Mulyorejo
Alif Faruqi Febri Yanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur, Indonesia
082232608302, aliffaruqi658@gmail.com
Abstrak
Penerimaan pajak setiap tahun selalu meningkat namun tidak diimbangi dengan
peningkatan tax ratio. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak belum optimal
sehingga masih ada potensi pajak yang bisa digali oleh pemerintah. Salah satu kendala yang
dapat menghambat penerimaan pajak yang optimal adalah kepatuhan wajib pajak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tax amnesty, pengetahuan perpajakan, dan
pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak, tepatnya wajib pajak orang pribadi
yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surabaya Mulyorejo. Sampel
dalam penelitian ini ditentukan dengan jenis random sampling dengan metode accidental
sampling, yaitu pengumpulan informasi dari wajib pajak yang kebetulan ditemui peneliti.
Sampel kuisioner yang didapatkan sebanyak 100 responden namun yang memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah 82 responden. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala ordinal dan teknik pengukuran
skala likert 1 sampai 5. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan program Smart Pls 3.0.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan tax amnesty, pengetahuan perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Kata kunci: Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Kepatuhan Wajib
Pajak
1
2
1. PENDAHULUAN
pemerintah dan pembangunan. Pemerintah sebagai penerima pajak selalu berupaya untuk
meningkatkan jumlah pajak yang diterima untuk memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Dewasa ini pajak menjadi sumber penerimaan yang potensial dan dominan
dalam struktur APBN. Berikut disajikan dalam Tabel 1 proporsi penerimaan pajak terhadap
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Persentase Tax Ratio
Tahun 2013-2017
Tahun Persen (%)
2013 11,90 %
2014 11,40 %
2015 10,70 %
2016 10,30 %
2017 10,70 %
Sumber : www.kemekeu.go.id
3
Tabel 1.3
Surabaya Mulyorejo
Tahun 2014-2018
Tahun
3.Realisasi SPT
Berdasarkan tabel 1.1 penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.
Pajak memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam penerimaan negara selama enam tahun
4
terhitung dari tahun 2012-2017 yaitu dengan persentase diatas 75%, bahkan mencapai 85%-86% di
tahun 2016 dan 2017. Hal ini mencerminkan bahwa pajak sangat berperan dalam APBN. Pada
kenyataannya meskipun penerimaan pajak meningkat Indonesia memiliki tax ratio yang relatif
masih rendah dan menunjukkan bahwa pemerintah belum berhasil mengoptimalkan penerimaan
pajak. Hal tersebut diperkuat dengan fenomena yang terjadi di Direktorat Jenderal Pajak wilayah
Jawa Barat bahwa tingkat kepatuhan wajib wajak di Indonesia dalam hal melaporkan SPT masih
sangat rendah, hal tersebut terbukti pencapaian masih kurang dari target 72 persen, hingga dua hari
menjelang penutupan masa penyampaian SPT, hanya 52 persen wajib pajak yang melapor
(Metrotvnews.com).
Berdasarkan pada tabel 1.2 terbukti bahwa rendahnya persentase Tax Ratio Indonesia
yang hanya sebesar 10% hingga 11% dan merupakan salah satu indikator dalam menilai tingkat
kepatuhan pembayaran pajak oleh wajib pajak. Indonesia memiliki tax ratio yang relatif masih
rendah, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum berhasil mengoptimalkan penerimaan
pajak.
Berdasakan tabel 1.3 tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama
Surabaya Mulyorejo mengalami fluktuasi, pada tahun 2014-2017 tingkat kepatuhan wajib pajak
orang pribadi baik non karyawan maupun karyawan terus mengalami peningkatan yang signifikan
dan kemudian mengalami penurunan di tahun 2018 masing-masing 40% dan 1% untuk wajib pajak
orang pribadi non karyawan dan karyawan. Pada tahun 2017 tingkat peningkatan kepatuhan wajib
pajak paling tinggi sejak tiga tahun terakhir dimana peningkatan kepatuhan wajib pajak orang
pribadi non karyawan sebesar 58% dan karyawan sebanyak 1%. Persentase kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di tahun 2018 mengalami penuruan namun hal tersebut masih dianggap cukup
optimal dalam pelaksanaan kepatuhan wajib pajak dikarenakan persentase masih di atas 100%.
Usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh Pemerintah dalam hal
ini Direktorat Jenderal Pajak berusaha untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan mengejar
target penerimaan pajak yaitu dengan menetapkan kebijakan pengampunan pajak yang dikenal
dengan tax amnesty. Silitonga (2008) berpendapat bahwa salah satu cara inovatif untuk
meningkatkan penerimaan pajak tanpa menambah beban pajak baru kepada masyarakat, dunia
5
usaha dan para pekerja melalui program pengampunan pajak. Pengampunan pajak atau tax
amnesty merupakan kebijakan pemerintah yang memberikan penghapusan pajak terutang dengan
Menurut penelitian yang dilakukan Khasanah (2014:6) faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan wajib pajak salah satunya yaitu pengetahuan para wajib pajak. Apabila wajib pajak
memiliki pengetahuan perpajakan yang cukup maka melaksanakan kewajiban perpajakan akan
menjadi lebih mudah, semakin tinggi tingkat pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan
Menurut Nugraheni (2015:5) pelayanan fiskus pajak juga turut andil dalam mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak, pelayanan perpajakan yang dilakukan fiskus diharapkan dapat
mempermudah wajib pajak untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, pelayanan yang baik
Penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman dan Huslin (2015), Viega Ayu Permata Sari
(2017) menunjukkan bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak. Siregar et al. (2012) menyimpulkan bahwa pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak,
maka penelitian ini mengambil judul “KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SURABAYA MULYOREJO” (Studi Empiris
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo)
Tax Amnesty dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Pasal 1 diartikan sebagai
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan
sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang. Tax Amnesty memberikan kesempatan bagi wajib pajak yang selama ini tidak
6
patuh terhadap peraturan perpajakan untuk mengungkapkan harta sebenarnya yang sebelumnya
tidak diungkapkan.
kesempatan bagi wajib pajak yang tidak patuh menjadi wajib pajak patuh (Devano dan Rahayu,
2015:137). Pengampunan pajak diharapkan menghasilkan penerimaan pajak yang selama ini
belum dibayar dan meningkatkan kepatuhan serta efektivitas pembayaran karena daftar kekayaan
wajib pajak makin akurat (Pramushinta dan Siregar, 2011). Ngadiman dan Huslin (2015), Viega
Ayu Permata Sari (2017) menyimpulkan bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak.. Dari pernyataan tersebut hipotesis pertama penelitian ini adalah :
pajak adalah informasi yang dapat digunakan wjaib pajak sebagai dasar bertindak, mengambil
keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak
Pengetahuan perpajakan dapat digunakan oleh wajib pajak sebagai informasi pajak dalam
pengetahuan perpajakan yang dimiliki wajib pajak dapat mempengaruhi patuh tidaknya wajib
pajak karena wajib pajak sudah mengetahui atas konsekuensi maupun sanksi yang yang bisa
dikenakan jika mereka tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar. Hasil penelitian Siregar
et al. (2012), Khasanah (2014), Murdliatin et al. (2015), Zuhdi et al. (2015), Viega Ayu Permata
Sari (2017) menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak. Dari pernyataan tersebut hipotesis pertama penelitian ini adalah :
Siregar et al. (2012:7) menyatakan pelayanan fiskus adalah pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Semakin baik pelayanan yang diberikan oleh
fiskus kepada wajib pajak akan mendorong wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya sehingga kepatuhan wajib pajak dapat tercipta. Hasil penelitian Arum (2012),
Pramushinta dan Siregar (2011), Nugraheni (2015), Siregar et al. (2012), Murdliatin et al. (2015),
Yudharista (2014), menunjukkan bahwa pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak. Dari pernyataan tersebut hipotesis ketiga penelitian ini adalah :
Gambar 2.1
3. METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif kausalitas. Populasi dalam penelitian ini adalah
wajib pajak, baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan yang terdaftar pada Kantor
Variabel dependen/terikat sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen adalah variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono. 2012,2014).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Variabel ini diukur dengan
instrument pertanyaan dan jawaban diukur menggunakan skala likert dengan 5 (lima) alternatif
jawaban. Variabel independen/bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono. 2012,2014). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tax
amnesty, pengetahuan perpajakan, dan pelayanan fiskus. Variabel-variabel ini diukur menggunakan
skala likert dengan 5 (lima) alternatif jawaban sebagai berikut: 1. Sangat Tidak Setuju (STS); 2. Tidak
3.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP
3.3 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dengan
jenis simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan ditentukan dengan menggunakan
N 47.077 47.077
n= 2 = 2= =99 , 78 = 100 (dibulatkan)
1+ N ( e ) 1+ 47.077 ( 0 , 1 ) 471 , 77
Jadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 Wajib Pajak. Untuk memenuhi jumlah
sampel tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode accidental sampling. Accidental
sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012,2014).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang
berasal langsung dari sumber data. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan
instrumen kuesioner, yaitu sejumlah daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Jenis
9
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Dalam kuesioner tertutup,
responden harus memilih jawaban yang telah disediakan dari pertanyaan -pertanyaan yang diajukan.
Kuesioner diberikan langsung kepada responden yang dapat ditemui secara langsung di Kantor
Penelitian ini menggunakan metode analisis data PLS (Partial Least Squares) dengan
menggunakan software SmartPLS 3.0 yang dijalankan dengan bantuan komputer. Menurut Abdillah
dan Jogiyanto (2015:161), PLS adalah teknik statistika multivariat yang melakukan
pembandingan antara variabel dependen berganda dan variabel independen berganda. PLS adalah
suatu metode statistika SEM berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda
ketika terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran penelitian kecil, adanya data hilang
Kuisioner pada penelitian ini sebanyak 100 responden namun yang memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) adalah 82 responden yang terdaftar sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP
Pratama Surabaya Mulyorejo. Berikut ini akan peneliti deskripsikan identitas responden yang meliputi
4.1.1 Umur
Dari 82 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui kategori umur
Tabel 4.1
2 31 – 40 tahun 26 31,71
10
3 41 – 50 tahun 12 14,63
4 51 – 60 tahun 6 7,32
Total 82 100
Sumber : Lampiran 1
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang terdaftar
sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo berumur kurang dari 30
tahun, yaitu sebanyak 35 orang atau 42,68 %, 26 orang atau 31,71% berumur antara 31-40 tahun,
12 orang atau 14,63% berumur 41-50 tahun, 6 orang atau 7,32% berumur 51-60 tahu, dan sisanya
Dari 82 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin
Tabel 4.2
1 Laki-Laki 60 73,17
2 Perempuan 22 26,83
Total 82 100
Sumber : Lampiran 1
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang terdaftar
sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 60 orang atau 73,17%, dan sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang atau
26,83%.
4.1.3 Pendidikan
11
Dari 82 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui pendidikan dari
Tabel 4.3
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang terdaftar
sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo berpendidikan S1
sebanyak 36 orang atau 43,90%, 31 orang atau 37,80% berpendidikan SMA, 8 orang atau 9,76%
berpendidikan diploma, 5 orang atau 6,10% berpendidikan S2 dan sisanya berpendidikan SMP
4.1.4 Pekerjaan
Dari 82 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui pekerjaan dari
Tabel 4.4
1 PNS 2 2,44
3 Dokter 2 2,44
4 Dosen 2 2,44
5 Direktur 1 1,22
6 Lainnya 24 29,27
12
Total 82 100
Sumber : Lampiran 1
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang terdaftar
sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo mempunyai pekerjaan
sebagai karyawan swasta sebanyak 51 orang atau 62,20%, 24 orang atau 29,27% mempunyai
pekerjaan lainnya, 2 orang atau 2,44% masing-masing mempunyai pekerjaan sebagai PNS,
Dokter, dan Dosen, dan sisanya mempunyai pekerjaan sebagai direktur sebanyak 1 orang atau
1,22%.
Validitas konvergen (convergent validity) adalah nilai faktor loading pada variabel laten dengan
indikator-indikatornya. Berikut ini adalah hasil pengujian kualitas data dengan uji convergent validity:
Tabel 4.5
Berdasarkan hasil dari tabel 4.2 di atas maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator adalah
valid karena nilai loading > 0,70. Hal ini berarti bahwa korelasi antar indikator dengan konstruk atau
variabel memiliki ukuran refleksi yang tinggi. Sehingga semua indikator yang digunakan dalam
Tabel 4.6
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diartikan bahwa diketahui masing- masing indikator
memiliki cross loading (terhadap dimensi atau variabel yang diukur) yang lebih besar daripada nilai
cross loading terdapat dimensi atau variabel lainnya. Sehingga indikator tersebut dikatakan valid
untuk mengukur dimensi atau variabel yang bersesuaian jika nilai cross loading > 0,70. Dimana jika
nilai korelasi indikatornya lebih tinggi ke konstruknya sendiri dibandingkan korelasi indikatornya
terhadap konstruk lain maka dapat disimpulkan bahwa konstruk laten memprediksi indikator pada
Pengukuran reliabilitas data dalam penelitian ini menggunakan composite reliability. Suatu
penelitian mempunyai reliabilitas komposit yang baik apabila nilai composite reliability > 0,70.
Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas data dengan uji composite reliability:
Tabel 4.7
Composite Reliability
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan pada tabel 4.4 diatas maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel mempunyai
nilai composite reliability lebih dari 0,70. Secara keseluruhan, hasil outer model konstruk reflektif
4.3.1 R-Square
R-square digunakan untuk mengukur tingkat perubahan variabel independen terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.8
Nilai R-square
R-square R-square adjusted
Kepatuhan Wajib Pajak 0,705 0,693
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas maka nilai R-square sebesar 0,705 dapat disimpulkan bahwa
variabel kepatuhan wajib pajak (Y) dapat dijelaskan oleh variabel tax amnesty, pengetahuan
perpajakan, dan pelayanan fiskus sebesar 70,5%. Sedangkan sisanya sebesar 29,5% dipengaruhi oleh
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk menentukan kausalitas yang dikembangkan dalam
model yaitu pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Pengujian signifikansi dapat
diketahui melalui T-statistik lebih besar dari nilai kritis (t-tabel = 1,96) pada tabel dibawah ini:
Pengujian path coefficients ini digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh variabel laten
independen terhadap variabel laten dependen. Pengujian ini dapat dilihat dari nilai p-values. Apabila
nilai p-values < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antar variabel tersebut.
Pengujian signifikansi dapat diketahui melalui T-statistik lebih besar dari nilai kritis (t-tabel 1.96).
Tabel 4.9
T-statistics P-values
Sumber: Lampiran 6
Berdasarkan pada tabel 4.6 di atas maka diperoleh hasil uji hipotesis pengaruh variabel
Pada hasil pengujian yang tertera pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai T-statistik tax
amnesty terhadap kepatuhan wajib pajak adalah 2,225. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa
nilai T-statistik > 1,96. Hasil dari P-Value dikatakan signifikan apabila memiliki nilai kurang dari
0,05 sedangkan variabel tax amnesty terhadap kepatuhan wajib pajak menunjukkan nilai 0,027.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ngadiman dan Huslin (2015), Viega Ayu Permata
Sari (2017) yang menyatakan bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pengampunan pajak bertujuan untuk memberikan tambahan penerimaan pajak dan kesempatan
bagi wajib pajak yang tidak patuh menjadi wajib pajak patuh (Devano dan Rahayu, 2015:137).
17
Pengampunan pajak diharapkan menghasilkan penerimaan pajak yang selama ini belum dibayar dan
meningkatkan kepatuhan serta efektivitas pembayaran karena daftar kekayaan wajib pajak makin
Pada hasil pengujian yang tertera pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai T-statistik
pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak adalah 2,016. Hasil pengujian tersebut
menunjukkan bahwa nilai T-statistik > 1,96. Hasil dari P-Value dikatakan signifikan apabila memiliki
nilai kurang dari 0,05 sedangkan variabel pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
Hasil analisis dan pengujian hipotesis pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh oleh Siregar et al. (2012), Khasanah (2014), Murdliatin et al. (2015), Zuhdi et al.
(2015), Viega Ayu Permata Sari (2017) yang menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan
Pengetahuan perpajakan berperan penting dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang
dapat diartikan apabila wajib pajak telah mengetahui seluruh ketentuan perpajakan yang berlaku
maka wajib pajak akan dengan mudah melaksanakan kewajiban perpajakannya (Zuhdi et al., 2015:5).
Sehingga seiring dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan yang dimiliki wajib pajak dapat
mempengaruhi patuh tidaknya wajib pajak karena wajib pajak sudah mengetahui atas konsekuensi
maupun sanksi yang yang bisa dikenakan jika mereka tidak melaksanakan kewajibannya dengan
benar.
Pada hasil pengujian yang tertera pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai T-statistik
pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak adalah 2,117. Hasil pengujian tersebut menunjukkan
bahwa nilai T-statistik > 1,96. Hasil dari P-Value dikatakan signifikan apabila memiliki nilai kurang
18
dari 0,05 sedangkan variabel pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak menunjukkan nilai
0,035.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Arum (2012), Pramushinta dan Siregar
(2011), Nugraheni (2015), Siregar et al. (2012), Murdliatin et al. (2015), Yudharista (2014),
menunjukkan bahwa pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun,
hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Viega Ayu Permata Sari (2017)
yang menunjukkan bahwa pelayanan fiskus tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pemberian pelayanan yang baik diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengharapan wajib pajak
terhadap pemenuhan kepentingan yang wajib pajak inginkan sehingga dapat meningkatkan kepuasan
dan kepatuhan wajib pajak (Yudharista, 2014:23). Semakin baik pelayanan yang diberikan oleh fiskus
kepada wajib pajak akan mendorong wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai “Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
1. Tax amnesty berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Surabaya
Mulyorejo. Karena kebijakan tax amnesty memberikan pengampunan atas sanksi administrasi dan
menghapus sanksi pidana dengan syarat telah membayar uang tebusan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Surabaya
Mulyorejo.
2. Pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama
Surabaya Mulyorejo. Dengan memiliki pengetahuan perpajakan wajib pajak akan lebih mudah
untuk menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga
3. Pelayanan fiskus berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama
Surabaya Mulyorejo. Pelayanan yang baik akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan
19
sendirinya, sehingga dapat meningkatan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Surabaya
Mulyorejo.
4.2 Implikasi
Dari hasil pengujian hipotesis serta keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki, maka implikasi dari
1. Berpengaruhnya tax amnesty, tax amnesty memberikan kesempatan bagi wajib pajak yang selama
ini tidak patuh terhadap peraturan perpajakan untuk mengungkapkan harta sebenarnya yang
sebelumnya tidak diungkapkan. Selain menguntungkan bagi wajib pajak, tax amnesty tentunya
sangat menguntungkan bagi pemerintah yakni menambah pendapatan yang diterima. Penerapan
program tax amnesty diharapkan dapat efektif dalam mengatasi rendahnya tingkat kepatuhan
penting untuk menumbuhkan kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi tingkat pengetahuan wajib
pajak terhadap peraturan perpajakan maka semakin kecil kemungkinan wajib pajak untuk
melanggar peraturan perpajakan sehingga dapat meningkatkan tingkat kesadaran dan kepatuhan
wajib pajak.
3. Berpengaruhnya pelayanan fiskus ,diharapkan pihak instansi terkait dalam hal pelayanan pajak di
KPP Pratama Surabaya Mulyorejo untuk lebih memberikan informasi kepada seluruh masyarakat
perihal perpajakan. Apabila tingkat pelayanan pajak dapat ditingkatkan maka dapat mendorong
inisiatif para wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga tingkat
4.2 Keterbatasan
Meskipun penelitian telah berusaha merancang dan mengembangkan penelitian sedemikian rupa,
1. Variabel bebas dalam penelitian ini terbatas hanya pada variabel tax amnesty, pengetahuan
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada wajib pajak orang pribadi yang
3. Keterbatasan penelitian ini juga terletak pada sedikitnya jumlah sampel yang di teliti, dikarenakan
dari 100 kuisiner yang telah disebar hanya 82 responden yang memiliki NPWP, sehingga untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbesar jumlah sampel, serta memakai teknik
pengambilan sampel lain yang lebih akurat dan mampu mewakili populasi yang ada.
5. DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, W. dan Jogiyanto, H. M.2015. Konsep Dan Aplikasi PLS (Partial Least Square) Untuk
Penelitian Empiris. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UGM.
Arum, H. P. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadiyang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan
Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Ayu, V., & Sari, P. (2017). PENGARUH TAX AMNESTY , PENGETAHUAN PERPAJAKAN , DAN
PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia ( STIESIA ) Surabaya. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6 No 2(ISSN
2460-0585), 745–760.
Devano, S. dan S. K. Rahayu. 2015. Perpajakan: Konsep, Teori,dan Isu. Prenada Media Grup.Jakarta.
http:// m.metrotvnews.com
https://www.bps.go.id
Murdliatin ,Nur ,Siti Ragil Handayani ,Sunarti. 2015. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sosialisasi
Perpajakan dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur
Malang Kota). Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan(JAB)|Vol.5No.2.2015|
perpajakan.studentjournal.ub.
Ngadiman dan Huslin, (2015). Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty dan Sanksi Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.” Jurnal Akuntansi/Volume XIX, No. 02. Universitas
Tarumanegara.
Nugraheni, A. D. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Empiris Pada Wajib Pajak di Kota Magelang). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Pramushinta dan Baldric Siregar. 2011. Pengaruh Layanan Fiskus dan Pelaksanaan Sunset Policy
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Upaya Peningkatan Pajak. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Vol. 5, No. 2 : 173-189. ISSN : 1978-3116.
21
Silitonga,.2008.EkonomiBawahTanah,Pengampunanpajak,dan,Referandum.http://www.pajak.go.id/
content/ekonomi-bawahtanah pengampunan – pajak -dan-referendum, diakses pada Juni 2016.
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surabaya Mulyorejo).
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 pasal 1 tentang Pengertian Pengampunan
pajak.
www.kemekeu.go.id
Yudharista, K. 2014. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Pajak,
Pengetahuan dan Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama
Tulungagung).Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.