Anda di halaman 1dari 6

Sabtu, 5 Februari 2022

Rama Antonio Syaputra


2020112056
Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Andalas

UJIAN AKHIR SEMESTER


HUKUM PEMBIAYAAN DAN PERBANKAN
(Dosen Pengampu : Prof. Dr. Busyra Azheri, S.H.,MH)

1. INTERMEDIARY FUNCTION

Artinya ialah fungsi bank untuk menjembatani kebutuhan dua nasabah yang berbeda,
dimana satu pihak merupakan nasabah yang memiliki dana dan pihak lainnya merupakan
nasabah yang membutuhkan dana. Bank sebagai lembaga keuangan merupakan bagian dari
sistem keuangan dalam ekonomi modern yang melayani masyarakat pemakai jasa-jasa
keuangan. Sering lembaga keuangan disebut sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial
intermediary) karena fungsi pokoknya melakukan intermediasi antara unit defisit dan unit
surplus. Sesuai dengan ketentuan dalam UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan
bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. 1

2. PINJAMAN ATAU KREDIT

Secara etimilogis istilah Kata Kredit atau Credit berasal dari kata credere yang artinya
“kepercayaan”. Pengaturan tentang kredit di Indonesia mengacu pada ketentuan hukum
perbankan. Pengertian tentang kredit sendiri dapat ditemukan dalam ketentuan pasal 1 angka

1
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
11 Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, kredit diartikan sebagai : 2

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga”

Tujuan dari kredit tersebut berupa untuk memenuhi kebutuhan hidup yang beraneka
ragam sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan kemampuan manusia memiliki
batasan tertentu, sehingga membuat seseorang untuk berusaha memperoleh bantuan
permodalan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang itu sendiri.

Terdapat dua tempat pengaturan tentang dasar hukum jaminan yaitu (1) dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan Di luar Kitab UndangUndang Hukum Perdata. Mengenai
pengaturan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur dalam Buku II
KUHPerdata yang berkaitan dengan jaminan yaitu yang masih berlaku sampai dengan sekarang
ini adalah tentang pengaturan gadai diatur dalam pasal 1150 sampai dengan pasal 1161
KUHPerdata dan yang berkaitan dengan Hipotik diatur dalam pasal 1162 sampai dengan pasal
1232 dan 1178 KUHPerdata.

3. KREDIT BERMASALAH DAN MACET

Kredit Macet atau pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan yang ada
penyimpangan (deviasi) atas terms of lending yang disepakati dalam pembayaran kembali
pembiayaan itu sehingga terjadi keterlambatan, diperlukan tindakan yuridis, atau diduga ada
kemungkinan potensi loss. Dalam portofolio pembiayaan, pembiayaan bermasalah masih
merupakan pengelolaan pokok, karena resiko dan faktor kerugian terhadap risk asset tersebut
akan memengaruhi kesehatan.3

Kredit bermasalah juga dapat diartikan kredit yang tergolong kredit kurang lancar, kredit
diragukan, dan kredit macet. Dalam prateknya kemacetan suatu kredit disebabkan oleh 2 unsur
sebagai berikut :

2
Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, hlm 6
3
Iswi Hariyani, 2010, Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo,
hlm 35
1) Dari pihak perbankan

Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang
seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan
perhitungan. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur
sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.

2) Dari Pihak Nasabah

a) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak membayar
kewajibanya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat diakatan
adanya unsur kemauan untuk membayar.
b) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak
mampu. Contohnya kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran,
hama, kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit
tidak ada.

4. AGUNAN

Istilah agunan dapat dibaca dalam Pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan adalah “Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada Bank
dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah.” 4

Agunan dalam kontruksi ini merupakan jaminan tambahan (accessoir). Tujuan aguan
adalah untuk mendapatkan fasilitas dari Bank. Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada
Bank. Unsur-unsur agunan, yaitu:

a. Jaminan tambahan
b. Diserahkan oleh debitur kepada Bank
c. Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan.

Jaminan dalam KUH perdata merupakan sebagian dari prinsip hukum jaminan dalam
rangka utang piutang di masyarakat. Jaminan bisa diartikan mengalihkan tanggung jawab
seseorang (yang dijamin) dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain (pinjaman).

4
Salim HS, 2007, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hlm
21
Jaminan adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa hak-hak kreditur tidak akan
dihilangkan, dan untuk menghindari diri dari “memakan harta dengan cara yang bathil.” 5

5. UPAYA PENYELAMATAN KREDIT

Adanya kredit bermasalah dapat mengakibatkan terganggunya kelancaran perputaran


kegiatan usaha di dalam suatu Bank dan akhirnya bisa mengakibatkan terganggunya likuiditas
keuangan perbankan. Saat bank likuidnya menurun maka dapat mengurangi tingkat
kredibilitasnya sehingga dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat/nasabah/pemilik dana
yang akan menanamkan uangnya pada Bank tersebut.

Dalam rangka penanganan kredit bermasalah terdapat 3 (tiga) kegiatan pokok yang
dilakukan yaitu : melalui kesepakatan para pihak sebagai jalan yang terbaik bagi kedua belah
pihak untuk menyelesaikannya, Penyelamatan kredit bermasalah dan atau penyelesaian melalui
saluran hukum. Tujuan penyelamatan kredit bermasalah adalah menyelamatkan dana bank
yang tertanam dalam bentuk kredit bermasalah dengan memperhatikan kondisi usaha debitur
yang masih mempunyai prospek cukup baik. Dengan adanya penyelamatan ini diharapkan
dapat memperbaiki kualitas kredit dari kolekbilitas “macet” menjadi “diragukan”. Dari
“diragukan” menjadi “kurang lancar”, dari “kurang lancar” menjadi “lancar”.

Menurut ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 Tentang


Penilaian Kualitas Aset Bank Umum upaya penyelamatan kredit yang dapat dilakukan yaitu
dengan cara restrukturisasi. Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan
Bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui :

a. Penurunan suku bunga Kredit;


b. Perpanjangan jangka waktu Kredit;
c. Pengurangan tunggakan bunga Kredit;
d. Pengurangan tunggakan pokok Kredit;
e. Penambahan fasilitas Kredit; dan/atau
f. Konversi Kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara

5
Muhammad, 2005, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yoyakarta, Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, hlm 131.
Restrukturisasi kredit dilakukan dengan tiga opsi. Ketiga opsi restrukturisasi yaitu
penjadwalan kembali (Rescheduling), persyaratan kembali (Reconditioning), penataan kembali
(Recapitalizing atau Restructuring). Langkah- langkah tersebut dilakukan dengan
memperhatikan Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank. Namun
ada kalanya upaya restrukturisasi kredit tidak berjalan atau gagal. Hal ini karena pihak bank
menolak permohonan upaya restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh pihak debitur. Adapun
pertimbangan penolakan oleh pihak bank disebabkan debitur dinilai tidak kooperatif, debitur
dinilai tidak mampu lagi untuk melunasi utang kreditnya, ataupun usaha debitur dinilai tidak
memiliki prospek untuk berkembang lagi. Jika hal ini terjadi maka harus diambil kebijakan lain
yang dilakukan pihak bank untuk tetap menyelamatkan kredit debitur. Upaya restrukturisasi
dapat diajukan debitur sebanyak dua kali. Namun jika tetap gagal maka alternatif lain yang
dapat dilakukan misalnya sebagai berikut ini :6
a. Penjualan aset jaminan ataupun non jaminan di bawah tangan. Penjualan aset jaminan
ataupun non jaminan di bawah tangan dilakukan sukarela oleh debitur, upaya ini
dilakukan dengan cara dilelang namun tidak melibatkan pihak pengadilan.
b. Face Out. Penyelamatan kredit dengan mengalihkan/ menjual hak tagih terhadap
debitur kepada kreditur lain yang dalam hal ini umumnya adalah bank atau perusahaan
finansial lain yang kegiatan usahanya adalah mengelola kredit.
c. Penyertaan Sementara Bank (PSB). Penyertaan Sementara Bank (PSB) adalah
penyertaan modal oleh bank pada perusahaan debitur untuk mengatasi kegagalan
kredit termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi wajib dengan opsi
saham atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki
saham pada perusahaan tertentu.
d. Perjanjian Penyelesaian Hutang (PPH). Perjanjian yang dibuat antara debitur dengan
bank yang menyatakan hutang debitur akan diselesaikan dengan melakukan sejumlah
pembayaran/ penyerahan aset yang telah disepakati antara debitur dan bank.

6. EKSEKUSI DAN LELANG

Apabila penyelamatan kredit tidak berhasil dilakukan, maka angunan harus diesekusi
atau dilelang merupakan penerapan eksekusi dengan cara menjual barang jaminan sebagai
langkah terakhir untuk penyelesaian kredit bermasalah. Melaksanakan penjualan barang milik

6
Mangatur Nainggolan, Strategi Penyelamatan Kredit Macet, Wordpress.
http://wordpress.com//mangaturnainggolan.co.id/2016 diakses pada 5 Februari 2022
Debitur yang dijadikan barang jaminan atau agunan dengan perantara kantor pelayanan piutang
dan lelang negara, penjualan ini dapat dilakukan tanpa media Pengadilan Negeri.

Namun faktanya sejarah perbankan di Indonesia telah mewariskan senjata yang paling
ampuh dan cepat dalam memberantas kredit macet yaitu melalui Parate eksekusi atau
mengeksekusi sendiri/langsung (melelang) agunan tanpa campur tangan pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai