Anda di halaman 1dari 5

Nama : Delvita Riani (PO71200190072)

Tingkat : 2B, D3 Keperawatan

SOAL
Carilah kasus korupsi yang terjadi di provinsi Jambi dan nasional masing-masing 2.
Dan buatlah analisis : tipe korupsi, modus, jenis korupsi, dan upaya pemberantasan
yang sudah dilakukan oleh penegak hukum

JAWABAN

A. KASUS KORUPSI DI JAMBI

1. Kasus Korupsi, Anggota DPRD Muaro Jambi Divonis 2,5 Tahun


Penjara

JAMBI, KOMPAS.com - Anggota DPRD Kabupaten Muaro Jambi, Fathuri Rahman


divonis 2,5 tahun penjara oleh majelis hakim pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jambi,
Rabu (12/8/2020).

“Terdakwa juga dihukum membayar denda senilai Rp 50 juta subsider 2 bulan kurungan,”
kata ketua majelis hakim Yandri Roni saat membacakan amar putusan, Rabu. Selain denda,
Fathuri juga dihukum membayar uang pengganti senilai Rp 228 juta.

Fathuri didakwa atas kasus korupsi bantuan penguatan modal koperasi pengembangan usaha
produksi budidaya karet.. Dana tersebut berasal dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah tahun anggaran 2007. Fathuri terbukti bersalah melanggar Pasal 3 jo Pasal 18
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Fathuri Rahman bersama penasehat hukumnya menyatakan akan pikir-pikir terkait putusan
ini. Majelis hakim memberikan waktu 7 hari pada kedua pihak untuk mempertimbangkan
upaya hukum lanjutan.

Analisis :

1. Tipe korupsi : tindak pidana korupsi yang terkait dengan penyalahgunaan anggaran.

2. Modus : kasus korupsi bantuan penguatan modal koperasi pengembangan usaha


produksi budidaya karet

3. Jenis korupsi : korupsi uang negara

4. Upaya pemberantasan yang sudah dilakukan oleh penegak hukum : Divonis 2,5 tahun
penjara
2. Kasus Korupsi Asrama Haji, Eks Kakanwil Kemenag Jambi Dituntut
8,5 Tahun Bui
Jambi -  Jaksa penuntut umum (JPU) menuntut mantan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil)
Kementerian Agama (Kemenag) Jambi, M Thahir Rahman, dengan hukuman 8 tahun 6 bulan
penjara terkait kasus dugaan korupsi revitalisasi Asrama Haji Jambi. Jaksa menilai Thahir
bertanggung jawab atas korupsi yang merugikan negara. "Menuntut agar majelis hakim
menjatuhkan pidana penjara 8 tahun 6 bulan, dan denda uang Rp 500 juta serta subsider 6
bulan kurungan penjara kepada terdakwa," kata JPU Kejati Jambi Putu Eka Suyanta di
Pengadilan Tipikor Jambi, Senin (24/2/2020).
Menurut jaksa, Thahir terbukti secara sah bersalah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
korupsi secara bersama-sama. Thahir juga dianggap bertanggung jawab atas perbuatan pidana
dalam proses revitalisasi Asrama Haji yang menimbulkan kerugian negara hingga Rp 11,7
miliar. Selain pidana penjara dan denda, JPU juga membebankan pidana tambah berupa uang
pengganti atas kerugian negara sebesar Rp 1,070 miliar subsider 5 tahun penjara kepada
terdakwa.

"Perbuatan terdakwa juga sebagaimana diatur dalam dakwaan subsider Pasal 3 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHPidana," ujar jaksa.

Sementara itu, selain M Tahir, terdakwa lainnya adalah staf bidang Kemenag Jambi (PPK)
berinisial HD serta Kepala ULP Kemenag Jambi bernisial EDS.

Kemudian, Direktur PT Guna Karya Nusantara cabang Banten, Mulyadi; dan pihak swasta
selaku subkontraktor proyek berinisial HT; lalu pemilik proyek HJA serta pihak swasta
berinisial MBR yang masing-masing dituntut 2 tahun, 8 tahun, dan kurungan penjara dengan
denda Rp 50 juta serta RP 500 juta.

Proyek revitalisasi Asrama Haji Jambi ini juga dikerjakan oleh PT Guna Karya Nusantara
(GKN) cabang Banten pada 2016 dengan anggaran Rp 51 miliar, namun diduga terjadi
penyimpangan dalam proyek hingga akhirnya proyek pembangunan mangkrak sejak Maret
2017.

Analisis :

1. Tipe korupsi : korupsi yang berupa pungutan-pungutan liar oleh pejabat atau
penyelenggara negara.

2. Modus : kasus dugaan korupsi revitalisasi Asrama Haji Jambi.

3. Jenis korupsi : korupsi uang negara

4. Upaya pemberantasan yang sudah dilakukan oleh penegak hukum : hukuman 8 tahun
6 bulan penjara
B. KASUS KORUPSI NASIONAL

1. Kasus Dugaan Suap Ekspor Benih Lobster Menteri KKP Edhy Prabowo

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo ditangkap KPK. Dia


ditangkap Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) bersama istri dan beberapa orang lainnya di
Bandara Soekarno-Hatta sepulang dari Amerika Serikat. Kasus yang menjeratnya terkait
ekspor benih lobster atau benur.

KPK menetapkan Edhy Prabowo sebagai tersangka pada 26 November 2020. Selain


Edhy, KPK juga menetapkan enam tersangka lainnya yang juga terseret dalam kasus ekspor
benih lobster atau benur.

Mereka yang ditetapkan tersangka penerima suap yakni Safri (SAF) selaku Stafsus Menteri
KKP; Andreau Pribadi Misanta (APM) selaku Stafsus Menteri KKP; Siswadi (SWD) selaku
Pengurus PT Aero Citra Kargo (ACK); Ainul Faqih (AF) selaku Staf istri Menteri KKP; dan
Amiril Mukminin selaku swasta. Sementara diduga sebagai pihak pemberi, KPK menetapkan
Suharjito (SJT) selaku Direktur PT Dua Putra Perkasa Pratama (DPPP).
KPK menduga, Edhy Prabowo menerima suap dengan total Rp10,2 miliar dan 100.000 dolar
AS dari Suharjito. Suap tersebut diberikan agar Edhy selaku Menteri Kelautan dan Perikanan
memberikan izin kepada PT Dua Putra Perkasa Pratama untuk menerima izin sebagai
eksportir benih lobster atau benur.

Analisis :

1. Tipe korupsi : korupsi terkait perizinan.

2. Modus : kasus terkait ekspor benih lobster atau benur.

3. Jenis korupsi : korupsi suap menyuap

4. Upaya pemberantasan yang sudah dilakukan oleh penegak hukum : masih ditahap
pengadilan
2. Kejaksaan Tangkap Buronan Kasus Korupsi Rp 22,45 Miliar

JAKARTA, KOMPAS.com – Kejaksaan Agung dan Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan


menangkap seorang buronan kasus korupsi bernama Lisa Lukitawati (50) di daerah Bintaro,
Jakarta Selatan, Senin (4/1/2021).
“Pengamanan terhadap buronan atas nama Lisa Lukitawati merupakan keberhasilan Tim
Tangkap Buronan Kejaksaan yang pertama untuk tahun 2021,” kata Kepala Pusat Penerangan
Hukum Kejagung Leonard Eben Ezer Simanjuntak dalam keterangannya, Selasa (5/1/2021).
Lisa yang berprofesi sebagai pengusaha itu merupakan terpidana kasus korupsi pengadaan
peralatan laboratorium pendidikan pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Makassar tahun anggaran 2012. Leonard menuturkan, kasus itu merugikan negara sebesar Rp
22,45 miliar.
Pada 29 Juli 2019, Mahkamah Agung (MA) memvonis Lisa dengan hukuman penjara selama
tujuh tahun dan denda Rp 200 juta subsider enam bulan kurungan.
Selain itu, MA juga menjatuhkan pidana tambahan, yaitu membayar uang pengganti sebesar
Rp 8,9 miliar dalam waktu satu bulan setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap
atau inkrah.
Jika tidak, harta benda Lisa akan disita dan dilelang untuk menutupi uang pengganti. Apabila
Lisa tidak memiliki harta yang cukup untuk membayar uang pengganti maka diganti pidana
penjara selama empat tahun.

Setelah putusan MA inkrah, Lisa telah dipanggil secara patut selama tiga kali untuk
melaksanakan eksekusi.

“Namun, terpidana mengabaikan panggilan jaksa eksekutor, bahkan menghilang dari alamat
semula di Pondok Pinang, Jakarta Selatan,” ucapnya.

Saat ini, Lisa dititipkan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.
Selanjutnya, Lisa akan diterbangkan ke Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan untuk dieksekusi.

Analisis :

1. Tipe korupsi : pengadaan barang dan jasa


2. Modus : kasus korupsi pengadaan peralatan laboratorium pendidikan pada Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar tahun anggaran 2012

3. Jenis korupsi : Korupsi Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

4. Upaya pemberantasan yang sudah dilakukan oleh penegak hukum : Pada 29 Juli 2019,
Mahkamah Agung (MA) memvonis Lisa dengan hukuman penjara selama tujuh tahun
dan denda Rp 200 juta subsider enam bulan kurungan. Selain itu, MA juga
menjatuhkan pidana tambahan, yaitu membayar uang pengganti sebesar Rp 8,9 miliar
dalam waktu satu bulan setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap atau
inkrah.

Anda mungkin juga menyukai