Anda di halaman 1dari 4

Latar belakang

Industri perbankan di banyak negara telah mengalami berbagai konsolidasi termasuk sejumlah merger
dan akuisisi yang dilakukan oleh bank-bank besar di beberapa negara (Boyd dan Graham, 1991). Merger
dan akuisisi menjadi strategi yang ditempuh di kalangan perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika
Serikat dalam beberapa tahun terakhir ini karena diyakini berperan penting dalam restrukturisasi yang
efektif (Weston dan Weaver, 2001). Karena datangnya yang bergelombang, merger dan akuisisi telah
menjadi obyek penelitian yang menarik terutama di Amerika Serikat dan Eropa, sementara di Indonesia
masíh belum banyak penelitian perihal tersebut.Beberapa akademisi seperti Herring dan Litan (1995),
dan Goodhart et al. (1998) mengemukakan tiga alasan yang menyebabkan kepada industri perbankan
diperlakukan aturan-aturan khusus. Pertama, sektor perbankan bersifat mudah mengalami instabilitas
dan melekat kelemahan atau risiko sistemik baik secara individual maupun industrial. Kedua, informasi
yang tidak seimbang (asymmetry information) antara pembeli atau nasabah dan penjual atau bank
sering kali sangat besar, sehingga aturan perlindungan nasabah dan tuntutan kepatuhan pada kaidah
bisnis menjadi lebih penting dibandingkan pada sektor lainnya. Ketiga, peran kunci yang dimainkan oleh
sektor keuangan dalam perekonomian menyebabkan pemerintah sering mengintervensi perbankan
dalam hal kebijakan yang bernuansa sosial, misalnya penyaluran kredit kepada sektor ekonomi dan
kelompok masyarakat tertentu, juga dalam usaha mengintrodusir aturan-aturan terkait praktik
pencucian uang. Namun sebelumnya Keeley (1990) telah mengemukakan bahwa ketiga hal tersebut
menimbulkan perilaku kehati-hatian dari para pemangku kepentingan dan pandangan tersendiri
terhadap persaingan di sektor ini

Merger dan akuisisi memberikan berbagai benefit kepada pemegang saham dan perusahaan ketika
perusahaan terkonsolidasi lebih bernilai daripada masing-masing berdiri independen (Pillof dan
Santomero, 1996). Dalam perspektif ini, sangatlah wajar apabila pemerintah campur tangan cukup
dalam pada dunia perbankan termasuk merger dan akuisisi antarbank, karena bank terlalu besar untuk
gagal (to big to fail) bila tidak ditangani secara tepat. Istilah merger dan akuisisi sering dipergunakan
secara interchangeable, meski dalam kenyataannya terdapat beberapa hal berbeda yang perlu dicatat di
antara keduanya. Merger adalah bergabungnya dua perusahaan atau lebih yang masing-masing
memiliki.

MERGER DAN AKUISISI BANK

Merger dan akuisisi telah menjadi praktek bisnis kontemporer dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham. Dari praktek bisnis ini mengundang banyak peneliti untuk melakukan
penelitian.Telah banyak artikel yang dihasilkan dari hasil penelitian yang terkait dengan merger dan
akuisisi. Berbagai aspek yang diteliti misalnya motivasi, dampak terhadap perusahaan yang terlibat dan
karakteristiknya.Sejumlah peneliti telah menguji dampak merger dan akuisisi terhadap kesejahteraan
pemegang saham. Hasil temuan menunjukkan adanya perbedaan hasil tentang dampak merger dan
akuisisi terhadap kesejahrteraan pemegang saham. Temuan yang menyatakan bahwa merger dan
akuisisi mengakibatkan kenaikkan kesejahteraan pemegang saham dilakukan oleh Benston et al. (1995),
Damsetz dan Strahan (1995), Akhavein et al. (1997), Rhoades (1998), Hughes et al. (1999). Adapun
penelitian merger dan akuisisi berdampak terhadap penurunan kesejahteraan saham dilakukan oleh
Bradley (1980), Asquith (1983), Limmack (1991), dan Gregory (1997).

Merger yang berasal dari bahasa latin mergere memiliki arti penggabungan dua atau lebih perusahaan
yang kemudian hanya ada salah satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara
yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Pihak atau perusahaan yang masih hidup disebut
surviving firm atau issuing firm, sedangkan perusahaan yang berhenti aktivitasnya setelah dilakukannya
merger disebut merged firm. Sedangkan akuisisi yang berasal dari bahasa Latin acquisitio, dalam
terminologi bisnis memiliki arti pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset
suatu perusahaan lain, dan di dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil

alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. Akuisisi memiliki perbedaan dengan merger, karena
akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum.Merger dan akuisisi dalam konteks
keilmuan dapat didekati dari dua perspektif, yaitu dari disiplin keuangan perusahaan (corporate finance)
dan dari manajemen strategi (strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan merger dan
akuisisi merupakan keputusan investasi jangka panjang yang harus dianalisis dari segi kelayakan
bisnisnya. Sedangkan dari perspektif manajemen strategi, merger dan akuisisi merupakan salah satu
alternatif strategi pertumbuhan eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi jika dilihat dari dua
perspektif ini merger dan akuisisi memiliki tujuan untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan
jangka panjang agar dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran atau
kesejahteraan bagi pemilik atau pemegang saham.

Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan


Perusahaan yang akan melakukan kegiatan merger dan akuisisi beranggapan bahwa dengan melakukan
kegiatan merger dan akuisisi maka perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
secara lebih baik. Kinerja keuangan pada perusahaan dapat diukur dengan berbagai rasio keuangan yang
ada, diantaranya: rasio likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan dari perusahaan untuk
memenuhi kewajiban – kewajiban finansial dalam jangka pendek secara tepat waktu. Dengan
dilakukannya merger dan akuisisi pada suatu perusahaan maka jumlah kekayaan atau aktiva yang
dimiliki perusahaan tersebut akan bertambah. Sehingga dengan dilakukannya merger dan akuisisi dapat
mempermudah perusahaan dalam melunasi kewajiban – kewajiban finansial jangka pendek secara tepat
waktu.

Akuisisi

Perbankan memiliki peran strategis sebagai penghimpun dan penyalur danamasyarakat dalam rangka
menunjang perekonomian nasional. Dalam kehidupan perekonomian yang semakin terbuka dan
berkembang cepat dibutuhkan layanan jasa perbankan yang semakin baik dan berkualitas. Sehubungan
dengan hal tersebut, diperlukan sistem perbankan yang sehat, efisien dan mampu bersaing dalam era
globalisasi dan perdagangan bebas, untuk itu perbankan perlu didorong untuk memperkuat dirinya
melalui berbagai upaya antara lain merger, konsolidasi dan akuisisi. Sinergi antara dua bank atau lebih
dapat terjadi akibat merger dan konsolidasi, sehingga diharapkan muncul bank yang kuat dengan kinerja
lebih baik. Demikian juga, akuisisi bank dapat menunjang terciptanya sistem perbankan yang sehat dan
efisien melalui masukya investor yang mempunyai modal kuat.

Akuisisi berasal dari kata kerja” acquire” yang di dalam Kamus diartikan sebagai menjadi pemilik,
pengendalian atau kekuasaan. Menurut Robert Short dalam bukunya “Business How ang When to
transact The” akusisi merupakan salah satu proses pengggabungan perusahaan yang terdiri dari marger,
consolodation dan aquisition.Peter Salim dalam bukunya Applied Bussiness Dictionary”, menyebutkan
akuisisi sebagai istilah yang biasa dipakai dalam dunia bisnis untuk mengambilalihan suatu perusahaan
oleh perusahaan lain, yang biasanya dicapai dengan membeli saham biasa perusahaan.

Dalam melakukan suatu pengambilalihan perusahaan, terdapat beberapa hal utama yang harus
diperhitungkan akuisitor seperti pemilihan bentuk akusisi yang akan dilakukan dengan melihat
karakteristik-karakteristik akuisisi yang ada, pemilihan bentuk dan sumber pembelanjaan akuisisi,
penilaian perusahaan target dan juga aspek hukum dari rencana tersebut.

Bentuk-Bentuk Akuisisi

Sebagai Salah Satu Bentuk Kombinasi Bisnis Akuisisi sebagai salah satu bentuk kombinasi bisnis dapat
dibedakan dalam dua tipe yaitu Akuisisi Finansial dan Akuisisi Strategis. Pemilihan antara kedua bentuk
akuisisi ini adalah sangat penting karena dapat memberikan gambaran yang jelas tentang latar belakang
dan tujuan akuisisi.

Akuisisi Finansial

Akuisisi finansial merupakan suatu tindakan akuisisi terhadap satu atau beberapa perusahaan tertentu
yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai keuntungan finansial. Kecenderungannya adalah
usaha membeli perusahaan target dengan harga semurah mungkin untuk dijual kembali dengan harga
jual yang lebih tinggi. Namun demikian apabila transaksi tersebut dilaksanakan antar perusahaan yang
berada dalam satu grup bisnis atau kepemilikan yang sama, harga yang dibeli dapat menjadi lebih mahal
atau pun lebih murah, tergantung pada kepentingan dan keuntungan yang akan diperoleh pemilik
mayoritas bersangkutan. Motif utama akuisisi ini adalah untuk mengeruk keuntungan finansial sebesar-
besarnya.

Akuisisi Strategis
Akuisisi strategis merupakan suatu akuisisi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan sinergi
dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan jangka panjang. Sinergi ini tidak hanya berupa
sinergi finansial tetapi juga mencakup sinergi produksi, sinergi distribusi, sinergi pengembangan
teknologi dan gabungan dari sinergi-sinergi tersebut. Dalam rangka mewujudkan sinergi tersebut maka
perusahaan pertama mengakuisisi perusahaan kedua sehingga dapat menutup kelemahan-kelemahan
mereka yang sekaligus meningkatkan penjualan dan menampilkan kekuatan yang lebih besar. Sinergi ini
mencerminkan penggabungan dua faktor yang akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan jumlah keuntungan yang dihasilkan apabila masing-masing faktor tersebut bekerja
sendiri-sendiri.

Mai, Muhamad Umar, 2016, Analisis Penentual Model Merger-Akuisisi yang Sinergis di BEI.Jurnal
Keuangan & Perbankan. Vol.20, No.3, hal.382-394.

Yosefa, Pivi Princifal, 2015, Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Abnormal Return dan Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi & Keuangan. Vol. 3, No. 3, hal.200-
212.

Anda mungkin juga menyukai