(Triliun)
2015 Rp. 1.294 100% Rp. 1.055 81,5%
2016 Rp. 1.539 100% Rp. 1.283 83,4%
2017 Rp. 1.283 100% Rp. 1.147 89,4%
2018 Rp. 1.424 100% Rp. 1.315,9 92%
2019 Rp. 1.577,6 100% Rp. 1.332 84.4%
2020 100%
1. Penerimaan Pajak APBN selama 5 tahun terakhir, dengan tabel diatas dapat diliat 5
tahun terakhir pendapatan pajak APBN menurun
2
Menurut saya PPh badan dan PPh OP memang berkurang akan tetapi tidak terlalu ber efek
yang signifikan karena walaupun ada beberapa perusahaan atau OP yang mendapatkan fasilitas
pemotongan (insentif) dan tidak semuanya bisa mendapatkannya. Sedangkan untuk PPn sangat
sangat memberatkan dikalangan perusahaan seperti bahan pokok atau pun yang setiap
pembelian include ppn sebesar 11% itu membuat beberapa konsumen mikir berulang kali untuk
memutuskan membeli, saat ppn 10% pun masih banyak orang yang selalu mengkritik PPN 10%
dari DPP itu sangat banyak jika pembeliannya banyak.
4. SEBUTKAN SUBJEK DAN OBJEK PPh DAN PPN dan PPnBM sebagaimana yang diatur dalam
UU No. 7/2021 tentang HPP !
Berdasarkan UU HPP dimaksud, tarif PPN yang sebelumnya sebesar 10% (sepuluh persen)
diubah menjadi: sebesar 11% (sebelas persen) mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022;
sebesar 12% (dua belas persen) mulai berlaku paling lambat pada tanggal 1 Januari 2025.
5. APAKAH INSENTIF PERPAJAKAN ITU PERLU BAGI WAJIB PAJAK MAUPUN PEMERINTAH ?
Menurut saya Perlu, dikarenakan untuk pemulihan dunia usaha karena beberapa masalah yang
masuk akal yang membuat beberapa WP badan maupun WPOP tidak bisa membayar pajak
seperti biasa dikarenak contohnya akibat dampak Virus Corona membuat omset menjadi turun
secara drastis,
Peran insentif terhadap pemerintah juga cukup efektif dalam mendorong percepatan pemulihan
ekonomi sosial di indonesia.
Insentif perpajakan juga dimanfaarkan untuk meningkatkan daya beli, membantu likuiditas dan
kelangsungan usaha agar bisa bertahan dalam menghadapi situasi yang tidak terduga yang
cukup berngaruh bagi wajib pajak maupun pemerintahan.