Anda di halaman 1dari 40

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Industri perbankan merupakan industri kepercayaan yang berperan
penting dalam pembangunan nasional serta menunjang perekonomian
masyarakat. Di Indonesia terdapat dua sistem perbankan, yaitu sistem
konvensional dan syariah. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal bank,
namun bank syariah baru muncul pada tahun 1991 dengan adanya bank
Muamalat sebagai bank pertama yang menggunakan prinsip syariah.
Perbedaan dari kedua bank tersebut adalah dalam penerapan sistem syariah
pada transaksinya. Pada saat ini Bank syariah merupakan salah satu unsur dari
perbankan nasional yang diharapkan dapat memberikan kontribusi optimal
sebagai lembaga intermediasi dalam mendukung pembangunan ekonomi
nasional. Bank perlu membangun kepercayaan terhadap investor dengan
menyajikan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Laporan keuangan
dijadikan dasar oleh Bank Indonesia dalam menentukan status suatu bank,
apakah bank tersebut sehat atau tidak.
Perusahaan diberikan kelonggaran untuk memilih metode ataupun
kebijakan akuntansi dalam menyusun laporan keuangannya oleh Standar
Akuntansi Keuangan (Sunarsih, 2017). Dengan adanya kelonggaran ini dapat
dimanfaatkan perusahaan untuk menyantumkan nilai laba yang berbeda-beda
pada masing-masing perusahaan. Laba pada laporan keuangan merupakan
cerminan dari kinerja manajemen perusahaan, sehingga informasi terkait laba
perusahaan sangatlah penting untuk para investor dalam mengambil
keputusan (Sofia dan Verliani, 2020). Informasi ini sering kali menjadi target
rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk memaksimalkan keuntungan
yang dapat merugikan investor. Perilaku mengatur laba berdasarkan pihak
manajemen ini disebut manajemen laba, oleh karena itu perusahaan
memerlukan adanya suatu mekanisme pengawasan dan pengaturan di dalam
perusahaan (Hamzah dan Dul, 2018).
Salah satu kasus manajemen laba pernah terjadi di Indonesia salah
satunya pada kasus yang dilakukan oleh Bank Bukopin. Bank Bukopin
memanipulasi laporan keuangan yang dilakukan selama tiga tahun terakhir,
sehingga Bank Bukopin harus memperbaiki laporan keuangan pada tahun
2015, 2016, 2017. Bank Bukopin diduga memanipulasi data kartu kredit
selama kurang lebih lima tahun yang lalu sebanyak 100.000 kartu kredit yang
menyebabkan posisi kredit dan pendapatan komisi Bank Bukopin bertambah
tidak sewajarnya. Bank Bukopin memanipulasi laba bersih tahun 2016
menjadi 183,56 milyar dari sebelumnya 1,08 milyar. Kasus Bank Bukopin
yang memanipulasi data kartu kredit bisa lolos dari pengawasan dan audit
selama bertahun-tahun, baik dari audit internal Bukopin, maupun dari Kantor
Akuntan Publik sebagai auditor independen, BI, dan OJK. Hal ini dikarenakan
lemahnya kinerja pihak pihak petinggi Bank Bukopin. Laporan keuangan
Bank Bukopin ditangani oleh auditor Ernst & Young yang merupakan salah
satu big four Kantor Akuntan dan konsultan terbesar di dunia. Hal ini
membuat reputasi Kantor Akuntan Publik tersebut menjadi tercoreng (CNBC
Indonesia 2018).
Salah satu faktor yang dapat menurunkan atau meminimalisir
terjadinya manajemen laba adalah dengan pembentukan komite audit. Komite
audit memiliki peran penting dalam tata kelola perusahaan (Alfiyashara dan
Auliffi, 2020). Komite audit memiliki tugas utama yaitu memeriksa dan
mengawasi proses pelaporan keuangan dan kontrol internal (Sunarsih, 2017).
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai komite
audit dan manajemen laba, namun mendapatkan hasil yang berbeda. Salah
satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sihombing dan Herry (2017),
Jumhani (2017), dan Sunarsih (2017) memperoleh hasil bahwa komite audit
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dengan semakin banyaknya

1
jumlah komite audit maka akan mampu melakukan pengawasan atau kontrol
yang lebih efektif. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinta
(2021), Yosua dkk (2019), memperoleh hasil bahwa jumlah komite audit
berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Faktor berikutnya yang dapat menurunkan atau meminimalisir
terjadinya manajemen laba adalah keahlian komite audit. Komite audit yang
ada, wajib memiliki paling sedikit satu anggota yang memiliki latar belakang
pendidikan dan keahlian dalam bidang akuntansi maupun keuangan (POJK,
2015). Karena dalam menjalankan tugasnya komite audit melakukan
pengawasan terhadap laporan keuangan yang disajikan. Oleh karena itu
komite audit yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi ataupun
keuangan menjadi hal yang penting dimiliki oleh sebuah perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Taranira & Jaka (2017) memberikan hasil
bahwa keahlian komite audit dapat menurunkan manajemen laba. Bahwa hasil
penelitian tersebut sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Nomor 55 POJK.04/2015 mengenai Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan
Kerja Komite Audit. Dalam peraturan tersebut mewajibkan perusahaan
memiliki paling sedikit 1 orang anggota yang memiliki pendidikan dan
keahlian dalam bidang akuntansi dan keuangan. Karena dengan adanya
anggota yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dapat mengawasi laporan
yang dibuat dengan lebih efektif. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
mengenai keahlian komite audit yaitu penelitian dari Jumhani (2017),
Widasari dan Isgiyarta (2017), Hamzah dan Dul (2018) memperoleh hasil
bahwa keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing dan Herry (2017),
Alfiyasahra dan Auliffi (2020), memperoleh hasil bahwa keahlian komite
audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pertemuan komite audit juga merupakan faktor yang dapat
menurunkan ataupun meminimalisir terjadinya manajemen laba. Untuk

2
meningkatkan pengawasan pada laporan keuangan maka komite audit perlu
melakukan monitoring dengan cara rapat. Dalam Salinan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan pasal 13, rapat komite audit minimal diadakan 1 kali dalam 3
bulan. Semakin sering diadakannya rapat diharapkan laporan keuangan yang
disajkan akan lebih berkualitas. Rapat komite audit dapat menurunkan
manajemen laba hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rinta (2021). Rapat yang diadakan akan membahas dan mengevaluasi
laporan keuangan, semakin tinggi rapat yang dilakukan oleh anggota komite
audit maka dapat menurunkan manajemen laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing dan Herry (2017),
Rahmadani dan Haryanto (2018), Widasari dan Isgiyarta (2017), Marsha dan
Ghozali (2017), memperoleh hasil bahwa jumlah pertemuan komite audit
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yosua dkk (2019), memperoleh hasil bahwa jumlah
pertemuan komite audit berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Penelitian ini akan menguji kembali mengenai pengaruh komite audit
terhadap manajemen laba. Penelitian ini mengacu pada penelitian Sihombing
dan Herry, (2017) yang meneliti mengenai pengaruh karakteristik komite
audit dan kualitas auditor eksternal terhadap manajemen laba. Pada penelitian
ini tidak menggunakan semua faktor yang digunakan pada penelitian
sebelumnya. Penelitian ini berfokus terhadap komite audit, keahlian komite
audit, pertemuan komite audit terhadap praktik manajemen laba dengan
periode penelitian 2018-2020 pada bank syariah di Indonesia yang terdaftar
pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Penelitian ini penting dilakukan untuk menemukan bukti empiris
mengenai komite audit, keahlian komite audit, pertemuan komite audit
terhadap praktik manajemen laba. Selain alasan tersebut, tujuan dari penelitian
ini dikarenakan masih sedikitnya penelitian mengenai komite audit, keahlian
komite audit, pertemuan komite audit terhadap praktik manajemen laba pada

3
bank syariah yang ada di Indonesia. Serta penelitian-penelitian terdahulu yang
hasilnya masih belum konsisten, juga menjadi alasan penulis untuk menguji
“Pengaruh Komite Audit, Keahlian Komite Audit, dan Pertemuan Komite
Audit terhadap Manajemen Laba”.

4
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka


permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagi berikut :
1. Apakah komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba?
2. Apakah keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba?
3. Apakah pertemuan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan dalam perumusahan


masalah di atas maka tujuan penelitian yang hendaknya dicapai adalah :
1. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh negatif komite audit terhadap
manajemen laba.
2. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh negatif keahlian komite audit
terhadap manajemen laba.
3. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh negatif pertemuan komite audit
terhadap manajemen laba.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah :
1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambahkan wawasan mengenai
komite audit dan manajemen laba.

5
2. Bagi Akuntansi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris dan
tambahan literature akuntansi mengenai pentingnya prinsip manajemen
laba dan konsep good corporate governance.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan kepada
masyarakat mengenai praktik manajemen laba dan konsep good corporate
governance yang terdapat pada perusahaan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Teori Agensi (Agency Teory)
Teori agensi merupakan teori yang dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976). Teori ini merupakan teori yang digunakan untuk
memahami corporate governance dan manajemen laba. Teori keagenan
ini membahas hubungan kontraktual antara manajer (agent) dengan
pemilik (principal). Perbedaan kepentingan antara pihak manajer principal
dan agent ini sesuai dengan teori agensi. Pemilik yang tidak mampu
mengelola perusahaannya sendiri akan menyerahkan kepada manajer,
manajer sebagai (agent) yang bertanggung jawab untuk menjalankan
kegiatan operasi dan meningkatkan laba perusahaan. Menurut Jensen dan
Meckling manajer lebih mengetahui kondisi perusahaan daripada pemilik,
manajer memiliki kewajiban memberikan laporan keuangan kepada
pemilik perusahaan, sedangkan pemilik perusahaan mengharapkan return
yang tinggi. Sering kali pihak manajemen menjadikan laba dan laporan
keuangan menjadi sasaran melakukan manajemen laba untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar (Mulyadi, 2017). Selain itu
kendala yang muncul antara agent dan principal adalah adanya asimetri
informasi yang menjadi penyebab munculnya konflik diantara keduanya.
Asumsi tentang informasi menjelaskan bahwa informasi merupakan
sebuah komoditi. Masalah bagi principal dalam mengontrol dan
memonitor kinerja agen yang dikarenakan oleh informasi yang tidak
seimbang. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan mengenai
permasalahan yang muncul akibat asimetri informasi yaitu asimetri yang
terjadi antara principal dengan agen akan membuka peluang bagi pihak

7
agen untuk dapat melakukan aktivitas yang bertujuan memperoleh
keuntungan pribadi.
2. Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
mendefinisikan Good corporate governance merupakan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang, pengurus perusahaan,
serta para pemegang kepentingan eksternal dan internal yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan. GCG timbul karena terjadinya kepemilikan
dan pengendalian di dalam perusahaan, sehingga menimbulkan masalah
keagenan yaitu asimetri informasi. Untuk menghilangkan adanya masalah
keagenan tersebut maka perusahaan memerlukan adanya GCG.
GCG merupakan mekanisme yang diterapkan di perusahaan untuk
meningkatkan kualitas kinerja perusahaan sehingga dapatmemenuhi
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut (Lestari dan
Murtanto, 2017).
Terdapat lima prinsip utama GCG Perbankan Indonesia menurut
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKCG) menjelaskan bahwa
pada perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaannya harus
berdasarkan asas-asas GCG yaitu :
a. Keterbukaan (Transparency)
Bank harus mengungkapkan informasi untuk diakses oleh
stakeholder yang sesuai dengan haknya. secara tepat waktu,
memadai, jelas akurat yang dapat diperbandingkan dan mudah.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-
masing organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran
usaha dan strategi perusahaan. Bank harus meyakini bahwa semua
organ organisasinya mempunyai kompetensi yang memahami

8
perannya dalam pelaksanaan GCG dan sesuai dengan tanggung
jawabnya.
c. Tanggung jawab (Responsibility)
Bank harus berpegang pada prinsip kehati-hatian (prudential
banking practices) dan menjamin dilaksanakannya kelangsungan
ketentuan untuk menjaga kelangsungan usahanya.
d. Independensi (Independency)
Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholder manapun dan bank tidak berpengaruh terhadap oleh
kepentingan satu pihak dan bebas dari benturan kepentingan.
Dalam mengambil keputusan, bank harus obyektif dan terbebas
dari segala tekanan pihak manapun.
e. Kewajaran (fairness)
Bank harus memberikan akses terhadap informasi sesuai dengan
prinsip keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada seluruh
stakeholder untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan bank.

3. Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
laba atau merendahkan laba dalam pembuatan laporan keuangan dengan
tujuan tertentu (Rinta, 2021). Manajemen laba dapat terjadi apabila pihak
manajemen tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka
manajemen akan menggunakan keputusan tertentu dalam laporan
keuangan perusahaan untuk mengubah informasi laporan keuangan
dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan, ataupun
memaksimalkan kesejahteraan pribadi. Bagi para pemangku kepentingan,
manajemen laba merupakan salah satu tindakan yang menarik perhatian
besar karena praktik manajemen laba dianggap dapat mengurangi kualitas

9
laporan keuangan yang disajikan akan berimplikasi pada kesalahan
pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan. Perusahaan
perlu menerapkan Good Corporate Governance dan tata kelola
perusahaan yang baik, hal tersebut berfungsi untuk meminimalisir adanya
manajemen laba dalam perusahaan (Widasari dan Isgiyarta, 2017).
Manajemen laba diproksikan ke dalam discretionary accruals yang
dihitung menggunakan modified jones. Discretionary Accrual adalah
akrual yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan manajemen,
contohnya seperti pertimbangan mengenai penentuan umur ekonomi aset
tetap atau pertimbangan mengenai pemilihan metode depresiasi.
4. Komite Audit
Komite audit adalah salah satu komponen dari Good Corporate
Governance yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka
membantudan melaksanakan tugas dan fungsinya. Keberadaan komite
audit dalam perusahaan bertujuan untuk mengawasi jalannya kegiatan
perusahaan dalam mencegah manajemen laba, sehingga dengan adanya
komite audit dan komisaris independen dalam perusahaan terbukti efektif
dalam mencegah praktik manajemen laba. Komite audit membantu dewan
komisaris, untuk menjaga kualitas laporan keuangan pada perusahaan.
Komite audit yang ada bekerja untuk meningkatkan efektifitas
tanggung jawab keterbukaan dan objektifitas dewan komisaris. Selain itu
komite audit memiliki fungsi untuk :
a. Mengawasi laporan keuangan atas nama dewan komisaris dengan
memperbaiki mutu laporan keuangan.
b. Mengurangi kemungkinan penyelewengan-penyelewengan dengan
menciptakan iklim disiplin dan kontrol.
c. Memberikan suatu saluran komunikasi terhadap pokok-pokok
persoalan yang memprihatinkan dengan efektif untuk memperkuat
posisi auditor eksternal.

10
d. Memperkuat independensinya dari manajemen untuk memperkuat
posisi auditor eksternal.
e. Meningkatkan kepercayaan terhadap kontol internal yang baik
kelayakan dan yang lebih baik dan meningkatkan kepercayaan
publik terhadap kelayakan dan objektifitas laporan keuangan.
1. Jumlah Komite Audit
Ukuran atau jumlah komite audit terkait dengan keangggotaan
komite audit yang dapat mendukung fungsi pengawasan
terhadap manajemen. Semakin banyak jumlah anggota komite
audit dalam perusahaan maka akan semakin baik tingkat
pengawasan terhadap manajemen.
2. Keahlian Komite Audit
Komite audit yang ada wajib memiliki paling sedikit satu
anggota yang memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian
dalam bidang akuntansi maupun keuangan (KNKG, 2005).
Oleh karena itu komite audit yang memiliki keahlian dalam
bidang akuntansi ataupun keuangan akan menjadi hal yang
penting dimiliki oleh sebuah perusahaan.
3. Jumlah Pertemuan Komite Audit
Komite audit perlu melakukan monitoring dengan cara rapat
untuk meningkatkan pengawasan pada laporan keuangan.
Dalam Salinan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan pasal 13,
rapat komite audit minimal diadakan 1 kali dalam 3 bulan.
Keputusan rapat komite audit akan diambil berdasarkan
musyawarah dan mufakat (POJK, 2015). Dalam menjalankan
tugasnya komite audit melakukan pengawasan terhadap
laporan keuangan yang disajikan.Semakin sering diadakannya
rapat diharapkan laporan keuangan yang disajikan akan lebih
berkualitas.

11
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti dan Variabel


Hasil Penelitian
. Judul Penelitian Penelitian
1. Nama Peneliti : Variabel X : Independensi komite audit,
Omar Juhmani (2017) Karakteristik Komite frekuensi pertemuan komite
audit (independensi audit tidak berpengaruh
Asian Journal of komite audit, frekuensi terhadap manajemen laba.
Economics, Business pertemuan komite audit,
and Accounting 4(3): ukuran komite audit, Ukuran komite audit, keahlian
1-12, 2017; Article keahlian komite audit) komite audit berpengaruh
no.AJEBA.36234 negatif terhadap manajemen
ISSN: 2456-639X Variabel Y : laba.
Manajemen laba
Judul Penelitian :
The Impact of Audit
Committee
Characteristics on
Earning Management
in the Pre and Post
Bahraini

Karakteristik Komite
Audit dan Manajemen
Laba: Studi di
Bahrain.
2. Nama Peneliti : Variabel X : Ukuran komite audit dan rapat
Felicia Marsha, Imam Ukuran komite audit, komite audit menunjukan
Ghozali (2017) Audit eksternal, memiliki pengaruh yang

12
Jumlah rapat komite signifikan terhadap manajemen
Volume 6, Nomor 2, audit, laba dengan arah negatif.
Tahun 2017, Halaman Jumlah rapat dewan
1-12 ISSN (Online): komisaris dan Variabel KAP, rapat dewan
2337-3814 kepemilikan komisaris, dan kepemilikan saham
institusional institusional tidak memiliki
Judul Penelitian : pengaruh yang signifikan
Pengaruh Ukuran Variabel Y : terhadap manajemen laba.
Komite Audit, Audit Manajemen Laba
Eksternal, Jumlah
Rapat Komite Audit,
Jumlah Rapat Dewan
Komisaris dan
Kepemilikan
Institusional terhadap
Manajemen Laba.
3. Nama Peneliti : Variabel X : Kualitas audit yang di proksikan
Ni Made Sunarsih Kualitas Auditor, dengan KAP Big Four dan non
(2017) Jumlah Komite Audit, Big Four tidak berpengaruh pada
Tingkat Pendidikan earnings management.
Jurnal Ilmiah Komite Audit
Akuntansi dan Bisnis Jumlah komite audit
Volume 2 No 1 Tahun Variabel Y : berpengaruh negatif pada
2017 ISSN : 2528- Manajemen Laba earnings management.
1216
Tingkat pendidikan komite
Judul Penelitian : audit tidak berpengaruh
Pengaruh Kualitas terhadap earnings management.
Auditor, Jumlah
Komite Audit dan
Pendidikan Ketua

13
Komite Audit terhadap
Earning Management
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4. Nama Peneliti : Variabel X : Ukuran dewan direksi memiliki
Mei Rinta (2021) Ukuran Dewan Direksi, pengaruh negatif tidak signifikan
Aktivitas Komite Audit, terhadap manajemen laba.
Journal of Accounting Ukuran Komite Audit Sedangkan
Science, 5(1), 89-103.
ISSN 2548-3501 Variabel Y : Aktivitas komite audit memiliki
Manajemen Laba pengaruh negatif signifikan
Judul Penelitian : terhadap manajemen laba.
Ukuran
DewanDireksi, Ukuran Komite Audit memiliki
Aktivitas Komite pengaruh positif tidak
Audit dan Ukuran signifikan terhadap manajemen
Komite Audit terhadap laba.
Manajemen Laba
5. Nama Peneliti : Variabel X : Ukuran Komite Audit, Jumlah
Nazila Alfiyasahra dan Ukuran Komite Audit. Pertemuan Komite Audit, dan
Auliffi Ermian Jumlah Pertemuan Keahlian Komite Audit tidak
Challen (2020). Komite Audit, Keahlian berpengaruh terhadap
Komite Audit manajemen laba.
Jurnal Akuntansi
Indonesia, Vol. 9 No. Variabel Y : Komite Audit Independen
1 Januari 2020, Hal. Manajemen Laba memiliki pengaruh positif
37 - 51 terhadap manajemen laba.

Judul Penelitian : Ukuran Kantor Akuntan Publik

14
Pengaruh Kualitas tidak berpengaruh terhadap
Komite Audit dan manajemen laba.
Ukuran Kantor
Akuntan Publik
terhadap Manajemen
Laba
6. Nama Peneliti : Variabel X : Keahlian komite audit memiliki
Hamzah, Dul Muid Keahlian Komite Audit, pengaruh yang signifikan dan
(2018) Jumlah Rapat Komite negatif terhadap manajemen
Audit, Audit Eksternal laba.
Volume 7 Nomor 4,
Tahun 2018, Halaman Variabel Y : Jumlah rapat komite audit
1. ISSN : 2337-3806 Manajemen Laba tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen
Judul Penelitian : laba.
Pengaruh Keahlian
Komite Audit dan Audit eksternal mempengaruhi
Jumlah Rapat Komite keahlian komite audit terhadap
Audit terhadap manajemen laba.
Manajemen Laba
dengan Moderasi
Auditor Eksternal
7. Nama Peneliti : Variabel X : Masa jabatan audit, arus kas
Sufiana & Ria Karina Masa Jabatan Audit, oprasional, reputasi audit
(2020) Arus Kas Operasional, berpengaruh negatif signifikan
Reputasi Audit, terhadap manajemen laba.
OURNAL OF Oportunitis
APPLIED pertumbuhan, Ukuran Oportunitas pertumbuhan, ukuran
MANAGERIAL Perusahaan, ROA, perusahaan, dan ROA memilki
ACCOUNTING Vol. Komite Audit, dan pengaruh positif signifikan
4, No. 1, 2020, 42-59 Karakteristik Dewan terhadap manajemen laba.

15
ISSN: 2548-9917 Direksi
Komite Audit dan karakterstik
Judul Penelitian : Variabel Y : dewan direksi tidak memiliki
Pengaruh Efektivitas Manajemen Laba pengaruh yang signifikan
Komite Audit, terhadap manajemen laba.
Kualitas Komite
Audit, dan Efektivitas
Dewan Direksi
terhadap Manajemen
Laba
8. Nama Peneliti : Variabel X : Keahlian komite audit dan
Tarania Widasari, Jaka Keahlian Komite Audit, jumlah rapat komite audit
Isgiyarta (2017) Jumlah Rapat Komite memiliki pengaruh negatif pada
Audit manajemen laba.
Volume 6, Nomor 4 ,
Tahun 2017, Halaman Variabel Y :
1-13. ISSN (Online): Manajemen Laba
2337-3806

Judul Penelitian :
Pengaruh Keahlian
Komite Audit dan
Jumlah Rapat Komite
Audit terhadap
Manajemen Laba
dengan Audit
Eksternal sebagai
Variabel Moderasi
9. Nama Peneliti : Variabel X : Ukuran komite audit tidak
Yosua Wage Ukuran Komite Audit, mempengaruhi tindakan
Supriyadi, Yoremia Perbedan gender di manajemen laba.

16
Lestari Ginting, dalam komite audit,
Irwansyah (2019) Komite audit Perbedaan gender di dalam
independen, Jumlah komite audit tidak mempengaruhi
KAJIAN Rapat Komite Audit, terhadap manajemen laba
AKUNTANSI Latar Belakang Komite
Universitas Islam Audit Komite audit independen
Bandung Volume 20 memiliki pengaruh yang
No. 2. September Variabel Y : signifikan terhadap terjadinya
2019 PP 178-190 178 Manajemen Laba manajemen laba.

Judul Penelitian : Jumlah rapat komite audit


Karakteristik Komite memiliki hubungan positif dan
Audit dalam tidak signifikan dengan
Mempengaruhi manajemen laba.
Tindakan Manajemen
Laba Latar belakang komite audit
memiliki pengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
10. Nama Peneliti : Variabel X : Keaktifan komite audit
Suci Rahmadani, Keaktifan Komite Audit berpengaruh negatif terhadap
Haryanto (2018) manajemen laba namun tidak
Variabel Y : secara signifikan.
Jurnal Akuntansi Manajemen Laba
Aktual Vol. 5, No. 1
Januari 2018, hlm. 46-
62 e-ISSN: 25801015;
p-ISSN: 20879695

Judul Penelitian :
Manajemen Laba :
Peran Keaktifan

17
Komite Audit dan
Auditor Eksternal Big
Four
11. Nama Peneliti : Variabel X : Kualitas audit berpengaruh
Irma Paramita Sofia & Kualitas Audit, Komite secara signifikan terhadap
Verliani Dasmaran Audit manajemen laba.

Jurnal Revenue, Vol. Variabel Y : Komite audit berpengaruh


01, No. 02, Desember Manajemen Laba negatif terhadap manajemen
2020 p-ISSN : 2723- laba.
6498 e-ISSN: 2723-
6501 DOI Issue : Ukuran perusahaan dan cash
10.46306/rev.v1i2 Doi holding mempunyai pengaruh
Artikel : yang signifikan terhadap
10.46306/rev.v1i2.20 manajemen laba.

Judul Penelitian :
Efektifitas Peran
Komite Audit dan
Kualitas Audit dalam
mempengaruhi
Manajemen Laba di
Indonesia
12. Nama Peneliti : Variabel X : Komite Audit berpengaruh
Mohammad Natsir, Komite Audit, Kualitas negatif signifikan terhadap
I Dewa Nyoman Auditor Eksternal, manajemen laba
Badera Struktur Kepemilikan
Keluarga Kualitas Auditor berpengaruh
E-JA e-Jurnal negatif signifikan terhadap
Akuntansi e-ISSN Variabel Y : manajemen laba
2302-8556 Vol. 30 Manajemen Laba

18
No. 1 Denpasar, Kepemilikan Keluarga
Januari 2020 Hal. 114- berpengaruh positif signifikan
129 terhadap manajemen laba

Judul Penelitian :
Pengaruh Komite
Audit dan Kualitas
Auditor terhadap
Manajemen Laba
dengan Kepemilikan
Keluarga sebagai
Variabel Pemoderasi
13. Nama Peneliti : Variabel X : Ukuran komite audit
Sihombing dan Herry Ukuran komite audit, berpengaruh negatif dan
(2017) Keahlian komite audit, signifikan terhadap manajemen
Jumlah rapat komite laba
Volume 6, Nomor 4, audit, Masa jabatan
Tahun 2017, Halaman ketua komite audit, Keahlian komite audit tidak
1-10. ISSN (Online): kualitas auditor memiliki pengaruh terhadap
2337-3806 eksternal terhadap manajemen laba
manajemen laba.
Judul Penelitian : Jumlah rapat komite audit
Pengaruh Variabel Y : memiliki pengaruh negatif dan
Karakteristik Komite Manajemen Laba signifikan terhadap manajemen
Audit dan Kualitas laba
Auditor Eksternal
terhadap Manajemen Masa jabatan ketua komite audit
Laba memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap manajemen
laba

19
Kualitas auditor eksternal tidak
memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba.

C. Kerangka Pemikiran
Teori keagenan merupakan teori yang berhubungan dengan maajemen
laba, teori ini merupakan teori yang membahas hubungan pemilik (principal)
dengan manajer (agent). Manajer merupakan agent yang bertanggung jawab
menjalankan perusahaan dengan sebaikmungkin, serta meningkatkan laba
perusahaan. Selain itu, pihak principal melakukan kontrol terhadap kinerja
manajer supaya manajer bekerja dengan baik. Hal tersebut dinamakan
asymmetric information antara pemilik perusahaan dan manajer.
Ketidakseimbangan informasi inilah yang menjadi masalah bagi principals
dalam melakukan kontrol dan monitoring kinerja agent (Mulyadi, 2017).
Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi dalam
perusahaan maka, perusahaan perlu menerapkan good corporate governance.
Komite audit merupakan salah satu perangkat penting untuk menerapkan
prinsip-prinsip good corporate governance.
Komite audit memiliki tugas pokok yaitu membantu dewan komisaris
dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan (Sunarsih,
2017). Keberadaan komite audit menjadi hal yang penting karena menjadi
penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak
manajemen dalam menangani pengendalian. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Sunarsih (2017) memberikan hasil bahwa semakin banyaknya anggota
komite audit maka dapat melakukan pengawasan yang lebih efektif.
Adanya komite audit yang ahli dalam bidang keuangan maka dapat
memonitor laporan keuangan dan akan meningkatkan tingkat pengawasan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widasari dan Isgiyarta (2017)
menunjukan hasil bahwa semakin banyaknya anggota komite audit yang

20
memiliki keahlian dibidang akuntansi ataupun bidang keuangan maka akan
semakin rendah praktik manajemen labanya.
Pertemuan komite audit juga mempengaruhi terjadinya manajemen
laba pada laporan keuangan perusahaan, pertemuan yang diadakan
meningkatkan pengawasan. Pada penelitian yang ditulis oleh Widasari,
Isgiyarta (2017) menunjukan dengan semakin tingginya rapat yang diadakan
oleh komite audit maka akan semakin aktif komite audit dalam menjalankan
tugas peran dan tanggung jawabnya, hal tersebut dapat meningkatkan
pemantauan manajemen dan mencegah praktik manajemen laba.
Berdasarkan hubungan diantara variabel tersebut dapat digambarkan
ke dalam kerangka sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

KA (X1)
H1(-)

KKA (X2) ML (Y)


H2(-)

PKA (X3) H3(-)

Keterangan :

KA : Komite Audit

KKA : Keahlian Komite Audit

PKA : Pertemuan Komite Audit

ML : Manajemen Laba

21
D. Hipotesis
1. Pengaruh Komite Audit
Komite audit dapat mempengaruhi pengawasan laporan
keuangan dan kebijakan yang dilakukan manajemen terhadap
perusahaan. Dengan semakin banyak jumlah komite audit yang ada
maka akan semakin meminimalisir praktik manajemen laba karena
dalam penyusunan laporan keuangan menjadi lebih ketat karena
komite audit memiliki banyak sumber daya yang menopang kinerjanya
(Alfiyashara dan Auliffi, 2020).
Terdapat penelitian mengenai jumlah komite audit salah
satunya penelitian yang dilakukan oleh Sihombing dan Herry (2017)
serta Sunarsih (2017). Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa
jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Dengan semakin banyaknya jumlah komite audit maka akan mampu
melakukan pengawasan atau kontrol yang lebih efektif.
H1: Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
2. Pengaruh Keahlian Komite Audit
Keahlian komite audit dapat mempengaruhi terjadinya
manajemen laba terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Hal
tersebut karena anggota yang memiliki keahlian di bidang akuntansi
dan keuangan akan lebih mudah dalam mendeteksi adanya manipulasi
laba yang dilakukan oleh manajemen (Hamzah dan Dul, 2018).
Terdapat penelitian mengenai keahlian komite audit salah
satunya penelitian yang dilakukan oleh Jumhani (2017), Widasari dan
Isgiyarta (2017). Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa keahlian
komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Semakin
besar proporsi anggota yang memiliki keahlian di bidang akuntansi
maupun keuangan maka laporan keuangan yang dibuat akan lebih
berkualitas. Hal tersebut disebabkan dengan adanya anggota komite

22
audit yang memiliki keahlian di bidang akuntansi maupun keuangan
maka akan memudahkan dalam mendeteksi adanya tindakan
manajemen laba. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H2 : Keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
3. Pengaruh Pertemuan Komite Audit
Semakin banyaknya pertemuan komite audit maka komite
audit akan menjadi lebih aktif dalam menjalankan tugas dan dapat
meningkatkan fungsi kontrol yang dilakukan oleh komite audit.
Sehingga komite audit yang lebih sering melakukan pertemuan maka
dapat meminimalisir adanya tindakan manajemen laba (Rahmadani
dan Haryanto, 2018).
Terdapat beberapa penelitian mengenai jumlah pertemuan
komite audit. Penelitia dilakukan oleh Marsha dan Ghozali (2017),
serta penelitian oleh Sihombing dan Herry (2017). Penelitian tersebut
memberikan hasil bahwa keahlian komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Dengan sering diadakannya rapat komite
audit maka akan semakin aktif komite audit dalam menjalankan tugas,
peran dan tanggung jawabnya, sehingga komite audit lebih
meningkatkan monitoring laporan keuangan yang dibuat.
H3 : Pertemuan komite audit berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba

23
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan penelitian untuk melihat fenomena yang ada dengan
menekankan pengujian teori melalu pengukuran variabel penelitian
dengan angka (Sarwono, 2012).

B. Populasi dan Sampel


Populasi merupakan obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2012). Dalam penelitian ini
populasi yang digunakan adalah seluruh Perusahaan Perbankan Syariah
yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2012). Sampel merupakan bagian
dari populasi yang memiliki karakteristik mirip dengan populasi itu
sendiri. Sampel disebut juga contoh. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan perbankan syariah yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2018 – 2020 dan metode
pengambilan menggunakan teknin purposive sampling. Teknik tersebut
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiono, 2012). Pemilihan sampel pada penelitian ini berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan perbankan Syariah yang mempublikasikan laporan
tahunan tahun 2018-2020.

24
2. Perusahaan perbankan Syariah yang memiliki data terkait
pengukuran variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian ini,
yaitu pada periode tahun 2018-2020.
3. Perusahaan perbankan Syariah yang melaporkan laporan
keuangannya secara berturut-turut dari tahun 2018 – 2020.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
tersebut adalah data yang diperoleh dari laporan tahunan per 31 Desember
selama 2018-2020 yang telah dipublikasikan oleh website masing-masing
bank dan data yang diperoleh dari website Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menganalisa secara empiris mengenai pengaruh
komite audit, keahlian komite audit, dan pertemuan jumlah komite audit
pada perusahaan perbankan syariah. Pengajuan hipotesis yang dilakukan
berdasarkan metode penelitian dan analisis yang dibentuk sesuai dengan
variabel-variabel yang diteliti agar mendapatkan hasil pengujian yang
akurat. Berdasarkan kerangka pemikiran maka variabel-variabel dalam ini
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Variabel Dependen
Variabel ini disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen yang sering disebut juga sebagai variabel terikat. Variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi yang menjadi sebagai
sebab akibat (Sugiyono, 2012). Variabel dependen yang digunakan
pada penelitian ini adalah manajemen laba.
2. Variabel Independen
Variabel independen sering disebut juga sebagai stimulus,
predictor, antecedent yang disebut juga dengan variabel bebas.
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012).

25
Variabel independen dalam penelitian ini adalah jumlah komite audit,
keahlian komite audit dan jumlah pertemuan komite audit.
E. Definisi Operasional
1. Manajemen Laba
Manajemen laba pada penelitian ini diukur dengan menggunakan
proksi discretionary accruals. Discretionary accruals adalah salah
satu cara untuk mengurangi pelaporan laba yang sulit dimanipulasi
kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual (Scott, 2000).
Discretionary accruals yang dihitung dengan modified Jones. Rumus
dari Modified Jones Model (Sulistiawan, 2011) adalah sebagai berikut:
a. Menentukan total akrual, yaitu perbedaan antara nilai earning
before extraordinary item and discontinued operation (EXBI)
dengan aliran kas operasi (CFO).
TA = Nit – CFOit
b. Mencari nilai akrual nondiskresioner dengan rumus sebagai
berikut:
TAit/Ait-1= α1 (1/Ait-1) + α2 (ΔRevit/Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-
1)+ℇit
c. Sebelum menghitung nilai akrual diskresioner (NDA)
menentukan terlebih dahulu nilai parameter α1, α2, α3 dengan
menggunakan persamaan regresi sebagai berikut:
NDAit = α1 (1/ Ait-1) + α2 (ΔRevt/Ait-1-ΔRec/Ait-1) + α3
(PPEit/Ait-1) + eit
d. Nilai akrual diskresioner (DA) merupakan indikator
manajemen laba akrual didapat dengan cara mengurangi total
akrual yang dibagi dengan total asset tahun sebelumnya dengan
NDA, dengan rumus sebagai berikut:
DAit = TAit – NDAit

26
Keterangan:
DAit : Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit : Non Discretionary Accruals perusahaan i pada period
ke t
α : : Fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi
pada perhitungan total accrual
TAit : : Total akrual perusaan i pada periode ke t
Nit : : Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t
CFOit : : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode ke t
Ait-1 : : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt : : Perubahan pendapatan oprasional perusahaan i pada
periode ke t
PPEit : Aktiva tetap (property, plant, equipment) pada periode
ke t
ΔRecit : Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e : Error

2. Komite Audit
Perusahaan yang mengingkan tata kelola yang baik maka
memerlukan pengawasan. Salah satu cara untuk melakukan
pengawasan adalah dengan membentuk Komite audit didalam
perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat
penting dalam perusahaan, oleh Karena itu tugas dari komite audit
adalah melakukan pengawasan terahdap laporan keuangan tersebut.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite audit
disebutkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga orang. Semakin
banyak jumlah komite audit maka akan semakin baik pengawasan

27
terhadap perusahaan. Variabel ini menunjukan seberapa banyak
jumlah komite audit yang diukur dengan menggunakan jumlah komite
audit di dalam perusahaan (Sunarsih, 2017).

KA = Σ Anggota Komite Audit

3. Keahlian Komite Audit


Komite audit memiliki tugas yaitu melakukan pengawasan
dalam laporan keuangan perusahaan, anggota komite audit harus
memiliki keahlian dalam bidang akuntansi maupun keuangan agar
laporan keuangan yang ada dapat dipercaya. Pentingnya anggota
komite audit dalam bidang akuntansi maupun keuangan bersangkutan
dengan pengalaman pekerjaan dan kualifikasi professional dalam
bidang akuntansi maupun keuangan. Variabel keahlian komite audit
ini menunjukan latar belakang keahlian dari anggota komite audit yang
telah dibentuk perusahaan (Sihombing dan Herry, 2017).
Variabel ini dihitung dengan menggunakan jumlah komite
audit yang dibagi dengan jumlah komite audit yang memiliki latar
belakang keahlian dalam bidang akuntansi maupun keuangan.

Σ Komite Audit yang memiliki


Latar belakang keahlian dalam
KKA = bidang akuntansi maupun keuangan

Σ Angota Komite Audit

4. Jumlah Pertemuan Komite Audit


Pertemuan yang dilakukan komite audit maka akan
mengurangi masalah yang akan terjadi pada pemegang saham dan
manajer. Dengan semakin sering komite audit melakukan pertemuan

28
maka akan memudahkan komite audit untuk melakukan pengawasan
terhadap kinerja para manajer dalam pembuatan laporan keuangan.
Berdasarkan salinan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015
mengenai pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit
BAB IV tentang penyelenggaraan rapat pasal 13 yang berisikan bahwa
komite audit menyelenggarakan rapat secara berkala paling sedikit
satu kali dalam tiga bulan. Variabel ini menunjukan seberapa banyak
komite audit mengadakan pertemuan dengan dewan komisaris dalam
periode satu tahun yang dihitung secara numeral, yaitu dengan melihat
jumlah pertemuan komite audit yang dilakukan dalam satu tahun
(Hamzah dan Dul, 2018).

PKA = Σ Pertemuan Komite Audit

F. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunkana
analisis kuantitatif yang dimana data tersebut dinyatakan dalam angka dan
perhitungannya menggunakan statistik dengan program SPSS. Analisa
yang digunakan adalah analisis deskriptif, pengujian asumsi klasik,
analisis regresi berganda dan uji hipotesis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif.
Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
mendeskripsikan data yang sudah terkumpul untuk membuat
kesimpulan yang berlaku (Sugiyono, 2004).
2. Analisis Regresi
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji
data apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk
menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak pada

29
semua data dapat diterapkan regresi. Penelitian ini menggunakan
pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,
multikolienaritas, autokorelasi, dan heteroskedasitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
dependen dan independen dalam model regresi tersebut
terdistribusi secara normal (Ghozali, 2013). Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Menguji normalitas residual dapat
menggunakan tes one sample Kolmogorov-Smirnov (Ghozali,
2013). Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan
melakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Dalam uji ini
apabila residual mempunyai asymp sig (2-tailed) di bawah
tingkat signifikan sebesar 0,05 (probabilitas < 0,05) artinya
variabel tersebut terdistribusi tidak normal, dan sebaliknya.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
terdapat korelasi antar variabel independen di dalam model
regresi (Ghoazli, 2013). Model regresi yang baik seharusnya
bebas dari multikolinearitas. Apabila variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak
orthogonal. Variabel orthogonal yaitu variabel independen
yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama
dengan nol. Multikolinearitas dapat diketahui berdasarkan nilai
variance inflation factor (VIF) dan tolerance masing-masing
variabel independen, suatu model regresi yang bebas dari
masalah multikolinearitas apabila mempunyai nilai tolerance
kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10 (Ghozali, 2016).

30
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi
terrjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui adanya
heteroskedastitas adalah dengan menggunakan Scatterplot,
antara SRESID dan ZPRED yang dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
– Y sesungguhnua) yang sudah di studentized (Ghozali, 2016).
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan unutuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi tersebut ada korelasi atau tidak, uji
autokorelasi yang bertujuan menguji apakah dalam suatu
model regresi linear terjadi korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi yang dapat dikatakan sebagi
problem autokorelasi (Ghozali, 2016). Autokorelasi yang
muncul dikarenakan penelitian yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Pada penelitian ini
digunakan uji Durbin Watson (DW test), menurut Ghozali
(2016) kriteria pengambilan ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut :
Kriteria Pengujian Durbin Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada Tolak 0 < d < dI
autokorelasi positif
Tidak ada No decision dI ≤ d ≤ du
autokorelasi positif
Tidak ada Tolak 4 - dI < d < 4

31
autokorelasi negative
Tidak ada No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dI
autokorelasi negatif
Tidak ada Tidak du < d < 4 – du
autokorelasi negatif ditolak

b. Analisis Regresi Berganda


Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dengan persamaan :

ML = α + β1KA + β2KKA + β3PKA+∈


Keterangan :

ML : Manajemen Laba
Α : Konstanta
KA : Komite Audit
KKA : Keahlian Komite Audit
PKA : Pertemuan Komite Audit
𝛽1 − 𝛽3 : Koefisien regresi masing-masing variabel
independen
∈ : Error

c. Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R2) untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisiensi determinasi berkisar nol sampai

32
satu. Nilai yang mendekati satu yaitu variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen. Menurut Ghozali (2016), nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Bila R adalah
nol maka diantara variabel bebas / variabel independen dengan
variabel terikat / variabel dependen tidak ada hubungannya.
Bila R adalah satu maka antara variabel bebas / variabel
independen dengan variabel terikat / variabel dependen
mempunyai hubungan yang kuat.
2. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengukur kelayakan
model regresi apakah model regresi layak digunakan untuk
menjelaskan pengaruh variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji statistik F dapat
dilakukan dengan melihat nilai probabilitas.
a) Jika α ≤ 0,05 maka hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen signifikan dan model penelitian dapat
diterima.
b) Jika α > 0,05 maka hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen tidak signifikan dan model penelitian tidak
dapat diterima.
3. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t dikenal sebagai uji parsial. Uji t digunakan untuk
menguji pengaruh masing-masing variabel terikatnya. Uji ini
dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau
dengan melihat kolom signifikan pada masing-masing t hitung.
Pada dasarnya uji statistik t menunjukan seberapa jauh
pengaruh variabel independen dalam menerangkan variabel

33
dependen, pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
significance level 0,05 (Ghozali, 2016).

a. Pengujian Hipotesis Pertama


1) Perumusan Hipotesis
H0 : β1≥ 0 :Komite audit tidak berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
H a : β 1< 0 :Komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
2) Kriteria Pengujian t :
Jika t hitung ≥−t tabel , maka H 0 diterima H a ditolak.

Jika t hitung <−t tabel , maka H 0 ditolak H a diterima.

3) Kriteria Signifikan sebagai berikut :


Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan
sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan sebesar 95%.
Dikatakan signifikan jika nilai α 0,05.
4) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung > - ttabel dan Nilai Sig α ≥ 0,05 maka H 0

diterima dan Ha ditolak.

Jika thitung ≤ - ttabel dan Nilai Sig α ≤ 0,05 maka H0 ditolak

dan Ha diterima.

b. Pengujian Hipotesis Kedua


1) Perumusan Hipotesis
H0 : β2≥ 0 :Keahlian komite audit tidak
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

34
H a : β 2< 0 :Keahlian komite audit berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba.

2) Kriteria Pengujian t :
Jika t hitung ≥−t tabel , maka H 0 diterima H a ditolak.

Jika t hitung <−t tabel , maka H 0 ditolak H a diterima.

3) Kriteria Signifikan sebagai berikut :


Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan
sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan sebesar 95%.
Dikatakan signifikan jika nilai α ≤ 0,05.
4) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung > - ttabel dan Nilai Sig α ≥ 0,05 maka H 0

diterima dan Ha ditolak.

Jika thitung ≤ - ttabel dan Nilai Sig α ≤ 0,05 maka H0 ditolak

dan Ha diterima.

c. Pengujian Hipotesis Ketiga


1) Perumusan Hipotesis
H 0 : β3≥ 0 :Pertemuan komite audit tidak
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
H a : β 3< 0 :Pertemuan komite audit berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba.
2) Kriteria Pengujian t :
Jika t hitung ≥−t tabel , maka H 0 diterima H a ditolak.

Jika t hitung <−t tabel , maka H 0 ditolak H a diterima.

3) Kriteria Signifikan sebagai berikut :

35
Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan
sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan sebesar 95%.
Dikatakan signifikan jika α ≤ 0,05.
4) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung > - ttabel dan Nilai Sig α ≥ 0,05 maka H 0

diterima dan Ha ditolak.

Jika thitung ≤ - ttabel dan Nilai Sig α ≤ 0,05 maka H0 ditolak

dan Ha diterima.

36
Daftar Pustaka
Alfiyasahra, N., & Challen, A. E. (2020). Pengaruh Kualitas Komite Audit dan
Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi
Indonesia, 9(1), 37-51.
Banjar, Nahor. 2018. Drama Bank Bukopin: Kartu Kredit Modifikasi dan Rights
Issue. www.cnbcindonesia.com. [Tanggal akses: 15 November 2021]
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21.
Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19.
Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23,
Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamzah, H., & Mu'id, D. (2018). PENGARUH KEAHLIAN KOMITE AUDIT DAN
JUMLAH RAPAT KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA
DENGAN MODERASI AUDITOR EKSTERNAL. Diponegoro Journal of
Accounting, 7(4).
Hamzah, H., & Mu'id, D. (2018). PENGARUH KEAHLIAN KOMITE AUDIT DAN
JUMLAH RAPAT KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA
DENGAN MODERASI AUDITOR EKSTERNAL. Diponegoro Journal of
Accounting, 7(4).
Indonesia. 2002. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance: Pedoman
Pembentukan Komite Audit yang Efektif. www.knkg-indonesia.org/download.
Indonesia. 2004. Keputusan Ketua BAPEPAM Kep-29/PM/2004: Peraturan Nomor
IX.I.5 Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. www.
sampoerna.com.
Indonesia. 2004. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance: Pedoman
Good Corporate Governance Perbankan Indonesia. www.knkg-
indonesia.org/download.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs and ownership structure. Journal of financial economics, 3(4),
305-360.
Juhmani, Omar. 2017. Audit Committee Characteristics and Earnings Management:
The Case of Bahrain. International Journal of Accounting and Financial
Reporting. Vol. 7, No. 1, Hal. 11-31.

37
Karina, R., & Sufiana, S. (2020). PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT,
KUALITAS AUDIT DAN EFEKTIVITAS DEWAN DIREKSI TERHADAP
MANAJEMEN LABA. JOURNAL OF APPLIED MANAGERIAL
ACCOUNTING, 4(1), 42-59.
Keuangan, O. J. (2015). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK. 03/2015
Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat.
Keuangan, O. J. (2015). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK. 03/2015
tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank Perkreditan Rakyat.
Lestari, E., & Murtanto, M. (2018). Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris Dan
Komite Audit, Struktur Kepemilikan, Dan Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 17(2), 97-
116.
Marsha, F., & Ghozali, I. (2017). Pengaruh ukuran komite audit, audit eksternal,
jumlah rapat komite audit, jumlah rapat dewan komisaris dan kepemilikan
institusional terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bei tahun 2012-2014). Diponegoro Journal of Accounting,
6(2), 91-102.
Marsha, F., & Ghozali, I. (2017). Pengaruh ukuran komite audit, audit eksternal,
jumlah rapat komite audit, jumlah rapat dewan komisaris dan kepemilikan
institusional terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bei tahun 2012-2014). Diponegoro Journal of Accounting,
6(2), 91-102.
Mulyadi, R. (2017). Pengaruh Karakteristik Komite Audit dan Kualitas Audit
Terhadap Profitabilitas Perusahaan. JAK (Jurnal Akuntansi) Kajian Ilmiah
Akuntansi, 4(2).
Rahmadani, S., & Haryanto, H. (2018). Manajemen Laba: Peran Keaktifan Komite
Audit Dan Auditor Eksternal Big Four (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei 2013-2015). Jurnal Akuntansi Aktual,
5(1), 46-62.
Rinta, M. (2021). Ukuran Dewan Direksi, Aktivitas Komite Audit, dan Ukuran
Komite Audit terhadap Manajemen Laba. Journal of Accounting Science,
5(1), 89-103.
Sarwono, Jonathan. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sihombing, M. A., & Laksito, H. (2017). Pengaruh karakteristik komite audit dan
kualitas auditor eksternal terhadap manajemen laba. Diponegoro Journal of
Accounting, 6(4), 285-294.

38
Sulistiawan, Dedhy; Januarsi, Yeni; Alvia, Riza. 2011. Creative Accounting:
Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba
Empat.
Sunarsih, N. M. (2017). PENGARUHKUALITAS AUDITOR, JUMLAH KOMITE
AUDIT DAN PENDIDIKAN KETUA KOMITE AUDIT TERHADAP
ERANINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTARDI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2012.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 2(1), 191-206.
Supriyadi, Y. W., Ginting, Y. L., & Irwansyah, I. (2019). Karakteristik Komite Audit
Dalam Memengaruhi Tindakan Manajemen Laba (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI). Kajian Akuntansi, 20(2),
178-190.
Widasari, T., & Isgiyarta, J. (2017). Pengaruh Keahlian Komite Audit dan Jumlah
Rapat Komite Audit terhadap Manajemen Laba dengan Audit Eksternal
sebagai Variabel Moderasi. Diponegoro Journal of Accounting, 6(4), 158-170.

39

Anda mungkin juga menyukai