Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Ukuran Komite Audit, Keahlian Akuntansi Komite Audit dan

Keaktifan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

Rive Tria Septiala1* , Yeasy Darmayanti2

yeasydarrmayanti@bunghatta.ac.id/Correspondence

Abstract

This study aims to analyze the effect of audit committee size, accounting expertise audit
committee and audit committee activity on earnings management in infrastructure service companies
in the transportation sub-sector on the Indonesia Stock Exchange. This study used 30 transportation
sector service companies which were selected using purposive sampling method. The data used are
from 2015 – 2019. The data analysis method used is multiple regression which is processed through
the help of the SPSS program. Based on the results of hypothesis testing, it is found that audit
committee size have a negative effect influence on earnings management. while accounting expertise
audit committee and audit committee activity had no significant effect on earnings management in
infrastructure service companies in the transportation sub-sector on the Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Audit Committee Size, Accounting Expertise Audit Committee, Committee Activity
and Earnings Management

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran komite audit, keahlian akuntansi
komite audit dan keaktifan komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan jasa sektor
infrastruktur sub sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia.Pada penelitian ini digunakan sebanyak
30 perusahaan jasa sektor transportasi yang dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling. Data yang digunakan dari tahun 2015 – 2019. Metode analisis data yang digunakan adalah
regresi berganda yang diolah melalui bantuan program SPSS. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
ditemukan bahwa ukuran komite audit memiliki pengaruh yang negatif terhadap manajemen laba.
Sedangkan keahlian akuntansi komite audit dan keaktifan komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba pada perusahaan jasa sektor infrastruktur sub sektor transportasi di Bursa
Efek Indonesia.
Kata Kunci: Ukuran Komite Audit, Keahlian Akuntansi Komite Audit, Keaktifan Komite Audit
dan Manajemen Laba

PENDAHULUAN
Manajemen laba adalah keputusan dari manajer untuk memilih kebijakan akuntansi tertentu
yang dianggap bisa mencapai tujuan untuk meningkatkan laba atau mengurangi tingkat kerugian yang
akan dilaporkan (Yudiastuti & Wirasedana, 2018). Manajemen melakukan manajemen laba melalui
manipulasi laporan keuangan dengan memanfaatkan kebijakan-kebijakan akuntansi atau yang sering
dikenal dengan manjemen laba aktivitas akrual. Manajemen laba aktivitas akrual adalah manipulasi
yang dilakukan dengan memanfaatkan akrual yang ada di laporan keuangan dengan mengurangi atau
memperbesar laba yang dilaporkan yang sering dikenal dengan diskresioner akrual (Dananjaya &
Ardiana, 2016). Manajemen laba dapat dikatakan sebagai permainan akuntansi. Apalagi jika melihat
bahwa rekayasa tersebut merupakan upaya untuk menyembunyikan dan mengubah informasi dengan
mempermainkan besar kecilnya angka-angka komponen laporan keuangan yang dilakukan ketika
mencatat dan menyusun informasi (Suryani, 2018).

1
Salah satu fenomena manajemen laba yang pernah terjadi dan mengundang perhatian karena
telah mengakibatkan kerugian yang cukup fantastis pernah kejadian di perusahan jasa sektor
infrastruktur sub sektor transportasi adalah yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia Tbk, pada 31
desember 2018 dilaporkan meraup laba bersih sebesar Rp. 11 miliar. Namun pada tahun 2017
mengalami defisit Rp. 3 triliun. Sehingga dicurigai kerugian ditahun 2017 dipoles menjadi keuntungan
ditahun 2018. Pengakuan manajemen dalam RUPS, kenaikan angka laba tersebut berasal dari bagian
bagi hasil dari PT. Sriwijaya Air, akan tetapi kejanggalan yang terjadi tersebut mengakibatkan kantor
akuntan publik yang mengaudit Garuda Indonesia dikenakan sanksi oleh kementerian keuangan
karena hasil auditnya yang diduga laporan keuangan Garuda sarat dengan rekayasa (Jakarta, CNN
Indonesia).
Dihadapkan pada teori, kasus manajemen laba tersebut, dapat dikaitkan dengan teori
keagenan. Teori keagenan merupakan hubungan antara pemegang saham (principal) dengan manajer
(agent) yang diberi kekuasaan untuk membuat keputusan (Jensen & Meckling, 2019). Dalam
prakteknya manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya mengetahui lebih banyak informasi
internal dan prospek perusahaan di waktu mendatang dibandingkan pemilik modal atau pemegang
saham. Hal ini yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal
dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Asimetri
informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut
berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan
pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
(earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja
ekonomi perusahaan. Agency theory memprediksikan bahwa pembentukan komite audit merupakan
cara untuk menyelesaikan agency problems. Sesuai dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal & Lembaga Keuangan Kep-29/PM/2004 yang tertuang dalam peraturan nomor IX.15 komite
audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang
saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen guna mengatasi masalah pengendalian ataupun
kemungkinan timbulnya masalah agensi. Secara teori keberadaan komite audit menekan perilaku
opurtunis dari manajemen. Hal ini akan ditekan oleh komite audit yang efektif yang mana mempunyai
latar belakang akuntansi dan keuangan, dan jumlah yang cukup besar. Dengan berjalannya fungsi
komite audit secara efektif maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik, sehingga konflik
keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri
dapat diminimalisir.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya manajemen laba di dalam
suatu perusahaan, diantaranya adalah faktor ukuran komite audit. Hasil penelitian yang membahas
pengaruh ukuran komite audit terhadap manajemen laba telah dilakukan oleh Laksito (2017) yang
menemukan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pada
penelitian lain yang dilakukan Ghozali (2017) juga menunjukkan ukuran komite audit berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Dwiyanti (2018)
yang menunjukkan ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini
disebabkan karena perusahaan sampel memiliki komite audit dengan rata-rata jumlah anggota komite
audit yang terdiri dari 3 orang anggota. Dengan ukuran komite audit yang tepat akan memungkinkan
anggota untuk menggunakan pengalaman dan keahlian mereka bagi kepentingan terbaik stakeholder.
Faktor berikutnya yang mempengaruhi manajemen laba adalah keahlian akuntansi komite audit. Hasil
penelitian yang membahas pengaruh keahlian akuntansi komite audit terhadap manajemen laba telah
dilakukan oleh Dwiharyadi (2017) yang menemukan bahwa keahlian akuntansi komite audit
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Dwiyanti
(2018) juga menunjukkan bahwa keahlian akuntansi komite audit berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Hal ini disebabkan karena rata-rata perusahaan memiliki 44% komite audit yang
memiliki keahlian di bidang akuntansi. Walaupun dari persentase terlihat relatif besar, jika dilihat dari
sisi jumlah personel, sebenarnya rata-rata jumlah anggota komite audit yang memiliki keahlian
akuntansi hanyalah 1 orang saja. Besarnya persentase tersebut akibat jumlah anggota komite audit
keseluruhan rata-rata adalah 3 orang di tiap perusahaan. Faktor terakhir yang mempengaruhi
manajemen laba adalah keaktifan komite audit. Hasil penelitian yang membahas pengaruh keaktifan
komite audit terhadap manajemen laba telah dilakukan oleh Prabowo (2018) yang menemukan bahwa

2
keaktifan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Sudjatna & Muid (2015) juga menunjukkan bahwa keaktifan komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh
Juliana dkk (2019) menunjukkan bahwa keaktifan komite audit berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Hal ini disebabkan karena adanya bukti yang menunjukkan bahwa sekitar 85%
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia telah aktif mengadakan pertemuan
komite audit sebanyak 4 kali atau lebih dalam satu tahun. Jika dilihat dari kuantitas pertemuan
menunjukkan bahwa komite audit telah aktif melakukan pertemuan dan juga mematuhi aturan yang
dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan.
Berdasarkan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang ada, perbedaan dengan penelitian
sebelumnya dan kasus manajemen laba yang terjadi di perusahaan jasa sektor infrastruktur sub sektor
transportasi, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Ukuran Komite Audit, Keahlian
Akuntansi Komite Audit Dan Keaktifan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
jasa sektor infrastruktur sub sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2015-2019”.

METODE PENELITIAN
Sumber Data, Populasi, dan Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.go.id), dengan populasi perusahaan jasa sektor infrastruktur sub sektor transportasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019. Penentuan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria: perusahaan jasa sektor infrastruktur sub
sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019, perusahaan jasa sektor
infrastruktur sub sektor transportasi yang menerbitkan annual report yang telah diaudit dan
menggunakan mata uang Rupiah untuk periode 2015-2019 di Bursa Efek Indonesia, serta perusahaan
memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang dibutuhkan.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


A. Manajemen Laba
Manajemen laba diukur dengan discretionary accrual yang telah diterima secara luas dalam
literature akuntansi yang menggunakan Modified Jones Model (Dechow, Sloan & Sweeney, 1995),
dengan rumus:

TA t
DAC ¿ = −NDA (1)
TA t−1

TA t 1 ∆ REVt PPEt
=α 1 +α 2 + α3 +ε (2)
TA t −1 TA t −1 TA t−1 TA t −1

1 ∆ REVt−∆ RECt PPEt


NDA=α 1 +α 2 + α3 +ε (3)
TA t −1 TA t−1 TAt −1

Keterangan:
DACit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode t
NDA = Non Descrationary Accruals
TAt = Total akrual pada periode t
TAt-1 = Total akrualt pada periode satu tahun sebelumnya
∆ REVt = Perubahan pendapatan dalam periode t
PPEt = Gross Poperty, Plan, and Equipment
∆ RECt = Perubahan piutang dalam periode t
ε = Term Error
α = Koefisian Regresi

3
B. Ukuran Komite Audit
Ukuran komite audit (AC_Size) yaitu jumlah keseluruhan personil yang ada pada suatu
komite audit. Variabel ukuran komite audit diukur dengan melihat jumlah anggota komite audit pada
profil komite audit suatu perusahaan (Juhmani, 2017).

C. Keahlian Akuntansi Komite Audit


Keahlian akuntansi adalah seseorang yang memiliki pengalaman sebagai Chief Finance
Officer, Accounting Officer, Chief Accountant, Controller, Certified Public Accountant, Chartered
Accountant, Financial Officer, Head of Accounting dan Employment of Audit Firm (Putri & NR,
2019). Keahlian komite audit diukur dengan cara menggunakan rasio agar dapat menunjukkan
komposisi komite audit. Cara untuk mengukur rasio keahlian akuntansi komite audit mengikuti
Dwiharyadi (2017) yaitu komite audit memiliki keahlian akuntansi diukur dengan rasio antara anggota
komite audit yang memiliki keahlian akuntansi dan atau keahlian akuntansi sekaligus keahlian
keuangan terhadap jumlah komite audit.
Jumlah Anggota Memiliki Keahlian Akuntansi
Rasio Keahlian Akuntansi=
Jumlah Anggota Komite Audit

D. Keaktifan Komite Audit


Salah satu cara untuk mengetahui keaktifan dari komite audit adalah dengan melihat jumlah
rapat/pertemuan komite audit yang telah diadakan. Rapat komite audit merupakan aktivitas yang harus
dilaksanakan sebagai sarana untuk membahas dan mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan.
Menurut Sudjatna & Muid (2015) keaktifan komite audit dinyatakan dalam variabel dummy, dimana
kode 1 diberikan apabila komite audit mengadakan pertemuan minimal 4 kali dalam setahun, dan kode
0 diberikan apabila komite audit mengadakan rapat kurang dari 4 kali dalam setahun.

Metode Analisis Data


Dalam rangka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini maka
metode analisis data yang dilakukan menggunakan analisis kuantitatif. Dalam metode tersebut analisis
data dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik, meliputi pengujian asumsi klasik (uji
normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas) dan pengujian hipotesis dengan
menggunakan SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Prosedur Pengambilan Data dan Statistik Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh ukuran komite audit,
keahlian akuntansi komite audit dan keaktifan komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan
jasa sektor infrastruktur sub sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh total perusahaan jasa sektor infrastruktur sub sektor
transportasi yang memenuhi kriteria dan dapat dijadikan sampel sebanyak 30 perusahaan atau 65,21%
dari total seluruh perusahaan jasa sektor infrastruktur sub sektor transportasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan statistik deskriptif dari tabulasi data tersebut adalah:

Tabel 1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel
N Minimum Maksimum Rata-rata Std Deviasi
Penelitian
Manajemen Laba 150 -8.60 5.19 -0.02 1.32
Ukuran Komite 150 2.00 8.00 3.00 0.49
Audit
Keahlian Akuntansi 150 0.00 1.00 0.53 0.31
Komite Audit
Keaktifan Komite 150 0.00 1.00 0.80 0.39
Audit
Profitabilitas 150 -119.49 219.20 -0.57 23.32

4
Leverage 150 0.01 8.31 0.64 0.82
Umur Perusahaan 150 1.00 69.00 23.43 14.55
Sumber: Olahan Data (2021)

Pengujian Asumsi Klasik dan Hipotesis


Setelah seluruh variabel penelitian yang digunakan terbebas dari seluruh penyimpangan
asumsi klasik maka proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis moderating
regression analysis. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan program SPSS
diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2
Ringkasan Pengujian Hipotesis
Koefisien
Variabel Sig Cut Off Kesimpulan
Regresi
Constanta 2.262
Ukuran Komite Audit -0.685 0.042 0.05 Diterima
Keahlian Akuntansi Komite Audit 0.214 0.275 0.05 Ditolak
Keaktifan Komite Audit 0.022 0.892 0.05 Ditolak
Profitabilitas -0.006 0.420 0.05 Ditolak
Leverage -0.827 0.000 0.05 Diterima
Umur Perusahaan 0.005 0.272 0.05 Ditolak
F-sig 0.009
R2 0.149
Sumber: Olahan Data (2021)

Berdasarkan ringkasan hasil pengujian hipotesis diatas, diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi yang dihasilkan dalam pengujian adalah sebesar 0.149. Nilai koefisien tersebut
menunjukan ukuran komite audit, keahlian akuntansi komite audit dan keaktifan komite audit mampu
memberikan variasi kontribusi untuk mempengaruhi perubahan manajemen laba pada perusahaan jasa
sektor infrastruktur sub sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia sebesar 14.90% sedangkan sisanya
sebesar 85.10% pengaruh lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian saat ini.
Sementara hasil pengujian F-statistik menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.009. Proses
pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat kesalahan 0.05. Hasil yang diperoleh tersebut
menunjukan bahwa nilai sig 0.009 jauh dibawah tingkat kesalahan 0.05. Maka keputusannya adalah
Ha diterima atau dapat disimpulkan bahwa secara serentak variabel independen secara signifikan
mempengaruhi variabel dependen.

a. Ukuran Komite Audit dan Manajemen Laba


Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan variabel ukuran komite
audit diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.685 dengan nilai sig sebesar 0.042. Proses pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 0.05. Hasil yang diperoleh tersebut
menunjukan bahwa nilai sig 0.042 dibawah tingkat kepercayaan 0.05 maka keputusannya adalah Ho
ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba pada perusahaan jasa sektor infrastruktur sub sektor transportasi di Bursa
Efek Indonesia.
Hasil yang diperoleh pada tahapan pengujian hipotesis pertama menunjukan adanya pengaruh
negatif yang mengindikasikan bahwa besar kecilnya ukuran komite audit berdampak pada manipulasi
laba yang dilakukan manajemen perusahaan. Dengan demikian hipotesis pertama diterima. Hal ini
disebabkan karena perusahaan sampel memiliki komite audit dengan rata-rata jumlah anggota komite
audit yang terdiri dari 3 orang anggota. Hal ini sejalan dengan Bapepam yang mensyaratkan komite
audit minimal terdiri dari 3 orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak luar
perusahaan publik. Komite audit dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan mempunyai beragam
pengetahuan dan keahlian yang dapat menunjang fungsi pengawasan yang dilakukan oleh komite audit

5
dalam perusahaan, jadi semakin tinggi ukuran komite audit maka akan semakin rendah manajemen
laba
Hasil yang diperoleh pada tahapan pengujian hipotesis pertama sejalan dengan temuan
penelitian yang diperoleh oleh Sihombing & Laksito (2017) menemukan ukuran komite audit
berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan non-finansial di Bursa Efek
Indonesia. Temuan yang sama diperoleh Dewan dkk (2017) menemukan ukuran komite audit
berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.

b. Keahlian Akuntansi Komite Audit dan Manajemen Laba


Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan variabel keahlian
akuntansi komite audit diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.214 dengan nilai sig sebesar 0.275.
Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 0.05. Hasil yang
diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai sig 0.275 jauh diatas tingkat kepercayaan 0.05 maka
keputusannya adalah Ho diterima dan H 1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa keahlian
akuntansi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan jasa
sektor infrastruktur sub sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia.
Hasil yang diperoleh pada tahapan pengujian hipotesis kedua menunjukan keahlian akuntansi
komite audit tidak akan mempengaruhi kemungkinan terjadinya praktek manajemen laba pada
perusahaan jasa sektor infrastruktur sub sektor transaportasi di Bursa Efek Indonesia. Dengan
demikian hipotesis kedua ditolak. Hal ini disebabkan karena banyak perusahaan yang membentuk
komite audit hanya sebagai formalitas saja. Akibatnya banyak anggota komite audit yang diangkat
tidak memiliki keahlian akuntansi dan keuangan sehingga komite audit tidak mampu mengurangi
manajemen laba. ini terlihat dari rasio rata-rata keahlian akuntansi komite audit berkisar 53%. Bahkan
ada beberapa perusahaan yang komite auditnya tidak memiliki keahlian akuntansi, jelas ini tidak
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga
Keuangan yang mensyaratkan setidaknya ada 1 (satu) anggota komite audit yang memiliki keahlian
akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit belum dianggap penting oleh dewan
komisaris, asalkan perusahaan mendapatkan laba yang besar dan membagikan deviden kepada
pemegang saham.
Hasil yang diperoleh pada tahapan pengujian hipotesis kedua sejalan dengan temuan
penelitian yang diperoleh oleh M. Mawardi Cholid & Diana Nur (2020) menemukan keahlian
akuntansi komite audit tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Temuan yang sama diperoleh Putri & NR (2019) menemukan
keahlian akuntansi tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia.

c. Keaktifan Komite Audit dan Manajemen Laba


Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan variabel keaktifan komite
audit diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.022 dengan nilai sig sebesar 0.892. Proses pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 0.05. Hasil yang diperoleh tersebut
menunjukan bahwa nilai sig 0.892 jauh diatas tingkat kepercayaan 0.05 maka keputusannya adalah Ho
diterima dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan komite audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan jasa sektor infrastruktur sub sektor transportasi
di Bursa Efek Indonesia.
Hasil yang diperoleh pada tahapan pengujian hipotesis ketiga menunjukan tidak adanya
pengaruh yang mengindikasikan bahwa besar kecilnya jumlah pertemuan komite audit tidak
berdampak pada manipulasi laba yang dilakukan manajemen perusahaan pada perusahaan jasa sektor
infrastruktur sub sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis ketiga
ditolak. Kemungkinan hal tersebut dikarenakan masih ada perusahaan yang belum mengikuti regulasi
Bapepam untuk melakukan pertemuan satu kali dalam tiga bulan atau empat kali dalam satu tahun.
Hal ini juga dapat disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah pertemuan yang dilakukan setiap
perusahaan, beberapa perusahaan dalam satu tahun banyak melakukan pertemuan komite audit, tetapi
pada beberapa perusahaan lainnya masih kurang dalam melakukan pertemuan antar komite audit.
sehingga masalah-masalah yang terdapat dalam proses pelaporan keuangan tidak menemukan
penyelesaian.

6
Hasil yang diperoleh pada tahapan pengujian hipotesis ketiga sejalan dengan temuan
penelitian yang diperoleh oleh Juliana dkk (2019) menemukan keaktifan komite audit tidak
berpengaruh terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek
Indonesia. Temuan yang sama diperoleh Rahmadani & Haryanto (2018) menemukan keaktifan komite
audit tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.

SIMPULAN
Berdasarkan uraian analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Selain itu keahlian akuntansi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
keaktifan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan jasa
sektor infrastruktur sub sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu Populasi perusahaan pada penelitian ini banyak
yang tidak memiliki informasi lengkap tentang variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian,
sehingga banyak perusahaan yang harus dikeluarkan dari objek penelitian karena tidak memenuhi
ketentuan dari metode purposive sampling, Pengukuran variabel independen karakteristik komite audit
pada penelitian ini hanya dilihat dari tiga karakteristik saja, sehingga belum cukup mampu untuk
menentukan pengaruh dari komite audit secara keseluruhan, Indikator yang dipakai untuk mengukur
manajemen laba perusahaan pada penelitian ini hanya menggunakan discretionary accruals modified.
Sesuai dengan kesimpulan dan keterbatasan hasil pengujian hipotesis maka peneliti
mengajukan saran bagi peneliti dimasa mendatang diharapkan menambah jumlah sampel dengan
mengikutsertakan perusahaan yang berada diluar sub sektor transportasi, serta menambahkan satu atau
beberapa variabel baru yang juga mempengaruhi praktek manajemen laba seperti independensi komite
audit dan jabatan rangkap yang dipegang oleh komite audit dan sebagainya. selain itu dapat
menggunakan variabel kontrol lain seperti ukuran perusahaan. Kemudian Menambah atau mencoba
proxy manajemen laba selain discretionary accruals modified, sehingga diharapkan mampu
memberikan perbandingan hasil.

DAFTAR PUSTAKA
Dananjaya, D. G. Y., & Ardiana, P. A. (2016). Proporsi Dewan Komisaris Independen Sebagai
Pemoderasi Pengaruh Kepemilikan Institusional Pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 15(2), 1595–1622.

Dewan, R., Dan, K., & Ghozali, I. (2017). Pengaruh Ukuran Komite Audit, Audit Eksternal, Jumlah
Rapat Komite Audit, Jumlah Rapat Dewan Komisaris Dan Kepemilikan Institusional Terhadap
Manajemen Laba. 6(2), 91–102.

Dwiharyadi, A. (2017). Pengaruh Keahlian Akuntansi Dan Keuangan Komite Audit Dan Dewan
Komisaris Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 14(1), 75–
93. http://jaki.ui.ac.id/index.php/home/article/view/646

Ghozali, I. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Kemampuan Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten Banjar. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Bisnis, 3(1), 130–137.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (2019). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and
ownership structure. Corporate Governance: Values, Ethics and Leadership, 77–132.
https://doi.org/10.2139/ssrn.94043

Juhmani, O. I. (2017). Audit Committee Characteristics and Earnings Management: The Case of
Bahrain. International Journal of Accounting and Financial Reporting, 7(1), 12.
https://doi.org/10.5296/ijafr.v7i1.10447

Juliana. Meilany. dkk. (2019). Pengaruh Kualitas Audit, Keaktifan Komite Audit, Dan Struktur

7
Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017. Jurnal Mutiara Akuntansi, Vol 4 Nomo,
0–7.

Laksito. (2017). Pengaruh TIME Budget Pressure terhadap Kualitas Audit dan Budaya Etis sebagai
Variabel Mediator. Diponegoro Journal of Accounting, 6(3), 101–110.

M. Mawardi Cholid, Diana Nur, H. U. (2020). Pengaruh Keahlian Akuntansi Dan Keahlian Keuangan
Pada Komite Audit Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi,
09(02), 47–57.

Prabowo, M. A. (2018). Tingkat Keaktifan Komite Audit dan Manajemen Laba di Indonesia. Jurnal
Manajemen Teknologi, 17(2), 95–110. https://doi.org/10.12695/jmt.2018.17.2.2

Putri, N. G., & NR, E. (2019). Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit Dan Dewan Komisaris
Wanita Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017). Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(3), 1051–1067.

Rahmadani, S., & Haryanto. (2018). Manajemen Laba: Peran Keaktifan Komite Audit dan Auditor
Eksternal Big Four. Jurnal Akuntansi Aktual, 5(1), 46–62.

Sihombing, M., & Laksito, H. (2017). Pengaruh Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas Auditor
Eksternal Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, 6(4), 285–294.

Sudjatna, I., & Muid, D. (2015). Pengaruh Struktur Kepemilikan , Keaktifan Komite. Diponegoro
Journal of Accounting, 4(4), 1–8.

Suryani, A. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Leverage, Dan Profitabilitas
Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2016). Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 10(1), 71–82.
https://doi.org/10.17509/jaset.v10i1.12571

Yudiastuti, L. N., & Wirasedana, I. W. P. (2018). Good Corporate Governance Memoderasi Pengaruh
Leverage Terhadap Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi, 23, 130.
https://doi.org/10.24843/eja.2018.v23.i01.p06

8
9

Anda mungkin juga menyukai