Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STRATEGI KORPORASI
STUDI KASUS MERGER DAN AKUISISI
(PT. Indofood)

Dosen Pengampu : Dr. Indarto, SE, MSi

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Nia Amelia Dewi (B.131.18.0079)
2. Santi Wahyuning Tias (B.131.18.0116)
3. Intan Nabila (B.131.18.0183)
4. Desty Farella (B.131.18.0290)

UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI
S-1 MANAJEMEN
TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan
memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur yang penting atas efektivitas
dan efisiensi (Anthony dan Govindarajan, 2008:175), namu perolehan laba tidak menjamin
perusahaan mampu beroperasi dalam jangka panjang. Perusahaan diharapkan dapat
beroperasi dalam waktu cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan
aktivitasnya yang berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan dalil kelangsungan usaha (going
concern postulate) yang mengasumsikan bahwa entitas tidak diharapkan akan dilikuidasi
pada masa depan atau bahwa entitas akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat
ditentukan (Belkaoui, 2006:271).
Salah satu strategi ekspansi perusahaan adalah dengan penggabungan usaha untuk
mendapatkan pengendalian atas aktiva atau operasional perusahaan perusahaan yang
bergabung. Dengan penggabungan usaha diharapkan dapat menimbulkan sinergi,
meningkatkan pangsa pasar, dan diversifikasi usaha. Menurut Putra (2003;86) dua bentuk
penggabungan usaha yang sering dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga eksistensinya
adalah dengan melakukan merger dan akuisisi.
Akuisisi adalah suatu kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu acquisition yang secara
harfiah memiliki pengertian mengambil alih, menguasai, dan memperoleh. Akuisisi
perusahaan dapat dilakukan terhadap berbagai kegiatan usaha dengan berbagai bentuk
usaha.
Perusahaan melakukan merger dan akuisisi harapannya agar kelangsungan perusahaan
yang bergabung dapat meningkat. Salah satu tolok ukur kinerja keuangan perusahaan
adalah rasio keuangan. Sedangkan dilihat dari sisi investasi keberhasilan suatu perusahaan
secara tidak langsung dapat diprediksi dari peningkatkan harga sahamnya di bursa saham.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan PT. Indofood di Indonesia dan di dunia?
2. Apa pengaruh merger dan akuisisi pada PT. Indofood terhadap kelangsungan usaha?
3. Bagaimana cara PT. Indofood mampu mempertahankan kelangsungan usaha dengan
merger dan akuisisi?
4. Strategi apa yang digunakan PT. Indofood dalam mempertahankan kelangsungan
usaha?

1.3 Tujuan Masalah


1. Menjelaskan Sejarah Perkembangan PT. Indofood di Indonesia dan Internasional.
2. Menjelaskan pengaruh merger dan akuisisi pada PT. Indofood terhadap kelangsungan
usaha.
3. Menjelaskan cara PT. Indofood mempertahankan kelangsungan usaha melalui merger
dan akuisisi.
4. Menjelaskan strategi yang digunakan oleh PT. Indofood dalam mempertahankan
kelangsungan usaha.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

A. Merger

Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan


yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-
merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham
dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima
sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus,
1999, p.598).
Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh
perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama
dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun
kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan
kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.640).
➢ Jenis-jenis merger dan akuisisi berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, sebagai
berikut :
a. Horizontal, merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang
industri yang sama bergabung.
b. Vertikal, merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier
atau customernya.
c. Congeneric, merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak
dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya.
Keuntungannya, perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang
sama.
d. Conglomerate, merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis
melakukan merger.
Keuntungannya, adalah dapat mengurangi resiko.
B. Akuisisi

Akuisisi merupakan pengambil-alihan (take over) sebuah perusahaan dengan


membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada
(Brealey, Myers, & Marcus, 1999,p. 598). Dalam teminologi bisnis akuisisi dapat
diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset
suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan
pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah
(Abdul Moin 2003:67).

Tujuan langsung suatu akuisisi adalah (pembuktian diri atas) pertumbuhan dan
ekspansi aset perusahaan, penjualan dan pangsa pasar pihak pengakuisisi. Akan tetapi
semua itu merupakan tujuan jangka menengah.

Tujuan yang lebih mendasar adalah pengembangan kekayaan para pemegang


saham melalui akuisisi yang ditujukan pada pengaksesan atau pembuatan penciptaan
keunggulan kompetitif yang dapat diandalkan bagi perusahaan pengakuisisi. Menurut
Abdul moin (2003;71) bahwa motif melakukan merger dan akuisisi dibedakan menjadi:

a. Motif ekonomi ditunjukkan dengan mencapai peningkatan nilai setelah merger dan
akuisisi. Selain itu, motif ekonomi merger dan akuisisimeliputi mengurangi waktu,
biaya dan risiko memasuki pasar baru, membangun kekuatan pasar, mengurangi
persaingan, membangun kekuatan monopoli, dll.
b. Motif sinergi merupakan salah satu motivasi utama perusahaan melakukan merger
dan akuisisi, di mana manfaat ekstra atau sinergi tidak dapat diperoleh seandainya
perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah.
c. Motif diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi
perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Manfaat lain diversifikasi adalah
transfer teknologi dan pengalokasian modal. Sedangkan kerugian diversifikasi yaitu
adanya subsidi silang.
d. Motif non-ekonomi berasal dari kepentingan personal (personal interest motive),
baik dari manajemen perusahaan maupun dari pemilik perusahaan.
➢ Alasan-alasan melakukan Merger dan Akuisisi

1. Pertumbuhan atau diversifikasi

Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar


saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi.
Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan
ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan
pesaing atau mengurangi persaingan.

2. Sinergi

Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi


(economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead
meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan
ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger
berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat
dihilangkan.

3. Meningkatkan dana

Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi


internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal.
Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas
tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan
kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.

4. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi

Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya
efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat
mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan
teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki
manajemen atau teknologi yang ahli.
5. Pertimbangan pajak

Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan


atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak
dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk
memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan
menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan
sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi.Bagaimanapun merger tidak hanya
dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi
kesejahteraan pemilik.

6. Meningkatkan likuiditas pemilik

Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang


lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham
lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang
lebih kecil.

7. Melindungi diri dari pengambilalihan

Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang
tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan
menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat (Gitman,
2003, p.714-716).

➢ Kelebihan dan Kekurangan Merger


a. Kelebihan
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding
pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001, p.641)
b. Kekurangan
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada
persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk
mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo,
2001, p.642)
➢ Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
a. Kelebihan
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut:
1. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham
sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat
menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
2. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan
pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak
diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi
saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat
(hostile takeover).
4. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas
suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi
pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan
Sudomo, 2001, p.643-644).

b. Kekurangan
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
1. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan
tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan
menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar
akuisisi terjadi.
2. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik
nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. (Harianto dan Sudomo, 2001,
p.643)
C. Strategi Manajemen Bisnis Produk dan Jasa PT. Indofood

PT. Indofood divisi mie instan wilayah pabrik Tanggerang memproduksi mie instan
berbagai merek, seperti : Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura. Di samping produk mie instan
ini diproduksi beberapa merek seperti mie instan goreng, mie instan kuah dengan bervariasi
rasa. Contohnya Indomie Rasa goreng kriuk, rasa soto, rasa bawang goreng dll. Akuisisi
yang dilakukan oleh Pt. Indofood adalah dengan melakukan penggabungan usaha dengan
berbagai perusahaan seperti :

Unit Usaha :

1. Divisi Mi Instan : PT Indofood Sukses Makmur Tbk

2. Divisi Bumbu Mi Instan : PT Indofood Sukses Makmur Tbk

3. Divisi Bumbu Penyedap Makanan : Nestle Indofood Citarasa Indonesia

4. Divisi Sirup : PT Indosentra Pelangi

5. Divisi Makanan Ringan : PT Indofood Fritolay Makmur

6. Divisi Makanan Bayi : PT Gizindo Prima Nusantara

7. Divisi Tepung Terigu : PT Bogasari Flour Mill

8. Divisi Minyak Goreng dan Magarin : PT Intiboga Sejahtera

9. Distributor : PT Indomarco Adiprima

10. Divisi Perkebunan Kelapa Sawit : PT Londsum

Divisi Mie Instan Cabang Dalam Negeri :

1. Jakarta & Tangerang 6. Medan


2. Lampung 7. Semarang
3. Cibitung 8. Pontianak
4. Palembang 9. Surabaya
5. Padalarang 10. Pekanbaru
D. Strategi Utama

Strategi yang digunakan PT. Indofood untuk mengakuisisi PT. Londsum adalah
Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy) dari Fred R. David. Strategi ini
menghendaki perusahaan melakukan pengawasan lebih terhadap distributor (Forward
Integration Strategy), pemasok (Backward Integration Strategy), dan/atau para
pesaingnya (Horizontal Integration Strategy). Akuisisi oleh PT. Indofood menurut kami,
adalah pengambilalihan kepemilikan mayoritas saham perusahaan (PT. Londsum).
Dengan tujuan mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan pengendalian bagi
pemasok. Diketahui bahwa PT. Londsum memiliki perkebunan kelapa sawit yang dapat
digunakan PT. Indofood sebagai sumber bahan baku pembuatan produknya. Dari sudut
pandang PT. Indofood adalah tepat dengan mengakuisisi PT. Londsum. Dimaksudkan
dengan adanya kepemilikan saham mayoritas maka pengendalian dan pengawasan
pasokan bahan baku sepenuhnya berada pada PT. Indofood. Jika PT. Indofood hanya
merger dengan PT. Londsum, kemungkinan terciptanya resiko atau konflik di antara
kedua perusahaan semakin besar.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan PT. Indofood Tbk.

PT. Indofood Tbk merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman
yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Awalnya mereka hanya berfokus untuk
memproduksi dan mengembangkan produk mie instan, tapi seiring dengan kesuksesan
produk mie instanya, PT Indofood Tbk juga mulai bergerak ke bidang makanan yang lain
atau bahkan minuman . Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh
Sudono Salim dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari
1994 menjadi Indofood Sukses Makmur. Perusahaan ini mengekspor produk dan bahan
makanannya hingga Australia, Asia, Afrika, Amerika, hingga Eropa. Salah produknya
yang terkenal adalah mie instan. Daftar Pengurus PT Indofood :
3.2 Sejarah PT. Indofood Tbk.

➢ 1968 - PT Lima Satu Sankyu (selanjutnya berganti nama menjadi PT Supermi


Indonesia) didirikan, pertama kali memproduksi Supermi sebagai mi instan pertama di
Indonesia.
➢ 1970 - PT Sanmaru Foods Manufacturing Co Ltd (PT Sanmaru) didirikan sebagai salah
satu anak perusahaan Jangkar Jati Group.
➢ 1972 - PT Sanmaru mulai memproduksi Indomie.
➢ 1982 - PT Sarimi Asli Jaya didirikan dan mulai memproduksi Sarimi.
➢ 1984 - PT Sarimi Asli Jaya diakuisisi oleh PT Sanmaru dan bersama dengan Salim
Group membentuk perusahaan dengan nama PT Indofood Interna Corporation.
➢ 1986 - PT Supermi Indonesia diakuisisi oleh PT Indofood Interna Corporation melalui
anak perusahaannya PT Lambang Insan Makmur.
➢ 1987 - PT Sanmaru meluncurkan mi instan dalam bentuk cup bermerek Pop Mie.
➢ 1989 - PT Sanmaru mengakuisi PT Sari Pangan Nusantara, yang memproduksi
makanan bayi bermerek SUN.
➢ 1990 - PT Sanmaru membentuk perusahaan patungan dengan PepsiCo, Inc yang
memiliki merek FritoLay yang pada tahun 1994 bernama PT Indofood Fritolay
Makmur dan mulai memproduksi makanan ringan seperti Chitato, Chiki, Cheetos dan
Jetz yang kemudian pada tahun 2000an disusul dengan Lay's dan Qtela.
➢ 1990 - Indofood didirikan oleh Sudono Salim dengan nama PT Panganjaya Intikusuma.
➢ 1992 - PT Sanmaru melalui anak perusahaan Jangkar Jati Group diambil alih seluruh
sahamnya oleh Salim Group.
➢ 1993 - PT Panganjaya Intikusuma dan PT Sanmaru membentuk perseroan dengan nama
PT Indomie Sukses Makmur Tbk.
➢ 1994 - PT Panganjaya Intikusuma berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur
Tbk.
➢ 1995 - Mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari.
➢ 1997 - Mengakuisisi 80% saham perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan,
agribisnis serta distribusi.
➢ 2004 - Mengakuisisi 60% saham perusahaan kemasan karton.
➢ 2005 - PT Indosentra Pelangi sebagai produsen bumbu, kecap dan sambal bermerek
Indofood membentuk perusahaan patungan dengan Nestlé bernama PT Nestlé Indofood
Citarasa Indonesia, mengakuisisi perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat.
➢ 2006 - Mengakuisisi 55% saham perusahaan perkapalan Pacsari Pte. Ltd.
➢ 2007 - Mencatatkan saham Grup Agribisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan
saham baru.
➢ 2008 - Mengakuisisi 100% saham Drayton Pte. Ltd. yang memiliki secara efektif
68,57% saham di PT Indolakto, sebuah perusahaan dairy terkemuka.
➢ 2009 - Memulai proses restrukturisasi internal Grup CBP melalui pembentukan PT.
Indofood CBP Sukses Makmur dan pemekaran kegiatan usaha mi instan dan bumbu
yang diikuti dengan penggabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup Produk
Konsumen Bermerek (CBP), yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Perseroan, ke dalam
ICBP.
➢ 2010 - Menyelesaikan restrukturisasi internal Grup CBP melalui pengalihan
kepemilikan saham anak perusahaan di Grup CBP dengan jumlah kepemilikan kurang
dari 100% ke ICBP dan melakukan Penawaran Saham Perdana yang dilanjutkan dengan
pencatatan saham ICBP di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2010.
Peningkatan kepemilikan di Pacsari Pte. Ltd sebesar 10% menjadi pemilik 100%.
➢ 2011 - Pada bulan Januari 2011, PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT Gizindo
Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri Makmur dan PT
Ciptakemas Abadi digabung sepenuhnya dengan status perusahaan terbuka (Tbk.)
menjadi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Salim Ivomas Pratama (SIMP),
anak perusahaan langsung dan tidak langsung Perseroan, melakukan IPO diikuti
dengan pencatatan saham di BEI pada 9 Juni 2011.
➢ 2011 - Mencatatkan saham PT Salim Ivomas Pratama (“SIMP”), anak perusahaan
langsung dan tidak langsung Perseroan, di BEI.
➢ 2012 - ICBP mendirikan dua perusahaan patungan dengan Asahi Group Holdings
Southeast Asia Pte. Ltd. (“Asahi”) untuk memasuki pasar minuman non-alkohol di
Indonesia.
➢ 2012 - Sudono Salim, pendiri ICBP meninggal dunia di Singapura pada tanggal 10 Juni
2012. Tidak lama sesudah meninggalnya, salah satu produk mi instan dari Indofood,
Indomie, menyelenggarakan program ulang tahunnya yang ke-40 tahun, pada bulan
Agustus 2012 di Jakarta.
➢ 2013 - Menyelesaikan akuisisi PT Pepsi-Cola Indobeverages, perusahaan yang
memproduksi minuman ringan bermerek Pepsi, 7 Up dan sebagainya. Akuisisi ini
dilakukan oleh PT Indofood Asahi Sukses Beverage dan PT Asahi Indofood Beverage
Makmur, yang masing-masing adalah 51% dan 49% dimiliki oleh ICBP.
➢ 2014 - Indofood masuk ke bisnis minuman bernama Indofood Asahi dan mulai
mengimpor dua merek minuman dari Malaysia, yaitu Ichi Ocha dan Caféla Latte.
➢ 2014 - ICBP, melalui anak perusahaan patungannya dengan Asahi, mengakuisisi aset
yang terkait dengan kegiatan usaha air minum dalam kemasan termasuk merek Club.
➢ 2014 - PT Indolakto menyelesaikan proses akuisisi 100% saham PT Danone Dairy
Indonesia, serta pembelian merek dagang dan desain industri yang berhubungan dengan
produk Milkuat.

3.3 Perkembangan Produk

Di Indonesia sendiri, sebutan "Indomie" sudah umum dijadikan istilah generik yang
merujuk kepada mi instan. Indomie diklaim sebagai makanan yang sehat dan bergizi oleh
produsennya. Produk mi instan ini disebut memiliki berbagai kandungan gizi seperti
energi, protein, niasin, asam folat, mineral zat besi, natrium, dan berbagai vitamin seperti
vitamin A, B1, B6, dan B12. Meskipun begitu, konsumsi Indomie yang terlalu sering tidak
dianjurkan, sebab Indomie mengandung pewarna tartrazine yang tidak baik bagi kesehatan
apabila dikonsumsi dalam jangka panjang.

Setelah Indomie pertama kali dipasarkan pada tahun 1982, PT Sarimi Asli Jaya
memproduksi mie instan dengan merek Sarimi. Produk Sarimi cukup sukses dan digemari
oleh masyarakat indonesia waktu itu. Dan setelah menganggap sebagai ancaman bagi
produk Indomie, PT Sanmaru akhirnya memutuskan untuk mengakuisis PT Sarimi Asli
Jaya pada tahun 1984 (kedua perusahaan ini nantinya akan bergabung dengan Grup Salim
dan membentuk PT Indofood CBP Sukses Makmur.

Beberapa tahun setelah mengakuisisi PT Sarimi Asli Jaya yaitu pada tahun 1987, PT
Sanmaru meluncurkan mi instan dalam bentuk cup bermerek Pop Mie. Setelah pada tahun
1986 PT Supermi Indonesia diakuisisi oleh Grup Salim dan pada tahun 1992 PT Sanmaru
juga diambil alih seluruh sahamnya oleh Grup Salim. Keempat produk mie instan yang
dijelasin diatas resmi menjadi milik Grup Salim, dan agar tidak menjadi ribet dalam
pengurusan produksi maupu pemasaranya, Grup Salim pada tahun 1994 menggabungkan
perusahaan- perusahaan mie instanya dengan perusahaan pangan miliknya PT Panganjaya
Intikusuma yang didirikan Suyodono Salim pada tahun 1994.
Sejak saat itu produksi mie instan mulai meningkat baik untuk keperluan masyarakat
Indonesia sendiri ataupun untuk keperluan ekspor, dan keempat produk mie instan tadi
mampu mencapai sukses baik di pasar lokal ataupun internasional terutama produk
Indomie.

Gambar Produk PT. Indofood


3.4 Strategi PT. Indofood Melalui Akuisisi

Dalam menghadapi pasar global yang semakin kompleks PT Indofood perlu


mengembangkan strategi khusus terutama di bidang Penjualan dan kepemilikan saham
guna menjaga kelangsungan usaha.

Dalam hal ini PT Indofood Agri Resources Ltd, anak usaha PT Indofood Sukses
Makmur Tbk yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Singapura, menguasai hingga 64,4
persen saham PT PP London Sumatera Indonesia Tbk. IndoAgri dan anak usahanya PT
Salim Ivomas Pratama menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan pemegang
saham mayoritas Lonsum yakni First Durango Pte Ltd, Ashmore Investment Management
Limited selaku manajer investasi serta Keluarga Sariaatmadja pada 25 Mei 2007.

Grup IndoAgri akan mengakuisi 500.095.000 saham Lonsum yang telah diterbitkan
dan surat utang wajib konversi (Mandatory Convertible Notes/MCN) sebesar US$ 47 juta
yang akan jatuh tempo pada tahun 2009. MCN ini diterbitkan oleh Lonsum dan wajib
dikonversikan dengan harga nominal menjadi 269.343.500 saham baru yang telah disetor
penuh, dengan nilai tunai sekitar Rp 5 triliun.

Grup IndoAgri telah menyetujui untuk menempatkan deposito sejumlah US$ 10 juta
pada agen escrow, yang akan tergantung kepada penyelesaian rencana pengambilalihan.
Setelah penyelesaian transaksi pengambilalihan dan dengan asumsi bahwa MCN telah
dikonversi, maka Grup IndoAgri akan menjadi pemegang saham pengendali dengan
kepemilikan sekitar 64,4 persen dari modal yang telah ditingkatkan. Pada saat
penyelesaian transaksi pengambilalihan, penawaran tender atas sekitar 35,6 persen saham
Lonsum berdasarkan modal yang telah ditingkatkan, harus dilaksanakan pada harga
sebagaimana diatur dalam peraturan Bapepam.

Rencana pengambilalihan akan memperkuat bisnis model perkebunan terpadu Grup


IndoAgri, antara lain mengembangkan usaha inti yaitu perkebunan, memperluas lahan dan
perkebunan yang telah ditanami dengan kelapa sawit, meningkatkan produksi, memenuhi
kebutuhan internal untuk CPO dan menjadi produsen atas bibit kelapa sawit unggul.
Direktur Indofood Thomas Tjhie menyatakan, melalui rencana pengambilalihan ini,
realisasi rencana jangka panjang Grup IndoAgri untuk memiliki 250.000 hektar
perkebunan kelapa sawit akan dapat dipercepat. "Setelah penyelesaian transaksi akuisisi,
Grup IndoAgri akan menjadi salah satu pemilik perkebunan yang terbesar di Indonesia,"
ujat Thomas. Grup IndoAgri adalah perusahaan perkebunan yang terintegrasi dan
pengolah minyak goreng, margarin dan shortenings dengan merek terkemuka. Dengan
rencana pengambilalihan ini, total lahan perkebunan dan total lahan yang telah ditanami
dengan kelapa sawit masing-masing akan meningkat menjadi sekitar 387.483 hektar dan
sekitar 138.081 hektar. Secara keseluruhan luas lahan yang telah ditanami adalah sekitar
165.000 hektar termasuk tanaman karet dan tanaman lainnya.

Strategi yang digunakan PT. Indofood untuk mengakuisisi PT. Londsum adalah
Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy). Strategi ini menghendaki
perusahaan melakukan pengawasan lebih terhadap distributor (Forward Integration
Strategy), pemasok (Backward Integration Strategy), dan/atau para pesaingnya
(Horizontal Integration Strategy).

Akuisisi oleh PT. Indofood menurut kami, adalah pengambilalihan kepemilikan


mayoritas saham perusahaan (PT. Londsum). Dengan tujuan mendapatkan kepemilikan
atau meningkatkan pengendalian bagi pemasok. Diketahui bahwa PT. Londsum memiliki
perkebunan kelapa sawit yang dapat digunakan PT. Indofood sebagai sumber bahan baku
pembuatan produknya.

PT. Londsum, kemungkinan terciptanya resiko atau konflik di antara kedua perusahaan
semakin besar Dari sudut pandang PT. Indofood adalah tepat dengan mengakuisisi PT.
Londsum. Dimaksudkan dengan adanya kepemilikan saham mayoritas maka pengendalian
dan pengawasan pasokan bahan baku sepenuhnya berada pada PT. Indofood.

Di tahun 2013 PT Indofood juga melakukan pergerakan yang signifikan dengan


mengakuisisi semua saham PT Pepsi-Cola Indobeverages. Transaksi ini menelan biaya
sekitar 30 juta dollar AS. Menurut Anthoni Salim, Dirut & CEO ISM mengatakan
pengakuisisian ini akan mengukuhkan posisi mereka untuk menjadi salah satu pemain
utama di industri minuman non-alkohol di Indonesia dan mempercepat pertumbuhan
perusahaan.
3.5 Manajemen Strategi PT. Indofood Melalui Merger

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berencana menggabungkan usaha (merger)


lima perusahaan yakni, PT Indosentra Pelangi, PT Gizindo Primanusantara, PT Indobiskuit
Mandiri Makmur, PT Ciptakemas Abadi, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur (CBP).

Seperti diungkapkan manajemen perseroan dalam keterangannya di keterbukaan


informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), merger tersebut memakan biaya (modal disetor)
sebesar Rp466.476.176.00 (Rp466,47 miliar). CBP akan tetap berdiri sebagai perusahaan
hasil penggabungan, sedangkan empat perusahaan lainnya akan bubar demi hukum tanpa
dilakukan likuidasi terlebih dahulu.

Masing-masing perusahaan peserta penggabungan seluruh sahamnya akan dimiliki oleh


INDF yang masing-masing bergerak dalam bidang industri pembuatan produk konsumen
bermerek, industri pembuatan kecap dan sambal serta industri pembuatan kemasan yang
merupakan industri penunjang bagi industri produk konsumen bermerek.Oleh karena itu,
untuk mengkonsolidasikan industri produk konsumen bermerek, maka penggabungan dirasa
perlu dilakukan, mengingat bidang usaha perusahaan peserta penggabungan merupakan
salah satu alternatif untuk mencapai pengelolaan usaha yang lebih efisien, efektif, dan
produktif.

Nantinya, modal dasar perseroan akan menjadi Rp750 miliar yang terbagi atas 750 juta
lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000 per lembar saham. Sementara untuk modal
ditempatkan sebesar Rp466.476.176.000 yang terbagi atas 466.476.176 lembar saham.
Dengan demikian, dengan terlaksananya penggabungan maka perusahaan hasil
penggabungan akan menanggung semua biaya dan pajak yang berhubungan dengan
pengalihan dan pendaftaran pengalihan/balik nama aktiva menjadi atas nama perusahaan
hasil penggabungan. “Berdasarkan Jurnal Akuntansi Merger dan Akuisisi pada tahun 2008”.
PT Indofood Asahi Sukses Beverage
Pada Februari 2014, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk melakukan kerja sama
(joint venture) dengan perusahaan asal Jepang, Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte.
Ltd. Perusahaan gabungan bernama PT Indofood Asahi Sukses Beverage itu pun kemudian
melahirkan produk baru berupa minuman teh hijau. Joint Venture ini tentu bagi Indofood
untuk mengembangkan produk mereka di pasar minuman non-alkohol yang memang belum
begitu lama mereka masuki. Sebenarnya masih banyak strategi Joint Venture yang
dilakukan PT Indofood, tapi setidaknya Joint Venture dengan Nestle dan Asahi adalah yang
paling signifikan.

3.6 Analisis Rasio Keuangan dan Return Saham Sebagai Alat Ukur Kelangsungan Usaha

Menurut Payamta dan Setiawan (2004) kinerja merupakan hasil nyata yang dicapai
yang dipergunakan untuk menunjang kegiatan dalam suatu perusahaan. kelangsungan usaha
suatu perusahaan dapat dilihat dari rasio keuangan ataupun return saham. Informasi rasio
keuangan bersumber pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Subramanyam dan Wild (2010:42) analisis rasio dapat mengungkapkan


hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren
yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing- masing komponen yang membentuk
rasio. Menurut Brigham dan Houston (2001:78) dari sudut pandang investor, analisis
laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang
manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi
di masa depan dan, yang lebih penting, sebagai titik awal untuk perencananaan tindakan
yang akan memengaruhi peristiwa di masa depan. Menurut Halim (2003;30) dalam konteks
manajemen investasi return adalah merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi.
Horizontal Integration

Strategi integrasi ke samping merupakan strategi yang dilakukan dalam bentuk


membeli atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pesaing.Salah satu kecenderungan
paling signifikan dalam kompetisi perusahaan saat ini adalah meningkatnya upaya untuk
melakukan integrasi ke samping sebagai suatu strategi pertumbuhan. Merjer, akusisi, dan
pengambilalihan perusahaan yang sedang bersaing memberikan peluang terjadinya skala
ekonomi (economies of scale) serta mendorong terjadinya transfer sumber daya dan
kompetensi perusahaan.

Dalam artikelnya, Kenneth Davidson (Davidson, 1987) mengungkap bahwa merjer di


antara perusahaan yang tidak bergerak di bidang yang sama merupakan suatu kesalahan.
Tetapi merjer yang terjadi pada perusahaan yang sedang bersaing langsung (direct
competitors) memberikan peluang yang besar untuk menyatukan potensi agar menjadi lebih
efektif, efisien, dan kompetitif.

Contoh pelaksanaan strategi integrasi horisontal adalah ketika toko obat Guardian
membeli Shop-in atau Indofood membeli SuperMie, dan ketika beberapa bank membentuk
Bank Mandiri.

Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian di Indonesia telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh merger


dan akuisisi terhadap kelangsungan usaha. Di antaranya adalah yang dilakukan oleh
Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti pengaruh merger dan akuisisi terhadap
kelangsungan usaha yang melakukan merger dan akuisisi antara tahun 1990-1996 dengan
menggunakan rasio keuangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa, kinerja perusahaan
manufaktur setelah melakukan merger dan akuisisi ternyata tidak mengalami perbaikan
dengan sebelum melaksanakan merger dan akuisisi.

Ini dibuktikan dengan Hasil pengujian ini juga diperkuat dengan hasil pengujian
terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Abnormal return
sesudah pengumuman merger dan akuisisi bernilai negatif, sedangkan abnormal return
sebelum pengumuman merger dan akuisisi bernilai positif. Artinya kinerja perusahaan dari
sisi kinerja saham mengalami penurunan setelah pengumuman merger dan akuisisi.
Helga dan Salamun (2006) melakukan penelitian pada 30 sampel perusahaan go public
yang melakukan merger dan akuisisi selama tahun 2000-2002 untuk mengetahui apakah
peristiwa merger dan akuisisi berpengaruh terhadap kelangsungan usaha. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan yang
sudah go public tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengumuman merger dan
akuisisi.

Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa secara kumulatif peristiwa merger
dan akuisisi tidak menciptakan peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham perusahaan
pengakuisisi yang diukur dengan abnormal return. Ini Di buktikan dengan hasil pada
Laporan Keuangan Konsolisasi PT Indofood tahun 2016.

Gambar Laporan Keuangan PT Indofood Tahun 2016

Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui bahwa Modal saham Pt. Indofood dari tahun
2015 dan 2016 tidak mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan Pt. Indofood banyak
melakukan akuisisi terhadap perusahaan lain.

Peneliti lain yang menggunakan rasio keuangan adalah Usadha dan Yasa (2009) yang
menggunakan rasio keuangan yang dikelompokkan ke dalam tiga rasio, yaitu rasio likuiditas
rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Penelitian dilakukan terhadap 10 perusahaan go
public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2001-2002. Peneliti menemukan
bahwa current ratio dan return on investment secara statistik mengalami penurunan secara
siginifkan setelah melakukan merger dan akuisisi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pertimbangan rasio pertukaran antara dua perusahaan yang digabungkan atau yang
melakukan merger merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar tawar lagi.

A. Earning, yaitu bahwa kita harus menitikberatkan pada pengaruh merger terhadap laba
per lembar saham (Earning Per Share/EPS), yaitu dengan cara membandingkan laba
sebelum mergerdengan perkiraan laba sesudahnya.

B. Nilai Pasar, yaitu dengan cara menghitung rasio pertukaran yang didasarkan atas harga
per lembar saham kedua perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena harga pasar
saham mencerminkan laba potensial dari perusahaan, dividen, resiko bisnis, struktur
modal nilai aset, dan faktor lain seperti kualitas manajemen. Secara umum, taktik untuk
mempertahankan diri ini diklasifikasikan menjadi:

A. Sebelum Penawaran, yaitu dengan cara:

➢ Mengubah perusahaan yang dimiliki menjadi perusahaan perseorangan.


➢ Mempertahankan proporsi kepemilikan saham pada satu orang/satu kelompok
tertentu.
➢ Persyaratan merger yang ketat, misalnya perusahaan menetapkan bahwa merger
hanya dapat dilakukan apabila 80% pemegang saham setuju dengan hal itu.
➢ Menetapkan kelas-kelas yang berbeda dan hak istimewa kepada masing-masing
kelas pemegang saham (untuk mempertahankakan) pengendalian perusahaan).

B. Sesudah Penawaran, yaitu dengan cara:


➢ Mengajukan tuntutan dengan dalih anti monopoli.
➢ Meminta untuk dilakukan penawaran yang lebih baik lagi jika dirasa harga
penawaran tidak wajar.
➢ Menjual sebagian saham perusahaan kepada pihak ketiga, atau menciptakan utang
yang semakin besar dengan cara membeli kembali sebagian saham perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai