STRATEGI KORPORASI
STUDI KASUS MERGER DAN AKUISISI
(PT. Indofood)
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Nia Amelia Dewi (B.131.18.0079)
2. Santi Wahyuning Tias (B.131.18.0116)
3. Intan Nabila (B.131.18.0183)
4. Desty Farella (B.131.18.0290)
UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI
S-1 MANAJEMEN
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Merger
Tujuan langsung suatu akuisisi adalah (pembuktian diri atas) pertumbuhan dan
ekspansi aset perusahaan, penjualan dan pangsa pasar pihak pengakuisisi. Akan tetapi
semua itu merupakan tujuan jangka menengah.
a. Motif ekonomi ditunjukkan dengan mencapai peningkatan nilai setelah merger dan
akuisisi. Selain itu, motif ekonomi merger dan akuisisimeliputi mengurangi waktu,
biaya dan risiko memasuki pasar baru, membangun kekuatan pasar, mengurangi
persaingan, membangun kekuatan monopoli, dll.
b. Motif sinergi merupakan salah satu motivasi utama perusahaan melakukan merger
dan akuisisi, di mana manfaat ekstra atau sinergi tidak dapat diperoleh seandainya
perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah.
c. Motif diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi
perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Manfaat lain diversifikasi adalah
transfer teknologi dan pengalokasian modal. Sedangkan kerugian diversifikasi yaitu
adanya subsidi silang.
d. Motif non-ekonomi berasal dari kepentingan personal (personal interest motive),
baik dari manajemen perusahaan maupun dari pemilik perusahaan.
➢ Alasan-alasan melakukan Merger dan Akuisisi
2. Sinergi
3. Meningkatkan dana
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya
efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat
mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan
teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki
manajemen atau teknologi yang ahli.
5. Pertimbangan pajak
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang
tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan
menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat (Gitman,
2003, p.714-716).
b. Kekurangan
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
1. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan
tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan
menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar
akuisisi terjadi.
2. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik
nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. (Harianto dan Sudomo, 2001,
p.643)
C. Strategi Manajemen Bisnis Produk dan Jasa PT. Indofood
PT. Indofood divisi mie instan wilayah pabrik Tanggerang memproduksi mie instan
berbagai merek, seperti : Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura. Di samping produk mie instan
ini diproduksi beberapa merek seperti mie instan goreng, mie instan kuah dengan bervariasi
rasa. Contohnya Indomie Rasa goreng kriuk, rasa soto, rasa bawang goreng dll. Akuisisi
yang dilakukan oleh Pt. Indofood adalah dengan melakukan penggabungan usaha dengan
berbagai perusahaan seperti :
Unit Usaha :
Strategi yang digunakan PT. Indofood untuk mengakuisisi PT. Londsum adalah
Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy) dari Fred R. David. Strategi ini
menghendaki perusahaan melakukan pengawasan lebih terhadap distributor (Forward
Integration Strategy), pemasok (Backward Integration Strategy), dan/atau para
pesaingnya (Horizontal Integration Strategy). Akuisisi oleh PT. Indofood menurut kami,
adalah pengambilalihan kepemilikan mayoritas saham perusahaan (PT. Londsum).
Dengan tujuan mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan pengendalian bagi
pemasok. Diketahui bahwa PT. Londsum memiliki perkebunan kelapa sawit yang dapat
digunakan PT. Indofood sebagai sumber bahan baku pembuatan produknya. Dari sudut
pandang PT. Indofood adalah tepat dengan mengakuisisi PT. Londsum. Dimaksudkan
dengan adanya kepemilikan saham mayoritas maka pengendalian dan pengawasan
pasokan bahan baku sepenuhnya berada pada PT. Indofood. Jika PT. Indofood hanya
merger dengan PT. Londsum, kemungkinan terciptanya resiko atau konflik di antara
kedua perusahaan semakin besar.
BAB III
PEMBAHASAN
PT. Indofood Tbk merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman
yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Awalnya mereka hanya berfokus untuk
memproduksi dan mengembangkan produk mie instan, tapi seiring dengan kesuksesan
produk mie instanya, PT Indofood Tbk juga mulai bergerak ke bidang makanan yang lain
atau bahkan minuman . Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh
Sudono Salim dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari
1994 menjadi Indofood Sukses Makmur. Perusahaan ini mengekspor produk dan bahan
makanannya hingga Australia, Asia, Afrika, Amerika, hingga Eropa. Salah produknya
yang terkenal adalah mie instan. Daftar Pengurus PT Indofood :
3.2 Sejarah PT. Indofood Tbk.
Di Indonesia sendiri, sebutan "Indomie" sudah umum dijadikan istilah generik yang
merujuk kepada mi instan. Indomie diklaim sebagai makanan yang sehat dan bergizi oleh
produsennya. Produk mi instan ini disebut memiliki berbagai kandungan gizi seperti
energi, protein, niasin, asam folat, mineral zat besi, natrium, dan berbagai vitamin seperti
vitamin A, B1, B6, dan B12. Meskipun begitu, konsumsi Indomie yang terlalu sering tidak
dianjurkan, sebab Indomie mengandung pewarna tartrazine yang tidak baik bagi kesehatan
apabila dikonsumsi dalam jangka panjang.
Setelah Indomie pertama kali dipasarkan pada tahun 1982, PT Sarimi Asli Jaya
memproduksi mie instan dengan merek Sarimi. Produk Sarimi cukup sukses dan digemari
oleh masyarakat indonesia waktu itu. Dan setelah menganggap sebagai ancaman bagi
produk Indomie, PT Sanmaru akhirnya memutuskan untuk mengakuisis PT Sarimi Asli
Jaya pada tahun 1984 (kedua perusahaan ini nantinya akan bergabung dengan Grup Salim
dan membentuk PT Indofood CBP Sukses Makmur.
Beberapa tahun setelah mengakuisisi PT Sarimi Asli Jaya yaitu pada tahun 1987, PT
Sanmaru meluncurkan mi instan dalam bentuk cup bermerek Pop Mie. Setelah pada tahun
1986 PT Supermi Indonesia diakuisisi oleh Grup Salim dan pada tahun 1992 PT Sanmaru
juga diambil alih seluruh sahamnya oleh Grup Salim. Keempat produk mie instan yang
dijelasin diatas resmi menjadi milik Grup Salim, dan agar tidak menjadi ribet dalam
pengurusan produksi maupu pemasaranya, Grup Salim pada tahun 1994 menggabungkan
perusahaan- perusahaan mie instanya dengan perusahaan pangan miliknya PT Panganjaya
Intikusuma yang didirikan Suyodono Salim pada tahun 1994.
Sejak saat itu produksi mie instan mulai meningkat baik untuk keperluan masyarakat
Indonesia sendiri ataupun untuk keperluan ekspor, dan keempat produk mie instan tadi
mampu mencapai sukses baik di pasar lokal ataupun internasional terutama produk
Indomie.
Dalam hal ini PT Indofood Agri Resources Ltd, anak usaha PT Indofood Sukses
Makmur Tbk yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Singapura, menguasai hingga 64,4
persen saham PT PP London Sumatera Indonesia Tbk. IndoAgri dan anak usahanya PT
Salim Ivomas Pratama menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan pemegang
saham mayoritas Lonsum yakni First Durango Pte Ltd, Ashmore Investment Management
Limited selaku manajer investasi serta Keluarga Sariaatmadja pada 25 Mei 2007.
Grup IndoAgri akan mengakuisi 500.095.000 saham Lonsum yang telah diterbitkan
dan surat utang wajib konversi (Mandatory Convertible Notes/MCN) sebesar US$ 47 juta
yang akan jatuh tempo pada tahun 2009. MCN ini diterbitkan oleh Lonsum dan wajib
dikonversikan dengan harga nominal menjadi 269.343.500 saham baru yang telah disetor
penuh, dengan nilai tunai sekitar Rp 5 triliun.
Grup IndoAgri telah menyetujui untuk menempatkan deposito sejumlah US$ 10 juta
pada agen escrow, yang akan tergantung kepada penyelesaian rencana pengambilalihan.
Setelah penyelesaian transaksi pengambilalihan dan dengan asumsi bahwa MCN telah
dikonversi, maka Grup IndoAgri akan menjadi pemegang saham pengendali dengan
kepemilikan sekitar 64,4 persen dari modal yang telah ditingkatkan. Pada saat
penyelesaian transaksi pengambilalihan, penawaran tender atas sekitar 35,6 persen saham
Lonsum berdasarkan modal yang telah ditingkatkan, harus dilaksanakan pada harga
sebagaimana diatur dalam peraturan Bapepam.
Strategi yang digunakan PT. Indofood untuk mengakuisisi PT. Londsum adalah
Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy). Strategi ini menghendaki
perusahaan melakukan pengawasan lebih terhadap distributor (Forward Integration
Strategy), pemasok (Backward Integration Strategy), dan/atau para pesaingnya
(Horizontal Integration Strategy).
PT. Londsum, kemungkinan terciptanya resiko atau konflik di antara kedua perusahaan
semakin besar Dari sudut pandang PT. Indofood adalah tepat dengan mengakuisisi PT.
Londsum. Dimaksudkan dengan adanya kepemilikan saham mayoritas maka pengendalian
dan pengawasan pasokan bahan baku sepenuhnya berada pada PT. Indofood.
Nantinya, modal dasar perseroan akan menjadi Rp750 miliar yang terbagi atas 750 juta
lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000 per lembar saham. Sementara untuk modal
ditempatkan sebesar Rp466.476.176.000 yang terbagi atas 466.476.176 lembar saham.
Dengan demikian, dengan terlaksananya penggabungan maka perusahaan hasil
penggabungan akan menanggung semua biaya dan pajak yang berhubungan dengan
pengalihan dan pendaftaran pengalihan/balik nama aktiva menjadi atas nama perusahaan
hasil penggabungan. “Berdasarkan Jurnal Akuntansi Merger dan Akuisisi pada tahun 2008”.
PT Indofood Asahi Sukses Beverage
Pada Februari 2014, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk melakukan kerja sama
(joint venture) dengan perusahaan asal Jepang, Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte.
Ltd. Perusahaan gabungan bernama PT Indofood Asahi Sukses Beverage itu pun kemudian
melahirkan produk baru berupa minuman teh hijau. Joint Venture ini tentu bagi Indofood
untuk mengembangkan produk mereka di pasar minuman non-alkohol yang memang belum
begitu lama mereka masuki. Sebenarnya masih banyak strategi Joint Venture yang
dilakukan PT Indofood, tapi setidaknya Joint Venture dengan Nestle dan Asahi adalah yang
paling signifikan.
3.6 Analisis Rasio Keuangan dan Return Saham Sebagai Alat Ukur Kelangsungan Usaha
Menurut Payamta dan Setiawan (2004) kinerja merupakan hasil nyata yang dicapai
yang dipergunakan untuk menunjang kegiatan dalam suatu perusahaan. kelangsungan usaha
suatu perusahaan dapat dilihat dari rasio keuangan ataupun return saham. Informasi rasio
keuangan bersumber pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Contoh pelaksanaan strategi integrasi horisontal adalah ketika toko obat Guardian
membeli Shop-in atau Indofood membeli SuperMie, dan ketika beberapa bank membentuk
Bank Mandiri.
Penelitian Sebelumnya
Ini dibuktikan dengan Hasil pengujian ini juga diperkuat dengan hasil pengujian
terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Abnormal return
sesudah pengumuman merger dan akuisisi bernilai negatif, sedangkan abnormal return
sebelum pengumuman merger dan akuisisi bernilai positif. Artinya kinerja perusahaan dari
sisi kinerja saham mengalami penurunan setelah pengumuman merger dan akuisisi.
Helga dan Salamun (2006) melakukan penelitian pada 30 sampel perusahaan go public
yang melakukan merger dan akuisisi selama tahun 2000-2002 untuk mengetahui apakah
peristiwa merger dan akuisisi berpengaruh terhadap kelangsungan usaha. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan yang
sudah go public tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengumuman merger dan
akuisisi.
Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa secara kumulatif peristiwa merger
dan akuisisi tidak menciptakan peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham perusahaan
pengakuisisi yang diukur dengan abnormal return. Ini Di buktikan dengan hasil pada
Laporan Keuangan Konsolisasi PT Indofood tahun 2016.
Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui bahwa Modal saham Pt. Indofood dari tahun
2015 dan 2016 tidak mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan Pt. Indofood banyak
melakukan akuisisi terhadap perusahaan lain.
Peneliti lain yang menggunakan rasio keuangan adalah Usadha dan Yasa (2009) yang
menggunakan rasio keuangan yang dikelompokkan ke dalam tiga rasio, yaitu rasio likuiditas
rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Penelitian dilakukan terhadap 10 perusahaan go
public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2001-2002. Peneliti menemukan
bahwa current ratio dan return on investment secara statistik mengalami penurunan secara
siginifkan setelah melakukan merger dan akuisisi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pertimbangan rasio pertukaran antara dua perusahaan yang digabungkan atau yang
melakukan merger merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar tawar lagi.
A. Earning, yaitu bahwa kita harus menitikberatkan pada pengaruh merger terhadap laba
per lembar saham (Earning Per Share/EPS), yaitu dengan cara membandingkan laba
sebelum mergerdengan perkiraan laba sesudahnya.
B. Nilai Pasar, yaitu dengan cara menghitung rasio pertukaran yang didasarkan atas harga
per lembar saham kedua perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena harga pasar
saham mencerminkan laba potensial dari perusahaan, dividen, resiko bisnis, struktur
modal nilai aset, dan faktor lain seperti kualitas manajemen. Secara umum, taktik untuk
mempertahankan diri ini diklasifikasikan menjadi: