Anda di halaman 1dari 14

JURNAL AKUNTANSI ISSN : 2580-9792 (Online)

Vol.xx No.x XXX 202X : XXX-XXX. ISSN : 1978-8029 (Print)


Doi: https://doi.org/10.25170/jara.vXXiX

PENGUKURAN FRAUD BERBASIS MANAJEMEN LABA DENGAN


METODE BENEISH M-SCORE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA

MEASUREMENT OF FRAUD-BASED MANAGEMENT OF PROFIT BY


BENEISH M-SCORE METHODS ON STATE-OWNED ENTERPRISES

Vina Rahma Auliya*

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk (i) memberikan sumbangsih pada literature mengenai
dampak tata kelola perusahaan yang diimplementasikan dalam praktik manajemen laba
terhadap kecurangan laporan keuangan pada BUMN khususnya klaster energy, minyak
dan gas (ii) memberikan kontribusi praktis bagi investor dan kreditur serta (iii)
memberikan informasi apakah perusahaan melakukan kecurangan laporan keuangan yang
diimplementasikan melalui praktik manajemen laba atau tidak. Penelitian dilakukan
melalui metode kuantitatif dengan populasi penelitian meliputi 2 BUMN klaster energi,
minyak dan gas. Data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan periode 2017-2021.
Metode purposive sampling digunakan sebagai teknik penentuan sampel. Hasil analisis
menunjukkan bahwa (i) perusahaan yang terdeteksi sebagai manipulator yaitu PT.
Pertamina pada tahun 2018, 2019, dan 2021 dan PT. PLN pada tahun 2017, 2018, 2019,
dan 2021 (ii) Perusahaan yang terdeteksi sebagai grey company yaitu PT. Pertamina pada
tahun 2017 dan (iii) Perusahaan yang terdeteksi sebagai non manipulator yaitu PT.
Pertamina dan PT. PLN pada tahun 2020.
Kata Kunci: Manajemen Laba, Fraud, Beneish M-Score

ABSTRACT
The purpose of this study for (i) contributes to literature on the impact of corporate
governance implemented in the management of profit management to fraud financial
statements on SOEs, especially cluster energy, oil and gas (ii) contributing practical to
investors and creditors as well as (iii) providing information whether the company fuzes
the financial statements implemented through profit management practice or not. The
research was conducted through quantitative method with research population included 2
SOEs of energy, oil and gas clusters. Data obtained from the Company's financial
statements period 2017-2021. The purposive sampling method is used as a sample
determination technique. The results of the analysis show that (i) the company detected as
a manipulator is PT. Pertamina by 2018, 2019, and 2021 and PT. PLN in 2017, 2018,
2019, and 2021 (ii) detected company as Gray Company is PT. Pertamina in 2017 and
(iii) companies detected as non-manipulator is PT. Pertamina and PT. PLN in 2020.

Keywords: Profit Management, Fraud, Beneish M-Score.

*
Politeknik Negeri Semarang, vinarhmaa@gmail.com
2 JURNAL AKUNTANSI [VOL.14, NO.2 OKTOBER: 102 – 131]

1. PENDAHULUAN
Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan untuk menyajikan informasi
kinerja dan perubahan data keuangan perusahaan selama periode tertentu.
Penyajian laporan keuangan entitas konvensional terdiri dari beberapa komponen,
yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan berisi
ringkasan, informasi komparatif mengenai periode terdekat, laporan posisi
keuangan pada awal periode terdekat (Dewan Standar Akuntansi Keuangan,
2019). Pelaporan keuangan sangat bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
dalam rangka membuat keputusan ekonomi dan menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber
daya yang dipercayakan untuk memperoleh keuntungan (Julianto et al., 2021).
Kinerja perusahaan yang dijelaskan pada laporan keuangan harus menunjukkan
kesan baik sehingga dapat memenuhi ekspektasi para pihak-pihak berelasi entitas
(Basmar & Ruslan, 2021). Jika laporan keuangan mengandung salah saji material,
maka laporan keuangan tersebut dapat kehilangan keandalannya. Kondisi tersebut
dapat mendorong manajemen untuk melakukan upaya preventif demi
menghasilkan laporan keuangan yang baik. Tindakan yang dilakukan oleh
manajemen tersebut dapat menjadikan laporan keuangan menjadi tidak benar dan
berakibat merugikan pihak lain. Upaya preventif yang dilakukan manajer sering
disebut sebagai fraud dan praktiknya disebut fraudulent financial statement.
Association of Certified Fraud Examiner menyatakan bahwa fraud
merupakan misrepresentasi yang disengaja dari kondisi keuangan sebuah
perusahaan dan diperoleh dari kesengajaan salah saji material dengan tujuan
menunjukkan kondisi baik pada para pengguna laporan keuangan(Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE), 2014). Fraud sendiri banyak jenisnya,
Association of Certified Fraud Examiner menyebutkan ada tiga jenis fraud yang
sering terjadi yaitu, penyalahgunaan asset, korupsi, dan fraud laporan keuangan
(ACFE, 2022). Arieza (2019) menyatakan bahwa PT Garuda Indonesia berhasil
mencatatkan untung bersih sebesar US$809 ribu pada 2018 atau setara Rp11,56
miliar. kondisi ini berbanding terbalik berasal kinerja perseroan 2017 yang merugi
PENGUKURAN FRAUD BERBASIS MANAJEMEN LABA DENGAN METODE BENEISH
M-SCORE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA 3
[VINA RAHMA AULIYA]

US$216,58 juta setara Rp3,09 triliun. Padahal pada kuartal III 2018, perusahaan
penerbangan itu masih merugi sebesar US$114,08 juta atau Rp1,63 triliun. Selain
itu, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berhasil menyatatkan untung bersih
Rp11,56 triliun sepanjang tahun 2018, dimana laba tadi meningkat hampir tiga
kali lipat dari untung 2017 yakni Rp4,42 triliun. Padahal, di kuartal III 2018, PLN
masih mengantongi rugi sebesar Rp18,48 triliun dampak rugi selisih kurs sebesar
Rp17,32 triliun. tak jauh tidak sama menggunakan PLN, PT. Pertamina baru saja
mengumumkan laba bersih sepanjang tahun 2018 sebesar US$2,53miliar atau
kurang lebih Rp35,99 triliun. Capaian PT Pertamina tersebut lebih tinggi asal
kuartal III 2018 yg baru mencatatkan untung Rp5 triliun. Jika dikaji lebih lanjut
ketiga perusahaan tadi memiliki laba tinggi berkat pencatatan piutang menjadi
pendapatan.
Jika ditelaah lebih lanjut dari kasus yang terjadi pada PT Garuda
Indonesia, PT Perusahaan Listrik Negara, dan PT Pertamina ternyata kasus
kecurangan yang terjadi masih ada kaitannya dengan praktik manajemen laba
yang sering terjadi di perusahaan-perusahaan. Terdapat dua perspektif dalam
manajemen laba, yaitu perspektif kontrak efisien dan perspektif perilaku
oportunisik dimana pada kedua perspektif tersebut memiliki sudut pandang bahwa
manager dapat menggunakan asimetri infirmasi antara pihak eksternal dan internal
perusahaan untuk memaksimalkan utilitas mereka terkait dengan kontrak
kompensasi, kontrak hutang, dan regulasi (Priantinah, 2017). Penerapan
manajemen laba oleh manajer diprakarsai demi kepentungan entitas, khususnya
pemegang saham. Hal tersebut dilakukan agar laporan keuangan perusahaan dapat
memberikan banyak keuntungan contohnya mendatangkan investor investor baru.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa salah satu ciri telah terjadinya fraud
laporan keuangan yaitu tingginya nilai pendapatan yang dicatatkan oleh suatu
entitas pada suatu waktu. Kenaikan nilai pendapatan tersebut terjadi secara
signifikan dibandingkan dengan kuartal-kuartal sebelumnya.
Indikasi adanya praktik manajemen laba pada perusahaan BUMN Klaster
Energi, Minyak, dan Gas dapat terlihat pada Laporan Keuangan PT Pertamina dan
PT Perusahaan Listrik Negara. Pada Laporan keuangan kedua perusahaan tersebut
4 JURNAL AKUNTANSI [VOL.14, NO.2 OKTOBER: 102 – 131]

menunjukkan adanya kenaikan secara signifikan pada pendapatan perusahaan


tahun 2017 - 2018. Walaupun diketahui perolehan pendapatan perusahaan
mengalami peningkatan dari tahun 2017 - 2021 tetapi hal tersebut belum
menunjukkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Keraguan tersebut muncul
karena adanya kenaikan laba secara signifikan dari kedua BUMN Klaster Energi,
Minyak, dan Gas tersebut pada tahun 2017 - 2019. Oleh karena itu, diperlukan
adanya metode untuk mendeteksi fraud yang terjadi pada laporan keuangan PT
Pertamina dan PT PLN. Salah satu metode modern yang dapat digunakan untuk
mendeteksi fraud laporan keuangan berbasis manajemen laba yaitu Beneish M-
Score. Metode Beneish M-Score ditemukan pada tahun 1999.
Beneish M-Score merupakan model matematika yang menggunakan
delapan rasio keuangan sebagai indikator pengujiannya. Setiap indikator memiliki
nilai koefisien yang berbeda-beda dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan dan manajemen laba perusahaan. Indikator yang digunakan dalam
pengukuran menggunakan metode Beneish M-Score yaitu, Days Sales in
Receivables Index (DSRI), Gross Margin Index (GMI), Asset Quality Index
(AQI), Sales Growth Index (SGI), Depreciation Index(DEPI), Sales General and
Administrative Expenses Index (SGAI), dan Total Accruals to Total Assets
(TATA).
Penelitian yang dilakukan oleh Khatun, et al (2022) menghasilkan bahwa
adanya temuan yang menunjukkan bahwa adanya trend yang tidak stabil pada
laporan keuangan yang dihasilkan oleh berbagai bank di Bangladesh, sebaliknya
Suheni & Faisal (2020) dalam penelitianya menghasilkan bahwa delapan variabel
dari Beneish M-Score tidak mampu untuk mendeteksi potensi kecurangan yang
terjadi dalam perusahaan manufaktur, sebaliknya Isaac, et al (2022) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa metode Beneish M-Score berhasil
membuktikan adanya kesalahan praktik akuntansi yang kemungkinan disebabkan
karena salah saji pedoman IFRS. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh
Adilla & Ferli (2021) diketahui bahwa metode Beneish M-Score efektif
menjelaskan kecurangan laporan keuangan sebesar 48,2759% dengan kesalahan
tipe I sebesar 51,7241% sedangkan pengujian matching sample menunjukkan
PENGUKURAN FRAUD BERBASIS MANAJEMEN LABA DENGAN METODE BENEISH
M-SCORE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA 5
[VINA RAHMA AULIYA]

hasil metode Beneish M-Score efektif dalam menjelaskan perusahaan yang tidak
melakukan kecurangan sebesar 58,6207% dengan kesalagan tipe II sebesar
41,3793%, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Supadmini &
Magdalena (2021) diketahui bahwa menggunakan metode Beneish M-Score dapat
menggolongkan perusahaan yang terdeteksi sebagai manipulator tahun 2016
sebanyak 7 dari 14 perusahaan, tahun 2017 sebanyak 5 dari 14, tahun 2018
sebanyak 9 dari 14, dan tahun 2019 sebanyak 6 dari 14, perusahaan yang
terdeteksi sebagai grey company tahun 2018 sebanyak 1 dari 14, dan perusahaan
yang terdeteksi sebagai non-manipulator tahun 2016 sebanyak 7 dari 14, tahun
2017 sebanyak 9 dari 14, tahun 2018 sebanyak 4 dari 14, tahun 2019 sebanyak 8
dari 14 perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada literature
mengenai tata kelola perusahaan dan kecurangan yang terjadi, khususnya
mengenai dampak mekanisme tata kelola perusahaan yang diimplementasikan
dalam praktik manajemen laba terhada kecurangan laporan keuangan pada Badan
Usaha Milik Negera khususnya klaster energy, minyak dan gas. Selain itu,
penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara praktis bagi calon investor dan
calon kreditur. Penelitian yang dilakukan juga dapat memberikan informasi
apakah perusahaan dalam praktiknya melakukan kecurangan laporan keuangan
yang diimplementasikan melalui praktik manajemen laba atau tidak.

2. TINJAUAN LITERATUR

Teori Persinyalan
Teori siynal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajemen
untuk mengurangi asimetri informasi yang tercermin dari laporan perusahaan
mengenai kondisi keuangan dan prospek perusahaan dalam jangka panjang (Lo,
2012). Manajemen perusahaan mengkomunikasikan sinyal kabar baik dan kabar
buruk melalui laporan keuangan. Apabila perusahaan mengalami financial
distress, manajemen menerapkan manajemen laba untuk memberikan pesan
kepada pasar bahwa mereka bertindak dengan integritas, kejujuran, dan
memiliki keyakinan yang kuat dalam mengatasi masalah perusahaan yang ada.
6 JURNAL AKUNTANSI [VOL.14, NO.2 OKTOBER: 102 – 131]

Selain menunjukkan kualitas manajemen perusahaan, seperti ini di lantai, itu


mengirimkan sinyal bahwa manajemen mungkin ingin mendapatkan apresiasi
pasar untuk menahan penurunan harga saham perusahaan.

Teori Keagenan
Teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu atau
lebih individu mempekerjakan orang lain untuk bertindak sesuai kepentingannya
masing-masing dan menimbulkan konflik kepentingan. Hal ini menimbulkan
masalah baru bahwa agen tertarik untuk mendapatkan pengembalian yang baik
untuk pekerjaan mereka, sementara prinsipal menginginkan pengembalian
investasi yang tinggi. (HANIFA, 2015).

Fraud Laporan Keuangan


Fraud laporan keuangan atau yang biasa dikenal dengan fraudulent financial
statement merupakan segala tindakan yang dilakukan untuk membuat laporan
keuangan menjadi tidak seperti seharusnya. Fraudulent financial statement
dilakukan dengan cara merekayasa data transaksi atau laporan keuangan dalam
penyajian laporan keuannnya untuk memperoleh keuntungan (Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE), 2014). Tindak kejahatan fraud laporan
keuangan hanya dapat dilakukan oleh pejabat eksekutif, ataupun para petinggi-
petinggi instansi untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga
mereka dapat memperoleh keuntungan.

Fraud Laporan Keuangan Berbasis Manajemen Laba


Pada umumnya masyarakat lebih memilih perusahaan yang menghasilkan
pendapatan signifikan bagi para stakeholder di dalamnya, salah satunya dengan
peningkatan laba yang terjadi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu manajemen
berusaha meningkatkan keuntungan untuk memberikan citra baik kepada para
stakeholders. Praktik manajemen laba pada perusahaan termasuk kedalam
manipulasi laporan keuangan, tetapi praktik ini tidak bisa dihindari suatu
perusahaan namun hanya dapat dilaksanakan dengan tetap mengikuti kaidah-
kaidah yang berlaku dalam IFRS (Krisyuanto et al., 2022). Semakin besar ukuran
keuangan perusahaan perusahaan maka besar pula risiko terjadinya fraud pada
PENGUKURAN FRAUD BERBASIS MANAJEMEN LABA DENGAN METODE BENEISH
M-SCORE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA 7
[VINA RAHMA AULIYA]

manajemen laba (Krisyuanto et al., 2022). Fraud pada manajemen laba terjadi
ketika manajemen melakukan rekayasa perolehan pendapatan perusahaan
sehingga penyajiannya tidak sama dengan prinsip atau standar akuntansi yang
berlaku. Besarnya pendapatan perusahaan seharusnya diakui dengan metode
akrual sehingga dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya dari kondisi
perusahaan tersebut, tetapi jika perusahaan menerapkan akuntansi berbasis
periode maka manajemen memiliki kebebasan untuk menggunakan metode
akuntansi apa yang akan digunakan pada saat itu, hal tersebut menjadi pemicu
terjadinya kecurangan pada laporan keuangan.

Metode Beneish M-Score


Metode Beneish M-Score merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan yang dipopulerkan oleh Messod D.
Beneish. Terdapat delapan rumus yang diganakan dalam mendeteksi kecurangan
laporan keuangan menggunakan metode Beneish M-Score (Bernard et al., 1999).
Beneish mengembangkan sebuah metode untuk mengkaji perbedaan kuantitatif
antara perusahaan publik yang melakukan manipulasi laporan keuangan dan
perusahaan yang tidak melakukan nya. Delapan komponen yang dapat digunakan
dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, yaitu Days’ sales in Receivables
Index (DSRI), Gross Margin Index (GMI), Asset first-class Index (AQI), Sales
Growth Index (SGI), Depreciation Index (DEPI), Sales, General and
Administrative Expenses Index (SGAI), Leverage Index (LVGI), total Accrual to
overall Asset (TATA).
8 JURNAL AKUNTANSI [VOL.14, NO.2 OKTOBER: 102 – 131]

Gambar 1. Model Penelitian

3. METODE PENELITIAN

Metode
Penelitian ini tergolong kedalam penelitian kuantitatif. Populasi penelitian
meliputi 2 Badan Usaha Milik Negara klaster energy, minyak dan gas. Data
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan periode 2017 – 2021 yang
dipublikasikan pada website masing – masing perusahaan.

Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diakses dengan website refinitiv
masing – masing perusahaan. Metode purposive sampling digunakan sebagai
teknik penentuan sampel hingga pada akhirnya diperoleh 10 data dari 2 Badan
Usaha Milik Negara dengan perhitungan sebagai berikut :
Tabel 1. Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
1. Jumlah Badan Usaha Milik Negara Klaster Energi, Minyak dan Gas 2
2. Jumlah Badan Usaha Milik Negara yang tidak memiliki data laporan keuangan 0
lengkap (2017 - 2021)
3. Sampel (Poin 1 – Poin 2) 2
PENGUKURAN FRAUD BERBASIS MANAJEMEN LABA DENGAN METODE BENEISH
M-SCORE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA 9
[VINA RAHMA AULIYA]

Metode Analisis Data


Adapun tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Hitung nilai rasio indeks perusahaan.
Dalam model Beneish M-Score, delapan (8) rasio dihitung terlebih dahulu
sebelum hasil penghitungan nilai rasio suatu indikator dimasukkan ke
dalam rumus Beneish M-Score. Delapan rasio yang akan dihitung adalah:
Tabel 2. Rasio Index Beneish M-Score

2. Memasukkan hasil nilai rasio indeks ke dalam rumus Beneish M-Score.


Berikut ini merupakan rumus Beneish M-Score:

M = -4,48 + 0,92 (DSRI) + 0,528 (GMI) + 0,404 (AQI) + 0,892 (SGI)


+ 0,11 (DEPI) – 0,172 (SGAI) + 4,679 (TATA) – 0,327 (LVGI)

3. Melakukan penggolongan perusahaan kedalam kategori manipulator, grey


company, serta non manipulator.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Ratio pada Beneish Index


Delapan komponen rasio yang dapat digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan
keuangan yaitu Accounts Receivable Sales Days Index (DSRI), Gross Margin Index
(GMI), Asset Quality Index (AQI), Sales Growth Index (SGI), Depreciation Index
10 JURNAL AKUNTANSI [VOL.14, NO.2 OKTOBER: 102 – 131]

(DEPI), Selling, General and Administration Expenses Index (SGAI), Leverage Index
(LVGI), Accrued Total Assets to Total Assets (TATA). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rasio DSRI, AQI, SGI, SGAI, dan TATA perusahaan sampel selama lima (5)
tahun sering naik turun. Rasio DSRI, AQI, SGI, dan SGAI tidak berubah secara
signifikan, tetapi rasio TATA turun menjadi nilai negatif untuk sampel perusahaan
selama beberapa tahun. Rasio TATA dengan nilai negatif terjadi di PT. PERTAMINA
dan PT. Polandia Zloty pada 2017, 2020 dan 2021. Nilai TATA negatif tidak
menunjukkan situasi perusahaan yang berpotensi menggelembungkan laba dengan
meningkatkan transaksi akrual yang mengakui pendapatan, atau perusahaan yang
menghasilkan TATA negatif cenderung masuk dalam kategori abu-abu perusahaan yang
bukan manipulator. Nilai TATA yang rendah mungkin disebabkan karena laba operasi
lebih kecil dari arus kas dari aktivitas operasi, sehingga akrual juga lebih kecil. Akrual
laba kecil mengacu pada jumlah kas laba yang tinggi yang dihasilkan oleh perusahaan,
dan akrual adalah ukuran pendapatan yang buruk karena akrual dapat berfungsi sebagai
media manipulatif. Selain itu, rendahnya valuasi TATA juga bisa jadi karena laba usaha
perseroan yang menurun.

Perhitungan dan Pengklasifikasian Perusahaan pada Beneish M-Score Model


Berdasarkan Nilai M-Score
Perusahaan sampel dalam penelitian ini yang digolongkan dan diklasifikasikan ke pada
perusahaan manipulator, grey company, serta non-manipulator adalah dengan cara
melihat hasil akhir nilai M-Scorenya. Jika suatu perusahaan mempunyai nilai M-Score
lebih berasal -dua,22 maka dikategorikan menjadi perusahaan manipulator, sedangkan
Bila M-Scorenya kurang dari -dua,22 maka mengkategorikan menjadi perusahaan non
manipulator. untuk perusahaan yg memiliki nilai M-Scorenya sama menggunakan -
dua,22 maka mengkategorikan menjadi perusahaan grey company. lalu, menghitung
persentase masing-masing kategori perusahaan yang termasuk manipulator, grey
company, serta non-manipulator yang akan terjadi perhitungan serta pengklasifikasian
memakai Beneish M-Score model di kedua sampel perusahaan ternyata pertanda bahwa
laporan keuangan PT. Pertamina pada tahun 2017 tergolong ke pada grey manipulator,
tahun 2018, 2019, dan 2021 tergolong ke pada manipulator, serta tahun 2020 tergolong ke
pada non manipulator sedangkan buat PT. PLN dibuktikan bahwa laporan keuangan pada
tahun 2017, 2018, 2019, dan 2021 tergolong ke dalam manipulator dan di tahun 2020
tergolong ke pada non manipulator.
PENGUKURAN FRAUD BERBASIS MANAJEMEN LABA DENGAN METODE BENEISH
M-SCORE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA 11
[VINA RAHMA AULIYA]

5. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil analisis maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
1. Perusahaan yang terdeteksi sebagai manipulator yaitu PT. Pertamina pada
tahun 2018, 2019, dan 2021 serta PT. PLN pada tahun 2017, 2018, 2019,
dan 2021.
2. Perusahaan yang terdeteksi sebagai grey company yaitu PT. Pertamina
pada tahun 2017.
3. Perusahaan yang terdeteksi sebagai non manipulator yaitu PT. Pertamina
dan PT. PLN pada tahun 2020.

Implikasi dan Saran


Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih luas dengan
menambahkan jumlah perusahaan yang diteliti atau mengembangkan untuk jenis
perusahaan yang lainnya, sehingga akan ada keterbukaan informasi tentang
pengungkapan laporan keuangan. Hal ini akan membantu investor dan kreditur
dalam mengambil keputusan dalam penanaman dana sehingga tidak terjadi
kesalahan yang dapat merugikan investor dan kreditur tersebut.

DAFTAR RUJUKAN
ACFE. (2022). Occupational Fraud 2022: A Report to the nations. Acfe, 1–96.
Adilla, R., & Ferli, O. (2021). Seberapa efektif pendekatan kecurangan laporan
keuangan model Beneish M-Score pada perusahaan sektor manufaktur di
bursa efek indonesia. JABA Journal of Applied Business Administration,
5(2), 200–209. https://jurnal.polibatam.ac.id
Arieza, U. (2019). Menyoal Laba BUMN Yang Mendadak Kinclong.
Cnnindonesia.Com.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190531144248-92-
400048/menyoal-laba-bumn-yang-mendadak-kinclong
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). (2014). Fraud Examiners
Manual (2014 International Edition). 101–149.
12 JURNAL AKUNTANSI [VOL.14, NO.2 OKTOBER: 102 – 131]

https://www.pdfdrive.com/fraud-examiners-manual-international-edition-
2014-d189212955.html
Basmar, N. A., & Ruslan. (2021). Analisis Perbandingan Model Beneish M Score
Dan Fraud Score Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan.
SEIKO : Journal of Management & Business, 4(2), 428–440.
https://doi.org/10.37531/sejaman.v4i2.1439
Bernard, V., Ciesielski, J., Deangelo, L., Fridson, M., Harvey, C., Lee, C., Press,
E., Whaley, B., & Zmijewski, M. (1999). The Detection of Earnings
Manipulation. Financial Analysts Journal, 5(June), 24–36.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2019). Psak 1. Ikatan Akuntansi Indonesia,
01(01), 1–79. https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-
1.pdf
HANIFA, S. I. (2015). PENGARUH FRAUD INDICATORS TERHADAP
FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT (Studi Empiris Pada
Perusahaan yang Listed di BEI Tahun 2008-2013). FAKULTAS
EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
(Skripsi), 04, 1–15.
Isaac, D., Rodríguez, E., Hernando, J., Mejía, G., & Patricia, D. (2022). Detección
de posible manipulación de estados financieros , aplicación del modelo
Beneish M-score en empresas colombianas.
Julianto, D., Marjono, & Bangge, A. La. (2021). ANALISIS BENEISH M-SCORE
UNTUK MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD PADA PT .
GARUDA INDONESIA Tbk PERIODE 2017-2019 Dedi Julianto Marjono
Aminullah La Bangge. 6(1), 44–51.
Khatun, A., Ghosh, R., & Kabir, S. (2022). Earnings manipulation behavior in the
banking industry of Bangladesh: the strategical implication of Beneish M-
score model. Arab Gulf Journal of Scientific Research, 40(3), 302–328.
https://doi.org/10.1108/AGJSR-03-2022-0001
Krisyuanto, T., Nurhamdany, M. Y., Alim, R., Jati, W., Wahyu, N., & Kirana, I.
(2022). Fraud Diamond Theory Untuk Mendeteksi Fraud Diamond Theory
… Fraud Diamond Theory …. 2(2), 138–145.
PENGUKURAN FRAUD BERBASIS MANAJEMEN LABA DENGAN METODE BENEISH
M-SCORE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA 13
[VINA RAHMA AULIYA]

Lo, E. W. (2012). Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Terhadap Manajemen


Laba: Teori Keagenan Versus Teori Signaling. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Keuangan, 8(1), 1. https://doi.org/10.21460/jrak.2012.81.27
Priantinah, D. (2017). Perspektif Oportunistik Dan Efisien Dalam Fenomena
Manajemen Laba. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 14(2).
https://doi.org/10.21831/jpai.v14i2.12865
Suheni, V., & Faisal, M. (2020). ( studi pada perusahaan sektor manufaktur yang
terdaftar di bursa efek Indonesia ). 5(2), 92–99.
Supadmini, S., & Magdalena, M. (2021). Pendeteksian Fraudulent Financial
Reporting Dengan Pendekatan Beneish M-Score Index Ratio Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Detection of Fraudulent Financial Reporting With Beneish
M- Score in. JRAMB,Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta,
7(2), 151–161.
14 JURNAL AKUNTANSI [VOL.14, NO.2 OKTOBER: 102 – 131]

PT. PERTAMINA
Tah
DSRI GMI AQI SGI DEPI SGAI TATA LVGI Beneish M-Score
un

2017 0.779 0.961 1.064 1.171 0.936 1.171 - 0.000 1.054 - 2.224

2018 1.024 0.969 1.339 1.279 0.800 1.279 0.040 1.176 - 1.676

2019 1.382 1.020 0.997 0.968 0.931 0.968 0.006 1.122 - 1.807

2020 0.981 1.046 1.000 0.771 0.941 0.771 - 0.080 1.147 - 2.711

2021 0.957 0.944 1.244 1.308 0.952 1.308 - 0.000 1.060 - 1.899

PT PLN
Tahun DSRI GMI AQI SGI DEPI SGAI TATA LVGI Beneish M-Score

2017 0.756 1.011 1.952 1.147 0.951 1.147 - 0.023 1.200 - 2.033

2018 1.668 0.961 2.209 1.067 0.901 1.067 0.001 1.247 - 1.083

2019 1.230 1.024 2.335 1.045 0.954 1.045 0.003 1.219 - 1.393

2020 0.338 1.023 1.642 0.971 0.999 0.971 - 0.030 1.006 - 2.624

2021 1.331 0.982 1.884 1.051 0.982 1.051 - 0.015 0.971 - 1.497

Anda mungkin juga menyukai