Anda di halaman 1dari 7

HUKUM KEPAILITAN

MENGANALISIS STUDI KASUS TENTANG


KEPAILITAN
Dosen Pengampu :

I WAYAN BISMA PRAMANTA SH., MH

Disusun Oleh :

Dane Adam (20.3158) No. Absen 8

Sekolah Tinggi Ilmu Hukum S.M Tsjafioeddin


Jurusan Ilmu Hukum
Kota Singkawang
Tahun Ajaran
2020/2021
KASUS KEPAILITAN YANG TERJADI DI INDONESIA

Sumber berita : Tirto.id

Kenapa Perusahaan Teh Sariwangi Bisa Pailit?

Produsen teh PT Sariwangi Agricultural Estates Agency (Sariwangi A.E.A)


dan anak usahanya yaitu PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung
(Indorub), akhirnya dinyatakan pailit oleh pengadilan setelah terjerat utang maha
besar.

Majelis hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat


memutuskan dua perusahaan tersebut melakukan ingkar janji atau wanprestasi
terhadap perjanjian perdamaian atau homologasi dalam Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) terdahulu.

Menurut Hakim Ketua Abdul Kohar dalam pertimbangannya, wanprestasi


karena kedua perseroan lalai melakukan pembayaran cicilan utang bunga. Sampai
dengan jatuh waktu pada 20 Maret 2017, Sariwangi A.E.A dan juga Indorub, tidak
bisa membuktikan telah menunaikan kewajibannya kepada PT Bank ICBC
Indonesia (ICBC) selaku pemohon. Sariwangi A.E.A tidak menjalankan kewajiban
membayar utang bunga senilai $416 ribu dan Indorub senilai $42 ribu kepada
ICBC. “Mengabulkan permohonan pembatalan perdamaian atau homologasi dari
pemohon (ICBC). Menyatakan perjanjian homologasi batal, menyatakan termohon
1 (Sariwangi) dan termohon 2 (Indorub) pailit dengan segala akibat hukumnya,”
tutur Abdul Kohar saat membacakan amar putusan di ruang sidang Mudjono,
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Selasa (16/10).

Ketidakhadiran Sariwangi sepanjang proses persidangan turut menjadi


pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan perkara. Sebab tanpa jawaban dari
Sariwangi, maka permohonan pembatalan perjanjian perdamaian yang dilakukan
ICBC, benar adanya. Selama proses persidangan berlangsung, hanya pihak Indorub
yang hadir.
Namun, pihak Indorub mengaku menolak dan akan segera melayangkan
kasasi. Sebabnya, anak usaha Sariwangi ini mengaku melakukan pembayaran utang
bunga. Dana yang telah dibayarkan tidak sedikit. Anak usaha Sariwangi ini
mengklaim telah mencicil utang Rp500 juta sejak Desember 2017 sampai dengan
Agustus 2018, sehingga total mencapai Rp4,5 miliar.

Iim Zovito Simanungkalit, kuasa hukum Indorub mempertanyakan ihwal


pembayaran yang sudah dilakukan kliennya tapi tidak dianggap dalam proses
keputusan di pengadilan. “Kami putuskan melanjutkan proses hukum supaya bisa
mendapat kejelasan bagaimana kedudukan debitur yang masih dalam keadaan
membayar kewajiban utang dengan jumlah yang signifikan. Itu menunjukkan kami
tidak wanprestasi atau ingkar janji,” jelas Iim dari Kantor Hukum Iim Zovito &
Rekan kepada Tirto.

Sementara itu, kuasa hukum pihak pemohon atau ICBC, mengaku putusan
pailit tersebut sudah sesuai ketentuan hukum. Tindakan ingkar janji yang dilakukan
Sariwangi dan Indorub, bukan sekadar lalai pada kewajiban pembayaran utang
bunga melainkan juga tenggat waktu pembayaran utang tersebut. Menurut Swandy
Halim, Kuasa Hukum ICBC, meski ada pembayaran yang dilakukan Indorub tapi
anak usaha Sariwangi itu tidak memenuhi tenggat waktu yang ditentukan saat
membayar utang. “Permasalahan wanprestasi bukan hanya tentang nominal
akumulasi pembayaran, tapi waktu pembayaran juga penting. Kalau waktu
pembayarannya tidak memenuhi, maka itu disebut wanprestasi juga,” jelas Swandy
Halim kepada Tirto.

Sengketa Utang

Sengketa utang-piutang Sariwangi dan Indorub dimulai ketika proses PKPU


keduanya berakhir damai pada 9 Oktober 2015. Sariwangi memiliki tagihan senilai
Rp1,05 triliun, sedangkan Indorub punya tagihan sebesar Rp35,71 miliar. Mengutip
salinan putusan pengadilan, restrukturisasi utang pokok Sariwangi dan Indorub
baru akan dibayar setelah waktu tenggang atau grace period selama enam tahun
pasca-homologasi. Sedangkan utang bunga harus langsung dibayar per bulan,
selama delapan tahun pascahomologasi.

Rinciannya, utang bunga denominasi dolar AS sebesar 2 persen dan utang


bunga mata uang rupiah sebesar 4,75 persen selama dua tahun pertama. Untuk
tahun ketiga dan keempat, dikenakan utang bunga sebesar 3 persen untuk dolar AS
dan sebesar 5,5 persen untuk mata uang rupiah. Beban bunga sebesar 4 persen dan
6,5 persen masing-masing dibebankan untuk utang valas dan rupiah di tahun kelima
dan keenam. Sedangkan tahun ketujuh dan kedelapan, Sariwangi dan Indorub
dibebankan membayar utang bunga sebesar masing-masing 5 persen dan 7,5 persen
untuk denominasi dolar AS dan mata uang garuda.

Nah, kewajiban senilai $416 ribu dan $42 ribu milik Sariwangi dan Indorub,
hanyalah baru utang bunga pada tahun pertama terhadap ICBC. Tagihan utang
bunga ini seharusnya dicicil tiap bulan pasca-homologasi. Namun, dalam perjanjian
perdamaian sekaligus juga disepakati bahwa pembayaran dapat ditangguhkan
selama 12 bulan dan bisa dilunasi pada 9 Oktober 2016. Namun, Sariwangi maupun
Indorub tidak pernah melakukan pembayaran utang bunga bahkan sampai dengan
tahun berikutnya yaitu 9 Oktober 2017. Pembayaran baru dilakukan pada Desember
2017 sebesar Rp500 juta dan berlangsung secara berkala sampai dengan Agustus
2018. Ini pun hanya datang dari pihak Indorub, tanpa ada kepatuhan dari Sariwangi.

Pada perjanjian utang berdasarkan cross default yaitu perjanjian tanggung-


menanggung alias tanggung renteng, maka jika Sariwangi tidak membayar utang
bunga, Indorub terkena getah untuk membayar. Sehingga, ketika Sariwangi tidak
bayar dan melakukan wanprestasi, maka Indorub juga dinyatakan demikian.
Catatan ICBC, hingga 24 Oktober 2017, setelah ditambahkan bunga total nilai
tagihan Sariwangi senilai Rp288,932 miliar dan Indorub sebesar Rp33,827 miliar.
Rincian kewajiban senilai Rp1,05 triliun untuk tagihan Sariwangi berasal dari 5
kreditur separatis (kreditur yang memegang jaminan) senilai Rp719,03 miliar, 59
kreditur konkuren (kreditur yang tak memegang jaminan) Rp334,18 miliar, dan
kreditur preferen (kreditur yang haknya jadi prioritas) senilai Rp1,21 miliar.
Untuk Indorub, kewajiban utang senilai Rp35,71 miliar dengan rincian 5
kreditur separatis senilai Rp31,50 miliar, 19 konkuren senilai Rp3,28 miliar, dan
preferen sebesar Rp922,81 juta.

ANALISIS KASUS

1. PENYEBAB KEPAILITAN

Setelah PT Bank ICBC mengajukan permohonan pembatalan homologasi


bersama PT Sariwangi dan PT Indorub dan permohonan dinyatakan di terima,
keduan perusahaan teh ini dinyatakan pailit. Adapaun penyebab kepailitan ini
disebabkan oleh keadaan keadaan sebagai berikut. Produsen teh PT Sariwangi
Agricultural Estates Agency (Sariwangi A.E.A) dan anak usahanya yaitu PT
Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung (Indorub) melakukan ingkar janji
atau biasa kita kenal dengan wanprestasi terhadap perjanjian perdamaian atau
homologasi dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Keduanya
tidak bisa membuktikan telah membayarkan cicilan akan utang bunga yang
dimiliknya sampai tanggal jatuh tempo yakni pada 20 Maret 2017 kepada PT Bank
ICBC sebesar $416 ribu dan $42 ribu.

Dalam perjanjian yang disepakti tagihan utang bunga seharusnya dicicil tiap
bulan pasca-homologasi dan dapat ditangguhkan selama 12 bulan dan bisa dilunasi
pada 9 Oktober 2016. Namun, baik Sariwangi maupun Indorub tidak pernah
melakukan pembayaran utang bunga bahkan sampai dengan tahun berikutnya yaitu
9 Oktober 2017. Pembayaran baru dilakukan pada Desember 2017 sebesar Rp500
juta dan berlangsung secara berkala sampai dengan Agustus 2018. Selain itu, proses
persidangan juga hanya dihadiri oleh PT Indorub, dimana hal ini turut menjadi
pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan perkara. Ketidakhadiran
Sariwangi dianggap sebuah pernyataan kebenaran oleh hakim atas pernyataan dari
pihak PT Bank ICBC.

Hakim juga menyatakan bahwa pembayaran utang bunga yang dilakukan


oleh PT Indorub telat dari jangka waktu yang sudah ditentukan. Dimana seharusnya
jatuh tempo pada bulan Maret 2017, namun baru dibayarkan pada bulan Desember
2017 sampai bulan Agustus 2018 sebesar 500 juta. Bahkan pembayaran ini juga
hanya dilakukan dari pihak Indorub, tanpa adanya kepatuhan pemenuhan kewajiban
dari Sariwangi. Perjanjian hutang piutang yang mereka lakukan ini didasarkan atas
cross default yaitu perjanjian tanggung-menanggung alias tanggung
renteng,sehingga apabila salah satu pihak tidak membayar utang bunga, maka anak
perusahaanlah yang menanggungnya. Demikian pula ketika PT Sariwangi
dinyatakan melakukan wanprestasi, secara otomatis PT Indorub juga terbawa oleh
keputusan tersebut.

2. PIHAK YANG TERLIBAT

Kasus kepilitan yang terjadi pada PT Sariwangi dan PT Indorub beberapa


pihak yang terlibat diantaranya sebagai berikut

a. Debitur, yaitu orang atau pihak yang mempunyai hutang karena perjanjian
atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.
Dalam kasus ini debitur yang mengalami kepailitan adalah PT Sariwangi
dan PT Indorub itu sendiri. Dimana mereka tidak mampu membayar
sejumlah hutang kepda kreditor sesuai waktu jatuh tempo.
b. Kreditur, adalah pihak orang yang mempunyai piutang karena perjanjian
atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Dalam kasus
ini PT Bank ICBC meminjamkan dana kepada PT Sariwangi dan PT
Indorub.
c. Hakim pengawas, dalam hal ini bertugas mengawasi pengurusan dan
pemberesan harta pailit. Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
yang diketuai oleh Hakim Abdul Kohar.
d. Advokat, yakni pengacara atau ahli hukum yang berwenang bertindak
sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan. Seabagimana
pasal 7 UU P-PKPU bahwa untuk mengajukan perkara kepilitan diharuskan
menggunakan jasa pengacara atau advokat. Pada kasus ini terdapat dua
pihak yang mempunyai kuasa hukum, baik dari pihak kreditur maupun
debitur. Dari pihak debitur yang mana adalah Kuasa Hukum ICBC Swandy
Halim dari Kantor Swandy Halim & Partners. Sedangkan pihak debitur
memiliki Iim Zovito Simanungkalit dari Kantor Hukum Iim Zovito &
Rekan.

3. SOLUSI ATAS PERMASALAHAN (KESIMPULAN)

Kepailitan menimbulkan kerugian yang besar bagi pihak debitur, hal ini
dikarenakan asset – asset yang mereka miliki dinyatakan insolvensi dan pada
akhirnya akan diekseskusi oleh pihak bank. Melihat kasus kepailitan yang terjadi di
PT Sariwangi dan PT Indorub, maka untuk mencegah terjadinya hal tersebut
terulang kembali, Pemerintah bisa melakukan pencegahan dengan membuat
peraturan kepada perusahaan terkait dengan jumlah dana cadangan kerugian
piutang yang harus dimiliki perusahaan. Selain itu pemerintah juga harus
melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap laporan dan kinerja keuangan
perusahaan, sehingga apabila terdapat indikasi keuangan yang tidak sehat dapat
segera dilakukan tindakan pencegahan yang dapat meminimaliskan terjadinya
hutang yang semakin membesar. Dan untuk perusahaan yang memiliki anak
perusahaan seperti PT Sariwangi dan PT Indorub sebaiknya diadakan kesepakatan
awal yang jelas antara keduanya, sehingga ketika dihadapkan kasus seperti ini tidak
ada salah satu pihak yang hanya berpangku tangan.

Sumber :

https://pdfcoffee.com/analisa-kepailitan-pt-sariwangi-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai