Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam meningkatkan dan pengembangan strategi perusahaan agar dapat

bertahan serta berkembang pesat guna menghindari kebangkrutan, salah-satu upaya

yang dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan yaitu dengan melakukan ekpansi.

Ekspansi adalah strategi perusahaan dalam mengambil keputusan yang dapat

mengembangkan dan meningkatkan pertumbungan perusahaan.

Ekspansi terdiri dari dua jenis, yaitu ekspansi internal perusahaan dan

ekspansi eksternal perusahaan. Ekspansi internal perusahaan yaitu seseorang yang

ingin memulai bisnis baru dengan cara membangun usahanya dari nol atau awal

berdirinya. Sedangkan Ekspansi ekternal, yaitu seseorang yang ingin membangun

bisnis baru dapat dilakukan dengan cara membeli perusahaan yang sudah ada tanpa

harus memulai bisnis baru, misalnya dengan merger dan akuisisi. (Agustin &

Widhiastuti, 2021). Sedangkan Menurut (Moin, 2003) akuisisi diartikan sebagai

pengambilalihan kendali suatu perusahaan oleh perusahaan lain dan masing-masing

perusahaan baik yang mengambilalih maupun yang diambilalih dimana masih tetap

beroperasi sebagai badan hukum yang terpisah. Sedangkan bentuk lain dari

penyatuan perusahaan adalah pengambilalihan perusahaan dengan akuisisi, dimana

perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap

berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan dan

pengendalian dari pihak akuisisi. Hal ini dapat dilihat pada kendali pisah

pengakuisisi dalam mayoritas saham-saham berhak suara (Voting stock) yang

1
2

biasanya ditunjukkan atas kepemilikan lebih dari 50 persen saham berhak atas suara

tersebut.

Dalam praktek akuisisi tersebut maka melahirkan sebuah induk perusahaan

(perusahaan pengambilalih) dan alasan perusahaan akuisisi sebagai strateginya

adalah karena akuisisi dianggap jalan cepat dalam mewujudkan tujuan perusahaan

dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Akuisisi pun

dianggap dapat menciptakan sinergi yaitu nilai keseluruhan perusahaan setelah

akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan

sebelum akuisisi (Agustrian, 2018). Sedangkan menurut (Oktavia, 2016) dalam

kontek keilmuwan, akuisisi bisa didekati dari dua perpektif yaitu dari ilmu disiplin

keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen strategi (Strategic

Management). Dari sisi keuangan perusahaan, akuisisi adalah salah-satu bentuk

dari keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal/ capital budgeting)

yang harus di investigasi dan dianalisis dari segi kelayakan bisnisnya. Sementara

itu dari perspektif manajemen strategi, akuisisi menjadi salah-satu alternatif dalam

pertumbuhan eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Dilihat dari dua

perspektif ini maka tujuan akuisisi tidak lain adalah untuk membangun keunggulan

kompetitif perusahaan dalam jangka panjang yang gilirannya dapat meningkatkan

nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan dan

pemegang saham.

Kegiatan aktivitas akuisisi pada perusahaan-perusahaan Bank umum

maupun Bank Umum Syariah (BUS), semakin meningkat seiring dengan intensnya

perkembangan ekonomi yang semakin menggelobal. Di Indonesia perkembangan


3

akuisisi menunjukkan pada skala peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke

tahun, sementara itu pada negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan

Eropa fenomana akuisisi sudah menjadi pemandangan yang dianggap biasa.

Bahkan di negara Amerika akuisisi dimulai sejak abad 18 (Moin, 2010).

Sedangkan aktivitas akuisisi di Indonesia pada industri perbankan

mengalami perkembangan dengan terbaginya dua fase, fase pertama sebelum

terjadi krisis moneter 1998 (sebelum pakto 1998) dimana terjadi peningkatan

jumlah perbankan dari 111 bank menjadi 240 bank, peningkatan tersebut terjadi

setelah dikeluarkannya deregulasi sektor keuangan pada 27 oktober 1998 serta

masuknya modal asing melewati pembelian saham bank umum baik perorangan

maupun badan hukum, baik warga negara Indonesia maupun masyarakat asing yang

diatur pada UU No 8 tahun 1992 Jo UU No 10 tahun 1998 mengenai perbankan

(yanuarsi, 2020).

Sedangkan perkembangan dan aktivitas akuisisi perbankan semakin

meningkat seiring dengan intensnya perkembangan ekonomi yang semakin

menggelobal. pada perbankan syariah dilatarbelakangi oleh akuisisi bank nasional

oleh bank asing melalui proses pembelian saham sehingga terjadi perubahan nama

bank baik pada bank umum yang diakuisisi maupun pada bank umum syariah.

Selain itu bank syariah yang ada masih memiliki kesulitan dalam memberikan

pembiayaan dalam skala besar yang disebabkan oleh modal yang terbatas, Sehingga

akuisisi dinilai menjadi salah-satu strategi untuk pertumbuhan eksternal dalam

mencapai tujuan sebuah perusahaan tentunya dalam penyaluran pembiayaan.


4

Didalam Undang-Undang Perbankan Nomor 20 tahun 1998, Indonesia

memberikan kelonggaran kepada investor asing dalam kepemilikan saham

perbankan syariah dimana memberikan izin kepada asing untuk memiliki saham

bank nasional dengan maksimal mencapai 90%. Selain itu Kebijakan pemerintah

Indonesia terhadap akuisisi perbankan diatur dalam peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 41/POJK.03/2019 tentang penggabungan, peleburan,

pengambilalihan, intergrasi, dan konversi bank umum. Dengan adanya peraturan

otoritas jasa keuangan tersebut sehingga terjadi akuisisi di sektor perbankan

diantaranya sebagai berikut:

Tabel 1.1
Daftar pengakuisisi Bank Umum Syariah di Indonesia
Kepemilikan
No Nama Bank Perusahaan Akuisisi
saham
1 PT Bank Panin Dubai Syariah Dubai Islamic Bank 25,10%
Tbk. PJSC
2 Bank KB Bukopin Syariah Kookmin Bank Co.Ltd 66.88%
Tbk
3 Bank BTPN Syariah Tbk Sumitomo Mitsui 92,43%
Financial Group
Sumber: Laporan keuangan bank

Daftar panjang tindakan akusisi bank asing kepada bank umum serta syariah

tersebut menghasilkan cerminan kiprah bank asing pada perusahaan jasa perbankan

di Indonesia. tindakan perolehan itu menunjukkan bahwa perbankan nasional

menginginkan suntikan dana segar selaku modal untuk mampu bertahan serta

berkompetisi pada sektor finansial dalam negeri.

Laporan keuangan merupakan laporan priodik yag disusun berdasarkan

pada prinsip- prinsip akuntansi yang bisa diperoleh secara umum mengenai status

keuangan individu, asosiasi, serta organisasi bisnis. Laporan keuangan terdiri atas
5

laporan inti serta laporan pelengkap (Darmawi, 2012). Adapun perubahan-

perubahan setelah melakukan aktivitas akuisisi dapat tercermin dalam kondisi

keuangan perusahaan. Jika kondisi keuangan perusahaan setelah melakukan

akuisisi menjadi lebih baik, maka keputusan akuisisi dianggap tepat. Namun jika

sebaliknya maka keputusan akuisisi dianggap kurang tepat. Untuk menilai

bagaimana keberhasilan akuisisi yang dilakukan dapat dilihat dari kinerja keuangan

perusahaan setelah melakukan akuisisi terutama dalam kinerja keuangan.

Perhitungan kinerja keuangan tersebut dilakukan dengan melihat rasio-rasio

keuangan. Rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan

diantaranya rasio profitabilitas, rasio pasar, rasio aktivitas, rasio likuiditas dan rasio

solvabilitas (Oktaviani, 2016).

Laba adalah salah- satu aspek yang berguna pada perbankan. Keuntungan

yang besar membuktikan kemampuan bank dalam mengatur aset produktif,

sebaliknya laba merupakan perolehan atas pendapatan yang telah dikurangi biaya-

biaya pengurang yang diperbolehkan. Jika dilihat dalam teori tersebut maka

kemampuan suatu bank konvensional ataupun bank syariah bisa diamati dari

perkembangan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas ialah sebuah perbandingan

untuk memperhitungkan sejauh mana kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan (Hadiwidjaja & Wirasasmita, 2008). Aspek profitabilitas ataupun

rentabilitas lah yang wajib memperoleh perhatian lebih dalam kegiatan usaha pada

perihal ini ialah kegiatan perbankan syariah, Sehingga salah-satu tujuan dari

lembaga keuangan syariah serupa dengan pada perusahaan pada umumnya ialah

memperoleh profit dari semua aktivitas operasional.


6

Pemakaian rasio profitabilitas tidak cuma dilakukan dengan memakai

pertimbangan dari bermacam perbandingan yang terdapat di informasi keuangan,

terutama laporan keuanga neraca serta laba rugi (kasmir, 2009). Adapun Semakin

besar kemampuan sebuah perusahaan dalam mengatur aset produktif maka akan

semakin besar pula profitabilitasnya atau rentabilitasnya Rentabilitas yang bagus

adalah ditandai dengan tingginya perolehan keuntungan operasionalnya.

Net Operating Margin merupakan rasio utama rentabilitas pada perbankan

syariah yang ditujukan untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif serta

menghasilkan laba. Net Operating Margin juga dapat diartikan sebagai rasio

rentabilitas dalam mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan

laba melalui perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional dengan

rata-rata aktiva produksi. (Ihsan, 2013). Bank akan selalu mengusahakan agar Net

Operating Margin positif, karena apabila rasio NOM negatif menunjukkan bahwa

biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang merugi. Apabila hal

tersebut dikaitkan dengan rasio rentabilitas maka NOM harus dijaga kestabilannya

dan bank diharapkan meningkatkan kinerja pembiayaannnya sehingga kinerja

rentabilitas bank semakin baik. Sedangkan sebaliknya jika NOM mengalami

penurunan maka akan berdampak kepada penurunan rasio rentabilitas sehingga

keuntungan yang diperoleh oleh bank semakin kecil khususnya bersumber dari

pendapatan operasional bank tersebut.

Sebagai lembaga intermediasi, besar kecilnya penyaluran pembiayaan yang

dilakukan oleh perbankan sebagai kegiatan operasional tentu akan mempengaruhi

laba yang akan diterima oleh bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan
7

rasio yang menggambarkan penyaluran pembiayaan bank syariah. Jika nilai rasio

Financing to Deposit Ratio menurun, maka dana yang dihimpun bank akan menjadi

tidak produktif karena bank akan mengalami kelebihan likuiditas yang akan

menyebabkan kecilnya kesempatan bank dalam menumbuhkan profitabilitas.

(Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbS Tahun , 2007)

Sedangkan menurut (Kasmir, 2012) Financing to Deposit Ratio (FDR)

dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah dana yang berhasil dihimpun

terhadap jumlah pembiayaan yang disalurkan. Semakin tinggi aset perbankan, maka

semakin tinggi juga kemampuan perbankan dalam menyalurkan pinjaman dana

sehingga Financing to Deposit Ratio (FDR) akan meningkat yang berimbas pada

meningkatnya profitabilitas perbankan. Sebaliknya, jika semakin rendah rasio ini

maka bahwa bank tidak dapat mengelola dana pihak ketiga secara optimal. Akan

tetapi semakin tinggi rasio ini juga dapat menggambarkan likuiditas bank menurun

karena dana lebih banyak dialokasikan untuk pemberian kredit/pembiayaan

(Somantri & Sukmana, 2019). Oleh karena itu, perlu adanya suatu prinsip kehati-

hatian (Prudential Banking) dalam menjaga peran perbankan khususnya dalam

menghadapi risiko NPF.

Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur risiko terhadap pembiayaan yang disalurkan dengan membandingkan

jumlah pembiayaan bermasalah dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan.

Sehingga rasio NPF dapat menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah pada

suatu bank. Rasio NPF mempunyai pengaruh yang negatif terhadap NOM. Semakin
8

tinggi Rasio NPF maka semakin rendah rasio NOM. Sebaliknya, semakin rendah

rasio NPF maka semakin tinggi rasio NOM (Dendawijaya, 2009).

Berdasarkan pada teori yang telah dipaparkan di atas, maka Financing to

Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap Net Operating Margin. Dan Non

Performing Financing berpengaruh Negatif terhadap Net Operating Margin

(NOM). Semakin tinggi tingkat rasio Financing to Deposit (FDR) maka semakin

tinggi tingkat rasio Net Operating Margin (NOM). Sebaliknya jika tingkat rasio

Non Performing Financing (NPF) pada perbankan meningkat menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat risiko kredit pada bank yang mengakibatkan rasio Net

Operating Margin (NOM) menurun.

Menurut data OJK pada Januari 2021 populasi bank umum syariah di

Indonesia tercatat sebanyak 14 Bank Umum Syariah (BUS). Dengan menggunakan

pemilihan sampel menggunakan metode pusposive sampling maka ditemukan

bahwa terdapat 3 Bank Umum Syariah yang diakuisisi oleh Bank asing untuk

dijadikan obyek penelitian. Dengan demikian maka peneliti menggunakan tolak

ukur Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai variable X1 dan Non Performing

Financing (NPF) sebagai variable X2, Net Operating Margin (NOM) sebagai

variable Y. Berikut data perusahaan dalam bentuk tabel dan grafik:

Tabel 1.2
Data Pergerakan Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing (NPF) dan Net Operating Margin (NOM) Studi Akuisisi Bank
Asing Terhadap Bank Umum Syariah Periode 2020-2023
Bank Umum Tahun Triwulan Financing to Non Net
Syariah Akuisisi Deposit Ratio Performing Operating
(FDR) Financing Margin
(NPF) (NOM)
Bank Panin Dubai 2020 I 98,21% 2,90% 1,79%
Syariah
9

Bank Umum Tahun Triwulan Financing to Non Net


Syariah Akuisisi Deposit Ratio Performing Operating
(FDR) Financing Margin
(NPF) (NOM)
II 105,47% ↑ 2,49% ↓ 1,54% ↓
III 93,87% ↓ 2,62% ↑ 1,30% ↓
IV 111,71% ↑ 2,45% ↓ 1,19% ↓
2021 I 117,45% ↑ 3,53% ↑ 3,12% ↑
II 111,41% ↓ 3,24% ↓ 3,29% ↑
III 118,94% ↑ 3,16% ↓ 3,32% ↑
IV 107,56% ↓ 0,94% ↓ 3,30% ↓
2022 I 99,11% ↓ 0,89% ↓ 1,33% ↓
II 93,47% ↓ 2,11% ↑ 2,11% ↑
III 89,20% ↓ 2,44% ↑ 2,18% ↑
IV 97,32% ↑ 1,91% ↓ 1,92% ↓
2023 I 95,90% ↓ 2,17% ↑ 1,74% ↓
Bank KB Bukopin
2020 I 109,87% 4,29% 2,40%
Syariah
II 161,11% ↑ 4,96% ↑ 2,06% ↓
III 181,84% ↑ 4,92% ↓ 1,91% ↓
IV 196,73% ↑ 4,95% ↑ 1,94% ↑
2021 I 179,97% ↓ 4,94% ↓ 2,38% ↑
II 152,06% ↓ 4,85% ↓ 2,91% ↑
III 120,24% ↓ 4,80% ↓ 2,55% ↓
IV 92,97% ↓ 4,66% ↓ 1,66% ↓
2022 I 94,51% ↑ 3,78% ↑ -0,51% ↓
II 85,98% ↓ 4,14% ↑ -0,42% ↓
III 87,17% ↑ 4,22% ↑ -0,31% ↓
IV 92,47% ↑ 3,81% ↓ -1,79% ↑
2023 I 97,50% ↑ 3,74% ↓ 0,00% ↑
Bank BTPN Syariah
2020 I 94,69% 0,02% 14,97%
II 92,37% ↓ 0,00% ↓ 7,53% ↓
III 98,48% ↑ 0,00% = 6,20% ↓
IV 97,37% ↓ 0,02% ↑ 7,68% ↑
2021 I 92,16% ↓ 0,01% ↓ 12,28% ↑
II 94,67% ↑ 0,01% ↓ 12,58% ↑
III 96,04% ↑ 0,01% ↓ 11,74% ↓
IV 95,00% ↓ 0,18% ↑ 11,54% ↓
2022 I 96,24% ↑ 0,14% ↓ 11,72% ↑
II 93,98% ↓ 0,19% ↑ 12,03% ↑
III 95,60% ↑ 0,13% ↓ 12,17% ↑
IV 95,67% ↑ 0,34% ↑ 12,03% ↓
2023 I 92,67% ↓ 0,50% ↓ 10,25% ↓
10

Sumber: Laporan Keuangan Triwulan Web. (data diolah)

Keterangan
↑ = Mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
↓ = Mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
Warna Merah = periode tersebut mengalami masalah
Warna Hitam = periode tersebut tidak bermasalah

Dari data tabel diatas maka dapat dilihat bahwa data pada rasio Financing

to Deposit Ratio (FDR), Non Perfoming Financing (NPF) dan Net Operating

Margin (NOM) hampir setiap tahunnya mengalami fluktuasi perubahan naik

turunnya nilai pada laporan triwulan hal tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah

ini:

Grafik 1. 1
Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada akuisisi bank asing
terhadap Bank Umum Syariah periode 2020-2023
Financing to Deposit Ratio (FDR)
250
200
150
100
50
0
I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I
2020 2021 2022 2023 2020 2021 2022 2023 2020 2021 2022 2023
Bank Panin Dubai Syariah Bank KB Bukopin Syariah Bank BTPN Syariah

Sumber: Laporan Keuangan triwulan bank umum syariah akuisisi

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa pada setiap bank dan setiap

triwulan variabel Financing to Deposit Ratio mengalami fluktuasi yang signifikan.

Pada Bank Panin Dubai Syariah di tahun 2020 dimana FDR mengalami

peningkatan pada triwulan II dan IV sebesar 105,47% dan 111,71% sedangkan

penurunan terjadi pada triwulan III sebesar 93,87%. Kemudian pada tahun 2021

peningkatan terjadi kembali di triwulan I dan III yaitu peningkatan rasio FDR
11

sebesar 117,45% dan 118,94% peningkatan tersebut diikuti dengan penurunan rasio

FDR pada triwulan II dan IV sebesar 111,41% dan 107,56%. Kemudian pada tahun

2022 terjadi penurunan rasio FDR pada triwulan I,II dan III yaitu dengan penurunan

sebesar 99,11% pada triwulan I, 93,47% pada triwulan II dan 89,20% pada triwulan

III, kemudian Bank Panin Dubai Syariah mengalami kenaikan pada rasio FDR pada

triwulan IV sebesar 97,32%. Dan pada tahun 2023 triwulan I rasio FDR mengalami

penurunan sebesae 95,50%.

Sedangkan pada Bank KB Bukopin Syariah dalam rentang tahun 2020

hingga 2023 mengalami peningkatan pada tahun 2020 dimana pada triwulan I rasio

FDR sebesar 109,87 dan terus meningkat hingga kuartal IV sebesar 196,73%.

Sedangkan pada tahun 2021 pada rasio FDR sepanjang triwulan I hingga IV

mengalami penurunan yang signifikan di mana pada triwulan I rasio FDR sebesar

179,97% menurun dibandingkan dengan tahun lalu dan terus menurun hingga

triwulan IV sebesar 92,97%. Kemudian pada tahun 2022 pada triwulan I rasio FDR

kembali mengalami kenaikan sebesaer 94,51% dan kembali mengalami penurunan

pada triwulan II sebesar 85,98% dan kembali mengalami kenaikan pada triwulan

III dan IV dengan kenaikan rasio FDR sebesar 87,17% dan 92,47%. Kemudian pada

tahun 2023 kembali mengalami kenaikan pada triwulan I sebesar 97,50%.

Kemudian pada PT Bank BTPN Syariah pada rentang waktu 2020 hingga

2021 cenderung mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2020 mengalami

penurunan pada triwulan II dimana rasio FDR sebesar 92,37%, selanjutnya pada

triwulan III mengalami kenaikan rasio FDR sebesar 98,48% dan kembali
12

mengalami penurunan pada rasio FDR sebesar 97,37%. Kemudian pada tahun 2021

rasio FDR masih mengalami penurunan dimana pada kuartal I penurunan pada rasio

FDR sebesar 92,16%, dan pada triwulan II dan III mengalami kenaikan dengan

masong-masing rasio sebesar 94,67% dan 96,04%. Kemudian pada triwulan IV

mengalami penurunan rasio FDR sebesar 95,00%. Sedangkan pada tahun 2022

pada triwulan I rasio FDR mengalami kenaikan sebesar 96,24%, kemudian pada

triwulan II mengalami penurunan sebesar 93,98%, dan pada triwulan III dan IV

mengalami kenaikan dengan masing-masing rasio FDR sebesar 95,60% dan

95,67%. Kemudian pada tahun 2023 pada triwulan I rasio FDR mengalami

penurunan sebesar 92,67% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Grafik 1.2
Perkembangan Non Performing Financing (NPF) pada akuisisi bank asing
terhadap Bank Umum Syariah periode 2020-2023
Non Performing Financing (NPF)
6
5
4
3
2
1
0
I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I
2020 2021 2022 2023 2020 2021 2022 2023 2020 2021 2022 2023
Bank Panin Dubai Syariah Bank KB Bukopin Syariah Bank BTPN Syariah

Sumber: Laporan Keuangan triwulan bank umum syariah akuisisi

Berdasarkan pada grafik diatas terlihat bahwa mengalami fluktiasi yang

cukup signifikan pada setiap triwulan dalam rentang waktu 2020-2021. Pada Bank

Panin Dubai Syariah rasio NPF pada tahun 2020 mengalami penurunan pada

triwulan II dengan rasio NPF sebesar 2,49%, kemudian pada triwulan III rasio NPF

mengalami kenaikan sebesar 2,62% dan pada triwulan IV rasio NPF mengalami
13

penurunan sebesar 2,45%. Sedangkan pada tahun 2021 Bank Panin Dubai Syariah

pada rasio NPF mengalami kenaikan pada triwulan I sebesar 3,53%, kemudian pada

triwulan II dan III rasio NPF mengalami penurunan dengan rasio NPF sebesar

3,24% dan 3,16% dan kembali mengalami penurunan pada kuartal IV sebesar

0,94%. Kemudian pada tahun 2022 rasio NPF pada triwulan I masih mengalami

penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya di tahun 2021, dimana

penuran pada rasio NPF sebesar 0,89%, kemudian pada triwulan II dan III rasio

NPF mengalami peningkatan secara berturut-turut, dimana rasio NPF sebesar

2,11% dan 2,44%, dan pada triwulan IV rasio NPF kembali mengalami penurunan

rasio sebesar 1,91%. Dan ditahun 2023 rasio NPF mengalami kenaikan sebesar

2,17%.

Kemudian pada Bank KB Bukopin Syariah, rasio NPF pada tahun 2020

mengalami peningkatan pada triwulan II sebesar 4,96%, kemudian pada triwulan

III mengalami penurunan dengan nilai rasio sebesar 4,92% dan kembali mengalami

peningkatan sebesar 4,95%. Kemudian pada tahun 2021 rasio NPF mengalami

penurunan secara terus-menerus pada triwulan I hingga triwulan IV dimana

penurunan pada triwulan I sebesar 4,94% dan terus menurun hingga kuartal IV

sebesar 4,66%. Di tahun 2022 rasio NPF masih menunjukkan penurunan dimana

pada triwulan I penurunan terjadi sebesar 3,78% lebih rendah dibandingkan pada

triwulan sebelumnya di tahun 202, kemudian pada triwulan II rasio NPF

menunjukkan peningkatan dengan nilai rasio sebesar 4,14% dan kembali meningkat

pada triwulan III sebesar 4,22%, kemudian pada triwulan berikutnya yakni triwulan
14

IV mengalami penurunan dengan rasio NPF sebesar 3,81% dan pada tahun 2023

rasio NPF kembali mengalami penurunan sebesar 3,74%.

Selanjutnya pada Bank BTPN Syariah, pergerakan rasio NPF pada taun

2020 mengalami penurunan pada triwulan II sebesar 0,00% dibandingan dengan

triwulan sebelumnya sebesar 0,02%, kemudian pada triwulan berikutnya yakni

triwulan III menunjukkan rasio NPF yang stagnan dengan triwulan sebelumnya

dengan rasio 0,00%, dan pada triwulan IV rasio NPF mengalami peningkatan

sebesar 0,02%. Pada tahun 2021 rasio NPF pada triwulan I hingga triwulan III

mengalami stagnan dengan rasio NPF bertahan di angka 0,01%, dan kembali

mengalami peningkatan pada triwulan IV sebesar 0,18%. Kemudian pada tahun

2022 rasio NPF pada triwulan I mengalami penurunan sebesar 0,14%, kemudian

pada triwulan II rasio NPF mengalami kenaikan dengan rasio 0,19%, selanjutnya

pada triwulan III terjadi penurunan pada rasio NPF sebesar 0,13%, kemudian pada

triwuan IV terjadi peningkatan sebesar 0,34%. Selanjutnya pada tahun 2023 pada

rasio NPF masih terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya

dimana rasio NPF meningkat sebesar 0,50%.

Grafik 1.3
Perkembangan Net Operating Margin (NOM) pada akuisisi bank asing
terhadap Bank Umum Syariah periode 2020-2023
Net Operating Margin (NOM)
100
80
60
40
20
0
-20 I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I
2020 2021 2022 2023 2020 2021 2022 2023 2020 2021 2022 2023
Bank Panin Dubai Syariah Bank KB Bukopin Syariah Bank BTPN Syariah
Sumber: Laporan Keuangan triwulan bank umum syariah akuisisi
15

Berdasarkan pada grafik diatas terlihat bahwa setiap bank dan setiap

tahunnya, rasio Net Operating Margin (NOM) mengalami penurunan yang

signifikan pada setiap triwulannya. Pada Bank Panin Dubai Syariah, pada

sepanjang tahun 2020 rasio NOM mengalami Penurunan, dimana pada triwulan II

rasio Nom sebesar 1,54%, kemudian pada triwulan III mengalami penurunan

kembali sebesar 1,30%, dan pada triwulan IV rasio NOM sebesar 1,19%. Kemudian

pada tahun 2021 rasio NOM mengalami peningkatan selama triwulan I sampai

dengan triwulan III dimana pada triwulan I peningkatan pada rasio NOM sebesar

3,12%, kemudian pada triwulan II rasio NOM kembali mengalami peningkatan

sebesar 3,29%, serta pada triwulan III rasio NOM kembali meningkat sebesar

3,32%. Kemudian pada triwulan IV rasio NOM mengalami penurunan sebesar

3,30%. Pada tahun 2022 pada triwulan I rasio NOM masih mengalami penurunan

dimana penurunan terjadi sebesar 1,33%, selanjutnya pada triwulan II dan III terjadi

Peningkatan pada rasio NOM sebesar 2,11% dan 2,18%, kemudian pada triwulan

IV rasio NOM mengalami penurunan sebesar 1,92%. Kemudian pada tahun 2023

rasio NOM pada Bank Panin Dubai Syariah masih menunjukkan penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pada tahun 2022 dimana rasio NOM

pada triwulan I mengalami penurunan sebesar 1,74%.

Selanjutnya Bank KB Bukopin Syariah, dimana pada tahun 2020 Bank KB

Bukopin Syariah pada triwulan II dan III masing-masing mengalami penurunan

sebesar 2,06% pada triwulan II dan 1,91% pada triwulan III, kemudian pada

triwulan IV rasio NOM menunjukkan peningkatan sebesar 1,94%. Selanjutnya pada

tahun 2021 rasio NOM menunjukkan peningkatan pada triwulan I dan II dimana
16

peningkatan rasio tersebut sebesar 2,38% pada triwulan I dan 2,91% pada triwulan

II, kemudian pada triwulan berikutnya yakni triwulan III dan IV sama-sama

mengalami penurunan rasio NOM yaitu sebesar 2,55% pada triwulan III dan 1,66%

pada triwulan IV. Kemudian pada tahun 2022, pada triwulan I hingga triwulan III

terjadi penurunan yang sangat drastis hingga menyentuh minus dimana pada rasio

NOM penurunan sebesar -0,51% pada triwulan I, -0,42% pada triwulan II dan -

0,30% pada triwulan III, selanjutnya pada triwulan IV terjadi peningkatan di mana

rasio NOM meningkat sebesar -1,79%. Di tahun 2023 pada triwulan I rasio NOM

menunjukkan peningkatan dengan peningkatan sebesar 0,00%.

Kemudian pada Bank BTPN Syariah, pada tahun 2020 rasio NOM

menunjukkan penurunan yang sama pada triwulan II dan III dimana pada rasio

NOM terjadi penurunan sebesar 7,53% pada triwulan II dan 6,20% pada triwulan

III kemudian pada triwulan IV terjadi peningkatan rasio NOM sebesar 7,68%.

Selanjutnya pada tahun 2021 rasio NOM pada triwulan I dan II menunjukkan

peningkatan dimana pada rasio NOM terjadi peningkatan sebesar 12,28% pada

triwulan I dan 12,58% pada triwulan II, kemudian terjadi penurunan rasio NOM

pada triwulan III dan IV sebesar 11,74% pada triwulan III dan 11,54% pada

triwulan IV. Selanjutnya pada tahun 2022 selama triwulan I hingga triwulan III

terjadi kenaikan rasio NOM, dimana peningkatan rasio NOM 11,72% pada triwulan

I, kemudian 12,03% pada triwulan II dan 12,17% pada triwulan III, kemudian pada

triwulan berikutnya yakni triwulan IV rasio NOM mengalami penurunan sebesar

12,03% dan pada tahun 2023 rasio NOM juga mengalami penurunan pada kuartal

I sebesar 10,25%.
17

Berdasarkan pada grafik diatas menggambarkan fluktuasi Financing to

Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), dan Net Operating

Margin (NOM) pada Bank Umum Syariah yang diakuisisi Bank Asing dan

cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun. Secara teoritis meningkatnya Financing

to Deposit Ratio (FDR) akan berpengaruh positif pada Net Operating Margin

(NOM), sedangkan Meningkatnya Non Performing Financing (NPF) akan

berpengaruh Negatif terhadap Net Operating Margin (NOM). Sedangkan

menurunnya Financing to Deposit Ratio (FDR) akan berpengaruh negatif pada Net

Operating Margin (NOM), dan menurunnya Non Performing Financing (NPF)

akan berpengaruh positif terhadap Net Operating Margin (NOM) yang dimiliki

perusahaan.

Berlandaskan dari pemaparan tersebut, terjadi ketidaksesuaian antara teori

dan data dilapangan. Dari grafik di atas, menunjukkan bahwa tidak selalu

meningkatnya Financing to Deposit Ratio (FDR) diikuti dengan meningkatnya Net

Operating Margin (NOM). Kemudian penurunan pada Non Performing Financing

(NPF) tidak diikuti dengan meningkatnya Net Operating Margin (NOM), begitu

pula sebaliknya.

Penyimpangan tersebut terlihat pada setiap tahunnya di masing-masing

bank. Hanya ada beberapa triwulan saja yang menunjukkan kesesuaian antara data

dan teori. Seperti pada Bank Panin Dubai Syariah paada tahun 2020 pada triwulan

III rasio FDR menurun dan diikuti dengan peningkatan rasio NPF serta penurunan

rasio NOM, tahun 2021 pada triwulan III rasio FDR meningkat dan diikuti dengan

penurunan rasio NPF serta peningkatan rasio NOM dan pada tahun 2023 pada
18

triwulan ke III rasio FDR menurun dan diikuti dengan peningkatan rasio NPF serta

penurunan rasio NOM Sedangkan pada Bank KB Bukopin Syariah pada tahun 2022

pada triwulan II rasio FDR menurun dan diikuti dengan peningkatan rasio NPF

serta penurunan rasio NOM dan triwulan IV FDR meningkat dan diikuti dengan

penurunan rasio NPF serta peningkatan rasio NOM serta tahun 2023 triwulan I FDR

meningkat dan diikuti dengan penurunan rasio NPF serta peningkatan rasio NOM.

Kemudian pada Bank BTPN Syariah pada tahun 2021 triwulan I FDR meningkat

dan diikuti dengan penurunan rasio NPF serta peningkatan rasio NOM dan triwulan

III FDR meningkat dan diikuti dengan penurunan rasio NPF serta peningkatan rasio

NOM serta Pada tahun 2023 triwulan I III rasio FDR menurun dan diikuti dengan

peningkatan rasio NPF serta penurunan rasio NOM.

Setelah melihat dari data tabel dan grafik PT Bank Panin dubai Syariah Tbk,

Bank KB Bukopin Syariah Tbk, dan PT Bank BTPN Syariah Tbk periode 2020-

2023 diatas. Terlihat bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing

Financing (NPF) dan Net Operating Margin (NOM) sangat fluktuatif dan tidak

adanya kesesuaian antara teori dengan data yang disajikan. Maka peneliti tertarik

untuk mengkaji lebih mendetail terkait dengan perkembangan Rasio FDR,NPF dan

NOM pada Bank Umum Syariah Akuisisi Bank Asing dengan judul: Pengaruh

Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF)

terhadap Net Operating Margin (NOM) pada Studi Akuisisi Bank Asing

Terhadap Bank Umum Syariah Periode 2020-2023.


19

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dijadikan sebagai fokus dalam sebuah

penelitian ini, dan juga didasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan

sebelumnya yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial terhadap

Net Operating Margin (NOM) pada Studi Akuisisi Bank Asing Terhadap Bank

Umum Syariah Periode 2020-2023?

2. Bagaimana pengaruh pengaruh Non Performing Financing (NPF) secara parsial

pada Studi Akuisisi Bank Asing Terhadap Bank Umum Syariah Periode 2020-

2023?

3. bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing

Financing (NPF) secara simultan terhadap Net Operating Margin (NOM) pada

pada Studi Akuisisi Bank Asing Terhadap Bank Umum Syariah Periode 2020-

2023?

C. Tujuan Penelitian

Dengan merujuk pada rumusan permasalahan yang diajukan diatas, maka

tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk Mengetahui pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial

terhadap Net Operating Margin (NOM) pada Studi Akuisisi Bank Asing

Terhadap Bank Umum Syariah Periode 2020-2023

2. Untuk Mengetahui pengaruh Non Performing Financing (NPF) secara parsial

terhadap Net Operating Margin (NOM) pada Studi Akuisisi Bank Asing

Terhadap Bank Umum Syariah Periode 2020-2023


20

3. Untuk Mengetahui pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non

Performing Financing (NPF) secara simultan terhadap Net Operating Margin

(NOM) pada Studi Akuisisi Bank Asing Terhadap Bank Umum Syariah

Periode 2020-2023

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari adanya penelitian ini baik berupa manfaat teoritis maupun

manfaat praktis sebagai berikut.

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran

terhadap ilmu pengetahuan keuangan khususnya di bidang perbankan syariah dan

menjadi bahan kajian lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang berkaitan

dengan perkembangan akuisisi pada sektor keuangan syariah, pembiayaan,

perubahan paradigma bunga di dunia perbankan serta pemahaman masyarakat

awam atas bunga, pembiayaan bermasalah, dan profitabilitas khususnya Net

Operating Margin (NOM) di perbankan syariah.

2. Keguanaan Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

beberapa pihak baik internal maupun eksternal, yaitu:

a. Bagi Penulis (peneliti), Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

serta informasi ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas khususnya terkait

dengan tema penelitian yang diangkat yaitu Pengaruh Financing to Deposit

Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) dan Net Operating Margin
21

(NOM) Serta bagi pihak-pihak yang terkait khususnya terhadap Bank Umum

Syariah yang diakuisisi;

b. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi pemegang

kebijakan terutama pihak manajemen internal Bank Umum Syariah yang

diakuisisi;

c. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai salah-satu dasar pertimbangan

dalam mengevaluasi dan meningkatkan kinerja perusahaan dalam bidang

keuangan perbankan terutama dalam memaksimumkan pembiayaan

bermasalah, dan profitabilitas dengan memperhatikan faktor-faktor yang

diteliti dalam penelitian ini;

d. Bagi Investor, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

menganalisis serta dalam mengambil keputusan investasi pada suatu

perusahaan perbankan terutama dalam mengambil keputusan akuisisi;

e. bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pemahaman

bagi peneliti mengenai Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing

Financing (NPF) dan Net Operating Margin (NOM).

Anda mungkin juga menyukai