Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Gambaran Perusahaan
Berdiri pada tahun 1957, BCA adalah bank swasta (non pemerintah) terbesar di Indonesia
saat ini dengan nilai aset sebesar 750,32 triliun rupiah dan modal inti sebesar 122,73 triliun
rupiah per Desember 2017. BCA masuk kedalam kategori BUKU 4 dengan modal inti diatas 30
triliun rupiah. BCA memiliki lebih dari 17 juta rekening yang didukung oleh 1.235 kantor
cabang yang beroperasi di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Selain memiliki kantor cabang
di Indonesia, BCA juga memiliki cabang di Hongkong dan Singapura. Saat ini BCA memiliki
delapan anak perusahaan yang bergerak dalam enam linea bisnis yaitu BCA Finance dan CS
Finance yang bergerak pada pembiayaan bermotor , BCA Insurance dan BCA Life yang
bergerak di bidang asuransi, BCA sekuritas yang bergerak di bidang sekuritas, BCA Syariah
yang bergerak di bidang perbankan syariah, BCA Finance Ltd yang bergerak di bidang remitansi
dan Central Capital Ventura (CCV) yang bergerak di bidang teknologi finansial dan industri
finansial. Pada tahun 2017 BCA mencatat pertumbuhan penyaluran kredit korporasi sebesar
14.5% yang mencapai 177,3 triliun rupiah. Sektor industri yang mendapat penyaluran kredit
paling besar adalah sektor perkebunan dan pertanian sebesar 12,6% disusul oleh sektor jasa
keuangan sebesar 10,6% dan sektor pembangkit energi dan tenaga listrik sebesar 7,3%.

Sedangkan, berdasarkan portofolio kredit, BCA mencatat pertumbuhan sebesar 12,4%


yang mencapai 467,5 triliun rupiah. Dari keseluruhan pinjaman yang disalurkan, terdapat tiga
sektor utama yang paling banyak menerima pinjaman yaitu sektor perdagangan, restoran dan
hotel sebesar 25.94% (110,64 triliun rupiah) lalu diikuti oleh sektor manufaktur sebesar 18,85%
(80,41 triliun rupiah) dan sektor jasa bisnis sebesar 10,60% (45,22 triliun rupiah). BCA
merupakan salah satu dari delapan bank yang membentuk inisiatif keuangan berkelanjutan
Indonesia. Langkah ini merupakan tindak lanjut pilot project “First Movers on Sustainable
Banking” yang diinisiasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak tahun 2015. Komitmen
BCA dalam menerapkan prinsip keuangan berkelanjutan yang mengintegrasikan aspek
lingkungan, sosial dan tata kelola (LST) diwujudkan dengan meningkatkan portofolio
pembiayaan berkelanjutan menjadi sebesar 27,15 triliun di tahun 2017. Angka ini meningkat
sebesar 10.5% dari tahun 2016. Penyaluran kredit tersebut memprioritaskan pembiayaan sektor-
sektor yang berhubungan dengan pertanian berkelanjutan, infrastruktur hijau, kehutanan
berkelanjutan, energi terbarukan, industri daur ulang, efisiensi energi, dan gedung hijau. Selain
itu, komitmen BCA dalam mendukung program pembangunan pemerintah seperti inklusi
keuangan diwujudkan dengan menyalurkan porsi pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) sebesar
103,55 miliar per Desember 2017.
Jenis – Jenis Kombinasi Bisnis
 Merger
Definisi merger sendiri yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh
perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama
dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban
perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti
beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001). Adapun menurut Sartono (2004) yang
mendefinisikan merger sebagi kombinasi antara dua atau lebih perusahaan yang melebur
menjadi satu perusahaan baru. Sedangkan, arti lain merger adalah kesepakatan dua atau
lebih perusahaan untuk bergabung yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap
hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar
(Moin, 2003). Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (1999) penggabungan
usaha berarti penyatuan dua atau lebih perusahaan (entitas) menjadi satu entitas ekonomi
karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali
(kontrol) atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
 Akuisisi
Berdasarkan teminologi bisnis akuisisi dapat diartikan sebagai pengambil alihan
kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan
lain. Akuisisi menurut Moin (2003) diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau
pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam
peristiwa baik perusahaan pengambil alih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai
badan hukum yang terpisah. Pengertian lain dari akuisisi menurut Hitt (2002) adalah
strategi perusahaan membeli hak untuk mengontrol kepemilikan terhadap perusahaan lain
dengan tujuan untuk menggunakan kompetensi inti perusahaan itu secara efektif, dengan
cara menjadikan perusahaan yang diakuisisi itu sebagai bagian dari bisnis dalam
portofolio perusahaan yang mengakuisisi. Melalui akuisisi, perusahaan dapat menjadikan
perusahaan targetnya sebagai anak perusahaannya jadi dengan kata lain perusahaan baik
pengakuisisi ataupun perusahaan target tetap berdiri semua (Sartono, 2004). Dalam
PSAK No. 22 mendefinisikan akuisisi sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah
satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali
atas perusahaan yang diambil alih tersebut.

Berdasarkan topik yang kami ambil, pada permasalahan ini kami menggunakan merger
sebagai jenis kombinasi perusahaan pada PT BCA. Adapun tujuan dilakukannya merger dalam
kombinasi bisnis ini yaitu untuk mengembangkan bisnisnya atau untuk mendapatkan imbal hasil
berupa uang yang lebih besar.

Pada tanggal 8 Desember 2020, Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan kepada
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengenai penggabungan (merger) dua anak usahanya, yaitu
PT Bank BCA Syariah dan PT Bank Interim Indonesia. Penggabungan tersebut mulai berlaku
efektif pada tanggal 10 Desember 2020. Adapun penggabungan tersebut telah disetujui oleh
masing-masing rapat umum pemegang saham perseroan dan Bank Interim. Hal ini tercantum
dalam akta berita acara rapat umum pemegang saham luar biasa perseroan No. 63 dan akta berita
acara rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Bank Interim No. 64 tertanggal 16
November 2020. Dengan adanya penggabungan tersebut, maka BCA Syariah akan bertindak
sebagai bank hasil penggabungan dan Bank Interim akan berakhir karena hukum tanpa
diperlukan likuidasi terlebih dulu. Kemudian seluruh aktiva dan pasiva Bank Interim beralih ke
BCA Syariah sebagai bank hasil penggabungan.

Adapun setelah hasil proses merger, struktur permodalan dan komposisi pemegang
saham BCA Syariah sebagai bank hasil penggabungan berubah. Yang dimana modal
ditempatkan dan disetor perusahaan naik menjadi Rp 2,2 triliun dibanding posisi Juli 2020
sebesar Rp 1,9 triliun dengan jumlah saham mencapai 2,2 miliar saham. Sebelum dilakukan
merger, BCA Syariah telah melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari 1 saham
menjadi 1.000 saham. Sehingga nilai nominal saham yang semula Rp 1 juta untuk setiap lembar
saham menjadi Rp 1.000 untuk setiap lembar saham. Setelah dilakukan pemecahan nilai nominal
saham BCA Syariah, maka seluruh pemegang saham Bank Interim berhak atas saham hasil
konversi sejumlah 258,88 juta saham di BCA Syariah. Jumlah ini mewakili 11,48% dari saham
bank hasil penggabungan.

Anda mungkin juga menyukai