah dan air permukaan. Akibat Prakiraan risiko terhadap fauna darat
pencemaran tersebut, maka warga tidak merasa berasal dari limbah cair dari proses akhir
nyaman dan pindah dari lokasi sekitar pabrik, pemisahan jonjot tahu yang telah diolah
sehingga terjadi perubahan tata guna lahan. kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap oleh
Risiko yang muncul bersifat negatif. Bobotnya tumbuhan yang hidup di sekitar sungai.
kecil, karena pencemaran tidak berdampak Berkurangnya flora darat mempengaruhi pula
langsung terhadap masyarakat. fauna yang ada. Risiko yang mungkin timbul
Prakiraan risiko terhadap udara yaitu berupa berkurangnya jumlah fauna darat, akibat
risiko berasal dari bau limbah cair tahu yang berkurangnya flora darat serta bersifat negatif.
semakin lama semakin tidak sedap. Akibat Bobotnya kecil karena pengaruh limbah bagi
pencemaran tersebut warga disekitar pabrik kehidupan di darat tidak terlalu signifikan.
merasa kurang nyaman akibat terhisapnya bau ke Prakiraan risiko terhadap fauna air berasal
dalam pernafasan. Jenis risiko yang muncul dari limbah cair yang berasal dari kolam
bersifat negatif. Bobotnya kecil karena pengolahan mikroalga ke sungai. Risiko yang
pencemaran gas yang timbul jumlahnya kecil dan mungkin timbul berupa berkurangnya fauna di
bukan merupakan gas yang berbahaya. dalam air serta bersifat negatif. Bobotnya kecil
Prakiraan risiko terhadap air tanah yaitu karena effluen dari pabrik tahu telah mengalami
berasal dari pengolahan limbah cair yang mungkin pengolahan yang baik, sehingga konsentrasi
meresap dan masuk ke dalam air tanah. Risiko pencemar juga kecil, pengaruhnya terhadap fauna
yang mungkin timbul berupa timbulnya penyakit air kecil.
perut, kulit dan lain-lain. Risiko yang muncul Prakiraan risiko terhadap tingkat
bersifat negatif. Bobotnya sedang karena lokasi kesehatan masyarakat berasal dari limbah cair
dekat dengan masyarakat, sehingga ada yang dari kolam pengolahan masuk ke dalam air
kemungkinannya mencemari air sumur. permukaan / sungai, dimana masyarakat sekitar
Prakiraan risiko terhadap air permukaan tinggal dan memanfaatkan sengai maupun air
yaitu berasal dari pengolahan limbah cair, yang tanah / sumur. Risiko yang mungkin timbul
dibuang ke sungai. Risiko yang timbul pada flora, berupa munculnya penyakit perut, kulit dan

447
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

sebagainya, serta bersifat negatif. Bobotnya Risiko Level Uraian


Peluang
sedang karena pemanfaatan sungai dipakai untuk
Pencemaran air B Pencemaran air tanah dari
menyiram tanaman oleh masyarakat di sekitar tanah kolam pengolahan air limbah,
sungai. Sedangkan pemanfaatan sumur dipakai karena muka air cukup dalam,
untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, maka peluangnya besar.
mencuci dan sumber air untuk minum dan masak. Pencemaran air B Pencemaran air permukaan
permukaan berasal dari air limbah yang
Prakiraan risiko terhadap lingkungan dibuang ke sungai walaupun
berasal dari limbah cair dari kolam pengolahan sudah melalui proses
yang masuk ke dalam air permukaan / sungai. pengolahan, peluang terjadinya
Risiko yang mungkin terjadi berupa penurunan besar
Penurunan D Penurunan jumlah flora darat
estetika lingkungan dan bersifat negatif, bobotnya jumlah flora akibat bau yang berasal dari
kecil. darat pengolahan limbah cair tahu,
Dari hasil pengujian, maka efluen dari kemungkinan terjadinya kecil
pengolahan limbah cair tahu dengan Penurunan C Jumlah flora air dapat menurun
jumlah flora air akibat limbah yang masuk ke
memanfaatkan mikroalga terlihat pada tabel 3.
air permukaan, dengan peluang
terjadinya sedang.
Tabel 3 : Efluen pengolahan limbar tahu dengan Penurunan D Penurunan jumlah fauna darat
mikroalga jumlah fauna di sekitar sungai akibat limbah
Parameter Nilai darat yang dibuang , peluang
COD (mg/liter) 1023** terjadinya kecil.
BOD (mg/liter) 93,852* Penurunan C Penurunan jumlah fauna air
pH 7,2 jumlah fauna disekitar sungai akibat jumlah
N total (mg/liter) 52,36 air yang dibuang, peluang
TDS (mg/liter) 1282 terjadinya sedang.
TSS (mg/liter) 131*
Penurunan C Tingkat kesehatan masyarakat
Keterangan : tingkat menurun akibat pencemaran
* Tidak memenuhi baku mutu limbah cair untuk kesehatan air sumur oleh buangan limbah
golongan I masyarakat pabrik, peluang terjadinya
sedang.
** Tidak memenuhi baku mutu limbah cair untuk Berkurangnya D Pencemaran air sungai dan
golongan I dan II estetika tumpukan limbah padat
lingkungan mengurangi estetika
Hasil pengujian kimia effluen pengolahan lingkungan, peluang terjadinya
kecil.
limbah cair tahu dengan mikroalga menunjukkan
Keterangan :
bahwa parameter COD, BOD dan TSS belum
A = Pasti terjadi
memenuhi baku mutu lingkungan, sehingga perlu
B = Kemungkinan besar
dilakukan pengolahan lanjut.
C = Kemungkinan sedang
Analisis Risiko Lingkungan merupakan
D = Kemungkinan kecil
kegiatan memperkirakan kemungkinan munculnya
E = Kemungkinan jarang
suatu risiko dari suatu kegiatan dan menentukan
dampak dari kegiatan / peristiwa tersebut.
Hasil analisis matriks peluang risiko
Dengan metode analisis kualitatif akan dibuat
menunjukkan bahwa yang berpeluang besar
matriks kombinasi antara nilai peluang risiko
kemungkinan terjadi pencemaran adalah
seperti terlihat pada tabel 4 dan besarnya risiko
pencemaran air tanah dan pencemaran air
pada tabel 5, sehingga akan dihasilkan suatu nilai
permukaan.
risiko tinggi, sedang atau rendah seperti terlihat
pada tabel 6.
Tabel 5 : Matriks Besaran Risiko
Risiko Level Uraian
Tabel 4 : Matriks Peluang Risiko Peluang
Risiko Level Uraian Perubahan tata 2 Risiko kecil, karena
Peluang guna lahan mahalnya lahan yang ada
Perubahan tata E Masyarakat menjual lahan, Pencemaran udara 2 Risiko kecil, karena gas
guna lahan karena menurunnya yang dihasilkan tidak
kenyamanan lingkungan, berbahaya dan jumlahnya
peluang terjadinya risiko adalah sedikit, sehingga dapat
jarang dengan mudah diatasi
Pencemaran D Pencemaran udara dapat Pencemaran air 3 Risiko sedang, karena
udara terjadi karena bau dari proses tanah mempengaruhi manusia dan
pengolahan limbah cair tahu, bila ini terjadi memerlukan
peluang terjadinya kecil. prosedur untuk

448
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Risiko Level Uraian Risiko Peluang Nilai Nilai


Peluang Besaran Risiko
penanganannya flora darat
Pencemaran air 4 Risiko besar, karena Penurunan jumlah C 3 S
permukaan mempengaruhi lingkungan flora air
dan manusia di sekitar Penurunan jumlah D 2 R
sungai, namun dapat fauna darat
diawasi melalui kerjasama Penurunan jumlah C 3 S
yang baik antara pabrik, fauna air
pemerintah serta LSM. Penurunan tingkat C 3 S
Penurunan jumlah 2 Risiko kecil, karena tidak kesehatan
flora darat terlalu dipengaruhi limbah masyarakat
pabrik Berkurangnya D 2 R
Penurunan jumlah 3 Risiko sedang, karena estetika lingkungan
flora air mempengaruhi populasi ikan Keterangan :
dan berdampak pada
manusia dapat diatasi T = Tinggi
dengan manajemen yang S = Sedang
baik antara pihak-pihak R = Rendah
terkait. Hasil analisi tingkat risiko seperti terlihat
Penurunan jumlah 2 Risiko kecil, karena tidak
fauna darat terlalu dipengaruhi limbah
dalam tabel 6 menunjukkan bahwa pencemaran
pabrik air permukaan mempunyai tingkat risiko yang
Penurunan jumlah 3 Risiko sedang, karena tinggi, sedangkan pencemaran air tanah,
fauna air jumlah flora yang menurun penurunan jumlah flora air, penurunan jumlah
Penurunan tingkat 3 Risiko sedang, karena
fauna air, penurunan tingkat kesehatan
kesehatan berhubungan dengan
masyarakat kesehatan masyarakat masyarakat tingkat risikonya sedang, dan
Berkurangnya 2 Risiko kecil yang perubahan tata guna lahan, pencemaran udara,
estetika berhubungan dengan penurunan jumlah flora darat, penurunan jumlah
lingkungan estetika lingkungan, karena fauna darat dan berkurangnya estetika lingkungan
dapat diatasi dengan
manajemen pabrik yang tingkat risikonya rendah.
baik. Analisis semi kuantitatif menggunakan
Keterangan : matriks penilaian risiko yang menggabungkan
1 = Pengaruh tidak berarti unsur frekuensi, besaran pengaruh dan
2 = Pengaruh kecil sensitifitas untuk mendapatkan tingkat risiko.
3 = Pengaruh sedang Tabel 7 menunjukkan matriks frekuensi dan tabel
4 = Pengaruh besar 8 menunjukkan matriks nilai besaran.
5 = Bencana
Tabel 7 : Matriks Frekuensi
Hasil analisis matriks besaran risiko Risiko Fre- Uraian
kuensi
menunjukkan bahwa pencemaran air permukaan
Perubahan tata 1 Masyarakat menjual lahannya,
mempunyai pengaruh yang besar, sedangkan guna lahan karena menurunnya
pencemaran air tanah, penurunan jumlah flora kenyamanan lingkungan, hal
air, penurunan jumlah fauna air, penurunan ini tidak pernah terjadi
Pencemaran udara 2 Frekuensi kejadian
tingkat kesehatan masyarakat risikonya sedang
pencemaran udara akibat bau
dan perubahan tata guna lahan, pencemaran yang timbul dariproses
udara, penurunan jumlah flora darat, penurunan pengolahan limbah cair tahu
jumlah fauna darat dan berkurangnya estetika adalah kecil
lingkungan mempunyai risiko kecil. Pencemaran air 2 Frekuensi pencemaran air
tanah tanah kecil sebagai akibat dari
kolam pengolahan
Tabel 6 : Matriks Tingkat Risiko limbahmeresap kedalam
Risiko Peluang Nilai Nilai tanah kecil
Besaran Risiko Pencemaran air 3 Kemungkinan terjadinya
Perubahan tata guna E 2 R permukaan pencemaran air permukaan
lahan medium, akibat buangan air
Pencemaran udara D 2 R dari kolam pengolahan limbah
Pencemaran air D 3 S dibuang ke sungai
tanah Penurunan jumlah 2 Penurunan jumlah flora darat
Pencemaran air B 4 T flora darat disekitar sungai akibat
permukaan menyerap buangan air limbah
Penurunan jumlah D 2 R yang dibuang ke sungai
frekuensinya kecil

449
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Risiko Fre- Uraian lingkungan


kuensi Keterangan :
Penurunan jumlah 3 Penurunan jumlah flora air
1 = Risiko tidak ada
flora air (aquatik) akibat limbah yang masuk
mempunyai frekuensi 2 = Risiko dan pengaruhnya kecil
medium 3 = Risiko sedang
Penurunan jumlah 2 Penurunan jumlah fauna darat 4 = Risiko besar
fauna darat akibat tercemarnya 5 = Risiko besar sekali
(terestrial) lingkungan dan berkurangnya
makanan, mempunyai
frekuensi kecil Hasil analisis matriks nilai besaran
menunjukkan bahwa pencemaran air permukaan
Penurunan jumlah 3 Jumlah fauna air yang risikonya besar. Tabel 9 menunjukkan matriks
fauna air menurun akibat pencemaran
Penurunan tingkat 2 Penurunan tingkat kesehatan
nilai sensitifitas dan Tabel 10 menunjukkan nilai
kesehatan masyarakat akibat risiko yang mungkin dapat terjadi.
masyarakat penggunaan air sumur untuk
mandi, cuci dan memasak Tabel 9 : Matriks Nilai Sensivitas
frekuensinya kecil Risiko Fre- Uraian
Berkurangnya 2 Pencemaran air dan kuensi
estetika tumpukan limbah padat Perubahan tata 2 Menjadi perhatian dari
lingkungan mengurangi estetika, guna lahan kelompok tertentu
frekuensinya kecil
Pencemaran udara 2 Menjadi perhatian dari
Keterangan : kelompok tertentu
1 = Ada kemungkinan tidak terjadi Pencemaran air 3 Menjadi perhatian dari
2 = Kecil tanah masyarakat lokal
Pencemaran air 4 Menjadi perhatian dari
3 = Medium
permukaan pemerintah lokal dan
4 = Sering masyarakat lokal
5 = Sangat sering terjadi Penurunan jumlah 2 Menjadi perhatian dari
flora darat kelompok tertentu
Hasil analisis matriks nilai frekuensi Penurunan jumlah 1 Tidak menjadi perhatian
flora air (aquatik) masyarakat
menunjukkan bahwa pencemaran air permukaan, Penurunan jumlah 2 Menjadi perhatian dari
penurunan jumlah flora air dan penurunan fauna fauna darat kelompok tertentu
air kemungkinan terjadinya pencemaran medium. (terestrial)
Penurunan jumlah 3 Menajdi perhatian masyarakat
fauna air lokal
Tabel 8 : Matriks Nilai Besaran
Penurunan tingkat 3 Menajdi perhatian masyarakat
Risiko Fre- Uraian
kesehatan lokal
kuensi
masyarakat
Perubahan tata 3 Pengaruhnya sedang, kepada
Berkurangnya 1 Tidak menjadi perhatian
guna lahan masyarakat, karena jaraknya
estetika masyarakat
cukup dekat.
lingkungan
Pencemaran udara 2 Pengaruhnya kecil, karena
bukan gas berbahaya dan Keterangan :
jumlahnya sedikit. 5 = Tidak menjadi international / media / dunia
Pencemaran air 3 Pengaruhnya sedang, karena 4 = Menjadi perhatian nasional
tanah mempengaruhi kehidupan 3 = Menjadi perhatian regional / lokal
manusia
Pencemaran air 4 Pengaruhnya besar, karena
2 = Menjadi perhatian kelompok
permukaan mempengaruhi lingkungan 2 = Tidak menjadi perhatian masyarakat
Penurunan jumlah 2 Pengaruhnya kecil, karena
flora darat tidak terlalu dipengaruhi Hasil analisis matriks nilai sensitivitas
limbah pabrik
menunjukkan bahwa pencemaran air permukaan
Penurunan jumlah 3 Pengaruhnya sedang,
flora air (aquatik) mempengaruhi populasi ikan perlu menjadi perhatian bagi pemerintah dan
dan berdampak pada manusia masyarakat lokal.
Penurunan jumlah 2 Pengaruhnya kecil, karena
fauna darat tidak terlalu dipengaruhi oleh Tabel 10 : Nilai Risiko
(terestrial) limbah pabrik
Risiko Frekuen Pengar Sensivit Nilai
Penurunan jumlah 4 Pengaruhnya besar, karena
nsi uh as Risiko
fauna air mempengaruhi manusia
(F) (S1) (S2) R=Fx(S1+
Penurunan tingkat 4 Pengaruhnya besar, karena S2)
kesehatan berhubungan dengan
Perubahan 1 3 2 5
masyarakat kehidupan manusia
tata guna
Berkurangnya 2 Pengaruhnya kecil terhadap lahan
estetika estetika lingkungan

450
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

Risiko Frekuen Pengar Sensivit Nilai Tabel 11 : Analisis dengan Aspek Lingkungan
nsi uh as Risiko Signifikan.
(F) (S1) (S2) R=Fx(S1+
Risiko Nilai Risiko
S2)
A B C D E F G
Pencemar 2 2 2 8
Perubahan tata 3 1 1 5 3 1 1 45
an udara
guna lahan
Pencemar 2 3 3 12
Pencemaran 1 3 3 8 3 1 1 216
an air
udara
tanah
Pencemaran air 7 6 3 5 1 3 1 1890
Pencemar 3 4 4 24
tanah
an air
permukaa Pencemaran air 7 5 3 3 7 1 3 6615
permukaan
n
Penurunan 2 2 2 8 Penurunan 2 3 3 3 2 3 1 324
jumlah jumlah flora
flora darat darat
Penurunan 3 3 1 12 Penurunan 4 2 1 5 5 7 1 1400
jumlah jumlah flora air
flora air (aquatik)
(aquatik) Penurunan 2 2 3 3 2 3 1 216
Penurunan 2 2 2 8 jumlah fauna
jumlah darat
fauna (terestrial)
darat Penurunan 4 2 1 5 5 4 2 1600
(terestrial) jumlah fauna
Penurunan 3 4 3 21 air
jumlah Penurunan 3 4 3 5 3 1 3 1620
fauna air tingkat
kesehatan
Penurunan 2 4 3 14
tingkat masyarakat
kesehatan Berkurangnya 3 3 3 5 3 3 1 1215
masyaraka estetika
t lingkungan
Berkurang 2 2 1 6 Total 15141
nya Keterangan :
estetika A = Luasan Dampak
lingkunga B = Keseriusan Risiko
n
Total Risiko 118 C = Peluang terjadinya risiko
Keterangan : D = Waktu pemaparan
0 – 150 = Risiko rendah, pengelolaan dengan E = Peraturan perundang-undangan
prosedur yang rutin F = Metode Pengendalian
0 – 300 = Risiko sedang, memerlukan perhatian G = Persepsi / pandangan masyarakat
manajemen tingkat tinggi. Risiko = (A*B*C*D*E*F*G)
301 – 450 = Risiko tinggi, memerlukan penelitian
dan manajemen terperinci Menurut kriteria aspek lingkungan tidak
signifikan bila hasil evaluasi menunjukkan nilai 1 –
Hasil analisis risiko menunjukkan bahwa 196.000, cukup signifikan bila 196.001 – 392.000
secara keseluruhan mempunyai total risiko 118 dan signifikan bila 392.001 – 588.245.
yang berarti bahwa limbah cair pabrik tahu Ternyata dari hasil evaluasi tidak ada
memiliki risiko yang kecil dengan komponen yang aspek lingkungan signifikan, karena angka
paling berpengaruh adalah pencemaran air semuanya berada di bawah 196.000. Hanya satu
permukaan. komponen yaitu pencemaran air permukaan yang
Tabel 11 menunjukkan analisis dengan tinggi namun tidak sampai 196.000.
aspek lingkungan signifikan. Hasil analisis dengan
aspek lingkungan signifikan menunjukkan bahwa SIMPULAN
pengaruh limbah secara keseluruhan terhadap
manusia dan lingkungan tidak signifikan. Berdasarkan hasil pengolahan data dan
analisa yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
 Hasil identifikasi terdapat 10 risiko, tetapi
hanya pencemaran air permukaan yang
berpeluang kemungkinan besar terjadi dan

451
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

berpengaruh besar serta berisiko tinggi dan


frekuensinya sedang.
 Pengaruh limbah secara keseluruhan terhadap
manusia dan lingkungan sekitar pabrik tahu
risikonya rendah dan tidak signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

 American Public Health Association. (1989).


Standard Methods for Examination of Water
and Wastewater, Ed. 12th. APHA. Washington,
DC.
 Damayanti, A., Hermana, J. dan Masduqi, A.
2004. Analisis Risiko Lingkungan dari
Pengolahan Limbah Pabrik Tahu dengan Kayu
Apu (Pistia stratiotes, L.), Jurnal Purifikasi,
Vol. 5, No. 4.
 Kaswinarni, F. (2007). Kajian Teknis
Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri
Tahu. Studi Kasus Industri Tahu Tandang
Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak
Sipat Boyolali. Tesis. Program Studi Magister
Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana,
Universitas Dipenogoro Semarang.
 Razif, M. (2002). Analisa Risiko Lingkungan,
Jurusan Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.
 Simamora, Y., Kurniati, N. Analisis Risiko pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT.
Ajinomoto berdasarkan Konsep Manajemen
Risiko Lingkungan, diakses dari
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
undergraduate -8637-2504100006-Paper.pdf.
 Standards Australia. (1999). Risk Manajemen
AS / NZS 4360 : 1999. Standards Association
of Australia, Strathfield NSW.
 Stoklosa, R. (1997). Risk Assessment for
Environmental of The Marine Environment.
The APPEA Journal, 38 (1), 715 – 723.

452
Seminar Nasional
“Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian”
Jatinangor, 24 November 2014
ISBN: XXXXXX

453

Anda mungkin juga menyukai