Anda di halaman 1dari 21

Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surabaya

Mulyorejo
Alif Faruqi Febri Yanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur, Indonesia
082232608302, aliffaruqi658@gmail.com

Abstrak
Penerimaan pajak setiap tahun selalu meningkat namun tidak diimbangi dengan
peningkatan tax ratio. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak belum optimal
sehingga masih ada potensi pajak yang bisa digali oleh pemerintah. Salah satu kendala yang
dapat menghambat penerimaan pajak yang optimal adalah kepatuhan wajib pajak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tax amnesty, pengetahuan perpajakan, dan
pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak, tepatnya wajib pajak orang pribadi
yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surabaya Mulyorejo. Sampel
dalam penelitian ini ditentukan dengan jenis random sampling dengan metode accidental
sampling, yaitu pengumpulan informasi dari wajib pajak yang kebetulan ditemui peneliti.
Sampel kuisioner yang didapatkan sebanyak 100 responden namun yang memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah 82 responden. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala ordinal dan teknik pengukuran
skala likert 1 sampai 5. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan program Smart Pls 3.0.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan tax amnesty, pengetahuan perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan
wajib pajak.

Kata kunci: Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Kepatuhan Wajib
Pajak

1
2

1. PENDAHULUAN

Pajak yang dipungut oleh pemerintah berguna untuk pembiayaan penyelenggaraan

pemerintah dan pembangunan. Pemerintah sebagai penerima pajak selalu berupaya untuk

meningkatkan jumlah pajak yang diterima untuk memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN). Dewasa ini pajak menjadi sumber penerimaan yang potensial dan dominan

dalam struktur APBN. Berikut disajikan dalam Tabel 1 proporsi penerimaan pajak terhadap

penerimaan negara dalam lima tahun sejak 2012 hingga 2017.

Tabel 1.1

Proporsi Penerimaan Pajak terhadap Penerimaan Negara

Tahun Anggaran 2012-2017

Jumlah ( dalam Triliun Rupiah )


Tahun Anggaran Penerimaan Negara Penerimaan Pajak Persentase %
2012 1.311.387 1.032.570 79%
2013 1.529.673 1.192.994 78%
2014 1.667.141 1.280.389 76%
2015 1.793.589 1.379.992 77%
2016 1.822.546 1.546.665 85%
2017 1.750.283 1.498.871 86%
Sumber: Badan Pusat Statistik: Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2017 (Diolah)

Tabel 1.2
Persentase Tax Ratio
Tahun 2013-2017
Tahun Persen (%)
2013 11,90 %
2014 11,40 %
2015 10,70 %
2016 10,30 %
2017 10,70 %
Sumber : www.kemekeu.go.id
3

Tabel 1.3

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama

Surabaya Mulyorejo

Tahun 2014-2018

Tahun

2014 2015 2016 2017 2018


1.WP Terdaftar

OP Non Karyawan 16.572 17.127 16.965 19.007 19.960

OP Karyawan 54.075 59.877 64.590 70.422 74.945

2.WP Terdaftar Wajib SPT

OP Non Karyawan 11.949 9.227 8.472 6.101 8.004

OP Karyawan 40.524 38.989 43.186 37.094 39.073

3.Realisasi SPT

OP Non Karyawan 8.562 9.069 10.475 11.085 11.346

OP Karyawan 23.904 26.841 31.454 27.968 28.854

4.Rasio Kepatuhan (3:2)


OP Non Karyawan 72% 98% 124% 182% 142%

OP Karyawan 59% 69% 73% 75% 74%

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surabaya Mulyorejo

Berdasarkan tabel 1.1 penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.

Pajak memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam penerimaan negara selama enam tahun
4

terhitung dari tahun 2012-2017 yaitu dengan persentase diatas 75%, bahkan mencapai 85%-86% di

tahun 2016 dan 2017. Hal ini mencerminkan bahwa pajak sangat berperan dalam APBN. Pada

kenyataannya meskipun penerimaan pajak meningkat Indonesia memiliki tax ratio yang relatif

masih rendah dan menunjukkan bahwa pemerintah belum berhasil mengoptimalkan penerimaan

pajak. Hal tersebut diperkuat dengan fenomena yang terjadi di Direktorat Jenderal Pajak wilayah

Jawa Barat bahwa tingkat kepatuhan wajib wajak di Indonesia dalam hal melaporkan SPT masih

sangat rendah, hal tersebut terbukti pencapaian masih kurang dari target 72 persen, hingga dua hari

menjelang penutupan masa penyampaian SPT, hanya 52 persen wajib pajak yang melapor

(Metrotvnews.com).

Berdasarkan pada tabel 1.2 terbukti bahwa rendahnya persentase Tax Ratio Indonesia

yang hanya sebesar 10% hingga 11% dan merupakan salah satu indikator dalam menilai tingkat

kepatuhan pembayaran pajak oleh wajib pajak. Indonesia memiliki tax ratio yang relatif masih

rendah, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum berhasil mengoptimalkan penerimaan

pajak.

Berdasakan tabel 1.3 tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama

Surabaya Mulyorejo mengalami fluktuasi, pada tahun 2014-2017 tingkat kepatuhan wajib pajak

orang pribadi baik non karyawan maupun karyawan terus mengalami peningkatan yang signifikan

dan kemudian mengalami penurunan di tahun 2018 masing-masing 40% dan 1% untuk wajib pajak

orang pribadi non karyawan dan karyawan. Pada tahun 2017 tingkat peningkatan kepatuhan wajib

pajak paling tinggi sejak tiga tahun terakhir dimana peningkatan kepatuhan wajib pajak orang

pribadi non karyawan sebesar 58% dan karyawan sebanyak 1%. Persentase kepatuhan wajib pajak

orang pribadi di tahun 2018 mengalami penuruan namun hal tersebut masih dianggap cukup

optimal dalam pelaksanaan kepatuhan wajib pajak dikarenakan persentase masih di atas 100%.

Usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh Pemerintah dalam hal

ini Direktorat Jenderal Pajak berusaha untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan mengejar

target penerimaan pajak yaitu dengan menetapkan kebijakan pengampunan pajak yang dikenal

dengan tax amnesty. Silitonga (2008) berpendapat bahwa salah satu cara inovatif untuk

meningkatkan penerimaan pajak tanpa menambah beban pajak baru kepada masyarakat, dunia
5

usaha dan para pekerja melalui program pengampunan pajak. Pengampunan pajak atau tax

amnesty merupakan kebijakan pemerintah yang memberikan penghapusan pajak terutang dengan

membayar tebusan dalam jumlah tertentu.

Menurut penelitian yang dilakukan Khasanah (2014:6) faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan wajib pajak salah satunya yaitu pengetahuan para wajib pajak. Apabila wajib pajak

memiliki pengetahuan perpajakan yang cukup maka melaksanakan kewajiban perpajakan akan

menjadi lebih mudah, semakin tinggi tingkat pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan

perpajakan akan meningkatkan tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.

Menurut Nugraheni (2015:5) pelayanan fiskus pajak juga turut andil dalam mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak, pelayanan perpajakan yang dilakukan fiskus diharapkan dapat

mempermudah wajib pajak untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, pelayanan yang baik

akan meningkatkan kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman dan Huslin (2015), Viega Ayu Permata Sari

(2017) menunjukkan bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib

pajak. Siregar et al. (2012) menyimpulkan bahwa pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk

melakukan penelitian ini.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak,
maka penelitian ini mengambil judul “KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SURABAYA MULYOREJO” (Studi Empiris
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo)

2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Tax Amnesty

Tax Amnesty dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Pasal 1 diartikan sebagai

penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan

sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang. Tax Amnesty memberikan kesempatan bagi wajib pajak yang selama ini tidak
6

patuh terhadap peraturan perpajakan untuk mengungkapkan harta sebenarnya yang sebelumnya

tidak diungkapkan.

Pengampunan pajak bertujuan untuk memberikan tambahan penerimaan pajak dan

kesempatan bagi wajib pajak yang tidak patuh menjadi wajib pajak patuh (Devano dan Rahayu,

2015:137). Pengampunan pajak diharapkan menghasilkan penerimaan pajak yang selama ini

belum dibayar dan meningkatkan kepatuhan serta efektivitas pembayaran karena daftar kekayaan

wajib pajak makin akurat (Pramushinta dan Siregar, 2011). Ngadiman dan Huslin (2015), Viega

Ayu Permata Sari (2017) menyimpulkan bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak.. Dari pernyataan tersebut hipotesis pertama penelitian ini adalah :

H1: Tax amnesty berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

2.3 Pengetahuan Perpajakan

Pengertian pengetahuan pajak menurut Veronica Caroline (2009:7) adalah: “pengetahuan

pajak adalah informasi yang dapat digunakan wjaib pajak sebagai dasar bertindak, mengambil

keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajibannya dibidang perpajakannya.”

Pengetahuan perpajakan dapat digunakan oleh wajib pajak sebagai informasi pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya seperti menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah

pajak yang disetorkannya (Khasanah, 2014:34). Sehingga seiring dengan meningkatnya

pengetahuan perpajakan yang dimiliki wajib pajak dapat mempengaruhi patuh tidaknya wajib

pajak karena wajib pajak sudah mengetahui atas konsekuensi maupun sanksi yang yang bisa

dikenakan jika mereka tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar. Hasil penelitian Siregar

et al. (2012), Khasanah (2014), Murdliatin et al. (2015), Zuhdi et al. (2015), Viega Ayu Permata

Sari (2017) menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak. Dari pernyataan tersebut hipotesis pertama penelitian ini adalah :

H2: Pengetahuan Perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak


7

2.4 Pelayanan Fiskus

Siregar et al. (2012:7) menyatakan pelayanan fiskus adalah pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Semakin baik pelayanan yang diberikan oleh

fiskus kepada wajib pajak akan mendorong wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban

perpajakannya sehingga kepatuhan wajib pajak dapat tercipta. Hasil penelitian Arum (2012),

Pramushinta dan Siregar (2011), Nugraheni (2015), Siregar et al. (2012), Murdliatin et al. (2015),

Yudharista (2014), menunjukkan bahwa pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak. Dari pernyataan tersebut hipotesis ketiga penelitian ini adalah :

H3: Pelayanan Fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

Gambar 2.1

Diagram Kerangka Pemikiran

Tax Amnesty (X1)

Pengetahuan Pajak Kepatuhan Wajib Pajak


(X2) (Y)

Pelayanan Fiskus (X3)

Uji Partial Least Square (PLS)

3. METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif kausalitas. Populasi dalam penelitian ini adalah

wajib pajak, baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan yang terdaftar pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surabaya Tegalsari.

3.2 Definisi Operasional Variabel


8

Variabel dependen/terikat sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen adalah variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono. 2012,2014).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Variabel ini diukur dengan

instrument pertanyaan dan jawaban diukur menggunakan skala likert dengan 5 (lima) alternatif

jawaban. Variabel independen/bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent

adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat) (Sugiyono. 2012,2014). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tax

amnesty, pengetahuan perpajakan, dan pelayanan fiskus. Variabel-variabel ini diukur menggunakan

skala likert dengan 5 (lima) alternatif jawaban sebagai berikut: 1. Sangat Tidak Setuju (STS); 2. Tidak

Setuju (TS) 3. Netral (N); 4. Setuju (S); 5. Sangat Setuju (SS).

3.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP

Pratama Surabaya Mulyorejo sebanyak 47.077 wajib pajak.

3.3 Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dengan

jenis simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan ditentukan dengan menggunakan

rumus Slovin sebagai berikut (Umar, 2015:97):

N 47.077 47.077
n= 2 = 2= =99 , 78 = 100 (dibulatkan)
1+ N ( e ) 1+ 47.077 ( 0 , 1 ) 471 , 77

Jadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 Wajib Pajak. Untuk memenuhi jumlah

sampel tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode accidental sampling. Accidental

sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012,2014).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang

berasal langsung dari sumber data. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan

instrumen kuesioner, yaitu sejumlah daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Jenis
9

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Dalam kuesioner tertutup,

responden harus memilih jawaban yang telah disediakan dari pertanyaan -pertanyaan yang diajukan.

Kuesioner diberikan langsung kepada responden yang dapat ditemui secara langsung di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.

3.4 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data PLS (Partial Least Squares) dengan

menggunakan software SmartPLS 3.0 yang dijalankan dengan bantuan komputer. Menurut Abdillah

dan Jogiyanto (2015:161), PLS adalah teknik statistika multivariat yang melakukan

pembandingan antara variabel dependen berganda dan variabel independen berganda. PLS adalah

suatu metode statistika SEM berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda

ketika terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran penelitian kecil, adanya data hilang

(missing values), dan multikolinearitas.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Kuisioner pada penelitian ini sebanyak 100 responden namun yang memiliki Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) adalah 82 responden yang terdaftar sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP

Pratama Surabaya Mulyorejo. Berikut ini akan peneliti deskripsikan identitas responden yang meliputi

umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.

4.1.1 Umur

Dari 82 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui kategori umur

dari responden, yakni pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Deskripsi Identitas Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Prosentase (%)

1 < 30 tahun 35 42,68

2 31 – 40 tahun 26 31,71
10

3 41 – 50 tahun 12 14,63

4 51 – 60 tahun 6 7,32

5 > 60 tahun 3 3,66

Total 82 100

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang terdaftar

sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo berumur kurang dari 30

tahun, yaitu sebanyak 35 orang atau 42,68 %, 26 orang atau 31,71% berumur antara 31-40 tahun,

12 orang atau 14,63% berumur 41-50 tahun, 6 orang atau 7,32% berumur 51-60 tahu, dan sisanya

sebanyak 3 orang atau 3,66% berumur lebih dari 60 tahun.

4.1.2 Jenis Kelamin

Dari 82 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin

dari responden, yakni pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase( %)

1 Laki-Laki 60 73,17

2 Perempuan 22 26,83

Total 82 100

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang terdaftar

sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 60 orang atau 73,17%, dan sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang atau

26,83%.

4.1.3 Pendidikan
11

Dari 82 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui pendidikan dari

responden, yakni pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Prosentase( %)


1 SMP 2 2,44
2 SMA 31 37,80
3 Diploma 8 9,76
4 S1 36 43,90
5 S2 5 6,10
Total 82 100
Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang terdaftar

sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo berpendidikan S1

sebanyak 36 orang atau 43,90%, 31 orang atau 37,80% berpendidikan SMA, 8 orang atau 9,76%

berpendidikan diploma, 5 orang atau 6,10% berpendidikan S2 dan sisanya berpendidikan SMP

sebanyak 2 orang atau 2,44%.

4.1.4 Pekerjaan

Dari 82 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui pekerjaan dari

responden, yakni pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Prosentase( %)

1 PNS 2 2,44

2 Karyawan Swasta 51 62,20

3 Dokter 2 2,44

4 Dosen 2 2,44

5 Direktur 1 1,22

6 Lainnya 24 29,27
12

Total 82 100

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang terdaftar

sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo mempunyai pekerjaan

sebagai karyawan swasta sebanyak 51 orang atau 62,20%, 24 orang atau 29,27% mempunyai

pekerjaan lainnya, 2 orang atau 2,44% masing-masing mempunyai pekerjaan sebagai PNS,

Dokter, dan Dosen, dan sisanya mempunyai pekerjaan sebagai direktur sebanyak 1 orang atau

1,22%.

4.2 Pengujian Kualitas Data (Outer Model)

4.2.1 Uji Validitas Konvergen

Validitas konvergen (convergent validity) adalah nilai faktor loading pada variabel laten dengan

indikator-indikatornya. Berikut ini adalah hasil pengujian kualitas data dengan uji convergent validity:

Tabel 4.5

Nilai Outer Loadings

Indikator Nilai Loading Hasil


X1.1 0,924 Valid
X1.2 0,897 Valid
X1.3 0,886 Valid
X1.4 0,812 Valid
X1.5 0,863 Valid
X2.1 0,799 Valid
X2.2 0,828 Valid
X2.3 0,827 Valid
X2.4 0,828 Valid
X2.5 0,765 Valid
X2.6 0,789 Valid
X3.1 0,863 Valid
X3.2 0,832 Valid
X3.3 0,759 Valid
X3.4 0,885 Valid
X3.5 0,880 Valid
Y.1 0,848 Valid
Y.2 0,887 Valid
13

Y.3 0,880 Valid


Y.4 0,935 Valid
Y.5 0,929 Valid
Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan hasil dari tabel 4.2 di atas maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator adalah

valid karena nilai loading > 0,70. Hal ini berarti bahwa korelasi antar indikator dengan konstruk atau

variabel memiliki ukuran refleksi yang tinggi. Sehingga semua indikator yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dinyatakan valid sebagai pengukur variabelnya.


14

4.2.2 Uji Validitas Diskriminan


Uji validitas diskriminan ditunjukkan oleh nilai cross loadings. Hasil discriminant validity

dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6

Cross Loading Masing-Masing Indikator Dari Variabel

Kepatuha Pelayanan Pengetahuan Tax


n Wajib Fiskus Perpajakan Amnest Keterangan
Pajak (Y) (X3) (X2) y (X1)

X1.1 0,677 0,526 0,593 0,924 Valid


X1.2 0,721 0,589 0,654 0,897 Valid
X1.3 0,695 0,507 0,581 0,886 Valid
X1.4 0,535 0,544 0,586 0,812 Valid
X1.5 0,541 0,543 0,601 0,863 Valid
X2.1 0,597 0,771 0,799 0,492 Valid
X2.2 0,665 0,663 0,828 0,587 Valid
X2.3 0,674 0,683 0,827 0,662 Valid
X2.4 0,661 0,705 0,828 0,559 Valid
X2.5 0,572 0,605 0,765 0,574 Valid
X2.6 0,595 0,721 0,789 0,434 Valid
X3.1 0,659 0,863 0,747 0,588 Valid
X3.2 0,644 0,832 0,744 0,465 Valid
X3.3 0,475 0,759 0,587 0,305 Valid
X3.4 0,680 0,885 0,757 0,599 Valid
X3.5 0,708 0,880 0,761 0,589 Valid
Y.1 0,848 0,671 0,692 0,590 Valid
Y.2 0,887 0,716 0,774 0,682 Valid
Y.3 0,880 0,638 0,645 0,709 Valid
Y.4 0,935 0,685 0,698 0,653 Valid
Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diartikan bahwa diketahui masing- masing indikator

memiliki cross loading (terhadap dimensi atau variabel yang diukur) yang lebih besar daripada nilai

cross loading terdapat dimensi atau variabel lainnya. Sehingga indikator tersebut dikatakan valid

untuk mengukur dimensi atau variabel yang bersesuaian jika nilai cross loading > 0,70. Dimana jika

nilai korelasi indikatornya lebih tinggi ke konstruknya sendiri dibandingkan korelasi indikatornya

terhadap konstruk lain maka dapat disimpulkan bahwa konstruk laten memprediksi indikator pada

indikator masing-masing lebih baik dibandingkan dengan indikator dilainnya.


15

4.2.3 Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas data dalam penelitian ini menggunakan composite reliability. Suatu

penelitian mempunyai reliabilitas komposit yang baik apabila nilai composite reliability > 0,70.

Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas data dengan uji composite reliability:

Tabel 4.7

Nilai Composite Reliability

Composite Reliability

Kepatuhan Wajib Pajak 0,953

Tax Amnesty 0,943

Pengetahuan Perpajakan 0,918

Pelayanan Fiskus 0,926

Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan pada tabel 4.4 diatas maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel mempunyai

nilai composite reliability lebih dari 0,70. Secara keseluruhan, hasil outer model konstruk reflektif

sudah memenuhi syarat.

4.3 Evaluasi Goodness Of Inner Model

4.3.1 R-Square

R-square digunakan untuk mengukur tingkat perubahan variabel independen terhadap variabel

dependen.

Tabel 4.8
Nilai R-square
R-square R-square adjusted
Kepatuhan Wajib Pajak 0,705 0,693

Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas maka nilai R-square sebesar 0,705 dapat disimpulkan bahwa

variabel kepatuhan wajib pajak (Y) dapat dijelaskan oleh variabel tax amnesty, pengetahuan

perpajakan, dan pelayanan fiskus sebesar 70,5%. Sedangkan sisanya sebesar 29,5% dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


16

4.4 Analisis Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini digunakan untuk menentukan kausalitas yang dikembangkan dalam

model yaitu pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Pengujian signifikansi dapat

diketahui melalui T-statistik lebih besar dari nilai kritis (t-tabel = 1,96) pada tabel dibawah ini:

4.4.1 Path Coefficients

Pengujian path coefficients ini digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh variabel laten

independen terhadap variabel laten dependen. Pengujian ini dapat dilihat dari nilai p-values. Apabila

nilai p-values < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antar variabel tersebut.

Pengujian signifikansi dapat diketahui melalui T-statistik lebih besar dari nilai kritis (t-tabel 1.96).

Tabel 4.9

Nilai Path Coefficients

T-statistics P-values

Tax Amnesty-> Kepatuhan Wajib Pajak 2,225 0,027

Pengetahuan Perpajakan -> Kepatuhan Wajib Pajak 2,016 0,044

Pelayanan Fiskus -> Kepatuhan Wajib Pajak 2,117 0,035

Sumber: Lampiran 6

Berdasarkan pada tabel 4.6 di atas maka diperoleh hasil uji hipotesis pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen sebagai berikut.

1. Tax Amnesty Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pada hasil pengujian yang tertera pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai T-statistik tax

amnesty terhadap kepatuhan wajib pajak adalah 2,225. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa

nilai T-statistik > 1,96. Hasil dari P-Value dikatakan signifikan apabila memiliki nilai kurang dari

0,05 sedangkan variabel tax amnesty terhadap kepatuhan wajib pajak menunjukkan nilai 0,027.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ngadiman dan Huslin (2015), Viega Ayu Permata

Sari (2017) yang menyatakan bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pengampunan pajak bertujuan untuk memberikan tambahan penerimaan pajak dan kesempatan

bagi wajib pajak yang tidak patuh menjadi wajib pajak patuh (Devano dan Rahayu, 2015:137).
17

Pengampunan pajak diharapkan menghasilkan penerimaan pajak yang selama ini belum dibayar dan

meningkatkan kepatuhan serta efektivitas pembayaran karena daftar kekayaan wajib pajak makin

akurat (Pramushinta dan Siregar, 2011).

2. Pengetahuan Perpajakan Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pada hasil pengujian yang tertera pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai T-statistik

pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak adalah 2,016. Hasil pengujian tersebut

menunjukkan bahwa nilai T-statistik > 1,96. Hasil dari P-Value dikatakan signifikan apabila memiliki

nilai kurang dari 0,05 sedangkan variabel pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak

menunjukkan nilai 0,044.

Hasil analisis dan pengujian hipotesis pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh oleh Siregar et al. (2012), Khasanah (2014), Murdliatin et al. (2015), Zuhdi et al.

(2015), Viega Ayu Permata Sari (2017) yang menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pengetahuan perpajakan berperan penting dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang

dapat diartikan apabila wajib pajak telah mengetahui seluruh ketentuan perpajakan yang berlaku

maka wajib pajak akan dengan mudah melaksanakan kewajiban perpajakannya (Zuhdi et al., 2015:5).

Sehingga seiring dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan yang dimiliki wajib pajak dapat

mempengaruhi patuh tidaknya wajib pajak karena wajib pajak sudah mengetahui atas konsekuensi

maupun sanksi yang yang bisa dikenakan jika mereka tidak melaksanakan kewajibannya dengan

benar.

3. Pelayanan Fiskus Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pada hasil pengujian yang tertera pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai T-statistik

pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak adalah 2,117. Hasil pengujian tersebut menunjukkan

bahwa nilai T-statistik > 1,96. Hasil dari P-Value dikatakan signifikan apabila memiliki nilai kurang
18

dari 0,05 sedangkan variabel pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak menunjukkan nilai

0,035.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Arum (2012), Pramushinta dan Siregar

(2011), Nugraheni (2015), Siregar et al. (2012), Murdliatin et al. (2015), Yudharista (2014),

menunjukkan bahwa pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun,

hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Viega Ayu Permata Sari (2017)

yang menunjukkan bahwa pelayanan fiskus tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pemberian pelayanan yang baik diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengharapan wajib pajak

terhadap pemenuhan kepentingan yang wajib pajak inginkan sehingga dapat meningkatkan kepuasan

dan kepatuhan wajib pajak (Yudharista, 2014:23). Semakin baik pelayanan yang diberikan oleh fiskus

kepada wajib pajak akan mendorong wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya

sehingga kepatuhan wajib pajak dapat tercipta.

4. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai “Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Surabaya Mulyorejo” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tax amnesty berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Surabaya

Mulyorejo. Karena kebijakan tax amnesty memberikan pengampunan atas sanksi administrasi dan

menghapus sanksi pidana dengan syarat telah membayar uang tebusan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Surabaya

Mulyorejo.

2. Pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama

Surabaya Mulyorejo. Dengan memiliki pengetahuan perpajakan wajib pajak akan lebih mudah

untuk menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga

dapat menumbuhkan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.

3. Pelayanan fiskus berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama

Surabaya Mulyorejo. Pelayanan yang baik akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan
19

sendirinya, sehingga dapat meningkatan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Surabaya

Mulyorejo.

4.2 Implikasi

Dari hasil pengujian hipotesis serta keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki, maka implikasi dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berpengaruhnya tax amnesty, tax amnesty memberikan kesempatan bagi wajib pajak yang selama

ini tidak patuh terhadap peraturan perpajakan untuk mengungkapkan harta sebenarnya yang

sebelumnya tidak diungkapkan. Selain menguntungkan bagi wajib pajak, tax amnesty tentunya

sangat menguntungkan bagi pemerintah yakni menambah pendapatan yang diterima. Penerapan

program tax amnesty diharapkan dapat efektif dalam mengatasi rendahnya tingkat kepatuhan

wajib pajak di Indonesia khususnya di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.

2. Berpengaruhnya pengetahuan perpajakan, pengetahuan tentang perpajakan memiliki peranan

penting untuk menumbuhkan kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi tingkat pengetahuan wajib

pajak terhadap peraturan perpajakan maka semakin kecil kemungkinan wajib pajak untuk

melanggar peraturan perpajakan sehingga dapat meningkatkan tingkat kesadaran dan kepatuhan

wajib pajak.

3. Berpengaruhnya pelayanan fiskus ,diharapkan pihak instansi terkait dalam hal pelayanan pajak di

KPP Pratama Surabaya Mulyorejo untuk lebih memberikan informasi kepada seluruh masyarakat

perihal perpajakan. Apabila tingkat pelayanan pajak dapat ditingkatkan maka dapat mendorong

inisiatif para wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga tingkat

kepatuhan pajak juga akan semakin tinggi.

4.2 Keterbatasan

Meskipun penelitian telah berusaha merancang dan mengembangkan penelitian sedemikian rupa,

namun masih terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini terbatas hanya pada variabel tax amnesty, pengetahuan

perpajakan, dan pelayanan fiskus.


20

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.

3. Keterbatasan penelitian ini juga terletak pada sedikitnya jumlah sampel yang di teliti, dikarenakan

dari 100 kuisiner yang telah disebar hanya 82 responden yang memiliki NPWP, sehingga untuk

penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbesar jumlah sampel, serta memakai teknik

pengambilan sampel lain yang lebih akurat dan mampu mewakili populasi yang ada.

5. DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, W. dan Jogiyanto, H. M.2015. Konsep Dan Aplikasi PLS (Partial Least Square) Untuk
Penelitian Empiris. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UGM.

Arum, H. P. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadiyang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan
Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Ayu, V., & Sari, P. (2017). PENGARUH TAX AMNESTY , PENGETAHUAN PERPAJAKAN , DAN
PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia ( STIESIA ) Surabaya. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6 No 2(ISSN
2460-0585), 745–760.

Caroline,Veronica.(2009).Pengetahuan Pajak. Jakarta: SalembaEmpat.

Devano, S. dan S. K. Rahayu. 2015. Perpajakan: Konsep, Teori,dan Isu. Prenada Media Grup.Jakarta.

http:// m.metrotvnews.com

https://www.bps.go.id

Khasanah, S. N. 2014. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Modernisasi Sistem Administrasi


Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Murdliatin ,Nur ,Siti Ragil Handayani ,Sunarti. 2015. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sosialisasi
Perpajakan dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur
Malang Kota). Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan(JAB)|Vol.5No.2.2015|
perpajakan.studentjournal.ub.
Ngadiman dan Huslin, (2015). Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty dan Sanksi Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.” Jurnal Akuntansi/Volume XIX, No. 02. Universitas
Tarumanegara.

Nugraheni, A. D. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Empiris Pada Wajib Pajak di Kota Magelang). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.

Pramushinta dan Baldric Siregar. 2011. Pengaruh Layanan Fiskus dan Pelaksanaan Sunset Policy
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Upaya Peningkatan Pajak. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Vol. 5, No. 2 : 173-189. ISSN : 1978-3116.
21

Silitonga,.2008.EkonomiBawahTanah,Pengampunanpajak,dan,Referandum.http://www.pajak.go.id/
content/ekonomi-bawahtanah pengampunan – pajak -dan-referendum, diakses pada Juni 2016.

Siregar,Saryadi,Listyorini.2012. Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap


Kepatuhan Wajib Pajak di Semarang Tengah. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surabaya Mulyorejo).

Umar. 2015. Metode Riset Akuntansi Terapan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 pasal 1 tentang Pengertian Pengampunan
pajak.

www.kemekeu.go.id

Yudharista, K. 2014. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Pajak,
Pengetahuan dan Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama
Tulungagung).Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.

Zuhdi.Topowijono.Azizah.2015. Pengaruh Penerapan e-SPT dan Pengetahuan Perpajakan terhadap


Kepatuhan Wajib Pajak.JEJAK Vol.7 No.1 2015 Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai